pendidikan islam dalam pandangan ibn khaldun

24
PENDIDIKAN ISLAM DALAM PANDANGAN IBNU KHALDUN Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam Dosen Pengampu : Drs. H. Mangun Budiyanto, M.Si Disusun Oleh : Ali Murfi 11470082

Upload: ali-murfi

Post on 13-Jan-2015

867 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun

PENDIDIKAN ISLAM DALAM PANDANGAN IBNU KHALDUN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan

Islam

Dosen Pengampu : Drs. H. Mangun Budiyanto, M.Si

Disusun Oleh :

Ali Murfi 11470082

Jurusan Kependidikan Islam

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Semester Genap

Page 2: Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun

Tahun Ajaran 2012/2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat

dan nikmat-Nya sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan

judul “Ketauladanan sebagai Metode Pendidikan Islam”.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini tidak dapat terwujud tanpa bantuan berbagai

pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang

sedalam - dalamnya kepada :

1) Bapak. Drs. H. Mangun Budiyanto, M.Si Selaku Dosen pengampu mata Filsafat

Pendidikan Islam, yang telah dengan sabar memberi pengarahan dalam penyusunan karya

tulis ini.

2) Seluruh teman – teman jurusan Kependidikan Islam kelas A, yang telah bersedia untuk

bekerja sama dalam penyusunan karya tulis ini.

Terlepas dari segala kekurangan, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

konstruktif untuk perbaikan pada masa yang akan datang.

Yogyakarta, 06 Mei 2013

Penyusun

1

Page 3: Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Jika kita berbicara tentang Ibnu Khaldun, beliau adalah seorang sejarawan

sosiologi yang banyak dikagumi oleh kalangan intelektual yang cinta akan ilmu

pengetahuan baik dunia bagian Timur maupun Barat. Hal ini disebabkan pemikiran-

pemikiran Ibnu Khaldun yang banyak tertuang dalam buku karangannya Mukaddimah,

buku pengantar sejarah yang sangat terkenal dan fenomenal. Dari masa Ibnu Khaldun

sampai pada saat ini pemikiran beliau masih sangat relevan digunakan.

Dalam buku Mukaddimah ini selain memperkenalkan kepada kita tentang

pribadi Ibnu Khladun, pemikiran tentang sosial, sarjana dan ‘ulama, diplomat dan

politikus dengan pengalaman-pengalaman di istana sampai ke markas militer di Afrika

Utara dan Spanyol, kita juga diperkenalkan tentang pemikiran Ibnu Khaldun tentang

pendidikan.

Walaupun keadaan lingkungan ketika Ibnu Khaldun lahir tidak stabil, akan

tetapi hal itu tidak menjadi penghambat bagi Ibnu Khaldun untuk terus belajar dengan

kerja keras. Sehingga sampai saat ini pemikirannya sangat populer digunakan golongan

intelektual di belahan dunia.

Selain Mukaddimah, masih banyak buah karya yang ditulis oleh Ibnu Khaldun.

Serta pemikiran pendidikan Ibnu Khaldun yang masih relevan digunakan sampai saat

ini.

Untuk itu makalah ini akan membahas tentang biografi Ibnu Khaldun, Guru dn

murid Ibnu Khaldun, karya-karya dan konsep pendidikan yang ditawarkan beliau.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan hal-hal yang tertulis dalam latar belakang, maka penulis dalam hal ini

akan merumuskan permasalahan dalam beberapa pertanyaan.

1. Bagaimana riwayat hidup atau biografi Ibn Khaldun ?

2. Siapa guru dan murid Ibn Khaldun ?

3. Apa saja karya-karya yang dihasilkan Ibn Khaldun ?

2

Page 4: Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun

4. Bagaimana pemikiran Ibn Khaldun tentang pendidikan terkait tujuan

pendidikan, kurikulum, metode mengajar dan sifat-sifat pendidik?

