penarikan kembali harta wakaf oleh pemberi...

96
PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu Syari’ah Disusun Disusun Disusun Disusun Oleh Oleh Oleh Oleh: RUDDY PAMUNGKAS 2105144 JURUSAN AHWAL SYAHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH IAIN WALISONGO SEMARANG 2011

Upload: nguyenkien

Post on 05-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI

WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Dalam Ilmu Syari’ah

DisusunDisusunDisusunDisusun OlehOlehOlehOleh:

RUDDY PAMUNGKAS 2105144

JURUSAN AHWAL SYAHSIYAH

FAKULTAS SYARI’AH

IAIN WALISONGO SEMARANG

2011

Page 2: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

ii

Page 3: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

iii

Page 4: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

iv

M O T T O

���� ����� � � ��� ����� ������ �� ������� ! "���# ���$%& ! "'(� ������� ! )'*�+ ',%��� �����"���!)��,(� ./ :12(

Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),

sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan

apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah

mengetahuinya (Q.S. Ali-Imran: 92). ∗

∗Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya,

Jakarta: Depag, 1978, hlm. 91

.

Page 5: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

v

PERSEMBAHAN

Dalam perjuangan mengarungi samudra Ilahi tanpa batas, dengan keringat

dan air mata kupersembahkan karya tulis skripsi ini teruntuk orang-orang yang

selalu hadir dan berharap keindahan-Nya. Kupersembahkan bagi mereka yang

tetap setia berada di ruang dan waktu kehidupan ku khususnya buat:

o Orang tuaku tersayang yang selalu memberi semangat dan motivasi dalam

menjalani hidup ini.

o Kakak dan Adikku Tercinta yang kusayangi yang selalu memberi motivasi

dalam menyelesaikan studi.

o Teman-Temanku jurusan AS, angkatan 2005 Fak Syariah yang selalu

bersama-sama dalam meraih cita dan asa.

Penulis

Page 6: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

vi

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,

penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak

berisi materi yang telah pernah ditulis oleh

orang lain atau diterbitkan. Demikian juga

skripsi ini tidak berisi satupun pemikiran-

pemikiran orang lain, kecuali informasi yang

terdapat dalam daftar kepustakaan yang

dijadikan bahan rujukan.

Jika di kemudian hari terbukti sebaliknya maka

penulis bersedia menerima sanksi berupa

pencabutan gelar menurut peraturan yang

berlaku.

Semarang, 25 Nopember 2010

RUDDY PAMUNGKAS

NIM: 2105144

Page 7: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

vii

ABSTRAK

Dalam hubungannya dengan pemberian wakaf oleh wakif, Imam

Malik, Hambali dan Hanafi berpendapat bahwa wakaf tidak disyaratkan

berlaku untuk selamanya, tetapi sah bisa berlaku untuk waktu satu tahun

misalnya. Sesudah itu kembali kepada pemiliknya semula. Dengan demikian

dalam pandangannya bahwa pemberi wakaf dapat menarik kembali wakafnya

atau dapat memiliki kembali wakafnya. Yang menjadi rumusan masalah

adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali harta

wakaf oleh pemberi wakaf? Bagaimana metode istinbath hukum Imam Syafi'i

tentang penarikan kembali harta wakaf oleh pemberi wakaf?

Dalam menyusun skripsi ini menggunakan jenis penelitian

kepustakaan (library research). Data Primer, yaitu karya-karya Imam Al-

Syafi'i: (1) Al-Umm. (2) Kitab al-Risalah. Sebagai data sekunder, yaitu

literatur lainnya yang relevan dengan judul skripsi ini. Metode analisisnya

adalah metode deskriptif analisis.

Hasil pembahasan menunjukkan bahwa menurut Imam Syafi'i, apabila

seorang wakif memberi wakaf berupa harta benda, maka seketika itu juga

beralih hak milik dari wakif kepada penerima wakaf. Harta benda wakaf itu

tidak bisa ditarik kembali oleh pemberi wakaf. Dengan kata lain pemberi

wakaf tidak memiliki lagi hak milik atas harta benda wakaf tersebut.

Pernyataan Imam Syafi'i ini menunjukkan bahwa wakaf dalam pandangannya

adalah suatu ibadah yang disyari'atkan, wakaf telah berlaku sah bilamana

wakif telah menyatakan dengan perkataan waqaftu (telah saya wakafkan),

sekalipun tanpa diputuskan hakim. Harta yang telah diwakafkan menyebabkan

wakif tidak mempunyai hak kepemilikan lagi, sebab kepemilikannya telah

berpindah kepada Allah Swt dan tidak juga menjadi milik penerima wakaf

(maukuf alaih). Bagi Imam Syafi'i, wakaf itu mengikat dan karenanya tidak

bisa ditarik kembali atau diperjualbelikan, digadaikan, dan diwariskan oleh

wakif. Dalam hubungannya dengan penarikan kembali wakaf oleh pemberi

wakaf, Imam Syafi'i menggunakan metode istinbat hukum berupa hadis dari

Yahya bin Yahya at-Tamimiy dari Sulaim Ahdlor dari Ibnu Aun dari Nafi'

dari Ibnu Umar. Imam Syafi'i berpendapat bahwa akad wakaf termasuk akad

lazim (atau mulazamah). Oleh karena itu, benda yang telah diwakafkan bukan

lagi milik wakif, melainkan telah menjadi milik umum (atau milik Allah).

Akibatnya adalah bahwa benda yang telah diwakafkan tidak boleh dijual,

dihibahkan, dan diwariskan karena memang ia bukan lagi milik perorangan,

melainkan milik publik (umat). Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004

tentang Wakaf masih mengakomodasi pendapat Abu Hanifah meskipun

pendapat tersebut telah ditinggalkan oleh penerusnya, Abu Yusuf. Dari segi

kepemilikan, UU mengakui adanya wakaf dalam durasi tertentu. Hal ini

menunjukkan bahwa wakaf tidak mesti bersifat muabbad. Oleh karena itu, UU

Nomor 41 tentang Wakaf mengakui adanya akad wakaf yang bersifat gayr

lazim (tidak menyebabkan pindahnya kepemilikan benda wakaf) yang

dipandang sama dengan al-'ariyah (pinjaman).

Page 8: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang maha pengasih dan penyayang, bahwa atas

taufiq dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

ini. Skripsi yang berjudul: “PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH

PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i)” ini disusun untuk

memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1)

Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan

saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat

terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Imam Yahya, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN

Walisongo Semarang.

2. Bapak Drs. H. Nur Khoirin, M.Ag selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak

H.A. Furqon, Lc, MA selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan

pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Pimpinan Perpustakaan Institut yang telah memberikan izin dan

layanan kepustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Para Dosen Pengajar di lingkungan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo,

beserta staf yang telah membekali berbagai pengetahuan

5. Orang tuaku yang senantiasa berdoa serta memberikan restunya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya hanya kepada Allah penulis berserah diri, dan semoga apa yang

tertulis dalam skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para

pembaca pada umumnya. Amin.

Penulis

Page 9: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. v

HALAMAN DEKLARASI........................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................. ix

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Perumusan Masalah .................................................... 3

C. Tujuan Penelitian .................................................... 3

D. Telaah Pustaka .................................................... 3

E. Metode Penelitian .................................................... 9

F. Sistematika Penulisan .................................................... 12

BAB II : WAKAF MENURUT HUKUM ISLAM

A. Definisi Wakaf dan Dasar Hukumnya ................................... 14

B. Syarat dan Rukun Wakaf .................................................... 21

C. Macam-Macam Wakaf .................................................... 30

D. Manfaat Wakaf .................................................... 34

E. Pendapat Para Ulama tentang Penarikan Kembali Harta

Wakaf oleh Pemberi Wakaf ................................................... 38

Page 10: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

x

BAB III : PENDAPAT IMAM SYAFI'I TENTANG PENARIKAN

KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF

A. Biografi Imam Syafi'I ..................................... 41

1. Latar Belakang Imam Syafi'i ..................................... 41

2. Pendidikan ..................................... 45

3. Karyanya ..................................... 46

B. Metode Istinbath Hukum Imam Syafi'i .................................. 48

C. Pendapat Imam Syafi'i tentang Penarikan Kembali Harta

Wakaf oleh Pemberi Wakaf ..................................... 55

D. Metode Istinbat Hukum Imam Syafi'i tentang Penarikan

Kembali Harta Wakaf oleh Pemberi Wakaf........................... 59

BAB IV : ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI'I TENTANG

PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI

WAKAF

A. Analisis terhadap Pendapat Imam Syafi'i tentang Penarikan

Kembali Harta Wakaf oleh Pemberi Wakaf........................... 61

B. Metode Istinbat Hukum Imam al-Syafi'i tentang Penarikan

Kembali Wakaf oleh Pemberi Wakaf mur ............................. 67

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................... 78

B. Saran-saran .................................................... 79

C. Penutup .................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 11: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Wakaf sebagai pranata dalam keagamaan Islam yang sudah mapan.

Pembicaraan tentang penarikan kembali harta wakaf merupakan issue yang

menarik untuk diteliti. Dalam hubungannya dengan pemberian wakaf oleh

wakif, Imam Malik, Hambali dan Hanafi berpendapat bahwa wakaf tidak

disyaratkan berlaku untuk selamanya, tetapi sah bisa berlaku untuk waktu satu

tahun misalnya. Sesudah itu kembali kepada pemiliknya semula.1 Dengan

demikian dalam pandangannya bahwa pemberi wakaf dapat menarik kembali

wakafnya atau dapat memiliki kembali wakafnya.

Berbeda dengan Imam Syafi'i yang melarang pemberi wakaf meminta

kembali atau memiliki kembali wakaf yang sudah diberikan. Pernyataan Imam

Syafi'i tentang tidak dapatnya penarikan kembali wakaf oleh pemberi wakaf

dapat dilacak dalam kitabnya al-Umm dalam bab yang berjudul al-Ihbas.

Hal ini sebagaimana ia nyatakan sebagai berikut:

�� ����� ��� �� ��� ����� ���� ��� ��� � ������ ������� ��� ����� � ����� !� "#$ �%& ��' � ( ��)� �� �*) �+,�- !�

�.�� !-/� ����� !0� !1� "#$ �� 2*3 �� ���4*� 2

1Muhammad Jawad Mughniyah, al-Fiqh ‘Ala al-Mazahib al-Khamsah, Terj. Masykur,

Afif Muhammad, Idrus al-Kaff, "Fiqih Lima Mazhab", Jakarta: Lentera, 2001, hlm. 636. 2Al-Imam Abi Abdullah Muhammad bin Idris al-Syafi’î, Al-Umm, Juz. IV, Beirut: Dâr

al-Kutub al-Ilmiah, tth, hlm. 53

Page 12: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

2

Artinya: Imam Syafi'i berkata: pemberian yang sempurna dengan perkataan

yang memberi, tanpa diterima oleh orang yang diberikan, ialah: apa,

yang apabila dikeluarkan karena perkataan si pemberi, yang boleh

atas apa yang diberikannya. Maka tidak boleh lagi si pemberi

memilikinya sekali-kali, apa yang telah keluar perkataan itu padanya

dengan cara apa pun.

Pernyataan Imam Syafi'i di atas menunjukkan bahwa wakaf tidak bisa

dimiliki kembali oleh pemberi wakaf, wakaf bersifat abadi tidak boleh ada

jangka waktu. Adapun metode istinbath hukumnya yaitu hadis dari Yahya bin

Yahya at-Tamimiy dari Sulaim Ahdlor dari Ibnu Aun dari Nafi' dari Ibnu

Umar.

5 6� 5!7*�� 5.608�9) 6 8) :;8160809) 9 6� <��80=>9? �81:@A.8B :��:� 5 846BA#�� 5.6�8) 9 6� 9.05�8? �8C8#8�6$:�DE5��8C 6 8) 8#849)9) :��:� :��:� 8#849) 5 6�� 5 8) !7*�� �7*8F G�5�A1*5� 9#84 7�5& 8�7*8?8� 5!60:*8)

:;:,�54=��9�6AH�� 9I6�8J:� 6.:� �8615� A�:�5& 8K8L6):� MN:� �O��8� 6K5F<� 6�:� 8#8�608P5� �5� �5�7�� :� �85� 8QA.8R8�:� =�:�!7*�� �7*8F S�5�A1�� :��:�8) 8?8� 5!60:* :T605�8?8� �8:*6F:� 6U5�6B� 8�7*

5�8#64:@ �8)W�H1�� X��J(3

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami dari Said bin Abdurrahman dari

Sufyan bin Uyainah dari Ubadillah bin Umar dari Nafi' dari Ibnu

Umar, dia mengatakan: "Umar pernah berkata kepada Nabi saw.:

"Sesungguhnya seratus bagian yang menjadi milikku di Khaibar itu

adalah harta yang belum perah aku dapatkan dan sungguh aku

bermaksud untuk mensedekahkan (mewakaf)kannya" dan Nabi Saw

bersabda: wakafkanlah hasilnya". (HR. An-Nasa'i).

Yang menjadi masalah apakah yang menjadi latar belakang Imam

Syafi'i berpendapat seperti itu, dan apa yang menjadi metode istinbath

hukumnya. Inilah yang mendorong penulis untuk mengangkat tema ini dengan

3Al-Imam Abu Abdir Rahman Ahmad ibn Syu’aib ibn Ali ibn Sinan ibn Bahr an-Nasa’i,

hadis No. 1320 dalam CD program Mausu'ah Hadis al-Syarif, 1991-1997, VCR II, Global Islamic

Software Company).

Page 13: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

3

judul: Penarikan Kembali Harta Wakaf oleh Pemberi Wakaf (Study Analisis

Pendapat Imam Syafi'i)

B. Perumusan Masalah

Permasalahan merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat

pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin dicarikan jawabannya.4 Bertitik

tolak pada keterangan itu, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali harta wakaf

oleh pemberi wakaf?

2. Bagaimana metode istinbath hukum Imam Syafi'i tentang penarikan

kembali harta wakaf oleh pemberi wakaf?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali harta

wakaf oleh pemberi wakaf

2. Untuk mengetahui metode istinbath hukum Imam Syafi'i tentang

penarikan kembali harta wakaf oleh pemberi wakaf

D. Telaah Pustaka

Berdasarkan hasil riset tidak dijumpai skripsi yang judul atau materi

bahasanya hampir sama dengan penelitian yang hendak penulis susun.

4Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Cet. 7, Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan, 1993, hlm. 312.

Page 14: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

4

Penelitian-penelitian terdahulu belum menyentuh pendapat Imam Syafi'i

tentang penarikan kembali harta wakaf oleh pemberi wakaf. Penelitian yang

dimaksud di antaranya:

1. Penelitian yang disusun Mamik Sunarti (NIM: 2101330) dengan judul:

Analisis Hukum Islam terhadap Pemberdayaan Ekonomi Harta Wakaf

(Studi Lapangan Harta Wakaf Masjid Agung Semarang). Pada intinya

hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberdayaan harta wakaf

Masjid Agung Semarang jauh dari kata ideal. Pemberdayaan masih dalam

lingkup usaha yang terbatas seperti hanya dalam bentuk pemberdayaan

SPBU, pembangunan pertokoan yang berlokasi di belakang Masjid Agung

Semarang, dan penyewaan perkantoran. Dengan kata lain, pengelolaan

dan pengembangan benda wakaf belum sesuai dengan harapan.

Untuk membangun atau mengarahkan harta wakaf menjadi lebih

bermanfaat, ada hambatan yang cukup berarti karena menyangkut

kemampuan para pengelola harta wakaf. Sehingga ada kesan bahwa para

pengelola harta wakaf masih lemah dalam aspek sumber daya manusia

(SDM). Dalam kaitannya dengan hukum Islam, apabila harta wakaf sudah

tidak memberikan manfa'at lagi, bolehkah benda wakaf itu ditukar dengan

maksud diberdayakan menjadi produktif? Asy Syafi'i sendiri dalam

masalah tukar menukar harta wakaf hampir sama dengan Imam Malik,

yaitu sangat mencegah adanya tukar menukar harta wakaf. Imam Syafi'i

menyatakan tidak boleh menjual masjid secara mutlak, sekalipun masjid

itu roboh. Tapi golongan Syafi'i berbeda pendapat tentang harta wakaf

Page 15: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

5

yang berupa barang tak bergerak yang tidak memberi manfaat sama

sekali: (1) sebagian menyatakan boleh di tukar agar harta wakaf itu ada

manfaatnya; (2) sebagian menolaknya. Dengan demikian dalam perspektif

golongan Syafi'i, bahwa secara hukum pendapat yang pertama

membolehkan menukar, mengganti, merubah penggunaan dan peruntukan

benda wakaf. Sedangkan pendapat golongan yang kedua dari golongan

Syafi'i tidak membolehkannya dan harus sesuai dengan isi pesan wakif

2. Penelitian yang disusun Amalia (NIM: 2101244) dengan judul: Analisis

Hukum Islam tentang Sengketa Tanah Wakaf dan Hibah Aset Yayasan al-

Amin Kab. Blora. Pada intinya hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwa status kepemilikan tanah wakaf dan hibah aset Yayasan al-Amin

Kab. Blora berada dalam sengketa yang berkepanjangan antara keluarga

almarhum pemberi wakaf dan hibah dengan yayasan. Atas dasar ini maka

ditinjau dari hukum Islam (fiqih muamalah) status kepemilikan tanah

wakaf aset Yayasan al-Amin Kabupaten Blora termasuk milk naqish

(pemilikan tidak sempurna) karena pada prinsipnya, wakaf termasuk

kategori milk naqish. Di samping itu keluarga almarhum pemberi wakaf

juga berpendapat bahwa yayasan hanya memiliki hak memiliki benda itu

akibat tidak dipenuhinya syarat al-aqd.

Cara pemanfaatan tanah wakaf dan hibah di Yayasan al-Amin

Kabupaten Blora belum didayagunakan secara maksimal. Hal ini

disebabkan oleh beberapa hal: (a) tanah masih dipersengketakan; (b) ada

pemahaman di masyarakat bahwa tanah wakaf itu tidak boleh dialih

Page 16: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

6

fungsikan. Pemahaman ini dipengaruhi oleh adanya pendapat mazhab

Syafi'i yang tidak boleh mengalih fungsikan tanah wakaf.

3. Penelitian yang disusun Lukman Zein (NIM. 2101107) dengan judul:

Studi Analisis Pendapat Mazhab Hanafi tentang Wakaf oleh Orang Safih.

Pada intinya hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa menurut

Mazhab Hanafi, seorang safih sah mewasiatkan 1/3 dari hartanya apabila

dia punya ahli waris. Keabsahan tersebut dengan syarat dia berwasiat agar

dipergunakan dalam berbagai hal kebaikan seperti untuk memberi nafkah

fakir miskin, untuk membangun sanatorium, jembatan, masjid dan lain

sebagainya. Akan halnya bila dia berwasiat untuk tempat permainan, club

dan lain sebagainya, maka wasiatnya batal; tidak lulus". Pendapat mazhab

Hanafi tersebut mengisyaratkan, seorang safih dibolehkan mewakafkan

hartanya dengan ketentuan: pertama, benda yang hendak diwakafkan

tidak boleh melebihi dari satu pertiga keseluruhan harta yang dimiliki;

kedua, benda yang diwakafkan itu dimaksudkan untuk hal-hal yang

sifatnya mendatangkan kebaikan yaitu tidak bertentangan dengan

ketentuan al-Qur'an dan hadis. Dengan demikian, apabila orang safih

mewakafkan harta diperuntukkan bagi jalan kemaksiatan maka wakafnya

batal.

