penelitian tindakan kelas
DESCRIPTION
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VI SDN 05 kejene Melalui Model Pembelajarn Problem PosingTRANSCRIPT
![Page 1: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/1.jpg)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan.
Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas,
damai, terbuka dan demokratis. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar
adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang
tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Orang yang
beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika telah
mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasi
yang terdapat dalam buku atau yang diajarkan oleh guru. Disamping itu , ada
pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti
yang tampak pada latihan membaca dan menulis. Berdasarkan persepsi
semacam ini, biasanya bisanya mereka akan merasa cukup puas bila mereka
telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah tertentu walaupun
tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat, dan tujuan keterampilan tersebut.
Muhibbin Syah mengemukakan bahwa belajar adalah kegiatan yang
berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Dalam artian, berhasil
atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses
belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di
lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Pada tahun 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
mulai dilaksanakan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan
penyempurnaan kurikulum 2004. Berbagai pembaharuan yang diadakan
dibidang kurikulum menunjukkan upaya pemerintah dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Disadari atau tidak setiap hari
kita harus menyelesaikan berbagai masalah, meskipun tidak dapat dipungkiri
bahwa berbagai masalah yang biasa dihadapi tidak selamanya bersifat
matematis. Akan tetapi banyak permasalahan dalam kehidupan sehari-hari
![Page 2: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/2.jpg)
2
yang bisa diselesaikan dengan bantuan matematika. Temuan-temuan yang
dilakukan Bitter dan Capper (dalam Suherman, 2003:90) menunjukkan bahwa
pengajaran matematika harus digunakan untuk memperkaya, memperdalam
dan memperluas kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika.
Hasil penelitian Capper menunjukkan bahwa pengalaman siswa sebelumnya,
perkembangan kognitif, serta minat (ketertarikan) siswa terhadap matematika
merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
dalam pemecahan masalah.
Sebagaimana dijelaskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) tahun 2006 bahwa tujuan pengajaran matematika adalah
mempersiapkan peserta didik agar dapat menggunakan matematika dan pola
pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran
logis, rasional, cermat, jujur, efektif, dan efisien. Ruang lingkup pelajaran
matematika meliputi tentang aljabar, geometri, statistika, dan aritmatika.
Selain tujuan dan ruang lingkup dalam KTSP juga disebutkan
bahwa salah satu indikator materi dalam pelajaran matematika kelas VI
Sekolah Dasar adalah melakukan operasi hitung berbagai bentuk pecahan.
Indikator tersebut sudah pernah dipelajari di kelas sebelumnya, namun siswa
masih mengalami kesulitan dalam mengerjakannya. Hal ini dapat dilihat dari
perolehan nilai ulangan siswa pada Kompetensi Dasar tersebut masih banyak
siswa yang memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Hasil tes formatif dari 28 siswa kelas VI SD Negeri 05 Kejene pada
Kompetensi Dasar melakukan operasi hitung berbagai bentuk pecahan, hanya
8 siswa (28,57%) yang mampu menguasai materi dan berhasil tuntas.
Sementara 20 siswa (71,43%) nilainya masih di bawah nilai KKM. Dari data
tersebut diatas menunjukan bahwa rendahnya kesiapan belajar, minat belajar,
dan aktvitas belajar siswa pada Kompetensi Dasar melakukan operasi hitung
berbagai bentuk pecahan menyebabkan hasil belajaar juga sangat rendah.
Permasalahan ini juga disebabkan karena dalam pembelajaran, guru
memberikan materi secara menoton, kurang menarik, Kegiatan Belajar
![Page 3: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/3.jpg)
3
Mengajar (KBM) hanya menggunakan ceramah, dan alat peraga masih
kurang.
Hasil belajar matematika yang sangat rendah merupakan suatu
permasalahan yang harus segera diatasi. Untuk mengatasi masalah tersebut
guru harus menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan dapat tercipta bila guru menggunakan
metode yang bervariasi dan media pembelajaran yang relevan dengan materi
matematika yang akan diajarkan serta menggunakan pendekatan
pembelajaran yang tepat. Siswa akan merasa tertarik mempelajari
matematika, mencoba dan membuktikan sendiri, sehingga akan memperkuat
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik, dengan demikian
pembelajaran menjadi lebih bermakna dan tujuan pembelajaran matematika
Sekolah Dasar dapat tercapai. Karena itu penulis memperoleh dasar
pemikiran untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
mengambil judul penelitian : ” Upaya Peningkatan Hasil Pembelajaran
Matematika Kompetensi Dasar Melakukan Operasi Hitung Berbagai Bentuk
Pecahan Melalui Model Problem Posing Pada Siswa Kelas VI Semester 2
Sekolah Dasar Negeri 05 Kejene Kecamatan Randudongkal Kabupaten
Pemalang Tahun Pelajaran 2012/2013 ”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan diatas,
maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pemahaman materi operasi hitung berbagai bentuk pecahan
pada siswa kelas VI SD Negeri 05 Kejene Randudongkal Pemalang
sebelum penerapan model pembelajaran problem posing ?
2. Bagaimana pelaksanaan model problem posing pada pembelajaran
Matematika Kompetensi Dasar melakukan operasi hitung berbagai bentuk
pecahan pada siswa kelas VI SD Negeri 05 Kejene Randudongkal
Pemalang ?
![Page 4: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/4.jpg)
4
3. Adakah peningkatan pemahaman materi melakukan operasi hitung
berbagai bentuk pecahan pada siswa kelas VI SD Negeri 05 Kejene
Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang melalui model
pembelajaran problem posing ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pemahaman materi operasi hitung berbagai bentuk
pecahan pada siswa kelas VI SD Negeri 05 Kejene Randudongkal
Pemalang sebelum penerapan model pembelajaran problem posing.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan model problem posing pada
pembelajaran Matematika Kompetensi Dasar melakukan operasi hitung
berbagai bentuk pecahan pada siswa kelas VI SD Negeri 05 Kejene
Randudongkal Pemalang
3. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman materi Kompetensi Dasar
melakukan operasi hitung berbagai bentuk pecahan pada siswa kelas VI
SD Negeri 05 Kejene Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang
melalui model pembelajaran problem posing .
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat bagi siswa.
1) Siswa merasa senang mendapat pengalaman baru dengan
implementasi model pembelajaran problem posing.
2) Memupuk keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat didalam
kelas.
3) Siswa mampu membuat soal dan menyelesaikan sendiri.
4) Prestasi belajar meningkat melalui implementasi model pembelajaran
problem posing.
b. Manfaat Bagi Guru.
1) Meningkatkan kreativitas Guru dalam mengembangkan materi
pelajaran.
![Page 5: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/5.jpg)
5
2) Memberikan kesempatan Guru lebih menarik siswa dalam proses
belajar mengajar.
3) Guru akan mendapakan suasana kelas yang lebih aktif dalam belajar
mengajar.
4) Guru semakin mantap dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan model-model pembelajaran yang tepat dan menarik.
c. Bagi Sekolah.
1) Kinerja sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat dievaluasi.
2) Keberhasilan sekolah untuk meningkatkan sumberdaya manusia dapat
diingkatkan.
3) Dapat merangsang guru-guru yang lain untuk memperbaiki metode
pembelajaran yang mereka terapkan.
d. Bagi Peneliti.
1) Dapat menambah pengetahuan bagi peneliti sebagai seorang Guru.
2) Memperoleh data guna upaya meningkatkan hasil pembelajaran
Matematika Kompetensi Dasar melakukan operasi hitung berbagai
bentuk pecahan melalui model problem posing pada siswa kelas VI
Sekolah Dasar Negeri 05 Kejene Kecamatan Randudongkal
Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2012/2013.
![Page 6: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/6.jpg)
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
Kemajuan yang dicapai oleh manusia dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi membuat ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri
berkembang semakin pesat. Pola hidup manusia dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi mempunyai hubungan erat, pendidikan mungkin
wadah paling menonjol dalam rangka kemajuan itu. Dalam rangka kegiatan
pendidikan, ada beberapa media yang dapat digunakan, mulai dari yang
paling sederhana sampai kepada yang canggih. Salah satu contohnya adalah
pembelajaran dengan menggunakan model problem posing dimana setiap
siswa dapat mengajukan soal sendiri melalui belajar soal atau berlatih soal
secara mandiri
1. Belajar
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.
Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa
adalah penentu terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat
siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar berupa alam,
benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia dan sebagainya
(Dimyati dan Mudjiono, 2002:7). Konsep tentang belajar telah banyak
didefinisikan oleh para ahli, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Gagne menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan perilaku
disposisi, atau kecakapan manusia, yang berlangsung selama periode
waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses
pertumbuhan.
2. Gagne dan Berliner menyatakan bahwa belajar merupakan proses
dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari
pengalaman.