3

Page 5: Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun

BAB II

ISI

A. RIWAYAT HIDUP

Nama asli dari Ibn Khaldun adalah Abdullah Abd al-Rahman

Abu Zayd Ibn Muhammad Ibnu Khaldun. Ia dilahirkan di Tunisia pada

bulan Ramadhan 732 H/1332 M, dari keluarga ilmuwan dan

terhormat yang telah berhasil menghimpun antara jabatan ilmiah dan

pemerintahan. Suatu jabatan yang jarang dijumpai dan mampu

diraihorang pada masa itu. Sebelum menyeberang ke Afrika,

keluarganya adalah para apemimpin politik di Moorish (Spanyol)

selama beberapa abad. Dengan latar belakang keluarganya yang

demikian, Ibn Khaldun memeperoleh dua orientasi yang kuat :

Pertama, cinta belajar dan ilmu pengetahuan; Kedua,cinta jabatan

dan pangkat. Kedua factor tersebut sangat menentuan dalam

perkembangan pemikiranya.

Ayahnya bernama Abu Abdullah Muhammad. Ia berkecimpung dalam

bidang politik. Kemudian mengundurkan diri dari bidang politik serta

menekuni ilmu pengetahuan dan kesufian1. Ia ahli dalam bahasa dan

sastra arab. Ia meninggal pada tahun 794 H/1384 M, akibat wabah

pes yang melanda Afrika Utara dengan meninggalkan lima orang

anak. Ketika ayahnya meninggal, Ibnu Khaldun baru berusia 18

tahun.2

Selanjutnya pada tahun 1362 Ibn Khaldun menyeberang ke

Spanyol dan bekerja pada raja Granada. Di Granada, ia menjadi

utusan raja untuk berunding dengan Pedro (raja Granada) dan raja

Castilla di Sevilla. Karena kecakapanya yang luar biasa, ia ditawari

pula bekerja oleh penguasa Kristen saat itu. Sebagai imbalanya,

tanah-tanah bekas milik kelauarganya dikembalaikan padanya. Akan

tetapi, dari tawaran-tawaran yang ada, ia akhirnya memilih tawaran

untuk bekerja sama dengan raja Granada. Kesanalah ia memboyong

1 Abd. Rachman, Muqoddimah Ibn Khaldun, Tahqiq Ali Abd al-Walhid Wafi, (Cairo: Dar al-Nandhah, t.th), hlm. 91

2 Ramayulis dan Syamsu Nizar, Filsafat Pendidikan Islam : Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, (Jakarta : Kalam Mulia, 2009), hlm. 281

4

Page 6: Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun

keluarganya dari Afrika. Ia tidak lama tinggal di Granada. Ia

selanjutnya kembali ke Afrika dan diangkat menjadi Perdana Menteri

oleh Sultan al-Jazair. Ketika anatara tahun 1362-1375 terjadi

pergolakan politik, menyebabkan Ibn Khaldun terpaksa mengembara

ke Maroko dan Spanyol.

Pada tahun 1382, ia melaksanakan ibadah haji. Setelah

melaksanakan haji, ia kemudian berangkat ke Iskandariah dan

selanjutnya ke Mesir. Di Mesir, ia kemudian diangkat menjadi Ketua

Mahkamah Agung pada masa pemerintahan Mamluk. Selain dikenal

sebagai seorang filosof, Ibn Khaldun dikenal sebagai sosok uyang

memeliki perhatian besar terhadap bidang pendidikan. Hal ini antara

lain terlihat dari pengalamanya sebagai pendidika yang berpindah-

pindah dari satu tempat ke tempat lainya. Pada tahun 1406, Ibn

Khaldun meninggal dunia di Mesir dalam usia 74 tahun.3

Secara singkat ada tiga periode yang bisa kita ingat kembali dalam perjalanan hidup

Ibnu Khaldun yaitu:4

Periode pertama, masa dimana Ibnu Khaldun menuntut berbagai bidang ilmu

pengetahuan. Yakni, ia belajar Al-quran, tafsir, hadis, usul fikih, tauhid, fikih madzhab

Maliki, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu balaghah, fisika dan matematika.

