pendekatan dalam pembelajaran sains

Upload: sandra-santika-nur

Post on 07-Jul-2015

262 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN SAINSSains pada hakekatnya merupakan sebuah produk dan proses. Produk sains meliputi fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum. Sedangkan proses sains meliputi cara-cara memperoleh, mengembangkan dan menerapkan pengetahuan yang mencakup cara kerja, cara berfikir, cara memecahkan masalah, dan cara bersikap. Oleh karena itu, sains dirumuskan secara sistematis, terutama didasarkan atas pengamatan eksperimen dan induksi. Dengan demikian, pembelajaran sains semestinya dapat dikaitkan dengan pengalaman keseharian anak. Sebagai bagian dari anggota masyarakat, anak dapat dibiasakan untuk menemukan masalah dalam lingkungan lokal maupun secara global, dan merumuskan solusi ilmiah yang mengaitkan dengan konsep sains yang sedang dipelajarinya. Pembelajaran sains dapat berekspansi keluar dari sekedar mempelajari pengetahuan menuju ke penggunaan pengetahuan dan keterampilan dalam menyelesaikan masalah-masalah praktis yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-sehari. Ketika keberadaan sains menjadi lebih dekat dengan diri dan kehidupan anak, pembelajaran sainspun akan menjadi menarik dan lebih diminati oleh anak untuk dipelajari.

A. Empat Pilar Pendidikan Menghadapi abad ke-21, UNESCO melalui The International Commission on Education for the Twenty first Century" yang dipimpin oleh Jacques Delors merekomendasikan pendidikan yang berkelanjutan (seumur hidup) yang dilaksanakan berdasarkan empat pilar proses pembelajaran, yaitu: 1. Learning to know (Belajar untuk menguasai pengetahuan) Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha untuk mencari agar mengetahui informasi yang dibutuhkan dan berguna bagi kehidupan. Belajar untuk mengetahui (learning to know) dalam prosesnya tidak sekedar mengetahui apa

Pendekatan Sains

1

yang bermakna tetapi juga sekaligus mengetahui apa yang tidak bermanfaat bagi kehidupan.

2. Learning to do (Belajar untuk menguasai keterampilan ) Proses belajar menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif, peningkatan kompetensi, serta pemilihan dan penerimaan nilai. Pendidikan membekali manusia tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi lebih jauh untuk terampil berbuat atau mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan. 3. Learning to be (Belajar untuk mengembangkan diri) Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Pengembangan diri secara maksimal (learning to be) erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan fisik dan kejiwaan, tipologi pribadi anak & kondisi lingkungan nya. Kemampuan diri yang terbentuk di sekolah secara maksimal memungkinkan anak untuk mengembangkan diri pada tingkat yang lebih tinggi. 4. Learning to live together (Belajar untuk hidup bermasyarakat) Dengan kemampuan yang dimiliki, sebagai hasil dari proses pendidikan, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana individu tersebut berada, sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat (learning to live together).

B. Pendekatan Sains Teknologi Dan Masyarakat (STM) Menurut Rusmansyah (2003) dalam Aisyah (2007), pendekatan STM dilandasi oleh tiga hal penting yaitu: 1. Adanya keterkaitan yang erat antara sains, teknologi dan masyarakat.

Pendekatan Sains

2

2. Proses belajar-mengajar menganut pandangan konstruktivisme, yang pada pokoknya menggambarkan bahwa anak membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan. 3. Dalam pengajarannya terkandung lima ranah, yang terdiri atas ranah pengetahuan, ranah sikap, ranah proses sains, ranah kreativitas, dan ranah hubungan dan aplikasi. Program pembelajaran dengan pendekatan STM pada umumnya mempunyai karakteristik, sebagai berikut: 1. Identifikasi masalah-masalah setempat. 2. Penggunaan sumber daya setempat yang digunakan dalam memecahkan masalah. 3. Keikutsertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi untuk memecahkan masalah. 4. Perpanjangan pembelajaran di luar kelas dan sekolah. 5. Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa. 6. Isi dari pembelajaran bukan hanya konsep-konsep saja yang harus dikuasai siswa dalam kelas. 7. Penekanan pada keterampilan proses di mana siswa dapat menggunakan dalam memecahkan masalah. 8. Penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi. 9. Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara identifikasi bagaimana sains dan teknologi berdampak di masa depan. 10. Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar.

