penebare-news dalam baju orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua...

45
e-news pEnEbar Negara Kolonial Dalam Baju Orde Baru* B.R.O.G. Anderson Yayasan Penebar ~ Jl. Makmur, no. 15, Rt. 009/Rw.02, Kelurahan Susukan, Jakarta 13750, Indonesia • Tel./Facs. ~ (+ 62 21) 841 2546 • email ~ [email protected] • website ~ http://www.geocities.com/ypenebar/ No. 11, Sept. - 2006 Redaksi: Edi Cahyono, Maxim Napitupulu, Maulana Mahendra, Muhammad H.T., Hemasari Dharmabumi Diterbitkan oleh: Yayasan Penebar pEnEbar e-news terbit sebagai media pertukaran dan perdebatan soal-soal perburuhan dan globalisasi. Kami mendukung gerak anti- globalisasi masyarakat Indonesia. Globalisasi dan perdagangan bebas merupakan jebakan negeri- negeri imperialis untuk menjadikan negeri-negeri miskin terus menjadi koloni dan dihisap oleh negeri- negeri maju. Kami menerima tulisan-tulisan yang sejalan dengan misi kami untuk dimasukkan dan diedarkan melalui e-news ini. Dewasa ini, pada zaman yang mengenal lembaga-lembaga seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations), barangkali terlalu bersahaja untuk mengartikan kata „bangsa“ sebagai istilah mudah untuk mengungkapkan konsepsi „negara-modern,“ dan dengan demikian, melupakan selaput tipis yang menghubungkan dua konsep yang sebenarnya sangat berlainan, yaitu, „bangsa“ (nation) dan „lembaga negara-modern berdasarkan asas kesatuan bangsa“ (nation-state). Padahal, kedua konsep ini masing- masing mempunyai ciri-ciri kesejarahan, isi, serta „kepentingan-kepentingan“ yang berbeda. Dan, dengan meninjau sepintas pun dapat kita lihat bahwa perkawinan kedua konsep tersebut baru terjadi pada masa mutakhir, dan wujud perpaduannya seringkali tidak serasi. Sampai 1914, misalnya, bentuk „negara“ berupa kerajaan-dinastik masih „galib“ di mana-mana: „negara“ yang demikian bukan ditentukan oleh persamaan bahasa, adat-istiadat, kenangan umum, tapal-batas permanen, melainkan dibentuk oleh pusat-pusat monarki; karena itu, kaisar- kaisar yang berkuasa di Rusia, Tiongkok, dan Inggris, misalnya, menyebut diri sebagai „Tsar dari Rakyat Rusia,“ „Putra Langit,“ „Gerbang yang Sahdu“ dan „Ratu Seluruh Inggris dan Hindia.“ Kebanyakan negara-modern yang ada * Diterjemahkan dari “Old State New Society: Indonesia’s New Order in Comparative Historical Perspective,” dalam Journal of Asian Studies, Vol. XLIII, no. 3, May 1983, hal. 477-496.

Upload: duonghanh

Post on 09-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

e-newspEnEbar Negara KolonialDalam Baju Orde

Baru*B.R.O.G. Anderson

Yayasan Penebar ~ Jl. Makmur, no. 15, Rt. 009/Rw.02, Kelurahan Susukan,

Jakarta 13750, Indonesia • Tel./Facs. ~ (+ 62 21) 841 2546 • email ~

[email protected] • website ~ http://www.geocities.com/ypenebar/

No. 11, Sept. - 2006

Redaksi:Edi Cahyono, MaximNapitupulu, MaulanaMahendra, Muhammad

H.T., HemasariDharmabumi

Diterbitkan oleh:

Yayasan Penebar

pEnEbar e-news terbitsebagai media pertukarandan perdebatan soal-soal

perburuhan dan globalisasi.Kami mendukung gerak anti-

globalisasi masyarakatIndonesia. Globalisasi dan

perdagangan bebasmerupakan jebakan negeri-

negeri imperialis untukmenjadikan negeri-negeri

miskin terus menjadi kolonidan dihisap oleh negeri-

negeri maju. Kami menerimatulisan-tulisan yang sejalan

dengan misi kami untukdimasukkan dan diedarkan

melalui e-news ini.

Dewasa ini, pada zaman yang mengenal lembaga-lembagaseperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations),barangkali terlalu bersahaja untuk mengartikan kata„bangsa“ sebagai istilah mudah untuk mengungkapkankonsepsi „negara-modern,“ dan dengan demikian,melupakan selaput tipis yang menghubungkan dua konsepyang sebenarnya sangat berlainan, yaitu, „bangsa“ (nation)dan „lembaga negara-modern berdasarkan asas kesatuanbangsa“ (nation-state). Padahal, kedua konsep ini masing-masing mempunyai ciri-ciri kesejarahan, isi, serta„kepentingan-kepentingan“ yang berbeda. Dan, denganmeninjau sepintas pun dapat kita lihat bahwa perkawinankedua konsep tersebut baru terjadi pada masa mutakhir,dan wujud perpaduannya seringkali tidak serasi. Sampai1914, misalnya, bentuk „negara“ berupa kerajaan-dinastikmasih „galib“ di mana-mana: „negara“ yang demikianbukan ditentukan oleh persamaan bahasa, adat-istiadat,kenangan umum, tapal-batas permanen, melainkandibentuk oleh pusat-pusat monarki; karena itu, kaisar-kaisar yang berkuasa di Rusia, Tiongkok, dan Inggris,misalnya, menyebut diri sebagai „Tsar dari Rakyat Rusia,“„Putra Langit,“ „Gerbang yang Sahdu“ dan „Ratu SeluruhInggris dan Hindia.“ Kebanyakan negara-modern yang ada

* Diterjemahkan dari “Old State New Society: Indonesia’s New Order inComparative Historical Perspective,” dalam Journal of Asian Studies,Vol. XLIII, no. 3, May 1983, hal. 477-496.

Page 2: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

no. 11, september 2006

2

pEnEbare-newsdewasa ini (nation state), „lahir“ dalam kurun-waktu sejak 1800hingga, katakanlah, 1975, dari tengah kemelut sengketa besar-besaran antara berbagai „bangsa,“ yaitu, ketika „bangsa-bangsa“itu bermunculan dalam bentuk gerakan-gerakan solidaritasmasyarakat yang bergerak di luar aparat negara, atau, dalambentuk „negara-negara“ dinastik atau kolonial. Jadi, bolehdikatakan, kebanyakan bangsa pada masa muda belianya, tidakmengalami kehidupan-bernegara-modern.

Sebaliknya, kebanyakan (aparat) negara modern menurut riwayatasal-usulnya, berumur lebih tua daripada bangsa-bangsa yang kinimereka himpun menjadi tempat lembaga negara berpijak.Kebenaran pendapat ini dapat diterangkan dengan contoh-contohkeganjilan (anomali) menarik yang ada dewasa ini. Misalnya,pemerintahan „revolusioner“ dan „sosialis“ di Uni Soviet dan diRepublik Rakyat Tiongkok, tidak merasa janggal untukmenyelesaikan sengketa perbatasan dengan menghimbau peta-peta dan perjanjian-perjanjian kuno yang dulukala diciptakan olehdinasti absolut Romanov dan dinasti „feodal“ Chi’ing dari zamanManchu. Begitu pula, ada selusin kasus negara bekas jajahan yangmenjalankan haluan politik luar-negeri yang ternyata serupadengan yang dijalankan oleh pemerintahan kolonial, sekalipun„kepentingan-kepentingan nasional“ (dari dalam masyarakatselaku satu bangsa) yang bertolak-belakang, secara formal diwakilidalam bentuk negara-modern. (Lihat misalnya studinya Maxwellyang cermat dan jeli mengenai politik luar negeri India setelahmerdeka terhadap soal perbatasan Utara, 1970). Selain itu, kitaketahui pula bahwa di kebanyakan negara modern di Dunia Ketiga(dan juga di benua lain, walau kurang begitu jelas), terdapat jejak-jejak dan gubahan dari warisan bentuk negara lama (negarakolonial) yang masih tampak jelas sekali: yaitu, dalam ihwalstruktur organisasi pembagian fungsi dan personaliapenyelenggara negara serta pelembagaan kenangan umum dalambentuk berkas-berkas administrasi dan arsip, dan lain sebagainya.

Tak pelak lagi, pencampurbauran (conflation) antara bangsa dan

Page 3: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

3

negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembanganberikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak,berkembang suatu komuniti nasional, suatu kehidupan(ber)bangsa yang merupakan komuniti yang „imagined,“ atau citrakehidupan yang dibayangkan (namun samasekali bukan„imaginary“ atau khayalan). Dalam gagasan ini, setiap bangsa(setiap citra nasional), dengan legitimasi (keabsahan) serta hak-menentukan-nasib-sendiri yang telah menjadi kaidah-kaidah yangditerima dalam kehidupan modern, kemudian mengukur danmewujudkan hak otonomi modern itu dengan „menciptakan“sebuah lembaga negara „-nya sendiri.“ Di lain pihak, oleh karenaharus hidup dengan bertumpu pada tuntutan-tuntutannyaterhadap tenaga-kerja, waktu dan kemakmuran masyarakat, makanegara-modern ini tidak dapat mengabsahkan eksistensinya hanyaberdasarkan tuntutan-tuntutan tersebut. Akan tetapi, lembaganegara dapat beranjak dari kenyataan bangsa (adanya aspirasibangsa dalam masyarakat luas) sebagai landasan keabsahanmodernnya.

Dengan demikian, negara-modern (nation-state) merupakansebuah ramuan atau perpaduan ‚aneh’ dari fiksi-fiksi yang absah,di satu pihak, dan bentuk-bentuk ketidakabsahan yang konkrit,di lain pihak (Anderson, 1983). Pencampurbauran ini semakinmudah terjadi, karena „negara“ adalah konsep licin yang mudahmembingungkan teori politik dan sosiologi politik. Mudah sekaliuntuk merusak konsep ini dengan membakukannya menjadisebuah fiksi-legal, atau sebuah badan kumpulan orang(„birokrasi“). Padahal, negara harus diartikan sebagai sebuahlembaga, seperti halnya, misalnya, gereja, universitas danperusahaan modern. Seperti organisasi-organisasi ini, negaradalam proses hidupnya juga menyerap, membina dan menendangpersonalia seringkali untuk kurun waktu panjang. Ciri-cirilembaga yang demikian ialah adanya kaidah-kaidah yang persis,baik untuk persyaratan penerimaan personalia—dalam hal umur,pendidikan dan sering juga seks—maupun untuk akhir masajabatn, yaitu, saat melepas wewenang. Yang juga menarik sekali

no. 11, september 2006

Page 4: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

4

e-newspEnEbardalam cara bekerja lembaga-lembaga ini ialah perputaran terus-menerus dari dalam pucuk pimpinan (presiden direktur, pemukagereja, tokoh akademi, pejabat yang lain, dll.). Dan, sepertilembaga yang lain, negara, selain menyimpan kenangan umum,juga mengandung hasrat-dari-dalam untuk melestarikan-diri danmenegakkan kebesaran-diri; hasrat ini pada suatu saat dapat„terungkap“ melalui peran personalianya, namun tidak dapatdianggap sekedar perwujudan ambisi-ambisi pribadi personaliayang kebetulan berperan.

Dengan kondisi lembaga-modern yang demikian, maka dapatdiduga, dalam kenyataannya, negara-negara-kebangsaan akanmenjalankan kebijaksanaan yang merupakan sebuah paduan yangberubah-ubah dari dua jenis kepentingan umum, yang dapat kitasebut „kepentingan negara“ dan „kepentingan bangsa“; keduanyapantas dipandang masing-masing sebagai „kepentinganrepresentatif“ dan „kepentingan partisipatoris.“ Jadi, dapat kitagambarkan semacam spektrum yang menghubungkan dua kutub,atau dua situasi yang berbeda. Ini adalah variasi dari pembedaanmenarik yang dikembangkan dengan daya-imajinasi oleh Alers(1956). Salah satu situasi yang demikian ialah kondisi pendudukanatau penjajahan, misalnya ketika Perancis diduduki Jerman,Jepang diduduki Amerika, atau „Indonesia“ dijajah Belanda dan„Vietnam“ dijajah Perancis. Dalam kasus-kasus ini, lembaga„negara“ tetap menjalankan fungsi-fungsi modernnya seperti:memungut pajak, menyajikan jasa-jasa administratif, mencetakuang, mengatur proses peradilan, dsb., sedangkan sebagianterbesar pegawai atau penyelenggara „negara“ ialah orang-orang„pribumi.“ Patut dicatat, bahwa kondisi-kondisi ini sama sekalitidak dengan sendirinya menjamin tingkat kesejahteraan yangbagaimanapun dari penduduk yang dikuasai. Di bawahpendudukan Amerika Serikat, masyarakat Jepang mengalamisuatu kebangkitan yang mengagumkan dari puing-puing perang,dan tak dapat dibantah, bahwa dalam ihwal-ihwal tertentu, rexim-rezim kolonial di Indonesia dan Vietnam turut menyumbangkemajuan bagi penduduk yang dijajah. Namun jelas pula, bahwa

no. 11, september 2006

Page 5: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

5

kepentingan-kepentingan „nasional“ yang partisipatoris (daripenduduk setempat) hampir sepenuhnya diabaikan atau ditindas.Sedang kutub atau situasi lain dari spectrum di atas ialah situasipada awal mula revolusi, yaitu ketika lembaga negara tengahberantakan dan pusat-kuasa dengan tegas beralih ke pihakorganisasi-organisasi di luar negara yang dibentuk melaluipenggalangan massa secara sukarela.

