pendahuluan · web viewprogram stabilisasi, dengan tujuan utama menstabilkan pasar uang dan...

28
MODUL PERKULIAHAN Perekonomian Indonesia Sejarah Perekonomian Indonesia Orde Reformasi (Krisis Ekonomi 1998) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi 04 84041 Edi Tamtomo Abstraksi Kompetensi Modul ini membahas Sejarah Perekonomian Indonesia di era refpormasi dengan titik berat pada krisis ekonomi 1998. Pembahasan diawali dengan kondisis fundamental ekonomi sebelum krisis ekonomi. mampu menjelaskan kondisi fundamental ekonomi pada awal krisis moneter tahun 1997-1998 mampu menjelaskan jenis- jenis krisis ekonomi mampu menjelaskan faktor-

Upload: trinhmien

Post on 14-May-2018

219 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendahuluan · Web viewProgram stabilisasi, dengan tujuan utama menstabilkan pasar uang dan mencegah hiperinflasi. Restrukturisasi perbankan, dengan tujuan utama penyehatan sistem

MODUL PERKULIAHAN

Perekonomian IndonesiaSejarah Perekonomian IndonesiaOrde Reformasi (Krisis Ekonomi 1998)

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

ProgramStudi 04 84041 Edi Tamtomo

Abstraksi KompetensiModul ini membahas Sejarah Perekonomian Indonesia di era refpormasi dengan titik berat pada krisis ekonomi 1998. Pembahasan diawali dengan kondisis fundamental ekonomi sebelum krisis ekonomi. Selanjutnya dibahas tentang krisis ekonomi mulai dari jenisnya, penyebabnya dan kebijakan untuk mengatasi krisis tersebut.

mampu menjelaskan kondisi fundamental ekonomi pada awal krisis moneter tahun 1997-1998

mampu menjelaskan jenis-jenis krisis ekonomi

mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab krisis ekonomi

mampu menjelaskan kebijakan untuk mengatasi krisis ekonomi

Page 2: Pendahuluan · Web viewProgram stabilisasi, dengan tujuan utama menstabilkan pasar uang dan mencegah hiperinflasi. Restrukturisasi perbankan, dengan tujuan utama penyehatan sistem

‘13 2 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningEdi Tamtomo,S.E.,M.E http://www.mercubuana.ac.id

Page 3: Pendahuluan · Web viewProgram stabilisasi, dengan tujuan utama menstabilkan pasar uang dan mencegah hiperinflasi. Restrukturisasi perbankan, dengan tujuan utama penyehatan sistem

PendahuluanPembahasan perekonomian Indonesia pada masa reformasi tak bisa dilepaskan dari

adanya peristiwa krisis ekonomi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1997 dan mencapai

puncaknya pada tahun 1998. Krisis moneter inilah yang memaksa penguasa Orde Baru

Presiden Soeharto mundur dari jabatannya sekaligus menandai berakhirnya kekuasaan

Orde Baru.

Krisis ekonomi adalah peristiwa yang cukup besar dan berdampak luar biasa terhadap

perekonomian Indonesia. Oleh karena itu modul ini akan membahas tentang krisis moneter

tahun 1998 dengan pembahasan yang meliputi:

Kondisi fundamental ekonomi sebelum krisis

Jenis-jenis krisis ekonomi

Faktor-faktor penyebab krisis ekonomi

Kebijakan dan tindakan mengatasi krisis ekonomi.

‘13 3 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningEdi Tamtomo,S.E.,M.E http://www.mercubuana.ac.id

Page 4: Pendahuluan · Web viewProgram stabilisasi, dengan tujuan utama menstabilkan pasar uang dan mencegah hiperinflasi. Restrukturisasi perbankan, dengan tujuan utama penyehatan sistem

Fundamental Ekonomi Sebelum Krisis EkonomiKondisi fundamental ekonomi dapat dilihat dari indikator-indikator makroekonomi yang

menunjukkan sehat atau tidaknya perekonomian. Pada modul ini akan dibahas beberapa

indikator yaitu: pertumbuhan ekonomi, inflasi dan hutang luar negeri sektor swasta. Data

yang dijelaskan adalah data mulai tahun 1990 sampai dengan terjadinya krisis moneter

tahun 1997 dan 1998.

Pertumbuhan Ekonomi

Tabel 4.1 berikut ini menunjukkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia dan secara grafik

dapat dilihat pada gambar 4.1

Tahun Pertumbuhan Ekonomi Inflasi tahunan

1990 7,2 9,53

1991 9,6 9,52

1992 6,4 4,94

1993 6,5 9,77

1994 7,5 9,24

1995 8,2 8,64

1996 7,8 6,47

1997 4,7 11,05

1998 -13,1 77,63

Tabel 4.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 1990 s.d 1998

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998

-15

-10

-5

0

5

10

15

pertumbuhan ekonomi

‘13 4 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningEdi Tamtomo,S.E.,M.E http://www.mercubuana.ac.id

Page 5: Pendahuluan · Web viewProgram stabilisasi, dengan tujuan utama menstabilkan pasar uang dan mencegah hiperinflasi. Restrukturisasi perbankan, dengan tujuan utama penyehatan sistem

Gambar 4.1. grafik pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 1990 s.d 1998

Dari tabel dan grafik tersebut terlihat bahwa sejak tahun 1990, Indonesia mengalami

pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat dan beberapa kalangan menilai bahwa Indonesia

akan menjadi kekuatan ekonomi baru di Asia. Bahkan World Bank (1997) menyebutkan

bahwa pada tahun 1960-an Indonesia lebih miskin dari India tetapi pada tahun 1990-an PDB

Indonesia tiga kali lipat dari PDB India.1 Data pertumbuhan ekonomi tersebut seolah-olah

menghipnosis hampir semua pelaku dan pengambil kebijakan ekonomi di Indonesia hingga

akhirnya tahun 1997 pertumbuhan ekonomi mulai merosot dan pada tahun 1998 menembus

minus 13 persen akibat terjadinya krisis ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan

ekonomi memang menggambarkan kemajuan suatu perekonomian tetapi tidak bisa menjadi

patokan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi berarti aman dari krisis ekonomi.

