pendahuluan latar belakang -...

30
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dengan diberlakukannya otonomi daerah maka pembangunan ekonomi tidak hanya terpusat dikelola oleh negara, tetapi negara lebih memberikan keleluasaan kepada daerah untuk mengembangkan kegiatan ekonominya. Berbagai kebijakan yang ditetapkan pemerintah daerah bersama DPRD dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, secara normatif merupakan penjabaran dan pelaksanaan visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) merupakan acuan pembuatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Kemampuan daerah dalam mengelola keuangannya dituangkan dalam APBD yang menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai kegiatan pelaksanaan tugas pembantuan. Dalam menjalankan otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk menjalankan roda pemerintahan secara efektif dan efisien, mampu mendorong serta meningkatkan pemerataan dan keadilan dengan mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Good governance akan tercapai jika rumusan APBD dalam pelaksanaannya mendapat pengawasan (DPRD) yang berfungsi secara baik, dan pada gilirannya akan mendorong timbulnya kesadaran akan pentingnya tanggung jawab kepada masyarakat. Pada penelitian sebelumnya, Lembaga Penelitian SMERU (2002) meneliti mengenai kinerja pelayanan pemda yang secara umum tercermin dari proses dan keputusan pengalokasian dana dalam APBD di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Hasil penelitian menemukan bahwa perencanaan yang disusun oleh pemerintah kabupaten dalam bentuk Perencanaan Strategis (Renstra) tidak mengacu Program Pembangunan Daerah (Propeda) yang disusun oleh pemerintah propinsi sebagai rujukan pembangunan regional. Penelitian ini juga menemukan bahwa di bidang keuangan makin membesarnya dana APBD yang dikelola oleh pemerintah daerah ternyata ada kecenderungan dibelanjakan untuk kepentingan para elite daerah.

Upload: lenguyet

Post on 12-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dengan diberlakukannya otonomi daerah maka pembangunan ekonomi tidak

hanya terpusat dikelola oleh negara, tetapi negara lebih memberikan keleluasaan

kepada daerah untuk mengembangkan kegiatan ekonominya. Berbagai kebijakan

yang ditetapkan pemerintah daerah bersama DPRD dalam kaitannya dengan

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, secara normatif

merupakan penjabaran dan pelaksanaan visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,

program, dan kegiatan pembangunan yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan

Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM).

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah (RPJM) merupakan acuan pembuatan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD).

Kemampuan daerah dalam mengelola keuangannya dituangkan dalam APBD

yang menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai kegiatan

pelaksanaan tugas pembantuan. Dalam menjalankan otonomi daerah, pemerintah

daerah dituntut untuk menjalankan roda pemerintahan secara efektif dan efisien,

mampu mendorong serta meningkatkan pemerataan dan keadilan dengan

mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Good

governance akan tercapai jika rumusan APBD dalam pelaksanaannya mendapat

pengawasan (DPRD) yang berfungsi secara baik, dan pada gilirannya akan

mendorong timbulnya kesadaran akan pentingnya tanggung jawab kepada

masyarakat.

Pada penelitian sebelumnya, Lembaga Penelitian SMERU (2002) meneliti

mengenai kinerja pelayanan pemda yang secara umum tercermin dari proses dan

keputusan pengalokasian dana dalam APBD di Kabupaten Lombok Barat, Nusa

Tenggara Barat. Hasil penelitian menemukan bahwa perencanaan yang disusun oleh

pemerintah kabupaten dalam bentuk Perencanaan Strategis (Renstra) tidak mengacu

Program Pembangunan Daerah (Propeda) yang disusun oleh pemerintah propinsi

sebagai rujukan pembangunan regional. Penelitian ini juga menemukan bahwa di

bidang keuangan makin membesarnya dana APBD yang dikelola oleh pemerintah

daerah ternyata ada kecenderungan dibelanjakan untuk kepentingan para elite daerah.

Page 2: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

2

Sopanah & Isa Wahyudi (2010) meneliti pengaruh akuntabilitas publik,

partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik terhadap hubungan antara

pengetahuan anggaran dengan pengawasan APBD di di wilayah Malang Raya, Jawa

Timur. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengetahuan anggaran berpengaruh

signifikan terhadap pengawasan APBD baik menurut dewan maupun masyarakat.

Pengaruh yang ditunjukkan adalah positif artinya semakin tinggi pengetahuan dewan

tentang anggaran maka pengawasan yang dilakukan semakin meningkat. Sardjito &

Muthaher (2007) meneliti sejauh mana pengaruh partisipasi penyusunan anggaran

terhadap kinerja manajerial yang diterapkan pada organisasi sektor publik dan untuk

melihat seberapa besar pengaruh moderating budaya organisasi dan komitmen

organisasi terhadap hubungan partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja

aparatur Pemerintah Daerah (Pemda) Kota Semarang sebagai penyusun anggaran

dengan metode Kuesioner. Hasil penelitiannya menunjukkan terdapat pengaruh

signifikan antara variabel komitmen organisasi dalam memoderasi partisipasi

penyusunan anggaran dengan kinerja aparat pemerintah daerah.

Alwi (2006) meneliti mengenai penguasaan terhadap visi misi dan nilai-nilai

organisasi serta implikasinya terhadap kinerja pada Pringsewu Restaurant Group di

Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitian menemukan bahwa

kelompok restoran Pringsewu menuju ke arah learning organization yang

meletakkan visi, misi dan nilai-nilai sebagai sumber aspirasi dan penggerak

perubahan bagi para manajer. Implikasinya terhadap kinerja individu sangat positif

dan pada dinamika kerja, disiplin kerja, tumbuhnya kreativitas dan antisiasme kerja

cukup signifikan bagi Pringsewu Restaurant Group. Yenny M (2008) meneliti

mengenai pengaruh visi-misi Sekolah dan peran Komite Sekolah terhadap

keefektifan Sekolah di Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman. Hasil

penelitian menunjukkan visi-misi Sekolah dan peran Komite Sekolah berpengaruh

secara signifikan terhadap keefektifan Sekolah. Berdasarkan beberapa penelitian

sebelumnya tersebut, maka penulis akan meneliti mengenai analisis keterkaitan

antara visi dan misi dengan alokasi APBD Kota Salatiga Tahun Anggaran 2007-

2010.

Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan salah satu

kota di Jawa Tengah yang wilayahnya tidak luas, hanya 5.678,11 Ha atau sekitar

Page 3: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

3

0,17 % dari luas wilayah Jawa Tengah (Bappeda Salatiga, 2010). Pembangunan

daerah di Kota Salatiga pada periode 2007-2012 berdasarkan Visi Misi RPJM yaitu:

”Salatiga lebih maju dan harmonis, dengan tata kelola pemerintahan yang baik”.

Untuk mewujudkan visi tersebut maka dapat dijabarkan dalam misi sebagai berikut:

(1) Mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih maju dari berbagai aspek politik,

sosial budaya, dan ekonomi; (2) Mewujudkan prasarana dan sarana kota yang lebih

memadai; (3) Mewujudkan kota yang bersih, indah dan hijau; (4) Meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat; dan (5) Mewujudkan ketertiban dan keamanan,

dengan mengutamakan asas kepastian hukum, keterbukaan, bertanggung jawab,

responsif dan partisipatif (http://pemkot-salatiga.go.id/PemerintahanVisiMisi.php,

2011).

Dalam fokus penelitian ini, Pemda Kota Salatiga akan dinilai konsisten jika

mampu mengalokasikan anggaran publik sesuai dengan visi dan misi Pemda Kota

Salatiga Tahun 2007-2012. Alokasi anggaran publik tersebut dinilai dari proporsi

alokasi belanja langung dalam APBD TA 2007-2010 disandingkan dengan visi misi

Pemda Kota Salatiga 2007-2012. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan

keterkaitan antara visi misi Pemda Kota Salatiga Tahun 2007-2012 dengan alokasi

APBD TA 2007-2010.

Persoalan Penelitian

Persoalan penelitian yang dapat dirumuskan dari gambaran latar belakang

yang telah dipaparkan adalah

1. Bagaimana proses perumusan Visi Misi Pemda Kota Salatiga Tahun 2007-

2012?

2. Bagaimana proses perumusan APBD Kota Salatiga Tahun Anggaran 2007-

2010?

3. Apakah ada keterkaitan antara visi misi Pemda Kota Salatiga Tahun 2007-

2012 dengan alokasi APBD Tahun Anggaran (TA) 2007-2010?