![Page 7: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/7.jpg)
7
3. Morgan menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif
permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman.
4. Slavin menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu
yang disebabkan oleh pengalaman.
Jadi, dapat disimpulkan belajar merupakan proses perubahan
perilaku yang bersifat relatif permanen setelah mendapat pengalaman
atau pengetahuan. Beberapa teori belajar yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Teori Belajar Vygotsky
Teori Vygotsky menekankan pada hakekat sosiokultural dari
pembelajaran. Vygotsky berpendapat bahwa interaksi sosial, yaitu
interaksi individu tersebut dengan orang-orang lain, merupakan faktor
yang terpenting yang mendorong atau memicu perkembangan kognitif
seseorang. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi
umumnya muncul dalam kerjasama antar siswa sebelum fungsi mental
yang lebih tinggi itu terserap. Tugas guru adalah menyediakan atau
mengatur lingkungan belajar siswa, dan mengatur tugas-tugas yang
harus dikerjakan siswa, serta memberikan dukungan dinamis,
sedemikian hingga setiap siswa bisa berkembang secara maksimal.
Dalam penelitian ini, teori belajar Vygotsky merupakan bagian
kegiatan pembelajaran dengan bekerja dalam kelompok kecil.
Melalui kelompok ini siswa saling berdiskusi memecahkan masalah
yang diberikan dengan saling bertukar ide dan temuan sehingga dapat
digeneralisasi atau disimpulkan. Guru dalam proses ini hanya
membantu proses penemuan jawaban jika terjadi suatu kesulitan.
2. Teori belajar David Ausubel
Belajar menurut David Ausubel dibedakan menjadi dua.
Pertama, kegiatan belajar yang bermakna (meaningful learning) jika
siswa mencoba menghubungkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang dimilikinya. Ketika pengetahuan yang baru tidak
berkaitan dengan pengetahun yang ada maka pengetahuan yang baru
![Page 8: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/8.jpg)
8
itu akan dipelajari siswa sebagai hafalan. Kedua, kegiatan belajar
tidak bermakna (rote learning) di mana siswa hanya menghafal apa
yang diberikan oleh guru tanpa mengetahui apa makna yang dihafal
(Suherman, 2003:32). Dalam penelitian ini, teori belajar David
Ausubel ini berhubungan erat ketika menyusun hasil temuan atau
hasil diskusi dalam kelompok, mereka akan mengkaitkan dengan
pengertian-pengertian yang telah mereka miliki sebelumnya.
1) Teori belajar Gagne
Menurut Gagne, dalam belajar matematika ada dua objek yang
dapat diperoleh siswa, yaitu objek langsung dan objek tak langsung.
Objek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan
memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap
matematika, dan tahu bagaimana semestinya belajar. Sedangkan
objek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep dan aturan.
Gagne (dalam Suharsimi Arikunto, 2006:127) menyusun delapan
kategori belajar meliputi: (1) belajar tanda (signal learning); (2)
belajar stimulus-respons (stimulus-response learning); (3) jalinan
(chaining); (4) jalinan verbal (verbal chaining); (5) belajar
membedakan (discrimination learning); (6) belajar konsep (concept
learning); (7) belajar kaidah (rule learning); dan (8) pemecahan
masalah (problem solving). Penyusunan kategori belajar secara hirarki
berarti bahwa tipe kategori belajar yang berada di tingkat atas bersifat
lebih kompleks, karena mencakup semua kategori belajar yang
terdapat di bawahnya.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar yaitu perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar
setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan
perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar
(Anni, 2004:4). Yang dimaksud pembelajar disini adalah siswa.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar meliputi faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kondisi fisik,
![Page 9: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/9.jpg)
9
kondisi psikis, serta kondisi sosial. Sedangkan faktor eksternal antara
lain variasi dan derajat kesulitan materi (stimulus) yang dipelajari
(direspon), tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya
belajar masyarakat. Baik faktor internal maupun faktor eksternal sangat
berpengaruh pada kesiapan, proses, dan hasil belajar (Anni, 2004:11).
3. Prestasi Belajar
Dalam buku Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar
menyatakan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai sebagai akibat dari
kegiatan yang dilakukan (WS. Winkel, 1986:162). Sedangkan menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia prestasi adalah hasil yang telah dicapai
(dilakukan, dikerjakan dan sebagainya) (Poerwardarmita,1984:14).
Dari pengertian tersebut maka dapat diartikan bahwa dari segala
aktifitas yang telah dicapai atau dilakukan seseorang dibidang tertentu
misalnya olahraga dan seni di suatu sekolah dinamakan prestasi.
2. Model Pembelajaran
Model merupakan segala sesuatu yang digunakan pada situasi,
kondisi, waktu dan tempat yang tepat. Model pembelajaran adalah pola
interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi,
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Pola interaksi antara guru
dengan siswa pada hakikatnya adalah hubungan antara dua pihak yang
setara, yaitu interaksi antara dua manusia yang tengah mendewasakan diri,
meskipun yang satu telah ada pada tahap yang seharusnya lebih maju dalam
aspek akal, moral, maupun emosional (Suherman, 2003:7-8). Dengan
demikian guru dan siswa merupakan subyek, karena masing-masing
memiliki kesadaran dan kebebasan secara aktif.
Obyek dasar yang dipelajari dalam matematika bersifat abstrak. Hal
ini mengakibatkan masih banyak siswa yang merasa kesulitan dalam belajar
matematika terutama dalam memecahkan masalah matematika. Oleh karena
itu diperlukan pemilihan model pembelajaran yang tepat agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
![Page 10: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/10.jpg)
10
3. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang
bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,
menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai
tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif dalam matematika akan
membantu siswa meningkatkan sikap positif dalam matematika. Secara
individu siswa membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya
untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika, sehingga akan
mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas terhadap matematika yang
selama ini sering dialami siswa. Hal-hal yang harus dipenuhi dalam
pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.
a. Siswa yang tergabung dalam kelompok harus merasa bahwa mereka
bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus
dicapai.
b. Siswa menyadari bahwa masalah yang dihadapi adalah masalah
kelompok, dan berhasil tidaknya kelompok menjadi tanggungjawab
bersama.
c. Siswa harus mendiskusikan masalahnya dengan seluruh anggota
kelompoknya untuk mencapai hasil maksimal.
Dalam format pembelajaran kooperatif, setelah guru menyampaikan
materi pelajaran siswa bergabung dalam kelompok-kelompok kecil untuk
berdiskusi dan menyelesaikan soal latihan, kemudian menyerahkan hasil
kerja kelompok kepada guru. Jika diperlukan selanjutnya guru memimpin
diskusi tentang pekerjaan kelompok yang membutuhkan penjelasan atau
klarifikasi. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat meningkatkan
berpikir kritis serta meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan
masalah (Suherman, 2003:259).
4. Pengertian Model Pembelajaran Problem Posing
Menurut Freire ( Saksono, 2008 : 8 – 9 ) pembelajaran problem posing
adalah suatu pengajaran yang mengemukakan masalah – masalah. Suryanto
menjelaskan bahwa problem posing adalah perumusan soal agar lebih
![Page 11: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/11.jpg)
11
sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan
agar lebih sederhana dan dapat di kuasai. Hal ini terutama terjadi pada soal –
soal yang rumit. Model pembelajaran problem posing ini mulai di
kembangkan di tahun 1997 oleh Lyn D. English dan awal mulanya di
terapkan dalam mata pelajaran Matematika. Selanjutnya Model ini di
kembangkan pula pada mata pelajaran yang lain.
Pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing adalah suatu
model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal
sendiri melalui belajar soal ( berlatih soal ) secara mandiri. Penerapan
Model Pembelajaran Problem Posing adalah sebagai beriku:
1) Guru menjelaskan materi pelajaran kepada peserta didik dan
memberikan latihan soal secukupnya
2) Peserta didik diminta mengajukan minimal 1 soal yang menantang dan
peserta didik yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya (
Individu / Kelompok )
3) Guru menyuruh peserta didik untuk menyajikan soal temuannya di
depan kelas
Tiga bentuk aktivitas kognitif Matematika menurut Silver dan Cai pada
Model Pembelajaran Problem Posing yaitu :
1) Pre – Solution PosingPre – Solution Posing, yaitu jika seorang peserta
didik membuat soal dari situasi yang di adakan. Jadi, Guru di harapkan
mampu membuat pertanyaan yang berkaitan dengan pernyataan yang di
buat sebelumnya
2) Within Solution Posing, yaitu jika seorang speserta didik mampu
merumuskan ulang pertanyaan soal tersebut menjadi sub – sub
pertanyaan baru yang urutan penyelesaiannya seperti yang telah di
selesaikan sebelumnya. Jadi, di harapkan peserta didik mampu
membuat sub – sub pertanyaan baru dari sebuah pertanyaan yang ada
pada soal yang bersangkutan
![Page 12: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/12.jpg)
12
3) Post Solution Posing, yaitu jika seorang peserta didik memodifikasi
tujuan atau kondisi soal yang sudah di selesaikan untuk membuat soal
yang baru dan yang sejenis
5. Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah di kerjakan, di
ciptakan baik secara individual maupun kelompok, prestasi tidak akan
pernah di hasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan.
Belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan
perubahan dalam diri individu, yaitu perubahan tingkah laku. Jadi belajar
Matematika adalah perubahan tingkah laku peserta didik dalam
pembelajaran yang mengakibatkan keberhasilan dalam pembelajaran.
Menurut Arikunto ( 2001 : 14 ) mengartikan prestasi belajar merupakan
hasil dari kegiatan belajar mengajar yang berupa pencapaian tujuan belajar
yang sering diwujudkan ke dalam nilai-nilai tertentu.
Dari beberapa pendapat diatas dapat di uraikan bahwa prestasi belajar
Matematika adalah hasil dari perubahan belajar Matematika yang dicapai
secara maksimal oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran
yang diukur dengan menggunakan tes yang relevan. Prestasi belajar peserta
didik dapat diketahui setelah dilakukan evaluasi dan dinyatakan dalam
bentuk nilai yang biasanya di bukukan dalam bentuk Raport.
B. Kerangka Berpikir
Dalam pembelajaran matematika, salah satu hal yang harus
diperhatikan oleh guru dalam mengajarkan suatu pokok bahasan adalah
pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan,
karena melihat kondisi peserta didik yang mempunyai karakteristik yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya dalam menerima materi pelajaran
yang disampaikan oleh guru di kelas, ada siswa yang mempunyai daya serap
cepat dan ada pula siswa yang mempunyai daya serap yang lama.
![Page 13: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/13.jpg)
13
Menyadari pentingnya penguasaan matematika, maka dalam undang-
undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas (sistem pendidika nasional)
pasal 37 ditegaskan bahwa pelajaran matematika merupakan salah satu mata
pelajaran wajib pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Karena itu,
mata perlajaran yang diberikan bertujuan untuk membekali siswa dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta
kemampuan bekerja sama. Kemampuan tersebut, merupakan kompetensi
yang diperlukan oleh siswa agar dapat memiliki kemampuan memperoleh,
mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan
yang selalu berubah tidak pasti dan kompetitif.
Akan tetapi persepsi negative siswa terhadap matematika tidak dapat
diacuhkan begitu saja. Umumya pelajaran matematika di sekolah menjadi
momok bagi siswa meskipun tidak banyak yang menyenangi pelajaran ini.
Sifat abstrak dari objek matematika menyebabkan banyak siswa mengalami
kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika. Akibanya prestasi
matematika siswa secara umum masih rendah.
Untuk itu peneliti dalam mengadakan penelitian akan menggunakan
model pembelajaran problem posing tipe pre – solution posing, yaitu dengan
membagi siswa ke dalam kelompok kecil terdiri 4 samapi 5 orang yang
heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling
membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan. Kemudian setiap
anggota kelompok diberikan tanggung jawab untuk mengajukan soal dalam
kelompoknya dan juga harus tahu cara penyelesaiannya, setelah itu salah satu
dari mereka mempresentasikannya.
A. Hipotesis Tindakan
Keberadaan hipotesis adalah sebagai suatu kesimpulan sementara
tentang masalah yang merupakan perkiraan akan keterikatan variabel-variabel
yang diteliti. Menurut Sutrisno Hadi, hipotesis adalah dugaan yang mungkin
benar dan mungkin juga salah, dan akan diterima bila fakta-fakta
membenarkannya.
![Page 14: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/14.jpg)
14
Berdasarkan uraian-uraian landasan teori dan kerangka berfikir seperti
yang telah dikemukakan diatas maka hipotesis penelitian tindakan ini adalah
sebagai berikut: ” Melalui Model Pembelajaran Problem Posing Pada Materi
Operasi Berbagai Bentuk Pecahan Pada Siswa Kelas VI Semester 2 Sekolah
Dasar Negeri 05 Kejene Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang
Tahun Pelajaran 2012/2013 Prestasi Belajar Dapat Meningkat ”.
D. Indikator Kinerja dan Kriteria Keberhasilan
1. Indikator Kinerja
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research),
karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di
kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab
menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan
bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Menurut Oja dan
Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997; 8) mengelompokkan penelitian
tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak sebagai peneliti,
(b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) Simultan terintegratif, dan (d)
administrasi social ekperimental.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentu guru sebagai
peneliti, penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi
(guru). Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan
hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam
penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Indikator kinerja dari data kualitatif ditetapkan bahwa peningkatan
partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran, kreativitas siswa dalam
pencairan ide dan gagasan dan peningkatan sikap positif baik dari segi
kualitas maupun kuantitasnya sebagai indikator peningkatan pembelajaran
yang positif, dari siklus ke siklus. Penelitian ini akan dihentikan apabila
ketuntasan belajar secara kalasikal telah mencapai 85% atau lebih. Jadi
dalam penelitian ini, peneliti tidak tergantung pada jumlah siklus yang
harus dilalui.
![Page 15: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/15.jpg)
15
2. Kriteria Keberhasilan
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan
siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan
cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir siklus.
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan
secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar
kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas
belajar bila telah mencapai skor minimal sama dengan KKM. Dan untuk
ketuntasan kelas bila di kelas tersebut terdapat 85% siswa yang telah
mencapai KKM . Untuk menghitung persentase ketuntasan klasikal belajar
digunakan rumus sebagai berikut:
Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM
Nilai = X 100 %
Jumlah semua siswa
A. Indikator Kerja
Peneliti dianggap berhasil jika:
1. Siswa kretif dan berinisiatif
2. Siswa mengalami kemajuan dan kenaikan nilai ulangan dari siklus ke
siklus berikutnya, perolehan nilai siswa minimal sesuai dengan KKM yang
telah ditentukan.
3. Nilai rata-rata kelas semakin meningkat dan ketuntasan klasikal mencapai
85%.
![Page 16: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/16.jpg)
16
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN
B. Setting dan Subyek Penelitian
1. Lokasi Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 05
Kejene, kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang dengan tingkat
kecerdasan siswa ada yang berprestasi tinggi, sedang dan ada yang
berprestasi rendah.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan. Penelitian direncanakan dalam 3 siklus yang
dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2013.
3. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian adalah siswa kelas VI Semester 2 SD Negeri 05 Kejene
Tahun Pelajaran 2012/2013.
Tabel 3.1
DaftarNama Siswa Kelas VI SD Negeri 05 Kejene
No. Nama Siswa Jenis Kelamin
1 Alif Setiaji L
2 Ayu Dwi Lestari P
3 Bernika Ipada P
4 Desi Firda Indriyanti P
5 Devi Ayu Lestari P
6 Elfa Sefiana Kharisma P
7 Fajar Anilo P
8 Febi Krisna L
9 David Hernanto L
![Page 17: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/17.jpg)
17
10 Herlina P
11 Ilman Yahya Al Faris L
12 Karmila P
13 Laraswati P
14 Lely Monica Sari P
15 Lulu Anggita P
16 Lulus Tiatuti P
17 Mako Sidul Hilal L
18 Mohamad Abdul Aziz L
19 Nada Anggunita L
20 Rafi Andika L
21 Sindi Monika Royani P
22 Siswanto L
23 Tegar Prasetya L
24 Tri Widiawati P
25 Umayah P
26 Umrotun P
27 Wahyu Adji. P P
28 Wawan Setiawan L
C. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data kuantitatif
Data kuantitatif diwujudkan dengan hasil prestasi belajar yang diperoleh
siswa pada materi melakukan operasi hitung berbagai bentuk pecahan
melalui tes formatif.
2. Data kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru,
wawancara, dokumen, jurnal, angket dan catatan lapangan. Observasi
dilakukan oleh teman sejawat. (Moleong, 2007).
![Page 18: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/18.jpg)
18
D. Sumber Data
1. Siswa, data yang diperoleh dari siswa berupa aktivitas yang dapat diamati
pada saat pembelajaran berlangsung dan hasil wawancara.
2. Guru, data yang diperoleh dari guru berupa aktivitas yang dilakukan oleh
guru pada saat pembelajaran berlangsung.
3. Data Dokumen, diambil dari daftar nilai dan daftar yang digunakan
sebagai salah satu sumber data dalam penelitian.
4. Catatan lapangan berupa lembar observasi aktivitas siswa dan guru saat
pembelajaran.
5. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Silabus , yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) , yaitu merupakan
perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam
mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil
belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
c. Lembar Kegiatan Siswa, lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa
untuk membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen.
d. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar.
