pencegahan - puput waryanto · islam, dan kesehatan. dengan kemudahan yang diberikan-nya, saya...

31
Pencegahan Administrasi Penagihan dan Sengketa 1 | Kelompok 7 2009 Dosen Bu Ira Sulistiya STAN 8/8/2009 D3 ADMINISTRASI PERPAJAKAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA PENCEGAHAN Matakuliah: Administrasi Penagihan dan sengketa Kelompok 7 Kelas 2F (24) Muhammad Syukron Fauzi (25) Novalita (26) Nur Kholis Arifin (27) Puput Waryanto

Upload: ngodan

Post on 11-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 1 | K e l o m p o k 7

2009

Dosen Bu Ira Sulistiya

STAN

8/8/2009

D3 ADMINISTRASI PERPAJAKAN

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

PENCEGAHAN

Matakuliah: Administrasi Penagihan dan sengketa Kelompok 7 Kelas 2F

(24) Muhammad Syukron Fauzi (25) Novalita (26) Nur Kholis Arifin (27) Puput Waryanto

Page 2: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 2 | K e l o m p o k 7

Page 3: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 3 | K e l o m p o k 7

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Sebelumnya marilah kita memanjatkan rasa syukur kita kehadirat Allah SWT.

Atas segala karunia dan nikmat yang amat tidak terhingga, nikmat iman,

Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat

menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima

kasih kepada Ibu Ira Sulistia selaku dosen kami, atas bimbingannya selama ini

kami bisa lebih cepat menyelesaikan tugas ini.

Tugas ini secara garis besar berisi tentang Pencegahan.

Tidak lupa, penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh

dari sempurna dan masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mohon

kritik dan saran demi penyempurnaan karya tulis ini.

Apabila dalam penulisan karya tulis ini terdapat hal-hal yang tidak berkenan,

maka penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Memang manusia itu tidak

akan lepas dari kesalahan. Hanyalah Allah yang Maha Sempurna.

Penulis juga berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat sehingga meningkatkan

wawasan dan pengetahuan kita dan diharapkan pembaca dapat memahaminya.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tangerang, 7 Agustus 2009

Tim Kelompok 7

Page 4: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 4 | K e l o m p o k 7

1. PENGERTIAN

1) Berdasarkan UU PPSP, pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap

penanggung pajak tertentu untuk keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia berdasarkan

alasan tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.1

2) Berdasarkan UU Keimigrasian, pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap

orang-orang tertentu untuk ke luar dari wilayah Indonesia berdasarkan alasan tertentu.2

3) Berdasarkan PMK tentang Pengurusan Piutang Negara, pencegahan adalah larangan

bepergian ke luar dari wilayah Republik Indonesia.3

4) Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau ke luar wilayah Negara

Republik Indonesia dan pengawasan orang asing di wilayah Negara Republik Indonesia.4

5) Wilayah Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat wilayah Indonesia adalah

seluruh wilayah Negara Republik Indonesia yang meliputi darat, laut, dan udara berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5

6) Tempat Pemeriksaan Imigrasi adalah pelabuhan, bandar udara, atau tempat-tempat lain yang

ditetapkan oleh Menteri sebagai tempat masuk atau ke luar wilayah Indonesia. 6

7) Berdasarkan UU Keimigrasian Nomor 9/1992, Menteri adalah Menteri yang lingkup tugas dan

tanggung jawabnya meliputi bidang keimigrasian.7

8) Orang Asing adalah bukan Warga Negara Republik Indonesia. 8

9) Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap orang-orang tertentu untuk ke

luar dari wilayah Indonesia berdasarkan alasan tertentu.9

10) Penangkalan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap orang-orang tertentu untuk

masuk ke wilayah Indonesia berdasarkan alasan tertentu. 10

11) Tindakan Keimigrasian adalah tindakan administratif dalam bidang keimigrasian di luar

proses peradilan.11

2. DASAR HUKUM

1. Pasal 1 angka 20 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (selanjutnya disebut dengan

UU Perubahan atas UU PPSP).

2. Pasal 29 sampai dengan Pasal 32 UU Perubahan atas UU PPSP 1 Pasal 1 angka 20 UU PPSP 2 Pasal 12 UU Keimigrasian Nomor 9/1992 3 Pasal 14 PMK Nomor 128/PMK.06/2007 s.t.d.d. PMK Nomor 88/PMK.06/2009 4 Pasal 1 angka 1 UU Keimigrasian Nomor 9/1992 5 Pasal 1 angka 2 UU Keimigrasian Nomor 9/1992 6 Pasal 1 angka 4 UU Keimigrasian Nomor 9/1992 7 Pasal 1 angka 5 UU Keimigrasian Nomor 9/1992 8 Pasal 1 angka 6 UU Keimigrasian Nomor 9/1992 9 Pasal 1 angka 12 UU Keimigrasian Nomor 9/1992 10 Pasal 1 angka 13 UU Keimigrasian Nomor 9/1992 11 Pasal 1 angka 14 UU Keimigrasian Nomor 9/1992

Page 5: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 5 | K e l o m p o k 7

3. Pasal 11 sampai dengan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian

“Pasal 11 (1) Wewenang dan tanggung jawab pencegahan dilakukan oleh :

a. Menteri, sepanjang menyangkut urusan yang bersifat keimigrasian; b. Menteri Keuangan, sepanjang menyangkut urusan piutang negara; c. Jaksa Agung, sepanjang menyangkut pelaksanaan ketentuan Pasal 32 huruf g Undang-

undang Nomor 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia; d. Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, sepanjang menyangkut

pemeliharaan dan penegakan keamanan dan pertahanan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1988.

(2) Pelaksanaan atas keputusan pencegahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh Menteri atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk olehnya.

Pasal 12 (1) Pencegahan ditetapkan dengan keputusan tertulis. (2) Keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memuat sekurang-kurangnya :

a. identitas orang yang terkena pencegahan; b. alasan pencegahan; dan c. jangka waktu pencegahan.

(3) Keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan dengan surat tercatat kepada orang atau orang-orang yang terkena pencegahan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal penetapan.

Pasal 13 (1) Keputusan pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a dan b berlaku

untuk jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjang untuk paling banyak 2 (dua) kali masing-masing tidak lebih dari 6 (enam) bulan.

(2) Keputusan pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf c berlaku untuk jangka waktu sesuai dengan keputusan Jaksa Agung.

(3) Keputusan pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf d berlaku untuk jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, dan setiap kali dapat diperpanjang untuk paling lama 6 (enam) bulan dengan ketentuan seluruh masa perpanjangan pencegahan tersebut tidak lebih dari 2 (dua) tahun.

(4) Apabila tidak ada keputusan perpanjangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (3) pencegahan tersebut berakhir demi hukum.

Pasal 14 Berdasarkan keputusan pencegahan dari pejabat-pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1), Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi wajib menolak orang-orang tertentu ke luar wilayah Indonesia.”

4. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1994 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pencegahan dan

Penangkalan

5. Pasal 1 angka 14, Pasal 120 sampai dengan Pasal 137 Peraturan Menteri Keuangan Nomor

128/PMK.06/2007 tanggal 24 Oktober 2007 yang telah mencabut Keputusan Menteri Keuangan

Nomor 300/KMK.01/2002 (terkait pencegahan: Pasal 117 s.d. 134) tanggal 13 Juni 2002 tentang

Pengurusan Piutang Negara, dan kemudian pada 30 April 2009, PMK Nomor 128/PMK.06/2007

tersebut diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 88/PMK.06/2009 tentang

Pengurusan Piutang Negara.

Page 6: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 6 | K e l o m p o k 7

““Pasal 1 angka 14: pencegahan adalah larangan bepergian ke luar dari wilayah Republik Indonesia.

BAB XII PMK No.128/PMK.06/2007 s.t.d.d. PMK No.88/PMK.06/2009

PENCEGAHAN Bagian Pertama

Objek dan Jangka Waktu Pencegahan Pasal 120 Objek Pencegahan adalah: a. Penanggung Hutang yang terdiri dari:

1. orang yang berkedudukan sebagai pihak yang berhutang dalam perikatan hutang, atau orang yang berdasarkan undang-undang atau sebab apapun mempunyai hutang kepada negara;

2. pengurus badan hukum termasuk yayasan yang sesuai dengan akte pendirian badan hukum, diwakili oleh: 1) direksi atau pengurus perusahaan/yayasan/koperasi; dan/atau 2) anggota dewan komisarisl dewan pengawas;

3. salah seorang pesero dan/ atau pesero pengurus dari badan hukum dalam hal Penanggung Hutang adalah Firma, commanditer vennootschap, atau persekutuan perdata;

b. Penjamin Hutang, terdiri dari: 1. penjamin hutang pribadi (borgtocht atau personal guarentee); 2. penjamin atas pembayaran wesel (avalist); atau 3. pengurus badan usaha atau badan hukum yang mengikat diri sebagai penjamin

(corporate guarentee); c. pemegang saham, dalam hal:

1. secara langsung atau tidak langsung memanfaatkan perseroan untuk kepentingan pribadi;

2. terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan dalam perseroan; atau 3. secara melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan yang mengakibatkan

kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi hutang perseroan; dan/ atau d. ahli waris yang telah menerima warisan dari Penanggung Hutang. Pasal 121 (1) Objek Pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 120 dapat dicegah sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Jangka waktu Pencegahan berlaku paling lama 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang 2

(dua) kali masing-masing selama 6 (enam) bulan.

