pendekatam ilmiah.docx

Upload: didikdwiprastyo

Post on 10-Jan-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

scientific Approach

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangKurikulum 2013 mengajak kita semua untuk semangat dan optimis akan meraih pendidikan yang lebih baik. Kurikulum 2013 yang menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah sebagai katalisator. Pendekatan ilmiah dalam proses ilmiah merupakan suatu cara untuk mempelajari aspek-aspek tertentu dari alam secara terorganisir, sistematik dan melalui metode-metode ilmiah yang terbakukan. Ruang lingkup sains terbatas pada pada hal-hal yang dapat dipahami oleh indera (penglihatan, sentuhan, pendengaran, rabaan, dan pengecapan). Pendekatan ilmiah (saintific approach) diyakini sebagai jalan terbaik perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah. Karena pendekatan ilmiah ini dirasa mampu untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi siswa, maka pemerintah melalui kurikulum 2013 menggunakan pendekatan ilmiah atau scientific approach sebagai sarana untuk memajukan pendidikan di Indonesia.B. Tujuan

BAB IIKAJIAN TEORI

A. Pengertian Pendekatan IlmiahPendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Oleh karena itu banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya dengan metode. Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatar-belakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah (Nurhardiani, 2014).Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan scientific (Fauziah, 2013). Pendekatan scientific adalah pendekatan yang berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu bukan bersifat pada kira-kira, khayalan atau dongeng (Kemendikbud, 2013). Pendekatan ini meliputi: mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan (hubungan-hubungan) yang terjadi dari pengetahuan yang dipelajari. Dalam konsep pendekatan scientific yang disampaikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dipaparkan minimal ada 7 (tujuh) kriteria dalam pendekatan scientific. Ketujuh kriteria tersebut adalah sebagai berikut (Atsnan dan Gazali, 2013):1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.5. Mendorong dan menginspirasi siswa dalam memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, tetapi menarik sistem penyajiannya.Metode ilmiah adalah langkah-langkah yang tersusun secara sistematik untuk memperoleh suatu kesimpulan ilmiah. Metode scientific juga sering disebut metode induktif karena dalam prosesnya, metode ilmiah dimulai dari hal-hal yang bersifat spesifik ke kesimpulan yang bersifat general. Metode ilmiah pada dasarnya merujuk pada model penelitian yang dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626). Model tersebut memiliki langkah-langkah (Sujarwanta, 2012):1) Mengidentifikasi masalah (dari fakta yang ditemukan di lingkungan).2) Mengumpulkan data yang sesuai dengan permasalahan yang ditemukan.3) Memilah data yang sesuai dengan permasalahan.4) Merumuskan hipotesis (dugaan ilmiah yang menjelaskan data dan permasalahan yang ada sehingga dapat menentukan langkah penyelesaian masalah lebih lanjut).5) Menguji hipotesis dengan mencari data yang lebih faktual (mengadakan eksperimen)6) Menguji keakuratan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya agar dapat mentukan tindakan terhadap hipotesis tersebut (mengkonfirmasi, memodifikasi, ataupun menolak hipotesis).Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuwan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning) Daripada penalaran deduktif (deductive reasoning) (Giri, 2013). Dalam konteks berpikir, deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Berbeda dengan berpikir induktif, induksi merupakan cara berpikir di mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Proses yang berkaitan temuan ke dunia nyata dikenal sebagai induksi, atau penalaran induktif, dan merupakan cara berhubungan temuan ke alam semesta di sekitar kita (Sujarwanta, 2012).B. Tujuan Pendekatan IlmiahBeberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah (Lazim, 2013): 1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. 