InflasiInflasi bisa menjadi salah satu indikator dalam makroekonomi. Inflasi yang baik adalah

ketika nilainya 1 digit dan bisa dikendalikan. Pada masa Orde lama, terjadi hyper inflasi

mencapai 650 persen. Pada tahun 1990 inflasi masih bisa dikendalikan dengan nilai 1 digit.

Tabel 4.2 berikut menggambarkan inflasi tahunan mulai dari tahun 1990 sampai dengan

tahun 1998.

Tahun Inflasi tahunan

1990 9,53

1991 9,52

1992 4,94

1993 9,77

1994 9,24

1995 8,64

1996 6,47

1997 11,05

1998 77,63

Tabel 4.2. perkembangan inflasi tahun 1990 s.d 1998

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa inflasi di Indonesia masih stabil di kisaran 9 persen. Namun

angka tersebut oleh beberapa kalangan dinilai sebagai gejala timbulnya overheating dalam

perekonomian dimana pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya dari sudut permintaan tapi

tidak diimbangi dengan produksi barang/jasa. Hal ini bisa menimbulkan kenaikan harga

1 Kartasasmita (2002). Krisis Ekonomi dan Masa Depan Ekonomi Indonesia

‘13 5 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningEdi Tamtomo,S.E.,M.E http://www.mercubuana.ac.id

Page 6: Pendahuluan · Web viewProgram stabilisasi, dengan tujuan utama menstabilkan pasar uang dan mencegah hiperinflasi. Restrukturisasi perbankan, dengan tujuan utama penyehatan sistem

barang dimana salah satu indikatornya adalah inflasi. pada tahun 1997, inflasi mulai

menembus 11 persen dan pada tahun 1998, inflasi melonjak menembus angka mendekati

78 persen.

Hutang Luar NegeriHutang Luar Negeri dalam hal ini adalah hutang sektor swasta. Sebagaimana telah dibahas

pada modul sebelumnya bahwa terjadinya resesi ekonomi membuat pemerintah membuat

kebijakan untuk menarik investor asing ke Indonesia dengan mempermudah prosedur dan

memberika kemudahan serta fasilitas untuk masuknya investor asing. Akibatnya hutang di

sektor swasta mulai meningkat sebagaimana ditunjukkan pada tabel 4.3. Selain jumlah

hutang swasta, juga dilihat porsi hutang jangka pendek terhadap total hutang. Banyaknya

hutang jangka pendek akan berisiko ketika hutang tersebut disalurkan ke investasi jangka

panjang dan pada waktu jatuh tempo belum ada return untuk bisa membayar hutang.

1992 1993 1994 1995 1996 1997 (pertengahan)

Total Hutang Swasta 28,4 30,5 34,2 44,5 55,5 58,7

Hutang Jangka Pendek 17,18 18,82 21,13 27,54 34,24 34,63

Persentase Hutang Jangka pendek thd Total Hutang 60,5 61,7 61,8 61,9 61,7 59,0

Tabel 4.3. Posisi Hutang Swasta Indonesia (dalam miliar USS$)

Sumber: Kuncoro (2009),Ekonomika Indonesia

Dari tabel 4.3 terlihat bahwa hutang swasta meningkat dengan cepat mulai dari 28,4 miliar

dollar pada tahun 1992 menjadi 58,7 miliar dollar pada pertengahan tahun 1997. Disamping

itu, porsi hutang jangka pendek terhadap total hutang cukup besar yaitu mencapai 60

persen. Porsi hutang jangka pendek yang besar menimbukkan risiko likuiditas (risiko hutang

tidak bisa dilunasi/kredit macet) makin besar.

‘13 6 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningEdi Tamtomo,S.E.,M.E http://www.mercubuana.ac.id

Page 7: Pendahuluan · Web viewProgram stabilisasi, dengan tujuan utama menstabilkan pasar uang dan mencegah hiperinflasi. Restrukturisasi perbankan, dengan tujuan utama penyehatan sistem

Kelebihan permintaan/harga ↑

Output pertanian ↓

Input ↓ bagi sektor-sektor lain

Kesempatan kerja/ pendapatan ↓

Inflasi ↑ Kemiskinan ↑

Produksi ↓ bagi sektor-sektor lain

Jenis-jenis Krisis EkonomiPada subbab ini akan dijelaskan tentang jenis-jenis krisis ekonomi dan alur logis mengapa

krisis ekonomi bisa terjadi.2

1. Krisis Produksi

Krisis produksi adalah termasuk tipe krisis ekonomi yang bersumber dari dalam negeri.

Krisis tersebut bisa dalam bentuk penurunan produksi domestik secara mendadak dari

komoditas pertanian, misalnya padi/beras. Penurunan produksi tersebut berakibat

langsung pada penurunan tingkat pendapatan riil dari para petani terutama di wilayah-

wilayah penghasil padi. Selain itu akan berdampak pada kehilangan pekerjaan dan

penghasilan bagi para petani. Hal ini adalah dampak langsung dari krisis tersebut.

Selanjutnya apabila padi/beras selain dikonsumsi langsung juga digunakan sebagai

bahan baku utama oleh sektor-sektor ekonomi lainnya, misalnya, industri makanan dan

minuman, maka volume produksi, kesempatan kerja dan pendapatan di sektor-sektor

terkait juga akan mengalami penurunan. Hal ini merupakan efek tidak langsung dari

krisis tersebut. Secara keseluruhan, tingkat kemiskinan di wilayah-wilayah tersebut akan

mengalami peningkatan yang besar.