Secara umum dapat diterangkan bahwa dasar istinbat hukum

mazhab Hanafi adalah (1) al-Qur'an; (2) Sunnah Rasulullah; (3) Fatwa-

fatwa dari para sahabat; (4) Istihsan; (5) Ijma'; (6) Urf. Sedangkan

istinbat hukum secara khusus yang berkaitan dengan wakaf bagi orang

Page 17: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

7

safih adalah (a) Sumber/dalil pokok yakni firman Allah Swt dalam al-

Qur'an surat an-Nisa ayat 6. (b) Qiyas.

Adapula buku-buku yang membahas tentang wakaf, akan tetapi

secara spesifik dan mendalam membahas syarat-syarat wakaf, di

antaranya:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 Tentang

Wakaf. Dalam undang-undang ini diatur tentang dasar-dasar wakaf,

pendaftaran dan pengumuman harta benda wakaf, perubahan status

harta benda wakaf, pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf

dan lain-lain. Demikian pula dalam Kompilasi Hukum Islam

(KHI/Inpres No. 1/1991) diatur tentang fungsi, unsur-unsur dan

syarat-syarat wakaf, tata cara perwakafan dan pendaftaran benda

wakaf, kewajiban dan hak-hak Nadzir, dan lain-lain.

2. Syekh Zainuddin Ibn Abd Aziz al-Malibary, Fath al-Mu’in. Menurut

penyusun kitab ini bahwa tidak disyaratkan adanya qabul walaupun

dari mauquf alaih yang telah tertentu orangnya, karena mengingat

bahwa wakaf adalah suatu ibadah. Tapi yang disyaratkan adalah tidak

adanya penolakan.5

3. Ahmad Rofiq, Fiqih Kontekstual dari Normatif ke Pemaknaan Sosial.

Dalam buku ini dijelaskan bahwa ikrar adalah pernyataan kehendak

dari wakif untuk mewakafkan tanah atau benda miliknya (ps. 1 (3) PP

No. 28/1977 jo. ps. 215 (3) KHI). Pernyataan atau ikrar wakaf ini

5Syekh Zainuddin Ibn Abd Aziz al-Malibary, Fath al-Qarîb al-Mujîb, Beirut: Dâr al-Ihya

al-Kitab, tth, hlm. 353

Page 18: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

8

harus dinyatakan secara tegas baik lisan maupun tertulis, dengan

redaksi "aku mewakafkan" atau "aku menahan" atau kalimat yang

semakna lainnya. Ikrar ini penting, karena pernyataan ikrar membawa

implikasi gugurnya hak kepemilikan wakif, dan harta wakaf menjadi

milik Allah atau milik umum yang dimanfaatkan untuk kepentingan

umum yang menjadi tujuan wakaf itu sendiri. Karena itu,

konsekuensinya, harta wakaf tidak bisa dihibahkan, diperjualbelikan,

atau pun diwariskan. Secara teknis, ikrar wakaf diatur dalam pasal 5

PP 28 / 1977 jo. pasal 218 KHI: (1). Pihak yang mewakafkan tanahnya

harus mengikrarkan kehendaknya secara jelas dan tegas kepada Nadzir

di hadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) sebagaimana

dimaksud pasal 9 ayat (2) yang kemudian menuangkannya dalam

bentuk Aktra Ikrar Wakaf (AIW) dengan disaksikan oleh sekurang-

kurangnya 2 (dua) orang saksi. (2). Dalam keadaan tertentu,

penyimpangan dari ketentuan dimaksud dalam ayat (1) dapat

dilaksanakan setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan Menteri

Agama.6

4. Faishal Haq dan Saiful Anam, Hukum Wakaf dan Perwakafan di

Indonesia. dalam buku ini dipaparkan, sighat akad ialah segala

ucapan, tulisan atau isyarat dari orang yang berakad untuk menyatakan

kehendak dan menjelaskan apa yang diinginkannya. Wakaf adalah

tasharruf/tabarru' yang selesai dengan adanya ijab saja tanpa harus

6Ahmad Rofiq, Fiqih Kontekstual dari Normatif ke Pemaknaan Sosial, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2004, hlm. 324

Page 19: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

9

diikuti qabul. Jadi sighat wakaf ialah sesuatu yang datang dari wakif

yang menyatakan terjadinya wakaf.7

Dari berbagai kepustakaan di atas menunjukkan bahwa penelitian

terdahulu berbeda dengan saat ini karena penelitian ini mengambil tema:

Pendapat Imam Syafi'i tentang Penarikan Kembali Harta Wakaf oleh Pemberi

Wakaf.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini pada prinsipnya bersifat deskriptif analisis yaitu sebagai

prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan

menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian pada sekarang,

berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Metode

deskriptif memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta (fact finding)

sebagaimana keadaan nsebnearnya.8 Metode ini diaplikasikan dengan cara

membandingkan pendapat Imam Syafi'i dengan dinamika perkembangan

wakaf dewasa ini. Dari perbandingan ini dapat ditemukan persamaan,

perbedaan, kelebihan dan kekurangan masing-masing.

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (Library

Research), yaitu dengan jalan melakukan penelitian terhadap sumber-

sumber tertulis, maka penelitian ini bersifat kualitatif. Sedangkan library

research menurut Sutrisno Hadi, adalah suatu riset kepustakaan atau

7Faishal Haq dan Saiful Anam, Hukum Wakaf dan Perwakafan di Indonesia, Pasuruan

Jawa Timur: GBI (Anggota IKADI), 1994, hlm. 26 8Hadari Nawawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 1996, hlm. 73.

Page 20: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

10

penelitian murni.9 Dalam penelitan ini dilakukan dengan mengkaji

dokumen atau sumber tertulis seperti kitab/buku, majalah, dan lain-lain.

2. Sumber Data

a. Data Primer, yaitu data yang langsung yang segera diperoleh dari

sumber data oleh penyelidik untuk tujuan yang khusus itu.10

Data yang

dimaksud adalah karya-karya Imam Al-Syafi'i yang berhubungan

dengan judul di atas di antaranya: (1) Al-Umm. (2) Kitab al-Risalah.

Yang akhir ini merupakan kitab ushul fiqh yang pertama kali dikarang

dan karenanya Imam Syafi’i dikenal sebagai peletak ilmu ushul fiqh.

Di dalamnya diterangkan pokok-pokok pikiran beliau dalam

menetapkan hukum.11

b. Data Sekunder, yaitu data yang telah lebih dahulu dikumpulkan oleh

orang diluar diri penyelidik sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu

sesungguhnya adalah data yang asli.12

Dengan demikian data sekunder

yang relevan dengan judul di atas, di antaranya: literatur lainnya yang

relevan dengan judul di atas, di antaranya: Kitab Bidayah al-Mujtahid

wa Nihayah al-Muqtasid; Kifayah al-Akhyar; Fatul Mu'in; Tafsir Ayat

Ahkam; Mazahib al-Arba'ah; I'anah at-Talibin; Subulus Salam; Nail

al-Autar; Fathul Bari Syarah Sahih al-Bukhari.

9Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas

Psikologi, UGM, 1981, hlm. 9. 10Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian-Penelitian Ilmiah, Dasar Metoda Teknik,

Edisi 7, Bandung: Tarsito, 1989, hlm. 134-163. 11Djazuli, Ilmu Fiqh, Jakarta: Prenada Media, 2005, hlm. 131-132 12

Ibid

Page 21: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

11

3. Metode Pengumpulan Data

Karena penelitian ini merupakan penelitian terhadap pendapat

Imam Syafi'i tentang penarikan kembali harta wakaf oleh pemberi wakaf,

maka pengumpulan data dilakukan dalam bentuk penelitian kepustakaan

(library research). Dalam hal ini penggunaan kepustakaan meliputi di

dalamnya seperti buku-buku, skripsi, tesis, majalah, surat kabar yang ada

relevansinya dengan tema skripsi ini.

4. Metode Analisis Data

Dalam menganalisa data, penulis menggunakan metode deskriptif

analisis. Dengan deskriptif dimaksudkan, bahwa semua ide pemikiran

pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali harta wakaf oleh

pemberi wakaf diuraikan secara apa adanya, dengan maksud untuk

memahami jalan pikiran dan makna yang terkandung dalam konsep

pemikirannya.

Dengan metode analisis tersebut dimaksudkan bahwa semua bentuk-

bentuk istilah dan pemikiran Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

wakaf oleh pemberi wakaf, peneliti analisis secara cermat dan kritis. Ini

sebagai langkah untuk menemukan pengertian-pengertian yang tepat

mengenai Imam Syafi'i.

Penulis juga menggunakan metode hermeneutika, yaitu dalam hal

ini bagaimana menjelaskan isi sebuah teks keagamaan kepada masyarakat

yang hidup dalam tempat dan kurun waktu yang jauh berbeda dari si

Page 22: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

12

empunya.13

Dalam konteks ini, analisis sedapat mungkin dengan melihat

latar belakang sosial budaya, konteks pembaca dan teks dalam rentang

waktu yang jauh dengan konteks masa kini sehingga isi pesan menjadi

jelas dan relevan dengan kurun waktu pembaca saat ini.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-

masing menampakkan titik berat yang berbeda, namun dalam satu kesatuan

yang saling mendukung dan melengkapi.

Bab pertama berisi pendahuluan, merupakan gambaran umum secara

global namun integral komprehensif dengan memuat: latar belakang masalah,

permasalahan, tujuan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan

sistematika Penulisan.

Bab kedua berisi landasan teori yang meliputi definisi wakaf dan dasar

hukumnya, syarat dan rukun wakaf, macam-macam wakaf, manfaat wakaf,

pendapat para ulama tentang penarikan kembali harta wakaf oleh pemberi

wakaf.

Bab ketiga berisi pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

harta wakaf oleh pemberi wakaf yang meliputi biografi Imam Syafi’i (latar

belakang kehidupan dan pendidikan, karya-karyanya, situasi politik dan sosial

keagamaan), pendapat Imam Syafi’i tentang penarikan kembali harta wakaf

13Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutik,,

Jakarta: Paramadina, 1996, hlm. 14.

Page 23: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

13

oleh pemberi wakaf, metode istinbath hukum Imam Syafi'i tentang penarikan

kembali harta wakaf oleh pemberi wakaf.

Bab keempat berisi analisis pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan

kembali harta wakaf oleh pemberi wakaf yang meliputi analisis atas pendapat

Imam Syafi’i tentang penarikan kembali harta wakaf oleh pemberi wakaf,

metode istinbath hukum Imam Syafi'i tentang penarikan kembali harta wakaf

oleh pemberi wakaf

Bab kelima merupakan penutup yang berisi kesimpulan, saran dan

penutup.

Page 24: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

14

BAB II

WAKAF MENURUT HUKUM ISLAM

A. Definisi Wakaf dan Dasar Hukumnya

Perwakafan atau wakaf merupakan pranata dalam keagamaan Islam

yang sudah mapan. Dalam hukum Islam, wakaf termasuk ke dalam kategori

ibadah sosial (ibadah ijtimaiyyah).1 Secara bahasa wakaf berasal dari kata

waqafa yang artinya al-habs (menahan).2 Dalam pengertian istilah, wakaf

adalah menahan atau menghentikan harta yang dapat diambil manfaatnya guna

kepentingan kebaikan untuk mendekatkan diri kepada Allah.3 Menurut Sayyid

Sabiq wakaf berarti menahan harta dan memberikan manfaatnya di jalan

Allah.4 Menurut Muhammad Jawad Mughniyah, wakaf adalah sejenis

pemberian yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan menahan (pemilikan)

asal, lalu menjadikan manfaatnya berlaku umum.5 Wakaf adalah

menghentikan pengalihan hak atas suatu harta dan menggunakan hasilnya bagi

kepentingan umum sebagai pendekatan diri kepada Allah.6 Adapun menurut

Pasal 6 UU No. 14 Tahun 2004 (Tentang Wakaf) bahwa wakaf dilaksanakan

dengan memenuhi unsur wakaf sebagai berikut: (wakif, nazhir, harga benda

wakaf, ikrar wakaf, peruntukan harta benda wakaf, jangka waktu wakaf).

1Departemen Agama, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia, Jakarta: Proyek

Peningkatan Zakat dan Wakaf Dirjen Bimas dan Penyelenggaraan Haji, 2003, hlm. 1 2Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Beirut: Dar al-Fikr, tth, hlm. 307. Lihat juga Syekh

Zainuddin Ibn Abd Aziz al-Malibary, Fath al-Mu’in, Semarang: Toha Putera , tth, hlm. 87.

3 Imam Taqiyuddin Abu Bakar ibn Muhammad Al-Hussaini, Kifayah Al Akhyar, Juz 1,

Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, t.th., hlm. 319. 4Sayyid Sabiq, loc. cit., 5Muhammad Jawad Mughniyah, al-Fiqh ‘Ala al-Mazahib al-Khamsah, Terj. Masykur,

Afif Muhammad, Idrus al-Kaff, "Fiqih Lima Mazhab", Jakarta: Lentera, 2001, hlm. 635 6Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, Jakarta: Prenada Media, 2003, hlm. 223

Page 25: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

15

Dari rumusan pengertian di atas terlihat bahwa dalam Fiqh Islam,

wakaf sebenarnya dapat meliputi berbagai benda. Walaupun berbagai riwayat

atau hadis yang menceritakan masalah wakaf ini adalah mengenai tanah, tapi

para ulama memahami bahwa wakaf non tanah pun boleh saja asal bendanya

tidak langsung musnah atau habis ketika diambil manfaatnya.7 Dari berbagai

rumusan di atas pula dapat disimpulkan bahwa wakaf ialah menghentikan

(menahan) perpindahan milik suatu harta yang bermanfaat dan tahan lama,

sehingga manfaat harta itu dapat digunakan untuk mencari keridhaan Allah

swt.

Adapun dasar hukum wakaf dapat dilihat dalam al-Qur'an, di antaranya

dalam surat Ali Imran ayat 92:

���� ����� � � ��� ����� ������ �� ������� ! "���# ���$%& ! "'(� ������� ! )'*�+ ',%��� �����"���!)��,(� ./ :12(

Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan, sebelum kamu

menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang

kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya (Q.S.

ali-Imran: 92). 8

Rasulullah saw bersabda:

���� ��� �4�5 �6�,�7�, 8 ���� ���� ��� )��9 :� �.� ;�5 �."�< �."�<����;�# ����� ��� �; �� "=;�,�� �>�%�*�+�*�+��# "=?"�@A :� B�%�C�%�D�� ����� E"�" �� �������# �F�#�5�#

G��"������ �H���7 ?��I���J"���C�+) K�#5L5"M%��( 9

7Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di Indonesia dalam Teori dan Praktek, Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 26. 8Yayasan Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya:

DEPAG RI, 1978, hlm. 91 9Abu Abdillâh al-Bukhâry, Sahîh al-Bukharî, hadis No. 1621 dalam CD program

Mausu'ah Hadis al-Syarif, 1991-1997, VCR II, Global Islamic Software Company).

Page 26: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

16

Artinya: Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Barang siapa

mewakafkan seekor kuda di jalan Allah dengan penuh keimanan dan

keikhlasan maka makanannya, tahinya dan kencingnya itu menjadi

amal kebaikan pada timbangan di hari kiamat (HR. al-Bukhari).

Hadis di atas menunjukkan bahwa wakaf merupakan salah satu ibadah

yang pahalanya tidak akan putus sepanjang manfaat harta yang diwakafkan itu

masih dapat diambil, meskipun si pelaku wakaf sudah meninggal dunia. Oleh

sebab itu wakaf tergolong ke dalam kelompok amal jariyah (yang mengalir).

Kata waqaf digunakan dalam al-Qur'an empat kali dalam tiga surat

yaitu QS. Al-An'am, 6: 27, 30, Saba', 34: 31, dan al-Saffat, 37 : 24. Ketiga

yang pertama artinya menghadapkan (dihadapkan), dan yang terakhir artinya

berhenti atau menahan, "Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena

sesungguhnya mereka akan ditanya". Konteks ayat ini menyatakan proses ahli

neraka ketika akan dimasukkan neraka.10

Wakaf yang bentuk jama’-nya auqâf berasal dari kata benda abstrak

(masdar) atau kata kerja (fi’il) yang dapat berfungsi sebagai kata kerja transitif

(fi’il muta’addi) atau kata kerja intransitif (fi’il lazim), berarti menahan atau

menghentikan sesuatu dan berdiam di tempat.11

Dengan kata lain, perkataan

waqf yang menjadi wakaf dalam bahasa Indonesia berasal dari kata bahasa

Arab: waqafa – yaqifu – waqfan yang berarti ragu-ragu, berhenti,

memperhentikan, memahami, mencegah, menahan, mengatakan,

memperlihatkan, meletakkan, memperhatikan, mengabdi dan tetap berdiri.12

10Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997,

hlm. 481. 11Didin Hafidhuddin, Islam Aplikatif, Jakarta: Gema Insani Press, 2003, hlm. 120. 12Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,

Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997, hlm. 1576.

Page 27: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

17

Kata al-waqf semakna dengan al-habs bentuk masdar dari habasa – yahbisu –

habsan, artinya menahan.13

Pengertian di atas tidak berbeda dengan Sayyid Sabiq yang

berpendapat bahwa secara bahasa wakaf berasal dari kata waqafa adalah sama

dengan habasa. Jadi al-waqf sama dengan al-habs yang artinya menahan.14

Pengertian yang sama dikemukakan oleh Abu Bakar Jabir al-Jazairi dalam

kitab Minhâj al-Muslim, bahwa menurut bahasanya, "wakaf" berarti

menahan.15

Dalam pengertian istilah, dalam kitab Kifayah Al Akhyar dirumuskan:

>%+ ."� �N@ O"�*?P� � Q� �"�� ��� O��R �� S,T*�� U ���

S,T!# D�"�� V W�� "�,�! XA :� X"D!16

Artinya: “Penahanan harta yang memungkinkan untuk dimanfaatkan disertai

dengan kekalnya zat benda dengan memutuskan (memotong)

tasharuf (pengelolaan) dalam penjagaannya atas muthosorif

(pengelola) yang dibolehkan adanya.”

Menurut Mundzir Qahaf, wakaf adalah menahan harta baik secara

abadi maupun sementara, untuk dimanfaatkan langsung atau tidak langsung,

dan diambil manfaat hasilnya secara berulang-ulang di jalan kebaikan untuk

umum atau khusus.17

Sejalan dengan itu Maulana Muhammad Ali

merumuskan wakaf sebagai penetapan yang bersifat abadi untuk memungut

13Ahmad Rofiq, op. cit., hlm. 490. 14Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Juz III, Beirut: Dar al-Fikr, tth, hlm. 307. 15Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Minhâj al-Muslim, Kairo: Maktabah Dâr al-Turas, 2004,

hlm. 343.

