pendahuluan... · web viewpolicy paper. akselerasi implemenmtasi. e-government. dalam rangka...

93
POLICY PAPER AKSELERASI IMPLEMENMTASI E-GOVERNMENT DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY 1

Upload: trannhan

Post on 23-Apr-2018

216 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

POLICY PAPER

AKSELERASI IMPLEMENMTASI E-GOVERNMENT DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG

TERINTEGRASI

DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY

ANGKATAN V

TAHUN 2016

1

Page 2: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

BAB IPENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang memiliki karakteristik geografis yang unik dengan jumlah penduduk yang tersebar di beberapa wilayah kepulauan. Sebagai sebuah negara kepulauan dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 pulau, mempunyai luas wilayah 1.904.569 km2 dengan jumlah penduduk 254,9 juta jiwa, serta mempunyai ragam etnis, agama serta budaya, Indonesia mengalami sejumlah kendala dan tantangan dalam meningkatkan kualitas pembangunan di berbagai bidang dan penyelenggaraan pelayanan publik, serta laju pertumbuhan ekonomi yang bervariasi dari satu daerah ke daerah lain. Apabila kendala dan tantangan tersebut terus-menerus dibiarkan maka akan memperlebar kesenjangan ekonomi, sosial, budaya, bahkan politik, pertahanan dan keamanan di tengah masyarakat, sehingga berpotensi berdampak buruk pada setiap lini kehidupan di Indonesia. Dengan demikian pemerintah perlu berupaya dan menjaga agar kualitas pembangunan nasional berjalan adil dan merata.

Berkaitan dengan kondisi di atas peran birokrasi pemerintah merupakan salah satu elemen penting dalam upaya untuk meningkatkan dan menjaga kualitas pembangunan nasional di berbagai bidang dalam rangka pencapaian tujuan nasional sebagaimana dituangkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Birokrasi pemerintah menjalankan peran regulasi, stabilisasi, dan distribusi kekayaan negara secara baik dan merata sehingga pada akhirnya terjadi peningkatan kepercayaan publik kepada pemerintah. Melalui kepercayaan publik yang meningkat dapat memberikan manfaat bagi tata kelola pemerintahan, antara lain mengurangi biaya transaksi dalam penyelenggaraan pemerintahan, meningkatkan legitimasi kebijakan yang diambil pemerintah, dan meningkatkan modal sosial utamanya dalam hubungan antara pemerintah dan masyarakat.

Dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, keberhasilan pelaksanaan reformasi birokasi merupakan salah satu prasyarat tercapainya tujuan pembangunan nasional, karena pelaksanaan reformasi di berbagai bidang selalu memerlukan aparatur negara sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya. Kondisi ini perlu didukung dengan prasyarat lainnya yaitu keamanan dan ketertiban, kepastian dan penegakan hukum, serta situasi politik dan demokrasi yang kondusif.

Terlepas dari sejumlah kekurangan yang dimiliki program reformasi birokrasi nasional 2010-2014, antara lain belum tercapainya sebagian besar target program sebagaimana terlihat pada Tabel 1 di bawah ini.

2

Page 3: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

Tabel 1Capaian Program Reformasi Birokrasi 2010-2014

Target Indikator 2009 2010 2011 2012 2013 2014Target 2014

Birokrasi yang bersih dan bebas KKN

Indeks Persepsi Korupsi

2,8 2,8 3,0 32 32 34 50

Opini BPK(WTP) (%)

Pusat 42,17 56 63 77 74 76 100Daerah 2,73 3 9 16 27 35 60

Peningkatan kualitas pelayanan publik

Integritas Pelayanan Publik

Pusat 6,64 6,2 7,1 6,86 7,37 7,22 8,0Daerah 6,46 5,3 6,0 6,3 6,82 n.a 8,0

Peringkat kemudahan berusaha

122 121 129 116 120 114 75

Peningkatan kapasitas dan akuntabilitas birokrasi

Indeks efektivitas pemerintahan

-0,29 -0,20 -0,25 -0,29 n/a n/a 0,5

Instansi pemerintah yang akuntabel(%)

Pusat 47,40 63,3 82,9 95,1 94,05 98,76 100Provinsi 3,8 31 63,3 75,8 84,85 87,88 80Kab/Kota

5,1 8,8 12,8 24,4 30,3 44,90 60

Sumber: Roadmap Reformasi Birokrasi 2015-2019

Namun demikian kepercayaan publik kepada pemerintah cenderung meningkat, misalnya seperti ditunjukkan oleh hasil survei Edelman Trust Barometer, terjadi peningkatan kepercayaan publik dari 47 persen pada tahun 2013 dan 49 persen pada tahun 2014 meningkat menjadi 65 persen pada tahun 2015 (Edelman 2012 & Edelman 2015)1. Meningkatnya kepercayaan publik ini selain ditopang oleh harapan baru yang dibawa pemerintahan baru (JOKOWI-JK) juga karena upaya berkelanjutan yang telah dilakukan pemerintah sejak dimulainya program reformasi birokrasi nasional.

Meskipun secara umum kepercayaan publik mulai terestorasi, masih cukup banyak isu strategis yang perlu dikelola dan diperbaiki dalam reformasi birokrasi periode 2015-2019, antara lain komitmen pimpinan Kementerian/Lembaga/Daerah (K/L/D) dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi; peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP); partisipasi publik dan transparansi dalam penyelenggaraan pemerintahan; penerapan e-government; inefisiensi penggunaan anggaran; dan inovasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik (Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2015-29019).

Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN Tahun 2015-2019 terdapat 9 (sembilan) agenda pembangunan nasional yang disusun sebagai penjabaran operasional dari Nawa Cita yaitu: (1) menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara; (2) membuat pemerintah selalu hadir (tidak absen) dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan

1 http://www.edelman.com/2015-edelman-trust-barometer/trust-around-world/The 2015 Edelman Trust Barometer is the firm’s 15th annual exploration of trust. We surveyed 33,000 people (27,000 General Public and 6,000 Informed Public respondents) in 27 countries around the world on their trust in the institutions of government, media, business and NGOs

3

Page 4: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

terpercaya; (3) membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan; (4) memperkuat kehadiran negara dalam (menolak negara lemah dengan) melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya; (5) meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia; (6) meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional; (7) mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik; (8) melakukan revolusi karakter bangsa; dan (9) memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Masing-masing agenda dijabarkan menurut prioritas-prioritas yang dilengkapi dengan uraian sasaran, arah kebijakan dan strategi.

Pelaksanaan reformasi birokrasi, khususnya penerapan e-government dan peningkatan kualitas pelayanan publik menjadi bagian dalam agenda ke-2 yaitu membuat pemerintah selalu hadir (tidak absen) dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, yang tersusun dalam 5 subagenda prioritas sebagai berikut: 1. melanjutkan konsolidasi demokrasi untuk memulihkan kepercayaan publik; 2. meningkatkan peranan dan keterwakilan perempuan dalam politik dan pemban-

gunan; 3. membangun transparansi dan akuntabiltas kinerja pemerintahan; 4. menyempurnakan dan meningkatkan kualitas reformasi birokrasi nasional (RBN);

dan 5. meningkatkan partisipasi publik dalam proses pengambilan kebijakan publik.

Pembangunan e-government termasuk dalam sub agenda prioritas Membangun Transparansi dan Akuntabilitas Kinerja Pemerintahan dengan arah kebijakan penerapan e-government untuk mendukung bisnis proses pemerintahan dan pembangunan yang sederhana, efisien, transparan, dan terintegrasi. Adapun strategi yang dilakukan untuk mencapai arah kebijakan tersebut antara lain dengan mengatur kelembagaan e-government; penguatan sistem dan infrastruktur e-government yang terintegrasi; penguatan sistem pengadaan secara elektronik serta pengembangan sistem katalog elektronik; dan penguatan sistem kearsipan yang berbasis TIK. Adapun pelayanan publik termasuk dalam sub agenda prioritas Penyempurnaan dan Peningkatan Kualitas Reformasi Birokrasi dengan arah kebijakan peningkatan kualitas pelayanan publik yang ditempuh melalui strategi: implementasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik secara konsisten; mendorong inovasi pelayanan publik; peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelayanan publik; serta penguatan kapasitas dan efektivitas pengawasan publik.

RPJMN 2015-2019 juga menegaskan sasaran utama pembangunan bidang aparatur negara adalah meningkatnya kualitas tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya, dengan parameter sebagai berikut.1. Terwujudnya birokrasi yang bersih dan akuntabel, yang ditandai dengan: men-

ingkatnya integritas birokrasi; meningkatkan kapasitas dan independensi pengawasan, meningkatnya akuntabilitas keuangan dan kinerja pemerintah serta meningkatnya transparansi proses pengadaan barang/jasa.

2. Terwujudnya birokrasi yang efektif dan efisien, yang ditandai dengan : men-ingkatnya kualitas reformasi birokrasi nasional; terwujudnya kelembagaan birokrasi tepat fungsi dan tepat ukuran serta sinergis; terwujudnya bisnis proses yang sederhana dan berbasis TIK e-government; terwujudnya implementasi manajemen aparatur sipil negara (ASN) berbasis merit; meningkatnya kualitas ke-

4

Page 5: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

bijakan dan kepemimpinan dalam birokrasi; serta meningkatnya efisiensi penyelenggaraan birokrasi.

3. Terwujudnya birokrasi yang memiliki pelayanan publik berkualitas, yang ditandai dengan: makin efektifnya kelembagaan dan tata kelola pelayanan publik, dan meningkatnya kapasitas pengelolaan kinerja pelayanan publik.

Selain diatur dalam RPJMN, Presiden Jokowi beberapa kali menegaskan kebijakan penguatan penerapan e-government yang disampaikan pada berbagai acara, diantaranya:1. Peresmian infrastruktur Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Sulawesi Maluku

Papua Cable System (SMPCS) milik Telkom di Manokwari, Papua Barat pada tanggal 10 Mei 2015"Saya optimistis dengan kehadiran infrastruktur tulang punggung serat optik SMPCS dari Telkom bisa membuat sistem e-government yang tengah dikembangkan dari Indonesia bagian barat, tengah, hingga timur bisa dinikmati secara setara dengan manajemen kontrol yang jelas”.2

2. Penganugerahan Keterbukaan Informasi Publik (KIP) di Istana Negara pada tanggal 15 Desember 2015“Untuk mewujudkan Pemerintah yang Terbuka, bukan hanya membutuhkan pe-rubahan karakter, perubahan mentalitas atau perubahan pola pikir mindset di kalangan birokrasi pemerintahan dan badan-badan publik. “Namun memerlukan reformasi sistem dan pola kerja, terutama dengan menerapkan sistem pemerinta-han elektronik atau e-government mulai dari E-budgeting, E-procurement, E-audit, E-catalog, sampai cash flow management system dan banyak lagi yang lain-lain-nya. Dalam sistem pemerintahan elektronik, rakyat akan bisa mengakses dokumen-dokumen pemerintah dan semua hal bisa dilihat secara transparan, termasuk soal anggaran publik”.3

Diharapkan penerapan e-government yang terintegrasi akan meningkatkan kualitas pelayanan pemerintah kepada publik. Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik disebutkan bahwa negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik yang merupakan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan demikian, penerapan e-government merupakan salah satu alat pendukung negara/pemerintah dalam rangka mewujudkan pelayanan publik yang prima sehingga masyarakat memperoleh pelayanan yang sesuai dengan harapan dan cita-cita tujuan nasional.

Akan tetapi, pada kenyataannya kondisi kualitas pelayanan publik di Indonesia belum memenuhi harapan masyarakat. Hal ini ditandai dengan masih adanya keluhan masyarakat terhadap rendahnya kualitas pelayanan publik di berbagai sektor kehidupan, masih maraknya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) serta rendahnya akuntabilitas kinerja aparatur yang semuanya itu dapat dijadikan sebagai indikator tingkat kepercayaan masyarakat kepada birokrasi. Masih rendahnya kualitas pada beberapa pelayanan publik mengakibatkan masyarakat sebagai pengguna jasa harus membayar biaya yang mahal (high cost economy) dan ketidakpastian

2https://www.kominfo.go.id/content/detail/4950/jokowi-optimistis-e-government-bisa-terwujud/0/sorotan_media 3 http://www.presidenri.go.id/kabar-presiden/kegiatan-kepresidenan/presiden-jokowi-penggunaan-sistem-e-government-syarat-pemerintah-terbuka.html

5

Page 6: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

(uncertainty) waktu dan biaya untuk mendapatkan pelayanan publik yang baik, sehingga masyarakat enggan berhubungan dengan birokrasi.

Gambaran pelaksanaan pelayanan publik juga dapat tergambar pada hasil Penilaian Kepatuhan Penyelenggara Pelayanan Publik Terhadap Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2009 yang dilaksanakan Ombudsman RI pada 2015, dimana hasilnya masih relatif rendah. Penilaian pada produk pelayanan administratif berupa layanan pemberian dokumen oleh Pemerintah pada 22 Kementerian dan 15 Lembaga (di Unit Pelayanan Publik yang belum dilimpahkan kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal dan layanan administrasi di Instansi Vertikal di Kantor Imigrasi, Kantor Pertanahan, Satpas SIM dan Balai Karantina Pertanian), 33 Pemerintah Provinsi (terhadap 14 Urusan Pemerintah Provinsi didalam UU No. 23 Tahun 2014) dan 114 Pemerintah Kabupaten/ Kota (terhadap 15 Urusan Pemerintah Kabupaten/ Kota sebagaimana di dalam UU No. 23 Tahun 2014).

Gambar 1Hasil Penelitian Kepatuhan Terhadap UU No. 25/2009

Laporan kinerja pemerintahan yang diukur secara global juga menunjukan

perlunya dilakukan perubahan, seperti:1. The Global Competitiveness Report 2015-2016 (World Economic Forum) menem-

patkan daya saing Indonesia di peringkat ke-37 dari 140 negara. Jika dibandingkan dengan anggota ASEAN lainnya peringkat Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand yang secara terpisah masing-masing menduduki peringkat ke-2, ke-18 dan ke-32.

2. The Worldwide Governmenternance Indicators menunjukkan skor rata-rata indeks efektivitas pemerintahan Indonesia (Government Effectiveness) di tahun 2014 masih sangat rendah, yaitu dengan nilai indeks – 0,01 dan berada di peringkat ke-

6

Page 7: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

85. Di tingkat ASEAN peringkat Indonesia berada di bawah Singapura (peringkat ke-1, skor +2,19), Malaysia (peringkat ke-32, skor +1,14), Thailand (peringkat ke-62, skor +0,34), dan Philipina (peringkat ke-72, skor +0,19). 4

3. Peringkat kemudahan berusaha (Ease of Doing Business) Tahun 2016 Indonesia pada peringkat ke-1095 dengan skor 58,12 (dari skor maksimal 100 pada 189 negara/teritori). Meskipun mengalami kenaikan dalam 5 tahun terakhir, namun skor Indonesia lebih rendah jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, yaitu: Singapura (peringkat 1, skor 87,34), Malaysia (peringkat 18, skor 79,13), Thailand (peringkat 49, skor 71,42), dan Vietnam (peringkat 90, skor 62,10). Indeks ini memberikan gambaran mengenai iklim investasi di Indonesia karena beberapa indikator terkait dengan pelayanan publik seperti perizinan, kemudahan pendaftaran properti, kemudahan pembayaran perpajakan, kemudahan perdagangan lintas negara, perlindungan terhadap investor, kemudahan mendapatkan listrik, kemudahan akses perkreditan, kemudahan penegakan kontrak dan kemudahan penyelesaian perkara peradilan.

Tabel 2Indikator Peringkat kemudahan berusaha 6

Indikator DB 2016 RANK

DB 2015 RANK

CHANGE IN RANK

1. Perizinan (Starting a Business)    173 163 -10

2. Pendirian Bangunan (Dealing with Construction Permits)     107 110 33. Kemudahan mendapatkan listrik (Getting Electricity)     46 45 -1

4. Kemudahan pendaftaran properti (Registering Property)    

131 131 No change

5. Kemudahan akses perkreditan (Getting Credit)    

70 71 1

6. Perlindungan terhadap investor (Protecting Minority Investors)    88 87 -17. Kemudahan pembayaran perpajakan (Paying Taxes)   

148 160 12

8. Kemudahan perdagangan lintas negara (Trading Across Borders)    

105 104 -1

4 Worldwide Governmenternance Indicators adalah hasil penelitian tentang kualitas pemerintahan pada 215 negara/teritori selama kurun waktu 1996-2014 untuk 6 dimensi governmenternance, yaitu: 1. Tingkat Akuntabilitas Pemerintahan, 2. Kestabilan Politik dan Rendahnya Tingkat Kekerasan/Kejahatan, 3. Efektivitas Kinerja Pemerintah, 4. Kualitas Layanan Perizinan, 5. Pelaksanaan Regulasi/Peraturan-Perundangan, dan 6. Kontrol dalam Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi. Indeks antara -2,5 s.d +2,5 di-mana semakin positif nilai menunjukkan pemerintahan yang semakin baik. 5 http://www.antaranews.com/berita/526144/peringkat-kemudahan-berusaha-indonesia-2016-naik 6 http://www.doingbusiness.org/data/exploreeconomies/indonesia/

7

Page 8: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

Indikator DB 2016 RANK

DB 2015 RANK

CHANGE IN RANK

9. Kemudahan penegakan kontrak ( Enforcing Contracts)    

170 170 No change

10.Kemudahan penyelesaian perkara peradilan (Resolving Insolvency)    

77 73

Sumber : http://www.doingbusiness.org/data/exploreeconomies/indonesia/ Keterangan : DB : Doing Business.

