penelitian tindakan kelas

52
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika telah mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku atau yang diajarkan oleh guru. Disamping itu , ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis. Berdasarkan persepsi semacam ini, biasanya bisanya mereka akan merasa cukup puas bila mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah tertentu walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat, dan tujuan keterampilan tersebut. Muhibbin Syah mengemukakan bahwa belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Dalam artian, berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Pada tahun 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mulai dilaksanakan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan penyempurnaan kurikulum 2004. Berbagai pembaharuan yang diadakan dibidang kurikulum menunjukkan upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Disadari atau tidak setiap hari kita harus menyelesaikan berbagai masalah, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa berbagai masalah yang biasa dihadapi tidak selamanya bersifat matematis. Akan tetapi banyak permasalahan dalam kehidupan sehari-hari

Upload: mukhamad-khujer

Post on 12-Aug-2015

133 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VI SDN 05 kejene Melalui Model Pembelajarn Problem Posing

TRANSCRIPT

Page 1: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan.

Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas,

damai, terbuka dan demokratis. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar

adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang

tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Orang yang

beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika telah

mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasi

yang terdapat dalam buku atau yang diajarkan oleh guru. Disamping itu , ada

pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti

yang tampak pada latihan membaca dan menulis. Berdasarkan persepsi

semacam ini, biasanya bisanya mereka akan merasa cukup puas bila mereka

telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah tertentu walaupun

tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat, dan tujuan keterampilan tersebut.

Muhibbin Syah mengemukakan bahwa belajar adalah kegiatan yang

berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam

penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Dalam artian, berhasil

atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses

belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di

lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Pada tahun 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

mulai dilaksanakan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan

penyempurnaan kurikulum 2004. Berbagai pembaharuan yang diadakan

dibidang kurikulum menunjukkan upaya pemerintah dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Disadari atau tidak setiap hari

kita harus menyelesaikan berbagai masalah, meskipun tidak dapat dipungkiri

bahwa berbagai masalah yang biasa dihadapi tidak selamanya bersifat

matematis. Akan tetapi banyak permasalahan dalam kehidupan sehari-hari

Page 2: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

2

yang bisa diselesaikan dengan bantuan matematika. Temuan-temuan yang

dilakukan Bitter dan Capper (dalam Suherman, 2003:90) menunjukkan bahwa

pengajaran matematika harus digunakan untuk memperkaya, memperdalam

dan memperluas kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika.

Hasil penelitian Capper menunjukkan bahwa pengalaman siswa sebelumnya,

perkembangan kognitif, serta minat (ketertarikan) siswa terhadap matematika

merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

dalam pemecahan masalah.

Sebagaimana dijelaskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) tahun 2006 bahwa tujuan pengajaran matematika adalah

mempersiapkan peserta didik agar dapat menggunakan matematika dan pola

pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari

berbagai ilmu pengetahuan melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran

logis, rasional, cermat, jujur, efektif, dan efisien. Ruang lingkup pelajaran

matematika meliputi tentang aljabar, geometri, statistika, dan aritmatika.

Selain tujuan dan ruang lingkup dalam KTSP juga disebutkan

bahwa salah satu indikator materi dalam pelajaran matematika kelas VI

Sekolah Dasar adalah melakukan operasi hitung berbagai bentuk pecahan.

Indikator tersebut sudah pernah dipelajari di kelas sebelumnya, namun siswa

masih mengalami kesulitan dalam mengerjakannya. Hal ini dapat dilihat dari

perolehan nilai ulangan siswa pada Kompetensi Dasar tersebut masih banyak

siswa yang memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Hasil tes formatif dari 28 siswa kelas VI SD Negeri 05 Kejene pada

Kompetensi Dasar melakukan operasi hitung berbagai bentuk pecahan, hanya

8 siswa (28,57%) yang mampu menguasai materi dan berhasil tuntas.

Sementara 20 siswa (71,43%) nilainya masih di bawah nilai KKM. Dari data

tersebut diatas menunjukan bahwa rendahnya kesiapan belajar, minat belajar,

dan aktvitas belajar siswa pada Kompetensi Dasar melakukan operasi hitung

berbagai bentuk pecahan menyebabkan hasil belajaar juga sangat rendah.

Permasalahan ini juga disebabkan karena dalam pembelajaran, guru

memberikan materi secara menoton, kurang menarik, Kegiatan Belajar

Page 3: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

3

Mengajar (KBM) hanya menggunakan ceramah, dan alat peraga masih

kurang.

Hasil belajar matematika yang sangat rendah merupakan suatu

permasalahan yang harus segera diatasi. Untuk mengatasi masalah tersebut

guru harus menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Kegiatan

pembelajaran yang menyenangkan dapat tercipta bila guru menggunakan

metode yang bervariasi dan media pembelajaran yang relevan dengan materi

matematika yang akan diajarkan serta menggunakan pendekatan

pembelajaran yang tepat. Siswa akan merasa tertarik mempelajari

matematika, mencoba dan membuktikan sendiri, sehingga akan memperkuat

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik, dengan demikian

pembelajaran menjadi lebih bermakna dan tujuan pembelajaran matematika

Sekolah Dasar dapat tercapai. Karena itu penulis memperoleh dasar

pemikiran untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan

mengambil judul penelitian : ” Upaya Peningkatan Hasil Pembelajaran

Matematika Kompetensi Dasar Melakukan Operasi Hitung Berbagai Bentuk

Pecahan Melalui Model Problem Posing Pada Siswa Kelas VI Semester 2

Sekolah Dasar Negeri 05 Kejene Kecamatan Randudongkal Kabupaten

Pemalang Tahun Pelajaran 2012/2013 ”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan diatas,

maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pemahaman materi operasi hitung berbagai bentuk pecahan

pada siswa kelas VI SD Negeri 05 Kejene Randudongkal Pemalang

sebelum penerapan model pembelajaran problem posing ?

2. Bagaimana pelaksanaan model problem posing pada pembelajaran

Matematika Kompetensi Dasar melakukan operasi hitung berbagai bentuk

pecahan pada siswa kelas VI SD Negeri 05 Kejene Randudongkal

Pemalang ?

Page 4: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

4

3. Adakah peningkatan pemahaman materi melakukan operasi hitung

berbagai bentuk pecahan pada siswa kelas VI SD Negeri 05 Kejene

Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang melalui model

pembelajaran problem posing ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pemahaman materi operasi hitung berbagai bentuk

pecahan pada siswa kelas VI SD Negeri 05 Kejene Randudongkal

Pemalang sebelum penerapan model pembelajaran problem posing.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan model problem posing pada

pembelajaran Matematika Kompetensi Dasar melakukan operasi hitung

berbagai bentuk pecahan pada siswa kelas VI SD Negeri 05 Kejene

Randudongkal Pemalang

3. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman materi Kompetensi Dasar

melakukan operasi hitung berbagai bentuk pecahan pada siswa kelas VI

SD Negeri 05 Kejene Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang

melalui model pembelajaran problem posing .

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat bagi siswa.

1) Siswa merasa senang mendapat pengalaman baru dengan

implementasi model pembelajaran problem posing.

2) Memupuk keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat didalam

kelas.

3) Siswa mampu membuat soal dan menyelesaikan sendiri.

4) Prestasi belajar meningkat melalui implementasi model pembelajaran

problem posing.

b. Manfaat Bagi Guru.

1) Meningkatkan kreativitas Guru dalam mengembangkan materi

pelajaran.

Page 5: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

5

2) Memberikan kesempatan Guru lebih menarik siswa dalam proses

belajar mengajar.

3) Guru akan mendapakan suasana kelas yang lebih aktif dalam belajar

mengajar.

4) Guru semakin mantap dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan model-model pembelajaran yang tepat dan menarik.

c. Bagi Sekolah.

1) Kinerja sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat dievaluasi.

2) Keberhasilan sekolah untuk meningkatkan sumberdaya manusia dapat

diingkatkan.

3) Dapat merangsang guru-guru yang lain untuk memperbaiki metode

pembelajaran yang mereka terapkan.

d. Bagi Peneliti.

1) Dapat menambah pengetahuan bagi peneliti sebagai seorang Guru.

2) Memperoleh data guna upaya meningkatkan hasil pembelajaran

Matematika Kompetensi Dasar melakukan operasi hitung berbagai

bentuk pecahan melalui model problem posing pada siswa kelas VI

Sekolah Dasar Negeri 05 Kejene Kecamatan Randudongkal

Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2012/2013.

