pendahuluan+metod+pembhsan+penutup fia
TRANSCRIPT
Fia Noviyanti
240110100053
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Satu penguat operasional atau operational amplifier dalam bahasa Inggris,
sering disebut sebagai Op-Amp. Di dalamnya terdapat suatu rangkaian elektronik
yang terdiri atas beberapa transistor, resistor dan atau dioda. OP-AMP
(operational amplifier) yang merupakan suatu jenis penguat elektronika dengan
coupling (sambatan) bekerja pada arus searah dengan bati (faktor penguatan)
yang sangat besar dimana terdiri dari dua jenis masukan dan satu keluaran.
Pada umumunya penguat operasional tersedia dalam bentuk sirkuit terpadu
dan memiliki nilai efisiensi yang sangat tinggi dan serba guna. Pada op-amp
terdapat satu terminal keluaran, dan dua terminal masukan. Terminal masukan
yang diberi tanda (-) dinamakan terminal masukan pembalik (inverting),
sedangkan terminal masukan yang diberi (+) dinamakan terminal masukan bukan
pembalik (non inverting). Aplikasi op-amp sering digunakan antara lain adalah
pada rangkaian inverter, non-inverter, integrator dan differensiator..
Sedangkan karakteristik penguat operasional dalam bentuk rangkaian
terpadu sendiri mendekati karakteristik penguat operasional ideal tanpa perlu
memperhatikan apa yang ada di dalamnya. Sebagai mahasiswa Teknik dan
Manajemen Industri Pertanian, kita dituntut untuk dapat memahami dan
mengetahui karakteristik dari rangkaian masukan OP-AMP beserta aplikasinya
sehingga kita dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari setelah terjun ke
masyarakat.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui karakteristik masukan OP-AMP
2. Menentukan impedansi keluaran OP-AMP
3. Mengetahui karakteristik keluaran OP-AMP
Fia Noviyanti
240110100053
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan percobaan dengan menggunakan IC (OP-
AMP) sebagai objek. OP-AMP merupakan salah satu komponen analog yang
sering digunakan dalam berbagai aplikasi rangkaian elektronika, terdapat dua
praktikum yang akan dilakukan yaitu mengukur Vout dan hambatan pada offset
keluaran dan mengukur tegangan dan impedansi pada impedansi masukan.
Penguatan OP-AMP dapat dikendalikan dengan jaringan pembagi resisif
luar dalam modul loop tertutup. Dengan osiloskop sebagai alat yang menunjukkan
besar kecilnya nilai arus yang terdapat dalam rangkaian seri pada praktikumnya.
Dengan menggunakan impedansi masukan R in sebesar 10 k ohm, Rf sebesar 100
K ohm.
Sebuah penguat menerima arus atau tegangan kecil pada masukannya dan
membuat arus atau tegangan yang lebih besar pada keluarannya. Penguat OP-
AMP memiliki penguatan (gain) yang relatif linier, keluarannya dikendalikan
sebagai fungsi dibandingkan dengan masukan. Untuk OP-AMP ideal, nilai voltase
keluaran nol ketika perbedaan voltase input nol, tetapi dalam OP-AMP real
voltase input biasanya berbeda dari nol ketika keluaran nol.
Besarnya nilai impedansi masukan pada dasarnya ditentukan oleh nilai pada
Rin. Dari penyusunan rangakaian pada breadboard tersebut, maka dapat
ditentukan karakteristik masukan pada OP-AMP dan besarnya nilai impedansi
yang melalui rangkaian tersebut.
Beberapa tahap dilakukan untuk mengerjakan praktikum kali ini, pertama
adalah merangkai rangkaian seperti pada gambar. Rangkaian yang ada terhubung
juga dengan osiloskop dan menggunakan channel 1 dan channel 2, selain itu juga
rangkaian dihubungkan dengan power supply, yang bertujuan untuk menentukan
tegangan. Channel 1 pada osiloskop terhubung dengan ground dan juga resistor,
sedangkan untuk channel 2 terhubung dengan ground dan resistor yang berada
dekat dengan IC.Pemasangan IC disini berperan sebagai penguat arus. Untuk
mencari penguatan dicari dengan rumusan Rf dibagi dengan Rin. Rf sendiri
memiliki nilai 100 K Ohm dan nilai Rin sebesar 10 K Ohm, maka apabila
menggunakan rumus tadi, didiapat nilai penguatan sebesar 10 kali dari arus awal,
Fia Noviyanti
240110100053
dan ini sesuai dengan data yang didapat. Setelah dilakukan pengamatan didapat
hasil sebagai berikut :
f (Hz) Vout maks (Vpp) Vin (Vpp) ½ Vin (Vpp) RP = Zin (Ohm)
100 50 v 2,1V 4,5 V 20,3 K
1 K 2,1 V 1,1 V 0,55 V 20,3 K
10 K 1,2 V 1 V 0,5 V 0 K
Jika dilihat dari nilai tegangan yang diperoleh pada Vin sebesar 2,1 V
kemudian pada Vout menjadi 50 V artinya tegangan pada rangkaian telah
dihambat sehingga nilai tegangan keluarannya lebih kecil dari nilai tegangan
masukan. Kemudian pada nilai impedansi frekuensi 100 adalah 20,3 lalu pada 1
kHz adalah 20,3 kΩ dan pada frekuensi 10 Hz adalah 0 kΩ, artinya semakin tinggi
frekuensi yang digunakan maka nilai impedansinyapun semakin rendah, ini sesuai
dengan teori karena nilai impedansi dipengaruhi oleh besarnya frekuensi, semakin
besar frekuensi, impedansi yang dihasilkan semakin kecil. Akan tetapi dari hasil
praktikum yang telah dilakukan didapat bahwa nilai impedansi pada 100 Hz dan
pada 1K Hz adalah sama, seharusnya semakin menurun, hal ini kemungkinan
diakibatkan oleh adanya kesalahan saat melakukan praktikum.
