pendayagunaan zakat melalui program pemberdayaan ekonomi...
TRANSCRIPT
PENDAYAGUNAAN ZAKAT MELALUI PROGRAM PEMBERDAYAAN
EKONOMI DHUAFA (STUDI KASUS PADA BAITULMAL UMAT
ISLAM BANK NEGARA INDONESIA)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh
SOFYAN HIDAYAD
NIM. 1113046000045
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/ 1440 H
iii
iv
v
ABSTRACT
Sofyan Hidayad. NIM 1113046000045 ZAKAT UTILIZATION THROUGH
DHUAFA ECONOMIC EMPOWERMENT PROGRAM (CASE STUDY ON
BAITULMAL UMAT ISLAM BANK NEGARA INDONESIA), Faculty of
Economics and Business, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta,
1438 H / 2018 AD.
This study aims to explain how the use of zakat in BAMUIS BNI in Dhuafa
Economic Empowerment Program. BAMUIS BNI is one of the oldest national
zakat institutions under the auspices of BNI. Seeing this, the authors are
interested in examining how the use of zakat is done by BAMUIS BNI in terms of
the mechanism and its impact on the welfare of mustahik zakat. This study is
intended for several mustahik who have micro businesses located in the Jakarta,
Depok and South Tangerang regions.
This study uses a qualitative approach, with descriptive data collection
techniques. The data used in this study are qualitative data sourced from primary
and secondary data. Then the data is formulated and interpreted so that it is
organized into one. This research was conducted with interview techniques,
observation and literature study. All of these instruments support and complement
each other to obtain complete and accurate data.
The results of the study show that, First, the focus of the distribution of
zakat funds distributed by BAMUIS BNI is divided by asnaf and programs.
Distribution based on asnaf, BAMUIS BNI focuses more on the distribution of
zakat funds to the asafaf fakir, the poor, riqab and gharimin. The zakat
distribution program is focused on the Education Assistance Program. Second,
the mechanism of zakat utilization carried out by BAMUIS BNI has a difference
with non-bank zakat institutions, the difference lies in the classification of
mustahik zakat, which consists of the general public, BNI family and BNI retirees.
The mechanism starts from program planning, providing capital assistance to
monitoring. Third, the utilization of zakat funds through the Dhuafa Economic
Empowerment Program can be said to have had an impact on improving the
economic welfare of mustahik. This is evidenced by the increase in income
perceived by Mustahik which ranges from 17% to 50% compared to before
getting capital assistance and can also change the status of Mustahik to Muzaki.
Keywords : Zakat Utilization, Dhuafa Economic Empowerment,
Bitulmal Islamic Community Bank Negara Indonesia
Advisor : Dr. Hendra Kholid, M.A
Bibliography : 1988-2018
vi
ABSTRAK
Sofyan Hidayad. NIM 1113046000045 PENDAYAGUNAAN ZAKAT
MELALUI PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI DHUAFA (STUDI
KASUS PADA BAITULMAL UMAT ISLAM BANK NEGARA INDONESIA),
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 1438 H/ 2018 M.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pendayagunaan zakat
yang ada di BAMUIS BNI pada Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa.
BAMUIS BNI merupakan salah satu lembaga zakat tertua tingkat nasional yang
berada di bawah naungan BNI. Melihat hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti
bagaimana pendayagunaan zakat yang dilakukan oleh BAMUIS BNI dalam hal
mekanisme serta dampaknya bagi kesejahteraan mustahik zakat. Penelitian ini
ditujukan untuk beberapa mustahik yang memiliki usaha mikro yang berlokasi di
wilayah Jakarta, Depok dan Tangerang Selatan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik
pengumpulan data deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data kualitatif yang bersumber dari data primer dan sekunder. Kemudian data
tersebut diformulasikan dan diinterpretasikan sehingga tersusun menjadi satu.
Penelitian ini dilakukan dengan teknik wawancara, observasi dan studi pustaka.
Semua instrumen tersebut saling menunjang dan melengkapi sehingga diperoleh
data yang lengkap dan akurat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Pertama, fokus dari pendistribusian
dana zakat yang disalurkan oleh BAMUIS BNI terbagi berdasarkan asnaf dan
program. Penyaluran berdasarkan asnaf BAMUIS BNI lebih memfokuskan
penyaluran dana zakat kepada asnaf fakir, miskin, riqab dan gharimin. Adapun
berdasarkan program penyaluran zakatnya terfokus pada Program Bantuan
Pendidikan. Kedua, mekanisme pendayagunaan zakat yang dilakukan BAMUIS
BNI memiliki perbedaan dengan lembaga zakat non bank, perbedaannya terletak
pada penggolongan mustahik zakat, yang terdiri dari masyarakat umum, keluarga
BNI dan pensiunan BNI. Mekanisme dimulai dari perencanaan program,
pemberian bantuan modal hingga melakukan pengawasan (monitoring). Ketiga,
pendayagunaan dana zakat melalui Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa
dapat dikatakan telah memberi dampak terhadap meningkatnya kesejahteraan
ekonomi mustahik. Hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan pendapatan yang
dirasakan oleh mustahik yaitu berkisar antara 17 % hingga 50 % dibanding
dengan sebelum mendapat bantuan modal dan juga dapat mengubah status
mustahik menjadi muzaki.
Kata Kunci : Pendayagunaan Zakat, Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa,
Baitulmal Umat Islam Bank Negara Indonesia
Pembimbing : Dr. Hendra Kholid, M.A
Daftar Pustaka : 1988-2018
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang tiada hentinya saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha
Esa, Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan nikmat, rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Program Studi Ekonomi Syariah Konsentrasi
Manajemen Zakat dan Wakaf Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Namun untuk terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak akan sempurna
tanpa adanya pihak yang ikut membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. M. Arief Murfaini, Lc., M.A. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak AM. Hasan Ali, M.A. selaku Ketua Program Studi Muamalat dan
Bapak Abdurrauf, Lc., M.A. selaku Sekretaris Program Studi Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum, sekaligus Tim Task Force Passing Out
Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Yoghi Citra Pratama, M. Si. selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Dr. Hendra Kholid, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi penulis
yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya untuk memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi
ini.
6. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag. selaku Dosen Penasihat Akademik yang telah
membimbing selama masa perkuliahan.
viii
7. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu
yang bermanfaat kepada penulis dari awal hingga akhir sehingga penulis
dapat menyelesaikan jenjang pendidikan ini dengan baik, dan tidak lupa
kepada staf akademik serta pengurus Perpustakaan Utama dan
Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum.
8. Seluruh pihak BAMUIS BNI, Bapak Suhendry Hafni, Bapak Fiman Fatur
dan Bapak Mamat Kusmar yang telah membantu dan mengizinkan penulis
dalam proses penelitian.
9. Kedua orang tua tercinta H. Muhammad Ardin Nasution dan Hj. Masrona
Nasution yang tidak pernah lelah dan tulus mendoakan penulis, memberi
semangat dan selalu memberi dukungan dan motivasi, tak lupa kepada adik
tersayang Helmi Huwaidah Nasution yang juga memberikan dukungan
serta doanya kepada penulis.
10. Teman-teman muamalat angkatan 2013, keluarga Manajemen ZISWAF,
khususnya Salim Waton, Imam Irfan Hakim, Fatqur Susanto, Al Arif
Billah, Khairul Ahmad Sanjani, Margi Lestari Bagus Permadi yang telah
mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, serta
semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namun tidak mengurangi
rasa hormat dan terima kasih penulis kepada kalian semua.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih serta memanjatkan doa semoga
kebaikan yang telah mereka berikan mendapat pahala yang berlipat ganda dari
Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan para pembaca.
Jakarta, 10 September 2018
Sofyan Hidayad
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... iv
ABSTRACT .......................................................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Maslah ............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ........................... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 7
E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu .......................................... 8
F. Kerangka Konsep dan Teori...................................................... 11
G. Metode Penelitian...................................................................... 12
H. Sistematika Penulisan ............................................................... 15
BAB II LANDASAN TEORI
A. Zakat .......................................................................................... 17
1. Pengertian Zakat .............................................................. 17
2. Jenis-jenis Zakat .............................................................. 19
3. Manfaat Zakat .................................................................. 20
4. Mustahik Zakat ................................................................ 22
B. Pendayagunaan Zakat................................................................ 24
x
1. Pengertian Pendayagunaan .............................................. 24
2. Tujuan Pendayagunaan Zakat .......................................... 25
3. Pola Pendayagunaan Zakat .............................................. 28
C. Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa ............................................... 29
1. Pengertian Pemberdayaan ................................................ 29
2. Manfaat Pemberdayaan Ekonomi .................................... 30
3. Pemberdayaan Mustahik Zakat........................................ 31
4. Pola Pemberdayaan Ekonomi Melalui Zakat .................. 32
BAB III PENDAYAGUNAAN ZAKAT DI BAMUIS BNI
A. Sejarah dan Perkembangan BAMUIS BNI ............................... 33
B. Legalitas BAMUIS BNI ............................................................ 35
C. Visi dan Misi BAMUIS BNI .................................................... 37
D. Program BAMUIS BNI ............................................................ 38
E. Mitra Kerja Sama BAMUIS BNI .............................................. 41
F. Penghimpunan dan Pendistribusian Dana Zakat BAMUIS BNI ..
................................................................................................... 42
BAB IV PEMBERDAYAAN DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN
MUSTAHIK
A. Fokus Pendistribusian Dana Zakat di BAMUIS BNI ............... 46
B. Mekanisme Pendayagunaan Dana Zakat Untuk Pemberdayaan
Mustahik .................................................................................... 50
C. Zakat dan Pemberdayaan Ekonomi Mustahik........................... 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 60
B. Saran .......................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 63
LAMPIRAN ....................................................................................................... 66
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Perkembangan Laporan Data Muzaki dan Mustahik BAMUIS BNI . 34
Tabel 3.2 Mitra Kerja Sama BAMUIS BNI ....................................................... 41
Tabel 3.3 Perkembangan Dana Zakat dan Infak/ Sedekah dan Muzaki/ Pembayar
BAMUIS BNI tahun 2013-2017 ......................................................................... 43
Tabel 3.4 Perkembangan Penghimpunan dan Penyaluran Dana Zakat, Infak/
Sedekah Berdasarkan Wilayah/ Cabang BNI Tahun 2017 ................................. 45
Tabel 4.1 Daftar Mustahik Penerima Bantuan yang Tersebar di Beberapa Daerah
............................................................................................................................. 56
Tabel 4.2 Dampak Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa Bagi Mustahik .. 57
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Teori dan Konsep ........................................................ 11
Gambar 3.1 Perkembangan Penghimpunan Dana Zakat dan Infak/Sedekah
Tahun 2013-2017 ................................................................................................ 44
Gambar 3.2 Perkembangan Muzaki Tahun 2013-2017................................... 44
Gambar 4.1 Kebijakan Penyaluran Berdasarkan Asnaf Penerima .................. 47
Gambar 4.2 Kebijakan Penyaluran Berdasarkan Kelompok Penerima ........... 47
Gambar 4.3 Kebijakan Penyaluran Berdasarkan Program Bantuan ................ 47
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesejahteraan sosial merupakan masalah yang selalu ada di setiap
negara-negara yang ada di dunia ini tidak terkecuali di Indonesia. Hal tersebut
tentu terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah faktor ekonomi dan
pembangunan yang belum merata serta faktor-faktor lain. Menurut James
Midgley kesejahteraan sosial diciptakan atas tiga elemen yaitu pertama, sejauh
mana masalah sosial ini dapat diatur. Kedua, sejauh mana kebutuhan-
kebutuhan dipenuhi dan ketiga, sejauh mana kesempatan untuk meningkatkan
taraf hidup dapat disediakan.1
Dalam Islam, pendistribusian kesejahteraan sosial telah diatur
sedemikian rupa yang jika dijalankan dengan baik akan dapat mengatasi
berbagai masalah kesejahteraan sosial itu sendiri. Salah satunya dapat melalui
zakat, infak, dan sedekah. Zakat, infak dan sedekah merupakan salah satu ciri
dari sistem ekonomi Islam dalam memberdayakan umatnya dan mengandung
asas keadilan di dalamnya.2
Kepedulian terhadap orang lain dalam Islam didasari oleh motif intrinsik
yang berakar pada spiritual keimanan. Seseorang memiliki kepedulian terhadap
orang lain didorong oleh keinginan untuk mencari ridha Allah dan
mengharapkan pahala di akhirat kelak. Saling menyayangi, saling membantu,
dan saling mengingatkan dalam kebaikan merupakan karakter orang beriman.
Seorang muslim harus memiliki perhatian terhadap orang lain, baik untuk
kesejahteraan spiritual, kesejahteraan material, kebutuhan individual maupun
kebutuhan masyarakat luas.3
1James Midgley, Pembangunan Sosial Perspektif Pembangunan dalam Kesejahteraan
Sosial (Jakarta : Disperta Islam Departemen Agama RI, 2005), h. 21. 2Afzalurrahman, Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (Jakarta : Yayan Swarna
Bhunny, 1995), h. 64. 3Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam(P3EI), Ekonomi Islam ( Jakarta:
Rajawali Press, 2012), Cet.4, h. 464.
2
Dalam sektor ekonomi, Islam memiliki salah satu instrumen dengan
potensi yang sangat besar dan bisa dijadikan instrumen untuk pembangunan
ekonomi untuk pemberdayaan umat, yaitu melalui zakat. Dalam hal ini jika
diberdayakan dan dikembangkan zakat memiliki potensi yang dapat menjadi
solusi bagi masyarakat secara luas. Monzer Kahf mengatakan bahwa zakat dan
sistem pewarisan dalam Islam, dapat mendorong distribusi harta secara
dinamis, sehingga harta akan selalu beredar dalam perekonomian dan tidak
hanya menumpuk pada golongan orang kaya.4
Zakat merupakan alat bantu sosial mandiri yang menjadi kewajiban
moral bagi orang kaya untuk membantu mereka yang miskin dan terabaikan
yang tak mampu menolong dirinya sendiri meskipun dengan semua skema
jaminan sosial yang ada, sehingga kemelaratan dan kemiskinan dapat
terhapuskan dari masyarakat Muslim. Zakat tidak menghilangkan kewajiban
pemerintah untuk menciptakan kesejahteraan, melainkan hanya membantu
menggeser sebagian tanggung jawab pemerintah ini kepada masyarakat,
khususnya kerabat dekat dan tetangga dari individu-individu yang terkait,
sehingga mengurangi beban pemerintah. Tidaklah realistis mengharapkan
pemerintah untuk memikul seluruh beban kesejahteraan ini. Jika hasil zakat ini
tidak mencukupi, fuqaha berpendapat bahwa masyarakat Muslim harus
memikul beban ini dan berusaha menemukan cara-cara dan alat-alat lain untuk
mencapai tujuan ekonomi tersebut.5
Jika dilihat dari jumlah penduduknya, sebagai negara yang memiliki
keberagaman budaya dan agama, di mana 87,87% penduduk Indonesia
menganut agama Islam.6Dengan demikian Indonesia memiliki jumlah potensi
zakat yang sangat besar yang jika dikembangkan dan dikelola dengan baik
akan mampu memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat.
4Mohammed Aslam Haneef, Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer: Analisis
Komparatif Terpilih, diterjemahkan oleh Suherman Rosyidi ( Jakarta : Rajawali Press, 2010), h.
100. 5 Eko Suprayitno, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2005), h. 33. 6Sumuran Harahap, Wakaf Uang dan Prospek Ekonominya di Indonesia (Jakarta : Mitra
Abadi Press, 2012), h. 12.
3
Apalagi dengan memiliki penduduk yang mayoritas beragama Islam dan
kultur masyarakatnya yang gampang berderma. Dengan ini Indonesia dapat
dikatakan sebagai negara yang terlibat dalam mekanisme pengelolaan zakat.
Persoalannya adalah dengan adanya potensi zakat yang sangat besar
bagaimana dana zakat dapat dikelola dan dimaksimalkan dengan baik.