Bagian Kedua Syarat Pencegahan

Pasal 122 (1) Pencegahan hanya dapat dilakukan setelah SP3N diterbitkan. (2) Pencegahan dilaksanakan dengan memperhatikan efektivitas dan efisiensi. Pasal 123 Pencegahan dapat dilakukan dalam hal: a. sisa hutang:

1. lebih dari Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah); atau 2. kurang dari Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) tetapi objek Pencegahan sering

bepergian keluar wilayah Republik Indonesia; b. objek Pencegahan beritikad tidak baik; dan c. nilai Barang Jaminan diperkirakan tidak menutup sisa hutang. Pasal 124 (1) Objek Pencegahan dapat dikategorikan sering ke luar wilayah Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124 huruf a angka 2, jika selama kurun waktu 12 (dua belas) bulan objek Pencegahan paling sedikit 2 (dua) kali keluar wilayah Republik Indonesia.

Page 7: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 7 | K e l o m p o k 7

(2) Kesimpulan bahwa objek Pencegahan sering bepergian ke luar wilayah Republik Indonesia dapat diperoleh Kantor Pelayanan dari paspor objek Pencegahan, pengakuan objek Pencegahan, informasi dari instansi berwenang, Penyerah Piutang dan/atau dari sumber lainnya.

Pasal 125 (1) Objek Pencegahan dapat dikategorikan beritikad tidak baik dalam hal:

a. tidak pernah atau jarang memenuhi panggilan Kantor Pelayanan; b. belum pernah membayar atau pernah membayar dalam jumlah relatif kecil dibanding

sisa hutangnya; c. menunda-nunda pembayaran tanpa alasan yang sah; dan/atau d. bergaya hidup mewah.

(2) Kesimpulan objek Pencegahan bergaya hidup mewah dapat diperoleh dari hasil penelitian lapangan, informasi dari Penyerah Piutang, dan/atau informasi dari pihak lain.

Bagian Ketiga

Kasus Piutang Negara Lebih Dari Satu Pasal 126 Dalam hal objek Pencegahan mempunyai kewajiban menyelesaikan hutang lebih dari satu kasus Piutang Negara dan telah dicegah pada salah satu kasus, tidak dilakukan Pencegahan kembali untuk kasus yang lain sepanjang jangka waktu Pencegahan dan/atau perpanjangan Pencegahan masih berlaku. Pasal 127 Dalam hal jangka waktu Pencegahan dan/atau perpanjangan Pencegahan telah berakhir, objek Pencegahan dapat dicegah untuk kasus yang lain.

Bagian Keempat

Izin Ke Luar Wilayah Republik Indonesia Pasal 128 (1) Izin ke luar wilayah Republik Indonesia dalam jangka waktu Pencegahan atau perpanjangan

Pencegahan dapat diberikan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri Keuangan. (2) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh objek Pencegahan

dengan dilengkapi bukti-bukti yang mendukung alasan ke luar wilayah Republik Indonesia. Pasal 129 (1) Izin ke luar wilayah Republik Indonesia diberikan berdasarkan pertimbangan bahwa objek

Pencegahan: a. menjalankan tugas negara atau mewakili kepentingan negara di forum internasional; b. menjalankan ibadah haji; c. memerlukan perawatan atau pengobatan kesehatan keluar wilayah Republik

Indonesia yang didukung oleh rekomendasi dokter ahli di Indonesia; d. melakukan kerjasama dengan mitra luar negeri untuk kegiatan usaha dalam rangka

menyelesaikan hutangnya; atau e. memerlukan pergi ke luar wilayah Republik Indonesia karena alasan kemanusiaan.

(2) Alasan kemanusiaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e antara lain objek Pencegahan membesuk atau mendampingi orang tua/suami/istri/anak yang memerlukan pengobatan/perawatan.

Bagian Kelima

Berakhirnya Masa Pencegahan Pasal 130 Masa Pencegahan berakhir dalam hal: a. Pencegahan dicabut; b. Pencegahan berakhir demi hukum. Pasal 131 (1) Pencabutan Pencegahan terhadap objek Pencegahan dilakukan dalam hal:

a. Piutang Negara dinyatakan lunas/selesai; b. objek Pencegahan telah meninggal dunia;

Page 8: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 8 | K e l o m p o k 7

(2) Pencegahan berakhir demi hukum dalam hal: a. jangka waktu Pencegahan berakhir dan tidak ada perpanjangan; b. jangka waktu perpanjangan Pencegahan pertama berakhir dan tidak ada

perpanjangan; atau c. jangka waktu perpanjangan pencegahan kedua berakhir.

Pasal 132 Pencabutan Pencegahan atau masa Pencegahan tidak diperpanjang dapat dilakukan dalam hal: a. terdapat perubahan susunan kepengurusan perusahaan secara sah sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku; b. objek Pencegahan telah menunjukkan itikad baik dengan:

1. melakukan pembayaran ke arah pelunasan; dan 2. mengajukan rencana penyelesaian hutangnya secara jelas.

Bagian Keenam Pengajuan Usul

Pasal 133 Usul penetapan Pencegahan, perpanjangan Pencegahan, pencabutan Pencegahan, atau pemberian izin ke luar wilayah Republik Indonesia diajukan oleh Kepala Kantor Pelayanan melalui Kepala Kantor Wilayah kepada Direktur Jenderal. Pasal 134 Ketentuan mengenai usul Pencegahan, perpanjangan Pencegahan, pencabutan Pencegahan, atau pemberian izin ke luar wilayah Republik Indonesia diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal.

Bagian Ketujuh Keputusan

Pasal 135 (1) Keputusan Pencegahan, perpanjangan Pencegahan, dan pencabutan Pencegahan ditetapkan

secara tertulis oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri Keuangan. (2) Keputusan mengenai:

a. Perpanjangan Pencegahan pertama, ditetapkan sebelum jangka waktu Pencegahan berakhir; dan

b. Perpanjangan Pencegahan kedua, ditetapkan sebelum jangka waktu perpanjangan Pencegahan pertama berakhir.

Pasal 136 (1) Keputusan Pencegahan dan perpanjangan Pencegahan memuat sekurang-kurangnya:

a. identitas objek Pencegahan; b. alasan Pencegahan; dan c. jangka waktu Pencegahan.

(2) Keputusan pencabutan Pencegahan memuat sekurang-kurangnya: a. identitas objek Pencegahan; dan b. alasan pencabutan Pencegahan.

Pasal 137 Keputusan Pencegahan, perpanjangan Pencegahan, pencabutan Pencegahan, dan izin ke luar wilayah Republik Indonesia disampaikan antara lain kepada Menteri Hukum dan HAM dan objek Pencegahan.”

6. Surat Direktur Pemeriksaan dan Penagihan Nomor S-43/PJ.045/2007 tanggal 28 Maret 2007

perihal Tata Cara Permintaan Pencegahan, Perpanjangan, dan Pencabutan Bepergian ke Luar

Negeri, sebagai aturan pelaksanaan.

7. Surat Direktur Pemeriksaan Penyidikan dan Penagihan Pajak Nomor S-158/PJ.75/2006 tanggal

30 Agustus 2006 perihal Permintaan Usulan Pencegahan Wajib Pajak/Penanggung Pajak

Bepergian ke Luar Negeri, sebagai aturan pelaksanaan.

Page 9: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 9 | K e l o m p o k 7

“1. Pencegahan hanya dapat dilakukan terhadap Penanggung Pajak yang: a. Mempunyai utang pajak sekurang-kurangnya Rp 100.000.000,- (seratus juta

rupiah). b. Diragukan itikad baik untuk melunasi utang pajaknya.

2. Data yang harus dilengkapi dalam usulan a. Wajib Pajak Badan

1. Nama Wajib Pajak 2. NPWP 3. Alamat 4. Jumlah tunggakan 5. Nama penanggung pajak 6. NPWP penanggung pajak (jika ada) 7. Jabatan (Direktur, Komisaris Utama, Pengurus) 8. Alamat 9. Jenis Kelamin 10. Kewarganegaraan 11. Tanggal lahir 12. Nomor dan atau Foto copy identitas (KTP, SIM, Paspor)

13. Foto copy Akta pendirian badan usaha dan perubahannya dan Lampiran SPT Tahunan terakhir.

b. Wajib Pajak Orang Pribadi 1. Nama Wajib Pajak/Penanggung Pajak atau ahli waris 2. NPWP 3. Tanggal lahir 4. Alamat rumah 5. Alamat kantor 6. Pekerjaan 7. Jenis kelamin 8. Kewarganegaraan 9. Nomor dan atau Foto copy identitas (KTP, SIM, Paspor)

c. Untuk usulan Wajib Pajak Badan maupun Orang Pribadi agar melengkapi data tambahan: 1. Daftar tunggakan Wajib Pajak. 2. Upaya hukum yang telah dan sedang dilakukan Wajib Pajak dan

melampirkan putusan (jika ada). 3. Penjelasan dasar koreksi atas timbulnya utang pajak sesuai Laporan

Pemeriksaan Pajak (LPP). 4. Mencantumkan nomor urut penunggak pajak terbesar di KPP/KPPBB yang

bersangkutan dan apabila yang diusulkan bukan penunggak pajak terbesar, agar membuat penjelasan mengapa Wajib Pajak yang lebih besar peringkatnya tidak diusulkan.”

8. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-03/PJ.04/2009 tanggal 27 Mei 2009 tentang Kebijakan

Penagihan Pajak, sebagai aturan pelaksanaan.