Selanjutnya, jika kelangkaan padi tidak segera diatasi akan menimbulkan kenaikan

harga padi. Kenaikan harga akan memperburuk pendapatan riil masyarakat. Jika

berkepanjangan akan berdampak pada krisis sosial dan krisis politik. (gambar 4.2)

Gambar 4.2. Krisis Produksi Domestik dan Dampaknya terhadap Kemiskinan2 Tambunan (2012), Perekonomian Indonesia

‘13 7 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningEdi Tamtomo,S.E.,M.E http://www.mercubuana.ac.id

Page 8: Pendahuluan · Web viewProgram stabilisasi, dengan tujuan utama menstabilkan pasar uang dan mencegah hiperinflasi. Restrukturisasi perbankan, dengan tujuan utama penyehatan sistem

Sektor perbankan ↓Rumah tangga Kredit usaha ↓ /R ↑

Tabungan ↓ Kredit konsumsi ↓ /R ↑

Konsumsi ↓ Kemiskinan ↓

Kesempatan kerja/ pendapatan ↓Produksi ↓ di sektor-sektor ekonomi

.

2. Krisis Perbankan

Dampak langsung atau fase pertama dari efek krisis perbankan adalah kesempatan

kerja dan pendapatan yang menurun ke subsektor keuangan tersebut. Pada fase kedua

krisis perbankan merembet ke perusahaan-perusahaan yang sangat tergantung pada

sektor perbankan dalam pembiayaan kegiatan-kegiatan produksi/bisnis mereka.

Perusahaan-perusahaan tersebut tidak bisa lagi mendapatkan pinjaman dari perbankan

karena subsektor keuangan tersebut sedang mengalami kekurangan dana atau

bangkrut, atau perusahaan-perusahaan masih bisa mendapatkan kredit tetapi dengan

tingkat suku bunga pinjaman yang jauh lebih tinggi dibandingkan saat perbankan dalam

keadaan normal. Kenaikan suku bunga itu disebabkan terutama oleh permintaan kredit

dari dunia usaha yang besar, di satu sisi, dan di sisi lain dana yang terkumpul dari pihak

ketiga (masyarakat) untuk disalurkan sebagai kredit usaha terbatas. Selama periode

krisis keuangan Asia (1997-1998), perusahaan-perusahaan besar, di Indonesia terpaksa

mengurangi kegiatan bisnis dan produksi mereka atau bahkan harus tutup karena salah

satu penyebabnya adalah kekurangan dana pinjaman dari perbankan. Akibat

selanjutnya dari krisis keuangan yang dialami oleh perusahaan-perusahaan tersebut

adalah terjadinya pemberhentian pekerja (PHK). Tergantung pada keterkaitan produksi

dari perusahaan-perusahaan tersebut dengan perusahaan-perusahaan lainnya (yang

tidak terlalu tergantung pada kredit perbankan) di dalam negeri, pada fase terakhir, krisis

perbankan menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran dan orang miskin

(gambar 4.3).

Gambar 4.3. Krisis Perbankan dan Dampaknya terhadap Kemiskinan

3. Krisis Nilai Tukar

‘13 8 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningEdi Tamtomo,S.E.,M.E http://www.mercubuana.ac.id

Page 9: Pendahuluan · Web viewProgram stabilisasi, dengan tujuan utama menstabilkan pasar uang dan mencegah hiperinflasi. Restrukturisasi perbankan, dengan tujuan utama penyehatan sistem

Depresiasi nilai tukar mata uang nasionalImpor Ekspor ↑

Produksi ↑

Kesempatan kerja/ pendapatan ↑

Impor ↓ Impor konstan

Produksi ↓ Biaya produksi ↑

Inflasi ↑Kesempatan kerja/ pendapatan ↑

Kemiskinan ?

Suatu perubahan kurs dari sebuah mata uang, misalnya rupiah terhadap dolar AS

dianggap krisis apabila kurs dari mata uang tersebut mengalami penurunan atau

depresiasi yang sangat besar yang prosesnya mendadak atau berlangsung terus-

menerus yang membentuk sebuah tren yang meningkat

Dampak langsung dari perubahan tersebut adalah pada ekspor dan impor (Gambar 4.4).

Paling tidak, menurut teori konvensiaonal mengenai perdagangan internasional,

depresiasi nilai tukar dari satu mata uang terhadap misalnya dolar AS yang membuat

daya saing harga (dalam dolar AS) dari produk-produk buatan negara dari mata uang

tersebut membaik, yang selanjutya membuat volume ekspornya meningkat. Berikutnya,

kenaikan volume ekspor menambah volume produksi dan meningkatkan jumlah

kesempatan kerja di perusahaan-perusahaan eksportir.

Namun, di sisi impor, akibat kurs mata uanga nasional melemah, misalnya dalam rupiah,

dari Rp 2.000 persatu dolar AS menjadi RP 10.000 per satu dolar AS, maka harga-harga

dalam rupiah di pasar dalam negeri dari produk-produk impor akan naik, yang bahkan

bisa mengakibatkan meningkatnya laju inflasi di Indonesia. Misalnya, suatu produk impor

harganya 10 dolar AS. Dengan kurs rupiah, misalnya RP 2.000/US$, maka harga dari

produk tersebut di Indonesia adalah Rp 20.000. jika nilai rupiah melemah menjadi Rp

10.000/US$, maka harga produk tersebut dalam rupiah menjadi RP 100.000, walau

harga aslinya dalam dolar AS tetap tidak berubah.