Apabila memang demikian dua kutubnya, maka, hasilkebijaksanaan dari negara-negara-kebangsaan modern lazimnya(dengan kekecualian situasi yang istimewa) akan mencerminkansebuah pergeseran lembaga antara dua jenis “kepentingan yangdigambarkan di atas. Menurut pendapat saya, kerangka iniberguna untuk mengembangkan sebuah pemandangan dalammenafsirkan kehidupan politik modern di Indonesia. Khususnya,saya berpendapat bahwa hasil-hasil kebijaksanaan negara “OrdeBaru” (sejak sekitar 1866 sampai kini) dapat dipandang sebagaiperwujudan maksimal dari jenis kepentingan negara; dan daya-laku argumentasi ini dapat diuji dengan meninjau sejarahkehidupan (ber)negara di Indonesia. Tujuan tulisan ini bukanlahpertama-tama untuk menimbang untung-rugi dari berbagai rezimyang silih-berganti bagi penduduk, melainkan untukmengembangkan sebuah kerangka pemikiran yang cocok bagistudi perbandingan yang historis.

I. NEGARA KOLONIAL SEBAGAI NENEK-MOYANGAPARAT NEGARA-MODERN

Tanggal lahir negara “Indonesia” konon masih diperdebatkan olehpara sarjana, namun tempat kelahirannya sudah jelas: yaitu, kotapelabuhan Batavia (Betawi) yang menjadi markas-besar KerajaanDagang Kompeni atau V.O.C. (Vereenigde Oostindische Compagnie)di Nusantara pada awal abad ke-17. Dari sudut pandang pusatnyadi Amsterdam, V.O.C. kelihatannya seperti suatu usaha bisnis,(dengan laba variabel), namun dari segi kegiatannya di Nusantara,

no. 11, september 2006

Page 6: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

6

e-newspEnEbarboleh dikatakan sejak awal mulanya ia tampil selaku sebuahlembaga negara: yaitu, menyelenggarakan tentara, perjanjian,pajak, menghukum para pelanggar hukum, dll. Bahkan dikalamasih berbentuk benih, negara ini juga telah mencurahkanperhatian besar untuk menggalakkan kejayaan politik denganmemperluas wilayahnya, hal mana sangat jauh dari kepentinganmeraih keuntungan dagang (lihat misalnya Boxer, 1965: 84-97).Ketika V.O.C. secara resmi digantikan oleh pemerintahan KerajaanBelanda pada wal abad ke-19, hasrat-hasrat politik tersebut tetapnampak jelas. Dan, memang, Indonesia sebagaimana kita kenaldewasa ini merupakan hasil cetakan dari perluasan kekuatanpolitik-militer yang luar biasa dari ibukota Batavia pada masa1850-1910 (Vlekke, 1959: bab 14, “The Unification of Indonesia”).Dipandang dari segi keuntungan ekonomis, malahan juga darisegi sekuriti militer, tindakan perebutan dan penaklukkan wilayahitu banyak yang kurang masuk akal.1 Beberapa di antaranya malahmengakibatkan negara bangkrut. Seringkali, keputusan-keputusan yang menentukan diambil di Batavia, bukan di DenHaag, dan dengan alas an-alasan (raison d’estat) yang sifatnyalocal. Sebuah contoh bagus ialah Perang Aceh, 1873-1903 (Vlekke,1959, hal. 320-1).

Pada 1910, dengan mengandalkan kekuatan militernya sendiri,yaitu ‘Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger’ (selanjutnya disingkatK.N.I.L.), negara kolonial berhasil mencanangkan “rust en orde”(ketentraman dan ketertiban, atau dalam istilah sekarang: kamtib:keamanan dan ketertiban) di seluruh wilayah yang dikuasainya;sebuah sistem pengendalian-kuasa yang tidak pernahtergoyahkan, dan baru hancur dalam beberapa pecan pada 1942ketika diserbu tentara Jepang. Bila ekspansi horizontal pada awalabad ini berakhir, dalam hal ekspansi vertikal yang terjadi adalahkebalikannya. Dengan dilaksanakannya “kebijaksanaan Etika,”

1 Dalam artian ini, usaha pencaplokan Timor Timur setelah serbuan pada 7Desember 1975 merupakan garis kelanjutan dari pelebaran wilayah rezimkolonial.

no. 11, september 2006

Page 7: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

7

aparat negara mengalami perluasan besar-besaran yang jauhmerasuki kehidupan masyarakat setempat, dan fungsi kepejabatanberkembang-biak.2 (Mengenai proses ini, studi yang klasik adalahkarya Furnivall, 1944). Pendidikan, kegiatan religius, irigasi,perbaikan pertanian, peningkatan kebersihan (hygini), eksploitasipertambangan dan pengawasan politik, ini semua semakinmenjadi kegiatan pemerintahan negara yang semakin luas. Danperluasan ini berlangsung bukan pertama-tama karenamenanggapi tuntutan-tuntutan organisasi masyarakat di luarnegara, melainkan karena desakan hasrat dari dalam lembaganegara.

Apakah latar belakang penggalakan aparat ini? Jawabnya akanjelas bila kita tengok kebijaksanaan perpajakan dan personaliapemerintahan ketika negara colonial semakin mapan. Pada 1928tahun terbaik sebelum Depresi tiba, pendapatan negara berkisarsekitar 10% dari masing-masing monopoli negara dalampembuatan garam, pegadaian dan penjualan opium (yang hargajualnya 10 laki lipat harga di pasar terbuka di Singapura, lihatmisalnya Rush, 1977: hal 278); 20% dari keuntungan perusahaan-perusahaan milik negara dalam bidang pertambangan, perkebunandan industri; 16% dari bea cukai; 19% dari pajak usaha; 6% daripenyewaan tanah; dan 9% dari pajak pendapatan. Sisanya terdiridari hasil berbagai pungutan dan pajak-pajak tidak langsung yangregresif (Data di atas berdasarkan data dalam Van den Bosch, 1944:hal. 290-305). Jika kita ingat bahwa perekonomian masa itumenghasilkan produk-produk dunia yaitu: 90% untuk kina, 80%untuk merica, 37% untuk karet, dan 18% untuk timah—belumlagi hasil produksi minyak—, maka jelas bahwa sumber kekuatannegara kolonial pada masa matangnya—seperti negara V.O.C.

2 Hasilnya dilukiskan dengan tepat dalam Rumah Kaca, karya dengan judulbergaya Foucault (saya belum terbit), jilid ke 4 dari empat karya besarPramoedya Ananta Toer mengenai kebangkitan nasionalisme Indonesia.Sebuah pandangan tajam akan suasana ketika birokrasi “rumah kaca” kolonialini tengah dibangun, dapat ditemukan dalam Onghokham, 1978.

no. 11, september 2006

Page 8: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

8

e-newspEnEbaryang mendahuluinya—sebagian terbesar bertumpu pada kegiatansendiri yang bersifat monopolistis serta pada eksploitasi secaratepat-guna dari berbagai sumberdaya alam dan manusia setempat.

Untuk sisi lain dari gambaran ini, kita harus melihat pola anggaranbelanja negara. Pada 1931, tidak kurang dari 50% pengeluarannegara dihabiskan untuk membiayai aparat negara (Van denBosch, 1944: hal. 172). Salah satu sebabnya ialah, karena negaraHindia Belanda mendatangkan banyak sekali pejabat dari Eropa,yaitu sebesar 9 kali lipat proporsi pejabat kolonial Inggris di India(di luar daerah-daerah istimewa yang diperintah oleh „orang-or-ang pribumi“) dibanding dengan jumlah penduduk setempatmasing-masing (Van den Bosch, 1944: hal. 173). (Namun ini adalahperkembangan belakangan, sebab pada 1865, hanya terdapatsebanyak 165 pejabat keturunan „Eropa“ bagi 12 sampai 13 jutapenduduk di Jawa, (lihat Fasseur, 1975: hal. 9). Namun demikian,ketika itu pun jumlah pejabat Eropa hanya sekitar 10% dari seluruhaparat negara. Pada 1928, jumlah pejabat keturunan pribumi yangdigaji negara hampir mencapai seperempat juta orang (Van denBosch, 1944: hal. 171), dengan kata lain, 90% dari birokrasi negara-kolonial terdiri dari „orang-orang Indonesia,“ dan negara ini takmungkin berfungsi tanpa peranserta mereka. Situasi ini, sepertiditulis oleh Benda, merupakan tahap terakhir dari proses panjangsejak pertengahan abad ke-19, yang menyerap dan mencengkeramberbagai lapisan penguasa pribumi (kebanyakan orang Jawa) kedalam mekanisme beamtenstaat, yaitu, sebuah aparat negara-pejabatyang semakin digariskan dan dikendalikan dari pusatpemerintahan kolonial setempat. (Mengenai birokrasi teritorialpejabat Jawa lihat studi bagus oleh Sutherland, 1979).

Aparat kepejabatan yang konon bagaikan kandang besi ini,kemudian mendekati kehancuran akibat pemerintahanpendudukan militer Jepang selama 3½ tahun (Maret 1942 s/dAgustus 1945). Pertama, keutuhan wilayah kolonial kiniberantakan. Pulau Jawa, Sumatera dan Indonesia Bagian Timurdiperintah tersendiri, masing-masing oleh tentara Jepang divisi

no. 11, september 2006

Page 9: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

9

ke-16 dan ke-25 dan oleh sebuah cabang dari marine Jepang.Kebijasanaan yang dijalankan di setiap zona berlain-lainan, sedikitsekali hubungan administratif di antaranya, apalagi perputaranpersonalia antar zona nyaris tak ada. Kedua, sebagai akibatpembagian zona pemerintahan dan runtuhnya perekonomiankolonial yang berorientasi ekspor di masa perang, maka sumber-sumber daya negara terkuras, dan, dengan demikian, disiplinkeuangan pun merosot. Di Jawa, penguasa militer menghadapikrisis ini dengan mencanangkan sistem pungutan barang, kerja-paksa, dan mencetak uang terus-menerus secara gegabah. Inflasiyang menggila (hyperinflation) membuat gaji pegawai tidak berarti,sedang gejala korupsi sebagai efek demoralisasi dengan cepatmenjalarke seluruh bagian aparat negara. Ketiga, daya-kerjamekanisme negara secara drastis dirongrong oleh berbagai faktor,yaitu, digantikannya para pejabat kolonial Belanda yang telahmakan garam oleh orang-orang Jepang yang relatif kurangpengalaman, dan oleh orang-orang Indonesia yang tiba-tibadipromosikan, timbul kekacauan kehidupan masyarakat danberkurangnya sumber kebutuhan hidup akibat situasi perang.Akhirnya, kebijaksanaan pemerintah-pendudukan yang sangatganas dan menindas di belakang hari menimbulkan kebencianrakyat, dan perasaan benci ini terutama diarahkan kepada parapejabat pribumi (pamongpraja) yang makin dianggap sebagaikaum pengkhianat ibu pertiwi. Jadi, dengan takluknya Jepangpada bulan Agustus 1945, maka di berbagai tempat di Jawa danSumatera, lembaga negara nyaris mengilang, kekuasaannya pudardihadapan berbagai gerakan rakyat yang bermunculan.(Anderson, 1972: bab 6, 7 dan 15). Sedang di bagian lain dari„Indonesia,“ fragmen-fragmen dari aparat beamtenstaat yanglama (Hindia Belanda), berlangsung terus sesuka sendiri.

no. 11, september 2006

Page 10: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

10

e-newspEnEbarII. NEGARA DAN KEKUATAN MASYARAKAT, 1945-1965

Pada 17 Agustus 1945, dua tokoh politik nasionalis yangtermasyhur, yaitu Sukarno dan Hatta, mengumumkan ProklamasiKemerdekaan Indonesia dalam suatu upacara singkat dipekarangan di depan rumah pribadi Sukarno di Jakarta. Apabilaboleh disebut punya „kedudukan resmi,“ kedudukan mereka saatitu hanyalah selaku Ketua dan Wakil Ketua Panitia PersiapanKemerdekaan Indonesia, sebuah badan yang dibentuk tergesa-gesa oleh Jepang beberapa hari sebelumnya. Pada hari berikutnya,dua puluh orang anggota panitia itu „memilih“ Sukarno untukmenempati suatu kedudukan yang sama sekali baru, yaitukepresidenan. Dengan demikian, Sukarno secara formalmenyatukan kepemimpinan bangsa yang baru ini dengankepemimpinan dari suatu lembaga negara yang lama (Anderson,1972: bab 4). Maka, untuk pertamakalinya kepemimpinannegarakini dirumuskan dalam makna yang representatif;bahwasanya setelah itu Sukarno tidak pernah menyelenggarakanpemilihan presiden, hal ini tidak merubah arti bahwa pucuknegara yang dipimpinnya ini mengandung makna representatif.