TINJAUAN TEORITIS

Definisi Visi-Misi

Visi merupakan mental model masa depan, cara pandang ke depan kemana

instansi pemerintah harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif, dan inovatif

Page 4: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

4

(Soeprapto, 2003). Menurut Soejodibroto (2003) keberadaan satu visi harus secara

nyata mampu memberikan fokus perhatian pembangunan sedemikian rupa agar

seluruh daya, dana dan perhatian dapat dikonsentrasikan untuk berupaya

merealisasikan harapan yang tergambar dalam visi. Soerjodibroto (2003)

memberikan satu kriteria visi sebagai SMART, dimana pengertiannya adalah:

1. Specific, input yang ada diharapkan menjadikannya berbeda dengan kota lain

yang selanjutnya diharapkan dengan perbedaan tersebut akan memberi daya

tarik (meningkatkan nilai jual) bagi pihak lain;

2. Measureable, dapat terukur atau setidaknya dirasakan, sehingga bukan

sepenuhnya berupa khayalan;

3. Achieveable, dapat terjangkau setidak-tidaknya memberi makna bahwa dalam

menyusun visi perlu melihat kapasitas atau potensi riil atau yang mungkin

dapat diciptakan;

4. Rational, dalam pengertian tidak terlalu muluk-muluk, erat kaitannya dengan

analisis pada butir-butir di atasnya; dan

5. Timebound, mengandung makna adanya batas waktu (bukan tak terhingga).

Bryson (dalam Djunaedi, 2007) membedakan misi dan visi, menurutnya misi

menjelaskan maksud (purpose) organisasi dan mengapa (why) perlu melakukan yang

dikerjakan saat ini; sedangkan visi menjelaskan seperti apa (what) organisasi tersebut

akan menjadi (di masa depan) dan bagaimana (how) organisasi tersebut akan

berprilaku (behave) ketika misinya tercapai. Menurut Merson dan Qualls (dalam

Djunaedi, 2007) dalam kerangka perundangan yang berlaku, suatu lembaga

sebaiknya menyatakan misinya dalam ungkapan yang luas dan umum.

Perencanaan Strategis

Perencanaan strategis merupakan sekumpulan konsep, prosedur dan alat-alat

yang dimaksudkan untuk membantu sebuah organisasi berpikir dan bertindak secara

strategis melalui pembentukan konsensus (Macleod dkk, 2001). Perencanaan sebagai

salah satu fungsi manajemen mempunyai beberapa pengertian sebagai berikut

(Nawawi, 2003):

1. Pemilihan dan penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, langkah,

kebijaksanaan, program, proyek, metode dan standar yang dibutuhkan untuk

mencapai tujuan.

Page 5: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

5

2. Pemilihan sejumlah kegiatan untuk diterapkan sebagai keputusan tentang apa

yang harus dilakukan, kapan dan bagaimana akan dilakukan serta siapa yang

akan melaksanakannya.

3. Penetapan secara sistematis pengetahuan tepat guna untuk mengontrol dan

mengarahkan kecenderungan perubahan menuju kepada tujuan yang telah

ditetapkan.

4. Kegiatan persiapan yang dilakukan melalui perumusan dan penetapan

keputusan, yang berisi langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau

pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu.

Menurut Bryson (2003), perencanaan strategis dapat membantu organisasi

dalam: (1) Berpikir secara strategis dan mengembangkan strategi-strategi yang

efektif; (2) Memperjelas arah masa depan; (3) Menciptakan prioritas; (4) Membuat

keputusan sekarang dengan mengingat konsekuensi masa depan; (5)

Mengembangkan landasan yang koheren dan kokoh bagi pembuat keputusan; (6)

Menggunakan keleluasaan yang maksimum dalam bidang-bidang yang berada di

bawah kendali organisasi; (7) Membuat Keputusan yang melintasi tingkat dan

fungsi; (8) Memecahkan masalah utama organisasi; (9) Memperbaiki kinerja

organisasi; (10) Menangani keadaan yang berubah dengan cepat secara efektif; serta

(11) Membangun kelompok kerja dan keahlian.

Menurut Anthony dan Young dalam Salusu (2003) penekanan perencanaan

strategi pada organisasi sektor publik dapat diklasifikasikan ke dalam 7 hal yaitu: (1)

Tidak bermotif mencari keuntungan; (2) Adanya pertimbangan khusus dalam

pembebanan pajak; (3) Ada kecenderungan berorientasi semata-mata pada

pelayanan; (4) Banyak menghadapi kendala yang besar pada tujuan dan strategi; (5)

Kurang banyak menggantungkan diri pada kliennya untuk mendapatkan bantuan

keuangan; (6) Dominasi profesional; (7) Pengaruh politik biasanya memainkan

peranan yang sangat penting.

Pengertian APBD

Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002, APBD

adalah suatu rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan

disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan Peraturan

Daerah. Sedangkan menurut Bastian (2006), APBD merupakan pengejawantahan

Page 6: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

6

rencana kerja Pemda dalam bentuk satuan uang untuk kurun waktu satu tahunan dan

berorientasi pada tujuan kesejahteraan publik.

Menurut Jones dan Pendlebury (1996), anggaran merupakan suatu kerja

pemerintah yang diwujudkan dalam bentuk uang (rupiah) selama masa periode

tertentu (1 tahun). Sementara itu menurut Mardiasmo (2005), anggaran sektor publik

merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan

progam-progam yang dibiayai dari uang publik. APBD sebagai salah satu instrumen

kebijakan pemerintah daerah, menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan

kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah. Anggaran memiliki beberapa fungsi

utama (Mardiasmo, 2005), yaitu:

1. Sebagai Alat Perencanaan.

Anggaran merupakan alat untuk mencapai visi dan misi organisasi. Anggaran

digunakan untuk merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai

dengan visi dan misi yang telah ditetapkan. Kemudian untuk merencanakan

berbagai program dan kegiatan serta merencanakan alternatif sumber

pembiayaan.

2. Alat Pengendalian.

Anggaran digunakan untuk mengendalikan (membatasi kekuasaan) eksekutif,

mengawasi kondisi keuangan dan pelaksanaan operasional program karena

anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan (penerimaan) dan

pengeluaran pemerintah sehingga pembelanjaan yang dilakukan dapat

diketahui dan dipertanggungjawabkan kepada publik.

3. Alat Kebijakan Fiskal.

Anggaran digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong

pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran dapat diketahui arah kebijakan fiskal

pemerintah. Anggaran juga digunakan untuk mendorong, memfasilitasi dan

mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat

mempercepat pertumbuhan ekonomi.

4. Alat Politik.

Anggaran merupakan dokumen publik sebagai komitmen eksekutif dan

kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik.

Page 7: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

7

5. Alat Koordinasi dan Komunikasi.

Penyusunan anggaran memerlukan koordinasi dan komunikasi dari seluruh unit

kerja sehingga apabila terjadi inkonsistensi suatu unit kerja dapat dideteksi

secara cepat.

6. Alat Penilaian Kinerja.

Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan

efisiensi pelaksanaan anggaran.

7. Alat Motivasi.

Anggaran hendaknya bersifat menantang tetapi dapat dicapai (challenging but

attainable) atau menuntut tetapi dapat diwujudkan (demanding but achiveable)

sebagai motivasi bagi seluruh pegawai agar dapat bekerja secara ekonomis,

efektif dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi.

Penelitian Sebelumnya

Berbagai penelitian tentang visi dan misi dan penelitian mengenai anggaran

atau APBD telah banyak dilakukan. Tabel 1. menunjukkan ringkasan penelitian

berkaitan dengan visi misi dan APBD.

Tabel 1. Penelitian Sebelumnya

No Peneliti Tujuan Metode Hasil Saran

1 Syafarudin

Alwi (2006)

Mengetahui penguasaan

para manajer terhadap

visi-misi dan nilai-nilai

organisasi serta

implikasinya terhadap

kinerja pada Pringsewu

Restaurant Group di

Jawa Tengah dan

Daerah Istimewa

Yogyakarta.

Wawancara

dan angket

Kelompok restoran

Pringsewu menuju ke

arah learning

organization yang

meletakkan visi, misi

dan nilai-nilai sebagai

sumber aspirasi dan

penggerak perubahan

bagi para manajer.

Beberapa faktor

perlu

disempurnakan agar

hasil kerja lebih

maksimal antara

lain, perlu

dikembangkan

kultur kompetensi

berbasis nilai yang

meletakkan

profesionalitas dan

etika sebagai ciri

perilaku manajer di

lingkungan

manajemen

perusahaan.

2 Lembaga

Penelitian

SMERU

(2002)

Mengetahui kinerja

pelayanan pemda yang

secara umum tercermin

dari proses dan

keputusan

pengalokasian dana

dalam APBD di

Kabupaten Lombok

Survei Renstra yang disusun

oleh pemerintah

kabupaten tidak

mengacu Propeda yang

disusun oleh pemerintah

propinsi sebagai rujukan

pembangunan regional.

Di bidang keuangan,

Dengan melihat

praktek pelaksanaan

otda yang terjadi

di Kabupaten

Lombok Barat

dalam tahun 2001,

setidaknya hal itu

dapat dijadikan

Page 8: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

8

Barat. makin membesarnya

dana APBD yang

dikelola oleh pemerintah

daerah ternyata ada

kecenderungan

dibelanjakan untuk

kepentingan para elite

daerah.

pelajaran kemana

sebenarnya

kecenderungan arah

pelaksanaan otda di

masa depan.

