pendekatan sosiologi, psikologi dan antropologi

67
BAHAN KULIAH S3 PRODI PLS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM KONTEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT BERKELANJUTAN Oleh : Prof., Dr., H. Enceng Mulyana, M.,Pd PASCA SARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Upload: vantram

Post on 25-Jan-2017

261 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

BAHAN KULIAH S3

PRODI PLS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM KONTEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT BERKELANJUTAN

Oleh :

Prof., Dr., H. Enceng Mulyana, M.,Pd

PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Page 2: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

TAHU TIDAK TAHU

DIRI ORANG LAIN

TA

HU

TID

AK

TA

HU

DIR

I SEN

DIR

I

A. ORIENTASI KE ARAH MATERI KULIAH

Page 3: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI
Page 4: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

HUMAN PERSON AS AN INDIVIDUAL/

AS AMEMBER OF SOCIETY

GLO

BA

L S

PIR

ITU

ALIT

Y

TRUTH & WISDOM

CR

EA

TIV

ITY &

A

PR

EC

IATIO

N O

F

BEA

UT

Y

SUSTAINABLE HUMAN DEVELOPMENT

THE CORE VALUES OF LEARNING TO BE FULLY HUMAN

Page 5: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI
Page 6: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

PLS DALAM KONTEKS CD BERKELANJUTAN

TRANSFORMASI BUDAYA

PEMBENTUKAN PRIBADI

PENYIAPAN WARGA NEGARA YANG BAIK

PENYIAPAN TENAGA KERJA BERKUALITAS TINGGI

PRINSIP : KEMANUSIAAN PARTISIPASI KOLABORASI KERJASAMA INOVATIF

JALUR : KELUARGA SEKOLAH LEMBAGA SOSIAL KEMASYARAKATAN LEMB.PEMERINTAH

PEND.

MANUSIA MANDIRI

BERBUDI DAN BERKARAKTER BANGSA YANG

GEMAR BELAJAR

DIMENSI

BUDAYA/TRADISI

BAHASA DAERAH

AGAMA

EKO KELUARGA

KEWILAYAHAN

LANDASAN IDEOLOGIS,

1. LANDASAN PILOSOFIS

2. EDUCATION FOR ALL

3. PERATURAN PERUNDANGAN PENDIDIKAN

POLA PIKIR PLS DALAM KONTEKS CD BERKELANJUTAN

PENDEKATAN IPTEK/IMTAQ

PENDEKATAN PROFESIONAL

Page 7: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI
Page 8: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

Bukan sekedar proses

pengayaan intelektual, tetapi

juga menumbuhkan benih-

benih adab* manusia; untuk

mengecambahkan kualitas

luhur kemanusiaan

Pendidikan

Page 9: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

ASUMSI/DALIL PENDIDIKAN

SEBAGAI PIJAKAN

1. SEORANG YANG TIDAK MENDAPAT PENDIDIKAN, BERARTI

KEHILANGAN BANYAK KESEMPATAN UNTUK MENCAPAI DERAJAT

HIDUP YANG MULIA.

2. MASYARAKAT YANG TIDAK BERHASIL MENEMUKAN SISTEM

PENDIDIKAN YANG TEPAT, BERARTI MEMBUAT KEHIDUPAN

MASYARAKATNYA SENDIRI TANPA KEPRIBADIAN, TERLANTAR DAN

TERBELAKANG.

3. HATI ADALAH SUMBER KEBERANIAN DAN SEMANGAT INTEGRITAS

DAN KOMITMEN. HATI ADALAH SUMBER ENERGI DAN PERASAAN

MENDALAM MENUNTUT KITA BELAJAR MENCIPTAKAN

KERJASAMA, MEMIMPIN DAN MELAYANI.

Page 10: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

KONDISI OBJEKTIF

1. PENDIDIKAN DI INDONESIA SELAMA INI CENDERUNG TERLALU

MENEKANKAN ARTI PENTING DARI NILAI AKADEMIK,

KECERDASAN OTAKNYA ATAU IQ SAJA, JARANG SEKALI

DITEMUKAN PENDIDIKAN TENTANG KECERDASAN EMOSI YANG

MENGAJARKAN TENTANG : INTEGRITAS, KEJUJURAN,

KOMITMEN, VISI, KREATIFITAS, KETAHANAN MENTAL,

KEBIJAKSANAAN KEADILAN, PRINSIP KEPERCAYAAN,

PENGUASAAN DIRI ATAU SINERGI, CENDERUNG MENIMBULKAN

KRISIS MORAL ATAU BUTA HATI AKIBAT HANYA MENGANDALKAN

LOGIKA.

2. SEMENTARA SKOR IQ ANAK AKAN SEMAKIN TINGGI,

KECERDASAN EMOSI MEREKA JUSTRU MENURUN, ANAK-ANAK

GENERASI SEKARANG LEBIH SERING MENGALAMI MASALAH

EMOSI DIBANDING GENERASI TERDAHULUNYA, TUMBUH DALAM

KESEPIAN, LEBIH MUDAH MARAH, LEBIH SULIT DIATUR,

CENDERUNG CEMAS DAN AGRESIF (DANIEL GOLEMAN : 1999).