C. Pendekatan Konstruktivistik Konstruktivisme merupakan pandangan filsafat yang pertama kali dikemukakan oleh Giambatista Vico tahun 1710, ia adalah seorang sejarawan Italia yang

mengungkapkan filsafatnya dengan berkata Tuhan adalah pencipta alam semesta

Pendekatan Sains

3

dan manusia adalah tuan dari ciptaan. Dia menjelaskan bahwa mengetahui berarti mengetahui bagaimana membuat sesuatu. Ini berarti bahwa seseorang baru mengetahui sesuatu jika ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu (Suparno, 1997:24). Berikut ini akan dikemukakan ciri-ciri pembelajaran yang konstruktivis menurut beberapa literatur yaitu : 1. Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya. 2. Belajar adalah merupakan penafsiran personal tentang dunia 3. Belajar merupakan proses yang aktif dimana makna dikembangkan berdasarkan pengalaman 4. Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan (negosiasi) makna melalui berbagai informasi atau menyepakati suatu pandangan dalam berinteraksi atau bekerja sama dengan orang lain. 5. Belajar harus disituasikan dalam latar (setting) yang realistik, penilaian harus terintegrasi dengan tugas dan bukan merupakan kegiatan yang terpisah. (Yuleilawati, 2004 :54). 1. Macam-Macam Konstruktivisme a) Konstruktivisme personal Menurut bahwa Piaget (Fosnot (ed), 1996: 13-14) menyoroti bagaimana anakanak pelan-pelan membentuk skema pengetahuan, pengembangan skema dan mengubah skema. Ia menekankan bagaimana anak secara individual mengkonstruksi pengetahuan dari berinteraksi dengan pengalaman dan objek yang dihadapinya. b) Konstruktivisme social Pendukung konstruktivisme sosial berpendapat bahwa di samping individu, kelompok di mana individu berada, sangat menentukan proses pembentukan pengetahuan pada diri seseorang. Melalui komunikasi dengan komunitasnya,

Pendekatan Sains

4

pengetahuan seseorang dinyatakan kepada orang lain sehingga pengetahuan itu mengalami verifikasi, dan penyempurnaan.

D. Pendekatan Kontekstual Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu mengaitkan (relating), mengalami (experiencing), menerapkan (applying), bekerjasama (cooperating) dan mentransfer (transferring). 1. Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru. 2. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif. 3. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan relevan. 4. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.

Pendekatan Sains

5

5. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan hapalan. Menurut Blanchard, ciri-ciri kontekstual: 1) Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah. 2) Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks 3) Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri. 4) Mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara mandiri. 5) Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda. 6) Menggunakan penilaian otentik. E. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secar fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental vang tinggi sehingga terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip. 1) Dasar-Dasar Pemikiran Pendekatan CBSA 1. Rasional atau dasar pemikiran dan alasan usaha peningkatan CBSA dapat ditinjau kembali pada hakikat CBSA dan tujuan pendekatan itu sendiri. Dengan cara demikian pembelajar dapat diketahui potensi, tendensi dan terbentuknya pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimilikinya. 2. Implikasi mental-intelektual-emosional yang semaksimal mungkin dalam kegiatan belajar mengajar akan mampu menimbulkan nilai yang berharga dan gairah belajar menjadi makin meningkat. 3. Upaya memperbanyak arah komunikasi dan menerapkan banyak metode, media secara bervariasi dapat berdampak positif.

Pendekatan Sains

6

4. Dilihat dari segi pemenuhan meningkatkan mutu pendidikan di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidik) maka strategi dengan pendekatan CBSA layak mendapat prioritas utama. 2) Hakikat Pendekatan CBSA Hakekat dari CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya: a) Proses asimilasi/pengalaman kognitif, yaitu: terbentuknya pengetahuan. b) Proses perbuatan/pengalaman langsung, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya keterampilan. c) Proses penghayatan dan internalisasi nilai, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya nilai dan sikap 3) Prinsip-Prinsip Pendekatan CBSA a) Dimensi subjek didik b) Dimensi Guru c) Dimensi Program d) Dimensi situasi belajar-mengajar yang memungkinkan

Pendekatan Sains

7

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah. 2007. Penerapan Metode Pembelajaran Portofolio dengan Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 15 Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang.Fosnot (1996).EnquiringTteacherrs.EnquiringLearners.A forTteaching.New York: Columbia University. constructivist Approach

Suparno, P. (2001). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius. Piaget. (1981) The psychology of Intelligence.Totawa: Littlefield, Adam & Co.

Pendekatan Sains

8