penentuan kadar dan distribusi logam berat pada …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf ·...

57
PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA CUPLIKAN SEDIMEN SERTA TUMBUHAN DI SUNGAI KALIGARANG DENGAN METODE ANALISIS AKTIVASI NEUTRON (AAN) Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Progam Studi Fisika oleh Suparminingsih 4211412039 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

Upload: ngolien

Post on 10-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI

LOGAM BERAT PADA CUPLIKAN SEDIMEN

SERTA TUMBUHAN DI SUNGAI KALIGARANG

DENGAN METODE ANALISIS AKTIVASI

NEUTRON (AAN)

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

Progam Studi Fisika

oleh

Suparminingsih

4211412039

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

Page 2: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

i

PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI

LOGAM BERAT PADA CUPLIKAN SEDIMEN

SERTA TUMBUHAN DI SUNGAI KALIGARANG

DENGAN METODE ANALISIS AKTIVASI

NEUTRON (AAN)

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

Progam Studi Fisika

oleh

Suparminingsih

4211412039

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

Page 3: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

ii

Page 4: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

iii

Page 5: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

iv

Page 6: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

v

Page 7: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

vi

MOTTO

Allah dulu, Allah lagi, Allah terus... (Yusuf Mansur)

Hidup adalah perjuangan yang harus diselesaikan (Merry Riana)

PERSEMBAHAN

Untuk Ibu Juwarti, Bapak Suwarno,

Dek Juwantono, Mas Agus Suryanto,

Ali Khozim, Sudarmaji, Almh. Dwi

Fitriani, Teman-teman Perguruan

Selatan dan Kost Pristy.

Page 8: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

menganugerahkan nikmat yang luar biasa kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “Penentuan Kadar

dan Distribusi Logam Berat pada Cuplikan Sedimen serta Tumbuhan di

Sungai Kaligarang dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN)”,

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sebagai sarjana Sains Jurusan

Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri

Semarang.

Keberhasilan dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan

bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih

kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., rektor Universitas Negeri Semarang ;

2. Prof. Dr. Zaenuri, S.E, M.Si, Akt., dekan FMIPA Universitas Negeri

Semarang ;

3. Dr. Susilo Widodo, kepala PSTA Badan Tenaga Nuklir Nasional

Yogyakarta ;

4. Dr. Suharto Linuwih, M.Si., ketua jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri

Semarang ;

5. Ir. Puradwi Ismu Wahyono, DEA., kepala BFP Badan Tenaga Nuklir

Nasional Yogyakarta ;

6. Taxwim, ST., kepala Bidang Reaktor Badan Tenaga Nuklir Nasional

Yogyakarta ;

7. Dra. Elisabeth Supriyatni, M.Sc., kepala BK3 Badan Tenaga Nuklir

Nasional Yogyakarta ;

8. Dr. Mahardika Prasetya Aji, M.Si., ketua prodi Fisika FMIPA Universitas

Negeri Semarang ;

9. Dra. Dwi Yulianti, M.Si., pembimbing I, yang telah memberikan ide,

motivasi, bimbingan, dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini ;

Page 9: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

viii

10. Dra. Pratiwi Dwijananti, M.Si., pembimbing II, yang telah meluangkan

waktu, bantuan, bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini ;

11. Drs. Widarto, pembimbing lapangan, yang telah memberikan ilmu,

bimbingan dan bantuan dalam penelitian di laboratorium ;

12. Aris Basuki, laboran BATAN, yang telah banyak membantu dalam

pelaksanaan penelitian di laboratorium ;

13. Jasmi Budi Utami, M.Eng., laboran BATAN, yang telah banyak membantu

dalam pelaksanaan penelitian di laboratorium ;

14. Winda Kusuma Dewi, teman, yang telah banyak membantu dalam proses

pengambilan sampel, penelitian dan berdiskusi ;

15. Anggit Pranatya Wardhana, teman, yang telah membantu dalam proses

pengambilan sampel.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik

dan saran dari semua pihak demi kebaikan penelitian ini sangat diharapkan oleh

penulis.

Semarang, 13 September 2016

Penulis

Page 10: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

ix

ABSTRAK

Suparminingsih. 2016. Penentuan Kadar dan Distribusi Logam Berat pada

Cuplikan Sedimen serta Tumbuhan di Sungai Kaligarang dengan Metode Analisis

Aktivasi Neutron (AAN). Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dra. Dwi

Yulianti, M.Si., Pembimbing Pendamping Dra. Pratiwi Dwijananti, M.Si. dan

Pembimbing Lapangan Dr. Widarto.

Kata kunci : logam berat, sedimen, tumbuhan, AAN.

Kota Semarang mengalami pertumbuhan penduduk cukup signifikan.

Pesatnya pertumbuhan penduduk berdampak pada meningkatkan pembangunan

industri yang menghasilkan berbagai keuntungan serta kerugian, salah satunya

menjadi sumber polutan yang dapat mencemari lingkungan. Polutan yang

berbahaya bagi kesehatan manusia adalah logam berat, karena beracun dan tidak

dapat digegradasi. Contoh pencemaran lingkungan akibat perkembangan industri

di Kota Semarang adalah pencemaran di Sungai Kaligarang. Pemantauan kualitas

Sungai Kaligarang sangat dibutuhkan, mengingat sebagian besar warga

memanfaatkan Sungai Kaligarang untuk mencuci, memancing, dan sebagainya.

Air Sungai Kaligarang juga dimanfaatkan sebagai sumber air baku PDAM Kota

Semarang. Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menentukan jenis-

jenis, kadar dan distribusi unsur logam berat yang terakumulasi pada cuplikan

sedimen dan tumbuhan yang hidup di Sungai Kaligarang. Penelitian ini dilakukan

dengan mengambil sampel sedimen dan tumbuhan di Sungai Kaligarang dari 7

titik lokasi. Sampel tersebut kemudian dijemur sampai kering, dihaluskan dan

diayak supaya besarnya homogen. Sampel selanjutnya dimasukkan dalam vial

polietilen dan dimasukkan dalam kelongsong. Sampel selanjutnya diiradiasi

dalam reaktor sehingga bersifat radiaoktif dan memancarkan radiasi-𝛾. Besarnya

radiasi-𝛾 dapat digunakan untuk mengetahui unsur yang terkandung dalam suatu

sampel dengan cara dicacah menggunakan detektor HPGe. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa sampel sedimen Sungai Kaligarang mengandung Co-59

(1,705-6,765) 𝜇𝑔/𝑔, Zn-64 (3,892-15,831) 𝜇𝑔/𝑔, Fe-58 (3128,028-17959,739)

𝜇𝑔/𝑔, Cr-50 (0,510-4,621) 𝜇𝑔/𝑔, dan Mg-26 (1,043-1,543) 𝜇𝑔/𝑔, sedangkan

sampel tumbuhan mengandung Co-59 (0,075-0,896) 𝜇𝑔/𝑔, Zn-64 (10,324) 𝜇𝑔/𝑔,

Fe-58 (212,755) 𝜇𝑔/𝑔, dan Cr-50 (0,480-0,754) 𝜇𝑔/𝑔. Kadar Zn dan Cr yang

ditemukan di seluruh lokasi belum melebihi ambang batas yang telah ditetapkan,

sedangkan Co, Fe, Mg dan sampel tumbuhan belum ditetapkan ambang batasnya.

Distribusi logam berat yang ditemukan pada sampel sedimen tersebar di seluruh

lokasi, kecuali Zn-64 dan Mg-26, sedangkan pada sampel tumbuhan hanya Co-59

dan Fe-58 yang terdistribusi di seluruh lokasi pengambilan sampel.

Page 11: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… ....... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………………………. .. ii

PERNYATAAN ………………………………………………. ............................ iii

PENGESAHAN ...................................................................................................... iv

PERSETUJUAN PSTA BATAN ............................................................................. v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………….. ........................................................ vi

PRAKATA ............................................................................................................ vii

ABSTRAK ............................................................................................................. ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

BAB

1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4

1.3 Batasan Masalah ............................................................................................ 4

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5

1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 5

1.6 Sistematika Penulisan ................................................................................... 6

2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 7

2.1 Pencemaran Sungai ...................................................................................... 7

2.2 Sumber Pencemaran Sungai ......................................................................... 8

Page 12: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

xi

2.3 Pembagian Zat Pencemar ............................................................................. 8

2.4 Logam Berat ................................................................................................. 9

2.5 Sungai Kaligarang ...................................................................................... 10

2.6 Sedimen ...................................................................................................... 14

2.7 Tumbuhan yang Hidup di Sungai ............................................................... 16

2.8 Analisis Aktivasi Neutron (AAN) .............................................................. 17

2.9 Reaktor Kartini ............................................................................................ 19

2.10 Interaksi Neutron dengan Materi ............................................................... 26

2.11 Interaksi Gamma (𝛾) dengan Materi ........................................................ 26

2.12 Prinsip Dasar AAN ................................................................................... 27

2.13 Spektrometer Gamma ............................................................................... 31

2.14 Kalibrasi Spektrometer- 𝛾 ........................................................................ 35

3. METODE PENELITIAN ................................................................................. 38

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 38

3.2 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................ 38

3.3 Langkah Penelitian ................................................................................... 40

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 47

4.1 Kalibrasi Spektrometer- 𝛾 ......................................................................... 47

4.2 Hasil Analisis ............................................................................................. 50

5. PENUTUP ......................................................................................................... 63

5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 63

5.2 Saran .......................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 66

LAMPIRAN ........................................................................................................... 69

Page 13: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Data Hasil Pencacahan Kalibrasi Energi......................................................... 47

4.2 Data Hasil Pencacahan Kalibrasi Efisiensi .................................................... 49

4.3 Hasil Analisis Logam Berat pada Sampel Sedimen ....................................... 51

4.4 Hasil Analisis Logam Berat pada Sampel Tumbuhan ................................... 52

4.5 Hasil Penelitian Tahun 2009 dengan 2016 .................................................... 61

Page 14: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Peta Segmen Sungai Kaligarang ...................................................................... 14

2.2 Urutan Proses Fisi yang Khas .......................................................................... 21

2.3 Fasilitas Eksperimen Reaktor Kartini .............................................................. 22

2.4 Prinsip Dasar Analisis Aktivasi Neutron ......................................................... 28

2.5 Perangkat Spektrometer-𝛾 ................................................................................. 32

2.6 Kurva Kalibrasi Energi .................................................................................... 36

3.1 Diagram Alir Penelitian ................................................................................... 40

3.2 Persebaran Lokasi Pengambilan Sampel ......................................................... 41

4.1 Grafik Hubungan antara Nomor Salur dengan Energi ..................................... 48

4.2 Grafik Hubungan Energi dengan Efisiensi ...................................................... 49

4.3 Kadar Unsur Zn-64 pada Sampel Sedimen dan Tumbuhan di Sungai

Kaligarang ....................................................................................................... 53

