pendekatan ekonomi atas kebijakan perikanan · dinilai lebih rendah dari yang seharusnya oleh pasar...
TRANSCRIPT
BAB. I
PENDEKATAN EKONOMI ATAS KEBIJAKAN PERIKANAN
(SISTEM HAK KEPEMILIKAN, EKSTERNALITAS, DAN MASALAH
LINGKUNGAN)
Tujuan Instruksional Khusus untuk materi ini adalah:
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang:
1. Masalah yang terjadi dlm pengelolaan perikanan
2. Tiga karakteristik hak kepemilikan
(property rights)
3. Sistem kuota tangkap dan sistem teritorial
4. Kebijakan pemerintah atas sistem kuota tangkap
A. MASALAH DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA IKAN
Permasalahan yang terjadi pada sumberdaya alam termasuk di dalamnya
adalah sumberdaya ikan (SDI) jika dilihat dari segi ekonomi terbagi menjadi dua hal,
yaitu:
1. Tidak tersedianya sistem hak kepemilikan atas sumberdaya perairan
2. Tidak tersedianya informasi detail mengenai sumberdaya ikan
Solusi yang dapat diberikan untuk kedua masalah tersebut adalah:
1. Sistem kuota yang dapat diperjualbelikan
Sistem ini dianggap mampu mengatasi ketidaktersedianya kepemilikan atas
sumberdaya ikan. Dengan diperjualbelikannya kuota tangkap memiliki fungsi
kepemilikan dan tanggung jawab atas keberlangsungan SDI sejumlah kuota
tersebut.
2. Pajak
Pajak dikenakan jika kepemilikan sumberdaya dipegang oleh Negara. Jika ada
orang/kelompok yang ingin memanfaatkan sumberdaya tersebut maka dikenakan
sejumlah uang sebagai kompensasi pengelolaan kelestarian sumberdaya
tersebut.
3. Subsidi
Subsidi oleh Pemerintah/Negara diberikan jika sumberdaya perikanan mengalami
penipisan stok. Maka peran dari pemerintahlah untuk mengusahakan agar
kegiatan ekonomi perikanan dapat terus berjalan.
4. Pembayaran untuk layanan ekologis
Sumberdaya tidak hanya berfungsi sebagai konsumsi manusia, ada kalanya memiliki
fungsi ekologis yang sangat penting untuk keberlanjutan sumberdaya tersebut di
masa yang akan datang. Terkadang fungsi ekologis ini tidak Dalam rangka
pengelolaan sumberdaya dibutuhkan dana yang tid
Berdasarkan hubungan antara sistem ekonomi dan lingkungan, masalah lingkungan
muncul ketika alokasi sumberdaya tidak efisien. Konsep sistem hak kepemilikan atas
sumberdaya merupakan jalan paling efektif untuk memahami „mengapa asset dapat
dinilai lebih rendah dari yang seharusnya oleh pasar dan kebijakan pemerintah‟
B. PROPERTY RIGHTS (Sistem hak kepemilikan)
Perilaku produsen dan konsumen dalam menggunakan sumberdaya lingkungan
bergantung pada sistem hak kepemilikan yang mengaturnya.
Hak kepemilikan merupakan sekumpulan hak yang di dalamnya mencakup hak dari
pemilik sumberdaya, keistimewaan, dan keterbatasan dalam penggunaan
sumberdaya.
Hak kepemilikan ini dapat diberikan kepada individual (sebagai kapitalis) atau
kepada Negara (sebagai Negara sosialis yang tersentral).
1. STRUKTUR SISTEM HAK KEPEMILIKAN
Sebuah struktur yang efisien memiliki 4 karakteristik:
1. Eksklusivitas Seluruh keuntungan dan biaya dibebankan kepada pemilik hak
dan penggunaan sumberdaya hanya menjadi hak pemilik atau diperjualbelikan oleh
pemilik kepada yang lain. Non pemilik bisa dikeluarkan dari penggunaan
sumberdaya.
2. Transferabilitas Hak kepemilikan seharusnya dapat dipindahtangankan dari
satu pemilik ke pemilik yang lain. Dijual, diberikan, dihibahkan kepada pihak lain.
3. Pemberlakuan (enforceability) Hak kepemilikan seharusnya aman dari pihak
lain. Tidak mungkin pihak lain mengambil sumberdaya tanpa sepengetahuan pemilik.
Pencuri dihukum
4. Informasi untuk pengalokasian barang dan jasa
Seorang pemilik hak ini (dengan 3 karakteristik) memiliki insentif yang kuat utk
menggunakan sumberdaya secara efisien karena penurunan dari nilai sumberdaya
mencerminkan kerugian. Contoh: Petani yang mempunyai tanah memiliki hak untuk
melakukan pemupukan dan pengairan karena hal tersebut berakibat atas
meningkatnya produksi yang berimplikasi pada meningkatnya pendapatan.
2. Masalah dalam manajemen sumberdaya Perikanan
1. Overfishing
Gambar 1. Ilustrasi jumlah kegiatan penangkapan dengan jumlah sumberdaya
yang tersedia
Fenomena Over-fishing, apakah karena ketidakadanya eksklusivitas? Ketidak
berlakunya transferabilitas? Kurangnya informasi?
Jika eksklusivitas tidak berjalan dengan baik maka akan mengarah pada overfishing.
Tidak adanya eksklusifitas, akan menyebabkan setiap individu akan merasa paling
berhak untuk mengeksploitasi ikan sebagai hasil tangkapan. Oleh karena itu akan
banyak sekali kegiatan penangkapan/peningkatan usaha penangkapan (effort) jika
dibandingkan dengan jumlah sumberdaya ikan yang tersedia (Lihat Gambar 1).