- Lembar observasi pengolahan metode problem posing , untuk
mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
- Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati
aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
e. Tes formatif, tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk
soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif).
E. Teknik dan Alat Pengumpul Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui
teknik tes (tes formatif) dan non tes yang meliputi dokumenter, observasi,
![Page 19: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/19.jpg)
19
wawancara, pengolahan metode problem posing , lembar kerjadan catatan
lapangan. Macam-macam alat pengumpul data sebagai berikut :
1. Dokumenter
Dokumenter merupakan kumpulan data variable yang berbentuk lisan
maupun actifact, foto dan sebagainya. Sumber dokumentasi pada
dasarnya adalah segala bentuk sumber informasi yang berhubungan
dengan dokumen baik resmi maupun yang tidak resmi. Metode
dokumenter ini digunakan peneliti untuk mengetahui dan mendapatkan
daftar nama peserta didik yang menjadi sample peneliti yaitu Classroom
Action Research.
2. Pengamatan (observasi)
Sebagai metode ilmiah, observasi dapat diartikan sebagai pengamatan
yang meliputi pemusatan perhatian terhadap subjek dengan
menggunakan seluruh alat indranya. Metode pengamatan (observasi)
adalah cara pengumpulan data yang terjun langsung ke lapangan terhadap
objek yang diteliti, populasi (sample).
3. Lembar Kerja
Lembar kerja oleh guru kolaboratif dan peneliti dengan menggunakan
soal-soal yang diberikan kepada peserta didik pada tiap siklus. Lembar
kerja juga dipakai untuk menggetahui keaktifan dan ketrampilan peserta
didik dalam proses pembelajaran.
4. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan
daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh objek
penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto angket adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
tanggapan siswa dan merupakan laporan tentang hal yang diketahuinya.
Dengan demikian angket itu bisa berupa pertanyaan-pertanyaan atau
pernyataan-pernyataan. Pelaksanaannya dengan cara menyandarkan
suatu daftar pertanyaan dan jawaban kepada sejumlah siswa untuk
mendapatkan tanggapan mengenai minat siswa dalam belajar.
![Page 20: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/20.jpg)
20
F. Validasi dan Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan
pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan
teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang
bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang
diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa
juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiata pembelajaran serta
aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa
setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
1. Analisis Data Kuantitatif
a. Ketuntasan Belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan
secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar
kurikulum KTSP yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah
mencapai skor minimal sama dengan KKM suatu mata perlajaran, dan
untuk ketuntasan klasikal bila di kelas tersebut terdapat 85% siswa
yang telah mencapai nilai minimal sama dengan KKM. Untuk
menghitung persentase ketuntasan belajar secara klasikal digunakan
rumus sebagai berikut:
Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM Nilai = X 100 %
Jumlah semua siswa. Tabel 3.2
Ketuntasan Individual
NILAI KUALIFIKASI
≥ 75 Siswa Sudah Tuntas Belajar
< 75 Siswa Belum Tuntas Belajar
Tabel 3.3. Ketuntasan Klasikal
![Page 21: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/21.jpg)
21
PROSENTASE KUALIFIKASI
≥ 85 % Tuntas Klasikal
< 85 % Belum Tuntas Klasikal
b. Rerata (Mean)
Untuk rerata (mean) tes formatif Peneliti melakukan penjumlahan
nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah
siswa yang ada di kelas tersebut. Rerata tes formatif dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Jumlah skor yang dicapai
Mean = Jumlah siswa
2. Data Kualitatif
Data kualitatif berupa data hasil observasi aktivitas siswa dan aktivitas
guru dalam pembelajaran IPA materi gaya dapat mengubah gerak benda
serta hasil catatan lapangan dengan analisis deskriptif kualitatif. Ada pun
data kualitatif dipaparkan dalam kalimat yang dipisah-pisahkan menurut
kategori untuk memperoleh kesimpulan. Penyajian data kuaitatif
dipaparkan dalam bentuk persentase dengn rumus sebagai berikut:
Skor yang dicapai Nilai = X 100 % Skor maksimal
Tabel 3.4. Kriteria Kesiapan dan Aktivitas Siswa Belajar Siswa Prosentase Kriteria 91-100 % Baik Sekali 81-90 % Baik 71-80 % Cukup 61-70 % Kurang 50-60 % Kurang Sekali
F. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini dirancang dalam 3 siklus untuk mengetahui Upaya
Peningkaan Hasil Belajar Siswa Materi Operasi Berbagai Bentuk Pecahan
Melalui Model Pembelajaran problem posing pada kelas VI SD Negeri 05
![Page 22: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/22.jpg)
22
Kejene Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran
2012/2013. Dalam Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan dengan
menggunakan siklus-siklus, yang tiap tahapnya meliputi kegiatan:
Bagan 3.1. Tahapan pada siklus – siklus
Berdasarkan bagan di atas menunjukkan bahwa:
a. Sebelum melaksanakan tindakan penelitian, terlebih dahulu harus
merencanakan secara bersama jenis tindakan yang akan dilakukan. Dalam
tahap perencanaan dilakukan langkh-langkah:
- Mengumpulkan data yang diperlukan.
- Penyusunan rencana pembelajaran dengan metode permainan kartu
kata.
- Menyiapkan instrument observasi.
b. Setelah rencana disusun secara matang barulah tindakan dilakukan.
Tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan
akhir. Dalam pelaksanaan tersebut tercantum tujuan yang akan dicapai,
kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan guru, alokasi waktu dan cara
penilaiannya.
Perencanaan
SIKLUS I
Perencanaan
Pengamatan
Pengamatan
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Refleksi
Refleksi
Refleksi
Perencanaan
SIKLUS III Pelaksanaan
Pengamatan
SIKLUS II
![Page 23: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/23.jpg)
23
c. Bersamaan dengan dilaksanakan tindakan penelitian, juga dilakukan
kegiatan untuk mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan
akibat yang ditimbulkan. Hal-hal yang diamati meliputi aktivitas siswa
dan guru. Pengamatan aktivitas tersebut menggunakan lembar observasi
yang sudah dibuat oleh guru. Lembar observasi tersebut berisi indikator-
indikator yang digunakan untuk mengukur aktivitas siswa dan guru secara
kualitatif. Untuk mengukur kemampuan siswa dalam penjumlahan
bilangan bulat menggunakan lembar penilaian yang berisi aspek-aspek
yang dinilai.
d. Berdasarkan hasil penelitian kemudian dilakukan refleksi atas tindakan
yang telah dilakukan. Apabila hasil refleksi menunjukkan perlunya
dilakukan perbaikan atas tindakan yang dilakukan maka rencana tindakan
perlu disempurnakan lagi agar tindakan berikutnya tidak sekadar
mengulang apa yang telah diperbuat sebelumnya. Data yang diperoleh dari
hasil observasi dianalisis. Hasil refleksi digunakan untuk perbaikan dan
perencanaan pada siklus selanjutnya.
G. Deskripsi Per Siklus.
i. Siklus I
Siklus I meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan
refleksi. Siklus I berisi tentang materi Materi Operasi Berbagai Bentuk
Pecahan.
a. Perecanaan
- Menyusun rencana pembelajaran
- Merancang proses pembelajaran
- Merancang pembahasan soal- soal
- Merancang lembar observasi
b. Tindakan
- Guru menjelaskan materi pembelajaran Operasi Berbagai Bentuk
Pecahan kepada para siswa.
- Guru memberiakan soal Operasi Berbagai Bentuk Pecahan.
![Page 24: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/24.jpg)
24
- Guru membentuk kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 siswa
sesuai dengan tempat duduk.
- Setiap kelompok membuat 1 soal yang sejenis dan dilengkapi
dengan hasil temuanya.
- Secara acak guru menyuruh perwakilan dari kelompok untuk
menyajikan temuanya didepan kelas.
- Guru mengamati pekerjaan siswa dikelas dan membantu apabila ada
kesulitan.
- Guru memberikan tugas rumah secara individu.
c. Observasi
Observasi terhadap pelaksanaan tindakan menggunakan lembar
observasi yang telah dipersiapkan guna mengetahui tentang kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan metode problem posing.. Sesuai
dengan indikator keberhasilannya, maka fokus pengamatannya adalah
sebagai berikut:
- Terjadinya peningkatan kesiapan dan aktivitas belajar siswa
- Aktivitas guru dalam penerapan pembelajaran model problem
posing.
d. Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan
dianalisis. Berdasarkan observasi tersebut guru dapat merefleksi diri
tentang upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi operasi
berbagai bentuk pecahan. Refleksi yang dilakukan pada siklus I adalah:
- Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.
- Secara kolaboratif peneliti menganalisis dan mendiskusikan dengan
teman sejawat hasil pengamatan yang selanjutnya membuat suatu
refleksi apakah ada suatu yang perlu dipertahankan ataupun
diperbaiki.
- Membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus I.
![Page 25: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/25.jpg)
25
- Menentukan langkah-langkah perbaikan untuk digunakanpada siklus
berikutnya.
ii. Siklus II
Siklus II membahas Operasi Berbagai Bentuk Pecahan dengan tahapan
yang sama dengan siklus I. Kegiatan siklus II merupakan perbaikan dari
siklus I dan diharapkan siklus II akan memperoleh hasil maksimal dalam
metode pembelajaran Problem Posing.
a. Perencanaan
- Mengidentifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan
refleksi pada siklus I.
- Merancang kembali pembelajaran dengan membentuk kelompok
belajar siswa, tiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa berdasarkan
secara acak / heterogen dengan kemampuan yang beragam.
Menjelaskan materi sesuai indikator yang akan dikerjakan.
- Merancang pembuatan soal-soal.
- Merancang kembali test akhir.
- Merancang lembar observasi
b. Tindakan
- Guru menjelaskan materi pembelajaran kepada para siswa tentang
operasi berbagai bentuk pecahan.
- Guru memberikan contoh soal operasi berbagai bentuk pecahan.
- Guru memberikan latihan soal pada operasi berbagai bentuk
pecahan.
- Guru membentuk kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 siswa
berdasarkan acak/ heterogen kemampuan yang beragam.
- Setiap kelompok disuruh membuat satu soal dan dilengkapi dengan
hasil temuannya.
- Secara acak guru menyuruh perwakilan dari masing- masing
kelompok untuk menyajikan temuannya didepan kelas.
![Page 26: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/26.jpg)
26
- Siswa mengerjakan latihan soal-soal yang berhubungan dengan
materi.
- Guru mengamati pekerjaan siswa dan membantu apabila ada
kesulitan.
- Siswa menyimpulkan materi pelajaran bersama guru.
- Guru mengoreksi dan menganalisis hasil tes siswa.
- Guru memberikan tugas rumah secara individual
c. Pengamatan (observasi)
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
Proses Belajar Mengajar antara lain :
- Mengamati pelaksanaan pembelajaran.
- Mengamati hasil tes formatif 2 untuk mengetahui ketuntasan belajar
yang dicapai.
- Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar
pengamatan.
- Mengamati keberhasilan dan hambatan-hambatan yang dialami
dalam proses pembelajaran yang belum sesuai dengan penelitian.
- Hasil pengamatan dianalisis untuk memperoleh gambaran-gambaran
dan dampak dari tindakan yang dilakukan.
d. Refleksi
Refleksi pada siklus II dilakukan untuk melakukan penyempurnaan
tentang pelaksanaan pembelajaran Matematika sehingga pada akhirnya
dapat diketahui kualitas pembelajaran yang ditunjukan dengan
meningkatnya prestasi belajar siswa Kelas VI SD Negeri 05 Kejene
pada mater Operasi Berbagai Bentuk Pecahan.
iii. Siklus II
Siklus III membahas Operasi Berbagai Bentuk Pecahan dengan tahapan
yang sama dengan siklus I dan siklus II. Kegiatan pada siklus III
![Page 27: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/27.jpg)
27
merupakan perbaikan dari siklus II yang dilakukan jika dalam siklus II
belum tercapai ketuntasan klasikal 85%. Langkah-langkah pada sikus III
meliputi :
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan Tindakan
c. Pengamatn
d. Refleksi
![Page 28: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/28.jpg)
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
Pelaksanaan pembelajaran pra siklus pada siswa kelas VI Sekolah
Dasar Negeri 05 Kejene dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2013 jumlah
siswa 28 siswa.Tahap pra siklus ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan
siswa dalam mengikuti pembelajaran pada materi operasi berbagai bentuk
pecahan .
Berdasarkan pengamatan pada pelaksanaan pra siklus di kelas VI,
guru menjelaskan materi operasi berbagai bentuk pecahan dengan
menggunakan metode ceramah yang kemudian dilanjutkan dengan
pengerjaan Lembar Kerja Siswa (LKS).
Observasi pada tahap ini menggunakan instrument yang telah
disiapkan dan dipegang oleh peneliti, sedangkan lembar kerja dibagikan
kepada peserta didik pada akhir pembelajaran. Lembar kerja ini digunakan
untuk mengetahui kemampuan peserta didik pada materi operasi berbagai
bentuk pecahan sebelum diterapkannya pembelajaran dengan model
problem posing.
Tabel 4.1 Skor Kesiapan Dan Aktivitas Siswa Dalam Mengikuti Pembelajaran Di Kelas Pada Tahap Pra Siklus
Sub Indikator Indikator 1 Indikator 2 Jml
Skor 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 x x 8 2 x x 5 3 x x 7 4 x x 6 5 x x 8 6 x x 7 7 - - - - - x 3 8 - - - - - x 3
Jml Skor 0 0 9 12 0 0 2 12 12 0 47
![Page 29: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/29.jpg)
29
Keterangan :
Indikator 1 : Kesiapan menerima pelajaran
Indikator 2 : Keaktifan dalam pelajaran
Skor : 5 (sangat baik), 4 (baik), 3 (cukup), 2 (rendah), 1 (kurang)
Berdasarkan table di atas kesiapan dan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran sebelum diterapkannya pembelajaran dengan model problem
posing diperoleh hasil sebagai berikut :
Skor yang dicapai Nilai = X 100 % Skor maksimal
47 = X 100 %
70 = 67,14 %
Dari hasil pengamatan pada tahap pra siklus dapat disimpulkan bahwa
peserta didik belum terlibat aktif secara penuh dalam proses pembelajaran.
Rendahnya kesiapan belajar peserta didik pada kelas VI yang menjadi obyek
penelitian dapat ditunjukan dari prosentase hasil penilaian keaktifan dan
kesiapan yang hanya 67,14 % (kategori kurang). Keaktifan dan kesiapan
siswa yang diharapkan adalah 81,00% (kategori baik).
Diagram 4.1. Prosentase Aktivitas dan Kesiapan Siswa Pada Tahap Pra Siklus
67.14
05
101520253035404550556065707580859095
100
PR
OS
EN
TA
SE
AKTIVITAS SISWA
![Page 30: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/30.jpg)
30
Tabel 4.2. Hasil Tes Akhir Pada Tahap Pra Siklus
No Nama Siswa Nilai Keterangan
Tuntas Blm. Tuntas
1 Alif Setiaji 55 x 2 Ayu Dwi Lestari 70 x 3 Bernika Ipada 70 x 4 Desi Firda Indriyanti 65 x 5 Devi Ayu Lestari 75 x 6 Elfa Sefiana Kharisma 80 x 7 Fajar Anilo 70 x 8 Febi Krisna 70 x 9 David Hernanto 60 x 10 Herlina 80 x 11 Ilman Yahya Al Faris 60 x 12 Karmila 60 x 13 Laraswati 80 x 14 Lely Monica Sari 70 x 15 Lulu Anggita 80 x 16 Lulus Tiatuti 75 x 17 Mako Sidul Hilal 60 x 18 Mohamad Abdul Aziz 60 x 19 Nada Anggunita 60 x 20 Rafi Andika 70 x 21 Sindi Monika Royani 70 x 22 Siswanto 60 x 23 Tegar Prasetya 65 x 24 Tri Widiawati 80 x 25 Umayah 75 x 26 Umrotun 65 x 27 Wahyu Adji. P 60 x 28 Wawan Setiawan 50 x
Jumlah 1.895 8 20 Jumlah Skor
Jumlah Skor Maksimal
Rata-Rata Skor Tercapai
Skor Tertinnggi
Skor Terendah
: 1.895
: 2.800
: 67,68
: 80
: 50
KKM
Tuntas
Blm Tuntas
:
:
:
75
8 Siswa / 28,57 %
20 Siswa / 71,43 %
![Page 31: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/31.jpg)
31
Berdasar hasil tes pada table di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata-
rata yang diperoleh pada tahap pra siklus adalah 67,68. Nilai rata-rata tersebut
terpaut jauh di bawah nilai KKM yang ditetapkan yaitu 75. Sementara itu
siswa yang berhasil tuntas pada tahap ini sebanyak 8 siswa (28,57% ),
sedangkan 20 siswa (71,43 %) dinyatakan belum tuntas.