4. Indeks Persepsi Korupsi atau The Corruption Perceptions Index Indonesia menurut data terakhir dari Transparency International (TI) juga masih rendah. Walaupun terdapat kenaikan nilai indeks dari 34 di tahun 2014 menjadi 36 pada tahun 2015 (dari nilai indeks bersih korupsi 100), namun peringkat kita masih berada di urutan ke-88 dari 168 negara/teritori yang disurvei atau dengan kata lain, skor IPK kita sejajar dengan Albania, Aljazair, Maroko, Peru dan Suriname serta masih jauh dari ukuran kelas dunia sebagaimana yang telah dicapai oleh pesaing sekaligus mitra kita di tingkat ASEAN, seperti: Singapura (Skor IPK 86) dan Malaysia (Skor IPK 50).

Dari berbagai indikator tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab utama belum baiknya peringkat Indonesia, baik secara global maupun di lingkup negara-negara ASEAN adalah korupsi dan inefisiensi birokrasi pemerintahan.7

Seiring dengan arus globalisasi yang berbasis TIK, maka penguatan implementasi e-government yang terintegrasi merupakan kebutuhan dalam meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas dalam proses penyelenggaraan pemerintahan. Upaya implementasi e-government di Indonesia sudah dilakukan sejak lama, mulai dari penetapan Sistem Informasi Manajemen Nasional/Simnas (1980-an), Nusantara 21 (1997), National Information Technology Framework/NITF (1998), Program Pengembangan Infrastruktur Informasi/IIDP (1998), Sistem Informasi Nasional/Sisfonas (2002), penetapan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2001 tentang Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia, hingga yang terakhir penetapan Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2003 tentang tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-government.

Dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tersebut memberikan peluang yang sangat luas kepada seluruh masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses penyelenggaraan pemerintahan maupun mendorong peran pemerintah untuk lebih transparan dalam menyelenggarakan urusan negara. Sinergi dengan ditetapkannya Instruksi Presiden tersebut juga ditetapkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009, dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Hal tersebut tentunya membuat setiap daerah berupaya untuk memajukan daerahnya dengan memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia.

Ditetapkannya Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang menjamin setiap orang untuk melakukan transaksi melalui

7 The World Bank, the most problematic factors of doing business in Indonesia, Doing Business 2016, 13 th

Edition.

8

Page 9: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

dunia maya dengan komunikasi tak terbatas ruang, jarak, dan waktu sehingga menuntut pemerintah mengakomodir kepentingan ini, guna mewujudkan pemerintahan yang efektif dan demokratis sehingga mencapai good governance. Berkaitan dengan hal tersebut sudah sewajarnya kalau implementasi e-government ini wajib dilakukan di semua K/L/D.

Terhitung lebih dari satu dekade sejak diterbitkannya regulasi tentang implementasi e-government di Indonesia telah menguatkan eksistensi e-government di segala bidang di K/L/D, yang kemudian K/L/D mengeluarkan kebijakan sektoral berbasis elektronik yang disesuaikan dengan kebutuhan instansi masing-masing. Dari sisi Anggaran, investasi Pemerintah di bidang TIK juga mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 anggaran TIK di pemerintahan mencapai angka yang sangat besar yakni lebih kurang Rp.14 triliun, bahkan pada tahun 2015 menjadi lebih kurang Rp.40 triliun8. Namun, anggaran yang besar tersebut tidak berbanding lurus dengan kualitas yang diberikan, baik indeks nasional maupun global menunjukkan bahwa peringkat Indonesia dari tahun ke tahun turun atau bergerak stagnan. Pusat data pemerintah yang sudah terstandardisasi Tiering 4 tidak dimanfaatkan secara optimal, aplikasi tersebar, masih banyak instansi yang menempatkan data center di luar negeri, munculnya regulasi sektoral berbasis elektronik yang membuat e-government berjalan sendiri-sendiri (silo system), data dasar yang menjadi rujukan tidak sama, standar keamanan sistem belum jelas.9

Selain itu, jika dilihat dari berbagai indikator tentang e-government development index yang dirilis oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2016 terhadap 193 negara menempatkan Indonesia diurutan ke 116, tertinggal dengan beberapa negara tetangga yang notabene mereka memperoleh kemerdekaan belakangan dari Indonesia. Adapun secara lengkap dapat kita lihat peringkat e-government development index negara se Asia Tenggara dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2016 pada Tabel 3 berikut ini10.

Tabel 3E-government Development Index negara-negara ASEAN

No Negara 2016 2014 2012 2010 20081 Singapura 4 3 10 11 232 Malaysia 60 52 40 32 343 Philipina 71 95 88 78 664 Thailand 77 102 92 76 645 Brunei Darussalam 83 86 54 68 876 Vietnam 89 99 83 90 917 Indonesia 116 106 97 109 1068 Cambodia 158 139 155 140 1399 Lao People's 148 152 152 151 15610 Timur Leste 160 161 170 162 15511 Myanmar 169 175 160 141 144

Sumber : Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2016.

8 Mira Tayyiba, Pemanfaatan Egovernment dalam perencanaan pembangunan untuk mengatasi disparitas antar wilayah, Paparan Diklat Kepemimpinan Reformasi Birokrasi Membangun Egovernment untuk mendorong Pelayanan Publik yang terintegrasi, LAN 20169 Ashwin Sasongko S, Paparan WANTIKNAS dalam egovernment summit, Bidakara 6 September 2016 10

9

Page 10: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

Keterangan : Jumlah negara yang dinilai sebanyak 193 tahun 2016, 193 tahun 2014, 193 tahun 2012, 192 tahun 2010, 192 tahun 2008

Berdasarkan data di Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia11, bahwa rata-rata nasional indeks pemeringkatan e-government lembaga pemerintah di Indonesia pada Tahun 2015 adalah 2,71. Hal ini menunjukkan bahwa implementasi e-government di Indonesia belum sepenuhnya terlaksana dengan baik.

Berdasarkan praktek terbaik pelaksanaan e-government dari beberapa negara yang memiliki peringkat e-goverment development index tinggi baik USA, Kanada, Inggris, Belanda, Korea Selatan dan Singapura, terdapat beberapa hal pokok yang dapat menjadi perhatian guna mendorong percepatan penerapan e-government di Indonesia12, diantaranya:

seluruh negara menunjukkan komitmen yang kuat dari level tertinggi pemerintahan (nasional) dan konsisten dalam pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan;

Amerika Serikat dan Korea memiliki kerangka hukum yang kuat; Amerika Serikat, Inggris, Korea, dan Singapura memiliki kerangka kelembagaan

yang kuat; seluruh negara telah merancang dengan baik proses bisnis setiap level pemerintahan

sebelum muncul penerapan e-government; Korea dan Singapura mencapai tingkat e-government level dunia melalui reformasi

proses bisnis selama 30 tahun terakhir; sebelum penerapan e-government dilakukan, lingkungan infrastruktur dan jaringan

telah dipersiapkan dengan baik; dan negara dengan wilayah besar (Amerika Serikat dan Kanada) menggunakan pilihan

dan strategi konsentrasi pada wilayah tertentu.

11 http://pegi.layanan.go.id12 Tae-Ho Youn, Indonesia needs own competitive e-Government Strategy, Paparan pada e-government summit 2016, Bidakara 2016

10

Page 11: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

BAB II

PERMASALAHAN

Dari berbagai kondisi pada Bab I di atas, dapat dikatakan bahwa implementasi e-government yang mendukung pelayanan publik di Indonesia sampai saat ini belum berjalan dengan optimal. Berdasarkan hasil diskusi yang dilaksanakan dalam kurun waktu bulan Juli sampai dengan Oktober 2016 dengan lembaga terkait, yaitu Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Sekretariat Negara, Kantor Staf Presiden, dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengenai implementasi e-government di Indonesia, serta hasil studi komparasi ke Hongkong, terdapat permasalahan mendasar e-government di Indonesia yaitu belum optimalnya pelaksanaan payung kebijakan nasional e-government pada setiap level pemerintahan. Implikasi dari hal tersebut masing-masing K/L/D menyusun kebijakan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan bidang/sektor masing-masing dan berdasarkan perspektif subyektif masing-masing sehingga mengakibatkan munculnya implementasi e-government yang berdiri sendiri tidak memiliki keterkaitan/terkoneksi dengan sistem K/L/D lainnya dan nasional (silo system).

Belum optimalnya pelaksanaan kebijakan nasional tersebut berdampak munculnya permasalahan pada aspek tata kelola dan teknis pelaksanaan e-government, yaitu:1.Tata Kelola

a. Perencanaan b. Organisasi dan Tata Laksanac. Penguatan Sumber Daya Manusiad. Penganggarane. Monitoring dan Evaluasi

2. Teknis a. Infrastruktur b. Aplikasi

Dari permasalahan mendasar sebagaimana tersebut di atas, dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut:1. Tata Kelola

a. Perencanaan1) Penyusunan Rancangan Rencana Induk Nasional e-government sudah

dilaksanakan sejak tahun 2006, namun belum sampai menjadi legalitas formal. Menindaklanjuti Inpres Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-government, Departemen Komunikasi dan infor-matika (DepKominfo) pada tahun 2006 menyusun Rancangan blue print e-government yang diharapkan akan menjadi rujukan oleh seluruh K/L/D dalam pengembangan e-government secara nasional. Namun demikian rancangan tersebut dari tahun 2006-2013 belum ditetapkan. Pada tahun 2013 diinisiasi kembali penyusunan Rancangan Rencana Induk Sistem Elektronik Pemerintah Nasional 2014-2019 dan mengalami penyesuaian kembali dengan penyusunan Rancangan Peraturan Presiden tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) yang didalamnya antara lain mengatur Rencana Induk dan Peta Jalan SPBE. Sampai saat ini, kebijakan yang bisa digunakan sebagai ru-jukan K/L/D dalam pengembangan e-government belum ditetapkan.

11

Page 12: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

2) Pengembangan e-government secara komperehensif dan terintegrasi belum menjadi prioritas nasional dan daerah. Sejak tahun 2003 hingga tahun 2015, dalam rencana pembangunan tidak terdapat prioritas pengembangan e-government. Sementara itu, dalam RPJMN 2015 -2019, pengembangan e-government telah menjadi subagenda prioritas kebijakan pembangunan. Namun demikian, penerjamahan agenda tersebut belum dijumpai sebagai program dan kegiatan prioritas dalam RKP hingga dalam RKP 2016. Dalam RKP 2017, pengembangan e-government secara tersurat disebutkan sebagai bagian dari prioritas nasional Reformasi Birokrasi yaitu pada program prioritas Pelaksanaan Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019. Secara lebih detil merupakan bagian dari kegiatan prioritas penataan tata kelola birokrasi dengan sasaran tersusunnya masterplan dan arsitektur e-government.

b. Organisasi dan Tata Laksana3) Belum adanya proses bisnis yang terintegrasi dalam penyelenggaraan e-

government pada K/L/D. Proses bisnis dalam penyelenggaran pemerintahan dan pelayanan publik pada K/L/D sekarang ini masih memerlukan banyak pembenahan. Sebagai implikasinya, penerapan e-government akan menghadapi kendala yang signifikan jika proses bisnis ini belum tertata dengan baik.

4) Belum adanya struktur peran yang jelas dalam pelaksanaan e-government baik pada level perumusan kebijakan, pelaksanaan maupun monitoring dan evaluasi. Hasil temuan lapangan menunjukan adanya ketidakjelasan peran dan tanggung-jawab diantara K/L dalam kaitannya dengan pengembangan e-government.

5) Belum optimalnya peran dan fungsi lembaga yang secara teknis menangani e-government di sebagian besar K/L/D. K/L/D yang telah memiliki unit kerja un-tuk mengembangkan e-government pada instansi masing-masing, belum me-maksimalkan peran dan fungsi dari unit kerja tersebut. Hal ini tampak dari struktur renstra instansi yang pada umumnya belum menempatkan pengemban-gan e-gov sebagai kegiatan strategis.

6) Kelembagaan yang secara teknis menjalankan peran penyelenggaraan e-government di K/L/D berbeda-beda dan belum memiliki standar yang jelas, sehingga antar K/L/D memiliki nomenklatur dan eselonisasi yang berbeda, bahkan ada yang belum memiliki unit yang bertaggungjawab mengelola e-governemnt secara khusus. Kondisi ini mengakibatkan sulitnya koordinasi dalam pengembangan e-governement secara internal dan eksternal.

c. Sumber Daya ManusiaBeberapa permasalahan yang terkait dengan kualitas Sumber Daya Manusia Teknologi Informasi dan Komunikasi (SDM TIK) antara lain:

Sumber daya manusia merupakan salah satu komponen yang menjadi prioritas dalam membangun e government. Terdapat tiga komponen SDM penting dalam membangun e government :

- Pengguna e government: SDM apartur yang menggunakan TIK dalam proses pemerintahan

12

Page 13: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

- Pengelola e government: SDM aparatur yang melakukan perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan dan pengendalian penggunaan TIK dalam proses pemerintahan

- Pemimpin: SDM aparatur yang mempunyai tugas menyusun strategi & kebijakan instansi pemerintahan yang terkait dengan pengembangan TIK instansi, baik sebagai pejabat yang memimpin unit TIK maupun non TIK.

Masing-masing komponen perlu dikembangkan kompetensi TIK nya dalam mendukung pelaksanaan e government sesuai dengan Instruksi Presiden No. 3/2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Pemerintahan Secara Elektronik. Tersurat dalam INPRES tersebut bahwa pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam proses pemerintahan (e-government) akan meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan

Adapun Kerangka regulasi Pengembangan SDM bidang TIK sendiri

sudah dituangkan dalam berbagai aturan dan kebijakan sebagai

tindaklanjut untuk mendukung Inpres tersebut antara lain di bidang

standar kerja nasional Indonesia, yakni: Menteri Komunikasi dan

Informatika telah menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan

Informatika Nomor 24 Tahun 2015 tentang Pemberlakuan Standar

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Kominfo. Melalui

peraturan tersebut, SKKNI diwajibkan secara bertahap untuk tenaga

kerja asal Indonesia: tahun pertama, 20% tenaga kerja wajib memiliki

sertifikasi SKKNI; tahun kedua 40%; tahun ketiga 60%; tahun keempat

80%, hingga tahun kelima 100% tenaga kerja Indonesia bidang

Kominfo wajib memiliki sertifikasi SKKNI. Sedangkan untuk tenaga

kerja asing, sudah diwajibkan 100% sejak peraturan tersebut di

tetapkan. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing

sekaligus sebagai payung perlindungan tenaga kerja Indonesia setelah

diberlakukan pasar Ekonomi Asia (MEA) dan Free Trade Asia (AFTA)

Tahun 2016.

Implikasi dengan peraturan tersebut, diantaranya; 1) Akselerasi pelayanan publik berbasis on-line; 2) terwujudnya integrasi sistim

13

Page 14: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

pelatihan dan pengembangan SDM TIK secara nasional;3) Terstandarisasinya kompetensi aparatur pemerintah di bidang SDM TIK secara nasional baik dari segi infrastruktur lembaga instansi diklat maupun tenaga pengajar serta sylabus kurikulum yang digunakan.

Namun disayangkan dari sistim yang saat ini berlaku perlu ada dukungan dari sistim pendidikan formal yang dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayan dan Kementerian Riset dan Dikti untuk menyatukan sistim pendidikan formal yang mengacu pada sistim Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI) di bidang TIK. Sistem Link and Macth telah dilakukan diberbagai negara.

1) Kurang memadainya kuantitas dan kualitas (kompetensi teknis) SDM TIK;

Hal ini bisa dilihat dari rendahnya kualitas dan kuantitas layanan yang berbasis on line di berbagai instansi baik pusat maupun daerah. Selain itu kesempatan SDM untuk mengembangkan kompetensinya dalam bidang TIK masih terbatas mengingat infrastruktur pelatihan SDM TIK masih sangat kurang.

2) Belum ada standarisasi kompetensi SDM TIK untuk aparatur pemerintahan, masyarakat industri, dunia pendidikan, dan masyarakat umum;Meningkatnya kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya infor-masi serta pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi, tidak dibarengi dengan kesungguhan pemerintah dalam mengembangkan kompetensi SDM TIK. Kementerian Komunikasi dan Informatika yang paling bertanggung jawab dalam pengembangan SDM TIK ini, hingga saat ini belum membuat standar kompetensi TIK. Padahal standar kompetensi SDM TIK ini sangat dibutuhkan oleh instansi pusat dan daerah, masyarakat industri, dunia pendidikan serta masyarakat umum sebagai acuan dalam mengembangkan SDM TIK.

3) Belum adanya standarisasi lembaga pendidikan dan pelatihan TIK baik pemerintah maupun swastaBadan Penelitian Dan Pengembangan SDM Kementrian Kominfo sebagai Lembaga Diklat yang memiliki kewenangan untuk menyusun standarisasi Lembaga Diklat TIK baik pemerintah maupun swasta, baru diakreditasi oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN) pada tahun 2015 berdasarkan SK Kepala LAN Nomor 489/2015 tentang Penetapan Balitbang SDM Kementrian Kominfo sebagai Instansi Pengakreditasi Lembaga Diklat teknis TIK, sehingga saat ini standarisaasi Lembaga Diklat teknis TIK masih dalam proses penyusunan. Lembaga instansi pemerintah saat ini yang terdaftar di Sistim Informasi Diklat Aparatur

14

Page 15: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

(SIDA) LAN berjumlah 700 dan belum diakreditasi untuk diklat di bidang TIK.

