penelitian cherax di tabanan, bali

18
1 Kajian Sistem Produksi Budidaya Red-claw (Cherax sp.) dalam Mendukung Program Revitalisasi Perikanan. Oleh : Lies Emmawati Hadie*, Wartono Hadie*, Ketut Sugama*, Nurbakti Listyanto*, dan Yayan Hikmayani** ABSTRAK Kajian dilakukan terhadap sistem produksi budidaya red-claw yang mencakup variabel teknis dan sosial ekonomi. Dalam kegiatan ini diuji sistem produksi benih secara out- door dan in-door. Sarana yang digunakan dalam perbenihan secara indoor adalah akuarium yang berjumlah 24 buah dengan ukuran 40x30x80 cm. Sistem perbenihan secara out-door dilakukan di kolam tanah berdinding beton dengan luas kolam 300 m 2 . Kajian sosial-ekonomi dilakukan dengan metode PRA, pengumpulan data dan informasi dari hasil penelitian serta melalui survey. Analisis data meliputi analisis deskriptif terhadap status pasar dan kendala dalam pemasaran. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa sistem perbenihan red-claw dapat dilakukan secara in-door dan out-door. Sistem in-door hanya memerlukan investasi yang relatif kecil, dan sistem out-door dapat diaplikasikan untuk wilayah yang memiliki kualitas air yang memadai. Key words : production system, red-claw, socio-economic Abstract : Assessment of Production System for Red-claw Culture to Support the Fisheries Revitalization Programme. By:Lies Emmawati Hadie*, Wartono Hadie*,Ketut Sugama*, Nurbakti Listyanto*, and Yayan Hikmayani** Assessment was conducted production system of red-claw that to cover the variable of technical and socio-economic. The activities were examined the production system by in-door and out-door. The facilities were used some aquaria in size 40x30x80 cm to the amount of 24 for in-door system. Out-door system were conducted in earthen ponds with concrete wall in size 300 m2. Assessment of socio-economic was condected to PRA methode, data collection and information from research and survey. Data analysis to enclose descriptive analysis to market status and problems in marketing. Result of the assessment indicated that low investmen to in-door system, and out-door system could be applicated for area that they have a good quality. *Peneliti pada Pusat Riset Perikanan Budidaya ** Peneliti pada Balai Besar Sosial Ekonomi Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Upload: agus-rochdianto

Post on 29-May-2015

257 views

Category:

Science


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penelitian Cherax di Tabanan, Bali

1

Kajian Sistem Produksi Budidaya Red-claw (Cherax sp.) dalam Mendukung Program Revitalisasi Perikanan.

Oleh : Lies Emmawati Hadie*, Wartono Hadie*, Ketut Sugama*,

Nurbakti Listyanto*, dan Yayan Hikmayani** ABSTRAK Kajian dilakukan terhadap sistem produksi budidaya red-claw yang mencakup variabel teknis dan sosial ekonomi. Dalam kegiatan ini diuji sistem produksi benih secara out-door dan in-door. Sarana yang digunakan dalam perbenihan secara indoor adalah akuarium yang berjumlah 24 buah dengan ukuran 40x30x80 cm. Sistem perbenihan secara out-door dilakukan di kolam tanah berdinding beton dengan luas kolam 300 m2. Kajian sosial-ekonomi dilakukan dengan metode PRA, pengumpulan data dan informasi dari hasil penelitian serta melalui survey. Analisis data meliputi analisis deskriptif terhadap status pasar dan kendala dalam pemasaran. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa sistem perbenihan red-claw dapat dilakukan secara in-door dan out-door. Sistem in-door hanya memerlukan investasi yang relatif kecil, dan sistem out-door dapat diaplikasikan untuk wilayah yang memiliki kualitas air yang memadai. Key words : production system, red-claw, socio-economic Abstract : Assessment of Production System for Red-claw Culture to Support the Fisheries Revitalization Programme. By:Lies Emmawati Hadie*, Wartono Hadie*,Ketut Sugama*, Nurbakti Listyanto*, and Yayan Hikmayani** Assessment was conducted production system of red-claw that to cover the variable of technical and socio-economic. The activities were examined the production system by in-door and out-door. The facilities were used some aquaria in size 40x30x80 cm to the amount of 24 for in-door system. Out-door system were conducted in earthen ponds with concrete wall in size 300 m2. Assessment of socio-economic was condected to PRA methode, data collection and information from research and survey. Data analysis to enclose descriptive analysis to market status and problems in marketing. Result of the assessment indicated that low investmen to in-door system, and out-door system could be applicated for area that they have a good quality. *Peneliti pada Pusat Riset Perikanan Budidaya ** Peneliti pada Balai Besar Sosial Ekonomi

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 2: Penelitian Cherax di Tabanan, Bali

2

PENDAHULUAN

Negara Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

hayati tertinggi di dunia yaitu pada urutan kedua setelah Brasilia. Salah satu hal yang

menarik adalah keanekaragaman ikan mencapai 37 % dari total jenis ikan di dunia

( Primack et al, 1998). Kekayaan berbagai jenis ikan ini merupakan sumberdaya

penting bagian kehidupan sosial-ekonomi dan kebudayaan masyarakat Indonesia

maupun bagi masyarakat secara keseluruhan . Diperkirakan sekitar 40 juta orang

Indonesia yang hidupnya ditopang langsung oleh keanekaragaman hayati, yaitu dengan

menggantungkan hidupnya pada hutan, sumberdaya pesisir dan laut maupun pertanian.