3. GAMBARAN UMUM

Dalam pelaksanaan peraturan perundang-undangan perpajakan, sering terdapat utang pajak

yang tidak dilunasi oleh Wajib Pajak sebagaimana mestinya sehingga memerlukan tindakan

penagihan yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa. Pelunasan utang pajak oleh

Penanggung Pajak merupakan salah satu tujuan penting dari pelaksanaan proses penagihan pajak.

Pencegahan merupakan salah satu dari upaya penagihan aktif yaitu untuk mencegah

penanggung pajak tertentu untuk keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia berdasarkan alasan

tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 10: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 10 | K e l o m p o k 7

Pencegahan diperlukan sebagai salah satu upaya penagihan pajak. Namun, agar pelaksanaan

pencegahan tidak sewenang-wenang maka pelaksanaan pencegahan sebagai upaya penagihan pajak

diberikan syarat-syarat:

1. Syarat kuantitatif, yakni harus memenuhi utang pajak dalam jumlah tertentu.

2. Syarat kualitatif, yakni diragukan iktikad baiknya dalam melunasi utang pajak, sehingga

pencegahan hanya dilaksanakan secara “sangat efektif dan hat-hati”.12

Jumlah tertentu tersebut adalah utang pajak sekurang-kurangnya sebesar Rp. 100.000.000,00

(seratus juta rupiah)13.

Objek Pencegahan dapat dikategorikan beritikad tidak baik dalam hal:

a. tidak pernah atau jarang memenuhi panggilan Kantor Pelayanan;

b. belum pernah membayar atau pernah membayar dalam jumlah relatif kecil dibanding sisa

hutangnya;

c. menunda-nunda pembayaran tanpa alasan yang sah; dan/atau

d. bergaya hidup mewah.

Kesimpulan objek Pencegahan bergaya hidup mewah dapat diperoleh dari hasil penelitian

lapangan, informasi dari Penyerah Piutang, dan/atau informasi dari pihak lain. 14

Secara teknis, Strategi Penagihan untuk menunjang peningkatan realisasi pencarian piutang

pajak, Kanwil dan KPP melaksanakan tindakan penagihan kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak

terutama yang non kooperatif, dengan memprioritaskan Pencegahan yang dilakukan secara selektif

dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian, antara lain:15

1) Ada tidaknya upaya hukum Wajib Pajak/Penanggung Pajak;

2) Validitas data mengenai status/legalitas Penanggung Pajak dalam kedudukannya selaku

Penanggung Pajak suatu badan usaha;

3) Dalam hal Wajib Pajak memiliki lebih dari satu Penanggung Pajak, KPP dapat

mempertimbangkan untuk tidak mengusulkan Pencegahan terhadap seluruh Penanggung Pajak

yang ada, tetapi usul Pencegahan dapat dilakukan secara bergantian dengan memperhatikan

skala prioritas.

Pencegahan terhadap Penanggung Pajak tidak mengakibatkan terhapusnya utang pajak dan

terhentinya pelaksanaan penagihan pajak. Berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan,

utang pajak hapus apabila sudah dibayar lunas atau karena kadaluwarsa. Dengan demikan,

pencegahan Penanggung Pajak memang tidak mengakibatkan hapusnya utang pajak. Oleh karena

itu, sekalipun terhadap Penagggung Pajak telah dilakukan pencegahan, tindakan penagihan pajak

“tidak terhenti dan tetap dapat dilaksanakan”.16

12 Penjelasan Pasal 29 UU PPSP 13 Pasal 29 UU PPSP 14 Pasal 135 PMK Nomor 128/PMK.06/2007 s.t.d.d. PMK Nomor 88/PMK.06/2009 15 Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-03/PJ.04/2009 16 Pasal 31 UU PPSP dan penjelasannya

Page 11: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 11 | K e l o m p o k 7

4. TATA CARA PELAKSANAAN PENCEGAHAN

4.1 Dasar Pelaksanaan Pencegahan

Pencegahan dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

dalam hal ini adalah Undang-Undang Nomor 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian.17

Pencegahan hanya dapat dilakukan berdasarkan Keputusan Pencegahan yang diterbitkan

oleh Menteri Keuangan atas permintaan pejabat yang bersangkutan. Hal tersebut sesuai dengan

ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian yang

antara lain menyebutkan bahwa wewenang dan tanggung jawab atas pencegahan dilakukan oleh

Menteri Keuangan sepanjang menyangkut urusan piutang negara.18

Keputusan pencegahan memuat sekurang-kurangnya:19

1. Identitas Penanggung Pajak yang dikenakan pencegahan20

a. nama

b. umur

c. pekerjaan

d. alamat

e. jenis kelamin; dan

f. kewarganegaraan

2. Alasan untuk melakukan pencegahan

3. Jangka waktu pencegahan

Jangka waktu pencegahan atau penangkalan harus secara tegas ditentukan dalam

keputusan pencegahan atau penangkalan.21

Keputusan pencegahan tersebut disampaikan kepada Penanggung Pajak yang dikenakan

pencegahan, Menteri Kehakiman (Menteri Hukum dan HAM), Pejabat yang memohon

pencegahan, atasan Pejabat yang bersangkutan, dan Kepala daerah setempat.22

Tindakan pencegahan ini dapat dilkukan terhadap beberapa orang sebagai Penanggung

Pajak Wajib Pajak Badan atau ahli waris.

Penetapan Pencegahan Penanggung Pajak Bepergian Ke Luar Negeri ditetapkan oleh

Menteri Keuangan: Dicontohkan a. l.

r Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 829/KMK.03/2006 Tentang

Penetapan Pencegahan Penanggung Pajak Bepergian Ke Luar Negeri

r Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 830/KMK.03/2006 Tentang

Penetapan Pencegahan Penanggung Pajak Bepergian Ke Luar Negeri

17 Pasal 32 UU PPSP dan penjelasannya 18 Pasal 11 ayat (1) huruf b UU Keimigrasian 19 Pasal 30 ayat (2) UU PPSP dan Pasal 12 ayat (2) UU Keimigrasian 20 Pasal 4 PP-30/1994 21 Pasal 6 ayat (1)PP-30/1994 22 Pasal 30 ayat (4) UU PPSP dan Pasal 8 ayat (1) PP-30/1994

Page 12: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 12 | K e l o m p o k 7

r Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 60/KMK.03/2007 Tentang

Penetapan Pencegahan Penanggung Pajak Bepergian Ke Luar Negeri

r Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 199/KMK.03/2007 Tentang

Penetapan Pencegahan Penanggung Pajak Bepergian Ke Luar Negeri

r Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 18/KMK.03/2009 Tentang

Penetapan Pencegahan Penanggung Pajak Bepergian Ke Luar Negeri,

4.2 Pelaksanaan Pencegahan

Pelaksanaan atas keputusan pencegahan tersebut dilakukan oleh Menteri Kehakiman

(Menteri Hukum dan HAM) atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuknya.23

Berdasarkan keputusan pencegahan yang diterimanya dari Menteri Keuangan, Menteri

Kehakiman (Menteri Hukum dan HAM) memerintahkan Direktur Jenderal Imigrasi agar nama

orang yang terkena pencegahan dimasukkan ke dalam Daftar Pencegahan dan melaksanakan

pencegahan.24 Direktur Jenderal Imgrasi dalam waktu paling lama tujuh hari sejak tanggal

menerima perintah tersebut langsung memasukkan nama orang yang dikenai pencegahan ke

dalam Daftar Pencegahan dan mengirimkannya kepada Kepala Kantor Imigrasi di seluruh

wilayah Republik Indonesia untuk melaksanakan pencegahan.25

Berdasarkan keputusan pencegahan tersebut, Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan

Imigrasi wajib menolak orang-orang tertentu ke luar wilayah Indonesia.26

Keputusan pencegahan disampaikan dengan surat tercatat kepada orang atau orang-orang

sebagai Penangung Pajak yang dikenakan pencegahan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari

terhitung sejak tanggal penetapan.27

4.3 Jangka Waktu Pencegahan

Jangka waktu pencegahan paling lama 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang untuk

selama-lamanya 6 (enam) bulan28. Sedangkan menurut UU Keimigrasian Pasal 13 ayat (1),

Keputusan pencegahan dapat diperpanjang untuk paling banyak 2 (dua) kali masing-masing

tidak lebih dari 6 (enam) bulan.29

Akan tetapi, untuk pengurusan penagihan piutang Negara berupa pajak yang

dilaksanakan oleh jajaran Departemen Keuangan, ketentuan yang dipakai adalah UU PPSP

karena lex specialist derogate lex generalis. Sehingga jika dilihat dari bunyi pasal 30 ayat (3) telah

jelas bahwa perpanjangan jangka waktu pencegahan adalah enam bulan tanpa mencantumkan

berapa kali maksimal pencegahan itu diperpanjang sehingga berapa kali perpanjangan

23 Pasal 11 ayat (2) UU Keimigrasian 24 Pasal 8 ayat (2) PP-30/1994 25 Pasal 9 PP-30/1994 26 Pasal 14 UU Keimigrasian 27 Pasal 12 ayat (3) UU Keimigrasian 28 Pasal 30 ayat (3) UU PPSP 29 Pasal 13 ayat (1) UU Keimigrasian

Page 13: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 13 | K e l o m p o k 7

berdasarkan UU Keimigrasian masih bisa diterapkan pada penagihan pajak ini. Sementara itu,

UU Keimigrasian menyatakan bahwa perpanjangan pencegahan dilakukan paling banyak 2 (dua)

kali masing-masing tidak lebih dari 6 (enam) bulan yang berarti maksimal perpanjangan adalah

12 bulan.

