penelitian tindakan kelas
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SDN Rancasalak IV
Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut masih ditemukan berbagai kendala dan
hambatan. Sebagian besar siswa kurang berkonsentrasi serta cenderung pasif pada
saat jam pelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil Tes Formatif Pra Siklus untuk
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, siswa Kelas IV SDN Rancasalak IV Kecamatan
kadungora Kabupaten garut, masih banyak siswa belum tuntas dalam KD tersebut, ini
terlihat dari 43 siswa hanya 18 siswa yang mendapat nilai diatas KKM atau tuntas,
sedangkan 25 siswa belum tuntas. Tingkat ketuntasan hanya mencapai 41,9%. Hal
tersebut diatas terjadi karena selama ini siswa hanya mendengarkan ceramah dari
guru saja sehingga siswa mudah lupa yang telah disampaikan pada mereka.
Berdasarkan hasil pelaksanaan pra siklus muncul bebagai masalah
diantaranya ialah :
1. Siswa banyak yang tidak memperhatikan di saat pembelajaran.
2. Selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa kurang aktif karena proses
pembelajaran lebih didominasi oleh guru.
3. Proses pembelajaran yang monoton dan kurang bervariasi.
4. Metode pembelajaran yang kurang tepat.
5. Siswa belum maksimal dalam menjelaskan kembali konsep yang diterima.
Agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat meningkatkan pemahaman
konsep dan interaksi siswa perlu adanya upaya yang dapat mendorong keaktifan
siswa dalam proses belajar mengajar dan mengurangi dominasi guru dalam
pengajaran. Salah satu upaya tersebut antara lain melalui penggunaan metode diskusi
dan media gambar, agar siswa tidak merasa sulit belajar Ilmu Pengetahuan Alam,
pemahaman terhadap konsep Ilmu Pengetahuan Alam lebih mudah dan siswa tidak
merasa jenuh, guru dapat memanfaatkan alat peraga sederhana yang dibuat guru itu
sendiri.
Menurut Sri Anitah, dkk. (2008), Melalui penggunaan media dalam proses
pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa sehingga dapat tercapainya
tujuan pembelajaran yang lebih baik. Kegunaan dan manfaat media dalam proses
pembelajaran sangat menguntungkan dalam penyampaian pesan kepada penerima
pesan. Dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh setiap media pembelajaran
2
diharapkan dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, keterbatasan indra
manusia, perbedaan gaya belajar, dan karakteristik penerima pesan.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, permasalahan yang dihadapi
dalam pengajaran kelas yang terjadi, peneliti sebagai guru Sains merasa perlu
melakukan penelitian masalah penggunaan metode diskusi dan media gambar sebagai
alat bantu atau media yang bisa diharapkan mampu meningkatkan penguasaan konsep
dan interaksi dengan media pembelajaran siswa kelas VI SDN Rancasalak IV
Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut tahun pelajaran 2011/2012.
1.2. Identifikasi Masalah.
Berdasarkan latar belakang maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan
sebagai berikut :
1. Dalam proses belajar mengajar guru cenderung menggunakan metode ceramah
dalam menyampaikan materi.
2. Penguasaan konsep Ilmu Pengetahuan Alam siswa masih kurang.
3. Kurangnya interaksi pada saat proses belajar - mengajar.
4. Belum adanya peningkatan prestasi siswa yang dibuktikan dengan pencapaian
nilai rata-rata siswa di bawah KKM Indikator (65).
1.3. Analisis Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah pembelajaran di kelas IV SDN
Rancasalak IV Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut dan hasil konsultasi dengan
supervisor bahwa penggunaan metode dengan peran guru yang dominan serta cara
penyampaian yang kurang menarik menyebabkan siswa merasa bosan dan kurang
aktif sehingga penguasaan konsep Ilmu Pengetahuan Alam rendah serta masih
rendahnya pencapaian nilai ketuntasan siswa (41,9%).