Periode kedua, pada usia 20 tahun ia bekerja sebagai sekretaris Sultan Fez di

Maroko. Akan tetapi setelah Tunisia dan sebagian kota masyrik dan Maghrib dilanda

wabah pes yang dasyat pada tahun 749 H, mengakibat kan ia tidah dapat melanjutkan

studinya. Bahkan, pada waktu itu ia kehilangan orang tuanya dan sebagian

pendidikanya. Dengan kodisi yang demikian, maka pada tahun 13362 ia pindah ke

Spanyol.

Periode ketiga, ia terjun dalam dunia politik dan sempat menjabat berbagai

posisi penting kenegaraan seperti qadhi al-qudhat (Hakim Tertinggi). Namun, akibat

fitnah dari lawan-lawan politiknya, Ibnu Khaldun sempat juga dijebloskan ke dalam

penjara.

Setelah keluar dari penjara, dimulailah periode keempat, kehidupan Ibnu

Khaldun, yaitu berkonsentrasi pada bidang penelitian dan penulisan, ia pun

3 Ibid, hlm 2824 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2006 ), hlm.222-234

5

Page 7: Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun

melengkapi dan merevisi catatan-catatannya yang telah lama dibuatnya. Ibnu Khaldun

wafat pada tanggal 26 Ramadhan 808 H (16 Maret 1406 M), tak lama setelah ditunjuk

ke enam kalinya menjadi seorang hakim.

B. GURU DAN MURID IBN KHALDUN

1. Guru-Guru Ibn Khaldun

Dibalik keberhasilan yang dicapai oleh Ibnu Khaldun tidak luput dari jasa

guru-gurunya yang memberikan berbagai pelajaran dan mengajarkan pengalaman

mereka kepada beliau. Di bawah ini akan dipaparkan beberapa guru-guru yang ada

dibalik keberhasilan Ibnu Khladun. Antara lain:

1) Abu Abdullah Muhammad yaitu ayahnya yang menjadi guru pertama Ibnu

Khaldun. Dari ayahnya beliau belajar membaca, menulis dan bahasa Arab.

2) Abu Abdullah Muhammad Ibn Sa’ad Ibn Burral al-Anshari, ia termasuk

pendidik Ibnu Khaldun dalam bidang al-Qur’an dan Qira’atul Sab’ah.

3) Syeikh AbdullahIbn al-‘Arabi al-Hasayiri, Muhammad al-SAwwas al-Zarazli

Ahmad Ibn al-Qassar, Syekh Syams al-Din Abu Abdullah Muhammad al-

Wadisyasyi, mereka adalah pendidik /guru dalam bidang ilmu hadist, bahasa Arab

dan Fiqh.

4) Abdullah Muhammad Ibn Abd al- Salam, ia adalah pendidik khusus kitab al-

Muwattha’ karya imam Malik.

5) Muhammad Ibn Sulaiman al-Satti Abd al-Muhaimin al-Hadrami dan Muhammad

Ibn Ibrahim al- Abili, mereka adalah pendidik ilmu pasti, logika dan seluruh ilmu

tehnik, kebijakan dan pengajaran dan ilmu pokok al-Qur’an hadist.

6) Syekh Syamsuddin Abu Abdullah Muhammad al-Wadiyasyi, ia mengajarkan

ilmu hadis dan fiqih serta bahasa Arab pada Ibnu Khaldun.

Namun sebagaimana yang dikatakan Ramayulis dan Samsul Nizar dalam

buku” ensiklopedi tokoh pendidikan” bahwa ada dua guru Ibnu Khaldun yang

sangat berjasa kepada beliau yaitu Muhammad Ibnu Ibrahim al-Abili dalam bidang

ilmu filsafat dan syekh Abd al-Muhaimin Ibn al-Hadramani dalam ilmu-ilmu

agama. Dari kedua guru inilah beliau belajar al-Kutubu Sittah dan al-Muwattha’.5

2. Murid-Murid Ibn Khaldun5 Ramayulis dan Syamsu Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta : Quantum Teaching,

