pendahuluan indonesia merupakan negara kepulauan yang...

13
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangdanMasalah 1.1.1 LatarBalakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang mempunyaiberbagaimacamsukudankebudayaan.Keanekaragamansukubangsadank ebudayaanpadahakekatnyamemberi identitaskhusussertamenjadi modal dasarsebagailandasanpengembanganbudayabangsa. Bangsa Indonesia adalahbangsa yang beragamadanpercayaakanadanyaTuhan. Sebagaiumat yang beragamamerekataatmenjalankankewajiban-kewajiban agama yang merekaanut, yang bersifat ritual maupun yang bersifatseremonial, artinyadalamhidupkesehariantidaklepasdarisifatreligiousdansifatagamis (Jandra,1991:1).Selainsebagaimakhluk beragama,manusiajugasebagaimakhluk berbudaya,yaitukebudayaansebagaiukurandalamhidupdantingkahlakumanusiaitus endiri.Dalamkebudayaan yang sedangberkembang, upacarakeagamaandenganberbagaisimboliknya mencerminkan normasertanilaibudayasuatusukubangsadi Indonesia. Kebudayaan merupakanunsurpenting yang menentukan identitasbangsa Indonesia. Kebudayaanitusendirisebenarnyaterdiridarigagasan-gagasan, simbol- simbol, dannilai-nilaisebagaihasilkaryadanperilakumanusia, sehingga tidakberlebihanbiladikatakanbahwamanusiaitu“makhluksimbol” karena manusia

Upload: lekhanh

Post on 05-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUAN Indonesia merupakan Negara kepulauan yang ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65869/potongan/S1-2013...Umat Hindu yang ingin melaksanakan upacara keagamaan dalam lingkup

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakangdanMasalah

1.1.1 LatarBalakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang

mempunyaiberbagaimacamsukudankebudayaan.Keanekaragamansukubangsadank

ebudayaanpadahakekatnyamemberi identitaskhusussertamenjadi modal

dasarsebagailandasanpengembanganbudayabangsa.

Bangsa Indonesia adalahbangsa yang

beragamadanpercayaakanadanyaTuhan. Sebagaiumat yang

beragamamerekataatmenjalankankewajiban-kewajiban agama yang merekaanut,

yang bersifat ritual maupun yang bersifatseremonial,

artinyadalamhidupkesehariantidaklepasdarisifatreligiousdansifatagamis

(Jandra,1991:1).Selainsebagaimakhluk beragama,manusiajugasebagaimakhluk

berbudaya,yaitukebudayaansebagaiukurandalamhidupdantingkahlakumanusiaitus

endiri.Dalamkebudayaan yang sedangberkembang,

upacarakeagamaandenganberbagaisimboliknya mencerminkan

normasertanilaibudayasuatusukubangsadi Indonesia. Kebudayaan

merupakanunsurpenting yang menentukan identitasbangsa Indonesia.

Kebudayaanitusendirisebenarnyaterdiridarigagasan-gagasan, simbol-

simbol, dannilai-nilaisebagaihasilkaryadanperilakumanusia, sehingga

tidakberlebihanbiladikatakanbahwamanusiaitu“makhluksimbol” karena manusia

Page 2: PENDAHULUAN Indonesia merupakan Negara kepulauan yang ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65869/potongan/S1-2013...Umat Hindu yang ingin melaksanakan upacara keagamaan dalam lingkup

2

berpikir, berperasaandanbersikapdenganungkapan-ungkapan yang

simbolis.Ungkapan-ungkapan yang simbolisinimerupakancirikhasdarimanusia

yangjelasmembedakannyadenganhewan (Cassirer, 1944 via Jandra, 1991:2).