Masyarakat menggunakan lebih dari 6000 spesies tanaman dan hewan dalam

menopang kehidupan sehari-hari. Bagi negara, keanekaragaman hayati adalah

sumberdaya yang mempunyai arti ekonomi penting. Sektor perikanan Indonesia

menyumbangkan sekitar US$ 1.570.353.000 pada tahun 2002 (Direktorat Jenderal

Perikanan, 2002).

Berdasarkan uraian tersebut diatas, semakin jelas peran penting

keanekaragaman hayati, sehingga upaya konservasinya menjadi agenda penting untuk

di antisipasi. Dalam upaya melestarikan sumberdaya perikanan, maka kehadiran jenis

ikan introduksi memerlukan pengaturan – pengaturan yang bersifat kebijakan.

Dewasa ini telah berkembang pembudidayaan jenis lobster air tawar yang di

impor dari Australia. Jenis tersebut adalah Cherax quadricarinatus yang dikenal

sebagai red-claw karena capitnya yang berwarna merah. Jenis ini memiliki potensi pasar

yang baik, karena dapat dikonsumsi sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai lobster hias.

Ciri-ciri morfologis lobster air tawar ini adalah warna tubuhnya hijau kemerahan dan

warna dasar bagian atas capit berupa garis merah (Aliah et al, 1983; Atema & Cobbs,

1986 ; Brummet & Alon, 1994; Rouse & Kahn, 1998 ) . Budidaya red-claw sudah

berkembang lama di beberapa negara seperti Australia, Selandia Baru, Amerika, Eropa.

Di Indonesia sendiri budidaya lobster air tawar baru ramai sejak tahun 2002. Dari

potensi yang ada, Indonesia memiliki jenis lobster yang hidup di perairan sungai Baliem

di pedalaman Papua. Jenis lobster air tawar tersebut yaitu C. lorentzi,C. monticola dan

black tiger. Sedangkan dibanding negara lain seperti Amerika yang mempunyai hampir

300 spesies, Eropa dengan jenis Astacus astacus, A. torrentium, Selandia Baru dengan

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 3: Penelitian Cherax di Tabanan, Bali

3

spesies Paranephrops planifrons dan P. zelandicus dan Australia merupakan negara

paling kaya dengan jenis lobsternya karena terdapat hampir 100 spesies yang masuk

famili Parastacidae.

Berdasarkan hasil riset telah diketahui bahwa budidaya terpadu Cherax

quadricarinatus dan C. albertisi dengan padi mampu mencapai bobot 40 gram selama

90 hari. Budidaya terpadu ini dapat dikembangkan tanpa mengganggu pertumbuhan

padi (Ahmad & Sofiarsih,2005).

Ditinjau dari segi budidaya Cherax sp merupakan spesies yg mempunyai

potensi geografis yg luas, siklus hidupnya sederhana, dan kebutuhan pakannya

ekonomis, karena tidak memerlukan protein yg terlalu tinggi (Jones,2005). Tantangan

untuk industri budidaya Cherax sp adalah meningkatkan produksi dengan cara ekspansi

dan investasi baru agar mampu mencapai volume produksi dengan jumlah yg

mencukupi untuk di ekspor secara konsisten (Dauh, 2005).

Sehubungan dengan kebijakan pemerintah dalam merevitalisasi perikanan

belum memperlihatkan hasil yang signifikan sampai saat ini . Kondisi ini membutuhkan

rancang tindak yang progresif dan bersifat menyeluruh dari aspek-aspek yang terkait di

dalamnya.

RENSTRA dari Departemen Kelautan dan Perikanan bertujuan untuk

mewujudkan kondisi yang diinginkan yaitu ikut mendorong tercapainya sasaran

pembangunan kelautan dan perikanan, sekaligus mengantisipasi dinamika dan

perkembangan situasi dan kondisi dalam negeri, lingkungan strategis, dan

kecenderungan global yang berubah dengan cepat.

Pembangunan perikanan menjadi “prime mover” (penggerak utama) terlebih lagi

dalam situasi krisis ekonomi, usaha perikanan mampu bertahan, bahkan dapat

menyumbangkan penerimaan devisa negara, utamanya usaha yang menghasilkan

komoditas ekspor. Komoditas red-claw merupakan salah satu komoditas yg dapat

diekspor.

Penelitian bertujuan untuk melakukan identifikasi masalah krusial dalam

manajemen usaha budidaya red-claw yang berpotensi untuk di ekspor. Disamping itu

juga untuk memperoleh model pengelolaan yg efisien dalam sistem produksi budidaya

jenis tersebut.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 4: Penelitian Cherax di Tabanan, Bali

4

Sasaran dari penelitian ini adalah terwujudnya peningkatan produktivitas red-

claw yg mampu memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat, membantu program

pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat.