4.4 Kadar Unsur Fe-58 pada Sampel Sedimen dan Tumbuhan di Sungai

Kaligarang ....................................................................................................... 55

4.5 Kadar Unsur Cr-50 pada Sampel Sedimen dan Tumbuhan di Sungai

Kaligarang ....................................................................................................... 56

4.6 Kadar Unsur Mg-26 pada Sampel Sedimen dan Tumbuhan di Sungai

Kaligarang ...................................................................................................... 58

4.7 Kadar Unsur Co-59 pada Sampel Sedimen dan Tumbuhan di Sungai

Kaligarang ...................................................................................................... 59

Page 15: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Perhitungan Kalibrasi Energi ..................................................................... 69

2. Perhitungan Kalibrasi Efisiensi .................................................................. 70

3. Hasil Analisis Logam Berat di Sungai Kaligarang .................................... 72

4. Contoh Perhitungan Kadar Unsur pada Sampel Sedimen di Sungai

Kaligarang dengan 𝑡𝑖 = 5 Jam .................................................................... 86

5. Spektrum Sinar-𝛾 pada Sampel Sedimen di Lokasi 1 dengan 𝑡𝑖 = 5 Jam .. 89

6. Spektrum Sinar-𝛾 pada Sampel Tumbuhan di Lokasi 1 dengan 𝑡𝑖 = 5 Jam 90

7. Dokumentasi Penelitian ............................................................................. 91

8. Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi ........................... 93

9. Surat Ijin Penelitian .................................................................................... 94

Page 16: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Semarang merupakan ibu kota provinsi Jawa Tengah yang mengalami

pertumbuhan penduduk cukup signifikan. Badan Pusat Statistik (BPS)

menyebutkan pertumbuhan penduduk Kota Semarang tahun 2014 mengalami

peningkatan sebesar 0,97 % dari tahun sebelumnya. Pesatnya pertumbuhan

penduduk mendorong pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi

dengan cara meningkatkan pembangunan industri. Pembangunan industri ini

menghasilkan berbagai keuntungan serta kerugian, salah satunya menjadi sumber

polutan. Polutan yang dilepaskan ke lingkungan akan memasuki atmosfer,

menjalani sirkulasi hidrologi, dan akhirnya disimpan di dasar sungai, waduk, serta

delta sungai (Mireles et al., 2011)

Perkembangan industri di Kota Semarang menyebabkan pencemaran

lingkungan, salah satunya di Sungai Kaligarang. Pemantauan kualitas Sungai

Kaligarang sangat dibutuhkan, mengingat sebagian besar warga memanfaatkan

Sungai Kaligarang untuk mencuci, memancing, dan sebagainya. Air Sungai

Kaligarang juga dimanfaatkan sebagai sumber air baku PDAM Kota Semarang,

dan menurut BPS Kota Semarang (2015) pemakaian air bersih dari PDAM Kota

Semarang semakin meningkat setiap tahunnya.

Perkembangan berbagai aktivitas industri di sekitar Sungai Kaligarang yang

menggunakan logam berat menyebabkan unsur ini mencemari sungai. Ada

beberapa industri yang terindikasi menyumbangkan polutan logam berat ke

Page 17: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

2

Sungai Kaligarang, dan di bagian hulu Sungai Kreo terdapat Tempat Pembuangan

Akhir (TPA) Jatibarang. Timbunan sampah akan terbawa sampai ke Sungai

Kaligarang ketika musim penghujan. Logam berat merupakan komponen yang

tidak dapat dihancurkan maupun didegradasi. Logam berat sangat berbahaya bagi

kehidupan sungai. Jika dosis logam berat melebihi ambang batas yang telah

ditentukan, maka akan menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

Penelitian mengenai kualitas Sungai Kaligarang telah banyak dilakukan oleh

berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi

Neutron Cepat (AANC) pada sampel air yang diambil dari Ungaran hingga Pleret

terdapat unsur cemaran logam berat berupa Mg-24, Cu-69, Zn-64, Al-27, Fe-56,

Si-28, K-41, Mn-55 dan P-31 dengan kadar 0,12 mg/liter sampai 13,41 mg/liter.

Kadar logam berat tersebut belum melebihi batas ambang yang telah ditetapkan

oleh Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 907 Tahun 2002. Penelitian

serupa dilakukan oleh Yulianti (2009) dengan metode AANC pada sampel

sedimen yang diambil dari Ungaran hingga Pleret terdapat unsur cemaran logam

berat berupa Al-27 (11.675,3-42.041,24) ppm, Si-28 (20.540,2-156.401,1) ppm,

Mn-55 (167,1-406) ppm, Fe-56 (7.466,7-34.089,7) ppm, Cu-63(7,6-69,8) ppm,

Zn-64 (52,7-568) ppm, dan penelitian terakhir dilakukan oleh Marlena (2012)

pada sampel air yang diambil dari segmen I sampai VII, dengan metode Atomic

Absorbtion Spectrophotometer (AAS) diperoleh cemaran logam berat berupa Cu

(<0,005 mg/L), Zn (<0,01 mg/L), Cd (<0,005 mg/L), Pb (<0,03 mg/L), sedangkan

dengan metode kolorimetrik diperoleh cemaran logam berat Cr+6

(0,002-0,013

mg/L), tetapi keberadaan logam berat ini belum melebihi batas ambang yang telah

ditetapkan. Penelitian tentang kandungan cemaran logam berat di Sungai

Page 18: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

3

Kaligarang belum dilakukan lagi dari tahun 2013 sampai saat ini, padahal

penelitian semacam ini perlu dilakukan mengingat setiap tahun terjadi

pertumbuhan penduduk dan industri yang cukup pesat, sehingga dimungkinkan

akumulasi logam berat juga semakin meningkat.

Beberapa komponen biotik maupun abiotik dapat digunakan untuk

mengetahui kandungan polutan logam berat di dalam ekosistem sungai. Salah satu

komponen abiotik dari ekosistem sungai adalah sedimen. Kadar logam berat

dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan dalam air, karena logam berat

mempunyai sifat mudah mengikat bahan organik dan mengendap di dasar perairan

dan bersatu dengan sedimen (Eshmat et al., 2014). Sedimen juga mudah

tersuspensi oleh pergerakan massa air yang menyebabkan logam larut kembali ke

dalam air. Salah satu komponen biotik dalam ekosistem sungai adalah tumbuhan.

Tumbuhan yang hidup di sekitar perairan sungai dapat dijadikan sebagai indikator

pencemaran logam berat, karena tumbuhan hidup dengan menyerap air dan unsur

hara dari tanah di sekitar sungai, sehingga polutan logam berat yang ada di sungai

kemungkinan juga diserap oleh tumbuhan.

Ada banyak metode untuk menentukan kandungan logam berat pada suatu

bahan, diantaranya gravimetri, kalorimetri, spektrografi, spektroskopi massa dan

analisis aktivasi neutron. Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN) memiliki

beberapa keunggulan dibandingkan metode lainnya, yaitu dapat mengetahui jenis

unsur serta kadar (Wijayanti, 2010), tidak merusak cuplikan (Purwandhani, 2007),

memiliki sensitivitas yang lebih tinggi sampai nanogram (10-12

g) (Mireles et al.,

2011), dapat membedakan masing-masing isotop dari cuplikan yang sama, serta

dapat digunakan untuk mengetahui kandungan unsur-unsur logam dalam zat cair,

Page 19: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

4

padat dan gas (Purwandhani, 2007) serta menggunakan cuplikan yang relatif

sedikit (50-100 mg) (Wijayanti, 2010). Berdasarkan uraian ini, maka penelitian

“Penentuan Kadar dan Distribusi Logam Berat pada Cuplikan Sedimen

serta Tumbuhan di Sungai Kaligarang dengan Metode Analisis Aktivasi

Neutron (AAN)” perlu dilakukan supaya hasilnya dapat dijadikan sebagai

referensi oleh pihak-pihak terkait.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Apa saja unsur logam berat yang terakumulasi pada cuplikan sedimen dan

tumbuhan yang hidup di Sungai Kaligarang ?

2. Berapa kadar unsur logam berat yang terakumulasi pada cuplikan sedimen

dan tumbuhan yang hidup di Sungai Kaligarang ?

3. Bagaimana distribusi pencemaran logam berat di Sungai Kaligarang ?

1.3 Batasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dibatasi oleh :

1. Kadar yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan perbandingan massa

unsur yang terdeteksi dengan massa sampel.

2. Distribusi dalam penelitian ini merupakan ada atau tidaknya suatu jenis

logam berat di semua lokasi pengambilan sampel.

3. Neutron yang digunakan untuk aktivasi dalam penelitian ini adalah neutron

termal.

Page 20: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

5

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menentukan jenis-jenis unsur logam berat yang terakumulasi pada cuplikan

sedimen dan tumbuhan yang hidup di Sungai Kaligarang.

2. Menentukan kadar unsur logam berat yang terakumulasi pada sedimen dan

tumbuhan yang hidup di Sungai Kaligarang.

3. Mengetahui distribusi pencemaran logam berat pada Sungai Kaligarang.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut :

1. Memberikan informasi bagi PDAM Kota Semarang terkait penggunaan air

Sungai Kaligarang sebagai sumber air baku.

2. Memberikan informasi bagi masyarakat di sekitar Sungai Kaligarang

mengenai pencemaran logam berat di Sungai Kaligarang sehubungan dengan

pemanfaatan dan kegiatan masyarakat di sekitar sungai tersebut.

3. Meningkatkan perhatian Pemda Kota Semarang serta instansi terkait terhadap

penanganan limbah industri khususnya logam berat di sekitar Sungai

Kaligarang.

4. Meningkatkan perhatian kepada pihak industri yang berada di daerah aliran

Sungai Kaligarang terkait pengolahan limbah industri supaya tidak

membuang limbahnya ke sungai tersebut.

Page 21: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

6

1.6 Sistematika Penulisan

Skripsi ini dibuat dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

1. Bagian awal

Berisi lembar judul, persetujuan, pengesahan, pernyataan, motto dan

persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, tabel, gambar, dan lampiran.

2. Bagian isi

a. Bab 1, Pendahuluan

Berisi permasalahan yang melatarbelakangi judul, rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

b. Bab 2, Tinjauan Pustaka

Berisi kajian teori yang mendasari dan menunjang penelitian.

c. Bab 3, Metode Penelitian

Berisi metode yang digunakan dalam penelitian meliputi tempat dan waktu

penelitian serta pengambilan sampel, alat dan bahan penelitian, serta

langkah penelitian.

d. Bab 4, Hasil dan Pembahasan

Menyajikan hasil yang diperoleh dalam penelitian meliputi jenis, kadar

dan persebaran logam berat dalam sampel.

e. Bab 5, Penutup

Berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagian akhir

Berisi daftar pustaka dan lampiran.