Upacara tradisional merupakan salah satu contoh dari kebudayaan yang

ada di Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia tidakbisa

lepasdariupacaratradisional, termasuk mereka yang menganut agama Hindu. Umat

Hindu tidakbisa lepasdariberbagaimacamupacara yang

berhubungandengankehidupansehari-hari. Jika umat Hindu

inginberhubunganataumanunggaldengan yang MahaSuci (Tuhan Yang Maha Esa)

maka umat

harusmewujudkankesucianlahiriahdanbatiniahdenganjalanmenguasaialamluardan

alamdalam. Alam luar yaitu bagian yang sangat penting dalam persembahyangan

dan pemujaan. Salah satu contohnya adalah pemilihan waktu dalam pemujaan,

dengan diadakannya pemilihan waktu yang tepat diharapkan semua persembahan

diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa dan segala kegiatan persembahyangan

berjalan lancar. Sedangkan alam dalam yaitu keadaan diri umat yang ingin

manunggal dengan Tuhannya, misalnya seseorang tidak boleh melakukan

persembahyangan jika dalam keadaan sebel atau sering disebut dengan cuntaka.

Yang termasuk ke dalam keadaan cuntaka yaitu umat yang sedang datang bulan,

setelah melahirkan, dan kematian karena umat yang sedang dalam keadaan ini

emosinya tidak terkontrol dengan baik. 1

1Wawancara dengan Ibu Triman ahli banten (sesaji) kabupaten Gunungkidul pada tanggal 9 Maret 2009

Page 3: PENDAHULUAN Indonesia merupakan Negara kepulauan yang ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65869/potongan/S1-2013...Umat Hindu yang ingin melaksanakan upacara keagamaan dalam lingkup

3

Umat Hindu yang ingin melaksanakan upacara keagamaan dalam lingkup

yang besar harus menentukan harisuci yaitu pemilihan waktu untuk melakukan

persembahyangan karena pada saat ituumat Hindu

wajibmelakukanpemujaankehadapanSang HyangWidhiWasabesertamanifestasi-

Nya (Tim Penyusun, 2005:108). Kegiatan keagamaan yang dilakukan pada hari

suci yaitu peringatan hari besar. Salah satu hari besar yang rutin dilaksanakan oleh

umat Hindu adalah Nyepi2.

Nyepimerupakanpergantiantahunbaruśaka, pada kalender Bali yang jatuh

pada perhitungan Tilem IX (kesanga)ataubulanmatisekitarbulan

Maret.PerkataanNyepi disiniberartisunyiataudiam yaitu

seseorangharusmenenangkandirisecaralahirbatinuntukmembersihkanjiwasertame

mpersiapkan mental dalamrangkamenyambuttahunbaru yang berikutnya.3

UpacaraNyepi mempunyai beberapa tahapan salah satunya adalah Upacara

Labuhan Melasti.

Padahakikatnyaupacara labuhan melastiyang selanjutnya disingkat ULM

merupakan upacara yang dianggap dapat menjadi sarana untuk mensucikan diri

dari berbagai macam dosa yang telah dilakukan sehari-hari (Tim Penyusun,

2005:108). ULM olehumat Hindudianggapsangatpentingdansakral karena ULM

adalah sarana untuk penyucian bhuwanaalit (manusia), bhuwanaageng(bumi),

serta benda-benda yang dianggap sakral dari dosa dan kotoran. Selain itu, dalam

pelaksanaan ULM terdapat berbagai jenis sesaji yang masing-masing mempunyai

nama dan makna yang tersirat di dalamnya. Makna yang tersirat di dalam unsur-

2Nyepi adalah upacara keagamaan yang dilaksanakan setiap tahunnya oleh umat Hindu di seluruh dunia,

upacara ini jatuh setiap bulan mati yaitu sekitar bulan Maret(Tim Penyusun, 2005:108).3Wawancara dengan wasi Triman pemuka agama Hindu kabupaten Gunungkidul pada tanggal 9 Maret 2009

Page 4: PENDAHULUAN Indonesia merupakan Negara kepulauan yang ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65869/potongan/S1-2013...Umat Hindu yang ingin melaksanakan upacara keagamaan dalam lingkup

4

unsur sesaji ULM belum terungkap hingga saat ini. Olehkarenaitu, penulis

mencoba melakukanpenelitiantentang ULM di Yogyakarta khususnya Kabupaten

Gunungkidul secara linguistis agar dapatmengungkapmakna-makna yang

terkandung didalamsesaji ULM.