PERMASALAHAN PENDIDIKAN/PEMBELAJARAN

Page 11: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

3. ADANYA KECENDERUNGAN UMUM BAHWA PARA SISWA HANYA

TERBIASA MENGGUNAKAN SEBAGIAN KECIL SAJA DARI POTENSI ATAU

KEMAMPUAN BERPIKIRNYA. DAN YANG LEBIH DIKHAWATIRKAN ADALAH

SEANDAINYA MEREKA MALAS BERPIKIR DAN TERBIASA MALAS

BERPIKIR SENDIRI. KECENDERUNGAN DEMIKIAN, SAMA ARTINYA

DENGAN PEMANDULAN, DAN SAMA SEKALI BUKAN PENCERDASAN.

4. BELAJAR BERANI BERPIKIR LEBIH OBJEKTIF, APALAGI BERBEDA DARI

BUKU ATAU KETERANGAN GURU, BERPIKIR LOGIS ATAU KRITIS,

DIALOGIS, DAN ARGUMENTATIF SECARA MANDIRI UMUMNYA MASIH

MERUPAKAN BARANG LANGKA DI SEKOLAH-SEKOLAH KITA.

KEDUDUKAN DAN PERANAN GURU SEBAGAI SUMBER ATAU

FASILITATOR BELAJAR, DIPERSEPSI SISWA SECARA MONOPOLI DAN

AMAT MENENTUKAN.

5. TERDAPAT KECENDERUNGAN PROSES PEMBELAJARAN YANG KURANG

MENDIDIK SEHINGGA MEMBAWA DAMPAK TERHADAP PENDIDIKAN

MORAL ANAK YANG KURANG BERMORAL.

KONDISI OBJEKTIF

PERMASALAHAN PENDIDIKAN/PEMBELAJARAN

Page 12: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

1. Pendidikan luar sekolah sebagai model pembelajaran memberikan akses

pendidikan dan belajar lebih luas kepada warga belajar. Oleh karena itu

warga belajar berpeluang memiliki daya suai (adaptabiliti), daya lentur

(fleksibiliti), kapasitas inofatif dan entrepreneurial, sehingga warga belajar

tertantang dan memperkuat pengetahuan, kemauan ingin tahu dan

motivasi sikap kreatif sehingga tumbuh budaya learning to know, learning

to do, learning to be, learning life together dan belajar mewujudkan jati

dirinya.

2. Belajar sepanjang hayat sebagai asas pendidikan nonformal menjadikan

warga belajar terdorong untuk belajar menguasai kompetensi tertentu

supaya dapat hidup dalam situasi yang berubah-ubah dan belajar untuk

hidup mandiri dan bertanggung jawab baik kepada pribadinya maupun

kepada masyarakat.

DASAR KONSEPSIONAL PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

DALAM KONTEKS CD BERKELANJUTAN

Page 13: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

3. Pelurusan mindset utuh pendidikan dan elaborasi konseptual filosofispendidikan sebagaimana diamatkan UU NO 20/2003 tentangSISDIKNAS, yang berpegang kepada prinsip: pembangunan watak danperadaban bangsa, paradigma pendidikan yang mencerdaskan bangsa,paradigma pendidikan yang demokratis dan berkeadilan, paradigmapendidikan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan,paradigma pendidikan sistemik yang terbuka dan multi makna,paradigma yang memberikan keteladanan, membangun kemauan danmengembangkan kreatifitas, paradigma pendidikan yangmengembangkan budaya dan paradigma pendidikan denganmemberdayakan masyarakat.

4. Essensi membangun keutuhan bangsa melalui pendidikan luar sekolahdilakukan melalui upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Kecerdasankehidupan bangsa bukan agregasi kecerdasan perorangan, karakterbangsa bukan agregasi karakter perorangan, kecerdasan dan karakterbangsa mengandung perekat kultural. Kecerdasan bangsa adalankecerdasan kultural yang akan membangun bangsa dalam harmoni danperdamaian dengan dukungan penguasaan IPTEKS.

Page 14: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

5. Pendidikan adalah memanusiakan manusia, karena itupendidikan harus dilaksanakan secara utuh berlandaskanhakekat manusia Indonesia yang terkandung dalam Pancasiladengan segala aspek kulturan kehidupannya dan bingkai utuhsistem pendidikan nasional yang digariskan dalam UUNo.20/2003 tentang SISDIKNAS sebagai aspek legal diIndonesia.

6. Pendidikan adalah kemanusian yang tidak bisa dihampirisemata-mata dari pendekatan politik, ekonomi dan hukummelainkan harus dihampiri dari pendekatan perkembanganhidup manusia dan kemanusiaan. Perlu dihindari simplifikasipemaknaan dan penyempitan proses penyelenggaraanpendidikan, yang menekankan kepada target-target kuantitatifbelaka dalam format berpikir linier.

