analisis citra landsat 8 untuk identifikasi tanaman

36
Judul Penelitian : Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman Cengkeh di Kabupaten Buleleng Bali Peneliti : I Made Yuliara, S.Si., M.T. JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2014

Upload: others

Post on 01-Nov-2021

30 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

Judul Penelitian :

Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman Cengkeh

di Kabupaten Buleleng Bali

Peneliti :

I Made Yuliara, S.Si., M.T.

JURUSAN FISIKAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA2014

Page 2: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman
Page 3: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

ii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya

penulis dapat menyelesaikan Penelitian Mandiri dengan judul “ Analisis Citra

Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman Cengkeh di Kabupaten Buleleng Bali ”

Dengan hati yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada rekan-rekan dosen yang telah memberikan semangat dan

sumbangan pengetahuan berkaitan dengan penelitian ini.

Harapan penulis semoga penelitian ini dapat menambah cakrawala ilmu

pengetahuan dan akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian ini tak luput dari

kesalahan dan kekurangan, maka dari itu segala koreksi dan saran dari semua pihak

sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan.

Denpasar, 27 Desember 2014

I Made Yuliara

Page 4: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

iii

DAFTAR ISI

Hal

Abstrak iKata Pengantar iiDaftar Isi iiiDaftar Tabel ivDaftar Gambar vBAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ……………………………………………………. 11.2. Rumusan Masalah…………………………………………………. 21.3. Tujuan Penelitian………………………………………………...... 21.4. Manfaat Penelitian……………………………………………......... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1. Tanaman Cengkeh…………….…………………………………… 42.2. Data Satelit Penginderaan Jauh……………………………………. 42.3. Karakteristik Data Satelit Landsat 8………………………………. 52.4. Indeks Vegetasi Dan Distribusi Vegetasi Cengkeh 6

BAB III KERANGKA BERFIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS3.1. Kerangka Berfikir…………………………………………………... 93.2. Kerangka Konsep…………………………………………………… 113.3. Hipotesis……………………………………………………………. 13

Bab IV METODE PENELITIAN4.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian………………………………………. 144.2. Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………. 154.3. Bahan Dan Instrumen Penelitian…………………………………… 154.4. Prosedur Penelitian………………………………………………… 154.5. Analisis Data………………………………………………………. 16

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN5.1. Pengolahan Citra ………..…………………………………………. 195.2. Perhitungan Dan Citra Indeks Vegetasi Cengkeh..………………… 235.3. Distribusi Dan Luas Vegetasi Cengkeh…………………………….. 26

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN6.1. Kesimpulan………………………………………………………… 296.2. Saran……………………………………………………………….. 29

Daftar Pustaka………………………………………………………………………... 30Lampiran……………………………………………………………………………...

Page 5: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

iv

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1 Tabel 1. Karakteristik Data Citra Satelit Landsat 8……........................... 6

2 Tabel 2. Statistik klasifikasi vegetasi non vegetasi…………………......... 23

3 Tabel 3. Data koordinat survei sampel vegetasi cengkeh daerah………...

penelitian

24

4 Tabel 4. Koordinat sampel vegetasi cengkeh berdasarkan NDVI danNRVI…………………………………………………………... 25

5 Tabel 5. Klas kerapatan cengkeh berdasarkan NDVI dan NRVI……….. 25

6 Tabel 6. Luas vegetasi cengkeh menurut katagori kerapatan berdasarkan

NDVI dan NRVI………………………………………… 27

Page 6: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

v

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

1 Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Berpikir Penelitian........................ 10

2 Gambar 2. Diagram Alir Kerangka, Konsep Penelitian........................ 12

3 Gambar 3. Lokasi Penelitian Kabupaten Buleleng, Bali……………… 14

4 Gambar 4. Diagram Alir Penelitian...................................................... 18

5 Gambar 5. Citra Mosaic band 5……………………………………… 21

6 Gambar 6. Citra Daerah Studi………………………………………… 21

7 Gambar 7. Citra Komposit RGB 654…………………………………. 22

8 Gambar 8. Klasifikasi Vegetasi Non Vegetasi……………………….. 23

9 Gambar 9a. Citra NDVI……………………………………………… 24

10 Gambar 9b. Citra NRVI…………………………………………….. 25

11 Gambar 10a. Citra Reklas Indeks Vegetasi Cengkeh Dari NDVI…… 26

12 Gambar 10b. Citra Reklas Indeks Vegetasi Cengkeh Dari NRVI…….. 26

13 Gambar 11a. Distribusi Vegetasi Cengkeh Berdasarkan NDVI……… 27

14 Gambar 11b. Distribusi Vegetasi Cengkeh Berdasarkan NRVI…….... 27

Page 7: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum) merupakan tanaman asli Indonesia yang

berasal dari Maluku Utara (Pulau Makiau). Sampai saat ini, cengkeh banyak

dipergunakan masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Cengkeh juga

merupakan salah satu komoditas ekspor yang diandalkan pemerintah. Pada awalnya

cengkeh dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan, akan tetapi dalam perkembangannya

cengkeh sering dimanfaatkan sebagai bahan baku industri farmasi, kosmetik, parfum,

rempah-rempah, dan juga sebagai bahan baku industri rokok kretek.

Banyaknya manfaat dan kebutuhan cengkeh bagi kehidupan manusia, maka

dipandang perlu untuk mengetahui keberadaan dan luas vegetasi cengkeh, sehingga

produktivitas dapat diestimasi. Pendugaan produktivitas cengkeh selama ini sebagian

besar dilakukan secara manual berdasarkan data lapangan yang dihimpun dari petani

setiap desa atau kecamatan dan juga memerlukan waktu cukup lama. Perbedaan kriteria

penilaian, pendekatan maupun metode yang dipergunakan akan memperoleh hasil yang

berbeda-beda, sehingga akan menyulitkan pengguna informasi dalam pemanfaatannya.