Diagram 4.2 Perolehan Hasil Belajar Pada Tahap Pra Siklus
Diagram 4.3 Prosentase Ketuntasan Belajar Pada Tahap Pra Siklus
80
50
67.68
05
101520253035404550556065707580859095
100
SK
OR
/NIL
AI NILAI TERTINGGI
NILAI TERENDAH
RATA-RATA
28.57
71.43
05
101520253035404550556065707580859095
100
PR
OS
EN
TA
SE
SISWA BELUM TUNTAS
SISWA BELUM TUNTAS
![Page 32: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/32.jpg)
32
Mendasari hasil di atas, peneliti melakukan refleksi pada materi
operasi berbagai bentuk pecahan yang dilakukan pada tahap pra siklus. Ada
beberapa hal yang perlu diidentifikasi untuk melaksanakan tindakan pada
siklus 1 yaitu :
1. Sebagian besar siswa belum tuntas dalam belajar
2. Nilai rata-rata kelas masih di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM).
3. Pembelajaran di kelas masih didominasi dengan menggunakan metode
ceramah, dan untuk sumber pembelajaran serta latihan soal masih
bergantung pada Lembar Kerja Siswa (LKS).
4. Penantan ruang kelas dan bangku belum mencerminkan pembelajaran
aktif, masih menggunakan model konvensional.
Dari refleksi di atas didapatkan beberapa solusi tehadap permasalahan
proses belajar mengajar di kelas. Permasalahan tersebut kemudian
didiskusikan dengan guru mitra untuk mencari solusi pembelajaran yang akan
dilaksanakan pada siklus 1 yaitu dengan menggunakan pendekatan model
pembelajaran problem posing.
B. Deskripsi Hasil Siklus I
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan pembelajaran dengan melakukan :
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b. Merancang pembuatan dan pembahasan soal- soal.
c. Merancang lembar observasi / Pengamatan.
d. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS).
e. Menyiapkan alat-alat pengajaran yang mendukung.
f. Menyiapkan peserta didik agar benar-benar berada pada kondisi siap
untuk mengikuti pelajaran yang dibahas atau dipelajari. Menyusun
rencana pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan
![Page 33: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/33.jpg)
33
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan
pada tanggal 27 Februari 2013 di kelas VI dengan jumlah siswa 28
siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan. Langkah-
langkah pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan model problem
posing pada siklus 1 adalah sebagai berikut :
a. Guru menyiapkan kelas sebagaimana mestinya.
b. Guru menjelaskan materi sesuai kompetensi yang sudah direncanakan
selama 45 menit
c. Guru membentuk kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 siswa
sesuai dengan tempat duduk.
d. Setiap kelompok membuat 1 soal yang sejenis dan dilengkapi dengan
hasil temuanya.
e. Secara acak guru menyuruh perwakilan dari kelompok untuk
menyajikan temuanya didepan kelas.
f. Guru mengamati pekerjaan siswa dikelas dan membantu apabila ada
kesulitan.
g. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan.
h. Guru mengevaluasi keberhasilan model pembelajaran problem posing
dengan memberikan pertanyaan kepada siswa .
i. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi
pelajaran.
3. Pengamatan (observasi)
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
a. Guru mengamati prestasi atau hasil belajar peserta didik.
b. Guru mengamati pada setiap kegiatan siswa dan memberikan
penilaian tentang indicator dan aspek-aspek dalam problem posing. .
![Page 34: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/34.jpg)
34
c. Guru mengamati hasil tes formatif untuk mengetahui ketuntasan
belajar yang dicapai.
d. Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar
pengamatan.
e. Guru mengamati keberhasilan dan hambatan-hambatan yang dialami
dalam proses pembelajaran yang belum sesuai dengan penelitian.
4. Refleksi
- Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.
- Peneliti menganalisis dan mendiskusikan hasil pengamatan dengan
teman sejawat yang selanjutnya membuat suatu refleksi apakah ada
suatu yang perlu dipertahankan ataupun diperbaiki.
- Membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus 1.
- Membuat langkah-langkah perbaikan untuk siklus selanjutnya
C. Deskripsi Hasil Siklus II
Pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada siswa kelas VI SDN 05 Kejene
sebagai tindak lanjut evaluasi dari pelaksanaan siklus I. Langkah-langkah
yang dilakukan dalam siklus II dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi.
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang
terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2, LKS 2, soal tes
formatif II, dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Bersama dengan
guru mitra, peneliti :
a. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam PBM.
b. Mengembangkan scenario pembelajaran.
c. Mengembangkan format evaluasi.
d. Mengembangkan format observasi pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan
pada tanggal 6 Maret 2013 di kelas VI dengan jumlah siswa 28 siswa.
![Page 35: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/35.jpg)
35
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) 2 dengan memperhatikan revisi pada siklus I,
sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi
pada siklus II. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes
formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa
selama proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang
digunakan adalah tes formatif II.
3. Pengamatan (observasi)
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
a. Mengamati pelaksanaan pembelajaran dan dibandingkan dengan
siklus I.
b. Mengamati hasil tes formatif 2 untuk mengetahui ketuntasan belajar
yang dicapai.
c. Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar
pengamatan.
d. Peneliti mengamati keberhasilan dan hambatan-hambatan yang
dialami dalam proses pembelajaran yang belum sesuai dengan
penelitian.
e. Hasil pengamatan dianalisis untuk memperoleh gambaran-gambaran
dan dampak dari tindakan yang dilakukan. Jika permasalahan dirasa
sudah cukup maka penelitian dihentikan.
4. Refleksi
Refleksi pada siklus II dilakukan untuk melakukan penyempurnaan
tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
model problem posing sehingga pada akhirnya dapat diketahui kualitas
pembelajaran yang ditunjukan dengan meningkatnya prestasi belajar
siswa pada materi operasi berbagai hitung .pecahan.
![Page 36: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/36.jpg)
36
D. Pembahasan Tiap Siklus
1. Pembahasan Siklus I
Peneliti sebelum melaksanakan tindakan pada tahap siklus I
melakukan perencanaan terlebih dahulu tentang tindakan yang akan
diambil guna menyelesaikan permasalahan yang didapat pada tahap pra
siklus terutama bagaimana menciptakan suasana belajar yang tidak
menjenuhkan yang berdampak pada meningkatnya semangat belajar
siswa. Tindakan tersebut kemudian dijadikan alternative untuk
pemecahan masalah yaitu dengan :
a. Melaksanakan pembelajaran materi operasi berbagai bentuk pecahan
dengan model problem posing. .
b. Meninjau kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada tahap pra
siklus.
c. Melaksanakan komponen pembelajaran yang ada dimana semua siswa
dalam kelompok mempunya tanggung jawab dalam mengerjakan
tugas yang diberiukan oleh guru.
d. Menciptakan ruangan yang mencerminkan pembelajaran aktif dengan
membagi dalam system tugas kelompok.
Tabel 4.3. Skor Kesiapan Dan Aktivitas Siswa Dalam Mengikuti Pembelajaran Di Kelas Pada Tahap Siklus I
Sub
Indikator Indikator 1 Indikator 2 Jml
Skor 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 x x 9 2 x x 7 3 x x 8 4 x x 7 5 x x 9 6 x x 7 7 - - - - - x 3 8 - - - - - x 4
Jml Skor 0 0 3 16 5 0 0 9 16 5 54
![Page 37: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/37.jpg)
37
Keterangan :
Indikator 1 : Kesiapan menerima pelajaran
Indikator 2 : Keaktifan dalam pelajaran
Skor : 5 (sangat baik), 4 (baik), 3 (cukup), 2 (rendah), 1 (kurang)
Berdasarkan table di atas kesiapan dan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran melalui model pembelajaran problem posing diperoleh
hasil sebagai berikut :
Skor yang dicapai Nilai = X 100 %
Skor maksimal
54 = X 100 %
70 = 77,14 %
Dari hasil pengamatan pada siklus I dapat disimpulkan bahwa peserta
didik mulai ada peningkatan kesiapan belajar maupun keaktifan dalam
proses belajar. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya prosentase hasil
penilaian kesiapan dan keaktifan peserta didik yang pada tahap pra siklus
hanya 67,14 % menjadi 77,14 % pada siklus I.
Diagram 4.4. Prosentase Aktivitas dan Kesiapan Siswa Pada Siklus I
77.14
05
101520253035404550556065707580859095
100
PR
OS
EN
TA
SE
AKTIVITAS SISWA
![Page 38: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/38.jpg)
38
Tabel 4.4. Perbandingan Jumlah Skor Kesiapan Belajar Pada Tahap Pra Siklus Dan Siklus I
No Tahap Jumlah Skor Prosentase Kategori
1. Pra Siklus 47 67,14 % Kurang
2. Siklus I 54 77,14 % Cukup
Diagram 4.5 Perbandingan Prosentase Kesiapan Belajar Pada Tahap Pra Siklus Dan Siklus I
Dengan diterapkannya metode Problem Posing pada siklus I, terlihat
adanya peningkatan walaupun belum optimal. Banyak kendala-kendala
yang perlu diperbaiki pada tahap siklus berikutnya. Peningkatan tersebut
dapt terlihat dari ketenangan kelas pada saat pelajaran sedang berlangsung
serta antusias pesereta didik dalam mengikuti pelajaran sudah mulai
terfokus.