Page 15: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

7. Dari berbagai fenomena yang ada dirasa perlu dilakukan pelurusanmindset utuh pendidikan dan elaborasi konseptual filosofis maknapendidikan sebagaimana diamanatkan oleh UU No.20/2003 dan UUNo.14/2005 tentang Guru dan Dosen.

8. Upaya stategis pendidikan nonformal dan pemberdayaan masyarakatyang bisa mendorong community empowering and sustainabilitydevelopment, sebuah model pembangunan masyarakat yang berbasispendidikan dan kultur setempat, didalamnya bisa ditumbuhkan dandibelajarkan hal-hal kehidupan demokrasi, politik, kecakapan hidup,kekuatan ekonomi pedesaan untuk menekan eksploitasi ekonomiperkotaan, berbasis kearifan lokal untuk menciptakan sumber-sumberpendapatan guna membangun ketahanan hidup (sustainable livelihood)

9. Pengembangan strategi dan skenario yang sistematik dan sistemik untukmewujudkan standar nasional pendidikan (standari isi, proses,kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,pengelolaan pembiayaan, dan penilaian pendidikan). Melakukanpenjaminan mutu pendidikan .

Page 16: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

10. Upaya untuk mengelaborasi lebih jauh konsep pembelajaranberbasis nilai dan kompetensi, paradigma operasional learning toknow, learning to do, learning to be, dan learning to life together.

11. Penegasan konsep dan strategi pendanaan pendidikan yangmampu menopang upaya pelayanan pendidikan yang bermutu,perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatankompetensi dan ketenagakerjaan pendidikan untuk menopangupaya peningkatan pendidikan secara berkelanjutan sehinggarealisasi anggaran pendidikan terjamin efisiensi dan akuntable.

Page 17: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

12. Pendidikan luar sekolah hendaknya dijiwai secara utuh dankonsisten oleh kaidah-kaidah pendidikan sebagai prosesmendewasakan dan memanusiakan manusia. Pendidikan harusdilandasi oleh filosofi yang jelas, bukan semata-matapersoalan sosial politik ekonomi dan hukum melainkanperkembangan manusia yang ada dalam kontek budayasebagai sebuah sistem yang terbuka dan harus didekati darisudut kemanusiaan, sehingga terwujudkan pendidikan sebagaiproses memanusiakan manusia.

13. Strategi upaya yang harus dilakukan berikutnya harusdikembangkan pemulihan keutuhan proses pembelajaran yangmendidik sebagai wahana pengembangan kehidupandemokratis, karakter dan kemandirian sebagai soft skills, sertapenguasaan sains, teknologi dan seni sebagai hard skills.Pemulihan pembelajaran yang mendidik ini memerlukanrevitalisasi manajemen pendidikan yang mampu merevitalisasimainset dan profesionalisme dan para pemimpin pendidikan

yang berwawasan masa depan (visioner)

Page 18: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

PAKET BELAJAR MINIMAL MELALUI PENDIDIKAN

NONFORMAL/INFORMAL (PHILIP COOMBS)

1. Tumbuh kembangnya sikap positif konstruktif

terhadap diri sendiri dan orang lain.

2. Kecakapan baca tulis fungsional.

3. Bersikap ilmiah.

4. Keterampilan mencari nafkah.

5. Keterampilan berkeluarga.

6. Keterampilan berwarga negara.

Page 19: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)

PEMBERANTASAN BUTA AKSARA

PENDIDIKAN KESETARAAN

PENGEMBANGAN BUDAYA BACA MASYARAKAT

PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP

PENDIDIKAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG)

1.1

1.2

1.3

1.4

1.5

1.6

PROGRAM POKOK PENDIDIKAN NONFORMAL

DAN INFORMAL

Page 20: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

KENDALA PELAKSANAAN

PROGRAM PNFI

SARANA DAN PRASARANA MASIH

TERBATAS

TERBATASNYA ANGGARAN UNTUK

BIAYA PROGRAM PNFI

SASARAN PROGRAM PNFI ADALAH

MASYARAKAT MARGINAL

KEMITRAAN BELUM DAPAT

DILAKSANAKAN SECARA OPTIMAL

2

1

3

4

5

MUTU PENDIDIK DAN TENAGA

KEPENDIDIKAN UMUMNYA RENDAH

DATA DAN INFORMASI SASARAN DAN

LEMBAGA BELUM AKURAT

6

Page 21: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

TIGA PILAR BIDANG GARAPAN PENDIDIKAN

DALAM KONTEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT BERKELANJUTAN

B. KAJIAN MATERI

Page 22: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

BIDANG KAJIAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT

BERKELANJUTAN

Page 23: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI
Page 24: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI
Page 25: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