BAHAN DAN METODE

Kajian terhadap sistem produksi budidaya red-claw dilakukan dengan aplikasi teknik

budidaya dengan menguji dua model sistem perbenihan yaitu :

1. Sistem perbenihan red-claw secara indoor hatchery

2. Sistem perbenihan red-claw secara out door

Kegiatan riset dilaksanakan di BBI Pesiapan, kabupaten Tabanan, Bali pada tahun 2007

Sistem perbenihan Red-claw secara indoor hatchery Sarana yang digunakan dalam perbenihan secara indoor adalah akuarium yang

berjumlah 24 buah dengan ukuran 40 x 30 x 80 cm. Sistem pemeliharaan benih Cherax

sp. dilaksanakan dengan resirkulasi yang menggunakan filter.Rangkaian sistem

resirkulasi yang dibuat terdiri dari bak kayu, dan filter yang digunakan adalah filter yang

bersifat mekanis seperti koral, ijuk dan serat fiber yang halus. Sistem resirkulasi yang

dibuat juga dilengkapi dengan tower plastik dan pompa air sebagai tenaga penggerak

air ( gambar 1).

Gambar 1. Rangkaian sistem resirkulasi yang digunakan dalam perbenihan Red-claw secara indoor.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 5: Penelitian Cherax di Tabanan, Bali

5

Sistem perbenihan Red-claw secara out door

Sarana yang digunakan dalam perbenihan secara outdoor adalah kolam tanah.

Penelitian ini menggunakan dua buah kolam dengan ukuran 300 m 2. Dinding kolam

terbuat dari tembok dan bagian dasar kolam berupa tanah. Sumber air kolam berasal

dari sungai.

Hewan uji

Induk-induk yang digunakan dalam penelitian adalah indukan dari strain Walkamin yang

didatangkan langsung dari Cherax Park, Australia, serta koleksi indukan Bolangan F1

dan indukan koleksi Mengwi F1. Kisaran bobot induk yang dipijahkan adalah 45 gram –

100 gram dengan ukuran panjang 14 cm – 15.5 cm.

Gambar 2. Koleksi induk-induk red-claw yang digunakan sebagai hewan uji.

Kajian implikasi pengembangan budidaya secara sosial - ekonomi

Dampak sosial-ekonomi udang introduksi dilakukan dengan menggunakan metode

PRA, pengumpulan data dan informasi dari hasil penelitian serta melalui survey.

Keragaan usaha budidaya yang akan dikaji membahas tentang bagaimana budidaya

lobster jenis red-claw ini diusahakan oleh masyarakat. Keragaaan pemasaran akan

mengevaluasi kelembagaan pemasaran yang terlibat, daerah pemasaran serta saluran

pemasaran.

Data yang di gunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan sekunder.

Data primer di peroleh dari hasil wawancara dengan responden yaitu petani pembenih,

pendeder dan pembesaran yang ada dilokasi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari

instansi terkait seperti Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten dan Propinsi. Data

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 6: Penelitian Cherax di Tabanan, Bali

6

primer meliputi data yang terkait dengan usaha budidaya, informasi harga, lokasi pasar,

serta kelembagaan yang terlibat dalam usaha budidaya dan pemasaran red-claw serta

permasalahan yang ada dalam usahanya. Data sekunder meliputi data produksi yang

diperoleh dari laporan Dinas Kelautan dan Perikanan tingkat propinsi dan kabupaten.

Metode penelitian yang digunakan yaitu studi kasus. Pengambilan responden

menggunakan teknik purposive sampling yang didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu.

Untuk responden pembudidaya dipilih yang membudidayakan pada tahap pembenihan,

pendederan dan pembesaran, serta bagi pelaku pasar dipilih pelaku yang terlibat baik

langsung ataupun tidak langsung dengan pembudidaya yang ada dilokasi.

Data yang diperoleh, kemudian diolah dan dianalisis untuk mencapai tujuan

penelitian. Analisis data meliputi analisis deskriptif terhadap status pasar dan kendala

dalam pemasaran. Analisis pemasaran dilakukan secara deskriptif untuk melihat

saluran pemasaran serta lembaga pemasaran yang terlibat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem produksi perbenihan red-claw secara in door

Data pertumbuhan benih red-claw hasil perbenihan secara in-door seperti yang tertera

di dalam Tabel 1.

Tabel 1. Data pertumbuhan rata-rata bobot (gr), panjang total+sd (cm), dan coefisien variasi (%) benih red-claw secara indoor selama 30 hari masa pemeliharaan (Siklus 1).

Indukan

Rata-rata bobot (gr)

Pj.total+ Sd (cm)

Coefisien Variasi (%)

Bolangan F1- A8 0.052 1.46 + 0.1956 7.4642

Bolangan F1- A11 0.125 1.93 + 0.4000 4.825

Bolangan F1- A12 0.093 1.43 + 0.2106 6.790

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa

pertumbuhan red-claw relatif cukup baik. Namun terlihat indikasi adanya variasi

pertumbuhan benih yang dihasilkan oleh indukan yang berbeda. Indukan yang benihnya

dipelihara secara indoor menunjukkan variasi yang cukup besar dalam pertumbuhan

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 7: Penelitian Cherax di Tabanan, Bali

7

bobot badan serta panjang total. Berdasarkan hasil obervasi selama satu bulan terlihat

bahwa pertumbuhan benih tidak mengalami hambatan yang berarti.

Data indukan red-claw yang meliputi bobot,panjang total, fekunditas dan hatching rate

secara lengkap seperti yang tertera di dalam Tabel 2.

Tabel 2. Data rata-rata indukan red-claw strain Walkamin,Bolangan,dan Mengwi yang meliputi bobot + sd (gr),panjang total + sd (cm), fekunditas (butir) dan hatching rate (%).