Page 6: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

Kemajuan yang dicapai oleh manusia dalam bidang ilmu pengetahuan

dan teknologi membuat ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri

berkembang semakin pesat. Pola hidup manusia dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi mempunyai hubungan erat, pendidikan mungkin

wadah paling menonjol dalam rangka kemajuan itu. Dalam rangka kegiatan

pendidikan, ada beberapa media yang dapat digunakan, mulai dari yang

paling sederhana sampai kepada yang canggih. Salah satu contohnya adalah

pembelajaran dengan menggunakan model problem posing dimana setiap

siswa dapat mengajukan soal sendiri melalui belajar soal atau berlatih soal

secara mandiri

1. Belajar

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.

Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa

adalah penentu terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat

siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar berupa alam,

benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia dan sebagainya

(Dimyati dan Mudjiono, 2002:7). Konsep tentang belajar telah banyak

didefinisikan oleh para ahli, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Gagne menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan perilaku

disposisi, atau kecakapan manusia, yang berlangsung selama periode

waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses

pertumbuhan.

2. Gagne dan Berliner menyatakan bahwa belajar merupakan proses

dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari

pengalaman.

Page 7: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

7

3. Morgan menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif

permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman.

4. Slavin menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu

yang disebabkan oleh pengalaman.

Jadi, dapat disimpulkan belajar merupakan proses perubahan

perilaku yang bersifat relatif permanen setelah mendapat pengalaman

atau pengetahuan. Beberapa teori belajar yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Teori Belajar Vygotsky

Teori Vygotsky menekankan pada hakekat sosiokultural dari

pembelajaran. Vygotsky berpendapat bahwa interaksi sosial, yaitu

interaksi individu tersebut dengan orang-orang lain, merupakan faktor

yang terpenting yang mendorong atau memicu perkembangan kognitif

seseorang. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi

umumnya muncul dalam kerjasama antar siswa sebelum fungsi mental

yang lebih tinggi itu terserap. Tugas guru adalah menyediakan atau

mengatur lingkungan belajar siswa, dan mengatur tugas-tugas yang

harus dikerjakan siswa, serta memberikan dukungan dinamis,

sedemikian hingga setiap siswa bisa berkembang secara maksimal.

Dalam penelitian ini, teori belajar Vygotsky merupakan bagian

kegiatan pembelajaran dengan bekerja dalam kelompok kecil.

Melalui kelompok ini siswa saling berdiskusi memecahkan masalah

yang diberikan dengan saling bertukar ide dan temuan sehingga dapat

digeneralisasi atau disimpulkan. Guru dalam proses ini hanya

membantu proses penemuan jawaban jika terjadi suatu kesulitan.

2. Teori belajar David Ausubel

Belajar menurut David Ausubel dibedakan menjadi dua.

Pertama, kegiatan belajar yang bermakna (meaningful learning) jika

siswa mencoba menghubungkan pengetahuan baru dengan

pengetahuan yang dimilikinya. Ketika pengetahuan yang baru tidak

berkaitan dengan pengetahun yang ada maka pengetahuan yang baru

Page 8: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

8

itu akan dipelajari siswa sebagai hafalan. Kedua, kegiatan belajar

tidak bermakna (rote learning) di mana siswa hanya menghafal apa

yang diberikan oleh guru tanpa mengetahui apa makna yang dihafal

(Suherman, 2003:32). Dalam penelitian ini, teori belajar David

Ausubel ini berhubungan erat ketika menyusun hasil temuan atau

hasil diskusi dalam kelompok, mereka akan mengkaitkan dengan

pengertian-pengertian yang telah mereka miliki sebelumnya.

1) Teori belajar Gagne

Menurut Gagne, dalam belajar matematika ada dua objek yang

dapat diperoleh siswa, yaitu objek langsung dan objek tak langsung.

Objek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan

memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap

matematika, dan tahu bagaimana semestinya belajar. Sedangkan

objek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep dan aturan.

Gagne (dalam Suharsimi Arikunto, 2006:127) menyusun delapan

kategori belajar meliputi: (1) belajar tanda (signal learning); (2)

belajar stimulus-respons (stimulus-response learning); (3) jalinan

(chaining); (4) jalinan verbal (verbal chaining); (5) belajar

membedakan (discrimination learning); (6) belajar konsep (concept

learning); (7) belajar kaidah (rule learning); dan (8) pemecahan

masalah (problem solving). Penyusunan kategori belajar secara hirarki

berarti bahwa tipe kategori belajar yang berada di tingkat atas bersifat

lebih kompleks, karena mencakup semua kategori belajar yang

terdapat di bawahnya.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar yaitu perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar

setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan

perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar

(Anni, 2004:4). Yang dimaksud pembelajar disini adalah siswa.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar meliputi faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kondisi fisik,

Page 9: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

9

kondisi psikis, serta kondisi sosial. Sedangkan faktor eksternal antara

lain variasi dan derajat kesulitan materi (stimulus) yang dipelajari

(direspon), tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya

belajar masyarakat. Baik faktor internal maupun faktor eksternal sangat

berpengaruh pada kesiapan, proses, dan hasil belajar (Anni, 2004:11).

3. Prestasi Belajar

Dalam buku Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar

menyatakan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai sebagai akibat dari

kegiatan yang dilakukan (WS. Winkel, 1986:162). Sedangkan menurut

Kamus Umum Bahasa Indonesia prestasi adalah hasil yang telah dicapai

(dilakukan, dikerjakan dan sebagainya) (Poerwardarmita,1984:14).

Dari pengertian tersebut maka dapat diartikan bahwa dari segala

aktifitas yang telah dicapai atau dilakukan seseorang dibidang tertentu

misalnya olahraga dan seni di suatu sekolah dinamakan prestasi.

2. Model Pembelajaran

Model merupakan segala sesuatu yang digunakan pada situasi,

kondisi, waktu dan tempat yang tepat. Model pembelajaran adalah pola

interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi,

pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Pola interaksi antara guru

dengan siswa pada hakikatnya adalah hubungan antara dua pihak yang

setara, yaitu interaksi antara dua manusia yang tengah mendewasakan diri,

meskipun yang satu telah ada pada tahap yang seharusnya lebih maju dalam

aspek akal, moral, maupun emosional (Suherman, 2003:7-8). Dengan

demikian guru dan siswa merupakan subyek, karena masing-masing

memiliki kesadaran dan kebebasan secara aktif.

Obyek dasar yang dipelajari dalam matematika bersifat abstrak. Hal

ini mengakibatkan masih banyak siswa yang merasa kesulitan dalam belajar

matematika terutama dalam memecahkan masalah matematika. Oleh karena

itu diperlukan pemilihan model pembelajaran yang tepat agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

Page 10: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

10

3. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang

bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,

menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai

tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif dalam matematika akan

membantu siswa meningkatkan sikap positif dalam matematika. Secara

individu siswa membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya

untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika, sehingga akan

mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas terhadap matematika yang

selama ini sering dialami siswa. Hal-hal yang harus dipenuhi dalam

pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.

a. Siswa yang tergabung dalam kelompok harus merasa bahwa mereka

bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus

dicapai.

b. Siswa menyadari bahwa masalah yang dihadapi adalah masalah

kelompok, dan berhasil tidaknya kelompok menjadi tanggungjawab

bersama.

c. Siswa harus mendiskusikan masalahnya dengan seluruh anggota

kelompoknya untuk mencapai hasil maksimal.

Dalam format pembelajaran kooperatif, setelah guru menyampaikan

materi pelajaran siswa bergabung dalam kelompok-kelompok kecil untuk

berdiskusi dan menyelesaikan soal latihan, kemudian menyerahkan hasil

kerja kelompok kepada guru. Jika diperlukan selanjutnya guru memimpin

diskusi tentang pekerjaan kelompok yang membutuhkan penjelasan atau

klarifikasi. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat meningkatkan

berpikir kritis serta meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan

masalah (Suherman, 2003:259).

4. Pengertian Model Pembelajaran Problem Posing

Menurut Freire ( Saksono, 2008 : 8 – 9 ) pembelajaran problem posing

adalah suatu pengajaran yang mengemukakan masalah – masalah. Suryanto

menjelaskan bahwa problem posing adalah perumusan soal agar lebih

Page 11: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

11

sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan

agar lebih sederhana dan dapat di kuasai. Hal ini terutama terjadi pada soal –

soal yang rumit. Model pembelajaran problem posing ini mulai di

kembangkan di tahun 1997 oleh Lyn D. English dan awal mulanya di

terapkan dalam mata pelajaran Matematika. Selanjutnya Model ini di

kembangkan pula pada mata pelajaran yang lain.

Pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing adalah suatu

model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal

sendiri melalui belajar soal ( berlatih soal ) secara mandiri. Penerapan

Model Pembelajaran Problem Posing adalah sebagai beriku:

1) Guru menjelaskan materi pelajaran kepada peserta didik dan

memberikan latihan soal secukupnya

2) Peserta didik diminta mengajukan minimal 1 soal yang menantang dan

peserta didik yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya (

Individu / Kelompok )

3) Guru menyuruh peserta didik untuk menyajikan soal temuannya di

depan kelas

Tiga bentuk aktivitas kognitif Matematika menurut Silver dan Cai pada

Model Pembelajaran Problem Posing yaitu :

1) Pre – Solution PosingPre – Solution Posing, yaitu jika seorang peserta

didik membuat soal dari situasi yang di adakan. Jadi, Guru di harapkan

mampu membuat pertanyaan yang berkaitan dengan pernyataan yang di

buat sebelumnya

2) Within Solution Posing, yaitu jika seorang speserta didik mampu

merumuskan ulang pertanyaan soal tersebut menjadi sub – sub

pertanyaan baru yang urutan penyelesaiannya seperti yang telah di

selesaikan sebelumnya. Jadi, di harapkan peserta didik mampu

membuat sub – sub pertanyaan baru dari sebuah pertanyaan yang ada

pada soal yang bersangkutan

Page 12: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

12

3) Post Solution Posing, yaitu jika seorang peserta didik memodifikasi

tujuan atau kondisi soal yang sudah di selesaikan untuk membuat soal

yang baru dan yang sejenis

5. Pengertian Prestasi Belajar Matematika

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah di kerjakan, di

ciptakan baik secara individual maupun kelompok, prestasi tidak akan

pernah di hasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan.

Belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan

perubahan dalam diri individu, yaitu perubahan tingkah laku. Jadi belajar

Matematika adalah perubahan tingkah laku peserta didik dalam

pembelajaran yang mengakibatkan keberhasilan dalam pembelajaran.

Menurut Arikunto ( 2001 : 14 ) mengartikan prestasi belajar merupakan

hasil dari kegiatan belajar mengajar yang berupa pencapaian tujuan belajar

yang sering diwujudkan ke dalam nilai-nilai tertentu.

Dari beberapa pendapat diatas dapat di uraikan bahwa prestasi belajar

Matematika adalah hasil dari perubahan belajar Matematika yang dicapai

secara maksimal oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran

yang diukur dengan menggunakan tes yang relevan. Prestasi belajar peserta

didik dapat diketahui setelah dilakukan evaluasi dan dinyatakan dalam

bentuk nilai yang biasanya di bukukan dalam bentuk Raport.

B. Kerangka Berpikir

Dalam pembelajaran matematika, salah satu hal yang harus

diperhatikan oleh guru dalam mengajarkan suatu pokok bahasan adalah

pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan,

karena melihat kondisi peserta didik yang mempunyai karakteristik yang

berbeda antara satu dengan yang lainnya dalam menerima materi pelajaran

yang disampaikan oleh guru di kelas, ada siswa yang mempunyai daya serap

cepat dan ada pula siswa yang mempunyai daya serap yang lama.

Page 13: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

13

Menyadari pentingnya penguasaan matematika, maka dalam undang-

undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas (sistem pendidika nasional)

pasal 37 ditegaskan bahwa pelajaran matematika merupakan salah satu mata

pelajaran wajib pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Karena itu,

mata perlajaran yang diberikan bertujuan untuk membekali siswa dengan

kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta

kemampuan bekerja sama. Kemampuan tersebut, merupakan kompetensi

yang diperlukan oleh siswa agar dapat memiliki kemampuan memperoleh,

mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan

yang selalu berubah tidak pasti dan kompetitif.

Akan tetapi persepsi negative siswa terhadap matematika tidak dapat

diacuhkan begitu saja. Umumya pelajaran matematika di sekolah menjadi

momok bagi siswa meskipun tidak banyak yang menyenangi pelajaran ini.

Sifat abstrak dari objek matematika menyebabkan banyak siswa mengalami

kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika. Akibanya prestasi

matematika siswa secara umum masih rendah.

Untuk itu peneliti dalam mengadakan penelitian akan menggunakan

model pembelajaran problem posing tipe pre – solution posing, yaitu dengan

membagi siswa ke dalam kelompok kecil terdiri 4 samapi 5 orang yang

heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling

membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan. Kemudian setiap

anggota kelompok diberikan tanggung jawab untuk mengajukan soal dalam

kelompoknya dan juga harus tahu cara penyelesaiannya, setelah itu salah satu

dari mereka mempresentasikannya.

A. Hipotesis Tindakan

Keberadaan hipotesis adalah sebagai suatu kesimpulan sementara

tentang masalah yang merupakan perkiraan akan keterikatan variabel-variabel

yang diteliti. Menurut Sutrisno Hadi, hipotesis adalah dugaan yang mungkin

benar dan mungkin juga salah, dan akan diterima bila fakta-fakta

membenarkannya.

Page 14: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

14

Berdasarkan uraian-uraian landasan teori dan kerangka berfikir seperti

yang telah dikemukakan diatas maka hipotesis penelitian tindakan ini adalah

sebagai berikut: ” Melalui Model Pembelajaran Problem Posing Pada Materi

Operasi Berbagai Bentuk Pecahan Pada Siswa Kelas VI Semester 2 Sekolah

Dasar Negeri 05 Kejene Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang

Tahun Pelajaran 2012/2013 Prestasi Belajar Dapat Meningkat ”.

D. Indikator Kinerja dan Kriteria Keberhasilan

1. Indikator Kinerja

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research),

karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di

kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab

menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan

bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Menurut Oja dan

Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997; 8) mengelompokkan penelitian

tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak sebagai peneliti,

(b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) Simultan terintegratif, dan (d)

administrasi social ekperimental.

Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentu guru sebagai

peneliti, penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi

(guru). Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan

hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam

penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Indikator kinerja dari data kualitatif ditetapkan bahwa peningkatan

partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran, kreativitas siswa dalam

pencairan ide dan gagasan dan peningkatan sikap positif baik dari segi

kualitas maupun kuantitasnya sebagai indikator peningkatan pembelajaran

yang positif, dari siklus ke siklus. Penelitian ini akan dihentikan apabila

ketuntasan belajar secara kalasikal telah mencapai 85% atau lebih. Jadi

dalam penelitian ini, peneliti tidak tergantung pada jumlah siklus yang

harus dilalui.

Page 15: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

15

2. Kriteria Keberhasilan

Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan

siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan

cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir siklus.

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan

secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar

kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas

belajar bila telah mencapai skor minimal sama dengan KKM. Dan untuk

ketuntasan kelas bila di kelas tersebut terdapat 85% siswa yang telah

mencapai KKM . Untuk menghitung persentase ketuntasan klasikal belajar

digunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM

Nilai = X 100 %

Jumlah semua siswa

A. Indikator Kerja

Peneliti dianggap berhasil jika:

1. Siswa kretif dan berinisiatif

2. Siswa mengalami kemajuan dan kenaikan nilai ulangan dari siklus ke

siklus berikutnya, perolehan nilai siswa minimal sesuai dengan KKM yang

telah ditentukan.

3. Nilai rata-rata kelas semakin meningkat dan ketuntasan klasikal mencapai

85%.

Page 16: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

16

BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN

B. Setting dan Subyek Penelitian

1. Lokasi Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 05

Kejene, kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang dengan tingkat

kecerdasan siswa ada yang berprestasi tinggi, sedang dan ada yang

berprestasi rendah.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilangsungkan. Penelitian direncanakan dalam 3 siklus yang

dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2013.

3. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian adalah siswa kelas VI Semester 2 SD Negeri 05 Kejene

Tahun Pelajaran 2012/2013.

Tabel 3.1

DaftarNama Siswa Kelas VI SD Negeri 05 Kejene

No. Nama Siswa Jenis Kelamin

1 Alif Setiaji L

2 Ayu Dwi Lestari P

3 Bernika Ipada P

4 Desi Firda Indriyanti P

5 Devi Ayu Lestari P

6 Elfa Sefiana Kharisma P

7 Fajar Anilo P

8 Febi Krisna L

9 David Hernanto L

Page 17: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

17

10 Herlina P

11 Ilman Yahya Al Faris L

12 Karmila P

13 Laraswati P

14 Lely Monica Sari P

15 Lulu Anggita P

16 Lulus Tiatuti P

17 Mako Sidul Hilal L

18 Mohamad Abdul Aziz L

19 Nada Anggunita L

20 Rafi Andika L

21 Sindi Monika Royani P

22 Siswanto L

23 Tegar Prasetya L

24 Tri Widiawati P

25 Umayah P

26 Umrotun P

27 Wahyu Adji. P P

28 Wawan Setiawan L

C. Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data kuantitatif

Data kuantitatif diwujudkan dengan hasil prestasi belajar yang diperoleh

siswa pada materi melakukan operasi hitung berbagai bentuk pecahan

melalui tes formatif.

2. Data kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru,

wawancara, dokumen, jurnal, angket dan catatan lapangan. Observasi

dilakukan oleh teman sejawat. (Moleong, 2007).