Berdasarkan analisa kami mengenai hal tersebut, perpanjangan pencegahan hanya dapat

dilakukan selama-lamanya dalam waktu total 6 bulan (berdasar UU PPSP) dan paling banyak 2

(dua) kali dalam 6 bulan tersebut.

4.4 Keputusan Perpanjangan dan Keputusan Pencabutan Pencegahan

Keputusan pencegahan atau penangkalan dinyatakan berakhir karena :

1) Telah habis masa berlakunya

Pencegahan berakhir demi hukum dalam hal:30

a. jangka waktu Pencegahan berakhir dan tidak ada perpanjangan;

b. jangka waktu perpanjangan Pencegahan pertama berakhir dan tidak ada

perpanjangan; atau

c. jangka waktu perpanjangan pencegahan kedua berakhir.

2) Dicabut oleh pejabat berwenang yang menetapkan; atau

3) Dicabut berdasarkan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara31

Apabila keputusan pencegahan dinyatakan berakhir sebelum habis masa berlaku

sebagaimana tercantum dalam surat keputusan pencegahan, yaitu apabila dicabut baik oleh

Kepala KPP Pratama sebagai pejabat yang berwenang menetapkan, maupun dicabut berdasarkan

putusan Pengadilan Tata Usaha Negara, maka pencabutan tersebut harus dinyatakan dalam

bentuk keputusan pencabutan.

Keputusan pencabutan pencegahan itu disampaikan kepada:32

1. Penanggung Pajak yang dikenai pencegahan;

2. Menteri Kehakiman (Menteri Hukum dan HAM)

Berdasarkan keputusan pencabutan pencegahan tersebut, Penanggung Pajak yang dikenai

pencegahan dicoret dari Daftar Pencegahan.33 Direktur Jenderal Imigrasi dalam waktu paling

lama tujuh hari sejak tanggal menerima keputusan pencabutan tersebut mencoret nama

Penanggung Pajak yang dikenai pencegahan dari Daftar Pencegahan dan mengirimkannya

kepada Kepala Kantor Imigrasi di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.34

30 Pasal 131 ayat (2) PMK Nomor 128/PMK.06/2007 s.t.d.d. PMK Nomor 88/PMK.06/2009 31 Pasal 15 PP-30/1994 32 Pasal 16 ayat (2) PP-30/1994 33 Pasal 16 ayat (3) PP-30/1994 34 Pasal 17 PP-30/1994

Page 14: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 14 | K e l o m p o k 7

Keputusan Perpanjangan Masa Pencegahan: dicontohkan antara lain Keputusan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor 201/KMK.03/2007 Tentang Perpanjangan Masa

Pencegahan Penanggung Pajak Bepergian Ke Luar Negeri, yang berbunyi

“Memperpanjang masa pencegahan bepergian ke luar negeri bagi Penanggung Pajak sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Keputusan Menteri Keuangan ini, selama 6 (enam) bulan terhitung sejak berakhirnya masa pencegahan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 503/KMK.03/2006 tentang Pencegahan Penanggung Pajak Bepergian Ke Luar Negeri.”

Keputusan Pencabutan Pencegahan: Dicontohkan antara lain Kepmenkeu Nomor

235/KMK.03/2007 tentang Pencabutan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 977/KMK.03/2006

tentang Penetapan Pencegahan Penanggung Pajak Bepergian Ke Luar Negeri; dan

236/KMK.03/2007 Pencabutan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 80/KMK.03/2007 tentang

Penetapan Pencegahan Penanggung Pajak Bepergian Ke Luar Negeri:

“Mencabut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 977/KMK.03/2006 tentang Penetapan Pencegahan Penanggung Pajak Bepergian ke Luar Negeri.”

4.5 Tata Cara Permintaan Pencegahan

Pencegahan dilakukan berdasarkan permintaan 35 pencegahan bepergian ke luar negeri

dari Kepala KPP di tempat Wajib Pajak terdaftar kepada Direktur Jenderal c.q. Direktur

Pemeriksaan dan Penagihan dengan menyampaikan data-data sebagai berikut:

1. Data Penanggung Pajak

r Nama Wajib Pajak

r NPWP

r Alamat

r Nama Penanggung Pajak

r NPWP

r Alamat

r Jabatan

r Umur/Tanggal Lahir

r Jenis kelamin

r Kewarganegaraan

r Nomor Identitas (Passport/KTP)

2. Pertimbangan/alasan dilakukan pencegahan36

3. Data pendukung, yaitu:

r Daftar kelengkapan data pencegahan37

r Ikhtisar pencegahan ke luar negeri38

35 S-43/PJ.045/2007 36 Sesuai format surat pada lampiran 1 S-43/PJ.045/2007 37 Lampiran 2 S-43/PJ.045/2007 38 Lampiran 3 S-43/PJ.045/2007

Page 15: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 15 | K e l o m p o k 7

r Fotokopi Kartu Pengawasan Tunggakan Pajak (print out data tunggakan pajak)

r Akte pendirian badan usaha dan perubahannya (khusus Wajib Pajak Badan)

r Fotokopi SPT Tahunan PPh Badan/Orang Pribadi terakhir

r Fotokopi permohonan NPWP Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang akan dicegah

4. Untuk usulan Wajib Pajak Badan maupun Orang Pribadi agar melengkapi data tambahan:39

r Upaya hukum yang telah dan sedang dilakukan Wajib Pajak dan melampirkan putusan

(jika ada).

r Penjelasan dasar koreksi atas timbulnya utang pajak sesuai Laporan Pemeriksaan Pajak

(LPP).

r Mencantumkan nomor urut penunggak pajak terbesar di KPP/KPPBB yang

bersangkutan dan apabila yang diusulkan bukan penunggak pajak terbesar, agar

membuat penjelasan mengapa Wajib Pajak yang lebih besar peringkatnya tidak

diusulkan.

4.6 Tata Cara Permintaan Perpanjangan Pencegahan

Perpanjangan dilakukan berdasarkan permintaan40 perpanjangan pencegahan bepergian

ke luar negeri dari Kepala KPP di tempat Wajib Pajak terdaftar kepada Direktur Jenderal c.q.

Direktur Pemeriksaan dan Penagihan paling lambat 1 bulan sebelum pencegahan berakhir,41

dengan menyampaikan data-data pendukung sebagai berikut:

1. Ikhtisar pencegahan ke luar negeri42

2. Fotokopi Kartu Pengawasan Tunggakan Pajak (print out data tunggakan pajak)

4.7 Tata Cara Permintaan Pencabutan Pencegahan

Pencabutan Pencegahan terhadap objek Pencegahan dilakukan dalam hal: 43

a. Piutang Negara dinyatakan lunas/selesai;

b. objek Pencegahan telah meninggal dunia;

Pencabutan Pencegahan atau masa Pencegahan tidak diperpanjang dapat dilakukan dalam hal:

a. terdapat perubahan susunan kepengurusan perusahaan secara sah sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b. objek Pencegahan telah menunjukkan itikad baik dengan:

1. melakukan pembayaran ke arah pelunasan; dan

2. mengajukan rencana penyelesaian hutangnya secara jelas.

Pencabutan dilakukan berdasarkan permintaan44 pencabutan pencegahan bepergian ke luar

negeri dari Kepala KPP di tempat Wajib Pajak terdaftar kepada Direktur Jenderal c.q. Direktur

Pemeriksaan dan Penagihan45.

39 Surat Dirjen Pajak Nomor S-158/PJ.75/2006 40 S-43/PJ.045/2007 41 Sesuai format surat pada lampiran 4 S-43/PJ.045/2007 42 Lampiran 3 S-43/PJ.045/2007 43 Pasal 131 ayat (1) PMK Nomor 128/PMK.06/2007 s.t.d.d. PMK Nomor 88/PMK.06/2009

Page 16: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 16 | K e l o m p o k 7

Apabila terdapat pembayaran oleh Wajib Pajak, maka segera dilakukan konfirmasi atas

SSP lembar ke-3 yang diterima KPP kepada Kantor Penerima Pembayaran (Bank Persepsi atau

Kantor Pos). Hasil konfirmasi tersebut langsung diinformasikan ke Direktorat Pemerikasaan dan

Penagihan.

Surat Permintaan Pencabutan Pencegahan dibuat dengan menyertakan data-data

pendukung di bawah ini:

1. Fotokopi Keputusan Menteri Keuangan mengenai pencegahannya

2. Fotokopi SSP/Bukti Pbk/Putusan Keberatan dan/atau Banding

3. Fotokopi MPN/MP3

4. Fotokopi Kartu Pengawasan Tunggakan Pajak (print out data tunggakan pajak)

5. Izin Ke Luar Wilayah Republik Indonesia

Izin ke luar wilayah Republik Indonesia dalam jangka waktu Pencegahan atau

perpanjangan Pencegahan dapat diberikan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri

Keuangan.46

Permohonan izin tersebut diajukan oleh objek Pencegahan dengan dilengkapi bukti-bukti yang

mendukung alasan ke luar wilayah Republik Indonesia. 47

Pertimbangan Pemberian Izin

Izin ke luar wilayah Republik Indonesia diberikan berdasarkan pertimbangan bahwa objek

Pencegahan: 48

a. menjalankan tugas negara atau mewakili kepentingan negara di forum

internasional;

b. menjalankan ibadah haji;

c. memerlukan perawatan atau pengobatan kesehatan keluar wilayah Republik

Indonesia yang didukung oleh rekomendasi dokter ahli di Indonesia;

d. melakukan kerjasama dengan mitra luar negeri untuk kegiatan usaha dalam rangka

menyelesaikan hutangnya; atau

e. memerlukan pergi ke luar wilayah Republik Indonesia karena alasan kemanusiaan.

