penerapan coopertif learning model inside - outside - circle dengan mengunakan lks dalam bentuk...
TRANSCRIPT
J u d u l : PENERAPAN COOPERTIF LEARNING MODEL INSIDE - OUTSIDE - CIRCLE DENGAN MENGUNAKAN LKS DALAM BENTUK GAMBAR BERSTRUKTUR DALAM IPS. SEJARAH(Tulisan ini akan dijadikan sebagai Classroom Action research pada SMP Model terpadu Madani Palu)
Nama Penulis : MUH. YUSUF
Alamat Unit : Prum. BTN Palupi PUSKUD C2 No 3 Palu
Karya Tulis ini diangkat dengan judul tersebut di atas dengan latarbelakang bagaimana
pentingnya peran guru dalam merancang pembelajaran dengan tujuan meningkatkan daya tarik
dan minat belajar siswa dalam suatu mata pelajaran, tujuan secara umum meningkatkan kualitas
pendidikan dengan obyek siswa yang berbeda baik kemampuan kognitifnya maupun kemampuan
memiliki sumber pelajaran. Untuk itu pembelajaran dengan menggunakan media LKS Gambar
berstruktur dalam proses Cooperatif Learning model Inside-Outside-Circle. Oleh karena itu IPS.
Sejarah khususnya dipandang sebagai suatu sistem, maka diutamakan disini adalah proses dalam
pembelajaran, ini sangat relevan dengan Pembelajaran Kontekstual (CTL). Implementasi dari
pendekatan ini memberikan indikasi bertambahnya minat belajar, membuka wawasan siswa jauh
ke depan bagaimana pentingnya belajar sejarah. Dalam hal ini pelaksanaan karya tulis pada SMP
Model Madani Palu Inyaalah akan memberikan kostribusi pengembangan sekolah tersebut
wabilkhusus dalam proses pemeblajaran Sejarah yang dipandang kebanyak orang atau oleh siswa
itu sendiri sebagai mata pelajaran yang kurang penting.. Pendidikan yang berorientasi pada
Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu menfungsikan pendidikan sesuai dengan
fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi manusiawi siswa untuk menghadapi perannya di masa
datang. Secara khusus pendidikan yang berorientasi pada wawasan kompetensi dan paling tidak
kalah pentingnya dalam Pembelajaran Sejarah tidak konvensional tetapi membelajarkan sejarah
secara rasional bukan menghafal fakta. Sejarah harus selalu memandang Tri dimensinya yaitu
masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang maka dalam pembelajarannya bagaimana
membelajarkan siswa dengan melihat kenyataan sejarah masa lalu untuk dipelajari masa kini
demi kehidupannya masa yang akan datang. “Historia Magistrata Vitae” artinya Sejarah
adalah guru besar dalam kehidupan ummat manusiai.
I . PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan yang mengarah pada pencapaian tujuan
pendidikan nasional, tentu tidak terlepas dari berbagai potensi atau beberepa komponen
pendidikan yang saling berkaitan dan memerlukan pengamatan terhadap semua tatanan
komponen pendidikan, guru yang diduga memiliki konstribusi signifikan terhadap mutu
pendidikan di Indonesia.dan siswa harus memainkan peranan serta ada dalam hubungan
social tertentu, jenis kegiatan, dan fasilitas yang cukup.
Dari pengamatan potensi yang ada, maka yang amat penting adalah kemampuan guru
mengelolah proses pembelajaran secara baik dalam mencapai tujuan pendidikan yang
terkonsep dalam kurikulum yang telah disusun oleh pemerintah, adalah potensi yang amat
integral terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan. Dan guru sebagai dinamisator
kurikulum dan bahan ajar dan penggunaan fasilitas yang ada.
Kemampuan guru yang dimaksud adalah segenap wawasan, inovatif, dan
keterampilan menata dan mengelolah segala elemen yang berhubungan dengan proses
pembelajaran termasuk keterampilan menggunakan media pembelajaran secara optimal dan
bahkan guru harus mampu berinovatif yang menunjang tercapai tujuan tersebut.
