pendahuluan latar belakang -...
TRANSCRIPT
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dengan diberlakukannya otonomi daerah maka pembangunan ekonomi tidak
hanya terpusat dikelola oleh negara, tetapi negara lebih memberikan keleluasaan
kepada daerah untuk mengembangkan kegiatan ekonominya. Berbagai kebijakan
yang ditetapkan pemerintah daerah bersama DPRD dalam kaitannya dengan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, secara normatif
merupakan penjabaran dan pelaksanaan visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,
program, dan kegiatan pembangunan yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM).
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) merupakan acuan pembuatan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).
Kemampuan daerah dalam mengelola keuangannya dituangkan dalam APBD
yang menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai kegiatan
pelaksanaan tugas pembantuan. Dalam menjalankan otonomi daerah, pemerintah
daerah dituntut untuk menjalankan roda pemerintahan secara efektif dan efisien,
mampu mendorong serta meningkatkan pemerataan dan keadilan dengan
mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Good
governance akan tercapai jika rumusan APBD dalam pelaksanaannya mendapat
pengawasan (DPRD) yang berfungsi secara baik, dan pada gilirannya akan
mendorong timbulnya kesadaran akan pentingnya tanggung jawab kepada
masyarakat.
Pada penelitian sebelumnya, Lembaga Penelitian SMERU (2002) meneliti
mengenai kinerja pelayanan pemda yang secara umum tercermin dari proses dan
keputusan pengalokasian dana dalam APBD di Kabupaten Lombok Barat, Nusa
Tenggara Barat. Hasil penelitian menemukan bahwa perencanaan yang disusun oleh
pemerintah kabupaten dalam bentuk Perencanaan Strategis (Renstra) tidak mengacu
Program Pembangunan Daerah (Propeda) yang disusun oleh pemerintah propinsi
sebagai rujukan pembangunan regional. Penelitian ini juga menemukan bahwa di
bidang keuangan makin membesarnya dana APBD yang dikelola oleh pemerintah
daerah ternyata ada kecenderungan dibelanjakan untuk kepentingan para elite daerah.
2
Sopanah & Isa Wahyudi (2010) meneliti pengaruh akuntabilitas publik,
partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik terhadap hubungan antara
pengetahuan anggaran dengan pengawasan APBD di di wilayah Malang Raya, Jawa
Timur. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengetahuan anggaran berpengaruh
signifikan terhadap pengawasan APBD baik menurut dewan maupun masyarakat.
Pengaruh yang ditunjukkan adalah positif artinya semakin tinggi pengetahuan dewan
tentang anggaran maka pengawasan yang dilakukan semakin meningkat. Sardjito &
Muthaher (2007) meneliti sejauh mana pengaruh partisipasi penyusunan anggaran
terhadap kinerja manajerial yang diterapkan pada organisasi sektor publik dan untuk
melihat seberapa besar pengaruh moderating budaya organisasi dan komitmen
organisasi terhadap hubungan partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja
aparatur Pemerintah Daerah (Pemda) Kota Semarang sebagai penyusun anggaran
dengan metode Kuesioner. Hasil penelitiannya menunjukkan terdapat pengaruh
signifikan antara variabel komitmen organisasi dalam memoderasi partisipasi
penyusunan anggaran dengan kinerja aparat pemerintah daerah.
Alwi (2006) meneliti mengenai penguasaan terhadap visi misi dan nilai-nilai
organisasi serta implikasinya terhadap kinerja pada Pringsewu Restaurant Group di
Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitian menemukan bahwa
kelompok restoran Pringsewu menuju ke arah learning organization yang
meletakkan visi, misi dan nilai-nilai sebagai sumber aspirasi dan penggerak
perubahan bagi para manajer. Implikasinya terhadap kinerja individu sangat positif
dan pada dinamika kerja, disiplin kerja, tumbuhnya kreativitas dan antisiasme kerja
cukup signifikan bagi Pringsewu Restaurant Group. Yenny M (2008) meneliti
mengenai pengaruh visi-misi Sekolah dan peran Komite Sekolah terhadap
keefektifan Sekolah di Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman. Hasil
penelitian menunjukkan visi-misi Sekolah dan peran Komite Sekolah berpengaruh
secara signifikan terhadap keefektifan Sekolah. Berdasarkan beberapa penelitian
sebelumnya tersebut, maka penulis akan meneliti mengenai analisis keterkaitan
antara visi dan misi dengan alokasi APBD Kota Salatiga Tahun Anggaran 2007-
2010.
Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan salah satu
kota di Jawa Tengah yang wilayahnya tidak luas, hanya 5.678,11 Ha atau sekitar
3
0,17 % dari luas wilayah Jawa Tengah (Bappeda Salatiga, 2010). Pembangunan
daerah di Kota Salatiga pada periode 2007-2012 berdasarkan Visi Misi RPJM yaitu:
”Salatiga lebih maju dan harmonis, dengan tata kelola pemerintahan yang baik”.
Untuk mewujudkan visi tersebut maka dapat dijabarkan dalam misi sebagai berikut:
(1) Mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih maju dari berbagai aspek politik,
sosial budaya, dan ekonomi; (2) Mewujudkan prasarana dan sarana kota yang lebih
memadai; (3) Mewujudkan kota yang bersih, indah dan hijau; (4) Meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat; dan (5) Mewujudkan ketertiban dan keamanan,
dengan mengutamakan asas kepastian hukum, keterbukaan, bertanggung jawab,
responsif dan partisipatif (http://pemkot-salatiga.go.id/PemerintahanVisiMisi.php,
2011).
Dalam fokus penelitian ini, Pemda Kota Salatiga akan dinilai konsisten jika
mampu mengalokasikan anggaran publik sesuai dengan visi dan misi Pemda Kota
Salatiga Tahun 2007-2012. Alokasi anggaran publik tersebut dinilai dari proporsi
alokasi belanja langung dalam APBD TA 2007-2010 disandingkan dengan visi misi
Pemda Kota Salatiga 2007-2012. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan
keterkaitan antara visi misi Pemda Kota Salatiga Tahun 2007-2012 dengan alokasi
APBD TA 2007-2010.
Persoalan Penelitian
Persoalan penelitian yang dapat dirumuskan dari gambaran latar belakang
yang telah dipaparkan adalah
1. Bagaimana proses perumusan Visi Misi Pemda Kota Salatiga Tahun 2007-
2012?
2. Bagaimana proses perumusan APBD Kota Salatiga Tahun Anggaran 2007-
2010?
3. Apakah ada keterkaitan antara visi misi Pemda Kota Salatiga Tahun 2007-
2012 dengan alokasi APBD Tahun Anggaran (TA) 2007-2010?
TINJAUAN TEORITIS
Definisi Visi-Misi
Visi merupakan mental model masa depan, cara pandang ke depan kemana
instansi pemerintah harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif, dan inovatif
4
(Soeprapto, 2003). Menurut Soejodibroto (2003) keberadaan satu visi harus secara
nyata mampu memberikan fokus perhatian pembangunan sedemikian rupa agar
seluruh daya, dana dan perhatian dapat dikonsentrasikan untuk berupaya
merealisasikan harapan yang tergambar dalam visi. Soerjodibroto (2003)
memberikan satu kriteria visi sebagai SMART, dimana pengertiannya adalah:
1. Specific, input yang ada diharapkan menjadikannya berbeda dengan kota lain
yang selanjutnya diharapkan dengan perbedaan tersebut akan memberi daya
tarik (meningkatkan nilai jual) bagi pihak lain;
2. Measureable, dapat terukur atau setidaknya dirasakan, sehingga bukan
sepenuhnya berupa khayalan;
3. Achieveable, dapat terjangkau setidak-tidaknya memberi makna bahwa dalam
menyusun visi perlu melihat kapasitas atau potensi riil atau yang mungkin
dapat diciptakan;
4. Rational, dalam pengertian tidak terlalu muluk-muluk, erat kaitannya dengan
analisis pada butir-butir di atasnya; dan
5. Timebound, mengandung makna adanya batas waktu (bukan tak terhingga).
Bryson (dalam Djunaedi, 2007) membedakan misi dan visi, menurutnya misi
menjelaskan maksud (purpose) organisasi dan mengapa (why) perlu melakukan yang
dikerjakan saat ini; sedangkan visi menjelaskan seperti apa (what) organisasi tersebut
akan menjadi (di masa depan) dan bagaimana (how) organisasi tersebut akan
berprilaku (behave) ketika misinya tercapai. Menurut Merson dan Qualls (dalam
Djunaedi, 2007) dalam kerangka perundangan yang berlaku, suatu lembaga
sebaiknya menyatakan misinya dalam ungkapan yang luas dan umum.
Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis merupakan sekumpulan konsep, prosedur dan alat-alat
yang dimaksudkan untuk membantu sebuah organisasi berpikir dan bertindak secara
strategis melalui pembentukan konsensus (Macleod dkk, 2001). Perencanaan sebagai
salah satu fungsi manajemen mempunyai beberapa pengertian sebagai berikut
(Nawawi, 2003):
1. Pemilihan dan penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, langkah,
kebijaksanaan, program, proyek, metode dan standar yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan.
5
2. Pemilihan sejumlah kegiatan untuk diterapkan sebagai keputusan tentang apa
yang harus dilakukan, kapan dan bagaimana akan dilakukan serta siapa yang
akan melaksanakannya.
3. Penetapan secara sistematis pengetahuan tepat guna untuk mengontrol dan
mengarahkan kecenderungan perubahan menuju kepada tujuan yang telah
ditetapkan.
4. Kegiatan persiapan yang dilakukan melalui perumusan dan penetapan
keputusan, yang berisi langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau
pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu.
Menurut Bryson (2003), perencanaan strategis dapat membantu organisasi
dalam: (1) Berpikir secara strategis dan mengembangkan strategi-strategi yang
efektif; (2) Memperjelas arah masa depan; (3) Menciptakan prioritas; (4) Membuat
keputusan sekarang dengan mengingat konsekuensi masa depan; (5)
Mengembangkan landasan yang koheren dan kokoh bagi pembuat keputusan; (6)
Menggunakan keleluasaan yang maksimum dalam bidang-bidang yang berada di
bawah kendali organisasi; (7) Membuat Keputusan yang melintasi tingkat dan
fungsi; (8) Memecahkan masalah utama organisasi; (9) Memperbaiki kinerja
organisasi; (10) Menangani keadaan yang berubah dengan cepat secara efektif; serta
(11) Membangun kelompok kerja dan keahlian.
Menurut Anthony dan Young dalam Salusu (2003) penekanan perencanaan
strategi pada organisasi sektor publik dapat diklasifikasikan ke dalam 7 hal yaitu: (1)
Tidak bermotif mencari keuntungan; (2) Adanya pertimbangan khusus dalam
pembebanan pajak; (3) Ada kecenderungan berorientasi semata-mata pada
pelayanan; (4) Banyak menghadapi kendala yang besar pada tujuan dan strategi; (5)
Kurang banyak menggantungkan diri pada kliennya untuk mendapatkan bantuan
keuangan; (6) Dominasi profesional; (7) Pengaruh politik biasanya memainkan
peranan yang sangat penting.
Pengertian APBD
Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002, APBD
adalah suatu rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan Peraturan
Daerah. Sedangkan menurut Bastian (2006), APBD merupakan pengejawantahan
6
rencana kerja Pemda dalam bentuk satuan uang untuk kurun waktu satu tahunan dan
berorientasi pada tujuan kesejahteraan publik.
Menurut Jones dan Pendlebury (1996), anggaran merupakan suatu kerja
pemerintah yang diwujudkan dalam bentuk uang (rupiah) selama masa periode
tertentu (1 tahun). Sementara itu menurut Mardiasmo (2005), anggaran sektor publik
merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan
progam-progam yang dibiayai dari uang publik. APBD sebagai salah satu instrumen
kebijakan pemerintah daerah, menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan
kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah. Anggaran memiliki beberapa fungsi
utama (Mardiasmo, 2005), yaitu:
1. Sebagai Alat Perencanaan.
Anggaran merupakan alat untuk mencapai visi dan misi organisasi. Anggaran
digunakan untuk merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai
dengan visi dan misi yang telah ditetapkan. Kemudian untuk merencanakan
berbagai program dan kegiatan serta merencanakan alternatif sumber
pembiayaan.
2. Alat Pengendalian.
Anggaran digunakan untuk mengendalikan (membatasi kekuasaan) eksekutif,
mengawasi kondisi keuangan dan pelaksanaan operasional program karena
anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan (penerimaan) dan
pengeluaran pemerintah sehingga pembelanjaan yang dilakukan dapat
diketahui dan dipertanggungjawabkan kepada publik.
3. Alat Kebijakan Fiskal.
Anggaran digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong
pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran dapat diketahui arah kebijakan fiskal
pemerintah. Anggaran juga digunakan untuk mendorong, memfasilitasi dan
mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi.
4. Alat Politik.
Anggaran merupakan dokumen publik sebagai komitmen eksekutif dan
kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik.
7
5. Alat Koordinasi dan Komunikasi.
Penyusunan anggaran memerlukan koordinasi dan komunikasi dari seluruh unit
kerja sehingga apabila terjadi inkonsistensi suatu unit kerja dapat dideteksi
secara cepat.
6. Alat Penilaian Kinerja.
Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan
efisiensi pelaksanaan anggaran.
7. Alat Motivasi.
Anggaran hendaknya bersifat menantang tetapi dapat dicapai (challenging but
attainable) atau menuntut tetapi dapat diwujudkan (demanding but achiveable)
sebagai motivasi bagi seluruh pegawai agar dapat bekerja secara ekonomis,
efektif dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi.
Penelitian Sebelumnya
Berbagai penelitian tentang visi dan misi dan penelitian mengenai anggaran
atau APBD telah banyak dilakukan. Tabel 1. menunjukkan ringkasan penelitian
berkaitan dengan visi misi dan APBD.
Tabel 1. Penelitian Sebelumnya
No Peneliti Tujuan Metode Hasil Saran
1 Syafarudin
Alwi (2006)
Mengetahui penguasaan
para manajer terhadap
visi-misi dan nilai-nilai
organisasi serta
implikasinya terhadap
kinerja pada Pringsewu
Restaurant Group di
Jawa Tengah dan
Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Wawancara
dan angket
Kelompok restoran
Pringsewu menuju ke
arah learning
organization yang
meletakkan visi, misi
dan nilai-nilai sebagai
sumber aspirasi dan
penggerak perubahan
bagi para manajer.
Beberapa faktor
perlu
disempurnakan agar
hasil kerja lebih
maksimal antara
lain, perlu
dikembangkan
kultur kompetensi
berbasis nilai yang
meletakkan
profesionalitas dan
etika sebagai ciri
perilaku manajer di
lingkungan
manajemen
perusahaan.
2 Lembaga
Penelitian
SMERU
(2002)
Mengetahui kinerja
pelayanan pemda yang
secara umum tercermin
dari proses dan
keputusan
pengalokasian dana
dalam APBD di
Kabupaten Lombok
Survei Renstra yang disusun
oleh pemerintah
kabupaten tidak
mengacu Propeda yang
disusun oleh pemerintah
propinsi sebagai rujukan
pembangunan regional.
Di bidang keuangan,
Dengan melihat
praktek pelaksanaan
otda yang terjadi
di Kabupaten
Lombok Barat
dalam tahun 2001,
setidaknya hal itu
dapat dijadikan
8
Barat. makin membesarnya
dana APBD yang
dikelola oleh pemerintah
daerah ternyata ada
kecenderungan
dibelanjakan untuk
kepentingan para elite
daerah.
pelajaran kemana
sebenarnya
kecenderungan arah
pelaksanaan otda di
masa depan.
3 Sopanah &
Isa Wahyudi
(2010)
Menguji pengaruh
akuntabilitas publik,
partisipasi masyarakat
dan transparansi
kebijakan publik
terhadap hubungan
antara pengetahuan
anggaran dengan
pengawasan APBD di
wilayah Malang Raya,
Jawa Timur.
Survei Pengetahuan anggaran
berpengaruh signifikan
terhadap pengawasan
APBD baik menurut
dewan maupun
masyarakat. Pengaruh
yang ditunjukan adalah
positif artinya semakin
tinggi pengetahuan
dewan tentang anggaran
maka pengawasan yang
dilakukan semakin
meningkat
Penelitian
selanjutnya
diharapkan
mengembangkan
sampel yang lebih
luas untuk anggota
DPRD Propinsi atau
bahkan DPRD
Pusat. Diharapkan
sampel yang
diambil hanya
anggota dewan pada
Komisi C
(Keuangan) dan
Panitia Anggaran.
4 Yeni M
(2008)
Mengetahui pengaruh
visi-misi Sekolah dan
peran Komite Sekolah
terhadap keefektifan
Sekolah di Kecamatan
Lubuk Alung,
Kabupaten Padang
Pariaman.