Kabupaten Buleleng memiliki luas wilayah sekitar 1.365,88 Km2 atau 24,25 % dari

luas Propinsi Bali, dan terbagi dalam 9 kecamatan. Kabupaten Buleleng merupakan

penghasil cengkeh terbesar di Bali dan cukup besar di Indonesia. Menurut data statistik

Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng tahun 2012, luas vegetasi cengkeh yang

produktif adalah sekitar 7.007 ha yang diusahakan oleh 10.816 petani. Produktivitas

cengkeh tersebar di seluruh kecamatan kecuali di kecamatan Gerogak.

Dalam era globalisasi informasi, untuk mendukung program pemerintah, terutama

dalam penyediaan data distribusi/ sebaran dan luas vegetasi cengkeh, dituntut kecepatan

Page 8: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

2

dan ketepatan informasi sumber daya pertanian maupun perkebunan yang lebih

kuantitatif. Untuk itu, diperlukan sarana pengumpul data dan informasi sistem distribusi

maupun luas yang lebih akurat, dalam waktu secepat mungkin. Teknologi data satelit

penginderaan jauh merupakan satu-satunya prioritas utama untuk tujuan ini.

Dalam data citra satelit, setiap obyek yang terekam memiliki nilai reflektan panjang

gelombang (spectral reflectance) yang berbeda-beda. Perbedaan spectral reflectance

yang dimiliki oleh obyek vegetasi memungkinkan untuk memetakan suatu spesies

vegetasi (Xie al al, 2008). Dengan melakukan analisis data citra satelit, tingkat kehijauan

vegetasi (indeks vegetasi) dapat dipergunakan sebagai variable untuk

mengidentifikasi distribusi vegetasi cengkeh. Indeks vegetasi mengekspresikan proporsi

nilai spectral reflectance antar band dari data citra satelit.

Terdapat beberapa macam bentuk perumusan algoritma indeks vegetasi diantaranya

adalah NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) dan NRVI (Normalized Ratio

Vegetation Index) yang akan dipergunakan untuk menganalisis data Landsat 8.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah data satelit Landsat 8 mengidentifikasi distribusi vegetasi

cengkeh di Kabupaten Buleleng, Bali dan bagaimanakah tingkat ketelitiannya ?

2. Berapakah luas vegetasi cengkeh yang teridentifikasi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis data satelit Landsat 8 dalam mengidentifikasi vegetasi cengkeh dan

menguji tingkat ketelitiannya

2. Menentukan luas vegetasi cengkeh yang teridentifikasi

Page 9: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

3

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

Dapat dipergunakan sebagai bahan pengkayaan ilmu dan teknologi serta dapat

memberikan informasi keberadaan dan sebaran serta luas vegetasi cengkeh di daerah

kabupaten Buleleng, Bali. Disamping itu, bagi pemerintah Daerah diharapkan dapat

digunakan sebagai salah satu pedoman bahan kajian akademik untuk pengambilan

kebijakan dalam rangka pengembangan daerah perkebunan atau pembuatan Perda

Perlindungan Lahan Pertanian atau Perkebunan.

Page 10: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

4

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Cengkeh

Tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum) merupakan tanaman asli Indonesia yang

berasal dari Maluku Utara (Pulau Makiau). Sebutan dari tanaman yang diambil bunganya

ini sangat beragam, seperti misalnya di Jawa dan Sunda disebut dengan cengkeh, di Bali

disebut wunga lawing atau di Lampung disebut cengkih.

Pada awalnya, cengkeh dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan, akan tetapi dalam

perkembangannya pemanfaatan cengkeh menjadi lebih luas, seperti dimanfaatkan

sebagai bahan baku industri farmasi, kosmetik, parfum, rempah-rempah, dan juga sebagai

bahan baku industri rokok kretek.

2.2 Data Satelit Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek,

daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan

alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau gejala yang dikaji (Lillesand dan

Kiefer, 1997).

Data citra merupakan rekaman visual yang dihasilkan oleh peralatan secara optik dan

elektronik. Citra terdiri dari array 2 dimensi yang dapat diekspresikan dengan suatu

matriks dan setiap elemen matriks disebut dengan piksel (pixel). Kecerahan setiap piksel

mengekspresikan reflektifitas permukaan rata-rata dari elemen permukaan yang

bersesuaian (Elachi dan Jakob, 2006).

Dalam perspektif satelit penginderaan jauh, data citra berisi informasi tentang

obyek-obyek sebagai target yang ada di permukaan bumi yang dideteksi oleh sensor yang

dibawa wahana (platform) satelit mengitari bumi. Obyek yang terekam dalam citra,

Page 11: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

5

mempunyai nilai reflektansi spektral (spectral reflectance) bervariasi yang diekspresikan

oleh nilai piksel dan berkaitan erat dengan karakteristik obyek yang terekam.

2.3 Karakteristik Data Satelit Landsat 8

Data Landsat merupakan data citra satelit yang dihasilkan oleh satelit Landsat, yaitu salah

satu satelit sumber daya alam yang dikembangkan oleh NASA dan Departemen Dalam

Negeri Amerika Serikat. Landsat 8 yang diluncurkan 11 Februari 2013, merupakan

kelanjutan dari misi Landsat 1 yang untuk pertama kali menjadi satelit pengamat

bumi sejak tahun 1972. Landsat 8 hanya memerlukan waktu 99 menit untuk mengorbit

bumi dengan resolusi temporal 16 hari. Seperti dipublikasikan oleh USGS, satelit Landsat

8 terbang dengan ketinggian 705 km dari permukaan bumi dan memiliki area scan seluas

170 km x 183 km.