Pada Gambar 2 tampak bahwa ketidakberadaanya sistem hak kepemilikan
dalam memanfaatkan sumberdaya akan mengakibatkan pengurangan sumberdaya
besar-besaran tanpa terkontrol. Nelayan akan semakin berlomba-lomba melaut
untuk mendapatkan ikan sebanyak-banyaknya. Pada Gambar 2, jika diibaratkan
hanya ada dua pemilik hak menangkap yaitu nelayan Jones dan nelayan Smith,
maka dengan adanya pengaturan masing-masing nelayan hanya diperbolehkan
menggunakan satu kapal maka hasil tangkapannya adalah masing-masing 15.
Sedangkan jika tidak dilakukan pengaturan usaha penangkapan, maka setiap orang
akan berlomba-lomba menggunakan usaha penangkapan yang tinggi, namun hasil
yang diperoleh adalah tidak sebanyak jika mereka membatasi jumlah upaya
penangkapan.
Gambar 2. Ilustrasi ketidakadanya sistem hak kepemilikan
3. Sistem hak kepemilikan
Desain sistem hak kepemilikan dapat dibagi menjadi 3 jenis:
1. Hak kepemilikan Negara (dimiliki dan dikelola Negara) sistem komunis,
taman kota, hutan kota.
2. Hak milik umum (dimiliki dan dikelola bersama oleh sekelompok orang)
pengaturan kepemilikan bisa formal dgn hukum yg legal, atau bisa non formal
dengan hukum adat atau tradisi
3. Open access (tidak ada yg memiliki dan mengelola sumberdaya) First
come, first served karena tidak individu atau kelompok yang memiliki kewenangan
untuk melakukan pelarangan atau pembatasan pengeksploitasian sumberdaya.
Ketidakadaannya eksklusivitas (sumberdaya dapat digunakan oleh siapapun) dan
divisibilitas.
Ketidakterbatasan akses akan merusak keinginan untuk mengkonservasi.
Contoh: sistem pengalokasian rumput di Swiss. Meskipun tanah pertanian
merupakan hak milik pribadi, namun khusus untuk padang rumput di alpin
diberlakukan sebagai hak milik umum. Overgrazing diatur oleh hukum khusus.
Pengaturan hukum didasarkan pada kepercayaan dan sanksi.
Contoh dua: Rotating system of fishing right (Mawelle, sri lanka). Sistem hak
tangkap dengan metode bergantian awalnya dapat berlangsung secara efektif
(penerapan best spots and best times untuk menjaga kelestarian stok ikan), namun
karena semakin tingginya tingkat populasi dan kebutuhan akan pangan serta
banyaknya outsiders pendapatan yang semakin rendah dan overeksploitasi.
Hak kepemilikan merupakan economic medicines (obat untuk mengatasi
masalah perekonomian) yang paling tepat. Salah satunya adalah dengan
menggunakan sistem hak untuk dapat mendaratkan hasil tangkapan (landing right).
Di bawah ini merupakan sistem hak kepemilikan yang dikenal adalah :
1. Individual Transferable Quotas (ITQs)
Karakteristik dari ITQs berdasarkan adalah sebagai berikut:
a. Security (Keamanan)
Dengan melaksanakan sistem ITQs maka harus ada biaya tambahan
untuk mengawasi kegiatan pengelolaan perikanan. Sanksi akan
dikenakan jika ada pihak lain (di luar pemegang hak) melakukan kegiatan
penangkapan. Sehingga bisa disimpulkan dari segi keamanan, hak
tangkap dalam sistem ini sangat terlindungi.
b. Exclusivity
Disisi lain, sistem ini kurang memiliki eksklusivitas karena akan ada
banyak pihak dengan modal besar melakukan pembelian/transfer
terhadap hak tangkap.
c. Permanence (Durasi kepemilikan)
Jika ditinjau dari durasi kepemilikan, sistem ITQs termasuk sistem yang
indefinite right. Artinya, durasi kepemilikan hak tidak tertentu, karena bisa
saja kepemilikan hak dengan mudah dipindah tangankan. Hal ini
menyebabkan kurangnya fleksibilitas dalam pengelolaan sumberdaya
ikan.
d. Transferability
Hak tangkap dapat dengan mudah dipindahtangankan lewat hibah,
penjualan (dilelang). Dengan sistem pelelangan, maka dengan
transparansi pengelolaan sumberdaya dapat terjaga.
Konsekuensi jika diberlakukan sistem ITQs adalah sebagai berikut:
a. Akan menyebabkan individualis dan perilaku yang tidak kooperatif untuk
memberikan informasi tentang sumberdaya (misalnya: untuk penentuan
TAC/ Total Allowable Catch/JTB/ Jumlah Tangkapan yang
Diperbolehkan)
b. Akan menyebabkan pengeksploitasian sumberdaya besar-besaran oleh
pemegang hak. Hal ini dikarenakan oleh ketidakpastian durasi
kepemilikan hak.
c. Akan ada tindakan high-grading. Hal ini dikarenakan oleh sistem kuota
yang membatasi jumlah tangkapan yang boleh didaratkan. Jika hasil
tangkapan yang diperoleh melebihi kuota maka nelayan terpaksa
membuang hasil tangkapan di laut (dumping) untuk menghindari penalty.
Pembuangan kelebihan hasil tangkapan dilakukan dengan memilih hasil
tangkapan dengan kualitas kurang baik (high-grading).
d. Akan menyebabkan adanya fenomena by-catch. Hal ini dikarenakan
sulitnya menyesuaikan target tangkapan sesuai kuota dengan selektivitas
spesies dan ukuran yang dimiliki oleh alat tangkap.