Gambar 1.1 Diagram Alir Analisis Masalah di Kelas IV SDN
Rancasalak IV Kadungora
Monoton dan
kurang bervariasi
Monoton dan
kurang bervariasi Siswa tidak aktif
Penguasaan konsep
kurang, Nilai KKM
rendah
Metode diskusi dan
media gambar
Guru dominan
3
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang permasalahan, maka penulis dapat
menetapkan suatu rumusan masalah yaitu: Bagaimana Cara Penggunaan Metode
Diskusi dan Penggunaan Media Gambar Untuk meningkatkan Penguasaan Konsep
dan Interaksi Dengan Media Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV Pada
Klasifikasi Hewan di SDN Rancasalak IV ?
1.5. Tujuan Penelitian
Untuk meningkatkan penguasaan konsep dan interaksi dengan media
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV pada Klasifikasi Hewan di SDN
Rancasalak IV Kadungora melalui metode diskusi dan penggunaan media gambar.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun tindakan perbaikan ini dapat bermanfaat antara lain :
a. Bagi Siswa
Dapat meningkatkan penguasaan konsep dan interaksi sehingga dapat dicapai
hasil belajar yang lebih baik dari sebelumnya dengan perubahan nilai yang
signifikan.
b. Bagi Guru
Dapat mengembangkan wawasan keilmuan serta meningkatkan keterampilan
dan inovasi guru dalam proses pembelajaran hingga dapat menghasilkan peserta
didik yang memiliki hasil belajar yang lebih baik dari sebelumnya.
c. Bagi Sekolah
Dapat menambah wahana pembelajaran menjadi lebih variatif sehingga mampu
memajukan proses pendidikan dimasa mendatang.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Metode Diskusi
Endang Mulyatiningsih (2010), menegaskan bahwa ―metode pembelajaran
merupakan sebuah cara yang digunakan guru untuk melaksanakan rencana yaitu
mencapai tujuan pembelajaran yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata atau
praktis‖.
Menurut Surya Dharma (2008), menyebutkan beberapa metode
pembelajaran yang bisa digunakan untuk mengimpelementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya yaitu : (a) Metode Ceramah; (b) Metode Demonstrasi; (c)
Metode Diskusi; (d) Metode Simulasi; (e) Metode Tugas dan Resitasi; (f) Metode
Tanya Jawab; (g) Metode Kerja Kelompok; (h) Metode Problem Solving; (i) Metode
Sistem Regu (Team Teaching); (j) Metode Latihan (Drill) (k) Metode Karyawisata
(Field-Trip).
Metode Diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa
pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu
permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa,
serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998; dikutip Surya Dharma, 2008).
Selanjutnya, Toto Ruhimat dan Asep Herry Hernawan (2008), menambahkan
―metode ini disebut sebagai salah satu metode yang menggunakan pendekatan CBSA
atau keterampilan proses.
A. Jenis-Jenis Metode Diskusi
Untuk dapat melaksanakan diskusi di kelas, seorang Guru harus
mengetahui terlebih dahulu tentang jenis-jenis diskusi, sehingga dalam
pelaksanaannya nanti dapat menyesuaikan jenis diskusi apa yang akan
digunakan. Menurut Surya Dharma (2008), mengemukakan macam-macam jenis
diskusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, antara lain :
a. Diskusi Kelas
Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses pemecahan
masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi.
5
Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini adalah: (1) guru membagi
tugas sebagai pelaksanaan diskusi, misalnya siapa yang akan menjadi
moderator, siapa yang menjadi penulis; (2) sumber masalah (guru, siswa, atau
ahli tertentu dari luar) memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama
10-15 menit; (3) siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan
setelah mendaftar pada moderator; (4) sumber masalah memberi tanggapan;
dan (5) moderator menyimpulkan hasil diskusi.
b. Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-
kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang. Pelaksanaannya
dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian
masalah tersebut dibagi-bagi ke dalam sub masalah yang harus dipecahkan
oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua
kelompok menyajikan hasil diskusinya.
c. Simposium
Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan
dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian.Simposium
dilakukanuntuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa. Setelah para
penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka
symposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus
yang telah ditentukan sebelumnya.
d. Diskusi Panel
Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh
beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang di hadapan
audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam diskusi
panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan hanya sekadar
peninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu, agar
diskusi panel efektif perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan
metode penugasan. Siswa disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan
dalam diskusi.
B. Prosedur Metode Diskusi
Surya Dharma (2008), menyatakan ―Agar penggunan diskusi berhasil
dengan efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
6
a. Langkah Persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi di
antaranya:
1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum
maupun tujuan khusus.
2) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.
3) Menetapkan masalah yang akan dibahas.
4) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis
pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya,
petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus,
manakala diperlukan.
b. Pelaksanaan Diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi
adalah :
1) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi kelancaran
diskusi.
2) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya
menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai
dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan.
3) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan.
Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memerhatikan suasana atau iklim
belajar yang menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling
menyudutkan, dan lain sebagainya.
4) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk
mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.
5) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas.
Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah
pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.
c. Menutup Diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi
hendaklah dilakuan hal-hal sebagai berikut:
1) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan
hasil diskusi.
7
2) Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta
sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya ―.
C. Prasyarat untuk mengoptimalkan pembelajaran diskusi
Pada dasarnya setiap metode memiliki tahapan-tahapan dalam
pelaksanaanya. Agar metode pembelajaran yang diterapkan dapat berjalan
dengan efektif, setiap guru harus memperhatikan langkah-langkah kegiatan dari
metode pembelajaran yang kita pilih. Begitupun dengan metode diskusi, ada
beberapa langkah-langkah kegiatan yang harus diikuti guru ketika akan memilih
metode ini dalam proses pembelajaran.
Toto Ruhimat dan Asep Herry Hernawan (2008), menyebutkan hal-hal
yang perlu dipersiapkan oleh seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran
diskusi, diantaranya yaitu : (a) mampu merumuskan permasalahan sesuai dengan
kurikulum yang berlaku; (b) mampu membimbing siswa untuk merumuskan dan
mengidentifikasi permasalahan serta menarik kesimpulan; (c) mampu
mengelompokkan siswa sesuai dengan kebutuhan permasalahan dan
pengembangan kemampuan siswa; (d) mampu mengelola pembelajaran melalui
diskusi; dan (e) menguasai permasalahan yang didiskusikan.
Sedangkan yang harus diperhatikan dari kondisi dan kemampuan siswa
untuk menunjang pelaksanaan diskusi di antaranya adalah : (a) memiliki
motivasi, perhatian, dan minat dalam berdiskusi; (b) mampu melaksanakan
diskusi; (c) mampu menerapkan belajar secara bersama; (d) mampu
mengeluarkan isi pikiran atau pendapat/ide, dan (e) mampu memahami dan
menghargai pendapat orang lain.
D. Keunggulan metode diskusi
Beberapa keunggulan penggunaan metode diskusi menurut Toto
Ruhimat dan Asep Herry Hernawan (2008) dalam memfasilitasi kegiatan belajar
mengajar siswa sehingga siswa dapat, yaitu : (1) bertukar pikiran; (2) menghayati
permasalahan; (3) merangsang siswa untuk berpendapat; (4) mengembangkan
rasa tanggung jawab; (5) membina kemampuan berbicara (6) belajar memahami
pendapat atau pikiran orang lain (7) memberikan kesempatan belajar.
E. Kelemahan metode diskusi
8
Adapun kelemahan pada metode diskusi, yaitu : (1) relatif memerlukan
waktu yang banyak; (2) apabila siswa tidak memahami konsep dasar
permasalahan maka diskusi tidak akan efektif; (3) materi pelajaran dapat menjadi
luas, dan (4) yang aktif hanya siswa tertentu saja.
Setiap metode yang dilaksanakan dalam setiap pembelajaran
tentunyamemiliki kelebihan dan kelemahan atau kendala, oleh karena itu,
seorang guru harus pandai mengantisipasi pada saat menggunakan metode
diskusi ini.
2.2. Media Gambar
A. Pengertian media pembelajaran
Menurut Heinich, dkk. (1993) dalam Asep Herry Hernawan (2008),
media merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata ―medium‖ yang secara harfiah berarti
―perantara‖, yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a
receiver), contohnya : film, televisi, diagram, bahan tercetak, computer dan
instruktur. Contoh media tersebut bias dipertimbangkan, sebagai media
pembelajaran jika membawa pesan-pesan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran.