2005), hlm. 17

6

Page 8: Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun

Keilmuan Ibnu Khaldun memberikan bias menjadi guru yang diakui

keilmuan yang dimilikinya, hal ini terbukti dengan banyaknya murid-murid Ibnu

Khaldun yang berhasil dalam keilmuannya. Para murid beliau belajar bersama

beliau ketika di al-Azhar selain menjadi seorang pengajar beliau juga diangkat

sebagai hakim tinggi. Ada dua orang murid Ibnu Khaldun yang terkenal dengan

keilmuannya dan telah mengarang beberapa buku. Mereka adalah:

1) Taqiyuddin Ahmad Ibnu Ali al-Maqrizi, ia adalah sejarawan dan telah

mengarang buku al-Suluk li Ma’rifah Duwal al-mulk. Buku tentang sejarah

yang dikarang oleh Al-Maqrizi sampai sekarang menjadi rujukan para

sejarawan modern.

2) Ibnu Hajar al- ‘Asqalani, ia adalah murid Ibnu Khaldun yang terkenal sebagai

ahli hadis dan sejarawan terkemuka.

C. KARYA-KARYA IBN KHALDUN

Adapun hasil karya-karyanya yang terkenal di antaranya adalah:

a) Kitab Muqaddimah, yang merupakan buku pertama dari kitab al-‘Ibar, yang terdiri

dari bagian muqaddimah (pengantar). Buku pengantar yang panjang inilah yang

merupakan inti dari seluruh persoalan, dan buku tersebut pulalah yang mengangkat

nama Ibnu Khaldun menjadi begitu harum. Adapun tema muqaddimah ini adalah

gejala-gejala sosial dan sejarahnya.

b) Kitab al-‘Ibar, wa Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar, fi Ayyam al-‘Arab wa

al-‘Ajam wa al-Barbar, wa man Asharuhum min dzawi as-Sulthani al-‘Akbar.

(Kitab Pelajaran dan Arsip Sejarah Zaman Permulaan dan Zaman Akhir yang

mencakup Peristiwa Politik Mengenai Orang-orang Arab, Non-Arab, dan Barbar,

serta Raja-raja Besar yang Semasa dengan Mereka), yang kemudian terkenal

dengan kitab ‘Ibar, yang terdiri dari tiga buku dan beberapa jilid.

c) Kitab al-Ta’rif bi Ibnu Khaldun wa Rihlatuhu Syarqon wa Ghorban atau disebut al-

Ta’rif, dan oleh orang-orang Barat disebut dengan Autobiografi, merupakan bagian

terakhir dari kitab al-‘Ibar yang berisi tentang beberapa bab mengenai kehidupan

Ibnu Khaldun. Dia menulis autobiografinya secara sistematis dengan menggunakan

metode ilmiah, karena terpisah dalam bab-bab, tapi saling berhubungan antara satu

dengan yang lain.

d) Lubab al-Muhashshal fi Ushuluddin

e) Syifa ‘al syail li Tahdz.

7

Page 9: Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun

8

Page 10: Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun

D. PEMIKIRAN IBN KHALDUN TENTANG PENDIDIKAN ISLAM

1. Tujuan Pendidikan

Menurut Ibn Khaldun seperti yang dikutip oleh Ramayulis dan Syamsu Nizar6 , tujuan

pendidikan beraneka ragam dan bersifat universal. Di antara tujuan pendidikan

tersebut adalah;

a) Tujuan Peningkatan Pemikiran

Ibn Kaldun memandang bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah

memberikan kesempatan kepada akal untuk lebih giat dan melakukan ativitas. Hal

ini dapat dialkukna melalui proses menuntut ilmu dan ketrampilan. Dengan

menuntut ilmu dan ketrampilan, seorang akan dapat meningkatkan ketrampilan

potensi akalnya. Di samping itu, melalui potensinya akal akan mendorong manusia

untuk memperoleh dan melestarikan pengetahuan. Melaluai proses belajar manusia

senantiasa mencoba meneliti pengetahuan-pengetahuan atau informasi-informasi

yang di peoleh oleh pendahulunya. Manusia mengumpulkan fakta-fakta dan

menginvestarisasikan ketrampilan-ketrampilan yang di kuasainya untuk

memperoleh lebih banyak warisan pengetahuan yang semakin meningkat sepanjang

masa sebagai hasil aktivitas akal manusia. atas dasar pemikkiran tersebut, maka

tujuan pendidikan menurut Ibn Khaldun adalah peningkataan kecerdasan manusia

dan kemampuannya berfikir. Dengan kemampuanya tersebut, manusia akan dapat

meningkatkan pengetahuannya dengan cara memperoleh banyak warisan

pengetahuan pada saat belajar.

