penelitian mandiri · data landsat 8 di kabupaten buleleng, bali. hasil penelitian yang diperoleh...
TRANSCRIPT
PENELITIAN MANDIRI
Judul Penelitian :
Studi Karakteristik Reflektan Spektral Cengkeh
Menggunakan Data Landsat 8 Di Kabupaten Buleleng Bali
Peneliti :
I Made Yuliara, S.Si., M.T.
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
i
Abstrak
Penelitian tentang studi karakteristik reflektan spektral cengkeh menggunakandata Landsat 8 di Kabupaten Buleleng, Bali. Hasil penelitian yang diperolehmenunjukkan bahwa, prosentase nilai reflektan spektral vegetasi cengkeh di atas 50% bahkan sampai 90 % ada pada band 5 dan terendah di bawah 10 % pada band 2.Pola-pola reflektan spektral yang dihasilkan ke-6 band Landsat 8 membentuk suaturangkaian karakteristik yang khas yang dapat dibedakan dengan vegetasi lain. NilaiNDVI yang diperoleh, yaitu terendah 0,6407186 tertinggi 0,7096774. Hasil inimenunjukkan bahwa vegetasi cengkeh yang ada di Kabupaten Buleleng, Bali,kondisinya cukup sehat dan subur dengan kerapatan sedang.
Kata kunci : Karakteristik, reflektan, spektral, data Landsat 8
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan Penelitian Mandiri dengan judul “ Studi Karakteristik
Reflektan Spektral Cengkeh Menggunakan Data Landsat 8 Di Kabupaten Buleleng
Bali ”
Dengan hati yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada rekan-rekan dosen yang telah memberikan semangat dan
sumbangan pengetahuan berkaitan dengan penelitian ini.
Harapan penulis semoga penelitian ini dapat menambah cakrawala ilmu
pengetahuan dan akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian ini tak luput dari
kesalahan dan kekurangan, maka dari itu segala koreksi dan saran yang konstruktif
dari semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan.
Denpasar, 15 Desember 2015
I Made Yuliara
iii
DAFTAR ISI
Hal
Abstrak iKata Pengantar iiDaftar Isi iiiDaftar Tabel ivDaftar Gambar vBAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………. 11.2. Rumusan Masalah…………………………………………………. 21.3. Tujuan Penelitian………………………………………………...... 21.4. Maanfaat Penelitian……………………………………………...... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1. Vegetasi Cengkeh…………………………………………………… 42.2. Dasar Fisika Penginderaan Jauh…………………………………… 42,3. Karakteristik Reflectance Obyek………………………………….. 52.4. Karakteristik Data Citra Satelit Landsat 8………………………….. 92.5. Analisis Citra Untuk Konversi Nilai Digital Ke Nilai Reflektan…... 112.6. Analisis Vegetasi………………………..………………………….. 11
Bab III METODE PENELITIAN3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian……………….……………………... 143.2. Bahan Dan Instrumen Penelitian …………………..………………. 143.3. Prosedur Penelitian………………………………………………… 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Pengolahan Citra………..…………………………………………. 184.2. Citra Indeks Vegetasi Cengkeh……………………………………... 204.3. Nilai Reflektan Vegetasi Cengkeh………………………………… 23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN5.1. Kesimpulan………………………………………………………… 285.2. Saran……………………………………………………………….. 28
Daftar Pustaka………………………………………………………………………...Lampiran……………………………………………………………………………...
iv
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1. Tabel 2.1. Karakteristik Data Citra Satelit Landsat 8…………………….. 10
2. Tabel 4.1. Data koordinat survei sampel vegetasi cengkeh daerah
penelitian……………………………………………………….
22
3. Tabel 4.2. Data indeks vegetasi cengkeh daerah penelitian……………..... 22
4. Tabel 4.3. Nilai piksel vegetasi cengkeh berdasarkan titik pengamatan….. 24
5. Tabel 4.4. Nilai reflektan Spektral Vegetasi Cengkeh …………………… 25
v
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal
1. Gambar 2.1. Spektrum gelombang elektromagnetik (Rees, W.G., 2006)….. 5
2. Gambar 2.2. Struktur Daun (Eric C, 1992)..........................................…….. 7
3. Gamdar 2.3. Nilai reflectance untuk beberapa objek (www.cmis.csiro.au)... 8
4. Gambar 3.1. Lokasi Penelitian Kabupaten Buleleng, Bali………………… 14
5. Gambar 3.2. Diagram alir penelitian………………………………............. 17
6. Gambar 4.1 Citra Citra Landsat 8 band 5 scene 1………………………..... 19
7. Gambar 4.2 Citra Citra Landsat 8 band 5 scene 2………………………..... 19
8. Gambar 4.3. Citra mosaik band 5………………………………………….. 21
9. Gambar 4.4. Citra Daerah Studi……………………………………………. 21
10. Gambar 4.5. Citra komposit RGB 654……………………………………… 21
11. Gambar 4.6. Citra NDVI………………………………………………….... 21
12. Gambar 4.7. Citra reklas indeks vegetasi cengkeh dari NDVI……………... 23
13. Gambar 4.8. Nilai piksel ke-6 band Landsat 8…………………………….. 25
14. Gambar 4.9. Karakteristik Reflektan Spektral Cengkeh ke-6 band Landsat 8 26
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cengkeh merupakan salah satu komoditas ekspor yang diandalkan pemerintah. Pada
awalnya cengkeh dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan, akan tetapi dalam
perkembangannya cengkeh sering dimanfaatkan sebagai bahan baku industri farmasi,
kosmetik, parfum, rempah-rempah, dan juga sebagai bahan baku industri rokok kretek.
Sampai saat ini, cengkeh banyak dipergunakan masyarakat Indonesia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Banyaknya manfaat dan kebutuhan cengkeh bagi kehidupan
manusia, maka dipandang perlu untuk menginventarisasi vegetasi cengkeh.