Strain

Rata-rata bobot +Sd (gr)

Pj.total+Std.deviasi (cm)

Fekunditas (butir)

Hatching rate ( %)

Walkamin 59.08 + 1.1 13.0 + 6.70 465.0 32.9

Bolangan F1 96.76 + 12.1 15.32 + 0.82 513.0 36.06

Mengwi F1 79.66 + 11.21 14.82 + 0.94 518.0 31.85

Sehubungan dengan indukan Walkamin , karakter fekunditas dan hatching rate

relatif lebih kecil dibandingkan dengan dengan indukan Bolangan dan Mengwi. Hal ini

disebabkan oleh ukuran rata-rata indukan yang lebih kecil,sehingga fekunditas dan

hatching rate yang dicapai juga relatif lebih sedikit. Apabila ditinjau dari segi karakter

bobot indukan Bolangan mempunyai rata-rata bobot yang lebih tinggi, kemudian diikuti

oleh indukan Mengwi. Indukan strain Walkamin baru berumur tiga bulan, sehingga

fekunditas belum optimal. Hal ini terlihat dari total fekunditas dan hatching rate yang

relatif rendah dibandingkan dengan kedua indukan lainnya.

Data pertumbuhan benih Cherax sp secara indoor di dalam siklus yang kedua

dicantumkan di dalam Tabel 3.

Tabel 3. Data pertumbuhan rata-rata benih red-claw di dalam indoor hatchery selama 60 hari masa pemeliharaan dengan N = 20 (Siklus II).

Strain

Rata- rata bobot + sd (gr)

Pj.total + sd (cm)

Sintasan + sd (%)

Mengwi F1 1.4 + 0.22 2.25 + 0.39 57.95 +17.32

Walkamin 0.45+ 0.34 2.50 + 0.57 58.98 + 16.80

Bolangan F1 1.09 + 0.76 3.37 + 0.81 40.49 + 9.09

Berdasarkan data tersebut diatas maka dapat dikatakan bahwa ukuran benih telah

mencapai ukuran 1 inci sampai dengan 1 inch-up. Ukuran ini telah dapat dipasarkan dan

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 8: Penelitian Cherax di Tabanan, Bali

8

siap untuk dilakukan tahap pendederan selama satu bulan untuk mencapai ukuran 2

inci. Permintaan pasar umumnya berkisar antara 1inci – 2 inch- up.

Sehubungan dengan sintasan yang dapat dicapai relatif baik dengan kisaran

40.49% - 58.98 %. Sintasan terbaik dicapai oleh benih hasil indukan strain Walkamin

yaitu sebesar 58.98 %, kemudian ranking kedua disusul oleh strain Mengwi F1 yang

mencapai 57.95 % dan Bolangan F1 mencapai sintasan sebesar 40.49 %.

Data kualitas air yang telah diobservasi mencakup 10 parameter yang dicantumkan

dalam Tabel 4 sebagai berikut :

Tabel 4. Kualitas air dalam sistem resirkulasi untuk perbenihan

red-claw secara indoor.

No

Parameter kualitas air

Nilai rata-rata

1 pH ( keasaman) 8.4

2 kH / Karbonat hardness (o d) 7.0

3 gH/Total hardness (o d) 8.0

4 Fe/ Besi (mg/l) 0.5

5 NO2/ Nitrit (mg/l) 0.0

6 NO3/ Nitrat (mg/l) 0.0

7 NH4/ Amonium (mg/l) 2.0

8 NH3 / Amonia (mg/l) 0.3

9 PO4/ Phosphat (mg/l) 0.1

10 Cu / Cuprum (mg/l) 0 - < 0.1

Berdasarkan data kualitas air yang telah di observasi tersebut, maka dapat dilaporkan

bahwa kualitas air cukup memadai untuk operasional kegiatan perbenihan lobster red-

claw. Dalam rangka mengoptimalkan kualitas air, maka dalam sistem resirkulasi yang

menggunakan filter biologis diperlukan waktu agar proses pertumbuhan bakteri nitrifikasi

dapat berlangsung secara optimal.

Sistem produksi perbenihan secara out door di kolam

Hasil benih yang telah diperoleh dengan sistem out door dikolam dikemukakan datanya

di dalam Tabel 5.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 9: Penelitian Cherax di Tabanan, Bali

9

Tabel 5. Data panjang total rata-rata + sd (cm), bobot rata-rata + sd (gr), panjang total maksimum (cm), bobot maksimum (gr), koefisien skewness, koefisien kurtosis benih red-claw yang diperoleh dengan sistem out door di kolam tanah (N= 100).

Parameter Nilai

Panjang total rata-rata + standart deviasi (cm)

Bobot rata-rata + standart deviasi (gr)

Panjang total maksimum (cm)

Panjang total minimum (cm)

Bobot maksimum (gr)

Bobot minimum (gr)

Koefisien skewness karakter bobot

Koefisien skewness karakter panjang total

Koefisien kurtosis karakter bobot

Koefisien kurtosis karakter panjang total

4.86 + 1.36

3.05 + 2.01

7.40

1.80

7.70

0.40

0.36

0.27

0.90

0.98

Berdasarkan data tersebut diatas maka terlihat bahwa sistem perbenihan secara out-door dapat

menghasilkan benih red-claw dengan rata-rata panjang 4.86+1.36 cm.Ukuran benih yang

diperoleh ini telah mencapai ukuran yang dapat dipasarkan. Seperti telah diketahui bahwa benih

dengan ukuran 2 cm – 5 cm atau 1 – 2 inci telah memenuhi permintaan pasar. Dengan demikian

dengan sistem perbenihan secara out-door dalam waktu satu bulan telah dapat menghasilkan

benih berukuran 2 inci.

