pemikiran politik ibnu khaldun

34
Pemikiran Politik Ibnu Khaldun 1 Oleh : H. Agus Jaya 2 Pendahuluan Sepanjang sejarah pemikir politik mulai dari Socrotes hingga para pemikir kontemporer, mereka senantiasa eksis dengan masalah-masalah relevan untuk dikaji yang mereka suguhkan. Karena itu mempelajari, menelaah dan merenungkan masalah-masalah yang mereka kemukakan tetap urgen terutama dalam rangka menanggulangi problem nyata yang kita hadapi. Di antara topik besar yang mereka kemukakan adalah masalah kehidupan berpolitk manusia dalam sebuah masyarakat yang dikemukan oleh Ibnu Khaldun. Dalam makalah ini, penulis berusaha mengemukakan pendapat Ibnu Khaldun (1332-1406) yang berdasarkan pengalamannya yag sangat luas di bidang politik praktis dan pengamatannya yang tajam dalam bidang pemikiran Politik yang dituangkan dalam bukunya yang berjudul Muqoddimah 3 Dalam bukunya tersebut Ibnu Khaldun menawarkan suatu penafsiran yang sekaligus sederhana dan mendasar terhadap masalah kekuasaan dan negara sehingga rele-vansinya sangat 1 Tugas Makalah bidang studi Filsafat Politik, Dosen Pembimbing : DR Hatamar Rasyid, MA, disajikan pada Seminar Kelas SPI Semester II. 2 Mahasiswa Pasca Sarjana IAIN Raden Fatah Palembang, Semester II, Program Studi Sejaraha Peradaban Islam, Konsentrasi Tafsir Hadits. 3 A. Rahman Zainuddin, Kekuasaan dan Negara, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1992. hal : x 1

Upload: agus-jaya-kholid-saude

Post on 27-Jun-2015

1.590 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemikiran Politik Ibnu Khaldun

Pemikiran Politik Ibnu Khaldun1

Oleh : H. Agus Jaya2

Pendahuluan

Sepanjang sejarah pemikir politik mulai dari Socrotes hingga para pemikir

kontemporer, mereka senantiasa eksis dengan masalah-masalah relevan untuk dikaji yang

mereka suguhkan. Karena itu mempelajari, menelaah dan merenungkan masalah-masalah

yang mereka kemukakan tetap urgen terutama dalam rangka menanggulangi problem nyata

yang kita hadapi.

Di antara topik besar yang mereka kemukakan adalah masalah kehidupan berpolitk

manusia dalam sebuah masyarakat yang dikemukan oleh Ibnu Khaldun. Dalam makalah

ini, penulis berusaha mengemukakan pendapat Ibnu Khaldun (1332-1406) yang

berdasarkan pengalamannya yag sangat luas di bidang politik praktis dan pengamatannya

yang tajam dalam bidang pemikiran Politik yang dituangkan dalam bukunya yang berjudul

Muqoddimah3

Dalam bukunya tersebut Ibnu Khaldun menawarkan suatu penafsiran yang

sekaligus sederhana dan mendasar terhadap masalah kekuasaan dan negara sehingga rele-

vansinya sangat kental terhadap pemikiran politik yang demikian dominan terjadi saat ini.

Kondisi Masyarakat Islam Masa Ibnu Khaldun

Era Ibnu Khaldun hidup dipandang dari segi sejarah Islam adalah era kemunduran

dan perpecahan. Beberapa abad sebelumnya semenjak abad ke-8 sampai sekitar abad 12

dan 13 arab pernah dijuluki ”mukjizat Arab”4. Tokoh Ibnu Khaldun digambarkan sebagai

tokoh budaya Arab-Islam yang paling kuat dimasa kemundurannya.5

1 Tugas Makalah bidang studi Filsafat Politik, Dosen Pembimbing : DR Hatamar Rasyid, MA, disajikan pada Seminar Kelas SPI Semester II.

2 Mahasiswa Pasca Sarjana IAIN Raden Fatah Palembang, Semester II, Program Studi Sejaraha Peradaban Islam, Konsentrasi Tafsir Hadits.

3 A. Rahman Zainuddin, Kekuasaan dan Negara, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1992. hal : x4 Ibid, Mengutip dari Yves Lacoste, “la Grande Oeuvre d’Ibn Khaldoun,” La Pensee (Paris) LXIX

(1956), 115 M. Talbi, Encyclopedia Of Islam, dalam bab Ibnu Khaldun

1

Page 2: Pemikiran Politik Ibnu Khaldun

Dimasa hidup Ibnu Khaldun, di Afrika Utara bagian Barat tepatnya Maghrib

tempat Beliau lahir dan malang melintang dalam bidang politik aktif terdapat tiga buah

negara yang selalu berperang antar sesamanya.masing-masing berusaha menghancurkan

pihak lain. Ketika itu perpindahan loyalitas dari negara Islam yang satu kepada negara

Islam yang lain tidak diangggap sebagai hal yang luar biasa. Hal yang demikian

menimbulkan penafsiran pada sebagian pemerhati politik Ibnu Khaldun bahwa ia tidak

mengenal loyalitas dan bersifat sangat oportunis.6

Sementara itu Di Eropa telah tanpak tanda-tanda perubahan dan kebangkitan, suatu

suasana yang bisa langsung dirasakan oleh Ibnu Khaldun sendiri. Abad ke-13 di Eropa

didominasi para pemikir konstruktif positif, masa para ahli teologi dan filosof spekulatif.

Saling kritik dalam sebuah masalah menjadi sebuah fenomena baru yang

membangun, meskipun demikian mereka tetap menerima prinsip-prinsip metafisis yang

mendasar. Mereka juga mempercaya bahwa otak manusia memiliki kemampuan untuk

melampaui dunia fenomena ini dan mencapai kebenaran metafisis. Karena itu abad ke-13

itu juga merupakan abad yang sangat menonjol dibidang intelektual, karena di waktu itu

disadari adanya sintesa antara rasio dan keyakinan atau antara filsafat dan teologi.7

Pada abad ke-14, di Barat terjadi kecendrungan kuat kalangan penguasa sipil untuk

menegaskan kemandiriannya dari Gereja. Dari abad inilah dimulainya sejarah timbulnya

negara-negara nasional yang kuat yang kemudian menjadi ciri yang sangat penting dari

bentuk negara di Eropa setelah masa abad pertengahan. Proses sentralisasi kekasaan itu

dipercepat juga oleh peristiwa pengasingan para Paus yang berasa di Avignon antara tahun

1305-1377.