Berdasarkan paparan diatas, jelaslah bahwa untuk meningkatkan minat belajar peserta didik,
guna mencapai tujuan belajar yang maksimal, maka guru dituntut untuk berkreatif,
berinovatif, seperti memperkenalkan media-media yang baru dan dan sangat dituntut untuk
menciptakan media. Oleh karena itu, salah satu alternatif yang ditempuh dalam
meningkatkan mutu pendidikan khususnya terhadap perolehan nilai belajar siswa untuk mata
pelajaran IPS Sejarah di SMP Model Madani adalah penggunaan media/alat berupa LKS
gambar (Chart) berstruktur dalam proses belajar mengajar bahkan akan dibentuk sebuah
wahana dalam bentuk Musium Mini sebagai tempat proses pembelajaran, karena
kemampuan siswa menerima materi pelajaran memiliki tipe belajar siswa yang berbeda,
yakni tipe belajar visual, auditif, tipe psikomotor, dan tipe campuran.
Selain dari itu pemerintah selalu berusaha bagaimana meningkatkan kemampuan guru
dengan mengadakan, baik yang istilah penataran di masa Orde Baru sampai sekarang dengan
disebut pelatihan guru Terintegrasi Berbasis Kompetensi yang dirancang berdasarkan
kompetensi yang seharusnya dikuasai oleh guru. Adapun unsur pokok dalam program
tersebut adalah terintegrasinya bidang-bidang ilmu dan aspek-aspek yang membentuk
kompetensi guru yang di dalamnya terdapat berbagai Strategi pembelajaran seperti yang
dikenal sekarang Pembelajaran Kontextual Teaching And Learning (CTL) dan senapas
dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang sekarang sudah melahirkan KTSP yang akan
menciptakan Kecakapan Hidup (Life Skill Education).
Kata Media berasal dari kata Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’,
‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam Bahasa Arab, media adalah perantara (لءاسو).(Azhar
Arsyad 2002:3)
Heinich, dkk (1982) Mengemukakan istilah Medium sebagai perantara yang
mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi televisi, film, foto radio, rekaman
audio, gambar yang diprokyeksikan , bahan-bahan cetakan dan sejenisnya adalah media
komunikasi. Dan apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan
instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media
pembelajaran. (Azhar Arsyad 2002:4)
Istilah media pendidikan mengandung pengertian sebagai konsep integrative approat
atau pendekatan terpadu dalam desain instruksional. Ini berati bahwa tanpa penggunaan
media, maka penyampaian materi akan mengalami hambatan. Dapat dirasakan pula bahwa
pembelajaran yang memanfaatkan media akan lebih banyak memberikan motivasi belajar
bagi siswa di kelas. Oleh karena itu media tidak dapat dipisahkan dalam proses pemebelajarn
di kelas.
Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa dapat
dikembangkan dalam berbagai bentuk, seperti foto, gambar atau illustrasi, sketsa/gambar
garis, gerafik, bagan, Chart, dan gabungan dari dua bentuk atau lebih. Foto menghadirkan
illustrasi melalui gambar yang hampir menyamai kenyataan dari suatu obyek atau situasi, hal
ini sangat relevan dengan pembelajaran Contextual Teacing and Learning dimana siswa
didekatkan pada pemebelajaran dalam kaitannya dengan kenyataan.
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah Konsep Belajar yang
membantu Guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
(Depdiknas, Dirjen Pend. Dasar Menegah,2003:1)
CTL dengan melibatkan 7 komponen utama pembelajaran, yakni :
1. Konstrutivisme
2. Bertanya ( Questioning)
3. Menemukan (Inquiri)
4. Masyarakat Belajar (Learning Commonity)
5. Permodelan (Modeling)
6. Refleksi Reflektion)
7. Penilaian Sebenarnya Autentic Asessmen).
(Depdiknas, Dirjen Pend. Dasar Menengah,2003:10)
Dalam penerapan Cooperatif Learning dipilih satu model pembelajaran dari berbagai
model-model pembelajaran seperti Model Jigsaw dan Numberel Heads Together, dan Insise
– Outside – circle harus disesuaikan dengan materi yang akandisampaikan, maka yang akan
dipilih untuk dalam penulisan ini adalah Inside-outside-circle uantuk menarik minat dan
peningkata pemahaman pembelajran Sejarah.
Melalui penerapan Media LKS Gambar Brstruktur dengan Coopertvi Learng model
Inside – Outside - Cirle siswa dapat memperluas wawasan penganlisaan melalui gambar dan
saling membantu, saling tukar menukar pengalaman atau pemikiran untuk memperdalam
pengetahuan dengan saling mengiformasikan pengetahuan dan saling menghargai pendapat
diantara sesama teman temannya.