b) Tujuan Peningkatan kemasyarakatan

Dari segi peningkatan kemsayarakatan, Ibn Khaldun berpendapat bahwa ilmu dan

pengajaran adalah lumrah bagi manusia. Ilmu dan pengajaran sangat diperluhkan

untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat ke arah yang lebih baik. Semakin

dinamis budaya masyarakat, maka akan semakin bermutu dan dinamis pula

ketrampilan di masyarakat tersebut. Untuk itu, manusia sayogyanya senantiasa

berusaha memperoleh ilmu dan ketrampilan sebanyak mungkin sebagai salah satu

cara membantunya untuk dapat hidup dengan baik dalam masyarakat yang dinamis

dan berbudaya. Jadi, eksistensi pendidikan menurutnya merupakan suatu sarana

6 Ramayulis dan Syamsu Nizar, Filsafat Pendidikan Islam : Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, (Jakarta : Kalam Mulia, 2009), hlm. 283-284

9

Page 11: Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun

yang membantu individu dan masyarkat menuju kemajuan dan kecermelangan. Di

samping meningkatkan segi kemasyarakatan manusia, pendidik juga mendorong

terciptanya tatanan kehidupan masyarakat kearah yang lebih baik.

c) Tujuan pendidikan dari segi kerohaniaan

Adalah dengan meningkatkan kerohanian manusia dengan menjalankan praktek

ibadah, zikir, khalawat (menyendiri) dan mengasingkandiri dari khlayak ramai

sedapat mungkin untuk tujuan ibadah sebagai mana yang dilakukan oleh para sufi.

2. Kurikulum dan Klasifikasi Ilmu

Ibn Khaldun, seperti yang dikutip oleh Ramayulis dan Syamsu Nizar7,

membuat klasifikasi ilmu dengan menerangkan pokok pokok pembahasannya bagi

peserta didik. Ia menyusun kurikulum yang sesuai sebagai salah satu sarana untuk

mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Hal ini dilakukan, karena kurikulum dan sistem

pendidikan yang tidak selaras dengan akal dan kejiwaan peserta didik, akan

menjadikan mereka enggan dan malas belajar. Berkenaan dengan hal tersebut, Ibn

Khaldun membagi ilmu menjadi tiga macam yaitu :

1. Kelompok ilmu lisan (bahasa) : ilmu tentang tatabahasa (gramatika), sastra

dan bahsa yang tersusun secara puitis (syair).

2. Kelompok ilmu Naqli : ilmu yang diambil dari kitap suci dan sunnah nabi.

3. Kelompok ilmu Aqli : ilmu-ilmu yang diperoleh manusia melalui kemampuan

berfikir. Proses perolehan tersebut melalui panca indera dan akal.

Ibn Khaldun menyusun ilmu-ilmu naqli sesuai manfaat dan kepentingannya bagi

peserta didik kepada beberapa ilmu, yaitu :

1. Al-Qur’an dan Hadis

2. Ulum al-Qur’an

3. Ulum al-Hadis

4. Ushul al-Fiqih

5. Fiqih

6. Ilmu al-Kalam

7. Ilmu al-Tasawuf

7 Ramayulis dan Syamsu Nizar, Filsafat Pendidikan Islam : Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, (Jakarta : Kalam Mulia, 2009), hlm. 284-287

10

Page 12: Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun

8. Ilmu Ta’bir al Ru’ya

Menurutnya, al-Qur’an adalah ilmu yang pertamakali harus diajarkan

kepada anak. Al-Qur’an mengajarkan anak tentang syari’at Islam yang dipegang

teguh oleh para ahli agama dan di junjung tinggi oleh setiap umat Islam. Al-Qur’an

yang telah ditanamkan kepada peserta didik akan jadi pegangan hidupnya. Proses

ini hendaknya dilakukan sedini mugkin, karena pengajaran pada masa kanak-kanak

masih mudah karena otaknya masih jernih.