16Imam Taqi al-Din Abu Bakr ibn Muhammad Al-Hussaini, Kifayah Al Akhyar, Juz I,

Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, tth, hlm. 319. 17Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, Terj. Muhyiddin Mas Rida, Jakarta:

Pustaka al-Kautsar, 2000, hlm. 52.

Page 28: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

18

hasil dari barang yang diwakafkan guna kepentingan orang seorang, atau yang

bersifat keagamaan, atau untuk tujuan amal.18

Menurut Sayyid Sabiq, wakaf berarti menahan harta dan memberikan

manfaatnya di jalan Allah.19

Menurut Muhammad Jawad Mughniyah, wakaf

adalah sejenis pemberian yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan

menahan (pemilikan) asal, lalu menjadikan manfaatnya berlaku umum.20

Menurut Amir Syarifuddin, wakaf adalah menghentikan pengalihan hak atas

suatu harta dan menggunakan hasilnya bagi kepentingan umum sebagai

pendekatan diri kepada Allah.21

Sedangkan menurut Al-Shan'ani, wakaf

adalah menahan harta yang dapat diambil manfaatnya tanpa menghabiskan

atau merusakkan bendanya (ainnya) dan digunakan untuk kebaikan.22

Dari rumusan pengertian di atas terlihat bahwa dalam Fiqih Islam,

wakaf sebenarnya dapat meliputi berbagai benda. Walaupun berbagai

riwayat/hadis yang menceritakan masalah wakaf ini adalah mengenai tanah,

tapi berbagai ulama memahami bahwa wakaf non tanah pun boleh saja asal

bendanya tidak langsung musnah/habis ketika diambil manfaatnya.23

Dalam pasal 1 butir 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41

Tahun 2004 Tentang Wakaf, bahwa wakaf adalah perbuatan hukum wakif

untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya

18Maulana Muhammad Ali, Islamologi, (Dinul Islam), Jakarta: PT Ichtiar Baru Van

Hoeve, 1976, hlm. 467. 19Sayyid Sabiq, op. cit., hlm. 307. 20Muhammad Jawad Mughniyah, al-Fiqh ‘Ala al-Mazahib al-Khamsah, Terj. Masykur,

Afif Muhammad, Idrus al-Kaff, "Fiqih Lima Mazhab", Jakarta: Lentera, 2001, hlm. 635 21Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, Jakarta: Prenada Media, 2003, hlm. 233 22Al-San'any, Subul al-Salam, Juz III, Kairo: Syirkah Maktabah Mustafa al-Babi al-

Halabi, 1950, hlm. 87. 23Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di Indonesia dalam Teori dan Praktek, Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 26.

Page 29: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

19

untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai

dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan atau/kesejahteraan umum

menurut syari’ah.24

Dalam butir 1 pasal 215 KHI (INPRES No. 1/1991),

disebutkan, wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang

atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan

melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadat atau

keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam.25

Dari berbagai rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa wakaf ialah

menghentikan (menahan) perpindahan milik suatu harta yang bermanfaat dan

tahan lama, sehingga manfaat harta itu dapat digunakan untuk mencari

keridhaan Allah Swt.

Dasar hukum wakaf dapat dilihat dalam al-Qur'an, di antaranya dalam

surat al-Baqarah, 2: 267,

��7Y��� "�Z$7�[ "�7 ��\� ��N�� "���]�,� �[ "'(��# �� *�%�C�_ "�� J"�%\�� �� ������?�[ ��� ���/ ��� a(�b ! ��[ �PA 7Y c� � *�C���# ������� ! ��� �d�%�M��� ��� ('(���! �P�# e�5fg�

�h�(�+ i���j � ��� ���[ ��� (�����# ��}2lm{ Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah sebagian dari hasil

usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami

keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih

yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal

kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan

memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah

Maha Kaya lagi Maha Terpuji".26

24Hadi Setia Tunggal, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004

Tentang Wakaf, Jakarta: Harvarindo, 2005, hlm. 2. 25Tim Redaksi Fokus Media, Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Fokus Media, 2005,

hlm. 68. 26Yayasan Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya:

DEPAG RI, 1978, hlm. 67.

Page 30: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

20

Surat al-Baqarah, 2: 261,

'� �B�"���; �Q�%�; �o�*�%?�[ �G'%�+ B�p�(�_ ��� B�%�; �� �� Z��������[ ������� 7 ��7Y��� �B�p ����� �Q;��# ����# q�"�r�7 ��(� s�"�a 7 ����# �G'%�+ �G�t\� �G� %� ; uB�_ ��

}2lv{

Artinya: "Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan

Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan

tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat

gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas

lagi Maha Mengetahui".27

Surat Ali-Imran, 3: 92:

��� � � ��� ����� ������ �� ������� ! "���# ���$%& ! "'(� ������� ! )'*�+ ',%��� �����"���! �����)��,(� ./ :12(

Artinya: "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan, sebelum kamu

menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang

kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya". (Q.S.

Ali-Imran: 92). 28

Ayat-ayat al-Qur'an tersebut, menurut pendapat para ahli, dapat

dipergunakan sebagai dasar umum lembaga wakaf.29

Itulah sebabnya Hamka

dalam Tafsir al-Azhar menjelaskan surat Ali-Imran ayat 92 dengan

menyatakan bahwa setelah ayat ini turun, maka sangat besar pengaruhnya

kepada sahabat-sahabat Nabi Saw dan selanjutnya menjadi pendidikan batin

yang mendalam di hati kaum muslimin yang hendak memperteguh

keimanannya.30

27Yayasan Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya:

DEPAG RI, 1978, hlm. 65. 28

Ibid, hlm. 91 29Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta: UI Press, 1988,

hlm. 81. 30Hamka, Tafsir Al Azhar, Juz IV, Jakarta:PT Pustaka Panji Mas, 1999, hlm. 8

Page 31: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

21

Adapun salah satu hadis yang berbicara tentang wakaf yang secara

umum bermaksud menjelaskan wakaf yaitu:

Rasulullah Saw bersabda:

*<# w� 7[ ��� x�y "�Fzh+%��{�D7 G��� h�D; � "�Fzh+ ���"< ,�|+ ����#� �8 B�D(�;A[ 6,�7,8 }[ ��� ��[ ��� �~D��� �� ,��D] ����� :� .�;5

;# ��� :� )�9��PA (� ��� Q���?� �"C�?���� J"� ��A ."< �F ��� ~ GF�PA � Q�*��7 ��� �#[ G75"] G<h9 ��� � ���h7 �"9 h�# �#[)�C� K�#5(31

Artinya: "Telah mengabarkan kepada kami dari Yahya bin Ayyub dan

Qutaibah Ya'ni bin Sa'id dan Ibnu Hujrin dari Ismail Ibnu Ja'far dari

al-'Ala' dari bapaknya dari Abu Hurairah ra. (katanya) sesungguhnya

Rasulullah Saw. bersabda: apabila manusia sudah mati, maka

putuslah amalnya kecuali dari tiga macam, yaitu sedekah jariyah, atau

ilmu yang dimanfaatkan, atau anak yang saleh yang mendo'akannya".

(HR. Muslim).

Berdasarkan hadis di atas menunjukkan bahwa wakaf merupakan salah

satu ibadah yang pahalanya tidak akan putus sepanjang manfaat harta yang

diwakafkan itu masih dapat diambil, meskipun si pelaku wakaf sudah

meninggal dunia. Oleh sebab itu wakaf tergolong ke dalam kelompok amal

jariah (yang mengalir).

B. Syarat dan Rukun Wakaf

Untuk memperjelas syarat dan rukun wakaf maka lebih dahulu

dikemukakan pengertian syarat dan rukun baik dari segi etimologi maupun

terminologi. Secara etimologi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, rukun

31Al-Imam Abul Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahîh Muslim,

Juz III, Mesir: Tijariah Kubra, tth, hlm. 73.

Page 32: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

22

dilakukan."32

Menurut Satria Effendi M. Zein, bahwa menurut bahasa, syarat

adalah sesuatu yang menghendaki adanya sesuatu yang lain atau sebagai

tanda,33

melazimkan sesuatu.34

Secara terminologi, yang dimaksud dengan syarat adalah segala

sesuatu yang tergantung adanya hukum dengan adanya sesuatu tersebut, dan

tidak adanya sesuatu itu mengakibatkan tidak ada pula hukum, namun dengan

adanya sesuatu itu tidak mesti pula adanya hukum.35

Hal ini sebagaimana

dikemukakan Abd al-Wahhab Khalaf,36

bahwa syarat adalah sesuatu yang

keberadaan suatu hukum tergantung pada keberadaan sesuatu itu, dan dari

ketiadaan sesuatu itu diperoleh ketetapan ketiadaan hukum tersebut. Yang

dimaksudkan adalah keberadaan secara syara’, yang menimbulkan efeknya.

Hal senada dikemukakan Muhammad Abu Zahrah, asy-syarth (syarat) adalah

sesuatu yang menjadi tempat bergantung wujudnya hukum. Tidak adanya

syarat berarti pasti tidak adanya hukum, tetapi wujudnya syarath tidak pasti

wujudnya hukum.37

Sedangkan rukun, dalam terminologi fikih, adalah sesuatu

yang dianggap menentukan suatu disiplin tertentu, di mana ia merupakan

bagian integral dari disiplin itu sendiri. Atau dengan kata lain rukun adalah

penyempurna sesuatu, di mana ia merupakan bagian dari sesuatu itu.38

32

Ibid., hlm. 1114. 33Satria Effendi M. Zein, Ushul Fiqh, Jakarta: Prenada Media, 2005, hlm. 64 34Kamal Muchtar, Ushul Fiqh, Jilid 1, Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1995, hlm. 34 35Alaiddin Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004,

hlm. 50 36Abd al-Wahhab Khalaf, ‘Ilm Usul al-Fiqh, Kuwait: Dar al-Qalam, 1978, hlm. 118. 37Muhammad Abu Zahrah, Usul al-Fiqh, Cairo: Dar al-Fikr al-‘Arabi, 1958, hlm. 59. 38Abdul Ghofur Anshori, Hukum dan Praktik Perwakafan di Indonesia, Yogyakarta: Pilar

Media, 2006, hlm. 25.

Page 33: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

23

Adapun unsur (rukun) wakaf dan syarat yang menyertainya adalah

sebagai berikut:

1. Waqif (orang yang mewakafkan).

Syarat wakif adalah sehat akalnya, dalam keadaan sadar, tidak

dalam keadaan terpaksa atau dipaksa, dan telah mencapai umur baligh.39

Wakif adalah pemilik sempurna harta yang diwakafkan.40

Dalam versi

pasal 215 (2) KHI jo. pasal 1 (2) PP 28/1977 dinyatakan: "Wakif adalah

orang atau orang-orang ataupun badan hukum yang mewakafkan benda

miliknya".

Adapun syarat-syarat wakif adalah:

(1) Badan-badan hukum Indonesia dan orang atau orang-orang yang

telah dewasa dan sehat akalnya serta yang oleh hukum tidak

terhalang untuk melakukan perbuatan hukum, atas kehendak sendiri

dapat mewakafkan benda miliknya dengan memperhatikan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

(2) Dalam hal badan-badan hukum, maka yang bertindak untuk dan atas

namanya adalah pengurusnya yang sah menurut hukum (Pasal 3

Peraturan Pemerintah 28/1977).

39Abi Yahya Zakariya al-Anshary, Fath al-Wahhab, Juz I, Beirut: Dar al-Fikr, t.th, , hlm.

256 40Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997,

hlm. 493.

Page 34: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

24

Sebagai ibadah tabarru' (mendermakan harta), wakaf memang

tidak mengharuskan adanya qabul, hal ini sebagaimana dinyatakan Sayyid

Sabiq:

��# �,r� s<��� HI� Gb�T�"� ��?#[ s<��� )� .h7 "� s<���� BD� B�"_ ��N7 ��� G�,T! �T7 �R s<���� ��N7 �[ B�D�� �� G�8g�

�� S�<��� .�%< XA K�"�D?� U �"*y P# 5"�*^P�# G7,��# O�%��#41

Artinya: Bila seorang yang berwakaf berbuat sesuatu yang menunjukkan

kepada wakaf atau mengucapkan kata-kata wakaf, maka tetaplah

wakaf itu, dengan syarat orang yang berwakaf adalah orang yang

sah tindakannya, misalnya cukup sempurna akalnya, dewasa,

merdeka dan tidak dipaksa. Untuk terjadinya wakaf ini tidak

diperlukan qabul dari yang diwakafi.

Meskipun demikian, ini harus dipahami dan jangan sampai salah

dalam interpretasi (penafsiran) bahwa dalam pelaksanaannya, wakaf perlu

disertai dengan bukti-bukti tertulis, agar tindakan hukum wakaf

mempunyai kekuatan hukum dan menciptakan tertib administrasi.

Dasarnya pun sebenarnya sangat jelas, karena ayat muamalah dalam QS.

al-Baqarah 282, tentang perintah mencatat dalam urusan utang piutang,

dapat menjadi analogi dalam pencatatan wakaf.42

A ��� ���/ ��7Y��� "�Z$7�[ "�7 � *�N�����# K� % *�_"�� )�(�C$� �B�]�[ )��A ���7�h� � *��7��h�! ��� ��� �(��� "�(�_ �� *�N�7 ���[ ��!"�_ �w���7 �P�# .�h�D��"� ��!"�_ ���N����'�

�>�M�%�7 �P�# '��5 � ��� �'*�����# $��&��� ����� LY��� B�( ����# �� *�N����� E"t���� ��� �� 8 �B( 7 ��[ Q���*�C�7 �P �#�[ E"��D�4 �#�[ E"Z���; $��&��� ����� LY��� ��"�_ ����

41Sayyid Sabiq, Juz 3, op.cit., hlm. 309. 42Ahmad Rofiq, Fiqh Kontekstual, op. cit, hlm. 322.

Page 35: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

25

"�?��N�7 ���� ���� ���N�"�]\5 �� ��7�h�Z�� ��# hZ�r�*�;��# .�h�D��"� $���# �B�( ����'(� �"�!�[�,����# �B ]�,�� ���� ]�5 "�( 8��h�+�A �Ba�! ��[ ���h�Z$r�� ��� �����4�,�! �

��[ ���� ����C�! �P�# ��� � � "�� ���A ���h�Z$r�� �w���7 �P�# ��,� qg� "�( 8��h�+A �,u_�Y *��"�Z'r� H��<�[�# ��� �h�� ���C�<�[ ���N��� �]�[ )��A E��%�_ #�[ E��b�9 K�� % *�N�! 6��

�>����� ���N������ "�Z�?# ,7h ! E6�,4"�+ E6�5"�|! ����N�! ��[ �PA ��� �"�!�,�! �P�[ )�?���[�# �P�# ��!"�_ '5c�a 7 �P�# �� *�D�7"�%�! ���A ���# hZ���[�# "�8� % *�N�! �P�[ ��"�� ] ���N�����

� ��� C�� '?��� �����D���! �A�# �h�Z�� uB�N� ����# ��� ��N (u�D 7�# � ��� �����'!��# ���N ����� ������)6,�%�� :2�2(

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah

tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu

menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu

menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan

menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka

hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu

mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia

bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi

sedikit pun dari pada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang

yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri

tidak mampu mengimlakkan, maka hendaknya walinya

mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua

orang saksi dari orang-orang lelaki di antaramu. Jika tak ada dua

orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang

perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika

seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah

saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka

dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik

kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang

demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan

persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)

keraguanmu. (tulislah muamalahmu itu) kecuali jika muamalah

itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka

tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan

persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis

dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang

demikian) maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan

pada dirimu. Dan bertaqwalah kepada Allah; Allah mengajarmu;

Page 36: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

26

dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu". (QS. Al-Baqarah,

2: 282).43

2. Mauquf atau benda yang diwakafkan

Syarat-syarat harta benda yang diwakafkan yang harus dipenuhi

sebagai berikut:

a. Benda wakaf dapat dimanfaatkan untuk jangka panjang, tidak sekali

pakai;

b. benda wakaf dapat berupa milik kelompok atau badan hukum;

c. hak milik wakif yang jelas batas-batas kepemilikannya;

d. benda wakaf itu dapat dimiliki dan dipindahkan kepemilikannya;

e. benda wakaf dapat dialihkan hanya jika jelas-jelas untuk maslahat

yang lebih besar;

f. benda wakaf tidak dapat diperjual belikan, dihibahkan atau

diwariskan.44

3. Mauquf 'alaih (tujuan wakaf)

Untuk menghindari penyalahgunaan wakaf, maka wakif perlu

menegaskan tujuan wakafnya. Apakah harta yang diwakafkan itu untuk

menolong keluarganya sendiri sebagai wakaf keluarga (waqf ahly), atau

untuk fakir miskin, dan lain-lain, atau untuk kepentingan umum (waqf

khairy). Yang jelas tujuannya adalah untuk kebaikan, mencari keridhaan

Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya.45

Kegunaan wakaf bisa untuk

sarana ibadah murni, bisa juga untuk sarana sosial keagamaan lainnya

yang lebih besar manfaatnya.

Karena itu, wakaf tidak bisa digunakan untuk kepentingan maksiat,

membantu, mendukung atau yang memungkinkan untuk tujuan maksiat.

43Yayasan Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an, op.cit., hlm. 70. 44Jika benda wakaf dapat seenaknya diperjual belikan, dihibahkan atau diwariskan maka

hal ini akan membuat tidak percaya lagi bagi masyarakat dan khususnya pemberi wasiat. 45Ahmad Rofiq, Fiqh Kontekstual, op. cit., hlm. 323

Page 37: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

27

Menurut Abu Yahya Zakariya, menyerahkan wakaf kepada orang yang

tidak jelas identitasnya adalah tidak sah.46

Faktor administrasi, kecermatan, dan ketelitian dalam mewakafkan

barang menjadi sangat penting, demi keberhasilan tujuan dan manfaat

wakaf itu sendiri. Alangkah ruginya, jika niat yang baik untuk

mewakafkan hartanya, tetapi kurang cermat dalam tertib administrasinya,

mengakibatkan tujuan wakaf menjadi terabaikan. Jika tertib administrasi

ini ditempatkan sebagai wasilah (instrumen) hukum, maka hukumnya bisa

menjadi wajib. Sebagaimana aksioma hukum yang diformulasikan para

ulama "li al-wasail hukm al-maqashid" artinya "(hukum) bagi perantara,

adalah hukum apa yang menjadi tujuannya".47

4. Sighat (Ikrar atau Pernyataan Wakaf)

Ikrar adalah pernyataan kehendak dari wakif untuk mewakafkan

tanah atau benda miliknya (ps. 1 (3) PP No. 28/1977 jo. ps. 215 (3) KHI).

Pernyataan atau ikrar wakaf ini harus dinyatakan secara tegas baik lisan

maupun tertulis, dengan redaksi "aku mewakafkan" atau "aku menahan"

atau kalimat yang semakna lainnya. Ikrar ini penting, karena pernyataan

ikrar membawa implikasi gugurnya hak kepemilikan wakif, dan harta

wakaf menjadi milik Allah atau milik umum yang dimanfaatkan untuk

kepentingan umum yang menjadi tujuan wakaf itu sendiri.48

Karena itu,

konsekuensinya, harta wakaf tidak bisa dihibahkan, diperjualbelikan, atau

pun diwariskan.