Page 22: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Sungai

Sungai merupakan sebuah fenomena alam yang terbentuk secara alamiah.

Fungsi sungai adalah sebagai penampung, penyimpan irigasi dan bahan baku air

minum bagi sejumlah kota di sepanjang alirannya. Sungai merupakan suatu

bentuk ekosistem perairan yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi

dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air bagi daerah di sekitarnya, sehingga

kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh

lingkungan di sekitarnya.

Sungai juga merupakan tempat yang mudah dan praktis untuk membuang

limbah, baik padat maupun cair sebagai hasil dari kegiatan rumah tangga, industri

rumah tangga, garment, peternakan, perbengkelan, dan usaha-usaha lainnya.

Buangan berbagai jenis limbah dan sampah yang mengandung beraneka ragam

jenis bahan pencemar ke badan-badan perairan, baik yang dapat terurai maupun

yang tidak dapat terurai, akan menyebabkan semakin berat beban yang diterima

oleh sungai tersebut. Jika beban yang diterima oleh sungai tersebut melampaui

ambang batas yang ditetapkan berdasarkan baku mutu, maka sungai tersebut

dikatakan tercemar, baik secara fisik, kimia, maupun biologi.

Jika sungai berfungsi sebagai sumber air bagi masyarakat sekitarnya, maka

kualitas sungai tersebut harus dijaga dari pencemaran, antara lain melalui upaya

pembagian kelas air, pengurangan beban limbah yang masuk ke dalam sungai

Page 23: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

8

dengan memperketat aturan baku mutu limbah, dan penegakan hukum yang

konsisten, serta peningkatan partisipasi masyarakat (Marlena, 2012).

2.2 Sumber Pencemaran Sungai

Penyebab pencemaran sungai berdasarkan sumbernya secara umum dapat

dikategorikan sebagai sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber

langsung meliputi limbah yang keluar dari industri, TPA, dan sebagainya. Sumber

tidak langsung yaitu kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah,

atau atmosfer berupa hujan. Penyebab pencemaran sungai dapat juga digolongkan

berdasarkan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu

limbah yang berasal dari industri, rumah tangga, dan pertanian (Sasongko, 2006).

Sumber domestik (rumah tangga) yaitu sumber yang berasal dari perkampungan,

kota, pasar, jalan, terminal, dan sebagainya. Limbah pertanian biasanya terdiri atas

bahan padat bekas tanaman yang bersifat organis, bahan pemberantas hama dan

penyakit (pestisida), bahan pupuk yang mengandung nitrogen, sulfur, fosfor,

mineral (K,Ca) dan sebagainya (Purwandhani, 2007). Kegiatan industri dapat

menyebabkan timbulnya polutan yang mencemari lingkungan, baik udara, daratan

maupun perairan apabila limbah industri tidak ditangani dengan baik.

2.3 Pembagian Zat Pencemar

Zat pencemar (polutan) dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu polutan

degradable dan nondegradable. Polutan degradable adalah polutan yang dapat

terdekomposisi atau dapat dihilangkan dari perairan dengan proses biologis,

sedangkan polutan nondegradable adalah polutan yang tidak dapat dihilangkan

dari perairan dengan proses biologis alamiah (Sudaryo et al., 2010). Ada beberapa

Page 24: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

9

jenis logam yang termasuk dalam kelompok polutan nondegradable yaitu

merkuri, timah, arsen, senyawa garam dari logam, senyawa sintetik (plastik),

beberapa bakteri dan virus (Dewi, 2014).

2.4 Logam Berat

Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai massa jenis lebih dari 5

g/cm3 dan memiliki nomor atom antara 22 sampai 92. Logam berat merupakan

komponen alami tanah yang tidak dapat didegradasi maupun dihancurkan

(Rumajar, 2010., Zhuang et al, 2016). Logam berat mengakibatkan keracunan

pada makhluk hidup apabila dosisnya melebihi batas yang ditetapkan.

Pencemaran logam berat biasanya berasal dari pabrik-pabrik industri tetapi ada

juga yang berasal dari pertanian dan peternakan (Purwandhani,2007).

Toksisitas logam berat dapat dibedakan ke dalam 3 kelompok, yaitu :

1. Toksik tinggi, meliputi Hg, Cd, Pb, Cu dan Zn.

2. Toksik menengah, meliputi Cr, Ni dan Co.

3. Toksik rendah, meliputi Mn dan Fe

Adanya logam berat di lingkungan menimbulkan bahaya terhadap kehidupan

organisme secara langsung dan menimbulkan efek secara tidak langsung terhadap

kesehatan manusia. Jika logam berat terakumulasi pada tanaman, maka dapat

membahayakan manusi yang mengkonsumsi makanan tersebut. Logam berat juga

dapat terakumulasi dalam sedimen termasuk bantaran sungai, sehingga apabila

daerah ini dimanfaatkan untuk lahan pertanian maka logam tersebut dapat

mencemari hasil pertanian (Wardani et al,2005).

Page 25: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

10

2.5 Sungai Kaligarang

Sungai Kaligarang bermata air di Gunung Ungaran, alur sungainya

memanjang ke arah Utara hingga mencapai Pegandan tepatnya di Tugu Soeharto,

bertemu dengan aliran Sungai Kreo dan Sungai Kripik. Sungai Kaligarang

mempunyai debit 53,0 % dari debit total dan Sungai Kreo 34,7 % selanjutnya

Sungai Kripik 12,3 %. Sungai Kaligarang memberikan air yang cukup dominan

bagi Kota Semarang, sehingga langkah-langkah untuk menjaga kelestariannya

juga terus dilakukan (Pemkot Semarang, 2011).

Di bagian hulu Sungai Kaligarang banyak terdapat hutan dan perkebunan

kopi serta aktivitas lainnya yang memberikan pengaruh terhadap kualitas air

seperti limbah dari pertanian, limbah domestik dari permukiman dan limbah

industri makanan/minuman kemasan, hotel dan rumah sakit. Di Sungai Kreo ada

aktivitas yang berpotensi untuk menurunkan kualitas air yaitu berasal dari limbah

domestik dan air lindi dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang.

Aktivitas yang berpengaruh pada segmen pertemuan antara Sungai Kaligarang

dan Sungai Kreo yaitu di sekitar Tugu Suharto sampai dengan Bendungan

Simongan adalah dari limbah domestik, serta limbah industri dari Kawasan

Industri Simongan. Di segmen ini, air Sungai Kaligarang juga dimanfaatkan

sebagai sumber air baku air minum oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Kota Semarang, sedangkan pada bagian muara, aktivitas utama yang berpotensi

menimbulkan pencemaran adalah aktivitas pembuangan air limbah domestik,

serta industri kecil pengolahan ikan. Beragamnya aktivitas yang memanfaatkan air

Sungai Kaligarang menyebabkan penurunan kualitas air, sehingga perlu dilakukan

Page 26: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

11

pemantauan kualitas air Sungai Kaligarang terutama untuk mengetahui kondisi

Sungai Kaligarang apakah layak untuk kegiatan tertentu (Marlena, 2012).

Sungai Kaligarang dibagi menjadi 7 segmen, menurut Peraturan Gubernur

Jawa Tengah No. 156 tahun 2010 tentang Peruntukan Air dan Pengelolaan

Kualitas Air Sungai Kaligarang :

Segmen I, Sungai Kaligarang memanjang dari daerah hulu di Desa

Gebugan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang sampai di Kelurahan Pudak

Payung Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Panjang sungai pada segmen I

sekitar 12,2 km. Di segmen ini terdapat kegiatan pertanian dan perkebunan,

industri, peternakan, serta pemukiman yang berpotensi mencemari Sungai

Kaligarang. Kegiatan industri yang berada di segmen ini diantaranya adalah PT.

Batamtex, PT. Nissin Biscuits dan PT. Pepsi Cola Indobeverages.

Segmen II, Sungai Kaligarang memanjang dari Kelurahan Pudak Payung

Kecamatan Banyumanik Kota Semarang sampai Kelurahan Bendan Duwur

Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang. Panjang sungai segmen II adalah

sekitar 11,5 km. Kegiatan yang berpotensi meningkatkan beban pencemaran di

sepanjang segmen ini diantaranya adalah industri dan pemukiman. Industri yang

terdapat di segmen ini adalah PT. Raja Besi yang merupakan industri pelapisan

logam, industri jamu PT Jamu dan Farmasi Cap Jago dan PT. Kubota Indonesia

yang memproduksi mesin.

Segmen III, Sungai Kaligarang memanjang dari Kelurahan Bendan Duwur

Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang sampai Kelurahan Bendan Duwur

Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang. Pada segmen III panjang sungai

Page 27: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

12

hanya 2,4 km saja. Di segmen ini sebagian besar lahan merupakan pemukiman

dan lahan pertanian kering bersemak.

Segmen IV, Sungai Kreo memanjang dari Kelurahan Polaman Kecamatan

Mijen Kota Semarang sampai Kelurahan Sadeng Kecamatan Gunung Pati Kota

Semarang. Di segmen ini terdapat kegiatan pertanian dan perkebunan, industri,

TPA sampah, serta pemukiman yang berpotensi mencemari sungai, sedangkan

panjang sungai pada segmen ini sekitar 15,5 km. Di segmen ini terdapat Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Jatibarang, yang terletak di Kelurahan

Kedungpane Kecamatan Mijen dengan luas lahan 46,183 ha. TPA Jatibarang

menampung sampah dari kota Semarang dengan volume sampah 4.900 m3/hari

atau setara dengan 800-1000 ton/hari.

Segmen V, Sungai Kreo memanjang dari Kelurahan Sadeng Kecamatan

Gunung Pati Kota Semarang sampai Kelurahan Bendan Dhuwur Kecamatan

Gajah Mungkur Kota Semarang. Di segmen V terdapat pertemuan antara Sungai

Kripik dan Sungai Kreo yang menuju ke aliran Sungai Kreo menuju Tugu Suharto

dengan panjang sungai sekitar 2,6 km. Di segmen ini terdapat Universitas Negeri

Semarang (UNNES) yang merupakan kampus konservasi yang berusaha untuk

tetap melestarikan lingkungan hidup dengan memiliki ruang terbuka hijau yang

cukup luas dengan keanekaragaman hayati flora dan fauna yang cukup tinggi.