Peristiwa proklamasi itu sendiri secara fisik maupun politisberlangsung di luar lingkup negara,dan hal ini secara simbolismengingatkan kita akan karir terdahulu Sukarno, yangkeseluruhannya dibangun melalui penggalangan kekuatan rakyat(gerakan nasional), dan melalui oposisi berkurun panjangmelawan negara kolonial. Sukarno tidak pernah menjadi pejabatdi dalam pemerintahan negara kolonial, ia diintai, ditangkap,diadili, dipenjara dan diasingkan (selama hampir 11 tahun) olehmata-mata, polisi, hakim dan pejabat penguasa negara itu (Legge,1972, khusus bab 5 dan 6). Dan di kalangan mereka yangmengintai, menangkap serta mengucilkannya—belum lagi yangdengan gigih merusak pekerjaan politiknya semasa ia masihbebas—adalah orang-orang „Indonesia“ yang turut dalam aparatnegara itu.

no. 11, september 2006

Page 11: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

11

Selama empat tahun gejolak Revolusi (1945-49) yang kemudianmenyusul, sebenarnya ada dua lembaga negara yang berfungsidi Nusantara: Republik yang masih jabang bayi dan HindiaBelanda yang hendak kembali. Walau diperlemah oleh kedudukanNAZI Jerman semasa perang dan oleh kehancuran ekonomi,Negeri Belanda saat itu mempunyai kekuatan militer maupunsumber dana yang toh masih jauh lebih besar daripada kekuatannasionalis Indonesia. Pada akhir 1946, Belanda berhasil menguasiseluruh kawasan Nusantara bagian timur, dan pada tahunberikutnya praktis menduduki semua daerah utama penghasilkomoditi ekspor di Jawa dan Sumatera. Dengan kekuatan aparat‚beamtenstaat’-nya. Menyusul „Aksi Polisionil“ kedua yangdilancarkan pada 19 Desember 1948 negara kolonial berhasilmerebut kota-kota penting dan menawan Sukarno, Hatta danpucuk pimpinan Republik yang lain (Kahin, 1952; Alers, 1956;Reid, 1974).

Negara Republik yang menandingi aparat negara kolonial, sejakmulanya memang lemah dan semakin lemah tahun demi tahun.Sebagian personalia yang diwarisi Republik dari negara lamasecara politis tidak dapat diandalkan dan sering dicurigai, sedangpersonalia baru memasuki jenjang di dalam negara secarakebetulan; mereka ini tampil selaku „pejuang revolusi“ tanpapandangan, pengalaman dan keahlian yang bergaya pejabat(eamten) negara. Tidak sedikit dari mereka menempati kedudukandi dalam negara tanpa pernah membayangkan akan menempuhkarir kepejabatan di masa depan. Maka kohesi atau keterikatandi dalam tubuh negara Republik sebenarnya tidaklah tangguh dankemiskinan masyarakat makin memperlemahnya. Sejauh negara(lama) mempunyai citra berwibawa, otoritas ini sebagian besardiperolehnya berkat peran bekas musuhnya, yaitu, pemimpin-pemimpin nasionalis.3 Para pemimpin ini pada gilirannya kini

3 Lihat Anderson, 1972: 113-4, untuk sebuah penjelasan mengenai perundinganyang berat sebelah antara para pemimpin nasionalis dengan wakil-wakil pucuknegara pada 30 Agustus 1945, dan lihat bab 15 untuk sebuah analisa mengapa

no. 11, september 2006

Page 12: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

12

e-newspEnEbarberkepentingan untuk mengamankan aparat negara karena tigaalasan taktis: pertama, mereka ingin sejauh mungkin menjauhkannegara „Beamtenstaat“ dari pengaruh Belanda, karena aparat inidianggap lebih berguna bagi musuh daripada bagi mereka sendiri,kedua, aparat negara itu kadangkala berguna dalam rangkapertarungan-kuasa di dalam kalangan mereka sendiri, dan ketiga,mereka bertekad memperoleh pengakuan internasional sebagaisuatu bangsa yang berdaulat, sedang pengkuan demikian hanyadiberikan kepada bangsa-bangsa yang mempunyai aparat negara.

Jadi, ketika Belanda akhirnya terpaksa mengakui kekalahan,penyebabnya yang utama bukan terletak pada peran lembagaRepublik. Faktor utama ialah adanya perlawanan rakyat yangsifatnya sangat lokal, terutama di Jawa dan Sumatera,sebagaimana terungkap dalam gerak aneka ragam organisasipolitik dan militer di luar negara, yang dihimpun, dibiayai dandipimpin oleh kekuatan masyarakat di pelbagai tempat (ini semuadilukiskan dengan indah dalam karya A. Kahin, 1979). Yangmengkaitkan berbagai gerakan perlawanan ini bukanlah suatulembaga negara, melainkan sebuah pandangan bersama untukmewujudkan suatu bangsa yang bebas dan merdeka.4 Selanjutnya,pihak Belanda makin letih perang dan mengalami tekanan beratdi bidang diplomatik dan keuangan dari Amerika Serikat. Hal initurut mendorong timbulnya perubahan dramatis, hingga padaakhir 1949, Belanda secara resmi menyerahkan kedaulatan ketangan Republik Indonesia Serikat (R.I.S.) yang menghimpunberbagai negara di Nusantara.

pamor Sukarno dan para pembantu sekitarnya turut membantu menghidupkankembali wibawa bekas aparat resmi kolonial.

4 Keadaan ini dapat dilambangkan dengan peranan Aceh. Aceh, daerah yangsetelah merdeka pertama kali memberontak karena memprotes campur-tanganJakarta (1953) ini, pada masa Revolusi menjadi pusat perjuangan yang palingrela berkorban, pernah dengan sukarela menyumbang uang dalam jumlah besarkepada penguasa Republik di Jawa yang ketika itu sangat membutuhkan uang(tapi tak punya aparat negara untuk memungut pajak).

no. 11, september 2006

Page 13: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

13

R.I.S., lembaga baru ini, di dunia luar mendapat pengakuaninternasional, tapi di dalamnya, sebenarnya merupakan sebuahcampuran yang rawan antara dua lembaga negara yang selamaempat tahun sebelumnya bermusuhan—rawan, baik dalamkekuatan militernya maupun dalam birokrasi, perundang-undangan yang muda, dalam kemampuan sumber keuangannyayang antara lain dibebani warisan hutang H.B. sebesar 1.130 jutadollar Amerika (G. Kahin, 1952: 433-53), dan rawan karena warisanberbagai kenangan yang telah melembaga. R.I.S. terbelah dalamdua aparat negara, sisa Hindia Belanda (H.B.) dan Republik. Didalam R.I.S., kedua belahan ini mempunyai kelemahan masing-masing. Belahan “H.B.” secara politik cemar oleh nodapersekongkolan dengan Belanda, dan sekaligus kehilangan intikekuatan pemerintahan H.B. Sedang belahan „Republik“ belumpulih dari kehancurannya selama 1948-49. Dan pada 1950, ketikanegara federal R.I.S. dirubah menjadi negara kesatuan RepublikIndonesia, akibat desakan dan agitasi kekuatan di dalammasyarakat, maka kerawanan itu pun tetap melandalembaganegara campuran ini.

Maka cukup beralasan untuk mengatakan dengan mudah, bahwasistem demokrasi parlementer bisa hidup sampai sekitar 1957,karena memang tak mungkin ada bentuk rezim lain sebagai alternatif.Karena tak ada birokrasi sipil yang tangguh, tak ada partai sipilyang tangguh, tak ada partai politik yang dominant pada tingkatnasional, dan tak ada angkatan bersenjata professional danterorganisasi-sentral (tak ada juga “industri” yang menopangmariner dan angkatan udara untuk mengendalikan seluruhNusantara) yang berpotensi mengambil alih kuasa negara. Dengandemikian, sistem demokrasi parlementer yang menandaskanperwakilan rakyat dan menyajikan ruang bagi kegiatan organisasipolitik di luar negara, boleh dikata “cocok” dengan situasi yangmenggejala, yaitu, kehidupan masyarakat dan bangsa lebihberbobot dan mendesak kehidupan aparat negara.

Dengan élan (semangat) perjuangan kemerdekaan yang makin

no. 11, september 2006

Page 14: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

14

e-newspEnEbarpudar dan tenggelam ke dalam kenangan, maka kelemahan negaramakin menyolok dan tampak dalam tiga demensi: militer,ekonomi, dan administrasi pemerintahan.

Kelemahan sisi militer tampak pada 1950, ketika permusuhanantara dua komponen militer dari lembaga campuran tadi, pecahmenjadi pertempuran antara bekas tentara Republik lawan bekastentara K.N.I.L. Ini terjadi di Jawa dan di Sulawesi, dan kemudianmenimbulkan usaha separatis “Republik Maluku Selatan” (lihatpenjelasan Feith tentang “Kasus Westerling” di Jawa Barat dan“Kasus Andi Aziz” di Sulawesi Selatan, dalam bukunya, 1962: 62,66-68). Tidak lama kemudian, berkecamuk apa yang disebut“pemberontakan daerah,” terutama di kawasan-kawasan yangdulu menjadi basis kekuatan tentara Republik. Akhirnya, pada1958, berkobar perang saudara besar-besaran antara Republik In-donesia dan P.R.R.I./Permesta, yang dipimpin oleh beberapatokoh militer dan politik yang terkenal di masa revolusi. Kesemuasengketa ini dimungkinkan, oleh karena Revolusi di tahun-tahunsebelumnya diperjuangkan oleh kekuatan-kekuatan gerilya yangsifatnya local dengan staf pimpinan yang kecil, tidakberpengalaman kemiliteran dan hanya mengandalkan wibawamoral tertentu. Alhasil, ujung-ekornya seperti yang terjadi diBirma sejak usai perang: negara Indonesia yang telah merdekaselama bertahun-tahun tak mampu mencanangkan kendalimiliternya di sebagian besar wilayah negara.

Pada sisi ekonomi, negara tidak saja harus menghadapiperekonomian yang guncang akibat perang dan revolusi, tapi jugadibebani warisan hutang yang besar, dan tak mampumenyelenggarakan pemungutan pajak yang efektif. Tambahanpula, sampai 1957, perusahaan-perusahaan raksasa Belanda, yaitu“Lima Besar,” tetap mendominasi sebagian besar sectorpendapatan negara dan perhubungan laut. Industri perminyakanberada di tangan Belanda, Amerika dan Inggris. Maka tidakmengherankan, perkembangan perekonomian negara pasca-kolonial ibarat sinar pelita yang redup.

no. 11, september 2006

Page 15: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

15

Pada sisi administrasi negaraq, ketangguhan dan disiplin aparatbirokrasi sipil yang telah runtuh, melanjutkan proses ini selamatahun 1950-an. Untuk sebagian, hal ini merupakan akibat daripermusuhan antara dua belahan dalam aparat negara campuranpasca-1950. Untuk sebagian lagi, karena kenangan akan gejolaknasib pamongpraja selama Revolusi (main pecat, culik, dan bunuh)melemahkan semangat kerja dan mendorong sikap pasif demiperlindungan diri sendiri. Namun, yang paling penting adalahgejala penetrasi (perasukan pengaruh) masyarakat ke dalamlembaga negara. Konon, kalangan orang yang pada masa colo-nial dijauhkan dari fungsi dan jabatan di dalam beamtenstaat,sudah semenjak masa Revolusi mengambil-alih posisi tersebut:kiyai-kiyai tua menjadi pegawai kecamatan, muda-mudimenyelenggarakan jasa-jasa umum berupa pelayanan kesehatandan kenyediaan pangan, orang-orang buta-huruf menjadikomandan militer di desa-desa, dsb. Unsur-unsur masyarakat ini“memasuki” lembaga negara, namun kaitan dasar dan loyalitasmereka tetap bertumpu pada bangsa, kelompok ideoligis,organisasi paramiliter, komunitas desa-desa, dan lain sebagainya.Proses penetrasi ini berkelanjutan setelah 1950, pertama-tamamelalui partai-partai politik. Membangun suatu partai yangberlingkup nasional di tengah bangsa yang jumlahnya sekitar 100juta orang, tentu saja akan menelan biaya besar. Akan tetapi, parapemimpin politik saat itu menganggap cara yang murah adalahmengikut sertakan para pendukungnya ke dalam berbagai fungsidi dalam aparat negara. Dengan demikian, birokrasi sipilmembengkak, dari sekitar 250 ribu pada 1940, menjadi sekitar 2½juta pegawai negeri pada 1968—kenaikan sepuluh kali lipat dalamkurun satu generasi saja (Emmerson, 1978: 87). Suatu negara yangpeekonomiannya lemah tentu tidak berdaya menggaji secaramemadai para pegawai birokrasi yang menggelembung ini,apalagi untuk menjaga taraf disiplin tertentu. Akibat-akibatnyatak terelakkan lagi korupsi (untuk kantong pribadi maupun kaspartai) mearjalela dan daya-kerja merosot. Dan jika pemerintahanselama periode 1950-57 terbentuk oleh koalisi partai, makapembagian fungsi dan jabatan departemen menurut patronase

no. 11, september 2006

Page 16: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

16

e-newspEnEbarpolitkik (hubungan bapak—anakbuah) membuat situasi makingawat. Sebuah petunjuk bagus betapa “rapuh”aparat negaraadalah kalimat dalam U.U. No. 1/1957 yang mewajibkan kepala-daerah dipilih melalui pencalonan (oleh pendukung partai), bukandiangkat oleh pusat (Legge, 1961: bab 9).

Tetapi bukan hanya partai politik yang merasuki tubuh aparatnegara. Baik pada masa Revolusi maupun setelahnya, banyakkalangan elite tradisional yang semula bersekongkol denganBelanda di daerah-daerah yang terbelakang di luar Jawa,kehilangan (atau takut kehilangan) kedudukan dan hartabendamereka. Merasa lemah dalam kancah pemilihan umum, makamengirim anak-anak mereka ke sekolah-sekolah kepegawaian.Kelompok bangsawan muda dari suku-suku minoritas inikemudian memperkaya perputaran negara dengan dimensi„etnik“ yang bergairah konservatif dan cenderung kesukuan (lihatMagenda, akan terbit).