Penghasil cengkeh terbesar di Bali dan cukup besar di Indonesia adalah Kabupaten
Buleleng. Kabupaten ini memiliki luas wilayah sekitar 1.365,88 Km2 atau 24,25 % dari
luas Propinsi Bali, dan terbagi dalam 9 kecamatan. Menurut data statistik Pemerintah
Daerah Kabupaten Buleleng tahun 2012, luas vegetasi cengkeh yang produktif adalah
sekitar 7.007 Ha yang diusahakan oleh 10.816 petani.
Selama ini, metode untuk mengetahui keberadaan maupun luas vegetasi cengkeh
dalam wilayah yang relatif luas dilakukan secara konvensional. Cara seperti ini tentu
kurang efektif dan memerlukan waktu lama, sehingga untuk pengambilan keputusan
tentang cengkeh menjadi lambat. Metode yang dapat mengatasi hal ini adalah dengan
penerapan teknologi satelit penginderaan jauh. Data citra yang dihasilkan oleh satelit
penginderaan jauh dapat dipakai sebagai alat (tool) untuk menganalisis pola-pola
reflektan (reflectance pattern) dari objek permukaan bumi (vegetasi cengkeh) dalam
wilayah yang relatif luas. Setiap objek yang terekam dalam data citra, memiliki nilai
reflektan spektral (spectral reflectance) yang berbeda-beda, sehingga dimungkinkan
1
untuk mengidentifikasi/ mengenal suatu spesies vegetasi (Xie al al, 2008). Disamping
2
itu, reflektan spektral dipengaruhi oleh kondisi vegetasi. Kondisi ini dapat dimonitor
melalui indeks vegetasi, seperti Normalized Difference Vegetation Index (NDVI).
Studi penggunaan data citra satelit untuk memonitor vegetasi melalui indeks
vegetasi, seperti NDVI telah banyak dilakukan (Shao et al. 2001, David et al. 2004).
Beberapa dari penelitian tersebut menggunakan data citra satelit dengan resolusi spasial
rendah dan menengah, seperti National Oceanic and Atmospheric Administration
Advanced Very High Resolution Radiometer (NOAA AVHRR) dan Moderate Resolution
Imaging Spectroradiometer (MODIS). Penggunaan citra satelit resolusi rendah dan
menengah mempunyai beberapa kelemahan terutama untuk daerah-daerah yang sempit.
Hal ini menyebabkan beberapa jenis penutup lahan berada dalam satu piksel yang akan
menurunkan akurasi estimasi (Strahler et al. 2006).
Citra Landsat mempunyai resolusi spasial, temporal, dan spektral cukup baik untuk
monitoring vegetasi di permukaan bumi. Perekaman ulang citra Landsat adalah 16 hari
dengan resolusi spasial 30 m. Landsat mempunyai banyak saluran (band) dengan ukuran
piksel yang sama. Ini memberikan kelebihan dalam pengembangan algoritma yang
dibangun dari citra Landsat (Christopher 2004). Landsat 8 merupakan seri Landsat
generasi baru, yang mempunyai resolusi spektral dan radiometrik yang lebih baik
dibandingkan dengan Landsat 7.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah karakteristik reflektan spektral vegetasi cengkeh menggunakan
data citra satelit Landsat 8 di Kabupaten Buleleng, Bali ?
2. Bagaimanakah NDVI vegetasi cengkeh di Kabupaten Buleleng, Bali ?
1.3. Tujuan Penelitian
3
1. Mengetahui karakteristik reflektan spektral vegetasi cengkeh menggunakan data
satelit Landsat 8 di Kabupaten Buleleng, Bali.
2. Mengetahui nilai NDVI di Kabupaten Buleleng, Bali.
1.4. Manfaat Penelitian
Dapat dipergunakan sebagai bahan pengkayaan ilmu dan teknologi serta dapat
menyediakan informasi mengenai karakteristik spectral reflectance dan NDVI vegetasi
cengkeh di Kabupaten Buleleng, Bali. Disamping itu, juga dapat dipakai sebagai
pedoman dalam membedakan jenis objek vegetasi melalui pola-pola reflektannya..
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Vegetasi Cengkeh
Tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum) merupakan tanaman asli Indonesia yang
berasal dari Maluku Utara (Pulau Makiau). Sebutan dari tanaman yang diambil bunganya
ini sangat beragam, seperti misalnya di Jawa dan Sunda disebut dengan cengkeh, di Bali
disebut wunga lawing atau di Lampung disebut cengkih.
Pada awalnya, cengkeh dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan, akan tetapi dalam
perkembangannya pemanfaatan cengkeh menjadi lebih luas, seperti dimanfaatkan
sebagai bahan baku industri farmasi, kosmetik, parfum, rempah-rempah, dan juga sebagai
bahan baku industri rokok kretek.
Seperti vegetasi lainnya, vegetasi cengkeh mengalami beberapa fase dalam
pertumbuhannya. Setiap fase mempengaruhi kehidupan dan kondisi vegetasi cengkeh.
Untuk cengkeh yang sudah dewasa dan sehat (produktif), sebelum berbunga, saat
berbunga, dan setelah habis dipanen, memberikan penampakan yang berbeda-beda.
Warna hijau akan mendominasi saat sebelum berbunga/berbuah dan umumnya
memberikan penampakan kerapatan yang cukup lebat. Saat berbunga dan siap panen,
warna kemerahan yang akan dominan atau akan terjadi fluktuasi penampakan vegetasi
cengkeh selama semusim.