Jadi, apabila abad ke-13 digambarkan sebagai abad pemikir kreatif dan orisinal,

maka abad ke-14 adalah abad timbulnya berbagai mazhab yang saling berbeda pendapat.8

Sedangkan dipandang dari segi kehidupan universitas, terutama di Paris merupakan abad

berkembangnya sains.9

Maroko6 Muhammad Abdullah Enan, Ibnu Khaldun : His Life and Work, Lahore : M. Asraf, 1973 hal.

19417 Frederik Copleston, A History Of Fhilosophy, Volume III: Ockham To Suarez The Bellarmine

Series XIV, London : Search Press Limited, 1953. Hal. 18 Copleston, 10.9 Copleston, 15

2

Page 3: Pemikiran Politik Ibnu Khaldun

Ibnu Khaldun sendiri telah menyadari fenomena ini, dalam al-Muqoddimah, Beliau

menulis10 :

Demikianlah dimasa sekarang ini telah sampai berita-berita kepada kami bahwa ilmu-ilmu filsafat ini telah mengalami kemajuan yang pesat di negeri Franka (Ifranjah), di tanah Roma dan daerah-daerah bagian utara yang berdekatan dengannya. Teori-teoraninya telah diperbahaarui kembali, tempat-tempat mempelajarinya banyak sekali, buku-buku serba mencakup dan dan terdapat dalam jumlah yang memadai, sedangkan orang-orang yang mempelajarinya juga sangat banyak jumlahnya. Hanya Tuhanlah yang lebih tahu tentang apa sebenarnya yang sedang terjadi. Ia menciptakan dan memilih apa saja yang dikehendaki-Nya.

Sementara Di Afrika Utara kampung halaman Ibnu Khaldun dibesarkan, terjadi

perkembangan politik yang sangat pesat. Ketika itu Imperim al-Muwahhidun baru saja

pecah dan berdirilah sejumlah negara-negara kecil, Di Tunis terdapat Emirat Bani Hafs

(1228-1574). Di Tlemsen dan Di Barbaria Tengah berdiri Emirat Bani Wad. Di Maroko

terdapat kerajaan Bani Marin (1269-1420). Di Mesir Mamluk tengah berkuasa (1250-

1517), pada masa itu juga terdapat Imperium Timurlane yang usianya dan masa hidupnya

hampir sama dengan Ibnu Khaldun. Mereka sempat bertemu pada tahun 1401 di luar

dinding kota Damaskus. Suatu pertemuan yang sangat bersejarah.11

Di Iran masa Ibnu Khaldun adalah sama dengan seorang penyair dari Syiraz (1320-

1389), demikian juga seorang ahli sejarah yang bernama Nizamuddin Syami, yang pernah

menulis tentang sejarah pemerintahan Timurlane pada tahun 1401. selain mereka, Ibnu

Khaldun menulis beberapa nama penulis Arab diantaranya : Ibnu Battuta yang tak pernah

bertemu (1304-1369), demikian juga seorang ahli Ilmu Bumi, Umary (1349)- Mesir dari

Suriah, dan al-Maqrizi mendapatkan kesempatan duduk dalam kelas yang diajar oleh Ibnu

Khaldun di al Azahar.12

10 Abdurrahman Ibn Kholdun, Tarikh Ibnu Khaldun (Diwan al-Mubtada’I wa al-Khobar fi Tarikh al-Arab wa al-Barbar wa Man A’shorohum min Zawi as-Syakni al-Akbar), Libanon : Dar al-Fikr, 1996, hal. 117-118

Al-Jazair Sekarang11 Ibnu Khaldn, Discours sur I’historie Universelle (al-Muqoddimah) Tradction novella, preface et

notes par Vincent monteil; Beirut : Bommisiopn internationale pour la traduction des chefs d’oevres, 1967, Jil. I, Hal. Vii.

12 Monteil, Jil. I, Hal. vii

3

Page 4: Pemikiran Politik Ibnu Khaldun

Sebagai perbandingan dengan dunia yang dihadapi Ibnu Khaldun di Afrika Utara

dan di Andalusia, di belahan dunia yang lain bisa kita temukan Premiers Valois (1328-

1498) di Prancis, dan seorang ahli kebudayaan Jean Froissart.13

13 Monteil, Jil I hal. viii

Paris, klngn Universitas

terjadi perkemba-ngan sains

Barat, abad 14, upaya

kemandirian Negara dari

Gereja

Eropa, sejak abad 13 terjadi

kebangkitan intelektual

Semasa dgn : Timurlane,

Nizamuddin, Ibnu Batuta, Umary, dll

Afrika Utara, Terjadi cekcok Politik

sesama Islam

Masa hidup Ibnu

KhaldunAbad 14

4

Page 5: Pemikiran Politik Ibnu Khaldun

Sumber Munculnya Pemikiran Excellent Ibnu Khaldun

Munculnya pemikiran-pemikiran exellent Ibnu Khaldun baik dibidang sosiologi,

ekonomi maupun politik menimbulkan spekulasi bahwa hal itu merupakan dorongan-

dorongan ajaran Islam yang dianutnya, atau karena ia berani melanggar batas-batas yang

telah ditentukan ajaran Islam? Ada yang mengatakan bahwa pemikiran genius Ibnu

khaldun tersebut dimotivasi oleh pemahamannya yang dalam terhadap agama Islam yang

sempurna.14 Ada pula yang berpendapat bahwa sebabnya adalah karena Ibnu Khaldun telah

berani melanggar pendapat-pendapat yang baku dalam Islam.15 Dengan mengamati dan

mencerna pola fikir Ibnu Khaldun dalam bukunya al Muqoddimah kita bisa tarik sebuah

kesimpulan bahwa ia tidak sejalan dengan cara penafsiran Ulama Islam pada ummnya yang

selalu meletakan masalah kemasyarakatan kedalam hukum agama sebagaimana yang telah

dirumuskan oleh para ulama itu sendiri. Justru Ibnu Khaldun lebih melihat bahwa

fenomena itu adalah sebuah sunnatullah. Dari hal ini Beliau tidak bisa dikatakan melanggar

ketentuan agama, karena-dalam pemikiran Ibnu Khaldun- justru para ulama itu sendiri

yang telah mempersempit ruang bahasan kemasyarakatan yang demikian luas.16

Ibnu Khaldun adalah seorang Islam yang lahir dan tumbuh berkembang di keluarga

dan lingkungan Islam, dididik dalam cabang-cabang ilmu pengetahuan yang baku dalam

kalangan umat Islam dan ia juga tidak pernah keluar dari dunia Islam. Satu-satunya

kesempatan keluar dari kawasan yang diperintah oleh orang Islam adalah sewaktu ia diutus

sebagai delegasi Raja Muhammad untuk menemui Pedro yang kejam yang saat itu menjadi

penguasa daerah sevilla.