Namun dalam proses ini muncul dua kekuatan pokok yang padaakhir periode parlementer mencoba menyelamatkan negara. Yangpaling penting ialah TNI/Angkatan Darat, dan yang lain ialah,presiden Sukarno serta kekuatan-kekuatan pendukungnya.Selama satu dasawarsa (1950-an), tentara dilanda sengketa intern,tapi lambat laun pucuk pimpinan TNI/AD berhasil memperkuatwibawa pimpinan di pusat. (Mc Vey, 1971-72). Pimpina inimenjalankan politik mengembangkan ketangguhan korps danprofesi melalui pendidikan staf dan komando kemiliteran di luarnegeri (terutama di Amerika Serikat) dan mengembangkanlembaga-lembaga pendidikan sendiri di dalam negeri yangkesemuanya terkendali dari pusat. Selain itu, dengan bantuanbesar dari luar negeri, pucuk TNI/AD membangun komandomiliternya sendiri sebagai suatu kekuatan operasional yangmampu bergerak cepat; komando khusus ini pada tahun 1960-antelah matang dan dikenal sebagai Komando Cadangan StrategisAngkatan Darat, KOSTRAD. Terutama berkat bantuan Uni Socyet,ABRI membangun marinir dan angkatan udara yang kuat

no. 11, september 2006

Page 17: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

17

(angkatan-angkatan ini membutuhkan modal besar, jadi—laindengan TNI/AD—tak mungkin tumbuh dari kekuatan gerilyayang menyebar di masa Revolusi). Maka, pada 1962, pimpinanTNI/AD cukup berhasil memberantas pembangkangan perwiradaerah, dan untuk pertama kali sejak 1942 sebuah aparat militerdari lembaga negara menyatukan seluruh bekas wilayah HindiaBelanda di bawah satu kendali sentral. Dalam proses ini, setiapkeberhasilan suatu operasi militer menyisihkan para petanding-kuasa di dalam perebutan-kuasa antar-militer. Dengan basiskekuatan di Jawa, para perwira tinggi memberkuat kendalikomando, sementara pasukan-pasukan dari Jawa secara de factomenduduki dan menguasai berbagai kawasan di luar Jawa.

Akhirnya, pucuk TNI/AD menemukan jalan untuk menghadangkekuatan-kekuatan dari tengah masyarakat yang memecah-belahaparat sipil negara. Titik-balik ini terjadi pada 1957. Pada 14 Maret,presiden Sukarno mengumumkan Undang-Undang KeadaanDarurat (S.O.B.) di seantero negeri untuk menanggulangi krisisdaerah, dan, dengan demikian, melimpahkan sumber-sumberkekuatan istimewa kepada aparat militer. Pada mulanyawewenang ini digunakan untuk mengekang kegiatan parta-partaipolitik—terutama Partai Komunis Indonesia (P.K.I.)—, danmenekan organisasi-organisasi veteran yang dikendalikan parpol,dalam rangka mematahkan kaitan militer dan parpol. Kemudian,ketika serikat-serikat buruh yang militan pada bulan Desembermerebut sebagian besar kerajaan-dagang Belanda untukmengganjar sikap Belanda yang kepala-batu dalam isu Irian Barat,ketika itulah, pucuk TNI/AD melangkah maju dan menggantikanserikat-serikat itu. (Lev, 1966: 34, 69-70). Mendadak para perwiraTNI/AD merebut kendali dari sebagian terbesar perusahaandalam sektor ekonomi modern tersebut. Maka, untuk pertama kalikorps perwira TNI/AD meraih sumber-sumber keuangan pentingbagi dirinya sendiri, dan dengan demikian, untuk pertama kalipula, melekatkan suatu kepentingan ekonomi korporat (usaha dagangyang terorganisasikan) pada lembaga ABRI secara keseluruhan,sebagai suatu sektor ekonomi tersendiri di dalam masyarakat In-

no. 11, september 2006

Page 18: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

18

e-newspEnEbardonesia. Jadi, pada 1957, untuk pertama kali sejak 1942, sumber-sumberdaya ekonomi yang utama (bagi seluruh bangsa) jatuh ketangan suatu kendali-tunggal (dari satu aparat di dalam negara).

Dalam proses tadi, tokoh Sukarno yang kharismatis menjalinsekutu dengan pimpinan TNI/AD. Menghadapi ketegangan re-gional yang kemudian memuncak dengan pecahnya perangsaudara pada Pebruari 1958, Sukarno melihat bahaya perpecahanbangsa semakin besar. Ancaman ini dianggapnya semakin gawat,karena Amerika Serikat (atau, paling tidak, Dinas Rahasia C.I.A.)menyokong para pembangkang daerah dengan persenjataan danuang. Mengingat pengalaman masa lampau, Sukarno makinyakin, bahwa kabinet koalisiantar partai—bahkan juga pamornyapribadi—tak akan berdaya memadai untuk mencegah bahayanasional tersebut. Hanya TNI/AD yang mampu menghadapinya.Oleh karena itu, bagi Sukarno, penting untuk memberi pimpinanTNI/AD hal-hal yang menurut mereka sangat dibutuhkan yaitu,U.U. Darurat, kekangan terhadap parpol, kendali atas perusahaan-perusahaan Belanda, dan pencabutan U.U. No. 1/1957. Besarkemungkinan, Sukarno belakangan pun yakin bahwa cita-citamengembalikan Irian Barat ke pangkuan Republik hanya dapatdiwujudkan dengan membangun suatu kekuatan militer yangtangguh, yang oleh Belanda (dan Amerika Serikat) dianggapserius.

Kendati demikian, Sukarno juga menyadari sepenuhnya, bahwakonsolidasi TNI/AD untuk pertama kali dalam sejarah membukapeluang suksesnya suatu kudeta dan tegaknya suatu rezim yangdidominasi kaum militer. Karena itu, dengan cepat iamenggunakan wibawa politik dan wewenang legal-nyaberdasarkan U.U.D. 1945 (yang diberlakukan kembali melaluisuatu dekrit pribadi presiden pada 1959) untuk mencegah tentaramenindas parpol dan ormas.5 Koalisi antara pimpinan TNI/AD

5 Dengan ini tidak disangkal bahwa Sukarno sudah lama jengkel ataspembatasan-pembatasan yang dikenakan padanya oleh UUD sistem

no. 11, september 2006

Page 19: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

19

dan Sukarno selanjutnya relatif meudahkan peralihan dari„Demokrasi Parlementer“ ke „Demokrasi Terpimpin.“ Koalisi inimemang bermanfaat tertentu, tapi mulai berantakan ketikakepentingan-kepentingan langsung kedua pihak tidak lagi sejalan.Sengketa-sengketa antara kedua partner dan antara kekuatan-kekuatan yang menjagokan masing-masing pihak, semulamenimbulkan gejolak politik hingga akhirnya, pada tahun 1965-66, pecah bencana besar.

Pada hakekatnya, tujuan pokok koalisi ini ialah, untuk menyerapseluruh bekas wilayah Hindia Belanda ke dalam Republik, danmenegakkan kembali wibawa pusat negara di seantero Nusantara.Bagi Sukarno, sasaran ini telah tercapai pada awal 1963, ketikakombinasi siasat diplomasi dan gebrakan militer Indonesiaakhirnya berhasil menggerakkan Amerika Serikat, untukmengatur kembalinya Irian Barat ke pangkuan R.I. (melaluipemerintahan ad interim P.B.B.). Akan tetapi, ini semua harusdibayar mahal. Pertama-tama, Angkatan Darat semakin kuat,tangguh dan kuasa.

Selain itu, hubungan TNI/AD dan Amerika Serikat semakin akrabdan menghasilkan buahnya: kekuatan militer asing (AmerikaSerikat) yang dominan di kawasan (Asia Tenggara) ini sekarangpunya batu penunjang (TNI/AD) yang berakar di dalam tubuhnegara Indonesia, yang berarti suatu sumber pengaruh yangberbahaya.6 Dalam pandangan Sukarno, perasukan pengaruh ini

parlementer 1950, juga tidak disangkal bahwa Sukarno menikmati keleluasaankekuasaan kepresidenan sebagaimana ditetapkan oleh UUD 1945. Selain itu,dalam memberikan perlindungan kepada partai-partai dan organisasi-organisasimasa (kecuali bagi PSI dan Masyumi yang ia bubarkan karena terlibat dalamPRRI), ia jelas didorong oleh kebutuhan akan dukungan politik yangterorganisasi, sebagai imbangan bagi TNI/AD. Memang sedemikian kuatirnyaSukarno terhadap pamrih TNI/AD sehingga ia bertindak sebegitu jauh denganmemamerkan pilih-kasihnya pada AL, AU dan Polri.

6 Hal ini dengan halus digambarkan oleh Dubes kawasan Amerika di Indonesia(1958-65), Howard Jones, dalam memoarnya: “Dalam pengertian kekuasaan

no. 11, september 2006

Page 20: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

20

e-newspEnEbarsangat membatasi kedaulatan bangsa Indonesia dan daya-mampunegara untuk membenahi masalah dalam negeri dengan otonomiyang maksimal. Lebih lanjut, dengan penguasaan atas bekasperusahaan-perusahaan Belanda, maka pucuk pimpinan TNI/ADkini berada dalam kedudukan yang langsung bertolak belakang(antagonistis) dengan kekuatan rakyat—terutama para buruh danpetani yang bekerja di tambang, perkebunan dan perusahaan-perusahaan dagang penting lainnya. Jadi, selain menyadarikedudukan pribadinya makin terancam, Sukarbo juga melihatbahaya mengancam tujuan-tujuan gerakan nasionalis yang semula(Legge, 1972: bab 12-13; Hauswedell, 1973).

Jalan ke luar yang ditempuh Sukarno dalam menghadapi masalahini, pada hakekatnya terdiri dari dua macam komponen yangberlainan. Komponen pertama adalah usaha menggalang kembali(remobilisasi) organisasi-organisasi masyarakat di luar badannegara (dalam ungkapan Sukarno: „Kembali ke Rel-Rel RevolusiKita“) di bawah kepemimpinan ideologisnya pribadi. (Pada 1 Mei1963 segera setelah Irian Barat kembali ke R.I., Sukarno mencabutU.U. Keadaan Darurat dan menghidupkan kembali kebebasanparpol). Walaupun selama Demokrasi Terpimpin pemilihanumum tidak diselenggarakan, tetapi—demikian paradoksnya—hal ini justru sangat memudahkan remobilisasi massa. Sebab,irama kerja sistem parlementer-konstitusional yang rutin, cermatdan memusat pada kegiatan legislative, kini digantikan olehakselerasi kemelut politik massa yang semakin mengakar danmeluas ke seluruh masyarakat Indonesia. Partai-partai politik yangpenting pada masa itu—yaitu P.K.I. (Komunis), P.N.I. (Nasionalis)dan Partai Islam konservatif Nahdatul Ulama, tidak sajamengarahkan kegiatan untuk memperluas jumlah anggota partai,tapi juga mengembangkan jumlah anggota ormas-ormas yangberafiliasi dengan masing-masing partai (organisasi pemuda,

politik ini berarti menempatkan taruhan terbaik kita pada TNI/AD … memeliharakesetiaan kelompok perwira tinggi TNI/AD yang pro Amerika dan anti komunis”(1971: 126-27).

no. 11, september 2006

Page 21: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

21

mahasiswa, perempuan, petani, buruh, cendekiawan, dll.).Akibatnya, pada akhir masa Demokrasi Terpimpin, setiap partaibesar mengklaim diri sebagai induk dari suatu “keluarga”ideologis yang membesar dan terorganisasikan, masing-masingdengan anggota sekitar 20 juta, dan semua “keluarga besar” inisaling bersaing sengit tanpa henti di segala bidang kehidupan.Dengan demikian, arus pengaruh masyarakat ke dalam lembaganegara yang dulu pernah dibendung, bahkan dibalikkan sejakdiberlakukannya U.U. Keadaan Darurat pada 1957, kini (sejak1963), berulang kembali. Bahkan ABRI juga didesak pengaruhmasyarakat, ketika Sukarno melancarkan kampanya“Nasakomisasi” (mengikutsertakan unsure nasionalis, komunisdan agama ke dalam) semua aparat negara, dan pada 1965,kampanye pembentukan sebuah Angkatan Kelima (selainkeempat angkatan bersenjata yang telah ada: darat, laut, udaradan polisi) yang dihimpun dari tenaga sukarela rakyat.