1.1.2 Permasalahan

Dalamsuatuupacaraselaluterdapatsebuahurutantatacara yang

seringdisebutdenganprosesipelaksanaanupacaraserta unsursesaji, demikian juga

halnya ULM bertujuan untuk membersihkan manusia, bumi, serta benda-benda

yang dianggap sakral dari dosa dan kotoran ini memiliki prosesi upacara, selain

itu sesaji dalam upacara ini mengandungmakna yangtersirat didalamnya.

Berdasarkanlatarbelakangpemikiran

diatasdapatdirumuskanpermasalahansebagaiberikut:

1. Bagaimana prosesi ULM dilakukan?

2. Apakah maknasemiotik yang terkandungdalamunsur-

unsursesajipada ULM ?

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan prosesi ULM

danmengungkap makna yang terkandung dalam unsur-unsur sesaji ULM dengan

menggunakan teori semiotik. Selain itu, penelitian ini bertujuan mengenalkan

nama sesaji dan tahapan upacara kepada generasi muda umat Hindu khususnya,

dan masyarakat luas umumnya yang belum mengetahui ULM tersebut.

Page 5: PENDAHULUAN Indonesia merupakan Negara kepulauan yang ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65869/potongan/S1-2013...Umat Hindu yang ingin melaksanakan upacara keagamaan dalam lingkup

5

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitianunsur-unsursesajidalam ULM inimeliputiruanglingkup data

danruanglingkuppembahasan.

1.3.1 RuangLingkup Data

Pelaksanaan ULM dilakukantidakhanya di Yogyakarta saja, namun

diberbagaitempat di seluruh Indonesia yang adacandiataupura yang memiliki umat

beragama Hindu. ULM yang dilaksanakan diseluruh Indonesia

merupakansalahsatulangkahpelestarianbudaya yang cepat atau lambat akan

mengalami kepunahan.

Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini diperlukan pembatasan

wilayah agar lebih terperinci serta lebih mendalam. Wilayah penelitian dalam

penelitian ini dibatasi pada tempat ULM yang dilakukan oleh umat Hindu di

Gunungkidul. Alasan penulis melakukan penelitian di tempat ini karena di

wilayah ini masih dilaksanakan ULM dengan unsur sesaji Jawa.

1.3.2 Ruang Lingkup Pembahasan

Penelitian ini membahas tentang prosesi ULM dan analisis semiotik nama-

nama unsur sesaji ULM. Dalam analisis semiotik dibahas mengenai sistem tanda

dan makna tanda pada sesaji ULM. Contohnya caru urip yaitu sebuah sesaji

berupa ayam yang dikuliti dan ditanggalkan kepala, sayap, ekor, dan kakinya.

Page 6: PENDAHULUAN Indonesia merupakan Negara kepulauan yang ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65869/potongan/S1-2013...Umat Hindu yang ingin melaksanakan upacara keagamaan dalam lingkup

6

Secara semiotik mempunyai simbol permohonan supaya bhuwana ageng (bumi)

menjadi lebih kuat dan terbebas dari segala mara bahaya.

Adapun yang dimaksud dengan prosesi ULM misalnya para umat Hindu

yang ikut melakukan sembahyangbersama yang pertama harus melantunkan Puja

Trisandya dan dilanjutkan dengan melakukan kramaning sembah yang dipimpin

oleh pedanda4atau para wasi5. Selain itu umat turun ke laut untuk mensucikan

diri.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini ada dua macam yaitu manfaat praktis dan manfaat

teoretis. Manfaat praktis penelitian ini adalah memberikan pengertian tentang

prosesi ULM danmemberikanpenjelasanmengenai makna yang terkandung dalam

unsur sesaji ULM.

Denganadanyapenelitianinidiharapkanmembantupelestarianupacaratradisional

ULM di lingkunganmasyarakat Hindu lainnya.Manfaat lain

dalampenelitianiniadalahmemberikaninformasikepadagenerasimudatentang ULM

yangmerupakanwarisandarinenekmoyang yang

mempunyainilaipositifdalamkehidupansehari-hari.