Adapun hasil tes formatif setelah berakhirnya siklus I yang
bentuknya masih tes kognitif adalah sebagai berikut :
67.14
77.14
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
PR
OS
EN
TA
SE
PRA SIKLUS SIKLUS I
![Page 39: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/39.jpg)
39
Tabel 4.5. Hasil Tes Akhir Pada Tahap Siklus I
No Nama Siswa Nilai Keterangan
Tuntas Blm. Tuntas
1 Alif Setiaji 65 x 2 Ayu Dwi Lestari 75 x 3 Bernika Ipada 75 x 4 Desi Firda Indriyanti 75 x 5 Devi Ayu Lestari 75 x 6 Elfa Sefiana Kharisma 85 x 7 Fajar Anilo 75 x 8 Febi Krisna 75 x 9 David Hernanto 70 x 10 Herlina 85 x 11 Ilman Yahya Al Faris 65 x 12 Karmila 65 x 13 Laraswati 85 x 14 Lely Monica Sari 80 x 15 Lulu Anggita 85 x 16 Lulus Tiatuti 80 x 17 Mako Sidul Hilal 70 x 18 Mohamad Abdul Aziz 70 x 19 Nada Anggunita 75 x 20 Rafi Andika 75 x 21 Sindi Monika Royani 75 x 22 Siswanto 70 x 23 Tegar Prasetya 70 x 24 Tri Widiawati 85 x 25 Umayah 90 x 26 Umrotun 75 x 27 Wahyu Adji. P 65 x 28 Wawan Setiawan 60 x
Jumlah 2.095 18 10 Jumlah Skor
Jumlah Skor Maksimal
Rata-Rata Skor Tercapai
Skor Tertinnggi
Skor Terendah
: 2.095
: 2.800
: 74,82
: 90
: 60
KKM
Tuntas
Blm Tuntas
:
:
:
75
28 Siswa / 64,29 %
10 Siswa / 35,71 %
![Page 40: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/40.jpg)
40
Dari tabel di atas dapat dilihat nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah
74,82 dan ketuntasan belajar mencapai 64,29 % atau ada 18 siswa yang
sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus I ini
ketuntasan belajar secara klasikal telah megalami peningkatan sedikit lebih
baik dari tahap pra siklus . Namun demikian karena ketuntasan klasikal
belum mencapai 85 % maka perlu diadakan siklus selanjutnya.
Diagram 4.6. Perolehan Hasil Belajar Pada Siklus I
Diagram 4.7. Prosentase Ketuntasan Belajar Pada Siklus I
85
60
74.82
05
101520253035404550556065707580859095
100
SK
OR
/NIL
AI NILAI TERTINGGI
NILAI TERENDAH
RATA-RATA
64.29
35.71
05
101520253035404550556065707580859095
100
PR
OS
EN
TA
SE
SISWA TUNTAS
SISWA BELUM TUNTAS
![Page 41: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/41.jpg)
41
Tabel 4.6 Perbandingan Nilai Rata-Rata Tes Akhir
Pada Tahap Pra Siklus Dan Siklus I
No Tahap Nilai rata-rata Ketuntasan
1. Pra Siklus 67,14 28,57 %
2. Siklus I 74,14 64,29 %
Diagram 4.8. Perbandingan Ketuntasan Belajar
Pada Tahap Pra Siklus Dan Siklus I
Dari hasil evaluasi pada tahap siklus I, ada beberapa catatan yang
harus direfleksikan pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus
selanjutnya, yaitu :
a. Proses belajar mengajar pada siklus I dengan model pembelajaran
problem posing ternyata belum meningkatkan belajar siswa
dikarenakan tidak meratanya pemahaman siswa sehinga perlu
diadakan perbaikan pada pelaksanaan siklus II.
b. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing
aspek cukup besar.
28.57
64.29
05
101520253035404550556065707580859095
100
PR
OS
EN
TA
SE
PRA SIKLUS SIKLUS I
![Page 42: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/42.jpg)
42
c. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif
selama proses belajar berlangsung.
d. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sedikit mengalami
perbaikan.
e. Prosentase ketuntasan klasikal baru 64,29 %, padahal direncanakan
tercapai minimal 85%.
2. Pembahasan Siklus II
Seperti yang dilakukan pada siklus sebelumnya, peneliti berkolaborasi
dengan teman sejawat terlebih dahulu melakukan diskusi sebelum
melaksanakan tindakan pada tahap siklus II. Hal ini dilakukan untuk
menenetukan tindakan yang akan diambil guna menyelesaikan permasalahan
bagaimana menciptakan suasana belajar yang berdampak pada meningkatnya
semangat belajar siswa. Bersama dengan teman sejawat, peneliti juga masih
melakukan observasi pada siklus II dengan hasil observasi sebagai berikut :
Tabel 4.7. Skor Kesiapan Dan Aktivitas Siswa Dalam Mengikuti Pembelajaran Di Kelas Pada Tahap Siklus II
Sub
Indikator Indikator 1 Indikator 2 Jml
Skor 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 x x 10 2 x x 7 3 x x 10 4 x x 7 5 x x 9 6 x x 8 7 - - - - - x 4 8 - - - - - x 4
Jml Skor 0 0 3 8 15 0 0 3 20 10 59
Keterangan :
Indikator 1 : Kesiapan menerima pelajaran
Indikator 2 : Keaktifan dalam pelajaran
![Page 43: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/43.jpg)
43
Skor : 5 (sangat baik), 4 (baik), 3 (cukup), 2 (rendah), 1 (kurang)
Berdasarkan table di atas kesiapan dan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran melalui model pembelajaran problem posing diperoleh
hasil sebagai berikut :
Skor yang dicapai Nilai = X 100 %
Skor maksimal
59 = X 100 %
70 = 84,28 %
Diagram 4.9 Prosentase Aktivitas dan Kesiapan Siswa Pada Siklus II
84.28
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
PR
OS
EN
TA
SE
AKTIVITAS SISWA
![Page 44: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/44.jpg)
44
Tabel 4.8. Perbandingan Jumlah Skor Kesiapan Belajar Pada Tahap Siklus I Dan Siklus II
No Tahap Jumlah Skor Prosentase Kategori
1. Siklus I 54 77,14 % Cukup
2. Siklus II 59 84,28 % Baik
Diagram 4.10. Perbandingan Jumlah Skor Kesiapan Belajar Pada Tahap Siklus I Dan Siklus II
Dari hasil observasi pada siklus II dapat disimpulkan bahwa peserta
didik hampir keseluruhan terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini
dapat dilihat dari prosentase kesiapan dan keaktifan peserta didik yang
sudah mencapai 84,28 % (kategori baik). Hasil ini sudah melampaui
Prosentase keaktivan yang ditentukan yaitu 81,00%
Sedangkan itu hasil tes formatif yang dilakukan pada akhir siklus II
adalah sebagai berikut :
77.14
84.28
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
PR
OS
EN
TA
SE
SIKLUS I SIKLUS II
![Page 45: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/45.jpg)
45
Tabel 4.9. Hasil Tes Akhir Pada Tahap Siklus II
No Nama Siswa Nilai Keterangan
Tuntas Blm. Tuntas
1 Alif Setiaji 65 x 2 Ayu Dwi Lestari 80 x 3 Bernika Ipada 80 x 4 Desi Firda Indriyanti 80 x 5 Devi Ayu Lestari 80 x 6 Elfa Sefiana Kharisma 95 x 7 Fajar Anilo 80 x 8 Febi Krisna 80 x 9 David Hernanto 75 x 10 Herlina 85 x 11 Ilman Yahya Al Faris 75 x 12 Karmila 65 x 13 Laraswati 95 x 14 Lely Monica Sari 90 x 15 Lulu Anggita 95 x 16 Lulus Tiatuti 90 x 17 Mako Sidul Hilal 80 x 18 Mohamad Abdul Aziz 80 x 19 Nada Anggunita 85 x 20 Rafi Andika 85 x 21 Sindi Monika Royani 85 x 22 Siswanto 75 x 23 Tegar Prasetya 75 x 24 Tri Widiawati 95 x 25 Umayah 95 x 26 Umrotun 80 x 27 Wahyu Adji. P 70 x 28 Wawan Setiawan 65 x
Jumlah 2.280 24 4 Jumlah Skor
Jumlah Skor Maksimal
Rata-Rata Skor Tercapai
Skor Tertinnggi
Skor Terendah
: 2.280
: 2.800
: 81,43
: 95
: 65
KKM
Tuntas
Blm Tuntas
:
:
:
75
24 Siswa / 85,71 %
4 Siswa / 14,29 %
![Page 46: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/46.jpg)
46
Dari tabel diatas dilihat nilai rata-rata tes formatif yang dilakukan
pada akhir siklus II adalah 81,43. Nilai rata-rata tersebut sudah berada di
atas dari nilai KKM yang telah ditentukan yaitu 75. Prosentase ketuntasan
klasikal mencapai 85,71% (24 siswa), ada 14,29% ( siswa) yang belum
tuntas yaitu : Alif Setiaji, Karmila, Wahyu Asji Pangestuti, danWawan
Setiawan. Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari
siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi
oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan model
pembelajaran problem posing sehingga siswa lebih mudah dalam
memahami materi yang telah diberikan. Pada siklus II guru telah
menerapkan model problem posing dengan baik dan dilihat dari aktivitas
siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah
berjalan dengan baik. Ketuntasan secara klasikal telah tercapai lebih dari
85 %, maka penelitian ini tidak perlu diteruskan pada siklus selanjutnya.