Komponen kedua ialah usaha Sukarno menggariskan haluanekonomi yang autarki (“berdikari”) dan politik luar negeri yanganti imperialisme. Latar belakang arus yang sangat nasionalis iniperlu ditinjau secara lengkap dalam kesempatan lain. Dalamtulisan ini, cukup kita catat bahwa haluan itu dimaksud untuk,pertama, menggalakkan penggalangan massa rakyat di bawahbimbingan langsung Sukarno pribadi, dan, kedua, menekan setiappotensi perpecahan bangsa.7 Haluan Negara tersebut jugabertujuan mengekang kedudukan taktis Amerika Serikat yangsangat menguntungkan (melalui TNI/AD) di dalam imbangankuasa politik dalam negeri Indonesia. Baik presiden maupun parapendukung politiknya sangat menyadari betapa penting pengaruh“American Connection” (persekongkolan melalui pendidikanmiliter, penyediaan dana dan persenjataan serta melalui dinasintelejen) bagi pimpinan TNI/AD. Kampanye mengalakkan

7 Lihat Hindley (1962). Meminjam kata-kata Hindley, orang bisa mengatakanbahwa Sukarno sesungguhnya bermaksud menjinakkan semua kekuatan politikdi Indonesia. Bandingkan Anderson (1965).

no. 11, september 2006

Page 22: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

otonomi politik dan ekonomi dipandang sebagai suatu cara yanghalus dan tepat sasaran untuk mematahkan persekongkolan ini.8

Tetapi, perkembangan selanjutnya membuktikan bahwa politikyang dijalankan Sukarno itu, paling tidak mengingat kondisi-kondisi saat itu, tidak dapat bertahan lama. Penyebab dasarnyaterletak pada perkembangan ekonomi: Indonesia terlampaumiskin dan lemah untuk dapat membangun angkatan bersenjatayang besar dan kuat dan sekaligus menjalankan politik luar negeriyang militant dan mantap;9 untuk dapat mewujudkanperekonomian autarki yang hendak mengusir sebagian besarmodal asing, tapi melepas sektor produksi modern di bawah kelolapara perwira militer yang tidak berpengalaman dan mudahdisuap; dan sekaligus menggerakkan mobilisasi gerakan-gerakanrakyat yang saling bertanding sengit. Maka, satu-satunya carauntuk menanggulangi tekanan keuangan ialah mencetak uangdalam jumlah yang main besar. Seolah seperti zaman pendudukanJepang berulang (dengan penyebab-penyebab structural yangserupa), nilai rupiah merosot dahsyat: dalam pasar gelap, nilaitukar dollar Amerika antara awal 1962 s/d akhir 1965, naik dariRp. 470,- menjadi Rp. 50.000,- sebuah kurva yang makin menjulangtinggi sejak pertengahan 1964 (lihat Mackie 1967, table 3). Inflasiyang menggila ini menyentuh segala segi kehidupan masyarakat,bangsa dan negara, dan akhirnya, menjadi maut yang mencekikDemokrasi Terpimpin.

Yang perlu dicatat dari hyperinflasi itu adalah dua dampaknyayang berikut. Pertama, seperti halnya pada zaman Jepang di masabelakangan, daya-kerja aparat sipil negara makin berantakan,

8 Tak mengherankan, tak dilancarkan kampanye serupa terhadap “SovyetConnection”—bukan karena PKI punya hubungan baik dengan PKUS, justruhubungan baik itu tak ada—tetapi karena perlengkapan militer Sovyet mengalirkepada saingan TNI/AD, AL dan AU.

9 Khususnya politik “konfrontasi” yang dilancarkan terhadap negara federasiyang baru saja dibentuk, Malaysia, September 1963.

22

no. 11, september 2006

pEnEbare-news

Page 23: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

karena korupsi dan pemilikan tanah mangkir (absenteisme)merajalela, sedang prasarana komunikasi, pengangkutan danperpajakan parah. (Namun hal ini tidak menghalangi aparatbirokrasi tetap tumbuh—bahkan, boleh dikata, membengkak jauhdi luar proporsi). Satu-satunya aparat negara yang swa sembada,mampu bertahan ialah TNI/AD: untuk sebagian (pada sisi politik)karena TNI/AD secara „legal“ tidak bisa disusupi pengaruhpartai, dan sebagian lagi (pada sisi ekonomi) karena TNI/ADmenguasai aset (kekayaan) nyata negara, bukan sekedar asetformal. Jadi, tahun-tahun terakhir Demokrasi Terpimpin di satupihak ditandai oleh aparat TNI/AD yang semakin jaya danmenguasai aparat-aparat pemerintahan lain.

Kedua, di lain pihak inflasi yang dahsyat membakar apipermusuhan dalam kancah politik dalam negeri, seolah tinggalmenunggu saat meledak. Dengan semakin merosotnya tingkathidup kaum miskin, maka dari dalam tubuh P.K.I. timbul desakankuat untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan hidupmelalui cara-cara yang lebih militan. Perusahaan-perusahaannegara yang dianggap „vital“ (kunci) mengeluarkan laranganmogok, dan hal ini sangat mempersulit serikat-serikat kerja untukbergerak gigih.

Sedang, di kancah pedesaan, peluang untuk gerakan militantampaknya lebih baik: maka pada 1964, P.K.I. mulai melancarkan„Aksi Sepihak“ untuk memaksakan pelaksanaan Undang-UndangLand Reform dan Bagi Hasil 1959/1960, perombakan hak milik,dan sewa tanah yang agak lunak. (Mengenai konteksnya lihatMortimer, 1972). Tapi, saat yang dipilih untuk gerakan ini sangatburuk, sebab hyperinflasi justru mengakibatkan orang ramai-ramai melepas uang kontan, jadi, kalangan yang cukup beradahaus akan tanah dan kalangan pemilik tanah bersikerasmempertahankan miliknya. Dalam kelompok tersebut pertamaterdapat banyak pejabat sipil dan militer, sedang diantarakelompok tuan tanah banyak sekali tokoh-tokoh elit daerah daripartai N.U. dan P.N.I. (lihat Mortimer, 1972, Lyon, 1971, Rocamora,

23

no. 11, september 2006

Page 24: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

1974). Maka kemelut kekerasan anti P.K.I. berkecamuk beberapabulan menjelang pecahnya G30S yang dipimpin letkol. Untung.Hal mana mempersiapkan medan bagi pimpinan TNI/AD untukmenggerakkan pembantaian 1965-66, yang akhirnya menyeretseluruh tatanan Demokrasi Terpimpin—dan kemudian jugaSukarno—tenggelam ke dalam sejarah.

III. SUHARTO, APARAT NEGARA DAN HALUANORDE BARU

Bagian terakhir karangan ini mengajukan argumen bahwa tatananOrde Baru dipahami sebagai suatu kebangkitan kembali lembaganegara dan kemenangan terhadap kekuatan masyarakat danbangsa. Dasar-dasar kemenangan negara terletak padapenghancuran fisik P.K.I. dan sekutu-sekutunya, penindasangerakan-gerakan dari tengah masyarakat, pembersihan aparatnegara (Orde Lama) dan penyingkiran presiden Sukarno sebagaikekuatan politik—ini semua dicapai dalam periode Oktober 1965s/d April 1966. Akan tetapi, watak kemenangan itu hanya dapatdipahami dengan menyoroti karir awal jenderal Suharto terlebihdahulu, sebelum menunjau bagian-bagian haluan pemerintahanyang ditempuh selama 15 tahun terakhir, sebab, kedua haltersebut—karir Suharto dan haluan Orde Baru—sangat berkaitan.(Sketsa biografi yang berikut dipetik dari berbagai sumber, yangterbit maupun tidak terbit, termasuk Roeder, 1969 dan Mc Donald,1980: bab 1-2).

Dilahirkan pada 1921 sebagai putra seorang pamong desa didaerah Kerajaan Jokjakarta, Suharto konon mencapai dewasa padamasa Depresi (1930-an). Berbagai faktor seperti krisis ekonomi,kedudukan sosial ayahnya yang rendah, dan peluang pendidikanyang terbatas di bawah rezim Hindia Belanda, ini semua berarti,pendidikan formal Suharto hanyalah dari sebuah sekolahmenengah Islam di Solo. Pada pertengahan 1940, ia mendaftardan diterima di sebuah kursus latihan tentara kolonial, dan pada

24

no. 11, september 2006

pEnEbare-news

Page 25: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

Desember, melanjutkan taraf pendidikan militernya. Pada saatJepang menyerbu pulau Jawa pada Maret 1942, Suharto sudahberpangkat sersan. Jadi, seperti halnya rekan-rekannya yanghampir sezaman (seperti Ironsi, Idi Amin, Bokassa, Eyadema,Lamizana), Suharto juga memulai jenjang karir menujukepemimpinan negara dari suatu satuan bawahan di dalam aparatmiliter negara kolonial (terutama Hindia Belanda: K.N.I.L.), yangtugas utamanya lebih menyangkut sekuriti-intern daripertahanan-eksternal, seperti terbukti dari jumlahnya yang kecil(hanya 33 ribu tentara pada 1942); jadi, taraf dan tugasnyaberlainan sekali dengan Tentara Kerajaan Belanda. AndaikataJepang tidak melancarkan serbuan, barangkali Suharto akanmengakhiri masa tugas aktifnya sebagai seorang atasanberpangkat sersan, suatu jabatan perwira K.N.I.L. yang padahakekatnya merupakan hak istimewa seorang berkulit putih.Setelah K.N.I.L. hancur, lalu bubar, Suharto (selaku seorang bekastentara K.N.I.L.) masuk kepolisian di bawah Jepang. Begitu pula,andaikata Jepang menang dalam Perang Pasifik, karir Suhartobarangkali akan menanjak, memasuki aparat sekuritipemerintahan kolonial Jepang. Tetapi, ketika menghadapi gerakmaju tentara Sekutu, pada pertengahan 1943, penguasa militerJepang di Jawa membentuk sebuah angkatan darat pribumisebagai tentara cadangan, yang disebut PETA (Pembela TanahAir: 66 batalyon yang direkrut dan dilepas tugas secara lokal, tanpastaf pimpinan pusat, dan dengan komandan batalyon sebagaipangkat tertinggi). PETA bertugas membantu Jepangmempertahankan pulau Jawa dari serbuan Tentara Sekutu.Suharto turut dalam tentara-lokal ini, dan belakangan, menjadikomandan sebuah kompi PETA (membawahi 100 tentara). KetikaJepang menyerah pada Agustus 1945, PETA dibubarkan. Sekalilagi, andaikata Belanda bisa langsung mengambil-alih kuasa(seperti Inggris di Malaya, atau Amerika di Filipina setelah Jepangkalah) maka mungkin sekali Suharto akan turut lagi, bila tentaraK.N.I.L. atau polisi kolonial dilumpuhkan kembali.

Konon satu hal yang dapat dipastikan, yakni, sama sekali tak ada

25

no. 11, september 2006

Page 26: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

bukti bahwa Suharto pernah turut dalam suatu kegiatankebangsaan (perjuangan nasionalis) sebelum proklamasikemerdekaan Indonesia.

Akan tetapi, dengan cepat ia ditelan oleh kemelut Revolusi.Pengalamannya dalam dua tentara kolonial (Belanda dan Jepang)dan kemampuannya selaku seorang pribumi membuat pangkatSuharto menanjak cepat dalam tentara Republik, sebab tentaraini dibentuk sebagian besar secara spontan, tak terlatih danpersenjataannya buruk. Bermula sebagai sersan-kolonial dalamusia 21 tahun pada 1942, pada 1950 Suharto sudah menjadi letnan-kolonel dalam usia 29 tahun, dengan reputasi kemiliteran yangbaik dan gambaran masa depan yang gemilang. Setelah itu,kegiatan militernya yang utama ialah turut membasmipemberontakan daerah (PRRI/Permesta) dan pembangkanganIslam (DI/TII), dan kemudian memimpin operasi militer yangtidak berhasil dalam melawan Belanda di Irian Barat. Barangkalikarena termasuk segelintir perwira senior yang tidak turutpendidikan kemiliteran di Amerika, maka Suharto diangkat olehSukarno menjadi panglima yang pertama dari komando-elit TNI/AD, KOSTRAD. Beranjak dari kedudukan ini, Suhartomenghancurkan Gerakan 30 September dan P.K.I. pada 1965-66.(Baru setelah coup de force atau perebutan kekuatan-kuasa pada11 Maret 1966, ia memegang kekuasaan de facto presiden, dan baruresmi menggantikan Sukarno sebagai presiden pada 1968).

Perincian karir tersebut memperlihatkan sebuah butir pokok:perjalanan karir Suharto berlangsung seluruhnya di dalamlembaga negara, terutama di dalam aparat sekuriti-internal(sedangkan Sukarno—sebelum menjadi presiden—tidak pernahmenjabat apa pun di dalam aparat negara). Namun di lain pihak,pejabat ini (Suharto) mengalami dan menghayati dengan sangatmendalam runtuhnya kekuasaan rezim kolonial Belanda danJepang serta pergolakan-pergolakan luar biasa di dalam lembaganegara setelah Indonesia merdeka. Tak ada modal pengalamanyang lebih bagus daripada ini, untuk mempersiapkan perasaan

26

no. 11, september 2006

pEnEbare-news

Page 27: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

yang sangat mendambakan pemantapan kamtib (keamanan danketertiban) lembaga negara. (Namun begitu kita lihat pula, bahwakeunggulan Suharto dimungkinkan justru berkat kegoncangan didalam lembaga negara—1965-66).10

Jadi, dapat dipahami bahwa garis perjalanan atau leitmotifkonsisten selama pemerintahan Orde Baru ialah terus memperkuatnegara itu sendiri selaku lembaga penguasa dan pemerintahan (the-state-qua-state). Pendapat ini dapat dibuktikan dengan mendalami ciri-ciri pokok haluan Orde Baru dalam bidang ekonomi, sosio-politikdan kemiliteran.

KEBIJAKSANAAN EKONOMI

Sebagai pendahuluan perlu dikatakan, tulisan ini tidak bermaksudmenyangkal itikad baik kebanyakan para teknokrat perancangIndonesia, yang dengan tulus bertujuan meningkatkan taraf hiduppenduduk, memperbaiki kesejahteraan sosial danmemodernisasikan struktur ekonomi (seperti halnya orang takperlu menyangkal itikad serupa dari banyak pejabatbeambtenstaat kolonial, terutama yang cenderung berhaluan„Etika“). Namun demikian, pertanyaan yang menarik ialah,mengapa Suharto serta para pembantu terdekatnya, dengan cepatmerangkul „strategi pembangunan“ yang diajukan oleh sangteknokrat nomor wahid Profesor Widjojo Nitisastro dankelompoknya. Saya cenderung berpendapat, bahwa langkah-langkah awal yang mendasar yang diambil Orde Baru, bertujuanmenanggulangi berbagai masalah dahsyat yang timbul akibat

10 Dengan menyatakan begini, saya tak bermaksud menyangkal kenyataanbahwa karir Suharto sangat bersamaan dengan periode=periode sejarahIndonesia di mana kekuatan-kekuatan politik masa dikaitkan sangat kuat dengannegara, dan dengan demikian, kelangsungan hidup pejabat-pejabat banyaktergantung pada kemahiran mereka dalam memahami dasar-dasar berpolitik.