4) Tidak adanya pembinaan SDM TIK sampai level operator

Sementara, pembinaan SDM TIK yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi (negeri maupun swasta) yang melaksanakan program infor-matika/komputer berjumlah 476 perguruan tinggi, bidang komunikasi berjumlah 136 perguruan tinggi, dengan lulusan per tahun nya se-banyak kurang lebih 25.000 0rang, dimana hal ini masih jauh dari kebu-tuhan secara nasional.Kondisi ini didukung oleh rata-rata partisipasi masyarakat dalam mengikuti pendidikan yang masih rendah. Terutama untuk 7-12 tahun dan 13 – 15 tahun hanya mencapai angka 95,26% dan 82,09% bahkan untuk tingkat perguruan tinggi hanya mencapai angka 13% (BPS, 2006)

5) Belum adanya pengaturan pembinaan jenjang dan pola karier SDM TIK bagi aparatur pemerintah.

Tenaga fungsional Pranata Komputer ditetapkan instansi pembinanya adalah BPS. Implementasinya Pengembangan SDM TIK melalui pembinaan jenjang dan pola karier SDM TIK belum dapat dilakukan. Hal ini disebabkan belum adanya pedoman yang mengatur tentang pembinaan jenjang dan pola karier SDM TIK yang jelas. Oleh kare-nanya, hingga saat ini belum ada nomenklatur untuk jabatan fungsional bagi SDM TIK di lingkungan pemerintah sebagai wujud pembinaan dan pengembangan jenjang dan pola karier SDM TIK

6) Literasi terhadap e-government pada masyarakat luas masih rendah.

Hal ini dapat dilihat bahwa disparitas infrastruktur dan gap teknologi antar generasi dan wilayah di Indonesia masih tinggi dengan pita lebar (bandwith) yang sedang diupayakan.

7) Pola pikir (mind set), sikap, dan budaya kerja yang belum berubah un-tuk memberikan pelayanan yang cepat berbasis IT.Perubahan pola pikir (mind set), sikap, dan budaya kerja aparat pe-merintah yang mendukung pelaksanaan e-government belum dapat dil-ihat terjadi secara signifikan disemua level pemerintahan mulai dari pusat hingga daerah. Hal ini sebabkan belum kuatnya komitmen pimp-inan mengenai pentingnya SPBE disemua level pemerintahan. Dis-amping itu, ego sektoral di semua level pemerintahan masih terjadi. Umumnya, masing-masing lembaga masih merasa data yang dibuat dan ada di suatu lembaga adalah milik lembaga tersebut. Sangat sulit bagi lembaga lain yang terkait dengan data tersebut bisa mengakses apalagi menggunakannya.

15

Page 16: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

d. Penganggaran Penyusunan penganggaran e-government belum berbasis out comes:1) Orientasi penyusunan dan penggunaan anggaran TIK belum berbasis outcome

dan berorientasi proyek (input and output based)Pengembangan e-government memiliki lingkup kegiatan yang luas dan memerlukan anggaran yang besar. Alokasi anggaran e-government khususnya belanja TIK seperti belanja barang/jasa dan belanja modal, di Indonesia setiap tahun anggaran menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan, dimana pada tahun 2013 belanja TIK sebesar Rp.14 Triliun, tahun 2014 meningkat menjadi sebesar Rp.36 Triliun dan meningkat lagi menjadi Rp.40 Triliun tahun 2015. (Mira Tayyiba, Dewan TIKNAS, Pemanfaatan Egovernment dalam perencanaan pembangunan untuk mengatasi disparitas antar wilayah, Paparan Diklat Kepemimpinan Reformasi Birokrasi Membangun e-government untuk mendorong Pelayanan Publik yang terintegrasi, LAN 2016). Sementara data di Daerah menunjukkan tren yang sama seperti di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tahun 2013 lebih kurang sebesar Rp.451 M dan tahun 2014 mencapai lebih kurang sebesar Rp.749 M (http://diskominfomas.jakarta.go.id/berita-100/perencanaan-5-berapa-besar-anggaran-untuk-penerapan-tik-pada-tahun-berjalan-apakah-jumlah-tsb-mengalami-penurunan-atau-peningkatan-dari-tahun-ke-tahun.html), Kabupaten Muara Enim alokasi anggaran untuk Belanja terkait TIK tahun 2014 lebih kurang sebesar Rp. 3 miliar dan tahun 2015 mencapai lebih kurang sebesar Rp.9 miliar (APBD Kabupaten Muara Enim TA 2014 dan TA 2015), Kabupaten Seragen alokasi Anggaran tahun 2015 sebesar Rp 1,5 miliar dan tahun 2016 sebesar Rp. 1,7 miliar. Kabupaten Kutai Kertanegara alokasi anggaran 2015 sebesar Rp. 9,8 miliar dan tahun 2016 sebesar Rp. 9,4 miliar.

Berdasarkan data tersebut diatas dapat dikatakan bahwa untuk besaran alokasi anggaran belanja TIK di K/L/D cukup tersedia dan memungkinkan untuk meningkat setiap tahun anggarannya, namun faktor penyerapan anggaran masih menjadi indikator kinerja keuangan K/L/D dan adanya kebijakan percepatan penyerapan anggaran sehingga pelaksana kegiatan pengadaan barang/jasa terkait dengan penerapan TIK lebih fakus pada pencapaian dan percepatan penyerapan anggaran dibandingkan outcomesnya, sehingga pelaksana kegiatan masih mempunyai pola pikir yang berorientasi proyek.

2) Kebijakan Anggaran belum jelas dalam mendukung terwujudnya e-governmentKetersediaan anggaran yang memadai merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan e-government, semakin tinggi alokasi anggaran maka akan semakin terlihat keseriusan K/L/D dalam implementasi e-government, namun Penyediaan anggaran secara umum di K/L/D akan disesuaikan dengan skala prioritas dari kegiatan masing-masing, sehingga diperlukan kebijakan anggaran nasional yang jelas dan dapat dikuti oleh K/L/D dalam mengalokasikan besaran anggaran untuk penerapan e-government. Hal ini sejalan dengan Permen Kominfo No. 41/2007 tentang Panduan Umum Tata Kelola TIK Nasional bahwa Indikator keberhasilan dari Managemen Belanja/Invesatsi TIK adalah, pertama, digunakannya sumber-sumber pendanaan yang efisien; kedua, kesesuaian realisasi penyerapan anggaran TIK dengan realisasi pekerjaan yang direncanakan dan ketiga; diperolehnya

16

Page 17: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

sumber daya TIK yang berkualitas dengan melalui proses belanja/investasi TIK yang efisien, cepat, bersih dan transparan.

Sementara itu keterbatasan kemampuan keuangan pemerintah yang masih harus dipergunakan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang harus segera diselesaikan, maka pengalokasian anggaran untuk e-government harus dilakukan secara cermat agar menghasilkan anggaran berbasis kinerja (Performance Based Budget) dan berdasarkan program prioritas (mony follow program) bukan berorientasi proyek. Kesenjangan yang lebar antara besarnya kebutuhan anggaran dengan keterbatasan anggaran yang dapat disediakan akan menimbulkan pengalokasian anggaran yang tidak tepat sasaran apabila arah dan prioritas penggunaan anggaran tidak jelas, proses pengalokasian anggaran tidak sistematik, dan penganggaran yang tidak transparan, serta masing-masing K/L/D membangun e-government sesuai dengan kebutuhan masing-masing dan tidak terintegasi satu dengan lainnya. Dengan demikian diperlukan kebijakan terkait perencanaan, pengalokasian, pemanfaatan, dan pengevaluasian anggaran pengembangan e-government yang baik, sehingga pelaksanaan e-government dapat berjalan secara optimal dan menghindari pemborosan anggaran dan duplikasi anggaran antara lain seperti penerapan e-planning, e-budgeting dan meningkatkan peran Aparat Pengawasan Intern K/L/D dalam melakukan monitoring terhadap pelaksanaan kegiatan oleh masing-masing Satker/SKPD.

Dukungan alokasi anggaran untuk e-government masih belum tegas tertuang dalam kebijakan penyusunan APBN/APBD, seperti dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Penyusunan APBD yang setiap tahun di keluarkan oleh Kementerian Dalam Negeri RI dan Peraturan Menteri Keuangan terkait penyusunan RKA-K/L setiap tahun. Belum adanya kebijakan tersebut mengakibatkan masih rendahnya komitmen anggaran dalam pengembangan e-government pada K/L/D. Dengan adanya kebijakan penganggaran e-government secara nasional akan mempermudah integrasi program pengembangan e-government secara nasional, menghindari duplikasi anggaran dan akan meningkatkan komitmen baik oleh Eksekutif maupun Legislatif untuk keberhasilan pembangunan dan penerapan e-government.

e. Monitoring dan Evaluasi 7) Pembangunan dan pengembangan e-government berdasarkan data

sebagaimana tersebut pada Bab I di atas, telah dilaksanakan secara terus menerus bahkan tumbuh secara masif pada seluruh Pemerintahan Pusat sampai ke Daerah. Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan maka pada Tahun Anggaran 2015 telah menghabiskan dana APBN dan APBD kurang lebih sebesar Rp. 40 triliyun, akan tetapi belum ada kolaborasi dan sinergitas secara nasional. Di satu sisi belum ada lembaga yang diberikan kewenangan penuh untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi secara menyeluruh atas pelaksanaan pembangunan/pengembangan dan implementasi e-government secara nasional.

8) Salah satu instrumen evaluasi pengembangan dan pemanfaatan TIK yang digunakan pada saat ini oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika di

17

Page 18: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

lingkungan instansi pemerintah adalah Pemeringkatan e-government Indonesia (PeGI). Pemeringkatan ini belum mencerminkan evaluasi substansi tetapi lebih pada pemenuhan administrasi, dimana tujuan pemanfaatan e-government tidak selalu berbanding lurus dengan perbaikan/peningkatan pelayanan publik, efisiensi dan efektifitas organisasi dan aggaran, dan lain sebagainya.

9) Pemeringkatan e-government Indonesia (PeGI) belum dilengkapi dengan reward and punishment system atas hasil penilaian PeGI. Sehingga kurang memiliki dampak yang signifikan terhadap komitmen seluruh pemerintahan atas penerapan e-government di Indonesia.

2. Teknisa. Infrastruktur

a.1. Jaringan Internet

Jaringan Internet pada saat ini telah ditangani oleh operator seluler yang regulasinya

diatur oleh Kementerian Kominfo dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang

Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tamba-

han Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881) dan peraturan turunannya.

Berdasarkan Undang-Undang tersebut operator yang saat ini terdaftar di Kominfo antara

lain PT. Telekomunikasi Indonesia dengan jangkauan seluruh Indonesia dan PT. Indosat

untuk melayani jaringan keluar Negeri. Pada pelaksanaannya telah ada dan tumbuh oper-

ator baru yang membangun jaringan dengan mendirikan Base Terminal Station (BTS) di

berbagai daerah untuk melayani masyarakat di seluruh Indonesia. Pembangunan ini mer-

ujuk pada keputusan bersama antara Kementerian Kominfo, Kementerian Dalam Negeri,

Kementerian Pekerjaan Umum, dan Badan Penanaman Modal Nomor 18 Tahun 2009;

Nomor: 07/Prt/M/2009; Nomor: 19/Per/M.Kominfo/03/2009; Nomor: 3 /P/2009 tentang

Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara Telekomunikasi . Faktanya

bahwa Jaringan internet yang dibangun saat ini masih belum memadai untuk menjangkau

seluruh masyarakat Indoneisa baik dari segi pemerataan, kualitas, dan integrasi infrastruk-

tur jaringan internet.

Pada sisi lain dalam implementasi pelayanan public melalui e-government.,

jaringan internet merupakan faktor yang sangat utama dalam memberikan palyanan dimak-

sud. Arus data dan informasi yang akan mendukung pelayanan publik oleh Pemerintah

sangat tinggi, misalnya dalam kasus KTP elektronik. Ketinggian arus ini harus didukung

oleh jaringan tunggal yang aman dan mampu menangani seluruh data yang disediakan

maupun ditransaksikan. Pemerintah telah mulai membangun jaringan tunggal sebagai

18

Page 19: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

jaringan tulang pungung yang dimulai pada tahun 2016 ini sebagaimana terlihat dalam

gambar di bawah.

Sumber: https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/6623/Siaran-Pers-No--12-PIH-KOMINFO-1-2016-tentang-Proyek-Jaringan-Tulang-Punggung-Serat-Optik-Nasional-Palapa-Ring/0/siaran_pers

Gambar 1. Proyek Jaringan Tulang Punggung Serat Optik Nasional Palapa Ring

Jaringan tunggal ini dilaksanakan dengan Proyek Palapa Ring yang membagi

wilayah menjadi wilayah Barat, Tengah, dan Timur. Proyek ini dimulai sejak Januari 2016

dengan tingkat penyelesaian sebagai berikut:

Konsorsium Moratel – Triasmitra (BARAT):1. PT. Moratelematika Indonesia  → 90%2. PT. Ketrosden Triasmitra  → 10%Konsorsium Pandawa Lima (TENGAH):1. PT LEN (Ketua Konsorsium)  → 51%2. PT Teknologi Riset Global Investama (TRG)  → 34%3. PT Sufia Technologies→5%4. PT Bina Nusantara Perkasa (BNP)  → 5%5. PT Multi Kontrol Nusantara  → 5%

Note:Sementara itu wilayah Timur masih ditunda

Oleh karena kebutuhan masing-masing K/L/D yang semakin mendesak untuk

memberikan layanan publik sebagaimana tuntutan masyarakat yang meningkat, maka mas-

ing-masing K/L/D harus segera memenuhi kebutuhan tersebut. Pada kondisi demikian se-

tiap K/L/D akan mengadakan penyediaan infrastruktur jaringan internet dengan mengikuti

19

Page 20: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

mekanisme pasar yang ada. Dengan demikian penyedia internet masing-masing K/L/D ber-

beda beda dan untuk dapat berkomunikasi diperlukan negosiasi dan bila perlu harus

dengan penambahan biaya tersendiri.

Adanya mekanisme pasar saat ini, mengakibatkan setiap unit mengadakan kontrak

dengan operator yang berbeda-beda. Misalnya di Kemeneterian Hukum dan Ham telah

mengadakan kontrak dengan PT. Telekomunikasi Indonesia dalam kaitannya dengan

Video Conference (Vicon) yang akan digunakan oleh seluruh unit di lingkungan Kemen-

kumham. Faktanhya bahwa penggunaan Vicon tidak setiap hari, sementara itu biaya yang

harus dibayar adalah flat dalam setahun. Kementerian lain juga dimungkinkan menggun-

akan kontrak yang berbeda. Pada kondisi yang demikian akan mengakibnatkan biaya

pengadaan/penggunaan jaringan internet untuk pemerintah dan masyarakat masih tinggi

oleh karena penggunaan/pemanfaatannya tidak dapat efesien dan optimal.

Jaringan komunikasi yang telah dibangun oleh pemerintah belum memadai untuk

menjangkau seluruh pelosok masyarakat. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh kondisi

geografi yang dimiliki oleh Indonesia. Pada kondisi demikian diperlukan biaya pemban-

gunan yang sangat besar oleh karena diperlukan sarana dan prasarana di bidang ICT yang

cukup memadai. Beberapa sarana dan prasarana tersebut sebagian besar masih diproduksi

oleh pihak luar negeri, karena itu yang perlu diwaspadai adalah sisi kemanan informasi

baik dalam hal pengaturan frekuensi mupun akses informasinya agar tidak saling meng-

ganggu dan aman untuk pertukaran informasinya terutama dalam memberikan pelayanan

publik.

a.2. Data Center

Data Center sebagai pusat data untuk melayani masyarakat dengan melalui e-gov-

ernment harus dimiliki dan dikuasi oleh pemerintah untuk dapat dimanfaatkan secara op-

timal. Namun demikian masing-masing K/L/D telah membangun pusat-pusat data yang

menyimpan data layanan masing-masing unit K/L/D sebagai tuntutan layanan publik

masyarakat. Pusat data ini hanya focus pada layanan yang diberikan masing-masing unit.

Dalam kasus efiling pajak terlihat bahwa pada waktu-waktu tertentu trafik data

sangat tinggi sehingga layanan public di bidang perpajakan dapat secara tiba-tiba berhenti

karena ketidak mampuan pusat data menangani permintaan public secara online. Sement-

ara itu, unit lain selain pajak juga memiliki resource data center yang trafik datanya tidak

20

Page 21: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

pada beban yang penuh. Pada kondisi demikian seharusnya unit lain dapat membantu trafik

yang berat di lingkungan pajak. Dengan demikian diperlukan adanya berbagi data center

untuk mendukung layanan pemerintah di seluruh bidang.

Layanan publik bernaung di bawah paying tunggal pemerintah. Masyarakat tidak

perlu mengetahui dimana dan dari mana layanan tersebut dapat disediakan. Prinsipnya

bahwa pada saat masyarakat memerlukan layanan publik, maka pemerintah harus siap se-

dia kapanpun dan dimanapun. Kondisi seperti itu memerlukan pertukaran data antar unit

K/L/D. Pertukatan data tersebut akan dapat dilakukan apabila ada standarisasi data, jam-

inan keamanan, dan interoperabilitas antar masing-masing pemiliki data. Pemerintah seba-

gai pemilik data seluruh layanan yang harus diberikan kepada masyarakat masih memiliki

data yang tersebar dengan berbagai variasi nama data maupun kode masing-masing data.

Adanya keragaman atas variasi dan kode ini membuat pertukaran data yang semakin sulit

dan tidak mudah. Faktanya Pementah telah mulai menerapkan MATRA, yang merupakan

salah satu modul yang dapat digunakan oleh masing-masing K/L/D untuk dapat bertukar

data dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Modul ini perlu segera disosial-

isasikan hingga ke tingkat daerah untuk dapat dilaksanakan dalam mendukung efisiensi

dan efektifitas pelaksanaan e-government yang baik.