2. Territorial Use Right for Fisheries (TURFs). Dalam hal ini kewenangan untuk
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan diberikan kepada
masyarakat setempat.
Karakteristik dari TURFs berdasarkan adalah sebagai berikut:
a. Security (Keamanan)
Kepemilikan hak tangkap/pengelolaan sumberdaya dilindungi oleh
hukum lokal/hukum adat istiadat daerah setempat (tidak melibatkan
pihak lain)
b. Exclusivity
Sistem TURFs adalah sistem yang mengatur kepemilikan/pengelolaan
sumberdaya yang berdasarkan teritori (batas daerah). Jika sumberdaya
yang dikelola merupakan sumberdaya yang hidup di perairan, dimana
dengan sangat mudah untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang
lain (migrasi) maka akan ada kesulitan untuk menjaga eksklusivitas
kepemilikan sumberdaya.
c. Permanence (Durasi kepemilikan hak)
Durasi kepemilikan hak adalah sangat panjang. Hal ini untuk sebagai
kompensasi besarnya modal pengelolaan sumberdaya.
d. Transferability
Hak pengelolaan tidak dipindah tangankan ke pihak lain (outsiders).
Pengalihan hak dapat dilakukan ke grup yang merupakan bagian dari
teritori tersebut (daerah sekitar sumberdaya).
Konsekuensi jika diberlakukan sistem TURFs adalah sebagai berikut:
a. Akan menyebabkan tingginya biaya pengelolaan. Hal ini karena
sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang bermigrasi dari satu
perairan ke perairan lain, sehingga menyebabkan tingginya biaya
pengelolaan sumberdaya ini.
b. Akan ada tendensi untuk keberadaan pihak lain (outsiders) untuk turut
mengeksploitasi manfaat dari sumberdaya. Hal ini terjadi karena
meningkatnya kesejahteraan penduduk setempat sebagai pemegang
hak, sehingga mereka mengijinkan orang lain turut menikmati
sumberdaya tersebut.
C. KUOTA TANGKAP DI INDONESIA
Sistem kepemilikan sumberdaya di Indonesia dibatasi oleh:
1. Area
Sistem kepemilikan sumberdaya yang dibatasi oleh area disebut juga dengan
Territorial Use Right for Fisheries (TURFs) atau di Indonesia disebut juga
otonomi daerah.
2. Input
Sistem dengan control input artinya pembatasan terhadap input kegiatan
pengeksploitasian sumberdaya, misalnya: pembatasan terhadap jumlah hari
melaut, awak kapal, jumlah alat tangkap dimana kesemuanya untuk
mencapai tujuan manajemen (secara biologi).
3. Output
Sistem ini memberikan kewenangan kepada pemegang hak untuk
mengeksploitasi sumberdaya setiap tahunnya (Individual Transferable
Quotas) yang dibatasi ke dalam bagian-bagian kecil kuota tangkap (Total
Allowable Catch/Jumlah Tangkapan yang diperbolehkan).
DAFTAR PERTANYAAN
1. Jelaskan sistem kepemilikan atas sumberdaya berdasarkan ITQs?
2. Jelaskan sistem kepemilikan sumberdaya berdasarkan TURFs?
3. Bagaimana konsekuensi penerapan sistem ITQs di Indonesia?
4. Apa yang menyebabkan terjadinya overfishing?
5. Mengapa sistem ITQs tidak tepat dilaksanakan di Indonesia?
BAB. II
EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN
Tujuan Instruksional Khusus untuk materi ini adalah:
Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan tentang:
1. Pentingnya analisis ekonomi dalam pengelolaan perikanan
2. Model bioekonomi
a. Analisis revenue-cost profit maximization
b. Prinsip Maximum Sustainable Yield (MSY)
c. Gordon model
d. Interest
e. Discounting
f. Safe minimum standards
Penangkapan menyediakan banyak lahan pekerjaan seperti misalnya pabrik
pembuat kapal, pembuatan jaring dan retailnya. Nelayan akan membeli kapal dan
alat tangkap, menjual hasil tangkapan, mengeluarkan pendapatan,
menginvestasikan keuntungan dan mendapatkan subsidi. Jika penangkapan
merupakan focus dari banyak kegiatan ekonomi artinya faktor ekonomi mampu
mempengaruhi bagaimana pengelolaan perikanan. Dari segi keuntungan usaha,
maka penangkapan dapat dikatakan:
Menguntungkan, jika kita mengabaikan biaya untuk armada dan alat tangkap,
akses untuk ke DPI free, nelayan bebas untuk mengambil sumberdaya ikan
sepuasnya.
Tidak menguntungkan, harus melibatkan subsidi dari pemerintah. Adanya
subsidi dari pemerintah mengasumsikan bahwa kegiatan penangkapan tidak
akan mampu berjalan tanpa adanya subsidi dari pemerintah.
Oleh karena itu analisis ekonomi membantu mengetahui ketidakefisiensian aktifitas
penangkapan secara ekonomi, ditambah lagi dengan data biologi maka akan
diperoleh bagaimana cara untuk mengelola perikanan.