Dadang Supriatna (2009), mengutip beberapa pengertian media
pembelajaran menurut para ahli antara lain, yaitu : Briggs menyebutkan bahwa
media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang
siswa untuk belajar. Sementara itu Schramm berpendapat bahwa media
merupakan teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional yang dapat
dimanipulasi, dilihat, didengar dan dibaca. Dengan demikian media pembelajaran
adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran.
Menurut Benny Agus Pribadi, dkk. (2012), menerangkan bahwa,
―Media yang tergolong sebagai gambar diam adalah foto, bahan-bahan grafis
baik yang dicetak ataupun dilukis. Gambar diam dapat berisi informasi atau
pengetahuan tentang objek, peristiwa, atau prosedur. Informasi yang dikemas
dalam gambar diam dapat berbentuk diagram, chart, atau grafik. Gambar diam
berupa diagram pada umumnya digunakan untuk menjelaskan konsep-konsep
yang menggambarkan komponen-komponen dalam sistem. Chart biasanya
digunakan untuk menjelaskan proses atau prosedur dalam bentuk aliran,
9
misalnya flowchart. Sedangkan grafik lazim digunakan untuk mejelaskan
konsep-konsep yang mengupas perbandingan antara variabel yang satu dengan
yang lain. Gambar diam berbentuk foto dapat digunakan untuk menjelaskan
objek dan peristiwa secara realistik‖.
Andoyo Sastromiharjo (2008), mengungkapkan manfaat media pendidikan
sebagai berikut :
(1) Media dapat memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis,
(2) Media dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera,
(3) Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat
diatasi sikap pasif siswa. Dengan demikian, media berguna untuk menimbulkan
kegairahan belajar, memungkinkan interaksi yang langsung antara siswa,
lingkungan, dan kenyataan, dan memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri
menurut kemampuan dan minatnya,
(4) Dengan adanya unsur keunikan pada diri siswa, guru dapat menggunakan media
untuk memberikan perangsang yang sama, menyamakan pengalaman, dan
menyamakan persepsi.
B. Jenis-jenis media
Media visual/gambar adalah media yang hanya mengandalkan indera
penglihatan. Menurut Asep Herry Hernawan (2008), menyatakan bahwa media
visual dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Media Visual yang tidak diproyeksikan
Media Visual yang tidak diproyeksikan adalah media visual yang dalam
pemanfaatannya tidak membutuhkan proyektor dan layar untuk
memproyeksikan perangkat lunaknya.Jenis media ini meliputi: (1) gambar
mati atau gambar diam, (2) ilustrasi, (3) karikatur, (4) poster, (5) bagan, (6)
grafik, (7) peta, (8) realia dan model, dan (9) berbagai papan.
b. Media Visual yang diproyeksikan
Media Visual yang diproyeksikan adalah media visual yang dalam
pemanfaatannya membutuhkan proyektor dan layar untuk memproyeksikan
perangkat lunaknya. Jenis media ini meliputi : (1) OHP (Overhead projector),
(2) Slide Projector (proyektor film berbingkai), (3) Filmstrip Projector, dan
(4) Opaque Projector.
10
2.3. Penguasaan Konsep
Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang
dipahami. Aristoteles dalam "The classical theory of concepts" menyatakan bahwa
konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan
filsafat pemikiran manusia. Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran
mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga
sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam kharakteristik
(http://id.wikipedia.org/wiki/Konsep, diakses Tanggal 19 Nopember 2012).
Menurut Nuryani Rustaman (2011), Konsep merupakan abstraksi yang
berdasarkan pengalaman. Karena pengalaman dua orang tidak sama, maka konsep
yang dibentuk juga mungkin berbeda. Walaupun konsep-konsepnya berbeda, konsep-
konsep itu cukup serupa bagi kita untuk dapat berkomunikasi satu sama lain dengan
menggunakan nama atau label konsep. Nama atau label konsep itu adalah symbol
yang digunakan untuk menyatakan konsep, yang merupakan abstraksi internal. Nama
atau label itu sendiri bukanlah konsep. Dengan kata lain konsep merupakan suatu
abstraksi mental yang mewakili sekelompok stimulus. Contohnya konsep tumbuhan,
sel, hidup.