Ilmu-ilmu Naqli ditunjukan hanya kepada pemeluk agama Islam.

Walaupun dalam setiap agama sebelumnya ilmu-ilmu tersebut telah ada, akan tetapi

berbeda dengan apa yang terdapat dalam Islam. Dalam Islam, eksistensi ilmu

berfungsi menasakhkan ilmu-ilmu dari setiap agama yang lalu dan

mengembangkan kebudayaan manusia secara dinamis.

Secra khusus ilmu Aqli dibaginya kepada empat klompok, yaitu :

1. Ilmu Logika (Mantiq)

2. Ilmu Fisika; termasuk didalamnya ilmu kedokteran dan ilmu pertaniaan

3. Ilmu Metafisika (‘Ilahiyat)

4. Ilmu Matematika termasuk di dalamnya ilmu Geografi, Aritmatika dan

Aljabar, ilmu Musik, ilmu Astronomi, dan ilmu Nujum.

Mengenai ilmu nujum, Ibn Khaldun menganggabnya sebagai ilmu yang

fasid. Pandangannya ini didasarkan bahwa ilmu tersebut dapat dipergunakan untuk

meramalkan segala kejadian sebelum terjadi atas dasar perbintangan. Hal itu

merupakan suatu yang batil dan berlawanaan dengan ilmu tauhid yang menegaskan

bahwa tak ada yang menciptakan kecuali Allah sendiri.

Menurut Ibn Khaldun, mempelajari ilmu-ilmu aqli (rasio) di pandang

sebagai suatu yang lumrahbagi manusia dan tidak hanya milik suatu agama. Ilmu-

ilmu aqli (rasio) dipelajari oleh penganut seluruh agama. Mereka sama-sama

memenuhi syarat untuk mepelajari dan meakukan penelitian terhadap ilmu-ilmu

aqli (rasio). Ilmu-ilmu ini telah di kenalkan manusia sejak peraapan dikenal oleh

manusia di dunia ini. Ia menyebut bahwa ilmu-ilmu aqli merupakan ilmu-ilmu

filsafat dan kearifan. Hanya dapat diketahui oleh manusia melalui proses berfikir

dan meneliti, bukan berdasrkan wahyu. Ilmu-ilmu rasio sepantasnya di pelajari dan

11

Page 13: Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun

dikuasai sebagian manusia. Hal ini disebabkaan, demikian besar manfaatnya untuk

kehidupan individu dan masyarakat.

Ibn khaldun berupaya menyusun ilmu-ilmu tersebut di atas berdasarkan urgensi dan

faedahnya bagi peserta didik, yaitu :

1. Ilmu Syari’ah denagan semua jenisnya

2. Ilmu Filsafat (Rasio) ; ilmu Alam (Fisika) dan ilmu ke Tuhanan (Metasfisika)

3. Ilmu alatyang membantu ilmu agama ilmu Bahasa Gramatika, dan

sebagainya

4. Ilmu alat yang membantu ilmu Filsafat (ratio) ; ilmu Mantiq, dan Ushul Fiqh

Secara umum (global), kempat ilmu tersebut di atas kemudian di bagi oleh

ibn Khaldun menjadi dua golongan yaitu : (1) ilmu-ilmu pokok (2) ilmu-ilmu alat.

Ilmu-ilmu syari’ah dan ilmu-ilmu fisafat berada pada satu klasifikasi. Khaldun

menamakannya dengan ilmu-ilmu pokok (al-ulum al-maqsudah bi zatiha). Namun

demikian, ia lebih mengutamakan ilmu-ilmu Syari’ah daripada ilmu-ilmu filsafat

karena merupakan merupakan asas dari ilmu-ilmu. Menurutnya, ilmu sayri’ah

datang dari Allah dengan perantara nabi. Manusia hendaknya menerima apa yang

dibawa oleh nabi, melaksanakan dan mengikutinya untuk tercapainya kebahagiaan.