Page 18: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

18

D. Sumber Data

1. Siswa, data yang diperoleh dari siswa berupa aktivitas yang dapat diamati

pada saat pembelajaran berlangsung dan hasil wawancara.

2. Guru, data yang diperoleh dari guru berupa aktivitas yang dilakukan oleh

guru pada saat pembelajaran berlangsung.

3. Data Dokumen, diambil dari daftar nilai dan daftar yang digunakan

sebagai salah satu sumber data dalam penelitian.

4. Catatan lapangan berupa lembar observasi aktivitas siswa dan guru saat

pembelajaran.

5. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Silabus , yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) , yaitu merupakan

perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam

mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi

standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil

belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.

c. Lembar Kegiatan Siswa, lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa

untuk membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen.

d. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar.

- Lembar observasi pengolahan metode problem posing , untuk

mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

- Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati

aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.

e. Tes formatif, tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang

akan dicapai. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk

soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif).

E. Teknik dan Alat Pengumpul Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui

teknik tes (tes formatif) dan non tes yang meliputi dokumenter, observasi,

Page 19: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

19

wawancara, pengolahan metode problem posing , lembar kerjadan catatan

lapangan. Macam-macam alat pengumpul data sebagai berikut :

1. Dokumenter

Dokumenter merupakan kumpulan data variable yang berbentuk lisan

maupun actifact, foto dan sebagainya. Sumber dokumentasi pada

dasarnya adalah segala bentuk sumber informasi yang berhubungan

dengan dokumen baik resmi maupun yang tidak resmi. Metode

dokumenter ini digunakan peneliti untuk mengetahui dan mendapatkan

daftar nama peserta didik yang menjadi sample peneliti yaitu Classroom

Action Research.

2. Pengamatan (observasi)

Sebagai metode ilmiah, observasi dapat diartikan sebagai pengamatan

yang meliputi pemusatan perhatian terhadap subjek dengan

menggunakan seluruh alat indranya. Metode pengamatan (observasi)

adalah cara pengumpulan data yang terjun langsung ke lapangan terhadap

objek yang diteliti, populasi (sample).

3. Lembar Kerja

Lembar kerja oleh guru kolaboratif dan peneliti dengan menggunakan

soal-soal yang diberikan kepada peserta didik pada tiap siklus. Lembar

kerja juga dipakai untuk menggetahui keaktifan dan ketrampilan peserta

didik dalam proses pembelajaran.

4. Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan

daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh objek

penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto angket adalah sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

tanggapan siswa dan merupakan laporan tentang hal yang diketahuinya.

Dengan demikian angket itu bisa berupa pertanyaan-pertanyaan atau

pernyataan-pernyataan. Pelaksanaannya dengan cara menyandarkan

suatu daftar pertanyaan dan jawaban kepada sejumlah siswa untuk

mendapatkan tanggapan mengenai minat siswa dalam belajar.

Page 20: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

20

F. Validasi dan Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan

pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan

teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang

bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang

diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa

juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiata pembelajaran serta

aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa

setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara

memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:

1. Analisis Data Kuantitatif

a. Ketuntasan Belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan

secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar

kurikulum KTSP yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah

mencapai skor minimal sama dengan KKM suatu mata perlajaran, dan

untuk ketuntasan klasikal bila di kelas tersebut terdapat 85% siswa

yang telah mencapai nilai minimal sama dengan KKM. Untuk

menghitung persentase ketuntasan belajar secara klasikal digunakan

rumus sebagai berikut:

Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM Nilai = X 100 %

Jumlah semua siswa. Tabel 3.2

Ketuntasan Individual

NILAI KUALIFIKASI

≥ 75 Siswa Sudah Tuntas Belajar

< 75 Siswa Belum Tuntas Belajar

Tabel 3.3. Ketuntasan Klasikal

Page 21: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

21

PROSENTASE KUALIFIKASI

≥ 85 % Tuntas Klasikal

< 85 % Belum Tuntas Klasikal

b. Rerata (Mean)

Untuk rerata (mean) tes formatif Peneliti melakukan penjumlahan

nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah

siswa yang ada di kelas tersebut. Rerata tes formatif dapat

dirumuskan sebagai berikut :

Jumlah skor yang dicapai

Mean = Jumlah siswa

2. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data hasil observasi aktivitas siswa dan aktivitas

guru dalam pembelajaran IPA materi gaya dapat mengubah gerak benda

serta hasil catatan lapangan dengan analisis deskriptif kualitatif. Ada pun

data kualitatif dipaparkan dalam kalimat yang dipisah-pisahkan menurut

kategori untuk memperoleh kesimpulan. Penyajian data kuaitatif

dipaparkan dalam bentuk persentase dengn rumus sebagai berikut:

Skor yang dicapai Nilai = X 100 % Skor maksimal

Tabel 3.4. Kriteria Kesiapan dan Aktivitas Siswa Belajar Siswa Prosentase Kriteria 91-100 % Baik Sekali 81-90 % Baik 71-80 % Cukup 61-70 % Kurang 50-60 % Kurang Sekali

F. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini dirancang dalam 3 siklus untuk mengetahui Upaya

Peningkaan Hasil Belajar Siswa Materi Operasi Berbagai Bentuk Pecahan

Melalui Model Pembelajaran problem posing pada kelas VI SD Negeri 05

Page 22: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

22

Kejene Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran

2012/2013. Dalam Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan dengan

menggunakan siklus-siklus, yang tiap tahapnya meliputi kegiatan:

Bagan 3.1. Tahapan pada siklus – siklus

Berdasarkan bagan di atas menunjukkan bahwa:

a. Sebelum melaksanakan tindakan penelitian, terlebih dahulu harus

merencanakan secara bersama jenis tindakan yang akan dilakukan. Dalam

tahap perencanaan dilakukan langkh-langkah:

- Mengumpulkan data yang diperlukan.

- Penyusunan rencana pembelajaran dengan metode permainan kartu

kata.

- Menyiapkan instrument observasi.

b. Setelah rencana disusun secara matang barulah tindakan dilakukan.

Tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan

akhir. Dalam pelaksanaan tersebut tercantum tujuan yang akan dicapai,

kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan guru, alokasi waktu dan cara

penilaiannya.

Perencanaan

SIKLUS I

Perencanaan

Pengamatan

Pengamatan

Pelaksanaan

Pelaksanaan

Refleksi

Refleksi

Refleksi

Perencanaan

SIKLUS III Pelaksanaan

Pengamatan

SIKLUS II

Page 23: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

23

c. Bersamaan dengan dilaksanakan tindakan penelitian, juga dilakukan

kegiatan untuk mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan

akibat yang ditimbulkan. Hal-hal yang diamati meliputi aktivitas siswa

dan guru. Pengamatan aktivitas tersebut menggunakan lembar observasi

yang sudah dibuat oleh guru. Lembar observasi tersebut berisi indikator-

indikator yang digunakan untuk mengukur aktivitas siswa dan guru secara

kualitatif. Untuk mengukur kemampuan siswa dalam penjumlahan

bilangan bulat menggunakan lembar penilaian yang berisi aspek-aspek

yang dinilai.

d. Berdasarkan hasil penelitian kemudian dilakukan refleksi atas tindakan

yang telah dilakukan. Apabila hasil refleksi menunjukkan perlunya

dilakukan perbaikan atas tindakan yang dilakukan maka rencana tindakan

perlu disempurnakan lagi agar tindakan berikutnya tidak sekadar

mengulang apa yang telah diperbuat sebelumnya. Data yang diperoleh dari

hasil observasi dianalisis. Hasil refleksi digunakan untuk perbaikan dan

perencanaan pada siklus selanjutnya.

G. Deskripsi Per Siklus.

i. Siklus I

Siklus I meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan

refleksi. Siklus I berisi tentang materi Materi Operasi Berbagai Bentuk

Pecahan.

a. Perecanaan

- Menyusun rencana pembelajaran

- Merancang proses pembelajaran

- Merancang pembahasan soal- soal

- Merancang lembar observasi

b. Tindakan

- Guru menjelaskan materi pembelajaran Operasi Berbagai Bentuk

Pecahan kepada para siswa.

- Guru memberiakan soal Operasi Berbagai Bentuk Pecahan.

Page 24: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

24

- Guru membentuk kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 siswa

sesuai dengan tempat duduk.

- Setiap kelompok membuat 1 soal yang sejenis dan dilengkapi

dengan hasil temuanya.

- Secara acak guru menyuruh perwakilan dari kelompok untuk

menyajikan temuanya didepan kelas.

- Guru mengamati pekerjaan siswa dikelas dan membantu apabila ada

kesulitan.