14 Hamilton Gibb, Studies on The Civilation of Islam, Boston : Beacon Press, 1962. hal. 17315 Gibb, Studies. 16816 Penulis memperkuat pendapat Ibnu Khaldun. Sebagaimana firman Allah swt dalam surat al

Baqoroh ayat 184, …. Allah menghendaki kemudahan bagi kalian dan bukan kesusahan.....

5

Page 6: Pemikiran Politik Ibnu Khaldun

Riwayat Hidup Ibnu Khaldun

Nama lengkapnya adalah Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Abi

Bakr Muhammad ibn al-Hasan Ibn Khaldun. Lahir pada 27 Mei 1332 di Tunisia dan

meninggal 17 Maret 1406 di Kairo, Mesir. Keluarga Ibn Khaldun merupakan orang berada

yang memberikan pendidikan terbaik kepadanya. Ibn Khaldun merupakan salah seorang

pakar sejarah Arab teragung, juga dikenali sebagai bapak sejarah kebudayaan dan sains

sosial modern. Ibn Khaldun turut mengembangkan falsafah tidak berasaskan keagamaan

paling awal, terkandung dalam karyanya Muqaddimah (“Pengenalan”). Ibn Khaldun juga

menulis sejarah Muslim di Afrika Utara yang terulung.

Dari riwayat hidup Ibnu Khaldun dalam bukunya Muqoddimah, dapat diketahui

bahwa asal usul keluarga Ibnu Khaldun adalah dari Hadramaut, Yaman Selatan. Nenek

moyangnya pindah ke Hijaz sebelum datangnya Islam, ada diantara nenek moyangnya

yang menjadi sahabat Rasulullah saw yang terkenal bernama Wa’il bin Hujr. Beliau pernah

6

Pemikiran Exxelent

Ibnu Khaldun

Sosiologi

Politik

Ekonomi

Wawasan yang luas terhadap syariat Islam

Ibnu Kaldun

Page 7: Pemikiran Politik Ibnu Khaldun

meriwayatkan sejumlah hadits, serta pernah pula dikirim Nabi ke daerah-daerah untuk

mengajarkan agama Islam kepada penduduk daerah itu.17

Di Andalusia keluarga Khaldun ini memainkan peranan yang sangat menonjol, baik

dari segi ilmu pengetahuan maupun dari segi politik. Mula-mula mereka menetap di kota

Carmona, dan kemudian pindah kekota Sevilla. Kemudian situasi di Andalusia sudah mulai

kacau. Adapun faktor munculnya kekacauan tersebut adalah :

- perpecahan yang terjadi diantara kaum muslimin sendiri

- serangan pihak Kristen dari utara semakin lama semakin meningkat sehingga

akhirnya seluruh semenanjung itu jatuh ketangan mereka.

Disaat terjadi gejolak di Sevilla itu, tokoh-tokoh dari keluarga Khaldun juga ikut

memainkan peranan aktif.18 Ketika situasi semakin gawat di Andalusia, kelurga khaldun

pindah ke Tunis. Di tempat baru ini, mereka juga memainkan peranan penting, baik di

bindang politik maupun di bidang ilmu pengetahuan, kecuali bapaknya Ibnu Khaldun yang

memahami demikian berbahanya bergerak dibidang politik sehingga ia memutuskan untuk

menjauh dari bidang politik dan lebih fokus di bidang ilmu pengetahuan. Ibnu Khaldun

adalah lima orang bersaudara, akan tetapi yang cukup dikenal dalam sejarah hanya dia dan

saudaranya yang bernama Yahya.19

Dari latar belakang ini dapat disimpulkan bahwa keluarga Ibnu Khaldun banyak

bergerak dibidan politik dan ilmu pengetahuan, karenanya adalah hal yang sangat logis jika

Ibnu Khaldun mampu menyatukan kedua hal ini dalam dirinya.

Masa hidup Ibnu Khaldun secara garis besar bisa dibagi menjadi tiga tahapan yaitu :

1. masa di Tunis yang merupakan masa pendidikan dan permulaan karir di bidang

pemerintahan (1332-1350)20 pendidikan pertama diperolehnya dari orang tuanya

sendiri dan berbentuk suatu pendidikan tradisional. Mata pelajaran yang

dipelajarinya adalah Bahasa Arab dan sastra, al-Qur’an dan tafsir, hadits dan ilmu-

ilmu hadits, kemudian ia mendapat pelajaran lain seperti logika dan filsafat.

17 Ibnu Kholdun, Muqoddimat Ibni Kholdun, ed. Abdul Wahid Wafi, Kairo : Lajnah al-Bayan al-Araby, 1958. hal. 28

18 waif, 28-2919 wafi, 31-3220 wafi, 37

7

Page 8: Pemikiran Politik Ibnu Khaldun

2. masa ketika berada di Fez di Maroko (1351-1382), ditandai oleh keterlibatan Ibnu

Khaldun dalam politik praktis.21 Ketika itu bakat Ibnu Khaldun yang sangat luar

biasa telah tampak. Melalui persekongkolannya dengan berbagai tokoh kelompok

dan kelompok, Ibnu Khaldun berhasil memegang berbagai jabatan yang tinggi

tanpa meninggalkan perkembangan ilmu pengetahuan. Keterlibatannya dalam

politik praktis menyebabkannya mendekam dalam penjara selama kira-kira dua

tahun. Pertualangan Ibnu Khaldun di bidang politik ini tidak memberikannya

ketenangan dan ketentraman sehinga ia melarikan diri ke Andalusia dan berbakti

kepada raja Muhammad yang sedang berkuasa di Andalusia saat itu. Di Andalusia

Ibnu Khaldun bertemu Ibnu al Khatib seorang pemikir dan budayawan yang juga

menjadi perdana menteri. Ketika berada di Andalusia inilah Ibnu Khaldun

mendapatkan tugas untuk mengadakan perundingan dengan Pedro yang kejam,

penguasa kristiani yang telah menjadikan Sevilla sebagai ibu kotanya. Keberhasilan