Tentunya zakat tidak hanya digunakan sebagai hal yang pemanfaatannya
secara konsumtif saja, melainkan dapat didayagunakan sebagai alat
pemberdayaan masyarakat. Dalam hal ini zakat tentu tidak akan dapat dikelola,
didistribusikan, serta dikembangkan dengan baik jika melalui amil
perseorangan. Maka dari itu para pemerhati zakat sepakat bahwa untuk
memaksimalkan potensi yang ada zakat harus dikelola melalui lembaga.
Hal tersebut sesuai dengan hikmah zakat itu sendiri, salah satu dari
hikmah zakat yaitu sebagai sumber dana bagi pembangunan sarana maupun
prasarana yang harus dimiliki umat Islam seperti sarana ibadah, pendidikan,
kesehatan, sosial maupun ekonomi sekaligus sarana pengembangan kualitas
sumber daya manusia muslim.7
Sesuai dengan hikmah zakat, yaitu di antara hikmah tersebut tercermin
dari urgensinya yang dapat memperbaiki kondisi masyarakat, baik dari aspek
moril maupun materiil, di mana zakat dapat menyatukan anggotanya bagai
sebuah batang tubuh, di samping juga dapat membersihkan jiwa dari sifat kikir
dan pelit, sekaligus merupakan benteng pengaman dalam ekonomi Islam yang
dapat menjamin kelanjutan dan kestabilannya.8 Dapat dikatakan ibadah zakat
sangat menentukan terhadap terjadinya stabilitas ekonomi umat jika
dilaksanakan, dikelola, dan diberdayakan dengan tepat.
Adapun penyaluran zakat secara produktif sebagaimana yang pernah
terjadi di zaman Rasulullah SAW yang dikemukakan dalam sebuah hadits
riwayat Imam Muslim dari Salim bin Abdillah bin Umar dari ayahnya, bahwa
7Kementerian Agama RI, Membangun Perspektif Pengelolaan Zakat Nasional
(Tangerang: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat,2013), h. 21. 8 Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia (Malang: UIN-Malang Press,
2008), h. 23-24.
4
Rasulullah SAW telah memberikan kepadanya zakat lalu menyuruhnya untuk
dikembangkan atau disedekahkan lagi.
Dalam kegiatan dengan pemberian zakat yang bersifat produktif, terdapat
pendapat yang menarik sebagaimana dikemukakan oleh Yusuf al-Qardhawi
dalam Fiqh Zakat bahwa pemerintah Islam diperbolehkan membangun pabrik-
pabrik atau perusahaan-perusahaan dari uang zakat untuk kemudian
kepemilikan dan keuntungannya bagi kepentingan fakir miskin, sehingga akan
terpenuhi kebutuhan hidup mereka sepanjang masa. Pengganti pemerintah,
untuk saat ini dapat diperankan oleh Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil
Zakat yang kuat, amanah dan profesional. BAZ atau LAZ, jika memberikan
zakat yang bersifat produktif harus pula melakukan pembinaan/pendampingan
kepada para mustahik agar kegiatan usahanya dapat berjalan dengan baik, dan
agar para mustahik semakin meningkatkan kualitas keimanan dan
keislamannya.9
Kehadiran dari organisasi atau lembaga filantropi Islam yakni lembaga
amil zakat, infak, dan sedekah setidaknya menjawab kejumudan pemerintah
dalam mengatasi persoalan di masyarakat dalam hal pemberdayaan bagi
mereka dan memberikan harapan bagi para mustahik yang selama ini
mengalami kesulitan dapat terbantu dengan adanya lembaga amil zakat, infak,
dan sedekah.10
Dengan adanya berbagai lembaga amil zakat yang ada, maka
pemberdayaan masyarakat dapat dimaksimalkan guna membangun
pertumbuhan ekonomi dan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
khususnya kaum dhuafa. Hal itu dapat diwujudkan melalui zakat produktif,
contohnya pada Yayasan Baitul Mal Bank Rakyat Indonesia yang sebagian
besar programnya merupakan pemberdayaan ekonomi di antaranya adalah
Program Integrasi Pemberdayaan Berbasis Pondok Pesantren yang bertujuan
untuk menyejahterakan masyarakat di lingkungan pondok pesantren.
9DR.K.H.Didin Hafidhuddin, M.Sc, Zakat dalam Perekonomian Modern (Jakarta: GEMA
INSANI,2002), h. 133-144. 10
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Model Pengelolaan Zakat(Jakarta:
CV. Sinergy Mutlisarana, 2012), h. 56.
5
Kemudian di LAZNAS Baitul Mal Hidayatullah dengan program Mandiri
Terdepan yang bertujuan membantu kaum dhuafa dengan memberikan modal
usaha untuk meningkatkan pendapatan.
Berdasarkan hal di atas BAMUIS BNI (Baitulmal Umat Islam Bank
Negara Indonesia) yang merupakan salah satu lembaga zakat yang berada di
bawah naungan BNI (Bank Negara Republik Indonesia) yang telah berkiprah
cukup lama dalam hal yang berkaitan dengan zakat, dapat memaksimalkan
fungsinya dalam memberdayakan masyarakat di kalangan dhuafa.
Karena BAMUIS BNI merupakan salah satu lembaga zakat tingkat
nasional yang memiliki berbagai program pemberdayaan masyarakat dan
memiliki jaringan konsolidasi yang cukup luas yang bertujuan untuk
meningkatkan ekonomi kaum dhuafa.
Dari tahun ke tahun dana zakat yang berhasil dihimpun dan
didistribusikan oleh BAMUIS BNI selalu mengalami peningkatan. Pada tahun
2014 dana zakat yang berhasil dihimpun sebesar Rp.25.897.623.035 meningkat
menjadi Rp.29.711.416.875 pada tahun 2015, demikian juga pada dana zakat
yang berhasil disalurkan. Untuk pemberdayaan ekonomi, BAMUIS BNI telah
menyalurkan dana zakat sebesar Rp.444.000.000 pada tahun 2015 yang terbagi
dalam BAMUIS BNI Peduli sebesar Rp.156.500.000 dan kerja sama dengan
LSM, panti asuhan dan pondok pesantren sebesar Rp.287.500.000.
Penghimpunan dan penyaluran dana yang semakin meningkat tersebut
menandakan bahwa BAMUIS BNI sebagai lembaga zakat telah membuktikan
keseriusannya dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat atau
mustahik.
Maka peran dari BAMUIS BNI yang bertugas sebagai fasilitator untuk
para mustahik sangat penting baik dalam hal pengelolaan, pendistribusian
serta pendayagunaan zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat atau
mustahik khususnya kaum dhuafa Sehingga diharapkan dapat mengurangi
tingkat ketimpangan kesejahteraan sosial dan ekonomi yang selama ini
dirasakan oleh mustahik.
6
Berdasarkan pemikiran dan latar belakang di atas, maka penulis tertarik
untuk meneliti, mengamati, mengkaji, dan menganalisis terkait bagaimana
fokus penyaluran mustahik, mekanisme serta dampak pendayagunaan zakat
untuk meningkatkan kesejahteraan mustahik pada sektor ekonomi, dalam
sebuah tulisan berbentuk Skripsi yang berjudul:
“PENDAYAGUNAAN ZAKAT MELALUI PROGRAM
PEMBERDAYAAN EKONOMI DHUAFA (STUDI KASUS PADA
BAITULMAL UMAT ISLAM BANK NEGARA INDONESIA)”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mendapatkan
identifikasi maslah dari permasalahan yang ada di antaranya:
1. Bagaimana peran BAMUIS BNI dalam pengelolaan zakat
2. Bagaimana pengelolaan zakat di BAMUIS BNI
3. Bagaimana mekanisme dan konsep pendayagunaan zakat di BAMUIS
BNI
4. Bagaimana dampak yang dapat diberikan oleh BAMUIS BNI kepada
mustahik dalam mengoptimalkan pendayagunaan zakat melalui
program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan masalah, penulis mencoba mengarah
hanya pada persoalan pendayagunaan zakat untuk mustahik BAMUIS BNI
pada periode 2012-2017, dengan harapan agar pembahasan ini tidak terlalu
melebar dan meluas, maka dari pembahasan di atas penulis mendapatkan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang menjadi fokus pendistribusian dana zakat di BAMUIS BNI?
2. Bagaimana mekanisme pendayagunaan dana zakat untuk
pemberdayaan mustahik melalui program Pemberdayaan Ekonomi
Dhuafa oleh BAMUIS BNI?
7
3. Bagaimana dampak dari pendayagunaan zakat dalam pemberdayaan
mustahik?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui apa yang menjadi fokus pendistribusian dana zakat
yang dilakukan oleh BAMUIS BNI
b. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme pendayagunaan zakat untuk
pemberdayaan mustahik melalui program Pemberdayaan Ekonomi
Dhuafa.
c. Untuk mengetahui dampak pendayagunaan dana zakat terhadap
kesejahteraan mustahik melalui program Pemberdayaan Ekonomi
Dhuafa
2. Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan dalam penggunaan dan potensi dana zakat sebagai dana
zakat produktif yang dapat diberdayakan untuk meningkatkan
kesejahteraan mustahik.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat atau
praktisi agar dapat menambah wawasan khususnya untuk para pelaku dan
pejuang ekonomi syariah terhadap potensi yang dapat dihasilkan melalui
dana zakat.
8
E. Kajian Pustaka (Review Studi Terdahulu)
No. Nama Penulis /
JudulSkripsi, Tesis,
Jurnal/ Tahun
Substansi Perbedaan dan
Persamaan dengan
Pembahasan Penulis
1 Abdul
Kholiq/Pendayagunaan
Zakat, Infak dan Sedekah
Untuk Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat
Miskin di Kota
Semarang/Jurnal / Riptek/
2012
Penelitian ini
membahas seputar
pendayagunaan
zakat, infak dan
sedekah (ZIS) yang
diwujudkan melalui
pemberdayaan
ekonomi masyarakat
miskin di Kota
Semarang dan
meneliti mengenai
apakah program
tersebut bersinergi
dengan kebijakan
pengentasan
kemiskinan yang
dilaksanakan oleh
pemerintah Kota
Semarang. Penelitian
ini menggunakan
metode deskriptif
dan pendekatan
kualitatif.
Penelitian ini penulis
hanya berfokus pada
pendayagunaan dana
zakat melalui program
pemberdayaan
ekonomi dhuafa yang
dilakukan oleh
BAMUIS BNI.
Persamaan dengan
penelitian sebelumnya
metode yang
digunakan adalah
deskriptif dan
menggunakan
pendekatan kualitatif.
2 Aan Nasrullah/
Pengelolaan Dana
Penelitian ini
membahas mengenai
Pada penelitian ini
peneliti hanya fokus
9
Filantropi Untuk
Pemberdayaan Pendidikan
Anak Dhuafa/Jurnal/Jurnal
Studia Islamika / 2015
pengelolaan dan
pendistribusian dana
filantropi (zakat,
infak, sedekah dan
wakaf) untuk
pemberdayaan
pendidikan anak
masyarakat miskin
yang dilakukan oleh
LAZ BMH cabang
Malang. Dengan
pendekatan kualitatif
dan desain penelitian
studi kasus.
terhadap
pendayagunaan dana
zakat pada program
pemberdayaan
ekonomi dhuafa yang
dilakukan oleh
BAMUIS BNI.
Penelitian ini
menggunakan
pendekatan kualitatif
dengan metode
penelitian deskriptif.
3 Marpuah/Potensi
Filantropi Keagamaan
Melalui Pemberdayaan
Zakat: Studi Tentang
Potensi Muzaki Dan
Mustahik Di BAZNAS
Sumatera Barat/Jurnal/
Jurnal PENAMAS/2016
Penelitian ini
membahas tentang
bagaimana
BAZNAS Sumatera
Barat dalam
mengelola
penerimaan,
pengumpulan dan
penyaluran serta
pemanfaatan zakat,
infak dan sedekah
secara berdaya guna
dan berhasil guna,
dan untuk
mengetahui motivasi
muzaki untuk
berzakat. Penelitian
Penelitian ini berfokus
pada pendayagunaan
zakatyang dilakukan
oleh BAMUIS BNI
melalui program
pemberdayaan
ekonomidhuafa
Penelitian
inimenggunakan
pendekatan kualitatif
dengan metode
analisis deskriptif.
Persamaan dengan
penelitian sebelumnya
terletak pada
subjeknya yaitu
bagaimana proses
10
ini menggunakan
metode kualitatif dan
didukung dengan
data kuantitatif.
pendayagunaan zakat
oleh sebuah lembaga.
4. Annisa Rahmayanti /
Efisiensi Lembaga Amil
Zakat Dalam Mengelola
Dana Zakat di
Indonesia(Studi Kasus:
PKPU, Rumah Zakat, dan
BAMUIS BNI)/ Fakultas
Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah
Jakarta / Tahun 2014
Penelitian ini
membahas mengenai
efisiensi lembaga
amil zakat dalam
mengelola dana
zakat. Pada
penelitian ini penulis
membandingkan
kinerja dari tiga
lembaga zakat di
antaranya PKPU,
Rumah Zakat, dan
BAMUIS BNI.
Penelitian ini
menggunakan
metode parametrik
DEA.
Penelitian yang
dilakukan oleh
peneliti hanya
berfokus pada suatu
program
pendayagunaan atau
membahas secara
khusus suatu program
pendayagunaan yang
dilakukan oleh
BAMUIS BNI dan
penelitian ini
bertujuan untuk
mengetahui apa fokus
utama sejauh mana
program ini dapat
menyejahterakan
mustahik. Metode
penelitian yang
digunakan adalah
penelitian deskriptif
dengan pendekatan
kualitatif.
11
F. Kerangka Konsep dan Teori
Gambar 1.1 Kerangka Konsep dan Teori
Jika dilihat dari potensi zakat di Indonesia yang sangat besar seharusnya
bisa lebih dioptimalkan untuk dikelola secara produktif oleh BAMUIS BNI.
Karena jika dikelola dengan baik maka tujuan dari ekonomi Islam akan
tercapai. Menurut salah satu dari tokoh ekonomi Islam As-Shaitibi tujuan
utama syariat Islam adalah mencapai kesejahteraan manusia yang terletak pada
perlindungan terhadap lima ke-maslahah-an, yaitu keimanan, ilmu, kehidupan,
harta, dan kelangsungan keturunan.11
Adanya zakat tentu sangat berperan dalam
mencapai kelima ke-maslahah-an tersebut. Salah satu tokoh ekonomi Islam
lainnya yaitu Monzer Kahf mengatakan bahwa zakat dapat mendorong
11
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam(P3EI), Ekonomi Islam (Jakarta:
Rajawali Press, 2012), Cet.4, h. 54.
Pengelolaan Zakat BAMUIS BNI
Pendayagunaan Zakat
Konsumtif Produktif
Fokus Pendistribusian Dana
Zakat Kepada mustahik
Pendayagunaan Zakat pada
Program Pemberdayaan
Ekonomi Dhuafa Bagi
Mustahik
Dampak dari
Pemberdayaan
Melalui Program
Pemberdayaan
Ekonomi Dhuafa
Pemberdayaan Musatahik
Terpenuhinya
kebutuhan
konsumen
Peningkatan
Pendapatan
12
pergerakan distribusi harta, sehingga harta tidak menumpuk pada orang kaya
saja yang akhirnya bisa memeratakan pendapatan.
Karena dengan pendayagunaan zakat bisa membantu mengatasi masalah
kemiskinan yang ada di Indonesia. Maka dengan penelitian ini penulis
bertujuan untuk mengetahui secara langsung bagaimana peran dana zakat yang
didayagunakan untuk memberdayakan mustahik melalui program yang
dilaksanakan oleh lembaga zakat.
Berdasarkan tujuan penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini yang
pertama akan diteliti adalah siapa yang menjadi fokus utama pada program
pemberdayaan yang dilakukan oleh BAMUIS BNI. Selanjutnya akan meneliti
bagaimana konsep dan teknis pendayagunaan zakat melalui Program
Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa. Kemudian peneliti akan meneliti bagaimana
dampak dari Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa bagi kesejahteraan
mustahik. Serta menjelaskan bagaimana kondisi ekonomi mustahik setelah
diberdayakan oleh BAMUIS BNI melalui Program Pemberdayaan Ekonomi
Dhuafa.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif
dengan metode analisis deskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran,
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.12
Menurut Mardalis
“penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini
berlaku, di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat analisis dan
menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi.”