A. PENENTUAN VARIABEL EKONOMI
Penentuan variabel ekonomi mengapa nelayan selalu mengeksploitasi stok ikan
melebihi kapasitas biologi ikan. Bioekonomi membantu kita untuk memprediksi
bagaimana perkembangan perikanan dan bagaimana memprediksi tingkah laku
stakeholder dalam perikanan. Berikut ini adalah beberapa istilah yang dipakai dalam
1. Revenue: harga sebuah produk dikalikan dengan jumlah yang terjual
2. Costs: jumlah yang harus dibelanjakan untuk memperoleh revenue
(pendapatan)
3. Variable costs: short term costs (yg dpt berubah dalam periode tertentu)
misalnya: BBM
4. Fixed costs/Long term costs: tidak bergantung pada kegiatan penangkapan
5. Misalnya: boat insurance
6. Profit: perbedaan antara revenue dan costs
Produser menjual produk ke konsumen. Untuk memaksimalkan profit maka produsen
harus memilih apa yang hrs dijual, berapa yang akan dijual dan kapan akan
menjualnya. Harga menunjukkan tingkat preferensi konsumen akan barang.
Jika produk terjual mahal maka produsen akan meningkatkan suplai barang, namun
peningkatan suplai barang akan meningkatkan costs. Saat cost/biaya bertambah dan
tidak bisa mengimbangi revenue maka profit berkurang maka penangkapan menjadi
tidak efisien lagi dilakukan.
B. GORDON MODEL
Gambar 3. Ilustrasi Gordon Model
Pada Gambar 3, menunjukkan model Gordon yang memperlihatkan hubungan
antara effort, revenue dan costs. Pada kegiatan penangkapan yang tidak
mengindahkan regulasi, maka penangkapan akan terus berlanjut hingga
revenue=cost (E1) sementara profit terbesar terjadi pada E2.
Model ini memberikan analisis mengapa pada perikanan yg sifatnya open access
akan menyebabkan perikanan yang over fishing dan rendahnya tingkat
kesejahteraan nelayan. Jika akses dan biaya untuk kegiatan penangkapan rendah
maka perikanan umumnya akan terus berkembang melebihi biological limit stok
akan berkurang. Secara ekonomi hal ini tidak efisien karena terlalu banyak nelayan
yang menangkap ikan sementara ikan semakin sedikit stoknya.
Namun model ini ada kelemahannya:
1. Model ini cenderung statis, seperti halnya surplus production model
2. Untuk memaksimalkan profit tidak bisa hanya dengan memindahkan E1 menjadi
E2 (mengurangi effort). Costs akan bertambah karena recovery stok memerlukan
waktu yang relatif lama. Selain itu mengurangi effort akan ada financial loss
sehingga tidak banyak nelayan yg akan melakukannya.
C. KONSEP REVENUE DAN COST
1. Fungsi Revenue dan Cost
Marjinal revenue merupakan fungsi positif dimana jika terus menerus ditambah akan
mengakibatkan perubahan fungsi menjadi negative.
Hal yang berbeda ditunjukkan oleh marginal cost, dimana merupakan fungsi positif
dan akan tetap menjadi fungsi positif dengan adanya penambahan input (Lihat
gambar 4).
Gambar 4. Fungsi Revenue dan Cost
Pada Gambar 4, tampak bahwa garis berwarna biru menunjukkan R (revenue) yang
pada awalnya merupakan fungsi positif, namun seiring dengan penambahan terus
menerus akan berubah menjadi fungsi negative. Sementara disisi lain garis berwarna
hijau C (Cost) menunjukkan hal yang sebaliknya, seiring dengan pertambahan
jumlah barang/produksi yang dihasilkan maka cost/biaya pengoperasian akan
semakin meningkat.
2. Memaksimalkan profit
Gambar 5. Maximizing profit
Pada Gambar 5, tampak garis berwana merah yang merupakan ∏, profit.
Maksimalnya profit dapat diperoleh dari momen selisih terbesar antara R, revenue
dan C, cost. Karena profit diperoleh dari selisih antara R dan C.
∏ = R – C
3. Kurva Potensi Lestari
Gambar 6. Sustainable Yield Curve
Gambar 6 di atas merupakan ilustrasi dari keadaan saat hasil tangkapan yang
diperoleh adalah yang paling maksimal (Titik puncak kurva parabola). Kondisi titik
puncak tersebut merupakan momen dimana terjadinya Maximum Sustainable Yield
(MSY), dimana hasil tangkapan tertinggi diperoleh. Hal tersebut jika dihubungkan
dengan konsep ekonomi, maka pada kondisi MSY (SY) juga merupakan kondisi SR,
sustainable revenue dengan mengalikan jumlah hasil tangkapan dengan harga
(price).
Merujuk pada fungsi revenue dan cost sebelumnya (Gambar 4), Sustainable
Revenue, SR pada awalnya merupakan fungsi positif, penambahan
produksi/peningkatan hasil tangkapan akan menyebabkan peningkatan revenue.
Namun karena keberadaan biaya operasional (C), maka fungsi SR akan semakin
menurun. Hal ini dikarenakan peningkatan produksi hasil tangkapan akan juga
meningkatkan biaya operasional sehingga akan mengurangi tingkat pendapatan.
Misalnya: jika ada usaha untuk meningkatkan hasil tangkapan nelayan, maka
nelayan harus menambah biaya untuk mengoperasikan kapal, bahan bakar, provisi
melaut, dan lain sebagainya. Hasil tangkapan pun akan bertambah namun pada titik
tertentu tidak diikuti dengan peningkatan revenue, karena biaya pengoperasian juga
semakin tinggi.
Di bawah ini adalah langkah untuk memaksimalkan profit, berdasarkan konsep
sebelumnya (Gambar 5).
Maximizing profit:
π=SR(f)-c*f
First derivative:
dπ =0 dSR-c = 0 SRf = c
df df
Gambar 7. Perbandingan antara MSY dan MEY
Pada Gambar 7, tampak dalam kurva potensi lestari tidak hanya ada titik MSY,
namun juga ada titik Maximum Economic Yield (MEY). Titik tersebut terletak sebelum
titik MSY. MEY adalah kondisi dimana pendapatan nelayan semakin tinggi diperoleh.