- Guru memberikan tugas rumah secara individu.

c. Observasi

Observasi terhadap pelaksanaan tindakan menggunakan lembar

observasi yang telah dipersiapkan guna mengetahui tentang kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan metode problem posing.. Sesuai

dengan indikator keberhasilannya, maka fokus pengamatannya adalah

sebagai berikut:

- Terjadinya peningkatan kesiapan dan aktivitas belajar siswa

- Aktivitas guru dalam penerapan pembelajaran model problem

posing.

d. Refleksi

Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan

dianalisis. Berdasarkan observasi tersebut guru dapat merefleksi diri

tentang upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi operasi

berbagai bentuk pecahan. Refleksi yang dilakukan pada siklus I adalah:

- Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.

- Secara kolaboratif peneliti menganalisis dan mendiskusikan dengan

teman sejawat hasil pengamatan yang selanjutnya membuat suatu

refleksi apakah ada suatu yang perlu dipertahankan ataupun

diperbaiki.

- Membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus I.

Page 25: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

25

- Menentukan langkah-langkah perbaikan untuk digunakanpada siklus

berikutnya.

ii. Siklus II

Siklus II membahas Operasi Berbagai Bentuk Pecahan dengan tahapan

yang sama dengan siklus I. Kegiatan siklus II merupakan perbaikan dari

siklus I dan diharapkan siklus II akan memperoleh hasil maksimal dalam

metode pembelajaran Problem Posing.

a. Perencanaan

- Mengidentifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan

refleksi pada siklus I.

- Merancang kembali pembelajaran dengan membentuk kelompok

belajar siswa, tiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa berdasarkan

secara acak / heterogen dengan kemampuan yang beragam.

Menjelaskan materi sesuai indikator yang akan dikerjakan.

- Merancang pembuatan soal-soal.

- Merancang kembali test akhir.

- Merancang lembar observasi

b. Tindakan

- Guru menjelaskan materi pembelajaran kepada para siswa tentang

operasi berbagai bentuk pecahan.

- Guru memberikan contoh soal operasi berbagai bentuk pecahan.

- Guru memberikan latihan soal pada operasi berbagai bentuk

pecahan.

- Guru membentuk kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 siswa

berdasarkan acak/ heterogen kemampuan yang beragam.

- Setiap kelompok disuruh membuat satu soal dan dilengkapi dengan

hasil temuannya.

- Secara acak guru menyuruh perwakilan dari masing- masing

kelompok untuk menyajikan temuannya didepan kelas.

Page 26: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

26

- Siswa mengerjakan latihan soal-soal yang berhubungan dengan

materi.

- Guru mengamati pekerjaan siswa dan membantu apabila ada

kesulitan.

- Siswa menyimpulkan materi pelajaran bersama guru.

- Guru mengoreksi dan menganalisis hasil tes siswa.

- Guru memberikan tugas rumah secara individual

c. Pengamatan (observasi)

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

Proses Belajar Mengajar antara lain :

- Mengamati pelaksanaan pembelajaran.

- Mengamati hasil tes formatif 2 untuk mengetahui ketuntasan belajar

yang dicapai.

- Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar

pengamatan.

- Mengamati keberhasilan dan hambatan-hambatan yang dialami

dalam proses pembelajaran yang belum sesuai dengan penelitian.

- Hasil pengamatan dianalisis untuk memperoleh gambaran-gambaran

dan dampak dari tindakan yang dilakukan.

d. Refleksi

Refleksi pada siklus II dilakukan untuk melakukan penyempurnaan

tentang pelaksanaan pembelajaran Matematika sehingga pada akhirnya

dapat diketahui kualitas pembelajaran yang ditunjukan dengan

meningkatnya prestasi belajar siswa Kelas VI SD Negeri 05 Kejene

pada mater Operasi Berbagai Bentuk Pecahan.

iii. Siklus II

Siklus III membahas Operasi Berbagai Bentuk Pecahan dengan tahapan

yang sama dengan siklus I dan siklus II. Kegiatan pada siklus III

Page 27: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

27

merupakan perbaikan dari siklus II yang dilakukan jika dalam siklus II

belum tercapai ketuntasan klasikal 85%. Langkah-langkah pada sikus III

meliputi :

a. Perencanaan

b. Pelaksanaan Tindakan

c. Pengamatn

d. Refleksi

Page 28: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Pelaksanaan pembelajaran pra siklus pada siswa kelas VI Sekolah

Dasar Negeri 05 Kejene dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2013 jumlah

siswa 28 siswa.Tahap pra siklus ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan

siswa dalam mengikuti pembelajaran pada materi operasi berbagai bentuk

pecahan .

Berdasarkan pengamatan pada pelaksanaan pra siklus di kelas VI,

guru menjelaskan materi operasi berbagai bentuk pecahan dengan

menggunakan metode ceramah yang kemudian dilanjutkan dengan

pengerjaan Lembar Kerja Siswa (LKS).

Observasi pada tahap ini menggunakan instrument yang telah

disiapkan dan dipegang oleh peneliti, sedangkan lembar kerja dibagikan

kepada peserta didik pada akhir pembelajaran. Lembar kerja ini digunakan

untuk mengetahui kemampuan peserta didik pada materi operasi berbagai

bentuk pecahan sebelum diterapkannya pembelajaran dengan model

problem posing.

Tabel 4.1 Skor Kesiapan Dan Aktivitas Siswa Dalam Mengikuti Pembelajaran Di Kelas Pada Tahap Pra Siklus

Sub Indikator Indikator 1 Indikator 2 Jml

Skor 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 x x 8 2 x x 5 3 x x 7 4 x x 6 5 x x 8 6 x x 7 7 - - - - - x 3 8 - - - - - x 3

Jml Skor 0 0 9 12 0 0 2 12 12 0 47

Page 29: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

29

Keterangan :

Indikator 1 : Kesiapan menerima pelajaran

Indikator 2 : Keaktifan dalam pelajaran

Skor : 5 (sangat baik), 4 (baik), 3 (cukup), 2 (rendah), 1 (kurang)

Berdasarkan table di atas kesiapan dan keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran sebelum diterapkannya pembelajaran dengan model problem

posing diperoleh hasil sebagai berikut :

Skor yang dicapai Nilai = X 100 % Skor maksimal

47 = X 100 %

70 = 67,14 %

Dari hasil pengamatan pada tahap pra siklus dapat disimpulkan bahwa

peserta didik belum terlibat aktif secara penuh dalam proses pembelajaran.

Rendahnya kesiapan belajar peserta didik pada kelas VI yang menjadi obyek

penelitian dapat ditunjukan dari prosentase hasil penilaian keaktifan dan

kesiapan yang hanya 67,14 % (kategori kurang). Keaktifan dan kesiapan

siswa yang diharapkan adalah 81,00% (kategori baik).

Diagram 4.1. Prosentase Aktivitas dan Kesiapan Siswa Pada Tahap Pra Siklus

67.14

05

101520253035404550556065707580859095

100

PR

OS

EN

TA

SE

AKTIVITAS SISWA

Page 30: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

30

Tabel 4.2. Hasil Tes Akhir Pada Tahap Pra Siklus

No Nama Siswa Nilai Keterangan

Tuntas Blm. Tuntas

1 Alif Setiaji 55 x 2 Ayu Dwi Lestari 70 x 3 Bernika Ipada 70 x 4 Desi Firda Indriyanti 65 x 5 Devi Ayu Lestari 75 x 6 Elfa Sefiana Kharisma 80 x 7 Fajar Anilo 70 x 8 Febi Krisna 70 x 9 David Hernanto 60 x 10 Herlina 80 x 11 Ilman Yahya Al Faris 60 x 12 Karmila 60 x 13 Laraswati 80 x 14 Lely Monica Sari 70 x 15 Lulu Anggita 80 x 16 Lulus Tiatuti 75 x 17 Mako Sidul Hilal 60 x 18 Mohamad Abdul Aziz 60 x 19 Nada Anggunita 60 x 20 Rafi Andika 70 x 21 Sindi Monika Royani 70 x 22 Siswanto 60 x 23 Tegar Prasetya 65 x 24 Tri Widiawati 80 x 25 Umayah 75 x 26 Umrotun 65 x 27 Wahyu Adji. P 60 x 28 Wawan Setiawan 50 x

Jumlah 1.895 8 20 Jumlah Skor

Jumlah Skor Maksimal

Rata-Rata Skor Tercapai

Skor Tertinnggi

Skor Terendah

: 1.895

: 2.800

: 67,68

: 80

: 50

KKM

Tuntas

Blm Tuntas

:

:

:

75

8 Siswa / 28,57 %

20 Siswa / 71,43 %

Page 31: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

31

Berdasar hasil tes pada table di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata-

rata yang diperoleh pada tahap pra siklus adalah 67,68. Nilai rata-rata tersebut

terpaut jauh di bawah nilai KKM yang ditetapkan yaitu 75. Sementara itu

siswa yang berhasil tuntas pada tahap ini sebanyak 8 siswa (28,57% ),

sedangkan 20 siswa (71,43 %) dinyatakan belum tuntas.