Kuesioner
dengan
skala
model
Likert.
visi-misi Sekolah dan
peran Komite Sekolah
berpengaruh secara
signifikan terhadap
keefektifan Sekolah.
Komite Sekolah
agar tetap berusaha
memiliki
pemahaman
bersama tentang
visi-misi Sekolah
untuk meningkatkan
keefektifan
Sekolah.
5 Bambang
Sardjito &
Osmad
Muthaher
(2007)
Mengetahui sejauh
mana pengaruh
partisipasi penyusunan
anggaran terhadap
kinerja manajerial yang
diterapkan pada
organisasi sektor publik
dan untuk melihat
seberapa besar pengaruh
moderating budaya
organisasi dan
komitmen organsasi
terhadap hubungan
partisipasi penyusunan
anggaran dengan kinerja
aparatur Pemerintah
Daerah Kota Semarang
sebagai penyusun
anggaran.
Kuesioner 1. Terdapat pengaruh
yang signifikan antara
partisipasi
penyusunan anggaran
terhadap kinerja
aparat pemerintah
daerah.
2. Terdapat pengaruh
yang signifikan antara
variabel budaya
organisasi dalam
memoderasi
partisipasi
penyusunan anggaran
dengan kinerja
manajerial.
3. Terdapat pengaruh
signifikan antara
variabel komitmen
organisasi dalam
memoderasi
partisipasi
penyusunan anggaran
dengan kinerja aparat
pemerintah daerah.
Faktor budaya
organisasi dan
komitmen organsasi
kemuingkinan
menjadi faktor
kondisional yang
harus
dipertimbangkan
dalam rangka
peningkatan
efektivitas
organsasi melalui
partisipasi
penyusunan
anggaran.
Sumber: Diolah penulis, Berbagai Jurnal.
9
Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis APBD Pemerintah kota
Salatiga periode 2007-2010 dan dibandingkan dengan visi misi Pemerintah Kota
Salatiga periode 2007-2012. Secara visual menunjukkan alur kerangka pemikiran
rencana penelitian:
Gambar 1. Model Keterkaitan Visi-Misi dengan APBD Kota Salatiga
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari
individu seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner. Data sekunder
adalah sumber data penelitian yang diperoleh penulis secara tidak langsung melalui
media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain, (Umar, 1999). Data yang
dipergunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder seperti Visi dan Misi Kota
Salatiga, serta APBD Kota Salatiga, yang diperoleh dari Pemda Kota Salatiga dan
sumber lain sesuai dengan tujuan penelitian ini. Selain itu juga dilengkapi dengan
data primer melalui wawancara kepada beberapa pihak terkait yaitu :
- M. Fathur Rahman S.E., M.M., Wakil Ketua DPRD Kota Salatiga periode 2009-
2014, anggota DRPD Kota Salatiga periode 2004-2009
- Drs. Kasmun Saparaus M.Si., Wakil Ketua DPRD Kota Salatiga periode 2004-
2009, Anggota DPRD Kota Salatiga periode 1999-2004
- Setya Widiaswati S.H., Sekretaris Bappeda Pemda Kota Salatiga
Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik
yang mempunyai ciri-ciri yaitu memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah
Perumusan APBD
2007-2010
Keterkaitan Visi-
Misi dengan
APBD Kota
Perumusan Visi
Misi Pemda Kota
Salatiga Tahun
2007-2012
10
yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah aktual kemudian data yang
dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa (Surakhmad,
2001). Metode deskriptif digunakan karena penelitian ini memberikan gambaran
mengenai keterkaitan antara Visi-Misi dengan APBD Pemda Kota Salatiga.
Langkah-Langkah Analisis
Data yang sudah diperoleh harus dianalisis guna memperoleh gambaran yang
secermat mungkin tentang strategi-strategi yang diamati. Oleh karena itu,
berdasarkan metode yang dipakai dalam penelitian ini, maka data yang terkumpul
akan dianalisis secara terstruktur sebagai berikut:
1. Analisis Deskriptif
Penulis akan menguraikan secara deskriptif hasil wawancara dan data-data
sekunder guna lebih memahami fenomena-fenomena yang terjadi secara
menyeluruh.
2. Analisis Evaluatif
Penulis akan mengevaluasi keterkaitan antara Visi-Misi dengan APBD Pemkot
Salatiga. Evaluasi ini diawali dengan mengklasifikasikan semua program
APBD ke dalam fungsi-fungsi yang ada di dalam Visi Misi. Setelah itu akan
dilakukan evaluasi proporsi dan evaluasi rata-rata pertumbuhan
Evaluasi Proporsi
Evaluasi ini dilakukan untuk melihat apakah proporsi alokasi masing-
masing fungsi pemerintahan sudah sesuai dengan Visi Misi Pemda Kota
Salatiga
Evaluasi rata-rata pertumbuhan alokasi
Evaluasi ini dilakukan untuk menilai fungsi mana yang menjadi prioritas
berdasarkan pertumbuhannya di dalam APBD TA 2007-2010.
3. Analisis Konklusif
Setelah melakukan analisis-analisis tersebut di atas, penulis akan memaparkan
kesimpulan dan saran dari sudut pandang penulis untuk mempertegas
penelitian ini.
11
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
Gambaran Umum Kota Salatiga
Kota Salatiga, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini
berbatasan sepenuhnya dengan Kabupaten Semarang. Luas wilayah Kota Salatiga
tercatat sebesar 5.678,110 hektar atau 56.781 Km². Secara administratif Kota
Salatiga mempunyai 4 Kecamatan dan 22 Kelurahan, dengan jumlah RT 1038 dan
RW 198. Luas Wilayah Kota Salatiga terbagi dalam empat Kecamatan dengan luas
lahan sebagai berikut (Bapedda Salatiga, 2010):
1. Kecamatan Argomulyo seluas 18.826 Km2,
2. Kecamatan Tingkir seluas 10.549 Km2,
3. Kecamatan Sidomukti seluas 11.459 Km2, dan
4. Kecamatan Sidorejo seluas 15.947 Km2.
Pemerintahan Kota Salatiga dipimpin oleh Walikota. Untuk memenuhi standar
pelayanan bagi masyarakat, Kota Salatiga memiliki organisasi perangkat daerah
yaitu: 1 Sekretariat Daerah (9 Bagian), 1 Sekretariat DPRD, 4 lembaga teknis
daerah/badan, 10 Dinas, 1 Inspektorat, 4 Kecamatan dengan 22 Kelurahan dan 25
Unit Pelaksana Teknis (UPT) (Bapedda Salatiga, 2010). Politik di lingkungan
Pemerintah Kota Salatiga didukung oleh adanya 25 anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, dimana salah satu fungsinya mewakili aspirasi rakyat yang dalam hal ini
adalah masyarakat Kota Salatiga.
Perumusan Visi Misi Pemda Kota Salatiga Tahun 2007-2012
Perumusan visi misi Pemda Kota Salatiga Tahun 2007-2012 merupakan bagian
dari perumusan RPJM Kota Salatiga Tahun 2007-2012. Menurut M. Fathur Rohman,
Wakil Ketua DPRD Kota Salatiga periode 2009-2014, perumusan visi dan misi Kota
Salatiga sebagai berikut:
“Perumusan visi dan misi Kota Salatiga tahun 2007-2012 ini dilakukan
berdasarkan hasil analisis dari kondisi umum daerah yang berlaku saat itu, dan
prediksi kondisi umum daerah yang diperkirakan akan berlaku di masa
mendatang. Selain itu visi misi Pemda Kota Salatiga Tahun 2007-2012 Kota
Salatiga dalam proses perumusannya memperhatikan dinamika dan kebutuhan
masyarakat melalui pendekatan politik, teknokratik, partisipatif top-down dan
bottom-up planning, sehingga perencanaan ini merupakan komitmen dan
menjadi acuan bagi pemangku kepentingan pembangunan Kota Salatiga dalam
pelaksanaan pembangunan yang ingin dicapai dalam kurun waktu lima tahun
ke depan.”
12
Sedangkan menurut Kasmun Saparaus, perumusan visi dan misi Kota Salatiga
sebagai berikut:
“Alur daripada sistem pemerintahan dengan pemilihan langsung ini, kan calon-
calon walikota dan wakilnya itu membuat visi misi dan visi misinya ini
dipresentasikan di depan DPRD. Setelah dipresentasikan di dewan kemudian
itu menjadi risalah daripada DPRD. Nah, Visi Misi RPJMD itu adalah
penyempurnaan dari visi misi kampanye Walikota terpilih, yaitu pasangan
Totok dan John. Jadi visi misi kampanye adalah produk Pak Totok plus Pak
John plus partai pendukung. Visi misi dalam RPJMD adalah produk Pak Totok
plus Pak John plus DPRD.”