Satelit Landsat 8 memiliki sensor Onboard Operational Land Imager (OLI) dan

Thermal Infrared Sensor (TIRS) dengan jumlah band sebanyak 11 buah. Sembilan band

(band 1 sampai 9) berada pada sensor OLI dan 2 lainnya (band 10 dan 11) pada sensor

TIRS. Sebagian besar band pada Landsat 8 memiliki spesifikasi mirip dengan Landsat 7.

NASA menargetkan satelit Landsat 8 ini mengemban misi selama 5 tahun (sensor OLI

dirancang 5 tahun dan sensor TIRS 3 tahun).

Pada citra satelit multispectral, masing masing piksel mempunyai beberapa nilai

digital sesuai dengan jumlah band yang dimiliki. Untuk citra Landsat 8, masing-masing

piksel mempunyai 11 nilai digital dari 11 band yang dimiliki.

Data citra satelit Landsat dapat ditampilkan secara single band dalam bentuk hitam

dan putih maupun kombinasi 3 band yang dikenal dengan color composite. Karakteristik

interval spektral dan resolusi spasial setiap band Landsat 8 dapat dilihat pada Table 1.

Page 12: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

6

Tabel 1. Karakteristik Data Citra Satelit Landsat 8

Band Interval

Spektral (m)

Resolusi spasial

(m)

Channel

1 0,433 – 0,453 30 Coastal/Aerosol

2 0,450 – 0,515 30 Blue

3 0,525 – 0,600 30 Green

4 0,630 – 0,680 30 Red

5 0,845 – 0,885 30 NIR

6 1,560 – 1,660 30 SWIR-1

7 2,100 – 2,300 30 SWIR-2

8 0,500 – 0,680 15 Pan

9 1,360 – 1,390 30 Cirrus

10 10,30 – 11,30 100 LWIR-1

11 11,50 – 12,50 100 LWIR-2

Sumber : NASA, ”Landsat Data Continuity Mission Brochure”

(Tahun 2013 dengan modifikasi)

2.4 Indeks Vegetasi Dan Distribusi Vegetasi Cengkeh

Banyak penelitian penggunaan data citra satelit penginderaan jauh untuk memantau

kondisi perkembangan atau pertumbuhan dari suatu vegetasi. Model-model penelitian

seperti ini mengkorelasikan tingkat kehijauan vegetasi (indeks vegetasi) dengan

karakteristik spectral reflectance yang dimiliki oleh vegetasi tersebut. Perbedaan spectral

reflectance yang dimiliki oleh vegetasi memungkinkan untuk memetakan suatu jenis

spesies vegetasi (Xie at al, 2008). Vegetasi hijau memiliki spectral reflectance unik yang

dipengaruhi oleh struktur dan komposisi daunnya. Proporsi radiasi dipantulkan dalam

spektrum yang berbeda, tergantung pada keadaan, struktur dan komposisi tanaman. Pada

tanaman sehat dan kanopi padat, radiasi spectral yang dipantulkan lebih banyak pada

spektrum inframerah dekat.

Page 13: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

7

Pada spektrum tampak, tanaman akan menyerap spektrum biru dan merah sedangkan

spektrum hijau relatif lebih banyak dipantulkan. Hal ini disebabkan keberadaan klorofil.

Adanya aktivitas fotosintesis yang tinggi akan menghasilkan pantulan yang lebih rendah

di spektrum merah dan pantulan tinggi di spektrum inframerah. Fitur interval spektral

(0,650 - 0,885 µm) yang unik seperti ini tidak dimiliki oleh obyek lainnya di permukaan

bumi dan fitur ini dipergunakan dalam prinsip perhitungan indeks vegetasi.

Menurut Beeri et al., 2007, ciri spektral dari vegetasi pada saat aktif berfotosintesis

dengan yang tidak aktif, menunjukkan perbedaan yang jelas dan dapat dimanfaatkan

untuk memperkirakan kuantitas kehijauan dan kualitas vegetasi.

Prinsip penerapan indeks vegetasi dalam memetakan vegetasi bergantung pada sifat

reflectance dalam NIR dan sifat absorpsi dalam gelombang tampak (Xie at al, 2008).

Indeks vegetasi NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) secara matematis

diekspresikan oleh persamaan (Barbosa at al, 2006) := ( − )/( + ) (1)

Dimana :

NIR (Near Infra Red) adalah band 5

Red adalah band 4.

Nilai reflectance gelombang infra merah pada band 5 bersifat menyerap spektrum

gelombang datang dan pada band 4 reflectance gelombang merah bersifat memantulkan

gelombang yang datang. Dengan demikian, ini berarti bahwa pada tanaman sehat (aktif

proses fotosintesis) nilai NDVI akan semakin besar dan sebaliknya semakin kurang

sehatnya tanaman atau semakin rendah tingkat kehijauan tanaman (hijau daun tidak

menutupi seluruh permukaan tanah/ kurang subur), maka nilai NDVI akan semakin kecil.

Page 14: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

8

Indeks vegetasi NRVI (Normalized Ratio Vegetation Index) merupakan modifikasi

dari Ratio Vegetasi Index (RVI) dan diperkenalkan oleh Baret dan Guyot (1991) yang

diekspresikan oleh : = ( − 1)/( + 1) (2)

Penggunaan tingkat kehijauan vegetasi/ indeks vegetasi sering dikorelasikan

dengan produktivitas dari suatu tanaman/ vegetasi. Penelitian yang berkaitan dengan

produktivitas dilakukan oleh Wahyunto at al., 2006, yang menduga produktivitas

tanaman padi sawah melalui analisis citra satelit di pulau Jawa. Murti dan Raharjo (2009),

melakukan penelitian mengenai estimasi produksi tembakau dengan data penginderaan

jauh ASTER VNIR di sebagian Kabupaten Temanggung, Propinsi Jawa Tengah. Rohman

(2002) melakukan penelitian mengenai estimasi produksi teh dengan citra Landsat TM di

sebagian wilayah Kabupaten Bogor, Cianjur, dan Sukabumi Jawa Barat. Nawir (2000)

melakukan penelitan mengenai estimasi produksi cengkeh menggunakan citra

LANDSAT TM di kabupaten Minahasa Sumatra Utara.