Pada titik tersebut, hasil tangkapan yang diperoleh tidak setinggi seperti pada titik
MSY, demikian pula dengan R revenue yang diperoleh. Namun pada kondisi
tersebut akan diperoleh profit yang paling tinggi (maksimum). Hal ini karena pada
kondisi tersebut biaya pengoperasian (C) usaha penangkapan (f) tidak setinggi jika
kita ingin mendapatkan posisi MSY.
Pada gambar 7 terlihat bahwa fMEY< f MSY, sehingga cost pada fMEY pun juga
lebih rendah dibandingkan cost pada fMSY. Hal ini akan menyebabkan profit MEY
akan lebih tinggi disbanding dengan profit MSY.
Gambar 8. Kondisi Pengelolaan Sumberdaya Ikan
Gambar 8 menunjukkan beberapa kondisi pengelolaan sumberdaya perikanan. Pada
sumbu Y adalah yield (hasil tangkapan) dan pada sumbu X adalah upaya
penangkapan (f). Pada kondisi upaya penangkapan tidak terlalu tinggi maka ada
banyak hal positif yang kita peroleh, misalnya kegiatan wisata, export, keuntungan
makanan yang berlimpah (pada titik MSY), dan biaya pengelolaan yang rendah.
Namun semakin banyaknya kepentingan, maka akan mengakibatkan semakin
meningkatnya konflik antar pihak yang terlibat. Sehingga masing-masing pihak akan
semakin mengeksploitasi perairan dengan menambah upaya penangkapan yang
berujung pada kondisi “unmanaged equilibrium”. Kondisi tersebut akan
meningkatkan biaya pengelolaan perikanan.
Tidak hanya terjadi peningkatan biaya pengelolaan, namun juga akan terjadi
beberapa kondisi, misalnya: menurunnya kelimpahan sumberdaya ikan, menurunnya
hasil tangkapan per unit upaya penangkapan, semakin kecilnya ukuran ikan yang
tertangkap, hilangnya beberapa spesies, dan semakin menurunnya berat ikan hasil
tangkapan.
D. INTEREST DAN DISCOUNTING
1. Interest
Interest atau yang biasa kita sebut sebagai bunga bank, adalah jika
menginvestasikan uang yang kita miliki ke bank untuk mendapatkan profit.
Umumnya yang kita lakukan adalah:
1. kita menaruh uang ke bank
2. bank akan menginvestasikan uang kita ke sebuah perusahaan
3. Perusahaan akan berusaha mendapatkan profit usaha, dimana profit tersebut
digunakan untuk membayar hutang ke bank dengan menambahkan bunga
(jasa peminjaman uang) ke perusahaan
4. Bank membayarkan bunga tersebut kepada kita sebagai jasa telah menitipkan
uang kepada bank untuk diinvestasikan.
Contoh: seandainya kita memiliki dua pilihan, yaitu:
Mendapatkan uang 100 ribu sekarang atau tahun depan. Jika kita memilih
untuk mendapatkan uang tahun depan, maka dengan bunga bank 5% per
tahun, maka tahun depan kita akan memperoleh 105 ribu.
2. Discounting
Discounting berbeda dengan perolehan bunga bank. Discounting adalah proses
menghitung present value (nilai uang pada saat ini). Misalnya adalah:
• PV 5% dari 100 ribu di Jan 2013 95.24 ribu
• PV 5% dari 100 ribu di Jan 2014 90.70 ribu
• …
• PV 5% dari 100 ribu di Jan 2110 0.76 ribu
Jika dihubungkan dengan kegiatan pengelolaan perikanan, maka discounting adalah
sebagai berikut:
Nelayan memiliki dua pilihan, yaitu menangkap ikan saat ini atau memberi
kesempatan ikan untuk tumbuh di laut. Pilihan tersebut bergantung pada nilai ikan di
masa datang jika tetap dibiarkan di laut (tidak ditangkap).
Misal: nilai ikan 5 thn mendatang lebih kecil dibanding dengan nilai uang yang
diperoleh jika menangkap saat ini utk diinvestasikan ke bank selama 5 thn,
maka ada insentif ekonomis utk menangkap ikan sekarang.
Gambar 9. Discount rate
Pada Gambar 9 menunjukkan discount rate utk mengukur laju nilai suatu
sumberdaya akan menurun seiring waktu. Semakin lama maka tampak bahwa nilai
dari suatu barang/produk akan mengalami penurunan. Misalnya: produk dengan
discount rate paling tinggi 0.2 akan mengalami penurunan nilai yang lebih tajam
seiring waktu dibandingkan produk lain dengan discount rate lebih rendah.
Jika kita menginvestasikan uang berupa ikan yang dibiarkan tumbuh di laut
maka nilai tersebut (growth rate) harus sebanding dengan pertumbuhan uang di
bank (suku bunga bank).
• Jika discount rate tinggi maka nelayan akan mempertimbangkan resiko.
• Dengan adanya uncertainty (ketidakpastian) keuntungan maka nelayan tidak
akan membiarkan ikan tumbuh
• Jika ada hak tangkap (secure) maka nelayan menggunakan discount rate
yang rendah yg lebih tinggi dari growth rate ikan
• Dengan discount rate tinggi maka nelayan akan menangkap ikan secepat
mungkin
• Investasi ikan di laut lebih rendah daripada menginvestasikan uang hasil
penjualan ikan ke bank.
• Ikan dengan growth rate rendah akan ditangkap sedini mungkin daripada
dibiarkan tumbuh lestari.