Gambar 4.4 Krisis Nilai Tukar dan Dampaknya terhadap Kemiskinan

Jadi depresiasi nilai tukar dari suatu mata uang pada dasarnya berdampak posistif

terhadap ekonomi, dari negara yang mata uangnya mengalami pelemahan lewat sisi

ekspor dan berdampak negatif lewat sisi impor. Oleh karena itu, efek neto dari krisis nilai

tukar terhadap kemiskinan bisa negatif, positif atau nol, tergantung pada selisih antara

‘13 9 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningEdi Tamtomo,S.E.,M.E http://www.mercubuana.ac.id

Page 10: Pendahuluan · Web viewProgram stabilisasi, dengan tujuan utama menstabilkan pasar uang dan mencegah hiperinflasi. Restrukturisasi perbankan, dengan tujuan utama penyehatan sistem

Permintaan terhadap output dari sektor-sektor lain ↓Pendapatan petani & buruh tani ↓ Harga/permintaan ekspor ↓

Penghasilan ekspor dari perusahaan eksportir ↓

Kesempatan kerja di perusahaan eksportir ↓

Kemiskinan ↑Kesempatan kerja/ Pendapatan ↓

kedua efek tersebut. Negara dengan neraca transaksi berjalan deficit akan mempunyai

kecenderungan lebih banyak mendapat efek negarif dari kurs mata uang ini.

4. Krisis Perdagangan

Dalam hal krisis-krisis ekonomi yang berasal dari sumber-sumber eksternal, ada dua

jenis jalur utama, yaitu perdagangan dan investasi/arus modal. Di dalam jalur

perdagangan itu sendiri ada dua subjalur, yaitu ekspor dan impor (barang dan jasa).

Dalam jalur ekspor, misalnya ekspor barang, suatu krisis bagi Negara ekportir bisa

terjadi baik karena harga di pasar internasional dari komoditas yang diekspor turun

secara drastid atau permintaan dunia terhadap komoditas tersebut menurun secara

signifikan. Sebagai contoh, harga dunia atau permintaan pasar global bagi ekspor-

ekspor utama Indonesia dari komoditas-komoditas pertanian menurun, maka

pendapatan petani dan buruh tani dari komoditas-komoditas tersebut di dalam negeri

juga merosot (gambar 4.5). Proses ini tidak akan berhenti di sini seperti halnya dengan

tipe-tipe krisis ekonomi lainnyayang telah dibahas sebelumnya, di dalam kasus ini juga

ada suatu efek penggandaan di dalam ekonomi: penurunan pendapatan petani dan

buruh tani membuat permintaan konsumsi maupun permintaan perantara (antar sektor)

di pedesaan berkurang, sebagai suatu hasil akhir, pendapatan riil masyarakat per kapita

menurun dan tingkat kemiskinan meningkat di pedesaan.

Gambar 4.5. Krisis Harga/Permintaan Ekpor dan Dampaknya terhadap Kemiskinan

‘13 10 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningEdi Tamtomo,S.E.,M.E http://www.mercubuana.ac.id

Page 11: Pendahuluan · Web viewProgram stabilisasi, dengan tujuan utama menstabilkan pasar uang dan mencegah hiperinflasi. Restrukturisasi perbankan, dengan tujuan utama penyehatan sistem

Modal lari/modal di dalam negeri ↓

Investasi domestik ↓

Produk domestik ↓

Kesempatan kerja/ pendapatan ↓

Kemiskinan ↑

Depresiasi nilai tukar nasional*

Inflasi ↑

Dalam ekspor jasa, suatu krisis bisa terjadi jika jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke

dalam negeri menurun drastis, atau jumlah pengiriman uang ke Indonesia dari tenaga kerja

Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri mengalami pengurangan secara signifikan.

Masih berdasarkan pada laporan Bank Dunia dan ASEAN tersebut, krisis ekonomi global

2008-2009 tersebut berdampak terhadap ekonomi-ekonomi dari Negara-negara anggota

ASEAN lewat sejumlah jalur transmisi, dan diantaranya yang paling penting adalah jumlah

wisatawan asing ke wilayah tersebut sangat berkurang, dan jumlah pengiriman uang dari

pekerja-pekerja migrant yang juga merosot selama perode krisis tersebut.

5. Krisis Modal

Terakhir, suatu pengurangan modal di dalam negeri dalam jumlah besar atau pengentian

bantuan serta pinjaman luar negeri akan menjadi sebuah krisis ekonomi bagi banyak

Negara miskin di sunia, seperti di Afrika dan Asia Tengah yang ekonomi mereka selama ini

sangat tergantung pada ULN atau hibah internasional. Suatu pelarian modal, baik yang

berasal dari sumber dalam negeri maupun modal asing, terutama investasi asing jangka

pendek (yang umum disebut ‘uang panas’), dalam jumlah yang besar secara mendadak bisa

menjelma menjadi sebuah krisis besar bagi ekonomi dari Negara-negara yang sangat

memerlukan modal investasi. Proses mulai dari larinya modal ke luar negeri hingga menjadi

sebuah krisis ekonomi sangat sederhana: dana investasi di dalam negeri berkurang,

investasi (pembentukan modal tetap bruto) menurun, kegiatan/volume prduksi dan tingkat

produktivitas menurun, pertumbuhan ekonomi merosot, jumlah angkatan kerja yang bisa

bekerja terutama di sektor formal berkurang, tingkat pendapatan riil menurun, dan pada

akhirnya, tingkat kemiskinan bertambah. Di sisi lain, suatu pelarian modal dalam jumlah

besar akan menyebabkan depresiasi nilai tukar mata uang dari Negara bersangkutan seperti

yang telah dibahas sebelumnya (Gambar 4.6).

‘13 11 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningEdi Tamtomo,S.E.,M.E http://www.mercubuana.ac.id

Page 12: Pendahuluan · Web viewProgram stabilisasi, dengan tujuan utama menstabilkan pasar uang dan mencegah hiperinflasi. Restrukturisasi perbankan, dengan tujuan utama penyehatan sistem

Gambar 4.6. Krisis Modal dan Dampaknya terhadap Kemiskinan

Gambaran Singkat Krisis Ekonomi 1998Krisis ekonomi di Indonesia mungkin tidak diperkirakan sebelumnya. Semuanya di luar

perkiraan beberapa kalangan. Bahkan ketika krisis moneter yang terjadi di Thailand

diperkirakan tidak akan berdampak di Indonesia karena kondisi perekonomian Indonesia

yang dinilai bagus dan cukup stabil. Namun ternyata Indoneia terkena krisis juga dan

dampaknya bisa dikatakan paling parah diantara negara-negara yang terkena krisis

moneter.