2.2. Dasar Fisika Penginderaan Jauh
Radiasi elektromagnetik merupakan suatu bentuk perjalanan energi yang
menunjukkan sifat-sifat partikel dan gelombang (Hunt, 1980). Energi elektromagnet
merambat dalam unit diskrit yang disebut quanta atau foton yang menimbulkan sifat-sifat
radiasi elektromagnet partikel. Besarnya energi diekspresikan oleh (C. P Lo, 1995) :
E = h (1)
4
5
yang mana :
E = Energi radiasi (J)
h = Konstanta Planck (6,626 x 10-34 J.s)
= frekuensi
Pada sistem penginderaan jauh, bagian panjang gelombang yang paling sering
digunakan berada pada satu atau beberapa spektrum, mulai dari spektrum tampak,
inframerah reflektan, inframerah termal atau gelombang mikro. Susunan radiasi
elektromagnetik berdasaran panjang gelombang, frekuensi atau energi disebut spektrum
elektromagnetik yang disajikan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Spektrum gelombang elektromagnet (W.G Rees, 2001)
2.3. Karakteristik Reflektan Objek
6
Apabila energi elektromagnet mengenai suatu benda pada permukaan bumi, terdapat
tiga kemungkinan pokok interaksi energi dengan benda, yaitu dipantulkan, diserap dan
ditransmisikan. Sesuai dengan hukum kekekalan energi, maka ketiga jenis interaksi
tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan (Lillesand dan Kiefer, 1990) :
)()()()( TARI EEEE (2)
yang mana :
EI = Energi yang mengenai benda
ER = Energi yang dipantulkan
EA = Energi yang diserap
ET = Energi yang ditransmisi
Pola spektral terbentuk oleh perbedaan kemampuan berbagai material dalam
menyerap, memantulkan, dan memancarkan energi radiasi (Adams, 2006). Reflektan dari
permukaan vegetasi ditentukan oleh beberapa faktor yaitu bentuk daun, morfologi daun,
fisiologi daun, kandungan bahan kimia, jenis tanah, sudut kemiringan matahari dan
kondisi iklim. Karakteristik dari energi yang dipantulkan dan ditransmisi secara garis
besar dapat diterangkan dari reflektan cahaya tampak pada permukaan sel, dimana
dipengaruhi oleh udara yang menghubungkan lapisan palisade dan spongy pada
mesophyll seperti yang terlihat pada Gambar 2.2. Nilai reflektan akan meningkat dengan
bertambahnya jumlah ruang udara antar sel. Hal ini karena energi yang lewat
dihamburkan lebih banyak dari dinding sel yang sangat bias ke ruang udara antar sel yang
kurang bias (Eric C, 1992).
Struktur daun memiliki peranan penting masing-masing, mulai dari bagian atas
epidermis sampai bagian bawah epidermis. Lapisan spongy penting karena dapat
menghamburkan cahaya dalam panjang gelombang dekat inframerah dan bagian bawah
daun lebih banyak menghamburkan cahaya dari pada bagian atas. Bertambah dewasanya
7
daun, maka lapisan spongy lebih banyak yang menyebabkan reflektan pada panjang
gelombang tampak berkurang sebanyak 5 % dan bertambah 15 % pada panjang
gelombang inframerah (Eric C, 1992).
Gambar 2.2 Struktur Daun (Eric C, 1992)
Variasi kandungan dan struktur pada daun tanaman akan memberikan pengaruh yang
berbeda pada frekuensi yang berbeda. Panjang gelombang 0,5 sampai 0,75 m
menunjukkan karakteristik penyerapan oleh pigmen yang sebagian besar diantaranya
klorofil a dan b, karotin dan xanthophyll. Panjang gelombang 0,75 sampai 1,35 m
merupakan bagian yang reflektannya tinggi dan penyerapan rendah yang menunjukkan
perbedaan pada struktur internal daun. Pada panjang gelombang 1,35 sampai 2,5 m,
selain menunjukkan struktur internal daun, juga dapat menunjukkan konsentrasi
kandungan air dalam jaringan (Eric C, 1992).
Karakteristik reflektan spektral dari vegetasi dipengaruhi oleh kandungan pigmen
daun, material organik, air dan karakteristik struktural daun seperti bentuk daun dan luas
daun (Huete and Glenn, 2011). Karakteristik reflektan spectral dari vegetasi dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu pada bagian spektrum tampak (0.4 – 0.7 μm) dan pada bagian
spectrum inframerah dekat / Near Infra Red (0.7 – 1.1 μm).
8
Pada bagian spektrum tampak, vegetasi memiliki nilai reflektan relatif rendah pada
spektrum biru dan merah dengan puncak minor pada spektrum hijau (Mather, 2004).
Reflektan spektral yang rendah pada spektrum biru dan merah disebabkan karena vegetasi
menyerap banyak energi pada kedua spektrum tersebut. Energi pada spektrum tersebut
digunakan untuk aktifitas fotosintesis pada daun (Song, 2011). Jumlah energi yang
terserap pada kedua spektrum tersebut mencapai 70% hingga 90% dari total energi yang
datang ke permukaan daun. Relatif lebih rendahnya reflektan spektral pada spektrum biru
dan merah dibandingkan pada spektrum hijau, memberi efek visualisasi warna hijau pada
daun tersebut. Daun nampak berwarna hijau oleh mata, karena kemampuan mata dalam
menangkap spektrum elektromagnetik berada pada spektrum tampak saja. Reflektan
spektral meningkat secara drastis pada rentangan spektral antara 0.65 hingga 0.76 μm.
Zona rentangan spektral pada pola spektral vegetasi ini disebut dengan istilah titik batas
merah (red edge point).