Apabila ditinjau dari aspek statistik dari karakter populasi benih yang telah dihasilkan

,maka nilai koefisien skewness untuk karakter panjang mencapai 0.27 dan karakter bobot adalah

sebesar 0.36. Nilai koefisien ini menunjukkan adanya kecenderungan ukuran panjang dan bobot

benih red-claw yang berukuran medium. Nilai koefisien kurtosis untuk karakter panjang dan bobot

mencapai 0.9 – 0.98, nilai koefisien ini menunjukkan bahwa populasi benih red-claw memiliki

sifat platikurtis. Hal ini mengartikan bahwa ukuran panjang dan bobot cenderung mencapai nilai

rata-rata dan tidak ada ukuran yang menonjol atau out-layer.

Data kualitas air pada perbenihan red-claw secara out-door dikemukakan secara lengkap

dalam tabel 6.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 10: Penelitian Cherax di Tabanan, Bali

10

Tabel 6. Kualitas air pada perbenihan red-claw secara out-door selama satu siklus pemeliharaan .

Parameter Kisaran Nilai

Suhu air (oC)

Suhu udara (oC)

pH/keasaman air

pH /keasaman tanah

gH/ Total hardness (od)

KH / Karbonat hardness (od)

NO2 /Nitrit(ppm)

NO3 / Nitrat (ppm)

NH3 /Amonia (ppm)

NH4 /Amonium(ppm)

PO4 / Fosfat (ppm)

Cu / Cuprum(ppm)

Fe / Besi (ppm)

26.5 – 31.0

20.0 – 28.0

7.0 – 8.50

7.0

8.0 – 10.0

8.0

< 0.5

< 0.05

< 0.05

< 0.05

0.10- 0.25

0.0

0.1 – 0.5

Berdasarkan data kualitas air yang telah di observasi tersebut, maka dapat dilaporkan

bahwa kualitas air cukup memadai untuk operasional kegiatan perbenihan lobster red-

claw.

Kajian implikasi pengembangan budidaya red-claw secara sosial - ekonomi

Berdasarkan data yang diperoleh dari survei sosial- ekonomi, ternyata usaha budidaya

lobster air tawar di Bali baru dimulai pada tahun 2006. Usaha budidaya tersebut

baru dilakukan oleh beberapa orang petani. Namun berbeda dengan penjelasan

dari pedagang ikan (pengepul) perkembangan perdagangan lobster air tawar ini

ntelah dimulai sejak tahun 1998 dan berkembang terus sampai dengan tahun

2002.

Pada tahun 2006, usaha budidaya khususnya pembenihan udang lobster ini

mulai berkembang dan diusahakan oleh beberapa petani. Sebagai salah satu program

pengembangan usaha lobster air tawar ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan

melalui Dinas perikanannya mengajukan Dana Penguatan Modal yang di salurkan oleh

Dirjen Budidaya dialokasikan bagi calon pembudidaya udang ini. Calon pembudidaya

tersebut sebanyak 15 orang petani yang nantinya akan di prioritaskan pemberian modal

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 11: Penelitian Cherax di Tabanan, Bali

11

usaha untuk usaha budidaya lobster. Alokasi dana mencapai Rp. 500 juta dari pusat

dan 630 juta dana pendamping dari daerah. Alokasi dana tersebut untuk pembelian

pakan 50% untuk pembelian pakan dan sarana produksi dan 625 juta untuk pembelian

benih. Apabila dana tersebut tersalurkan maka kebutuhan benih udang untuk kelompok

dengan perkiraan harga benih Rp. 1000/ekor membutuhkan sebanyak 625.000 ekor.

Apabila diperkirakan SR 70% saja maka akan dihasilkan produksi udang lobster

sebanyak 437500 ekor. Apabila 1 kg 10-12 ekor maka dihasilkan sebanyak 3645 kg.

Harga udang konsumsi saat ini ukuran 10-15 ekor/kg sekitar Rp. 110.000/ekor.

Sebagai langkah awal kegiatan budidaya dilakukan sosialisasi budidaya kepada

calon kelompok penerima dana, berbagai pelatihan telah diberikan kepada calon

pembudidaya tersebut, dan pada Bulan Juni tahun 2007 melakukan studi banding ke

lokasi budidaya lobster yang ada di jawa Timur. Diharapkan pelatihan serta studi

banding yang dilakukan dapat menjadi bekal bagi usaha yang akan dilakukan nantinya.

Sampai dengan saat survey dilakukan usaha budidaya yang sudah berkembang

dan dilakukan terbatas pada usaha pembenihan saja. Dari hasil wawancara dengan

petani pembenih menyatakan bahwa kebutuhan benih udang lobster saat ini cukup

besar bahkan mereka kadang-kadang tidak mampu memenuhi kebutuhan permintaan.

Hal tersebut didukung oleh petani yang sedang mencoba usaha pembesarannya yang

mendapatkan benih lobster air tawar tersebut dari Jawa Timur yaitu dari Madiun.

Gambar 3. Adopsi teknologi perbenihan red-claw di tingkat pembudidaya

skala rumah-tangga di wilayah kabupaten Tabanan.