46

Ibid, hlm. 324. 47Ibid., hlm. 324. 48

Ibid., hlm. 497

Page 38: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

28

Secara teknis, ikrar wakaf diatur dalam pasal 5 PP 28/1977 jo,

pasal 218 KHI: (1). Pihak yang mewakafkan atau wakif tanahnya

mengikrarkan kehendaknya secara jelas dan tegas kepada Nadzir di

hadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) sebagaimana

maksud pasal 9 ayat (2) yang kemudian menuangkannya dalam bentuk

Akta Ikrar Wakaf (AIW) dengan disaksikan oleh minimal dua orang saksi.

(2). Dalam keadaan tertentu, penyimpangan dari ketentuan dimaksud

dalam ayat (1) dapat dilaksanakan setelah terlebih dahulu mendapat

persetujuan Menteri Agama.49

5. Nadzir (Pengelola) Wakaf

Nadzir meskipun dibahas di dalam kitab-kitab fiqh, namun tidak

ada yang menempatkannya sebagai rukun wakaf. Boleh jadi karena wakaf

adalah tindakan tabarru', sehingga prinsip "tangan kanan memberi, tangan

kiri tidak perlu mengetahui" sering diposisikan sebagai dasar untuk

merahasiakan tindakan wakaf. Padahal sebenarnya tertib administrasi tidak

selalu identik dengan memamerkan wakaf yang dilakukannya. Bahkan

hemat saya, mempublikasikan tindakan sedekah termasuk di dalamnya

wakaf adalah baik-baik saja, meskipun menyembunyikannya itu lebih

baik.50

Firman Allah dalam Surat al-Baqarah, ayat 271:

49Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997,

hlm. 498 50Ahmad Rofiq, Fiqh Kontekstual dari Normatif ke Pemaknaan Sosial, op.cit., hlm. 325.

Page 39: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

29

�,��� �� Z�� ���,������� "�8� !�� !�# "�8����M ! �A�# ��8 "'(D��� J"�<�h'T�� ��# h�% ! �A ��%� �����(�D�! "�(� ����# ���N!"�t\��; �\� ��N��� ,u��N 7�# ���N��)6,�%�� :2mv(

Artinya: Jika kamu menampakkan maka itu adalah baik sekali. Dan jika

kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-

orang fakir, maka menyembunyikannya itu lebih baik bagimu.

Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-

kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(QS. al-Baqarah: 271).51

Pada masa 'Umar ibn al-Khaththab ra mewakafkan tanahnya, beliau

sendiri yang menjadi nadzirnya. Sepeninggalnya, pengelolaan wakaf

diserahkan kepada putrinya Hafshah, dan setelah itu ditangani Abdullah ibn

'Umar, kemudian keluarganya yang lain.52

Boleh jadi "sunnah" awal demikian, berikutnya tentang nadzir ini tidak

ditempatkan sebagai salah satu rukun wakaf. Karena posisi nadzir sangat

penting dan strategis sebagai bagian tak terpisahkan bagi keberhasilan wakaf

dan realisasi pengelolaan harta wakaf. Oleh karena itu, untuk menjadi nadzir,

seseorang harus memiliki persyaratan dan kualifikasi tertentu, agar dia bisa

mengemban amanat itu dengan sebaik-baiknya.53

Posisi atau eksistensi nadzir

sangat penting untuk tertib administrasi, tanpa nadzir bisa saja sewaktu-waktu

kelak timbul masalah.

Integritas kepribadian nadzir ini menjadi sangat penting, termasuk

ketika nadzir yang pertama sudah "purna tugas" maka penggantinya sedapat

51Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, op. cit., hlm. 68. 52Ahmad Rofiq, Fiqh Kontekstual, op. cit., hlm. 326. 53

Ibid

Page 40: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

30

mungkin memiliki kepribadian yang amanah. Atau supaya amanahnya tetap

terjaga, nadzir, sebaiknya dilaksanakan nadzir secara kolektif.

C. Macam-Macam Wakaf

Ditinjau dari segi ditujukan kepada siapa wakaf itu, maka wakaf dapat

dibagi menjadi 2 (dua) macam:

1. Wakaf ahli: wakaf yang ditujukan untuk anak cucu atau kaum kerabat,

kemudian sesudah mereka itu ditujukan untuk orang-orang fakir. Wakaf

seperti ini juga disebut wakaf dzurri.54

Apabila ada seorang mewakafkan sebidang tanah kepada anaknya,

lalu kepada cucunya, wakafnya sah dan yang berhak mengambil

manfaatnya adalah mereka yang ditunjuk dalam pernyataan wakaf. Dalam

satu segi wakaf ahli/dzurri ini baik sekali, karena si wakif akan mendapat

dua kebaikan, yaitu kebaikan dari amal ibadah wakafnya, juga kebaikan

dari silatur rahimnya.55

Rasulullaah SAW pernah memberi saran kepada

Abu Thalhah agar wakafnya diberikan kepada ahli kerabat, seperti hadis

riwayat Muslim di bawah ini.

}[ ��� :� h%� ��� �&;A ��� �"_ .��7 ��"� �� >?[ Q� z?[ G&�` ?[ ,p_[ G&�` ��[T�"_# P"� G�7h(��"� zL5"[ )+,��� ��A �����[ z�+

:� .�;5 �"_# h|�C(��� G%��*�C� �o?"_#;# ��� ��� )�9 � � G7c��� KY8 �o�I? "z(� >?[ ."< �z�` "Z�� �"� �� w,�r7# "Z^�h7) ���

54Sayyid Sabiq, op.cit., hlm. 307. 55Faishal Haq dan Saiful Anam, Hukum Wakaf dan Perwakafan di Indonesia, Jakarta: PT

Garoeda Buana, 1992, hlm. 3.

Page 41: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

31

zW��� ���"�!+ )z*� "zR ������! z% �� ( )�9 :� .�;5 XA G&�` ��[ H"<;# ��� ���� �"*_ V .��7 :� ��A ."�� �) ������! )z*+ zW��� ���"�! ���

� "zRz%�� (��A �����[ z�+[ ��A#� "8z,� �]5[ �� G<h9 "Zz?A# )+,��."< o�t� d��+ :� .�;5 "7 "Z�Da� :� h��� "8,� �# :� .�;5

"� o�D� �h< ���5 ."� ��� ���5 ."� ��� ��� ��;# ��� :� )�9� o�<Z� �5"<[ V G&�` ��[ "Z(C�� ��,�<���� V "ZD�� ��[ �5[ �z?A# "

z(� {�# )�C� K�#5 (56

Artinya: Bersumber dari Ishaq bin Abdillah bin Abi Thalhah, beliau

mendengar Anas bin Malik berkata: "Dulu, Abu Thalhah adalah

seorang shahabat Anshar yang paling banyak hartanya di

Medinah. Dan harta yang paling dia sukai adalah kebun Bairaha

yang menghadap ke mesjid. Rasulullah saw. biasa masuk ke

kebun itu untuk minum airnya yang tawar. Ketika turun ayat

berikut: "Sekali-kali kalian tidak sampai kepada kebaikan (yang

sempurna) sebelum kalian menafkahkan sebahagian harta yang

kalian cintai..." (Ali Imran, ayat 92), Abu Thalhah datang

kepada Rasulullah saw. dan berkata: "Allah telah berfirman

dalam KitabNya. Sekali-kali kalian tidak sampai kepada

kebaikan yang sempurna sebelum kalian menafkahkan

sebahagian harta yang kalian cintai, sedangkan harta yang paling

kucintai adalah kebun Bairaha, maka kebun itu kusedekahkan

karena Allah. Aku mengharapkan kebaikan dan simpanannya

(pahalanya nanti di akherat) di sisi Allah. Oleh sebab itu,

pergunakanlah kebun itu, ya Rasulallah, sekehendakmu."

Rasulullah saw. bersabda: "Bagus itu adalah harta yang

menguntungkan, itu adalah harta yang menguntungkan Aku

telah mendengar apa yang engkau katakan mengenai kebun itu.

Dan aku berpendapat, hendaknya kebun itu engkau berikan

kepada para kerabatmu." Abu Thalhah pun membagi kebun itu

dan memberikan kepada para kerabatnya dan anak-anak

pamannya. (HR. Muslim)

56Al-Imam Abul Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Juz. II, op.cit.,

hlm. 79.

Page 42: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

32

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa wakaf ahli ini adalah

wakaf yang sah dan telah dilaksanakan oleh kaum muslimin. Yang berhak

mengambil manfaat wakaf ahli ialah orang-orang yang tersebut dalam

sighat wakaf. Persoalan yang bisa timbul kemudian dari para wakaf ahli

ini, ialah bila orang yang tersebut dalam sighat wakaf itu telah meninggal

dunia, atau ia berketurunan jika dinyatakan bahwa keturunan berhak

mengambil manfaat wakaf itu, atau orang-orang tersebut tidak mengelola

atau mengambil manfaat harta wakaf itu.57

Bila terjadi keadaan yang demikian, maka biasanya harta wakaf itu

dikembalikan pada tujuan wakaf pada umumnya, yaitu dimanfaatkan

untuk menegakkan agama Allah atau untuk keperluan sosial. Contohnya

ialah A mewakafkan sebidang tanahnya kepada keluarga B. Pada suatu

saat kemudian dari keluarga B punah, tidak seorangpun yang tinggal,

maka harta wakaf itu dikembalikan kepada Allah dan digunakan untuk

kepentingan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah.58

Sekalipun agama Islam membolehkan wakaf ahli, tetapi negara-

negara Islam, seperti Mesir, Syiria dan negara-negara lain yang pernah

melaksanakannya, mengalami kesulitan-kesulitan di kemudian hari dalam

menyelesaikan perkara atau persoalan yang timbul karenanya. Karena itu

Mesir menghapuskan lembaga wakaf ahli ini dengan Undang-Undang No.

180 tahun 1952, sedang Syiria telah menghapuskan sebelumnya. Karena

57Zakiah Daradjat, Ilmu Fiqh, Jilid 3, Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995, hlm. 199. 58

Ibid., hlm. 199

Page 43: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

33

itu perlu dipikirkan kemungkinan terjadinya wakaf ahli di Indonesia pada

masa-masa yang akan datang.59

2. Wakaf Khairi: wakaf yang diperuntukkan kebaikan semata-mata.60

Dengan kata lain wakaf khairi merupakan wakaf yang secara tegas untuk

kepentingan agama (keagamaan) atau kemasyarakatan. Seperti wakaf

yang diserahkan untuk keperluan pembangunan masjid, sekolahan,

jembatan, rumah sakit, panti asuhan, anak yatim dan lain sebagainya.

Wakaf khairi adalah wakaf yang lebih banyak manfaatnya dari

pada wakaf ahli, karena tidak terbatas pada satu orang/kelompok tertentu

saja, tetapi manfaatnya untuk umum, dan inilah yang paling sesuai dengan

tujuan perwakafan. Dalam wakaf khairi, si wakif dapat juga mengambil

manfaat dari harta yang diwakafkan.61

Seperti wakaf masjid maka si wakif

boleh saja di sana, atau mewakafkan sumur, maka si wakif boleh

mengambil air dari sumur tersebut sebagaimana pernah dilakukan oleh

Nabi dan sahabat Utsman bin Affan.

Wakaf khairi atau wakaf umum inilah yang paling sesuai dengan

ajaran Islam dan yang dianjurkan pada orang yang mempunyai harta untuk

melakukannya guna memperoleh pahala yang terus mengalir bagi orang

yang bersangkutan kendatipun ia telah meninggal dunia, selama wakaf itu

masih dapat diambil manfaatnya. Bentuk-bentuknya tersebut di atas,

wakaf khairi ini jelas merupakan wakaf yang benar-benar dapat dinikmati

manfaatnya oleh masyarakat dan merupakan salah satu sarana

59

Ibid., hlm. 200. 60Sayyid Sabiq, op.cit., hlm. 307. 61Faishal Haq dan Saiful Anam, op. cit., hlm. 6 – 7.

Page 44: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

34

penyelenggaraan kesejahteraan masyarakat baik dalam bidang keagamaan

maupun dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan.62

D. Manfaat Wakaf

Wakaf memiliki hikmah yang sangat besar, dan pahala yang diterima

oleh mereka yang melakukannya adalah amat besar pula. Sebagian orang

miskin tidak mampu untuk mencari nafkah dikarenakan lemahnya kekuatan

yang mereka miliki, yang disebabkan karena sakit atau yang lainnya, seperti

halnya para wanita yang tidak memiliki kekuatan untuk melakukan pekerjaan

sebagaimana para lelaki.

Mereka adalah orang-orang yang sangat berhak mendapatkan cinta dan

belas kasihan. Apabila diwakafkan kepada mereka sejumlah harta atau

sedekah, maka hal itu akan sangat membantu mereka untuk bisa terlepas dari

belenggu kemiskinan, sehingga beban kehidupan mereka akan menjadi lebih

ringan. Orang yang mewakafkan hartanya akan mendapatkan pahala dari

Allah di hari yang tidak ada perlindungan kecuali perlindungan-Nya, yaitu di

hari di mana amal perbuatan ditimbang.63

Al-Qur'an tidak pernah menjelaskan secara spesifik dan tegas tentang

wakaf. Hanya saja, karena wakaf itu merupakan salah satu bentuk kebajikan

melalui harta benda, maka para ulama pun memahami bahwa ayat-ayat Al-

Qur'an yang memerintahkan pemanfaatan harta untuk kebajikan juga

62Muhammad Daud Ali, op. cit., hlm. 91 – 92. 63Syeikh Ali Ahmad al-Jarjawi, Hikmah al-Tasyri' wa Falsafatuh, Juz II, Beirut: Dâr al-

Fikr, 1980, hlm. 131.

Page 45: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

35

mencakup kebajikan melalui wakaf.64

Wakaf adalah menahan sesuatu benda

yang kekal zatnya, dan memungkinkan untuk diambil manfaatnya guna

diberikan untuk jalan kebaikan.65

Untuk itu wakaf hikmahnya besar sekali

antara lain:

a Harta benda yang diwakafkan dapat tetap terpelihara dan terjamin

kelangsungannya. Tidak perlu khawatir barangnya hilang atau pindah

tangan, karena barang wakaf tidak boleh dijual, dihibahkan, atau

diwariskan.

Orang yang berwakaf sekalipun sudah meninggal dunia, masih

terus menerima pahala, sepanjang barang wakafnya itu masih tetap ada

dan masih dimanfaatkan.

b Wakaf merupakan salah-satu sumber dana yang penting yang besar sekali

manfaatnya bagi kepentingan agama dan umat. Antara lain untuk

pembinaan kehidupan beragama dan peningkatan kesejahteraan umat

Islam, terutama bagi orang-orang yang tidak mampu, cacat mental/fisik,

orang-orang yang sudah lanjut usia dan sebagainya yang sangat

memerlukan bantuan dari sumber dana seperti wakaf itu.66

Mengingat besarnya manfaat wakaf itu, maka Nabi sendiri dan

para sahabat dengan ikhlas mewakafkan masjid, tanah, sumur, kebun dan

kuda milik mereka pribadi. Jejak (sunah) Nabi dan para sahabatnya itu

kemudian diikuti oleh umat Islam sampai sekarang.67

64Helmi Karim, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 103 65Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 240 66Masjfuk Zuhdi, Studi Islam: Jilid III, Jakarta: Rajawali, 1988, hlm. 77-79. 67Sayyid Sabiq, op.cit., hlm. 308.

Page 46: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

36

Menurut Didin Hafidhuddin, banyak hikmah dan manfaat yang

dapat diambil dari kegiatan wakaf, baik bagi wakif maupun bagi

masyarakat secara lebih luas, antara lain yaitu menunjukkan kepedulian

dan tanggungjawab terhadap kebutuhan masyarakat. Keuntungan moral

bagi wakif dengan mendapatkan pahala yang akan mengalir terus,

walaupun wakif sudah meninggal dunia. Memperbanyak aset-aset yang

digunakan untuk kepentingan umum yang sesuai dengan ajaran Islam

merupakan sumber dana potensial bagi kepentingan peningkatan kualitas

umat, seperti pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan sebagainya.68

Dalam kaitan dengan hikmah dan manfaat wakaf, M.A. Mannan

yang dikutip Didin Hafidhuddin menulis

Sepanjang sejarah Islam wakaf telah memerankan peranan yang

sangat penting dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan sosial,

ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Islam. Selain itu,

keberadaan wakaf juga telah banyak memfasilitasi para sarjana

dan mahasiswa dengan berbagai sarana dan prasarana yang

memadai untuk melakukan riset dan pendidikan, sehingga dapat

mengurangi ketergantungan dana pada pemerintah.69

Pernyataan menunjukkan bahwa wakaf mempunyai peranan yang

penting sehingga dapat mengurangi ketergantungan dana pada pemerintah.

Kenyataan menunjukkan institusi wakaf telah menjalankan

sebagian dari tugas-tugas institusi pemerintah atau kementerian-

kementerian khusus seperti Departemen Kesehatan, Pendidikan, dan

Sosial. Ada bukti-bukti yang mendukung pernyataan bahwa sumber-

68Didin Hafidhuddin, Islam Aplikatif, Jakarta: Gema Insani, 2003, hlm. 124. 69

Ibid., hlm. 124.

Page 47: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

37

sumber wakaf tidak hanya digunakan untuk membangun perpustakaan,

ruang-ruang belajar, tetapi juga untuk membangun perumahan siswa,

kegiatan riset seperti untuk jasa-jasa fotokopi, pusat seni, dan lain-lain.70

Keberadaan wakaf terbukti telah banyak membantu bagi

pengembangan ilmu-ilmu medis melalui penyediaan fasilitas-fasilitas

publik di bidang kesehatan dan pendidikan seperti: pembangunan rumah

sakit, sekolah medis, dan pembangunan industri di bidang obat-obatan

serta kimia. Penghasilan wakaf bukan hanya digunakan untuk

mengembangkan obat-obatan dan menjaga kesehatan manusia, tetapi juga

obat-obatan untuk hewan.

Manusia dapat mempelajari obat-obatan serta penggunaannya

dengan mengunjungi rumah sakit-rumah sakit yang dibangun dari dana

hasil pengelolaan aset wakaf. Bahkan pendidikan medis kini tidak hanya

diberikan di sekolah-sekolah medis dan rumah sakit, tetapi juga telah

diberikan oleh masjid-masjid dan universitas-universitas seperti

universitas Al-Azhar Kairo (Mesir) yang dibiayai dana hasil pengelolaan

aset wakaf. Bahkan pada abad ke-4 Hijriyah, rumah sakit anak yang

didirikan di Istambul (Turki) dananya berasal dari hasil pengelolaan aset

wakaf.71

Pada periode Abbasiyah, dana hasil penyusun pengelolaan aset

wakaf juga digunakan untuk membantu pembangunan pusat seni dan telah

70Ibid., hlm. 124. 71

Ibid, hlm. 124.