Menurut Zain (2004), interaksi cahaya dengan objek dalam berbagai bentuk seperti
absorbsi, refleksi dan transmisi memiliki ciri yang berbeda-beda antara satu objek dengan
objek yang lain. Penampakan objek paling banyak dipengaruhi oleh sifat pemantulannya
terhadap cahaya (reflektansi). Dengan memahami sifat reflektansi setiap objek, maka
setiap objek akan dengan mudah dapat dibedakan, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Nilai reflectance untuk beberapa objek (www.cmis.csiro.au)
9
Karakteristik reflektan kenampakan permukaan bumi dapat dikuantifikasikan dengan
mengukur bagian energi yang dipantulkan. Hal ini diukur sebagai fungsi panjang
gelombang yang disebut reflektan spektral (spectral reflectance) dan secara matematik
dinyatakan dengan persamaan (Lillesand dan Kiefer, 1990) :
%100)(
I
R
E
ER (3)
yang mana:
R ( ) = Reflektan spektral
EI = Energi yang mengenai benda
ER = Energi yang dipantulkan
Seperti yang dinyatakan oleh Lillesand dan Kiefer (1990), kebanyakan sistem
penginderaan jauh bekerja pada panjang gelombang reflektan, oleh karena itu
karakteristik reflektan objek di muka bumi sangatlah penting. Nilai reflektan suatu objek
dapat dihitung dengan persamaan (Lillesand dan Kiefer, 1990) :
)()()()( TAIR EEEE (4)
2.4. Karakteristik Data Citra Satelit Landsat 8
Data Landsat merupakan data citra satelit yang dihasilkan oleh satelit Landsat, yaitu
salah satu satelit sumber daya alam yang dikembangkan oleh NASA dan Departemen
Dalam Negeri Amerika Serikat. Landsat 8 yang diluncurkan 11 Februari 2013,
merupakan kelanjutan dari misi Landsat 1 yang untuk pertama kali menjadi satelit
pengamat bumi sejak tahun 1972. Landsat 8 hanya memerlukan waktu 99 menit untuk
mengorbit bumi dengan resolusi temporal 16 hari. Seperti dipublikasikan oleh USGS,
satelit Landsat 8 terbang dengan ketinggian 705 km dari permukaan bumi dan memiliki
area scan seluas 170 km x 183 km.
10
Satelit Landsat 8 memiliki sensor Onboard Operational Land Imager (OLI) dan
Thermal Infrared Sensor (TIRS) dengan jumlah band sebanyak 11 buah. Sembilan band
(band 1 sampai 9) berada pada sensor OLI dan 2 lainnya (band 10 dan 11) pada sensor
TIRS. Sebagian besar band pada Landsat 8 memiliki spesifikasi mirip dengan Landsat 7.
NASA menargetkan satelit Landsat 8 ini mengemban misi selama 5 tahun (sensor OLI
dirancang 5 tahun dan sensor TIRS 3 tahun).
Pada citra satelit multispectral, masing masing piksel mempunyai beberapa nilai
digital sesuai dengan jumlah band yang dimiliki. Untuk citra Landsat 8, masing-masing
piksel mempunyai 11 nilai digital dari 11 band yang dimiliki.
Data citra satelit Landsat dapat ditampilkan secara single band dalam bentuk hitam
dan putih maupun kombinasi 3 band yang dikenal dengan color composite. Karakteristik
interval spektral dan resolusi spasial setiap band Landsat 8 dapat dilihat pada Table 2.1.
Tabel 2.1. Karakteristik Data Citra Satelit Landsat 8
Band Interval Spektral
(m)
Resolusi spasial
(m)
Channel
1 0,433 – 0,453 30 Coastal/Aerosol
2 0,450 – 0,515 30 Blue
3 0,525 – 0,600 30 Green
4 0,630 – 0,680 30 Red
5 0,845 – 0,885 30 NIR
6 1,560 – 1,660 30 SWIR-1
7 2,100 – 2,300 30 SWIR-2
8 0,500 – 0,680 15 Pan
9 1,360 – 1,390 30 Cirrus
10 10,30 – 11,30 100 LWIR-1
11 11,50 – 12,50 100 LWIR-2
Sumber : NASA, ”Landsat Data Continuity Mission Brochure”
(Tahun 2013 dengan modifikasi)
11
Data citra Landsat 8 berisi rekaman nilai spectral reflectance objek-objek vegetasi
direpresentasikan oleh warna (nilai-nilai) piksel. Spectral reflectance merah berada pada
band 4, dengan interval panjang gelombang antara 0,630 sampai 0,680 µm. Sementara
pada band 5 berisi spektrum infra merah dekat (Near Infra Red, NIR) dengan interval
panjang gelombang 0,845 sampai 0,885 µm.
2.5. Analisis Citra Untuk Konversi Nilai Digital Ke Nilai Reflektan
Koreksi-koreksi yang mendasar dari suatu citra satelit adalah koreksi radiometrik dan
geometrik. Konversi nilai reflektan Landsat 8 pada Top On Atmosphere (TOA) dilakukan
dengan menskalakan kembali nilai-nilai piksel (rescalling) menggunakan rumus (USGS,
2013), yaitu :
𝜌𝜆 =𝜌𝜆′
sin(𝜃𝑠𝑒) (5)
𝜌𝜆′ = 𝑀𝜌𝑄𝑐𝑎𝑙 + 𝐴𝜌
yang mana
’ = Reflektan TOA planetary, tanpa koreksi sudut matahari.
Mρ = konstanta rescalling (Reflectance_Multi_Band_X)
Aρ = konstanta penambah (Reflectance_Add_Band_X)
Qcal = nilai piksel (digital number)
θse = sun elevation, nilainya bergantung pada waktu perekaman data citra
2.6. Analisis Vegetasi
Banyak penelitian penggunaan data citra satelit penginderaan jauh untuk memantau
kondisi perkembangan atau pertumbuhan dari suatu vegetasi. Model-model penelitian
seperti ini mengkorelasikan tingkat kehijauan vegetasi (indeks vegetasi) dengan
karakteristik spectral reflectance yang dimiliki oleh vegetasi tersebut. Perbedaan spectral
12
reflectance yang dimiliki oleh vegetasi memungkinkan untuk memetakan suatu jenis
spesies vegetasi (Xie at al, 2008). Vegetasi hijau memiliki spectral reflectance unik yang
dipengaruhi oleh struktur dan komposisi daunnya. Proporsi radiasi dipantulkan dalam
spektrum yang berbeda, tergantung pada keadaan, struktur dan komposisi tanaman. Pada
tanaman sehat dan kanopi padat, radiasi spectral yang dipantulkan lebih banyak pada
spektrum inframerah dekat.