Usaha pembesarannya belum berkembang, beberapa petani yang berada di

Kecamatan Panebalan, ada yang sedang mencoba usaha pembesaran dan baru 2-3

bulan tanam sehingga tingkat keberhasilannya belum dapat diperkirakan. Usaha

pembesaran lobster air tawar ini dilakukan oleh petani yang rata-rata tingkat

ekonominya lebih baik. Hal ini disebabkan cukup besarnya investasi yang harus

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 12: Penelitian Cherax di Tabanan, Bali

12

disiapkan untuk pemeliharaan lobster ini. Pertama kolam pemeliharaan sebagian

adalah kolam beton yang nilainya cukup besar. Kedua, harga benih yang dibeli petani

masih lebih tinggi dibandingkan di jawa Timur yaitu ukuran benih 2 inchi harganya

mencapa Rp. 1500/ekor. Ketiga, panen lobster air tawar ini waktunya agak lama yaitu

sekitar 6 bulan sehingga petani harus mempunyai persediaan keuangan atau usaha

sampingan lainnya dan tidak hanya mengandalkan dari usaha budidaya saja.

Kajian sosial – ekonomi masih akan dikembangkan untuk sentra perbenihan lobster air

tawar Cherax sp. di daerah Jawa Timur, agar dapat diperoleh gambaran yang lebih

lengkap berkaitan dengan usaha pengembangan Cherax sp.

Usaha budidaya red-claw pada awalnya dilakukan oleh penggemar ikan hias.

Oleh karena warna kulitnya yang berwarna cemerlang, maka lobster air tawar ini banyak

diminati oleh masyarakat. Pembenihan lobster ini mulai tahun 2005 banyak diminati

oleh masyarakat. Usaha pembenihannya dilakukan secara backyard hatchery yang

dilakukan dirumah-rumah penduduk atau pengusaha. Wadah yang digunakan berupa

akuarium dan bak beton kecil yang dibuat permanen dengan ukran 4 x 7 m. Teknik

pembenihannya relatif mudah dilakukan dan harga bibit yang cukup tinggi menyebabkan

perkembangan budidayanya begitu peast. Saat ini terdapat 100 orang lebih yang

melakukan pembenihan lobster red-claw di DI Yogyakarta. Namun jumlah tersebut

hanya perkiraan dikarenakan belum adanya data yang akurat tentang hal itu.

Menurut ketua asosiasi pembudidaya red-claw terdapt indikasi adanya pasar

yang bersifat semu. Dalam hal ini permintaan cukup besar terhadap benih ataupun

induk lobster, tetapi ini hanya bersifat sementara, yang pasti pada suatu saat pasar akan

turun dan harganyapun akan turun secara drastis. Salah satu cara untuk mengatasi

yaitu dengan secepatnya memulai usaha pembesarannya. Sampai saat ini pembesaran

red-claw dilakukan petani hanya untuk dijual sebagai induk yang harganya lebih mahal

dibandingkan dijual untuk keperluan konsumsi.. Sebagai contoh untuk satu set induk

ukuran 250 gram yang terdiri dari 3 ekor induk jantan dan 5 ekor induk betina harganya

mencapai Rp. 500.000 – Rp.700.000,- Harga lobster konsumsi hanya mencapai

Rp.225.000/kg.

Pemasaran red-claw ini meliputi wilayah Jakarta, Jawa Barat, Jawa tengah dan

Jawa timur. Investasi yang dibutuhkan untuk 10 set induk saja hanya sekitar

Rp.20.000.000,- dan akan kembali modal dalam satu siklus pembenihan.Satu ekor induk

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 13: Penelitian Cherax di Tabanan, Bali

13

betina mampu menghasilkan kurang lebih 300 ekor larva. Setelah larva berumur 1

minggu, maka larva ini mulai mencari makanan. Pakan yang diberikan kepada larva red-

claw berupa cacing rambut atau pelet. Padat penebaran larav umur 1 – 30 hari

mencapai 500 – 1000 ekor/m2. Air media larva harus diusahakan agar tetap bersih.

Pemeliharaan benih dilakukan setelah larva berumur 1 bulan. Perawatan yang harus

hati-hati adalah dalam penanganan kebersihan air. Setiap hari sisa pakan yang

mengendap harus selalu dibersihkan, agar kualitas air tetap optimal.

Seiring dengan perkembangan permintaan pasar, maka usaha budidaya lobster

juga semakin menjanjikan. Permintaan lobster air tawar di dalam negeri terutama

dibutuhkan untuk pemenuhan permintaan rumah makan, hotel, bahkan untuk pabrik

pengalengan. Pasar luar negeri lobster air tawar yaitu Eropa, Amerika Serikat, Asia

Tenggara, Jepang, Korea dan Taiwán. Rata-rata kebutuhan pasar mencapai 2000 ton

per tahun (Syariefa, 2006). Keragaan usaha budidaya lobster air tawar tersebut di

Indonesia belum banyak diketahui. Namun demikian kenyataan di beberapa wilayah

seperti D.I Yogyakarta budidaya lobster air tawar sudah berkembang dan menjadi mata

pencaharian yang menjanjikan.