Ibnu Khaldun dalam perundingan ini menyebabkan raja semakin percaya dan

memberinya kedudukan penting. Keberhasilan yang diraih oleh Ibnu Khaldun ini

menimbulkan rasa isi pada sahabatnya Ibnu al Khatib, menyadari gelagat ini Ibnu

Khaldun memutuskan kembali ke Afrika Utara. Namun kembali lagi ketika ia

berada di Afrika utara ia terlibat kembali dalam politik praktis yang ditandai dengan

pertempuran dan persaingan yang tidak habis-habisnya antara berbagai dinasti kecil

yang ada. Hal ini membuktikan bahwa Ibnu Khaldun sangat terkenal dan harapkan

oleh setiap penguasa untuk senantiasa berada dibarisannya, karena perananya yang

demikian besar dalam setiap pertepuran. Menyadari demikian berbahanya politik

praktis maka Ibnu Khaldun memutuskan untuk bergerak dibidang ilmu

pengetahuan. Karenanya Ibnu Khaldun mengasingkan diri di tengah padang pasir di

Qol’at Bani Salamah di daerah Aljazair. Disanalah lahirnya Muqoddimah yang

membuat namanya terkenal. Setalah empat tahun terpencil di Qol’at Bani Salamah

ia kembali ke Tunis untuk menyempurnakan tulisannya dengan menggunakan

fasilitas perpustakaan yang terdapat di Tunis Namun karena adanya dua hal yaitu :

- penguasa di Tunis ingin melibatkannya dalam politik praktis

21 wafi, 40

8

Page 9: Pemikiran Politik Ibnu Khaldun

- para ahli ilmu pengetahuan tidak menerimanya dengan baik bahkan

menjadikannya sebagai saingan.

maka Ibnu Khaldun meninggalkan Afrika Utara belahan Barat dan pergi ke Timur

dengan alasan menunaikan ibadah haji.

3. Kehidupannya di Mesir hingga wafat (1382-1406), tahap terakhir dalam

kehidupannya ini dilaluinya dengan menjadi guru dan hakim. Sesampainya di

Mesir, ia sangat cepat menarik perhatian penguasa dan memberikannya kesempatan

untuk memberikan perkuliahan diberbagai perguruan tinggi termasuk juga al Azhar,

disamping itu ia juga diangkat menjadi mufti mazhab Maliki oleh Sultan Abul

Abbas raja Mesir kala itu. Setelah merasa mantap tentram menetap di Mesir iapun

membawa keluarganya Ke Mesir setelah mendapat dukungan dari pemerintah Mesir

saat itu, ketika kapal yang mereka tumpangi tiba di Iskandariah terjadilah angin

topan yang sangat dahsyat hingga menenggelamkan kapal dan seluruh

penumpangnya hingga Ibnu Khaldun berkata ”habislah seluruh harta dan keluarga”.

Manusia Makhluk Politik

Manusia dan politik memiliki hubungan yang penting dalam kehidupan

bermasyarakat. Dalam hubungan politik sifat kekerasan, kekuasaan dan pemaksaan lebih

tampak. Definisi tentang politik itu sendiri terkesan membenarkan ungkapan diatas.

Worsley22 misalnya memperhatikan adanya dua tingkat penggunaan istilah politik, pada

tahap pertama politik diangggap sebagai suatu konsep yang sangat luas mencakup

pembatasan terhadap orang lain. Ia berpendapat :

22 Peter Worsley, Power in Britian: Sociological Reading’s, (eds) John Urry dan John Wakeford, London : Heinemann Educational Books, 1973

Tahapan Masa Hidup Ibnu Khaldun

Masa Di Tunis(1332-1350)

Masa Di Maroko(1351-1382)

Masa Di Mesir(1382-1406)

9

Page 10: Pemikiran Politik Ibnu Khaldun

.... kita dapat dikatakan bertindak secara politis apabila kita menghalangi orang lain sehingga mereka bertindak sesuai dengan apa yang kita inginkan dari mereka. Dengan definisi ini tindakan menghalangi dalam dalam hubungan apapun bersifat politis. Semua jenis tekanan, mulai dari perang massal dan penyiksaan yang terorganisir, sampai pada nilai-nilai yang tersembunyi dalam pembicaraan antar pribadi, semuanya itu merupakan dimensi yang bersifat politis.23

Dari definisi diatas ciri khas politik yang tampak adalah menghalangi orang lain

untuk mencapai tujuan demi tercapainya tujuan sendiri. Dengan pembatasan yang ada pada

definisi tersebut maka aspek persaingan dan permusuhan lebih menonjol, terutama lagi

contoh yang angkat adalah tindakan kekerasan dan pemaksaan.24

Dalam defenisi seperti diatas tidak kelihatan aspek kerjasama yang menguntungkan

dan keputusan yang bersifat kepentingan bersama, seperti yang akan tampak dalam

pandangan Ibnu Khaldun yang menjadi ciri khas dalam kehidupan berpolitik.

Adapun tahap kedua menurut Worsley, pengertian politik hanya terbatas pada

instansi-instansi khusus pemerintahan bersama dengan peralatan administratif negara dan

organisasi partai politik25

Ibnu Khaldun sebagai seorang ahli sosial, ekonomi dan politik yang besar

dilingkungan dan keluarga muslim memberikan defenisi umum tentang politik yang berasal

dari Yunani Kuno : bahwa manusia itu pada dasarnya adalah makhluk politik, artinya

mereka hidup bermasyarakat dalam sebuah kota atau negara. Jadi yang dimaksud dengan

’umran’ (bermasyarakat) itu adalah kenyataan hidup bermasyarakat.26

Dalam hal ini terdapat pula unsur agama yang menunjukkan bahwa memelihara

kelestarian umat manusia diatas di dunia ini adalah sebuah kewajiban. Karena Allah telah

memerintahkan jenis manusia itu agar dilestarikan. Disamping itu juga Allah

memerintahkan agar bumi ini dibangun.27 Jadi menurut Ibnu Khaldun ada dua tugas pokok

yang tidak boleh dilupakan manusia yaitu :

1. melakukan setiap perbuatan yang akan menjadikan manusia lestari di atas dunia

2. melakukan perbuatan yang bersifat membangun dunia.

23 Worsley, 24724 A. Rahman Zainudin, Kekuasaan …, 6125 Worsley, 24726 Ibnu KHaldun, jil. 1 hal. 8927 QS : Hud : 61, ……..Dia telah menciptakanmu dari bumi dan menjadikan kamu pemakmurnya,

….

10

Page 11: Pemikiran Politik Ibnu Khaldun

Dua hal inilah yang menjadi sasaran utama dari buku Muqoddimah yang ditulisnya.28

Menurut Ibnu Khaldun peranan politk dalam kehidupan kemasyarakatan manusia

sangat penting karena kehidupan politik hanya dimiliki oleh manusia saja. Karenanya

hendaklah dalam menghadapi kehidupan politik itu dengan mengedepankan sisi terbaik

yang ada pada diri manusia bukan yang terburuk.