Visi dan misi Kota Salatiga menjadi pedoman, arah kebijakan Pembangunan
Daerah yang dijabarkan dalam program dan kegiatan pembangunan. Dengan
memperhatikan isu strategis, kondisi, potensi, dan masalah yang dihadapi, maka
dirumuskan Visi dan Misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2007-
2012 (Peraturan Daerah Pemda Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2007) : “Salatiga
Lebih Maju dan Harmonis, Dengan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik”,
perwujudan visi tersebut mengandung filosofi bahwa:
1. Salatiga lebih maju, artinya terwujudnya masyarakat dan Kota Salatiga yang
lebih baik dalam lima tahun ke depan di berbagai aspek, mengandung makna
bahwa pembangunan daerah senantiasa dilandasi keinginan bersama untuk
mewujudkan Kota Salatiga yang lebih baik dengan didukung oleh SDM
(Sumber Daya Manusia) yang handal, berdaya saing serta pengelolaan
pembangunan yang berkelanjutan sehingga mengikuti tuntutan perkembangan
kemajuan jaman.
2. Harmonis, artinya terwujudnya keserasian, keselarasan dan keseimbangan dalam
pembangunan masyarakat dan Kota Salatiga. Mengandung makna bahwa dalam
pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan senantiasa memperhatikan
keseimbangan material maupun spiritual sehingga terjalin hubungan yang
selaras, serasi dan seimbang antara segenap pemangku kepentingan
pembangunan dan memperoleh hasil pembangunan daerah yang sinergis,
komprehensif dan menjadi kota tertata yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan dan estetika.
3. Tata kelola pemerintahan yang baik, artinya terwujudnya penyelenggaraan
pemerintahan yang baik, bersih, profesional, berwibawa dan bertanggung jawab,
13
mengandung makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan dengan
senantiasa berwawasan ke depan, terbuka, cepat tanggap, akuntabilitas,
efektifitas, efisiensi, menjunjung tinggi supremasi hukum, mendorong partisipasi
masyarakat dan memiliki komitmen pada lingkungan hidup.
Untuk mewujudkan Visi Kota Salatiga lima tahun ke depan dalam menghadapi
era globalisasi dan tuntutan demokratisasi maka dijabarkan dalam misi sebagai
berikut :
1. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih maju dari berbagai aspek Politik,
Sosial Budaya, dan Ekonomi;
Untuk melaksanakan misi pertama tersebut, strategi pembangunan yang
yang dilaksanakan Pemerintah Kota Salatiga adalah strategi pemberdayaan
dengan prioritas pembangunan peningkatan kapasitas pemerintahan dengan
didukung fungsi-fungsi sebagai berikut :
a. Fungsi perlindungan sosial
Kebijakan pada fungsi perlindungan sosial diarahkan pada upaya-upaya
pencegahan dan penanggulangan masalah-masalah sosial, dengan
menitikberatkan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan
pelayanan sosial dan pengentasan kemiskinan. Sehingga memastikan setiap
masyarakat dapat menikmati kehidupan yang bermutu dan sejahtera melalui
peningkatan kualitas hidupnya. Selain itu fungsi ini tekanannya pada
memperkuat, mengembangkan dan melestarikan potensi budaya lokal dalam
rangka membentuk karakteristik masyarakat Kota Salatiga yang demokratis,
dinamis dan agamis.
b. Fungsi Ekonomi
Kebijakan yang diambil pada fungsi ini adalah pemanfaatan secara optimal
potensi Kota Salatiga dengan memberdayakan masyarakat dalam rangka
meningkatkan perekonomiannya. Kebijakan dalam fungsi ini juga diarahkan
pada pemberdayaan kekuatan ekonomi yang berbasis kerakyatan melalui
peningkatan kualitas dan kapasitas manajemen usaha. Sehingga menjadi
kekuatan ekonomi baik itu pengusaha kecil, menengah, besar dan koperasi
sebagai wujud pengembangan ekonomi kota yang mandiri.
14
2. Mewujudkan prasarana dan sarana Kota yang lebih memadai;
a. Fungsi Pelayanan Umum
Kebijakan dalam fungsi pelayanan umum pada misi kedua diarahkan pada
pembangunan Infrastruktur yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
dalam penyediaan fasos dan fasum serta infrastruktur lainnya, dengan
harapan dapat meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas faktor-faktor
produksi masyarakat.
b. Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum
Kebijakannya diarahkan pada upaya-upaya optimalisasi pemanfaatan dan
pemenuhan kebutuhan ruang kota, serta penyediaaan sarana dan prasarana
infrastruktur wilayah yang mampu membuka isolasi daerah, membuka
kawasan-kawasan baru. Selain itu kebijakan pada fungsi perumahan juga
diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dan peningkatan kualitas perumahan
dan permukiman dengan fasilitas pendukungnya, agar nyaman, tertib, dan
teratur dengan penyediaan ruang publik yang cukup dan memadai.
3. Mewujudkan Kota yang bersih, indah dan hijau;
a. Fungsi lingkungan hidup.
Kebijakan fungsi ini diarahkan pada perencanaan pengembangan kawasan
melalui penataan yang baik, penngembangan tata ruang hijau kota, serta
peningkatan penyehatan lingkungan. Dalam hal ini program K3 akan
digalakkan mulai dari tingkat masyarakat paling bawah dan pelibatan dunia
usaha.
b. Fungsi pariwisata dan budaya
Kebijakan ini diarahkan pada upaya-upaya pengembangan pariwisata daerah
untuk meningkatkan kunjungan wisatawan dengan menitikberatkan pada
peningkatan kualitas kepariwisataan, serta penggalakan program sapta
pesona. Dalam implementasinya akan ditanamkan budaya hidup bersih dan
nyaman pada seluruh masyarakat Kota Salatiga.
4. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat;
a. Fungsi Pendidikan
Kebijakan pada fungsi pendidikan diarahkan pada upaya-upaya pemenuhan
pelayanan dasar dalam rangka pengembangan sumber daya manusia yang
15
berkualitas melalui peningkatan pendidikan berupa penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi agar menjadi dinamis, serta peningkatan
profesionalisme. Pelayanan pendidikan juga akan diberikan melalui anggaran
yang proporsional sebagai bentuk perhatian terhadap pentingnya pendidikan
bagi masyarakat.
b. Fungsi Kesehatan.
Kebijakan pada fungsi kesehatan diarahkan pada upaya-upaya peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan, dengan menitikberatkan pada pemerataan
pelayanan kesehatan, peningkatan gizi masyarakat, serta Pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular. Selain hal tersebut perhatian terhadap
Posyandu dan penanganan gizi buruk maupun peningkatan derajat kesehatan
akan ditingkatkan.
5. Mewujudkan ketertiban dan keamanan, dengan mengutamakan asas kepastian
hukum, keterbukaan, bertanggung jawab, responsip dan partisipatif.
a. Fungsi ketertiban dan ketentraman
Kebijakannya diarahkan pada upaya-upaya peningkatan supermasi hukum
daerah dan perlindungan HAM dengan menitikberatkan pada penyempurnaan
produk-produk hukum daerah, peningkatan kualitas aparat hukum daerah,
serta penegakan peraturan daerah, dengan menitikberatkan pada penguatan
kelembagaan masyarakat, peningkatan kemampuan masyarakat serta
peningkatan swadaya masyarakat untuk mengantisipasi perubahan sosial
politik serta meminimalkan dampak negatif yang muncul dalam kehidupan
masyarakat.
Perumusan APBD Pemda Kota Salatiga Tahun Anggaran 2007-2010
Perumusan APBD di Kota Salatiga setiap tahun anggaran dilakukan sesuai
ketentuan yang ditetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri. Dalam perumusan
APBD memperhatikan prinsip-prinsip: (a) partisipasi Masyarakat, (b) transparansi
dan akuntabilitas anggaran, (c) disiplin Anggaran (d) keadilan anggaran, (e) efisiensi
dan efektivitas anggaran, (f) taat azas. Sebagai rencana keuangan tahunan
pemerintahan daerah, APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Penyusunan
APBD Kota Salatiga memperhatikan aspek-aspek:
16
1. APBD tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi,
2. APBD tidak bertentangan dengan kepentingan umum, dan
3. APBD tidak bertentangan dengan peraturan daerah lainnya.
Menurut M. Fathur Rahman, perumusan APBD Kota Salatiga sebagai
berikut:
“Proses perumusan APBD di Kota Salatiga meliputi beberapa tahap: pertama,
penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA); kedua, penyusunan Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara (PPAS); ketiga, penyusunan dan penyampaian
surat edaran kepala daerah tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD kepada
seluruh SKPD; keempat, penyusunan rancangan peraturan daerah tentang
APBD; kelima, penyusunan rancangan peraturan kepala daerah tentang
penjabaran APBD; dan keenam, evaluasi rancangan peraturan daerah tentang
APBD.”