Alasan pribadi utk discounting adalah sebagai berikut:
1. Suku bunga bank relatif tinggi
2. Sifat dasar manusia yg tidak sabar
Alasan utk (tidak) discounting
1. Karena akan mengakibatkan kerugian untuk generasi yang akan datang.
Faktanya : Caught today is more valuable than left in the sea
Menangkap sekarang lebih menguntungkan daripada harus membiarkan ikan
tumbuh di laut.
Theoretical questions:
“Is not better to simply catch and sell the fish and invest the money?”
Apakah lebih baik kita menangkap sekarang dan menjualnya kemudian
menginvestasikan uang hasil penjualan ikan ke bank?
Secara ekonomis, BETUL
Namun ekonomi tidak dpt menjawab seluruh sudut pandang manajemen
perikanan
Peran „regulator‟ utk menekan preferensi nelayan utk menggunakan discount
rate yg tinggi
Mengharapkan hasil tangkapan yg tinggi di masa datang
Memikirkan anak-cucu (the future of future generation)
DAFTAR PERTANYAAN
1. Bagaimana cara untuk memaksimalkan profit?
2. Jika diketahui: Harga 1 kg ikan tuna = Rp. 20.000,-. Hasil tangkapan yang
ditangkap dengan 28 kapal adalah 1547 kg (titik MSY). Sementara hasil
tangkapan yang ditangkap dengan 23 kapal adalah 1508 kg (titik MEY) dan biaya
operasional 1 unit kapal adalah Rp. 350.000,. Gambarkan dan buktikan bahwa
∏23 > ∏28!
3. Bagaimana mekanisme discounting dapat mempengaruhi perilaku nelayan dalam
melakukan upaya penangkapan?
4. Jelaskan konsep surplus production terhadap fungsi revenue yang menurun
dengan meningkatnya produksi yang harus dihasilkan?
BAB. III
FUNGSI EKOLOGI DAN METODE PENILAIAN EKONOMI
Tujuan Instruksional Khusus untuk materi ini adalah:
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan tentang:
1. Fungsi ekologis sumberdaya perikanan
2. Metode penilaian ekonomi
3. Monetary valuation
4. Cost-benefit analysis (CBA)
Laut memiliki banyak kegunaan dan fungsi, yang berkaitan erat dengan
perekonomian. Hal ini mengakibatkan pengelolaan perikanan merupakan masalah
yang juga dilihat dari sudut pandang ekonomi.
Pertanyaan sering muncul di bidang ekonomi adalah:
1. Bagaimana mengelola perikanan dengan biaya minimum?
2. Bagaimana mengelola perikanan dengan berbagai kepentingan?
Jika ditinjau dari segi pengelolaan, maka akan muncul trade-off dimana akan ada
pihak yang dirugikan dari pengelolaan tersebut. Namun yang harus diperhatikan
adalah tingkat kerugian yang ditimbulkan seminimal mungkin.
Selanjutnya kita perlu untuk dapat menganalisis trade-off tersebut dan mengevaluasi
dengan cara memonetari dampak kerugian yang ditimbulkan.
A. NILAI EKONOMI UNTUK SUMBERDAYA
Penilaian ekonomi untuk sumberdaya dibagi menjadi:
1. Use Value (nilai yang muncul karena digunakan). Nilai ini dibedakan menjadi:
a. Direct use value (Nilai yang langsung muncul dari penggunaan
sumberdaya)
Misalnya adalah: penangkapan ikan dari laut, penebangan kayu dari
hutan, berjalan menikmati taman, wisata melihat paus.
Beberapa sumberdaya memiliki harga pasar, misalnya: ikan, kayu.
Namun, beberapa sumberdaya yang lain tidak memiliki harga pasar
tertentu, misalnya: wisata paus, wisata di taman
b. Indirect use value (Nilai yang muncul secara tidak langsung dari
penggunaan sumberdaya)
Misalnya:
Ikan-ikan non konsumsi memiliki nilai (indirect value) karena ikan-
ikan konsumsi bergantung padanya (ikan-ikan non konsumsi)
Siklus nutrien memiliki nilai tidak langsung karena keseluruhan
proses ekosistem bergantung pada kegiatan siklus nutrien
Indirect use value jarang memiliki harga pasar. Hal ini dikarenakan oleh
kurangnya informasi tentang kemanfaatan sumberdaya dengan indirect
value. Umumnya harga pasar melekat pada sumberdaya dengan manfaat
langsung (direct use value). Jikapun sumberdaya yang memiliki nilai tidak
langsung atas kemanfaatannya ini harus memiliki harga pasar, maka
sebuah model harus diterapkan untuk mengkuantifikasikan manfaat yang
diberikan oleh sumberdaya tersebut.
c. Option value
Nilai beberapa sumberdaya adalah tidak diketahui. Misal: apakah ada
manfaat kesehatan dari sebuah spesies?
Willing to pay (WTP), keinginan kita, manusia untuk mengeluarkan uang
demi sebuah spesies merupakan nilai yang secara tidak langsung
melekat pada spesies tersebut.
Misalnya: apakah kita bersedia mengeluarkan uang 100 ribu rupiah untuk
membeli nyamuk?
2. Non use value (nilai yang muncul meski tidak digunakan). Nilai non use value
dibedakan menjadi:
a. Bequest value
Sebuah barang/produk yang berguna untuk pihak lain, misalnya generasi
mendatang berupa keanekaragaman hayati, monumen
b. Existence value
Sumberdaya yang memiliki nilai hanya karena keberadaannya. Semua
sumberdaya/produk memiliki existence value (nilai keberadaan). Kendala
dari nilai ini adalah sulitnya mengukur berapa nilai yang dapat kita
lekatkan pada sumberdaya tersebut. Pertanyaan terbesar adalah:
mungkinkah sesuatu memiliki nilai keberadaan jika kita tidak menyadari
keberadaannya?