Pemasaran red-claw

Pasar red-claw dibagi kedalam dua segmen yaitu pasar benih dan pasar induk. Pasar

benih lobster ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan permintaan konsumen terhadap

lobster ukuran 1- 2 inchi yang digunakan sebagai ikan hias. Segmen pasar lainnya yaitu

penjualan induk lobster yaitu untuk pemenuhan kebutuhan petani pembenih dengan

ukuran lobster yang dijual mulai dari ukuran 7 cm.

Pemasaran lobster ukuran benih meliputi lokasi pasar di Yogyakarta dan luar

seperti Klaten, Solo, Tegal, Jakarta, Lampung, Ambon, Surabaya, Semarang. Harga

lobster ukuran 1 inchi dijual Rp. 1000 -1500/ekor, sedangkan ukuran 2 inchi 2500/ekor.

Pembelian benih lobster dari petani pembenih melalui pedagang pengumpul yang

kemudian membawanya langsung ke pasar ikan hias, sedangkan untuk di luar

Yogyakarta lobster dibawa ke pasar-pasar ikan hias yang ada di lokasi masing-masing.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 14: Penelitian Cherax di Tabanan, Bali

14

Pemasaran lobster ukuran konsumsi, sampai saat ini masih terbatas pada

pemenuhan untuk induk. Untuk pemenuhan induk saja menurut salah satu pembenih

masih kesulitan karena besarnya permintaan dari masyarakat. Disamping itu apabila

dibandingkan harga lobster untuk konsumsi dan untuk induk cukup besar dengan

ukuran yang sama. Sebagai perbandingan apabila lobster dijual untuk konsumsi maka

harga . Harga lobster tersebut ukuran konsumsi (10-15 ekor/kg) harganya mencapai

225.000/kg atau Rp 175.000/kg untuk ukuran 12-15 ekor/kg. Apabila dijual sebagai

induk maka harganya mencapai Rp.450.000 – Rp. 750.000 per set yaitu untuk 8 ekor

induk. Pemasaran lobster air tawar saat ini masih terbatas di Yogyakarta, Semarang,

Jawa Barat dan Jawa Timur. Pemasaran lobster air tawar dari Yogyakarta meliputi pasar

di Yogya sendiri, Klaten, Solo, Tegal, Jakarta, Lampung, Ambon, Surabaya, Semarang.

Benih udang lobster yang dijual dari Jogya kemudian di salurkan ke wilayah- wilayah

pasar kemudian dijual lagi dalam ukuran induk ke Yogyakarta. Pembelian benih lobster

dilakukan oleh pedagang dan kemudian dijual di pasar ikan hias. Penjualan induk

lobster dilakukan oleh petani pembenih yang langsung berhubungan dengan penjual.

Dampak penelitian terhadap pengembangan wilayah Berdasarkan pengkajian yang telah dilaksanakan pada tahun 2006 dan 2007, maka

telah diperoleh teknik budidaya red-claw secara indoor dan out-door. Hasil yang

diperoleh ini berdampak positif terhadap berkembangnya usaha budidaya red-claw di

masyarakat. Seperti yang telah dibahas dari aspek sosial-ekonomi bahwa usaha

perbenihan red-claw telah berkembang pesat. Namun perkembangan tersebut belum

diimbangi dengan usaha pembesarannya. Sehingga terjadi pasar semu yang akan

mengancam keberlanjutan usaha tersebut. Dengan berhasil didapatkannya teknik

pembesaran dikolam, maka implikasinya akan lebih cepat dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat.

Dampak dari hasil kaji terap ini mendapat respon yang relatif cepat dari

Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan pada tahun 2006. Demikian pula pada tahun

2007/2008 Pemerintah Provinsi Bali menetapkan Kabupaten Tabanan sebagai sentral

pengembangan red-claw. Respon dari pihak pembudidaya terlihat lebih realistis dengan

dibuka lahan budidaya red-claw secara swadaya di Tabanan, Karang Asem, dan

Gianyar . Dukungan dana PEM tahun 2007 yang dikhususkan untuk budidaya red-claw

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 15: Penelitian Cherax di Tabanan, Bali

15

di Tabanan pada awalnya diharapkan dapat mempercepat intensitas usaha budidaya di

kawasan tersebut. Namun karena adanya kebijakan dari Departemen keuangan,maka

dana PEM yang di alokasikan sebesar Rp. 1.15 milyar yang diperuntukkan bagi 20

kelompok pembudidaya red-claw di Tabanan ternyata tidak dapat dicairkan. Hal ini

memang menimbulkan kekecewaan di pihak pembudidaya yang telah menerima

pelatihan dan menyiapkan lahannya untuk budidaya red-claw.

Konsep pola riset pengembangan yang dalam pelaksanaannya bekerjasama

dengan Pemda setempat terbukti lebih cepat memberikan dampak positif. Pola

semacam ini dapat menjadi pola untuk diterapkan di wilayah pengembangan budidaya

lainnya, agar lebih cepat memberikan dampak yang langsung dapat menyentuh

kepentingan masyarakat luas.

