penelitian prospektif

5
Penelitian prospektif (penelitian kohort) Merupakan salah satu penelitian yang bersifat longitudinal dengan mengikuti perjalanan penyakit ke depan berdasarkan urutan waktu. Dimaksudkan untuk menemukan insidensi penyakit pada kelompok yang terpajan oleh factor resiko maupun pada kelompok yang tidak terpajan, kemudian insidensi penyakit pada kedua kelompok tersebut secara statistic dibandingkan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan sebab akibat antara pajanan dan penyakit yang diteliti. Secara garis besar proses perjalanan penelitian prospektif sebagai berikut: 1. Pada awal penelitian, kelompok terpajan maupun kelompok tidak terpajan belum menampakkan gejala penyakit yang diteliti. 2. Kedua kelompok diikuti ke depan berdasarkan sekuens waktu (prospektif) 3. Dilakukan pengamatan untuk mencari insisdensi penyakit (efek) pada kedua kelompok 4. Insidensi penyakit pada kedua kelompok dibandingkan menggunakan perhitungan statistik untuk menguji hipotesis tentang hubungan sebab akibat antara pajanan dan insidensi penyakit (efek) Keuntungan 1. Penelitian kohort dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan normal (ontogenik) yang terjadi dengan berjalannya waktu karena intervensi yang dlakukan oleh alam berupa “waktu”. 2. Penelitian ini dapat pula digunakan untuk mempelajari timbulnya penyakit secara alamiah akibat pajanan (patogenik) yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan secara sengaja atau tidak sengaja. 3. Penelitian kohort dapat digunakan untuk mempelajari perjalanan klinis suatu penyakit (patogresif). 4. Rancangan penelitian ini digunakan untuk mempelajari hubungan sebab-akibat. 5. Penelitian kohort dapat digunakan untuk mempelajari insidensi penyakit yang teliti. 6. Penelitian kohort tidak memiliki hambatan masalah etis.

Upload: yunita-kurniati

Post on 06-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ook

TRANSCRIPT

Page 1: Penelitian prospektif

Penelitian prospektif (penelitian kohort)

Merupakan salah satu penelitian yang bersifat longitudinal dengan mengikuti perjalanan penyakit ke depan berdasarkan urutan waktu. Dimaksudkan untuk menemukan insidensi penyakit pada kelompok yang terpajan oleh factor resiko maupun pada kelompok yang tidak terpajan, kemudian insidensi penyakit pada kedua kelompok tersebut secara statistic dibandingkan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan sebab akibat antara pajanan dan penyakit yang diteliti.Secara garis besar proses perjalanan penelitian prospektif sebagai berikut:

1.      Pada awal penelitian, kelompok terpajan maupun kelompok tidak terpajan belum menampakkan gejala penyakit yang diteliti.

2.      Kedua kelompok diikuti ke depan berdasarkan sekuens waktu (prospektif)3.      Dilakukan pengamatan untuk mencari insisdensi penyakit (efek) pada kedua kelompok4.      Insidensi penyakit pada kedua kelompok dibandingkan menggunakan perhitungan statistik

untuk menguji hipotesis tentang hubungan sebab akibat antara pajanan dan insidensi penyakit (efek)Keuntungan

1.       Penelitian kohort dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan normal (ontogenik) yang terjadi dengan berjalannya waktu karena intervensi yang dlakukan oleh alam berupa “waktu”.

2.      Penelitian ini dapat pula digunakan untuk mempelajari timbulnya penyakit secara alamiah akibat pajanan (patogenik) yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan secara sengaja atau tidak sengaja.