Mengharapkan pembangunan berkelanjutan adalah

sebuah pandangan etis yang diharapkan oleh

masyarakat untuk menjamin bahwa generasi yang

akan datang dapat menikmati kesejahteraan seperti

generasi sekarang. Karena keberlanjutan integrit/

menyatu dengan masa depan

Disadari bahwa untuk mengukur indikator pembangunan

yang berkelanjutan adalah sebuah tantangan karena

harus mengindahkan indikator yang berisiko;

Page 26: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

Pembangunan ekonomi, lingkungan yang lebih baik dan perhatian

khusus untuk kebaikan manusia yang ada saat ini maupun di masa

yang akan datang (Brundtland Report ,WCED, 1987),

Pembangunan yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan

generasi yang ada saat ini tanpa membahayakan kemampuan

generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan mereka

sendiri’ (WCED, 1987, hal. 43).

Menurut Bryan Norton, Hal yang utama mengenai Pembangunan

Berkelanjutan adalah tentang kesejahteraan manusia dan

bagaimana mempertahankannya sepanjang waktu.

Page 27: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

…tanggung jawab generasi yang ada saat ini terhadap dampaknya

di masa yang akan datang… paling baik diberikan melalui filosofi

pragmatis berdasarkan pembelajaran tentang aturan baru yang

dapat dipakai mengelola sumber daya… (Norton, )

Ruta & Hamilton menjelaskan Sumber daya sbg kekayaan

mencakup sumber daya manusia, sumber daya alam (energi, tanah,

& sumber daya biologi) & sumber daya lingkungan (seperti air dan

udara yang bersih) yang harus dipahami sbg prasyarat kehidupan

layak dimasa datang.

Page 28: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

Literatur tentang pembangunan berkelanjutan yangkonsen thd perlakuan sumber daya alam dan lingkunganantara lain adalah SNA (Sistem Pelaporan Nasional),laporan ini dianggap penting karena dapat mengangkatisu-isu seputar sumber daya;

Jika penipisan lingkungan diabaikan maka akan menjadiancaman pada pembangunan keberlanjutan.

Keputusan untuk mengeksploitasi sumber daya alamsekarang banyak merugikan generasi yang akan datangapalagi jika penipisan satu aset tidak diibangi olehinvestasi di bidang lain;

Page 29: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

1. Etika dan Pembangunan Berkelanjutan: suatu

pendekatan adaptif terhadap pilihan lingkungan

2. Pendekatan Modal terhadap Pemb. Berkelanjutan

3. Pembangunan Berkelanjutan dalam Ilmu Ekonomi

Lingkungan

4. Daya tahan Lingkungan dan Sosial

5. Analisis Untung Rugi dan Standar Minimum Konversi

Page 30: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

Manajemen Adaptif suatu pencarian konsepsi berkelanjutan dan

manajemen yang berkelanjutan dirancang menggunakan ilmu pengetahuan

dan pembelajaran sosial sebagai alat untuk mencapai kerja sama dalam

pencapaian tujuan manajemen (Walters, 1986; Lee, 1993; Gunderson et.al.,

1995; Gunderson dan Hollink, 2002; Norton, 2005).

Tiga ciri proses manajemen Adaptif: Experimentalisme (Manajer adaptif

merespon ketidakpastian dg melakukan perbuatan yuang dapat diulang

dan mempelajari hasilnya untuk mengurangi ketidakpastian pada tahapan

keutusan berikutnya); Multi-Scalar Modeling (Manajer adaptif

mencontohkan permasalahan lingkungan dalam sistem kesempatan

berjenjang - multi-scaled space-time systems); dan Place –Orientation

(manager adaptif mengenali masalah lingkungan dari tempat yakni

permasalahan disesuaikan dengan konteks lokal secara sistem alamiah

tetapi juga sebagai kekuatan politis.

Page 31: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

Pendekatan Modal terhadap Pemb. Berkelanjutan) = memberikan peluang

atau kapita setidaknya sama dg yang kita miliki saat ini kepada generasi

berikut.

Standar/ukuran berkelanjutan adalah berapa jumlah kapital (modal),

misalnya: nilai bangunan, mesin, merek dagang, dan total pengeluaran lain

dalam pembukuannya di akhir tahun.

Definisi berkelanjutan: pembangunan berkelanjutan jika kesejahteraan

sosial, yaitu, nilai yang ada untuk konsumsi saat ini dan di masa yang akan

datang, tidak mengalami penurunan.

Kekuatan berkelanjutan ini adalah memberikan pedoman wawasan ke

depan bagi pembuat kebijakan.

Kelemahan berkelanjutan ini, yaitu tidak mampu menghitung aset yang

tidak dapat diganti seperti wilayah keanekaragaman hayati, dan samudra

yang mengatur fungsi iklim global.