Luas tanaman tahunan sebesar 28,289 Ha mampu menyerapkan air ke dalam

tanah sebesar 982,23 l/s sedangkan tanaman perdu seluas 19,047 Ha mampu

menyerapkan air sebesar 661,14 l/s ke dalam tanah,selain itu UNNES juga

memiliki beberapa embung dengan total luas 0,303 Ha, serta memiliki 13 sumur

resapan dan kurang lebih 500 lubang biopori.

Page 28: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

13

Segmen VI, Sungai Kaligarang memanjang dari Kelurahan Bendan Duwur

Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang sampai Kelurahan Barusari

Kecamatan Semarang Selatan Kota Semarang. Di segmen ini terdapat

pengambilan air baku PDAM yang mensyaratkan kualitas air memenuhi kriteria

mutu air kelas I, namun demikian di segmen ini juga terdapat beberapa industri di

wilayah Simongan yang air limbahnya dibuang ke Sungai Kaligarang. Industri

yang terdapat di segmen ini diantaranya adalah PT. Alam Daya Sakti, PT. ISTW,

PT. Kimia Farma, PT. Semarang Makmur, PT. Damaitex, PT. Sinar Pantja Djaya,

PT. Phapros dan RS. Dr. Karyadi.

Segmen VII, Sungai Banjir Kanal Barat memanjang dari Kelurahan

Barusari Kecamatan Semarang Selatan Kota Semarang sampai Kelurahan Tanah

Mas Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang. Di segmen ini didominasi

dengan wilayah pemukiman, namun juga terdapat industri kecil seperti tahu dan

tempe serta pengolahan ikan.

Page 29: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

14

Aliran Sungai Kaligarang secara lebih rinci disajikan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Peta Segmen Sungai Kaligarang

2.6 Sedimen

Sedimentasi adalah proses terangkutnya material-material padat dari

berbagai ukuran oleh suatu aliran air maupun angin yang diendapkan pada tempat

tertentu. Material-material padat yang terangkut pada proses sedimentasi biasa

disebut sedimen (Ismail, 2012). Sedimen dengan ukuran kecil seperti lempung

dapat diangkut oleh aliran sungai dengan bentuk terlarut, namun untuk ukuran

yang lebih besar seperti pasir cenderung bergerak dengan cara meloncat. Partikel

Page 30: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

15

yang lebih besar dari pasir bergerak dengan cara merayap atau menggelinding di

dasar sungai.

Sedimen yang terdapat di sungai pada umumnya merupakan produk dari

pelapukan batuan (Ismail, 2012., Sudaryo et al., 2010) yang dipengaruhi oleh

lingkungan, terutama iklim. Pelapukan batuan menghasilkan partikel-partikel

tanah, karena pengaruh tenaga kinetis air hujan dan aliran air permukaan, maka

partikel-partikel tanah tersebut akan terangkut ke tempat yang lebih rendah dan

masuk ke dalam sungai (Sudaryo, et al., 2010). Rapat massa butiran sedimen

umumnya tidak banyak berbeda. Karena kondisi dominan dalam sedimen alam,

maka nilai rapat massa dianggap ρs= 2650 kg/cm2. Untuk lempung 𝜌𝑠 = 2500-

2700 kg/cm2 (Ismail, 2012).

Endapan (sedimen) dan koloidal serta bahan terlarut juga dapat berasal

dari adanya bahan polutan industri yang berbentuk padat. Bahan polutan industri

yang berbentuk padat jika tidak dapat larut sempurna akan mengendap di dasar

sungai, dan yang larut sebagian akan menjadi koloidal. Endapan sebelum sampai

ke dasar sungai akan melayang di dalam air bersama-sama dengan koloidal.

Endapan dan koloidal yang melayang di dalam air akan menghalangi masuknya

sinar matahari kedalam lapisan air, sehingga akan mengganggu proses fotosintesis

mikroorganisme (Sudaryo et al., 2010).

Analisis kandungan logam berat dilakukan pada sedimen sungai karena di

dalam perairan dan sedimen mengandung banyak ligan yang dapat menyebabkan

logam berat bergabung. Logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat

bahan organik dan mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen

sehingga kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan dalam air

Page 31: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

16

(Eshmat et al., 2014). Logam berat yang berada dalam sedimen relatif lebih stabil

keberadaanya jika dibandingkan dalam air, sehingga sedimen dapat merekam

sejarah variasi logam berat di wilayah tertentu dengan dalam skala waktu yang

panjang (Zhuang et al, 2016). Sedimen juga mudah tersuspensi oleh pergerakan

massa air yang menyebabkan logam pada sedimen larut kembali dalam air,

sehingga sedimen menjadi sumber pencemar yang potensial dalam skala waktu

tertentu.

2.7 Tumbuhan Yang Hidup di Sungai

Logam berat yang masuk ke badan perairan berasal dari berbagai macam

kegiatan baik kegiatan yang secara langsung menggunakan logam berat tersebut

maupun sebagai hasil sampingan dari suatu kegiatan. Bahan pencemar seperti

logam berat juga dapat masuk ke dalam tubuh biota (Eshmat et al., 2014). Biota

adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia mencakup organisme hidup

selain manusia itu sendiri, termasuk tumbuhan (Sasongko, 2006).

Derajat proteksi terhadap pencemaran sangat bervariasi dan tergantung

pada spesies, sehingga dalam keadaan terkontaminasi, keseimbangan ekologi akan

menurun dan hanya dapat bertahan hidup. Mekanisme proteksi tersebut dapat

dimanfaatkan untuk mendeteksi derajat kontaminasi logam pada organisme air,

meskipun organisme tersebut tidak terpengaruh (Dewi,2012), sehingga dalam

beberapa penelitian digunakan tumbuhan sebagai indikator pencemaran suatu

lingkungan termasuk pencemaran di sungai. Tumbuhan menggunakan banyak air

untuk melakukan metabolisme, sehingga dimungkinkan pencemaran yang terjadi

pada air sungai juga diterima oleh tumbuhan sekitarnya. Keberadaan tumbuhan di

Page 32: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

17

sekitar aliran sungai yang mudah didapat juga menjadi keuntungan tersendiri

pemilihan tumbuhan sebagai indikator pencemaran yang ada.

2.8 Analisis Aktivasi Neutron (AAN)

2.8.1 Neutron

Neutron merupakan partikel tidak bermuatan dan mempunyai massa

hampir sama dengan massa proton, mn= 1,0086654 u = 1,6748 × 10−27 kg,

ehingga dalam interaksinya dengan materi tidak dipengaruhi oleh gaya Coulomb.

Kenetralan listrik partikel neutron inilah yang menyebabkan neutron mempunyai

kemampuan untuk menembus bahan-bahan dengan mudah, sehingga mempunyai

daya tembus yang besar dibanding partikel nuklir lainnya. Neutron bukan partikel

mantap di luar inti. Neutron bebas meluruh secara radioaktif menjadi sebuah

proton, sebuah elektron dan sebuah antineutrino dengan umur rata-rata 15,5

menit. Neutron merupakan penyusun yang diperlukan dari inti atomik (Beiser,

1986).

Neutron dapat dibedakan menjadi empat jenis berdasarkan energinya

(Krane, 1992) :

1. Neutron termal, energinya sekitar 0,025 eV

2. Neutron epitermal, energinya sekitar 1 eV

3. Neutron lambat, energinya sekitar 1 keV

4. Neutron cepat, energinya diatas 100 keV

2.8.2 Sumber Neutron

Neutron adalah zarah elementer penyusun inti atom yang tidak mempunyai

muatan listrik. Massa diam sebuah neutron 𝑚𝑛 hampir sama dengan massa sebuah

Page 33: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

18

proton, yaitu sebesar 1,67492 × 10−24 gram. Cacah neutron dalam inti atom biasa

dilambangkan dalam huruf N. Neutron dapat dihasilkan dari beberapa sumber,

diantaranya (Susetyo, 1988) :

1. Reaktor Atom

Pada umumnya bahan bakar suatu reaktor atom adalah Uranium. Inti 235

U

apabila menyerap neutron akan mengalami pembelahan menjadi dua inti baru

disertai dengan 2 atau 3 neutron, menurut reaksi sebagai berikut :

𝑈92235 + 𝑛0

1 → 𝑋𝑍1𝐴1 + 𝑌𝑍2

𝐴2 + 2 (𝑎𝑡𝑎𝑢 3) 𝑛01

Neutron yang dihasilkan langsung dari reaksi di atas mempunyai tenaga yang

sangat tinggi (neutron cepat). Neutron ini tidak dapat dipakai dengan efektif untuk

membelah Uranium, oleh sebab itu biasanya dalam reaktor ada moderator yang

berfungsi untuk menurunkan tenaga neutron cepat.

2. Akselerator

Sebuah akselerator mampu mempercepat zarah-zarah bermuatan dan

menumbukkanya pada bahan sasaran (target). Peristiwa tumbukan ini terjadi

reaksi inti yang menghasilkan neutron. Sebagai contoh, zarah deuterium ( 𝐻12 )

dipercepat dan ditembakkan ke tritium ( 𝐻13 ) sehingga terjadi reaksi inti sebagai

berikut (Zuo et al., 2014):

𝐻12 + 𝐻1

3 → 𝐻𝑒24 + 𝑛0

1 + 17,6 𝑀𝑒𝑉

Neutron yang dihasilkan oleh akselerator adalah neutron cepat dan dapat

dikatakan bertenaga tunggal (monoenergetik).

3. Sumber neutron isotropik

Neutron juga dapat dihasilkan dari isotop radioaktif yang berinteraksi

dengan bahan sasaran. Sumber semacam ini dinamakan sumber neutron isotropik.

Page 34: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

19

Sumber neutron isotropik dapat dibagi menjadi dua golongan, ditinjau dari reaksi

inti yang menimbulkan neutron yaitu :

a. Sumber neutron yang berdasarkan reaksi (𝛾, 𝑛).

b. Sumber neutron yang berdasarkan reaksi (𝛼, 𝑛).

Contoh dari sumber neutron berdasarkan reaksi (𝛾, 𝑛) adalah sumber isotop

226Ra. Isotop ini memancarkan sinar- 𝛾 tenaga tinggi yang kemudian berinteraksi

dengan bahan sasaran yang terbuat dari Berilium (Be), sehingga menghasilkan

neutron yang mempunyai tenaga 200 keV. Contoh dari sumber neutron

berdasarkan reaksi (𝛼, 𝑛) adalah sumber isotop 210

Po. Isotop ini memancarkan

partikel 𝛼 yang kemudian berinteraksi dengan bahan sasaran yang terbuat dari

Berilium (Be) sehingga menghasilkan neutron.