Adapun manfaat teoretis dari penelitian ini adalah menambah penerapan

teori tentang kebudayaan melalui sesaji dan prosesi upacara tradisional yang

4Rohaniawan Hindu yang telah melaksanakan upacara diksa ‘pensucian agar dapat memimpin upacara’

ditapak oleh Nabenya dengan bhiseka. Yang termasuk rohaniawan ini adalah pedanda, bhujangga, resi,bhagawan, empu dan dukuh ( Sujana dan Susila, 2010:96).5Rohaniawan Hindu yang telah melaksanakan upacara pawintenan ‘pensucian agar dapat memimpin upacara’

sampai adiksawidhi, namun tidak ditapak dan amariaran. Yang termasuk rohaniawan ini adalah pemangku,mangku dalang, wasi, pengemban, mangku balian / dukun, dan dharmaacarya (Sujana dan Susila, 2010:97).

Page 7: PENDAHULUAN Indonesia merupakan Negara kepulauan yang ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65869/potongan/S1-2013...Umat Hindu yang ingin melaksanakan upacara keagamaan dalam lingkup

7

tumbuhdan berkembang di lingkungan masyarakat. Selain itu, dapat menambah

referensi acuan dalam ilmu linguistik, khususnya dalam ilmu semiotik.

1.5 Tinjauan Pustaka

PenelitiantentangkebudayaanJawakhususnyamengenaisesajidalamupacarat

radisionalsangatbanyakditemukanakantetapipenelitianmengenaiunsur-

unsursesajidantahapan ULM yang ada kaitannyadengan ruang lingkup

semiotikasejauhinibelumditemukan.

Buku yang digunakan sebagai tinjauan pustaka dalam penelitian ini

mengacu pada penelitian-penelitian yang sudahdilakukandan secara langsung

berhubungan dengan topik penelitian serta pustaka yang secara tidak langsung

berhubungan dengan topik penelitian, namun dapat digunakan sebagai kerangka

berfikir.

Pustaka yang secara langsung berhubungan dengan topik penelitian adalah

buku yang ditulis oleh Surayin (2005). Dalam bukunya yang berjudul Upakara

Yajña (jilid I, II, III, IV, V, dan VI), Surayin menulis tentang cara-cara

pembuatanbantendanberbagaijejahitandarijanur yang digunakandalam upacara

persembahan, serta bahan-bahan yang digunakan untuk persembahan.

Upacara Tradisional Labuhan Kraton Yogyakarta yang disusun oleh

Sumarsih dan kawan-kawan (1989) menjelaskan tata cara upacara labuhan kraton

Yogyakarta, doa yang digunakannya, sertasesaji yang digunakandalamlabuhan.

Adapun pustaka yang secara tidak langsung berhubungan dengan penelitian ini

adalah buku yang ditulis oleh Mulyadi dan kawan-kawan (1982) yang berjudul

Page 8: PENDAHULUAN Indonesia merupakan Negara kepulauan yang ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65869/potongan/S1-2013...Umat Hindu yang ingin melaksanakan upacara keagamaan dalam lingkup

8

Upacara Tradisional Sebagai Kegiatan Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta

berisi tentang prosesi upacara tradisional dalam upacara kematian di wilayah

Yogyakarta khususnya diwilayahkabupatenBantul.

Disertasi yang ditulisolehSuryahadi yang berjudul “SeniSesaji Ritual

Pawiwahan di KabupatenKarangAsem (1997)”.Dalam

disertasinyaSuryahadimenuliskanberbagaijenissenimembuatjejahitandanmaknase

mioticdarisesajipawiwahanumat Hindu di

KabupatenKarangAsemdansedikitperbandingansesajipawiwahan di Pulau Bali.

Skripsi yang ditulis oleh Daryatun (2003) dengan judul “Nama-nama

Unsur Sesaji dalam Upacara Nguras Enceh (Analisis Semantik dan Semiotik)”.

Daryatun menganalisis nama-nama unsur sesaji dalam upacara nguras enceh

yang diselenggarakan di makam raja-raja Mataram di Imogiri dengan tinjauan

semantik dan semiotik.

Skripsi yang ditulis Martanti (2007) dengan judul “Nama-nama Unsur

Sesaji dan Tahapan dalam Upacara Wiwit di Dukuh Pomah, Desa Keceman,

Kecamatan Manisrenggo, Kabupaten Klaten (analisis semantik dan semiotis)”.