Tidak terlalu keliru untuk berkesimpulan bahwa Suharto pendeknya adalahseorang birokrat, bahkan seorang birokrat yang lihai dan cerdas.

27

no. 11, september 2006

Page 28: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

hyperinflasi. Sebab, inflasi yang menggila inilah—lebih dari segalafaktor lain—yang menghancurkan Demokrasi Terpimpin. Dalamkondisi demikian, stabilisasi harga merupakan prasyarat mutlakbagi setiap rezim baru (dapat dipastikan, P.K.I., bila menang, jugaakan mengarah ke sasaran yang sama, walau dengan cara yangberlainan).

Tetapi, pengendalian laju-inflasi bukan sekedar untukmenstabilkan ekonomi dan memulihkan kehidupan masyarakatyang normal, tetapi juga penting untuk memugar disiplin, kohesi(ketangguhan), daya-kerja dan kekuasaan lembaga-lembaganegara. Aparat resmi harus ditegakkan dengan menyajikan suatujenjang imbangan penghasilan yang stabil, dan suatu wibawayangmemadai, untuk menggerakkan mekanisme aparat yang patuhdan setia. (Bandingkan dengan anggaran belanja untuk membiayaiaparat resmi beambtenstaat kolonial, seperti diutarakan di atas).Oleh karena lembaga negara sendiri masih terlampau lemah dankacau balau untuk dapat bertindak meningkatkan sumber-sumberdaya dalam negeri, maka tidak sulit bagi Widjojo, untukmeyakinkan Suharto, akan perlunya dukungan arus modal dariluar negeri secara besar-besaran, dan karenanya, perlumenjalankan politik luar negeri yang memikat hati kekuatankapitalis Barat dan Jepang.

Maka, dengan cepat berturut-turut dijalankan haluan yangmenghancurkan politik „Konfrontasi Malaysia,“ pada 1966,mengakhiri politik formal pengendalian harga (yang tentu sajatidak pernah efektif), mengembalikan sebagian perusahaan yangtelah dinasionalisasikan ke tangan pemilik semula,11 pada 1967

11 Karena perusahaan-perusahaan jatuh dari tangan negara ke tangan asing,orang lantas berkesimpulan bahwa negara kehilangan banyak kekuasaan.Sesungguhnya, perusahaan-perusahaan tersebut dalam keadaan terlantar,karena bertahun-tahun dihisap oleh kelompok militer dan kekacauan ekonomi,maka pada 1967 itu nilai sebenarnya perusahaan-perusahaan itu sangat kecil.Sebagai imbalan pengembalian ini, negara yang kini didominasi militer diberiganjaran berlipat ganda, seperti yang saya paparkan di bawah ini.

28

no. 11, september 2006

pEnEbare-news

Page 29: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

memberlakukan sebuah Undang-Undang Penanaman ModalAsing yang lunak dan mudah, dan pada 1968 mengatur kembaliperbankan dan suku bunga, dan antara 1968-71, mengakhiri nilai-tukar jamak bagi devisa asing, dan sebagainya.

Maka, hasilnya pun segera tampak: pada 1968 mengalir danabantuan sebesar tidak kurang setengah milyar dollar, dan sejakitu, „dana tetap tahunan IGGI“ sekamin besar. Sampai menjelangpelimpahan rezeki besar dari OPEC pada akhir 1973, nilai bantuanasing berlipat ganda dan mencapai lebih dari 3 milyar dollar.Betapa besar maknanya nilai bantuan ini dapat kita lihat denganmembandingkan angka-angka berikut: (A) dana dari IGGI yangpaling rendah sebelum 1974, yaitu dana IGGI 1969, dengan (B)total selisih bersih anggaran pengeluaran dan penerimaan negarapada 1957 (tahun terakhir sistem demokrasi konstitusional), dan(C) total serupa pada 1960 (tahun beruntung semasa DemokrasiTerpimpin), yaitu sbb.:

(A) (1969): US$ 534 juta (pemasukan bersih)

(B) (1957): US$ 660 juta dan US$ 500 juta (= defisit bersih US$ 110juta)

(C) (1960): US$ 200 juta dan US$ 180 juta (= defisit bersih US$ 20juta)

(Data B dan C didollarkan menurut nilai-tukar di pasar gelap saatitu, dihitung berdasarkan data dalam Mackie, 1967: 96-98 danWeinstein, 1976: 369-70, Appendix B).

Arus dana asing ini yang memungkinkan pemerintahan Suhartosepanjang 1970-an mampu membangun lembaga negara yangpaling kuat dan ampuh di bumi Indonesia sejak zaman penjajahanBelanda. Bantuan IGGI misalnya dalam kurun beberapa tahunsaja mampu membiayai lebih dari separuh ongkos seluruh nilaiimpor. Sedang rezeki penghasilan minyak dari OPEC (sejak 1973)dan pulihnya ekspor bahan mentah, walau bukan sumber

29

no. 11, september 2006

Page 30: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

penyebab kekuatan negara, tapi mempercepat proses ini. Selainitu, arus dana asing tersebut juga memungkinkan Suharto mampumenanggulangi beberapa konsekuensi politik jangka pendekakibat buyarnya persekutuan politik anti-komunis yang dulupertama-tama membantunya mencapai kuasa.12

Satu keuntungan pokok yang lain yang tak boleh dilupakan ialah,“dana tetap tahunan IGGI” itu mengalir secara langsung daneksklusif ke pusat negara, tanpa perlu mengeluarkan anggaranyang berarti dalam bentuk aparat perpajakan. Dengan kata lain,arus dana asing tidak saja menunjang kuat dominasi kekuasaannegara terhadap masyarakat, tapi juga memperkuat pusat kuasadi dalam lembaga negara, hingga mampu menguasai periferi(pinggiran) aparat negara.

Proses yang hampir sama berlangsung pula dalam hubungan OrdeBaru dengan perusahaan-perusahaan asing mono- maupunmultinasional. Orde Baru pada umumnya bersikap bersahabatterhadap usaha-usaha asing, meskipun penanaman modal merekamenimbulkan kerugian politik yang tampaknya cukup berarti—kerugian yang bukan saja berupa “alienasi material” (kekandasanmodal usaha dan unek-unek politik) dalam kalangan pengusahapribumi yang independen, tapi juga ketidakpuasan dalammasyarakat luas, karena khawatir akan dominasi ekonomi asing,dan karena perasaan nasionalisme yang terwaris dari gerakan-gerakan perjuangan bangsa. Jadi, pucuk Orde Baru senantiasatunduk dan patuh13 terhadap modal asing, karena kaum usaha

12 Untuk gambaran singkat mengenai unsur-unsur koalisi dan pembersihandari unsur-unsur progresif semacam ini ialah dipandang-entengnya artikekuasaan yang sedang berlangsung dari „de beambtenstaat“ (negara pejabat)1978.13 Sikap semacam ini bukan berarti tanpa nuansa. Adalah keliru bilamenganggap kebijaksanaan Orde Baru sebagai „politik pintu terbuka“ yangsesungguhnya. Dalam hal ini baik untuk diingat kembali upaya selama duapuluhtahun dari tanam-paksa-nya negara pejabat melawan modal swasta kolonial(1848-1868); juga upaya berbagai monopoli dan sikap mendua dari negara

30

no. 11, september 2006

pEnEbare-news

Page 31: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

multinasional memperntungkan kekuasaan pemerintah selakuaparat negara. Berkat struktur-strukturnya yang hirarkis, usahaasing ini menyajikan sumber penghasilan yang amat besar danmudah diperoleh (berupa pajak, komisi, dlsb.) langsung bagi pusatnegara. Sampai taraf tertentu, modal asing patuh membayar pajaknegara, karena, dengan demikian, mereka luput dari keharusanuntuk menarik penghasilan dari kalangan yang boleh disebut“wiraswasta kelas kambing (paria)”. Artinya, para pimpinanmodal asing besar ini tidak punya kepentingan atau pun dayamampu, untuk mengembangkan ambisi politik di dalam kancahpolitik dalam negeri Indonesia. Karena itu, berlainan dengan suatukelas bisnis pribumi yang kuat yang mungkin masih berpotensipolitik, usaha asing bukan suatu ancaman politik langsung bagilembaga negara. Dan harus kita ingat pula bahwa negara tidakmenyerap seluruh arus kekayaan itu bagi diri sendiri: porsi sumberdana yang cukup besar disalurkan juga ke tengah masyarakatdalam bentuk kontrak, bantuan Cuma-Cuma (grants), pinjamandsb. Jadi, bila di satu pihak, para pengusaha pribumi porakporanda karena ulah multinasional, di lain pihak, mereka bisamengenyam laba yang cukup memikat, dari sisi lain—tetapi, inisemua hanya dimungkinkan berkat perkenan kuasa negara. Parapengusaha pribumi ini bisa saja berkembang makmur, tapikemakmuran ini tidak akan menimbulkan tantangan apa pun yangberarti bagi aparat kepejabatan resmi.

KEBIJAKSANAAN SOSIOPOLITIK

Dalam bagian ini terdapat tiga garis kebijaksanaan Orde Baru yangsangat menarik. Pertama, perumusan ideologi negara menanganimasa depan politik Indonesia, kedua, cara-cara negara menangani“orang Tionghoa”: baik yang W.N.I. maupun yang asing, danketiga, kaitan negara dengan landasan “kelas sosial”nya.

kolonial, dalam hubungannya dengan konglomerat bukan Belanda di abad keduapuluh ini.

31

no. 11, september 2006

Page 32: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

Adalah menyolok sekali, bahwa pemerintahan Orde Baru tidakpernah secara terbuka memaklumkan diri sebagai suatu rezimyang sifatnya dadurat, pemerintahan peralihan atau perwalian.Artinya, Orde Baru tidak pernah membentangkan suatupemandangan ke depan yang mengandung janji akan “kembalike suatu pemerintahan sipil” atau akan “memugar pemerintahanparlementer representatif.” Dalam artian ini, Orde Baru tergolongdalam kategori pemerintahan yang oleh Nordlinger disebut “tipepenguasa Pretorian”: tipe ini merupakan ketegori kecil yangtersendiri (diduga tidak lebih dari 10%), sebab, kebanyakan rezimyang didominasi militer, menampilkan janji-janji yang demikian(Nordlinger, 1977: 26). Pimpinan negara Orde Baru selaluberupaya membujuk publik, bahwa masa depan rezim (sistempemerintahan) “tak akan berubah,” bahwa „kesinambungan ataupelestarian kuasa“ ini sudah absah, dengan menandaskan, bahwasistem ini sesuai dengan tatanan demokrasi yang khas Indonesiayang sekarang berlangsung, yaitu, Demokrasi Pancasila.Dikatakan, bahwa pemilihan umum telah terselenggarakan secarateratur, partai-partai oposisi telah terwakili dalam parlemen pusatdan daerah, dan Suharto sendiri dianggap menjabat kedudukanresminya (secara tidak langsung) melalui mekanisme pemilu.

Namun sebenarnya, pemilihan umum selalu dimanipulasi secararapi dengan cara-cara yang cukup matang dan licin, hinggamenghasilkan kemenangan Golkar (partai negara): 62,8% suaradalam pemilu 1971, 62,1% pada 1977, dan sekitar 64% pada 1982(perinciannya lihat Nishihara, 1972, Ward, 1974, Liddle, 1978 danF.E.E.R. 14-20 Mei 1982, hal. 15).

Setelah pimpinan partai-partai oposisi dikebiri oleh ulah Opsus(Operasi Khusus)nya jenderal Ali Murtopo, mereka kemudiannongkrong saja di dalam lembaga-lembaga perwakilan bersamadengan kekuatan-kekuatan yang oleh lembaga negara sebenarnyatelah ditetapkan menjadi suara mayoritas yang permanen (Crouch,1978: bab 10, Heri Akhmadi, 1981: 58-76). Tak ada seorang punpernah mencalonkan diri menghadapi Suharto dalam pemilu

32

no. 11, september 2006

pEnEbare-news

Page 33: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

presiden. Lebih lanjut dicanangkan doktrin Dwi Fungsi, yangsekarang diabadikan sebagai salah satu aspek dasar dariDemokrasi Pancasila. Doktrin ini melimpahkan tanggung jawabkenegaraan yang sifatnya permanen dalam bidang keamanannasional dan pembangunan sosial-ekonomi, dan politik, kepadaAngkatan Bersenjata. Dengan dalih ini, kaum militer dalam skalaluas memasuki semua jenjang aparat negara dan nyaris segalaaspek kehidupan masyarakat. (Datanya Emerson, 1978: 101-105,ditegaskan analisa kuantitatifnya MacDougall, 1982). Dan,akhirnya, terdapat doktrin setengah resmi “Floating Mass” (MassaMengambang, dikumandangkan pada 1971), yang pada efeknyamenandaskan, bahwa partai-partai politik tidak bolehmengalihkan perhatian massa pedalaman yang masih bodoh, daritugas-tugas pembangunan, kecuali pada masa kampanye pemiluyang singkat dan ditetapkan oleh negara. Menurut sebuahundang-undang yang diumumkan pada 1975, partai-partai secararesmi dilarang mendirikan cabang di bawah tingkat kabupaten,dan dengan demikian, “kegiatan parpol pada prakteknya dibatasidi lingkungan kota” (MacDonald, 1980: 109, bandingkan Mackie,1976: 119). Semua ini merupakan perumusan ideologis terutamauntuk melayani kepentingan-kepentingan kuasa pucukpemerintah selaku lembaga negara.