Politik adalah juga suatu mekanisme yang harus digunakan manusia dalam

mencapai keselamatan dunia akhirat. Politik berusaha agar manusia dapat bekerjasama

untuk memenuhi kebutuhan pokok dan mempertahankan diri, baik terhadap ancaman-

ancaman yang datang dari luar mapun terhadap permusuhan yang terjadi dalam masyarakat

itu sendiri. Politik juga harus mapu menjaga manusia agar tidak tenggelam dalam gejolak

hawa nafsu dan berusaha menaikkan kualitas manusia. Walaupun demikian Ibnu Khaldun

tidak memungkiri terjadinya pemaksaan dalam politik, hal itu bisa terjadi karena adanya

dua faktor, yaitu :

1. ketidak mengertian manusia akan kepentingannya yang sesngguhnya,

terutama karena lebih mementingkan kepentingan pribadi dan melalaikan

kepentingan bersama. Karenanya menurut Ibnu Khaldun, mereka harus

dipaksa untuk mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan

pribadi.

2. penguasa lebih mementingkan kepentingan pribadi atau kelompoknya

daripada kepentingan rakyat dan masyarakat secara keseluruhan.

Kehidupan politik, dengan segala kelebihan dan kekurangnya dalam pemikiran Ibnu

Khaldun, adalah suatu kemestian dalam kehidupan manusia bermasyarakat. Tanpa politik

kehidupan manusia dalam masyarakat akan kacau. Tolong menolong demi mencapai tujuan

bersama tidak akan terwjud. Karena itu, politik adalah sebuah mekanisme yang menjadikan

kehidupan manusia dalam masyarakat berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan

bersama yang dicita-citakan.

28 Ibnu Khaldun, jil. 1, hal. 91.

11

Page 12: Pemikiran Politik Ibnu Khaldun

Kekuasaan dalam Pemikiran Politik Modern

Konsep kekuasaan di dalam ilmu politik adalah suatu konsep yang banyak dibahas.

Sekalipun ada banyak pandangan yang berbeda mengenai kekuasaan, akan tetapi ada satu

inti yang bisa dijadikan tolok ukur yaitu bahwa kekuasaan dianggap sebagai kemampuan

pelaku untuk mempengaruhi tingkah laku pelaku lain sedemikian rupa, sehingga tingkah-

laku pelaku terakhir menjadi sesuai dengan keinginan dari pelaku yang mempunyai

kekuasaan.29

29 Miriam Budiardjo, “konsep kekuasaan: Tinjauan Kepustakaan” dalam Aneka Pemikiran tentang Kuasa dan wibawa, Jakarta : Sinar Harapan, 1984. hal 9

12

Manusia Sebagai Makhluk PolitikDalam Konsep Ibnu Khaldun

Tugas Pokok Manusia : Menjaga

Tugas Pokok Manusia :

menghindarkan

Menjadikan manusia lestari di

muka bumi

Membangun Dunia

Tidak mengertinya manusia thdp kepentingan

sesungguhnya

Faktor Kepentingan

Penguasa

Page 13: Pemikiran Politik Ibnu Khaldun

Dalam hal ini kekuasaan kadang diartikan sebagai pengaruh tetapi adakalanya

kedua kalimat tersebut dipahami memiliki pengertian tersendiri yang berbeda intensitasnya.

Robert A. Dahl lebih memilih untuk tidak membedakan antara kekuasaan dan pengaruh

serta istilah-istilah lain yang mirip dengan kekuasaan. Dahl menyebutkan istilah-istilah

seperti power, influenca, authority and rule, dan menamakan semua itu dengan kekuasaan.

Dan ia mengajak, “lets us call them “power terms”. Dasar pendapat seperti ini adalah

karena pengertian umumnya sama. Sehingga istilah-istilah itu dapat dipertukarkan, yang

berbeda hanya intensitasnya.

Dahl telah memberikan perhatian yang besar terhadap konsep kekuasaan, namun

tetap saja ia mendapat kritik dari sarjana-sarjana politik lain, Talcott Parsons misalnya

mengeritik konsep kekuasaan yang dikemukakan Dahl yang pokoknya berasal dari Hobes,

dimana gejala kekuasaan itu hanya diartikan sebagai kemampuan untuk mencapai tujuan

dalam hubungan sosial terlepas dari alat yang digunakan, atau dari status wewenang untuk

membat putusan dan menentukan kewajiban.dan konsep kekuasaan Dahl juga lebih

menekankan pada pembicaraan politik dengan dasar kalah-menang total (zero-sum). Dalam

pengertian ini yang satu mendominasi, sedangkan yang lain menyerah kepada dominasi itu

secara keseluruhan.berdasarkan argumen yang dikemukakan diatas jelas bahwa Dahl

memang telah berhasil mengemukakan konsep kekuasaan dalam bentuk yang jelas, namun

harga yang harus dibayar untuk kejelasan itu terlalu mahal karena harus mengorbankan

hakikat kekuasaan itu sendiri.30

Dalam pemikiran Ibnu Khaldun, kekuasaan memegang peranan penting bahkan

dapat di anggap sebagai benang merah yang menelusuri hampir seluruh pemikirannya

dalam Muqoddimah. Sebagaimana dalam buku-buku ulama terdahulu bahwa perhatian dan

pokok bahasan telah tergambar sejak ia mengucapkan hamdalah dan syahadat, demikian

juga Ibnu Khaldun. Perhatikanlah kata pengantar dari buku Muqoddimahnya .

Puji-pujian bagi Allah yang memiliki kemegahan (al-izzah) dan kekuasaan (al-jabaruut). Di tangan-Nyalah kekuasaan di dunia nyata (al-mulk) dan kekuasaan di dunia gaib (al-malakut).31

Kata kekuasaan banyak terdapat dalam al-Qur’an, Abdullah Yusuf Ali memberikan

penjelasannya sebagai berikut :

30 A. Rahman Zainudin, Kekuasaan …, 10931 Ibnu Khaldun, Jil. 1 hal. 5

13

Page 14: Pemikiran Politik Ibnu Khaldun

Mulk: kekuasaan, ketuhanan, kedaulatan, hak untuk melaksanakan kehendaknya atau melakukan segala sesuatu yang diinginkannya. Kekuasaan adalah kemampuan untuk melaksanakan kehendaknya sehingga tidak ada yang dapat menantangnya atau menetralisisrnya. Ini adalah kemurahan hati yang seluruhnya diidentifikasikan dengan ketuhanan dan kekuasaan. Dan hal itu dicontohkan dalam ayat-ayat berikut : perhatikanlah bahwa ”mulk” surat al-Mulk mempunyai nuansa pengertian yang berbeda dari kata malakut dalam surat Yasin. Kedua kata itu berasal dari akar kata yang sama dan saya telah menerjemahkan keduanya dengan kekuasaan, tetapi malakut menunjukkan pada ketuhanan dalam dunia yang tidak tampak/terlihat sedangkan mulk menunjukkan pada ketuhanan dalam dunia yang dapat dilihat. Tuhan adalah penguasa dari keduanya.32

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian kekuasaan dalam pemikiran

politik modern sangat dipengaruhi oleh tokoh yang menjadi prakarsa konsep kekuasaan dan

kondisi sosial serta tatanan masyarakat saat itu.