12
Moh.Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2014, Cet. 10), h. 43.
13
Dengan kata lain, penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh
informasi informasi-mengenai keadaan saat ini dan melihat kaitannya antara
variabel-variabel yang diteliti.13
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis sumber data, yaitu:
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat langsung dari hasil
wawancara dengan pihak terkait, wawancara (interview) dapat diartikan
sebagai cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi (data) dari
responden dengan cara bertanya langsung secara bertatap muka (face to
face).14
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pelengkap sekaligus pendukung data
primer yang diperoleh melalui data yang terdapat dalam literatur
kepustakaan seperti buku, jurnal, artikel, maupun internet. Selain itu data
juga dapat diperoleh melalui sumber lainnya yang berkaitan dengan
materi penulisan ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah
sebagai berikut:
a. Wawancara (Interview) adalah cara tanya jawab dengan tatap muka
secara langsung dengan pihak BAMUIS BNI untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkan. Dalam hal ini wawancara dilakukan
dengan pihak BAMUIS BNI dan para mustahik.
b. Observasi yaitu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati langsung dan mencatat secara sistematis terhadap gejala-
13
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 2002),
h.25. 14
Bagong Suyanto dan Sutinah,ed, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan (Jakarta: Kencana, 2011, Cet. 6), h. 69.
14
gejala yang diselidiki.15
Dengan hal ini penulis mengadakan
pengamatan langsung terkait Program Pemberdayaan Ekonomi
Dhuafa di BAMUIS BNI Pusat.
c. Studi Kepustakaan, yaitu dengan cara memperoleh data melalui buku,
jurnal, artikel ataupun melalui informasi tertulis lainnya, khususnya
yang berhubungan dengan pemberdayaan zakat, dengan cara
membaca, meneliti, serta mempelajari literatur tersebut. Melalui cara
ini penulis akan mendapatkan teori, konsep yang penulis dapat
gunakan sebagai dasar pemikiran penulisan skripsi ini.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah metode analisis kualitatif
deskriptif. Setelah data diperoleh dari kegiatan observasi dan wawancara,
maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisa dan pengelolaan data.
Analisa data merupakan proses penyusunan transkrip interview. Data yang
terkumpul dianalisis dalam terminologi dengan kesimpulan deskriptif.
5. Teknik Penulisan Laporan
Teknik penulisan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini dengan
berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Tahun 2017 yang
diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
15
Cholid dkk, Metodologi Penelitian(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003, Cet. 5), h. 70.
15
H. Sistematika Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini disusun dengan sistematika secara
beruntun yang terdiri dari lima bab yang disusun sebagai berikut :
BAB I: PENDAHULUAN
Dalam Bab ini, peneliti menguraikan hal-hal yang terkait dengan latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, review studi
terdahulu, kerangka konsep, metode penelitian dan sistematika
penulisan
BAB II: TINJAUAN TEORITIS
Dalam bab ini berisi pembahasan tentang pengertian zakat, dasar
hukum zakat, sumber dana zakat, asnaf zakat, fungsi dan tujuan
penyaluran zakat, dan syarat wajib zakat. Kemudian dilanjutkan dengan
pengertian efektivitas, pendayagunaan zakat, dan pengertian
kesejahteraan.
BAB III:OBJEK PENELITIAN
Dalam bab ini akan membahas tentang gambaran umum atau profil dari
BAMUIS BNI yang meliputi sejarah berdirinya, landasan hukum, visi
dan misi, struktur organisasi, dan program-program dari BAMUIS BNI.
BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang apa yang menjadi fokus
pendistribusian dana zakat yang dilakukan oleh BAMUIS BNI,
bagaimana mekanisme pendayagunaan zakat melalui Program
Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa yang dilakukan oleh BAMUIS BNI.
Kemudian setelahnya menjelaskan bagaimana dampak dari pelaksanaan
Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa untuk kesejahteraan ekonomi
mustahik.
16
BAB V: PENUTUP
Dalam bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan yang akan
menunjukkan kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan
dan disertai dengan saran.
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Zakat
1. Pengertian Zakat
Zakat ditinjau dari segi bahasa mempunyai beberapa arti, yaitu:
keberkahan, pertumbuhan, dan berkembang, kesucian, keberesan.16
Menurut Wahidi dan lain-lain, kata dasar Zaka berarti bertambah dan
tumbuh, sehingga bisa dikatakan, tanaman itu zaka, artinya tumbuh,
sedangkan tiap sesuatu yang bertambah disebut zaka artinya bertambah.
Bila sesuatu tanaman tumbuh tanpa cacat, maka kata zaka di sini berarti
bersih.
Zakat dari segi istilah fikih berarti “ Sejumlah harta tertentu yang
diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak” di samping
berarti “mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri.” “Jumlah yang
dikeluarkan dari kekayaan itu disebut zakat karena yang dikeluarkan itu
menambah banyak, membuat lebih berarti, dan melindungi kekayaan itu
dari kebinasaan,” demikian Nawawi mengutip pendapat Wahidi.17
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam al-Quran surat at-Taubah ayat
103 bahwa zakat itu membersihkan dan mensucikan harta dan jiwa
pemberinya.
تكخذ صلى إن هم علي وصل بها يهم وتزك تطهرهم صدقة لهم ى أم مه
و ٱسكهلهم سميععليملل
Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S At-Taubah:103)
16
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern (Jakarta : Gema Insani,
2002), h. 7 17
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat(Bogor: Pustaka Litera AntarNusa dan Mizan, 1996, Cet.
4), h. 34-45.
18
Berikut pengertian zakat yang dikutip oleh beberapa pakar ekonomi
Islam adalah:18
Zakat menurut AM. Saefuddin ialah zakat memainkan peran penting dan
signifikan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan dan berpengaruh nyata
pada tingkah laku konsumsi, zakat dapat berpengaruh pula terhadap pilihan
konsumen dalam hal mengalokasikan pendapatannya untuk tabungan dan
investasi dan konsumsi.
Pengaruh-pengaruh baik dari zakat ini, yang mana pada aspek sosial
ekonomi memberikan dampak terciptanya keamanan masyarakat dan
menghilangkan pertentangan kelas karena ketajamannya perbedaan
pendapatan. Pelaksana zakat oleh negara atau pun pemerintah provinsi dan
pemerintah daerah akan menunjang terbentuknya keadaan ekonomi yang
growth with equity.
Zakat menurut Muhammad Abdul Mannan adalah dalam bidang moral,
zakat akan mengikis habis ketamakan dan keserakahan orang kaya. Dalam
bidang sosial, zakat bertindak sebagai alat khas yang diberikan oleh agama
Islam untuk menghapus kemiskinan dari masyarakat dengan menyadarkan
orang kaya akan tanggung jawab sosial yang mereka miliki dalam bidang
ekonomi.
Dari berbagai pengertian dan pendapat para pakar di atas dapat
disimpulkan bahwa zakat adalah ibadah wajib yang diperintahkan oleh
Allah SWT dan memiliki tujuan untuk memberikan ketenangan jiwa kepada
kedua belah pihak, baik muzaki (pemberi zakat) maupun mustahik
(penerima zakat), karena dengan melaksanakan ibadah zakat selain
mengurangi ketimpangan ekonomi yang menyebabkan kecemburuan, zakat
dapat meningkatkan perekonomian mustahik bahkan dapat mengurangi
tingkat kemiskinan.
18
Anwar Abbas, Dasar-Dasar Ekonomi Islam (Jakarta : Fakultas Syariah dan Hukum,
2009), h. 88
19
2. Jenis-jenis Zakat
Secara garis besar, zakat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu zakat
fitrah dan zakat maal. Zakat fitrah adalah pengeluaran yang wajib
dikeluarkan oleh setiap muslim yang mempunyai kelebihan dari keperluan
keluarga yang wajar pada malam dan hari raya Idul fitri.19
. Zakat fitrah
merupakan „pajak‟ pada pribadi-pribadi muslim, sedangkan zakatmaal
merupakan „pajak‟ pada harta. Zakat maal atau harta adalah segala sesuatu
yang diinginkan oleh manusia untuk dimiliki, dimanfaatkan dan juga
disimpan. Sesuatu inilah yang perlu dikeluarkan zakatnya jika sudah
memenuhi syarat dan rukunnya.20
Kewajiban zakat tidak hanya terbatas pada jenis harta yang ada pada
zaman Rasulullah saw, pada masa permulaan Islam, yaitu naqdain (emas
dan perak), barang-barang dagangan, hasil pertanian, buah-buahan, binatang
ternak, dan rikaz (harta karun). Akan tetapi zakat wajib dikeluarkan atas
semua harta yang telah memenuhi syarat-syarat wajib zakat, demikian
menurut pendapat yang lebih rajih(kuat).
Fuqaha kontemporer telah membagi harta dan pemasukan yang wajib
dizakati ketika syarat-syaratnya telah terpenuhi ke dalam beberapa jenis,
yaitu:21
a. Harta yang dirinya sendiri dan pertumbuhannya wajib dizakati, seperti
barang-barang dagangan, barang-barang industri, kekayaan moneter,
investasi, dan aktivitas-aktivitas kontemporer yang sejenis dengannya.
b. Harta yang dirinya sendiri wajib dizakati, seperti rikaz (harta karun),
hasil pertanian, buah-buahan, dan al-mal al-mustafad (harta yang
diperoleh).
Pada dasarnya zakat dibagi dalam dua macam yaitu zakat fitrah dan zakat
maal. Zakat fitrah atau sedekah fitrah merupakan ibadah yang waktu dan
19
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: UI-Press,
1988), Cet.1, h.42 20
Kementerian Agama Republik Indonesia, Panduan Zakat Praktis (Jakarta: 2013), h. 41. 21
Fakhruddin, M.Hi, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia (Malang: UIN-Malang
Press, 2008), h. 39.
20
jumlahnya telah ditentukan oleh Allah swt dan tidak bisa diubah, karena
zakat fitrah adalah kewajiban setiap pribadi muslim, sedangkan zakat
maaljumlah dan waktunya ditentukan berdasarkan nisab serta haulnya dan
hanya muslim yang memiliki harta dengan kepemilikan sempurna yang
diwajibkan mengeluarkan zakat maal.
3. Manfaat Zakat
Manfaat zakat menurut para ulama, maka dapat dilihat dalam tiga aspek,
yaitu aspek diniyyah, khuluqiyyah, dan ijtimaiyyah.
a. Faidah Diniyyah(Segi Agama)
Di antara hikmah zakat apabila ditinjau dari aspek diniyyah ini adalah:
1) Dengan berzakat berarti telah menjalankan salah satu rukun Islam
yang menghantarkan seseorang hamba kepada kebahagiaan dan
keselamatan dunia dan akhirat.
2) Merupakan sarana bagi hamba untuk taqarrub (mendekatkan diri)
kepada Tuhannya, akan menambah keimanan karena
keberadaannya yang memuat beberapa macam ketaatan.
3) Pembayar zakat akan mendapat pahala besar yang berlipat ganda,
sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah swt.
4) Zakat merupakan sarana penghapus dosa, seperti yang pernah
disabdakan oleh Rasulullah saw.
b. Faidah Khulukiyyah
Di antara manfaat zakat apabila ditinjau dari aspek khulukiyyahini
adalah:
1) Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran, dan kelapangan dada
pada pribadi pembayar zakat.
2) Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah(belas kasih)
dan lembut kepada saudaranya yang tidak punya.
3) Merupakan realitas bahwa menyumbangkan sesuatu yang
bermanfaat baik berupa harta maupun raga bagi kaum muslimin
akan melapangkan dada dan meluaskan jiwa, sebab sudah pasti dia
21
akan menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai tingkat
pengorbanannya.
4) Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.
c. Faidah Ijtimaiyyah(Segi Sosial Kemasyarakatan)
Di antara manfaat zakat apabila ditinjau dari aspek ijtimaiyyah ini
adalah:
1) Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat
hidup para fakir miskin yang merupakan kelompok mayoritas
sebagian besar negara di dunia.
2) Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam, dan rasa
dongkol yang ada dalam dada fakir miskin karena masyarakat
bawah akan mudah tersulut rasa benci dan permusuhan jika mereka
melihat kelompok masyarakat ekonomi tinggi menghambur-
hamburkan harta untuk sesuatu yang tidak bermanfaat. Apabila
harta yang demikian melimpah itu dimanfaatkan untuk
mengentaskan kemiskinan tentu akan terjalin keharmonisan dan
cinta kasih antara si kaya dan si miskin.
3) Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya.
4) Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau
uang, karena ketika harta dibelanjakan maka perputarannya akan
meluas dan akan lebih banyak pihak yang akan mengambil
manfaat.22
Dari ketiga faedah atau manfaat zakat di atas dapat disimpulkan bahwa
zakat tidak hanya bermanfaat bagi penerimanya saja, tetapi juga bermanfaat
bagi pemberinya. Manfaat bagi pemberinya adalah sebagai sarana
mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mengharap ridha dan pahala
yang telah dijanjikan oleh Allah untuk diberikan sebagai bekal di akhirat
kelak dan juga dapat mempererat tali silaturahmi antara muzaki dengan
mustahik menghilangkan rasa kebencian akibat kecemburuan sosial yang
22
Fakhruddin, M.Hi, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia (Malang: UIN-Malang
Press, 2008), h. 30-32.
22
dapat memberikan ketengan kepada keduanya. Sedangkan manfaat bagi
penerimanya, zakat yang diterimanya dapat memperbaiki bahkan
meningkatkan tingkat perekonomiannya ke arah yang lebih baik.
4. Mustahik Zakat
Sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah swt pada surat at-
Taubah ayat 60, mustahik zakat terbagi menjadi delapan golongan yaitu
fakir, miskin, amilin, riqab, gharimin, mualaf, sabilillah dan ibnu sabil.
Untuk penjelasan lebih lanjut dari delapan golongan mustahik dapat
dijelaskan sebagai berikut:23
a. Fakir
Orang yang tergolong fakir adalah orang yang teramat sengsara
hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga serta fasilitas yang dapat
digunakan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan pokok/dasarnya.
b. Miskin
Secara umum orang miskin adalah orang yang memiliki
kemampuan untuk mendapatkan biaya hidup, tetapi tidak cukup
kebutuhan hidupnya dan dalam kekurangan.
c. Amil
Secara bahasa amil berarti pekerja (orang yang melakukan
pekerjaan). Dalam istilah fiqih, amil didefinisikan “ orang yang
diangkat oleh pemerintah (Imam) untuk mengumpulkan dan
mendistribusikan zakat kepada orang yang berhak menerimanya”.
d. Muallaf
Secara harfiah kata mualaf berarti orang yang dijinakkan,
sedangkan menururt istilah fiqih zakat “muallaf” adalah orang yang
dijinakkan hatinya dengan tujuan agar mereka berkenan untuk
memeluk Agama Islam atau tidak mengganggu umat Islam atau agar
mereka tetap dan mantap hatinya dalam Islam atau dari kewibawaan
23
Kementerian Agama Republik Indonesia, Panduan Zakat Praktis (Jakarta: 2013), h. 62.
23
mereka akan menarik orang non muslim untuk memeluk Agama
Islam.
e. Riqab
Dalam kajian fikih klasik yang dimaksud dengan para budak,
dalam hal ini jumhur ulama, adalah perjanjian seorang muslim (budak
belian) untuk bekerja dan mengabdi kepada majikannya, di mana
pengabdian tersebut dapat dibebaskan bila si budak belian memenuhi
kewajiban pembayaran sejumlah uang, namun si budak belian tersebut
tidak memiliki kecukupan materi untuk membayar tebusan atas
dirinya tersebut. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk memberikan
zakat kepada orang itu agar dapat memerdekakan diri mereka
sendiri.24
f. Gharimin
Orang-orang yang tersangkut (mempunyai) utang karena
kegiatannya dalam urusan kepentingan umum, antara lain
mendamaikan perselisihan antar keluarga, memelihara persatuan umat
Islam, melayani kegiatan dakwah Islam dan sebagainya.25
g. Fi Sabilillah
Secara harfiah fi sabilillah berarti “pada jalan menuju (ridha)
Allah”. Dari pengertian harfiah ini, terlihat cakupan fi sabilillah
begitu luas, karena menyangkut semua perbuatan-perbuatan baik yang
disukai Allah swt. Jumhur ulama memberikan pengertian fi sabilillah
sebagai “perang mempertahankan dan memperjuangkan agama Allah
yang meliputi pertahanan Islam dan kaum muslimin”. Kepada para
tentara yang mengikuti peperangan tersebut, dan mereka tidak
mendapat gaji dari negara, diberikan bagian dana zakat untuk
memenuhi kebutuhannya.