Martanti menganalisis nama-nama unsur sesaji dalam upacara Wiwit yang

dilaksanakan di Dukuh Pomah, Keceman, Manisrenggo, Klaten dengan tinjauan

semantik dan semiotik. Pujiati (2005) dalam skripsinya “Sesaji dalam Upacara

Saparan Gunung Gamping Ambarketawang (Analisis Morfosemiotik)”, Pujiati

dalam skripsinya menulis tentang sesaji dalam upacara saparan di

Ambarketawang dengan tinjauan morfosemiotik. Ketiga skripsi dandisertasi di

atas secara tidak langsung berhubungan dengan objek penelitian ini, akan tetapi

Page 9: PENDAHULUAN Indonesia merupakan Negara kepulauan yang ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65869/potongan/S1-2013...Umat Hindu yang ingin melaksanakan upacara keagamaan dalam lingkup

9

teori semiotik yang digunakan dalam analisisnya menjadi kerangka berfikir dalam

penelitian ini.

Kamus Baoesastra Djawa (1939) yang disusun oleh Poerwadarminta

digunakan untuk mengartikan data yang masih berupa kata dalam bahasa Jawa.

KamusJawa Kuna – Indonesia (1995) yang disusunoleh P.J.

Zoetmulderbekerjasamadengan S.C. Robson yang

diterjemahkanolehDarusupraptadanSumarti Suprayitna

dapatmembantumengartikan kata yang sukardalambahasa Jawa Kuna. Serta

kamus bahasa Bali – Indonesia yang diterbitkan oleh Balai Bahasa Denpasar

sangat membantu mengartikan kata yang sukar dalam bahasa Bali.

1.6 Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotik.

Semiotik berasal dari bahasa Yunani semeion yang berarti ‘tanda’. Tanda adalah

kombinasi konsep dan gambaran akustik (Saussure, 1988:147). Semiotik adalah

studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara fungsinya,

hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya dan penerimaanya oleh

mereka yang menggunakannya (Sudjiman dan Van Zoest, 1996:VII). Sujimandan

Van

Zoestmenjelaskantentangtigaprinsiphubunganantarapenandadenganpetanda.Ketiga

prinsipiniadalah;

1. Hubunganantaratandadenganacuannya yang

dapatberupahubungankemiripan, tandatersebutdisebutikon.

Page 10: PENDAHULUAN Indonesia merupakan Negara kepulauan yang ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65869/potongan/S1-2013...Umat Hindu yang ingin melaksanakan upacara keagamaan dalam lingkup

10

2. Hubunganantaratandadenganacuan yang

timbulkarenaadanyakedekataneksistensi, tandaitudisebutindeks.

3. Hubungan yang sudahterbentuksecarakonvensional,

tandaitudisebutsimbol.

Dalam pandangan Saussure, tanda bahasa adalah menyatukan konsep dan

citra akustis, bukan benda dan nama. Jadi, merupakan wujud psikis dengan dua

muka sebagai tergambar dalam diagram berikut:

Konsep Signifié Petanda

= = =Tanda bahasa

Citra Akustis Signifiant Penanda

(Saussure, 1988:12)

Penanda dan petanda merupakan bagian dari tanda dan tanda itu sendiri

mempunyai sifatnya yang relatif. Langue adalah suatu sistem, bagian dari sebuah

tanda dan tanda itu sebagai kesatuan, maka langue mendapatkan identitas dan arti

karena menjadi bagian dari sistem itu sendiri. Dalam sistem ini tanda

mendapatkan identitas serta arti melalui perbedaan dengan unsur lainnya dari

sistem tersebut. Suatu citra akustis akan mendapatkan identitasnya melalui

pertentangan dengan kualitas citra akustis lainnya dalam sebuah sistem citra

akustis. Sebuah konsep akan mendapatkan arti dalam pertentangannya dengan

konsep-konsep lain dari sistem arti. Sebuah tanda secara utuh akan mendapatkan

Page 11: PENDAHULUAN Indonesia merupakan Negara kepulauan yang ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65869/potongan/S1-2013...Umat Hindu yang ingin melaksanakan upacara keagamaan dalam lingkup

11

valensinya dalam perbandingan dengan oposisi bersama tanda-tanda lainnya dari

sistem tanda tempat mereka menjadi bagian (Sudjiman dan Van Zoest, 1992:59).