Secara teknis, sesuai dengan Permendagri No 13 Tahun 2006, perumusan
APBD di Kota Salatiga dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:
a. Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA).
Penyusunan APBD diawali dengan penyampaian kebijakan umum APBD
sebagai landasan penyusunan RAPBD kepada DPRD untuk dibahas dalam
pembicaraan pendahuluan RAPBD. Kebijakan umum APBD ini disusun sesuai
RKPD daerah yang bersangkutan. Berdasarkan kebijakan umum APBD yang
telah disepakati dengan DPRD, Walikota bersama dengan DPRD membahas
PPAS sebagai acuan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD).
Walikota Salatiga menyampaikan rancangan KUA kepada DPRD pada
pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan untuk dibahas oleh Tim
Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) bersama Panitia Anggaran DPRD dalam
pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya. Rancangan
KUA meliputi program dan kegiatan menurut urusan pemerintahan, organisasi,
sasaran dan target kinerja serta pagu anggaran indikatif dari masing-masing
urusan pemerintahan, program dan kegiatan beserta perkembangan asumsi
ekonomi makro dan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal yang ditetapkan
pemerintah. Program dan kegiatan yang tercantum dalam Nota Kesepakatan
KUA antara Kepala Daerah dengan Pimpinan DPRD, dicantumkan klausul
yang menyatakan bahwa dalam hal terjadi pergeseran asumsi yang melandasi
penyusunan KUA akibat adanya kebijakan pemerintah, dapat dilakukan
17
penambahan atau pengurangan program dan kegiatan serta pagu anggaran
indikatif apabila belum ditampung dalam Nota Kesepakatan KUA.
Penambahan atau pengurangan program dan kegiatan serta pagu anggaran
indikatif tersebut dilakukan ketika proses pembahasan PPAS tanpa melakukan
perubahan Nota Kesepakatan KUA
b. Penyusunan Kebijakan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS).
Berdasarkan KUA yang telah disepakati DPRD Kota Salatiga, Kepala Daerah
menyampaikan rancangan PPAS kepada DPRD minggu kedua bulan Juli tahun
anggaran berjalan untuk dibahas oleh TAPD bersama Panitia Anggaran DPRD.
PPAS merupakan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran
yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam
penyusunan RKA-SKPD. Rancangan PPAS meliputi urutan prioritas program
dan kegiatan serta sasaran dan target kinerja masing-masing program dan
kegiatan yang didasarkan pada KUA dan pagu anggaran definitif menurut
urusan pemerintahan, organisasi dan berdasarkan pengelompokan belanja tidak
langsung dan belanja langsung yang dituangkan dalam Nota Kesepakatan
PPAS. Prioritas program dan kegiatan serta pagu anggaran definitif yang
tercantum dalam Nota Kesepakatan PPAS, dicantumkan klausul yang
menyatakan kemungkinan adanya pergeseran asumsi yang melandasi
penetapan PPAS, akibat adanya perubahan seperti :
1. kebijakan pemerintah dan provinsi yang menetapkan perubahan PPAS
2. penambahan/pengurangan sumber pendapatan daerah atas program dan
kegiatan yang tercantum dalam KUA-PPAS,
3. larangan penambahan program dan kegiatan serta pagu anggaran definitif,
apabila program dan kegiatan serta pagu anggaran definitif tersebut tidak
dicantumkan dalam klausul Nota Kesepakatan PPAS,
4. penambahan atau pengurangan program dan kegiatan serta pagu anggaran
definitif tersebut dilakukan ketika proses pembahasan RAPBD tanpa
melakukan perubahan Nota Kesepakatan PPAS.
18
c. Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah (RKA SKPD).
Kepala Daerah Kota Salatiga menetapkan pedoman penyusunan RKA SKPD
meliputi dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan
kegiatan SKPD serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya. Dinas
Kota Salatiga akan menjabarkan rencana pendapatan, belanja untuk masing-
masing program dan kegiatan menurut fungsi untuk tahun yang direncanakan,
dirinci sampai dengan rincian objek pendapatan dan belanja, serta prakiraan
maju untuk tahun berikutnya. RKA SKPD ini disertai dengan prakiraan belanja
untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sudah disusun. RKA
SKPD ini kemudian disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam
pembicaraan pendahuluan RAPBD. Hasil pembahasan ini disampaikan kepada
Dinas Pengelola Keuangan Daerah (DPKD) yang menjadi bahan penyusunan
Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD.
d. Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD).
Berdasarkan usulan RKA seluruh SKPD di Kota Salatiga, Dinas Pengelola
Keuangan Daerah akan menyatukannya menjadi format RAPBD. Proses
selanjutnya Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah
tentang APBD disertai penjelasan dari dokumen-dokumen pendukungnya
kepada DPRD Kota Salatiga untuk dibahas dan mendapatkan persetujuan.
APBD Kota Salatiga yang telah memperoleh persetujuan DPRD dijabarkan
sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja.
e. Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dilakukan oleh Gubernur
Provinsi Jawa Tengah. Setelah mendapatkan evaluasi maka APBD Kota
Salatiga ditetapkan sebagai Peraturan Daerah.
Analisis Keterkaitan Antara Visi-Misi Dengan APBD Kota Salatiga
Kerangka logis keterkaitan konsistensi visi, misi Kota Salatiga 2007-2012
dengan arah alokasi anggaran melalui APBD Kota Salatiga tahun 2007-2010
tercermin dari kebijakan pengelolaan keuangan daerah, secara garis besar akan
tercermin pada kebijakan pendapatan, pembelanjaan serta pembiayaan APBD.
Pengelolaan keuangan daerah yang baik menghasilkan keseimbangan antara
19
optimalisasi pendapatan daerah, efisiensi dan efektivitas belanja daerah serta
ketepatan dalam memanfaatkan potensi pembiayaan daerah.
Realisasi pendapatan daerah Kota Salatiga pada tahun 2007 adalah Rp
290.070.758.000, sedangkan pada tahun 2008 naik menjadi Rp. 376.396.693.000,
kemudian pada tahun 2009 turun menjadi Rp 369.423.373.000, dan pada tahun 2010
kembali naik menjadi Rp 414.073.972.400. Pertumbuhan pendapatan daerah Kota
Salatiga Tahun 2007-2010 dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Pendapatan Daerah Kota Salatiga Tahun 2007-2010
(Dalam ribuan Rupiah)
0
50.000.000
100.000.000
150.000.000
200.000.000
250.000.000
300.000.000
350.000.000
400.000.000
450.000.000
2007 2008 2009 2010
Pendapatan
Sumber: APBDKota Salatiga 2007-2010, diolah oleh penulis.
Realisasi pendapatan daerah Kota Salatiga dari tahun 2007-2010 sudah
memenuhi target yang ditetapkan sebelumnya. Pendapatan daerah Kota Salatiga ini
didapat terutama dari sumber-sumber pajak dan retribusi daerah Kota Salatiga.
Penggalian sumber-sumber pajak dan retribusi daerah Kota Salatiga merupakan salah
satu komponen dari PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kota Salatiga yang memberikan
konstribusi signifikan terhadap penerimaan daerah secara keseluruhan. Hal ini
dinyatakan oleh M. Fathur Rahman, sebagai berikut:
“Saya rasa selama tahun 2007-2010, pendapatan daerah Kota Salatiga sudah
memenuhi target meskipun pertumbuhan pendapatan Kota Salatiga tingkat
kepastiannya masih rendah. Kondisi ini disebabkan karena belum optimalnya
strategi dan kebijakan yang dijalankan, serta tingginya ketergantungan
penerimaan daerah terhadap kondisi ekonomi dan kebijakan Pemerintah Pusat.
Hal ini dapat dimengerti karena pendapatan daerah utamanya diperoleh dari
Pajak hotel, reklame, dan restoran, yang pertumbuhannya memiliki
keterbatasan yaitu terbatasi oleh ketersediaan ruang dan sarana prasarana
infrastruktur. Selain itu, Salatiga adalah kota kecil, sehingga rentan terhadap
perubahan kondisi ekonomi. Oleh karena itu, ke depan perlu segera dicari
terobosan untuk mendapatkan sumber pendapatan lain yang prospektif.”