Alasan kemanusiaan tersebut antara lain objek Pencegahan membesuk atau

mendampingi orang tua/suami/istri/anak yang memerlukan pengobatan/

perawatan.

44 S-43/PJ.045/2007 45 Sesuai format surat pada lampiran 5 S-43/PJ.045/2007 46 Pasal 128 ayat (1) PMK Nomor 128/PMK.06/2007 s.t.d.d. PMK Nomor 88/PMK.06/2009 47 Pasal 128 ayat (2) PMK Nomor 128/PMK.06/2007 s.t.d.d. PMK Nomor 88/PMK.06/2009 48 Pasal 129 PMK Nomor 128/PMK.06/2007 s.t.d.d. PMK Nomor 88/PMK.06/2009

Page 17: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 17 | K e l o m p o k 7

6. Pencegahan Kaitannya dengan Lebih dari Satu Kasus Piutang Negara

Sepanjang masih dalam koridor jangka waktu hak mendahulu pajak dan daluwarsa

penagihan pajak belum kadaluwarsa, maka hak pencegahan tetap berada pada DJP paling awal

oleh karena hak mendahulu utang pajak berada di atas utang-utang lainnya.

Apabila objek Pencegahan mempunyai kewajiban menyelesaikan hutang lebih dari satu

kasus Piutang Negara dan telah dicegah pada salah satu kasus, tidak dilakukan Pencegahan

kembali untuk kasus yang lain sepanjang jangka waktu Pencegahan dan/atau perpanjangan

Pencegahan masih berlaku. 49 Setelah itu, jika jangka waktu Pencegahan dan/atau perpanjangan

Pencegahan telah berakhir, objek Pencegahan dapat dicegah untuk kasus yang lain.

7. Pencegahan Katannya dengan Tindakan Penagihan Lainnya

Pencegahan tidak mengakibatkan hapusnya utang pajak dan tidak menghentikan

tindakan penagihan. Dengan demikian sepanjang PP masih tidak dapat menunjukkan itikad

baiknya, maka tindakan pencegahan yang telah dilakukan dapat berlanjut kepada prosedur

penagihan aktif selanjutnya termasuk upaya terakhir berupa penyanderaan jika telah memenuhi

persyaratan bahwa si Penanggung Pajak dapat disandera. Akan tetapi, tindakan penagihan tidak

hanya itu, masih ada penyitaan, dan pelelangan sehingga hal ini juga dapat dilakukan untuk

kepentingan penagihan pajak agar Utang Pajak terlunasi.

______________________________________________________________________________

Kasus 1 Pencegahan Ke Luar Negeri

Tunggakan Pajak Capai Rp 19,5 Triliun50 Sabtu, 12 Oktober 2002 11:41

Direktur Pemeriksaan Penyidikan dan Penagihan Pajak, Gunadi mengatakan total tunggakan pajak dari periode Januari hingga Agustus 2002 mencapai Rp 19,597 triliun dan US$ 15,127 juta

Dari jumlah sebesar itu sekitar Rp 5,5 triliun dan US$ 14,6 juta merupakan tunggakan yang berada di Kanwil Khusus yang menangani PMA, PMDN, Perusahaan Negara dan Daerah, Badora (badan dan orang asing). Pada awal 2002 angka tunggakan baru berjumlah Rp 17,351 triliun dan US$ 29,554 juta.

Setelah ada penagihan secara persuasif, wajib pajak (WP) mulai sadar untuk membayar pajaknya sehingga tunggakan pajak dapat dikurangi Rp 10,030 triliun dan US$ 31,714 juta sehingga pada akhir Agustus nilainya Rp 19,597 triliun dan US$ 15,127 juta. Pemerintah mengupayakan pada akhir tahun ini nilai pajak yang dapat ditagih 25% dari tunggakan awal.

“Kita upayakan target itu dapat kita capai karena tindakan yang tegas bisa kita ambil bagi WP yang bandel. Sesuai UU PPSP wajib pajak yang mempunyai jumlah utang pajak sekurang-kurangnya Rp 100 juta dan diragukan itikad baiknya dalam melunasi maka dilakukan pencegahan?” kata Gunadi di Kantor Pusat Pajak, Jakarta, Kamis (10/10). Ia menambahkan tindakan pencegahan telah dilakukan pada 5 wajib pajak yang tiga orang dintaranya merupakan warga asing dan sisanya WNI.

Mereka yang terkena pencegahan itu adalah, pertama, Mr. BS warga negara Kanada yang merupakan Presiden Direktur PT ESPMI dengan jumlah utang pajak Rp 42,860 miliar. Kedua, Mr. G warga negara Amerika Serikat yang memiliki jabatan manager PT ESPMI dengan tunggakan Rp 42,860 miliar. Ketiga, Mr. MMG warga negara Inggris (UK) yang menjabat managing director BUT IPR (Java) Ltd dengan tunggakan Rp 45,873 miliar. Keempat, Mr. ASR, WNI yang menjabat Direktur Utama PT NDME dengan nilai Rp 391 juta. Kelima, Mr. HK WNI yang menjabat Presiden Direktur PT. PAC dengan tunggakan pajak Rp 1,977 miliar.

49 Pasal 126 PMK Nomor 128/PMK.06/2007 s.t.d.d. PMK Nomor 88/PMK.06/2009 50 Source: investorindonesia.com

Page 18: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 18 | K e l o m p o k 7

Tindakan penyanderaan akan diambil bagi WP yang tetap membandel untuk tidak membayar tunggakan pajaknya dan tindakan ini direncanakan akan dilaksanakan tahun ini. Bentuk sanksi yang diambil adalah menitipkan WP tersebut di rumah tahanan negara (rutan) hingga ada tempat khusus namun hingga kini tindakan maksimal yang baru dilakukan baru sampai tahap pencegahan.

“Sampai saat ini tindakan yang diambil baru pencegahan tetapi masing-masing KPP sudah mengajukan usulannya siap saja yang akan dilakukan penyanderaan. Tinggal ditunggu saja instruksi Dirjen Pajak yang sesuai rencana paling lambat diterapkan akhir Desember ini?” imbuhnya.

Dilihat dari data kegiatan penagihan sampai dengan triwulan II/2002 (sd Juni 2002) surat paksa yang dikeluarkan 27.678 lembar, surat perintah melaksanakan penyitaan 2.299 lembar, pengumuman lelang 55 kali, dan lelang 41 kali. Menurutnya dalam suatu negara yang sistem perpajakannya menganut sistem self assesment, wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan dan membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Agar hak dan kewajiban perpajakan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat wajib pajak. Pemerintah khususnya Dirjen Pajak berkewajiban melakukan pembinaan berupa penyebaran informasi dan penyuluhan perpajakan, pelayanan administrasi, serta melaksanakan pengawasan terhadap kepatuhan wajib pajak.

____________________________________________________________________________________________________

Kasus 2 Pencegahan Ke Luar Negeri

Sumber : Kompas Cyber Media

Tanggal : 23 Januari 2007

Seorang Wajib Pajak di Medan Menghilang

Medan, Kompas - Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I mengusulkan tiga nama wajib pajak masuk dalam daftar cegah tangkal ke luar negeri karena dinilai tidak kooperatif. Langkah itu ditempuh setelah seorang wajib pajak, Bobby Pitoy alias Lie Poh Liong, kabur sejak tahun 2005.

"Hingga kini dia masih belum ditemukan jejaknya," tutur Kepala Bidang Pemeriksaan Penyidikan Penagihan Pajak (P4) Herbert Aruan.

Bobby, Direktur PT IG yang bergerak di bidang industri logam dasar bukan besi, menunggak pajak senilai Rp 20,48 miliar.

"Pencarian terus kami lakukan. Sekarang kami bekerja sama dengan aparat kepolisian melacak keberadaannya di Jakarta. Sebagian saksi menyatakan yang bersangkutan sudah berada di Amerika Serikat," tutur Herbert.

Bobby masuk dalam daftar pencegahan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan (Menkeu) tanggal 15 Maret 2005. Menkeu mengeluarkan surat keputusan tentang penyanderaan pada 18 Juli 2005. Namun, Bobby yang juga tersangkut kasus penebangan liar tersebut lolos. Untuk mencegah hal serupa, Kanwil Pajak Sumut I mengusulkan tiga wajib pajak dari Medan dicegah pergi ke luar negeri.

Tunggakan

Tunggakan wajib pajak di Sumut hingga awal 2007 mencapai Rp 584,47 juta. Besarnya nilai tunggakan itu berasal dari lima kantor pelayanan pajak di Sumut yang sebagian besar berasal dari kalangan badan usaha.

"Upaya Kanwil Pajak untuk mencairkan tunggakan itu antara lain dengan melakukan penagihan persuasif, surat teguran, surat paksa, surat perintah penyitaan, dan pelelangan," kata Kepala Kantor Wilayah Direktorat Pajak Sumut I Ramram Brahmana di Medan, Senin (22/1).

Menurut Ramram, berbagai upaya sudah dilakukan untuk menarik tunggakan pajak, termasuk upaya persuasif sampai pencegahan ke luar negeri. (NDY)

___________________________________________________________________________________________________

Berdasarkan kedua kasus yang ada tersebut, telah membuktikan adanya komitmen DJP dalam memberlakukan kepastian hukum demi kepentingan penerimaan Negara dalam hal penerimaan pajak dan prinsip keadilan. Kasus-kasus ini merupakan sebagian dari penanganan kasus pencegahan bepergian ke luar negeri yang ada di Indonesia.