Pada spektrum tampak, tanaman akan menyerap spektrum biru dan merah
sedangkan spektrum hijau relatif lebih banyak dipantulkan. Hal ini disebabkan
keberadaan klorofil. Adanya aktivitas fotosintesis yang tinggi akan menghasilkan
reflektan yang lebih rendah di spektrum merah dan reflektan tinggi di spektrum
inframerah. Fitur interval spektral (0,650 - 0,885 µm) yang unik seperti ini tidak dimiliki
oleh objek lainnya di permukaan bumi dan fitur ini dipergunakan dalam prinsip
perhitungan/ analisis indeks vegetasi.
Menurut Beeri et al., 2007, ciri spektral dari vegetasi pada saat aktif berfotosintesis
dengan yang tidak aktif, menunjukkan perbedaan yang jelas dan dapat dimanfaatkan
untuk memperkirakan kuantitas kehijauan dan kualitas vegetasi.
Prinsip penerapan indeks vegetasi dalam memetakan vegetasi bergantung pada sifat
reflectance dalam NIR dan sifat absorpsi dalam gelombang tampak (Xie at al, 2008).
Indeks vegetasi NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) secara matematis
diekspresikan oleh persamaan (Barbosa at al, 2006) :
𝑁𝐷𝑉𝐼 = (𝑁𝐼𝑅 − 𝑅𝑒𝑑)/(𝑁𝐼𝑅 + 𝑅𝑒𝑑) (6)
yang mana :
NIR (Near Infra Red) adalah band 5
Red adalah band 4.
13
Nilai reflectance gelombang merah pada band 4 bersifat menyerap spektrum
gelombang datang dan pada band 5 reflectance gelombang infra merah bersifat
memantulkan gelombang yang datang. Dengan demikian, ini berarti bahwa pada tanaman
sehat (aktif proses fotosintesis) nilai NDVI akan semakin besar dan sebaliknya semakin
kurang sehatnya tanaman atau semakin rendah tingkat kehijauan tanaman (hijau daun
tidak menutupi seluruh permukaan tanah/ kurang subur), maka nilai NDVI akan semakin
kecil. Penggunaan tingkat kehijauan vegetasi/ indeks vegetasi sering dikorelasikan
dengan produktivitas dari suatu tanaman/ vegetasi.
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali yang secara
geografis terletak pada koordinat 8° 03 ' 40 '' - 8° 23 ' 00 '' LS dan 114° 25 ' 55 ''- 115°
27 ' 28 '' BT. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2015 sampai Desember
2015 dan peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Lokasi Penelitian Kabupaten Buleleng, Bali
Mengingat objek yang terekam dalam data citra satelit penginderaan jauh dominan
diberikan oleh spectral reflectance yang menutupi permukaan bumi, maka ruang lingkup
pengambilan sampel koordinat dipilih titik-titik lokasi pada daerah-daerah yang
cukup homogen vegetasi cengkehnya. Hal ini dimaksudkan supaya spectral reflectance
secara langsung didominasi oleh pengaruh vegetasi cengkeh.
3.2. Bahan dan Instrumen Penelitian
14
15
Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data citra satelit Landsat
8, yaitu band 2, band 3, band 4, band 5, band 6, dan band 7. Instrumen yang dipergunakan
adalah :
1) Laptop Toshiba Satellite M645-S4110 Intel Core i5; 2,4 Ghz; RAM 4 GB
2) Peta tematik, peta topografi
3) Printer dan alat-alat tulis
4) Software IDRISI 16.05 : The Taiga Edition, untuk mengolah citra
5) Peralatan lapangan GPS (Global Positioning System)/ Smart Phone
3.3. Prosedur Penelitian
Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini dimulai dari pengumpulan data-data
kualitatif, pengolahan data awal, survey pengukuran koordinat, mengolah data lanjutan
sampai analisis data yang secara rinci dijelaskan dalam diagram alir penelitian pada
Gambar 3.2. Penelitian ini pada dasarnya dilakukan dengan mengolah data citra Landsat
8 menggunakan software IDRISI 16.05 : The Taiga Edition yang secara garis besar dibagi
dalam 5 tahap, yaitu :
1. Koreksi dan mosaik citra
Citra satelit yang digunakan adalah citra Landsat 8 level 1G, yaitu citra yang telah
terkoreksi secara radiometrik maupun geometrik.
Mengingat rekaman data citra Landsat 8 untuk Kabupaten Buleleng, Bali terdiri
dari 2 scene (path dan row berbeda), maka untuk mendapatkan citra Kabupaten
Buleleng, Bali yang lengkap dan utuh, dilakukan penggabungan ke 2 scene
melalui proses mosaiking. Mosaiking dilakukan terhadap seluruh (ke-6) pasangan
band citra Landsat 8. Untuk mendapatkan citra daerah studi, dilakukan cropping
setiap band citra mosaik dioverlay dengan peta digital daerah studi.
16
2. Pembuatan citra komposit
Pembuatan citra komposit (RGB) yang disusun dari band 6, band 5, dan band 4
dimaksudkan untuk melihat penampakan objek vegetasi (cengkeh) yang lebih
detail, sehingga memudahkan dalam interpretasi visual.