Dalam hal ini, pemanfaatan tingkat kehijauan vegetasi/ indeks vegetasi melalui

NDVI dan NRVI yang diturunkan dari data satelit Landsat 8 dipergunakan untuk

mengidentifikasi distribusi/ sebaran vegetasi cengkeh di Kabupaten Buleleng, Bali.

Page 15: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

9

BAB III. KERANGKA BERPIKIR, KONSEP

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Cengkeh merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki potensi

ekonomi yang cukup tinggi. Inventarisasi keberadaan dan luas vegetasi cengkeh

sangat berguna untuk menunjang pendugaan produktivitas cengkeh yang selama ini

sebagian besar dilakukan secara manual, berdasarkan data lapangan yang dihimpun

dari petani setiap desa atau kecamatan yang memerlukan waktu cukup lama.

Metode, pendekatan dan kriteria penilaian yang dipergunakan juga berbeda-beda,

sehingga hasil perhitungannya akan berbeda dan menyulitkan pengguna informasi

dalam pemanfaatannya.

Dalam era globalisasi informasi, terutama dalam penyediaan data untuk

menunjang produktivitas cengkeh, dituntut kecepatan dan ketepatan informasi

sumber daya pertanian. Untuk itu, diperlukan sarana pengumpul data dan informasi

mengenai keberadaan dan luas vegetasi cengkeh yang lebih akurat dan dalam waktu

secepat mungkin. Teknologi satelit penginderaan jauh merupakan satu-satunya

prioritas utama.

Data satelit penginderaan jauh dalam hal ini data citra Landsat 8, yang berisi

rekaman obyek vegetasi cengkeh akan mempunyai perbedaan indeks vegetasi

dibandingkan dengan vegetasi lainnya. Dengan demikian, jika dilakukan

pengolahan, analisis dan interpretasi, baik visual maupun digital dan menonjolkan

Page 16: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

10

aspek tingkat kehijauan vegetasi serta didukung data sekunder, maka dimungkinkan

untuk dapat menentukan keberadaan/ posisi dan luas vegetasi cengkeh.

Untuk verifikasi, dilakukan survei pengambilan data posisi/ koordinat vegetasi

cengkeh di lapangan pada posisi yang bersesuaian antara koordinat di citra dan di

lapangan yang diukur menggunakan alat Global Positioning System (GPS). Setiap

koordinat piksel citra yang terindikasi sebagai vegetasi cengkeh merepresentasikan

posisi vegetasi cengkeh di lapangan dan jumlah piksel dikalikan dengan resolusi

pikselnya merepresentasikan luas dari vegetasi cengkeh daerah yang diteliti.

Diagram alir kerangka berpikir penelitian disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram alir Kerangka Berpikir Penelitian

Informasi penyediaan datapenunjang produktivitascengkeh (kurang akurat,lambat)

PENEMUAN :1. Distribusi vegetasi cengkeh2. Luas vegetasi cengkeh

Data citra Landsat 8Aspek tingkat kehijauan vegetasi

Algoritma NDVI, NRVIGPS

Posisi samplingvegetasi cengkeh

Teknologi satelit PJ : Ketepatan dan kecepatan

data distribusi dan luasvegetasi cengkeh

Page 17: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

11

3.2 Kerangka Konsep

Untuk menunjang pendugaan data produktivitas cengkeh perlu adanya data

distribusi dan luas vegetasi cengkeh. Supaya penyediaan informasi cepat dan akurat,

diperlukan suatu teknologi yang dapat mempercepat dan menambah akurasi

perhitungan produktivitas.

Data citra satelit penginderaan jauh Landsat 8 berisi informasi karakteristik

pantulan panjang gelombang (spectral reflectance) dari obyek-obyek yang ada

dipermukaan bumi. Spectral reflectance direpresentasikan oleh warna/ nilai-nilai

piksel pada data citra.

Data citra satelit penginderaan jauh yang berisi rekaman nilai spectral

reflectance obyek-obyek vegetasi cengkeh direpresentasikan oleh warna (nilai-nilai)

piksel. Dalam data citra Landsat 8, spectral reflectance merah berada pada band 4,

dengan interval panjang gelombang antara 630 sampai 680 nm. Sementara pada

band 5 berisi spektrum infra merah dekat (Near Infra Red, NIR) dengan interval

panjang gelombang 845 sampai 885 nm.

Dengan menggunakan teknologi satelit penginderaan jauh, maka obyek vegetasi

(cengkeh) yang terekam dalam data citra, memungkinan untuk mengetahui

keberadaan dan kondisi vegetasi cengkeh. Melalui pengolahan tingkat kehijauan

vegetasi (NDVI, NRVI), pembentukan warna komposit, kemudian diinterpretasi

secara visual maupun digital, akan memperkuat dan menambah informasi mengenai

keberadaan dan kondisi tanaman cengkeh.

Data satelit penginderaan jauh dalam hal ini data citra Landsat 8, yang berisi

rekaman obyek vegetasi cengkeh akan mempunyai perbedaan indeks vegetasi

Page 18: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

12

dibandingkan dengan vegetasi lainnya. Dengan demikian, jika dilakukan

pengolahan, analisis dan interpretasi, baik visual maupun digital dan menonjolkan

aspek tingkat kehijauan vegetasi serta didukung data sekunder, maka dimungkinkan

untuk dapat menentukan keberadaan/ posisi dan luas vegetasi cengkeh.