Page 48: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

38

sangat berperan bagi perkembangan arsitektur Islam, terutama arsitektur

dalam bangunan masjid, sekolah dan rumah sakit.72

E. Pendapat Para Ulama tentang Penarikan Kembali Harta Wakaf oleh

Pemberi Wakaf

Di kalangan ulama fikih terdapat perbedaan dalam memandang status

harta wakaf. Menurut Imam Syafi'i, wakaf adalah suatu ibadah yang

disyari'atkan, wakaf telah berlaku sah bilamana wakif telah menyatakan

dengan perkataan waqaftu (telah saya wakafkan), sekalipun tanpa diputuskan

hakim. Harta yang telah diwakafkan menyebabkan wakif tidak mempunyai

hak kepemilikan lagi, sebab kepemilikannya telah berpindah kepada Allah

Swt dan tidak juga menjadi milik penerima wakaf (maukuf alaih), akan tetapi

wakif tetap boleh mengambil manfaatnya. Bagi ulama Syafi'iyah, wakaf itu

mengikat dan karenanya tidak bisa ditarik kembali atau diperjualbelikan,

digadaikan, dan diwariskan oleh wakif. 73

Pendiri Mazhab Hanafi, Abu Hanifah, berpendapat bahwa seseorang

yang mewakafkan hartanya pada saat dia masih hidup berhak untuk

membatalkan wakaf dengan menarik kembali hartanya. Menurutnya lagi,

tindakan wakaf bersifat mengikat apabila wakif menyerahkan wakafnya pada

saat sebelum meninggal atau apabila diperkuat oleh hakim.74

Karena dapat

72Ibid., hlm. 124. 73Abdul Ghofur Anshori, Hukum dan Praktik Perwakafan di Indonesia, Yogyakarta: Pilar

Media, 2006, hlm. 33-34. 74Tuti A. Najib dan Ridwan al-Makassary (Ed), Wakaf, Tuhan, dan Agenda

Kemanusiaan, Jakarta: CSRC, 2006, hlm. 42-43.

Page 49: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

39

dibatalkan maka konsekuensinya pemberi wakaf (wakif) dapat menarik

kembali wakafnya atau dapat memiliki kembali wakafnya.

Dengan kata lain menurut Imam Abu Hanifah, wakaf ialah suatu

sedekah selama hakim belum mengumumkan bahwa harta itu adalah harta

wakaf, atau disyaratkan dengan taklik sesudah meninggalnya orang yang

berwakaf, misalnya dikatakan, "Bilamana saya telah meninggal, harta saya

berupa rumah ini saya wakafkan untuk kepentingan Madrasah Tsanawiyah".

Dengan demikian wakaf rumah untuk kepentingan Madrasah Tsanawiyah baru

berlaku setelah wakif meninggal dunia. Bagi ulama Hanafiyah, harta wakaf

itu tetap menjadi milik orang yang mewakafkan (wakif), oleh karena itu pada

suatu waktu harta wakaf tersebut dapat diambil oleh wakif atau ahli waris

wakif setelah waktu yang ditentukan.75

Demikian pula Imam Malik dan Golongan Syi'ah Imamiah

menyatakan bahwa wakaf itu boleh dibatasi waktunya.76

Imam Malik,

berpendapat bahwa wakaf tidak disyaratkan berlaku untuk selamanya, tetapi

sah bisa berlaku untuk waktu satu tahun misalnya. Sesudah itu kembali

kepada pemiliknya semula.77

Berdasarkan keterangan di atas bahwa meskipun Imam Syafi'i menolak

wakaf sementara, namun madzhab Maliki memperbolehkannya kecuali wakaf

yang berupa masjid. Adapun As-Shawi membolehkan batasan waktu pada

wakaf sewaan yang hasilnya dimiliki oleh masjid, bukan bersifat sementara

75Abdul Ghofur Anshori, op. cit., hlm. 34. 76Farida Prihatini, et al, Hukum Islam, Zakat dan Wakaf, Jakarta: Papas Sinar Sinanti,

2005, hlm. 113. 77Muhammad Jawad Mughniyah, al-Fiqh ‘Ala al-Mazahib al-Khamsah, Terj. Masykur,

Afif Muhammad, Idrus al-Kaff, "Fiqih Lima Mazhab", Jakarta: Lentera, 2001, hlm. 636.

Page 50: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

40

karena keinginan wakif, akan tetapi termasuk sementara karena tabiat

barangnya, sekalipun harus diterima bahwa As-Shawi juga mengatakan

bolehnya wakaf sementara karena keinginan wakif.78

Dengan demikian dalam

pandangannya bahwa pemberi wakaf dapat menarik kembali wakafnya atau

dapat memiliki kembali wakafnya.

78Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, Terj. Muhyiddin Mas Rida, Jakarta:

Pustaka al-Kautsar, 2000, hlm. 103.

Page 51: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

41

BAB III

PENDAPAT IMAM SYAFI'I TENTANG PENARIKAN KEMBALI HARTA

WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF

A. Biografi Imam Syafi'i

1. Latar Belakang Imam Syafi'i

Imam Syafi'i adalah imam ketiga dari empat imam madzhab

menurut urutan kelahirannya.1 Nama lengkap Imam Syafi'i adalah

Muhammad ibn Idris ibn al- Abbas ibn Usman ibn Syafi’i ibn al-Sa’ib ibn

Ubaid ibn Abd Yazid ibn Hasyim ibn Abd al-Muthalib ibn Abd Manaf.2

Lahir di Ghaza (suatu daerah dekat Palestina) pada tahun 150

H/767 M, kemudian dibawa oleh ibunya ke Makkah. Ia lahir pada zaman

Dinasti Bani Abbas, tepatnya pada zaman kekuasaan Abu Ja’far al

Manshur (137-159 H./754-774 M.), dan meninggal di Mesir pada tahun

204 H/820 M.3

Imam Syafi'i berasal dari keturunan bangsawan yang paling tinggi

di masanya. Walaupun hidup dalam keadaan sangat sederhana, namun

kedudukannya sebagai putra bangsawan, menyebabkan ia terpelihara dari

perangai-perangai buruk, tidak mau merendahkan diri dan berjiwa besar.

1Ahmad Asy Syurbasyi, Al-Aimmah al-Arba'ah, Terj. Futuhal Arifin, "Biografi Empat

Imam Madzhabi", Jakarta: Pustaka Qalami, 2003, hlm. 127. 2Syeikh Ahmad Farid, Min A'lam al-Salaf, Terj. Masturi Ilham dan Asmu'i Taman, 60,

"Biografi Ulama Salaf", Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006, hlm. 355. 3Jaih Mubarok, Modifikasi Hukum Islam Studi tentang Qaul Qadim dan Qaul Jadid,

Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 27.

Page 52: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

42

Ia bergaul rapat dalam masyarakat dan merasakan penderitaan-penderitaan

mereka.

Imam Syafi'i dengan usaha ibunya telah dapat menghafal al-Qur'an

dalam umur yang masih sangat muda. Kemudian ia memusatkan perhatian

menghafal hadiś. Ia menerima haditsdengan jalan membaca dari atas

tembikar dan kadang-kadang di kulit-kulit binatang. Seringkali pergi ke

tempat buangan kertas untuk memilih mana-mana yang masih dapat

dipakai.4

Di samping itu ia mendalami bahasa Arab untuk menjauhkan diri

dari pengaruh non-Arab yang sedang melanda bahasa Arab pada masa itu.

Ia pergi ke Kabilah Huzail yang tinggal di pedusunan untuk mempelajari

bahasa Arab yang fasih. Sepuluh tahun lamanya Imam Syafi'i tinggal di

pedusunan itu, mempelajari syair, sastra dan sejarah. Ia terkenal ahli dalam

bidang syair yang digubah kabilah Huzail itu, amat indah susunan

bahasanya. Di sana pula ia belajar memanah dan mahir dalam bermain

panah. Dalam masa itu Imam Syafi'i menghafal al-Qur'an, menghafal

hadits, mempelajari sastra Arab dan memahirkan diri dalam mengendarai

kuda dan meneliti keadaan penduduk-penduduk Badiyah.

Imam Syafi'i belajar pada ulama-ulama Mekkah, baik pada ulama-

ulama fiqih, maupun ulama-ulama hadits, sehingga ia terkenal dalam

bidang fiqh dan memperoleh kedudukan yang tinggi dalam bidang itu.

Gurunya Muslim Ibn Khalid Al-Zanji, menganjurkan supaya Imam Syafi'i

4Mahmud Syalthut, Fiqih Tujuh Madzhab, terj. Abdullah Zakiy al-Kaaf, Bandung: CV

Pustaka Setia, 2000, hlm. 17.

Page 53: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

43

bertindak sebagai mufti. Sungguh pun ia telah memperoleh kedudukan

yang tinggi itu namun ia terus juga mencari ilmu.5

Sampai kabar kepadanya bahwa di Madinah al-Munawwarah ada

seorang ulama besar yaitu Imam Malik, yang memang pada masa itu

terkenal di mana-mana dan mempunyai kedudukan tinggi dalam bidang

ilmu dan hadits. Imam Syafi'i ingin pergi belajar kepadanya, akan tetapi

sebelum pergi ke Madinah ia lebih dahulu menghafal al-Muwatta'’,

susunan Imam Malik yang telah berkembang pada masa itu. Kemudian ia

berangkat ke Madinah untuk belajar kepada Imam Malik dengan

membawa sebuah surat dari gubernur Mekkah. Mulai ketika itu ia

memusatkan perhatian mendalami fiqh di samping mempelajari al-

Muwatta'’. Imam Syafi'i mengadakan dialog dengan Imam Malik dalam

masalah-masalah yang difatwakan Imam Malik. Di waktu Imam Malik

meninggal tahun 179 H, Imam Syafi'i telah mencapai usia dewasa dan

matang.6

Di antara hal-hal yang secara serius mendapat perhatian Imam

Syafi'i adalah tentang metode pemahaman Al-Qur'an dan sunnah atau

metode istinbat (ushul fiqih). Meskipun para imam mujtahid sebelumnya

dalam berijtihad terikat dengan kaidah-kaidahnya, namun belum ada

kaidah-kaidah yang tersusun dalam sebuah buku sebagai satu disiplin ilmu

yang dapat dipedomani oleh para peminat hukum Islam. Dalam kondisi

demikianlah Imam Syafi'i tampil berperan menyusun sebuah buku ushul

5Jaih Mubarok, op.cit, hlm. 28. 6TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Pokok-Pokok Pegangan Imam Madzhab, Semarang: PT

Putaka Rizki Putra, 1997, hlm. 480 – 481.

Page 54: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

44

fiqih yang diberi nama Ar-Risalah. Idenya ini didukung pula dengan

adanya permintaan dari seorang ahli haditsbernama Abdurrahman bin

Mahdi (w. 198 H) di Baghdad agar Imam Syafi'i menyusun metodologi

istinbat.7

Imam Muhammad Abu Zahrah (w. 1394 H/1974 M; ahli hukum

Islam berkebangsaan Mesir) menyatakan kitab itu disusun ketika Imam

Syafi'i berada di Baghdad, sedangkan Abdurrahman bin Mahdi ketika itu

berada di Mekkah. Imam Syafi'i memberi judul bukunya dengan "al-

Kitab" (Kitab, atau Buku) atau "Kitabi" (Kitabku), kemudian lebih dikenal

dengan "al-Risalah" yang berarti "sepucuk surat." Dinamakan demikian,

karena buku itu merupakan surat Imam Syafi'i kepada Abdurrahman bin

Mahdi. Kitab al-Risalah yang pertama ia susun dikenal dengan ar-Risalah

al-Qadimah (Risalah Lama). Dinamakan demikian, karena di dalamnya

termuat buah-buah pikiran: Imam Syafi'i sebelum pindah ke Mesir. Setelah

sampai di Mesir, isinya disusun kembali dalam rangka penyempurnaan

bahkan ada yang diubahnya, sehingga kemudian dikenal dengan sebutan

al-Risalah al-Jadidah (Risalah Baru). Jumhur ulama ushul-fiqih sepakat

menyatakan bahwa kitab ar-Risalah karya Imam Syafi'i ini merupakan

kitab pertama yang memuat masalah-masalah ushul fiqih secara lebih

sempurna dan sistematis. Oleh sebab itu, ia dikenal sebagai penyusun

pertama ushul fiqih sebagai satu disiplin ilmu.8

7Jaih Mubarok, op.cit, hlm. 29. 8Syaikh Ahmad Farid, Min A'lam As-Salaf, Terj. Masturi Irham dan Asmu'i Taman, "60

Biografi Ulama Salaf", Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2006, hlm. 361.

Page 55: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

45

2. Pendidikan

Imam Syafi'i menerima fiqih dan hadits dari banyak guru yang

masing-masingnya mempunyai manhaj sendiri dan tinggal di tempat-

tempat berjauhan bersama lainnya. Imam Syafi'i menerima ilmunya dari

ulama-ulama Mekkah, ulama-ulama Madinah, ulama-ulama Iraq dan

ulama-ulama Yaman.9

Ulama Mekkah yang menjadi gurunya ialah: Sufyan Ibn Uyainah,

Muslim ibn Khâlid al-Zanji, Saîd ibn Salîm al-Kaddlah, Daud ibn abd-

Rahmân al-Atthâr, dan Abdul Hamîd ibn Abdul Azîzi Ibn Abi Zuwad.

Ulama-ulama Madinah yang menjadi gurunya, ialah: Imam Mâlik ibn

Anâs, Ibrahim ibn Sa'ad al-Anshari Abdul Aziz ibn Muhammad ad-

Dahrawardi, Ibrahîm ibn Abi Yahya al-Asami, Muhammad ibn Saîd Ibn

Abi Fudaik, Abdullah ibn Nafi’ teman ibn Abi Zuwaib.10

Ulama-ulama Yaman yang menjadi gurunya ialah: Mutharraf ibn

Mazîm, Hisyâm ibn Yusuf, Umar ibn abi Salamah, teman Auza’in dan

Yahya Ibn Hasan teman Al-Laits. Ulama-ulama Iraq yang menjadi

gurunya ialah: Waki’ ibn Jarrâh, Abu Usamah, Hammâd ibn Usamah, dua

ulama Kuffah Ismail ibn ‘Ulaiyah dan Abdul Wahâb ibn Abdul Majîd, dua

ulama Basrah. Juga menerima ilmu dari Muhammad ibn al-Hasan yaitu

dengan mempelajari kitab-kitabnya yang didengar langsung dari padanya.

Dari padanyalah dipelajari fiqih Iraqi.11

9Mahmud Syalthut, op.cit. hlm. 18. 10Ibid 11TM. Hasbi Ash Shiddieqy, op.cit, hlm, 486-487.

Page 56: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

46

Setelah sekian lama mengembara menuntut ilmu, pada tahun 186 H

Imam Syafi'i kembali ke Makah. Di masjidil Haram ia mulai mengajar dan

mengembangkan ilmunya dan mulai berijtihad secara mandiri dalam

membentuk fatwa-fatwa fiqihnya. Tugas mengajar dalam rangka

menyampaikan hasil-hasil ijtihadnya ia tekuni dengan berpindah-pindah

tempat. Selain di Makah, ia juga pernah mengajar di Baghdad (195-197

H), dan akhirnya di Mesir (198-204 H). Dengan demikian ia sempat

membentuk kader-kader yang akan menyebarluaskan ide-idenya dan

bergerak dalam bidang hukum Islam. Di antara murid-muridnya yang

terkenal ialah Imam Ahmad bin Hanbal (pendiri madzhabi Hanbali),

Yusuf bin Yahya al-Buwaiti (w. 231 H), Abi Ibrahîm Ismaîl bin Yahya al-

Muzani (w. 264 H), dan Imam Ar-Rabi bin Sulaiman al-Marawi (174-270

H). tiga muridnya yang disebut terakhir ini, mempunyai peranan penting

dalam menghimpun dan menyebarluaskan faham fiqih Imam Syafi'i.12

Imam Syafi'i wafat di Mesir, tepatnya pada hari Jum’at tanggal 30

Rajab 204 H, setelah menyebarkan ilmu dan manfaat kepada banyak

orang. Kitab-kitabnya hingga saat ini masih banyak dibaca orang, dan

makamnya di Mesir sampai detik ini masih diziarahi orang.13

3. Karyanya

Karya-karya Imam Syafi'i yang berhubungan dengan judul di atas

di antaranya: (1) Al-Umm. Kitab ini disusun langsung oleh Imam Syafi'i

12Abdul Aziz Dahlan, et.al, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van

Hoeve, 1997, hlm. 1680. 13

Ibid, hlm. 18.

Page 57: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

47

secara sistematis sesuai dengan bab-bab fiqih dan menjadi rujukan utama

dalam Madzhab Syafi'i. Kitab ini memuat pendapat Imam Syafi'i dalam

berbagai masalah fiqih. Dalam kitab ini juga dimuat pendapat Imam

Syafi'i yang dikenal dengan sebutan al-qaul al-qadim (pendapat lama) dan

al-qaul al-jadid (pendapat baru). Kitab ini dicetak berulang kali dalam

delapan jilid bersamaan dengan kitab usul fiqih Imam Syafi'i yang

berjudul Ar-Risalah. Pada tahun 1321 H kitab ini dicetak oleh Dar asy-

Sya'b Mesir, kemudian dicetak ulang pada tahun 1388H/1968M.14

(2) Kitab al-Risalah. Ini merupakan kitab ushul fiqih yang pertama

kali dikarang dan karenanya Imam Syafi'i dikenal sebagai peletak dasar

ilmu ushul fiqih. Di dalamnya diterangkan pokok-pokok pikiran Syafi'i

dalam menetapkan hukum.15

(3) Kitab Imla al-Shagir; Amali al-Kubra;

Mukhtasar al-Buwaithi;16

Mukhtasar al-Rabi; Mukhtasar al-Muzani; kitab

Jizyah dan lain-lain kitab tafsir dan sastra.17

Siradjuddin Abbas dalam

bukunya telah mengumpulkan 97 (sembilan puluh tujuh) buah kitab dalam

fiqih Imam Syafi'i. Namun dalam bukunya itu tidak diulas masing-masing

dari karya Imam Syafi'i tersebut.18

Ahmad Nahrawi Abd al-Salam

menginformasikan bahwa kitab-kitab Imam Syafi'i adalah Musnad li al-

Syafi'i; al-Hujjah; al-Mabsut, al-Risalah, dan al-Umm.19

14TM. Hasbi Ash Shiddieqy, op.cit, hlm, 488. 15Djazuli, Ilmu Fiqh, Jakarta: Prenada Media, 2005, hlm. 131-132. 16Ahmad Asy Syurbasyi, Al-Aimmah al-Arba'ah, Terj. Futuhal Arifin, "Biografi Empat

Imam Madzhabi", Jakarta: Pustaka Qalami, 2003, hlm. 144. 17Ali Fikri, Ahsan al-Qashash, Terj. Abd.Aziz MR: "Kisah-Kisah Para Imam Madzhab",

Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003, hlm. 109-110. 18Siradjuddin Abbas, Sejarah dan Keagungan Madzhab Syafi’i, Jakarta: Pustaka

Tarbiyah, 2004, hlm. 182-186. 19Jaih Mubarok, op.cit., hlm. 44.