3. Mengukur koordinat vegetasi cengkeh menggunakan GPS di lapangan untuk
kemudian disesuaikan posisinya pada citra Landsat 8, yang mana akan
menunjukkan posisi dari vegetasi cengkeh.
4. Membangun citra NDVI
Citra NDVI dibangun berdasarkan algoritma NDVI menggunakan Persamaan 6.
Identifikasi indeks vegetasi cengkeh diperoleh berdasarkan posisi vegetasi
cengkeh di lapangan.
5. Konversi nilai piksel citra ke nilai reflektan
Konversi nilai reflektan untuk ke-6 band citra Landsat 8 didasarkan pada
perumusan yang dikeluarkan oleh USGS tahun 2013, seperti Persamaan 5.
Nilai reflektan spektral vegetasi cengkeh diukur dengan cara mengukur nilai piksel
citra hasil konversi pada koordinat yang bersesuaian dengan koordinat vegetasi cengkeh
yang diperoleh dari survei lapangan, dikalikan dengan suatu faktor yang dapat
merepresentasikan prosentase reflektan spektral dari nilai piksel.
Diagram alir penelitian disajikan pada Gambar 3.2.
17
Nilai piksel x Faktor
Gambar 3.2. Diagram alir penelitian
2 scene 6 band citra
Landsat 8 Level 1G
Perbaikan Kontras, Filtering
Cropping, citra
daerah studi
Algoritma NDVI
Citra dan nilai indeks
cengkeh (NDVI)
)
Nilai reflectance vegetasi cengkeh
Peta digital
area penelitian
Citra Komposit
RGB 654
Overlay
Interpretasi vegetasi
cengkeh
Koreksi geometrik
Mosaik
Koordinat survei,
Citra resolusi tinggi
Konversi
Reflectance
Nilai piksel vegetasi
cengkeh
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data citra Landsat 8 yang dipergunakan dalam penelitian ini didownload dari
web, yaitu http://earthexplorer.usgs.gov/. Daerah Bali (Kabupaten Buleleng) pada
citra Landsat 8 tercover dalam 2 scene, yaitu :
Scene 1 : Path = 117, Row = 66
Scene 2 : Path = 116, Row = 66
Rekaman data citra yang dipakai adalah rekaman tanggal 5 Mei 2014 untuk
scene 1 dan rekaman tanggal 30 Mei 2014 untuk scene 2. Data ini merupakan data
level 1 G. Pada penelitian ini, koreksi geometrik dilakukan supaya citra mempunyai
referensi koordinat peta Universal Transverse Mercator (UTM). Data citra Landsat
8 untuk band 5 yang dipergunakan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 4.1.
untuk scene 1 dan Gambar 4.2. untuk scene 2.
4.1. Pengolahan Citra
a. Koreksi Geometrik Dan Resample
Koreksi geometrik dan Resample dilakukan untuk memperbaiki posisi objek
pada citra, sehingga sesuai dengan posisi sebenarnya di bumi. Koreksi ini
dilakukan untuk seluruh band citra Landsat 8 dengan metode nearest
neighboor yang mengacu pada 9 titik kontrol sekutu (Ground Control Point,
GCP) dengan menghasilkan total RMS = 0,013490. Titik-titik kontrol sekutu
diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan yang dipadukan dengan data
citra resolusi tinggi (Google Earth). Sistem georeferensinya menggunakan
koordinat UTM pada zona 50
18
19
Gambar 4.1. Citra Landsat 8 band 5 scene 1
Gambar 4.2. Citra Landsat 8 band 5 scene 2
b. Perentangan Kekontrasan
20
Proses ini dilakukan untuk mendapatkan visualisasi yang lebih baik, sehingga
objek yang berbeda pada citra terlihat lebih jelas. Jenis perentangan yang
dipergunakan adalah tipe linear with saturation.
c. Mosaicking
Untuk mendapatkan citra daerah studi yang lengkap (Kabupaten Buleleng )
dilakukan penggabungan scene citra melalui proses mosaik. Citra hasil
mosaicking untuk band 5 disajikan pada Gambar 4.3.
d. Citra Daerah Studi
Untuk membuat citra daerah studi, dilakukan overlay peta digitasi batas daerah
studi (Kabupaten Buleleng) dengan citra hasil mosaik. Hasil citra daerah studi
untuk band 5 disajikan pada Gambar 4.4.
e. Citra Komposit
Transformasi atau pembentukkan citra komposit dilakukan dengan kombinasi
RGB 654. Aspek vegetasi pada citra komposit ini sangat menonjol (warna hijau
terang) dan dipergunakan untuk menganalisis secara visual mengenali objek
vegetasi tanaman cengkeh. Citra komposit RGB 654 disajikan Gambar 4.5.
4.2. Citra Indeks Vegetasi Cengkeh
Tingkat kehijauan vegetasi dapat diukur melalui analisis citra satelit yang
diekspresikan oleh nilai NDVI. Nilai indeks vegetasi dihitung menggunakan
Persamaan 4 yang mana nilainya berkisar antara -1 sampai +1, yang mana nilai -
1 sampai 0 menunjukkan objek non vegetasi dan dari 0 sampai +1 menunjukkan
keberadaan vegetasi. Hasil pengolahan citra menggunakan algoritma NDVI
disajikan pada Gambar 4.6.
21
Gambar 4.3. Citra mosaik band 5
Gambar 4.4. Citra Daerah Studi
Gambar 4.5. Citra komposit RGB 654
Gambar 4.6. Citra NDVI
22
Untuk mengidentifikasi dan mengalisis posisi objek vegetasi cengkeh pada
daerah studi, dipergunakan data posisi/ koordinat hasil survei lapangan, berupa 10
koordinat titik pengamatan (TP) vegetasi cengkeh di lapangan menggunakan
peralatan GPS. Disamping itu, juga mempergunakan bantuan citra resolusi tinggi
dengan memanfaatkan Web GoogleEarth. Data koordinat lapangan hasil survei
sampel vegetasi cengkeh disajikan pada Tabel 4.1 dan hasil indeks vegetasi pada
koordinat yang bersesuaian dan mengindikasikan vegetasi cengkeh disajikan pada
Tabel 4.2.