20
Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah maka struktur APBD Kota Salatiga menggunakan
format APBD berbasis kinerja, sedangkan program dan kegiatannya disusun
berdasarkan nomenklatur bidang pemerintahan. Alokasi belanja langsung daerah
Kota Salatiga Tahun Anggaran 2007-2010 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Alokasi Belanja Daerah Kota Salatiga Menurut Urusan Pemerintahan
Tahun Anggaran 2007-2010 (Dalam Rupiah)
URUSAN PEMERINTAHAN 2007 2008 2009 2010
PENDIDIKAN 105.457.143.500 114.829.754.000 129.491.931.000 157.598.650.000
KESEHATAN 37.842.810.000 49.943.032.000 66.225.790.000 74.477.297.000
PEKERJAAN UMUM 16.013.060.000 89.192.598.000 60.487.147.000 61.921.459.000
PERENCANAAN PEMBANGUNAN 4.179.090.000 4.253.600.000 4.391.314.000 4.182.543.000
PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI,
KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 8.996.024.500 15.340.388.800 7.975.501.000 8.334.179.000
LINGKUNGAN HIDUP 18.885.472.000 19.539.633.000 2.207.437.000 3.567.003.000
KEPENDUDUKAN DAN CATATAN
SIPIL 1.581.885.000 1.374.326.000 1.989.796.000 2.586.022.000
SOSIAL & TENAGA KERJA 4.071.470.000 6.025.045.000 4.100.264.000 4.049.895.000
KOPERASI DAN USAHA KECIL
MENENGAH, PERDAGANGAN,
INDUSTRI 10.758.456.000 10.661.775.000 11.682.195.000 9.732.700.000
PENANAMAN MODAL 1.244.906.000 1.862.355.000 2.134.849.000 2.614.565.000
KESATUAN BANGSA DAN POLITIK
DALAM NEGERI 3.480.095.000 5.294.613.000 8.035.640.000 6.955.826.000
OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN
UMUM, ADM. KEU. DAERAH,
PERANGKAT DAERAH,
KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIAN 65.042.805.000 75.811.653.300 143.974.282.463 99.167.897.200
PERTANIAN 6.398.236.000 7.000.416.000 6.285.306.000 7.651.225.000
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN
PERLINDUNGAN ANAK 4.629.926.000 5.479.914.000
PERUMAHAN DAN PENATAAN
RUANG 31.500.170.000 23.785.411.000
TOTAL 283.951.453.000 401.129.189.100 485.111.548.463 472.104.586.200
Sumber: APBD Kota Salatiga 2007-2010.
Keterkaitan antara visi-misi Kota Salatiga 2007-2012 dengan APBD Kota
Salatiga 2007-2010 terwujud pada kesesuaian antara alokasi belanja langsung pada
APBD Kota Salatiga 2007-2010 dengan visi dan penjabaran fungsi-fungsi misi Kota
Salatiga 2007-2012. Hal ini dinyatakan oleh M. Fathur Rahman, sebagai berikut:
“Jelas, ada keterkaitan visi-misi Kota Salatiga 2007-2012 dengan APBD Kota
Salatiga 2007-2010. APBD Kota Salatiga memuat perencanaan dan
penganggaran Kota Salatiga. Jadi sasaran pembangunan seyogyanya harus
sesuai dengan visi dan penjabaran fungsi-fungsi misi yang telah dijanjikan
kepada masyarakat Kota Salatiga.”
21
Hal ini juga ditegaskan oleh Setya Widiaswati, sebagai berikut:
“Pastinya ada keterkaitan antara visi-misi Kota Salatiga 2007-2012 dengan
APBD Kota Salatiga 2007-2010 karena dalam penyusunan APDB suatu daerah
kan juga harus melihat visi-misi daerahnya.”
“Prioritas anggaran Kota Salatiga 2007-2010 harus melihat prioritas visi-
misinya. Prioritas visi Kota Salatiga tahun 2007-2012 adalah Salatiga lebih
maju dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) Kota Salatiga
yang memiliki hubungan dengan anggaran pada fungsi pendidikan, fungsi
kesehatan, dan fungsi perlindungan sosial. Baru setelah itu Salatiga harmonis,
artinya terwujudnya keserasian, keselarasan dan keseimbangan dalam
pembangunan masyarakat dan Kota Salatiga. Ini berhubungan dengan angaran-
anggaran pada fungsi ekonomi, fungsi perumahan dan fasilitas umum, fungsi
lingkungan hidup, fungsi ketertiban dan ketentraman, serta fungsi pariwisata
dan budaya. Sedangkan prioritas terakhir adalah tata kelola pemerintahan yang
lebih baik, ini terkait dengan anggaran pada fungsi pelayanan umum.”
Analisis Proporsi
Alokasi belanja langsung APBD Pemda Kota Salatiga menurut fungsi program
tahun 2007-2010 seharusnya dialirkan menurut fungsi-fungsi dari misi berdasarkan
prioritas visi Kota Salatiga 2007-2012. Fungsi yang menjadi prioritas seharusnya
mendapat prosentase alokasi yang lebih besar dibandingkan yang lain. Prosentase
rekapitulasi belanja langsung menurut fungsi program Kota Salatiga tahun 2007-
2010 dapat dilihat pada tabel 3.
Untuk melakukan analisis proporsi dilakukan pengiolahan sebagai berikut :
1. Melakukan klasifikasi terhadap setiap program dari semua SKPD yang ada di
dalam Tabel Rekapitulasi Belanja Menurut Urusan Pemda, Organisasi Program
dan Kegiatan (APBD Pemda Kota Salatiga TA 2007-2010, lihat lampiran).
2. Setiap program diklasifikasikan ke dalam sembilan fungsi pemerintahan yang
ada didalam penjelasan Misi Pemda Kota Salatiga. Klasifikasi dilakukan tanpa
melihat SKPD asal program tersebut, tetapi berdasarkan keterkaitan antara
program dengan masing-masing fungsi.
3. Belanja langsung dari masing-masing program diakumulasikan ke dalam
kesembilan fungsi itu.
4. Akumulasi masing-masing fungsi dibandingkan dengan jumlah total anggaran
tiap tahun untuk memperoleh proporsi alokasi tiap fungsi.
Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini
22
Tabel 3 Alokasi Belanja Langsung Menurut Fungsi Program
APBD Kota Salatiga Tahun 2007-2010
(dalam ribuan rupiah)
Fungsi 2007 2008 2009 2010 Rata-rata proporsi N o m i n a l % N o m i n a l % N o m i n a l % N o m i n a l %
Pendidikan 20.225.918,0 16.18% 23.514.410,0
10.62% 28.367.364,0
1 1 . 0 2 % 11.799.747,0
7.25% 1 1 , 2 7 %
Kesehatan 13.292.694,0 10.63% 19.574.940,0 8.84% 34.789.617,0 1 3 . 5 1 % 33.207.955,0 20.40% 1 3 , 3 5 %
Perlindungan
Sosial
216.000,0 0.17% 614.800,0 0.28% 1.294.605,0 0 . 5 0 % 1.118.862,0 0.69% 0 , 4 1 %
Ekonomi 10.626.627,0 8.50% 9.508.754,0 4.29% 13.219.969,0 5 . 1 3 % 10.728.138,0 6.59% 6 , 1 3 %
Perumahan dan
Fasum
19.674.000,0 15.74% 85.865.488,0 38.78% 70.407.014,0 2 7 . 3 4 % 23.825.818,8 14.64% 2 4 , 1 2 %
Lingkungan
Hidup
5.270.766,0 4.22% 12.192.073,0 5.51% 16.309.310,0 6 . 3 3 % 18.838.951,0 11.57% 6 , 9 1 %
Pariwisata dan
Budaya
1.602.093,0 1.28% 6.055.000,0 2.73% 537.207,0 0 . 2 1 % 1.051.770,0 0.65% 1 , 2 2 %
Pelayanan
Umum
52.754.270,0 42.19% 60.511.699,8
27.33% 88.082.519,0
3 4 . 2 0 % 58.924.409,0
36.20% 3 4 , 9 8 %
Ketertiban dan
ketentraman
1.367.455,0
1.09% 3.598.161,3 1.62% 4.519.988,0 1 . 7 6 % 3.261.583,2 2.00% 1 , 6 2 %
Total 125.029.823,0 1 0 0 % 221.435.326,1 1 0 0 % 257.527.593,0 1 0 0 % 162.757.234,0 1 0 0 %
Sumber: APBD Kota Salatiga 2007-2010, diolah penulis.