2.9 Reaktor Kartini

Reaktor Kartini adalah tipe reaktor yang digunakan untuk pelatihan

operasi reaktor, eksperimen fisika reaktor, analisis aktivasi neutron, penelitian dan

pengembangan instrumentasi serta kendali reaktor. Teras reaktor diisi dengan 69

bahan bakar dan bekerja membangkitkan daya 100 kW. Teras reaktor berbentuk

silinder berada di dalam kolam air berbentuk bejana silinder dengan diameter 200

cm dan tinggi 6 m. Manfaat kolam adalah merupakan perisai radiasi arah vertikal

dan menjadi pendingin teras reaktor. Bejana air tersebut dikelilingi oleh perisai

beton barit yang berfungsi sebagai penyangga struktur reaktor dan perisai radiasi

kearah radial.

Bahan bakar yang digunakan dalam Reaktor Kartini berupa paduan/alloy

UZrH (Uranium zirkonium hidrida), yang mempunyai kandungan Uranium 8,5%

berat, dan uranium tersebut telah diperkaya dengan isotop U-235 sebesar 20%

Page 35: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

20

berat. Bahan bakar tersebut berada dalam kelongsong SS304 membentuk batang

bahan bakar standar reaktor Triga. Sistem pendinginan reaktor Kartini

menggunakan azas konveksi alam, yaitu panas yang dikeluarkan oleh bahan bakar

diterima oleh air yang berada di sela antar bahan bakar yang oleh karena

menerima panas kemudian air panas tersebut bergerak keatas menuju ujung atas

bahan bakar dan kemudian keluar melalui sela antara sirip bahan bakar dan

gridplate teras kemudian bercampur dengan air kolam reaktor. Karena air pada

sela antar bahan bakar tersebut bergerak keatas maka terjadi pengisian air dari

bagian bawah bahan bakar untuk kemudian mengalami proses yang sama seperti

air yang telah mengalami pemanasan sebelumnya. Proses konveksi alam ini

berlangsung terus menerus sehingga membentuk perputaran konveksi alam

dengan air tangki reaktor sebagai pemelihara kestabilan temperatur

kesetimbangan yang terjadi teras reaktor.

Panas di dalam teras ditimbulkan oleh reaksi fisi berantai yang terjadi

selama reaktor beroperasi. Reaksi berantai tersebut dapat terjadi oleh karena ada

sejumlah bahan bakar yang memenuhi syarat massa kritis (massa minimum 235

U

untuk melaksanakan reaksi berantai) dan tersedia batang kendali sebagai

pengendali populasi neutron dalam kekritisannya. Skema reaksi fisi yang terjadi

dalam reaktor disajikan pada Gambar 2.2 sebagai berikut.

Page 36: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

21

Gambar 2.2. Urutan Proses Fisi yang Khas (Krane,1992).

Teras reaktor tempat terjadinya reaksi berantai berbentuk silinder yang

dibatasi oleh kisi-kisi (gridplate) dan dikelilingi oleh reflektor grafit yang

tebalnya 30 cm. Reaktor dikendalikan dengan tiga buah batang kendali yang

merupakan material penyerap neutron terbuat dari Boron Karbida (B4C). Batang-

batang kendali ini ditempatkan dalam kelongsong alumunium yang berbentuk

sama dengan batang elemen bakar dan disisipkan dari atas pada posisi tertentu

dalam teras untuk mengatur daya yang diinginkan. Ketiga batang kendali

mempunyai fungsi masing-masing sebagai pengatur, pengaman dan kompensasi.

2.9.1 Sumber Neutron Reaktor Kartini

Americium-24 Berilium (AmBe) adalah sumber neutron yang digunakan

untuk start-up reaktor Kartini. Sumber neutron ini dimasukkan dalam suatu

tempat berbentuk silinder dari aluminium berdiameter 3,7 cm dan tinggi 72 cm.

Sumber neutron tersebut dimasukkan dalam teras reaktor pada salah satu lubang

kisi teras.

Moderator

Fisi

Fisi

Tunda

Langsung Fisi

Page 37: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

22

2.9.2 Fasilitas Eksperimen

Reaktor Kartini merupakan reaktor penelitian yang dilengkapi dengan

beberapa fasilitas iradiasi. Penyediaan fasilitas iradiasi tersebut dimaksudkan

untuk memanfaatkan reaktor secara optimum melalui berbagai macam eksperimen

antara lain eksperimen dengan reaktor, eksperimen instrumentasi reaktor,

eksperimen dengan analisis aktivasi neutron (AAN), eksperimen analisis dengan

pengaktivan neutron cepat maupun dengan gamma serentak, eksperimen dengan

perangkat subkritik, eksperimen uji tak merusak seperti neutron dan gamma

radiography serta eksperimen penanganan pasca panen. Fasilitas eksperimen pada

reaktor Kartini disajikan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Fasilitas Eksperimen Reaktor Kartini (BATAN, 2012)

Teras

Kolam

Page 38: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

23

Keterangan :

1. Central timble

2. Pneumatik

3. Lazy Susan

4. Beam Port tembus

5. Beam Port tangensial

6. Beam Port radial

7. Kolom termal

8. Kolom termalisasi

9. Sub Kritik

10. Bulk Shielding

2.9.2.1 Diskripsi fasilitas eksperimen

2.9.2.1.1 Central Thimble (saluran tengah)

Saluran tengah didesain untuk keperluan eksperimen iradiasi di daerah

yang mempunyai fluks neutron maksimum. Saluran tengah ini berupa tabung

yang memiliki diameter 24 mm dan panjang 6 m. Tabung ini terletak di tengah-

tengah tangki reaktor dan memanjang dari atas sampai ke penyangga teras reaktor.

Di dasar tabung terdapat 4 buah lubang yang berguna untuk jalan masuk air ke

dalam tabung selama operasi reaktor. Ukuran sampel yang dapat masuk

berdiameter 1,8 cm dan panjang 5,6 cm.

2.9.2.1.2 Pneumatic Transfer System

Perangkat pneumatic transfer system digunakan untuk eksperimen iradiasi

sampel yang menghasilkan radionuklida berumur pendek. Sampel yang akan

diiradiasi dapat dimasukkan maupun diambil dari teras reaktor secara otomatis

dalam waktu yang sangat singkat. Terminal iradiasinya dimasukkan ke dalam

teras reaktor pada salah satu kisi. Sampel yang akan di iradiasi harus dimasukkan

ke dalam suatu kelongsong yang berukuran diameter 2,5 cm dan panjang 5 cm.

Page 39: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

24

2.9.2.1.3 Rak putar (Lazy Susan)

Rak putar merupakan sebuah fasilitas iradiasi yang mengelilingi teras

reaktor terletak dibagian atas perangkat reflektor. Rak putar terdiri dari 40 lubang

tempat iradiasi, dapat digunakan secara bersama-sama dan dapat diputar. Masing-

masing lubang (tabung) mempunyai ukuran diameter 3,1 cm dan dalamnya 27,4

cm. Pemasukkan dan pengeluaran sampel dilakukan melalui sebuah tabung

pengarah (specimen removal tube) yang dapat diatur dari atas reaktor. Sampel

yang dapat diiradiasi dimasukkan ke dalam suatu kelongsong yang berukuran

panjang 13,6 cm dan diameter 2,84 cm. Masing-masing lubang di dalam rak putar

dapat diisi sampai 2 tabung kelongsong.

2.9.2.1.4 Beam port tembus

Beam port tembus radial adalah fasilitas iradiasi yang berhubungan

dengan teras reaktor. Fasilitas ini disediakan untuk iradiasi atau eksperimen yang

memerlukan fluks neutron atau gamma yang tinggi dan mempunyai dimensi

diameter 20 cm.

2.9.2.1.5 Beam port tangensial

Beam port tangensial didesain untuk fasilitas eksperimen di mana fluks

neutron dan gamma paling rendah. Ukuran fasilitas ini sama dengan beam port

radial tembus.

2.9.2.1.6 Beam port radial

Ada dua beam port radial teridiri dari satu beam port pada posisi arah

barat dan satunya lagi pada arah barat laut. Beam port radial arah barat digunakan

sebagai sumber neutron untuk perangkat subkritik. Beam port radial arah barat

laut digunakan untuk mengembangkan fasilitas radiografi neutron.

Page 40: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

25

2.9.2.1.7 Kolom termal

Kolom termal grafit berukuran 1,20 m x 1,20 m x 1,60 m dan memanjang

dari sisi luar reflektor ke permukaan sebelah dalam pintu penutup (shielding

radiasi). Fungsi dari kolom termal adalah untuk eksperimen iradiasi dari sampel

yang khusus memerlukan radiasi neutron termal. Ukuran sampel yang dapat

diiradiasi maksimum adalah 10 cm x 10 cm.

2.9.2.1.8 Kolom termalisasi

Kolom termalisasi adalah fasilitas eksperimen seperti kolom termal, tetapi

dimensinya lebih kecil. Kolom termalisasi memiliki posisi yang berlawanan

dengan kolom termal. Kolom termalisasi mempunyai lebar 61 cm dan tinggi 132

cm.

2.9.2.1.9 Perangkat subkritik

Sebuah perangkat reaktor subkritis dikopelkan dengan reaktor Kartini

melalui salah satu tabung berkas neutron (beam port), dimana perangkat tersebut

diletakkan dalam suatu ruangan perisai beton di depan tabung berkas. Perangkat

ini dapat digunakan untuk pengukuran buckling efek batang kendali, penentuan

susunan yang optimum antara volume Uranium dengan H2O, dan pengukuran

parameter-parameter lainnya.

2.9.2.1.10 Bulk Shielding (untuk eksperimen perisai)

Fasilitas untuk eksperimen perisai terletak pada sisi yang berlawanan dari

kolom termal. Kolam air bervolume besar ini mempunyai kedalaman 3,80 m,

lebar 2,40 m dan panjang 2,65 m. Tangki (kolam) ini diberi cat epoxy yang tahan

terhadap rembesan air dari dalam. Bulk shielding tersebut dihubungkan ke teras

reaktor melalui lubang kolom termalisasi (BATAN, 2012).

Page 41: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

26

2.10 Interaksi Neutron dengan Materi

Interaksi neutron dengan bahan bergantung pada tenaga neutron dan jenis

bahan. Pada neutron relativistik (>10 MeV), proses interaksi yang penting adalah

reaksi atom. Pada neutron cepat (9 keV – 10 MeV), hamburan elastis yang banyak

terjadi, tenaga neutron yang hilang sama dengan masing-masing hasil tumbukan,

sehingga bahan dengan Z yang tinggi tidak baik untuk memperlambat neutron.