2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik. 3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan. 4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi. 5. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah. 6. Untuk mengembangkan karakter siswa. C. Prinsip-Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut (Lazim, 2013): 1. Pembelajaran berpusat pada siswa 2. Pembelajaran membentuk students self concept 3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme 4. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip 5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa 6. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru 7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi 8. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya. D. Implementasi Pendekatan Ilmiah dalam PembelajaranPembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah adalah pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung baik menggunakan observasi, eksperimen maupun cara yang lainnya, sehingga realitas yang akan berbicara sebagai informasi atau data yang diperoleh selain valid juga dapat dipertanggungjawabkan. Dengan menggunakan metode ilmiah, maka untuk mendapatkan pengetahuan para ilmuwan berusaha untuk membiarkan realitas berbicara sendiri, membahas mendukung teori ketika prediksi teori ini sudah dikonfirmasi dan menentang teori ketika prediksinya terbukti tidak teruji (Sujarwanta, 2012).Pembelajaran dengan pendekatan ilmiah menuntut siswa harus dapat menggunakan metode-metode ilmiah yaitu menggali pengetahuan melalui mengamati, mengklasifikasi memprediksi, merancang, melaksanakan eksperimen mengkomunikasikan pengetahuannya kepada orang lain dengan menggunakan keterampilan berfikir, dan menggunakan sikap ilmiah seperti ingin tahu, hati-hati, objektif, dan jujur. Pendekatan merupakan perpaduan antara proses pembelajaran yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2013). Meskipun ada yang mengembangkan lagi menjadi mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengolah data, mengkomunikasikan, menginovasi dan mencipta. Namun, tujuan dari beberapa proses pembelajaran yang harus ada dalam pembelajaran saintifik sama, yaitu menekankan bahwa belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah diperlukan adanya penalaran dan sikap kritis siswa dalam rangka pencarian (penemuan). Agar dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu metode ilmiah umumnya memuat rangkaian kegiatan koleksi data atau fakta melalui observasi dan eksperimen, kemuadian memformulasi dan menguji hipotesis.Menurut Kemendikbud, 2013 yang menjadi landasan penerapan metode ilmiah merujuk pada:1. Adanya fakta 2. Sifat bebas prasangka3. Sifat objektif4. Adanya analisa. Dengan metode ilmiah seperti ini diharapkan kita akan mempunyai sifat kecintaan pada kebenaran yang objektif, tidak gampang percaya pada hal-hal yang tidak rasional, ingin tahu, tidak mudah membuat prasangka, selalu optimis (Kemendikbud, 2013: 141).Selanjutnya secara sederhana pendekatan ilmiah merupakan suatu cara atau mekanisme untuk mendapatkan pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode ilmiah. Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non ilmiah. Pendekatan non ilmiah dimaksud meliputi semata-mata berdasarkan intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis.Tujuan pembelajaran sains akan tercapai jika terdapat keberhasilan penilaian aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Aspek kognitif adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan intelektual, aspek afektif erat kaitannya dengan sikap dan emosi, dan aspek psikomotor berkaitan dengan keterampilan. Ketiga aspek tersebut searah dengan hakikat sains yang harus ditinjau dari segi produk, proses, dan sikap ilmiah. Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Penguasaan aspek-aspek tersebut pada siswa dapat dilihat dari hasil belajar.