Diagram 4.11. Perolehan Hasil Belajar Pada Siklus II
Diagram 4.12. Prosentase Ketuntasan Belajar Pada Siklus II
95
65
81.43
05
101520253035404550556065707580859095
100
SK
OR
/NIL
AI NILAI TERTINGGI
NILAI TERENDAH
RATA-RATA
85.71
14.29
05
101520253035404550556065707580859095
100
PR
OS
EN
TA
SE
SISWA TUNTAS
SISWA BELUM TUNTAS
![Page 47: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/47.jpg)
47
Tabel 4.10. Perbandingan Nilai Rata-Rata Tes Akhir
Pada Tahap Siklus I Dan Siklus II
No Tahap Nilai rata-rata Ketuntasan
1. Siklus I 74,82 64,29 %
2. Siklus II 81,43 85,71 %
Diagram 4.13. Perbandingan Ketuntasan Belajar
Pada Tahap Siklus I Dan Siklus II
E. Pembahasan Antar Siklus
Pembahasan antar siklus berkaitan dengan pembahasan hasil tindakan
yang dilakukan pada tahap pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat dari
table-tabel berikut :
Tabel 4.12Perbandingan Jumlah Skor Kesiapan Belajar Pada Tahap Pra Siklus, Siklus I, Dan Siklus II
No Tahap Jumlah Skor Prosentase Kategori
1. Pra Siklus 47 67,14 % Kurang
2. Siklus I 56 77,14 % Cukup
3. Siklus II 59 84,28 % Baik
64.29
85.71
05
101520253035404550556065707580859095
100
PR
OS
EN
TA
SE
SIKLUS I SIKLUS II
![Page 48: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/48.jpg)
Diagram 4.14. Perbandingan Prosentase Kesiapan Dan Aktivitas BelajarPada Tahap Pra Siklus, Siklus I, Dan Siklus II
Tabel 4.10 Perbandingan Nilai RataPada Tahap Pra Siklus, Siklus I, Dan Siklus II
No Tahap
1. Pra Siklus
2. Siklus I
3. Siklus II
Diagram Pada Tahap Pra Siklus,
67.14
05
101520253035404550556065707580859095
100
PRA SIKLUS
PR
OS
EN
TA
SE
28.57
05
101520253035404550556065707580859095
100
PRA SIKLUS
PR
OS
EN
TA
SE
. Perbandingan Prosentase Kesiapan Dan Aktivitas BelajarPada Tahap Pra Siklus, Siklus I, Dan Siklus II
Tabel 4.10 Perbandingan Nilai Rata-Rata Dan Ketuntasan BePada Tahap Pra Siklus, Siklus I, Dan Siklus II
Tahap Nilai rata-rata Ketuntasan
Pra Siklus 67,68 28,57 % Belum Tuntas Klasikal
Siklus I 74,82 64,29 % Belum Tuntas Klasikal
Siklus II 81,43 85,71 % Sudah Tuntas Klasikal
Diagram 4.11 Perbandingan Ketuntasan Belajar Pada Tahap Pra Siklus, Siklus I, Dan Siklus II
67.1477.14
84.28
PRA SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II
AKTIVITAS BELAJAR
28.57
64.29
85.71
PRA SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II
KETUNTASAN BELAJAR
48
. Perbandingan Prosentase Kesiapan Dan Aktivitas Belajar Pada Tahap Pra Siklus, Siklus I, Dan Siklus II
Rata Dan Ketuntasan Belajar Pada Tahap Pra Siklus, Siklus I, Dan Siklus II
Kategori
Belum Tuntas Klasikal
Belum Tuntas Klasikal
Sudah Tuntas Klasikal
Siklus I, Dan Siklus II
AKTIVITAS BELAJAR
KETUNTASAN BELAJAR
![Page 49: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/49.jpg)
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dari tahap pra
siklus, siklus I dan siklus II seerta berdasarkan seluruh pembahasan serta
analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan metode Problem Posing memiliki dampak positif
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan
peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklusnya, pada tahap
pra siklus 28,57%, meningkat menjadi 64,29% pada siklus I , dan 85,71%
pada siklus II.
2. Penerapan metode metode problem posing dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa yang ditunjukan dengan hasil wawancara dengan sebagian
siswa, rata-rata jawaban siswa menyatakan bahwa siswa tertarik dan
berminat dengan metode metode Problem Posing sehingga mereka
menjadi termotivasi untuk belajar. Pada tahap pra siklus kesiapan dan
keaktifan belajar siswa 67,14% meningkat pada tahap siklus I menjadi
77,14% dan meningkat lagi pada tahap siklus II yaitu 84,28%.
3. Kesimpulan akhir bahwa pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran problem posing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
pada materi operasi berbagai bentuk pecahan yang dilakukan pada siswa
kelas VI SD Negeri 05 Kejene Kecamatan Randudongkal Kabupaten
Pemalang Tahun Pelajaran 2012/2013.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar
proses belajar mengajar lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang
optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran problem
posing memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus
![Page 50: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/50.jpg)
50
mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan
dengan model problem posing dalam proses belajar mengajar sehingga
diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam
taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan
pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa
berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakukan di SD Negeri 05 Kejene Kecamatan Randudongkal Kabupaten
Pemalang Tahun Pelajaran 2012/2013.
4. Kepada sekolah terutama para guru, sudah seharusnya meningkatkan
kompetensi dengan membekali diri melalui pengetahuan yang luas, karena
sesungguhnya kompetensi yang dimiliki oleh guru sangat mempengaruhi
keberhasilan pembelajaran yang pada akhirnya bisa menghasilkan peserta
didik yang berprestasi, berbudi pekerti dan berakhlakul karimah.
C. Penutup
Syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Dalam pembahasan-pembahasan sekripsi ini tentunya banyak sekali
kekurangan dan ketidaksempurnaan, hal ini karena keterbatasan pengetahuan
dan kemampuan yang penulis miliki. Saran-saran yang penulis ungkapkan dia
atas hendaknya menjadi koreksi dan pertimbangan dalam keberhasilan proses
pembelajaran, khususnya di SD Negeri 05 Kejene Kecamatan Randudongkal
Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2012/2013.
Penulis berharap semoga PTK yang sederhana ini bisa bermanfaat
bagi penulis pada khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.
![Page 51: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/51.jpg)
51
DAFTAR PUSTAKA
Burhan Mustaqim, dkk, , Ayo Belajar Matematika, Pusat Perbukuan, Jakarta:
Pusat Perbukuan, 2008
Arikunto, dkk, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Sri Anisah. W, dkk, Strategi Pembelajaran di SD, Jakarta : Universitas Terbuka,
2007, Cet. I.
Tim FKIP, Pemantapan Kemampuan Mengajar, Jakarta : Universitas Terbuka,
2007, Cet. I.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, Jakarta ; BP.
Dharma Bhakti, 2003.
Tim Penyusun Depdiknas, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Depdiknas, 2003.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) Pendidikan Agama Islam, Jakarta
: Depdiknas, 2006.
Adi Suryanto, dkk, Evaluasi Pembelajaran di SD, Jakarta : Universitas Terbuka,
2008, Cet. I.
Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006
Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan, Jakarta : BP. Pustaka
Karya, 2006
M. Toha Anggoro, dkk, Metode Penelitian, Jakarta : Universitas Terbuka, 2002,
Cet. I.
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat , Jakarta: Gramedia,
1991
Ali, Muhamad , Strategi Penelitian Statistik, Bandung : Bumi Aksara, 1993
Riyanto, Yatim , Metodologi Penelitian suatu Tindakan Dasar, Surabaya; Sie
Surabaya, 1996.
Dani Permana, dkk, Bersahabat Dengan Matematik Untuk Sekolah Dasar Kelas
VI, Jakarta: Pusat Perbukuan, 2008
![Page 52: PENELITIAN TINDAKAN KELAS](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022050817/557213f8497959fc0b937302/html5/thumbnails/52.jpg)
52