3.      Penelitian kohort dapat digunakan untuk mempelajari perjalanan klinis suatu penyakit (patogresif).

4.      Rancangan penelitian ini digunakan untuk mempelajari hubungan sebab-akibat.5.      Penelitian kohort dapat digunakan untuk mempelajari insidensi penyakit yang teliti.6.      Penelitian kohort tidak memiliki hambatan masalah etis.7.      Besarnya resiko relative dan resiko atribut dapat dihitung secara langsung.8.      Pada penelitian kohort dapat dilakukan perhitingan statistic untuk mengui hipotesis.9.      Pada penelitian kohort dapat diketahui lebih dari satu outcome terhadap satu pemaparan.10.  Dapat mengatur komparabilitas antara dua kelompok sejak awal penelitian.

Kerugian1.      Penelitian ini membutuhkan sampel yang besar dan waktu yang lama sehingga sulit untuk

mempertahankan subjek studi agar tetap mengikuti proses penelitian.2.      Penelitian ini membutuhkan biaya yang besar sebagai akibat besarnya sampel dan lamanya

penelitian.3.      Penelitian ini sulit dilakukan pada penyakit yang jarang terjadi. Hal ini karena sulitnya

memperoleh kelompok yang terpajan.4.      Penelitian prospektif tidak efisien untuk penelitian penyakit dengan fase laten yang lama.

Page 2: Penelitian prospektif

Studi Kohort adalah studi yang mempelajari hubungan antara faktor

risiko dan efek (penyakit atau masalah kesehatan), dengan memilih

kelompok studi berdasarkan perbedaan faktor risiko. Kemudian mengikuti

sepanjang periode waktu tertentu untuk melihat berapa banyak subjek dalam

masing-masing kelompok yang mengalami efek penyakit atau masalah

kesehatan. 

Studi kohort dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Studi kohort prospektif

Studi kohort disebut prospektif apabila faktor risiko, atau faktor

penelitian diukur pada awal penelitian, kemudian dilakukan follow up untuk

melihat kejadian penyakit dimasa yang akan datang. Lamanya follow up

dapat ditentukan berdasarkan lamanya waktu terjadinya penyakit.

   Pada studi kohort prospektif, dapat dibedakan menjadi studi kohor

prospektif dengan pembanding internaldan eksterna. Studi kohort prospektif

dengan pembanding interna, kohort yang terpilih sama sekali belum terpapar

oleh faktor risiko dan belum mengalami efek, kemudian sebagian terpapar

secara alamiah lalu dilakukan deteksi kejadian efek pada kedua kelompok

tersebut

            Studi kohort prospektif dengan pembanding eksternal, ada kelompok

yang terpapar faktor risiko namun belum memberikan efek dan kelompok

lain tanpa paparan dan efek

2. Studi kohort retrospektif

            Pada studi kohort retrospektif, faktor risiko dan efek atau penyakit

sudah terjadi dimasa lampau sebelum dimulainya penelitian. Dengan

demikian variabel tersebut diukur melalui catatan historis.

Prinsip studi kohort retrospektif tetap sama dengan kohort prospektif,

namun pada studi ini, pengamatandimulai pada saat akibat (efek) sudah

terjadi. Yang terpenting dalam studi retrospektif adalah populasi yang

diamati tetap memenuhi syarat populasi kohort, dan yang diamati

adalah faktor risiko masa lalu yang diperoleh melaluipencatatan data yang

lengkap. Dengan demikian, bentuk penelitian kohort retrospektif hanya dapat

dilakukan,apabila data tentang faktor risiko tercatat dengan baik sejak

terjadinya paparan pada populasi yang sama dengan efek yang ditemukan

pada awal pengamatan.

2.2 Kekuatan dan Kelemahan Studi Kohort

Kekuatan studi kohort, meliputi:

1.    Pada awal penelitian, sudah ditetapkan bahwa subjek harus bebas dari

penyakit, kemudian diikuti sepanjang periode waktu tertentu sampai

Page 3: Penelitian prospektif

timbulnya penyakit yang diteliti, sehingga sekuens waktu antara faktor risiko

dan penyakit atau efek dapat diketahui secara pasti.