Untuk verifikasi, dilakukan survei pengambilan data posisi/ koordinat vegetasi

cengkeh di lapangan pada posisi yang bersesuaian antara koordinat di citra dan di

lapangan yang diukur menggunakan alat Global Positioning System (GPS). Setiap

koordinat piksel citra yang terindikasi sebagai vegetasi cengkeh merepresentasikan

posisi vegetasi cengkeh di lapangan dan jumlah piksel dikalikan dengan resolusi

pikselnya merepresentasikan luas dari vegetasi cengkeh daerah yang diteliti.

Diagram alir kerangka konsep penelitian disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram alir Kerangka Konsep Penelitian

Pengolahan data citra, aspekNDVI, NRVI, warna komposit,dan interpretasi. Identifikasi posisi cengkeh

FAKTA :Informasi penyediaan datapenunjang produktivitascengkeh (kurang akurat,lambat)

PENEMUAN :1. Distribusi vegetasi cengkeh2. Luas vegetasi cengkeh

FAKTA :Data citra Landsat 8

Spectral reflectance obyekdiekspresikan oleh nilai piksel

GPS Posisi samplingvegetasi cengkeh

Page 19: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

13

3.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Tingkat ketelitian data citra Landsat 8 untuk mengidentifikasi distribusi cengkeh

secara analisis statistik dapat diterima dengan tingkat ketelitian keseluruhan

(overall accuracy) > 75 %.

Page 20: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

14

BAB IV. METODE PENELITIAN

Variabel dalam penelitian ini adalah perbandingan nilai spectral reflectance antar

band dari data satelit Landsat 8 yang mengekspresikan tingkat kehijauan/ indeks vegetasi

cengkeh yang dihitung berdasarkan algoritma NDVI dan NRVI. Penelitian ini dirancang

menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Pengambilan data secara kuantitatif

berupa posisi/ koordinat vegetasi cengkeh yang didapat melalui survey lapangan dengan

alat GPS (Global Positioning System). Pengumpulan data secara kualitatif dilakukan

dengan mengumpulkan data citra satelit Landsat 8, peta topografi dan peta tematik.

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali yang secara

geografis terletak pada koordinat 8° 03 ' 40 '' - 8° 23 ' 00 '' LS dan 114° 25 ' 55 ''- 115°

27 ' 28 '' BT. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai Desember

2014 Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Lokasi Penelitian Kabupaten Buleleng, Bali

Page 21: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

15

Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini dimulai dari pengumpulan data-data

kualitatif, pengolahan data awal, survey pengukuran koordinat, mengolah data lanjutan

sampai analisis data yang secara rinci dijelaskan dalam diagram alir penelitian pada

Gambar 4.

4.2 Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat obyek yang terekam dalam data citra satelit penginderaan jauh dominan

diberikan oleh spectral reflectance yang menutupi permukaan bumi, maka ruang lingkup

pengambilan sampel dipilih titik-titik koordinat daerah-daerah yang cukup homogen

vegetasi cengkehnya. Hal ini dimaksudkan supaya spectral reflectance secara langsung

didominasi oleh pengaruh vegetasi cengkeh.

4.3 Bahan dan Instrumen Penelitian

Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data citra satelit Landsat

8, yaitu band 2, band 3, band 4, band 5, band 6 dan band 7. Instrumen yang dipergunakan

adalah :

1) Laptop Toshiba Satellite M645-S4110 Intel Core i5; 2,4 Ghz; RAM 4 GB

2) Peta tematik, peta topografi

3) Printer dan alat-alat tulis

4) Software IDRISI 16.03 : The Taiga Edition, untuk mengolah citra

5) Peralatan lapangan GPS (Global Positioning System)/ Smart Phone

4.4 Prosedur Penelitian

Page 22: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

16

Penelitian ini pada dasarnya dilakukan dengan mengolah data citra Landsat 8

menggunakan software IDRISI 16.03 : The Taiga Edition yang secara garis besar dibagi

dalam 4 tahap, yaitu :

1. Koreksi dan mosaic citra

Citra satelit yang digunakan adalah citra Landsat 8 level 1G, yaitu citra yang telah

terkoreksi secara radiometrik maupun geometric. Koreksi nilai reflektan untuk

seluruh band citra Landsat 8 berdasarkan perumusan yang dikeluarkan oleh USGS

tahun 2013. Perbaikan kekontrasan dilakukan untuk masing-masing band dengan

menerapkan beberapa metode yang tersedia pada software IDRISI 16.03 : The

Taiga Edition. Hasil visual terbaik yang tidak mempengaruhi nilai citra original

dipakai untuk analisis dan perhitungan lebih lanjut.

Mengingat rekaman data citra Landsat 8 untuk Kabupaten Buleleng, Bali terdiri

dari 2 scene (path dan row berbeda), maka untuk mendapatkan data citra

Kabupaten Buleleng, Bali yang lengkap dan utuh, dilakukan penggabungan ke 2

scene tersebut melalui proses mosicking. Mosaicking dilakukan terhadap seluruh

(ke-6) pasangan band citra Landsat 8. Untuk mendapatkan citra daerah studi,

dilakukan cropping setiap band citra mosaic dioverlay dengan peta digital daerah

studi. Citra komposit (RGB), disusun dari band 654 yang memiliki kekontrasan

terbaik.

2. Klasifikasi vegetasi non vegetasi

Penentuan klas vegetasi dan non vegetasi didasari oleh citra RGB 654. Dalam

interpretasi visual dibantu oleh citra resolusi tinggi (google earth) dan proses

klasifikasi menggunakan metode maximum likelihood.