Penggunaan media pendidikan hendaknya bukan hanya sekedar dianggap sebagai
upaya membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran, tetapi lebih dari itu dapat
membantu siswa dalam proses belajar baik sebagai individu maupun kelompok, dengan
demikain guru harus menyadari dirinya, profesinya secara jelas dan mendalam sehingga
kompetensi dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas dalam
upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Bedasarkan hala-hal tersebut diatas maka penerapan Media LKS Gambar Brstruktur
dengan Coopertvi Learng model Inside-Outside-Circle dinilai menjadi salah pilihan yang
efektif untuk mangatasi masalah yang umum menilai pembelajaran Sejarah sebagai suatu
bidang ilmu yang tidak penting yang secarah mutlak nilai pemblajaran Ilmu sosial khususnya
Sejarah rendah. Melalui penerapan ini dengan bersumber pada media dapat dilihat secara
langsung dengan pengamatan dan saling tukar informasi, saling harga menghargai jauh lebih
bermakna dari pada pembelajaran yang secara kompensional secara monoton metode retorika
ceramh.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka diidentifikasi beberapa masalah
yang dapat menghambat proses belajar mengajar, dengan rumusan sebagi berikut :
1. Apakah dengan penerapan Media LKS Gambar Brstruktur dengan Coopertvi Learng
model Inside Outside-Circle dinilai menjadi salah pilihan yang dapat meningkatkan daya
tarik atau minat belajar siswa terhadap Mata IPS Sejarah
2. Apakah dengan penerapan Media LKS Gambar Brstruktur dengan Coopertvi Learng
model Inside-Outside-Circle dinilai menjadi salah pilihan yang dapat meningkatkan Daya
serap dan perolehan nilai terhadap mutu pelajaran PS Sejarah
3. Bagaimana kemampuan guru menggunakan media dalam proses belajar mengajar PS
Sejarah.
C. Hipótesis Tindakan
Berdasarkan rumusan permasalan diatas, maka penulis memperoleh gambaran bahwa
pembelajaran yang diterapkan dalam penulisan ini merupakan salah satu aletrnatif dalam
upaya meningkatkan daya tarik/minat belajar siswa untuk mebuka wawasan siswa
bagaimana pentingnya belajar sejarah uantuk dimasa depan yang akan mempengaruhi
peningkat proleha nilai bajar siswa.
D. Tujuan Penelitian
Dengan berbagai permasalahan dalam pendidikan khususnya pembelajaran IPS
Sejarah, mengakibatkan rendahnya pencapaian ketuntasan belajar atau daya serap siswa tidak
maksimal. Oleh karena itu kepada guru sebagai pengelolah kegiatan belajar perlu mencari
solusi atau alternatif pemecahan masalah.
Melalui penulisan ini diharapkan dapat membantu untuk memecahkan masalah yang
dihadapi oleh guru dalam upaya peningkatan mutu hasil belajar. Dengan demikian melalui
tulisan ini tujuan yang diharapkan adalah :
1. Mengetahui penggunaan media LKS gambar berstruktur dapat/tidak meningkatkan daya
tarik atau minat belajar IPS Sejarah.
2. Mengetahui pengaruh penggunaan media/ alat Bantu gambar terhadap usaha peningkatan
mutu pendidikan di SMP Model Terpadu palu
3. Memberikan motivasi kepada guru untuk dapat berinovatif atau dapat menciptakan
nuansa baru dalam kegiatan proses belajar mengajar
E. Manfaat Penelitian
Pelaksanaan penulisan ini akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan berarti
bagi perorangan dan istitusi berikut :
1. Bagi guru :
Yakni guru dapat mengetahui strategi pembelajaran dengan menggunakan media
LKS Gambar Berstruktur model Inside-Outside-Circle sebagai langkah dalam
Pembelajaran.
2. Bagi siswa :
Yakni dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS Sejarah
setelah digunakan media tersebut sebagai alat Bantu untuk dapat menganlisa dan
mebuka wawasan dan saling menghargai
3. Bagi SMP Model Madani
Yakni akan memberikan sumbangan yang baik dalam rangka meningkatkan hasil
belajar mata pelajaran IPS Sejarah.
II. KAJIAN PUSTAKA
1. Pembelajaran Sejarah sebagai wahana wawasan pemikiran kedepan dengan Learnig Commoniti yang lebih dikenal Coopertive Learning.