3 Sopanah &

Isa Wahyudi

(2010)

Menguji pengaruh

akuntabilitas publik,

partisipasi masyarakat

dan transparansi

kebijakan publik

terhadap hubungan

antara pengetahuan

anggaran dengan

pengawasan APBD di

wilayah Malang Raya,

Jawa Timur.

Survei Pengetahuan anggaran

berpengaruh signifikan

terhadap pengawasan

APBD baik menurut

dewan maupun

masyarakat. Pengaruh

yang ditunjukan adalah

positif artinya semakin

tinggi pengetahuan

dewan tentang anggaran

maka pengawasan yang

dilakukan semakin

meningkat

Penelitian

selanjutnya

diharapkan

mengembangkan

sampel yang lebih

luas untuk anggota

DPRD Propinsi atau

bahkan DPRD

Pusat. Diharapkan

sampel yang

diambil hanya

anggota dewan pada

Komisi C

(Keuangan) dan

Panitia Anggaran.

4 Yeni M

(2008)

Mengetahui pengaruh

visi-misi Sekolah dan

peran Komite Sekolah

terhadap keefektifan

Sekolah di Kecamatan

Lubuk Alung,

Kabupaten Padang

Pariaman.

Kuesioner

dengan

skala

model

Likert.

visi-misi Sekolah dan

peran Komite Sekolah

berpengaruh secara

signifikan terhadap

keefektifan Sekolah.

Komite Sekolah

agar tetap berusaha

memiliki

pemahaman

bersama tentang

visi-misi Sekolah

untuk meningkatkan

keefektifan

Sekolah.

5 Bambang

Sardjito &

Osmad

Muthaher

(2007)

Mengetahui sejauh

mana pengaruh

partisipasi penyusunan

anggaran terhadap

kinerja manajerial yang

diterapkan pada

organisasi sektor publik

dan untuk melihat

seberapa besar pengaruh

moderating budaya

organisasi dan

komitmen organsasi

terhadap hubungan

partisipasi penyusunan

anggaran dengan kinerja

aparatur Pemerintah

Daerah Kota Semarang

sebagai penyusun

anggaran.

Kuesioner 1. Terdapat pengaruh

yang signifikan antara

partisipasi

penyusunan anggaran

terhadap kinerja

aparat pemerintah

daerah.

2. Terdapat pengaruh

yang signifikan antara

variabel budaya

organisasi dalam

memoderasi

partisipasi

penyusunan anggaran

dengan kinerja

manajerial.

3. Terdapat pengaruh

signifikan antara

variabel komitmen

organisasi dalam

memoderasi

partisipasi

penyusunan anggaran

dengan kinerja aparat

pemerintah daerah.

Faktor budaya

organisasi dan

komitmen organsasi

kemuingkinan

menjadi faktor

kondisional yang

harus

dipertimbangkan

dalam rangka

peningkatan

efektivitas

organsasi melalui

partisipasi

penyusunan

anggaran.

Sumber: Diolah penulis, Berbagai Jurnal.

Page 9: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

9

Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis APBD Pemerintah kota

Salatiga periode 2007-2010 dan dibandingkan dengan visi misi Pemerintah Kota

Salatiga periode 2007-2012. Secara visual menunjukkan alur kerangka pemikiran

rencana penelitian:

Gambar 1. Model Keterkaitan Visi-Misi dengan APBD Kota Salatiga

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari

individu seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner. Data sekunder

adalah sumber data penelitian yang diperoleh penulis secara tidak langsung melalui

media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain, (Umar, 1999). Data yang

dipergunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder seperti Visi dan Misi Kota

Salatiga, serta APBD Kota Salatiga, yang diperoleh dari Pemda Kota Salatiga dan

sumber lain sesuai dengan tujuan penelitian ini. Selain itu juga dilengkapi dengan

data primer melalui wawancara kepada beberapa pihak terkait yaitu :

- M. Fathur Rahman S.E., M.M., Wakil Ketua DPRD Kota Salatiga periode 2009-

2014, anggota DRPD Kota Salatiga periode 2004-2009

- Drs. Kasmun Saparaus M.Si., Wakil Ketua DPRD Kota Salatiga periode 2004-

2009, Anggota DPRD Kota Salatiga periode 1999-2004

- Setya Widiaswati S.H., Sekretaris Bappeda Pemda Kota Salatiga

Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik

yang mempunyai ciri-ciri yaitu memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah

Perumusan APBD

2007-2010

Keterkaitan Visi-

Misi dengan

APBD Kota

Perumusan Visi

Misi Pemda Kota

Salatiga Tahun

2007-2012

Page 10: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

10

yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah aktual kemudian data yang

dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa (Surakhmad,

2001). Metode deskriptif digunakan karena penelitian ini memberikan gambaran

mengenai keterkaitan antara Visi-Misi dengan APBD Pemda Kota Salatiga.

Langkah-Langkah Analisis

Data yang sudah diperoleh harus dianalisis guna memperoleh gambaran yang

secermat mungkin tentang strategi-strategi yang diamati. Oleh karena itu,

berdasarkan metode yang dipakai dalam penelitian ini, maka data yang terkumpul

akan dianalisis secara terstruktur sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif

Penulis akan menguraikan secara deskriptif hasil wawancara dan data-data

sekunder guna lebih memahami fenomena-fenomena yang terjadi secara

menyeluruh.

2. Analisis Evaluatif

Penulis akan mengevaluasi keterkaitan antara Visi-Misi dengan APBD Pemkot

Salatiga. Evaluasi ini diawali dengan mengklasifikasikan semua program

APBD ke dalam fungsi-fungsi yang ada di dalam Visi Misi. Setelah itu akan

dilakukan evaluasi proporsi dan evaluasi rata-rata pertumbuhan

Evaluasi Proporsi

Evaluasi ini dilakukan untuk melihat apakah proporsi alokasi masing-

masing fungsi pemerintahan sudah sesuai dengan Visi Misi Pemda Kota

Salatiga

Evaluasi rata-rata pertumbuhan alokasi

Evaluasi ini dilakukan untuk menilai fungsi mana yang menjadi prioritas

berdasarkan pertumbuhannya di dalam APBD TA 2007-2010.

3. Analisis Konklusif

Setelah melakukan analisis-analisis tersebut di atas, penulis akan memaparkan

kesimpulan dan saran dari sudut pandang penulis untuk mempertegas

penelitian ini.

Page 11: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

11

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Gambaran Umum Kota Salatiga

Kota Salatiga, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini

berbatasan sepenuhnya dengan Kabupaten Semarang. Luas wilayah Kota Salatiga

tercatat sebesar 5.678,110 hektar atau 56.781 Km². Secara administratif Kota

Salatiga mempunyai 4 Kecamatan dan 22 Kelurahan, dengan jumlah RT 1038 dan

RW 198. Luas Wilayah Kota Salatiga terbagi dalam empat Kecamatan dengan luas

lahan sebagai berikut (Bapedda Salatiga, 2010):

1. Kecamatan Argomulyo seluas 18.826 Km2,

2. Kecamatan Tingkir seluas 10.549 Km2,

3. Kecamatan Sidomukti seluas 11.459 Km2, dan

4. Kecamatan Sidorejo seluas 15.947 Km2.

Pemerintahan Kota Salatiga dipimpin oleh Walikota. Untuk memenuhi standar

pelayanan bagi masyarakat, Kota Salatiga memiliki organisasi perangkat daerah

yaitu: 1 Sekretariat Daerah (9 Bagian), 1 Sekretariat DPRD, 4 lembaga teknis

daerah/badan, 10 Dinas, 1 Inspektorat, 4 Kecamatan dengan 22 Kelurahan dan 25

Unit Pelaksana Teknis (UPT) (Bapedda Salatiga, 2010). Politik di lingkungan

Pemerintah Kota Salatiga didukung oleh adanya 25 anggota Dewan Perwakilan

Rakyat, dimana salah satu fungsinya mewakili aspirasi rakyat yang dalam hal ini

adalah masyarakat Kota Salatiga.

Perumusan Visi Misi Pemda Kota Salatiga Tahun 2007-2012

Perumusan visi misi Pemda Kota Salatiga Tahun 2007-2012 merupakan bagian

dari perumusan RPJM Kota Salatiga Tahun 2007-2012. Menurut M. Fathur Rohman,

Wakil Ketua DPRD Kota Salatiga periode 2009-2014, perumusan visi dan misi Kota

Salatiga sebagai berikut:

“Perumusan visi dan misi Kota Salatiga tahun 2007-2012 ini dilakukan

berdasarkan hasil analisis dari kondisi umum daerah yang berlaku saat itu, dan

prediksi kondisi umum daerah yang diperkirakan akan berlaku di masa

mendatang. Selain itu visi misi Pemda Kota Salatiga Tahun 2007-2012 Kota

Salatiga dalam proses perumusannya memperhatikan dinamika dan kebutuhan

masyarakat melalui pendekatan politik, teknokratik, partisipatif top-down dan

bottom-up planning, sehingga perencanaan ini merupakan komitmen dan

menjadi acuan bagi pemangku kepentingan pembangunan Kota Salatiga dalam

pelaksanaan pembangunan yang ingin dicapai dalam kurun waktu lima tahun

ke depan.”