Pada saat pemerintah memiliki komitmen untuk menjalankan pemeritahan melalui

e-government, salah satu masalah yang pastik akan diharadi adalah adanya kegagalan

pelayanan oleh karena beberapa hal yang tidak terduga. Untuk mengatasi hal tersebut

diperlukan adanya DRC (disaster recovery center) pada tingkat pemerintah. Faktanya

bahwa masing-masing K/L/D telah membangun DRS sendiri-sendiri. Misalnya Direktorat

Jenderal Imigrasi, telah membangun DRC di Bali, sementara Pusintek Kementerian

Keuangan juga membangun DRC di Pontianak. Prinsip saling berbagi DRC telah disadari

masing-masing K/L/D namun demikian bagaimana pelaksanaannya di tingkat operasional

hamper sama sekali belum terbentuk. Oleh karena itu diperlukan kebijakan pada tingkat

pusat hingga daerah mengenai penetapan DRC untuk masing-masing K/L/D sesuai dengan

tingkat kepentingan baik pusat maupun daerah. Hal ini sangat penting oleh karena apabila

salah satu layanan gagal maka akan dapat segera di recovery secara cepat dan mudah.

Dampak dari adanya integrasi layanan oleh pemerintah adalah terbentuknya Big

Data yang memerlukan penanganan sendiri dan tidak mudah. Pada saat ini big data telah

menjadi isu, baik dari sisi penyimpanan, pengelolaan, maupun analisisnya. Pemerintah te-

21

Page 22: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

lah mulai dengan satu data tunggal Indonesia dengan merujuk pada data.go.id yang dapat

dilihat pada Gambar di bawah. Pada tahap awal telah ada 7 kementerian yang siap beg-

abung dalam satu data Indonesia antara lain Kementerian Ristek Dikti yang siap dengan

data untuk menuju kemandirian Indoneisa.

Gambar 2. Satu Data Indonesia

a.3. Infrastruktur Sumber Daya Listrik

Sumber daya listrik merupakan sumber yang utama untuk menjalankan semua per-

angkat (sarana dan prasarana) TIK. Namun demikian tidak semua daerah telah dan dapat

menikmati sumber daya tersebut, terutama untuk daerah-daerah pedesaan. Sumber untuk

menghasilkan tenaga listrik untuk Indonesia sangat melimpah baik dari air, panas bumi,

panas matahari, gelombang laut dan lain sebagainya. Namun demikian hingga saat ini be-

lum dapat dioptimalkan sumber daya tersebut oleh karena penelitian di bidang tersebut.

Beberapa teknologi yang telah ada saat ini misalnya mikrohidro, sebagian telah dapat

dikuasasi oleh Indonesia, akan tetapi pemanfaatannya juga belum optimal. Panas matahari

sebagai sumber yang terbarukan akan tetapi teknologi yang dapat digunakan untuk mengo-

lahnya juga belum maksimal sebagaimana sumber yang telah disesiakan oleh PT. PLN.

Komitmen Pemerintah dalam mendukung sumber daya listrik adalah membangun pem-

bangkin dengan kapasitas 35.000 Megawatt. Namun demikian terdapat beberapa kendala

22

Page 23: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

yang harus di atasi, akan tetapi komitment pemerintah untuk mengatasi hal tersebut dengan

strategi sebagai berikut:

Mempercepat ketersediaan lahan dengan menerapkan Undang-undang 2/2012 tentang pembebasan lahan;

Menyediakan proses negosiasi harga dengan menetapkan harga patokan tertinggi untuk swasta dan excess power;

Mempercepat proses pengadaan dengan mengacu pada Permen ESDM 3/2012 dengan alternatif penunjukan langsung atau pemilihan langsung un-tuk energi baru terbarukan (EBT), mulut tambang, gas marjinal, ekspansi, dan excess power;

Memastikan kinerja pengembang dan kontraktor andal dan terpercaya melalui penerpan uji tuntas (due diligence);

Mengendalikan proyek melalui project management office (PMO); Memperkuat koordinasi dengan para pemangku kepentingan terkait.13

Diharapkan dengan tambahan kapasitas pembangkit beserta jaringan transmisinya,

kebutuhan listrik nasional akan tercukupi sehingga rasio elektrifikasi pada tahun 2019 da-

pat mencapai 97%. Hal ini juga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi na-

sional melalui implementasi e-government yang lebih baik untuk memberikan layanan

kepada masyarakat menuju peningkatan kesejahteraan masyarakat.

a.4. Infrastruktur Pendukung

Dampak dari pelaksanaan e-government adalah adanya kebutuhan sarana TIK yang

semakin meningkat. Sarana tersebut dapat dalam bentuk perangkat lunak, perangkat keras,

perangkat jaringan, maupun brainware (manusia pengembang TIKI). Sarana pendukung ini

belum tersedia atau disediakan oleh pemerintah sampai ke tingkat pedesaan. Misalnya

dalam kasus pengadaan sarana IT (perangkat jaringan atau personal computer), maka

proses pengadaannya dapat dilakukan secara mudah melalui system yang telah dibangun

oleh LKPP melalui LPSE. Akan tetapi barang/sarana TI saat ini masih harus diambil dari

Jakarta bahkan harus dari Singapura atau Negara tetangga. Hal ini menyebabkan terham-

batnya layanan public yang harus dilaksanakan hingga ke tingkat pelosok daerah. Pen-

dukung lainnya adalah adanya keterbatasan brainware (SDM) yang mampu menangani

pemeliharaan sarana TIK untuk menjamin pelayanan dapat dilaksanakan dengan baik ada-

lah masih terbatas pada daerah-daerah tertentu, sehingga apabila terjadi masalah beberapa

dapat di remote jarak jauh akan tetapi tidak sedikit yang harus diatasi ditempat terjadi per-

masalahan dimaksud.13 http://www.pln.co.id/2015/04/35-000-mw/

23

Page 24: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

a.5. Lemahnya sistem keamanan data (security system)

Sistem keamanan dalam pelaksanaan e-government sangat dibutuhkan untuk men-

jamin adanya kepercayaan (trust) dari pemerintah. Kementerian Kominfo dengan Undang-

Undang Transaksi Elektronik, maupun Lembaga Sandi Negara telah mewajibkan adanya

sistem pengamanan atas seluruh transaksi yang dilakukan secara elektronik. Keamanan

tidak hanya secara fisik akan tetapi juga secara non fisik. Setiap K/L/D yang memberikan

layanan secara elektronik pada umumnya memiliki ruang server yang pengelolaannya be-

lum memiliki standard yang ditetapkan oleh Pemerintah secara nasional. Dengan demikian

terlihat bahwa pengamanan secara fisik belum dapat dilaksnakan secara optimal dan ser-

agam oleh semua K/L/D. Sementara itu dari sisi elektronik diperlukan adanya otoritas

tunggal yang dapat menentukan bahwa transaksi tersebut adalah aman. Pemerintah telah

memulai dengan government certified authority sebagaimana terlihat pada Gambar di

bawah. Namun demikian diperlukan sosialiasi dan kebijakan pemerintah untuk melaksana-

kan sistem keamanan seperti ini. Dengan demikian peningkatan kepercayaan masyarakan

terhadap layanan public melalui e-government dapat dijamin.

Gambar 3 Indonesia Government Certificated Authority

24

Page 25: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

3. Aplikasi

a. Tidak adanya interoperabilitas aplikasi e-government antar K/L/D

Untuk melaksanakan pelayanan publik melalui e-government diperlukan perangkat

lunak sebagai perantara untuk memberikan infomasi, mengambil informasi, mengolah

informasi, dan menyebabluaskan infomasi terkait dengan pelayanan publik. Pemerintah

memiliki sejumlah besar layanan public yang wajib diberikan kepada masyarakat. Lay-

anan tersebut memerlukan data yang dapat menjamin baik kualitas maupun

validitasnya. Sebagian besar data telah terkumpul maupun telah ada pada K/L/D yang

menangani layanan dimaksud. Namun demikian data tersebut belum dapat

dikonsumsi/dipergunakan oleh K/L/D lain oleh karena formatnya yang berbeda. Perbe-

daan format ini dapat menyebabkan interoperabilias yang tidak dapat berjalan dengan

baik. Misalnya dalam aplikasi KTP elektronik, apabila ada/telah ada aplikasi yang

menjembatani dengan K/L/D lain yang juga menggunakan KTP maka data tersebut

tidak perlu lagi untuk dimasukkan ulang dan harus dapat menjadi identitas tunggal un-

tuk memperoleh layanan public lainnya.

i. Tidak ada standarisasi yang menjadi pedoman dalam pembuatan aplikasi

Pada pemerintahan yang telah menerapkan e-gov, hampir seluruh datanya telah

memiliki standard baik untuk penyimpanan, pemasukan, maupun pertukarannya. Di

pemerintah Hongkon dalam kaitannya dengan data ekport impor telah ditetapkan

standard data yang wajib dan harus diisi oleh importer maupun ekportir seba-

gaimana terlihat dalam Gambar berikut.

25

Page 26: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

Gambar xx Standarisasi Data di Pemerintah Hongkong

Disamping standarisasi data juga diperlukan standarisasi formulir yang akan/wajib

diisi oleh pemangku kepentingan yang akan menerima layanan tersebut. Standaris-

ari formulir ini akan dapat memudahkan pemrosesan informasi yang diperoleh se-

cara digital. Beberapa Negara yang menjalankan dan mengimplementasikan lay-

anan online/digital menerapkan potongan harga apabila layanan tersebut diberikan

secara elektronik misalnya Kantor Kekayaan Intelektual Singapura telah menerap-

kan hal tersebut sebagaimana terlihat pada Gambar di bawah.

26

Page 27: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

Gambar xxx Standarisasi Formulir dengan potongan harga untuk layanan melalui

online

ii. Terjadinya silo-silo dalam pelaksanaan sistem informasi di masing-masing K/L/D

Teknologi Informasi dan Komunikasi telah berkembang semakin cepat. Beberapa

K/L/D telah membangun sistem informasinya guna melayani masyarakat sesuai

dengan tupoksinya masing-masing. Pembangunan sistem informasi yang terjadi

layaknya tumbuhnya rumput dimusim hujan setelah kemarau panjang. Namum de-

mikian yang diperlukan adalah mensingkronisasi atau mensinergiskan perkemban-

gan tersebut. Hal yang sama juga terjadi di pemerintah Hongkong pada saat mereka

mulai membangun e-gov. Faktanya bahwa masyarakat secara tidak langsung telah

memanfaatkan sarana online dalam transaksi pribadi baik untuk pemesanan hotel,

tiket, dan lain-lain. Pemerintah melalui Kominfor telah menginisiasi misalnya

adanya aplikasi SiMaya yang dapat digunakan untuk menggantikan e-office.

Kemudian melalui LKPP juga telah diimplementasikan Pengadaan Barang dan Jasa

27

Page 28: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

secara elektronik yang dapat memotong banyak birokrasi. Namun demikian singk-

ronisasi masih diperlukan oleh karena masih banyak K/L/D yang telah menerapkan

sistem informasi untuk pelayanan pada masyarakat. Bahkan sangat dimungkinkan

untuk mereplikasi sistem yang sama dengan menerapkan ke K/L/D lain. Misalnya

Pemerintah Sragen yang telah menerapkan sistem pelayanan satu atap di Kabupaten

Merauke dll. Pada akhirnya bahwa silo-silo sistem informasi tersebut dapat diman-

faatkan secara optimal sepanjang terjadi singkronisasi dan sinergi untuk proses bis-

nis yang serupa.

b. Pembuatan aplikasi tidak didasarkan pada perencanaan kebutuhan secara menyeluruh

dan berkesinambungan (IT strategic plan)

Pembanguan sistem infomasi salah satunya tekait dengan pembuatan apliasi, namun

demikian bila mengikuti pola yang terjadi pada umumnya, maka semua harus dimulai

dari perencanaan yang baik dan menyeluruh. Faktanya bahwa banyak terjadi perubahan

kebijakan perubahan persyaratan dan kebutuhan akan sistem informasi dimaksud. Kon-

disi ini mengakibatkan perubahan aplikasi pada berbagai sisi yang kurang terdokumen-

tasi dengan baik.

Aplikasi merupakan perwujudan dari sebuah bisnis proses yang sudah terstruktur den-

gan baik. Proses pembentukannya adalah dimulai dari kebutuhan user atau user re-

quirement kemudian dituangkan dalam spesifikasi teknis yang dapat dikoding atau

diprogram oleh seorang atau beberapa orang programmer. Proses tersebut biasanya di-

awali dengan Perencanaan statejik yang matang. Masing-masing K/L/D sebagian telah

memiliki IT Stratejik plan baik resmi maupun tidak resmi. Misalnya Pemda Riau yang

secara resmi memiliki Master Plan dimaksud dengan pengembangan aplikasi seba-

gaimana terlihat pada Gambar di bawah.

28

Page 29: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

Gambar xxx Pengembangan Aplikasi di Pemda Riau

Dari Gambar tersebut dapat dilihat bahwa aplikasi yang akan dibangun mencakup

Managemen Pemerintahan (15 modul), managemen kewilayahan (6 modul), manaje-

29

Page 30: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

men ekonomi dan pembangunan (11 modul), manajemen kesejahteraan masyarakat (10

modul), manajemen kebijakan dan legislasi (3 modul), antar muka pengguna (5

modul), dan data warehouse (1 modul). Faktanya dapat dilihat pada situs https://

www.riau.go.id/. Bila dilihat sudah menggunakan https berarti sudah menerapkan sis-

tem keamanan untuk transaksinya.

Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual telah memiliki strategi tersebut secara tidak

resmi namun dijalankan dengan baik untuk memberikan layanan kekayaan intelektual

kepada masyarakat.

Oleh karena itu secara nasional sangat diperlukan strategi tersebut pada tingkat pusat

maupun daerah berdasarkan tingkat kepentingan dan keamanannya sehingga

masyarakat dapat memperoleh informasi yang seragam dan serupa untuk layanan yang

terkait.

c. Adanya kelemahan teknis (bug/backdoor/spam/dll) di sebuah aplikasi

Hampir seluruh aplikasi untuk menangani layanan publik memiliki kelemahan.

Kelemahan tersebut dapat berasal dari yang terduga maupun yang tidak terduga. Untuk

yang terduga akan dapat diatasi dengan segera, akan tetapi untuk hal yang tidak terduga

harus dicari penyebab utamanya. Namun demikian sebaiknya meskipun terjadi bug

sepanjang ada komunikasi secara intensif hal tersebut akan dapat segera di atasi. Bug

yang sulit di atasi adalah apabila aplikasi tersebut dibangun oleh pihak luar dan belum

ada transfer teknologi. Pada saat ini terdapat beberapa aplikasi yang telah dibangun

oleh K/L/D secara mandiri dan juga terdapat aplikasi yang dibandung oleh vendor ber-

dasarkan kebutuhan dari K/L/D. Misalnya untuk Kabupaten Sragen, hampir semua ap-

likasi telah dibandung oleh pegawai internal Pemda tersebut. Dengan demikian, kesala-

han yang terjadi akan dapat segera diatasi dengan sendirinya. Pada kasus aplikasi yang

dibangun pihak ke tiga maka kunci utamanya terletak pada kontrak perjanjian yang dis-

pekati dan kejelasan bisnis proses dari setiap layanan pubilk yang diberikan. Yang pal-

ing utama dalam menghadapi (bug/backdoor/spam/dll) atas sebuah aplikasi adalah

dengan merubah pola pikir bahwa hal tersebut merupakan tantangan bukan permasala-

han sehingga ada energy positif untuk menghadapi tantangan tersebut.

d. Pembuatan aplikasi yang tidak userfriendly

Kemudahan pemakaian (user friendly) sebagai salah satu factor utama bagi pengguna

aplikasi untuk menggunakannya dalam membantu pelaksanaan tupoksinya. Dapat

dibayangkan apabila seorang Steve Job sang pemilik brand Apple dulu tidak

30

Page 31: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

memikirkan hal ini. Faktanya bahwa hampir semua pemilik gadget Apple tidak memer-

lukan pelatihan secara khusus bagaimana menggunaannya. Hal yang sama seharusnya

juga dapat dilakukan untuk pengembangan aplikasi yang memberikan modul yang

ramah terhadap pemakai sehingga pemakai mudah menggunakannya. Perbedaannya

adalah bahwa pada tingkat pemerintahan maka terdapat regulasi yang mengaturnya se-

hingga dimungkinkan akan menjadi sedikit agak kaku dalam pembuatan aplikasinya.