B. METODE PENILAIAN EKONOMI UNTUK SUMBERDAYA
Pada Gambar 10 di bawah ini tampak ada beberapa tahapan yang dilewati pada
saat kita melakukan penilaian terhadap suatu sumberdaya.
Gambar 10. Tahapan penilaian ekonomi
Jika kita belum menyadari keberadaan dari suatu sumberdaya, maka mustahil kita
akan bisa melekatkan nilai (harga) dari sumberdaya tersebut (nothing). Tahapan
selanjutnya adalah jika kita sudah menyadari keberadaannya dan merasakan
manfaatnya, maka kita siap untuk dapat mengkalkulasi berapa manfaat yang
diberikan, atau berapa kerugian yang akan kita terima dengan absennya
sumberdaya tersebut (valueing). Jika seluruh sumberdaya telah mengalami proses
penilaian, maka kita akan dengan mudah untuk melakukan daftar prioritas jika dalam
mengelola sumberdaya kita harus dihadapkan pada trade-off. Kita akan mampu
memilih kebijakan dengan kerugian yang paling minimal agar keuntungan yang
diperoleh dapat maksimal.
1. COST BENEFIT ANALYSIS
Cost benefit analysis (CBA) merupakan metode pembuatan daftar prioritas yang
paling efektif dilakukan. CBA merupakan alat pembuat keputusan untuk
mengevaluasi dan membandingkan kebijakan dengan sistematis, yang terdiri dari:
a. Identifying (mengidentifikasi)
b. Quantifying (mengkuantifikasi)
c. Valueing (melakukan penilaian)
d. Comparing (membandingkan antara kebijakan satu dengan yang lain)
dengan melihat keuntungan (benefit) dan kerugian (biaya) yang
dihasilkan masing-masing kebijakan. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara melakukan monetary terhadap semua efek/dampak yang
ditimbulkan.
Di bawah ini adalah tahapan-tahapan yang harus dilewati untuk melakukan proses
CBA, yaitu sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi pilihan/alternatif
b. Mengidentifikasi efek-efek yang akan terjadi untuk setiap pilihan
c. Mengkuantifikasi efek-efek yang akan terjadi untuk setiap pilihan
d. Memonetari efek-efek tersebut
e. Melakukan discounting terhadap efek-efek yang terjadi di masa
datang
Mengkalkulasi dampak yang berupa untung-rugi
f. Membandingkan untung dan rugi yang telah di-discount, dengan
beberapa metode perbandingan yaitu:
a. Net Present Value
b. Internal Rate of Return
c. Benefit Cost Ratio
Di bawah ini adalah contoh perhitungan CBA, dengan contoh kasus kebijakan
tentang suplai energy.
Gambar 11. Ilustrasi kasus CBA tentang suplai energi
Pada Gambar 11, tampak bahwa pemerintah di sebuah Negara sedang melakukan
CBA terhadap beberapa konversi energi, yaitu pembangkit listrik tenaga angin (kincir
angin) di darat, kincir angin di laut, pembangkit listrik konvensional, dan atau tidak
melakukan apapun.
Berdasarkan kasus tersebut, artinya ada empat alternative/pilihan kebijakan:
a. Kincir angin di darat
b. Kincir angin di laut
c. Pembangkit listrik konvensional
d. Tidak melakukan apapun.
Pada tabel 1 tampak bahwa jika pemerintah melakukan kebijakan “tidak melakukan
apapun” maka yang terjadi adalah tidak akan ada kerugian berupa efek maupun
biaya yang dikeluarkan namun tidak akan ada juga energi yang akan dihasilkan.
Tabel 1. Kalkulasi jika tidak melakukan apapun
Year 1 2 3 4 5
Increase in energy
production
0 Peta Joule 0 PJ 0 PJ 0 PJ 0 PJ
Costs 0 € 0 € 0 € 0 € 0 €
Change in bird collision 0 0 0 0 0
Change in benthos
species richness
0 0 0 0 0
Change in CO2 emission 0 0 0 0 0
Pada Tabel 2 tampak bahwa akan dihasilkan energi sebesar masing-masing 1 peta
joule/tahun. Namun disisi lain, akan dikeluarkan biaya sebesar 300 euro di tahun
pertama dan berkurang di tahun-tahun selanjutnya. Dampak yang ditimbulkan dari
kebijakan ini adalah adanya emisi CO2 di setiap tahunnnya sebesar 50 ton/tahun.
Dampak ini adalah dampak negatif. Selain dampak emisi tidak ada dampak lain yang
ditimbulkan oleh kebijakan ini.
Tabel 2. Kalkulasi kebijakan menggunakan pembangkit listrik konvensional
Year 1 2 3 4 5
Increase in energy production
1 PJ 1 PJ 1 PJ 1 PJ 1 PJ
Costs 300 € 100 € 100 € 100 € 100 €
Change in bird collision 0 0 0 0 0
Change in benthos species richness
0 0 0 0 0
Change in CO2 emission 50 50 50 50 50
Pada Tabel 3 tampak bahwa dengan diberlakukannya kebijakan kincir angin di darat
akan mengakibatkan adanya energy yang dihasilkan sebesar 1 PJ/tahun dengan
pembiayaan awal yang lebih tinggi dari pada kebijakan pembangkit listrik
konvensional. Namun biaya perawatan yang lebih rendah disbanding kebijakan
pembangkit listrik konvensional. Selain itu, ada dampak negative yang ditimbulkan
yaitu terjadinya tabrakan dengan burung-burung yang melintas yaitu sekitar 2000
ekor burung/tahun. Namun dengan diberlakukannya kebijakan ini, dampak emisi
sudah dapat dihilangkan.