Page 58: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

48

B. Metode Istinbath Hukum Imam Syafi'i

Imam Syafi'i menyusun konsep pemikiran ushul fiqihnya dalam karya

monumentalnya yang berjudul al-Risalah. Di samping itu, dalam al-Umm

banyak pula ditemukan prinsip-prinsip ushul fiqh sebagai pedoman dalam ber-

istinbat. Di atas landasan ushul fiqh yang dirumuskannya sendiri itulah ia

membangun fatwa-fatwa fiqihnya yang kemudian dikenal dengan mazhab

Syafi’i. Menurut Imam Syafi'i “ilmu itu bertingkat-tingkat”, sehingga dalam

mendasarkan pemikirannya ia membagi tingkatan sumber-sumber itu sebagai

berikut:

1. Ilmu yang diambil dari kitab (al-Qur’an) dan sunnah Rasulullah SAW

apabila telah tetap kesahihannya.

2. Ilmu yang didapati dari ijma dalam hal-hal yang tidak ditegaskan dalam

al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW.

3. Fatwa sebagian sahabat yang tidak diketahui adanya sahabat yang

menyalahinya.

4. Pendapat yang diperselisihkan di kalangan sahabat.

5. Qiyas apabila tidak dijumpai hukumnya dalam keempat dalil di atas.20

Tidak boleh berpegang kepada selain al-Qur’an dan sunnah dari

beberapa tingkatan tadi selama hukumnya terdapat dalam dua sumber tersebut.

Ilmu secara berurutan diambil dari tingkatan yang lebih atas dari tingkatan-

tingkatan tersebut.

20TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Pokok-Pokok Pegangan Imam Madzhab, Semarang: PT

Putaka Rizki Putra, 1997, hlm. 238.

Page 59: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

49

Dalil atau dasar hukum Imam Syafi'i dapat ditelusuri dalam fatwa-

fatwanya baik yang bersifat qaul qadim (pendapat terdahulu) ketika di

Baghdad maupun qaul jadid (pendapat terbaru) ketika di Mesir. Tidak berbeda

dengan mazhab lainnya, bahwa Imam Syafi'i pun menggunakan Al-Qur’an

sebagai sumber pertama dan utama dalam membangun fiqih, kemudian

sunnah Rasulullah SAW bilamana teruji kesahihannya.21

Dalam urutan sumber hukum di atas, Imam Syafi'i meletakkan sunnah

sahihah sejajar dengan al-Qur’an pada urutan pertama, sebagai gambaran

betapa penting sunnah dalam pandangan Imam Syafi'i sebagai penjelasan

langsung dari keterangan-keterangan dalam al-Qur’an. Sumber-sumber

istidlal22

walaupun banyak namun kembali kepada dua dasar pokok yaitu: al-

Kitab dan al-Sunnah. Akan tetapi dalam sebagian kitab Imam Syafi'i, dijumpai

bahwa al-Sunnah tidak semartabat dengan al-Kitab. Mengapa ada dua

pendapat Imam Syafi'i tentang ini.23

Imam Syafi'i menjawab sendiri pertanyaan ini. Menurutnya, al-Kitab

dan al-Sunnah kedua-duanya dari Allah dan kedua-duanya merupakan dua

sumber yang membentuk syariat Islam. Mengingat hal ini tetaplah al-Sunnah

semartabat dengan al-Qur’an. Pandangan Imam Syafi'i sebenarnya adalah

21Syaikh Ahmad Farid, Min A'lam al-Salaf, Terj. Masturi Ilham dan Asmu'i Taman, 60,

"Biografi Ulama Salaf", Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006, hlm. 362. 22

Istidlal artinya mengambil dalil, menjadikan dalil, berdalil. Lihat TM. Hasbi Ash

Shiddieqy, Pokok-Pokok Pegangan Imam Mazhab, Semarang: PT Putaka Rizki Putra, 1997, hlm.

588 dan 585. Menurut istilah menegakkan dalil untuk sesuatu hukum, baik dalil tersebut berupa

nash, ijma' ataupun lainnya atau menyebutkan dalil yang tidak terdapat dalam nash, ijma ataupun

qiyas. Lihat juga TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, Semarang: Pustaka Rizki

Putra, 2001, hlm. 214. 23

Ibid., hlm. 239.

Page 60: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

50

sama dengan pandangan kebanyakan sahabat.24

Imam Syafi'i menetapkan

bahwa al-Sunnah harus diikuti sebagaimana mengikuti al-Qur’an. Namun

demikian, tidak memberi pengertian bahwa hadis-hadis yang diriwayatkan

dari Nabi semuanya berfaedah yakin. Ia menempatkan al-Sunnah semartabat

dengan al-Kitab pada saat meng-istinbat-kan hukum, tidak memberi

pengertian bahwa al-Sunnah juga mempunyai kekuatan dalam menetapkan

aqidah. Orang yang mengingkari hadis dalam bidang aqidah, tidaklah

dikafirkan.25

Imam Syafi'i menyamakan al-Sunnah dengan al-Qur’an dalam

mengeluarkan hukum furu’, tidak berarti bahwa al-Sunnah bukan merupakan

cabang dari al-Qur’an. Oleh karenanya apabila hadis menyalahi al-Qur'an

hendaklah mengambil al-Qur'an. Adapun yang menjadi alasan ditetapkannya

kedua sumber hukum itu sebagai sumber dari segala sumber hukum adalah

karena al-Qur'an memiliki kebenaran yang mutlak dan al-sunnah sebagai

penjelas atau ketentuan yang merinci Al-Qur'an.26

.

Ijma27

menurut Imam Syafi'i adalah kesepakatan para mujtahid di

suatu masa, yang bilamana benar-benar terjadi adalah mengikat seluruh kaum

muslimin.

Oleh karena ijma baru mengikat bilamana disepakati seluruh

mujtahid di suatu masa, maka dengan gigih Imam Syafi'i menolak ijma

24TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Pokok-Pokok Pegangan Imam Madzhab, Semarang: PT

Putaka Rizki Putra, 1997, hlm. 239. 25Jaih Mubarok, Modifikasi Hukum Islam Studi tentang Qaul Qadim dan Qaul Jadid,

Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 45. 26Ibid 27Menurut Abdul Wahab Khallaf, ijma’ menurut istilah para ahli ushul fiqh adalah

kesepakatan para mujtahid di kalangan umat Islam pada suatu masa setelah Rasulullah SAW wafat

atas hukum syara’ mengenai suatu kejadian. Abd al-Wahhab Khalaf, ‘Ilm Usul al-Fiqh, Kuwait:

Dar al-Qalam, 1978, hlm, hlm. 45.

Page 61: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

51

penduduk Madinah (amal ahl al-Madinah), karena penduduk Madinah hanya

sebagian kecil dari ulama mujtahid yang ada pada saat itu.28

Imam Syafi'i berpegang kepada fatwa-fatwa sahabat Rasulullah SAW

dalam membentuk mazhabnya, baik yang diketahui ada perbedaan pendapat,

maupun yang tidak diketahui adanya perbedaan pendapat di kalangan mereka.

Imam Syafi'i berkata:29

����� � ��� �� � ��� ��� Artinya: "Pendapat para sahabat lebih baik daripada pendapat kita

sendiri untuk diamalkan"

Apabila hukum suatu masalah tidak ditemukan secara tersurat dalam

sumber-sumber hukum tersebut di atas, dalam membentuk mazhabnya, Imam

Syafi'i melakukan ijtihad. Ijtihad dari segi bahasa ialah mengerjakan sesuatu

dengan segala kesungguhan. Perkataan ijtihad tidak digunakan kecuali untuk

perbuatan yang harus dilakukan dengan susah payah. Menurut istilah, ijtihad

ialah menggunakan seluruh kesanggupan untuk menetapkan hukum-hukum

syari’at. Dengan ijtihad, menurutnya seorang mujtahid akan mampu

mengangkat kandungan al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW secara lebih

maksimal ke dalam bentuk yang siap untuk diamalkan. Oleh karena demikian

penting fungsinya, maka melakukan ijtihad dalam pandangan Imam Syafi'i

adalah merupakan kewajiban bagi ahlinya. Dalam kitabnya al-Risalah, Imam

Syafi'i mengatakan, “Allah mewajibkan kepada hambanya untuk berijtihad

28TM. Hasbi Ash Shiddieqy, op. cit, hm. 255. 29

Ibid., hlm. 271.

Page 62: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

52

dalam upaya menemukan hukum yang terkandung dalam al-Qur'an dan as-

Sunnah”.30

Metode utama yang digunakannya dalam berijtihad adalah qiyas.

Imam Syafi'i membuat kaidah-kaidah yang harus dipegangi dalam

menentukan mana ar-rayu yang sahih dan mana yang tidak sahih. Ia membuat

kriteria bagi istinbat-istinbat yang salah. Ia menentukan batas-batas qiyas,

martabat-martabatnya, dan kekuatan hukum yang ditetapkan dengan qiyas.

Juga diterangkan syarat-syarat yang harus ada pada qiyas. Sesudah itu

diterangkan pula perbedaan antara qiyas dengan macam-macam istinbat yang

lain selain qiyas.31

Ulama usul menta'rifkan qiyas sebagai berikut:

������� ���� ����� �� ! ���� "�# $�%�� &�� '�()��(� *+�# , ���32

Artinya: "Menyamakan sesuatu urusan yang tidak ditetapkan

hukumnya dengan sesuatu urusan yang sudah diketahui

hukumnya karena ada persamaan dalam illat hukum."

Dengan demikian Imam Syafi'i merupakan orang pertama dalam

menerangkan hakikat qiyas. Sedangkan terhadap istihsan, Syafi'i menolaknya.

Khusus mengenai istihsan ia mengarang kitab yang berjudul Ibtalul Istihsan.

Dalil-dalil yang dikemukakannya untuk menolak istihsan, juga disebutkan

dalam kitab Jima’ul Ilmi, al-Risalah dan al-Umm. Kesimpulan yang dapat

ditarik dari uraian-uraian Imam Syafi'i ialah bahwa setiap ijtihad yang tidak

30TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Pokok-Pokok Pegangan Imam Madzhab, op.cit., hm. 259. 31Ibid, hlm. 256. 32TM. Hasbi Ash Shiddieqy, op.cit., hlm. 257.

Page 63: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

53

bersumber dari al-Kitab, al-Sunnah, asar, ijma’ atau qiyas dipandang istihsan,

dan ijtihad dengan jalan istihsan, adalah ijtihad yang batal.33

Jadi alasan Imam

Syafi'i menolak istihsan adalah karena kurang bisa dipertanggungjawabkan

kebenarannya.

Dalil hukum lainnya yang dipakai Imam Syafi'i adalah maslahah

mursalah. Menurut Syafi’i, maslahah mursalah adalah cara menemukan

hukum sesuatu hal yang tidak terdapat ketentuannya baik di dalam Al-Qur’an

maupun dalam kitab hadis, berdasarkan pertimbangan kemaslahatan

masyarakat atau kepentingan umum.34

Menurut istilah para ahli ilmu ushul

fiqh maslahah mursalah ialah suatu kemaslahatan di mana syari’ tidak

mensyariatkan suatu hukum untuk merealisir kemaslahatan itu, dan tidak ada

dalil yang menunjukkan atas pengakuannya atau pembatalannya.35

Dalam menguraikan keterangan-keterangannya, Imam Syafi'i

terkadang memakai metode tanya jawab, dalam arti menguraikan pendapat

pihak lain yang diajukan sebagai sebuah pertanyaan, kemudian ditanggapinya

dengan bentuk jawaban. Hal itu tampak umpamanya ketika ia menolak

penggunaan istihsan.36

Pada kesempatan yang lain ia menggunakan metode eksplanasi

(menjelaskan dan mengelaborasi) dalam arti menguraikan secara panjang

lebar suatu masalah dengan memberikan penetapan hukumnya berdasarkan

prinsip-prinsip yang dianutnya tanpa ada sebuah pertanyaan, hal seperti ini

33Ibid, hlm. 262. 34Imam Syafi'i, al-Risalah, op.cit., hlm. 479. 35Abdul Wahab Khallaf, op. cit., hlm. 84. 36Al-Imam Abi Abdullah Muhammad bin Idris al-Syafi’î, Al-Umm, Juz. VII, Beirut: Dâr

al-Kutub al-Ilmiah, tth, hlm. 271-272.

Page 64: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

54

tampak dalam penjelasannya mengenai persoalan pernikahan,37

misalnya

tentang thalâq sharîh ada tiga yaitu thalâq (cerai), firaq (pisah), dan sarah

(lepas), dalam konteks ini ia telah melakukan eksplanasi terhadap ruang

lingkup makna thalâq sharîh.

Dalam format kitab al-Umm yang dapat ditemui pada masa sekarang

terdapat kitab-kitab lain yang juga dibukukan dalam satu kitab al-Umm

diantaranya adalah :

1 Al-Musnad, berisi sanad Imam Syafi'i dalam meriwayatkan hadis-hadis

Nabi dan juga untuk mengetahui ulama-ulama yang menjadi guru Imam

Syafi'i.

2 Khilafu Malik, berisi bantahan-bantahannya terhadap Imam Malik

gurunya.

3 Al-Radd 'Ala Muhammad Ibn Hasan, berisi pembelaannya terhadap

mazhab ulama Madinah dari serangan Imam Muhammad Ibn Hasan,

murid Abu Hanifah.

4 Al-Khilafu Ali wa Ibn Mas'ud, yaitu kitab yang memuat pendapat yang

berbeda antara pendapat Abu Hanifah dan ulama Irak dengan Abi Talib

dan Abdullah bin Mas'ud.

5 Sair al-Auza'i, berisi pembelaannya atas imam al-Auza'i dari serangan

Imam Abu Yusuf.

37

Ibid., hlm. V.

Page 65: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

55

6 Ikhtilaf al-Hadis, berisi keterangan dan penjelasan Imam Syafi'i atas

hadis-hadis yang tampak bertentangan, namun kitab ini juga ada yang

dicetak tersendiri.

7 Jima' al-'llmi, berisi pembelaan Imam Syafi'i terhadap Sunnah Nabi Saw.

C. Pendapat Imam Syafi'i tentang Penarikan Kembali Harta Wakaf oleh

Pemberi Wakaf

Pernyataan Imam Syafi'i tentang tidak dapatnya penarikan kembali

wakaf oleh pemberi wakaf dapat dilacak dalam kitabnya al-Umm dalam bab

yang berjudul al-Ihbas. Kitab ini merupakan kitab fiqh terbesar dan tidak

tandingan di masanya. Kitab ini membahas berbagai persoalan lengkap

dengan dalil-dalilnya, dengan bersumber pada al-Qur'an, al-Sunnah, Ijma' dan

Qiyas. Isi kitab ini merefleksikan keluasan ilmu Imam Syafi'i dalam bidang

fiqh. Sedang di sisi lain juga disebut dengan kitab hadis karena dalil-dalil

hadis yang ia kemukakan menggunakan jalur periwayatan tersendiri

sebagaimana layaknya kitab-kitab hadis.

Di kalangan ulama terdapat keraguan dan perbedaan pendapat, apakah

kitab tersebut ditulis oleh Imam Syafi'i sendiri ataukah karya para murid-

muridnya. Menurut Ahmad Amin, al-Umm bukanlah karya langsung dari

Imam Syafi'i, namun merupakan karya muridnya yang menerima dari Imam

Syafi'i dengan jalan didiktekan. Sedangkan menurut Abu Zahrah dalam al-

Umm ada tulisan Imam Syafi'i langsung tetapi ada juga tulisan dari muridnya,

bahkan adapula yang mendapatkan petunjuk bahwa dalam al-Umm ada juga

tulisan orang ketiga selain Imam Syafi'i dan al-Rabi' muridnya. Namun

Page 66: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

56

menurut riwayat yang masyhur diceritakan bahwa kita al-Umm adalah catatan

pribadi Imam Syafi'i, karena setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya

ditulis, dijawab dan didiktekan kepada murid-muridnya. Oleh karena itu, ada

pula yang mengatakan bahwa kitab itu adalah karya kedua muridnya Imam al-

Buwaiti dan Imam al-Rabi'. Ini dikemukakan oleh Abu Talib al-Makki, tetapi

pendapat ini menyalahi ijma' ulama yang mengatakan, bahwa kitab ini adalah

karya orisinal Imam Syafi'i yang memuat pemikiran-pemikirannya dalam

bidang hukum.

Imam Syafi'i melarang pemberi wakaf meminta kembali atau memiliki

kembali harta wakaf yang sudah diberikan. Dalam pernyataannya, Imam

Syafi'i menggunakan kata: " " ���.���/ , kata tersebut bukan berarti pemberian

semacam "sodaqah" melainkan harus diartikan "wakaf" karena ditempatkan

dalam bab "ihbas" (mewakafkan harta pada jalan Allah). Dengan kata lain,

kata : " " ���.���/ adalah dalam konteks "wakaf" yang dijumpai dalam kitab

al-Umm juz IV halaman 53 bab"ihbas". Adapun latar belakang Imam Syafi'i

menempatkan kata tersebut sebagai arti "wakaf" adalah karena pada waktu

Imam Syafi'i hidup banyak dijumpai peristiwa pemberian harta benda berupa

benda tidak bergerak seperti tanah yang diperuntukkan sebagai madrasah dan

masjid yang sifatnya permanen tidak untuk dimiliki kembali oleh pemberi

wakaf pada waktu itu. Hal ini sebagaimana ia nyatakan sebagai berikut: inti

dari pernyataan Imam Syafi'i di atas sebagai berikut:

Page 67: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

57

�� ".�0� ��123� 4 4/5 ".�0� �6�! ��7 8�� ���.���/ 9�:�;�� <�= ��� > ".# �� "�# �?@�A �� ".�0� �� �6��� �! B�� �C) 4��

�D! �A�! �6��� �E: ��� B�� �� F�G 4 ".���� 38

Artinya: Imam Syafi'i berkata: pemberian yang sempurna dengan perkataan

yang memberi, tanpa diterima oleh orang yang diberikan, ialah: apa,

yang apabila dikeluarkan karena perkataan si pemberi, yang boleh

atas apa yang diberikannya. Maka tidak boleh lagi si pemberi

memilikinya sekali-kali, apa yang telah keluar perkataan itu padanya

dengan cara apa pun.

Menurut Syafi'i, pemberian suatu harta benda apakah yang bergerak

atau tidak bergerak itu ada tiga macam yaitu pertama, berupa hibah, kedua

berupa wasiat, dan ketiga berupa wakaf. Selanjutnya menurut Syafi'i,

pemberian seseorang semasa ia masih hidup ada dua macam: pertama,

pemberian berupa hibah atau hibah wasiat, dan kedua, pemberian berupa

wakaf. Sedangkan pemberian seseorang ketika ia sudah meninggal dunia

hanya ada satu macam yaitu yang disebut warisan.

Menurut Syafi'i, pemberian berupa hibah dan wasiat sudah sempurna

dengan hanya berupa perkataan dari yang memberi (ijab), sedangkan dalam

wakaf, baru dinyatakan sempurna bila dipenuhi dengan dua perkara: pertama,

dengan adanya perkataan dari yang memberi (ijab), dan kedua, adanya

penerimaan dari yang diberi (qabul). Tetapi ini hanya disyaratkan pada wakaf

yang hanya ditujukan untuk orang-orang tertentu. Sedangkan untuk wakaf

umum yang dimaksudkan untuk kepentingan umum tidak diperlukan qabul.