Berbagai persyaratan untuk dapat dilakukan pencegahan ternyata telah dipenuhi sehingga terpaksa DJP atas wewenang Menteri Keuangan menugaskan Direktur Pemeriksaan dan Penagihan untuk keperluan penagihan pajak ini.

Page 19: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 19 | K e l o m p o k 7

Page 20: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 20 | K e l o m p o k 7

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PEMERIKSAAN DAN PENAGIHAN

Jalan Gatot Subroto No. 40–42 Jakarta 12190 Kotak Pos 124

Telepon : 5251609, 5250208, 5262880 Faksimili : 52964484

Nomor : S-43 /PJ.045/2007 Sifat : Biasa Lampiran : 1 (satu) set Perihal : Tata Cara Permintaan Pencegahan, Perpanjangan, dan Pencabutan Bepergian Ke Luar Negeri

Yth. Kepala Kantor Wilayah DJP Kepala Kantor Pelayanan Pajak DJP Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan DJP

di seluruh Indonesia Dalam rangka mendukung efektifitas tindakan penagihan pajak melalui pencegahan Penanggung Pajak bepergian ke luar negeri dan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam proses penetapan pencegahan, perpanjangan, dan pencabutannya, perlu disampaikan hal-hal sebagai berikut :

1. Pencegahan a. Pencegahan hanya dapat dilakukan terhadap Penanggung Pajak yang telah memenuhi persyaratan secara formal

menurut Pasal 29 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa;

b. KPP mengajukan permintaan pencegahan bepergian ke luar negeri kepada Direktur Jenderal Pajak c.q Direktur Pemeriksaan dan Penagihan dengan menggunakan format surat sebagaimana terdapat pada lampiran 1;

c. Untuk mendukung permintaan tersebut, diwajibkan melengkapi data pendukung berupa: 1) Daftar kelengkapan data pencegahan (lampiran 2); 2) Iktisar Pencegahan ke Luar Negeri (lampiran 3); 3) Fotocopy Kartu Pengawasan Tunggakan Pajak (print out data tunggakan pajak); 4) Akte pendirian badan usaha dan perubahannya (khusus Wajib Pajak Badan); 5) Fotocopy SPT Tahunan PPh Badan/Orang Pribadi terakhir; 6) Fotocopy permohonan NPWP Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang akan dicegah.

2. Perpanjangan a. Permintaan perpanjangan pencegahan disampaikan kepada Direktur Jenderal pajak c.q Direktur Pemeriksaan dan

Penagihan paling lambat 1 bulan sebelum pencegahan berakhir dengan menggunakan format surat sebagaimana terdapat pada lampiran 4;

b. Untuk mendukung permintaan tersebut, diwajibkan melengkapi data pendukung berupa: 1) Iktisar Pencegahan Ke Luar Negeri (lampiran3); 2) Fotocopy Kartu Pengawasan Tunggakan Pajak (print out data tunggakan pajak).

3. Pencabutan

a. KPP mengajukan permintaan pencabutan pencegahan kepada Direktur Jenderal Pajak c.q Direktur Pemeriksaan dan Penagihan dengan menggunakan format sebagaimana terdapat pada lampiran 5;

b. Dalam hal terdapat pembayaran oleh Wajib Pajak, diminta untuk segera melakukan konfirmasi atas SSP lembar ke-3 yang diterima KPP kepada Kantor Penerima Pembayaran (Bank Persepsi atau Kantor Pos), selanjutnya hasil konfirmasi tersebut segera diinformasikan ke Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan;

c. Untuk mendukung usulan tersebut, diwajibkan melengkapi data pendukung berupa:

1) Fotocopy Keputusan Menteri Keuangan Pencegahannya; 2) Fotocopy SSP/Bukti Pbk/Putusan Keberatan dan atau Banding; 3) Fotocopy MPN/MP3; 4) Fotocopy Kartu Pengawasan Tunggakan Pajak (print out data tunggakan pajak). Demikian disampaikan untuk dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Direktur Amri Zaman NIP 060062945

Tembusan : 1) Direktur Jenderal Pajak; 2) Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak; 3) Direktur Peraturan Perpajakan I.

Page 21: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 21 | K e l o m p o k 7

Lampiran S-43 (1)

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KANTOR WILAYAH DJP ………………………………….

KPP/KPPBB …………………………………………… Jalan Gatot Subroto No. 40–42 Jakarta 12190 Kotak Pos 124

Telepon : 5251609 – 5250208 : 5262880 Faksimili : 5296

Nomor :

Lampiran : 1 (satu) set

Hal : Permintaan Pencegahan Bepergian ke Luar Negeri Kepada Menteri Keuangan Yth. Direktur Jenderal Pajak c.q. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan Jalan Jend Gatot Subroto No.40-42 Jakarta

Sehubungan dengan pelaksanaan Pasal 29, 30, 31, dan 32 Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000, dengan ini kami mengajukan permintaan pencegahan bepergian ke luar negeri kepada Menteri Keuangan terhadap Penanggung Pajak sebagai berikut :

1. Nama Wajib Pajak : 2. NPWP : 3. Alamat : 4. Nama Penanggung Pajak : 5. NPWP : 6. Alamat : 7. Jabatan : 8. Umur/Tanggal Lahir : 9. Jenis Kelamin : 10. Kewarganegaraan : 11. Nomor Identitas (Passport/KTP) :

Pencegahan bepergian ke luar negeri terhadap Penanggung Pajak tersebut diatas diminta dengan

pertimbangan.......................................................................................... .......…………………………..…………………………………………….................................. ........................……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….………………..................................................................................................................................................................................................................................................................................................... Sebagai pendukung permintaan kami, bersama ini kami lampirkan :

1) Daftar Kelengkapan Data Pencegahan; 2) Iktisar Pencegahan ke Luar Negeri; 3) Fotocopy Kartu Pengawasan Tunggakan Pajak; 4) Akte pendirian badan usaha dan perubahannya; 5) Fotocopy SPT Tahunan PPh Badan/Orang Pribadi terakhir; 6) Fotocopy permohonan NPWP Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang akan dicegah.

Demikian disampaikan untuk diproses lebih lanjut.

Kepala Kantor, …………………………… NIP. ……………………..

Tembusan: Kepala Kanwil DJP………………………………

Page 22: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 22 | K e l o m p o k 7

Lampiran 2 : Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor : /PJ.045/2007 Tanggal : Maret 2007

DAFTAR KELENGKAPAN DATA PENCEGAHAN

PENCEGAHAN WP Badan WP Orang Pribadi Nomor Surat Usulan : Tanggal Surat Usulan : Nama Wajib Pajak : Alamat : NPWP : KPP : I Persyaratan Formal

1 Nama Penanggung Pajak : Ada Tidak Ada 2 Umur : Ada Tidak Ada

3 Pekerjaan : Ada Tidak Ada

4 Jabatan (sesuai akta perusahaan) : Ada Tidak Ada 5 Alamat : Ada Tidak Ada

6 Jenis Kelamin : Ada Tidak Ada

7 Kewarganegaraan : Ada Tidak Ada 8 Nomor Identitas : Ada Tidak Ada

II Data Pendukung 1 Iktisar Pencegahan ke Luar Negeri : Ada Tidak Ada 2 Fotocopy Identitas :

- KTP : Ada Tidak Ada

- Paspor : Ada Tidak Ada

3 Rincian Tunggakan Pajak Terakhir : Ada Tidak Ada

4 Fotocopy Akta Pendirian Badan

Usaha dan Perubahannya. : Ada Tidak Ada

5 Fotocopy SPT Tahunan PPh

Badan/OP terakhir : Ada Tidak Ada

6 Fotocopy Permohonan NPWP Wajib

Pajak/Penanggung : Ada Tidak Ada

Pajak yang akan dicegah III Informasi lain : WP/PP diragukan Iktikad baiknya untuk melunasi utang pajaknya

Wajib pajak tidak diketemukan Akan daluarsa penagihan

Upaya penagihan lainnya telah maksimal dilakukan

Terdapat tindak pidana di bidang perpajakan Wajib Pajak sedang mengajukan upaya hukum

Terdapat indikasi PP akan melarikan diri ke LN

WP/PP mengalami kesulitan likuiditas WP pailit / telah dilikuidasi

………………………………………………………………………………………………… Kepala Kantor, ……………………. NIP

Page 23: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 23 | K e l o m p o k 7

Lampiran S-43 (3)

IKHTISAR USULAN PENCEGAHAN KE LUAR NEGERI

I. Data Wajib Pajak

1. Nama :

2. NPWP :

3. Alamat :

4. KPP / KP PBB :

5. Bidang / Kegiatan Usaha / KLU :

6. Kelompok Usaha / Group Usaha :

7. Kepemilikan Saham/ Permodalan :

No Nama NPWP Alamat

Komposisi Kepemilikan

Lembar Rp %

Jumlah

Sumber data :

- Jenis Dokumen :

- Tanggal :

II. Data Penanggung Pajak

A. Penanggung Pajak yang dapat di cegah terdiri atas :

No Nama NPWP Identitas*) Alamat

Jabatan / Pekerjaan

Warga Negara

Nomor

Berlaku s.d.