Diagram 4.2 Perolehan Hasil Belajar Pada Tahap Pra Siklus

Diagram 4.3 Prosentase Ketuntasan Belajar Pada Tahap Pra Siklus

80

50

67.68

05

101520253035404550556065707580859095

100

SK

OR

/NIL

AI NILAI TERTINGGI

NILAI TERENDAH

RATA-RATA

28.57

71.43

05

101520253035404550556065707580859095

100

PR

OS

EN

TA

SE

SISWA BELUM TUNTAS

SISWA BELUM TUNTAS

Page 32: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

32

Mendasari hasil di atas, peneliti melakukan refleksi pada materi

operasi berbagai bentuk pecahan yang dilakukan pada tahap pra siklus. Ada

beberapa hal yang perlu diidentifikasi untuk melaksanakan tindakan pada

siklus 1 yaitu :

1. Sebagian besar siswa belum tuntas dalam belajar

2. Nilai rata-rata kelas masih di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM).

3. Pembelajaran di kelas masih didominasi dengan menggunakan metode

ceramah, dan untuk sumber pembelajaran serta latihan soal masih

bergantung pada Lembar Kerja Siswa (LKS).

4. Penantan ruang kelas dan bangku belum mencerminkan pembelajaran

aktif, masih menggunakan model konvensional.

Dari refleksi di atas didapatkan beberapa solusi tehadap permasalahan

proses belajar mengajar di kelas. Permasalahan tersebut kemudian

didiskusikan dengan guru mitra untuk mencari solusi pembelajaran yang akan

dilaksanakan pada siklus 1 yaitu dengan menggunakan pendekatan model

pembelajaran problem posing.

B. Deskripsi Hasil Siklus I

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan pembelajaran dengan melakukan :

a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b. Merancang pembuatan dan pembahasan soal- soal.

c. Merancang lembar observasi / Pengamatan.

d. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS).

e. Menyiapkan alat-alat pengajaran yang mendukung.

f. Menyiapkan peserta didik agar benar-benar berada pada kondisi siap

untuk mengikuti pelajaran yang dibahas atau dipelajari. Menyusun

rencana pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan

Page 33: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

33

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan

pada tanggal 27 Februari 2013 di kelas VI dengan jumlah siswa 28

siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan. Langkah-

langkah pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan model problem

posing pada siklus 1 adalah sebagai berikut :

a. Guru menyiapkan kelas sebagaimana mestinya.

b. Guru menjelaskan materi sesuai kompetensi yang sudah direncanakan

selama 45 menit

c. Guru membentuk kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 siswa

sesuai dengan tempat duduk.

d. Setiap kelompok membuat 1 soal yang sejenis dan dilengkapi dengan

hasil temuanya.

e. Secara acak guru menyuruh perwakilan dari kelompok untuk

menyajikan temuanya didepan kelas.

f. Guru mengamati pekerjaan siswa dikelas dan membantu apabila ada

kesulitan.

g. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan

tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar yang telah dilakukan.

h. Guru mengevaluasi keberhasilan model pembelajaran problem posing

dengan memberikan pertanyaan kepada siswa .

i. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi

pelajaran.

3. Pengamatan (observasi)

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

belajar mengajar.

a. Guru mengamati prestasi atau hasil belajar peserta didik.

b. Guru mengamati pada setiap kegiatan siswa dan memberikan

penilaian tentang indicator dan aspek-aspek dalam problem posing. .

Page 34: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

34

c. Guru mengamati hasil tes formatif untuk mengetahui ketuntasan

belajar yang dicapai.

d. Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar

pengamatan.

e. Guru mengamati keberhasilan dan hambatan-hambatan yang dialami

dalam proses pembelajaran yang belum sesuai dengan penelitian.

4. Refleksi

- Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.

- Peneliti menganalisis dan mendiskusikan hasil pengamatan dengan

teman sejawat yang selanjutnya membuat suatu refleksi apakah ada

suatu yang perlu dipertahankan ataupun diperbaiki.

- Membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus 1.

- Membuat langkah-langkah perbaikan untuk siklus selanjutnya

C. Deskripsi Hasil Siklus II

Pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada siswa kelas VI SDN 05 Kejene

sebagai tindak lanjut evaluasi dari pelaksanaan siklus I. Langkah-langkah

yang dilakukan dalam siklus II dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan, dan refleksi.

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang

terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2, LKS 2, soal tes

formatif II, dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Bersama dengan

guru mitra, peneliti :

a. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam PBM.

b. Mengembangkan scenario pembelajaran.

c. Mengembangkan format evaluasi.

d. Mengembangkan format observasi pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan

pada tanggal 6 Maret 2013 di kelas VI dengan jumlah siswa 28 siswa.

Page 35: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

35

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) 2 dengan memperhatikan revisi pada siklus I,

sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi

pada siklus II. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes

formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa

selama proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang

digunakan adalah tes formatif II.

3. Pengamatan (observasi)

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

belajar mengajar.

a. Mengamati pelaksanaan pembelajaran dan dibandingkan dengan

siklus I.

b. Mengamati hasil tes formatif 2 untuk mengetahui ketuntasan belajar

yang dicapai.

c. Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar

pengamatan.

d. Peneliti mengamati keberhasilan dan hambatan-hambatan yang

dialami dalam proses pembelajaran yang belum sesuai dengan

penelitian.

e. Hasil pengamatan dianalisis untuk memperoleh gambaran-gambaran

dan dampak dari tindakan yang dilakukan. Jika permasalahan dirasa

sudah cukup maka penelitian dihentikan.

4. Refleksi

Refleksi pada siklus II dilakukan untuk melakukan penyempurnaan

tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

model problem posing sehingga pada akhirnya dapat diketahui kualitas

pembelajaran yang ditunjukan dengan meningkatnya prestasi belajar

siswa pada materi operasi berbagai hitung .pecahan.

Page 36: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

36

D. Pembahasan Tiap Siklus

1. Pembahasan Siklus I

Peneliti sebelum melaksanakan tindakan pada tahap siklus I

melakukan perencanaan terlebih dahulu tentang tindakan yang akan

diambil guna menyelesaikan permasalahan yang didapat pada tahap pra

siklus terutama bagaimana menciptakan suasana belajar yang tidak

menjenuhkan yang berdampak pada meningkatnya semangat belajar

siswa. Tindakan tersebut kemudian dijadikan alternative untuk

pemecahan masalah yaitu dengan :

a. Melaksanakan pembelajaran materi operasi berbagai bentuk pecahan

dengan model problem posing. .

b. Meninjau kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada tahap pra

siklus.

c. Melaksanakan komponen pembelajaran yang ada dimana semua siswa

dalam kelompok mempunya tanggung jawab dalam mengerjakan

tugas yang diberiukan oleh guru.

d. Menciptakan ruangan yang mencerminkan pembelajaran aktif dengan

membagi dalam system tugas kelompok.

Tabel 4.3. Skor Kesiapan Dan Aktivitas Siswa Dalam Mengikuti Pembelajaran Di Kelas Pada Tahap Siklus I

Sub

Indikator Indikator 1 Indikator 2 Jml

Skor 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 x x 9 2 x x 7 3 x x 8 4 x x 7 5 x x 9 6 x x 7 7 - - - - - x 3 8 - - - - - x 4

Jml Skor 0 0 3 16 5 0 0 9 16 5 54

Page 37: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

37

Keterangan :

Indikator 1 : Kesiapan menerima pelajaran

Indikator 2 : Keaktifan dalam pelajaran

Skor : 5 (sangat baik), 4 (baik), 3 (cukup), 2 (rendah), 1 (kurang)

Berdasarkan table di atas kesiapan dan keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran melalui model pembelajaran problem posing diperoleh

hasil sebagai berikut :

Skor yang dicapai Nilai = X 100 %

Skor maksimal

54 = X 100 %

70 = 77,14 %

Dari hasil pengamatan pada siklus I dapat disimpulkan bahwa peserta

didik mulai ada peningkatan kesiapan belajar maupun keaktifan dalam

proses belajar. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya prosentase hasil

penilaian kesiapan dan keaktifan peserta didik yang pada tahap pra siklus

hanya 67,14 % menjadi 77,14 % pada siklus I.

Diagram 4.4. Prosentase Aktivitas dan Kesiapan Siswa Pada Siklus I

77.14

05

101520253035404550556065707580859095

100

PR

OS

EN

TA

SE

AKTIVITAS SISWA

Page 38: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

38

Tabel 4.4. Perbandingan Jumlah Skor Kesiapan Belajar Pada Tahap Pra Siklus Dan Siklus I

No Tahap Jumlah Skor Prosentase Kategori

1. Pra Siklus 47 67,14 % Kurang

2. Siklus I 54 77,14 % Cukup

Diagram 4.5 Perbandingan Prosentase Kesiapan Belajar Pada Tahap Pra Siklus Dan Siklus I

Dengan diterapkannya metode Problem Posing pada siklus I, terlihat

adanya peningkatan walaupun belum optimal. Banyak kendala-kendala

yang perlu diperbaiki pada tahap siklus berikutnya. Peningkatan tersebut

dapt terlihat dari ketenangan kelas pada saat pelajaran sedang berlangsung

serta antusias pesereta didik dalam mengikuti pelajaran sudah mulai

terfokus.