Menurut de Saussure ciri dasar dari tanda bahasa adalah arbitraritas

(kesemenaan) absolut. Ciri dasar ini dipertentangkan dengan tanda bahasa yang

mempunyai motifasi. Tanda bahasa ini disebut dengan simbol. Abitraritas tanda

bahasa ini tercermin dalam pembentukan signifiant dan signifié secara

sembarangan. Orang tak dapat menjelaskan mengapa kursi disebut kursi bukannya

pohon. Bertentangan dengan itu, simbol mempunyai keterkaitan antara signifiant

dan signifié. Misalnya, timbangan merupakan simbol untuk keadilan. Orang tidak

dapat menggantikan timbangan ini dengan objek yang lainnya, tanpa kehilangan

motivasi kesatuan antara penanda dan petanda (Sudjiman dan Van Zoest,

1992:60). Selanjutnya metode ini digunakan untuk menganalisis nama-nama

unsur sesaji yang ada dalam ULM.

1.7 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu metode

pengumpulan data dan metode analisis data.

1.7.1 Metode Pengumpulan Data

Tahap awal yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan

data. Data diperoleh dengan tiga cara yaitu wawancara, observasi partisipasi, dan

studi pustaka. Wawancara yaitu dengan melakukan tanya jawab dengan

narasumber secara langsung menggunakan teknik pancing karena penulis

mengajukan pertanyaan-pertanyaan pancingan untuk mendapatkan penjelasan

Page 12: PENDAHULUAN Indonesia merupakan Negara kepulauan yang ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65869/potongan/S1-2013...Umat Hindu yang ingin melaksanakan upacara keagamaan dalam lingkup

12

yang diinginkan. Studi pustaka yaitu dengan membaca buku-buku yang memuat

tentang sesaji labuhan pada khususnya. Metode terakhir yang digunakan adalah

observasi partisipasi yaitu mengamati suatu gejala atau peristiwa dalam suatu

masyarakat yang berkaitan dengan topik penelitian dengan cara melibatkan diri

dalam proses tersebut (Rohmatini, 2004:7).

1.7.2 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian di masukkan ke dalam kartu-kartu data dan

diklasifikasi. Setelah itu, data tersebut dianalisis menggunakan teori semiotik

untuk mendapatkan makna yang terkandung di dalamnya. Dalam penelitian ini

analisis semiotik yang digunakan untuk menganalisis unsur-unsur sesaji ULM.

Misalnya, sesaji yang berupa telur mempunyai simbol tiga kerangka hidup

manusia yaitu lahir, hidup, dan mati.

1.8 Sistematika Penyajian

Hasil penelitian yang berjudul Nama-Nama Sesaji dan Prosesi Upacara Labuhan

Melasti Umat Hindu di Pantai Ngobaran Kanigoro Saptosari Gunungkidul

disajikan dalam empat bab sebagai berikut:

Bab I berisi pendahuluan yang memuat latar belakang masalah diantaranya

menyatakan perlunya penelitian ini dilakukan; perumusan masalah penelitian

berwujud pertanyaan yang harus dijawab secara lengkap; tujuan dari penelitian;

ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode yang digunakan

dalam penelitian dan sistematika penyajian.

Page 13: PENDAHULUAN Indonesia merupakan Negara kepulauan yang ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65869/potongan/S1-2013...Umat Hindu yang ingin melaksanakan upacara keagamaan dalam lingkup

13

Bab II Prosesi ULM berisi tentang urutan pelaksanaan ULM yang

dilaksanakan umat Hindu di Pantai Ngobaran, Kanigoro, Saptosari, Gunungkidul.

Bab III Analisis Semiotis nama-nama unsur sesaji. Bab ini berisi

pengantar dan analisis semiotis unsur-unsur sesaji ULM.

Bab IV Berisi kesimpulan dan saran-saran yang perlu dikemukakan agar

skripsi ini dapat digunakan kedepannya.