Krisis ekonomi pada awalnya dimulai dari krisis moneter yang terjadi di Thailand dimana

nilai mata uang Baht jatuh terhadap dollar. Kondisi ini mulai membuat investor mulai tidak

percaya dan pada Thailand karena tidak bisa menjaga kestabilan kurs. Ketidakpercayaan ini

merembet ke negara-negara di Asia termasuk Indonesia.

Krisis moneter Indonesia dimulai dengan turunnya nilai rupiah terhadap dollar. Pemerintah

berusaha mengatasinya tetapi tidak berhasil, Hal ini juga yang membuat investor menarik

dananya dari Indonesia. Banyaknya modal yang ditarik dari Indonesia ke luar negeri

membuat kondisi ekonomi mulai memburuk. Perusahaan yang bergantung pada pinjaman

bank mulai kekurangan modal. Bank-bank mulai kehilangan likuiditasnya dan masyarakat

mulai menarik dananya dari bank. Kondisi ini membuat perusahaan jadi kekurangan modal

karena bank sebagai penghimpun dan penyalur dana tidak bisa menjalankan fungsinya.

Terjadilah krisis finansial yang selanjutnya menjadi krisis ekonomi. Naiknya dollar membuat

harga-harga menjadi merembet naik.

Krisis ekonomi ini menyebabkan terjadinya demonstrasi dari kalangan mahasiswa dan

menguasai gedung DPR. Dan diperparah lagi dengan kerusuhan-kerusuhan dimana waktu

‘13 12 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningEdi Tamtomo,S.E.,M.E http://www.mercubuana.ac.id

Page 13: Pendahuluan · Web viewProgram stabilisasi, dengan tujuan utama menstabilkan pasar uang dan mencegah hiperinflasi. Restrukturisasi perbankan, dengan tujuan utama penyehatan sistem

itu orang tionghoa menjadi sasaran. Akibatnya mereka banyak yang lari keluar negeri dan

membwa pula modalnya. Hal ini makin memperburuk kondisi perekonomian Indonesia

hingga pertumbuhan ekonominya menembus minus 13.

Turunnya Presiden Soeharto dan digantikan oleh B.J Habibie juga menciptakan krisis politik

yang juga makin menambah ketidakpercayaan investor kepada Indonesia. Tabel 4.4 berikut

menggambarkan beberapa krisis di negara-negara Asia Pasifik termasuk Indonesia.

Negara Krisis Kepercayaan

Krisis Mata Uang

Krisis Finansial

Krisis Ekonomi

Krisis Sosial Krisis Politik

Hongkong V Terhindar Terhindar Terhindar Terhindar Terhindar

Singapura V V Terhindar Terhindar Terhindar Terhindar

Taiwan V V Terhindar Terhindar Terhindar Terhindar

Malaysia V V V Terhindar Terhindar Terhindar

Korsel V V V V Terhindar Terhindar

Thailand V V V V V Terhindar

Indonesia V V V V V V

Tabel 4.4 Gambaran Krisis negara-negara Asia Pasifik

Jadi krisis di Indonesia dimulai dari adanya krisis kepercayaan. Dari krisis kepercayaan

membuat rupiah terdepresiasi sehingga terjadilah krisis mata uang dan krisis finansial. Pada

tahap ini seharusnya pemerintah mengembalikan kepercayaan investor dengan menjaga

nilai rupiah terhadap dollar. Namun hal ini tidak berhasil sehingga makin membuat krisis

kepercayaan. Krisis kepercayaan yang menguat makin membuat krisis moneter menjadi-jadi

dan berdampak pada krisis ekonomi, krisis sosial hingga ke krisis politik. Jika dikaitkan

dengan pembahasan jenis-jenis krisis pada pembahasan sebelumnya, Indonesia mengalami

krisis nilai tukar, krisis perdagangan dan krisis modal.

‘13 13 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningEdi Tamtomo,S.E.,M.E http://www.mercubuana.ac.id

Page 14: Pendahuluan · Web viewProgram stabilisasi, dengan tujuan utama menstabilkan pasar uang dan mencegah hiperinflasi. Restrukturisasi perbankan, dengan tujuan utama penyehatan sistem

Faktor-faktor Penyebab Krisis Ekonomi Tahun 1998Terdapat banyak penelitian dan banyak pendapat dari beberapa ahli ekonomi tentang apa

yang menyebabkan krisis ekonomi di Indonesia tahun 1998. Faktor penyebab krisis

ekonomi secara garis besar dapat dibagi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal meliputi hal-hal sebagai berikut3.

1. Hutang swasta luar negeri terlalu besar dan sebagian besar berjangka pendek

2. Lemahnya sistem perbankan

3. Kurangnya transparansi, lemahnya penegakan dan kepastian hukum

4. Kondisi politik yang tidak stabil

Faktor Eksternal meliputi hal-hal sebagai berikut.4

1. Globalisasi Ekonomi Kapitalis

2. Fluktuasi pasar nilai mata uang

3. Tindakan para spekulan

Hutang Swasta Luar Negeri Terlalu Besar Dan Sebagian Besar Berjangka Pendek

Berbeda dengan hutang pemerintah yang diatur dengan hati-hati dan seksama, untuk

hutang sektor swasta pengawasannya ada kesan dilonggarkan. Hal ini juga sebagai

salah satu kebijakan untuk mengatasi resesi ekonomi dunia pada pertengahan

dekade1980-an. Akibatnya adalah 85 persen penambahan hutang luar negeri Indonesia 3 Kartasasmita (2002). Krisis Ekonomi dan Masa Depan Ekonomi Indonesia4 Salamah (2001), Lingkaran Krisis Ekonomi Indonesia

‘13 14 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningEdi Tamtomo,S.E.,M.E http://www.mercubuana.ac.id

Page 15: Pendahuluan · Web viewProgram stabilisasi, dengan tujuan utama menstabilkan pasar uang dan mencegah hiperinflasi. Restrukturisasi perbankan, dengan tujuan utama penyehatan sistem

adalah dari sektor swasta. Hal ini juga ditunjukkan pada tabel 4.3 bahwa jumlah hutang

sektor swasta meningkat dengan pesat.