Page 12: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

12

Sedangkan menurut Kasmun Saparaus, perumusan visi dan misi Kota Salatiga

sebagai berikut:

“Alur daripada sistem pemerintahan dengan pemilihan langsung ini, kan calon-

calon walikota dan wakilnya itu membuat visi misi dan visi misinya ini

dipresentasikan di depan DPRD. Setelah dipresentasikan di dewan kemudian

itu menjadi risalah daripada DPRD. Nah, Visi Misi RPJMD itu adalah

penyempurnaan dari visi misi kampanye Walikota terpilih, yaitu pasangan

Totok dan John. Jadi visi misi kampanye adalah produk Pak Totok plus Pak

John plus partai pendukung. Visi misi dalam RPJMD adalah produk Pak Totok

plus Pak John plus DPRD.”

Visi dan misi Kota Salatiga menjadi pedoman, arah kebijakan Pembangunan

Daerah yang dijabarkan dalam program dan kegiatan pembangunan. Dengan

memperhatikan isu strategis, kondisi, potensi, dan masalah yang dihadapi, maka

dirumuskan Visi dan Misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2007-

2012 (Peraturan Daerah Pemda Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2007) : “Salatiga

Lebih Maju dan Harmonis, Dengan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik”,

perwujudan visi tersebut mengandung filosofi bahwa:

1. Salatiga lebih maju, artinya terwujudnya masyarakat dan Kota Salatiga yang

lebih baik dalam lima tahun ke depan di berbagai aspek, mengandung makna

bahwa pembangunan daerah senantiasa dilandasi keinginan bersama untuk

mewujudkan Kota Salatiga yang lebih baik dengan didukung oleh SDM

(Sumber Daya Manusia) yang handal, berdaya saing serta pengelolaan

pembangunan yang berkelanjutan sehingga mengikuti tuntutan perkembangan

kemajuan jaman.

2. Harmonis, artinya terwujudnya keserasian, keselarasan dan keseimbangan dalam

pembangunan masyarakat dan Kota Salatiga. Mengandung makna bahwa dalam

pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan senantiasa memperhatikan

keseimbangan material maupun spiritual sehingga terjalin hubungan yang

selaras, serasi dan seimbang antara segenap pemangku kepentingan

pembangunan dan memperoleh hasil pembangunan daerah yang sinergis,

komprehensif dan menjadi kota tertata yang menjunjung tinggi nilai-nilai

kemanusiaan dan estetika.

3. Tata kelola pemerintahan yang baik, artinya terwujudnya penyelenggaraan

pemerintahan yang baik, bersih, profesional, berwibawa dan bertanggung jawab,

Page 13: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

13

mengandung makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan dengan

senantiasa berwawasan ke depan, terbuka, cepat tanggap, akuntabilitas,

efektifitas, efisiensi, menjunjung tinggi supremasi hukum, mendorong partisipasi

masyarakat dan memiliki komitmen pada lingkungan hidup.

Untuk mewujudkan Visi Kota Salatiga lima tahun ke depan dalam menghadapi

era globalisasi dan tuntutan demokratisasi maka dijabarkan dalam misi sebagai

berikut :

1. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih maju dari berbagai aspek Politik,

Sosial Budaya, dan Ekonomi;

Untuk melaksanakan misi pertama tersebut, strategi pembangunan yang

yang dilaksanakan Pemerintah Kota Salatiga adalah strategi pemberdayaan

dengan prioritas pembangunan peningkatan kapasitas pemerintahan dengan

didukung fungsi-fungsi sebagai berikut :

a. Fungsi perlindungan sosial

Kebijakan pada fungsi perlindungan sosial diarahkan pada upaya-upaya

pencegahan dan penanggulangan masalah-masalah sosial, dengan

menitikberatkan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan

pelayanan sosial dan pengentasan kemiskinan. Sehingga memastikan setiap

masyarakat dapat menikmati kehidupan yang bermutu dan sejahtera melalui

peningkatan kualitas hidupnya. Selain itu fungsi ini tekanannya pada

memperkuat, mengembangkan dan melestarikan potensi budaya lokal dalam

rangka membentuk karakteristik masyarakat Kota Salatiga yang demokratis,

dinamis dan agamis.

b. Fungsi Ekonomi

Kebijakan yang diambil pada fungsi ini adalah pemanfaatan secara optimal

potensi Kota Salatiga dengan memberdayakan masyarakat dalam rangka

meningkatkan perekonomiannya. Kebijakan dalam fungsi ini juga diarahkan

pada pemberdayaan kekuatan ekonomi yang berbasis kerakyatan melalui

peningkatan kualitas dan kapasitas manajemen usaha. Sehingga menjadi

kekuatan ekonomi baik itu pengusaha kecil, menengah, besar dan koperasi

sebagai wujud pengembangan ekonomi kota yang mandiri.

Page 14: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

14

2. Mewujudkan prasarana dan sarana Kota yang lebih memadai;

a. Fungsi Pelayanan Umum

Kebijakan dalam fungsi pelayanan umum pada misi kedua diarahkan pada

pembangunan Infrastruktur yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

dalam penyediaan fasos dan fasum serta infrastruktur lainnya, dengan

harapan dapat meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas faktor-faktor

produksi masyarakat.

b. Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum

Kebijakannya diarahkan pada upaya-upaya optimalisasi pemanfaatan dan

pemenuhan kebutuhan ruang kota, serta penyediaaan sarana dan prasarana

infrastruktur wilayah yang mampu membuka isolasi daerah, membuka

kawasan-kawasan baru. Selain itu kebijakan pada fungsi perumahan juga

diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dan peningkatan kualitas perumahan

dan permukiman dengan fasilitas pendukungnya, agar nyaman, tertib, dan

teratur dengan penyediaan ruang publik yang cukup dan memadai.

3. Mewujudkan Kota yang bersih, indah dan hijau;

a. Fungsi lingkungan hidup.

Kebijakan fungsi ini diarahkan pada perencanaan pengembangan kawasan

melalui penataan yang baik, penngembangan tata ruang hijau kota, serta

peningkatan penyehatan lingkungan. Dalam hal ini program K3 akan

digalakkan mulai dari tingkat masyarakat paling bawah dan pelibatan dunia

usaha.

b. Fungsi pariwisata dan budaya

Kebijakan ini diarahkan pada upaya-upaya pengembangan pariwisata daerah

untuk meningkatkan kunjungan wisatawan dengan menitikberatkan pada

peningkatan kualitas kepariwisataan, serta penggalakan program sapta

pesona. Dalam implementasinya akan ditanamkan budaya hidup bersih dan

nyaman pada seluruh masyarakat Kota Salatiga.

4. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat;

a. Fungsi Pendidikan

Kebijakan pada fungsi pendidikan diarahkan pada upaya-upaya pemenuhan

pelayanan dasar dalam rangka pengembangan sumber daya manusia yang

Page 15: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

15

berkualitas melalui peningkatan pendidikan berupa penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi agar menjadi dinamis, serta peningkatan

profesionalisme. Pelayanan pendidikan juga akan diberikan melalui anggaran

yang proporsional sebagai bentuk perhatian terhadap pentingnya pendidikan

bagi masyarakat.

b. Fungsi Kesehatan.

Kebijakan pada fungsi kesehatan diarahkan pada upaya-upaya peningkatan

kualitas pelayanan kesehatan, dengan menitikberatkan pada pemerataan

pelayanan kesehatan, peningkatan gizi masyarakat, serta Pencegahan dan

pemberantasan penyakit menular. Selain hal tersebut perhatian terhadap

Posyandu dan penanganan gizi buruk maupun peningkatan derajat kesehatan

akan ditingkatkan.

5. Mewujudkan ketertiban dan keamanan, dengan mengutamakan asas kepastian

hukum, keterbukaan, bertanggung jawab, responsip dan partisipatif.

a. Fungsi ketertiban dan ketentraman

Kebijakannya diarahkan pada upaya-upaya peningkatan supermasi hukum

daerah dan perlindungan HAM dengan menitikberatkan pada penyempurnaan

produk-produk hukum daerah, peningkatan kualitas aparat hukum daerah,

serta penegakan peraturan daerah, dengan menitikberatkan pada penguatan

kelembagaan masyarakat, peningkatan kemampuan masyarakat serta

peningkatan swadaya masyarakat untuk mengantisipasi perubahan sosial

politik serta meminimalkan dampak negatif yang muncul dalam kehidupan

masyarakat.