Gambar 1. Pendekatan scientific dan 3 ranah yang disentuh (Nurhardiani, 2014)Adapun penjelasan dari diagram pendekatan pembelajaran scientific (pendekatan ilmiah) dengan menyentuh ketiga ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Nurhardiani, 2014).a. Ranah sikap mencapai transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu mengapa.b. Ranah keterampilan mencapai transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu bagaimana.c. Ranah pengetahuan mencapai transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu apa.d. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.e. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.f. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.

Gambar 2. Langkah-langkah pembelajaran scientific (Nurhardiani, 2014)E. Penerapan Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran BiologiPenerapan pendekatan ilmiah pada pembelajaran mata pelajaran Biologi, berikut ini langkah-langkah belajar dengan pendekatan saintific melalui operasionalisasi keterampilan proses, sebagaimana diuraikan oleh Budiyanto (2013), sebagai berikut: 1. MengobservasiObservasi merupakan hasil dari pengamatan melalui indera, siswa akan belajar dengan mencari gambaran atau informasi tentang objek yang diamati. Dalam mempelajari biologi, kegiatan observasi ini bisa dibantu dengan alat bantu, antara lain mikroskop, kertas lakmus, lup, termometer, penggaris, dan sebagainya. Hasil observasi dapat berupa gambar, bagan, tabel, atau grafik.2. MenggolongkanUntuk memudahkan cara mempelajari suatu objek, maka kita lakukan penggolongan suatu objek itu. Jika kita melakukan kegiatan untuk menggolongkan makhluk hidup, maka hasilnya dapat berupa bagan. 3. MenafsirkanMenafsirkan, artinya memberikan arti terhadap suatu kejadian berdasarkan kejadian lainnya. Ketika menafsirkan suatu data, hendaknya kita menggunakan acuan atau patokan.4. MemperkirakanKegiatan memperkirakan bukan berarti meramalkan, tetapi membuat perkiraan berdasarkan pada kejadian sebelumnya atau hukum-hukum yang berlaku.5. Mengajukan PertanyaanUntuk menemukan suatu permasalahan, siswa harus dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa, bagaimana, di mana, kapan, mengapa, dan siapa terhadap suatu objek. Semua pertanyaan itu perlu dicari jawabannya. Di antara pertanyaan itu, ada yang bisa dijawab dan ada yang belum bisa dijawab. Pertanyaan yang belum terjawab merupakan permasalahan yang harus dicari jawabannya, misalnya dengan cara membaca laporan-laporan dari penemuan sebelumnya atau bisa juga dengan cara lain.6. Mengidentifikasi VariabelFaktor-faktor pendukung itulah yang dimaksud dengan variabel. Jadi, variabel merupakan faktor-faktor yang berpengaruh dan memiliki nilai (ukuran tertentu) serta dapat berubah atau diubah.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanB. Saran

DAFTAR RUJUKAN

Atsnan, M.F dan Gazali, Rahmita Yuliana. 2013. Penerapan Pendekatan Scientific Dalam Pembelajaran Matematika SMP Kelas VII Materi Bilangan (Pecahan). Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Yogyakarta. 430 436 (Online) (http://eprints.uny.ac.id/10777/1/P%20-%2054.pdf) diakses pada 21 Agustus 2015.Budiyanto. 2013. Metode Model Pembelajaran dan Strategi Pembelajaran. http://budisma.web.id/materi/sma/kelas-x-biologi/belajar-pendekatan-proses diakses pada 23 Agustus 2015.Fauziah, Resti., Abdullah, Ade Gafar., Hakim, Dadang Lukman. 2013. Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah. Invotex. 9(2): 165 178 (Online) (http://jurnal.upi.edu/file/06._Resti_Fauziah_165-178pdf_.pdf) diakses pada 21 Agustus 2015.Giri, Made Kurnia Widiastuti. 2013. Kemampuan Komunikasi Efektif Dunia Pendidikan Kedokteran dengan Pendekatan Scientific Sebagai Bahan Refleksi Implementasi Kurikulum 2013. Jurnal FMIPA UNDHIKSA. 3: 83-89 (Online) (http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/semnasmipa/article/download/2688/2270) diakses pada 21 Agustus 2015.Kemendikbud. 2013. Pengembangan Kurikulum 2013. Paparan Mendikbud dalam Sosialisasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud.Lazim, M. 2013. Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Kurikulum 2013. (Online) (http://www.p4tksb-jogja.com/index.php?option=com_phocadownload&view=category&download=122:penerapan-pendekatan-saintifik-dalam-pembelajaran-kurikulum-2013&id=1:widyaiswara) diakses pada 22 Agustus 2015.Mulyana, Edi Hendri. 2009. Penilaian dan Asesmen Dalam Pembelajaran IPA. UPI Bandung.Mulyono, Yatin S., Bintari, Siti Harnina, Rahayu, Enni Suwarsi, dan Widiyaningrum, Priyantini. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific Skill Teknologi Fermentasi Berbasis Masalah Lingkungan. Jurnal Lembaran Ilmu Kependidikan. 41(1): 20 26 (Online)( http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/LIK/article/viewFile/2225/2287) diakses pada 23 Agustus 2015.Nurhardiani. 2014. Implementasi Scientific Approach Kurikulum 2013 Melalui Lesson Study di MTS Al. Hadi Tambun Pengadang. Jurnal Transformasi. 10(2): 87-102 (Online) (http://ejurnal.iainmataram.ac.id/index.php/transformasi/article/view/127/116) diakses pada 21 Agustus 2015.Sujarwanta, Agus. 2012. Mengkondisikan Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Saintifik. Jurnal Nuansa Kependidikan. 16(1): 75-83 (Online) (http://www.ummetro.ac.id/file_jurnal/MENGKONDISIKAN%20%20PEMBELAJARAN%20IPA%20DENGAN.pdf) diakses pada 21 Agustus 2015.