Negara dan Solidaritas dalam Pemikiran Ibnu Khaldun

Dalam kerangka pemikiran Ibnu Khaldun, perkembangan kekuasaan sangat

dipengaruhi oleh solidaritas. Solidaritas (a’shobiyah) adalah faktor yang menggerakkan

kekuasaan dan para pendukungnya untuk maju terus ke depan. Kata-kata yang dipilih oleh

Ibnu Khaldun untuk mengungkapkan solidaritas adalah ”ashobiyah”. Pilihan kata

”ashobiyah” sebenarnya kurang menguntungkan, karena dalam ajaran Islam gagasan itu

tidak disenangi dan diasosiasikan sebagai praktek kesukuan yang terdapat pada masa

Jahiliah. Jelas bahwa Ibnu Khaldun dalam hal ini tidak berbicara sebagai seorang

agamawan akan tetapi lebih tampak sebagai seorang sejarawan yang mengemukakan fakta

dalam sejarah. Ibnu Khaldun menyadari keadaan di atas sehingga ia berusaha memberikan

alasan untuk membenarkan praktek yang telah ditempuhnya itu. Ia berkata :

Ketahuilah bahwa kekuasaan negara (al-mulk) itu adalah tujuan alami dari solidaritas (’ashobiyah). Timbulnya kekuasaan negara dari sodaritas itu bukan karena pilihan, akan tetapi karena kemestian dan susunan alam wujud ini, seperti telah dikemukakan sebelumnya, hukum agama dan agama serta segala hal yang didukung orang banyak, harus dengan

32 Abdullah Yusuf Ali, The Holy Qur’an: Text, Translation and Commentary. Beirut : Darl Fikr, TT. Hal. 1576, No Komentar 5555

14

Page 15: Pemikiran Politik Ibnu Khaldun

solidaritas. Karena perjuangan tidak dapat dilakukan tanpa adanya hal itu. Jadi solidaritas penting bagi agama. Dengan adanya solidaritas itu dapat disempurnakan apa yang dikehendaki Allah dengannya. Dalam sebuah hadits dikatakan : ”Allah tidak akan mengutus seorang nabi kalau tidak dengan dukungan bangsanya.33

Dalam ungkapannya di atas Ibnu Khaldun menanamkan statemen bahwa perjuang-

an politik memerlukan solidaritas, bahkan agama dan hukum agama yang diturunkan Allah

pun memerlukan solidaritas untuk kesuksesannya34. Selanjutnya Ibnu Khaldun menulis :

Kemudian kita dapati nabi Muhammad saw telah mencela solidaritas dan menganjurkannya untuk ditinggalkan. Raslullah berkata : ”Allah telah menghilangkan dari kamu semangat jahiliah (”ubiyyatul Jahiliyyah) dan berbangga-bangga degan nenek moyang. Kamu adalah anak cucu adam, dan adam berasal dari tanah. Allah berfirman : ”Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu dalam pandangan Allah adalah yang paling bertakwa di antara kamu.35.36

Dari ungkapan di atas jelas ada larangan untuk membangkitkan kembali semangat

solidaritas seperti yang ada pada masa jahiliah, namun menarik untuk dicermati kata yang

dipakai adalah kata ubiyah bukan kata ashobiyah. Walaupun keduanya memiliki segi-segi

kesamaan arti.

Jadi menurut Ibnu Khaldun ajaran agama juga mencela kekuasaan dan orang-orang

yang mengembannya, karena biasanya mereka hidup bermewah-mewahan dan menyele-

weng dari ajaran Allah, sedang yang diharapkan agama adalah persatuan. Kekuasaan

memiliki peran yang sangat penting karena berkaitan erat dengan eksistensi keberadaan

manusia di muka bumi ini. Ibnu Khaldun memiliki penafsiran sendiri terhadap hukum-

hukum agama, sebuah penafsiran yang mendalam dan tidak terhenti pada bentuk luar

larangan atau perintah saja, tetap ia mengupas sebab yang menjadikan sesuatu larangan

atau perintah itu. Larangan untuk marah tidak berarti mutlak larangan untuk marah, tetapi

perang di jalan Allah, menegakkan kebenaran dan keadilan, membela orang-orang kecil

dan tertindas semua itu memerlukan kamarahan dalam jiwa manusia, karena manusia harus

memiliki rasa tidak senang menghadapi segala hal yang tidak benar dan adil sehingga

timbul dorongan dalam jiwanya untuk bangkit menegakkan kebenaran dan keadilan.

33 Ibnu KHaldun, jil. 1 hal : 414-42534 sukses dalam persepsi manusia.35 QS : al Hujarat : 1336 Ibn KHaldun, Jil 1 Hal : 414-425

15

Page 16: Pemikiran Politik Ibnu Khaldun

Kemarahan memang tidak dibenarkan jika dikendalikan oleh syaithan dan tidak dalam

koridor kebenaran serta bertujuan duniawi serta hawa nafsu. Demikian juga halnya hawa

nafsu dan syahwat serta hal-hal lain.

Demikian juga kekuasaan jika dipergunakan untuk menindas dan memperlakukan

orang secara sewenang-wenang adalah hal yang tidak diperbolehkan akan tetapi jika

digunakan untuk kepentingan menegakkan kebenaran dan untuk kepentingan umum maka

menjadi hal yang sah dan bisa diterima.

Peranan Agama dalam Negara

Menurut Ibnu Khaldun, agama memiliki peranan yang sangat signifikan dalam

mendirikan negara yang besar. Setiap negara yang luas daerah kekuasaannya pasti didasari

oleh agama baik yang disiarkan oleh seorang nabi atau penyeru/da’i. Peranan agama dalam

menciptakan persatuan di kalangan masyarakat tidak dapat ditandingi oleh faktor apapun.

Dalam al-Quran Allah swt berfirman :

”Walaupun engkau membelanjakan seluruh yang ada di muka bumi ini, engkau tetap tidak akan mampu mempersatukan hati mereka itu.”37

Persatuan bukanlah hasil usaha manusia akan tetapi karena hidayah dan perkenan

Allah swt. Kekuasaan negara itu hanya dapat diperoleh dengan perantaraan dominasi.

Dominasi itu hanya dapat diraih dengan adanya solidaritas dan persatuan tekad untuk

berjuang. Persatuan seperti ini hanya dapat dicapai dengan perantaraan agama saja.