Perumusan APBD Pemda Kota Salatiga Tahun Anggaran 2007-2010

Perumusan APBD di Kota Salatiga setiap tahun anggaran dilakukan sesuai

ketentuan yang ditetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri. Dalam perumusan

APBD memperhatikan prinsip-prinsip: (a) partisipasi Masyarakat, (b) transparansi

dan akuntabilitas anggaran, (c) disiplin Anggaran (d) keadilan anggaran, (e) efisiensi

dan efektivitas anggaran, (f) taat azas. Sebagai rencana keuangan tahunan

pemerintahan daerah, APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Penyusunan

APBD Kota Salatiga memperhatikan aspek-aspek:

Page 16: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

16

1. APBD tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi,

2. APBD tidak bertentangan dengan kepentingan umum, dan

3. APBD tidak bertentangan dengan peraturan daerah lainnya.

Menurut M. Fathur Rahman, perumusan APBD Kota Salatiga sebagai

berikut:

“Proses perumusan APBD di Kota Salatiga meliputi beberapa tahap: pertama,

penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA); kedua, penyusunan Prioritas dan

Plafon Anggaran Sementara (PPAS); ketiga, penyusunan dan penyampaian

surat edaran kepala daerah tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD kepada

seluruh SKPD; keempat, penyusunan rancangan peraturan daerah tentang

APBD; kelima, penyusunan rancangan peraturan kepala daerah tentang

penjabaran APBD; dan keenam, evaluasi rancangan peraturan daerah tentang

APBD.”

Secara teknis, sesuai dengan Permendagri No 13 Tahun 2006, perumusan

APBD di Kota Salatiga dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:

a. Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA).

Penyusunan APBD diawali dengan penyampaian kebijakan umum APBD

sebagai landasan penyusunan RAPBD kepada DPRD untuk dibahas dalam

pembicaraan pendahuluan RAPBD. Kebijakan umum APBD ini disusun sesuai

RKPD daerah yang bersangkutan. Berdasarkan kebijakan umum APBD yang

telah disepakati dengan DPRD, Walikota bersama dengan DPRD membahas

PPAS sebagai acuan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD).

Walikota Salatiga menyampaikan rancangan KUA kepada DPRD pada

pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan untuk dibahas oleh Tim

Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) bersama Panitia Anggaran DPRD dalam

pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya. Rancangan

KUA meliputi program dan kegiatan menurut urusan pemerintahan, organisasi,

sasaran dan target kinerja serta pagu anggaran indikatif dari masing-masing

urusan pemerintahan, program dan kegiatan beserta perkembangan asumsi

ekonomi makro dan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal yang ditetapkan

pemerintah. Program dan kegiatan yang tercantum dalam Nota Kesepakatan

KUA antara Kepala Daerah dengan Pimpinan DPRD, dicantumkan klausul

yang menyatakan bahwa dalam hal terjadi pergeseran asumsi yang melandasi

penyusunan KUA akibat adanya kebijakan pemerintah, dapat dilakukan

Page 17: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

17

penambahan atau pengurangan program dan kegiatan serta pagu anggaran

indikatif apabila belum ditampung dalam Nota Kesepakatan KUA.

Penambahan atau pengurangan program dan kegiatan serta pagu anggaran

indikatif tersebut dilakukan ketika proses pembahasan PPAS tanpa melakukan

perubahan Nota Kesepakatan KUA

b. Penyusunan Kebijakan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS).

Berdasarkan KUA yang telah disepakati DPRD Kota Salatiga, Kepala Daerah

menyampaikan rancangan PPAS kepada DPRD minggu kedua bulan Juli tahun

anggaran berjalan untuk dibahas oleh TAPD bersama Panitia Anggaran DPRD.

PPAS merupakan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran

yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam

penyusunan RKA-SKPD. Rancangan PPAS meliputi urutan prioritas program

dan kegiatan serta sasaran dan target kinerja masing-masing program dan

kegiatan yang didasarkan pada KUA dan pagu anggaran definitif menurut

urusan pemerintahan, organisasi dan berdasarkan pengelompokan belanja tidak

langsung dan belanja langsung yang dituangkan dalam Nota Kesepakatan

PPAS. Prioritas program dan kegiatan serta pagu anggaran definitif yang

tercantum dalam Nota Kesepakatan PPAS, dicantumkan klausul yang

menyatakan kemungkinan adanya pergeseran asumsi yang melandasi

penetapan PPAS, akibat adanya perubahan seperti :

1. kebijakan pemerintah dan provinsi yang menetapkan perubahan PPAS

2. penambahan/pengurangan sumber pendapatan daerah atas program dan

kegiatan yang tercantum dalam KUA-PPAS,

3. larangan penambahan program dan kegiatan serta pagu anggaran definitif,

apabila program dan kegiatan serta pagu anggaran definitif tersebut tidak

dicantumkan dalam klausul Nota Kesepakatan PPAS,

4. penambahan atau pengurangan program dan kegiatan serta pagu anggaran

definitif tersebut dilakukan ketika proses pembahasan RAPBD tanpa

melakukan perubahan Nota Kesepakatan PPAS.

Page 18: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

18

c. Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat

Daerah (RKA SKPD).

Kepala Daerah Kota Salatiga menetapkan pedoman penyusunan RKA SKPD

meliputi dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan

kegiatan SKPD serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya. Dinas

Kota Salatiga akan menjabarkan rencana pendapatan, belanja untuk masing-

masing program dan kegiatan menurut fungsi untuk tahun yang direncanakan,

dirinci sampai dengan rincian objek pendapatan dan belanja, serta prakiraan

maju untuk tahun berikutnya. RKA SKPD ini disertai dengan prakiraan belanja

untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sudah disusun. RKA

SKPD ini kemudian disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam

pembicaraan pendahuluan RAPBD. Hasil pembahasan ini disampaikan kepada

Dinas Pengelola Keuangan Daerah (DPKD) yang menjadi bahan penyusunan

Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD.

d. Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD).

Berdasarkan usulan RKA seluruh SKPD di Kota Salatiga, Dinas Pengelola

Keuangan Daerah akan menyatukannya menjadi format RAPBD. Proses

selanjutnya Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah

tentang APBD disertai penjelasan dari dokumen-dokumen pendukungnya

kepada DPRD Kota Salatiga untuk dibahas dan mendapatkan persetujuan.

APBD Kota Salatiga yang telah memperoleh persetujuan DPRD dijabarkan

sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja.

e. Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dilakukan oleh Gubernur

Provinsi Jawa Tengah. Setelah mendapatkan evaluasi maka APBD Kota

Salatiga ditetapkan sebagai Peraturan Daerah.

Analisis Keterkaitan Antara Visi-Misi Dengan APBD Kota Salatiga

Kerangka logis keterkaitan konsistensi visi, misi Kota Salatiga 2007-2012

dengan arah alokasi anggaran melalui APBD Kota Salatiga tahun 2007-2010

tercermin dari kebijakan pengelolaan keuangan daerah, secara garis besar akan

tercermin pada kebijakan pendapatan, pembelanjaan serta pembiayaan APBD.

Pengelolaan keuangan daerah yang baik menghasilkan keseimbangan antara

Page 19: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

19

optimalisasi pendapatan daerah, efisiensi dan efektivitas belanja daerah serta

ketepatan dalam memanfaatkan potensi pembiayaan daerah.

Realisasi pendapatan daerah Kota Salatiga pada tahun 2007 adalah Rp

290.070.758.000, sedangkan pada tahun 2008 naik menjadi Rp. 376.396.693.000,

kemudian pada tahun 2009 turun menjadi Rp 369.423.373.000, dan pada tahun 2010

kembali naik menjadi Rp 414.073.972.400. Pertumbuhan pendapatan daerah Kota

Salatiga Tahun 2007-2010 dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pendapatan Daerah Kota Salatiga Tahun 2007-2010

(Dalam ribuan Rupiah)

0

50.000.000

100.000.000

150.000.000

200.000.000

250.000.000

300.000.000

350.000.000

400.000.000

450.000.000

2007 2008 2009 2010

Pendapatan

Sumber: APBDKota Salatiga 2007-2010, diolah oleh penulis.

Realisasi pendapatan daerah Kota Salatiga dari tahun 2007-2010 sudah

memenuhi target yang ditetapkan sebelumnya. Pendapatan daerah Kota Salatiga ini

didapat terutama dari sumber-sumber pajak dan retribusi daerah Kota Salatiga.

Penggalian sumber-sumber pajak dan retribusi daerah Kota Salatiga merupakan salah

satu komponen dari PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kota Salatiga yang memberikan

konstribusi signifikan terhadap penerimaan daerah secara keseluruhan. Hal ini

dinyatakan oleh M. Fathur Rahman, sebagai berikut:

“Saya rasa selama tahun 2007-2010, pendapatan daerah Kota Salatiga sudah

memenuhi target meskipun pertumbuhan pendapatan Kota Salatiga tingkat

kepastiannya masih rendah. Kondisi ini disebabkan karena belum optimalnya

strategi dan kebijakan yang dijalankan, serta tingginya ketergantungan

penerimaan daerah terhadap kondisi ekonomi dan kebijakan Pemerintah Pusat.