*) No Identitas di isi pilihan KTP, SIM, No Paspor dan diberi Penjelasan sampai berlaku Identitas tersebut

Sumber data :

- Jenis Dokumen :

- Tanggal :

B. Penanggung Pajak pada huruf A yang di usulkan Pencegahan/perpanjangan pencegahan sebanyak ….. ( ………) Orang, terdiri atas:

No Nama Jabatan / Pekerjaan Jenis

Kelamin Tgl. Lahir/

Umur Alamat

Warga Negara

C. Penanggung Pajak pada huruf A yang telah dicegah sebanyak ….. ( ………) Orang, terdiri atas:

No

Nama Jabatan / Pekerjaan Jenis

Kelamin Tgl. Lahir/

Umur Alamat

Warga Negara

Nomor KMK

III. Data Tunggakan dan Dasar Penetapan

Jumlah tunggakan Wajib Pajak adalah sebesar Rp. ……………… (…………………………………………………………….….), yang terdiri atas:

No Nomor Ketetapan Tanggal

Ketetapan Jenis

Ketetapan Tahun Pajak

Jumlah Tunggakan

Dasar Penetapan

Page 24: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Administrasi Penagihan dan Sengketa

*) dapat dibuat lampiran tersendiri

IV. Tindakan Penagihan yang telah Dilakukan

No

Ketetapan

Nomor

Hal-hal lain yang perlu diinformasikan:

1

Dalam hal terdapat penagihan seketika dan sekaligus, antara lain berupasurat perintah tersebut;

2

Pemblokiran dan penyitaan yangdilaksanakan, termasuk hasilnya

V. Upaya Hukum Wajib Pajak

Wajib Pajak tidak melakukan upaya hukum

Wajib Pajak melakukan upaya hukum, yaitu:

No Upaya Hukum

Wajib Pajak Permasalahan *)

1 Pasal 16

2 Pasal 36

3

Pasal 23 (Gugatan ke PP)

4

Pasal 26 (Keberatan)

5 Pasal 27 (Banding)

6

Peninjauan Kembali ke MA

7 Kasasi

8 Gugatan ke PTUN

9 Gugatan ke PN

*) Dapat dibuat dalam lampiran tersendiri

Administrasi Penagihan dan Sengketa

) dapat dibuat lampiran tersendiri

Tindakan Penagihan yang telah Dilakukan

Surat teguran Surat Paksa

Tanggal Nomor Tanggal Nomor Tanggal

hal lain yang perlu diinformasikan:

Dalam hal terdapat penagihan seketika dan sekaligus, antara lain berupa nomor dan tanggal

Pemblokiran dan penyitaan yang telah dilaksanakan, termasuk hasilnya

Wajib Pajak tidak melakukan upaya hukum

Wajib Pajak melakukan upaya hukum, yaitu:

Ikhtisar Permasalahan *)

SKP atau STP Jumlah Tunggakan

Keputusan DJP / Putusan

Nomor Tanggal Nomor

Dapat dibuat dalam lampiran tersendiri

Kepala Kantor,

NIP.

Pencegahan

24 | K e l o m p o k 7

SPMP

Tanggal Nomor Tanggal

dan tanggal serta alasan dikeluarkannya

Keputusan DJP / Putusan Banding Hasil

Keputusan Nomor Tanggal

Kepala Kantor,

Page 25: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 25 | K e l o m p o k 7

Lampiran S-43 (4)

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KANTOR WILAYAH DJP ………………………………….

KPP/KPPBB …………………………………………… Jalan Gatot Subroto No. 40–42 Jakarta 12190 Kotak Pos 124

Telepon : 5251609 – 5250208 : 5262880 Faksimili : 5296

Nomor :

Lampiran : 1 (satu) set

Hal : Permintaan Perpanjangan Pencegahan Bepergian ke Luar Negeri Kepada Menteri Keuangan Yth. Direktur Jenderal Pajak c.q. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan Jalan Jend Gatot Subroto No.40-42 Jakarta

Sehubungan dengan pelaksanaan Pasal 29, 30, 31, dan 32 Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000, dan Keputusan Menteri Keuangan No…………tanggal…………tentang……………………………………………...., dengan ini kami mengajukan permintaan perpanjangan pencegahan bepergian ke luar negeri kepada Menteri Keuangan terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak sebagai berikut :

1. Nama Wajib Pajak : 2. NPWP : 3. Alamat : 4. Nama Penanggung Pajak : 5. NPWP : 6. Alamat : 7. Jabatan : 8. Umur/Tanggal Lahir : 9. Jenis Kelamin : 10. Kewarganegaraan : 11. Nomor Identitas :

Perpanjangan Pencegahan bepergian ke luar negeri terhadap Penanggung Pajak tersebut diatas diminta dengan

pertimbangan.................................................................... ………………................................................................................................................ ……………………………………………………………………………………………………………...………………………………………………………………………………….………………...................................................................................................................................................................... Sebagai pendukung permintaan kami, bersama ini kami lampirkan : 1) Iktisar Pencegahan ke Luar Negeri; 2) Fotocopy Kartu Pengawasan Tunggakan Pajak (print out data tunggakan pajak);

Demikian disampaikan untuk diproses lebih lanjut.

Kepala Kantor, …………………………… NIP. ……………………..

Tembusan: Kepala Kanwil DJP………………………………

Page 26: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 26 | K e l o m p o k 7

Lampiran S-43 (5)

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KANTOR WILAYAH DJP ………………………………….

KPP/KPPBB …………………………………………… Jalan Gatot Subroto No. 40–42 Jakarta 12190 Kotak Pos 124

Telepon : 5251609 – 5250208 : 5262880 Faksimili : 5296

Nomor :

Lampiran : 1 (satu) set

Hal : Permintaan Pencabutan Pencegahan Bepergian ke Luar Negeri Kepada Menteri Keuangan Yth. Direktur Jenderal Pajak c.q. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan Jalan Jend Gatot Subroto No.40-42 Jakarta

Sehubungan dengan Pencegahan Bepergian ke Luar Negeri atas Penanggung Pajak/Wajib Pajak sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : ......................................………… tanggal ….........……… tentang ……………………………………………...., maka dengan ini kami mengajukan permintaan pencabutan pencegahan bepergian ke luar negeri kepada Menteri Keuangan terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak sebagai berikut :

1. Nama Wajib Pajak : 2. NPWP : 3. Alamat : 4. Utang Pajak : 5. Nama Penanggung Pajak :

Pencabutan pencegahan bepergian ke luar negeri terhadap Penanggung Pajak tersebut diatas diminta dengan pertimbangan..................................................................... ……………….................................................................................................................. ……………………………………………………………………………………………………………...………………………………………………………………………………….………………................................................................................................................................................................................................................................................................................................ Sebagai pendukung permintaan kami, bersama ini kami lampirkan : 1) Fotocopy Keputusan Menteri Keuangan tentang Pencegahannya;

2) Fotocopy SSP/Bukti Pbk/Putusan Keberatan dan atau Banding;

3) Fotocopy MPN/MP3;

4) Fotocopy Kartu Pengawasan Tunggakan Pajak.

Demikian disampaikan untuk diproses lebih lanjut.

Kepala Kantor, …………………………… NIP. ……………………..

Tembusan: Kepala Kanwil DJP………………………………

Page 27: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 27 | K e l o m p o k 7

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/KMK.03/2009

TENTANG

PENETAPAN PENCEGAHAN PENANGGUNG PAJAK BEPERGIAN KE LUAR NEGERI

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Penanggung Pajak atas nama Christian Hendrik dan Yulia Susanto masih mempunyai utang pajak dan tidak menunjukkan

itikad baik dalam melunasi utang pajaknya; b. bahwa berdasarkan permintaan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Wonocolo, perlu dilakukan pencegahan

bepergian ke luar negeri terhadap Penanggung Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Menteri

Keuangan tentang Penetapan pencegahan Penanggung Pajak Bepergian Ke Luar Negeri; Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3474);

2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3686) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3987);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1994 tentang Tata Cara Pelaksanaan pencegahan dan Penangkalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3561);

4. Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005;

MEMUTUSKAN : Menetapkan :

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENETAPAN PENCEGAHAN PENANGGUNG PAJAK BEPERGIAN KE LUAR NEGERI.

PERTAMA : Menetapkan pencegahan Bepergian ke Luar Negeri selama 6 (enanm) bulan bagi Penanggung Pajak yang namanya sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Keputusan Menteri Keuangan ini, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri Keuangan ini.

KEDUA : Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Salinan Keputusan Menteri Keuangan ini disampaikan kepada Yth : 1. Menteri Hukum dan HAM 2. Direktur Jenderal Pajak; 3. Direktur Jenderal Imigrasi; 4. Kepala Biro Hukum, Departemen Keuangan; 5. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan Pajak, DJP; 6. Direktur Penindakan Keimigrasian dan Rumah Detensi Imigrasi, Ditjen Imigrasi; 7. Kepala Kanwil DJP Jawa Timur I; 8. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Wonocolo; 9. Yang Bersangkutan untuk diketahui dan diindahkan.