2.    Dapat menghitung dengan akurat jumlah paparan yang dialami populasi.

3.    Dapat menghitung laju insidensi atau kecepatan terjadinya penyakit, karena

penelitian dimulai dari faktor risiko sampai terjadinya penyakit.

4.    Dapat meneliti paparan yang langka.

5.    Memungkinkan peneliti mempelajari sejumlah efek atau penyakit secara

serentak sebuah paparan. Misalnya, apabila kita telah mengidentifikasi

kohort berdasarkan pemakaian kontrasepsi oral (pil KB), maka dengan studi

kohort dapat diketahui sejumlah kemungkinan efek kontrasepsi oral pada

sejumlah penyakit, seperti infark miokardium, kanker payudara, dan kanker

ovarium.

6.    Dapat memeriksa dan mendiagnosa dengan teliti penyakit yang terjadi.

7.    Bias dalam menyeleksi subjek dan menentukan status paparan kecil

8.    Hubungan sebab akibat lebih jelas dan lebih meyakinkan.

Kelemahan studi kohort, meliputi:

1.    Tidak efisien dan praktis untuk mempelajari kasus yang langka

2.    Pada studi prospektif, akan memerlukan biaya banyak (mahal), dan

membutuhkan banyak waktu.

3.    Pada studi retrospektif, membutuhkan ketersediaan catatan yang lengkap

dan akurat.

4.    Validitas hasil penelitian dapat terancam, karena adanya subjek subjek yang

hilang pada saat follow-up.

5.    Dapat menimbulkan masalah etika, karena peneliti membiarkan subjek

terkena pajanan yang merugikan.

Page 4: Penelitian prospektif

2.3 Karakteristik studi kohort

Pada studi kohort, pemilihan subjek dilakukan berdasarkan status

paparannya, kemudian dilakukan pengamatan dan pencatatan apakah

subyek mengalami outcome yang diamati  atau tidak. Studi kohort memiliki

karakteristik:

1.      Studi kohort bersifat observasional

2.      Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat

3.      Studi kohort sering disebut sebagai studi insidens

4.      Terdapat kelompok kontrol

5.      Terdapat hipotesis spesifik

6.      Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif

7.      Untuk kohort retrospektif, sumber datanya menggunakan data sekunder

Untuk menentukan titik potong optimum antara sensitifitas dan spesifitas

diperlukan analisis dengan Kurva ROC (Receiver Operating Characteristic). Kurva

ini merupakan kurva yang   menunjukkan hubungan antara uji sensitifitas dan

spesifisitas dan digunakan untuk menerangkan ketepatan uji dalam berbagai

tingkatan titik potong (sebagai nomogram) dalam membaca spesifisitas yang

sesuai dengan sensitifitas yang ada.  

 Ketepatan keseluruhan dari uji bisa diterangkan dalam daerah di bawah kurva

ROC.   Dari kurva ini akan diperoleh nilai Area Under the Curve (AUC) yang

berkisar antara 50% - 100%. Nilai AUC sebesar 50% berarti kemungkinan

kesimpulan benar dan salah sama besar. Kondisi ini sama dengan kondisi orang

sakit tanpa pengobatan, kemungkinan sembuh atau tidak sembuh sama, yakni

50%. Idealnya sebuah penelitian diagnostic menghasilkan nilai AUC sebesar

100%. Akan tetapi pada kenyataannya hamper tidak mungkin mendapatkan nilai

AUC sebesar 100%, karena apapun usaha yang dilakukan manusia pasti

mempunyai peluang untuk gagal. Dengan demikian prinsip dasar yang harus

dipegang adalah semakin besar nilai AUC maka semakin baik.

Kurva ROC juga dapat digunakan untuk membandingkan dua atau lebih prosedur

diagnostic. Berdasarkan nilai AUC dapat diketahui prosedur diagnostic yang

paling efektif dan dapat direkomendasikan untuk dipilih.