Pada neutron intermediate (0,5 eV – 10 keV), proses yang dominan adalah

hamburan elastis. Pada neutron termal (0,025 eV), proses yang penting adalah

tangkapan neutron, sehingga neutron menjadi bagian dari inti penyerap. Senyawa

inti yang terbentuk harus melepaskan kelebihan tenaga dengan memancarkan

sinar gamma atau disebut reaksi (n,𝛾), untuk inti ringan terjadi reaksi (n,p), untuk

neutron lambat dalam B dan Li terjadi reaksi (n,𝛼). Tangkapan neutron termal

dalam inti berat seperti Uranium dan Plutonium menghasilkan pembelahan inti

(reaksi fisi). Ionisasi yang dihasilkan pada interaksi neutron dengan bahan adalah

dari proses sekunder (Yulianti, et al., 2005).

2.11 Interaksi Gamma (𝜸) dengan Materi

Interaksi foton sinar gamma atau sinar-X dengan atom dalam bahan akan

menghasilkan ion primer yang sedikit. Ion-ion ini mengakibatkan terjadinya

ionisasi atom dalam bahan. Interaksi foton sinar gamma dengan bahan ada 3 cara

yaitu efek fotolistrik, efek Compton dan produksi pasangan.

2.11.1 Efek Fotolistrik

Saat foton menumbuk elektron, semua tenaga foton diserap elektron dan

sebagian tenaga digunakan untuk melepaskan elektron dari ikatan inti atom.

Page 42: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

27

Elektron ini yang menyebabkan terjadinya ionisasi atom dalam bahan. Efek

fotolistrik sebagian besar terjadi pada interaksi foton dengan tenaga lebih kecil

dari 1 MeV.

2.11.2 Efek Compton

Pada tumbukan foton dengan elektron bebas, sebagian tenaga foton

diserap elektron. Foton dengan tenaga lebih rendah akan dihamburkan dengan

sudut yang sama dengan elektron yang ditumbuk. Elektron yang ditumbuk ini

yang menyebabkan terjadinya ionisasi atom dalam bahan. Efek Compton banyak

terjadi untuk tenaga foton antara 200 keV – 5 MeV.

2.11.3 Produksi Pasangan

Dalam proses ini foton berinteraksi dengan inti, menyerahkan semua

tenaganya dan membentuk dua partikel elektron dan positron. Proses

pembentukan pasangan terjadi di dekat inti atom, dengan tenaga foton lebih besar

dari 1,02 MeV (Yulianti et al.,2005).

2.12 Prinsip Dasar Analisis Aktivasi Neutron (AAN)

Aktivasi merupakan proses eksitasi dari nuklida yang stabil menjadi nuklida

aktif atau nuklida radioaktif. Analisis Aktivasi Neutron (AAN) merupakan metode

analisis unsur dalam suatu bahan dengan menggunakan neutron termal. Cuplikan

yang akan dianalisis diiradasi menggunakan neutron termal. Iradiasi neutron

mengakibatkan inti-inti atom dalam cuplikan menangkap neutron dan menjadi

radioisotop. Prinsip dasar aktivasi neutron secara lebih jelas disajikan pada

Gambar 2.4.

Page 43: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

28

Gambar 2.4 Prinsip Dasar Analisis Aktivasi Neutron (AAN)

Radionuklida yang terbentuk dapat memancarkan sinar 𝛽 dan juga sinar-𝛾

yang memiliki tenaga spesifik dan mencirikan nuklida pemancarnya. Aktivitas

dari sinar- 𝛾 yang dihasilkan akan sebanding dengan jumlah radionuklida yang

terbentuk. Pengukuran terhadap energi sinar-𝛾 yang terbentuk digunakan untuk

mengetahui unsur yang terkandung di dalam cuplikan. Jika setiap aktivitas energi-

𝛾 ini sebanding dengan massa unsur di dalam cuplikan, maka apabila dilakukan

pengukuran terhadap setiap aktivitas sinar- 𝛾 dapat ditetapkan jumlah unsur

tersebut.

Metode AAN dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif.

Analisis kualitatif adalah untuk mengetahui unsur-unsur apa saja yang terkandung

dalam cuplikan, sedangkan analisis kuantitatif untuk mengetahui kadar atau

konsentrasi unsur-unsur tersebut dalam cuplikan. Analisis kuantitatif ini dilakukan

setelah analisis kualitatif dilakukan (Mulyaningsih,2002).

2.12.1 Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif adalah untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung

dalam cuplikan dari jenis reaksi inti yang terjadi, hal ini dapat dilakukan karena

setiap isotop memancarkan radiasi gamma khas (Rosyidan et al.,2013). Penentuan

Page 44: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

29

jenis unsur dilakukan dengan menentukan puncak spektrum energi gamma

cuplikan. Besarnya energi gamma tersebut dicocokkan dengan Neutron Activation

Tables (Erdtmann,1976), sehingga diperoleh jenis unsur yang terkandung dalam

suatu sampel (Yulianti et al.,2009).

2.12.2 Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui besarnya kadar unsur

dalam suatu sampel. Sampel diiradiasi menggunakan neutron akan menyebabkan

reaksi inti dari atom unsur yang terkandung dalam sampel dengan neutron,

sehingga atom unsur tersebut akan bersifat radioaktif. Dalam selang waktu dt, laju

produksi inti radioaktif yang dihasilkan :

𝑅 = [𝑑𝑁

𝑑𝑡]

𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 (2.1)

Karena inti bersifat radioaktif maka akan mengalami peluruhan untuk menuju

keadaan stabil. Aktivitas didefinisikan sebagai jumlah peluruhan per detik

(Dwijananti,2012) :

|𝑑𝑁

𝑑𝑡|

𝑝𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛= 𝜆𝑁 (2.2)

Sehingga, laju neto pembentukan inti radioaktif merupakan selisih antara laju

produksi dan peluruhannya :

𝑑𝑁

𝑑𝑡= [[

𝑑𝑁

𝑑𝑡]

𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖− |

𝑑𝑁

𝑑𝑡|

𝑝𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛] (2.3)

𝑑𝑁

𝑑𝑡= 𝑅 − 𝜆𝑁 (2.4)

Persamaan (2.4) dipindah ruas, selanjutnya diintegrasikan menjadi :

∫𝑑𝑁

𝑅−𝜆𝑁= ∫ 𝑑𝑡 (2.6)

Persamaan (2.6) dapat diselesaikan memisalkan 𝑈 = 𝑅 − 𝜆𝑁, sehingga diperoleh :

Page 45: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

30

∫𝑑𝑈

−𝜆

𝑈= ∫ 𝑑𝑡 (2.7)

Hasil penyelesaian Persamaan (2.7) diperoleh jumlah inti yang ada sebagai :

𝑁 =1

𝜆(𝑅 − 𝐶𝑒−𝜆𝑡) (2.8)

Jika pada saat mula-mula (𝑡0 = 0) maka nilai 𝑁 = 0, sehingga diperoleh

nilai 𝑅 = 𝐶. Sampel diiradiasi selama selang waktu tertentu (𝑡𝑖) sehingga bersifat

radioaktif dan memiliki aktivitas sebesar :

𝐴1 = 𝑅(1 − 𝑒−𝜆𝑡𝑖) (2.9)

Sampel yang bersifat radioaktif akan mengalami peluruhan, sehingga saat

didiamkan/ditunda selama selang waktu tertentu (𝑡𝑑) aktivitasnya menjadi:

𝐴2 = 𝑅(1 − 𝑒−𝜆𝑡𝑖)(𝑒−𝜆𝑡𝑑 ) (2.10)

Sampel selanjutnya dicacah selama selang waktu tertentu (𝑡𝑐) menggunakan

seperangkat spektrometer-𝛾. Laju cacah (𝐶) yang dihasilkan menunjukkan

aktivitas sampel saat pencacahan dan dirumuskan sebagai :

𝐶 = ∫ 𝑅 (1 − 𝑒−𝜆𝑡𝑖)(𝑒−𝜆𝑡𝑑)𝑡𝑐

0𝑒−𝜆𝑡𝑐𝑑𝑡 (2.11)

Hasil integrasi Persamaan (2.11) disajikan pada Persamaan (2.12) :

𝐶 = 𝑅(1 − 𝑒−𝜆𝑡𝑎)(𝑒−𝜆𝑡𝑑)1

𝜆(1 − 𝑒−𝜆𝑡𝑐) (2.12)

Laju pembentukan inti radioaktif (R) bergantung pada jumlah inti sasaran.

Andaikan massa sasaran adalah m, maka jumlah inti sasaran adalah 𝑚

𝑀𝑁𝐴, dengan

M adalah berat molekul (dapat sama dengan nomor massa A jika sasaran adalah

atom murni), dan 𝑁𝐴 adalah bilangan Avogadro (6,02 × 1023 atom/mol).

Intensitas neutron pada reaktor dinyatakan dalam laju neutron per satuan luas per

satuan waktu/fluks neutron (𝜙), tampang lintang adalah σ, dan kelimpahan atom

𝑎, sehingga besarnya R adalah :

Page 46: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

31

𝑅 = ϕ σ 𝑚𝑁𝐴𝑎

𝜆 𝐴 (2.13)

Subtitusi Persamaan (2.13) ke Persamaan (2.12) menghasilkan :

𝐶 = ϕ σ 𝑚𝑁𝐴𝑎

𝜆 𝐴(1 − 𝑒−𝜆𝑡𝑎)(𝑒−𝜆𝑡𝑑)(1 − 𝑒−𝜆𝑡𝑐) (2.14)

Penelitian ini menggunakan detektor-𝛾 maka besarnya aktivitas perlu dikalikan

dengan konstanta 𝑘 yang besarnya 𝑘 = 𝜀 𝑌, sehingga besarnya massa unsur :

𝑚𝑈 =𝐶 𝜆 𝐴

𝜀 𝑌 𝜙 σ 𝑁𝐴 𝑎(1−𝑒−𝜆𝑡𝑖)(𝑒−𝜆𝑡𝑑)(1−𝑒−𝜆𝑡𝑐) (2.15)

dengan :

ti = waktu iradiasi (sekon)

td = waktu tunda (sekon)

tc = waktu pencacahan (sekon)

𝐶 = laju cacah ( s-1

)

𝜆 = konstanta peluruhan (s-1

)

𝐴 = berat atom (smu)

𝑎 = kelimpahan

𝑌 = yield/ intensitas mutlak

𝑁𝐴 = bil. Avogadro (partikel/mol)

𝜙 = fluks neutron (cm-2

s-1

)

σ = tampang lintang (cm2)

𝑚𝑈 = massa unsur (𝜇𝑔)

𝜀 = efisiensi detector

2.13 Spektrometer Gamma

Interaksi sinar-𝛾 dengan detektor akan menghasilkan signal pulsa. Tinggi

pulsa yang dihasilkan detektor bersesuaian dengan tenaga foton- 𝛾 yang mengenai

detektor. Pulsa-pulsa tersebut selanjutnya diproses secara elektronik dalam

serangkaian peralatan yang membentuk perangkat spektrometer- 𝛾 (Susetyo,

1988). Skema spektrometer- 𝛾 secara lebih jelas disajikan pada Gambar 2.5.