Adapun hasil tes formatif setelah berakhirnya siklus I yang

bentuknya masih tes kognitif adalah sebagai berikut :

67.14

77.14

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

PR

OS

EN

TA

SE

PRA SIKLUS SIKLUS I

Page 39: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

39

Tabel 4.5. Hasil Tes Akhir Pada Tahap Siklus I

No Nama Siswa Nilai Keterangan

Tuntas Blm. Tuntas

1 Alif Setiaji 65 x 2 Ayu Dwi Lestari 75 x 3 Bernika Ipada 75 x 4 Desi Firda Indriyanti 75 x 5 Devi Ayu Lestari 75 x 6 Elfa Sefiana Kharisma 85 x 7 Fajar Anilo 75 x 8 Febi Krisna 75 x 9 David Hernanto 70 x 10 Herlina 85 x 11 Ilman Yahya Al Faris 65 x 12 Karmila 65 x 13 Laraswati 85 x 14 Lely Monica Sari 80 x 15 Lulu Anggita 85 x 16 Lulus Tiatuti 80 x 17 Mako Sidul Hilal 70 x 18 Mohamad Abdul Aziz 70 x 19 Nada Anggunita 75 x 20 Rafi Andika 75 x 21 Sindi Monika Royani 75 x 22 Siswanto 70 x 23 Tegar Prasetya 70 x 24 Tri Widiawati 85 x 25 Umayah 90 x 26 Umrotun 75 x 27 Wahyu Adji. P 65 x 28 Wawan Setiawan 60 x

Jumlah 2.095 18 10 Jumlah Skor

Jumlah Skor Maksimal

Rata-Rata Skor Tercapai

Skor Tertinnggi

Skor Terendah

: 2.095

: 2.800

: 74,82

: 90

: 60

KKM

Tuntas

Blm Tuntas

:

:

:

75

28 Siswa / 64,29 %

10 Siswa / 35,71 %

Page 40: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

40

Dari tabel di atas dapat dilihat nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah

74,82 dan ketuntasan belajar mencapai 64,29 % atau ada 18 siswa yang

sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus I ini

ketuntasan belajar secara klasikal telah megalami peningkatan sedikit lebih

baik dari tahap pra siklus . Namun demikian karena ketuntasan klasikal

belum mencapai 85 % maka perlu diadakan siklus selanjutnya.

Diagram 4.6. Perolehan Hasil Belajar Pada Siklus I

Diagram 4.7. Prosentase Ketuntasan Belajar Pada Siklus I

85

60

74.82

05

101520253035404550556065707580859095

100

SK

OR

/NIL

AI NILAI TERTINGGI

NILAI TERENDAH

RATA-RATA

64.29

35.71

05

101520253035404550556065707580859095

100

PR

OS

EN

TA

SE

SISWA TUNTAS

SISWA BELUM TUNTAS

Page 41: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

41

Tabel 4.6 Perbandingan Nilai Rata-Rata Tes Akhir

Pada Tahap Pra Siklus Dan Siklus I

No Tahap Nilai rata-rata Ketuntasan

1. Pra Siklus 67,14 28,57 %

2. Siklus I 74,14 64,29 %

Diagram 4.8. Perbandingan Ketuntasan Belajar

Pada Tahap Pra Siklus Dan Siklus I

Dari hasil evaluasi pada tahap siklus I, ada beberapa catatan yang

harus direfleksikan pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus

selanjutnya, yaitu :

a. Proses belajar mengajar pada siklus I dengan model pembelajaran

problem posing ternyata belum meningkatkan belajar siswa

dikarenakan tidak meratanya pemahaman siswa sehinga perlu

diadakan perbaikan pada pelaksanaan siklus II.

b. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik meskipun ada beberapa aspek yang belum

sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing

aspek cukup besar.

28.57

64.29

05

101520253035404550556065707580859095

100

PR

OS

EN

TA

SE

PRA SIKLUS SIKLUS I

Page 42: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

42

c. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses belajar berlangsung.

d. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sedikit mengalami

perbaikan.

e. Prosentase ketuntasan klasikal baru 64,29 %, padahal direncanakan

tercapai minimal 85%.

2. Pembahasan Siklus II

Seperti yang dilakukan pada siklus sebelumnya, peneliti berkolaborasi

dengan teman sejawat terlebih dahulu melakukan diskusi sebelum

melaksanakan tindakan pada tahap siklus II. Hal ini dilakukan untuk

menenetukan tindakan yang akan diambil guna menyelesaikan permasalahan

bagaimana menciptakan suasana belajar yang berdampak pada meningkatnya

semangat belajar siswa. Bersama dengan teman sejawat, peneliti juga masih

melakukan observasi pada siklus II dengan hasil observasi sebagai berikut :

Tabel 4.7. Skor Kesiapan Dan Aktivitas Siswa Dalam Mengikuti Pembelajaran Di Kelas Pada Tahap Siklus II

Sub

Indikator Indikator 1 Indikator 2 Jml

Skor 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 x x 10 2 x x 7 3 x x 10 4 x x 7 5 x x 9 6 x x 8 7 - - - - - x 4 8 - - - - - x 4

Jml Skor 0 0 3 8 15 0 0 3 20 10 59

Keterangan :

Indikator 1 : Kesiapan menerima pelajaran

Indikator 2 : Keaktifan dalam pelajaran

Page 43: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

43

Skor : 5 (sangat baik), 4 (baik), 3 (cukup), 2 (rendah), 1 (kurang)

Berdasarkan table di atas kesiapan dan keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran melalui model pembelajaran problem posing diperoleh

hasil sebagai berikut :

Skor yang dicapai Nilai = X 100 %

Skor maksimal

59 = X 100 %

70 = 84,28 %

Diagram 4.9 Prosentase Aktivitas dan Kesiapan Siswa Pada Siklus II

84.28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

PR

OS

EN

TA

SE

AKTIVITAS SISWA

Page 44: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

44

Tabel 4.8. Perbandingan Jumlah Skor Kesiapan Belajar Pada Tahap Siklus I Dan Siklus II

No Tahap Jumlah Skor Prosentase Kategori

1. Siklus I 54 77,14 % Cukup

2. Siklus II 59 84,28 % Baik

Diagram 4.10. Perbandingan Jumlah Skor Kesiapan Belajar Pada Tahap Siklus I Dan Siklus II

Dari hasil observasi pada siklus II dapat disimpulkan bahwa peserta

didik hampir keseluruhan terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini

dapat dilihat dari prosentase kesiapan dan keaktifan peserta didik yang

sudah mencapai 84,28 % (kategori baik). Hasil ini sudah melampaui

Prosentase keaktivan yang ditentukan yaitu 81,00%

Sedangkan itu hasil tes formatif yang dilakukan pada akhir siklus II

adalah sebagai berikut :

77.14

84.28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

PR

OS

EN

TA

SE

SIKLUS I SIKLUS II

Page 45: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

45

Tabel 4.9. Hasil Tes Akhir Pada Tahap Siklus II

No Nama Siswa Nilai Keterangan

Tuntas Blm. Tuntas

1 Alif Setiaji 65 x 2 Ayu Dwi Lestari 80 x 3 Bernika Ipada 80 x 4 Desi Firda Indriyanti 80 x 5 Devi Ayu Lestari 80 x 6 Elfa Sefiana Kharisma 95 x 7 Fajar Anilo 80 x 8 Febi Krisna 80 x 9 David Hernanto 75 x 10 Herlina 85 x 11 Ilman Yahya Al Faris 75 x 12 Karmila 65 x 13 Laraswati 95 x 14 Lely Monica Sari 90 x 15 Lulu Anggita 95 x 16 Lulus Tiatuti 90 x 17 Mako Sidul Hilal 80 x 18 Mohamad Abdul Aziz 80 x 19 Nada Anggunita 85 x 20 Rafi Andika 85 x 21 Sindi Monika Royani 85 x 22 Siswanto 75 x 23 Tegar Prasetya 75 x 24 Tri Widiawati 95 x 25 Umayah 95 x 26 Umrotun 80 x 27 Wahyu Adji. P 70 x 28 Wawan Setiawan 65 x

Jumlah 2.280 24 4 Jumlah Skor

Jumlah Skor Maksimal

Rata-Rata Skor Tercapai

Skor Tertinnggi

Skor Terendah

: 2.280

: 2.800

: 81,43

: 95

: 65

KKM

Tuntas

Blm Tuntas

:

:

:

75

24 Siswa / 85,71 %

4 Siswa / 14,29 %

Page 46: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

46

Dari tabel diatas dilihat nilai rata-rata tes formatif yang dilakukan

pada akhir siklus II adalah 81,43. Nilai rata-rata tersebut sudah berada di

atas dari nilai KKM yang telah ditentukan yaitu 75. Prosentase ketuntasan

klasikal mencapai 85,71% (24 siswa), ada 14,29% ( siswa) yang belum

tuntas yaitu : Alif Setiaji, Karmila, Wahyu Asji Pangestuti, danWawan

Setiawan. Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari

siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi

oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan model

pembelajaran problem posing sehingga siswa lebih mudah dalam

memahami materi yang telah diberikan. Pada siklus II guru telah

menerapkan model problem posing dengan baik dan dilihat dari aktivitas

siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah

berjalan dengan baik. Ketuntasan secara klasikal telah tercapai lebih dari

85 %, maka penelitian ini tidak perlu diteruskan pada siklus selanjutnya.