Tabel 4.1. Data koordinat survei sampel vegetasi cengkeh daerah penelitian
Titik Pengamatan
(TP)
Koordinat (m)
Lintang (X) Bujur(Y)
1 284370 9083666
2 295140 9092876
3 295080 9092700
4 295260 9092336
5 294840 9093986
6 295050 9093055
7 306240 9099837
8 306420 9099475
9 307110 9098875
10 307590 9097255
Tabel 4.2. Data indeks vegetasi cengkeh daerah penelitian
Titik Pengamatan
(TP)
Koordinat (m) Indeks Vegetasi
Cengkeh NDVI X Y
1 284370 9083666 0.7096774
2 295140 9092876 0.6407186
3 295080 9092700 0.6484848
4 295260 9092336 0.6875000
5 294840 9093986 0.6551724
6 295050 9093055 0.6860465
7 306240 9099837 0.7058824
23
8 306420 9099475 0.6546185
9 307110 9098875 0.6363636
10 307590 9097255 0.7051793
Pada tabel 4.2 terlihat bahwa, nilai NDVI yang mengindikasikan vegetasi
cengkeh terendah 0,6363636, tertinggi 0,7096774. Dengan demikian, ini berarti
bahwa pada nilai NDVI rendah (NDVI = 0,6363636) menujukkan kurang sehatnya/
jarangnya kerapatan vegetasi cengkeh dilokasi yang bersangkutan. Atau juga dapat
dikatakan vegetasi cengkeh tidak menutupi seluruh permukaan tanah/ kurang subur.
Pada NDVI tinggi (NDVI = 0,7096774) menunjukkan vegetasi cengkeh dalam
keadaan sehat/ subur, aktif melakukan proses fotosintesis. Citra indeks vegetasi
cengkeh yang dikelompokan kedalam 3 klas disajikan pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7. Citra reklas indeks vegetasi cengkeh dari NDVI
4.3. Nilai Reflektan Vegetasi Cengkeh
Untuk mengukur nilai reflektan vegetasi cengkeh pada setiap band, dilakukan
konversi citra asli dengan menggunakan Persamaan (5). Besarnya nilai reflektan
merupakan nilai piksel pada koordinat yang bersesuaian, Hasil pengukuran nilai
24
piksel vegetasi cengkeh untuk setiap band sesuai dengan titik pengamatan
koordinat survei disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Nilai piksel vegetasi cengkeh berdasarkan titik pengamatan
No. Titik Pengamatan
(TP)
Nilai digital piksel vegetasi cengkeh
Band2 Band3 Band4 Band5 Band6 Band7
1 1 7 54 27 159 111 63
2 2 6 55 30 137 116 74
3 3 4 53 29 136 109 65
4 4 2 69 42 152 141 97
5 5 13 57 30 144 113 66
6 6 2 55 27 145 114 66
7 7 18 66 35 203 128 73
8 8 16 76 43 206 128 75
9 9 16 75 42 189 129 82
10 10 5 75 37 214 129 73
Dari table 4.3 dapat dilihat bahwa nilai piksel pada setiap titik pengamatan
untuk setiap band nilainya bervariasi. Diantara ke-6 band citra, nilai terbesar berada
pada band 5 dan terkecil pada band 1. Profil nilai piksel pada setiap band untuk 10
titik pengamatan disajikan pada Gambar 4.8.
Untuk melihat fluktuasi dan respon reflektan spektral pada setiap band, maka
nilai-nilai digital piksel pada setiap titik pengamatan dikonversi ke nilai yang
mengekspresikan prosentase reflektan spektral piksel-piksel yang bersangkutan.
Nilai-nilai piksel berada pada interval 0 sampai 255. Dengan demikian untuk
mendapatkan prosentase yang merepresentasikan nilai piksel, maka nilai piksel
tersebut dikalikan dengan faktor 1/255 x 100 %. Hasil perhitungan nilai reflektan
spektral untuk setiap band pada titik-titik pengamatan disajikan pada Tabel 4.4.
25
Gambar 4.8. Nilai piksel ke-6 band Landsat 8
Tabel 4.4. Nilai reflektan Spektral Vegetasi Cengkeh
Band Nilai Reflektan Spektral Vegetasi Cengkeh (%)
TP1 TP2 TP3 TP4 TP5 TP6 TP7 TP8 TP9 TP10
2 2.75 2.35 1.57 0.78 5.10 0.78 7.06 6.28 6.27 1.96
3 21.18 21.57 20.78 27.06 22.35 21.57 25.88 29.80 29.41 29.41
4 10.59 11.77 11.37 16.47 11.76 10.59 13.73 16.86 16.47 14.51
5 62.35 53.73 53.33 59.61 56.47 56.86 79.61 80.78 74.12 83.92
6 43.53 45.49 42.75 55.29 44.31 44.71 50.20 50.20 50.59 50.59
7 24.71 29.02 25.49 38.04 25.88 25.88 28.63 29.41 32.16 28.63
Profil karakteristik reflektan spektral vegetasi cengkeh ke-6 band Landsat 8
disajikan Gambar 4.9.
Dari grafik Gambar 4.9 jelas terlihat bahwa, reflektan tertinggi berada pada
band 5 (NIR) dengan panjang gelombang 0,845 sampai 0,885 µm dan terendah
pada band 2 (spektrum biru) dengan panjang gelombang 0,450 sampai 0,515 µm.