Hal ini dapat dimengerti karena pendapatan daerah utamanya diperoleh dari

Pajak hotel, reklame, dan restoran, yang pertumbuhannya memiliki

keterbatasan yaitu terbatasi oleh ketersediaan ruang dan sarana prasarana

infrastruktur. Selain itu, Salatiga adalah kota kecil, sehingga rentan terhadap

perubahan kondisi ekonomi. Oleh karena itu, ke depan perlu segera dicari

terobosan untuk mendapatkan sumber pendapatan lain yang prospektif.”

Page 20: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

20

Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah maka struktur APBD Kota Salatiga menggunakan

format APBD berbasis kinerja, sedangkan program dan kegiatannya disusun

berdasarkan nomenklatur bidang pemerintahan. Alokasi belanja langsung daerah

Kota Salatiga Tahun Anggaran 2007-2010 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Alokasi Belanja Daerah Kota Salatiga Menurut Urusan Pemerintahan

Tahun Anggaran 2007-2010 (Dalam Rupiah)

URUSAN PEMERINTAHAN 2007 2008 2009 2010

PENDIDIKAN 105.457.143.500 114.829.754.000 129.491.931.000 157.598.650.000

KESEHATAN 37.842.810.000 49.943.032.000 66.225.790.000 74.477.297.000

PEKERJAAN UMUM 16.013.060.000 89.192.598.000 60.487.147.000 61.921.459.000

PERENCANAAN PEMBANGUNAN 4.179.090.000 4.253.600.000 4.391.314.000 4.182.543.000

PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI,

KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 8.996.024.500 15.340.388.800 7.975.501.000 8.334.179.000

LINGKUNGAN HIDUP 18.885.472.000 19.539.633.000 2.207.437.000 3.567.003.000

KEPENDUDUKAN DAN CATATAN

SIPIL 1.581.885.000 1.374.326.000 1.989.796.000 2.586.022.000

SOSIAL & TENAGA KERJA 4.071.470.000 6.025.045.000 4.100.264.000 4.049.895.000

KOPERASI DAN USAHA KECIL

MENENGAH, PERDAGANGAN,

INDUSTRI 10.758.456.000 10.661.775.000 11.682.195.000 9.732.700.000

PENANAMAN MODAL 1.244.906.000 1.862.355.000 2.134.849.000 2.614.565.000

KESATUAN BANGSA DAN POLITIK

DALAM NEGERI 3.480.095.000 5.294.613.000 8.035.640.000 6.955.826.000

OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN

UMUM, ADM. KEU. DAERAH,

PERANGKAT DAERAH,

KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIAN 65.042.805.000 75.811.653.300 143.974.282.463 99.167.897.200

PERTANIAN 6.398.236.000 7.000.416.000 6.285.306.000 7.651.225.000

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN

PERLINDUNGAN ANAK 4.629.926.000 5.479.914.000

PERUMAHAN DAN PENATAAN

RUANG 31.500.170.000 23.785.411.000

TOTAL 283.951.453.000 401.129.189.100 485.111.548.463 472.104.586.200

Sumber: APBD Kota Salatiga 2007-2010.

Keterkaitan antara visi-misi Kota Salatiga 2007-2012 dengan APBD Kota

Salatiga 2007-2010 terwujud pada kesesuaian antara alokasi belanja langsung pada

APBD Kota Salatiga 2007-2010 dengan visi dan penjabaran fungsi-fungsi misi Kota

Salatiga 2007-2012. Hal ini dinyatakan oleh M. Fathur Rahman, sebagai berikut:

“Jelas, ada keterkaitan visi-misi Kota Salatiga 2007-2012 dengan APBD Kota

Salatiga 2007-2010. APBD Kota Salatiga memuat perencanaan dan

penganggaran Kota Salatiga. Jadi sasaran pembangunan seyogyanya harus

sesuai dengan visi dan penjabaran fungsi-fungsi misi yang telah dijanjikan

kepada masyarakat Kota Salatiga.”

Page 21: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

21

Hal ini juga ditegaskan oleh Setya Widiaswati, sebagai berikut:

“Pastinya ada keterkaitan antara visi-misi Kota Salatiga 2007-2012 dengan

APBD Kota Salatiga 2007-2010 karena dalam penyusunan APDB suatu daerah

kan juga harus melihat visi-misi daerahnya.”

“Prioritas anggaran Kota Salatiga 2007-2010 harus melihat prioritas visi-

misinya. Prioritas visi Kota Salatiga tahun 2007-2012 adalah Salatiga lebih

maju dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) Kota Salatiga

yang memiliki hubungan dengan anggaran pada fungsi pendidikan, fungsi

kesehatan, dan fungsi perlindungan sosial. Baru setelah itu Salatiga harmonis,

artinya terwujudnya keserasian, keselarasan dan keseimbangan dalam

pembangunan masyarakat dan Kota Salatiga. Ini berhubungan dengan angaran-

anggaran pada fungsi ekonomi, fungsi perumahan dan fasilitas umum, fungsi

lingkungan hidup, fungsi ketertiban dan ketentraman, serta fungsi pariwisata

dan budaya. Sedangkan prioritas terakhir adalah tata kelola pemerintahan yang

lebih baik, ini terkait dengan anggaran pada fungsi pelayanan umum.”

Analisis Proporsi

Alokasi belanja langsung APBD Pemda Kota Salatiga menurut fungsi program

tahun 2007-2010 seharusnya dialirkan menurut fungsi-fungsi dari misi berdasarkan

prioritas visi Kota Salatiga 2007-2012. Fungsi yang menjadi prioritas seharusnya

mendapat prosentase alokasi yang lebih besar dibandingkan yang lain. Prosentase

rekapitulasi belanja langsung menurut fungsi program Kota Salatiga tahun 2007-

2010 dapat dilihat pada tabel 3.

Untuk melakukan analisis proporsi dilakukan pengiolahan sebagai berikut :

1. Melakukan klasifikasi terhadap setiap program dari semua SKPD yang ada di

dalam Tabel Rekapitulasi Belanja Menurut Urusan Pemda, Organisasi Program

dan Kegiatan (APBD Pemda Kota Salatiga TA 2007-2010, lihat lampiran).

2. Setiap program diklasifikasikan ke dalam sembilan fungsi pemerintahan yang

ada didalam penjelasan Misi Pemda Kota Salatiga. Klasifikasi dilakukan tanpa

melihat SKPD asal program tersebut, tetapi berdasarkan keterkaitan antara

program dengan masing-masing fungsi.

3. Belanja langsung dari masing-masing program diakumulasikan ke dalam

kesembilan fungsi itu.

4. Akumulasi masing-masing fungsi dibandingkan dengan jumlah total anggaran

tiap tahun untuk memperoleh proporsi alokasi tiap fungsi.

Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini

Page 22: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

22

Tabel 3 Alokasi Belanja Langsung Menurut Fungsi Program

APBD Kota Salatiga Tahun 2007-2010

(dalam ribuan rupiah)

Fungsi 2007 2008 2009 2010 Rata-rata proporsi N o m i n a l % N o m i n a l % N o m i n a l % N o m i n a l %

Pendidikan 20.225.918,0 16.18% 23.514.410,0

10.62% 28.367.364,0

1 1 . 0 2 % 11.799.747,0

7.25% 1 1 , 2 7 %

Kesehatan 13.292.694,0 10.63% 19.574.940,0 8.84% 34.789.617,0 1 3 . 5 1 % 33.207.955,0 20.40% 1 3 , 3 5 %

Perlindungan

Sosial

216.000,0 0.17% 614.800,0 0.28% 1.294.605,0 0 . 5 0 % 1.118.862,0 0.69% 0 , 4 1 %

Ekonomi 10.626.627,0 8.50% 9.508.754,0 4.29% 13.219.969,0 5 . 1 3 % 10.728.138,0 6.59% 6 , 1 3 %

Perumahan dan

Fasum

19.674.000,0 15.74% 85.865.488,0 38.78% 70.407.014,0 2 7 . 3 4 % 23.825.818,8 14.64% 2 4 , 1 2 %

Lingkungan

Hidup

5.270.766,0 4.22% 12.192.073,0 5.51% 16.309.310,0 6 . 3 3 % 18.838.951,0 11.57% 6 , 9 1 %

Pariwisata dan

Budaya

1.602.093,0 1.28% 6.055.000,0 2.73% 537.207,0 0 . 2 1 % 1.051.770,0 0.65% 1 , 2 2 %

Pelayanan

Umum

52.754.270,0 42.19% 60.511.699,8

27.33% 88.082.519,0

3 4 . 2 0 % 58.924.409,0

36.20% 3 4 , 9 8 %

Ketertiban dan

ketentraman

1.367.455,0

1.09% 3.598.161,3 1.62% 4.519.988,0 1 . 7 6 % 3.261.583,2 2.00% 1 , 6 2 %

Total 125.029.823,0 1 0 0 % 221.435.326,1 1 0 0 % 257.527.593,0 1 0 0 % 162.757.234,0 1 0 0 %

Sumber: APBD Kota Salatiga 2007-2010, diolah penulis.