Banyak kalangan yang menilai pelajaran Sejarah hanya merupakan megingatkan
masa lalu yang tidak sebagian kecil bahkan melahirkan suatu dendam komoniti terhadap
sesuatu atau individu, masa, atau komnitas lainnya yang secara mutlak akan melahirkan
kompik yang berkepanjangan. Wabilkhusus kalangan siswa atau generasi muda kita yang
kita hadapi sebagai seorang guru menganggab Pelajaran Sejarah hanya sebuah cerita masa
lalu yang menjadi beban hapalan yang tidak mempunyai arti sehingga muncul dalam sebuah
promosi Permen di media elektronik yaitu Poertanyaan oleh serang Guru Sejarah ” Anak-
anak kenapa Pattimura dapat tertangkap” dijawabnya dengan nada spontanitas dan rasa
malu-malu ataukah sinis ”takdir pak” . Dan lebih mengurangi minat belajar siswa dengan
adanya kebijakan pemerintah dalam merancang pendidikan dengan hanya 3 mata pelajaran
dalam Ujian Nasional meberikan dapak kurang termotivasi siswa terhadap pelajaran diluar
Ujian Nasonal karena menjadi kebanyakan siswa meniali Belajar itu hanya sebagai persiapan
untuk menghadai Ujian, pada hal pada hakekatnya belajar adalah untuk dibutuhan dalam
kehidupan di masa yang akan datang, maka disinilah letaknya peranan Mata Pelajaran
Sejarah.
I Gde Widja dalam Idrus (PTK)(2005 : 6) mengemukakan bahwa kalau dicermati
praktek-praktek pengajaran Sejarah di Sekolah, sering memunculkan kesan tidak menarik
bahkan cendrugan membosankan, karena guru Sejarah hanya hanya memberikan fakta-fakta
kering berupa urutan tahun dan peristiwa belaka. Pelajaran Sejarah hanya pengulangan
pelajaran sejak dari SD sampai Perguruan Tinggi, model dan teknik pengajarannya hanya
monoton atau tidak pernah berubah, sehingga lahirlah kesan bahwa mengajar sejarah itu
sangat mudah.
Sanusi dalam Idrus (2005 : 6) berkesimpulan bahwa para siswa umumnya
mempelajari sejarah hanya karena akan diujikan dan semata-mata untuk memperoleh nilai
yang baik. Oleh karena itu sangat dituntut seorang guru lebih banyak berinovati dalam
rangka ememksimalkan hasil pembelajaran. Guru sejarah khususnya harus mempunayai
kompetensi yang tinggi untuk dapat memahami bagaimana pembelajaran seharusnya,
memahami sejarah itu dalam rangaka megambil hikmanya apa yang seharusnya yang
dilakukan kedepan (Historia Magistrata Vitae). Sejarah adala Guru besar dalam kehidupan
manusia.
Untuk menarik minat belajar siswa guru sejarah harus meningkatkan cara
mengajanya dengan menggunakan berbagai startegi dan lebih memahami dimensi sejarah itu
sendiri. Penerapan strategi atau model-model yang tepat sesuai dengan materi atau
situasinalnya akan memberikan dampak yang maksimal terhadap hasil pembalajaran,
sehingga Sartono Kartodirjo dalam I Gde Widja dalam Idrus PTK (2005 ; 7) berpendapat
bahwa sejarah dapat berfungsi dalam pendidikan apabila menyesuaikan dengan situasi sosial
dewasa ini, dan jika Studi sejarah terbatas pada pengetahuan fakta-fakta maka akan manjdi
steril dan mematiakan minat terhadap sejarah. Seiring dengan pola pikir tersebut, I Gde
Widja dalm Idru PTK (2005 : 7) menganalisis lebih lanjut bahwa bahwa dalam prosfektif
baru, pendidikan sejarah itu harus progresif dan berwawasan tegas ke masa depan. Eksistensi
palajaran sejarah hanya sebuah pelajaran yang menjadi beban siswa untuk menghapal pakta
menajdi pile-pile menberatkan memori kan menjadi errol, ketika guru tidak membuka alam
pikiran siswa dengan melihat kenyataan sejarah sebagai pembelajaran di masa yang akan
datang. Dimensi Sejarah yang dikenal Tri dimensi Sejarah yaitu belajar dari masa lalu
penerapan masa kini merai prestasi dalam rangka mencapai prestise masa akan datang.
Muslimin Ibrahim (2000 : 15) Pengalaman memberikan banyak sumbangan
terhadap apa yang dipelajari seseorang.