Hutang swasta sebagian besar dialirkan ke investasi jangka panjang seperti real etate.

Hal ini berbahaya, karena sebagian besar hutang swasta adalah jangka pendek.

Akibatnya ketika jatuh tempo kemungkinan debitur membayar hutang bisa kesulitan.

Pada tahun 1998 krisis kepercayaan membuat modal ditarik, hal ini membuat swasta

menanggung kerugian termasuk kerugian karena melemahnya nilai rupiah, karena

mereka harus membayar hutang dalam dollar. Kerugian ini dialami oleh perbankan yang

memiliki hutang kuar negeri maupun perusahaan yang langsung berhutang dengan luar

negeri maupun yang meminjam dana dari bank.

Lemahnya Sistem Perbankan Nasional

Ketika liberalisasi sistem perbankan diberlakukan pada pertengahan tahun 1980-an,

mekanisme pengendalian dan pengawasan dari pemerintah tidak efektif dan tidak

mampu mengikuti cepatnya pertumbuhan sektor perbankan. Yang lebih parah, hampir

tidak ada penegakan hukum terhadap bank-bank yang melanggar ketentuan, khususnya

dalam kasus peminjaman ke kelompok bisnisnya sendiri, konsentrasi pinjaman pada

pihak tertentu, dan pelanggaran kriteria layak kredit. Pada waktu yang bersamaan

banyak sekali bank yang sesungguhnya tidak bermodal cukup (undercapitalized) atau

kekurangan modal, tetapi tetap dibiarkan beroperasi. Semua ini berarti, ketika nilai

rupiah mulai terdepresiasi (nilainya turun), sistem perbankan tidak mampu

menempatkan dirinya sebagai “peredam kerusakan”, tetapi justru menjadi korban

langsung akibat neracanya yang tidak sehat. Hal ini terlihat ketika krisis berlangsung 16

bank langsung di-merger menjadi satu bank sebagai salah satu usaha untuk keluar dari

krisis ekonomi dengan cara menyehatkan perbankan nasional.

Lemahnya sistem perbankan ini, termasuk di dalamnya adalah pengawasan perbankan

berperan memunculkan adanya gelembung ekonomi (buble). Gelembung ekonomi ini

ditandai dengan harga saham, sekuritas, dan properti yang naik dengan cepat. Hal ini

berpotensi pada krisis ketika terjadi kredit macet. Hal ini diperparah dengan mental rent

seeker dari sebagian pelaku bisnis.

Kurangnya Transparansi Dan Lemahnya Penegakan Dan Kepastian Hukum

Sebenarnya ini sudah menjadi ‘rahasia umum’ bahwa untuk berinvestasi di Indonesia

terdapat biaya-biaya dan pungutan tidak resmi yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi.

‘13 15 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningEdi Tamtomo,S.E.,M.E http://www.mercubuana.ac.id

Page 16: Pendahuluan · Web viewProgram stabilisasi, dengan tujuan utama menstabilkan pasar uang dan mencegah hiperinflasi. Restrukturisasi perbankan, dengan tujuan utama penyehatan sistem

Namun hal tersebut tidak banyak dikeluhkan ketika krisis belum terjadi. Pada saat krisis

terjadi, hal tersebut muncul ke permukaan dan menjadi salah satu pemicu krisis

kepercayaan kepada pemerintah dalam menangani krisis. Ketika pemerintah yang

dianggap sebagai wasit dalam perekonomian sudah tidak dipercaya lagi maka Indonesia

harus bersiap-siap kehilangan modal yang dibawa lari oleh investor luar negeri.

Kondisi lemahnya sistem perbankan dan kurangnya transparansi serta lemahnya

penegakan dan kepastian hukum ini merupakan lemahnya tata kelola pemerintahan

(governance) khususnya dalam mengelola perekonomian. Lemahnya tata kelola ini

terlihat ketika Presiden Soeharto mundur, membuat krisis kepercayaan khususnya oleh

investor makin menguat.

Kondisi Politik yang Tidak Stabil

Kondisi politik sebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap terjadinya krisis

ekonomi. Tetapi faktor ini menjadi faktor penyulut yang makin memperparah krisis

ekonomi dan membuat pemulihan berlangsung lambat. Pada tahun 1998, krisis ekonomi

membuat rakyat tidak lagi percaya dengan pemerintah. Mahasiswa melakukan aksi

demonstrasi dan menduduki gedung DPR/MPR. Dalam aksi demonstrasi tersebut

diwarnai dengan aksi penembakan dan penculikan terhadap mahasiswa yang

berdemonstrasi. Selain demonstrasi, juga terjadi kerusuhan dan penjarahan. Kondisi

tersebut membuat investor semakin tidak percaya dengan Indonesia dan menarik

modalnya dari Indonesia.

Pemulihan krisis ekonomi Indonesia lebih lambat daripada negara lain karena situasi

politik yang tidak menentu. Pasca turunnya Presiden Soeharto, pemulihan di bawah

presiden B.J Habibie juga masih terhambat dengan kondisi politik lepasnya Timor Timur

dari Indonesia. Pada masa Presiden Gusdur hasil Pemilu tahun 1999 pun investor juga

belum sepenuhnya percaya dengan pemerintahan Indonesia karena beberapa

pernyataan kontroversial dan pada waktu itu Indonesia mengalami kerusuhan etnis di

beberapa daerah.

Beberapa faktor eksternal penyebab krisis ekonomi akan dibahas berikut.