0
50
100
150
200
250
BAND2 BAND3 BAND4 BAND5 BAND6 BAND7
Nil
ai P
ikse
l
BAND LANDSAT 8
Profil Nilai Piksel Vegetasi Cengkeh
Ke-6 band Landsat 8
TP 1
TP 2
TP 3
TP 4
TP 5
TP 6
TP 7
TP 8
TP 9
TP 10
26
Ini berarti bahwa, vegetasi memiliki nilai reflektan relatif rendah pada spektrum
biru dan merah dengan puncak minor pada spektrum hijau (Mather, 2004).
Gambar 4.9. Karakteristik Reflektan Spektral Cengkeh ke-6 band Landsat 8
Reflektan spektral yang rendah pada spektrum biru dan merah disebabkan
karena vegetasi menyerap banyak energi pada kedua spektrum tersebut. Energi
pada spektrum ini digunakan untuk aktifitas fotosintesis pada daun (Song, 2011).
Jumlah energi yang terserap pada kedua spektrum tersebut mencapai sekitar 70%
hingga 90% dari total energi yang datang ke permukaan daun. Pada grafik juga jelas
terihat, bahwa variasi kandungan dan struktur pada daun akan memberikan
pengaruh yang berbeda pada frekuensi atau panjang gelombang yang berbeda.
Panjang gelombang 0,450 sampai 0,680 m menunjukkan karakteristik
penyerapan. Penyerapan pada daun cengkeh dilakukan oleh pigmen yang sebagian
besar diantaranya klorofil a dan b, karotin dan xanthophyll. Panjang gelombang
daerah NIR (0,845 sampai 8,85 m) merupakan bagian dengan reflektan tinggi
dan penyerapan rendah. Reflektan spektral pada interval ini (NIR), di atas 50 %
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0.45 0.56 0.66 0.87 1.61 2.3
Ref
lekt
an (
%)
(µm)
Karakteristik Reflektan Spektral Vegetasi Cengkeh
TP1
TP2
TP3
TP4
TP5
TP6
TP7
TP8
TP9
TP10
27
gelombang yang datang dipantulkan. Juga dapat menunjukkan adanya perbedaan
pada struktur internal daun. Pada panjang gelombang 1,560 sampai 2,300 m,
selain menunjukkan struktur internal daun, juga dapat menunjukkan konsentrasi
kandungan air dalam jaringan (Eric C, 1992). Pola-pola spektral seperti ini
merupakan respon reflektan spektral vegetasi cengkeh dengan karakteristik yang
khas, seperti yang disajikan pada Gambar 4.9 di atas.
28
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Prosentase nilai reflektan spektral vegetasi cengkeh di atas 50 % bahkan sampai
90 % ada pada band 5 dan terendah di bawah 10 % pada band 2. Pola-pola
reflektan spektral yang dihasilkan ke-6 band Landsat 8 membentuk suatu
rangkaian karakteristik yang khas yang dapat dibedakan dengan vegetasi lain.
2. Nilai NDVI yang diperoleh, yaitu terendah 0,6407186 tertinggi 0,7096774. Hasil
ini menunjukkan bahwa vegetasi cengkeh yang ada di Kabupaten Buleleng, Bali,
kondisinya cukup sehat dan subur dengan kerapatan sedang.
5.2. Saran
Untuk pengembangan penelitian ini pemanfaan citra satelit yang mempunyai resolusi
lebih tinggi perlu dicoba dan menggunakan algoritma indeks vegetasi yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, J.B., Gillespie, A.R., 2006. Remote Sensing of Landscape with Spectral Images
– A Physical Modeling Approach. Cambridge University Press. New York.
Barbosa, H.A. Huete, A.R. Baethgen, W.E. 2006. A 20-year study of NDVI variability
over the Northeast Region of Brazil. J Arid Environ 67:288–307.
Barrett, Eric C. , Leonard F. Curtis. 1992. Introduction To Environmental Remote
Sensing. Third Edition: Chapman & Hall
Beeri, O. Phillips, R. Hendrickson, J. et al. 2007. Estimating forage quantity and quality
using aerial hyperspectral imagery for northern mixed-grass prairie. Remote
Sensing Environment 110:216–25.
BPS Kab. Buleleng. 2013. Http://bulelengkab.bps.go.id/bpsbuleleng/Publikasi
/2013/statistikpertanian2012/ Diakses pada tanggal 30 Mei 2014.
Elachi, C., Zyl, V.J. 2006. Introduction to the Physic and Techniques of Remote Sensing.
John Willey & Sons Inc.. New Jersey.
Hielkema, J.U. 1990. Operational Satellite Environmental Monitoring For Food Security
By FAO. The ARTEMIS System. FAO Remote Sensing Centre. Rome. Italy.
Huete, A.R, Glenn, E.P., 2011, Remote Sensing of Ecosystem Structure and Function,
Advance in Environtment Remote Sensing, p. 291. CRC Press. Boca Raton.
Lillesand, T. M. , Raph. W. Keifer. 1997. Remote Sensing and Image Interpretation.
Third Edition. New York : John Wiley and Sons.
Lillesand Thomas M., Kiefer Ralph W., Chipman Jonathan W., (2004), Remote Sensing
and Image Interpretation. John Wiley & Sons (Asia), Singapore.
Mather,P.M. 2004. Computer Processing of RemotelySensed Images An Introduction.
John Willey & Sons Inc. Chichster.
Rees, W. G. 2006. Physical Principles Of Remote Sensing. Second Edition. UK:
Cambridge University Press.p.10-13.
Song, C., Gray, J.M., Gao, F. 2011. Remote Sensing of Vegetation with Landsat Imagery.
CRC Press. Boca Raton.
Yuliara. 2015. Identifikasi Distribusi Cengkeh Menggunakan Data Satelit Landsat 8 Di
Kabupaten Buleleng Bali, Laporan Penelitian Dosen Muda : tidak diterbitkan,
Universitas Udayana. Denpasar.