Dalam pembelajaran sejarah harus melibatkan siswa secara keseluruhan dengan
tidak hanya berdasarkan satu pendekatan pembelajaran tetapi menerapkan berbagai model
pembelajaran. Untuk melibatkan siswa secara maksimal tepat menggunakan Coperatif
Learnig. Sebagaimana dikemukakan Muslimin Ibrahim (2000 : 15) Salah satu efek penting
model pembelajaran koopertif ialah penerimaan yang luas terhadap orangyang berbeda
menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, mapun ketidak mapuan.
2. Model Inside-outside-Circle dalam Pembelajaran Coopertive learning sebuah solusi
untuk menarik minat belajar siswa.
Kata Minat dalam kamus besar bahasa Indonesia yaitu kecendrungan hati yang
tinggi terhadap sesuatu ; gairah; keinginan.
Sesuatu yang sangat dinginkan memungkinkan seseorang untuk melakukan usaha yang
keras untuk mencapainya dan ketercapain itu pasti yang diharapkan adalah hasil yang
maksimal.
Sardiman (2005 : 21) yang dimaksudkan Belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang
dimaksudkan belajar berati usaha nengubah tingka laku. Perubahan tidak hanya berkaitan
dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi berbentuk kecakapan , sikap, pengertian,
harga diri, minat, watak penyesuaian diri.
Beberapa rumusan tentang belajar dikemukakan oleh Rusyam, dkk (1992 : 7-9)
a. Belajar adalah suatu proses perubahan tingka laku.
b. Belajar adalah motivasi atau mempertegas kelakuan melalui pengalaman.
c. Belajar dalam arti yang luas adalah proses perubahan tingka laku yang
dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengembangan dan penilaian terhadap
atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuandan kecakapan dasar yang
terdapat dalam berbagai bidang studi, lebih luas lagi dalam berbagai aspek
kehidupan.
Mianat Belajar adalah sesuatu yang dinginkan terjadi suatu perubahan yang
maksimal, maka untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut menjadi yakin dapat
memaksimalkan minat dengan menerapkan Model Inside-outside-circle dalam
Pembelajaran Coopertive learning.
Penulisan ini mengambil Pembelajaran Coopertive learning karena memiliki dampak
positif terhadap pencapaian hasil belajar siswa sebagai mana Tanewy Gerson Ratumanan .
Inside- Outside-Circle
Model Inside-Outside-Circle yang biasa disebut Lingkaran kecil lingkaran besar
atau kelompok lingkaran dalam dan kelompok lingkaran luar adalah sala satu model
pembelajaran dari 14 model dikembangkan dalam Anita Lie (2004 : 55 – 71). Model
Inside-Outside-Circle di kembangkan oleh Spenser Kagang dalam Anita Lie (2004 : 65)
Untuk memberikan kesmpatan pada siswa agar saling berbagi informasi pada saat yang
bersamaan. Pendekatan ini bisa digunakan dalam berbagai mata pelajaran, seperti ilmu
pengetahuan sosial, Agama, Matematika, dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok
digunakan dengan tekhnik ini adalah bahan yang membutuhkan pertukaran pikiran dan
infomasi antar siswa.
Anita Lie (2004 : 65) Salah satu keunggulan teknik adalah adanya struktur yang
jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan
singkat dan teratur. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong
royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengeloh informasi dan meningkatkan
keterampilan berkomonikasi.
Langka-langka penerapan model Inside-Outside-Circle menurut Anita Lie 92004 :
65) sebagai berikut :
Lingkaran Individu
1. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri
membentuk lingkaran kecil. Mereka berdiri melingkar dan menghadap keluar.
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran yang pertama.
Dengan kata lain, mereka berdiri menghadap ke dalam dan berpasangan dengan
siswa yang berada di lingkaran dalam.
3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan lingkaran besar berbagi
informasi. Siswa yang berada di lingkaran kecil yang memulai. Pertukaran
informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
4. Kemudian, siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara
siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah
perputaran jarum jam. Dengan cara ini, masing-masing siswa mendapatka
pasangan yang baru untuk berbagi.
5. Sekarang giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang membagikan
informasi. Demikian seterusnya.
Lingkaran Kelompok
1. Satu kelompok berdiri di lingkaran kecil menghadap ke luar. Kelompok yang
lain berdiri di lingkaran besar.
2. Kelompok berputar seperti prosedur Lingkaran Individu yang di jelaskan di atas
dan saling berbagi.