Page 47: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

32

Gambar 2.5. Perangkat Spektrometer-𝛾.

Keterangan :

1. Tempat sampel

2. High Voltage (HV)

3. Detektor HPGe

4. Cryostat

5. Preamplifier

6. Amplifier

7. Multi Channel Analyzer (MCA)

8. PC Komputer

9. Printer

2.13.1 Detektor HPGe (High Pure Germanium)

Detektor HPGe adalah detektor semikonduktor yang medium detektornya

terbuat dari bahan semikonduktor berupa germanium dengan kemurnian tinggi.

Detektor HPGe diletakkan dalam bejana hampa yang disebut sistem cryostat yang

berisi nitrogen cair bersuhu -1900C (77K). Cryostat berfungsi mendinginkan

detektor dan menjamin daya pisah yang tinggi. Detektor HPGe harus dioperasikan

pada suhu yang sangat rendah agar tidak terjadi kebocoran arus yang

menghasilkan derau dan merusak daya pisah detektor. Daya pisah atau resolusi

detektor adalah kemampuan detektor untuk memisahkan dua puncak tenaga sinar-

4

1 5 6 7 8

9

2

Page 48: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

33

𝛾 yang berdekatan (Darmawati, 2009). Detektor dalam spektrometri-𝛾 dapat

dianggap sebagai sebuah kapasitor. Apabila sinar- 𝛾 masuk ke dalam detektor

maka terjadi proses pembentukan pasangan elektron-hole (ion positif). Sumber

tegangan tinggi yang dihubungkan dengan detektor akan menimbulkan medan

listrik dalam detektor. Medan listrik akan mempercepat muatan untuk

dikumpulkan di elektroda. Selama pengumpulan muatan ini terjadi arus listrik

yang lemah dan juga penurunan tegangan yang menimbulkan pulsa (Susetyo,

1988).

2.13.2 Sumber Tegangan Tinggi (HV)

Sumber tegangan tinggi (sumber daya) dalam ruang lingkup alat

elektronik pembantu alat nuklir dibagi dalam dua bagian yaitu sumber tegangan

yang diperlukan untuk alat-alat elektronik dan sumber tegangan tinggi untuk

detektor. Sumber tegangan tinggi pada perangkat spektrometer- 𝛾 adalah sumber

tegangan yang diatur dan disesuaikan dengan tegangan kerja detektor yang

digunakan. Setiap detektor memerlukan tegangan searah yang cukup tinggi

dengan nilai yang berbeda-beda. Pada detektor HPGe tegangan kerja yang

digunakan adalah sebesar 3000 Volt (Darmawati, 2009).

2.13.3 Penguat Awal (Preamplifier)

Penguat awal terletak diantara detektor dan penguat. Alat ini mempunyai

beberapa fungsi sebagai berikut :

- Untuk melakukan amplifikasi awal terhadap pulsa keluaran detektor.

- Untuk melakukan pembentukan pulsa pendahuluan.

Page 49: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

34

- Untuk mencocokan impedansi keluaran detektor dengan kabel signal masuk ke

penguat.

- Untuk mengadakan perubahan muatan menjadi tegangan pada pulsa keluaran

detektor.

- Menurunkan derau.

Penguat awal ada dua jenis yaitu penguat awal peka tegangan dan peka

muatan. Penguat awal peka tegangan mempunyai kelebihan dalam hal memiliki

nisbah signal/derau yang tinggi, akan tetapi mempunyai kelemahan dalam hal

stabilitas, oleh karena itu dalam spektrometri- 𝛾 lebih sering digunakan penguat

awal peka muatan.

2.13.4 Amplifier

Pulsa keluaran detektor telah diubah dari pulsa muatan ke pulsa tegangan

oleh penguat awal, selanjutnya pulsa tersebut dikirim sebagai masukan dari

penguat. Pulsa dipertinggi sampai mencapai amplitudo yang dapat dianalisis

dengan penganalisis tinggi pulsa. Kemampuan suatu penguat untuk memperkuat

pulsa disebut dengan gain. Kebanyakan penguat yang dipakai dalam spektrometri-

𝛾 mempunyai gain yang jangkaunnya mulai dari lima sampai dua ribu (Susetyo,

1988).

2.13.5 Penganalisis Salur Ganda

Penganalisis salur ganda boleh dianggap sebagai gabungan dari banyak

penganalisis saluran tunggal dan dapat membuat spektrum-𝛾 dalam sekali

pengukuran sekaligus. Penganalisis salur ganda berfungsi mengolah dan membuat

grafik spektrum tinggi pulsa dengan isi cacah setiap kanal (Purwandhani, 2007).

Page 50: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

35

Mula-mula pulsa yang masuk ke dalam penganalisis salur ganda diperiksa apakah

masuk dalam jangkau penganalisis salur tunggal yang dipilih dan kemudian

diteruskan menuju Analog to Digital Converter (ADC). Unit ADC ini akan

merubah pulsa yang masuk menjadi bilangan (numerik) yang sebanding dengan

tinggi pulsa tersebut. Setelah pencacahan dilakukan selama satu jangka waktu

yang ditentukan, memori akan berisi daftar bilangan yang bersesuaian dengan

cacah pulsa pada tiap tinggi pulsa (nomor salur). Layar akan membaca memori

beberapa kali per detik sehingga menghasilkan plot isi memori (bilangan di

dalamnya) versus tempat memori atau sama dengan nomor salur, sehingga

diperoleh hubungan bahwa nomor salur menunjukkan tenaga dan cacah tiap salur

menunjukkan banyaknya pulsa, dengan demikian akan muncul spektrum-𝛾 pada

layar oscilloscope (Susetyo, 1988).

2.14 Kalibrasi Spektrometri-𝜸

Kalibrasi spektrometer-𝛾 perlu dilakukan sebelum digunakan untuk analisis.

Kalibrasi ini dilakukan dengan jalan mencacah sumber standar yaitu sumber yang

telah diketahui tingkat tenaga gamma nya (Widarto, 2007). Sumber standar yang

biasa digunakan saat ini adalah sumber standar multigamma 152

Eu. Sumber

semacam ini mempunyai banyak puncak- 𝛾 yang tersebar secara merata dari

tenaga rendah sampai ke tenaga tinggi yaitu dari 100 keV sampai 1500 keV

(Susetyo, 1998).

2.14.1 Kalibrasi Energi

Pada perangkat spektrometer- 𝛾 perlu dicari hubungan antara nomor salur

dan energi, dengan jalan mencacah beberapa sumber radioaktif standar yaitu

Page 51: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

36

sumber yang telah diketahui energinya dengan tepat. Apabila dibuat plot energi

sinar- 𝛾 standar versus nomor saluran puncak serapan total masing-masing maka

didapatkan suatu garis lurus, seperti terlihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6. Kurva Kalibrasi Energi

Y = aX + b (2.16)

Y adalah energi dan X adalah nomor salur, sehingga untuk mengolah data

kalibrasi menjadi persamaan garis linier biasanya digunakan metode regresi linier

(Susetyo, 1988).

2.14.2 Kalibrasi Efisiensi

Kalibrasi energi menghasilkan luas puncak serapan total yang

menunjukkan jumlah cacah rasio nuklida yang terkandung dalam suatu puncak

gamma. Jika luas puncak serapan tersebut yang dipakai untuk menentukan

efisiensi maka dengan sendirinya nilai intensitas mutlak tenaga adalah (Y)E

sebagai konsekuensinya efisiensi deteksi juga merupakan fungsi tenaga 𝜀 (E).

Efisiensi detektor merupakan perbandingan antara banyaknya foton-𝛾 yang

ditangkap dengan yang dipancarkan dari sumber- 𝛾 tiap detik.

𝜀 (E) = 𝐶𝑝𝑠

𝑑𝑝𝑠.𝑌(𝐸) (2.17)

Page 52: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

37

Cps = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑐𝑎𝑐𝑎ℎ𝑎𝑛 (2.18)

Dengan :

Cps = laju cacah pada saat t detik

Dps = aktivitas sumber standar

Y(E) = Yield atau intensitas mutlak yang didapat dari tabel tenaga radionuklida (Widarto,

2007).

Page 53: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

64

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa

kesimpulan, yaitu :

1. Logam berat yang terdeteksi di Sungai Kaligarang pada sampel sedimen

adalah Co-59, Zn-64, Fe-58, Cr-50 dan Mg-26, sedangkan pada sampel

tumbuhan logam berat yang terdeteksi adalah Co-59, Zn-64, Fe-58, dan Cr-

50.

2. Kadar logam berat di Sungai Kaligarang pada sampel sedimen meliputi Co-

59 (1,705-6,765) 𝜇𝑔/𝑔, Zn-64 (3,8921-15,831) 𝜇𝑔/𝑔, Fe-58 (3128,028-

17959,739) 𝜇𝑔/𝑔, Cr-50 (0,510-4,621) 𝜇𝑔/𝑔, dan Mg-26 (1,043-1,543) 𝜇𝑔/

𝑔, sedangkan pada sampel tumbuhan kadar logam berat meliputi Co-59

(0,075-0,896) 𝜇𝑔/𝑔, Zn-64 (10,324) 𝜇𝑔/𝑔, Fe-58 (212,755-2327,210) 𝜇𝑔/𝑔,

dan Cr-50 (0,480-0,754) 𝜇𝑔/𝑔. Kadar Zn dan Cr yang terdeteksi di seluruh

lokasi belum melebihi ambang batas yang telah ditetapkan, sedangkan Co,

Fe, Mg dan sampel tumbuhan belum ditetapkan ambang batasnya.

3. Distribusi logam berat Co-59, Zn-64, Fe-58, Cr-50 dan Mg-26 pada sampel

sedimen di Sungai Kaligarang tersebar di semua lokasi pengambilan sampel,

kecuali Zn-64 dan Mg-26 tidak terdeteksi pada lokasi 1, sedangkan pada

Page 54: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

65

sampel tumbuhan, hanya Co-59 dan Fe-58 yang terdistribusi di seluruh

lokasi.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan pada penelitian ini, maka

dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Tumbuhan di tepi Sungai Kaligarang mengandung logam berat, sehingga

disarankan untuk tidak menanam tumbuhan produktif disekitarnya.