3. Membangun citra tingkat kehijauan vegetasi

Page 23: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

17

Citra tingkat kehijauan vegetasi dibangun berdasarkan algoritma NDVI dan

NRVI menggunakan Persamaan 1 dan 2. Identifikasi indeks vegetasi cengkeh

diperoleh berdasarkan posisi vegetasi cengkeh yang diperoleh dari bantuan citra

resolusi tinggi (google earth ) dan pengukuran langsung dengan GPS. Setiap

piksel pada citra NDVI dan NRVI yang terindikasi sebagai vegetasi cengkeh

dipakai sebagai dasar untuk klasifikasi dalam menentukan distribusi/ sebaran dan

luas dari vegetasi cengkeh.

4. Menentukan distribusi dan luas vegetasi cengkeh

Untuk mendapatkan katagori kerapatan, yaitu rapat, sedang dan lebat dilakukan

cross tabulation citra indeks vegetasi baik NDVI maupun NRVI dengan citra hasil

klasifikasi vegetasi non vegetasi.

Luas vegetasi cengkeh dapat dihitung dari perkalian resolusi piksel dengan

jumlah piksel yang terindikasi sebagai vegetasi cengkeh yang prosedurnya

tersedia dalam software IDRISI 16.03 : The Taiga Edition.

4.4 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan membandingkan kedua citra hasil distribusi dan luas

vegetasi cengkeh yang dibangun berdasarkan algoritma NDVI dan NRVI. Secara analisis

statistik, dilakukan pengujian tingkat ketelitian data satelit Landsat 8 dalam

mengidentifikasi distribusi vegetasi cengkeh.

Page 24: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

18

Gambar 4. Diagram alir penelitian

2 scene 6 band citraLandsat 8 Level 1G

Perbaikan Kontras, Filtering

Cropping, citradaerah studi

Algoritma NDVI dan NRVI

Citra indeks cengkeh(NDVI dan NRVI)

Citra distribusi vegetasi cengkeh (NDVI, NRVI)

Informasi spasial distribusi dan luas vegetasi cengkeh (NDVI, NRVI)

Peta digitalarea penelitian

Citra KompositRGB 654

Overlay

Klasifikasi citra

Citra vegetasi nonvegetasi

Overlay

Interpretasi, identifikasiindeks vegetasi cengkeh

CrossTabulation

Koreksi reflektan, geometrik

Mosaic

Data koordinatsurvey (GPS), Citra

resolusi tinggi

Page 25: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

19

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk mendapatkan hasil distribusi dan luas vegetasi cengkeh, dilakukan

pengolahan terhadap data citra satelit Landsat 8 level 1G. Daerah Bali

(Kabupaten Buleleng) pada citra Landsat 8, tercover dalam 2 scene, yaitu :

Scene 1 : Path = 117, Row = 66

Scene 2 : Path = 116, Row = 66

Rekaman data citra yang dipakai dalam penelitian ini adalah rekaman tanggal

5 Mei 2014 untuk scene 1 dan rekaman tanggal 3 Nopember 2014 untuk scene 2.

Pada dasarnya data ini sudah terkoreksi secara radiometrik dan geometrik, akan

tetapi pada penelitian ini dilakukan koreksi nilai reflektan pada Top On

Atmosphere (TOA) untuk menskalakan kembali nilai-nilai piksel (rescalling).

Koreksi geometrik juga akan dilakukan supaya citra mempunyai referensi

koordinat peta Universal Transverse Mercator (UTM).

5.1 Pengolahan Citra

a. Koreksi Nilai Reflektan

Pada citra Landsat 8, koreksi nilai reflektan dilakukan dengan rescalling nilai

piksel menggunakan rumus (USGS, 2013) :

= ( )= +Dimana Mρ = konstanta rescalling (Reflectance_Multi_Band_X)

Aρ = konstanta penambah (Reflectance_Add_Band_X)

Page 26: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

20

Qcal = nilai piksel (digital number)

θse = sun elevation (=53,22614231 untuk rekaman 5 Mei 2014 dan

66,02747708 untuk rekaman 3 Nopember 2013)

b. Resample Dan Koreksi Geometrik

Resample dan Koreksi geometrik dilakukan untuk memperbaiki posisi obyek

pada citra, sehingga sesuai dengan posisi sebenarnya di bumi. Koreksi ini

dilakukan untuk seluruh (ke-6) band citra Landsat 8 dengan metode nearest

neighboor yang mengacu pada 9 titik kontrol sekutu (Ground Control Point,

GCP) dengan total RMS = 0,013490. Titik-titik kontrol sekutu diperoleh dari

pengukuran langsung di lapangan yang dipadukan dengan data dari citra

resolusi tinggi (Google Earth). Sistem georeferensinya menggunakan

koordinat UTM pada zona 50

c. Perentangan Kekontrasan

Proses ini dilakukan untuk mendapatkan visualisasi yang lebih baik, sehingga

obyek yang berbeda terlihat lebih jelas. Jenis perentangan yang dipergunakan

adalah tipe linear with saturation.

d. Mosaicking

Untuk mendapatkan citra yang lengkap daerah Kabupaten Buleleng dilakukan

penggabungan scene citra melalui proses mosaic.

Citra hasil mosaicking untuk band 5 disajikan pada Gambar 5.

Page 27: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

21

Gambar 5. Citra mosaic band 5

e. Citra Daerah Studi

Untuk membuat citra daerah studi, dilakukan overlay peta digitasi batas

daerah studi (Kabupaten Buleleng) dengan citra hasil mosaic. Hasil citra

daerah studi untuk band 5 disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Citra Daerah Studi

f. Citra Komposit

Transformasi atau pembentukkan citra komposit dilakukan dengan kombinasi

RGB 654. Aspek vegetasi pada citra komposit ini sangat menonjol (warna

Page 28: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

22

hijau terang) dan dipergunakan untuk menganalisis secara visual, mengenali

obyek vegetasi tanaman cengkeh di citra. Disamping itu citra ini juga

dipergunakan sebagai dasar pembuatan training area untuk proses klasifikasi.