Globalisasi Ekonomi Kapitalis

Dalam era globaisasi seperti ini arus barang maupun modal hampir-hampir tidak

dibatasi. Secara karakteristik, negara-negara berkembang akan membutuhkan bantuan

dari negara berkembang dan negara maju membutuhkan tempat untuk menanamkan

‘13 16 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningEdi Tamtomo,S.E.,M.E http://www.mercubuana.ac.id

Page 17: Pendahuluan · Web viewProgram stabilisasi, dengan tujuan utama menstabilkan pasar uang dan mencegah hiperinflasi. Restrukturisasi perbankan, dengan tujuan utama penyehatan sistem

modalnya. Seharusnya aka nada hubungan saling menguntungkan dalam hubungan ini.

Tetapi salah satu risiko yang ada adalah ketika salah satu negara terkena krisis, hal itu

akan berimbas ke negara-negara lain. Dalam hal ini tergantung tingkat kerentanan

negara terhadap krisis. Dari pengalaman krisis tahun 1998, memberikan pelajaran

bahwa salah satu risiko dari keterbukaan ekonomi dan globalisasi adalah terjadinya

krisis ekonomi.

Fluktuasi Nilai Mata Uang Dunia

Seiring dengan globalisasi kapitalis, uang bukan lagi sekadar instrument transaksi

melainkan sudah menjadi barang fisik seperti halnya sektor riil yang setiap saat bisa

dijual - belikan seperti halnya barang dan jasa. Dalam konstelasi semacam ini yang

menentukan nasib nilai tukar mata uang nasional terhadap valas bukan masalah internal

(kebijakan pemerintah) melainkan ditentukan oleh pasar.

Pada krisis moneter 1998 diawali dengan krisis mata uang Baht terhadap dollar, disusul

dengan mata uang lainnya di Asia Pasifik termasuk rupiah. Hal ini juga yang

dimanfaatkan oleh para spekulan yang mengambil keuntungan dari selisih nilai kurs.

Tindakan Para Spekulan

Sesuai hukum ekonomi, makin banyak permintaan berarti harga akan naik. Para

spekulan tahu bahwa menjelang tahun 1997 akan banyak hutang jangka pendek yang

jatuh tempo. Hal ini berarti permintaan akan dollar akan meningkat pada masa itu karena

negara-negara berkembang akan membayar hutang. Para spekulan mulai memborong

dollar dan menjualnya dengan harga tinggi untuk mempeorleh keuntungan. Hal ini juga

yang membuat nilai mata uang negara-negara berkembang di Asia Pasifik terdepresiasi.

Dari penjelasan faktor-faktor penyebab krisis ekonomi tersebut di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa faktor-faktor internal lebih bisa dikendalikan (dalam hal inioleh

pemerintah) sebagai regulator perekonomian. Sementara itu untuk faktor eskternal sangat

sulit untuk dikendalikan, karena di era sekarang ini sangat sulit untuk menerapkan ekonomi

tertutup. Beberapa negara yang dulu menerapkan ekonomi sosialsi seperti Cina dan Rusia

mulai membuka diri, dan beberapa negara yang tersisa seperti Korea Utaradan Kuba dilihat

dari tingkat pertumbuhan ekonominya juga melambat.

Dibalik faktor-faktor tersebut, ada beberapa hal yang seharusnya dipikirkan. Mengapa

hutang swasta begitu cepat meningkat dan mengapa tidak ada pengawasan tentang hal itu.

Bagaimana pula dengan penataan sistem perbankan yang sehat dan mendukung stabilitas

perekonoian. Dan satu hal yang lebih penting lagi adalah bahwa sektor keuangan/moneter

ada untuk mendukung sektor riil, dan ketika sektor moneter sudah beralih fungsi mirip

‘13 17 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningEdi Tamtomo,S.E.,M.E http://www.mercubuana.ac.id

Page 18: Pendahuluan · Web viewProgram stabilisasi, dengan tujuan utama menstabilkan pasar uang dan mencegah hiperinflasi. Restrukturisasi perbankan, dengan tujuan utama penyehatan sistem

dengan sektor riil atau dengan kata lain, uang telah menjadi komoditas yang diperjualbelikan

dan bukan sebagai alat tukar, maka dampak bisa yang timbul adalah krisis moneter.

Kebijakan dan Langkah Mengatasi Krisis Kebijakan dan langkah dalam mengatasi krisis sebenarnya telah dilakukan semenjak rupiah

terdepresiasi dan mulai tak terkendali. Setelah nilai rupiah terdepresiasi dan mulai tidak bisa

dikendalikan, pemerintah minta bantuan pada IMF. Tujuannya adalah untuk mengembalikan

krisis kepercayaan investor kepada Indonesia. Pada akhir Oktober 1997, lembaga keuangan

internasional itu mengumumkan paket bantuan keuangannya pada Indonesia yang

mencapai 40 miliar dolar AS, Sehari setelah pengumuman itu, seiring dengan paket

reformasi yang ditentukan oleh IMF, pemerintah Indonesia, mengumumkan pencabutan izin

usaha 16 bank swasta yang dinilai tidak sehat.

Namun langkah ini masih belum bisa mengembalikan kepercayaan masyarakat di dalam

dan luar negeri terhadap kinerja ekonomi Indonesia yang pada waktu itu harus ditegaskan

dalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama antara pemerintah Indonesia dan

IMF pada bulan Januari 1998. Nota kesepakatan ini terdiri dari 50 kebijaksanaan-

kebijaksanaan antara lain:

1. Anggaran berimbang

2. Pengurangan pengeluaran pemerintah termasuk di dalamnya penghapusan subsidi BBM

dan listrik

3. Pembatalan proyek infrastruktur besar

4. Peningkatan pendapatan pemerintah dengan membuat peraturan yang bisa

meningkatkan pendapatan terutama melalui pajak dan cukai.