Adapun golongan ketiga dan keempat, Ibn Khaldun meletakan pada

klasifikasi alat tersebut, ia dengan tegas mengutamakan ilmu-ilmu alat untuk

membantu mempelajari ilmu-ilmu agama, karena sangat penting untuk membantu

memahami teks-teks mulia (al-muqaddasah), al-Qur’an dan Hadits, terutama ilmu

bahasa Arab dengan berbagai jenisnya. Ia meletakan ilmu-ilmu filsafat pada posisi

terahir. Ia menganjurkan peserta didik mempelajari lmu-ilmu alat, ilmu-ilmu bahasa

Arab dengan berbagai jenisnya dan ilmu-ilmu ratio sekedar membantu memahami

ilmu-ilmu Syari,ah yang merupakan ilmu pokok.

3. Metode Mengajar

Dalam hubungannya dengan proses mengajarkan ilmu kepada pesserta

didik, Ibn Khaldun menganjurkan agar para pendidikan mengajarkan ilmu

pengetahuan kepada peserta didik dengan metode yang baik dan mengetahui faedah

yang dipergunakannya dan seterusnya. Terhadap peserta didik, hendaknya tidak

boleh diajar dengan kasar dan dengan makaian. Bila hal tersebut dilakukan, maka

12

Page 14: Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun

akan menyebabkan anak menjadi pemalas, pembohong, tidak bisa mendiri, kasar,

tidak berakhalak mulai, keras kepala, suka membantah, dan lain sebagainya.

Sejalan dengan metode di atas, Ibu Khaldun menganjurkan agar

pendidikan bersikap sopan dan bijaksana terhadap peserta didiknya. Demikian pula

halnya dengan orang tua agar memiliki sikap tersebut dalam menhadapi anaknya.

Hal ini sangat urgenkarena orang tua merupakan pendidikan yang pertama dan

utama dalam upaya pembentukan kepribadian seorang anak. Namum demikian, jika

dalam keadaan memaksa yang menuntut harus memukul si anak, maka pukulan

tersebut tidak boleh lebih dari tiga kali, tidak boleh membahayakan, dan lebih

ditekankan pada aspek edukasi.

Dalam proses belajar mengajar, ia mengajurkan untuk menpergunakan

jalan pengajaran konsentris untuk mata pelajaran tertentu. Langkah pertama yang

harus ditempuh adalah peserta didik diberi pelajar tentang soal-soal mengenai

setiap cabang pembahasan yang dipelajarinya.

Keterangan terhadap materi pelajari yang diberikan hendaknya bersifat

umum, yaitu dengan memparhaikan kekuatan pikiran peserta didik dan

kesanggupannya memahami apa yang diberikan kepadanya. Apa bila dengan jalan

tersebut seluruh pembahasan pokok telah dipahami, maka berate peserta didik telah

memperolah keahlian dalam cabang ilmu pengetahuan tersebut.

Akan tetapi, hal tersebut baru merupakan sebagaian keahlian yang yang

belum lengkah. Adapun hasil keseluruhan dari keahlian yang ingin di capai adalah

agar peserta didik mampu memahami pembahasan secara keseluruhan dengan

segala seluk-beluknya. Jika pembahasan yang diberikan belum mampu tercapai

secara maksimal, maka harus diulang kembali hingga dikuasai secara rinci, luas,

dan mendalam.

4. Sifat-sifat Pendidik

Seorang pendidik akan berhasil dalam tugasnya apabila memiliki sifat-sifat

yang mendukung profesionalisnya. Adapun sifat-sifat tersebut adalah :

1. Pendidikan hendaknya lemah lembat, senantiasa menjauhi sifat kasar, serta

menjauhi hukman yang merusak pisik dan psikis peserta didik, terutama

13

Page 15: Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun

terhadap anak-anak yang masih kecil. Hal ini di sebabkan, karena dapat

menimbulkan kibiasaan yang buruk nagi mereka (peserta didik).

2. Pendidikan hendaknya menjadikan dirinya sebagai Uswah al- Hasanah (suri

teladan) bagi peserta didik. Keteladan di sini di pandang, sebagai suatu cara

yang ampuh untku membina akhalak dan menanamkan prinsip-prisip terpuji

kepada jiwa peserta didik.