Dewasa ini, masyarakat luas di Indonesia beranggapan, bahwa“orang Tionghoa mendominasi perekonomian domestik di bawahperlindungan lembaga negara, dengan ditunjang modal Tionghoadi Taiwan, Hongkong dan Singapura maupun modal raksasakapitalis lainnya. Anggapan ini, untuk sebagian besar, memangtepat. Namun demikian, negara pimpinan Suharto juga menindaskebudayaan Tionghoa, menutup sekolah-sekolah Tionghoa,melarang penerbitan-penerbitan berbahasa Tionghoa, dan, yangpaling penting, meresmikan istilah “Cina” yang berbaupenghinaan rasialis, sebagai pengganti istilah “Tionghoa” yangnetral dan telah lazim. Lebih lanjut, belum pernah sejak 1945, parawarga Tionghoa dikucilkan dari kancah politik resmi secara drastisseperti dewasa ini. Selama 14 tahun Suharto menjadi presiden,

33

no. 11, september 2006

Page 34: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

konon belum pernah ada seorang Tionghoa menjabat menteri,padahal hal ini seringkali terjadi pada masa Revolusi, masa sistemparlementer maupun pada masa Demokrasi Terpimpin.14 Dan takada seorang jenderal atau pejabat sipil tinggi yang jelas keturunanTionghoa. Ini semua berarti W.N.I. Tionghoa mendapatkedudukan istimewa dalam perekonomian, tetapi dikucilkan darikancah politik. Proses peng-gheto-an Tionghoa ini mengingatkankita akan zaman kolonial dan konsep Furnivall “MasyarakatMajemuk” dan mirip juga dengan kedudukan orang-orangYahudi, ketika di bawah pemerintahan otokratis pada abad ke-19di Eropa Timur. Sekalipun sudah sering timbul pergolakanmasyarakat (huru hara rasial yang meluas pada 1980), namunpolitik pengkotakkan Tionghoa dijalankan secara konsistensepanjang masa Orde Baru. Oleh karena itu, haluan ini harusdipandang sebagai unsur pokok dalam strategi pucuk negara.Apabila pengistimewaan ekonomis diterapkan pada semua or-ang Tionghoa, baik yang W.N.I. maupun yang warga asing, makatentu sulit untuk menganggap haluan tersebut demi kepentingan“nasional.” Akan tetapi, dari sudut pandang negara, haluan itujauh lebih menguntungkan, karena memperkaya sumberdayaekonomi yang tersedia bagi lembaga negara, tanpa perlumenyerahkan sebagian porsi kuasa. Sebab, semakin menjadi paria,“orang Tionghoa” semakin bergantung pada aparat negara. (Dan,dengan demikian, perasaan anti-asing dapat dibelokkan darisasaran ke perusahaan-perusahaan multinasional Barat danJepang).

Akan halnya, dasar-dasar kelas sosial dari Orde Baru, hal inimemang belum diteliti secara sistematik, dengan kekecualianbagian-bagian di dalam karya Robison (1978) dan Magenda (akan

14 Secara tidak resmi, sejumlah WNI keturunan Tiongkok, seperti Lim Bian Kie,Herry Tjan Silalahi dan Panglaykim, melalui aparat Opsusnya Ali Moertopo,mempunyai pengaruh politik yang cukup besar. Dalam rezim lain, orang-orangdengan kemampuan seperti mereka mungkin sudah lama menjadi anggotakabinet.

34

no. 11, september 2006

pEnEbare-news

Page 35: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

terbit). Namun demikian, tak ada alasan baik untuk mengatakan,bahwa selama kurun, katakanlah, sejak 1955 hingga 1975, telahterjadi perubahan dramatis dalam struktur kelas sosial. Padaumumnya para peneliti berpandangan bahwa kelas sosial yangdominan di Jawa sejak dulukala masih tetap kaum priyayi, yangnenek moyangnya berasal dari kalangan elit desa, daerah danistana Jawa pada masa prakolonial. Pada abad ini, kelas inisebagian terbesar melekat pada kedudukan kepejabatan. Sepertidisebut di muka, di berbagai tempat di luar Jawa, kaumbangsawan kecil sampai masa setelah kemerdekaan, juga masihtetap utuh. Selama tahun 1950-an, kelas-kelas bangsawan ini diJawa (seperti sejak dulukala) maupun di luar Jawa, (mulai)mempersiapkan anak-anak mereka ke dalam lembaga negara. Tapikelemahan negara dihadapan kekuatan masyarakat—terutamaparpol—pada masa itu, juga mendorong mereka memasuki danmerebut peluang kepemimpinan parpol. Yang paling hakiki dalamhubungan ini ialah perkembangan P.N.I.: pimpinan partai inidikuasai kelas priyayi, tapi lambat laun berhasil menyerap bagian-bagian dari kalangan etil di luar Jawa (Magenda, akan terbit,Mocamora, 1974: bab 4-5). Faktor-faktor jasa perjuangannasionaldari berbagai pimpinannya, simpati presiden Sukarno,pemanfaatan pamor sosial dan jaringan hubungan patronase didalam kelas-kelas sosial yang dominan, ini semua, membuat P.N.I.menjadi parpol yang paling sukses dalam pemilihan umum tahun1955, satu-satunya pemilu nasional yang bebas (Feith, 1957,tentang peran P.N.I. lihat Rocamora, 1974: bab 4-5). Akan tetapi,jumlah suara P.N.I. yang sebanyak 22,3% pada 1955, merosot hebatpada pemilu Orde Baru 1971, menjadi 6,9%. Enam tahunkemudian, pada 1977, setelah pemerintahan Suharto memaksakanP.N.I. berfusi dengan dua partai Kristen dan beberapa partai kecilnon-Islam, „partai“ yang baru hanya merebut 8,6% suara(MacDonald, 1980: 107, 239), dan pada pemilu tahun 1982, hanyamendapat sekitar 8% suara.

Ada pun yang menarik keuntungan paling besar dari runtuhnyaP.N.I. ialah GOLKAR, sebuah partai negara yang diciptakan untuk

35

no. 11, september 2006

Page 36: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

pemilu 1971. Sukses elektoral golkar pada 1971, 1977 dan 1982pada prinsipnya dimungkinkan oleh kegiatan dua aparat negarapaling kuat, yaitu, Departemen Hankam (yang menggunakanjaringan organisasi komando daerah), dan Departemen DalamNegeri.15 Dari uraian di atas saya berkesimpulan, bahwa dasarkelas sosial dari P.N.I. dan Golkar sebenarnya serupa: oleh karenaitu, penghancurleburan P.N.I. yang menghasilkan kejayaanGolkar, bukanlah sebuah proses perubahan kelas sosial di dalampartai-partai itu. (Selain menyerap para bekas anggota P.N.I.,Golkar juga memanfaatkan sisa-sisa bekas pendukung P.K.I. yangmencari perlindungan dengan mengabdi pada aparat kepejabatanresmi). Maka jelas, bahwa perbedaan kunci antara keduaorganisasi itu, yang sekaligus menjadi dasar kemenangan dariyang satu terhadap yang lain, ialah, Golkar mengejawantahkankepentingan pejabat pemerintah selaku penguasa negara, secarakeseluruhan (the state qua state), sedang P.N.I. hanya mewakilikepentingan –kepentingan dari golongan yang diserap ke dalamlembaga negara. Pada efeknya, ini berarti, bahwa kelas pejabatini tunduk pada lembaga negara, dan kepentingan-kepentingannya hanya dapat dipenuhi melalui mediasi (peranperantara) negara selaku sang aparat.

KEBIJAKSANAAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN

Orde Baru adalah suatu rezim yang didominasi kaum militer,namun salah satu aspek yang paling ganjil dalamkebijaksanaannya ialah, rezim ini justru melalaikan ABRI sebagaisuatu angkatan bersenjata, artinya, mengabaikan penyediaan

15 Begitulah, Mendagri Jenderal Amir Machmud mengatur terbitnya Penpresno. 6/1970, di mana pegawai negeri sipil dilingkari haknya untuk turut sertadalam kegiatan politik (baca: kegiatan partai) dan harus menunjukkan mono-loyalitas kepada pemerintah (baca: GOLKAR) (Ememrson 1978: 106-107).Setelah Pemilu 1971, KORPRI, korps-nya semua pegawai negeri sipil,dibentuk untuk melaksanakan „mono-loyalitas“ secara organisatoris.

36

no. 11, september 2006

pEnEbare-news

Page 37: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

fasilitas (kenikmatan) hidup bagi lapisan bintara, tamtama danprajurit rendahan, dan melalaikan penyediaan peralatan,persenjataan, serta perlengkapan pendidikan kemiliteran.16

Selama 1970-an, anggaran militer selalu rendah sekali, lazimnyakurang dari 20% dari seluruh pengeluaran negara. Tetapi, danatambahan yang amat besar mengalir dari sumber-sumber tidakresmi: dari bisnis monopoli yang dikuasai perwira militer, korupsi(yang bukan pribadi) melalui lembaga-lembaga negara, dan dariperusahaan negara Pertamina (hingga saat runtuhnya pada 1975).Sebuah editorial dalam suratkabar resmi A.B.R.I. AngkatanBersenjata (4/3’1970) pernah mengungkapkan bahwa anggaranresmi A.B.R.I. hanya mencakup separuh dari kebutuhan operasirutin (Crouch 1978: 274). Sampai 1976, A.B.R.I. tidak pernahmembeli persenjataan baru dalam jumlah besar. Betapa parahakibat semua ini bagi daya tempur A.B.R.I. secara profesikemiliteran, dapat dilihat dalam kekacaubalauan serbuan tentarake Timor Timur pada 7 Desember 1975; keparahan ini pun masihtampak, karena, sampai tujuh tahun kemudian, peningkatanoperasi A.B.R.I. pada 1981, ternyata toh tidak berhasilmenghancurkan perlawanan para pejuang nasionalis Fretilin diTimor Timur. Sampai belakangan ini, persenjataan baru yangdibeli hanya semacam pesawat DV-10 Bronco, yang sangatberguna untuk operasi anti-gerilya, tapi sama sekali tak bergunauntuk pertahanan nasional menghadapi musuh dari luar. Semuakelalaian anggaran ini bukan disebabkan penghematan sumberdana negara, apalagi dengan mengalirnya sejeki minyak OPECsejak 1973. Maka dapat disimpulkan, bahwa negeri kepulauanseperti Indonesia, dengan jumlah penduduk yang besar dan lokasiyang strategis, A.B.R.I. yang berkekuatan sekitar 250.000 tentara,

16 Ketika bangsawan Bugis, Jenderal Andi Muhammad Yusuf menggantikanJenderal M. Pangabean sebagai Menhankam musim semi 1978, segeramenjadi tenar karena melakukan kunjungan-kunjungan mendadak untukmemeriksa asrama dan perlengkapan prajurit rendahan, dan kemudianmenyatakan keprihatinannya atas keadaan yang menyedihkan yang ia lihatdengan mata kepalanya sendiri.

37

no. 11, september 2006

Page 38: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

sebenarnya kecil, persenjataannya buruk dan kurang terlatih.

Keganjilan atau kesederhanaan kekuatan militer ini oleh sementarapengamat disambut baik sebagai suatu pertanda betapa Suhartobertekad mendayagunakan sumber-sumber daya nasional untukmeningkatkan pembangunan ekonomi dan kesejahteraanpenduduk. Akan tetapi, bagi saya yang lebih menarik ialah parelelantara A.B.R.I. dewasa ini dengan tentara K.N.I.L. di zamanpenjajahan Belanda. Diukur dari standar pada zaman itu, K.N.I.L.juga tentara yang kecil, tidak terlatih dan persenjataannya buruk.Aparat militer ini dapat bertahan dalam keadaan demikiansepanjang masa, karena negara kolonial, untuk pertahanan danperlindungan ekstern, cukup bersandar pada hubunganpersahabatannya dengan kekuatan maritim yang paling jaya padamasa itu, yaitu, Inggris, sedang Inggris punya alasan geo-politistersendiri untuk menyajikan perlindungan (Inggrisberkepentingan membina persahabatan dengan kekuatan kecil disekitar pulau Inggris, yaitu, Negeri Belanda dan Belgia, dan disekitar mulut kawasan Laut Tengah, yaitu, Portugal). Namundemikian, tentara K.N.I.L. cukup mampu menjaga ketertibaninternal di wilayah jajahan yang amat luas ini dengan ditunjangsuatu mekanisme kekuatan polisi dan jaringan mata-mata yangmeluas.

Demikian pula halnya dengan segi hankam dari Orde Baru sebagaisuatu beambtenstaat masa kini: keamanan eksternalnya dijaminoleh kekuatan raksasa berupa maritim dan angkatan udaramodern Amerika Serikat yang, seperti kita lihat di atas, telah lamabersahabat erat dengan TNI/AD. Lebih lanjut, keamanan negaraOrde Baru ditopang oleh perkembangan bertahap sejak 1971 yangmembina pulihnya rantai persahabatan Washington—Beijing—Tokyo. Dalam keadaan demikian, „Indonesia“ tidak menghadapisuatu ancaman militer yang nyata dari luar, dan situasi ini tidakmungkin berubah, kecuali bila Jepang berkembang menjadi suatukekuatan maritim dan ekonomis yang dapat menandingi AmerikaSerikat di kawasan Asia Tenggara.