Hal ini seharusnya dapat diatasi dengan menyediakan modul pemakaian yang dapat

diakses secara mudah atau penyediaan layanan bantuan (help desk) sebagaiamana yang

dilaksanakan oleh LKPP dalam mengimplementasikan LPSE di seluruh Indonesia yang

cukup berhasil.

i. Belum semua pembuatan aplikasi oleh pemerintah pusat dilengkapi helpdesk,

manual book dan bisnis proses yang jelas

Semua K/L/D telah memiliki aplikasi untuk memberikan layanan public, oleh kar-

ena tuntutan masyarakat maka layan tersebut segera diresmikan oleh pejabat di K/

L/D tersebut. Dalam pelaksanaannya muncullah masalah yang terkait dengan peng-

gunaan yang belum optimal. Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh belum terso-

sialisasinya dengan baik aplikasi untuk layanan tersebut, buku manualnya belum

dibuat atau diterbitkan secara resmi maupun diakses secara mudah. Hal lain yang

juga menjadi factor ini adalah kejelasan dari bisnis proses yang dapat dipahami

baik oleh pemangku kepentingan maupun pegawai yang memberikan layanan ke-

pada masyarakat.

ii. Pembuatan aplikasi yang tidak single sign on

Pada saat pejabat pemerintah memberikan layanan melalui e-government pasti

mereka menggunakan sarana TIK baik gadget maupun personal computer yang di-

gunakan untuk memberikan pelayanan dimaksud. Kendala yang dihadapi adalah

apabila satu jenis pelayanan public harus berpindah-pindah sarana TIK maupun

penggunaan user-id yang berbeda. Hal ini sangat merepotkan pegawai maupun

masyarakat penerima layanan public tersebut. Perencanaan yang baik adalah

dengan membuat aplikasi yang mendukung dan dapat dilaksakanan secara single

sign on. Dalam skema ini satu user id pegawai (pemberi layanan) akan dapat ter-

hubung dengan berbagai layanan public sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Termasuk diantaranya user-id tersebut tergabung dalam email maupun nomor

handphone/gadgetnya sehingga pelaksanaan pelayanan public akan dapat dilaksan-

31

Page 32: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

akan secara mobile, setiap saat, dan dimana saja. Dengan demikian masyarakat

akan memperoleh layanan public semaksimal mungkin.

e. Belum adanya pemilahan aplikasi yang generik dan spesifik

Aplikasi untuk memberikan layanan public dapat dikelompokkan menjadi yang generic

dan spesifik. Beberapa aplikasi yang digunakan di seluruh K/L/D dengan jenis pelay-

anan yang sama dikategorikan sebagai aplikasi yang generic. Banyak aplikasi yang ter-

masuk dalam kategori ini, antara lain: Perencanaan, E-budgeting, Pelayanan Satu Atap,

Pelayanan Barang Miliki Negara, Keuangan, Kepegawaian dan lain-lain. Apabila pe-

merintah telah menetapkan aplikasi untuk pengelolaan hal-hal yang generic ini, maka

pembuatan, pengembangan, pemeliharaannya akan jauh lebih efektif dan efisien

dengan menggunakan resource yang sama dan kaya akan tantangan yang dapat disele-

saikan secara bersama.

Disisi lain beberapa K/L/D juga memiliki pelayana public khusus atau spesifik yang

tidak dimiliki oleh K/L/D yang lain. Aplikasi yang spesifik ini memerlukan keahlian

khusus dan bukan merupakan aplikasi yang diamanatkan oleh Undang-Undang Oto-

nomi Daerah yang mewajibkan setiap pemda memberikan layan public minimalnya.

Misalnay terkat dengan Kekayaan Intelektual, maka di seluruh dunia hanya ada satu

unit yang memberikan layanan kekayaan intelektual, karena itu diperlukan aplikasi

yang spesifik khusus bidang kekayaan intelektual.

i. Belum ada koordinasi aplikasi yang generik dalam skala nasional

Pemda Kota Bandung, DKI Jakarta, Kota Surabaya, Kota Pekalongan, dan pemda-

pemda lain memiliki pelayanan public yang sejenis/serupa yakni PTSP. Pada

kenyataannya masing-masing pemda tersebut membangun aplikasi PTSP masing-

masing yang memberikan layanan serupa. Hal ini dapat terjadi oleh karena Pemer-

intah Pusat belum memberikan atau memiliki kebijakan terkait dengan aplikasi

yang umum yang dapat digunakan oleh seluruh K/L/D. Adanya kebijakan ini

sangat diperlukan untuk mengimplemtasikan e-government secara terpadu dengan

berbagi resource sehingga dapat terjadi penghematan maupun efisiensi di seluruh

K/L/D.

f. Beberapa aplikasi belum dapat dijalankan secara online dengan data tunggal

Ketunggalan data merupakan kunci utama dalam menjalanan aplikasi yang dapat di-

manfaatkan untuk memberikan pelayanan public kepada masyarakat. Pada saat ini, Pe-

merintah Singapura telah menerapkan data tunggal terkait dengan identitas pendu-

32

Page 33: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

duknya, dengan data tunggal ini banyak efieiensi yang dapat dihasilkan, misalnya pada

saat salah satu masyarakat memiliki suatu ide atas suatu invensi, maka cukup men-

girimkan data invensinya untuk di beri paten tanpa harus memasukkan data nama, ala-

mat, nomor hp dll sehingga, pemilik ide atau masyarakat akan sangat mudah untuk

mengajukan permohonan patennya dimana saja dan kapan saja. Ketunggalan data juga

memerlukan kebijakan pemerintah misalnya Identitas pendukuk, harus cukup dengan

KTP elektronik yang tanggung jawab datanya hanya diberikan kepada Kementerian

Dalam Negeri. Sedangkan untuk data tunggal bentuk lain misalnya daftar perusahaan

dapat dikendalikan oleh Kementerian Hukum dan HAM, sedangkan data wajib pajak

dapat dikendalikan oleh Kementerian Keuangan. Pembagian kewenangan ketunggalan

data sangat diperlukan untuk mengimplementasi e-goveerment secara menyeluruh.

g. Belum dioptimalkan aplikasi email .go.id untuk menjalankan kepemerintahan

Sebagaiamna yang telah kita ketahui bersama bahwa hamper seluruh penduduk

Indonesia terutama pegawai pemerintah, masing-masing memiliki email bain di

@gmail.com, @yahoo.com, atau @hotmail.com. Hal ini sangat beresiko apabila

pengiriman datanya bersifat rahasia. Karena semua pemiliki atau provider email akan

dapat membaca data-data yang dikirimkan via email. Dengan demikian informasi

rahasia Negara akan dapat dilihat oleh pihak pengelola email, sehingga kerahasiaan

Negara akan terbuka untuk umum. Pemerintah telah memulan dengan email

@pns.go.id maupun masing-masing K/L/D juga telah mulai dengan masing-masing

unit misalnya @dgip.go.id untuk Direktorat Jenderak Kekayaan Intelektual

@ristek.go.id untuk Kementerian Ristik Dikti. Akan tetapi pada tataran

implementasinya juga belum dapat dilaksanakan secara maksimal, mungkin karena

tidak nyaman, mungkin juga karena emailnya lambat, atau mungkin juga sering

terkena spam atau blacklist oleh penyedia email lainnya. Pada kondisi ini pemerintah

perlu memberikan dukungan secara penuh dan optimal dengan kebijakan bahwa

seluruh PNS harus menggunakan @pns.go.id. Dengan demikian konsep single sign on

(SSO) yang diungkapkan di atas akan dapat dilaksanakan dengan baik, termasuk

sharing resource baik media penyimpanan, media pencetakan dan lain sebagainya.

33

Page 34: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

BAB III

ALTERNATIF KEBIJAKAN

Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan dalam membangun e-government di Indonesia guna mendorong pelayanan publik yang terintegrasi, maka ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan oleh Pemerintah, antara lain:

No Permasalahan Alternatif Kebijakan

A. Tata Kelola

I. Perencanaan

1) Penyusunan Rancangan Rencana Induk Nasional dan Peta Jalan e-government sudah dilaksanakan sejak tahun 2006, namun belum sampai menjadi legalitas formal.

a. Menyusun kebijakan nasional terkait penerapan e-government, berwujud regulasi yang kuat dan bisa mengikat kepada semua elemen penyelenggara pemerintahan.

b. Menyusun dan atau memperbaiki kebijakan mengenai tata kelola penyelenggaraan pemerintahan (business process) di semua K/L/D dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi.

c. Mempercepat penetapan peta jalan pembangunan e-government nasional yang menjadi bagian dari kebijakan umum e-government.

d. Pengoptimalan peran dan fungsi Dewan TIK Nasional untuk mengawal percepatan penetapan peta jalan e-government di Indonesia.

2) Kurang optimalnya koordinasi perencanaan nasional untuk mensinergikan program dan kegiatan e-government di K/L/D (skala prioritas, arah kebijakan, strategi)

a. Mengoptimalkan peran dan fungsi Kementerian yang bertugas dalam perencanaan pembangunan nasional untuk mengkoordinasikan perencanaan program dan kegiatan mengenai e-government di K/L/D .

b. Otoritas penanganan e-government nasional langsung berada pada presiden / wakil presiden

II. Organisasi dan tata laksana

1) Belum dilaksanakannya proses bisnis yang terintegrasi dalam penyelenggaraan e-government pada K/L/D

Implementasi proses bisnis e-government yang terintegrasi di internal maupun antar K/L/D

2) Belum adanya struktur peran yang jelas dalam pelaksanaan e-government baik pada level

a. Dibuat struktur peran yang jelas dalam pelaksanaan e-government baik pada level perumusan

34

Page 35: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

No Permasalahan Alternatif Kebijakan

perumusan kebijakan, pelaksanaan maupun monitoring dan evaluasi

kebijakan, pelaksanaan maupun monitoring dan evaluasi

b. Kemen PANRB menyusun kebijakan SPBE secara umum serta mengevaluasi imlementasi kebijakan SPBE

c. Kominfo menyusun kebijakan tentang standardisasi e-Gov

d. Lemsaneg menyusun kebijakan dan standardisasi Pengamanan

e. Kementerian PPN/Bappenas sebgai koordinator perencanaan program dan kegiatan e-government

f. Kementrian Keuangan mengkoordinasikan kebijakan penganggaran e-government nasional secara terpadu

g. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika melakukan pendataan terhadap e-government yang sudah terbangun, mengklasifikasi dan memilih best practices e-government yang sudah ada, kemudian mendorong K/L/D untuk mereplikasi e-gov terbaik

h. Kementerian Dalam Negeri mengkoordinasikan kebijakan penganggaran e-government di Pemerintah Daerah

3) Belum optimalnya peran dan fungsi lembaga yang secara teknis menangani e-government di sebagian besar K/L/D

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika melakukan evaluasi implementasi peraturan perundang-undangan yang sudah ada yang menciptakan silo system

4) Kelembagaan yang secara teknis menjalankan peran penyelenggaraan e-government di K/L/D berbeda-beda dan belum memiliki standar yang jelas, sehingga antar K/L/D memiliki nomenklatur dan eselonisasi yang berbeda, bahkan di tingkat pemerintah daerah ada yang belum memiliki unit yang menanganinya

a. Standardisasi nomenklatur kelembagaan dan eselonisasi pada lembaga e-government di K/L

b. Monitoring pengendalian dan pengawasan terhadap pembentukan kelembagaan yang menangani e-government khususnya di Daerah seiring dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah

III.Sumber Daya Manusia

35

Page 36: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

No Permasalahan Alternatif Kebijakan

1) Kurang memadainya kuantitas dan kualitas (kompetensi teknis) SDM TIK

a. K/L/D melaksanakan uji kompetensi SDM TIK untuk memetakan kompetensinya

b. K/L/D menyusun rencana pengembangan SDM TIK

c. Peningkatan profesionalisme SDM TIK melalui pendidikan dan pelatihan yang relevan sesuai hasil pemetaan kompetensi

d. Penetapan Jabatan Fungsional Tertentu TIK

2) Belum adanya standardisasi lembaga pendidikan dan pelatihan TIK baik pemerintah maupun swasta

Penyusunan standardisasi lembaga pendidikan dan pelatihan TIK oleh lembaga diklat yang sudah terakreditasi sebagai lembaga diklat teknis TIK

3) Belum ada standardisasi kompetensi SDM TIK untuk aparatur pemerintahan, masyarakat industri, dunia pendidikan, dan masyarakat umum;

Penyusunan standardisasi SDM TIK untuk aparatur pemerintah, masyarakat industri, dunia pendidikan dan masyarakat umum oleh Kementrian yang membidangi e-government

4) Belum optimalnya pembinaan SDM TIK sampai level operator

a. Menetapkan Kementerian yang berfungsi sebagai pembina jabatan fungsional TIK

b. Membuat kebijakan yang mewajibkan peningkatan dan pengembangan kompetensi SDM TIK

5) Belum adanya pengaturan pembinaan jenjang dan pola karier SDM TIK

a. Penyusunan standar kompetensi Jabatan Fungsional Tertentu TIK oleh Kementerian PAN dan RB, Kominfo, dan BKN

b. Penyusunan Pola Karir Jabatan Fungsional Tertentu TIK oleh Kementerian PANRB, Kominfo, dan BKN

6) Literasi e-government pada masyarakat luas masih rendah.

a. K/L/D melibatkan LSM untuk meningkatkan literasi e-government antara lain melalui sosialisasi, dan pembentukan komunitas

b. Optimalisasi fungsi kehumasan untuk mensosialisasikan e-government yang sudah terbangun

c. Mendorong partisipasi masyarakat melalui berbagai kompetisi pengembangan aplikasi yang terkait dengan standar pelayanan,

7) Pola pikir (mind set), sikap, dan a. Kementerian Pendayagunaan dan

36

Page 37: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

No Permasalahan Alternatif Kebijakan

budaya kerja yang belum berubah untuk memberikan pelayanan yang cepat berbasis IT : Komitmen pimpinan men-

genai pentingnya SPBE dis-emua level pemerintahan dari pusat s.d. daerah

Ego sektoral (tidak mau berbagi data)

Adanya penolakan terhadap e-government

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Komunikasi dan Informatika menyelenggaraan e-government summit secara rutin dengan topik yang sudah ditentukan dalam rangka menyamakan persepsi antar pimpinan.

b. Memasukkan kurikulum tentang e-government dalam berbagai jenis pendidikan dan pelatihan bagi pejabat negara dan pejabat struktural

c. Membangun dan mempercepat e-kinerja nasional di semua K/L/D yang diintegrasikan dalam single salary system

IV. Penganggaran

1) Orientasi penyusunan dan penggunaan anggaran e-government belum berbasis outcome dan berorientasi proyek (input and output based)

a. Penerapan e-budgeting secara nasional

b. Pelaksanaan audit kinerja secara berkala oleh APIP untuk semua K/L/D

2) Kebijakan anggaran belum jelas dalam mendukung terwujudnya e-government

a. Kementrian Keuangan mengkoordinasikan kebijakan penganggaran e-government nasional secara terpadu

b. Kementerian Dalam Negeri mengkoordinasikan kebijakan penganggaran e-government di Pemerintah Daerah dengan mengacu pada Kebijakan penganggaran e-government nasional

c. Penempatan anggaran e-government lintas K/L/D dialokasikan di Kementerian yang menangani urusan komunikasi dan informatika

V. Monitoring dan Evaluasi

1) Belum dilaksanakannnya monitoring dan evaluasi secara menyeluruh atas implementasi e-government secara nasional

Penyempurnaan instrumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan e-government yang melibatkan kementerian terkait

2) Belum diterapkannnya reward and punishment system atas hasil penilaian PeGI

Pemberian reward and punishment atas hasil penilaian pelaksanaan e-government di K/L/D

B. Teknis

I. Infrastruktur

37

Page 38: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

No Permasalahan Alternatif Kebijakan

I.1. Jaringan Internet yang belum memadai1.1.1. Belum optimalnya

pemerataan, kualitas dan integrasi infrastruktur jaringan internet sampai ke pelosok kabupaten/kota yang ada di Indonesia. (baik jaringan internet untuk pemerintah maupun untuk masyarakat)

1. Pembagian tugas antara pemerintah pusat dan daerah dalam percepatan pembangunan infrastruktur jaringan, percepatan pembangunan backbone (palapa ring) oleh pemerintah pusat sedangkan pembangunan jaringan di daerah diserahkan kepada daerah

2. Pembuatan regulasi untuk menegaskan pembagian tugas antara pemerintah pusat dan daerah dalam percepatan pembangunan infrastruktur jaringan.

1.1.2. Tidak adanya infrastruktur jaringan tunggal (back bone) yang digunakan oleh pemerintah pusat sampai dengan ke pemerintahan yang paling rendah, sehingga penyediaan jaringan internet di lembaga pemerintahan dilakukan oleh vendor-vendor yang berbeda

1. Penyediaan jaringan back bone oleh pemerintah dan digunakan secara bersama-sama oleh K/L/D sampai dengan level pemerintahan yang paling bawah, yaitu desa/kelurahan.

2. Penerbitan regulasi terkait sharing recources terhadap para ISP (Internet Service Provider) yang telah digunakan oleh K/L/D.

1.1.3. Mekanisme penyediaan infrastruktur jaringan in-ternet di daerah diserahkan kepada mekanisme pasar

Penyediaan infrastruktur jaringan internet yang ada di daerah yang dikoordinir oleh pemerintah pusat.

1.1.4. Biaya terhadap pengadaan/penggunaan jaringan internet untuk pemerintah dan masyarakat masih tinggi

Penekanan biaya internet kepada para ISP yang dilakukan oleh kementerian terkait.

1.2. Jaringan komunikasi yang be-lum memadai1.2.1. Belum meratanya in-

frastruktur jaringan komunikasi sampai ke pelosok-pelosok daerah di Indonesia, baik untuk pemerintah dan masyarakat.

Pembangunan infrastruktur jaringan komunikasi dengan memprioritaskan daerah perbatasan

1.2.2. Belum optimalnya pengaturan frekuensi un-tuk akses informasi.

1. Perlunya pengendalian terhadap penggunaan frekuensi

2. Perlunya punishment terhadap pihak yang melakukan pelanggaran

1.3. Infrastruktur Data Center

1.3.1. Belum optimalnya 1. Perlunya sosialisasi terhadap

38

Page 39: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

No Permasalahan Alternatif Kebijakan

pemanfaatan Data Cen-ter yang dimiliki pemer-intah untuk mendukung egovernment.

keberadaan data center yang dimiliki oleh pemerintah pusat

2. Penyediaan data center oleh pemerintah pusat yang memadai.

3. Perlunya inventarisasi data center yang ada di K/L

1.3.2. Beberapa lembaga pe-merintah membangun data center secara mandiri dan tidak ada interoperabilitas dengan data center milik lem-baga pemerintah lain.

1. Mewujudkan interoperabilitas antar database di K/L/D/I.

2. Mewujudkan sharing recources terhadap keberadaan data center yang ada di K/L/D

1.3.3. Sebagian besar Data Center yang dibangun oleh Lembaga Pemerin-tah belum sepenuhnya menerapkan standard-isasi data center yang handal dan aman.