KESIMPULAN

Sistem perbenihan red-claw dapat dilakukan secara in-door dan out-door. Sistem indoor

hanya memerlukan investasi yang relatif kecil, dan sistem out-door dapat diaplikasikan

untuk wilayah yang memiliki kualitas air yang memadai. Dampak dari hasil kaji terap ini

mendapat respon yang relatif cepat dari Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan pada

tahun 2006. Demikian pula pada tahun 2007 Pemerintah Provinsi Bali menetapkan

Kabupaten Tabanan sebagai sentral pengembangan red-claw. Kontribusi yang

diberikan oleh adanya pengembangan budidaya red-claw ini cukup signifikan dan

memberikan dampak yang langsung dapat menyentuh kepentingan masyarakat luas.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 16: Penelitian Cherax di Tabanan, Bali

16

Daftar Pustaka Aliah, R.S., Kusmiati., U. Suwahyono., S. Irawati., M.H. Amarullah., M. Surachman., M.P.B. Imansodjana. 1983. Pembudidayaan Udang Darat (Cherax sp) di Wamena. Irian Jaya. Progress report. BPPT. Jakarta. 30 pp. Atema,J and Cobbs, J.S. 1986. Social behaviour. In J.S. Cobb and Phillips (eds). The Biology and management of lobsters. Volume I, p.409 – 450. (Academic Press). Barki, A., Gur N. and Karplus, .2001. Management of interspecific food competition in fish-crayfish communal culture: the effect of the spatial and temporal separation of feed. Aquaculture 201 ; 343-354. Brummett, R.E., Alon.N.C. 1994. Polyculture of nile tilapia (Oreochromis niloticus) and Australian red-claw crayfish (C. quadricarinatus) in earthen ponds. Aquaculture 88:223-238.

Bouchon, D. 1991. Biological clock in seasonal reproductive cycle in the ditch shrimp Palaemonetes varians Leach. I. Photoperiodic time measurement. J. Exp. Mar. Biol. Ecol., Amsterdam, 146:1-12.

Chang, E. S. 1993. Comparative endocrinology of molting and reproduction: insects and crustaceans. A. Rev. Ent., Palo Alto, 38:161-180.

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2002. Statistik Perikanan Indonesia. Ditjen.Perikanan. Jakarta.

Diaz, A. C.; Petriella, A. M. & Sousa, L. G. 1998. Setogenesis and growth of the freshwater prawn Palaemonetes argentinus (Decapoda, Caridea, Palaemonidae). Iheringia, Sér. Zool., Porto Alegre, (85):59-65.

Frence, J.N. 1983. Response of the crayfish Orconectes virilis to experimental acidification of the lake with special reference tomthe importance of calcium. Di dalam Goldman,CR, editor. Freshwater Crayfish V. AVI. Publsh.Comp.Inc, Westport. p.25-45.

Greenway, P.1974. Calcium Balance at Postmoult stage of the Freshwater Crayfish Austropotamobius pallipes (Lereboullet). J.Exp.Bio.61:p.35-45.

Karplus ,I., A. Sagi., G .Hulata., T.Levi., and A. Barki. 2005. Reproductin in the Australia Red-claw crayfish Cherax quadricarinatus. Dept. of life science, Ben-Gunion University of Negey, Beer Shera, Israel.

Karplus , I., Barki,A., Cohen, S., Hulata, G. 1995. Culture of the Australian red-claw crayfish in Isarael. 1. Polyculture with fish in eathern ponds. The Israeli Journal of Aquaculture-Bemidgeh 47:6 – 16.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 17: Penelitian Cherax di Tabanan, Bali

17

Karplus, I., Harpaz., S. Hulata, G/., Segev, R., Barki, A. 2001. Culture of the Australian red-claw crayfish ( C. quadricarinatus) in Israel VI. Craifish incorporation into intensive tilapia production units. The Israeli Journal of Aquaculture-Bemidgeh 53 (1): 23 – 33.

Martinez, J.A., Seijo J.C. 2001. Economic of risk and uncertainty of alternative water exchange and aeration rate in semi-intensive shrimp culture systems. Aquaculture Economic and Management 5 (3/4): 129-145. Meade M.E.,J. E. Doeller., D.W. Kraus.,and S.A. Watts.2002. Effects of Temperature and Salinity on Weight Gain, Oxygen Consumption Rate, and Growth Efficiency in Juvenile Red-Claw Crayfish Cherax quadricarinatus. Journal of the World Aquaculture Society: Vol. 33, No. 2, p.188–198. Mitchell, B.D. & R. Collins. 1989. Development of Field-Scale Intensive Culture Technique for the Commercial Production of the Yabbies (Cherax destructor). Centre for Aquatic Science, Warnambool Institute of Advanced Education. 253 pp. Monica, M.L. Fellix; Ana M Petriella. 2003. Molt cycle of the natural population of Palaemonetes augerilius (Crustacea, Palaemonidae) form Los Padros Lagoon (Buenos Aires, Argentina). Iheringia, Sér. Zool., Porto Alegre, (93) no 4.

R.B. Primack., J.Supriatna., M. Indrawan., P.Kramadibrata. 1998. Biologi Konservasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. p.1 - 49

Rouse, D.B., Kahn,B.M. 1998. Production of Australian red-claw in polyculture with nile tilapia. Journal of the World Aquaculture Society 29 (3): 340 – 344.

Yitnosumarto, S. 1993. Percobaan Perancangan,Analisis dan Interpretasinya. Gramedia PustakaUtama.Jakarta. 225 pp Zaidy, A.B. 2007. Pendayagunaan Kalsium Media Perairan dalam Proses GantiKulit Dan Konsekuensinya bagi Pertumbuhan Udang Galah (M. rosenbergii). Sekolah Pasca Sarjana IPB.Bogor. 31 pp

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Page 18: Penelitian Cherax di Tabanan, Bali

18

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.