Tabel 3. Kalkulasi atas kebijakan kincir angin di darat
Year 1 2 3 4 5
Increase in energy
production
1 PJ 1 PJ 1 PJ 1 PJ 1 PJ
Costs 500 € 50 € 50 € 50 € 50 €
Change in bird collision 2000 2000 2000 2000 2000
Change in benthos
species richness
0 0 0 0 0
Change in CO2 emission 0 0 0 0 0
Pada Tabel 4 tampak bahwa akan adanya 1 PJ/tahun yang dihasilkan oleh kincir
angin. Dengan jumlah energy yang sama, kebijakan ini akan mengeluarkan biaya
operasional yang paling tinggi dibandingkan dengan kebijakan lain. Dampak negative
tentang tabrakan burung juga akan semakin besar, karena jika kincir angin
diletakkan di laut, maka akan terjadi banyak kontak dengan burung-burung laut.
Namun disisi lain, ada dampak positif yang akan diperoleh, yaitu selain absennya
dampak emisi, keberadaan kongkrit (bangunan) di laut akan menambah jumlah
spesies benthos yang memiliki kesempatan menempel pada konkrit tersebut.
Tabel 4. Kalkulasi atas kebijakan kincir angin di laut
Year 1 2 3 4 5
Increase in energy
production
1 PJ 1 PJ 1 PJ 1 PJ 1 PJ
Costs 1200 € 200 € 200 € 200 € 200 €
Change in bird collision 4000 4000 4000 4000 4000
Change in benthos
species richness
50 50 50 50 50
Change in CO2 emission 0 0 0 0 0
Pada tahapan selanjutnya, kita harus melakukan monetary atau dengan kata lain
menguangkan dampak negative maupun manfaat yang akan ditimbulkan oleh tiap
kebijakan. Seperti yang tampak di tabel 5 di bawah ini:
Tabel 5. Monetary dampak yang ditimbulkan
Efek Nilai Metode
Produksi energi € 300 juta per PJ Harga pasar
Tabrakan burung € 40,000 per burung Contingent valuation survey
Jumlah benthic yang muncul
€ 400 million per tahun
Contingent valuation survey
Emisi CO2 € 2 per ton Kemungkinan kerusakan yang ditimbulkan
Jika telah dilakukan monetary terhadap efek yang ditimbulkan untuk setiap kebijakan
maka selanjutnya harus dilakukan discounting khusus untuk efek yang terjadi di
tahun-tahun yang akan datang. Berikut ini adalah langkah-langkah untuk melakukan
perhitungan akan discounting.
Gambar 12. Metode perhitungan discounting
Contoh:
Misalnya biaya di tahun ke dua adalah 100 euro, maka biaya tersebut sebenarnya
akan menjadi lebih sedikit dari yang seharusnya. Dengan suku bunga 5% per tahun.
Karena:
NPV2= 100/(1+0.05)1
NPV 2 = 95.23 euro
Tahap akhir yang harus dilakukan adalah membandingkan keuntungan dan
kerugian dari setiap kebijakan dengan menggunakan tiga instrument di bawah
ini, yaitu:
a. Net Present Value (NPV) yaitu adalah selisih antara untung dan rugi
(biaya dan manfaat)
b. Benefit-cost ratio yaitu adalah benefit dibagi dengan biaya
c. Internal rate return (IRR). Nilai ini adalah present value benefit =
present value cost (dimana NPV = 0)
Suatu kebijakan/pilihan adalah yang terbaik jika
Yang paling penting dari proses perbandingan dengan tiga instrument ini adalah:
1. IRR sangat sensitive terhadap interest rate
2. BCR bergantung pada definisi dari pembiayaan (hal-hal yang kita anggap
sebagai cost)
3. Poin 1 dan 2 tidak dapat digunakan untuk membandingkan
kebijakan/alternatif
4. NPV merupakan satu-satunya instrument untuk membandingkan kebijakan
Jika hasilnya positif kebijakan itu adalah yang paling tepat.
Pilihlah alternative dengan nilai NPV yang paling besar.
DAFTAR PERTANYAAN
1. Jika monetary value pada skenario “Penangkapan ikan dengan menggunakan beam
trawl” adalah sebagai berikut:
Dampak yang ditimbulkan Satuan 2014 2015 2016 Total
Produksi perikanan juta rupiah 500 600 550 1650
Biaya juta rupiah 100 120 120 340
Terumbu karang yang rusak juta rupiah 150 160 160 470
Benthos species diversity juta rupiah 50 50 50 150
Lapangan pekerjaan juta rupiah 400 500 500 1400
Total Costs in each year juta rupiah 300 330 330 960
Total Benefits in each year juta rupiah 900 1100 1050 3050
Net Benefits in each year juta rupiah 600 770 720 2090
MAKA…Isilah tabel Present Value berikut ini:
Dampak yang ditimbulkan Satuan 2014 2015 2016 Total
Produksi perikanan juta rupiah
Biaya juta rupiah
Terumbu karang yang rusak juta rupiah
Benthos species diversity juta rupiah
Lapangan pekerjaan juta rupiah
Total Costs in each year juta rupiah
Total Benefits in each year juta rupiah
Net Benefits in each year juta rupiah
2. Mengapa NPV merupakan instrument yang paling tepat untuk menentukan
kebijakan yang paling tepat?
3. Mengapa perhitungan NPV harus mengalami discounting?