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 2 Februari 2009 MENTERI KEUANGAN ttd. SRI MULYANI INDRAWATI

Page 28: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 28 | K e l o m p o k 7

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 201/KMK.03/2007

TENTANG

PERPANJANGAN MASA PENCEGAHAN PENANGGUNG PAJAK BEPERGIAN KE LUAR NEGERI

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a. bahwa masa pencegahan terhadap Penanggung Pajak atas nama Catrinni Gandawidjaja untuk bepergian ke luar negeri sebagaimana ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 503/KMK.03/2006 telah berakhir;

b. bahwa Penanggung Pajak sebagaimana dimaksud pada butir a tidak menunjukkan itikad baik dalam melunasi utang pajaknya; c. bahwa berdasarkan permintaan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Palmerah, perlu dilakukan perpanjangan masa

pencegahan terhadap Penanggung Pajak sebagaimana dimaksud dalam huruf a; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c, perlu menetapkan Keputusan Menteri

Keuangan tentang Perpanjangan Masa Pencegahan Penanggung Pajak Bepergian Ke Luar Negeri;

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3474);

2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3987);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1994 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pencegahan dan Penangkalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3561);

4. Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005; 5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 503/KMK.03/2006 tentang Pencegahan Penanggung Pajak Bepergian Ke Luar Negeri

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PERPANJANGAN MASA PENCEGAHAN PENANGGUNG PAJAK BEPERGIAN KE LUAR NEGERI. PERTAMA : Memperpanjang masa pencegahan bepergian ke luar negeri bagi Penanggung Pajak sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Keputusan Menteri Keuangan ini, selama 6 (enam) bulan terhitung sejak berakhirnya masa pencegahan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 503/KMK.03/2006 tentang Pencegahan Penanggung Pajak Bepergian Ke Luar Negeri. KEDUA : Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Salinan Keputusan Menteri Keuangan ini disampaikan kepada Yth:

1. Menteri Hukum dan HAM; 2. Direktur Jenderal Pajak; 3. Direktur Jenderal Imigrasi; 4. Kepala Biro Hukum Departemen Keuangan; 5. Direktur Pemeriksaan Penyidikan dan Penagihan Pajak, DJP; 6. Direktur Penyidikan dan Penindakan Keimigrasian, Ditjen Imigrasi; 7. Kepala Kanwil DJP Jakarta Barat, DJP; 8. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Palmerah, DJP; 9. Yang Bersangkutan untuk diketahui dan diindahkan.

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 18 April 2007 Menteri Keuangan, ttd. Sri Mulyani Indrawati

Page 29: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 29 | K e l o m p o k 7

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

• Negara merupakan kreditur preferen yang harus didahulukan pelunasannya oleh WP/PP.

Berbagai langkah dapat ditempuh oleh aparat pajak dalam rangka mengamankan penerimaan

negara tersebut. Salah satu upaya penagihan aktif adalah pencegahan.

• Pencegahan adalah larangan sementara terhadap PP tertentu untuk keluar dari wilayah Negara

RI berdasar aturan tertentu sesuai peraturan perundang-undangan.

• Pencegahan yang terkait dengan upaya penagihan pajak aktif ini menjadi kewenangan dan

tanggung jawab Menteri Keuangan karena menyangkut piutang negara berupa pajak.

• Pencegahan harus dilakukan secara selektif dan hati-hati karena merupakan tindakan hukum

yang lebih terkesan pembatasan hak. Oleh karena itu, agar tidak sewenang-wenang, ada dua

syarat kumulatif:

1) Syarat Kuantitatif: jumlah utang pajak ≤ Rp100.000.000,00

2) Syarat Kualitatif: diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak.

• Pencegahan tidak mengakibatkan hapusnya utang pajak dan tidak menghentikan tindakan

penagihan. Dengan demikian sepanjang PP masih tidak dapat menunjukkan itikad baiknya,

maka tindakan pencegahan yang telah dilakukan dapat berlanjut kepada prosedur penagihan

aktif selanjutnya termasuk upaya terakhir berupa penyanderaan jika telah memenuhi persyaratan

bahwa si Penanggung Pajak dapat disandera. Akan tetapi, tindakan penagihan tidak hanya itu,

masih ada penyitaan, dan pelelangan sehingga hal ini juga dapat dilakukan untuk kepentingan

penagihan pajak agar Utang Pajak terlunasi.

• Utang pajak hanya bisa terhapus apabila

1) Sudah dibayar lunas, atau

2) Karena daluwarsa.

• Tujuan utama: PP tidak kabur untuk selama-lamanya ke LN shingga pelunasan utang pajak

dapat dilakukan.

• Jangka waktu pencegahan paling lama 6 bulan dan dapat diperpanjang selama-lamanya 6 bulan.

• Keputusan pencegahan dapat dicabut oleh pejabat yang berwenang menetapkan atau oleh PTUN

sebelum masa berlaku habis, dengan berbagai pertimbangan yang ditentukan, seperti telah

hapusnya utang pajak, diterimanya gugatan PP, atau pertimbangan lain yang dapat diterima.

• PP dapat memohon izin ke luar negeri untuk keperluan tertentu selama masa pencegahan

kepada Pejabat yang berwenang karena alasan tertentu berdasarkan peraturan perundang-

undangan.

Page 30: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Administrasi Penagihan dan Sengketa

Prosedur Pencabutan

Prosedur Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa

Pencabutan Pencegahan

Pencegahan

Pencegahan

30 | K e l o m p o k 7

Page 31: Pencegahan - Puput Waryanto · Islam, dan kesehatan. Dengan kemudahan yang diberikan-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih

Pencegahan

Administrasi Penagihan dan Sengketa 31 | K e l o m p o k 7

Saran

• Pencegahan dilaksanakan oleh Menteri Hukum dan HAM atau pejabat imigrasi yang ditunjuk olehnya sedangkan kewengan dan tanggung jawab berada pada Menteri keuangan sehingga beberapa posisi ini berada pada sisi yang berbeda departemen. Dengan demikian diperlukan adanya sistem koordinasi yang baik antardepartemen yang bersangkutan agar tidak teradi miskomunikasi dan miskoordinasi yang berakibat fatal pada larinya WP/PP ke LN dan penerimaan negara lepas.

• Berdasarkan UU PPSP, jangka waktu pencegahan paling lama 6 bulan dan dapat diperpanjang selama-lamanya 6 bulan. Di sini tidak adanya ketegasan dalam penentuan jangka waktu pencegahan sebaiknya diklasifikasikan dan juga tidak diatur mengenai berapa kali perpanjangan pencegahan dilakukan. Perlu diketahui bahwa dalam PP Nomor 30/1994 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pencegahan dan Penagkalan, telah ditegaskan mengenai berapa kali perpanjangan pencegahan dapat dilakukan yaitu sebanyak dua kali, masing-masing maksimal 6 bulan. Sedangkan di UU PPSP hanya diatur mengenai jangka waktu penrpanjangan pencegahan yaitu maksimal 6 bulan. Untuk keperluan penagihan piutang negara yang khusus berupa pajak, memang UU PPSP-lah yang terutama dipakai. Ketidakjelasan ini menyebabkan penafsiran yang berlainan antarpejabat jika memang tak ada koordinasi yang menafsirkan perbedaan ini secara serentak. Sebenarnya dari keduanya dapat dikombinasikan di mana maksimal waktu perpanjangan tetap 6 bulan, sedangkan kali perpanjangannya mengambil dari PP 30/1994 yaitu 2 kali karena alasan belum diatur di UU PPSP sehingga dipakailah PP tersebut selama tidak bertentangan dengan UU PPSP. Akan tetapi, kecenderungan enerapan adalah langsung dengan ketentuan UU PPSP saja atau dengan PP 30 saja dan hendaknya segera diperbaiki.

• Sebaiknya dipahami bahwa pencegahan ”dapat” dilakukan atau dilanjutkan dengan tindakan penagihan lainnya termasuk penyanderaan terkait dengan persyaratan-persyaratan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pertanyaan sederhana adalah apakah seorang PP yang melunasi utang pajaknya sebelum habis masa pencegahannya, dia disandera? Tentu tidak. Pencegahannya saja dicabut. Sudah pasti penyanderaannya tidak dilakukan.

• Itikad baik dapat menjadi subjektifitas mutlak kepala KPP sebagai pejabat jika aturan atau standardisasi menganai itkad baik tersebut tidak jelas sehingga memungkinkan pemberian keputusan yang salah tidak sesuai dengan maksud pembuat Undang-Undang/Peraturan.

• Meskipun atas dasar keputusan yang diterbitkan oleh menteri keuangan atas permintaan pejabat, namun tentu sangat diharapkan kepada seluruh petugas yang terkait dalam proses pencegahan ini untuk ”memperlakukan PP” dengan sebaik-baiknya dan tetap mengindahkan kaidah moral, etika, dan agama. Karena sekarang DJP telah melakukan reformasi, salah satunya adalah ”perubahan paradigma” yautu civil servant, artinya DJP menjadi ”pelayan atau abdi masyarakat” dengan prinsip client/customer oriented. Tidak seperti image pajak zaman dulu yang hanya mementingkan pemasukan negara dengan segala cara, maka sekarang DJP harus bisa memperlakukan semua WP dengan menganggapnya seperti klien atau pelanggan. Pada intinya, kegiatan-kegiatan penagihan terutama pencegahan harus dilakukan dengan baik karena WP/PP dapat mengajukan gugatan atas proses pelaksanaan penagihan yang tidak mengindahkan etika.

• Untuk selanjutnya, pejabat pajak benar-benar harus cermat terkait dengan itikad baik atau tidakna penanggung pajak dalam melunasi utang pajaknya. Mungkin PP bisa saja bermuka dua, tetapi kenyataannya tidak beritikad baik. Mungkin PP sempat tidak menunjukkan itikad baiknya karena hal lain/force majeur. Sehingga pejabat di era modernisasi dapat memanfaakan produk dari mapping, profiling, maupun benchmarking terkait dengan riwayat dan kepatuhan perpajakannya.