Bell (1995) dalam Nuryani Rustaman (2011), mengemukakan batasan
konsep dalam dua dimensi. Dimensi pertama menyatakan konsep sebagai konstruk
mental dari seseorang yang ditandai oleh satu atau lebih kata yang menyatakan
konsep khusus. Dimensi kedua menyatakan konsep sebagai pengertian yang diterima
secara sosial. Konsep sebagai konstruk mental merupakan komponen-komponen
kritis dari perubahan kematangan seseorang yang secara terus menerus, perluasan
struktur kognitif. Konsep juga merupakan batu-batu pembangun berpikir. Pendidikan
formal di sekolah diarahkan untuk belajar konsep dan struktur pengetahuan yang
saling berhubungan menjadi konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang terorganisir.
Prinsip terbentuk dari konsep. Pembentukan prinsip dari konsep melibatkan
hubungan antar konsep. Terdapat empat (4) tipe dasar hubungan yang dinyatakan
dalam prinsip, yaitu : (1) sebab akibat (cause and effect), (2) korelasional
(corelational), (3) peluang (probability), dan (4) aksioma (axiomatic). Tipe dasar
hubungan sebab akibat paling banyak terdapat dalam IPA, tetapi dalam tipe lainnya
juga banyak ditemukan.
Penguasaan konsep dapat ditunjukkan dengan berbagai cara. Dalam
pembelajaran dengan model konstruktivisme pemahaman konsep dapat ditunjukkan
dengan kemampuan siswa untuk mengungkapkan pikirannya dalam bentuk bahasa.
Siswa yang dapat menjawab pertanyaan mengenai apa yang tidak dikuasainya
11
menunjukkan penguasaan konsep yang lebih baik. Dalam sistem pendidikan di
Indonesia berlandaskan pada pemikiran bahwa penguasaan konsep ditunjukkan
dengan hasil belajar melalui tes. Oleh karena itu, evaluasi yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran ini menggunakan tes dan observasi proses belajar yang
merupakan modifikasi antara evaluasi pembelajaran tradisional dengan pembelajaran
konstruktivisme (Yuliati, dalam seminar nasional IPA, 2005).
2.4. Interaksi Dengan Media Pembelajaran
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1995), Interaksi adalah saling
mempengaruhi, hubungan timbal balik antara pihak tertentu misalnya antara guru dan
murid‖.
Pembelajaran terwujud dalam bentuk interaksi timbal balik secara dinamis
antara guru dengan siswa dan atau siswa dengan kondisi belajarnya. Guru pada saat
tertentu berposisi sebagai perangsang atau stimulasi yang memancing siswa untuk
bereaksi sebagai wujud aktivitasnya yang disebut belajar. Pada saat yang lain guru
bereaksi atas aksi-aksi yang diperbuat siswa. Interaksi diantara kedua belah pihak
berjalan secara dinamis bertolak dari kondisi awal melalui titik-titik sepanjang garis
kontinum hingga akhir kegiatan pembelajaran.
Interaksi dinamis guru-siswa dalam pembelajaran dapat terwujud dalam
berbagai bentuk hubungan. Interaksi guru-siswa dapat mengambil bentuk hubungan
langsung, yakni interaksi secara tatap muka. Dalam bentuknya yang lain hubungan
guru-siswa bersifat tidak langsung, yakni melalui perantaraan media pembelajaran
seperti paket belajar, modul pembelajaran, penyelesaian tugas-tugas terstruktur, dan
sejenisnya. Di samping itu interaksi guru-siswa terealisasi pula melalui hubungan
yang bersifat campuran. Meskipun guru telah memanfaatkan media pembelajaran,
tetapi guru tetap hadir dalam pembelajaran.
Pola arus interaksi guru-siswa di kelas memiliki berbagai kemungkinan arus
komunikasi. Sedikitnya menurut Heinich ada empat pola arus komunikasi: (1)
komunikasi guru-siswa searah, (2) komunikasi dua arah — arus bolak-balik–, (3)
komunikasi dua arah antara guru-siswa dan siswa-siswa, (4) komunikasi optimal total
arah. Arus komunikasi dalam pembelajaran ada pula yang membedakan kedalam dua
jenis, yakni one way traffic comunication dan two way traffic comunication.