24
M. Arif Mufraini, Lc., M.Si, Akuntansi dan Manajemen Zakat: Mengomunikasikan
Kesadaran dan Membangun Jaringan (Jakarta: Kencana, 2006), h. 194. 25
Elsi Kartika Sari, Pengatar Hukum Zakat dan Wakaf (Jakarta: PT. Grasindo, 2006), h.
38.
24
h. Ibnu Sabil
Ibnu sabil merupakan golongan terakhir yang disebutkan sebagai
golongan yang berhak menerima zakat. Golongan ini menurut
beberapa ulama merupakan kiasan untuk musafir. Yaitu orang yang
melakukan perjalanan dari suatu daerah ke daerah lain untuk
melaksanakan suatu hal tujuan yang baik, bukan untuk tujuan maksiat.
Dia dapat diberikan dana zakat ketika dalam perjalanannya telah
kehabisan akomodasi dan segala perbekalannya, walaupun secara
ekonomi dia masih berkecukupan.26
Dari pemaparan di atas diketahui bahwa mustahik zakat telah ditentukan
oleh Allah SWT tentang siapa saja yang berhak menerima zakat, hal
tersebut terdapat pada al-Qur‟an surat at-Taubah ayat 60. Pada ayat tersebut
dijelaskan bahwa pembagian sedekah (zakat) hanya untuk delapan asnaf
(golongan) yaitu : fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, fi sabilillah,
dan ibnu sabil.
B. Pendayagunaan Zakat
1. Pengertian Pendayagunaan
Pendayagunaan berasal dari kata “guna” yang berarti manfaat. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian pendayagunaan adalah:
a. Pengusahaan agar dapat mendapatkan hasil dan manfaat.
b. Pengusaha (tenaga dan sebagainya) agar mampu menjalankan tugas
dengan baik.27
Maka dapat disimpulkan pendayagunaan adalah suatu usaha seseorang
untuk menjadikan suatu hasil dan manfaat menjadi maksimal atau lebih
baik.
26
Masdar F Mas‟udi, Fathurrahaman Djamil, Didin Hafidhudin, Siti Musdah,
Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS : Menuju Efektifitas Pemnafaatan Zakat Infak Sedekah
(Jakarta : PIRAMEDIA, 2004) h.20 -26 27
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 189.
25
Sedangkan pengertian pendayagunaan zakat adalah bentuk pemanfaatan
dana zakat secara maksimum tanpa mengurangi nilai dan kegunaannya,
sehingga berdaya guna untuk mencapai kemaslahatan umat.28
Jadi, pendayagunaan zakat merupakan suatu usaha untuk menggunakan
dana zakat secara maksimal dengan tujuan tercapainya kemaslahatan umat
tanpa mengurangi nilai dan kegunaannya.
2. Tujuan Pendayagunaan Zakat
Zakat akan mendorong investasi secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung, dengan dikenakannya zakat terhadap kekayaan maka
kekayaan yang ditabung akan segera diaktifkan atau diinvestasikan. Secara
tidak langsung meningkatnya konsumsi barang-barang dan jasa-jasa pokok
sebagai akibat meningkatnya pendapatan orang-orang fakir-miskin karena
zakat maka permintaan terhadap barang-barang dan jasa pokok akan
meningkat.
Meningkatnya permintaan barang dan jasa ini akan merangsang produksi
barang-barang dan jasa-jasa tersebut, yang berarti meningkatnya investasi
terutama barang-barang dan jasa-jasa pokok.
Departemen Agama Republik Indonesia menyebutkan bahwa tujuan dan
sasaran zakat sebaiknya digunakan untuk hal-hal sebagai berikut:29
1. Memperbaiki Taraf Hidup
Tujuan zakat yang utama adalah memperbaiki taraf hidup rakyat.
Rakyat Indonesia masih banyak yang hidup di bawah garis
kemiskinan, dan akibat dari itu juga, maka masalah kebodohan dan
kesempatan memperoleh pendidikan masih merupakan masalah serius
yang harus dipecahkan.
28
Ridwan Mas‟ud & Muhammad, Zakat dan Kemiskinan: Instrumen Pemberdayaan
Ekonomi Umat ( Yogyakarta: UII Press, 2005), h. 103-104. 29
Eko Suprayitno, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional
(Yogyakarta: Graha Ilmu), Cet.1, h. 44-48.
26
Kegiatan yang dapat dilakukan ada dua macam. Pertama kegiatan
yang bersifat motivasi seperti memberikan pengetahuan tentang
sistem manajemen (dalam arti sederhana), bimbingan, memberikan
pengetahuan tentang beberapa macam Home Industry dan lain-lain.
Kedua, kegiatan yang bersifat memberikan bantuan permodalan, baik
berupa uang untuk modal utama, modal tambahan maupun modal
berupa barang seperti peralatan, ternak dan lain-lain.
2. Pendidikan dan Beasiswa
Beberapa ulama dan cendekiawan Muslim, bahkan menyarankan
pendayagunaan zakat sebagai dana abadi biaya beasiswa pendidikan.
Biasanya lembaga pendidikan Islam yang ada seperti madrasah
terutama yang berstatus swasta, keadaannya kurang menggembirakan.
Hal ini disebabkan kurangnya biaya untuk membina di samping
kekurangan lainnya seperti tenaga guru, perencanaan kurikulum, dan
sebagainya. Di samping itu masalah sosial mereka yang sebagian
besar memang masih jauh dari garis kecukupan, akibatnya banyak
anak-anak mereka yang tidak dapat melanjutkan sekolah bahkan tidak
sedikit yang putus sekolah. Masalah-masalah seperti inilah yang
seharusnya dapat dijawab dengan konsep atau program tertentu dalam
rangka mendayagunakan fungsi zakat, sebagaimana dikehendaki oleh
ajaran Islam.
3. Mengatasi Ketenagakerjaan atau Pengangguran
Selain itu juga, kegiatan yang lain yang dapat dilakukan dengan
dana zakat adalah mengatasi masalah ketenagakerjaan dan
pengangguran, hal ini karena masalah ketenagakerjaan pada umumnya
dan pengangguran pada khususnya, akhir-akhir ini juga merupakan
masalah serius yang sedang dihadapi.
4. Program Pelayanan Kesehatan
Program lainnya yang dapat ditanggulangi melalui program
pendayagunaan ZIS, adalah masalah pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin khususnya dan pedesaan pada umumnya yang
27
belum merata, di samping kemauan sosial ekonomi masyarakat itu
sendiri belum mampu menjangkaunya.
5. Panti Asuhan
Usaha menanggulangi anak-anak terlantar seperti anak-anak yatim,
telah banyak dilakukan baik oleh pemerintah maupun organisasi atau
lembaga swasta. Usaha tersebut bersifat kemanusiaan dan merupakan
salah satu ajaran yang sangat didorong agama Islam
(memelihara/mendidik anak yatim). Dengan demikian, umat Islam
seharusnya lebih sungguh-sungguh dan bertanggung jawab atas
penyantunan anak yatim piatu, sebab hal ini merupakan ibadah kepada
Allah SWT, yang sangat terpuji.
6. Sarana Peribadatan
Pemanfaatan atau pendayagunaan zakat untuk keperluan
pembangunan atau pemeliharaan tempat ibadah, memang sudah
banyak dilakukan umat Islam pada umumnya atau amil pada
khususnya. Pemikiran bahwa zakat itu dapat dipergunakan untuk
keperluan pembangunan tempat ibadah, dapat dikatakan merupakan
titik tolak perkembangan pemikiran atas penafsiran dari kata “fii
sabilillah” (ayat Al-Qur‟an).
Inti dari tujuan zakat adalah untuk meningkatkan taraf hidup mustahik,
baik dalam hal perekonomian, pendidikan, kesehatan, peribadatan dan lain-
lain. Sehingga dengan tercapainya tujuan-tujuan tersebut dapat mengurangi
kemiskinan atau jumlah mustahik itu sendiri, sehingga seseorang yang
sebelumnya adalah seorang mustahik dapat menjadi seorang muzaki.
28
3. Pola Pendayagunaan Zakat
Terdapat 4 cara dalam pola pemberdayaan zakat, sebagai berikut:30
a. Konsumtif Tradisional
Zakat dibagikan kepada mustahik untuk dimanfaatkan secara langsung
untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari, seperti pembagian zakat fitrah
berupa beras dan uang kepada fakir miskin setiap Idul fitri atau
pembagian zakat maal kepada korban bencana alam.
b. Zakat Kreatif
Zakat diwujudkan dalam bentuk lain dari barang semula, seperti
pemberian alat-alat sekolah dan beasiswa untuk para pelajar, atau
bantuan sarana ibadah seperti sarung, mukena, dan sarana ibadah lainnya.
c. Produktif Tradisional
Zakat pada katagori ini diberikan dalam bentuk barang-barang
produktif, seperti pemberian ternak kambing, sapi baik itu sapi perah dan
sapi biasa, alat-alat pertanian yang diperuntukkan untuk membajak sawah
maupun berupa bibit-bibit dan pupuk, alat pertukangan, dan mesin jahit.
d. Produktif Kreatif
Selanjutnya pendayagunaan (pentasaruffan) zakat tahap terakhir
adalah zakat diwujudkan dalam pemberian modal, baik untuk
membangun proyek sosial atau menambah modal usaha untuk
pengembangan usaha para pedagang kecil.
Dari pemaparan di atas dapat dipahami bahwa zakat dibagi menjadi dua
pola yaitu konsumtif dan produktif. Pola konsumtif yaitu dana zakat
diberikan kepada mustahik berupa bantuan yang dapat dikonsumsi langsung
oleh mustahik berupa kebutuhan pokok dan jenis zakat yang biasanya
dibagikan langsung adalah zakat fitrah dan pola produktif yaitu dana zakat
diberikan berupa modal atau bantuan modal yang digunakan untuk
membantu atau meningkatkan usaha mustahik ke arah yang lebih baik.
30
M. Arief Murfani, Akuntansi dan Manajemen Zakat ( Jakarta: Kencana, 2012), cet. Ke-
3, h.153.
29
C. Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa
1. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan berasal dari kata daya, yang memiliki arti kemampuan
melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak. Sedangkan pemberdayaan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses, cara, atau perbuatan
memberdayakan.31
Pemberdayaan dalam bahasa Inggris disebut
enpowerment. Menurut Stewart yang secara etimologis pemberdayaan
berasal dari kata power yang berarti kekuasaan, yaitu kemampuan untuk
mengusahakan agar sesuatu itu terjadi ataupun tidak sama sekali.32
Pemberdayaan juga bisa diartikan sebagai perubahan kepada keadaan
yang lebih baik, dari tidak berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait
dengan meningkatkan taraf hidup ke tingkat yang lebih baik. Pemberdayaan
adalah meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan
daya yang dimiliki, tentunya dalam menentukan tindakan ke arah yang lebih
baik lagi.33
Menurut Noe et.al. pemberdayaan merupakan pemberian tanggung jawab
dan wewenang terhadap pekerjaan untuk mengambil keputusan menyangkut
semua pengembangan produk dan pengambilan keputusan.34
Sedangkan
Khan menjelaskan pemberdayaan merupakan hubungan antar personal yang
berkelanjutan untuk membangun kepercayaan antar karyawan dan
manajemen.35
Pemberdayaan menurut Robert dan Greene dalam Damanik dan
Pattiasina, adalah suatu proses bagaimana orang semakin cukup kuat untuk
31
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat
(Jakarta : Balai Pustaka, 2008), h. 325. 32
Prof.Dr.Suparno Eko Widodo, M.M, Manajemen Pengembangan Sumber Daya
Manusia(Yogyakarta : Pustaka Pelajar), h. 200. 33
Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang ( Yogya: Gajah Mada University
Press, 1991), h.58. 34
Sebagaimana dikutip oleh Prof.Dr.Suparno Eko Widodo dalam penjelasan tentang teori
pemberdayaan menurut para ahli, yaitu Noe et.al. Ibid. h. 202. 35
Sebagaimana dikutip oleh Prof.Dr.Suparno Eko Widodo dalam penjelasan tentang teori
pemberdayaan menurut para ahli, yaitu Khan. Ibid. h. 202.
30
berpartisipasi dalam berbagai kendali dan memengaruhi peristiwa dan
institusi yang memengaruhi kehidupan mereka.36
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemberdayaan merupakan suatu cara atau proses dalam mengambil suatu
keputusan yang bertujuan meningkatkan kemampuan untuk menggunakan
daya yang dimiliki agar dapat terciptanya sebuah perubahan ke arah atau
kehidupan yang lebih baik.
2. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi
Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk membentuk
individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi
kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka
lakukan tersebut. Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi
yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk
memikirkan, memutuskan serta melakukan suatu yang dipandang tepat demi
mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan
mempergunakan daya kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif,
psikomotorik, afektif, dengan mengerahkan sumber daya yang dimiliki oleh
lingkungan internal masyarakat tersebut.
Tujuan pemberdayaan bagi masyarakat memberikan kesempatan
pengembangan dan pembangunan kesejahteraan hidup, terciptanya lapangan
kerja dan kemandirian dalam membangun kehidupan yang layak dan cukup
bagi warga negara dengan kehidupan perekonomian berkembang.37
Jadi, tujuan dari pemberdayaan adalah memaksimalkan sumber daya
yang ada pada masyarakat agar terciptanya masyarakat yang mandiri serta
mendapatkan kehidupan yang layak sehingga terciptanya kesejahteraan bagi
masyarakat.
36
Sebagaimana dikutip oleh Prof.Dr.Suparno Eko Widodo dalam penjelasan tentang teori
pemberdayaan menurut para ahli, yaitu Robert dan Greene. Ibid. h. 202. 37
Prof.Dr.Suparno Eko Widodo, M.M, Manajemen Pengembangan Sumber Daya
Manusia, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar), h. 202-203.
31
3. Pemberdayaan Mustahik Zakat
Zakat yang sudah dikumpulkan oleh Lembaga Pengelola Zakat (LPZ)
harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan mustahik,
terutama wirausaha. Sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur‟an surat At-
Taubah ayat 60. Karena itu LPZ harus dikelola dengan amanah, jujur,
transparan dan profesional.
Zakat dapat pula dimanfaatkan untuk kepentingan peningkatan SDM,
seperti pemberian beasiswa bagi para pelajar, santri dan mahasiswa di mana
orang tua mereka termasuk kategori mustahik zakat.
Program pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilaksanakan LPZ
sebut saja Dompet Dhuafa Republika mengambil peran dalam
pemberdayaan dan pengembangan ekonomi umat melalui pemberian
bantuan dana pengembangan ekonomi umat melalui pemberian bantuan
dana terhadap pengusaha untuk berusaha secara langsung atau melalui
pengembangan BMT (Baitul Maal wat Tamwil atau Balai Usaha Mandiri
Terpadu) sebagai basis dalam penyaluran dana untuk memperkuat struktur
permodalan dan menjadi mediator dalam mengakses sumber-sumber modal
usaha.