Berdasarkan tabel 3 di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
Bila melihat berdasarkan ketiga prioritas visi misi, prioritas yang
memperoleh total rata-rata proporsi yang tertinggi adalah prioritas kedua,
Salatiga Harmonis (fungsi ekonomi, perumahan&fasum, lingkungan hidup
dan Pariwisata&budaya), dengan total rata-rata proporsi 38,38%. Sementara
prioritas pertama, Salatiga Lebih Maju (fungsi pendidikan, kesehatan dan
perlindungan sosial), yang seharusnya memperoleh total rata-rata proporsi
tertinggi justru memperoleh total proporsi terendah dengan jumlah 25,03%.
Fungsi Pendidikan, yang merupakan salah satu fungsi di prioritas pertama,
menunjukkan penurunan proporsi sepanjang periode tahun 2007-2010.
Dua fungsi yang memperoleh rata-rata proporsi tertinggi adalah Fungsi
Pelayanan Umum(prioritas kedua) dan Fungsi Perumahan&Fasum(prioritas
ketiga).
23
Fungsi yang menjadi prioritas seharusnya memperoleh prosentase alokasi lebih
tinggi daripada prosentase rata-rata . Tabel berikut menunjukkan perbandingan
antara rata-rata prosentase alokasi masing-masing fungsi dengan prosentase rata-rata
keseluruhan*. Fungsi yang lebih tinggi diberikan label “Besar” sedangkan fungsi
yang lebih rendah diberikan label “Kecil”
Tabel 4. Indeks Proporsi Alokasi Belanja Langsung
FUNGSI 2007 2008 2009 2010 Rata-rata proporsi
Indeks
Pendidikan 16,18% 10,62% 11,02% 7,25% 11,27% Besar
Kesehatan 10,63% 8,84% 13,51% 20,40% 13,35% Besar
Perlindungan Sosial 0,17% 0,28% 0,50% 0,69% 0,41% Kecil
Ekonomi 8,50% 4,29% 5,13% 6,59% 6,13% Kecil
Perumahan dan Fasum 15,74% 38,78% 27,34% 14,64% 24,13% Besar
Lingkungan Hidup 4,22% 5,51% 6,33% 11,57% 6,91% Kecil
Pariwisata dan Budaya 1,28% 2,73% 0,21% 0,65% 1,22% Kecil
Pelayanan Umum 42,19% 27,33% 34,20% 36,20% 34,98% Besar
Ketertiban dan ketentraman 1,09% 1,62% 1,76% 2,00% 1,62% Kecil
100% 100% 100% 100%
Sumber: APBD Kota Salatiga 2007-2010, diolah penulis.
Berdasarkan analisis proporsi ini maka fungsi yang memperoleh prioritas adalah:
Fungsi Pendidikan
Fungsi Kesehatan
Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum
Fungsi Pelayanan Umum
Berdasarkan analisis proporsi ini maka beberapa kesimpulan yang bisa diambil
adalah :
Bila melihat berdasarkan total proporsi masing-masing prioritas, urutan
proporsi alokasi tidak terkait dengan visi misi.
Bila melihat berdasarkan besaran proporsi masing-masing fungsi, urutan
proporsi alokasi juga tidak terkait dengan visi misi
Bila melihat berdasarkan indeks proporsi alokasi belanja langsung, sudah
sesuai dengan visi misi karena dari empat fungsi yang memperoleh indeks
“Besar”, dua diantaranya (fungsi pendidikan dan fungsi kesehatan) adalah
fungsi yang menjadi prioritas pertama
* Prosentase rata-rata keseluruhan = 100% : 9 (jumlah fungsi yang ada)= 11,11%
24
Analisis Pertumbuhan
Selain melihat alokasi, dalam menentukan priorias juga perlu memperhatikan
pertumbuhan dari tahun ke tahun. Fungsi yang menjadi prioritas seharusnya
menunjukkan tren pertumbuhan positif, ditunjukkan oleh angka rata-rata
pertumbuhan* yang positif, dan lebih besar daripada rata-rata pertumbuhan total
belanja langsung APBD.
Tabel 5. Pertumbuhan Belanja Langsung Menurut Fungsi Program
APBD Kota Salatiga Tahun Anggaran 2007-2010
Fungsi 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
Pertumbuhan
Pendidikan 20.225.918,0 23.514.410,0
28.367.364,0
11.799.747,0
-0,139
Kesehatan 13.292.694,0 19.574.940,0 34.789.617,0 33.207.955,0 0,499
Perlindungan
Sosial
216.000,0 614.800,0 1.294.605,0 1.118.862,0 1,393
Ekonomi 10.626.627,0 9.508.754,0 13.219.969,0 10.728.138,0 0,003
Perumahan dan
Fasum
19.674.000,0 85.865.488,0 70.407.014,0 23.825.818,8 0,070
Lingkungan
Hidup
5.270.766,0 12.192.073,0 16.309.310,0 18.838.951,0 0,858
Pariwisata dan
Budaya
1.602.093,0 6.055.000,0 537.207,0 1.051.770,0 -0,344
Pelayanan
Umum
52.754.270,0 60.511.699,8
88.082.519,0
58.924.409,0
0,039
Ketertiban dan
ketentraman
1.367.455,0
3.598.161,3 4.519.988,0 3.261.583,2 0,462
Total 125.029.823,0 221.435.326,1 257.527.593,0 162.757.234,0 0,101
Sumber: APBD Kota Salatiga 2007-2010, diolah penulis.
Berdasarkan tabel 5 di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
Fungsi pendidikan yang merupakan salah satu prioritas pertama menunjukkan
tren negatif.
Fungsi Perlindungan sosial yang merupakan salah satu prioritas pertama
menunjukkan rata-rata pertumbuhan yang tertinggi.
Seperti telah disebutkan, selain melihat tren pertumbuhan positif, suatu fungsi
juga dikatakan menjadi prioritas bila rata-rata pertumbuhannya lebih tinggi daripada
* Rata-rata pertumbuhan={(anggaran 2010 / anggaran 2007)-1}/3
25
rata-rata pertumbuhan total belanja langsung APBD. Tabel berikut menunjukkan
perbandingan antara rata-rata pertumbuhan masing-masing fungsi dengan rata-rata
pertumbuhan total belanja langsung APBD. Fungsi yang lebih tinggi diberikan label
“Tinggi” sedangkan fungsi yang lebih rendah diberikan label “Rendah”
Tabel 6. Indeks Pertumbuhan Alokasi Belanja Langsung
Fungsi Pertumbuhan rata-rata
Indeks Pertumbuhan
Pendidikan -0,139 RENDAH
Kesehatan 0,499 TINGGI
Perlindungan Sosial 1,393 TINGGI
Ekonomi 0,003 RENDAH
Perumahan dan Fasilitas Umum 0,070 RENDAH
Lingkungan Hidup 0,858 TINGGI
Pariwisata -0,115 RENDAH
Pelayanan Umum 0,039 RENDAH
Ketertiban dan ketentraman 0,462 TINGGI Sumber: APBD Kota Salatiga 2007-2010, diolah penulis.
Berdasarkan analisis pertumbuhan alokasi ini maka fungsi yang menjadi
prioritas adalah :
Kesehatan
Perlindungan Sosial
Lingkungan Hidup
Ketertiban dan ketentraman
Berdasarkan analisis pertumbuhan alokasi ini maka ada beberapa kesimpulan :
Dari ketiga fungsi yang ada di prioritas pertama, hanya dua fungsi yang
pertumbuhannya menunjukkan prioritas
Bila melihat rata-rata pertumbuhan masing-masing prioritas, maka sudah
sesuai dengan urutan prioritas visi misi
Bila melihat indeks pertumbuhan alokasi maka sudah ada keterkaitan antara
APBD dan visi misi RPJM
26
Analisis Akhir
Berdasarkan Analisis Proporsi dan Analisis Pertumbuhan, bila digabungkan
maka hasilnya adalah matriks berikut ini
Gambar 3
Matriks Alokasi dan Pertumbuhan Fungsi-fungsi Misi
PROPORSI
Kecil Besar
PER
TUM
BU
HA
N
Ren
dah
Ekonomi
Pariwisata
Pendidikan
Perumahan Fasum
Pelayanan Umum
Tin
ggi
Lingkungan Hidup
Ketertiban dan Ketentraman
Perlindungan Sosial
Kesehatan
Berdasarkan Gambar 3, beberapa hal penting yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut: Pertama, hanya ada satu fungsi yang memiliki alokasi besar dan
pertumbuhan yang tinggi, atau bisa dibilang fungsi yang menjadi prioritas
utama,yaitu fungsi kesehatan. Kedua, bila dibandingkan antara ketiga prioritas
berdasar analisis proporsi dan pertumbuhan, prioritas pertama Visi Misi “Salatiga
lebih maju” tidak mendapatkan alokasi yang sesuai dengan seharusnya.
