pendahuluan 1.1.latar belakang

7
Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan suatu masyarakat pada garis besarnya dipengaruhi oleh 4 faktor utama, yaitu: lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan (herediter). Dimana untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, maka 4 faktor utama tersebut diperlukan secara bersama-sama. Perilaku, khususnya PerilakuHidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan komponen penting dalam pembangunan kesehatan dimana diperlukan adanya kesadaran, kemampuan, dan kemauan hidup sehat dari setiap penduduk sehingga derajat kesehatan yang optimal dapat terwujud, dan dengan demikian masyarakat diharapkan mampu berpartisipasi dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri. Sedangkan, pembangunan kesehatan mempunyai peran dalam menentukan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang merupakan fokus pembangunan nasional. Oleh karena itu, PHBS ini perlu diselenggarakan sebaik-baiknya agar dapat memberikan sumbangan yang nyata baik dalam pembangunan kesehatan maupun pembangunan nasional. 1 Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta orang di negara-negara berkembang terutama anak-anak meninggal dunia akibat berbagai penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air minum yang aman, sanitasi dan hygiene yang buruk. Setiap itu, terdapat bukti bahwa pelayanan sanitasi yang memadai, persediaan air yang

Upload: liana-herdita

Post on 04-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pendahuluan1.1. Latar BelakangDerajat kesehatan suatu masyarakat pada garis besarnya dipengaruhi oleh 4 faktor utama, yaitu: lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan (herediter). Dimana untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, maka 4 faktor utama tersebut diperlukan secara bersama-sama. Perilaku, khususnya PerilakuHidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan komponen penting dalam pembangunan kesehatan dimana diperlukan adanya kesadaran, kemampuan, dan kemauan hidup sehat dari setiap penduduk sehingga derajat kesehatan yang optimal dapat terwujud, dan dengan demikian masyarakat diharapkan mampu berpartisipasi dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri. Sedangkan, pembangunan kesehatan mempunyai peran dalam menentukan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang merupakan fokus pembangunan nasional. Oleh karena itu, PHBS ini perlu diselenggarakan sebaik-baiknya agar dapat memberikan sumbangan yang nyata baik dalam pembangunan kesehatan maupun pembangunan nasional.1Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta orang di negara-negara berkembang terutama anak-anak meninggal dunia akibat berbagai penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air minum yang aman, sanitasi dan hygiene yang buruk. Setiap itu, terdapat bukti bahwa pelayanan sanitasi yang memadai, persediaan air yang aman, sistem pembuangan sampah serta pendidikan hygiene dapat menekan tingkat kematian akibat diare sampai 65%, serta penyakit-penyakit lainnya sebanyak 26%.2PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga berperilaku hidup bersih dan sehat.1Program pembinaan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yang dicanangkan pemerintah sudah berjalan sekitar 15 tahun, namun keberhasilannya masih jauh dari harapan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007 menunjukkan bahwa rumah tangga di Indonesia yang mempraktekkan PHBS baru mencapai 38,7%. Padahal Rencana Strategis (Restra) Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 mencantumkan target 70% rumah tangga sudah mempraktekkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) pada tahun 2014.Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS memang merupakansalah satu Indikator Kinerja Utama (IKU) dari KementerianKesehatan.3Angka Kematian Ibu (AKI) telah menurun dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2004menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 dengan peningkatan angka PHBS rumah tangga namunmasih belum mencapai sasaran strategis Kementerian Kesehatan adalah 118 per 100.000 kelahiran hidup dan target MDGs adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) menurun dari 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2004, menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2012) dengan peningkatan persentase PHBS. Angka ini belum mencapai sasaran strategis Kementerian Kesehatan adalah 24 per 1.000 kelahiran hidup dan target MDGs adalah 23 per 1.000 kelahiran hidup.3,4Keadaan ini mengakibatkan adanya beban ganda dalam penanggulangan penyakit di Indonesia.Beberapa haljuga telah dicapai dalam rangka perbaikan gizi masyarakat,namun pemberian ASI eksklusif kepada bayi usia 0-6 bulanjustru mengalami penurunan. Status gizi ibu hamil, bayi dan anak balita juga masih perlu ditingkatkan, karena masih tingginya bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (11,1%) dan tingginya prevalensi anak balita kerdil (35,7%) akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu lama. Derajat kesehatan masyarakat yang masih belum optimal tersebut di atas pada hakikatnya dipengaruhi oleh kondisilingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan genetika.5Target rumah tangga sehat di Jawa Barat pada tahun 2007 adalah 44% rumah tangga sehat, tahun 2008 sebanyak 51% rumah