Agama memiliki peranan yang penting dalam memupuk persatuan, dengan jalan

menghilangkan persaingan dan perasaan saling iri serta dengki yang biasa ada dalam

kelompok solidaritas. Dengan adanya unsur agama maka perhatian tertuju pada kebenaran

saja. Dengan adanya faktor agama ini tidak ditemukan sesuatupun yang mampu

menghambat kemajuan mereka, dengan dimasukkannya agama dalam politik maka tujuan

menjadi satu dan tidak terpecah-pecah. Hal ini dibuktikan pada permulaan sejarah Islam,

bahwa tentara yang sangat sedikit jumlahnya mampu mengalahkan Persia yang memiliki

balatentara jauh lebih besar dan dilengkapi persenjataan yang modern.38

37 QS : al-Anfal : 6338 A. Rahman Zaimudin, Kekuasaan, hal. 166

16

Page 17: Pemikiran Politik Ibnu Khaldun

Untuk memperkaya makalah ini, penulis mencoba membandingkan pandangan

Ibnu Khaldun dengan Sukarno, Nurkholis Madjid dan Magnis Suseno Tentang Agama dan

Politik sebagai berikut : 39

Bidang

Pemikiran

Ibnu Khaldun40 SoekarnoNurcholis

MadjidMagnis

Asumsi

Agama =

menunjang

kemajuan

Agama =

penghambat

kemajuan41

Unsur ”modern”

agama menunjang

kemajuan

Agama =

Penghambat

Kemajuan

PendekatanDialog &

Normatif Non-dogmatis

Dialog &

Normatif

Dogmatis &

Normatif

Konsep

AgamaAgama Universal Agama Pribadi Agama Sipil Agama Pribadi

Gagasan

Penyatuan antara

agama dengan

negara

Pemisahan

Formal: warna

”Islam Budaya”

dalam negara

Pancasila

Islam berkaitan

dengan

Kenegaraan

Agama dipisah

total & formal

(dari negara)

Apabila peranan faktor agama telah menurun atau hilang sama sekali maka

perimbangan kekuatan itu akan kembali pada keadaanya semula, yaitu kemenangan akan

ditentukan oleh jumlah pendukung solidaritas itu saja.42 Dan kiranya hal seperti inilah yang

39 Muhammad Hari Zamharir, Agama dan Negara, Analisis Kritis Pemikiran Politik Nur Cholish Madjid, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 278. kecuali pemikiran Ibnu Khaldun karena pada poin pemikiran Ibnu Khaldun di atas adalah hasil rangkuman penulis.

40 Telaah Penulis.41 Mungkin tidak terlalu keliru jika dikatakan bahwa Orde Lama (masa Soekarnao) adalah eranya

kaum nasionalis dan komunis. Sementara kaum muslim di era ini tertutup untuk memperjuangkan cita-citanya. Salah satu partai yang mewakili aspirasi umat Islam kala itu, Masyumi harus dibubarkan pada tanggal 15 Agustus 1960 oleh Soekarno, dengan alasan tokoh-tokohnya terlibat pemberontakan (PRRI di Sumatera Barat). Sementara NU bersama dengan PKI dan PNI? kemudian menyusun komposisi DPR Gotong Royong yang berjiwa Nasakom.

42 Ibnu Khaldun, Jil. 1 hal 322

17

Page 18: Pemikiran Politik Ibnu Khaldun

saat ini tengah menimpa dunia Islam khususnya Indonesia yang mayoritasnya beragama

Islam.

Penguasa dalam Tinjauan Ibnu Khaldun

Bagi Ibnu Khaldun adanya penguasa adalah ciri yang membedakan manusia dari

makhluk lain yang ada di muka bumi ini. Setiap manusia pasti memerlukan penguasa

karena dalam diri manusia itu masih tersisa sifat-sifat kebinatangan dan kecendrungan

untuk menzolimi orang lain. Seandainya penguasa tidak ada maka kehidupan masyarakat

manusia akan berada dalam keadaan kacau dan penuh dengan situasi anarki yang pada

akhirnya akan berakibat pada eksistensi manusia di muka bumi ini.

Bagi Ibnu Khaldun, penguasa bukanlah orang yang memaksakan kehendaknya

kepada orang lain. Akan tetapi seseorang yang melakukan suatu tugas sosial yang penting

dengan tujuan berkaitan erat dengan kalanjutan eksistensi manusia itu sendiri.

Ibnu Khaldun dengan tegas menyatakan bahwa kekuasaan adalah hubungan. Dalam

bukunya ia berkata :

Ketahuilah bahwa kepentingan rakyat pada penguasa bukan pada diri dan tubuhnya, seperti keelokan bentuk badannya, kecantikan mukanya, kebesaran tubuhnya, luasnya ilmu pengetahuannya, indah tulisannya atau ketajaman otaknya. Kepentingan mereka itu terletak dalam hubungan antara dia dan mereka. Karena itu kekuasaan dan penguasa itu termasuk hal yang bersifat relasional. Jadi terdapat keseimbangan antara kedua belah pihak. Dia dinamakan sebagai penguasa karena ia mengurus soal rakyat, sedangkan rakyat adalah mereka yang memiliki penguasa.43

Dari kutipan di atas jelas Ibnu Khaldun berpendapat bahwa tidak terdapat suatu

keistimewaan pada penguasa kecuali bahwa ia dipercaya rakyat untuk mengurus mereka.

Baik buruknya seorang penguasa sangat tergantung pada bagaimana caranya ia mengurus

kepentingan rakyat itu. Apabila kekuasaanya dilaksanakan dengan lemah lembut, tegas dan

adil maka semua pihak termasuk penguasa dan rakyat akan berada dalam keadaan yang

sebaik-baiknya. Sedang apabila kekuasaan itu dilaksanakan dengan keras, penuh hukuman,

dan penindasan serta selalu mencari-cari kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan rakyat,

maka rakyat akan diselimuti rasa takut dan merasa tertindas.

43 Ibnu KHaldun, 382-383

18

Page 19: Pemikiran Politik Ibnu Khaldun

Karena hal inilah Ibnu Khaldun berpendapat, ” Bahwa seoarang penguasa yang baik

adalah seseorang yang berada di tengah rakyat, serta berlaku baik dan lemah lembut

terhadap mereka. Dengan demikian rakyat akan menyayanginya serta akan mempertahan-

kannya sampai tetesan darah terakhir. Penguasa yang demikian akan terlindung dari segala

pihak. Dalam ungkapan pendeknya Ibnu Khaldun mengutarakan : al-mahmudu huwa at-

tawassuth (sifat yang terpuji adalah pertengahan).