Citra komposit RGB 654 disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Citra komposit RGB 654

g. Klasifikasi

Klasifikasi citra diawali dengan pembuatan training area untuk 2 ID, yaitu :

ID 1 : Vegetasi

ID 2 : Non Vegetasi

Selanjutnya dilakukan pembuatan signature file sistem informasi geografis,

yang melibatkan ke-6 band citra, setelah itu dilakukan proses klasifikasi

untuk menentukan klas vegetasi dan non vegetasi. Klasifikasi dilakukan

menggunakan metode maximum likelihood dan hasilnya disajikan pada

Gambar 8 dan perhitungan statistik hasil klasifikasi disajikan pada Tabel 2.

Page 29: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

23

Gambar 8. Klasifikasi vegetasi non vegetasi

Tabel 2. Statistik klasifikasi vegetasi – non vegetasi

Klas Batas Bawah Batas Atas FrekuensiVegetasi 1 2 705024Non Vegetasi 0 1 4081736

Rata-rata = 0,147

Standar Deviasi = 0,354

N (Jumlah Piksel) = 4786760

5.2. Perhitungan Dan Citra Indeks Vegetasi Cengkeh

Tingkat kehijauan vegetasi dapat diukur melalui analisis citra satelit yang

diekspresikan oleh nilai NDVI dan NRVI. Nilai ini dihitung menggunakan

Persamaan 1 dan 2. Nilai NDVI berkisar antara -1 sampai +1, yang mana nilai

-1 sampai 0 menunjukkan obyek non vegetasi dan dari 0 sampai +1 menunjukkan

keberadaan vegetasi. Nilai NRVI yang diperoleh berkisar antara -1 sampai +1.

Nilai -1 menuju 0 menunjukkan obyek vegetasi dan dari 0 ke +1 menunjukkan

non vegetasi. Hasil pengolahan citra NDVI dan NRVI disajikan pada Gambar 9a

dan 9b.

Page 30: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

24

Gambar 9a. Citra NDVI

Gambar 9b. Citra NRVI

Untuk melihat dan mengalisis posisi obyek vegetasi cengkeh pada daerah

studi, dipergunakan bantuan citra resolusi tinggi dengan memanfaatkan Web

GoogleEarth. Disamping itu, pada penelitian ini juga diambil 10 titik koordinat

sampel (STA) tanaman cengkeh di lapangan menggunakan peralatan GPS. Data

hasil koordinat lapangan hasil survey di sajikan pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Data koordinat survei sampel vegetasi cengkeh daerah penelitian

STAKoordinat (m)

Lintang (X) Bujur(Y)1 284370 90836662 295140 90928763 295080 90927004 295260 90923365 294840 90939866 295050 90930557 306240 90998378 306420 90994759 307110 909887510 307590 9097255

Page 31: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

25

Hasil analisis nilai indeks vegetasi cengkeh pada citra NDVI dan NRVI

yang didasari oleh 10 titik koordinat sesuai dengan data Tabel 3, yang

mengindikasikan sampel vegetasi cengkeh disajikan pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Koordinat sampel vegetasi cengkeh berdasarkan NDVI dan NRVI.

STAKoordinat (m) Indeks Vegetasi CengkehX Y NDVI NRVI

1 284370 9083666 0.7096774 -0.70967742 295140 9092876 0.6407186 -0.64071863 295080 9092700 0.6484848 -0.66897414 295260 9092336 0.6875000 -0.68750005 294840 9093986 0.6551724 -0.65517246 295050 9093055 0.6860465 -0.68604657 306240 9099837 0.7058824 -0.70588248 306420 9099475 0.6546185 -0.65461859 307110 9098875 0.6363636 -0.636363610 307590 9097255 0.7051793 -0.7051793

Pada tabel 4 terlihat bahwa, nilai NDVI yang mengindikasikan vegetasi

cengkeh terendah adalah 0,6363636, tertinggi 0,7096774 dan nilai NRVI yang

mengindikasikan vegetasi cengkeh terendah adalah -0.7096774 dan tertinggi

-0.6363636. Interval nilai NDVI dan NRVI berdasarkan tingkat kehijauan/

kerapatan vegetasi cengkeh diklasifikasikan ke dalam 3 klas. Untuk mendapatkan

nilai positif dari indeks kehijauan NRVI, maka citra NRVI yang terbangun

dikalikan dengan scalar, yaitu -1 dan hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.

Tabel 5. Klas kerapatan cengkeh berdasarkan NDVI dan NRVI

Kelas Nilai NDVI Nilai NRVI Kerapatan cengkeh1 0,630 – 0,657 0,632 – 0,639 Jarang2 0,657 – 0,684 0,639 – 0,695 Sedang3 0,684 – 0,710 0,695 – 0,717 Lebat

Citra klasifikasi berdasarkan kerapatan jarang, sedang dan lebat dari citra

NDVI dan NRVI disajikan pada Gambar 10a dan 10b.

Page 32: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

26

Gambar 10a. Citra reklas indeks vegetasi cengkeh dari NDVI

Gambar 10b. Citra reklas indeks vegetasi dari NRVI

5.3 Distribusi Dan Luas Vegetasi Cengkeh

Untuk menentukan distribusi atau sebaran vegetasi cengkeh dilakukan cross

tabulation (CROSSTAB) antara citra hasil klasifikasi vegetasi, non vegetasi

dengan citra reklasifikasi indeks vegetasi cengkeh yang diturunkan dari NDVI dan

NRVI. Jenis analisis yang dipakai adalah hard classification. Informasi spasial

distribusi cengkeh berdasarkan indeks cengkeh NDVI dan NRVI diisajikan pada

Gambar 11a dan 11b.