Page 32: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

Bagi Pembuat Kebijakan: memperluas tanggung jawab manajemen

ekonomi untuk menyertakan manajemen berbagai sumber daya alam,

kapital manusia dan institusi. Proses pembangunan memerlukan

penghapusan ketergantungan terhadap berbagai sumber daya alam sambil

meningkatkan kepercayaan terhadap kemampuan manusia dan

infrastruktur institusi dan sosial suatu negara.

Kebijakan fiskal harus disesuaikan untuk memperoleh penyewaan sumber

daya seperti royalti energi, pajak pendapatan pariwisata, tarif air bawah

tanah. Dll.

Investasi dalam kapital yang dibuat oleh manusia, kapital manusia, dan

institusi merupakan hal yang penting. Pemerintah harus berinvestasi dalam

bidang pendidikan, sistem yudisial yang efisien, dan aturan hukum serta

kebijakan untuk menarik pembayaran.

Page 33: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

Pembangunan berkelanjutan ditafsirkan dlm berbagai cara antara lain dlm

bidang ekonomi & ekologis sebagai disiplin yang berbeda menawarkan

perspektif tertentu.

Ecological Economics (EE) mengungkapkan bahwa ekonomi merupakan

subsistem lokal yang lebih besar dan ekosistem global yang membatasi

pertumbuhan fisik ekonomi.

EE ditandai dg penggunaan indikator fisik (materi, energi, kimia, biologi)

dan analisis berbagai sistem multidisipliner yang bersifat komprehensif.

Ekonomi sumberdaya dan lingkungan (environment and resource

economic/ERE) terkait dg skala versus alokasi. ERE mempelajari alokasi

optimal atau efisiensi penggunaan sumber daya yang langka.

ERE menganggap pembangunan yang berkelanjutan identik dengan

pertumbuhan yang berkelanjutan.

Page 34: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

Weak sustainability = economic capital & natural capital

Economic Capital (e.g. mesin, tenaga kerja, dan pengetahuan)

Natural capital ( e.g. sumber daya alam, lingkungan, & alam)

Weak sustainability diartikan kebiasaan mempertahankan “total capital” (

economic & natural capital)

Setiap penurunan kesejahteraan berkonotasi pembangunan yang tidak

berkelanjutan.

Strong Sustainability = economic capital dan natural capital

dipertahankan secara terpisah.

Sumber daya alam dianggap sebagai input yang penting dalam produksi

ekonomi, konsumsi dan kesejahteraan yang tidak dapat diganti oleh kapital

buatan.

Pengakuan integritas lingkungan dan ‘hak alam’ (bioetika).

Aversi resiko dalam kombinasi dengan perubahan yang tidak dapat diubah

dalam kapital alam. Dalam konteks ini, istilah stabilitas, resiliensi,

keanekaragaman hayati dan kesehatan ekosistem (Costanza et al.,

seringkali disebutkan.

Page 35: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

Indikator ekologi ( e.g keanekaragaman hayati)

versus indikator fisik (materi atau energi).

Kapital stock versus indikator arus.

Sumber versus indikator-indikator efek.

Moneter versus indikator lain.

Berkelanjutan versus indikator kemajuan

Page 36: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

Kebijakan berkelanjutan meliputi semua regulasi lingkungan. Berbagai kebijakanatau instrumen tertentu secara khusus difokuskan pada persoalan berkelanjutanjangka panjang.

Kebijakan yang ditujukan untuk mengubah pilihan konsumen akan berpengaruhketika pilihan yang berkuasa tidak konsisten dengan tujuan jangka panjang(Norton et al., 1998).

Perspektif ‘hierarki kebutuhan’ berhubungan dengan gagasan berkelanjutan yangkuat yang menekankan keunikan dan non-substitutability barang atau pelayananyang disediakan oleh alam (Stern, 1997; Blamey dan Common, 1999).

Kebijakan di bawah ketidakyakinan harus bergabung dengan berbagai strategiseperti peniruan dan pencarian kekayaan, dan bertujuan meningkatkan ataumempertahankan perbedaan pengetahuan, teknologi dan perilaku (Roe, 1996).

Page 37: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

Daya tahan dibutuhkan disebabkan kegagalan institusi, ilmu pengetahuanekologi, atau kebijakan ekonomi untuk membalikkan manajemen sumberdaya yang tidak berkesinambungan atau untuk mengurangi konsekuensilingkungan berskala besar dari pemanfaatan sumber daya.

Daya tahan meliputi pengenalan dinamika dari sistem dan fungsi yangdimainkan ekosistem dalam menjaga dan mempermudah masyarakatmanusia dan dalam mempromosikan kekuatan atau daya tahan dari sistemekologi.

Daya tahan merupakan karakteristik penting dari masyarakat dimana risikolingkungan dan sosial menyerap pengambilan keputusan.

Kepentingan ekonomi global, penyalahgunaan hak properti, dan akses yangtidak simetris terhadap kekuatan dan informasi digabungkan untukmenciptakan kondisi lingkungan menjadi kritis, dan populasi menjadi rawan.