38

no. 11, september 2006

pEnEbare-news

Page 39: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

Seperti halnya K.N.I.L.sebagian terbesar waktu, sumberdaya dansumberdana A.B.R.I. dicurahkan demi pengamanan lembaganegara di dalam negeri. Hal ini secara gamblang tercermin padaletak pusat kuasa di dalam angkatan bersenjata, yaitu padaKOPKAMTIB, „Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban“(Perhatikan ungkapan „pemulihan kamtib“ yang maknanya mirip„rust en orde“ pada masa kolonial), yang didirikan Suharto padabulan Oktober 1965 untuk memimpin aksi membasmi P.K.I. Kini,tujuhbelas tahun kemudian, KOPKAMTIB masih tetap (adakahupaya „pemulihan kamtib“ tidak akan terwujud untuk selama-lamanya?) dan boleh jadi semakin jaya dan kuat dari pada di masaawalnya. Bahkan, KOPKAMTIB masih dilengkapi lagi denganaparat intelejen negara BAKIN yang meluas jaringan opsus(operasi khusus)nya Ali Moertopo, dan aneka ragam badankeamanan dan intel di dalam hirarki aparat negara.

Seperti halnya K.N.I.L. kegiatan operasi militer selamapemerintahan Suharto selalu bersifat gebrakan perluasankekuasaan lokal. Serbuan ke Timor Timur merupakan sebuahcontoh yang kena. Ditinjau secara obyektif, suatu pemerintahanTimor Timur yang merdeka, bahkan pun bila berhaluan kiri,bukanlah suatu bahaya nyata bagi Jakarta, seperti hanya„kelompok ulama fanatik“ di Aceh pun tidak membahayakannegara Hindia Belanda seabad yang lampau. Dan, Timtim di ujungNusa Tenggara Timur maupun Aceh di ujung Sumatera Utara,keduanya tidak menjanjikan suatu keuntungan ekonomi yangmemikat pusat negara. Walau demikian, Timor Timur di mataJakarta, seperti halnya Aceh di mata Batavia dulukala, tohmerupakan suatu duri yang lancang dan mengganggu pusatnegara, hingga harus disapu bersih dengan cara-cara yang lazimdipakai untuk membina kamtib, yaitu, manipulasi politik,pengendalian gerak penduduk, gebrakan-gebrakan anti-kerusuhan, dan aksi teror yang dipersiapkan.17 (Dalam kedua

17 Manipulasi-manipulasi rahasia yang dilancarkan oleh aparat Opsusnya AliMoertopo telah diuraikan oleh McDonald (1980: bab 9).

39

no. 11, september 2006

Page 40: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

kasus di atas, sang“musuh“—Fretilin—nya Timtim maupunUlama Aceh—ternyata mampu bertahan jauh tangguh daripadadiduga semula).

KESIMPULAN

Pada awal artikel ini saya mengajukan pendapat bahwa „nationstate“ (negara kebangsaan modern) adalah suatu lembaga ramuanyang baru lahir di masa mutakhir, dan seringkali menggabungkansuatu perasaan kebangsaan dalam masyarakat luas (kepentinganpartisipatoris) ke dalam suatu lembaga negara lama yang dulukalamemusuhi perasaan tersebut. Apabila argumentasi ini masuk akal,maka dapat diduga, ulah dan kebijaksanaan lembaga campuranini sifatnya akan berubah-ubah, sesuai dengan susunankomponen-komponen yang tengah dominan. Saya mencobamenunjang argumentasi ini secara ilustratif dengan menampilkansuatu penjelasan mengenai perjalanan dan pergolakan lembaganegara di Indonesia sejak akhir masa kolonial sampai kini.

Pada bagian akhir, saya mencoba menguji daya laku pembedaandasar tersebut dengan menampilkan suatu analisa dari aspek-aspek kunci dalam haluan kebijaksanaan negara sepanjangpemerintahan Orde Baru: aspek-aspek ini tampaknya sukar untukdipahami dari sudut kepentingan-kepentingan suatu bangsa yangbaru, akan tetapi sangat rasional bila dikaji dari sudutkepentingan-kepentingan lembaga negara yang dahulu.Argumentasi ini diajukan dengan menyadari sepenuhnya, bahwa

Akibat mengerikan sebagai korban dari operasi-operasi kamtib telah diuraikansecara terperinci dalam rangkaian dengar pendapat yang dimulai pada 1977dan diadakan oleh sub-komite organisasi-organisasi internaional dan sub-komite masalah Asia dan Pasifik dari Senat dan parlemen Amerika (the sub-committees on International Organizations and on Asian and Pacific Affairs ofthe U.S. Congress, Houses of Representatives) (23 Maret 1977; 28 Juni dan19 Juli 1977; 15, 18 dan 28 Pebruari 1978; 7 dan 8 Maret 1978; 4, 6 dan 7Pebruari 1980).

40

no. 11, september 2006

pEnEbare-news

Page 41: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

suatu pandangan yang lebih berdasarkan suatu analisa kelas sosialsangat memikat nalar, tetapi, perdebatan mendalam yangberkepanjangan mengenai „lembaga negara“ di kalanganpenyusun teori Neo-Marxis selama belakangan ini, memberikesan, di dalam perdebatan ini „ada sesuatu“ yang tidak dapat„dicocokkan“ begitu saja ke dalam analisa kelas. Semoga karanganini dapat menyumbang pada upaya menghimpun, merangkaikandan menyusun kembali data dan wawasan dalam suatupemandangan yang berguna.

Daftar Pustaka

Alers, Henri. 1956. Um een rode of groene Merdeka: Tien JarenBinnenlangse politiek: Indonesia, 1943-1953, Eindhoven:Vulkaan.

Anderson, Benedict R. O’G. 1985. “Indonesia: Unity vs Progress,” Cur-rent History 48: 75-81.

________, 1972. Java In Time of Revolution. Ithaca, N.Y.: Cornell Uni-versity Press.

________, 1978. “The Last Days of Indonesia’s Suharto?” SoutheastAsia Chronicle 63: 2-17.

________, 1983. Imagined Communities: Reflections of the Origins andGrouwth of Nationalism. London: New Left Books.

Benda, Harry J. 1966. “The Pattern of Reform In The Closing Years ofDutch Rule In Indonesia,” Journal of Asian Studies 25, no. 4:509-605.

Boxer, C.R. 1965. The Dutch Seaborne Empire, 1600-1800, London:Hutchison.

Crouch, Harold. 1978. The Army and Politics in Indonesia. Ithaca, N.Y.:Cornell University Press.

41

no. 11, september 2006

Page 42: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

Emmerson, Donald K. 1978. “The Bureaucracy in Context: Weaknessin Strength.” Political Power And Communications In Indonesia,ed. by Karl D. Jackson and Lucian W. Pye, hal. 82-136. Berke-ley: University of California Press.

Fasseur, C. 1975. Kultuurstelsel en Koloniale Baten: De NederlandscheExploitatie van Java, 1840-1860. Leiden: University Pers.

Feith, Herbert. 1957. The Indonesia Elections of 1955. Ithaca, N.Y.:Cornell Modern Indonesia Project, Interim Reports Series.

_______, 1962. The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia.Ithaca, N.Y.: Cornell Univ Press.

Furnivall, John S. 1944. Netherlands India: A Study of Plural Economy.New York: Lacmillan.

Hauswedell, Peter Christian. 1973. “Sukarno: Radical of Conservative?Indonesian Politics, 1964-65.” Indonesia 15, 53-82.

Heri Akhmadi, 1981. Breaking the Chains of Oppression of the Indone-sian People. Ithaca, N.Y.: Cornell Modern Indonesia Project,Translation Series.

Hindley, Donald. 1962. “President Sukarno and the Communist: ThePolitics of Domestication.” American Political Science Review68, no. 4: 915-26.

Jones, Howard P. 1971. Indonesia: The Possible Dream. New York:Harcourt Brace Jovenovich.

Kahin, Audrey. 1979. “Struggle for Independence: West Sumatra in theIndonesian National Revolution.” Ph.D. dissertation, Cornell Uni-versity.

George McT. 1952. Nationalism and Revolution in Indonesia. Ithaca,N.Y.: Cornell Univ. Press.

Legge, John D. 1961. Central Authority and Regional Autonomy in Indo-nesia: A Study in Local Administration, 1950-1960. Ithaca, N.Y.:

42

no. 11, september 2006

pEnEbare-news

Page 43: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

43

Cornell Univ. Press.

_______, 1972. Sukarno: A Political Biography. New York: Praeger.

Lev, Daniel S. 1965. The Transition to Guided Democracy: IndonesianPolitics, 1957-1959. Ithaca, N.Y.: Cornell Modern IndonesiaProject. Monograph Series.

Liddle, R. William. 1978. “Indonesia 1977: The New Order’s SecondParliamentary Election.” Asian Survey 18, no. 2: 175-85.

Lyon, Margo. 1971. Bases of Conflict in Rural Java. Berkeley: Universityof California, center for South and Southeast Asia Studies. Re-search Monograph No. 3.

McDonald, Hamish. 1980. Suharto’s Indonesia. Blackburn, Victoria:Fontana.

Macdougall, John A. 1982. “Patterns of Military Control in the Indone-sian Higher Central Bureaucracy.” Indonesia 33: 89-121.

Mackie, J.A.C. 1967. Problems of Indonesian Inflation. Ithaca, N.Y.:Cornell Modern Indonesia Project. Monograph Series.

_______, 1978. “Anti-Chinese Outbreaks in Indonesia 1959-1966.” TheChinese in Indonesia: Five Essays. ed. by. J.A.C. Mackie, hal.111-28. Melbourne: Nelson.

McVey, Ruth T. 1971-72. “The Post Revolutionary Transformation of theIndonesian Army,” (Pts. I and II). Indonesia 11: 131-76; 13: 147-82.

Magenda, Burhan. Forthcoming: Untitled Ph.D. disseertation, CornellUniversity.

Maxwell, Neville. 1970. India’s China War. New York: Pantheon.

Mortimer, Rex. 1972. The Indonesian Communist Party and Land Re-form, 1959-1965. Clayton, Victoria: Monash Papers on SouteastAsia, No. 1.

no. 11, september 2006

Page 44: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

Nishihara, Masashi. 1972. Golkar and The Indonesian Elections of 1971.Ithaca, N.Y.: Cornell Modern Indonesia Project. Monograph Se-ries.

Nordlinger, Eric. 1977. Soldiers in Nufti: Military Coups and Gouverments.Englewood Cliffs, N.J.: Prentise-Hall.

Onghokham. 1978. “The Inscrutable and The Paanoid: An Investigationinto the Sources of the Brotodiningrat Affair.” Southeast AsianTransition: Approaches through Social History, ed. by. Ruth T.McVey, hal. 112-57. New Haven, Conn.: Yale Univ. Press.

Pramoedya Ananta Toer. N.D. Rumah Kaca. Unpublished.

Reid, Anthony. 1974. The Indonesian National Revolution. Hawthorn,Victoria: Longmans.

Robison, Richard. 1978. “Capitalism and the Bureaucratic State in Indo-nesia: 1965-1978.” Ph.D. dissertation, Sydney University.

Rocamora, Jose Eliseo. 1974. “Nationalism in Search of an Ideology:The Indonesian Nationalist Party, 1945-1965.” Ph.D. disserta-tion, Cornell University.

Roeder, O.G. 1969. The Smiling General. Jakarta: Gunung Agung.

Rush, James R. 1977. “Opium Farms in 15th Century Java.” Ph.D. dis-sertation, Yale University.

Sutherland, Heather. 1979. The Making of a Bureaucratic Elite: TheColonial Transformation of the Javanese Priyayi. Singapore:Heinemann.

Vandenbosch, Amry. 1944. The Dutch East Indies: Its Government, Prob-lems, and Politics. Berkeley: University of California Press.

Vlekke, B.H.M. 1969. Nusantara: A History of Indonesia. Brussels: Edi-tion Manteau.

Walkin, Jacob. 1969. “The Moeslem-Communist Confrontation in East

44

no. 11, september 2006

pEnEbare-news

Page 45: pEnEbare-news Dalam Baju Orde - oocities.org file3 negara yang terjadi masa kini, timbul karena dua perkembangan berikut yang menjurus ke arah yang sama. Yaitu, di satu pihak, berkembang

Java.” Orbis, Fall, hal. 822-32.

Ward, Ken. 1974. The 1971 Elections in Indonesia: An East Java CaseStudy. Clayton, Victoria: Monash Papers on Southeast Asia, No.2.

Weinstein, Franklin B. 1976. Indonesian Foreign Policy and the Dilemmaof Dependences: From Sukarno to Suharto. Ithaca, N.Y.: CornellUniversity Press.

45

Yayasan Penebar adalah institusi nir-laba independen.Kami berharap saudara/i (individu) maupun organisasi

bersedia mendukung aktivitas kami. Kami menerima donasi,hibah dan dukungan tak mengikat dalam bentuk apapun. Bilasaudara/i bermaksud mendukung kami dengan mendonasikanuang, rekening bank kami adalah: BCA (Cabang Cimanggis),

rekening Tahapan BCA, nomor account: 166 1746276.

no. 11, september 2006