TRANSCRIPT

Page 1: Pendahuluan  1.1.Latar Belakang

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Derajat kesehatan suatu masyarakat pada garis besarnya dipengaruhi oleh 4 faktor utama,

yaitu: lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan (herediter). Dimana untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, maka 4 faktor

utama tersebut diperlukan secara bersama-sama. Perilaku, khususnya PerilakuHidup Bersih

dan Sehat (PHBS) merupakan komponen penting dalam pembangunan kesehatan dimana

diperlukan adanya kesadaran, kemampuan, dan kemauan hidup sehat dari setiap penduduk

sehingga derajat kesehatan yang optimal dapat terwujud, dan dengan demikian masyarakat

diharapkan mampu berpartisipasi dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya

sendiri. Sedangkan, pembangunan kesehatan mempunyai peran dalam menentukan

peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang merupakan fokus pembangunan

nasional. Oleh karena itu, PHBS ini perlu diselenggarakan sebaik-baiknya agar dapat

memberikan sumbangan yang nyata baik dalam pembangunan kesehatan maupun pembangunan

nasional.1

Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta orang di negara-negara berkembang

terutama anak-anak meninggal dunia akibat berbagai penyakit yang disebabkan oleh kurangnya

air minum yang aman, sanitasi dan hygiene yang buruk. Setiap itu, terdapat bukti bahwa

pelayanan sanitasi yang memadai, persediaan air yang aman, sistem pembuangan sampah serta

pendidikan hygiene dapat menekan tingkat kematian akibat diare sampai 65%, serta penyakit-

penyakit lainnya sebanyak 26%.2

PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar

tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam

gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah

Tangga berperilaku hidup bersih dan sehat.1Program pembinaan PHBS (Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat) yang dicanangkan pemerintah sudah berjalan sekitar 15 tahun, namun

keberhasilannya masih jauh dari harapan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007

menunjukkan bahwa rumah tangga di Indonesia yang mempraktekkan PHBS baru mencapai

38,7%. Padahal Rencana Strategis (Restra) Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014

mencantumkan target 70% rumah tangga sudah mempraktekkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih

Page 2: Pendahuluan  1.1.Latar Belakang

dan Sehat) pada tahun 2014.Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS memang merupakansalah satu

Indikator Kinerja Utama (IKU) dari KementerianKesehatan.3

Angka Kematian Ibu (AKI) telah menurun dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun

2004menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 dengan peningkatan angka PHBS

rumah tangga namunmasih belum mencapai sasaran strategis Kementerian Kesehatan adalah 118

per 100.000 kelahiran hidup dan target MDGs adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup. Angka

Kematian Bayi (AKB) menurun dari 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2004, menjadi 32 per

1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2012) dengan

peningkatan persentase PHBS. Angka ini belum mencapai sasaran strategis Kementerian Kesehatan

adalah 24 per 1.000 kelahiran hidup dan target MDGs adalah 23 per 1.000 kelahiran hidup.3,4

Keadaan ini mengakibatkan adanya beban ganda dalam penanggulangan penyakit di

Indonesia.Beberapa haljuga telah dicapai dalam rangka perbaikan gizi masyarakat,namun

pemberian ASI eksklusif kepada bayi usia 0-6 bulanjustru mengalami penurunan. Status gizi ibu

hamil, bayi dan anak balita juga masih perlu ditingkatkan, karena masih tingginya bayi yang lahir

dengan berat lahir rendah (11,1%) dan tingginya prevalensi anak balita kerdil (35,7%) akibat

kekurangan gizi dalam jangka waktu lama. Derajat kesehatan masyarakat yang masih belum

optimal tersebut di atas pada hakikatnya dipengaruhi oleh kondisilingkungan, perilaku masyarakat,

pelayanan kesehatan dan genetika.5

Target rumah tangga sehat di Jawa Barat pada tahun 2007 adalah 44% rumah tangga sehat,

tahun 2008 sebanyak 51% rumah tangga sehat, tahun 2009 sebanyak 58% rumah tangga sehat dan

tahun 2010 adalah seanyak 65% rumah tangga sehat, tahun 2011 sebesar 72% dan pada tahun 2012

sebanyak 80% rumah tangga.6

Dari Laporan Pembangunan Puskesmas Wanakerta tahun 2011-2012 didapatkan bahwa

penyakit infeksi saluran pernapasan akut dan diare termasuk dalam sepuluh besar penyaki yang

sering ditemukan. Terjadi peningkatan penyakit infeksi saluran pernapasan akut yaitu 37,3% menjadi

42,1% dan penyakit diare yaitu 2,7% menjadi 4,0%.

Karena belum diketahuinya tingkat keberhasilan pelaksanaan Program PHBS rumah

tangga di Puskesmas Wanakerta, Kabupaten Karawang pada periode Juli 2012 sampai dengan

Juni 2013, maka dilakukan evaluasi.