Page 33: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

27

Gambar 11a. Distribusi Vegetasi Cengkeh berdasarkan NDVI

Gambar 11b. Distribusi Vegetasi Cengkeh Berdasarkan NRVI

Secara visual, hasil distribusi vegetasi cengkeh yang dibangun dengan

NDVI dan NRVI jelas terlihat tidak sama. Hal ini karena algoritme pada NDVI

berbeda dengan NRVI. Kedua hasil algoritme ini memberikan hasil luasan

vegetasi cengkeh dengan selisih, yaitu 103,59 ha.

Hasil perhitungan luas vegetasi cengkeh berdasarkan algoritme NDVI dan

NRVI disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Luas vegetasi cengkeh menurut katagori

kerapatan berdasarkan NDVI dan NRVI

No. Katagori kerapatan Luas (ha)NDVI NRVI

1 Jarang 3258,90 324,812 Sedang 3835,62 8145,273 Lebat 3355,83 1876,32

Jumlah 10450,35 10346,40

Page 34: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

28

Dari table 6 dapat dilihat bahwa, selisih untuk masing-masing katagori

kerapatan, yaitu jarang adalah 2934,09 ha, sedang adalah 4309,65 ha, lebat adalah

1479,51 ha. Perbedaan nilai-nilai ini disebabkan oleh adanya penyeleksian piksel-

piksel dalam pengelompokan klas-klas katagori kerapatan. Dari analisis ini dapat

dikatakan bahwa luas vegetasi cengkeh yang diturunkan dari NDVI maupun

NRVI didominasi oleh katagori kerapatan sedang.

Dari data statistik tahun 2012 Pemda Kabupaten Buleleng, bahwa luas

tanaman cengkeh yang menghasilkan adalah 7007 ha. Jika dibandingkan dengan

luas vegetasi cengkeh yang diperoleh dalam penelitian ini, terdapat selisih

3443,35 ha untuk NDVI dan 3399,40 ha untuk NRVI. Perbedaan nilai-nilai ini

disebabkan oleh data yang diproses dalam penelitian ini merupakan data

keberadaan vegetasi cengkeh secara keseluruhan (yang menghasilkan dan yang

belum/tidak menghasilkan). Dari analisis ini berarti bahwa, terdapat luas rata-rata

3421,375 ha vegetasi cengkeh yang belum/ tidak menghasilkan.

Page 35: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

29

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Distribusi vegetasi cengkeh di Kabupaten Buleleng dapat ditentukan

dengan citra penginderaan jauh Landsat 8 melalui penurunan indeks

kehijauan vegetasi NDVI dan NRVI yang disajikan dalam bentuk

informasi spasial.

2. Luas vegetasi cengkeh di kabupaten Buleleng berdasarkan algoritma

NDVI adalah 10450,35 Ha dan berdasarkan algoritma NRVI adalah

10346,40 Ha.

6.2 Saran

Untuk pengembangan penelitian ini, disarankan menggunakan jenis citra

resolusi lebih tinggi agar menghasilkan klasifikasi lebih detail, sehingga obyek

vegetasi non cengkeh yang ikut pada proses klasifikasi dapat diminimalisasi.

Page 36: Analisis Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Tanaman

30

DAFTAR PUSTAKA

Barbosa, H.A. Huete, A.R. Baethgen, W.E. 2006. A 20-year study of NDVI variability

over the Northeast Region of Brazil. J Arid Environ 67:288–307.

Barrett, Eric C. , Leonard F. Curtis. 1992. Introduction To Environmental Remote

Sensing. Third Edition: Chapman & Hall

Beeri, O. Phillips, R. Hendrickson, J. et al. 2007. Estimating forage quantity and

quality using aerial hyperspectral imagery for northern mixed-grass prairie.

Remote Sensing Environment 110:216–25.

BPS Kab. Buleleng. 2013. Http://bulelengkab.bps.go.id/bpsbuleleng/Publikasi

/2013/statistikpertanian2012/ Diakses pada tanggal 30 Mei 2014.

Hielkema, J.U. 1990. Operational Satellite Environmental Monitoring For Food

Security By FAO. The ARTEMIS System. FAO Remote Sensing Centre. Rome.

Italy.

Lillesand, T. M. , Raph. W. Keifer. 1997. Remote Sensing and Image Interpretation.

Third Edition. New York : John Wiley and Sons.

Lillesand Thomas M., Kiefer Ralph W., Chipman Jonathan W., (2004), RemoteSensing and Image Interpretation. John Wiley & Sons (Asia), Singapore.

Rees, W. G. 2006. Physical Principles Of Remote Sensing. Second Edition. UK:

Cambridge University Press.p.10-13.

Murti , S.H., T. Raharjo. 2009. Estimasi Produksi Tembakau Berdasarkan

Pengolahan Citra Digital ASTER VNIR di Sebagian Kabupaten Temanggung

Provinsi Jawa Tengah. Prosiding Simposium Nasional Geoinformasi I.

PUSPICS UGM-BAKOSURTANAL. Yogyakarta. pp. 207-213

Wahyunto, Widagdo, dan Heryanto, B., 2006. Pendugaan Produktivitas Tanaman

Padi Sawah Melalui Analisis Citra Satelit. Informatika Pertanian. Vol. 15. pp.

853- 869.

Xie, Y., Zongyao, S. Mei, Y. 2008. Remote Sensing Imagery In Vegetation Mapping

: a review. J Plant Ecology 1 : 9-23.