Berdasarkan tabel 3 di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

Bila melihat berdasarkan ketiga prioritas visi misi, prioritas yang

memperoleh total rata-rata proporsi yang tertinggi adalah prioritas kedua,

Salatiga Harmonis (fungsi ekonomi, perumahan&fasum, lingkungan hidup

dan Pariwisata&budaya), dengan total rata-rata proporsi 38,38%. Sementara

prioritas pertama, Salatiga Lebih Maju (fungsi pendidikan, kesehatan dan

perlindungan sosial), yang seharusnya memperoleh total rata-rata proporsi

tertinggi justru memperoleh total proporsi terendah dengan jumlah 25,03%.

Fungsi Pendidikan, yang merupakan salah satu fungsi di prioritas pertama,

menunjukkan penurunan proporsi sepanjang periode tahun 2007-2010.

Dua fungsi yang memperoleh rata-rata proporsi tertinggi adalah Fungsi

Pelayanan Umum(prioritas kedua) dan Fungsi Perumahan&Fasum(prioritas

ketiga).

Page 23: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

23

Fungsi yang menjadi prioritas seharusnya memperoleh prosentase alokasi lebih

tinggi daripada prosentase rata-rata . Tabel berikut menunjukkan perbandingan

antara rata-rata prosentase alokasi masing-masing fungsi dengan prosentase rata-rata

keseluruhan*. Fungsi yang lebih tinggi diberikan label “Besar” sedangkan fungsi

yang lebih rendah diberikan label “Kecil”

Tabel 4. Indeks Proporsi Alokasi Belanja Langsung

FUNGSI 2007 2008 2009 2010 Rata-rata proporsi

Indeks

Pendidikan 16,18% 10,62% 11,02% 7,25% 11,27% Besar

Kesehatan 10,63% 8,84% 13,51% 20,40% 13,35% Besar

Perlindungan Sosial 0,17% 0,28% 0,50% 0,69% 0,41% Kecil

Ekonomi 8,50% 4,29% 5,13% 6,59% 6,13% Kecil

Perumahan dan Fasum 15,74% 38,78% 27,34% 14,64% 24,13% Besar

Lingkungan Hidup 4,22% 5,51% 6,33% 11,57% 6,91% Kecil

Pariwisata dan Budaya 1,28% 2,73% 0,21% 0,65% 1,22% Kecil

Pelayanan Umum 42,19% 27,33% 34,20% 36,20% 34,98% Besar

Ketertiban dan ketentraman 1,09% 1,62% 1,76% 2,00% 1,62% Kecil

100% 100% 100% 100%

Sumber: APBD Kota Salatiga 2007-2010, diolah penulis.

Berdasarkan analisis proporsi ini maka fungsi yang memperoleh prioritas adalah:

Fungsi Pendidikan

Fungsi Kesehatan

Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum

Fungsi Pelayanan Umum

Berdasarkan analisis proporsi ini maka beberapa kesimpulan yang bisa diambil

adalah :

Bila melihat berdasarkan total proporsi masing-masing prioritas, urutan

proporsi alokasi tidak terkait dengan visi misi.

Bila melihat berdasarkan besaran proporsi masing-masing fungsi, urutan

proporsi alokasi juga tidak terkait dengan visi misi

Bila melihat berdasarkan indeks proporsi alokasi belanja langsung, sudah

sesuai dengan visi misi karena dari empat fungsi yang memperoleh indeks

“Besar”, dua diantaranya (fungsi pendidikan dan fungsi kesehatan) adalah

fungsi yang menjadi prioritas pertama

* Prosentase rata-rata keseluruhan = 100% : 9 (jumlah fungsi yang ada)= 11,11%

Page 24: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

24

Analisis Pertumbuhan

Selain melihat alokasi, dalam menentukan priorias juga perlu memperhatikan

pertumbuhan dari tahun ke tahun. Fungsi yang menjadi prioritas seharusnya

menunjukkan tren pertumbuhan positif, ditunjukkan oleh angka rata-rata

pertumbuhan* yang positif, dan lebih besar daripada rata-rata pertumbuhan total

belanja langsung APBD.

Tabel 5. Pertumbuhan Belanja Langsung Menurut Fungsi Program

APBD Kota Salatiga Tahun Anggaran 2007-2010

Fungsi 2007 2008 2009 2010 Rata-rata

Pertumbuhan

Pendidikan 20.225.918,0 23.514.410,0

28.367.364,0

11.799.747,0

-0,139

Kesehatan 13.292.694,0 19.574.940,0 34.789.617,0 33.207.955,0 0,499

Perlindungan

Sosial

216.000,0 614.800,0 1.294.605,0 1.118.862,0 1,393

Ekonomi 10.626.627,0 9.508.754,0 13.219.969,0 10.728.138,0 0,003

Perumahan dan

Fasum

19.674.000,0 85.865.488,0 70.407.014,0 23.825.818,8 0,070

Lingkungan

Hidup

5.270.766,0 12.192.073,0 16.309.310,0 18.838.951,0 0,858

Pariwisata dan

Budaya

1.602.093,0 6.055.000,0 537.207,0 1.051.770,0 -0,344

Pelayanan

Umum

52.754.270,0 60.511.699,8

88.082.519,0

58.924.409,0

0,039

Ketertiban dan

ketentraman

1.367.455,0

3.598.161,3 4.519.988,0 3.261.583,2 0,462

Total 125.029.823,0 221.435.326,1 257.527.593,0 162.757.234,0 0,101

Sumber: APBD Kota Salatiga 2007-2010, diolah penulis.

Berdasarkan tabel 5 di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

Fungsi pendidikan yang merupakan salah satu prioritas pertama menunjukkan

tren negatif.

Fungsi Perlindungan sosial yang merupakan salah satu prioritas pertama

menunjukkan rata-rata pertumbuhan yang tertinggi.

Seperti telah disebutkan, selain melihat tren pertumbuhan positif, suatu fungsi

juga dikatakan menjadi prioritas bila rata-rata pertumbuhannya lebih tinggi daripada

* Rata-rata pertumbuhan={(anggaran 2010 / anggaran 2007)-1}/3

Page 25: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

25

rata-rata pertumbuhan total belanja langsung APBD. Tabel berikut menunjukkan

perbandingan antara rata-rata pertumbuhan masing-masing fungsi dengan rata-rata

pertumbuhan total belanja langsung APBD. Fungsi yang lebih tinggi diberikan label

“Tinggi” sedangkan fungsi yang lebih rendah diberikan label “Rendah”

Tabel 6. Indeks Pertumbuhan Alokasi Belanja Langsung

Fungsi Pertumbuhan rata-rata

Indeks Pertumbuhan

Pendidikan -0,139 RENDAH

Kesehatan 0,499 TINGGI

Perlindungan Sosial 1,393 TINGGI

Ekonomi 0,003 RENDAH

Perumahan dan Fasilitas Umum 0,070 RENDAH

Lingkungan Hidup 0,858 TINGGI

Pariwisata -0,115 RENDAH

Pelayanan Umum 0,039 RENDAH

Ketertiban dan ketentraman 0,462 TINGGI Sumber: APBD Kota Salatiga 2007-2010, diolah penulis.

Berdasarkan analisis pertumbuhan alokasi ini maka fungsi yang menjadi

prioritas adalah :

Kesehatan

Perlindungan Sosial

Lingkungan Hidup

Ketertiban dan ketentraman

Berdasarkan analisis pertumbuhan alokasi ini maka ada beberapa kesimpulan :

Dari ketiga fungsi yang ada di prioritas pertama, hanya dua fungsi yang

pertumbuhannya menunjukkan prioritas

Bila melihat rata-rata pertumbuhan masing-masing prioritas, maka sudah

sesuai dengan urutan prioritas visi misi

Bila melihat indeks pertumbuhan alokasi maka sudah ada keterkaitan antara

APBD dan visi misi RPJM

Page 26: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

26

Analisis Akhir

Berdasarkan Analisis Proporsi dan Analisis Pertumbuhan, bila digabungkan

maka hasilnya adalah matriks berikut ini

Gambar 3

Matriks Alokasi dan Pertumbuhan Fungsi-fungsi Misi

PROPORSI

Kecil Besar

PER

TUM

BU

HA

N

Ren

dah

Ekonomi

Pariwisata

Pendidikan

Perumahan Fasum

Pelayanan Umum

Tin

ggi

Lingkungan Hidup

Ketertiban dan Ketentraman

Perlindungan Sosial

Kesehatan

Berdasarkan Gambar 3, beberapa hal penting yang perlu diperhatikan adalah

sebagai berikut: Pertama, hanya ada satu fungsi yang memiliki alokasi besar dan

pertumbuhan yang tinggi, atau bisa dibilang fungsi yang menjadi prioritas

utama,yaitu fungsi kesehatan. Kedua, bila dibandingkan antara ketiga prioritas

berdasar analisis proporsi dan pertumbuhan, prioritas pertama Visi Misi “Salatiga

lebih maju” tidak mendapatkan alokasi yang sesuai dengan seharusnya.