Page 38: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

Berkelanjutan adalah ‘memenuhi kebutuhan saat ini tanpa melakukan

kompromi perihal kemampuan generasi di masa depan untuk memenuhi

kebutuhan mereka sendiri (World Commission on Environment dan

Development, 1987).

Tujuan berkelanjutan bisa dicapai dengan pengaturan yang mencakup

substitusi produksi dan konsumsi. Pengaturan harus bersandarkan pada

kemajuan teknologi yang berkesinambungan dan akumulasi modal untuk

kompensasi pertumbuhan populasi dan berkurangnya sumber daya alam

(Solow, 1974).

Berkelanjutan yang lemah bersandar pada teknologi, substitusi modal untuk

sumber daya alam dan kemampuan pasar untuk mentransfer insentif yang

tepat.

Berlanjutan yang kuat (komitmen mengkompensasi kekurangan sumber daya

yang tidak dapat diperbaharui dengan memperbesar modal yang secara

ekonomi ekivalen dg sumber daya yang dapat diperbaharui sampai kepada

level berkelanjutan (‘tebang satu pohon’, ‘tanam satu pohon’).

Page 39: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

Key Principles For Sustainable Development Strategies

1 People-centred. An effective strategy requires a people-centred approach, ensuring long-term

beneficial impacts on disadvantaged and marginalized groups, such as the poor.

2 Consensus on long-term vision. Strategic planning frameworks are more likely to be successful

when they have a long-term vision with a clear timeframe upon which stakeholders agree. At

the same time, they need to include ways of dealing with short- and medium-term necessities

and change. The vision needs to have the commitment of all political parties so that an

incoming government will not view a particular strategy as representing only the views or

policies of its predecessor.

3 Comprehensive and integrated. Strategies should seek to integrate, where possible, economic,

social and environmental objectives. But where integration cannot be achieved, trade-offs need

to be negotiated. The '`entitlements and possible needs of future generations must be factored

into this process.

4. Targeted with clear budgetary priorities. The strategy needs to be fully integrated into the

budget mechanism to ensure that plans have the financial resources to achieve their

objectives, and do not only represent 'wish lists'. Conversely, the formulation of budgets must

be informed by a clear identification of priorities: Capacity constraints and time limitations will

have an impact on the extent to which the intended outcomes are achieved. Targets need to be

challenging - but realistic in relation to these constraints.

5. Based on comprehensive and reliable analysis. Priorities need to be based on a

comprehensive analysis of the present situation and of forecasted trends and risks, examining

links between local, national and global challenges. The external pressures on a country-those

resulting from globalization, for example, or the

Page 40: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

impacts of climate change - need to be included in this analysis. Such analysis depends on

credible and reliable information on changing environmental, social and economic conditions,

pressures and responses, and their correlations with strategy objectives and indicators. Local

capacities for analysis and existing information should be fully used, and different perceptions

among stakeholders should be reflected.

6. Incorporate monitoring, learning and improvement. Monitoring and evaluation need to be based

on clear indicators and built into strategies to steer processes, track progress, distil and

capture lessons, and signal when a change of direction is necessary,

7. Country-led and nationally-owned. Past strategies have often resulted from external pressure

and development agency requirements, It is essential that countries take the lead and initiative

in developing their own strategies if they are to be enduring.

8. High-level government commitment and influential lead institutions. Such commitment - on a

long-term basis - is essential if policy and institutional changes are to occur, financial

resources are to be committed and for there to be clear responsibility for implementation,

9 Building on existing mechanism and strategies. A strategy for sustainable development should

not be thought of as a new planning mechanism but instead build on what already exists in the

country, thus enabling convergence, complementarity and coherence between different

planning frameworks and policies, This requires good management to ensure coorcharlion of

mechanisms and processes, and to identify and resolve potential conflicts, The latter may

require an independent and neutral third party to act as a facilitator. The roles, responsibilities

and relationships between the different key participants in strategy processes must be clarified

early on.

Page 41: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

10. Effective participation, Broad participation helps to open up debate to new ideas and sources

of information: expose issues that need to be addressed; enable problems, needs and

preferences to be expressed; identify the capabilities required to address them; and develop a

consensus on the need for action that leads to better implementation. Central government

must be involved (providing leadership, shaping incentive structures and allocating financial

resources) but multi-stakeholder processes are also required involving decentralized

authorities, the private sector and civil society, as well as marginalized groups. This requires

good communication and information mechanisms with a premium on transparency and

accountability.

11. Link national and local levels. Strategies should be two-way iterative processes within and

between national and decentralized levels. The main strategic principles and directions should

be set at the central level (here, economic, fiscal and trade policy, legislative changes,

international affairs and external relations, etc, are key responsibilities). But detailed planning,

implementation and monitoring would be undertaken at a decentralized level, with appropriate

transfer of resources and authority.

12. Develop and build on existing capacity, At the outset of a strategy process, it is important to

assess the political, institutional, human, scientific and financial capacity of potential state,

market and civil society participants. Where needed, provision should be made to develop the

necessary capacity as part of the strategy process. A strategy should optimize local skills and

capacity both within and outside government.