‘13 18 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningEdi Tamtomo,S.E.,M.E http://www.mercubuana.ac.id

Page 19: Pendahuluan · Web viewProgram stabilisasi, dengan tujuan utama menstabilkan pasar uang dan mencegah hiperinflasi. Restrukturisasi perbankan, dengan tujuan utama penyehatan sistem

Namun demikian, program ini dilakukan dengan setengah hati sehingga pemerintah

berunding lagi dengan IMF dan dicapai lagi kesepakatan baru pada bulan April 1998. Hasil-

hasil perundingan dan kesepakatan itu diantaranya penundaan penghapusan subsidi BBM

dan listrik, serta tambahan dalam kesepakatan yang baru ini, yakni sebagai berikut.

1. Program stabilisasi, dengan tujuan utama menstabilkan pasar uang dan mencegah

hiperinflasi.

2. Restrukturisasi perbankan, dengan tujuan utama penyehatan sistem perbankan

nasional.

3. Reformasi struktural, yang mana disepakati agenda baru yang mencakup upaya-upaya

dan sasaran yang telah disepakati dalam kesepakatan sebelumnya

4. Penyelesaian hutang luar negeri swasta (corporate debt).

5. Bantuan untuk rakyat kecil berupa Jaring Pengaman Sosial (JPS).

Namun krisis sudah mengarah ke krisis sosial dan politik, terjadi kerusuhan dimana-mana

sehingga memaksa Soeharto mundur dari jabatannya dan diganti BJ Habibie. Program-

program yang disepakati denhgan IMF belum sepenuhnya dilaksanakan dan belum

sepenuhnya membuat Indonesia keluar dari krisis.

Pemerintahan Habibie sering disebut pemerintahan transisi, karena menggantikan

pemerintahan Soeharto sebelum nanti dilakukan pemilu tahun 1999. Pada masa

pemerintahan Habibie, kebijakan-kebijakan yang sebelumnya telah disepakati oleh IMF

dilanjutkan. Kebijakan-kebijakan tersebut dilakukan secepat mungkin.

Dengan langkah-langkah tersebut pemerintah berhasil meredam tingkat kerusakan ekonomi

akibat krisis, bahkan mampu mengembalikan Indonesia pada jalur pemulihan yang benar.

Hal ini terbukti dengan mulai pulih dan stabilnya nilai tukar rupiah menjadi Rp 6.500 sampai

Rp7.500 per dolar, dalam kurun waktu yang cukup lama, sampai menjelang pemilihan

presiden di bulan Oktober 1999. Inflasi juga terkendali, dari hampir 80% pada tahun 1998

menjadi 2% saja pada tahun berikutnya (1999). Dengan kondisi ini tingkat suku bunga dapat

turun dari sekitar 80% menjadi 11-12%. Konsumsi dalam negeri mulai pulih, khususnya

dalam permintaan terhadap industri otomotif dan industri konstruksi. Pendek kata, turbulensi

ekonomi itu dalam waktu singkat telah berhasil dikendalikan. Pertumbuhan ekonomi yang

sempat menembus minus 13 persen mulai kembali naik dam mencapai 0,3 persen parahun

1999.

Untuk meredam dampak krisis terhadap masyarakat miskin, dengan cepat diberlakukan

program JPS dalam berbagai bentuk, seperti: penyediaan subsidi beras untuk keluarga

miskin; pemberian bea siswa untuk murid dari SD hingga perguruan tinggi (pelayanannya

‘13 19 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningEdi Tamtomo,S.E.,M.E http://www.mercubuana.ac.id

Page 20: Pendahuluan · Web viewProgram stabilisasi, dengan tujuan utama menstabilkan pasar uang dan mencegah hiperinflasi. Restrukturisasi perbankan, dengan tujuan utama penyehatan sistem

mencapai 1,7 juta murid); pelayanan kesehatan secara cuma-cuma bagi keluarga miskin;

dan pembangunan prasarana desa melalui program padat karya untuk menciptakan

lapangan kerja secara massal.

Rekonstruksi ekonomi seperti yang telah digambarkan di atas dilaksanakan melalui cara

konstitusional, dengan berbagai undang-undang dan peraturan, yang dibarengi pula dengan

pembentukan lembaga baru sesuai kebutuhan. Contohnya, pemerintahan Habibie

memperkenalkan undang-undang baru tentang kepailitan yang memberikan kepastian

hukum kepada kreditur maupun debitur, serta menetapkan mekanisme penyelesaian hutang

swasta melalui apa yang dikenal sebagai Prakarsa Jakarta (Jakarta Initiative Task Force) .

Langkah reformasi lainnya, antara lain, penutupan atau pengambilalihan bank yang tidak

sehat dan yang melanggar ketentuan; memperkuat BPPN dengan mempertegas status

kelembagaan dan mengisinya dengan SDM yang profesional; menetapkan Bank Indonesia

sebagai bank sentral yang independen; menetapkan peraturan untuk menjamin praktik

bisnis yang kompetitif, sehat, dan anti-monopoli; serta bekerja sama dengan sektor swasta

dalam membangun good corporate governance.

Daftar PustakaDumairy. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga. 1999.

Kartasasmita, Ginandjar. Krisis Ekonomi dan Masa Depan Indonesia. 2002

Kuncoro, Mudrajad. Ekonomika Indonesia. Dinamika Lingkungan Bisnis di Tengah Krisis Gobal.Yogyakarta: UPPSTIM YKPN. 2009.

Kuncoro, Mudrajad. Mudah Memahami&Menganalisis Indikator Ekonomi.Yogyakarta: UPPSTIM YKPN. 2003.

Salamah, Lilik. Lingkaran Krisis Ekon omi Indonesia," Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th XIV, No 2, April 2001, 65-76.

Tambunan, Tulus. Perekonomian Indonesia. Kajian Teoritis dan Analisis Empiris. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2012.

‘13 20 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningEdi Tamtomo,S.E.,M.E http://www.mercubuana.ac.id

Page 21: Pendahuluan · Web viewProgram stabilisasi, dengan tujuan utama menstabilkan pasar uang dan mencegah hiperinflasi. Restrukturisasi perbankan, dengan tujuan utama penyehatan sistem

Ringkasan Materi Modul 4