Hal ini tidak mencerminkan keterkaitan antara prioritas visi Kota Salatiga

tahun 2007-2012 dengan alokasi belanja yang dianggarkan selama periode tahun

2007-2010 pada masing-masing fungsi program. Ketika penulis mencoba mencari

tahu alasan mengapa di dalam APBD, di bagian program-program SKPD, justru

lebih banyak anggaran untuk Program Pelayanan Umum seperti Administrasi atau

pengadaan sarana prasarana, hal ini dinyatakan oleh Kasmun Saparaus, sebagai

berikut:

“Ya itu kan mendukung fungsi utamanya. Semisal Dinas Sosial, nah Program

administrasi atau pengadaan sarana prasarana aparaturnya ya tetap fungsinya

adalah Perlindungan Sosial walau pun tidak secara langsung. Kalau tidak ada

program-program itu, fungsi Perlindungan sosial dari Dinas Sosial tidak akan

berjalan.”

Page 27: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

27

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Lembaga Penelitian

SMERU (2002) tentang penyusunan APBD di Kabupaten Lombok Barat yang

menunjukkan tidak adanya keterkaitan antara alokasi APBD dengan Propeda

sedangkan di sini menunjukkan tidak adanya keterkaitan antara alokasi APBD

Pemda Kota dengan Visi Misi Pemda Kota.

Pengawasan DPRD terhadap pengalokasian APBD di Pemda Kota Salatiga

juga menunjukkan hasil yang sejalan dengan hasil penelitian Sopanah & Isa

Wahyudi (2010) bahwa pengetahuan anggaran berpengaruh signifikan terhadap

pengawasan APBD baik menurut dewan maupun masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menarik kesimpulan bahwa alokasi

APBD 2007-2010 tidak terkait dengan Visi Misi Pemda Kota Salatiga 2007-2012.

PENUTUP

Simpulan dan Implikasi

Proses perumusan APBD di Kota Salatiga meliputi beberapa tahap: pertama,

penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA); kedua, penyusunan Prioritas dan

Plafon Anggaran Sementara (PPAS); ketiga, penyusunan dan penyampaian surat

edaran kepala daerah tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD kepada seluruh

SKPD; keempat, penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD; kelima,

penyusunan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD; dan

keenam, evaluasi rancangan peraturan daerah tentang APBD.

Perumusan visi misi Pemda Kota Salatiga Tahun 2007-2012 merupakan bagian

dari perumusan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota

Salatiga Tahun 2007-2012. Proses perumusan visi dan misi Kota Salatiga tahun

2007-2012 ini dilakukan berdasarkan hasil analisis dari kondisi umum daerah Kota

Salatiga dan prediksi kondisi umum daerah Kota Salatiga yang diperkirakan akan

berlaku di masa mendatang. APBD Kota Salatiga baik itu pendapatan daerah

maupun alokasi belanja Kota Salatiga tahun 2007-2010 merupakan salah satu faktor

yang penting dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), karena

APBD Kota Salatiga tahun 2007-2010 merupakan arah kebijakan pemerintah daerah

yang diwujudkan dalam langkah-langkah nyata pembangunan daerah berdasarkan

visi misi Kota Salatiga tahun 2007-2012 yang telah ditetapkan.

Page 28: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

28

Hasil penelitian ini menemukan dua hal berikut: Pertama, kurangnya

keterkaitan antara alokasi APBD Pemda Kota Salatiga 2007-2010 dengan Visi Misi

RPJM Pemda Kota Salatiga 2007-2012. Kedua, kurangnya pemahaman

pengalokasian APBD berdasarkan visi misi Pemda Kota Salatiga menyebabkan tidak

efektifnya pengawasan DPRD terhadap alokasi anggaran.

Hasil penelitian ini memberikan implikasi diperlukannya suatu upaya

pengawasan yang lebih ketat dalam alokasi APBD Kota Salatiga agar konsisten

dengan visi misi Kota Salatiga yang telah direncanakan sebelumnya.

Keterbatasan dan Saran Untuk Penelitian Mendatang

Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai kekurangan dan diharapkan dapat

disempurnakan pada penelitian-peneitian mendatang. Kekurangan dalam penelitian

ini adalah penelitian ini hanya melihat sampai tingkat program, tidak sampai ke

tingkat kegiatan. Untuk itu diharapkan pada penelitian mendatang diharapkan

dilakukan perbandingan keterkaitan alokasi APBD Kota Salatiga tahun 2007-2010

sampai tingkat kegiatan dengan visi dan misi Kota Salatiga tahun 2007-2012 agar

dihasilkan argumen yang lebih terperinci. Kekurangan berikutnya, dalam

penggunaan metode penelitian diperlukan metode penelitian lain yang bisa

menunjukkan seberapa besar keterkaitan (atau ketidak terkaitan) antara visi misi dan

APBD.

Page 29: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

29

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra, 2006, Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta.

Alwi, Syafaruddin, Juni 2006, Penguasaan Terhadap Visi Misi dan Nilai-Nilai

Organisasi Serta Implikasinya Terhadap Kinerja Individu: Diagnosis

Organisasi Kelompok Restoran Pringsewu, SINERGI Kajian Bisnis dan

Manajemen Vol 8 No.2.

Lembaga Penelitian SMERU, Juni 2002, Dampak Desentralisasi dan Otonomi

Daerah Atas Kinerja Pelayanan Publik: Kasus Kabupaten Lombok Barat,

Nusa Tenggara Barat, SMERU.

Bryson, John. M, 2003, Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Sosial, Yogyakarta:

Cetakan VI, Mei; Judul Asli: Strategic Palnning for Public and Nonprofit

Organizations: A Guide Strengthening and Sustaining Organizational

Achievement, Jossey-Bass Inc Publishers, California.

Djunaedi, Achmad, 2007, Proses Perencanaan Strategis untuk Perkotaan (secara

umum), http://mpkd.ugm.ac.id/dosen/djunaedi/Support/Materi/PROSES-

R/a01-renstra-proses-umum.pdf.

Direktorat Jenderal Otonomi Daerah, Direktorat Pengelolaan Keuangan Daerah,

2002, Keputusan Menteri Dalam Negeri No 29 Tahun 2002 tentang Pedoman

Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta

Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,

Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Jakarta.

Husein, Umar, 1999, Metodologi Penelitian: Aplikasi dalam Pemasaran, Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama

Jones, Rowan and Maurice Pendlebury, 2000, Public Sector Accounting 5th edition,

Pitman Publishing, London.

MacLeod, Paige, Patricia Leon, Pedro Esquivias, 2001, Perencanaan Strategi dan

Keuangan Terpadu, Arlington, The Nature Conservancy, Virginia, USA.

Mardiasmo, 2005, Akuntansi Sektor Publik, Andi Offset, Yogyakarta.

Sardjito, Bambang & Osmad Muthaher, 2007, Pengaruh Partisipasi Penyusunan

Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah: Budaya Organisasi

dan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating, Simposium

Nasional Akuntansi X,

http://smartaccounting.files.wordpress.com/2011/03/aspp07.pdf.

Page 30: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2618/2/T1_222010703_Full... · Kota Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu merupakan

30

Soeprapto, Riyadi, 2003, Pengembangan Kapasitas Pemerintah Daerah Menuju

Good Governance, FIA-UNIBRAW, Jurnal Ilmiah Administrasi Publik-Vol

IV, No. 1, September.

Soerjodibroto, Guritno, 2003, Membuat Arah Pembangunan Kota,

www.cdsindonesia.org/documents/membuatarahpembangunankota-

majalah.pdf.

Sopanah & Isa Wahyudi, 2010, Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi

Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara

Pengetahuan Anggaran Dengan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD),

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/legality/article/viewFile/308/321_umm_s

cientific_journal.doc.

Surakhmad, Winarno, 2001, Pengantar Penelitian Ilmiah, Tarsito, Bandung.

Yenny M., 2008, Pengaruh Visi-Misi Sekolah dan Peran Komite Sekolah Terhadap

Keefektifan Sekolah, Jurnal Pembelajaran Vol 30 No.2,

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/30208127133.pdf.

http://pemkot-salatiga.go.id/PemerintahanVisiMisi.php, 2011, Visi dan Misi

Pemerintah Kota Salatiga.

http://pemkot-salatiga.go.id/Data/Info/Bappeda/IndikatorEkonomiSalatiga2009.pdf,

2009, Indikator Ekonomi Salatiga 2009.

Pemda Kota Salatiga. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Salatiga Tahun 2007-2012.

Republik Indonesia. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.