Page 42: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

Apa strategi analisis yang dibutuhkan dalam pembangunan

berkelanjutan?

Bagaimana menganalisis stakeholder?

Bagaimana analisis dilakukan?

Bagaimana mekanisme analisis pengembangunan berkelanjutan ?

Bagaimana analisis skenario pembangunan berkelanjutan?

Pokok-pokok analisis: Analisis Stakeholder; Analisis keberlanjutan;

Strategi proses/mekanisme analisis; Analisa Skenario; Analisis dan

pemeringkatan Pilihan; Tinjauan ulang keberhasilan strategi.

Page 43: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

Menggunakan pendekatan account, narrative assesment dan

assesmen berbasis indikator.

Analisis spasial; Sistem nilai nasional; Simpanan asli

domestik; Pemanfaatan ekologi; Jumlah sumber daya alam;

Indeks pembangunan manusia; Analisis keberlangsungan

hidup; Pemetaan kebijakan, Asesmen strategi lingkungan;

Analisis issu berbasis masyarakat

Page 44: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

Prinsip dasar; 1) pelibatan dan penginformasian stakeholder melaluiproses partisipasi dan demokrasi. 2) penggunaan metode yangberguna dan berpartisipasi dalam analisis. 3) memuat peran pakaranalisis independen. 4) sistem berkembang secara terus menerus danterkordinasi pada penumbuhan pengetahuan. 5) kesesuaian kriteriauntuk pengutamaan analisis. 6) kepastian tujuan analisis jelas. 7)menyesuaikan atau memadukan jenis-jenis hasil dengan analisis dansiapa yang menggunakannya.

Terdapat berbagai pilihan metode dan pendekatan (pendekatanpeninjauan dampak, klasifikasi kesesuaian lahan, analisis keefektifanbiaya, model-model makro ekonomi dan tingkah laku, analisis multikriteria, dan analisis pengambilan keputusan)

Page 45: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

Langkah dasar: tabulasi, mengembangkan matriks, identifikasi resiko dan asumsi pengaruh disain, indentifikasi kesesuain pendekatan.

Keterbatasan analisis stakeholder antara lain, adanya tumpang tindih antar stakeholder, adanya perubahan kelompok stakeholder dengan berlalunya waktu, resiko kerja yang berkaitan dengan kategorisasi dan tanggapan, perbedaan dan konflik yang diakibatkan oleh perbedaan nilai, analisis bisa mengidentifikasi masalah tetapi tidak dapat menyelesaikan masalah dengan tepat.

Page 46: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

Konsensu

s pada

visi dan

prioritas

tujuan PB

Monitir

dampak

PB

Asesmen

isu PB

dan

prioritas

debat

Monitor

mekanis

me

strategi

Perencan

aan &

investasi

untuk PB

Pemberd

ayaan

dan

membang

un

kapasitas

Arus

pengutam

aan PB

control

dan

insentuf

Komunikasi

Partisipasi

Koordinasi

Informasi

Pembelajaran

Kerangka analisis

Menggunakan

kerangka

pembangunan

berkelanjutan

(Analisis kontek ekonomi,

Uraian mekanisme

Keterkaitan)

Komunikasi

Partisipasi

Koordinasi

Informasi

Pembelajaran

Page 47: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI
Page 48: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI
Page 49: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI
Page 50: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI
Page 51: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI
Page 52: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI
Page 53: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI
Page 54: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI
Page 55: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI
Page 56: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI
Page 57: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

PARTICIPATION AND COMMUNICATION

Page 58: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI
Page 59: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

- By recognizing that it is specific issues that interest people, rather than the whole of the SD agenda: 'If you

replaced all the various eco-labels with one saying "certified sustainable" it might on the surface be simple

and more rigorous, but a lot of enthusiasm would collapse.' (Corporate social responsibility consultant)

- In other words, breaking SD down into manageable pieces that make sense to people in their context. No

forbidding the words 'sustainable development' but adding the message that `this idea/initiative contributes

to sustainable development'.

- By using opportunities to demonstrate links between the issues that matter to people - for example trade

terms and environment, fuel use and flooding through climate change.

- By presenting the positive side, not just the negative. Too often, problems are presented, implying that She

is about what you cannot do. In contrast, SD communications should emphasize opportunities, ideas and'

innovations that excite people about the future, and show what roles people can play in it.

- This will often mean focusing on the doable and immediate - recycling and local environmental clean-ups; -

and adding messages on the broader, longer-term context for these activities.

- It will also mean illustrating options for the future that interest people: for example, low-energy housing arid

transport, community action to remove homelessness, farmers' markets that strengthen rural economies

and provide healthier food.

- By using good communications practice; asking people what concerns them, and what they can do, and not

just telling them what to do; spinning stories about what has worked, and not just presenting abstract;

'recommendations'; using straightforward language rather than jargon; knowing the audiences and their

concerns and not just the subject and its complexities. This approach works for the `specialists', too.