Dalam praktiknya, keberpihakan LPZ terhadap ekonomi kerakyatan
dapat dilihat dari perjalanan perkembangan LPZ di Indonesia. Zakat di
antaranya bertujuan antara lain:
a. Mengubah posisi dari mustahik ke posisi muzaki.
b. Menumbuh-kembangkan sumber daya manusia dan sumber daya
ekonomi rakyat.
c. Terwujudnya penguasaan dan pengelolaan sumber daya yang adil,
merata dan berkelanjutan, dalam suasana damai, maju, pesat, dan
damai.38
Dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberdayaan mustahik zakat
merupakan suatu usaha atau proses pendayagunaan dana zakat yang telah
38
Lili Bariadi, Muhammad Zen dan M.Hudri, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta : CED),
h.69-75.
32
dikumpulkan dari muzaki oleh suatu lembaga zakat yang akan diberikan
kepada mustahik untuk digunakan sebagai suatu modal dan dikelola menjadi
suatu wirausaha oleh mustahik dengan tujuan menyejahterakan kehidupan
mustahik.
4. Pola Pemberdayaan Zakat
Pola pemberdayaan ekonomi masyarakat mempunyai ciri-ciri atau unsur-
unsur pokok sebagai berikut:
a. Mempunyai tujuan yang hendak dicapai.
b. Mempunyai wadah kegiatan yang terorganisir.
c. Aktivitas yang dilakukan terencana, berlanjut, serta harus sesuai
dengan kebutuhan dan sumber daya setempat.
d. Ada tindakan bersama dan keterpaduan dari berbagai aspek yang
terkait.
e. Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap-tahap
pemberdayaan.
f. Menekankan pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam ekonomi
terutama dalam wirausaha.
g. Ada keharusan membantu seluruh lapisan masyarakat khususnya
masyarakat lapisan bawah. Jika tidak, maka solidaritas dan kerja sama
sulit tercapai.
h. Akan lebih efektif bila program pengembangan masyarakat pada
awalnya memperoleh bantuan dan dukungan pemerintah. Selain itu
sumber-sumber dari organisasi sukarela non pemerintah harus
dimanfaatkan.
Dengan demikian pola pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat
diartikan sebagai kegiatan yang harus diikuti masyarakat berupa sebuah
tahapan yang harus dilalui oleh program pemberdayaan agar tercapainya
suatu tujuan yang ingin dicapai.
33
BAB III
Gambaran Umum BAMUIS BNI
A. Sejarah dan Perkembangan BAMUIS BNI
Yayasan Baitulmal Umat Islam Bank Negara Indonesia disingkat
BAMUIS BNI didirikan di Jakarta dengan Akta Notaris No. 10 tanggal 5
Oktober 1967, Notaris R. Soerojo Wongsowidjojo dengan dorongan dan
dukungan penuh Sutanto, MA, Direktur Utama PT. Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk pada waktu itu.
Maksud dan tujuan pendiriannya adalah agar dapat menghimpun dana
masyarakat dan mengusahakannya menurut cara-cara yang sah dan di ridhai
Allah SWT serta hasil usaha ini akan disalurkan untuk keagungan
Kalimatullah. Dana yang dikumpulkan tersebut berasal dari sumbangan dari
para pegawai PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk yang dipotong
langsung dari gajinya.
Pada bulan Oktober 1992, H. Winarto Soemarto, SH, Direktur Utama PT.
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk pada waktu itu, selaku ketua Pengurus
Badan Pembina Kerohanian Islam Serikat Pekerja PT. Bank Negara Indonesia
(Pesero) Tbk disingkat BAPEKIS SP BNI Bidang Zakat dan Infak/ Sedekah,
menyarankan agar seluruh pegawai PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
yang beragama Islam yang berpenghasilan atau gajinya telah memenuhi syarat
kewajiban zakat (nisab) untuk menunaikan zakat dengan pemotongan sebesar
2,5 persen dari gaji masing-masing setiap bulan.
Kemudian sesuai dengan perkembangan waktu, diubah dengan akta N0.
24 tanggal 31 Desember 1998 Notaris Harun Kamil, SH di Jakarta, maksud dan
tujuan BAMUIS BNI adalah menyalurkan zakat, infak dan sedekah dari
pegawai BNI serta menghimpun dana penyaluran zakat, infak dan sedekah dari
pensiunan BNI, lembaga-lembaga BNI (Seperti Dana Pensiunan BNI, Yayasan
Danar Dana Swadharma, Yayasan Kesejahteraan Pegawai BNI dan Koperasi
Swadharma), pegawai perusahaan-perusahaan anak di lingkungan BNI/
lembaga-lembaga BNI dan masyarakat umumnya serta mengelola dana
34
tersebut menurut cara-cara yang sah dan menyalurkan kepada yang berhak
sesuai dengan ajaran Islam dan hukum yang berlaku di Negara Republik
Indonesia.
Untuk tahun 2010 hingga 2014 BAMUIS BNI telah diperiksa oleh Asep
Rahmansyah dan rekan serta oleh Kantor Akuntan Drs. Adnan Ali di Jakarta,
dengan predikat “Wajar dalam semua hal yang material dan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum” yang merupakan kualifikasi tertinggi
dalam pemeriksaan Akuntan Publik.39
Sebagai LAZNAS tertua BAMUIS BNI bersungguh-sungguh dalam hal
penghimpunan dan penyaluran dana zakat, infak dan sedekah demi tujuan
untuk menyejahterakan mustahik. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah muzaki
yang semakin bertambah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 jumlah muzaki
yang terdaftar sebanyak 10.894 orang dan terus bertambah hingga pada tahun
2016 menjadi 13.093 orang. Jumlah perkembangan muzaki dan mustahik
BAMUIS BNI dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 3.1 Perkembangan Laporan Data Muzaki dan Mustahik BAMUIS
BNI40
Tahun Muzaki Mustahik
2012 10.894 10.468
2013 11.100 10.584
2014 10.772 13.931
2015 12.238 14.400
2016 13.093 14.735
Sumber: Data BAMUIS BNI Dari Mustahik Menjadi Muzaki Tahun 2016
Sebagai salah satu Lembaga Amil Zakat Nasional terbesar di Indonesia
BAMUIS BNI memerlukan proses yang cukup panjang dalam mencapai
tujuannya untuk menyejahterakan mustahik. Proses tersebut juga dilandasi
dengan keseriusan dan kesungguhan para direktur dan pegawai PT. Bank
Negara Indonesia demi mendapat ridha Allah SWT. Hal tersebut terbukti dari
39
BAMUIS BNI, Laporan Tahunan 2016 40
BAMUIS BNI, Dari Mustahik Menjadi MuzakiLaporan Tahun 2016
35
diwajibkannya pemotongan penghasilan atau gaji pegawai BNI yang telah
mencapai nishab sebesar 2,5 persen dan penghimpunan zakat dari pensiunan
BNI, lembaga-lembaga BNI serta masyarakat umum. Dari usahanya tersebut
BAMUIS BNI selalu berhasil meningkatkan pemberian bantuan zakat, infak
dan sedekah kepada mustahik, hal tersebut dapat dilihat dari jumlah
perkembangan muzaki dan mustahik BAMUIS BNI dari tahun 2012 hingga
2016.
B. Legalitas BAMUIS BNI
Dengan keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 330 tanggal
20 Juni 2002, BAMUIS BNI dikukuhkan sebagai Lembaga Amil Zakat tingkat
Nasional. Untuk menyesuaikan dengan Undang-undang No. 38 tahun 1999
tentang Pengelolaan Zakat dan Undang-undang No.16 tahun 2001 tentang
Yayasan, maka dengan akta No. 23 tanggal 26 November 2002, Notaris
Koesbiono Sarmanhadi, SH,MH, Anggaran Dasar BAMUIS BNI
disempurnakan lagi. Penyempurnaan terakhir dilakukan melalui Akta No. 1
tanggal 23 Mei 2005, Notaris Wanda Taurusita Amidjaya, SH, yang
menetapkan nama Yayasan Baitulmal Umat Islam Bank Negara Republik
Indonesia disingkat BAMUIS BNI dengan maksud dan tujuan dibidang
keagamaan dengan menjalankan kegiatan sebagai berikut :41
1. Mengumpulkan Zakat, Infak, Sadaqah, Wakaf, Hibah, Waris dan Kafarat
dari pimpinan dan pegawai Perseroan Terbatas Bank Negara Indonesia
(Pesero) Tbk, Pensiunan Perseroan Terbatas Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk, pimpinan dan pegawai lembaga-lembaga lain kelompok
Dewan Swadharma, pimpinan dan pegawai perusahaan-perusahaan anak
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan lembaga-lembaga lain
kelompok Dewan Swadharma serta para nasabah, mitra kerja Perseroan
Terbatas PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan masyarakat
umum lainnya.
41
BAMUIS BNI, Laporan Tahunan 2016
36
2. Menyalurkan dan mendayagunakan Zakat, Infak, Sadaqah, Wakaf,
Hibah, Wasiat, Waris dan Kafarat tersebut kepada yang berhak sesuai
dengan hukum Islam dan hukum yang berlaku di Republik Indonesia
secara terencana, sistematis, menyebar ke seluruh wilayah kerja PT.
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk serta sesuai dengan strategi dan
prioritasnya.
Sebagai badan hukum, BAMUIS BNI telah terdaftar di Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia, sesuai dengan surat Direktorat Jendral
Administrasi Hukum Umum, Kementerian Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
No. C-HT.01.09-184 tanggal 15 Agustus 2005. Kemudian pada tahun 2012
BAMUIS BNI disempurnakan lagi, terakhir dilakukan melalui akta No.19
tanggal 19 November 2012, Notaris Fauzi Agus, SH, di Jakarta sebagai
yayasan yang talah terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM RI No. AHU-
AH.01.06-952 tanggal 23 November 2012.
Sejak berdirinya pada tahun 1967 BAMUIS BNI baru dapat dikukuhkan
menjadi Lembaga Amil Zakat tingkat Nasional pada tahun 2002 lewat
keputusan Menteri Agama dan masih memerlukan penyempurnaan anggaran
dasar hingga pada penyempurnaan terakhir pada tanggal 23 Mei 2005.
BAMUIS BNI juga telah terdaftar sebagai badan hukum di Kementerian
Hukum dan HAM pada tahun 2005 dan telah disempurnakan kembali pada
tahun 2012.
37
C. Visi dan Misi
Yayasan Baitulmal Umat Islam Bank BNI yang didirikan dengan maksud
untuk menghimpun zakat dari masyarakat dan bertujuan mengusahakan zakat
yang terhimpun tersebut menurut cara-cara yang sah dan di ridhai Allah SWT,
demi menjalankan dan menegakkan kalimatullah, secara garis besar dapat
digambarkan sebagai berikut :
Visi:
Menjadi Lembaga Amil Zakat yang amanah, bermanfaat dan terpercaya
(Amil Zakat Terpercaya) “ Dari Mustahik (Penerima) Menjadi Muzaki”
(Pemberi)
Misi:
Mengumpulkan, Menyalurkan dan Mendayagunakan Zakat, Infak/
Sedekah (ZIS) yang berasal dari keluarga BNI, para nasabah dan mitra kerja
serta masyarakat umum lainnya.
Meningkatkan kualitas umat dan pengentasan kemiskinan melalui
peningkatan pendidikan, pembiayaan usaha-usaha produktif, bantuan
kemanusiaan serta kegiatan-kegiatan fisabilillah.42
Dengan visi dan misinya yang jelas BAMUIS BNI sebagai Lembaga
Amil Zakat tingkat nasional tidak hanya bertujuan sebagai lembaga amil zakat
yang hanya membantu mengatasi permasalahan perekonomian mustahik, tetapi
memiliki tujuan yang lebih yaitu untuk meningkatkan jumlah muzaki dengan
cara mengubah mustahik menjadi muzaki.
42
BAMUIS BNI, artikel diakses pada 15 April 2018 dari: http://bamuisbni.or.id/visi-dan-
misi
38
D. Program BAMUIS BNI
BAMUIS BNI sebagai Lembaga Amil Zakat yang ingin melaksanakan
fungsi dan tugas untuk mencapai tujuannya tentu memiliki berbagai macam
program yang sesuai dengan kebutuhan mustahik, program tersebut antara
lain:43
1. Program Pengembangan Ekonomi
Diberikan dalam bentuk Bantuan Modal Usaha kecil baik
disalurkan sendiri secara langsung maupun bermitra dengan Pondok
Pesantren, Panti Asuhan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
Cabang-cabang BNI Konvensional serta yang dilaksanakan dengan
rekomendasi pegawai atau pensiunan BNI. Bentuk bantuan lainnya
dalam program ini adalah “BAMUIS BNI peduli” yakni bantuan
modal usaha kepada pedagang kecil masyarakat umum dengan
rekomendasi dari pegawai atau pensiunan BNI, serta mengajukan
proposal untuk meminta bantuan modal usaha.
2. Program Bantuan Pendidikan
a. Bantuan pendidikan diberikan dalam bentuk beasiswa dan biaya
lainnya dari jenjang SD sampai dengan perguruan tinggi.
b. Biaya kursus dan keterampilan siap kerja.
c. Bantuan untuk penyelesaian pendidikan dari SD sampai dengan
perguruan tinggi.
d. Bantuan untuk biaya honor guru yang berpenghasilan rendah.
e. Bantuan untuk 1000 TPA di masjid-masjid di seluruh Indonesia
yang bekerja sama dengan DDI/PP BNI
3. Program Bantuan Kesehatan
Bantuan Program Kesehatan misalnya meliputi yaitu :
a. Bantuan rumah sakit dan biaya berobat.
b. Bantuan sarana kesehatan dan overlimit biaya rumah sakit untuk
masyarakat umum dan pensiunan BNI.
43
BAMUIS BNI, artikel diakses pada 17 April 2018 dari: http://bamuisbni.or.id/#
39
c. Pemberian bantuan berupa dana tunai untuk keperluan kekurangan
biaya pengobatan operasi mustahik.
d. Bantuan untuk penanggulangan gizi buruk kaum dhuafa.
e. Rumah singgah untuk pasien dari luar kota dan keluarga yang
menemaninya, yang sedang berobat karena sakit berat.
f. Bantuan biaya hidup untuk keluarga pasien yang dirawat di rumah
sakit.
4. Program Sarana Ibadah/ Pendidikan
Program yang termasuk asnaf Fisabilillah yaitu program
pembangunan/ renovasi sarana ibadah, dakwah, sosial dan pendidikan.
Misalnya program pembangunan seperti bantuan untuk renovasi
masjid, mushollah, rumah asuh (panti asuhan, pondok pesantren, dan
sekolah).
Program Dakwah dan Sosial ini juga termasuk yang dilakukan oleh
BAPEKIS SP BNI dan lembaga-lembaga dakwah, seperti bantuan
sunatan massal di kantor-kantor BNI setempat atau maulid Nabi
Muhammad SAW.
5. Program Sosial
a. Bantuan Lebaran Yatim/ Piatu keluarga BNI.
Pemberian bantuan bagi pensiunan BNI yang mempunyai
pendapatan atau penghasilan di bawah 500 ribu/ bulan. Bantuan
tersebut disalurkan setahun sekali setiap datangnya bulan
Ramadhan.
b. Bantuan Biaya Hidup Masyarakat Umum.
Merupakan bantuan biaya hidup bagi yang berpenghasilan rendah
yang disampaikan melalui PP BNI Pusat, bantuan Ramadhan/ Idul
Fitri dan biaya hidup bagi para dhuafa binaan Cabang-cabang BNI
disampaikan melalui kantor-kantor wilayah.
c. Bantuan Korban Bencana Alam.
40
Pemberian bantuan untuk bencana alam berupa material maupun
perabotan rumah tangga serta hunian tetap dan keperluan hidup
selama mengungsi.
d. Bantuan Biaya Hidup Santri.
Bantuan Biaya Hidup dibagi menjadi tiga yaitu :
1) Bantuan biaya hidup santri Yayasan Bening Nurani (YABNI)
yaitu bantuan biaya hidup untuk para santri yang tinggal di
rumah Panti Asuhan YABNI BNI. Terutama untuk biaya makan
atau hidup sehari-hari, biaya kegiatan yang ada di dalam panti
asuhan YABNI BNI. BAMUIS BNI telah membantu 6 YABNI
BNI yang ada di Indonesia yaitu: YABNI Sumedang, YABNI
Magelang, YABNI Palembang, YABNI Sidrap (Makasar),
YABNI padang dan YABNI Bogor.
