pendahuluan - konten 8

3
PENDAHULUAN Latar Belakang Pada era modern ini, dengan kemajuan ilmu dan teknologi, para petani tidak begitu gelisah dengan hama serangga yang menyerang tanaman pertanian mereka. Hal ini disebabkan telah banyak produk hasil teknologi yang banyak beredar untuk membasmi hama serangga seperti insektisida. Jenis insektisida yang saat ini banyak digunakan adalah jenis bioinsektisida. Bioinsektisida diperkenalkan sebagai alternatif cara baru menangani hama yang lebih ekologis, murah, serta dapat diterima oleh para petani, yang tidak memiliki banyak dampak negatif seperti yang ditimbulkan oleh insektisida kimia. Dalam pembuatan insektisida pengganti, ilmu bioteknologi banyak berperan untuk membuat insektisida dari tanaman, insektisida dari mikroba, biokontrol, penggunaan feromon dan atraktan dalam pengontrolan hama, tanaman terproteksi. Mikroorganisme yang dapat digunakan untuk membuat bioinsektisida adalah Bacillus thuringiensis . Bioinsektisida berbahan bakteri Bacillus thuringiensis pada saat ini sudah banyak ditemukan dan digunakan untuk pengendalian hama karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya tidak menimbulkan resistensi, tidak membunuh organisme yang berguna, dan residunya tidak menimbulkan bahaya bagi manusia. BT merupakan bakteri patogen terhadap serangga. Bakteri BT merupakan bakteri gram-positif berbentuk batang dan hanya bisa tumbuh pada fase vegetatif yaitu dengan pembelahan sel. Bakteri tersebut dapat tumbuh pada nutrient dengan jumlah yang banyak. Bakteri ini mengandung suatu protein yang besifat toksin sehingga dapat memberantas hama-hama pada suatu tanaman. Seluruh kristal protein bakteri hanya bersifat toksin apabila termakan oleh larva serangga. Bakteri ini akan membentuk spora dorman (spora yang mengandung satu atau lebih jenis Kristal protein) apabila suplai makanan mengalami penurunan. Tujuan Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui proses produksi bioinsektisida dengan menggunakan bakteri Bacillus thuringensis aizawai. Proses produksi bioinsektisida tersebut

Upload: muhammad-naufal-hanifuddin

Post on 26-Sep-2015

218 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

p

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada era modern ini, dengan kemajuan ilmu dan teknologi, para petani tidak begitu gelisah dengan hama serangga yang menyerang tanaman pertanian mereka. Hal ini disebabkan telah banyak produk hasil teknologi yang banyak beredar untuk membasmi hama serangga seperti insektisida. Jenis insektisida yang saat ini banyak digunakan adalah jenis bioinsektisida.Bioinsektisida diperkenalkan sebagai alternatif cara baru menangani hama yang lebih ekologis, murah, serta dapat diterima oleh para petani, yang tidak memiliki banyak dampak negatif seperti yang ditimbulkan oleh insektisida kimia. Dalam pembuatan insektisida pengganti, ilmu bioteknologi banyak berperan untuk membuat insektisida dari tanaman, insektisida dari mikroba, biokontrol, penggunaan feromon dan atraktan dalam pengontrolan hama, tanaman terproteksi.Mikroorganisme yang dapat digunakan untuk membuat bioinsektisida adalah Bacillus thuringiensis. Bioinsektisida berbahan bakteri Bacillus thuringiensis pada saat ini sudah banyak ditemukan dan digunakan untuk pengendalian hama karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya tidak menimbulkan resistensi, tidak membunuh organisme yang berguna, dan residunya tidak menimbulkan bahaya bagi manusia. BT merupakan bakteri patogen terhadap serangga. Bakteri BT merupakan bakteri gram-positif berbentuk batang dan hanya bisa tumbuh pada fase vegetatif yaitu dengan pembelahan sel. Bakteri tersebut dapat tumbuh pada nutrient dengan jumlah yang banyak. Bakteri ini mengandung suatu protein yang besifat toksin sehingga dapat memberantas hama-hama pada suatu tanaman.Seluruh kristal protein bakteri hanya bersifat toksin apabila termakan oleh larva serangga.Bakteri ini akan membentuk spora dorman(spora yang mengandung satu atau lebih jenis Kristal protein) apabila suplai makanan mengalami penurunan.

Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui proses produksi bioinsektisida dengan menggunakan bakteri Bacillus thuringensis aizawai. Proses produksi bioinsektisida tersebut meliputi kultivasi padat dan kultivasi cair. Pada praktikum ini juga dilakukan pengujian terhadap beberapa parameter, diantaranya uji pH, OD (Optical density), biomassa, dan VSC (Viable Spore Count).

KONTEN 8Pemanenan bioinsektisida pada pengamatan dilakukan selama 4 hari. Pada saat pemanenan, bahan aktif insektisida Bacillus thuringiensis dipanen dengan sentrifugasi, filtrasi, presipitasi, atau kombinasi dari proses-proses tersebut. Sentrifugasi adalah pemisahan substansi berdasarkan berat jenis molekul dengan cara memberikan gaya sentrifugal sehingga substansi yang lebih berat akan berada di dasar, sedangkan substansi yang lebih ringan akan terletak di atas. Teknik sentrifugasi tersebut dilakukan di dalam sebuah mesin yang bernama mesin sentrifugasi dengan kecepatan yang bervariasi. Filtrasi memisahkan substansi berdasarkan ukuran dengan mendorong substansi melewati filter berupa bahan porus. Presipitasi merupakan prosedur penambahan larutan ionik untuk membuat larutan fermentasi menjadi bentuk partikel yang tidak larut. Presipitasi dengan cara sederhana yaitu dengan mengubah pH dan suhu. Setelah bahan aktif insektisida diperoleh, bahan aktif tersebut kemudian dapat diformulasikan menjadi produk flowable liquid, wettable powder, dust, atau granular tergantung pada tipe fermentasi, segi ekonomi dari proses, dan kebutuhan formulasi tertentu (Quinlan dan Lisansky 1985).

Daftar PustakaQuinlan RJ, SG Lisansky. 1985. Mikrobial Insecticides. Weinheim (DE): Verlag Chemist.