- By opening up workshops and conferences to other stakeholders who will be comfortable with the above

and not feel obliged to talk about SD among `insiders' only. SD does not need `dumping down' to do this; itneeds `opening up'.

How can sustainable development be communicated successfully?

Page 60: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

Education for sustainable development needs to meet

three important goals (adapted from the Declaration,UNESCO 1977):

- To foster awareness and understanding of the interdependence of the

economic, social and ecological dimensions of development, in both

urban and rural areas, and the need to deal with these holistically as well

as with political, technological, legislative, cultural and aesthetic

concerns.

- To provide every person with opportunities to acquire the knowledge,

values, attitudes, commitment and skills needed to contribute to

sustainable development.

- To create new patterns of behavior among individuals, groups and

society as a whole towards the environment, society and the economy.

- To meet these three goals, education initiatives should:

- evolve within the existing education system;

Page 61: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

- focus on sustainable development at all levels in the formal education system;

adopt interdisciplinary methods;

- take a global perspective while also having regard to regional differences;

- promote the value of local, national and international cooperation in making

progress towards sustainable development;

- focus on both current and future situations;

- centre an practical problems that relate directly to the students` immediate

environment;

- aim to instill an ethic of conservation;

- include comprehensive non-formal education programmers to provide information

about sustainable development to a wider segment of the population than is

possible through formal means;

- be a continuous, life-long process, both in school and beyond;

- emphasize active stakeholder participation in preventing and solving development

problems.

Page 62: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI
Page 63: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

MONITORING DAN EVALUASI UNTUK PEMBANGUNAN MASYARAKAT BERKELANJUTAN

The Principles for assessing progress towards sustainable

development

1. Guiding Vision and Goals

- be guided by a clear vision of sustainable development and goals

that define that vision.

2. Holistic Perspective,

• include review of the whole system as well as its parts;

• consider the well-being of social, ecological and economic sub-

systems, their state as well as the direction and rate of change of

that state, of their component parts, and the interaction between

parts;

• consider both positive and negative consequences of human

activity, in a way that reflects the costs and benefits for human and

ecological systems, in monetary and non-monetary terms.

Page 64: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

3. Essential Elements

• consider equity and disparity within the current population and

between present and future generations, dealing with such concerns

as resource use, over-consumption and poverty, human rights, and

access to services, as appropriate;

• consider the ecological conditions on which life depends;

• consider economic development and other, non-market activities that

contribute to human/social well­being.

4. Adequate Scope

• adopt a time horizon long enough to capture both human and

ecosystem timescales

• thus responding to needs of future generations as well as those

current to short-term decision-making;

• define the space of study large enough to include not only local but

also long distance impacts on people and ecosystems;

• build on historic and current conditions to anticipate future conditions

- where we want to go, where we - could go

Page 65: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

5. Practical focus – Be Based on.

• an explicit set of categories or an organizing framework that links

vision and goals to indicators and assessment criteria;

• a limited number of key issues for analysis;

• a limited number of indicators or indicator combinations to provide a

clearer signal of progress;

• standardizing measurement wherever possible to permit comparison;

• comparing indicator values to targets, reference values, ranges,

thresholds or direction of trends, as appropriate.

6. Openness

• make the methods and data that are used accessible to all;

• make explicit all judgments, assumptions and uncertainties in data

and interpretations.

7. Effective Communication

• be designed to address the needs of the audience and set of users;

• draw from indicators and other tools that are stimulating and serve to

engage decision-makers;

• aim, from the outset, for simplicity in structure and use of clear and

plain language.

Page 66: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

8. Broad Participation.

• obtain broad representation of key grass-roots, professional,

technical and social groups - including youth, women and indigenous

people - to ensure recognition of diverse and changing values;

• ensure the participation of decision-makers to secure a firm link to

adopted policies and resulting action

9. Ongoing Assessment.

• develop a capacity for repeated measurement to determine trends;

• be iterative, adaptive and responsive to change and uncertainty

because systems are complex and change frequently;

• adjust goals, frameworks and indicators as new insights are gained;

• promote development of collective learning and feedback to

decision-making.

10. Institutional Capacity. Continuity of assessing, progress towards

sustainable development should be assured

• clearly assigning responsibility and providing ongoing support in the

decision-making process;

• providing institutional capacity for data collection; maintenance and

documentation;

• supporting development of local assessment capacity,

Page 67: PENDEKATAN SOSIOLOGI, PSIKOLOGI DAN ANTROPOLOGI

Rujukan Buku Utama :

1. Handbook Of Sustainable Development

2. Berry Dalal – Clyton and Stephen Bass (2002) : Sustainable

Development Strategies A Resource Book, UNDP, London Sterling, VA

3. Jaciues Delors (1996) : Learning The Treasure Within

4. Michael Marquardt (1994) : The Global Learning Organization.