2) Bantuan biaya hidup santri pondok pesantren dan panti asuhan,
yaitu bantuan santunan untuk biaya hidup para santri di pondok
pesantren maupun panti asuhan antara lain, Pondok Pesantren
Darul Furqon (Cianjur), Pondok Pesantren Muhtadin, Panti
Asuhan Karya Asih (Serang), Panti Asuhan Nurul Ibad dan lain-
lain.
3) Bantuan biaya hidup bagi da’i/ mubalighdi desa terpencil.
Bantuan untuk penyiapan/ pengembangan ulama da’i/ mubaligh
dan bantuan dakwah di lembaga pemasyarakatan dan rumah
sakit.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat dilihat bahwa program-program
bantuan yang dimiliki oleh BAMUIS BNI lebih kepada pemberian bantuan
langsung dibanding dengan pemberian modal atau dimanfaatkan dalam bentuk
yang produktif.
41
E. Mitra Kerja Sama BAMUIS BNI
Dalam penyaluran dana zakat, BAMUIS BNI bermitra dengan lembaga
pendidikan SD sampai dengan perguruan tinggi, pondok pesantren, panti
asuhan dan yayasan. Lembaga yang bermitra dengan BAMUIS BNI antara
lain:
Tabel 3.2 Mitra Kerja Sama BAMUIS BNI44
No. Keterangan No Keterangan
1. Panti Asuhan Al Iqro 11. Yabni
2. Yayasan Madina Karawang 12. STID Muhammad Nasir
3. Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) 13. SLB Az Zakiyah
4. Yayasan Cahaya Jiwa 14. Madrasah Tsanawiyah Insan
5. Pondok Pesantren Rambipunji 15. Akademi Dakwah Indonesia
6. DDII 16. SLB Nanda Luthfia Azzahra
7. IMZ 17. Madrasah Al Jamiatul Husna
8. Bimrohis Al Azhar 18. Madrasah Awwaliyyah 1912
9. Pondok Pesantren Al Muslihun 19. Yayasan Al Fatih Kaafah
10. LPK Singorprono 20. Yayasan Adz Dzikra
Sumber: Laporan Tahunan 2017 BAMUIS BNI
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas lembaga yang
menjadi mitra BAMUIS BNI adalah lembaga pendidikan, baik dari tingkat SD
dalam bentuk sekolah atau pondok pesantren hingga perguruan tinggi.
44
BAMUIS BNI, Laporan Keuangan dan Kegiatan Tahun 2017.
42
BAMUIS BNI juga memiliki beberapa mitra dalam bentuk panti asuhan,
lembaga sosial, lembaga dakwah, dan yayasan.
F. Penghimpunan dan Pendistribusian Dana Zakat BAMUIS BNI
Penghimpunan dana zakat oleh BAMUIS BNI dihimpun dari tiga
kelompok muzaki yaitu:45
1. Pegawai BNI
Penghimpunan dana zakat dari muzaki yang merupakan pegawai
BNI beragama Islam yang memiliki penghasilan atau gajinya telah
memenuhi syarat kewajiban zakat (nisab) adalah dengan pemotongan
dari gaji sebesar 2,5% setiap bulan.
2. Nasabah BNI
Untuk nasabah BNI penghimpunan zakat dimulai dengan
sosialisasi kepada nasabah BNI yang beragama Islam yang ingin
menyalurkan zakatnya melalui BNI, kemudian BNI melalui divisi
HCT (Human Capital) akan menjelaskan kepada muzaki tentang
bagaimana proses yang harus dilalui muzaki untuk dapat menyalurkan
zakatnya melalui BNI. Zakat yang dihimpun melalui nasabah
merupakan gaji nasabah yang telah mencapai nisab. Kemudian
nasabah BNI harus mengisi formulir permohonan kepada BAMUIS
BNI dan akan dilakukan pendataan oleh BAMUIS BNI, jika proses
pendataan telah selesai, maka nasabah BNI dapat melaporkan kembali
kepada divisi HCT (Human Capital) dan sudah bisa menyetorkan
zakatnya kepada BAMUIS BNI dari pemotongan gaji setiap bulan
sebesar 2,5%.
3. Masyarakat Umum
Penghimpunan zakat yang dilakukan untuk masyarakat umum,
muzaki dapat membayarkan zakatnya melalui ATM dengan
45
Mamat Kusmar, Staf Layanan BAMUIS BNI, Interview Pribadi, Jakarta, 1 Oktober
2018.
43
mengirimkannya ke nomor rekening BAMUIS BNI atau dapat
membayarkan langsung ke kantor BAMUIS BNI.
Jumlah zakat dan infak/sedekah pada tahun 2017 yang telah dihimpun
oleh BAMUIS BNI adalah sebesar Rp.37.117.114 ribu terdiri dari zakat
sebesar Rp.36.484.715 ribu (naik 5,96% dari tahun 2016), infak/sedekah
Rp.567.459 ribu (naik 9,53% dari tahun 2016). Penghimpunan zakat dan
infak/sedekah tersebut berasal dari pegawai BNI, pensiunan BNI dan anak
perusahaan BNI serta nasabah BNI dan masyarakat umum, pada tahun 2017
diterima pula dan CSR dari salah satu anak perusahaan BNI sebesar Rp.65.000
ribu.46
Berikut tabel perkembangan Dana Zakat dan Infak/Sedekah (ZIS) dan
Muzaki/ pembayar BAMUIS BNI tahun 2013-2017
Tabel 3.3 Perkembangan Dana Zakat dan Infak/Sedekah dan
Muzaki/pembayar BAMUIS BNI tahun 2013-2017
Tahun ZIS (Rupiah) Muzaki
2013 24.301.265 ribu 11.100 orang
2014 26.369.038 ribu 10.772 orang
2015 30.223.081 ribu 12.238 orang
2016 34.950.861 ribu 12.988 orang
2017 37.117.174 ribu 13.553 orang
Sumber : Laporan Keuangan dan Kegiatan Tahun 2017 BAMUIS BNI
46
BAMUIS BNI, Laporan Keuangan dan Kegiatan Tahun 2017.
44
Gambar 3.1 Perkembangan Penghimpunan Dana Zakat dan
Infak/Sedekah Tahun 2013-2017
Sumber: Data Laporan Keuangan dan Kegiatan Tahun 2017 BAMUIS BNI
Gambar 3.2 Perkembangan Muzaki Tahun 2013-2017
Sumber :Data Laporan Keuangan dan Kegiatan Tahun 2017 BAMUIS BNI
Perkembangan penyaluran zakat, infak/sedekah dan CSR yang dapat
disalurkan pada tahun 2017 sebesar Rp.36.950.845 ribu meningkat 6,67%
dibanding pada tahun 2016 sebesar Rp.34.638.882 ribu. Penyaluran zakat,
infak/sedekah dan CSR tersebut didistribusikan sesuai asnaf atau yang berhak
0
5000000
10000000
15000000
20000000
25000000
30000000
35000000
40000000
2013 2014 2015 2016 2017
Perkembangan Penghimpunan Dana Zakat dan
Infak/Sedekah Tahun 2013-2017 (dalam jutaan)
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
2013 2014 2015 2016 2017
Perkembangan Muzaki Tahun 2013-2017 (satuan/ orang)
45
menerimanya (Mustahik) yakni : Kelompok I : Fakir, Miskin, Riqab, dan
Gharimin (68,07%), Kelompok II : Fisabilillah, Mualaf, dan Ibnu Sabil
(22,04%), dan Kelompok III : Amilin (9,89%).
Tabel 3.4 Perkembangan Penghimpunan dan Penyaluran Dana Zakat,
Infak/Sedekah Berdasarkan Wilayah/Cabang BNI Tahun 2017
WILAYAH PENGHIMPUNAN PENYALURAN
JABODETABEK 21.058.492 23.945.941
LUAR JABODETABEK 16.058.682 13.004.904
JUMLAH 37.117.174 36.950.845
Sumber: Data Laporan Keuangan dan Kegiatan Tahun 2017 BAMUIS BNI
Dengan demikian berdasarkan data di atas sejak tahun 2013 hingga 2017
penghimpunan dan penyaluran dana zakat dan infak/sedekah yang dilakukan
oleh BAMUIS BNI hampir selalu mengalami peningkatan. Hal tersebut
menandakan bahwa BAMUIS BNI sangat serius menjalankan tugasnya sebagai
lembaga amil zakat tingkat nasional (LAZNAS). Peningkatan penyaluran dan
pendistribusian tersebut tidak lepas dari perubahan jumlah muzaki yang juga
meningkat setiap tahunnya.
46
BAB IV
PEMBERDAYAAN DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN
MUSTAHIK ZAKAT
A. Fokus Pendistribusian Dana Zakat di BAMUIS BNI
Selain penghimpunan dan pendayagunaan pendistribusian merupakan
suatu proses dari pengelolaan dana zakat. Pendistribusian dana zakat proses
untuk menentukan kepada siapa dana zakat akan diberikan, berdasarkan hal ini
tentunya dana zakat diberikan kepada delapan asnaf atau golongan
sebagaimana yang telah disebutkan dalam Al-Quran surat At-Taubah ayat 60.
Sama seperti lembaga zakat lainnya tentu BAMUIS BNI memiliki kebijakan
tersendiri dalam mendistribusikan dana zakatnya. Pendistribusian tersebut
tentunya tidak keluar dari kedelapan asnaf yang berhak menerima zakat.
BAMUIS BNI sebagai lembaga zakat tingkat nasional tentunya memiliki
kebijakan pendistribusian zakatnya sendiri. BAMUIS BNI menjalankan
kebijakan pendistribusian zakat sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dilaksanakan sesuai dengan syariat Islam dan direncanakan secara sistematis
serta menyebar ke seluruh wilayah Indonesia, yakni penyaluran berdasarkan
asnaf sebagaimana yang ditetapkan dalam surat At-Taubah ayat 60,
berdasarkan kelompok penerima dan berdasarkan program-program
kegiatannya. Kebijakan penyaluran zakat dan infak/sedekah BAMUIS BNI
dapat dilihat dari grafik penyaluran berikut:47
47
Yayasan BaitulMal Ummat Islam Bank Negara Indonesia, Laporan Tahunan 2017
Zakat Membersih Sucikan, Menuai Berkah dan Manfaat Berlipat.
47
40%
10% 20%
10%
10%
10%
Kebijakan Penyaluran Berdasarkan Program Bantuan Bantuan Biaya Pendidikan
Pemberdayaan Ekonomi
DhuafaSantunan Kemanusiaan
Kegiatan Dakwah dan Sosial
Pembangunan Sarana Dakwah
dan SosialAmilin
60%
20%
10% 0
Kebijakan Penyaluran Berdasarkan Asnaf Penerima
Kelompok I (Fakir, Miskin,
Riqab, dan Gharimin)
Kelompok II (Fakir, Ibnu
sabil, Riqab dan Muallaf)
Kelompok III Amilin (Operasi,
Publikasi dan Sosialisasi)
Gambar 4.1 Kebijakan Penyaluran Berdasarkan Asnaf Penerima
Sumber Data:Laporan Tahunan BAMUIS BNI 2017
Gambar 4.2 Kebijakan Penyaluran Berdasarkan Kelompok Penerima
Sumber Data:Laporan Tahunan BAMUIS BNI 2017
Gambar 4.3 Kebijakan Penyaluran Berdasarkan Program Bantuan
Sumber Data: Laporan Tahunan BAMUIS BNI 2017
40%
50%
10% 0
Kebijakan Penyaluran Berdasarkan Kelompok
Penerima
Keluarga BNI
Masyarakat Umum
Amil
48
Jika dilihat dari kebijakan penyalurannya berdasarkan asnaf, BAMUIS
BNI lebih menaruh perhatiannya kepada golongan fakir dan miskin, di mana di
dalamnya termasuk fakir, miskin yang termasuk riqab dan yang terlilit hutang
(gharimin). Pada realisasi penyaluran zakat dan infak/sedekah dari segi
penyaluran menurut asnaf , penyaluran untuk kelompok I (asnaf fakir, miskin,
riqab dan gharimin) yang disalurkan dalam bentuk bantuan pendidikan,
pemberdayaan ekonomi dhuafa, santunan kemanusiaan, riqab dan gharimin
pada tahun 2017 berjumlah Rp. 24.618.641 ribu atau 14,92% di atas
penyaluran pada tahun 2016 yang lalu serta mencapai 66,63% dari total
penyaluran yang dilakukan pada tahun 2017.Penyaluran untuk kelompok II
pada tahun 2017 berjumlah Rp. 8.142. 539 ribu atau lebih rendah 9,69% dari
penyaluran pada tahun 2016, serta mencapai 22,04% dari total penyaluran oleh
BAMUIS BNI pada tahun 2017. Penyaluran kelompok III adalah penggunaan
dana pengelolaan untuk keperluan amilin, pada tahun 2017 berjumlah Rp.
3.654.565 ribu atau naik sebesar 9,29% di atas penggunaan tahun 2016.
Pada pendistribusian zakat berdasarkan kelompok penerimanya,
BAMUIS BNI lebih memprioritaskan masyarakat umum dibanding dengan
mustahik di kalangan keluarga BNI sendiri. Untuk masyarakat umum
BAMUIS BNI mendistribusikan dananya sebesar 50%, Keluarga BNI 40% dan
untuk amil 10%. Adapun realisasinya penyaluran untuk penerima zakat
masyarakat umum pada tahun 2017 berjumlah sebesar Rp.20.235.103 ribu atau
sebesar 54,76% dari total penyaluran zakar dan infak/sedekah pada tahun 2017.
Penyaluran bantuan untuk keluarga BNI sebesar Rp. 13.061.177 ribu atau
35,35% dari seluruh penyaluran dan untuk penyaluran pengelolaan (Amilin)
yang terdiri dari biaya operasional, biaya publikasi, syair dan sosialisasi
termasuk di dalamnya untuk iklan dalam tahun 2017 mencapai Rp. 3.654.565
ribu atau 9,89%, jumlah ini meningkat dibanding tahun 2016, namun jumlah
tersebut masih di bawah batas maksimal yang diperkenankan (10%).48
48
Fiman Fathur,Operasional Bagian Akuntansi dan IT, InterviewPribadi, Jakarta, 28
Maret 2018.
49
Pada kebijakan penyaluran berdasarkan program, BAMUIS BNI
menaruh jumlah yang paling besar dalam hal penyalurannya pada Program
Bantuan Biaya Pendidikan yaitu sebesar 40% di bawahnya ada Program
Santunan Kemanusiaan sebesar 20% dan program-program lainnya masing-
masing 10%. Pada realisasinya untuk penyaluran berdasarkan program di tahun
2017, program bantuan pendidikan BAMUIS BNI menyalurkan dana zakat,
infak/ sedekah sebesar Rp.16.666.577 ribu meningkat 22,20% dari tahun 2016.
Penyaluran untuk pemberdayaan ekonomi dhuafa hanya sebesar Rp.512.775
ribu atau 1,39%, penyaluran dalam pemberdayaan ekonomi dhuafa mengalami
penurunan dibanding tahun 2016 sebesar 26,98% penyaluran mengalami
penurunan karena daya serapnya yang memang menurun. Bantuan ini
dimaksudkan agar para dhuafa dapat meningkatkan kesejahteraannya melalui
usaha yang dikelolanya sendiri, atau jika untuk lembaga seperti panti asuhan/
pondok pesantren agar memiliki sumber-sumber pembiayaan di samping juga
memberikan pembelajaran praktik bagi para santri untuk melakukan kegiatan
usaha. Penyaluran untuk santunan kemanusiaan pada tahun 2017 berjumlah
sebesar Rp.9.274.309 ribu atau sebesar 8,62% meningkat dibanding tahun
sebelumnya Rp.8.538.147 ribu. Adapun untuk penyaluran program kegiatan
dakwah dan sosial yang dilaksanakan oleh BAPEKIS SP BNI dan lembaga-
lembaga dakwah berjumlah Rp.2.926.554 ribu, untuk kegiatan dakwah dan
sosial BAPEKIS SP BNI sendiri mencapai Rp.731.104 ribu, naik 6,17% dari
penyaluran tahun 2016. Sementara itu penyaluran zakat untuk pembangunan
dan renovasi sarana ibadah, dakwah dan sosial pada tahun 2017 berjumlah
sebesar Rp.3.858.067 ribu atau 56,21% dari seluruh penyaluran yang
dilaksanakan untuk program penyaluran kegiatan sarana ibadah, sosial, ibnu
sabil, gharimin dan muallaf.49
Dari pemaparan di atas dapat dilihat bahwa BAMUIS BNI membagi
kebijakan penyaluran zakat dan infak/sedekah dalam kegiatan penyalurannya
yaitu berdasarkan asnaf, kelompok, dan program. Jika dikaitkan dengan
49
Fiman Fathur,Operasional Bagian Akuntansi dan IT, InterviewPribadi, Jakarta, 28
Maret 2018.