Dalam melaksanakan tugasnya ini penguasa hendaklah memiliki perangkat fasilitas

yaitu : Dominasi, pemerintahan dan kekuasaan. Kesemua ini digunakan untuk antisipasi

agar tidak terjadi perselisihan dan kesewengan dalam masyarakat.

Perangkat Penguasa adalah :

Kaitan antara Politik dan Ekonomi dalam Pemikiran Ibnu Khaldun.

Kaitan antara politk dengan ekonomi sudak terjalin sejak lama. Dengan

memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan di Barat, kita bisa menyimpulkan bahwa

hubungan itu sudah ada sejak lama. Adam Smith adalah salah seorang yang terkenal karena

19

Penguasa

Dominasi (al-

Gholabah)

Kekuasaan(al-yad al-Qohiroh)

Pemerintahan (as-Sulthon)

Mewujudkan kesejahteraan rakyat

dan antisipasi terjadinya

kesewenangan dalam masyarakat

Page 20: Pemikiran Politik Ibnu Khaldun

gagasan-gagasan ekonominya melihat bahwa demikian eratnya hubungan politik dengan

ekonomi.44

Demikian juga Ibnu Khaldun melihat adanya hubungan yang sangat erat antara

kehidupan ekonomi suatu kelompok manusia dengan kehidupan mereka di pihak lain pada

umumnya. Kehidupan suatu kelompok manusia ditentukan cara mereka melaksanakan

kehidupan di bidang ekonomi. Pendapat Ibnu Khaldun ini merujuk kepada kehidupan

kelompok-kelompok manusia yang mendiami padang pasir. Dalam bukunya Ibnu Khaldun

berkata :

Ketahuilah bahwa perbedaan kondisi antara berbagai kelompok manusia disebabkan oleh perbedaan dalam cara kehidupan ekonomi mereka.45

Dalam pandangan Ibnu Khaldun dalam sebuah negara hendaklah ada bagian-bagian

dari pemerintahan yang mengurus masalah-masalah ekonomi. Yang terpenting di antara

urusan ekonomi itu adalah pengurusan pajak. Lembaga tersebut diberinya nama : Diwan al-

Amal wa al-Jibayah, yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan ”The

ministry of (financial) operations and taxation”. Mengenai operasional badan tersebut,

Ibnu Khaldun menulis :

Ketahuilah bahwa instansi ini adalah salah satu instansi yang sangat penting bagi kekuasaan negara.tugasnya adalah melaksanakan operasi pajak dan menjaga hak-hak negara dalam hal yang berkenaan dengan pendapatan dan pengeluaran. Ia juga membuat daftar nama anggota militer, menentukan gaji mereka, membayarkan pendapatan mereka pada waktu yang tertentu. Dalam hal ini bahan rujukannya adalah peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh para pakar instansi itu dan para pejabat negara.46

Menurut Ibnu Khaldun orang yang pertama sekali meletakkan dasar pengelolaan

ekonomi dan keuangan dalam sejarah Islam adalah Umar bin Khattab atas dasar usulan

Khalid bin Walid untuk membuat Diwan seperti yang lihatnya selama tinggal tinggal di

Persia dan Syria

Dengan demikian Ibnu Khaldun ingin membuktikan bahwa kehidupan ekonomi

sangat penting bagi kehidupan negara. Kekuasaan negara tidak bisa ditegakkan apabila

masalah ekonomi dan keuangan tidak ditata dengan baik.

44 Adam Smith, The Wealth Of Nations, London : everyman’s Library, 198145 Ibnu Khaldun, jil. 1. hal. 24946 Ibnu KHaldun, Jil. 2 hal. 19-20

20

Page 21: Pemikiran Politik Ibnu Khaldun

Penutup

Demi terwujudnya manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, Allah sediakan

sarana yang sangat sempurna berupa bumi dan langit beserta isinya, manusia sebagai

makhluk ciptaan Allah yang teragung di muka bumi ini diberikan tugas untuk menjaga,

memberikan kedamaian dan ketentraman demi tercapainya eksistensi manusia di muka

bumi dan nenghindarkan manusia dari percekcokan dan perselisihan.

Untuk mengapresiasikan perintah itu maka Ibnu Khaldun memaparkan konsep

negara dan kekuasaan yang ditatanya dengan sangat rapih dan diabadikannya dalam

karyanya ”Muqoddimah”.

Dengan memahami pemikiran Ibnu Khaldun diharapkan pembaca mampu

mentransfer ide-ide genius Ibnu Khaldun dengan tetap mampu menfilterisasi pemikirannya.

21

Page 22: Pemikiran Politik Ibnu Khaldun

Daftar Pustaka

Al-Qur’an.

Abdullah, Muhammad, Enan, Ibnu Khaldun : His Life and Work, Lahore : M. Asraf, 1973

Ali, Abdullah, Yusuf. The Holy Qur’an: Text, Translation and Commentary.

Beirut : Darl Fikr, TT

Copleston, Frederik, A History Of Fhilosophy, Voleme III: Ockham To Suarez The

Bellarmine Series XIV, London : Search Press Limited, 1953.

Budiardjo, Miriam, “Konsep kekuasaan: Tinjauan Kepustakaan” dalam Aneka Pemikiran

tentang Kuasa dan Wibawa, Jakarta : Sinar Harapan, 1984

Gibb, Hamilton, Studies on The Civilation of Islam, Boston : Beacon Press, 1962.

Ibn Kholdun, Abdurrahman, Tarikh Ibnu Khaldun (Diwan al-Mubtada’I wa al-Khobar fi

Tarikh al-Arab wa al-Barbar wa Man A’shorohum min Zawi as-Syakni al-Akbar),

Libanon : Dar al-Fikr, 1996.

Ibnu Khaldn, Discours sur I’historie Universelle (al-Muqoddimah) Tradction novella,

preface et notes par Vincent monteil; Beirut : Bommisiopn internationale pour la

traduction des chefs d’oevres, 1967.

Ibnu Kholdun, Muqoddimat Ibni Kholdun, ed. Abdul Wahid Wafi, Kairo : Lajnah al-Bayan

al-Araby, 1958.

Lacoste, Yves, “la Grande Oeuvre d’Ibn Khaldoun,” La Pensee (Paris) LXIX (1956)

Rahman, A, Zainuddin, Kekuasaan dan Negara, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1992.

Smith, Adam, The Wealth Of Nations, London : everyman’s Library, 1981

Talbi, M, Encyclopedia Of Islam, dalam bab Ibnu Khaldun

Worsley, Peter, Power in Britian: Sociological Reading’s, (eds) John Urry dan John

Wakeford, London : Heinemann Educational Books, 1973

Zamharir, Muhammad, Hari, Agama dan Negara, Analisis Kritis Pemikiran Politik

Nurcholish Madjid, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004

22