Pendahuluan

Page 3: Pendahuluan  1.1.Latar Belakang

1.2. Latar Belakang

Derajat kesehatan suatu masyarakat pada garis besarnya dipengaruhi oleh 4 faktor utama,

yaitu: lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan (herediter). Dimana untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, maka 4 faktor

utama tersebut diperlukan secara bersama-sama. Perilaku, khususnya PerilakuHidup Bersih

dan Sehat (PHBS) merupakan komponen penting dalam pembangunan kesehatan dimana

diperlukan adanya kesadaran, kemampuan, dan kemauan hidup sehat dari setiap penduduk

sehingga derajat kesehatan yang optimal dapat terwujud, dan dengan demikian masyarakat

diharapkan mampu berpartisipasi dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya

sendiri. Sedangkan, pembangunan kesehatan mempunyai peran dalam menentukan

peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang merupakan fokus pembangunan

nasional. Oleh karena itu, PHBS ini perlu diselenggarakan sebaik-baiknya agar dapat

memberikan sumbangan yang nyata baik dalam pembangunan kesehatan maupun pembangunan

nasional.1

Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta orang di negara-negara berkembang

terutama anak-anak meninggal dunia akibat berbagai penyakit yang disebabkan oleh kurangnya

air minum yang aman, sanitasi dan hygiene yang buruk. Setiap itu, terdapat bukti bahwa

pelayanan sanitasi yang memadai, persediaan air yang aman, sistem pembuangan sampah serta

pendidikan hygiene dapat menekan tingkat kematian akibat diare sampai 65%, serta penyakit-

penyakit lainnya sebanyak 26%.2

PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar

tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam

gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah

Tangga berperilaku hidup bersih dan sehat.1Program pembinaan PHBS (Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat) yang dicanangkan pemerintah sudah berjalan sekitar 15 tahun, namun

keberhasilannya masih jauh dari harapan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007

menunjukkan bahwa rumah tangga di Indonesia yang mempraktekkan PHBS baru mencapai

38,7%. Padahal Rencana Strategis (Restra) Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014

mencantumkan target 70% rumah tangga sudah mempraktekkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat) pada tahun 2014.Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS memang merupakansalah satu

Indikator Kinerja Utama (IKU) dari KementerianKesehatan.3

Page 4: Pendahuluan  1.1.Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) telah menurun dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun

2004menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 dengan peningkatan angka PHBS

rumah tangga namunmasih belum mencapai sasaran strategis Kementerian Kesehatan adalah 118

per 100.000 kelahiran hidup dan target MDGs adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup. Angka

Kematian Bayi (AKB) menurun dari 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2004, menjadi 32 per

1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2012) dengan

peningkatan persentase PHBS. Angka ini belum mencapai sasaran strategis Kementerian Kesehatan

adalah 24 per 1.000 kelahiran hidup dan target MDGs adalah 23 per 1.000 kelahiran hidup.3,4

Keadaan ini mengakibatkan adanya beban ganda dalam penanggulangan penyakit di

Indonesia.Beberapa haljuga telah dicapai dalam rangka perbaikan gizi masyarakat,namun

pemberian ASI eksklusif kepada bayi usia 0-6 bulanjustru mengalami penurunan. Status gizi ibu

hamil, bayi dan anak balita juga masih perlu ditingkatkan, karena masih tingginya bayi yang lahir

dengan berat lahir rendah (11,1%) dan tingginya prevalensi anak balita kerdil (35,7%) akibat

kekurangan gizi dalam jangka waktu lama. Derajat kesehatan masyarakat yang masih belum

optimal tersebut di atas pada hakikatnya dipengaruhi oleh kondisilingkungan, perilaku masyarakat,

pelayanan kesehatan dan genetika.5

Target rumah tangga sehat di Jawa Barat pada tahun 2007 adalah 44% rumah tangga sehat,

tahun 2008 sebanyak 51% rumah tangga sehat, tahun 2009 sebanyak 58% rumah tangga sehat dan

tahun 2010 adalah seanyak 65% rumah tangga sehat, tahun 2011 sebesar 72% dan pada tahun 2012

sebanyak 80% rumah tangga.6

Dari Laporan Pembangunan Puskesmas Wanakerta tahun 2011-2012 didapatkan bahwa

penyakit infeksi saluran pernapasan akut dan diare termasuk dalam sepuluh besar penyaki yang

sering ditemukan. Terjadi peningkatan penyakit infeksi saluran pernapasan akut yaitu 37,3% menjadi

42,1% dan penyakit diare yaitu 2,7% menjadi 4,0%.

Karena belum diketahuinya tingkat keberhasilan pelaksanaan Program PHBS rumah

tangga di Puskesmas Wanakerta, Kabupaten Karawang pada periode Juli 2012 sampai dengan

Juni 2013, maka dilakukan evaluasi.