2. Air Sungai Kaligarang digunakan sebagai air baku PDAM Kota Semarang

sehingga disarankan untuk menanam tumbuhan yang tidak dikonsumsi di tepi

sungai untuk menyerap logam berat.

3. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan pada musim penghujan,

sehingga perlu dilakukan penelitian serupa pada musim kemarau sebagai

pembanding.

Page 55: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

66

DAFTAR PUSTAKA

Andarani, P. dan D. Roosmini. 2009. Profil Pencemaran Logam Berat (Cu,Cr,

dan Zn) pada Air Permukaan dan Sedimen di Sekitar PT.X (Sungai

Cikijing). Bandung : Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB.

BATAN. 2012. Laporan Analisis Keselamatan Reaktor Kartini. Yogyakarta :

Pusat Teknologi Akselerator Dan Proses Bahan.

Beiser, Arthur. 1986. Konsep Fisika Modern. Jakarta : Erlangga.

BPS Kota Semarang. 2014. Statistik Kegiatan Ekonomi Kota Semarang Tahun

2014. Semarang : BPS Kota Semarang.

BPS Kota Semarang. 2015. Kota Semarang dalam Angka 2015. Semarang : BPS

Kota Semarang.

Darmawati, Yeni. 2009. Eksplorasi Kandungan Unsur Pada Limbah Cair Pabrik

Galvanis Dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron Thermal Reaktor

Kartini. Skripsi. Semarang : FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Dewi, N.K., F.F. Perdhana, A. Yuniastuti. 2012. Paparan Seng Di Perairan

Kaligarang Terhadap Ekspresi Zn-Thionein dan Konsentrasi Seng Pada Hati

Ikan Mas. Jurnal MIPA, 35(2) : 108-115.

Dewi, N.K., R. Prabowo dan N. K. Trimartuti. 2014. Analisis Kualitas Fisiko

Kimia dan Kadar Logam Berat pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) dan

Ikan Nila (Oreochromis niloticus L.) di Perairan Kaligarang Semarang.

Biosantifika, 10.15294/biosaintifika.v6i2.3106.

Dwijananti, Pratiwi. 2012. Diktat Mata Kuliah Fisika Inti. Semarang : UNNES.

Erdtmann, Gerhard. 1976. Neutron Activation Table. New York : Kernchemie in

Einzeldarstellungen.

Eshmat, M.E., G.Mahasri dan B.S. Rahardja. 2014. Analisis Kandungan Logam

Berat Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) pada Kerang Hijau (Perna Viridis L.)

di Perairan Ngemboh Kabupaten Gresik Jawa Timur. Jurnal Ilmiah

Perikanan Dan Kelautan, Vol. 6 No. 1.

Grober, U., J. Schmidt dan K. Kisters. 2015. Magnesium in Prevention and

Therapy. Nutrients, 8199-8226; doi:10.3390/nu7095388.

Ismail, Ahmad Ghufron. 2012. Analisis Angkutan Sedimen Bengawan Solo Ruas

Serenan–Cepu. Skripsi. Surakarta : Fakultas Teknik Universitas Sebelah

Maret.

Kacaribu, Kumpulan. 2008. Tesis. Kandungan Kadar Seng (Zn) dan Besi (Fe)

dalam Air Minum dari Depot Air Minum Isi Ulang Air Pegunungan

Sibolangit di Kota Medan. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Krane, Kenneth S. 1992. Fisika Modern. Jakarta : UI Press.

Lestari, S., S. Santoso Dan S. Anggorowati. 2011. Efektivitas Eceng Gondok

(Echhornia Crassipes) Dalam Penyerapan Kadmium (Cd) Pada Leachate

TPA Gunung Tugel. Molekul, Vol. 6. No. 1.

Page 56: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

67

Marlena, Bekti. 2012. Kajian Pengelolaan DAS Kaligarang Untuk Memenuhi

Kualitas Air Sesuai Dengan Peruntukannya. Tesis. Semarang : Universitas

Diponegoro.

Menry, Yulizon. 2009. Analisis Unsur Logam Berat dalam Jaringan Koral dari

Pantai Nanggroe Aceh Darussalam dengan Teknik Analisis Pengaktifan

Neutron (APN). BATAN, ISSN : 1907-0322.

Mireles F., J.L. Pinedo, J.I. Davila, J.E. Oliva, R.J. Speakman, M.D. Glascock.

2011. Assessing Sediment Pollution from The Julian Adame-Alatorre Dam

by Instrumental Neutron Activation Analysis. Microchemical Journal, 99

(2011) 20–25.

Mulyaningsih, Rina Th. 2002. Analisis Sampel Geologi dengan Metode Analisis

Aktivasi Neutron di RGS-Gas. Prosiding Seminar Nasional ke-8 Teknologi

dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir Jakarta, ISSN: 0854 -2910.

Nuraini, E. dan Sunardi. 2010. Kualitas Lingkungan Sungai Code dan Gajahwong

Ditinjau dari Kadar Cu dan Cr dalam Cuplikan Sedimen. Prosiding

Pertemuan Ilmiah XXIV HFI Jateng & DIY, 10 April 2010 hal 328-338.

Pemerintah Kota Semarang. 2012. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12

Tahun 2011 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010 – 2015.

Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 156 tahun 2010 tentang Peruntukan Air dan

Pengelolaan Kualitas Air Sungai Kaligarang.

Purwandhani, Ayu Setyo. 2007. Metode AANC (Analisis Aktivasi Neutron Cepat)

untuk Penentuan Distribusi Logam pada Cuplikan Air di Sungai

Kaligarang. Skripsi. Semarang : Fakultas MIPA Universitas Negeri

Semarang.

Ratnani, R.D. 2012. Kemampuan Kombinasi Eceng Gondok Dan Lumpur Aktif

Untuk Menurunkan Pencemaran Pada Limbah Cair Industri Tahu.

Momentum, Vol. 8, No. 1, April 2012 : 1- 5.

Rossiana, Nia. 2004. Penurunan Kandungan Logam Berat dan Pertumbuhan

Tanaman Sengon ( Paraserianthes Falcataria L ( Nielsen) Bermikoriza

dalam Medium Limbah Lumpur Minyak Hasil Ekstraksi. Bandung :

Universitas Padjajaran.

Rosyidan, C., Sunardi dan Yulianti, D. 2013. Identifikasi Kadar Unsur yang

Terkandung dalam Hewan di Sungai Gajahwong Yogyakarta dengan

Metode AANC (Analisis Aktivasi Neutron Cepat). Jurnal Fisika, Vol. 3 No.

1, Mei 2013.

Rumajar, Antonius Theodorus B. 2010. Penjajakan Kadar Logam Berat Pb pada

Tanaman Kangkung Darat Asal Kecamatan Medan Deli dan Kangkung Air

Asal Kecamatan Sunggal Kota Medan. Skripsi. Medan : Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

Sasongko, Lutfi Aris. 2006. Kontribusi Air Limbah Domestik Penduduk Di

Sekitar Sungai Tuk Terhadap Kualitas Air Sungai Kaligarang Serta Upaya

Penanganannya (Studi Kasus Kelurahan Sampangan Dan Bendan Ngisor

Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang). Jurnal Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi TELAAH, Volume 27, Mei 2010.

Page 57: PENENTUAN KADAR DAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA …lib.unnes.ac.id/26741/1/4211412039.pdf · berbagai pihak, diantaranya Purwandhani (2007) dengan metode Analisis Aktivasi Neutron

68

Setiawan, Heru. 2014. Pencemaran Logam Berat di Perairan Pesisir Kota

Makassar dan Upaya Penanggulangannya. Info Teknis EBONI, Vol.11 No.1

Mei 2014 : 1-13.

Setyawan, Ustadz. 2009. Skripsi. Identifikasi Unsur yang Terkandung pada

Tanaman di Bantaran Sungai Gajahwong Yogyakarta dengan Metode

AANC (Analisis Aktivasi Neutron Cepat). Yogyakarta : UNNES.

Sudaryo dan Sutjipto. 2010. Penentuan Kandungan Logam Di Dalam Sedimen

Waduk Gajah Mungkur Dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron Cepat.

Seminar Nasional VI SDM Teknologi Nuklir Yogyakarta, 18 November

2010 ISSN 1978-0176.

Sunardi dan Muryono. 2006. Penentuan Batas Deteksi Unsur N, P, K, Si, Al, Fe,

Cu, Cd, dengan Aktivasi Neutron Cepat Menggunakan Generator Neutron.

Indo J. Chem., 2006, 6 (2), 170 – 174.

Susanti, H., A. Arman dan Yarianto SBS. 2009. Kandungan Logam Berat (co, Cr,

Cs, As, Sc, dan Fe) dalam Sedimen di Kawasan Pesisir Semenanjung Muria.

Jurnal Pengembangan Energi Nuklir, Vol.11 No.1, Juni 2009.

Susetyo, Wisnu. 1988. Spektrometri Gamma. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press.

St Lawrence Plan. 2008. Criteria for the Assesment of Sediment Quality in

Quebec and Aplication Farmeworks : Prevention, Dredging and

Remediation. Canada : Minister of the Environment.

Wardani, Sri dan Th.Rina M., 2005. Analisis Logam Berat dalam Sampel Sayuran

dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron. Prosiding Seminar Nasional

Sains dan Teknik Nuklir P3TkN-BATAN Bandung.

Widarto, Z. Kamal Dan Suroso. 2007. Penentuan Kadar Unsur di Dalam Daun

Krenyu dengan Metode Analisis Neutron Cepat. Seminar Nasional III SDM

Teknologi Nuklir Yogyakarta, ISSN 1978-0176.

Wijayanti, Atika. 2010. Penentuan Kandungan Unsur-unsur dalam Limbah

Buangan Pertamina Cilacap dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron

(AAN). Skripsi. Yogyakarta : FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

Yulianti, D. dan Sunardi. 2009. Identifikasi Pencemaran Logam pada Sungai

Kaligarang dengan Metode Analisis Aktivasi Netron Cepat (AANC).

Sainteknol, Vol. 8 No.1.

Yulianti, D dan P. Dwijananti. 2005. Diklat Kuliah Fisika Radiasi. Semarang :

FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Zhuang, W., Y. Liu, Q. Chen, Q. Wang, F. Zhou. 2016. A new index for assessing

heavy metal contamination in sediments of the Beijing-Hangzhou Grand

Canal (Zaozhuang Segment):A case study. Ecological Indicators, 69 (2016)

252–260.

Zuo,Y., G.Tang, Z. Guo, J. Guo, Y. Pei, J. Xu, H. Wang, Y. Lu. 2014. Neutron

yields of thick Be target bombarded with low energy Deuterons. Physics

Procedia, 60 ( 2014) 220 – 227.