Pemenuhan Data Center terpusat yang memenuhi standar keamanan

1.3.4. Belum optimalnya fungsi DRC (disaster re-covery center) untuk data pemerinta

Memanfaatkan data center yang ada di K/L/D yang sudah memenuhi standar keamanan sebagai DRC.

1.3.5. Belum terwujudnya Big Data yang mendukung implementasi e-government

Mengoptimalkan one data di berbagai bidang/sektor pemerintah

1.4. Infrastruktur Sumber Daya Listrik1.4.1. Belum merata dan

cukupnya dukungan sumber daya listrik ke semua daerah di Indone-sia

Memanfaatkan energi terbarukan, antara lain solar cell

1.5. Infrastruktur Pendukung

1.5.1. Terbatasnya sarana dan prasarana yang mendukung diterapkannya e-government di level pemerintah desa/kelurahan maupun pemerintah kecamatan

Pemanfaatan dana desa untuk mendukung implementasi egovernment guna mewujudkan pelayanan publik yang memuaskan.

1.6. Lemahnya sistem keamanan data (security system)

- Belum optimalnya keamanan fisik dan keamanan logik ter-

Fasilitasi pemenuhan standardisasi keamanan oleh kementerian terkait

39

Page 40: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

No Permasalahan Alternatif Kebijakan

hadap jaringan yang dimiliki/dibangun oleh pemerintah.

kepada K/L/D

- Belum optimalnya fungsi di-gital signature

Pengoptimalan fungsi Certificate Authority yang sudah ada di Indonesia

- Belum optimalnya fungsi Pub-lik Key Insfrastruktur

II. Aplikasi

II.1. Tidak adanya interoperabilitas aplikasi e-government antar K/L/D

Mengoptimalkan fungsi aplikasi MANTRA (MANajemen integrasi dan perTukaRAn data ) yang telah dibuat Kementerian Kominfo.

II.2. Pembuatan aplikasi tidak didasarkan pada perencanaan kebutuhan secara menyeluruh dan berkesinambungan (IT strategic plan)

Perlunya pembuatan aplikasi-aplikasi generik skala nasional yang di buat oleh kementerian terkait dan selanjutnya digunakan secara bersama-sama di semua K/L/D, misalnya aplikasi tentang sistem keuangan.

II.3. Adanya kelemahan teknis (bug/backdoor/spam/dll) di se-buah aplikasi

1. Pemenuhan cyber security secara nasional.

2. Pengoptimalan lembaga cyber security pemerintah untuk melakukan monitoring, pembinaan dan evaluasi terhadap keamanan cyber yang ada di semua K/L/D

3. Pemenuhan SDM profesional yang menangani cyber securty di semua K/L/D

III. Pembuatan aplikasi yang tidak userfriendly

1. Pembuatan aplikasi generik maupun spresifik oleh kementerian terkait yang mudah diimplementasikan di semua K/L/D.

2. Pembuatan aplikasi generik maupun spresifik oleh kementerian terkait yang berbasis mobile.

III.1. Belum semua pembuatan ap-likasi oleh pemerintah pusat dilengkapi helpdesk, manual book dan bisnis proses yang jelas

Pemenuhan helpdesk yang handal terhadap aplikasi yang dibuat oleh pemerintah.

III.2. Pembuatan aplikasi yang tidak single sign on

Pembuatan portal aplikasi di internal K/L/D dan terintegrasi dengan aplikasi antar K/L/D

III.3. Belum adanya pemilahan ap-likasi yang generik dan spesifik

Perlunya repository aplikasi tingkat nasional

III.4. Belum ada koordinasi aplikasi yang generik dalam skala nas-ional

Pengoptimalan peran Kementerian Kominfo untuk mengintegrasikan berbagai jenis aplikasi yang ada di K/L/D

III.5. Beberapa aplikasi belum dapat dijalankan secara online dengan data tunggal

Pengoptimalan interoperabilitas antar aplikasi di semua K/L/D, misalnya pengoptimlaan fungsi aplikasi

40

Page 41: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

No Permasalahan Alternatif Kebijakan

MANTRA di KominfoIII.6. Belum dioptimalkan aplikasi

email .go.id untuk menjalankan kepemerintahan

1. Perlunya sosialisasi akan pentingnya emailnya go.id

2. Perlunya penegasan (punishment) terhadap lembaga/personil yang tidak menggunakan email go.id

BAB IV

REKOMENDASI

Berdasarkan identifikasi permasalahan dan penyusunan alternatif kebijakan, maka terdapat beberapa rekomendasi, antara lain :

A. Tata Kelola1. Menyusun kebijakan nasional terkait penerapan e-government, berwujud regulasi

yang kuat dan bisa mengikat kepada semua elemen penyelenggara pemerintahan2. Menjadikan e-government sebagai prioritas nasional program dan kegiatan

strategis di K/L/D3. Pengembangan e-government menjadi bagian dari Indikator Kinerja Utama (IKU)

seluruh K/L/D, khususnya Kemen PANRB dan Kominfo menetapkan masterplan dan arsitektur e-government tahun 2017

4. Pengendalian pelaksanan e-government nasional langsung berada pada wakil presiden

5. Implementasi proses bisnis e-government yang terintegrasi di internal maupun antar K/L/D

41

Page 42: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

6. Dibuat struktur peran yang jelas dalam pelaksanaan e-government baik pada level perumusan kebijakan, pelaksanaan maupun monitoring dan evaluasi

7. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika melakukan evaluasi implementasi peraturan perundang-undangan yang sudah ada yang menciptakan silo system

8. Monitoring pengendalian dan pengawasan terhadap pembentukan kelembagaan yang menangani e-government khususnya di Daerah seiring dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah

9. Penetapan Jabatan Fungsional Tertentu TIK10. Penyusunan standardisasi lembaga pendidikan dan pelatihan TIK oleh lembaga

diklat yang sudah terakreditasi sebagai lembaga diklat teknis TIK11. Penyusunan standardisasi kompetensi SDM TIK untuk aparatur pemerintah,

masyarakat industri, dunia pendidikan dan masyarakat umum oleh Kementrian yang membidangi e-government

12. Menetapkan Kementerian yang berfungsi sebagai pembina jabatan fungsional TIK13. K/L/D melibatkan LSM untuk meningkatkan literasi e-government antara lain

melalui sosialisasi, dan pembentukan komunitas14. Memasukkan kurikulum tentang e-government dalam berbagai jenis pendidikan

dan pelatihan bagi pejabat negara dan pejabat struktural15. Penerapan e-budgeting secara nasional16. Kementerian Keuangan mengkoordinasikan kebijakan penganggaran e-

government nasional secara terpadu dan Kementerian Dalam Negeri mengkoordinasikan kebijakan penganggaran e-government di Pemerintah Daerah dengan mengacu pada Kebijakan penganggaran e-government nasional serta Penempatan anggaran e-government lintas K/L/D dialokasikan di Kementerian yang menangani urusan komunikasi dan informatika

17. Penyempurnaan instrumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan e-government yang melibatkan kementerian terkait

18. Pemberian reward and punishment atas hasil penilaian pelaksanaan e-government di K/L/D

B. Teknis1. Pembuatan regulasi untuk menegaskan pembagian tugas antara pemerintah pusat

dan daerah dalam percepatan pembangunan infrastruktur jaringan.2. Penyediaan jaringan backbone oleh pemerintah dan digunakan secara bersama-

sama oleh K/L/D sampai dengan level pemerintahan yang paling bawah, yaitu desa/kelurahan.

3. Penyediaan infrastruktur jaringan internet yang ada di daerah yang dikoordinir oleh pemerintah pusat.

4. Penekanan biaya internet kepada para ISP yang dilakukan oleh kementerian terkait.

5. Pembangunan infrastruktur jaringan komunikasi dengan memprioritaskan daerah perbatasan

6. Perlunya pengendalian terhadap penggunaan frekuensi7. Penyediaan data center oleh pemerintah pusat yang memadai.8. Mewujudkan interoperabilitas antar database di K/L/D9. Pemenuhan Data Center terpusat yang memenuhi standar keamanan10. Memanfaatkan data center yang ada di K/L/D yang sudah memenuhi standar

keamanan sebagai DRC.

42

Page 43: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

11. Mengoptimalkan one data di berbagai bidang/sektor pemerintah12. Memanfaatkan energi terbarukan, antara lain solar cell13. Pemanfaatan dana desa untuk mendukung implementasi egovernment guna

mewujudkan pelayanan publik yang memuaskan.14. Fasilitasi pemenuhan standardisasi keamanan oleh kementerian terkait kepada

K/L/D15. Pengoptimalan fungsi Certificate Authority yang sudah ada di Indonesia16. Mengoptimalkan fungsi aplikasi MANTRA (MANajemen integrasi

dan perTukaRAn data ) yang telah dibuat Kementerian Kominfo.17. Perlunya pembuatan aplikasi-aplikasi generik skala nasional yang di buat oleh

kementerian terkait dan selanjutnya digunakan secara bersama-sama di semua K/L/D, misalnya aplikasi tentang sistem keuangan.

18. Pengoptimalan lembaga cyber security pemerintah untuk melakukan monitoring, pembinaan dan evaluasi terhadap keamanan cyber yang ada di semua K/L/D

19. Pembuatan aplikasi generik maupun spresifik oleh kementerian terkait yang berbasis mobile.

20. Pemenuhan helpdesk yang handal terhadap aplikasi yang dibuat oleh pemerintah.21. Pembuatan portal aplikasi di internal K/L/D dan terintegrasi dengan aplikasi antar

K/L/D22. Perlunya repository aplikasi tingkat nasional23. Pengoptimalan peran Kementerian Kominfo untuk mengintegrasikan berbagai

jenis aplikasi yang ada di K/L/D24. pengoptimalan interoperabilitas antar aplikasi di semua K/L/D, misalnya

pengoptimlaan fungsi aplikasi MANTRA di Kominfo25. Perlunya penegasan (punishment) terhadap lembaga/personil yang tidak

menggunakan email go.id

-----0000------

RENCANA AKSI

43

Page 44: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

No Kebijakan Terpilih Rencana Tindak

Target Waktu

Penanggung jawab

44

Page 45: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

45

Page 46: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

A. Aspek Teknis1. Belum adanya kebijakan nasional yang kuat terkait penerapan pemerintahan

berbasis elektronik yang bisa mengikat semua elemen penyelenggara pemerinta-han.

2. Belum adanya perencanaan implementasi e-government secara nasional dan roadmap yang realistis dan berkesinambungan;

3. Belum optimalnya lembaga yang menangani implementasi e-government di semua K/L/D;

4. Belum memadai dan meratanya dukungan infrastruktur TIK di seluruh wilayah NKRI;

5. Belum baiknya tata kelola pemerintahan.6. Belum optimalnya berbagai bentuk sistem informasi elektronik yang terintegrasi

antar K/L/D

Adanya kesenjangan antara harapan dan kondisi e-government yang berpengaruh pada peningkatan kualitas pelayanan publik. Pada kenyataannya bahwa penerapan e-government belum optimal dalam mendukung peningkatan pelayanan publik. Untuk itu perlu dilakukan kajian tentang pembangunan e-government dalam rangka mendorong pelayanan publik yang terintegrasi. Hasil kajian ini akan dirumuskan dalam bentuk rekomendasi kebijakan sebagai masukan dalam pelaksanaan penataan tata kelola (bisnis proses) pemerintahan yang berbasis elektronik dalam rangka mendukung peningkatan kualitas pelayanan publik.

A. Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah disampaikan pada huruf A, rumusan permasalahan yang akan dikaji dalam Policy Paper ini, yaitu:1. Bagaimana membangun e governemnet dalam rangka mendorong pelayanan public

yang terintegrasi?2. Strategi apa yang perlu dikembangkan pemerintah dalam rangka penerapan

egovernment menuju pelayanan publik yang terintegrasi ?

Istilah E-government atau Electronic Government berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-government, tidak memuat pasal khusus mengenai definisi, namun rumusan butir kedua konsideran Menimbang pada dasarnya memuat definisi yuridis mengenai istilah e-

46

Page 47: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

government tersebut, yaitu “pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pemerintahan.” Berdasarkan definisi tersebut, maka istilah ‘electronic’ diartikan sebagai ‘pemanfaatan teknologi infomasi dan komunikasi’, sedangkan istilah ‘government’ diartikan sebagai ‘proses pemerintahan’.

United Nations Public Administration Network (UNPAN) mendefinisikan eGov sebagai “pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dan aplikasinya oleh pemerintah dalam rangka memenuhi kewajibannya di bidang informasi dan pelayanan publik untuk masyarakatnya (E-government is defined as the use of ICT and its application by the government for the provision of information and public services to the people).” Sedangkan, Profesor Toshio Obi (Waseda University E-government Index) mendefinisikan “e-government berkaitan dengan layanan yang disediakan oleh Pemerintah kepada warganegaranya dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (E-government relates to services provided by the State to its citizens using ICTs). Definisi e–Government lainnya yang cukup menarik disampaikan oleh Jim Flyzik (US Department of Treasury) ketika diwawancarai oleh Price Waterhouse Coopers yang mendefinisikan: e-government adalah membawa pemerintahan kedalam dunia internet, dan bekerja pada waktu internet.

Dengan demikian pembangunan/pengembangan e-gov melipu

B. Deskripsi Masalah

1. Belum terwujudnya mindset dan kesadaran bersama terutama para pelaku pemer-intahan di semua lini mulai dari K/L di pemerintahan pusat sampai dengan pemer-intahan yang paling bawah akan arti pentingnya sebuah penyelenggaraan pemer-intahan yang efektif, efisien, akuntabel, sinergi, profesional, partisipatif, terpadu dan terintegrasi serta berkesinambungan dengan memanfaatkan Teknologi In-formasi dan Komunikasi (TIK).

a. Sempitnya persepsi tentang e-governmentMasih terdapat pemahaman pada para perilaku pemerintahan yang memaknai e-government hanya dengan adanya perangkat komputer yang dipergunakan dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari dan adanya situs yang dimiliki oleh instansi pemerintah.

b. Adanya ego sektoralPada masing-masing K/L/D baik yang menangani bidang pelayanan publik, administrasi negara maupun keuangan dan anggaran telah memiliki sistem informasi/aplikasi/layanan unggulan masing-masing, namun belum terintegrasi dengan K/L lain dan belum terkoneksi dengan sistem di daerah. Masing-masing lembaga menyusun kebijakan e-government sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing. Ada kecenderung masing-masing K/L/D/I membuat data center dengan versi dan pemahamannya masing-masing serta mengembangkan aplikasi/software, yang pada akhirnya memunculkan pulau-pulau informasi yang tidak terintegrasi.

2. Belum memadai dan meratanya dukungan infrastruktur TIK di seluruh wilayah NKRIPembangunan dan pengembangan e-government tidak terlepas dari dukungan infrastruktur TIK. Beberapa permasalahan yang ada terkait dengan infrastruktur, antara lain:

47

Page 48: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

- belum ada infrastruktur jaringan tunggal yang digunakan oleh pemerintah pusat sampai dengan pemerintahan yang paling rendah di daerah, sehingga pengadaan infrastruktur terpecah-pecah di K/L/D. Implikasi dari kondisi ini adalah sulit untuk mengintegrasikan infrasrtuktur dan tingginya biaya pengadaan/penggunaan jaringan;

- terbatasnya sarana dan prasarana TIK di level pemerintahan terendah (desa maupun kecamatan);

- lemahnya sistem keamanan data dan sistem enkripsi;- disaster recovery center (DRC) belum terwujud dengan baik;- Tidak adanya interoperabilitas aplikasi egovernment antar K/L/D/

A. Alternatif KebijakanBerdasarkan hasil identifikasi permasalahan dalam membangun e-government di Indonesia guna mendorong pelayanan publik yang terintegrasi, maka ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan oleh Pemerintah, antara lain :1. Perbaikan bisnis proses di K/L/D dalam kerangka kesatuan sistem pemerintahan

yang terintegrasi dengan kebijakan reformasi birokrasi. Untuk mendukung hal tersebut, peran Kementerian PANRB sebagai business process owner adalah menyusun kebijakan yang implementatif untuk mensinergikan pelaksanaan e-government yang belum terintegrasi dan masih parsial.

2. Membangun mindset dan kesadaran bersama terutama para pelaku pemerintahan di semua lini mulai dari K/L di pemerintahan pusat sampai dengan pemerintahan yang paling bawah akan arti pentingnya sebuah penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, akuntabel, sinergi, profesional, partisipatif, terpadu dan terintegrasi serta berkesinambungan dan selanjutnya bertindak untuk memperbaiki tata kelola penyelenggaraan pemerintahan (bisnis proses) di semua tingkatan pemerintahan dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

3. Harmonisasi kembali peraturan yang sudah ada yang menciptakan silo-silo, - UU dari Depdagri tentang dan turunannya- UU No 11 tahun 20016 tentang ITE dan Peraturan

a. Menpan dan/atau Kominfo menyelenggaraan e-gov summit secara rutin dengan topik yang sudah ditentukan dalam rangka menyamakan persepsi antar pimpinan

b. Mendorong masing-masing K/L/D/I untuk mensosialisasikan kebijakan internal tentang pembuatane-gov pada masing-masing instansi

48

Page 49: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

1. Pembenahan berbagai faktor teknis yang bisa mendorong dilaksanakannya penyelenggaraan pemerintahan berbasis elektronik, antara lain melalui :a. Pembuatan kebijakan nasional terkait penerapan pemerintahan berbasis

elektronik, berujud regulasi yang bisa mengikat kepada semua elemen penyelenggara pemerintahan.

c. Menpan dan Kominfo harus bersinergi dalam menyusun dan menyelesaikan Kebijakan terkait e-gova) Menpan menyusun kebijakan SPBE secara umumb) Kominfo menyusun kebijakan tentang standardisasi e-Govc) Lemsaneg menyusun kebijakan Pengamanan

d. Rancangan Perpres tentang e-gov dibahas dalam Rapat Kabinet dan Pemba-hasan Rperpres tentang e-gov melibatkan semua pemangku kepentingan

e. Perpres SPBE agar mengamantakan kepada K/l untuk menyusun Grand Fesign dan Road Map SPBE sesuai dengan GD dan RM SPBE Nasional

1) Untuk E-gov yang menyangkut Pengembangan One Data terpusat di Kom-info, Pelayanan Lintas Instansi, duplikasi E-gov yang bisa dimasalkan di Ko-minfo

2) Untuk E-gov pelayanan K/L/D/I dialokasi kepada K/L/D/I masing-masing

b. Penyusunan perencanaan implementasi egovernment nasional dengan disertai roadmap yang realistis dan berkesinambungan.