Diagram 4.11. Perolehan Hasil Belajar Pada Siklus II

Diagram 4.12. Prosentase Ketuntasan Belajar Pada Siklus II

95

65

81.43

05

101520253035404550556065707580859095

100

SK

OR

/NIL

AI NILAI TERTINGGI

NILAI TERENDAH

RATA-RATA

85.71

14.29

05

101520253035404550556065707580859095

100

PR

OS

EN

TA

SE

SISWA TUNTAS

SISWA BELUM TUNTAS

Page 47: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

47

Tabel 4.10. Perbandingan Nilai Rata-Rata Tes Akhir

Pada Tahap Siklus I Dan Siklus II

No Tahap Nilai rata-rata Ketuntasan

1. Siklus I 74,82 64,29 %

2. Siklus II 81,43 85,71 %

Diagram 4.13. Perbandingan Ketuntasan Belajar

Pada Tahap Siklus I Dan Siklus II

E. Pembahasan Antar Siklus

Pembahasan antar siklus berkaitan dengan pembahasan hasil tindakan

yang dilakukan pada tahap pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat dari

table-tabel berikut :

Tabel 4.12Perbandingan Jumlah Skor Kesiapan Belajar Pada Tahap Pra Siklus, Siklus I, Dan Siklus II

No Tahap Jumlah Skor Prosentase Kategori

1. Pra Siklus 47 67,14 % Kurang

2. Siklus I 56 77,14 % Cukup

3. Siklus II 59 84,28 % Baik

64.29

85.71

05

101520253035404550556065707580859095

100

PR

OS

EN

TA

SE

SIKLUS I SIKLUS II

Page 48: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Diagram 4.14. Perbandingan Prosentase Kesiapan Dan Aktivitas BelajarPada Tahap Pra Siklus, Siklus I, Dan Siklus II

Tabel 4.10 Perbandingan Nilai RataPada Tahap Pra Siklus, Siklus I, Dan Siklus II

No Tahap

1. Pra Siklus

2. Siklus I

3. Siklus II

Diagram Pada Tahap Pra Siklus,

67.14

05

101520253035404550556065707580859095

100

PRA SIKLUS

PR

OS

EN

TA

SE

28.57

05

101520253035404550556065707580859095

100

PRA SIKLUS

PR

OS

EN

TA

SE

. Perbandingan Prosentase Kesiapan Dan Aktivitas BelajarPada Tahap Pra Siklus, Siklus I, Dan Siklus II

Tabel 4.10 Perbandingan Nilai Rata-Rata Dan Ketuntasan BePada Tahap Pra Siklus, Siklus I, Dan Siklus II

Tahap Nilai rata-rata Ketuntasan

Pra Siklus 67,68 28,57 % Belum Tuntas Klasikal

Siklus I 74,82 64,29 % Belum Tuntas Klasikal

Siklus II 81,43 85,71 % Sudah Tuntas Klasikal

Diagram 4.11 Perbandingan Ketuntasan Belajar Pada Tahap Pra Siklus, Siklus I, Dan Siklus II

67.1477.14

84.28

PRA SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II

AKTIVITAS BELAJAR

28.57

64.29

85.71

PRA SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II

KETUNTASAN BELAJAR

48

. Perbandingan Prosentase Kesiapan Dan Aktivitas Belajar Pada Tahap Pra Siklus, Siklus I, Dan Siklus II

Rata Dan Ketuntasan Belajar Pada Tahap Pra Siklus, Siklus I, Dan Siklus II

Kategori

Belum Tuntas Klasikal

Belum Tuntas Klasikal

Sudah Tuntas Klasikal

Siklus I, Dan Siklus II

AKTIVITAS BELAJAR

KETUNTASAN BELAJAR

Page 49: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

49

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dari tahap pra

siklus, siklus I dan siklus II seerta berdasarkan seluruh pembahasan serta

analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan metode Problem Posing memiliki dampak positif

dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan

peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklusnya, pada tahap

pra siklus 28,57%, meningkat menjadi 64,29% pada siklus I , dan 85,71%

pada siklus II.

2. Penerapan metode metode problem posing dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa yang ditunjukan dengan hasil wawancara dengan sebagian

siswa, rata-rata jawaban siswa menyatakan bahwa siswa tertarik dan

berminat dengan metode metode Problem Posing sehingga mereka

menjadi termotivasi untuk belajar. Pada tahap pra siklus kesiapan dan

keaktifan belajar siswa 67,14% meningkat pada tahap siklus I menjadi

77,14% dan meningkat lagi pada tahap siklus II yaitu 84,28%.

3. Kesimpulan akhir bahwa pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran problem posing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

pada materi operasi berbagai bentuk pecahan yang dilakukan pada siswa

kelas VI SD Negeri 05 Kejene Kecamatan Randudongkal Kabupaten

Pemalang Tahun Pelajaran 2012/2013.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar

proses belajar mengajar lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang

optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran problem

posing memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus

Page 50: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

50

mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan

dengan model problem posing dalam proses belajar mengajar sehingga

diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih

sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam

taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan

pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa

berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya

dilakukan di SD Negeri 05 Kejene Kecamatan Randudongkal Kabupaten

Pemalang Tahun Pelajaran 2012/2013.

4. Kepada sekolah terutama para guru, sudah seharusnya meningkatkan

kompetensi dengan membekali diri melalui pengetahuan yang luas, karena

sesungguhnya kompetensi yang dimiliki oleh guru sangat mempengaruhi

keberhasilan pembelajaran yang pada akhirnya bisa menghasilkan peserta

didik yang berprestasi, berbudi pekerti dan berakhlakul karimah.

C. Penutup

Syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Dalam pembahasan-pembahasan sekripsi ini tentunya banyak sekali

kekurangan dan ketidaksempurnaan, hal ini karena keterbatasan pengetahuan

dan kemampuan yang penulis miliki. Saran-saran yang penulis ungkapkan dia

atas hendaknya menjadi koreksi dan pertimbangan dalam keberhasilan proses

pembelajaran, khususnya di SD Negeri 05 Kejene Kecamatan Randudongkal

Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2012/2013.

Penulis berharap semoga PTK yang sederhana ini bisa bermanfaat

bagi penulis pada khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.

Page 51: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

51

DAFTAR PUSTAKA

Burhan Mustaqim, dkk, , Ayo Belajar Matematika, Pusat Perbukuan, Jakarta:

Pusat Perbukuan, 2008

Arikunto, dkk, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Sri Anisah. W, dkk, Strategi Pembelajaran di SD, Jakarta : Universitas Terbuka,

2007, Cet. I.

Tim FKIP, Pemantapan Kemampuan Mengajar, Jakarta : Universitas Terbuka,

2007, Cet. I.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, Jakarta ; BP.

Dharma Bhakti, 2003.

Tim Penyusun Depdiknas, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Depdiknas, 2003.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) Pendidikan Agama Islam, Jakarta

: Depdiknas, 2006.

Adi Suryanto, dkk, Evaluasi Pembelajaran di SD, Jakarta : Universitas Terbuka,

2008, Cet. I.

Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006

Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan, Jakarta : BP. Pustaka

Karya, 2006

M. Toha Anggoro, dkk, Metode Penelitian, Jakarta : Universitas Terbuka, 2002,

Cet. I.

Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat , Jakarta: Gramedia,

1991

Ali, Muhamad , Strategi Penelitian Statistik, Bandung : Bumi Aksara, 1993

Riyanto, Yatim , Metodologi Penelitian suatu Tindakan Dasar, Surabaya; Sie

Surabaya, 1996.

Dani Permana, dkk, Bersahabat Dengan Matematik Untuk Sekolah Dasar Kelas

VI, Jakarta: Pusat Perbukuan, 2008

Page 52: PENELITIAN TINDAKAN KELAS

52