Hal ini tidak mencerminkan keterkaitan antara prioritas visi Kota Salatiga
tahun 2007-2012 dengan alokasi belanja yang dianggarkan selama periode tahun
2007-2010 pada masing-masing fungsi program. Ketika penulis mencoba mencari
tahu alasan mengapa di dalam APBD, di bagian program-program SKPD, justru
lebih banyak anggaran untuk Program Pelayanan Umum seperti Administrasi atau
pengadaan sarana prasarana, hal ini dinyatakan oleh Kasmun Saparaus, sebagai
berikut:
“Ya itu kan mendukung fungsi utamanya. Semisal Dinas Sosial, nah Program
administrasi atau pengadaan sarana prasarana aparaturnya ya tetap fungsinya
adalah Perlindungan Sosial walau pun tidak secara langsung. Kalau tidak ada
program-program itu, fungsi Perlindungan sosial dari Dinas Sosial tidak akan
berjalan.”
27
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Lembaga Penelitian
SMERU (2002) tentang penyusunan APBD di Kabupaten Lombok Barat yang
menunjukkan tidak adanya keterkaitan antara alokasi APBD dengan Propeda
sedangkan di sini menunjukkan tidak adanya keterkaitan antara alokasi APBD
Pemda Kota dengan Visi Misi Pemda Kota.
Pengawasan DPRD terhadap pengalokasian APBD di Pemda Kota Salatiga
juga menunjukkan hasil yang sejalan dengan hasil penelitian Sopanah & Isa
Wahyudi (2010) bahwa pengetahuan anggaran berpengaruh signifikan terhadap
pengawasan APBD baik menurut dewan maupun masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menarik kesimpulan bahwa alokasi
APBD 2007-2010 tidak terkait dengan Visi Misi Pemda Kota Salatiga 2007-2012.
PENUTUP
Simpulan dan Implikasi
Proses perumusan APBD di Kota Salatiga meliputi beberapa tahap: pertama,
penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA); kedua, penyusunan Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara (PPAS); ketiga, penyusunan dan penyampaian surat
edaran kepala daerah tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD kepada seluruh
SKPD; keempat, penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD; kelima,
penyusunan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD; dan
keenam, evaluasi rancangan peraturan daerah tentang APBD.
Perumusan visi misi Pemda Kota Salatiga Tahun 2007-2012 merupakan bagian
dari perumusan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota
Salatiga Tahun 2007-2012. Proses perumusan visi dan misi Kota Salatiga tahun
2007-2012 ini dilakukan berdasarkan hasil analisis dari kondisi umum daerah Kota
Salatiga dan prediksi kondisi umum daerah Kota Salatiga yang diperkirakan akan
berlaku di masa mendatang. APBD Kota Salatiga baik itu pendapatan daerah
maupun alokasi belanja Kota Salatiga tahun 2007-2010 merupakan salah satu faktor
yang penting dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), karena
APBD Kota Salatiga tahun 2007-2010 merupakan arah kebijakan pemerintah daerah
yang diwujudkan dalam langkah-langkah nyata pembangunan daerah berdasarkan
visi misi Kota Salatiga tahun 2007-2012 yang telah ditetapkan.
28
Hasil penelitian ini menemukan dua hal berikut: Pertama, kurangnya
keterkaitan antara alokasi APBD Pemda Kota Salatiga 2007-2010 dengan Visi Misi
RPJM Pemda Kota Salatiga 2007-2012. Kedua, kurangnya pemahaman
pengalokasian APBD berdasarkan visi misi Pemda Kota Salatiga menyebabkan tidak
efektifnya pengawasan DPRD terhadap alokasi anggaran.
Hasil penelitian ini memberikan implikasi diperlukannya suatu upaya
pengawasan yang lebih ketat dalam alokasi APBD Kota Salatiga agar konsisten
dengan visi misi Kota Salatiga yang telah direncanakan sebelumnya.
Keterbatasan dan Saran Untuk Penelitian Mendatang
Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai kekurangan dan diharapkan dapat
disempurnakan pada penelitian-peneitian mendatang. Kekurangan dalam penelitian
ini adalah penelitian ini hanya melihat sampai tingkat program, tidak sampai ke
tingkat kegiatan. Untuk itu diharapkan pada penelitian mendatang diharapkan
dilakukan perbandingan keterkaitan alokasi APBD Kota Salatiga tahun 2007-2010
sampai tingkat kegiatan dengan visi dan misi Kota Salatiga tahun 2007-2012 agar
dihasilkan argumen yang lebih terperinci. Kekurangan berikutnya, dalam
penggunaan metode penelitian diperlukan metode penelitian lain yang bisa
menunjukkan seberapa besar keterkaitan (atau ketidak terkaitan) antara visi misi dan
APBD.
29
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra, 2006, Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta.
Alwi, Syafaruddin, Juni 2006, Penguasaan Terhadap Visi Misi dan Nilai-Nilai
Organisasi Serta Implikasinya Terhadap Kinerja Individu: Diagnosis
Organisasi Kelompok Restoran Pringsewu, SINERGI Kajian Bisnis dan
Manajemen Vol 8 No.2.
Lembaga Penelitian SMERU, Juni 2002, Dampak Desentralisasi dan Otonomi
Daerah Atas Kinerja Pelayanan Publik: Kasus Kabupaten Lombok Barat,
Nusa Tenggara Barat, SMERU.
Bryson, John. M, 2003, Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Sosial, Yogyakarta:
Cetakan VI, Mei; Judul Asli: Strategic Palnning for Public and Nonprofit
Organizations: A Guide Strengthening and Sustaining Organizational
Achievement, Jossey-Bass Inc Publishers, California.
Djunaedi, Achmad, 2007, Proses Perencanaan Strategis untuk Perkotaan (secara
umum), http://mpkd.ugm.ac.id/dosen/djunaedi/Support/Materi/PROSES-
R/a01-renstra-proses-umum.pdf.
Direktorat Jenderal Otonomi Daerah, Direktorat Pengelolaan Keuangan Daerah,
2002, Keputusan Menteri Dalam Negeri No 29 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta
Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Jakarta.
Husein, Umar, 1999, Metodologi Penelitian: Aplikasi dalam Pemasaran, Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
Jones, Rowan and Maurice Pendlebury, 2000, Public Sector Accounting 5th edition,
Pitman Publishing, London.
MacLeod, Paige, Patricia Leon, Pedro Esquivias, 2001, Perencanaan Strategi dan
Keuangan Terpadu, Arlington, The Nature Conservancy, Virginia, USA.
Mardiasmo, 2005, Akuntansi Sektor Publik, Andi Offset, Yogyakarta.
Sardjito, Bambang & Osmad Muthaher, 2007, Pengaruh Partisipasi Penyusunan
Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah: Budaya Organisasi
dan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating, Simposium
Nasional Akuntansi X,
http://smartaccounting.files.wordpress.com/2011/03/aspp07.pdf.
30
Soeprapto, Riyadi, 2003, Pengembangan Kapasitas Pemerintah Daerah Menuju
Good Governance, FIA-UNIBRAW, Jurnal Ilmiah Administrasi Publik-Vol
IV, No. 1, September.
Soerjodibroto, Guritno, 2003, Membuat Arah Pembangunan Kota,
www.cdsindonesia.org/documents/membuatarahpembangunankota-
majalah.pdf.
Sopanah & Isa Wahyudi, 2010, Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi
Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara
Pengetahuan Anggaran Dengan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD),
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/legality/article/viewFile/308/321_umm_s
cientific_journal.doc.
Surakhmad, Winarno, 2001, Pengantar Penelitian Ilmiah, Tarsito, Bandung.
Yenny M., 2008, Pengaruh Visi-Misi Sekolah dan Peran Komite Sekolah Terhadap
Keefektifan Sekolah, Jurnal Pembelajaran Vol 30 No.2,
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/30208127133.pdf.
http://pemkot-salatiga.go.id/PemerintahanVisiMisi.php, 2011, Visi dan Misi
Pemerintah Kota Salatiga.
http://pemkot-salatiga.go.id/Data/Info/Bappeda/IndikatorEkonomiSalatiga2009.pdf,
2009, Indikator Ekonomi Salatiga 2009.
Pemda Kota Salatiga. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Salatiga Tahun 2007-2012.
Republik Indonesia. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.