38Al-Imam Abi Abdullah Muhammad bin Idris al-Syafi’î, Al-Umm, Juz. IV, Beirut: Dâr

al-Kutub al-Ilmiah, tth, hlm. 53

Page 68: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

58

Pernyataan Imam Syafi'i di atas menunjukkan bahwa pengakuan yang

memberikan (ijab) dan penerimaan yang menerima (qabul) merupakan syarat

sahnya akad wakaf yang ditujukan bagi pihak tertentu. Pernyataan Imam

Syafi'i menunjukkan juga bahwa wakaf dalam pandangannya adalah suatu

ibadah yang disyari'atkan, wakaf telah berlaku sah bilamana wakif telah

menyatakan dengan perkataan waqaftu (telah saya wakafkan), sekalipun tanpa

diputuskan hakim. Harta yang telah diwakafkan menyebabkan wakif tidak

mempunyai hak kepemilikan lagi, sebab kepemilikannya telah berpindah

kepada Allah Swt dan tidak juga menjadi milik penerima wakaf (maukuf

alaih), akan tetapi wakif tetap boleh mengambil manfaatnya. Bagi Imam

Syafi'i, wakaf itu mengikat dan karenanya tidak bisa ditarik kembali atau

diperjualbelikan, digadaikan, dan diwariskan oleh wakif.

Imam Syafi'i lahir pada masa Dinasti Abbasiyah. Seluruh

kehidupannya berlangsung pada saat para penguasa Bani Abbas memerintah

wilayah-wilayah negeri Islam. Saat itu adalah saat di mana masyarakat Islam

sedang berada di puncak keemasannya. Kekuasaan Bani Abbas semakin

terbentang luas dan kehidupan umat Islam semakin maju dan jaya. Masa itu

memiliki berbagai macam keistimewaan yang memiliki pengaruh besar bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan kebangkitan pemikiran Islam.

Transformasi ilmu dari filsafat Yunani dan sastra Persia serta ilmu bangsa

India ke masyarakat Muslim juga sedang semarak.

Kota-kota di negeri Islam saat itu sedikit demi sedikit mulai dimasuki

unsur-unsur yang beraneka ragam, mulai dari Persia, Romawi, India dan

Page 69: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

59

Nabath. Dahulu, kota Baghdad adalah pusat pemerintahan sekaligus pusat

peradaban Islam. Kota tersebut dipenuhi oleh masyarakat yang terdiri dari

berbagai jenis bangsa. Kaum Muslim dari berbagai penjuru dunia berduyun-

duyun berdatangan ke Baghdad dari berbagai pelosok negeri Islam. Tentunya,

kedatangan mereka sekaligus membawa kebudayaan bangsanya dalam jiwa

dan perasaannya yang dalam.

Dengan kondisi masyarakat yang beragam ini tentunya akan banyak

timbul aneka problema sosial. Oleh karena itu, di masyarakat Baghdad banyak

muncul fenomena-fenomena yang beraneka ragam yang disebabkan oleh

interaksi sosial antara sesama anggota masyarakatnya di mana masing-masing

ras mempunyai kekhususan ras-ras tersebut. Setiap permasalahan yang timbul

dari interaksi antar masyarakat tersebut tentunya akan diambil ketentuan

hukumnya dari syariat. Sebab, syariat Islam adalah syariat yang bersifat

umum.39

D. Metode Istinbat Hukum Imam Syafi'i tentang Penarikan Kembali Harta

Wakaf oleh Pemberi Wakaf

Imam Syafi'i menggunakan metode istinbat hukum berupa hadis dari

Yahya bin Yahya at-Tamimiy dari Sulaim Ahdlor dari Ibnu Aun dari Nafi'

dari Ibnu Umar, hadis riwayat Muslim.

H�I# J4H�I# K�H!� K�I# I�I1H�L M�H! M�HEL�MN �I�I�I2H�L O9K�EK�P��� "IEHQI� M�H! "IEHQI� �I�LRPDI�L: I�I2HEISK! �TUHL M�I�M# IV�IWL L<�L= I�I�M# K�H!� K�I# JXK:�I��Y��� "Y�IW P9K2P��� "I7L K�HEL�I#

39Muhammad Abu Zahrah, al-Syafi'i: Hayatuhu wa 'Asruhu wa Arduhu Wa Fiqhuhu,

Beirut: Dar al-Fikr al-'Arabi, 1948, hlm 85.

Page 70: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

60

�I� L<�L3L: �I�EK: MZM�K�[ I�H�I� I�Y�INI/ H\KW] H�L� I�I2HEISK! �TUHL M H2IWL 9_�K) K�Y��� L<�MNI �I�L�HWL I H�I2I� I [K� [4K) L<�L= K�K! 9K�M�M�[ I7 �I�L: M�H�K� aKDH�K# MbL�H�L I�Mc deL= �f��I�

H2M� �L�I/ �I�]�HWL Mg�I2M� �L� M�P�L M�I�M# �I�K! I'PDI%I�L: L<�L= �I�K! I [=PDI%I7I/ ]hI�M� �L�I/ Mg�I� 9K:I/ KV�L=_��� 9K:I/ "I!H�]3[�� 9K:I/ Ki�I�L3]�[�� 9K: M�I�M# I'PDI%I�L: L<�L= M\Ic�M� �L�I/ �I�H�K� Lj]�[ I� [4L �I�IEK�I/ H�I� "L�I# Ik�I�MA �L� KlHEP1��I/ KjEK2P��� K�H!�I/ K�Y��� KjEK2IN

�f3�KDIW I�K�[.M� H/L Km/M�H�I�[��K! K�EK: J<_�I�I�M� I�HEL&)���� Z�/( 40

Artinya: "Telah mengabarkan kepada kami dari Yahya bin Yahya at-Tamimiy

dari Sulaim Ahdlor dari Ibnu Aun dari Nafi' dari Ibnu Umar, ia

berkata: "Umar mendapat sebidang tanah di Khaibar kemudian ia

menghadap Nabi saw., untuk minta petunjuk tentang

pengelolaannya, katanya: 'Wahai Rasulullah, saya mendapat

sebidang tanah di Khaibar. Belum pernah saya memperoleh harta

yang lebih bagus dari pada ini. Apa saran anda sehubungan dengan

hal itu? Beliau bersabda: Jika kamu suka, kamu tahan tanah itu dan

kamu sedekahkan manfaatnya. Maka Umar menyedekahkan hasil

tanah itu dengan syarat tanahnya tidak boleh dijual, dibeli, diwaris

atau dihibahkan. Umar menyedekahkan hasilnya kepada fakir

miskin, kerabat, untuk pemerdekaan budak, jihad fi sabilillah, untuk

bekal orang yang sedang dalam perjalanan dan hidangan tamu.

Orang yang mengurusnya boleh makan sebagian hasilnya dengan

cara yang baik dan boleh memberi makan temannya secara

alakadarnya."

40Al-Imam Abi Abdullah Muhammad bin Idris al-Syafi’î, Al-Umm, Juz. IV, Beirut: Dâr

al-Kutub al-Ilmiah, tth, hlm. 54. Al-Imam Abul Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-

Naisaburi, Sahîh Muslim, Juz. 3, Mesir: Tijariah Kubra, tth. hlm. 83-84.

Page 71: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

61

BAB IV

ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI'I TENTANG PENARIKAN

KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF

A. Analisis terhadap Pendapat Imam Syafi'i tentang Penarikan Kembali

Harta Wakaf oleh Pemberi Wakaf

Sebelum menganalisis pendapat Imam Syafi'i, ada baiknya

dikemukakan sepintas pendapat para ulama lainnya tentang penarikan kembali

wakaf oleh pemberi wakaf. Berdasarkan hal itu maka dalam sub ini hendak

diketengahkan dua hal: (1) Pendapat para ulama selain Imam Syafi'i tentang

penarikan kembali harta wakaf oleh pemberi wakaf; (2) Analisis terhadap

Pendapat Imam Syafi'i.

1. Pendapat para ulama selain Imam Syafi'i tentang Penarikan Kembali

Wakaf oleh Pemberi Wakaf

Salah satu perbedaan pendapat ulama dalam bidang perwakafan adalah

mengenai kepemilikan dan hukum menjual benda yang telah diwakafkan.

Menurut Abu Hanifah, benda yang telah diwakafkan masih tetap milik pihak

yang mewakafkan karena akad (transaksi) wakaf termasuk akad gayr lazim

(tidak menyebabkan pindahnya kepemilikan benda wakaf), kecuali: (1) wakaf

untuk masjid, (2) wakaf yang ditetapkan dengan keputusan hakim, (3) wakaf

wasiat, dan (4) wakaf untuk kuburan (makam). Oleh karena itu, benda yang

telah diwakafkan selain empat wakaf tersebut, dapat dijual, diwariskan, dan

Page 72: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

62

dihibahkan. la (benda wakaf) berubah menjadi benda waris ketika pihak yang

mewakafkan (waqif, wakif) telah meninggal dunia.

Dalam mazhab Syafi'i terdapat perubahan pendapat mazhab secara

internal yang kemudian dikenal dengan qawl qadim dan qawl jadid. Hal yang

kurang lebih sama terjadi pula dalam mazhab Hanafi.

Abu Yusuf (penerus dan pengikut aliran Hanafi) pada awalnya

sependapat dengan Abu Hanifah tentang kebolehan menjual benda wakaf.

Ketika melakukan ibadah haji bersama Harun al-Rasid (w. 194 H/809 M),

Abu Yusuf melihat benda-benda wakaf yang telah dilakukan oleh para sahabat

Nabi Muhammad saw. di Madinah. Di Madinah, Abu Yusuf mendapatkan

bahwa benda wakaf tidak boleh dijual, dihibahkan, atau diwariskan. Sebagai

seorang pakar fikih, ia mencoba menelusuri sebab-sebab benda wakaf tidak

boleh dijual, tidak boleh dihibahkan, dan tidak boleh pula diwariskan.

Akhirnya, sampai berita kepada Abu Yusuf tentang riwayat yang menyatakan

bahwa benda wakaf tidak boleh dijual dan dihibahkan.

Abu Yusuf kemudian mengubah pendapatnya sehingga ia tidak

sependapat lagi dengan gurunya (Abu Hanifah), dan kemudian ia berkata,

"Kalau saja hadis ini sampai kepada Abu Hanifah rahimah Allah, pasti beliau

mencabut pendapatnya." Sedangkan Imam al-Syafi'i berpendapat bahwa akad

wakaf termasuk akad lazim (atau mulazamah). Oleh karena itu, benda yang

telah diwakafkan bukan lagi milik wakif, melainkan telah menjadi milik

umum (atau milik Allah). Akibatnya adalah bahwa benda yang telah

diwakafkan tidak boleh dijual, dihibahkan, dan diwariskan karena memang ia

Page 73: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

63

bukan lagi milik perorangan, melainkan milik publik (umat).1 Imam Malik dan

golongan Syi'ah Imamiah menyatakan bahwa wakaf itu boleh dibatasi

waktunya.2 Mundzir Qahaf dalam bukunya Manajemen Wakaf Produktif

menjelaskan:

Batasan waktu yang muncul dari keinginan wakif, maka dalam hal ini

ahli fikih berbeda pendapat. Mayoritas ahli menolak wakaf sementara,

karena batasan waktu yang ditentukan oleh wakif. Sedangkan

madzhab Maliki memperbolehkannya kecuali wakaf yang berupa

masjid. Adapun As-Shawi membolehkan batasan waktu pada wakaf

sewaan yang hasilnya dimiliki oleh masjid, bukan bersifat sementara

karena keinginan wakif, akan tetapi termasuk sementara karena tabiat

barangnya, sekalipun harus diterima bahwa As-Shawi juga

mengatakan bolehnya wakaf sementara karena keinginan wakif.3

Golongan Hambaliah sependapat bahwa harta wakaf itu putus atau

keluar dari hak milik si wakif dan menjadi milik Allah atau milik umum.

Begitu .pula wewenang mutlak si wakif menjadi terputus, karena setelah ikrar

wakaf di ucapkan, harta tersebut menjadi milik Allah atau milik umum.4

2. Analisis terhadap Pendapat Imam Syafi'i tentang Penarikan Kembali

Harta Wakaf oleh Pemberi Wakaf

Imam Syafi'i berpendapat bahwa akad wakaf termasuk akad lazim

(atau mulazamah). Oleh karena itu, benda yang telah diwakafkan bukan lagi

milik wakif, melainkan telah menjadi milik umum (atau milik Allah).

Akibatnya adalah bahwa benda yang telah diwakafkan tidak boleh dijual,

1Jaih Mubarok, op. cit., hlm. 42. 2Said Agil Husin al- Munawwar, Hukum Islam & Pluralitas Sosial, Jakarta: Penamadani,

2004, hlm. 139-140. 3Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, Terj. Muhyiddin Mas Rida, Jakarta:

Pustaka al-Kautsar, 2000, hlm. 103 4Faishal Haq dan Saiful Anam, Hukum Wakaf dan Perwakafan di Indonesia, Pasuruan

Jawa Timur: GBI (Anggota IKADI), 1994, hlm. 35-37

Page 74: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

64

dihibahkan, dan diwariskan karena memang ia bukan lagi milik perorangan,

melainkan milik publik (umat).

Sisi kebaikan dengan menjadikan harta wakaf sebagai harta permanen

yaitu pihak penerima wakaf bukan hanya memiliki kapasitas hak guna usaha

melainkan juga telah menjadi hak milik penerima wakaf. Dengan demikian

penerima wakaf dapat memanfaatkan harta wakaf secara permanen karena ada

kepemilikan penuh. Kekurangannya yaitu jika suatu waktu harta wakaf itu

ditarik kembali oleh pemberi wakaf maka hal ini tidak bisa dilakukan karena

pemilik wakaf asal tidak lagi memiliki kewenangan hukum mengambil

kembali harta wakaf. Adapun kebaikan temporer yaitu pemilik wakaf asal

dapat menarik kembali harta wakafnya manakala ia membutuhkan dan hal ini

dapat dilakukan setiap waktu. Kekurangannya yaitu penerima wakaf seolah-

olah hanya memiliki hak guna usaha dan bukan hak milik.

Menurut penulis pendapat Imam Syafi'i yang menetapkan kedudukan

harta wakaf sebagai harta permanen yang tidak bisa ditarik kembali

didasarkan atas alasan demi kepastian hukum bagi penerima wakaf sehingga

harta wakaf dapat difungsikan secara leluasa dan tidak terikat dengan waktu.

Alasan lainnya untuk ketertiban administrasi, dengan sifatnya yang permanen

maka harta tidak terus menerus berganti-ganti nama dan balik nama yang

memerlukan biaya tidak sedikit. Dengan sifatnya yang permanen bisa

terhindar dari gugat menggugat ahli waris pemberi wakaf di kemudian hari

manaka pemberi wakaf meninggal dunia.

Page 75: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

65

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf masih

mengakomodasi pendapat Abu Hanifah meskipun pendapat tersebut telah

ditinggalkan oleh penerusnya, Abu Yusuf. Dari segi kepemilikan, UU

mengakui adanya wakaf dalam durasi tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa

wakaf tidak mesti bersifat muabbad. Oleh karena itu, UU Nomor 41 tentang

Wakaf mengakui adanya akad wakaf yang bersifat gayr lazim (tidak

menyebabkan pindahnya kepemilikan benda wakaf) yang dipandang sama

dengan al-'ariyah (pinjaman).

Perdebatan ulama tentang unsur "keabadian" mengemuka, khususnya

antara mazhab Syafii dan Hanafi di satu sisi serta mazhab Maliki di sisi yang

lain. Imam Syafi'i misalnya sangat menekankan wakaf pada fixed asset (harta

tetap) sehingga menjadikannya sebagai syarat sah wakaf. Mengingat di

Indonesia secara fikih kebanyakan adalah pengikut mazhab Syafi'i, maka

bentuk wakaf yang lazim kita dapatkan berupa tanah, masjid, madrasah, dan

aset tetap lainnya.

Di lain pihak, Imam Maliki mengartikan "keabadian" lebih pada nature

barang yang diwakafkan, baik itu aset tetap maupun aset bergerak. Untuk aset

tetap seperti tanah unsur keabadian terpenuhi karena memang tanah dapat

dipakai selama tidak ada longsor atau bencana alam yang menghilangkan fisik

tanah tersebut, demikian juga halnya dengan masjid atau madrasah. Berbeda

dengan Imam Syafi'i, Imam Malik memperlebar lahan wakaf mencakup

barang-barang bergerak lainnya seperti wakaf susu sapi atau wakaf buah

tanaman tertentu. Yang menjadi substansi adalah sapi dan pohon, sementara

Page 76: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

66

yang diambil manfaatnya adalah susu dan buah. Dalam pandangan mazhab ini

"keabadian" umur aset wakaf adalah relatif tergantung umur rata-rata dari aset

yang diwakafkan. Dengan kerangka pemikiran seperti ini mazhab Maliki telah

membuka luas kesempatan untuk memberikan wakaf dalam jenis aset apa pun,

termasuk aset yang paling likuid yaitu uang tunai (cash waqf) yang bisa

digunakan untuk menopang pemberdayaan potensi wakaf secara produktif.

Oleh karena itu, pendapat Imam Malik dirasa sangat relevan dengan

semangat pemberdayaan wakaf secara produktif yang telah diundangkan pada

tanggal 27 Oktober 2004. Pemberdayaan wakaf secara produktif tersebut

bukan berarti menghilangkan watak keabadian wakaf itu sendiri sebagaimana

yang dikhawatirkan oleh sebagian ulama khususnya bergulirnya wakaf tunai,

tapi justru akan memberikan keabadian manfaat sebagaimana yang diajarkan

oleh Nabi saw., tanpa kehilangan substansi keabadian bendanya.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang

Perwakafan Tanah Milik ditetapkan bahwa wakaf bersifat mu'abbad

(selamanya).5 Ketentuan yang sama juga terdapat dalam Kompilasi Hukum

Islam.6 Sementara dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 ditetapkan

bahwa benda wakaf dimanfaatkan untuk selamanya atau untuk jangka waktu

tertentu.7

Dalam Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf terdapat ketentuan bahwa benda wakaf

5Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977, pasal 1 (b). Dalam pasal ini dikatakan

bahwa benda wakaf dilembagakan untuk selama-lamanya (mu'abbad). 6Kompilasi Hukum Islam, pasal 215, ayat (1). 7Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 pasal 1, ayat (1).

Page 77: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

67

tidak bergerak yang berupa tanah beserta bangunan, tanaman, atau benda-

benda lain yang terkait dengannya hanya dapat dilakukan (diwakafkan) secara

mu'abbad (tidak boleh dilakukan secara temporal).8 Oleh karena itu,

pembatasan ini kelihatannya juga akan menghambat wakaf tanah secara

temporal yang secara konseptual diperbolehkan oleh ulama Malikiah. Dalam

konteks kekinian, wakaf tanah (benda tidak bergerak) memungkinkan

dilakukan secara temporal, seperti tanah dan bangunan di kota-kota yang

disewakan atau dikontrakkan.

B. Metode Istinbat Hukum Imam al-Syafi'i tentang Penarikan Kembali

Wakaf oleh Pemberi Wakaf

Dalam hubungannya dengan penarikan kembali wakaf oleh pemberi

wakaf, Imam Syafi'i menggunakan metode istinbat hukum berupa hadis dari

Yahya bin Yahya at-Tamimiy dari Sulaim Ahdlor dari Ibnu Aun dari Nafi'

dari Ibnu Umar, hadis riwayat Muslim.