1) Perlu diatur dalam Sistem ADIK agar dalam perencanaan dan penganggaran E-gov harus memuat Outcomes, Kementerian BPPN/Bappenas agar diberikan peran lebih untuk mencoret usulan yang tidak memuat Outcomes

2) Sosialisasi kepada semua Inspektorat K/L/D/I BAHWA perencanaan pem-bangunan E-gov harus memuat outcome

c. Pembentukan dan atau pengoptimalan lembaga yang menangani implementasi egovernment di semua K/L/D.

1) K/L/D/I harus membuat Grand Design dan Road Map pengembangan E-gov2) Kementerian PAN dan Kominfo bersama Depdagri melakukan pendataan ter-

hadap E-gov yang sudah terbangun3) Kominfo dan Depdagri mengklasifikasi dan memilih best Practices E-gov

yng sdah ada dan mendorong K/L/D/I untuk menduplikasi e-gov terbaik4) Standardisasi nomenklatur kelembagaan5) Standardisai nomenklatur kelembagaan TIK, yang akan mendukung adanya

mutasi JF TIK lintas K/L/D/I

d. Pembangunan infrastruktur TIK yang memadai dan merata di seluruh wilayah NKRI.

49

Page 50: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

e. Memetakan kebutuhan infrastuktur yang adaf. Menambahkan kewenangan Lemsaneg untuk mengatur pengamanan datag. Intergrasi one data dan SISKDh. Standardisasi infrastruktur data centeri. Pelu intervensi kebijakan pemerintah pusat bekerjasama dengan Pemda untuk

pembangunan infrastrukutj. Pembangunan dan pengoptimalan berbagai bentuk sistem informasi elektronik

yang terintegrasi antar K/L/D sampai dengan pemerintahan yang paling bawah, yaitu desa/kelurahan

1) K/L/D/Imelaksanakan uji kompetensi SDM TIK pada K/L/D/I masing-mas-ing untuk memetakan kompetensi SDM yang ada

2) Peningkatan profesionalisme SDM dengan mengikutsertakan pada pelatihan yang relevan sebagai tindaklajut pemetaan kompetensi

3) Penyusunan SKJS untuk tenaga TIK oleh Kemenpan, Kopminfo, dan BKN4) Menetapkan Komimfo sebagai lembaga pembina JF TIK5) Penyusunan Pola Karir JF oleh Kominfo, Kemenpan dan BKN6) Mengangkat ASN dari kalangan profesional 7) Standardisai nomenklatur kelembagaan TIK, yang akan mendukung adanya

mutasi JF TIK lintas K/L/D/I8) Leveling jabatan JF sampai dengan level terndeha di K/L/D/I9) perlu dilakukan pengembangan jabatan fungsional yang menangani e-

government, termasuk pengembangan pola karier dan tunjangan jabatan fungsional tersebut.

a. Literasi IT1) Melibatkan LSM untuk pemberdayaan masyarakat2) Optimalisasi peran kehumasan untuk mensosialisasikan e-gov yang sudah ter-

bangun3) Mendorong partisipasi masyarakat melalui berbagai kompetisi pengemban-

gan aplikasi yang terkait dengan standar pelayanan, seperti kompetisi yang dilakukan oleh Pemda DKI, Pemda Surabaya, melalui kompetisi yang dilak-sanakan oleh Kominfo

B. Analisis Alternatif

C. Alternatif Kebijakan

Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan dalam membangun e-government di

Indonesia guna mendorong pelayanan publik yang terintegrasi, maka ada beberapa

alternatif yang dapat dilakukan oleh Pemerintah, antara lain :

No Permasalahan Alternatif Kebijakan

1 Belum terwujudnya mindset dan kesadaran bersama terutama para pelaku pemerintahan di semua lini akan arti pentingnya sebuah penyelenggaraan pemerintahan

Membangun mindset dan kesadaran bersama terutama para pelaku pemerintahan di semua lini mulai dari K/L di pemerintahan pusat sampai dengan pemerintahan yang paling bawah akan arti pentingnya sebuah penyelenggaraan

50

Page 51: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

yang efektif, efisien, akuntabel, sinergi, profesional, partisipatif, terpadu dan terintegrasi serta berkesinambungan dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

pemerintahan yang efektif, efisien, akuntabel, sinergi, profesional, partisipatif, terpadu dan terintegrasi serta berkesinambungan dan selanjutnya bertindak untuk memperbaiki tata kelola penyelenggaraan pemerintahan (bisnis proses) di semua tingkatan pemerintahan dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

a. Sempitnya persepsi tentang e-government

Menpan dan/atau Kominfo menyelenggaraan e-gov summit secara rutin dengan topik yang sudah ditentukan dalam rangka menyamakan persepsi antar pimpinan

b. Ego sectoral dalam pengembangan e-gov

a. Kementerian PAN dan Kominfo bersama melakukan pendataan terhadap E-gov yang sudah terbangun, mengklasifikasi dan memilih best practices E-gov yang sudah ada, kemudian mendorong K/L/D untuk mereplikasi e-gov terbaik

b. Evaluasi implementasi peraturan perundang-undangan yang sudah ada yang menciptakan silo-silo sistem yang..........(Kementerian PANRB dan Kominfo)

2 Belum adanya kebijakan nasional yang kuat terkait penerapan pemerintahan berbasis elektronik yang bisa mengikat kepada semua elemen penyelenggara pemerintahan

e. Menyusun kebijakan nasional terkait penerapan pemerintahan berbasis elektronik, berujud regulasi yang bisa mengikat kepada semua elemen penyelenggara pemerintahan (Kementerian PANRB)

f. Memperbaiki tata kelola penyelenggaraan pemerintahan (bisnis proses) di semua tingkatan pemerintahan dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (Kementerian PANRB)

a. regulasi/kebijakan tentang blue print/peta jalan pembangunan e-gov yang menjadi acuan bagi K/L/D/I dalam membangun e-gov pada instansi masing-masing

Menyusun Peta jalan pembangunan e-gov yang menjadi bagian dari Kebijakan umum e-government (Kementerian PANRB)

b. regulasi/standardisasi infrastruktur jaringan, Data Center, pembuatan software, mengatur pengelolaan tingkat ketersediaan layanan (Service Level Management)

a. Menyusun kebijakan umum standardisasi infrastruktur dan data center yang menjadi bagian dari Kebijakan umum e-government (Kementerian PANRB)

b. Menyusun pedoman/Juklak standardisasi infrastruktur jaringan, Data Center, pembuatan software, mengatur pengelolaan tingkat ketersediaan layanan (Service Level Management) (Kementerian Komunikasi dan Informasi)

c. Membuat Skema penganggaran:- Untuk E-gov yang menyangkut

Pengembangan One Data terpusat di Kominfo, Pelayanan Lintas Instansi, duplikasi E-gov yang bisa dimasalkan di

51

Page 52: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

Kominfo- Untuk E-gov pelayanan K/L/D/I

dialokasi kepada K/L/D/I masing-masing

3 Belum optimalnya lembaga yang menangani implementasi e-government di semua K/L/D

Sinergi yang harmonis antara lembaga yang terkait dengan pengembangan e-government:1) Kemen PANRB menyusun kebijakan

SPBE secara umum serta mengevaluasi imlementasi kebijakan SPBE

2) Kominfo menyusun kebijakan tentang standardisasi e-Gov

3) Lemsaneg menyusun kebijakan dan standardisasi Pengamanan

4) Kementerian PPN/Bappenas dan Keuangana. Kelembagaan penyelengara TIK

di daerah yang berbeda-bedaStandardisasi nomenklatur kelembagaan dan eselonisasi pada lembaga TIK, yang akan mendukung adanya mutasi JF TIK lintas K/L/D/

4 Belum memadai dan meratanya dukungan infrastruktur TIK di seluruh wilayah NKRIa. belum ada infrastruktur jaringan

tunggal yang digunakan oleh pemerintah pusat sampai dengan pemerintahan yang paling rendah di daerah

Memetakan kebutuhan infrastuktur secara nasional

b. terbatasnya sarana dan prasarana TIK di level pemerintahan terendah (desa maupun kecamatan)

Pembangunan infrastruktur TIK yang memadai dan merata di seluruh wilayah NKRI

c. lemahnya sistem keamanan data dan sistem enkripsi

Penyusunan standardisasi pengamanan data

d. disaster recovery center (DRC) belum terwujud dengan baik

e. Tidak adanya interoperabilitas aplikasi egovernment antar K/L/D

Penyusunan standardisasi software..............

5 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) TIK yang kurang memadai

a. terbatasnya sumber daya manusia yang berkualitas di bidang TIK

a. K/L/D melaksanakan uji kompetensi SDM TIK pada K/L/D masing-masing untuk memetakan kompetensi SDM yang ada

b. K/L/D menyusun rencana pengembangan SDM TIK

c. Peningkatan profesionalisme SDM dengan mengikutsertakan pada pelatihan yang relevan sebagai tindaklajut pemetaan kompetensi

b. tidak adanya pembinaan TIK sampai level operator

Menetapkan Komimfo sebagai lembaga pembina jabatan fungsional TIK

52

Page 53: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

c. belum diatur pembinaan, jenjang dan pola karier SDM TIK

c. Penyusunan standar kompetensi jabatan TIK oleh Kementerian PANRB, Kominfo, dan BKN

d. Penyusunan Pola Karir JF oleh Kementerian PANRB, Kominfo, dan BKN

d. Literacy terhadap e-government masih rendah

d. Melibatkan LSM untuk pemberdayaan masyarakat

e. Optimalisasi peran kehumasan untuk mensosialisasikan e-gov yang sudah terbangun

f. Mendorong partisipasi masyarakat melalui berbagai kompetisi pengembangan aplikasi yang terkait dengan standar pelayanan, seperti kompetisi yang dilakukan oleh Pemda DKI, Pemda Surabaya, melalui kompetisi yang dilaksanakan oleh Kominfo

Berdasarkan alternatif kebijakan sebagaimana tersebut diatas, dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut :1. Membangun mindset dan kesadaran bersama terutama para pelaku pemerintahan

di semua lini mulai dari K/L di pemerintahan pusat sampai dengan pemerintahan yang paling bawah akan arti pentingnya sebuah penyelenggaraan pemerintahan berbasis elektronik dan segera melakukan tindakan nyata secara bersama-sama dan sinergi serta berkesinambungan yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan dengan dukungan akademisi, pihak swasta, pers serta peran serta aktif masyarakat di seluruh wilayah NKRI. Tindakan nyata tersebut dapat dilakukan mulai saat ini juga dengan memperbaiki bisnis proses disetiap K/L/D, sehingga proses internal or-ganisasi maupun pemberian pelayanan kepada masyarakat dapat dilakukan secara seamless.

2. Perubahan mindset menuju penyelenggaraan pemerintahan berbasis elektronik, harus sinergi dengan : a. Deregulasi aturan mengenai penyelenggaraan pemerintahan berbasis

elektronik, artinya regulasi yang disusun harus menjamin dan mampu memaksa implementasi sistem pemerintahan berbasis elektronik berjalan dengan lancar. Agar regulasi ini dapat berjalan secara efektif maka regulasi harus bersifat mengatur secara jelas serta dapat memberikan sanksi bagi penyelenggara negara yang tidak melaksanakannya. Selain hal tersebut implementasi sistem pemerin-tahan berbasis elektronik juga harus didukung good will dari pimpinan K/L/D.

Draft Peraturan Presiden tentang Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Berbasis Elektronik yang saat ini sedang disusun oleh lembaga terkait dengan koordinator Kemenpan & RB merupakan kebutuhan yang sangat mendesak, karena regulasi tersebut akan menjadi sebuah payung hukum dalam proses penyelenggaraan pemerintahan berbasis elektronik.

b. Pembuatan rencana induk dan peta jalan egovernment Indonesia yang real-istis dan berkesinambungan, artinya bahwa negara Indonesia adalah negara yang besar yang terdiri dari banyak kepulauan, kondisi geografi yang berbeda serta budaya masyarakat yang berbeda pula, sehingga peta jalan egovernment

53

Page 54: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

Indonesia harus bersifat holistik dan dapat dilaksanakan secara bertahap di se-luruh wilayah NKRI.

c. Pemberian kewenangan kepada lembaga tertentu yang bertugas mengkoordinir pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan berbasis elektronik di semua tingkatan pemerintahan, terutama pemerintah pusat, propinsi dan ka-bupaten/kota diiringi dengan pemenuhan SDM yang profesional dan pembiay-aan yang memadai.

d. Pembangunan infrastruktur TIK yang terpadu, terintegrasi dan merata di se-luruh wilayah NKRI. Dengan mengoptimalkan kemampuan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang infrastruktur guna mewujudkan kedaulatan in-frastruktur dan keamanan negara, antara lain melalui :1) Pembangunan jaringan tunggal antar K/L/D.2) Pembangunan Data Center terpadu yang digunakan oleh semua K/L/D.

e. Pengoptimalan sistem informasi elektronik yang sudah berjalan secara terpadu dan terintegrasi serta mengembangkan sistem informasi elektronik lainnya secara terpadu dan terintergasi antar K/L/D dengan tetap memper-hatikan kedaulatan data, kemandirian serta kondisi wilayah NKRI, antara lain :1) e-procurement (sudah terintegrasi dan perlu dioptimalkan).2) Sistem informasi kependudukan (saat ini sudah ada, namun untuk sharing

data kependudukan belum dapat dilakukan secara optimal dengan lembaga pemerintahan terkait maupun dengan pihak swasta).

3) e-budgeting nasional (belum ada, saat ini terdapat beberapa sistem informasi keuangan yang tidak saling terintegrasi)

4) Sistem informasi pelayanan perizinan (saat ini terdapat beberapa sistem in-formasi pelayanan perizinan yang tidak saling terintegrasi).

5) Dan lain-lain

Yang intinya saat ini banyak terdapat berbagai jenis sistem informasi yang dibuat oleh K/L/D yang belum saling terintegrasi, oleh karena itu interoperabilitas data merupakan suatu keharusan.Perlu prioritas nasional........

54

Page 55: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

c. Belum terwujudnya mindset dan kesadaran bersama terutama para pelaku Sempitnya persepsi tentang e-governmentMasih terdapat pemahaman pada para perilaku pemerintahan yang memaknai e-government hanya dengan adanya perangkat komputer yang dipergunakan dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari dan adanya situs yang dimiliki oleh instansi pemerintah.

d. Adanya ego sektoralPada masing-masing K/L/D baik yang menangani bidang pelayanan publik, administrasi negara maupun keuangan dan anggaran telah memiliki sistem informasi/aplikasi/layanan unggulan masing-masing, namun belum terintegrasi dengan K/L lain dan belum terkoneksi dengan sistem di daerah. Masing-masing lembaga menyusun kebijakan e-government sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing.

3. Belum adanya kebijakan nasional yang kuat terkait penerapan pemerintahan berbasis elektronik yang bisa mengikat kepada semua elemen penyelenggara pemerintahan. Implikasi dari belum adanya kebijakan nasional yang kuat ini adalah yang berimplikasi pada K/L untuk menyusun kebijakan masing-masing sesuai dengan keinginan masing-masing yang mendorong munculnya sistem yang berdiri sendiri tidak memiliki keterkaitan/terkoneksi dengan sistem K/L lainnya (silo system).Meskipun telah ditetapkan Inpres Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan egovernment, namun Inpres ini tidak mengatur sistem punishment bagi L/K/D/I yang tidak melaksanakannya amanat Inpres Nomor 3 Tahun 2003.a. Belum adanya regulasi/standardisasi infrastruktur jaringan dan Data Centerb. Belum ada Blue Print eGovernmentc. Masing-masing K/L/D/I membuat data center dengan versi dan pemaham-

annya masing-masing

55

Page 56: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

d. Belum adanya regulasi/standardisasi pembuatan software, sehingga saat ini terwujudlah pulau-pulau informasi yang tidak berintegrasi.

4. Belum optimalnya lembaga yang menangani implementasi egovernment di semua K/L/D

1) Konsep pengembangan egovernment di Indonesia masih dikoordinir oleh beberapa kementrian (Kominfo, PAN RB, Bappenas), mengakibatkan tidak fokus dan tidak segera diimplementasikan.