50
Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan
zakat, maka BAMUIS BNI telah sesuai dengan Undang-undang tersebut. Di
mana pendistribusian dana zakatnya telah sesuai dengan pasal 25 yaitu zakat
wajib didistribusikan sesuai dengan syariat Islam yang dimaksud dengan
syariat Islam adalah zakat didistribusikan kepada delapan asnaf penerima
zakat. Untuk penyaluran berdasarkan asnaf BAMUIS BNI lebih memfokuskan
penyaluran dana zakat dan infak/sedekah kepada asnaffakir, miskin, riqab dan
gharimin. Adapun untuk penyaluran berdasarkan program bantuan untuk
pendidikan diberikan lebih besar dibanding program bantuan pemberdayaan
ekonomi dhuafa serta program bantuan lainnya
B. Mekanisme Pendayagunaan Dana Zakat Untuk Pemberdayaan Mustahik
Mekanisme merupakan sebuah proses kerja yang memiliki tahapan-
tahapan yang sesuai dengan prosedur. Adapun mekanisme pendayagunaan
zakat merupakan suatu proses yang memiliki tahapan-tahapan yang harus
dilalui yaitu meliputi kegiatan yang akan dilakukan dalam pendayagunaan
zakat tersebut. Berikut beberapa tahapan yang dilakukan BAMUIS BNI dalam
pendayagunaan zakat melalui Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa:50
1. Perencanaan Program
Perencanaan Program yang dilakukan oleh BAMUIS BNI meliputi,
sosialisasi, pengelompokan mustahik dan pemeriksaan berkas. Untuk
penjelasan lebih lanjut sebagai berikut:
a. Sosialisasi
Kegiatan ini dilakukan agar para mustahik yang membutuhkan
bantuan modal baik dari kalangan pensiunan/ pegawai aktif BNI
maupun masyarakat umum dapat mengetahui bahwa adanya Program
Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa. Sosialisasi ini juga dilakukan agar
para mustahik mengetahui apa saja persyaratan-persyaratan yang
50
Fiman Fathur,Operasional Bagian Akuntansi dan IT, InterviewPribadi, Jakarta, 28
Maret 2018.
51
harus dipenuhi agar bisa mendapatkan bantuan modal dari BAMUIS
BNI.
b. Pengelompokan Mustahik
Dalam Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa BAMUIS BNI
membagi mustahik ke dalam beberapa kelompok yaitu, mustahik yang
merupakan pensiunan BNI, pegawai aktif BNI, dan bukan keluarga
BNI (masyarakat umum). Pengelompokan ini bertujuan untuk
menentukan besaran bantuan yang akan diberikan kepada mustahik.
c. Pemeriksaan Berkas
Mustahik yang akan mengajukan permohonan bantuan modal kepada
BAMUIS BNI harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah
dibuat oleh BAMUIS BNI. Persyaratan-persyaratan memiliki
perbedaan antara mustahik di kalangan keluarga BNI dan bukan
keluarga BNI (masyarakat umum) yang berbentuk perorangan ataupun
lembaga. Persyaratan-persyaratan tersebut antara lain:
1. Bantuan Modal Usaha Kecil (BMUK) untuk keluarga besar BNI
Bantuan diberikan untuk pensiunan BNI dan keluarga pegawai
aktif BNI setingkat pegawai dasar seperti: Satpam, Sopir, Jaga
Malam dan Pelayan, atau yang memiliki pendapatan di bawah Rp.
3.800.000. Untuk pegawai aktif BNI yang berminat untuk
mengajukan permohonan bantuan harus diajukan atas nama istri
yang bersangkutan dan diketahui juga oleh pegawai BNI terkait
selaku suaminya. Selanjutnya pemohon mengisi formulir
permohonan BMUK seperti formulir terlampir yang diketahui oleh
pejabat BNI unit setempat bagi pegawai aktif, sedangkan untuk
pensiunan BNI diketahui oleh Pengurus Persatuan Pensiunan BNI
(PP BNI) koordinator wilayah setempat. Pemohon kemudian
menyerahkan photocopy KTP dan Kartu Keluarga (KK), Slip gaji
bulan terakhir, SK pensiun. Pemberian dana maksimum untuk
Bantuan Modal Usaha Kecil(BMUK) sebesar Rp. 7.500.000untuk
kebutuhan modal kerja dan modal investasi (antara lain untuk
52
perbaikan tempat usaha, peralatan/ perlengkapan usaha). Pemohon
atau mustahik harus menyampaikan perincian rencana penggunaan
modal yang diajukan. Kemudian mustahik mencantumkan nomor
telepon/HP yang sewaktu-waktu dapat dihubungi.
2. Bantuan Modal Usaha Kecil (BMUK) Program BAMUIS BNI
Peduli untuk Masyarakat Umum
Bantuan diberikan untuk usahawan dhuafa bukan keluarga BNI
(masyarakat umum). Harus ada pembina usaha untuk usahawan
dhuafa tersebut yang merupakan keluarga besar BNI (pegawai aktif
atau pensiunan BNI) setingkat “Manager” ke atas. Yang menjadi
Pembina Usaha diutamakan pegawai aktif BNI atau pensiunan BNI
yang membayarkan zakat penghasilannya melalui BAMUIS BNI.
Selanjutnya mustahik mengisi formulir permohonan modal
program BAMUIS BNI Peduli (formulir terlampir) yang terdiri dari
2 formulir, yaitu formulir yang harus diisi oleh usahawan dhuafa
selaku pemohon modal dan formulir yang harus diisi oleh pembina
usaha. Bagi pemohon modal/ usahawan dhuafa harus melampirkan
copy KTP dan TPP atau kartu dana (bagi pensiunan).Maksimum
bantuan modal program BAMUIS BNI Peduli sebesar
Rp.7.500.000. Pemohon atau mustahik mencantumkan nomor
telepon/ HP yang sewaktu-waktu dapat dihubungi.
3. Bantuan Pemberdayaan Ekonomi Pondok Pesantren
Selain Bantuan Modal Usaha Kecil, BAMUIS BNI memberikan
pula bantuan untuk Pemberdayaan Ekonomi Pondok Pesantren/
Panti Asuhan yang dinilai mengalami kesulitan keuangan dalam
mengelola pemberdayaan ekonomi Pondok Pesantren/ Panti
Asuhannya, dengan menyampaikan persyaratan sebagai berikut :
a. Legalitas Panti Asuhan/ Pondok Pesantren
b. Izin Operasi Panti Asuhan/ Pondok Pesantren
c. Proposal Obyek Pembiayaan Usaha
d. Rekomendasi dari BNI Cabang terdekat
53
4. Bantuan Pelatihan dan Keterampilan
Bantuan biaya pelatihan / kursus kewirausahaan yang sesuai
dengan bakat/ keterampilan peminatnya yang apabila telah selesai
mengikuti pelatihan / kursus tersebut, dapat juga diberikan BMUK
untuk membuka usaha atau mengembangkan usahanya.
2. Proses dan Pembinaan
a. Proses Pemberian Modal
Setelah tahap pemeriksaan berkas selesai, tahap selanjutnya adalah
proses pemberian modal. Mustahik atau pemohon harus mengajukan
permohonan bantuan modal kepada BAMUIS BNI dengan mengisi
formulir permohonan Bantuan Modal Usaha Kecil (BMUK). Bagi
mustahik atau pemohon yang tinggal di wilayah Jabodetabek dapat
datang langsung ke kantor BAMUIS BNI. Untuk mustahik yang
berada di luar wilayah Jabodetabek dapat melalui surat permohonan
yang dikoordinasikan oleh Cabang-cabang BNI/PP/SP BNI dengan
lampiran isian formulir permohonan BMUK dari masing-masing
pemohon. Apabila telah memenuhi persyaratan akan diproses lebih
lanjut untuk memperoleh keputusan dan bagi yang tidak memenuhi
persyaratan, akan diberikan surat penolakannya. Kemudian dana
Bantuan Modal Usaha Kecil akan ditransfer melalui rekening Bank
yang bersangkutan atau melalui BNI Kantor Cabang/PP/SP BNI
terkait. Setelah modal diberikan penerima BMUK dihimbau untuk
membayarkan infaknya melalui BAMUIS BNI dengan maksud untuk
dapat disalurkan kembali dana infak tersebut kepada usahawan dhuafa
lain yang membutuhkan.
b. Pembinaan
Pembinaan bagi usahawan dhuafa yang memperoleh BMUK
dilakukan oleh pegawai BNI aktif/SP, pensiunan pegawai BNI
(melalui Pengurus PP setempat/Korwil) atau pihak terkait dalam
pembentukan bantuan/program ini. Untuk terlaksananya pemberian
54
BMUK tersebut secara baik, diperlukan kerja sama dengan Kantor-
kantor Wilayah/Cabang/SP BNI, Persatuan Pensiunan (PP) Pusat dan
PP Korwil dan juga dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ) lainnya yang
sebagai mitra penyaluran bantuan ini. Pembinaan dilakukan dengan
cara memberikan arahan dan masukan kepada mustahik tentang
bagaimana cara berwirausaha dan mengelola modal usaha yang telah
diberikan dengan efektif dan efisien. Pembina akan menanyakan
kepada mustahik mengenai permintaan konsumen yang terjadi pada
usahanya, jika perkiraan permintaan dari konsumen lebih tinggi pada
suatu barang tertentu maka pembina akan menyarankan kepada
mustahik atau pengguna modal supaya lebih banyak menggunakan
modalnya untuk membeli persediaan barang yang permintaannya
lebih tinggi agar keuntungan yang didapat menjadi tepat sasaran.51
3. Monitoring
Selanjutnya adalah monitoring atau pemantauan program dan melakukan
evaluasi. Hal ini bertujuan agar BAMUIS BNI dapat mengetahui sejauh
mana peningkatan pendapatan serta perkembangan usaha yang telah
dijalankan oleh mustahik. Tahapan-tahapan tersebut sangat penting untuk
dilakukan agar program yang dijalankan dapat berjalan dengan lancar dan
program tersebut juga tepat sasaran. Monitoring atau pemantauan mustahik
dilakukan oleh masing-masing pembina yang telah ditunjuk kepada masing-
masing mustahik. Pembina akan melihat sejauh mana kemajuan usaha
mustahik setelah diberikannya bantuan modal kepada mustahik, monitoring
oleh pembina dilakukan setelah satu atau dua bulan setelah diberikannya
bantuan modal. Jika usaha yang dilakukan mustahik dianggap sudah maju
atau berpenghasilan di atas Rp.3.000.000, maka monitoring atau
pemantauan akan dihentikan, hal tersebut karena mustahik dianggap telah
berhasil mengembangkan usaha yang dikelolanya dan jika penghasilan yang
51
Mamat Kusmar,Staf Layanan BAMUIS BNI, Interview Pribadi, Jakarta, 1 Oktober
2018.
55
diperoleh mustahik masih di bawah Rp.3000.000, maka mustahik boleh
mengajukan permohonan bantuan modal kembali kepada BAMUIS BNI
untuk lebih memajukan usahanya.52
Berdasarkan pembahasan di atas, mekanisme pendayagunaan zakat pada
Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa yang dilakukan oleh BAMUIS BNI
terbagi menjadi dua kategori mustahik yaitu kelompok dan perorangan baik
dalam kalangan keluarga besar BNI maupun masyarakat umum. Mustahik yang
ingin mengajukan permohonan bantuan harus melalui beberapa persyaratan
yang diberikan oleh BAMUIS BNI. Setelah terpenuhinya persyaratan maka
modal dapat diberikan kepada mustahik.
C. Zakat dan Pemberdayaan Ekonomi Mustahik
Pada pembahasan ini penulis akan memaparkan hasil dari Program
Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada
BAB dua, menurut Prof. Dr. Suparno tujuan pemberdayaan bagi masyarakat
memberikan kesempatan pengembangan dan pembangunan kesejahteraan
hidup, terciptanya lapangan kerja dan kemandirian dalam membangun
kehidupan yang layak dan cukup bagi warga negara dengan kehidupan
perekonomian berkembang. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan
pendapatan mustahik yang mendapatkan bantuan modal usaha. Berikut
beberapa data mustahik yang penulis dapatkan yang memperoleh bantuan dari
BAMUIS BNI melalui Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa:
52
Mamat Kusmar,Staf Layanan BAMUIS BNI, Interview Pribadi, Jakarta, 1 Oktober
2018.
56
Tabel 4.1 Daftar Mustahik Penerima Bantuan Yang Tersebar di Beberapa
Daerah53
No. Nama Alamat PembinaUsaha Jenis
Usaha
Jumlah
Bantuan
1 Juliani Jl.Percetakan
NegaraVII No.57-
86,CempakaPutih,
RT.12/RW.4,
Rawasari, Cemp.
Putih, KotaJakarta
Pusat
Masyarakat
Umum:
Mamat
Kusmar
Bidang
Penyaluran II
Usaha
warung
nasi
Rp.5.000.000
2 Maimunah Jl. Lamtoro
Rt.001/016
Kel.Pamulang
Timur,
Kec.Pamulang,
Tangsel
Masyarakat
Umum:
EbengSobar
Usaha
nasi
uduk dan
gado-
gado
Rp.2.000.000
3 Jamilah Serua Rt.006/009
Kel.Serua
Kec.Ciputat,
Tangsel
Masyarakat
Umum
Rekomendasi:
Mamat
Kusmar
Bidang
Penyaluran II
Usaha
dagang
jilbab
dan
daster
Rp.2.500.000
4 Aries
Guntar
Komp. Pelni Blok
A2 No.14
Rt.001/017 Kel.
Baktijaya, Kec.
Sukmajaya,
Masyarakat
Umum
(Pembina
Usaha: Yaman
Bafiroes)
Usaha
lauk
matang
Rp.1.800.000
53
Laporan Mustahik Penerima Bantuan Modal BAMUIS BNI 2017
57
Depok Pensiunan
BNI
5 Taufik
Hidayat
Jl.Mulya Jaya
Rt.010/004 Kel.
Cipinang Muara,
Kec. Jatinegara,
Jakarta Timur
Masyarakat
Umum
Pembina:
Yogi
Indrawesti
(Pensiunan
BNI)
Usaha
lauk
matang
dan nasi
uduk
Rp.2.000.000
Sumber Data: Daftar Nama Penerima Bantuan Modal BAMUIS BNI
Tabel di atas merupakan beberapa nama penerima bantuan modal
Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa yang penulis dapatkan yang
lokasinya tersebar di beberapa wilayah meliputi Jakarta, Tangerang Selatan dan
Depok.
Tabel 4.2 Dampak Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa Bagi
Mustahik54
No. Nama Jenis Usaha Pendapatan
Sebelum
Pendapatan
Sesudah
1 Juliani Usaha lauk
matang
Rp.1.500.000 Rp.2.000.000-
Rp.3.000.000
2 Maimunah Usaha nasi
uduk dan
gado-gado
Rp.100.000 Rp.100.000-
Rp.120.000
3 Aries Guntar Usaha lauk
matang
Rp.100.000 Rp.100.000-
Rp.150.000
4 Taufik Hidayat Usaha lauk
matang dan
nasi uduk
Rp.150.000 Rp.200.000-
Rp.250.000
54
Mustahik Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa, Interview Pribadi.