2.5. Klasifikasi Hewan
12
A. Materi Pembelajaran
Hewan banyak jenisnya.Ada yang besar ada yang kecil.Ada yang berjalan,
merayap, dan ada yang terbang. Menurut jenis makanannya, hewan digolongkan
menjadi tiga, yaitu herbivor, karnivor, dan omnivor (Budi Wahyono dan Setya
Nurachmandani, 2008).
1. Herbivor
Hewan yang makanannya hanya berupa tumbuhan saja (rumput,daun-
daunan, biji-bijian, dan buah-buahan) digolongkan sebagai hewanpemakan
tumbuhan. Hewan pemakan tumbuhan juga disebut herbivor.
Hewan herbivor banyak terdapat di sekitar kita.permukaan lebar dan
bergerigi. Gigi gerahamnya juga memiliki banyak hubungan (bagian
puncakgigi).Mengapa demikian? Agar dapat digunakanuntuk menggiling rumput
dan daun-daun yang keras. Dengan begitu, rumput dan daun yang telah dimakan
dapat masuk ke dalam lambung secara mudah. Ada juga herbivor yang tidak
memiliki gigi melainkan memiliki tembolok. Fungsi tembolok hampir sama
dengan fungsi gigi geraham.
Contoh hewan herbivor yang makan dedaunan, yaitu kambing, kuda,
gajah, dan sapi. Herbivor pemakan biji-bijian, antara lain, burung pipit, kenari,
tupai, dan merpati. Herbivor pemakan buah adalah burung beo, ulat buah, dan
jalak.
Gambar 2.1 Hewan-hewan herbivora, yaitu (a) sapi, (b) kuda, dan (c)
kambing (Sularmi dan M.D Wijayanti, 2009)
2. Karnivor
(a) (b) (c)
13
Di depan telah dijelaskan bahwa terdapat hewan yang makanan utamanya
hewan lain. Hewan jenis ini disebut karnivor. Hewan karnivormudah dikenali
karena memiliki bagian tubuh yang berbeda dengan hewan herbivor.
Karnivor berkaki empat memiliki gigi geraham khusus yang digunakan
untuk mengunyah daging. Gigi geraham ini dapat mengerat dan menghancurkan
makanan. Gigi serinya kecil-kecil dan tajam. Gigi seri berfungsi untuk menggigit
dan memotong makanan. Gigi taringnya panjang, besar, dan runcing. Gigi taring
berfungsi untuk mengoyak mangsanya.
Gambar 2.2 Hewan-hewan karnivora, yaitu (a) elang dan (b) harimau
(Sularmi dan M.D Wijayanti, 2009)
Karnivor dari jenis burung memiliki kuku dan paruh yang kuat dan tajam.
Bentuk paruh ini disesuaikan dengan kegunaannya, yaitu agar mudah mencabik-
cabik mangsa.Mangsanya terdapat di udara, di air, dan di darat. Burung apa
sajakah yang suka makan daging atau hewan lain? Burung elang, burung rajawali,
burung alap-alap, burung hantu adalah contoh-contoh burung pemakan daging.
3. Omnivor
Apakah kamu tahu hewan yang disebut musang? Selain dikenal sebagai
pencuri ayam, musang juga dikenal sebagai pemakan buah-buahan, antara lain,
buah kopi. Hewan pemakan tumbuhan maupun daging disebut omnivor. Musang
adalah salah satu contoh omnivor. Contoh lainnya adalah beruang, ayam, bebek,
dan tikus.
Beruang selain makan ikan juga memakan buah-buahan dan madu. Ayam
dan bebek sangat suka terhadap biji-bijian. Namun, keduanya juga sering makan
cacing atau serangga kecil lainnya. Tikus seperti musang, ikan dan buah-buahan
merupakan makanan kesukaannya.
Bentuk gigi omnivor merupakan gabungan dari bentuk gigi herbivor dan
karnivor. Gigi geraham omnivor berguna untuk melumat, gigi serinya untuk
memotong, dan gigi taringnya untuk mengerat makanan. Bagaimana dengan
manusia? Termasuk kelompok pemakan apakah manusia itu?
(a) (b)
14
Bangsa burung juga ada yang termasuk hewan karnivor. Misalnya,
burung kutilang, burung jalak, dan burung cucakrawa. Pernahkah kamu
melihatnya? Bagaimana bentuk paruh burung-burung tersebut? Bentuk paruhnya
panjang, kecil, dan runcing. Bentuk paruh seperti itu sangat sesuai untuk
mengambil makanan berupa tumbuhan serta hewan-hewan kecil yang berada di
daun ataupun di dalam batang pohon.