2) Kelembagaan penyelengara TIK di daerah yang berbeda-beda

5. Belum memadai dan meratanya dukungan infrastruktur TIK di seluruh wilayah NKRIa. Belum merata dan terintegrasinya infrastruktur jaringan sampai ke pelosok

kabupaten/kota yang ada di Indonesia.b. Tidak adanya infrastruktur jaringan tunggal yang digunakan oleh pemerin-

tah pusat sampai dengan ke pemerintahan yang paling rendah.- Pemerintah daerah belum menyediakan jaringan tunggal untuk pemer-

intah- Mekanisme penggunaaan infrastruktur jaringan di daerah diserahkan

ke makinesme pasar, sehingga berakibat penggunaan jaringan yang berbeda-beda dan biaya terhadap pengadaan/penggunaan jaringan un-tuk pemerintah masih tinggi

c. Lemahnya sistem keamanan data- Lemahnya system enkripsi- Rendahnya pengertian akan pentingnya data- User dan password sering dibagi ke teman- DRC (disaster recovery center) belum terwujud dengan baik- Masih banyak yang berinteraksi data penting menggunakan email ya-

hoo, gmail dlld. Lemahnya Performance insfrastruktur jaringan.e. Lemahnya pengaturan frekuensi

f. Terbatasnya sarana dan prasarana TIK di level pemerintahan terendah (desa maupun kecamatan)

g. Permasalah aplikasi:- Tidak adanya interoperabilitas aplikasi egovernment antar K/L/D/I,

dikarenakan tidak ada standardisasi yang menjadi pedoman dalam pem-buatan aplikasi, sehingga saat ini terwujudlah pulau-pulau informasi yang tidak berintegrasi.

- Pembuatan aplikasi oleh pemerintah pusat tanpa adanya helpdesk- Adanya kelemahan teknis (bug/backdoor/spam/dll) di sebuah aplikasi- Pembuatan aplikasi yang tidak userfriendly- Pembuatan aplikasi tidak dilengkapi manual book dan bisnis proses

yang jelas- Pembuatan aplikasi yang tidak single sign on- Pembuatan aplikasi berorientasi proyek

56

Page 57: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

6. Kualitas SDM 7. Terbatasnya sumber daya manusia yang berkualitas di bidang TIK.8. Tidak adanya pembinaan TIK sampai level operator9. Tingkat acceptabilitas terhadap TIK rendah10. Belum optimalnya upaya menggali kemampuan SDM dalam bidang TIK 11. Penilaian kinerja belum memperhatikan tingkat penggunaan TIK12. Belum terwujudnya pemahaman pola pikir dan budaya kerja yang berbasis TIK.

1. Pada masing-masing K/L baik yang menangani bidang pelayanan publik, administrasi negara maupun keuangan dan anggaran sebenarnya sudah memiliki aplikasi/layanan unggulan, namun belum terintegrasi dengan K/L lain dan belum terkoneksi dengan sistem di daerah. Selain itu belum didukung oleh komitmen

C. Alternatif KebijakanBerdasarkan hasil identifikasi permasalahan dalam membangun e-government di Indonesia guna mendorong pelayanan publik yang terintegrasi, maka ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan oleh Pemerintah, antara lain :

1. Atas kondisi tersebut perlu disusun payung hukum penerapan e-government secara nasional dan integrasi

2. Perbaikan bisnis proses di K/L/D dalam kerangka kesatuan sistem pemerintahan yang terintegrasi dengan kebijakan reformasi birokrasi. Untuk mendukung hal tersebut, peran Kementerian PANRB sebagai business process owner adalah menyusun kebijakan yang implementatif untuk mensinergikan pelaksanaan e-government yang belum terintegrasi dan masih parsial. Dalam menyusun kebijakan diperlukan adanya penguatan Kelembagaan, SDM, Akuntabilitas, dan Ketatalaksanaan sebagai infrastruktur dasar pembangunan e-government. Terkait dengan penguatan SDM, perlu dilakukan pengembangan jabatan fungsional yang menangani e-government, termasuk pengembangan pola karier dan tunjangan jabatan fungsional tersebut.

Untuk menuju penerapan e-government yang efektif diperlukan adanya perubahan nilai, budaya kerja, inovasi, dan pengembangan kompetensi aparatur. Meski demikian, perubahan tersebut tidak akan berhasil tanpa adanya komitmen kuat dari pimpinan. Penerapan e-government juga tidak dimulai dari nol, artinya saat ini sebenarnya hampir semua lembaga pemerintah sudah membangun sistem informasi masing-masing. Permasalahannya adalah belum adanya standar yang sama untuk semua sistem informasi tersebut

3. Berdasarkan pengalaman, penerapan e-government memerlukan strategi dan perubahan yang terintegrasi dan berkesinambungan, baik pengembangan sistem, SDM, dan infrastruktur, serta didukung oleh komitmen pimpinan. Best practice

57

Page 58: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

penerapan e-government antara lain dapat dilihat dari keberhasilan penggunaan aplikasi seperti e-procurement, sistem administrasi pelayanan kepegawaian. Sementara itu, terdapat juga perkembangan penerapan e- government di daerah, bahkan daerah lebih maju daripada penerapan e-government di pusat, misalnya penerapan e-budgetting yang dapat menghemat anggaran pemerintah daerah.

2. Membangun mindset dan kesadaran bersama terutama para pelaku pemerintahan di semua lini mulai dari K/L di pemerintahan pusat sampai dengan pemerintahan yang paling bawah akan arti pentingnya sebuah penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, akuntabel, sinergi, profesional, partisipatif, terpadu dan terin-tegrasi serta berkesinambungan dan selanjutnya bertindak untuk memperbaiki tata kelola penyelenggaraan pemerintahan (bisnis proses) di semua tingkatan pemerinta-han dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

f. Harmonisasi kembali peraturan yang sudah ada yang menciptakan silo-silo, - UU dari Depdagri tentang dan turunannya- UU No 11 tahun 20016 tentang ITE dan Peraturan

g. Menpan dan/atau Kominfo menyelenggaraan e-government summit se-cara rutin dengan topik yang sudah ditentukan dalam rangka menyamakan persepsi antar pimpinan

h. Mendorong masing-masing K/L/D/I untuk mensosialisasikan kebijakan internal tentang pembuatane-government pada masing-masing instansi

3. Pembenahan berbagai faktor teknis yang bisa mendorong dilaksanakannya penyelenggaraan pemerintahan berbasis elektronik, antara lain melalui :k. Pembuatan kebijakan nasional terkait penerapan pemerintahan berbasis

elektronik, berujud regulasi yang bisa mengikat kepada semua elemen penyelenggara pemerintahan.

i. Menpan dan Kominfo harus bersinergi dalam menyusun dan menyele-saikan Kebijakan terkait e-governmentd) Menpan menyusun kebijakan SPBE secara umume) Kominfo menyusun kebijakan tentang standardisasi e-governmentf) Lemsaneg menyusun kebijakan Pengamanan

j. Rancangan Perpres tentang e-government dibahas dalam Rapat Kabinet dan Pembahasan Rperpres tentang e-government melibatkan semua pemangku kepentingan

k. Perpres SPBE agar mengamantakan kepada K/l untuk menyusun Grand Fesign dan Road Map SPBE sesuai dengan GD dan RM SPBE Nasional

58

Page 59: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

3) Untuk E-government yang menyangkut Pengembangan One Data terpusat di Kominfo, Pelayanan Lintas Instansi, duplikasi E-govern-ment yang bisa dimasalkan di Kominfo

4) Untuk E-government pelayanan K/L/D/I dialokasi kepada K/L/D/I mas-ing-masing

l. Penyusunan perencanaan implementasi egovernment nasional dengan disertai roadmap yang realistis dan berkesinambungan.

3) Perlu diatur dalam Sistem ADIK agar dalam perencanaan dan penganggaran E-government harus memuat Outcomes, Kementerian BPPN/Bappenas agar diberikan peran lebih untuk mencoret usulan yang tidak memuat Outcomes

4) Sosialisasi kepada semua Inspektorat K/L/D/I BAHWA perencanaan pembangunan E-government harus memuat outcome

m. Pembentukan dan atau pengoptimalan lembaga yang menangani implementasi egovernment di semua K/L/D.

6) K/L/D/I harus membuat Grand Design dan Road Map pengembangan E-government

7) Kementerian PAN dan Kominfo bersama Depdagri melakukan pendataan terhadap E-government yang sudah terbangun

8) Kominfo dan Depdagri mengklasifikasi dan memilih best Practices E-government yng sdah ada dan mendorong K/L/D/I untuk mendup-likasi e-government terbaik

9) Standardisasi nomenklatur kelembagaan10)Standardisai nomenklatur kelembagaan TIK, yang akan mendukung

adanya mutasi JF TIK lintas K/L/D/I

n. Pembangunan infrastruktur TIK yang memadai dan merata di seluruh wilayah NKRI.

o. Memetakan kebutuhan infrastuktur yang adap. Menambahkan kewenangan Lemsaneg untuk mengatur pengamanan

dataq. Intergrasi one data dan SISKDr. Standardisasi infrastruktur data centers. Pelu intervensi kebijakan pemerintah pusat bekerjasama dengan

Pemda untuk pembangunan infrastrukutt. Pembangunan dan pengoptimalan berbagai bentuk sistem informasi elektronik

yang terintegrasi antar K/L/D sampai dengan pemerintahan yang paling bawah, yaitu desa/kelurahan

10)K/L/D/Imelaksanakan uji kompetensi SDM TIK pada K/L/D/I masing-masing untuk memetakan kompetensi SDM yang ada

59

Page 60: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

11)Peningkatan profesionalisme SDM dengan mengikutsertakan pada pelatihan yang relevan sebagai tindaklajut pemetaan kompetensi

12)Penyusunan SKJS untuk tenaga TIK oleh Kemenpan, Kopminfo, dan BKN

13)Menetapkan Komimfo sebagai lembaga pembina JF TIK14)Penyusunan Pola Karir JF oleh Kominfo, Kemenpan dan BKN15)Mengangkat ASN dari kalangan profesional 16)Standardisai nomenklatur kelembagaan TIK, yang akan mendukung

adanya mutasi JF TIK lintas K/L/D/I17)Leveling jabatan JF sampai dengan level terndeha di K/L/D/I

b. Literasi IT4) Melibatkan LSM untuk pemberdayaan masyarakat5) Optimalisasi peran kehumasan untuk mensosialisasikan e-govern-

ment yang sudah terbangun6) Mendorong partisipasi masyarakat melalui berbagai kompetisi

pengembangan aplikasi yang terkait dengan standar pelayanan, sep-erti kompetisi yang dilakukan oleh Pemda DKI, Pemda Surabaya, melalui kompetisi yang dilaksanakan oleh Kominfo

D. Analisis AlternatifBerdasarkan alternatif kebijakan sebagaimana tersebut diatas, dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut :3. Membangun mindset dan kesadaran bersama terutama para pelaku pemerintahan

di semua lini mulai dari K/L di pemerintahan pusat sampai dengan pemerintahan yang paling bawah akan arti pentingnya sebuah penyelenggaraan pemerintahan berbasis elektronik dan segera melakukan tindakan nyata secara bersama-sama dan sinergi serta berkesinambungan yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan dengan dukungan akademisi, pihak swasta, pers serta peran serta aktif masyarakat di seluruh wilayah NKRI. Tindakan nyata tersebut dapat dilakukan mulai saat ini juga dengan memperbaiki bisnis proses disetiap K/L/D, sehingga proses internal or-ganisasi maupun pemberian pelayanan kepada masyarakat dapat dilakukan secara seamless.

4. Perubahan mindset menuju penyelenggaraan pemerintahan berbasis elektronik, harus sinergi dengan : f. Deregulasi aturan mengenai penyelenggaraan pemerintahan berbasis

elektronik, artinya regulasi yang disusun harus menjamin dan mampu memaksa implementasi sistem pemerintahan berbasis elektronik berjalan dengan lancar. Agar regulasi ini dapat berjalan secara efektif maka regulasi harus bersifat mengatur secara jelas serta dapat memberikan sanksi bagi penyelenggara negara yang tidak melaksanakannya. Selain hal tersebut implementasi sistem pemerin-tahan berbasis elektronik juga harus didukung good will dari pimpinan K/L/D.

Draft Peraturan Presiden tentang Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Berbasis Elektronik yang saat ini sedang disusun oleh lembaga terkait dengan koordinator Kemenpan & RB merupakan kebutuhan yang sangat mendesak, karena regulasi tersebut akan menjadi sebuah payung hukum dalam proses penyelenggaraan pemerintahan berbasis elektronik.

g. Pembuatan rencana induk dan peta jalan egovernment Indonesia yang real-istis dan berkesinambungan, artinya bahwa negara Indonesia adalah negara

60

Page 61: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

yang besar yang terdiri dari banyak kepulauan, kondisi geografi yang berbeda serta budaya masyarakat yang berbeda pula, sehingga peta jalan egovernment Indonesia harus bersifat holistik dan dapat dilaksanakan secara bertahap di se-luruh wilayah NKRI.

h. Pemberian kewenangan kepada lembaga tertentu yang bertugas mengkoordinir pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan berbasis elektronik di semua tingkatan pemerintahan, terutama pemerintah pusat, propinsi dan ka-bupaten/kota diiringi dengan pemenuhan SDM yang profesional dan pembiay-aan yang memadai.

i. Pembangunan infrastruktur TIK yang terpadu, terintegrasi dan merata di se-luruh wilayah NKRI. Dengan mengoptimalkan kemampuan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang infrastruktur guna mewujudkan kedaulatan in-frastruktur dan keamanan negara, antara lain melalui :3) Pembangunan jaringan tunggal antar K/L/D.4) Pembangunan Data Center terpadu yang digunakan oleh semua K/L/D.

j. Pengoptimalan sistem informasi elektronik yang sudah berjalan secara terpadu dan terintegrasi serta mengembangkan sistem informasi elektronik lainnya secara terpadu dan terintergasi antar K/L/D dengan tetap memper-hatikan kedaulatan data, kemandirian serta kondisi wilayah NKRI, antara lain :6) e-procurement (sudah terintegrasi dan perlu dioptimalkan).7) Sistem informasi kependudukan (saat ini sudah ada, namun untuk sharing

data kependudukan belum dapat dilakukan secara optimal dengan lembaga pemerintahan terkait maupun dengan pihak swasta).

8) e-budgeting nasional (belum ada, saat ini terdapat beberapa sistem informasi keuangan yang tidak saling terintegrasi)

9) Sistem informasi pelayanan perizinan (saat ini terdapat beberapa sistem in-formasi pelayanan perizinan yang tidak saling terintegrasi).

10) Dan lain-lain

Yang intinya saat ini banyak terdapat berbagai jenis sistem informasi yang dibuat oleh K/L/D yang belum saling terintegrasi, oleh karena itu interoperabilitas data merupakan suatu keharusan.Perlu prioritas nasional........

REKOMENDASI

Terdapat beberapa kebijakan/regulasi yang belum ada yang justeru diperlukan yang dapat mengurangi terbentuknya pulau-pulau informasi, antara lain: a. regulasi/kebijakan tentang blue print/peta jalan pembangunan e-gov yang menjadi

acuan bagi K/L/D dalam membangun e-gov pada instansi masing-masing;b. regulasi/standardisasi infrastruktur jaringan dan Data Center;c. regulasi/standardisasi pembuatan softwared. regulasi/standardisasi yang mengatur pengelolaan tingkat ketersediaan layanan (Ser-

vice Level Management); dane. regulasi/standardisasi pengaturan frekuensi.

61

Page 62: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

i. Pengembangan e-government di Indonesia masih dikoordinir oleh beberapa kementerian, antara lain:

- Kementerian PANRB menangani kebijakan di bidang tata kelola pemerintahan

- Kementerian Kominfo menangani kebijakan di bidang infrastruktur- BPPT menangani dibidang pembangunan dan pengembangan aplikasi- Lemsaneg menangani kebijakan keamanan informasi- Kementerian Sekretaris Negara yang menangani pengelolaan portal

nasional

3) Pengembangan e-government di Indonesia masih dikoordinir oleh beberapa ke-menterian, antara lain:- Kementerian PANRB menangani kebijakan di bidang tata kelola

pemerintahan- Kementerian Kominfo menangani kebijakan di bidang infrastruktur- BPPT menangani dibidang pembangunan dan pengembangan aplikasi- Lemsaneg menangani kebijakan keamanan informasi- Kementerian Sekretaris Negara yang menangani pengelolaan portal

nasional

(Masuk Rekomendasi)

Masih adanya fragmentasi penanganan e-government mulai dari perumusan kebijakan sampai dengan implementasinya, yang mengakibatkan pembangunan dan penerapan e-government tidak fokus, tidak terintegrasi, dan tidak optimal.

4) Kelembagaan penyelengara TIK di daerah yang berbeda-bedaKelembagaan yang menyelenggarakan teknologi informasi dan komunikasi khususnya di pemerintah daerah belum memiliki standar yang jelas sehingga antar daerah memiliki nomenklatur dan eselonisasi yang berbeda, bahkan ada pemerintah daerah yang belum memiliki unit yang menangani TIK. Perbedaan ini berpengaruh pada kualitas pengembangan e-gov pada masing-masing daerah.

REFERENSI :

1. Inpres Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan Strategi dan Nasional Pengembangan E-government

2. Perpres tentang Pita Lebar3. Keputusan Menteri Negara Komunikasi dan Informasi Nomor 13/SK/MENEG/KI/

2002 tgl 2 Maret 2012 tentang Pembentukan Organisasi Task Force Pengembangan e-Govermnent

62

Page 63: Pendahuluan... · Web viewPOLICY PAPER. AKSELERASI IMPLEMENMTASI. E-GOVERNMENT. DALAM RANGKA MENDORONG PELAYANAN PUBLIK YANG TERINTEGRASI. DIKLAT REFORM LEADER ACADEMY . ANGKATAN

Catatan :a. seperti kompetisi yang dilakukan oleh Pemda DKI, Pemda Surabaya, melalui kompetisi

yang dilaksanakan oleh KominfoKelembagaanb. Pembentukan Dewan TIK di semua K/L/Dc. Mengoptimalkan fungsi Dewan TIK yang ada di semua K/L/Dd. Mengoptimalkan fungsi Government CIO di semua K/L/D

PeGi belum mencerminkan evaluasi substansi tetapi lebih pada pemenuhan administrasi :

Perlunya tinjauan lapangan terhadap data dukung indikator PeGI yang disampaiakan oleh K/L/D kepada para assesor

63