3. Pendidikan hendaknya memperhatikan kondisi peserta didil dalam

memberikan pengajaran, sehingga metode dan materi dapat disesuaikan secara

proporsional.

4. Pendidikan hendaknya mengisi waktu luang dengan aktivitas yang berguna.

Menurut Ibn Khaldun, di antara cara yang paling baik untuk mengisi waktu

senggang adalah dengan menbiasakan anak-anak menbaca terutama membaca

Al-Qur’an, sejarah syair-syair, hadis nabi, bahasa Arab, dan retorika.

5. Pendidikan harus professional dan mempunyai wawasan yang luas tentang

peserta didik, terutama berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan

jiwanya, serta kesiapan untuk menerima pelajaran.

14

Page 16: Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun

BAB

III

A. KESIMPULAN

Nama asli dari Ibn Khaldun adalah Abdullah Abd al-Rahman

Abu Zayd Ibn Muhammad Ibnu Khaldun. Ia dilahirkan di Tunisia pada

bulan Ramadhan 732 H/1332 M, dari keluarga ilmuwan dan

terhormat yang telah berhasil menghimpun antara jabatan ilmiah

dan pemerintahan. Ibn Khaldun memeperoleh dua orientasi yang

kuat : Pertama, cinta belajar dan ilmu pengetahuan; Kedua,cinta

jabatan dan pangkat. Kedua factor tersebut sangat menentuan

dalam perkembangan pemikiranya

Adapun hasil karya-karyanya yang terkenal di antaranya adalah 1) Kitab

Muqaddimah. 2) Kitab al-‘Ibar, wa Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar, fi Ayyam

al-‘Arab wa al-‘Ajam wa al-Barbar, wa man Asharuhum min dzawi as-Sulthani

al-‘Akbar. 3) Kitab al-Ta’rif bi Ibnu Khaldun wa Rihlatuhu Syarqon wa Ghorban , 4)

Lubab al-Muhashshal fi Ushuluddin. 5) Syifa ‘al syail li Tahdz.

Terkait pemikiran Ibn Khaldun tentang pendidikan, Ia menghasilkan

beberapa pemikiran dianataranya adalah tujuan pendidikan yang meliputi tujuan

penigkatan pemikiran dan tjuan peningkatan kemasyarakatan. Mengenai kurikulum

dan klasifikasi ilmu dibagi menjadi tiga yaitu Kelompok ilmu lisan, Kelompok ilmu

Naql, dan Kelompok ilmu Aqli. Sedangkan sifat-sifat yang harus dimilki oleh seorang

pendidik adalah Pendidik hendaknya lemah lembut, Pendidik hendaknya menjadikan

dirinya sebagai Uswah al- Hasanah, Pendidik hendaknya memperhatikan kondisi

peserta didik, Pendidik hendaknya mengisi waktu luang dengan aktivitas yang

berguna, Pendidik harus professional dan mempunyai wawasan yang luas tentang

peserta didik.

15

Page 17: Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun

DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis dan Syamsul Nizar. 2009. Filsafat Pendidikan Islam : Telaah Sistem

Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya. Jakarta : Kalam Mulia

. 2005. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam.

Jakarta : Quantum Teaching

Abd. Racman. Muqodimmah Ibn Khaldun, Tahqiq Ali Abd al-Walhid

Wafi. Cairo : Dar al-Nandhan

Suharto, Toto. 2006. Filsafat Pendidikan Islsm. Yogyakarta : Ar-Ruzz

Hasyim, Hasyim. 2012. Watak Peradaban dalam Epistimologi Ibn Khaldun. Yogyakarta :

Pustaka belajar

Abraham, Iqbal dan Teguh Susanto. 2012. Tokoh-Tokoh Inspiratif Pewaris Nabi.

Yogyakarta : SABIL

Maunah, Binti. 2009. Metodologi Pengajaran Agama Islam: Metode

Penyusunan dan Desain Belajar. Yogyakarta: Sukses Offset

16