Apabila kita melihat hasil pengamatan diatas, nilai Vout yang didapat
semuanya memiliki nilai yang berbeda-beda. Hal ini tidak sesuai dengan teori
karena Vin yang didapat semuanya memiliki nilai tegangan yang sama. Jika
tahanan pada resistor yang dapat diubah tahanannya diperkecil maka amplitudo
gelombang pada osiloskop semakin besar, begitu pula sebaliknya apabila tahanan
pada resistor diubah tahanannya diperbesar, maka amplitudonya makan semakin
kecil.
Pada gambar pertama hasil percobaan, jarak antar gelombang yang didapat
semakin panjang. Sedangkan pada gambar yang kedua jarak gelombang lebih
pendek dan jumlah gelombang semakin lebih kecil. Dan untuk gambar terakhir
jarak semakin pendek gelombang semakin banyak.
Nilai voltase masuk dan keluar memang memiliki perbedaan, sedangkan
hubungan antara resistor dan amplitudo adalah berlawanan yang jika besarnya
nilai tahanan pada resistor diperkecil, maka amplitudo gelombang pada osiloskop
Fia Noviyanti
240110100053
menjadi besar dan begitu juga sebaliknya, dimana jika nilai resistor semakin
besarn maka nilai amplitudo pada osiloskop semakin kecil.
Sedangkan gelombang yang tertera pada osiloskop memiliki perbedaan
sesuai dengan besarnya nilai hambatan. Semakin besar nilai hambatan, maka
gelombang memiliki nilai kerapatan yang sangat besar sehingga pada osiloskop
hampir tidak dapat terihat bentuknya seperti gelombang karena kerapatannya itu.
Begitu juga dengan gelombang pada nilai hambatan kecil. Gambar gelombang ini
terlihat sangat jelas dengan jarak yang cukup besar antara setengah gelombang.
Fia Noviyanti
240110100053
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Operational Amplifier atau di singkat op-amp merupakan salah satu
komponen analog yang sering digunakan dalam berbagai aplikasi
rangkaian elektronika.
2. Aplikasi op-amp yang paling sering dipakai antara lain adalah rangkaian
inverter, non-inverter, integrator dan differensiator.
3. Frekuensi mempengaruhi nilai impedansi, jika frekuensi semakin besar
maka nilai impedansi semakin kecil.
4. Penguatan OP-AMP dapat dikendalikan dengan jaringan pembagi resisif
luar dalam modul loop tertutup. Dengan osiloskop sebagai alat yang
menunjukkan besar kecilnya nilai arus.
5. Nilai kerapatan suatu gelombang dipengaruhi oleh besarnya hambatan.
6. Hubungan antara resistor dan amplitudo adalah berlawanan, jika besarnya
nilai tahanan pada resistor diperkecil, maka amplitudo gelombang pada
osiloskop menjadi besar dan begitu juga sebaliknya.
6.2 Saran
Disarankan kepada praktikan yang akan melakukan praktikum serupa agar:1. Memahami terlebih dahulu materi yang akan dipraktikkan sehingga
memudahkan jalannya praktikum.
2. Melakukan praktikum sesuai dengan prosedur untuk meminimalisir
terjadinya kesalahan selama praktikum.
3. Merangkai komponen secara teliti dan hati-hati untuk menghindari
terjadinya konsletting.
4. Menggunakan peralatan sesuai dengan prosedur penggunaannya agar
tidak terjadi kerusakan.
5. Melakukan praktikum dengan serius dan tertib agar praktikum berjalan
dengan lebih efektif.