Gambar 2.3 Hewan-hewan omnivora (a) bebek dan (b) ayam (Sularmi
dan M.D Wijayanti, 2009).
B. Peta Konsep
Gambar 2.4 Peta Konsep Klasifikasi Hewan (Sularmi dan M.D
Wijayanti, 2009)
2.6. Penelitian Tindakan Kelas
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
HEWAN
Jenis makanannya
Digolongkan berdasarkan
Meliputi
Karnivora
Ular, buaya, singa, srigala, harimau
Misalnya
Herbivora
Kambing, belalang, sapi, kuda, zebra.
Misalnya
Omnivora
Ayam, angsa, musang, beruang, burung jalak
Misalnya
(a) (b)
15
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli
psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti
gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti
Stephen Kemmis, Robin Mc Tanggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya.
PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an. Oleh karenanya, sampai
dewasa ini keberadaannya sebagai salah satu jenis penelitian masih sering
menjadi perdebatan jika dikaitkan dengan bobot keilmiahannya.
Menurut IGAK Wardhani (2009), menyatakan bahwa ‖Penelitian
tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya
sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Sedangkan
Stephen Kemmis (1983) dalam Darwiyanto (2009), PTK adalah suatu bentuk
kegiatan penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh
peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan)
untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari (a) praktik-praktik sosial atau
pendidikan yang mereka lakukan sendiri, (b) pemahaman mereka terhadap
praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi di tempat praktik itu dilaksanakan (David
Hopkins, 1993: 44). Sedangkan Tim Pelatih Proyek PGSM (1999)
mengemukakan bahwa PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif
oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional
dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi
dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan (M. Nur, 2001dalam
Darwiyanto, 2009).
B. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Sebagaimana diisyaratkan di atas, PTK antara lain bertujuan untuk
memperbaiki dan / atau meningkatkan praktik pembelajaran secara
berkesinambungan yang pada dasarnya ‖melekat‖ penunaian misi profesional
pendidikan yang diemban oleh guru. Dengan kata lain, tujuan PTK adalah untuk
perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru. Di samping itu, sebagai
tujuan penyerta PTK adalah untuk meningkatkan budaya meneliti bagi guru guna
memperbaiki kinerja di kelasnya sendiri.
Dalam hubungannya dengan peningkatan profesionalisme guru,
kegiatan PTK penting untuk dilakukan dengan alasan:
16
1. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap
dinamika pembelajaran di kelasnya.
2. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional.
3. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan PTK, guru mampu memperbaiki
proses pembelajaran di kelas.
4. Pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang guru karena tidak
perlu meninggalkan kelasnya.
5. Dengan PTK guru akan menjadi kreatif.
C. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Manfaat yang dapat dipetik jika guru mau dan mampu melaksanakan
PTK:
1. Guru semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa profesional
secara mandiri, sehingga berkembang inovasi-inovasi pembelajaran yang
sangat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan pembelajaran.
2. PTK juga bermanfaat untuk pengembangan kurikulum dan untuk peningkatan
profesionalisme guru.
D. Tahap-Tahap Penelitian Tindakan Kelas
PTK memiliki empat tahap yang dirumuskan oleh Lewin (Kemmis dan
Mc Taggar, 1992) yaitu: (1) Planning (Rencana); (2) Action (Tindakan); (3)
Observation (Pengamatan); (4) Reflection (Refleksi)
Untuk memperjelas fase-fase dalam PTK, siklus spiral-nya dan
bagaimana pelaksanaannya, Stephen Kemmis menggambarkannya dalam siklus
sebagaimana tampak pada gambar 2.5.
17
23 February 2008 Mahfud PTK
Rencana Awal
RencanaYang direvisi
STRATEGI
TINDAKAN
OBSERVASI
REFLEKSI
REVISI
STRATEGI
TINDAKAN
OBSERVASI
REFLEKSI
Gambar 2.5 Penelitian Tindakan Model Kemmis dan Mc Taggart