58
5 Jamilah Usaha
dagang
jilbab dan
daster
Alamat tidak jelas dan tidak
dapat dihubungi
Dari hal di atas dapat dijelaskan bahwa 4 dari 5 orang mustahik yang
mendapat bantuan modal usaha melalui Program Pemberdayaan Ekonomi
Dhuafa mengalami peningkatan pendapatan. Dapat disimpulkan bahwa
Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa mampu memberdayakan mustahik
yang mendapat bantuan modal usaha, hal tersebut disebabkan karena adanya
orang yang ditunjuk sebagai pembina yang bertugas membina sekaligus
mengawasi setiap usaha yang dijalankan oleh mustahik penerima bantuan
modal.
Pada data di atas penulis hanya memperoleh 5 nama yang dapat
diwawancarai, hal tersebut disebabkan karena Program Pemberdayaan
Ekonomi Dhuafa tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. Alasan lain adalah
fakta di lapangan menunjukkan bahwa untuk wilayah DKI Jakarta sendiri
masih banyak mustahik yang usahanya belum berkembang bahkan berhenti.
Hal tersebut disebabkan karena masih banyak mustahik yang baru mendapat
bantuan modal dari Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa. Untuk mustahik
yang berhenti disebabkan karena beberapa faktor. Antara lain karena
kurangnya keahlian mustahik dalam mengelola usahanya dan penyebab lainnya
karena banyaknya pesaing di lingkungan usaha mustahik.55
Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa yang dijalankan oleh BAMUIS
dinilai telah mampu membantu mengubah usaha mustahik yang mendapat
bantuan modal ke arah yang lebih baik. Bantuan tersebut telah memberikan
perubahan dalam hal pendapatan mustahik menjadi lebih meningkat dibanding
dengan sebelum diberikannya bantuan.56
Program Pemberdayaan Ekonomi
Dhuafa dinilai memerlukan peningkatan dalam penyebaran pemberian
55
Mamat Kusmar,Staf Layanan BAMUIS BNI, Interview Pribadi, Jakarta, 3 Juli 2018. 56
Maimunah, Mustahik Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa, Interview Pribadi,
Tangerang Selatan,14 Juli 2018.
59
bantuannya agar lebih banyak mustahik yang dapat merasakan dampak dari
program tersebut. Modal yang diberikan oleh BAMUIS BNI kepada mustahik
mampu mengubah usaha yang dijalankan oleh mustahik lebih berkembang,
banyak dari mustahik yang menggunakan modal yang diberikan untuk
membenahi tempat usahanya agar lebih baik. Keuntungan yang didapat oleh
mustahik dianggap sudah sangat mencukupi, bahkan mustahik merasa sudah
tidak perlu mendapatkan bantuan modal, karena mereka sudah merasakan
bahwa usaha yang dijalankannya sudah cukup berkembang.57
Mustahik yang
usahanya telah berkembang dianggap telah mampu untuk membayarkan
zakatnya dan banyak dari mustahik yang diberikan bantuan modal sudah
menunaikan zakatnya. Penulis menilai meskipun mustahik atau penerima
bantuan modal usahanya dianggap telah berkembang tidak semestinya harus
mengeluarkan zakat jika memang belum memenuhi nishab dan haul.
Dari wawancara di atas dapat dilihat bahwa bantuan modal yang
diberikan BAMUIS BNI dari Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa sangat
membantu kehidupan mustahik, karena menimbulkan perubahan ke arah yang
lebih baik. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah pendapatan yang diperoleh
mustahik/ penerima modal dan bukan hanya peningkatan dalam hal pendapatan
saja yang dirasakan/ didapatkan mustahik, dari segi religiusnya pun ikut
meningkat yang tadinya penerima modal hanya seorang mustahik setelah
usahanya meningkat mustahik tersebut kini bisa berzakat dan menjadi seorang
muzaki.
57
Juliani, Mustahik Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa, Interview Pribadi,Jakarta,3
Juli 2018.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pendistribusian dana zakat untuk mustahik yang dilakukan oleh
BAMUIS BNI didistribusikan berdasarkan asnaf, kelompok dan
program. Dalam hal pendistribusian dananya BAMUIS BNI lebih
memprioritaskan masyarakat umum dibanding dengan kalangan
Keluarga BNI sendiri yaitu sebesar 50%, untuk keluarga BNI sebesar
40% dan untuk amil sebesar 10%. Untuk penyaluran dana berdasarkan
program BAMUIS BNI lebih memprioritaskan penyaluran dananya
untuk program yang bersifat konsumtif, yaitu Program Bantuan Biaya
Pendidikan sebesar 40% dan untuk program-program lain yaitu,
Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa sebesar 10%, Program
Santunan Kemanusiaan sebesar 20%, Program Kegiatan Dakwah dan
Sosial 10%, Program Pembangunan Sarana Dakwah dan Sosial 10%,
Amilin Sebesar 10%.
2. Mekanisme yang dijalankan oleh BAMUIS BNI dalam
mendistribusikan dana zakatnya adalah dengan perencanaan, proses
dan pembinaan kemudian dilanjutkan dengan monitoring atau
pemantauan program. Dalam perencanaan BAMUIS BNI terlebih
dahulu melakukan sosialisasi kepada mustahik baik mustahik yang
datang secara langsung atau melalui pembina yang direkomendasikan
oleh BAMUIS BNI mengenai persyaratan yang harus dipenuhi untuk
mendapatkan bantuan berupa modal usaha. Kemudian BAMUIS BNI
akan mengelompokkan mustahik ke dalam beberapa kelompok yaitu
mustahik yang merupakan pensiunan BNI, pegawai aktif BNI dan
masyarakat umum, pengelompokan tersebut bertujuan untuk
menentukan besaran bantuan yang akan diberikan. Setelah melakukan
pengelompokan BAMUIS BNI akan melakukan pemeriksaan berkas
61
untuk menyatakan bahwa mustahik berhak diberikan bantuan. Besaran
masing-masing bantuan yang diberikan baik masyarakat umum
ataupun keluarga BNI maksimal sebesar Rp.7.500.000. Setelah
dilakukan pemeriksaan berkas dan memperoleh bantuan modal maka
selanjutnya lembaga akan melakukan pembinaan untuk mustahik,
pembinaan dilakukan oleh pegawai BNI aktif/SP, pensiunan pegawai
BNI (melalui Pengurus PP setempat/Korwil) atau pihak terkait. Yang
terakhir lembaga akan melakukan pemantauan untuk mengetahui
sejauh mana perkembangan pemberdayaan mustahik.
3. Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa telah memberikan dampak
positif yang sangat dirasakan oleh mustahik. Program Pemberdayaan
Ekonomi Dhuafa telah mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi
mustahik. Hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan pendapatan
yang dirasakan oleh mustahik yaitu berkisar antara 17 % hingga 50 %
dibanding dengan sebelum mendapat bantuan modal. Maka Program
Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa yang dilakukan oleh BAMUIS BNI
dapat dikatakan sudah baik, karena selain mampu meningkatkan
pendapatan program ini juga dapat meningkatkan sisi religius
mustahik dengan diwajibkannya penunaian zakat jika mustahik
dianggap telah mampu menunaikan zakat.
B. Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut, penulis memberikan saran untuk
pihak BAMUIS BNI, sebagai berikut:
1. Melihat dari keberhasilan beberapa mustahik dalam menjalankan
usahanya, baiknya pihak BAMUIS BNI mengambil porsi lebih
banyak untuk bantuan program pemberdayaan ekonomi mustahik. Jika
hal tersebut dijalankan dan berhasil tentu dampak yang dihasilkan
juga akan lebih besar, dampak yang dihasilkan bukan hanya
bermanfaat bagi pendapatan mustahik melainkan akan berdampak
bagi perekonomian di negara ini.
62
2. Dalam hal pengawasan atau komunikasi oleh bagian penyaluran
sebaiknya harus lebih diintensifkan lagi baik dengan pihak pembina
maupun dengan mustahik, karena ada beberapa mustahik yang tidak
dapat dihubungi dan memiliki alamat yang tidak jelas. Hal tersebut
tentu sangat bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
program yang dijalankan, selain itu dengan adanya komunikasi yang
baik antara lembaga, pembina dan mustahik tentu dapat meningkatkan
keberhasilan program.
3. BAMUIS BNI sebaiknya lebih banyak melakukan eksplorasi untuk
dapat meningkatkan keberhasilan program pemberdayaan ekonomi
dhuafa. Eksplorasi tersebut dilakukan guna mengetahui mustahik yang
potensial dalam menjalankan usahanya atau dengan cara lain
BAMUIS BNI dapat melakukan lebih banyak kegiatan pelatihan
usaha untuk mustahik. Kegiatan tersebut dilakukan untuk
meminimalkan kegagalan usaha mustahik serta program yang
dijalankan dapat maksimal dan sesuai rencana.
63
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‟an dan Al-Hadits
Abbas, Anwar. Dasar-Dasar Ekonomi Islam. Jakarta: Fakultas Syariah
dan Hukum, 2009.
Afzalurrahman. Muhammad Sebagai Seorang Pedagang. Jakarta: Yayan
Swarna Bhunny, 1995.
Ali,Mohammad Daud. Sistem Ekoonomi Islam: Zakat dan Wakaf. Jakarta:
UI-Press, 1988.
Bariadi, Lili, dkk. Zakat dan Wira Usaha. Jakarta : CED, 2005.
Cholid, dkk. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Keempat. Jakarta: Balai Pustaka, 2008.
Diana. Perencanaan Sosial Negara Berkembang. Yogya: Gajah Mada
University Press, 1991.
Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam. Model Pengelolaan
Zakat. Jakarta: CV. Sinergi Multi Sarana, 2012.
Fakhruddin. Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia. Malang: UIN-
Malang Press, 2008.
Hafidhuddin, Didin. Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema
Insani, 2002.
Haneef,Muhammad Aslam. Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer.
Jakarta: Rajawali Press, 2010.
Harahap, Sumuran. Wakaf Uang dan Perspektif Ekonominya. Jakarta:
Mitra Abadi Press, 2012.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1994.
Kementerian Agama RI. Membangun Perspektif Pengelolaan Zakat
Nasional. Tangerang: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat, 2013.
Kementerian Agama Republik Indonesia. Panduan Zakat Praktis.
Jakarta: 2013.
64
Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
Aksara, 2002.
Mas‟udi, Masdar F, dkk. Menuju Efektifitas Pemanfaatan Zakat Infak
Sedekah. Jakarta: PIRAMEDIA, 2004.
Mas‟ud, Ridwan dan Muhammad. Zakat dan Kemiskinan: Instrumen
Pemberdayaan Ekonomi Umat. Yogyakarta: UII Press, 2005.
Midgley, James.Pembangunan Sosial Perspektif Pembangunan dalam
Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Disperta Islam Departemen Agama RI, 2005.
Mufraini, M.Arif. Akuntansi dan Manajemen Zakat: Mengomunikasikan
Kesadaran dan Membangun Jaringan. Jakarta: Kencana, 2006.
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2014.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI). Ekonomi
Islam. Jakarta: Rajawali Press, 2012.
Qardawi, Yusuf. Hukum Zakat. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa dan
Mizan, 1996.
Sari, Elsi Kartika. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf. Jakarta:
PT.Grasindo, 2006.
Suprayitno, Eko. Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan
Konvensional. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005.
Widodo, Suparno Eko. Manajemen Pengembangan Sumber Daya
Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Internet
BAMUIS BNI http://bamuisbni.or.id/#diakses pada 17 April 2018.
BAMUIS BNI http://bamuisbni.or.id/visi-dan-misidiakses pada 15 April
2018.
Laporan
BAMUIS BNI. Laporan Tahunan 2016.
BAMUIS BNI. Dari Mustahik Menjadi Muzaki.
BAMUIS BNI. Laporan Keuangan dan Kegiatan Tahun 2017.
65
Laporan Mustahik Penerima Bantuan Modal BAMUIS BNI 2017.
Yayasan Baitul Mal Umat Islam Bank Negara Indonesia. Laporan
Tahunan 2017 Zakat Membersih Sucikan Menuai Berkah dan Manfaat Berlipat.
Wawancara
Wawancara Pribadi dengan Bapak Fiman Fathur selaku operasional bagian
akuntansi dan IT, Jakarta, 28 Maret 2018.
Wawancara Pribadi dengan Pak Mamat Kusmar selaku staf layanan
BAMUIS BNI, Jakarta, 3 Juli 2018.
Wawancara Pribadi dengan Mustahik, Ibu Juliani, Jakarta, 14 Juli 2018.
Wawancara Pribadi dengan Mustahik, Ibu Maimunah, Tangerang Selatan, 14 Juli
2018.
66
LAMPIRAN
67
68
69
70
71
72
73
74
Pedoman Wawancara Mustahik Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa
Nama : Juliani
Tempat : Jl. Percetakan Negara VII No.57-86,CempakaPutih
Tanggal : 3 Juli 2018
Waktu : 16.10 WIB
Jenis Usaha : Warung Nasi
1. Apakah ibu benar mendapatkan bantuan berupa modal atau tambahan modal
dari BAMUIS BNI?
Jawab:
Ya benar saya mendapat bantuan modal dari BAMUIS BNI
2. Apa manfaat yang ibu dapatkan dari dana bantuan ini?
Jawab:
Untuk ini, apa modal dagang bener-benerin warung
3. Bagaimana pendapat ibu tentang BAMUIS BNI?
Jawab:
Oh itu tentang BAMUIS ya banyak nolong orang lah ya, banyak nolong orang
yang perlu dana, tambahan modal terutama dana untuk orang-orang yang
dirawat di rumah sakit. Saya bersyukurlah alhamdulillah.
4. Apakah Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa menjadikan usaha yang ibu
jalankan mendapat perubahan?
Jawab:
Waktu itu kan saya bermodal cuma bisa untuk beli bangku atau apa, ya
alhamdulillah sekarang dagangan saya tambah maju.
75
5. Bagaimana perbedaan pendapatan ibu setelah mendapatkan bantuan dari
BAMUIS BNI?
Jawab:
Kalau itu kan biasanya sekitar dapat sehari bisa sekitar Rp. 2.000.000 sampai
Rp.3.000.000 dari sebelumnya Rp.1.500.000.
6. Bagaimana harapan ibu untuk Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa untuk
ke depannya?
Jawab:
Untuk programnya sudah bagus, kalau untuk saya pribadi usaha saya sudah
berkembang sudah cukup. Mungkin bisa diberikan untuk yang lain yang lebih
membutuhkan.
76
Pedoman Wawancara Mustahik Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa
Nama : Maimunah
Tempat : Jl. Lamtoro Rt.001/016 Kel. Pamulang Timur
Tanggal : 14 Juli 2018
Waktu : 10.30 WIB
Jenis Usaha : Nasi uduk dan gado-gado
1. Apakah ibu benar mendapatkan bantuan berupa modal atau tambahan modal
dari BAMUIS BNI?
Jawab:
Ya betul saya mendapat bantuan modal dari BAMUIS BNI
2. Apa manfaat yang ibu dapatkan dari dana bantuan ini?
Jawab:
Alhamdulillah banyak sih manfaatnya, itu bisa untuk beli bangku, bisa beli
piring terus belanja, beli cat dan untuk tambahan modal
3. Bagaimana pendapat ibu tentang BAMUIS BNI?
Jawab:
Bagus dan sangat mendukung sekalilah buat orang-orang yang tidak mampu.
4. Apakah Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa menjadikan usaha yang ibu
jalankan mendapat perubahan?
Jawab:
Ya lumayan lah, dari segi penghasilan saya ada perubahan dari sebelumnya.
5. Bagaimana perbedaan pendapatan ibu setelah mendapatkan bantuan dari
BAMUIS BNI?
Jawab:
77
Alhamdulillah ya, biasanya pendapatan sehari Rp.100.000, sekarang bisa
Rp.120.000 alhamdulillah bertambah.
6. Bagaimana harapan ibu untuk Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa untuk
ke depannya?
Jawab:
Ya untuk program ini mudah-mudahan tetap dilanjutkan jangan sampai putus,
bantuan untuk yang lainnya, mudah-mudahan programnya lebih panjang dan
harus dipertahankan.
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90