���� ������ ��� ��� ��� ���� ��� �������� ����������� ��������� ���� �! ��� ���� �! ��"�#�$�%�� ������ �&��'�� �(��) ������ ��� ��� �*+��� ,������ ,-��� �-��' ����"�� ��.�/�+ �������0 �12�3

�4'5� ���� �������0 �12�3�� �6���'�� �7�8 ,-��� �(����3 ��! �(��9�+ ��:�+ �;��<=/���>�! ��-����?�>���% �6=@A =�8 �(��) , �����<=/�. ����+ �,�"< B$�"� �C�D���� ���E FG�) �H���< ��:���'�� �6

5I�3��! ����? �J������! ����? ��:5��'�� �J����! ��� �,���� ������ ��: �K�$�L���+ �(��) ��: �6=)�$�L�.�? �+�? &��)7��� �+�? ����59=�� �+�? M����95D=�� �+ ������ �K�$�L���+ �(��) �4�E��! ����?

8Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, pasal 18, ayat (1).

Page 78: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

68

�? N���>�� ����? ,-��� N���� ��:�"< �N5O=/�! =��� ��:����? ���< ����� �P��"�Q ��� R��� �� ,�+ �(7������< �����S �H9!$�' ��T=U�! �?�� V?���T��=��)��>< ;�?3( 9

Artinya: "Telah mengabarkan kepada kami dari Yahya bin Yahya at-Tamimiy

dari Sulaim Ahdlor dari Ibnu Aun dari Nafi' dari Ibnu Umar, ia

berkata: "Umar mendapat sebidang tanah di Khaibar kemudian ia

menghadap Nabi saw., untuk minta petunjuk tentang

pengelolaannya, katanya: 'Wahai Rasulullah, saya mendapat

sebidang tanah di Khaibar. Belum pernah saya memperoleh harta

yang lebih bagus dari pada ini. Apa saran anda sehubungan dengan

hal itu? Beliau bersabda: Jika kamu suka, kamu tahan tanah itu dan

kamu sedekahkan manfaatnya. Maka Umar menyedekahkan hasil

tanah itu dengan syarat tanahnya tidak boleh dijual, dibeli, diwaris

atau dihibahkan. Umar menyedekahkan hasilnya kepada fakir

miskin, kerabat, untuk pemerdekaan budak, jihad fi sabilillah, untuk

bekal orang yang sedang dalam perjalanan dan hidangan tamu.

Orang yang mengurusnya boleh makan sebagian hasilnya dengan

cara yang baik dan boleh memberi makan temannya secara

alakadarnya."

Hadis dari Yahya bin Yahya at-Tamimiy dari Sulaim Ahdlor dari Ibnu

Aun dari Nafi' dari Ibnu Umar dinyatakan sahih, demikian tercantum dalam

kitab Fi Tahrij al-Hadis karya Muhammad Nasirud-Din al-Albani.10

��"�#�$�% ��5���) ���Y�% �����? �$�T�� ���� �"�T�! 5Z������5)�? �&��!�� ��� ���� �! ��"�#�$�%8 ,-��� �(����3 -��� �[���!���E ��� ���� ,��� ���� M����T=�� ��� ���D�T�Q ���� ���E 5N�T����

�-�8 �Z�#����# ��< �-�8 �,5����� �,�"�� �*�U�9��� 5���>��\=�� �]��< �� 8 �(��) ��-����? ,������ ,-��� �-��'=�� �?�� �Z�!3��Q �Z�)�$�' ��< ,�� ����$�! �_���' �$���? �?�� , �*�D���"�! ��)��>< ;�?3(11

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami dari Yahya bin Ayyub dan

Qutaibah Ya'ni bin Sa'id dan Ibnu Hujrin dari Ismail Ibnu Ja'far dari

al-'Ala' dari bapaknya dari Abu Hurairah ra. (katanya) sesungguhnya

9Al-Imam Abi Abdullah Muhammad bin Idris al-Syafi’î, Al-Umm, Juz. IV, Beirut: Dâr

al-Kutub al-Ilmiah, tth, hlm. 54. Al-Imam Abul Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-

Naisaburi, Sahîh Muslim, Juz. 3, Mesir: Tijariah Kubra, tth. hlm. 83-84. 10Muhammad Nasirud-Din al-Albani, Irwaghalil Fi Tahrij al-Hadis, Juz 6, Beirut:

Maktabah al-Islami, tth, hlm. 30. 11Al-Imam Abul Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahîh Muslim,

Tijariah Kubra, Mesir, tth, juz 3, hlm. 73.

Page 79: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

69

Rasulullah Saw. bersabda: apabila manusia sudah mati, maka

putuslah amalnya kecuali dari tiga macam, yaitu sedekah jariyah,

atau ilmu yang dimanfaatkan, atau anak yang saleh yang

mendo'akannya (HR. Muslim).

Untuk menentukan derajat hadis ini dapat digunakan takhrij. Secara

etimologis, takhrij berasal dari kharraja yang berarti tampak atau jelas.12

Dapat juga berarti mengeluarkan sesuatu dari sesuatu tempat.13

Sedangkan

secara terminologi, takhrij adalah menunjukkan tempat hadis pada sumber

aslinya yang mengeluarkan hadis tersebut dengan sanadnya dan menjelaskan

derajatnya ketika diperlukan.14

Dapat juga dikatakan, takhrij berarti mengembalikan (menelusuri

kembali ke asalnya) hadis-hadis yang terdapat di dalam berbagai kitab yang

tidak memakai sanad kepada kitab-kitab musnad, baik disertai dengan

pembicaraan tentang status hadis-hadis tersebut dan segi Shahih atau Dha'if,

ditolak atau diterima, dan penjelasan tentang kemungkinan illat yang ada

padanya, atau hanya sekedar mengembalikannya kepada kitab-kitab asal

(sumbernya).15

Al-Thahhan sebagaimana dikutip Nawir Yuslem setelah menyebutkan

beberapa macam pengertian takhrij di kalangan Ulama Hadis,

menyimpulkannya sebagai berikut: takhrij yaitu menunjukkan atau

12Abu Muhammad Abdul Mahdi bin Abdul Qadir bin Abdul Hadi, Metode Takhrij

Hadits, Alih bahasa: Said Agil Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar, Semarang: Dina Utama,

1994, hlm. 2. 13T.M. Hasbi al-Shiddiqi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, Semarang : Pustaka Rizki

Putra, 1990, hlm. 194. 14Syeikh Manna' al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadits, Terj. Mifdhol Abdurrahman,

Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2005, hlm. 189. 15Nawir Yuslem, Ulumul Hadis, Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 2001, hlm. 393.

Page 80: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

70

mengemukakan letak asal Hadis pada sumber-sumbernya yang asli yang

didalamnya dikemukakan Hadis itu secara lengkap dengan sanad-nya masing-

masing, kemudian, manakala .diperlukan, dijelaskan kualitas Hadis yang

bersangkutan.

Yang dimaksud dengan menunjukkan letak hadis dalam definisi di

atas, adalah menyebutkan berbagai kitab yang di dalamnya terdapat Hadis

tersebut. Seperti, Hadis tersebut diriwayatkan oleh Bukhari di dalam kitab

Shahih-nya, atau oleh Al-Thabrani di dalam Mu'jam-nya, atau oleh Al-Thabari

di dalam Tafsir-nya, atau kitab-kitab sejenis yang memuat Hadis tersebut.16

Hadis di atas yang diriwayatkan dari Said bin Abdurrahman dari

Sufyan bin Uyainah dari Ubadillah bin Umar dari Nafi' dari Ibnu Umar. Hadis

ini riwayat Imam Muslim

1. Jalur Muslim

a. Tokoh ini lahir pada 204 H. Keramahannya kepada orang lain telah

membuat dirinya sebagai seorang pedagang yang sukses. Ia dikenal

sebagai dermawan Naisabur. Seperti pada umumnya ulama lain, ia

belajar semenjak kecil, tahun 218 H. Pelajaran dimulai dari kampung

halamannya di hadapan para Syeikh di sana. Hampir semua negeri pusat

kajian hadis tidak luput dari persinggahannya, seperti, Irak (Bagdad),

Hijaz, Mesir, Syam, dan lain-lain. Imam Muslim wafat pada 26 Rajab

261 H) di dekat Naisabur. Banyak ulama ditemui untuk periwayatan

hadis, seperti Imam Ahmad ibn Hanbal, Ishaq ibn Rahawaih (guru al-

16

Ibid, hlm. 394.

Page 81: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

71

Bukhari juga) dan lain-lain. Di antara mereka al-Bukhari lah yang paling

berpengaruh terhadap dirinya dalam metodologi penelitian hadisnya.

Demikian juga Imam Muslim mempunyai banyak murid terkenal,

seperti. Imam al-Turmudzi, Ibn Khuzaimah, Abdurrahman ibn Abi

Hatim.

b. Kitab Shahih Muslim

Ada lebih dari dua puluh buku telah ditulis oleh Imam Muslim.

Yang terkenal adalah Shahih Muslim itu sendiri, nama singkat dari judul

aslinya. Di dalam kitabnya ini termuat 3.030 hadis (tidak termasuk di

dalamnya yang ditulis berulang-ulang). Jumlah hadis seluruhnya ada

lebih kurang 10.000 buah.

Dengan sebutan Shahih Muslim, penulisnya bermaksud

menjamin bahwa semua hadis yang terkandung di dalamnya shahih.

Menurut penelitian para ulama, persyaratan yang ditetapkan Imam

Muslim bagi shahihnya suatu hadis pada dasarnya sama dengan

persyaratan yang ditetapkan oleh Al-Bukhari. Ibnu Shalah mengatakan

bahwa persyaratan Muslim dalam kitab shahihnya adalah:

1. Hadis itu bersambung sanadnya,

2. Diriwayatkan oleh orang kepercayaan (tsiqat), dari generasi

permulaan hingga akhir,

3. Terhindar dari syudzudz dan 'illat.

Page 82: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

72

Persyaratan ini pun dipergunakan oleh Imam al-Bukhari. Hanya,

apa yang dimaksud dengan "bersambung sanadnya", ada sedikit

perbedaan antara kedua tokoh ini.17

2. Kriteria kesahihan sanad hadis

Setelah menelaah yang meriwayatkan hadis tersebut, maka kriteria

kesahihan sanad hadis yaitu di antara syarat qabul (diterimanya) suatu

hadis adalah berhubungan erat dengan sanad hadis tersebut yaitu (1)

Sanad-nya bersambung; (2) bersifat adil; (3) dhabit.18

a. Yahya bin Ayyub, Qutaibah Ya'ni bin Sa'id, dan Ibnu Hujrin, Ismail

Ibnu Ja'far, al-'Ala'

Disebutkan oleh al-Asqalani bahwa ia hanya meriwayatkan

hadis kepada A'masy, dan menerima hadis dari Ibn 'Abbas, itu pun

hanya tentang kisah wafatnya Ali ibn Abi Thalib. Agaknya, bukan ini

orang yang dimaksud dalam sanad. Yang tepat adalah Yahya bin

Ayyub, Qutaibah Ya'ni binSa'id, Ibnu Hujrin, Ismail Ibnu Ja'far al-

'Ala'. Tidak ada informasi dari al-Asqalani, kapan ia lahir dan kapan

pula ia wafat. Beberapa shahabat disebut oleh al-Asqalani sebagai

penyalur hadis kepadanya, termasuk Abu Sa'id al-Khudri. 'Ummarah

ibn Ghaziyyah juga disebut sebagai salah seorang penerima hadis dari

Yahya ini. Dengan demikian persambungan sanad ke atas dan ke

bawah telah terjadi. Ibn Ishaq, al-Nasa'i dan Ibn Kharrasy memujinya

17Muh Zuhri, Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis, Yogyakarta: tiara Wacana

Yogya, 2003, hlm. 171-172. 18

Ibid.,, hlm. 160.

Page 83: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

73

kendati tidak luar biasa dengan nilai tsiqah, begitu juga Ibn Hibban.

Komentar lain tidak ada. Maka, tidak ada pertentangan antara

penilaian 'adil dan cacatnya. Dengan demikian, hadisnya tergolong

shahih.

b. Abu Hurairah ra

Terdapat kontroversi di kalangan para Ulama mengenai status

riwayat Abu Hurairah ini. Syu'bah ibn al-Hajjaj menuduh Abu

Hurairah telah melakukan tadlis dalam periwayatannya. Hal yang

demikian dibuktikannya dengan menyatakan bahwa Abu Hurairah

meriwayatkan sejumlah hadis yang diterimanya dari Ka'ab al-Ahbar

dan juga ada yang langsung dari Rasulullah SAW, dan dalam

periwayatannya dia tidak membedakan di antara kedua sunaber

tersebut. Akan tetapi Bisyir ibn Sa'id tidak menerima tuduhan Syu'bah

tersebut. Menurutnya, Abu Hurairah ada menyampaikan Hadis-Hadis

yang diterimanya langsung dari Rasul SAW, dan ada yang melalui

perantaraan Ka'ab al-Ahbar. Namun, sebagian orang yang

mendengarnya memutarbalikkannya dan mengatakan hadis yang

berasal langsung dari Rasul SAW sebagai berasal dari Ka'ab, dan yang

berasal dari Ka'ab dinyatakan sebagai hadis yang berasal langsung dari

Nabi SAW. Dengan demikian, yang melakukan tadlis bukanlah Abu

Hurairah, tetapi justru orang yang menerima riwayat tersebut dari Abu

Hurairah.

Page 84: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

74

Meskipun terdapat sejumlah orang yang mengkritik Abu

Hurairah, namun dalam beberapa hal mereka juga memuji Abu

Hurairah. Imam Syafi'i dalam hal ini adalah termasuk orang yang

memuji Abu Hurairah dan bahkan beliau pernah mengatakan, "Abu

Hurairah adalah orang yang paling hafiz di antara para perawi hadis

pada masanya.19

3. Kriteria Kesahihan Matan Hadis

Adapun kriteria kesahihan matan hadis dapat dijelaskan sebagai

berikut: kriteria kesahihan matan hadis menurut muhadditsin tampaknya

beragam. Perbedaan tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan latar

belakang, keahlian alat bantu, dan persoalan, serta masyarakat yang

dihadapi oleh mereka. Salah satu versi tentang kriteria kesahihan matan

hadis adalah seperti yang dikemukakan oleh Al-Khatib Al-Bagdadi (w.

463 H/1072 M) bahwa suatu matan hadis dapat dinyatakan maqbul

(diterima) sebagai matan hadis yang sahih apabila memenuhi unsur-unsur

sebagai berikut:20

1. Tidak bertentangan dengan akal sehat;

2. Tidak bertentangan dengan hukum Al-Qur'an yang telah muhkam

(ketentuan hukum yang telah tetap);

3. Tidak bertentangan dengan hadis mutawatir;

4. Tidak bertentangan dengan amalan yang telah menjadi kesepakatan

ulama masa lalu (ulama salaf);

19Nawir Yuslem, op.cit., hlm. 443. 20Bustamin dan M. Isa Salam, Metodologi Kritik Hadis, Jakarta: PT Raja Grapindo

Persada, 2004, hlm. 62.

Page 85: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

75

5. Tidak bertentangan dengan dalil yang telah pasti; dan

6. Tidak bertentangan dengan hadis ahad yang kualitas kesahihannya

lebih kuat.21

Tolok ukur yang dikemukakan di atas, hendaknya tidak satupun matan

hadis yang bertentangan dengannya. Sekiranya ada, maka matan hadis

tersebut tidak dapat dikatakan matan hadis yang sahih.

Ibn Al-Jawzi (w. 597 H/1210 M) memberikan tolok ukur kesahihan

matan secara singkat, yaitu setiap hadis yang bertentangan dengan akal

ataupun berlawanan dengan ketentuan pokok agama, pasti hadis tersebut

tergolong hadis mawdhu', karena Nabi Muhammad Saw. tidak mungkin

menetapkan sesuatu yang bertentangan dengan akal sehat, demikian pula

terhadap ketentuan pokok agama, seperti menyangkut aqidah dan ibadah.22

Salah Al-Din Al-Adabi mengambil jalan tengah dari dua pendapat di

atas, ia mengatakan bahwa kriteria kesahihan matan ada empat:

1. Tidak bertentangan dengan petunjuk Al-Qur'an;

2. Tidak bertentangan dengan hadis yang lebih kuat;

3. Tidak bertentangan dengan akal sehat, indera, sejarah; dan

4. Susunan pernyataannya menunjukkan ciri-ciri sabda kenabian.

Kalau disimpulkan, definisi kesahihan matan hadis menurut mereka,

adalah sebagai berikut: pertama, sanadnya sahih (penentuan kesahihan sanad

hadis didahului dengan kegiatan takhrij al-hadits dan dilanjutkan dengan

kegiatan penelitian sanad hadis); kedua, tidak bertentangan dengan hadis

21M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis, Jakarta: Bulan Bintang, 1992, hlm.

126. 22Bustamin dan M. Isa Salam, op.cit., hlm. 63.

Page 86: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

76

mutawatir atau hadis ahad yang sahih; ketiga, tidak bertentangan dengan

petunjuk Al-Qur'an; keempat, sejalan dengan alur akal sehat; kelima, tidak

bertentangan dengan sejarah, dan keenam, susunan pernyataannya

menunjukkan ciri-ciri kenabian. Definisi kesahihan matan hadis di atas

sekaligus menjadi langkah-langkah penelitian matan hadis.23

Apabila memperhatikan kriteria kesahihan matan hadis seperti telah

diterangkan di atas, maka matan hadis yang dijadikan istinbat hukum oleh

Imam Syafi'i dalam hubungannya dengan penarikan kembali wakaf oleh

pemberi wakaf, maka matan hadis tersebut tidak mengalami pertentangan jika

diukur dari parameter akal (rasio) karena Nabi Saw memerintahkan sesuatu

hal yang bisa diterima oleh akal pikiran manusia.

Disamping itu, tidak ada nas Al-Qur’an maupun hadis yang isinya

bertentangan dengan matan hadis di atas, sehingga hadis tersebut dijadikan

pedoman oleh Imam Syafi'i. Dengan demikian hadis yang dijadikan istinbat

hukum oleh Imam Syafi'i masuk dalam kriteria hadis sahih. Hadis di atas

diperkuat lagi oleh hadis shahih yang memiliki makna yang sama yaitu :

��"�#�$�% ��5���) ���Y�% �����? �$�T�� ���� �"�T�! 5Z������5)�? �&��!�� ��� ���� �! ��"�#�$�% ���D�T�Q ���� ���E 5N�T����8 ,-��� �(����3 -��� �[���!���E ��� ���� ,��� ���� M����T=�� ���

��< �-�8 �,5����� �,�"�� �*�U�9��� 5���>��\=�� �]��< �� 8 �(��) ��-����? ,������ ,-��� �-��' �$���? �?�� , �*�D���"�! ��=�� �?�� �Z�!3��Q �Z�)�$�' ��< �-�8 �Z�#����# ,�� ����$�! �_���') ;�?3

��><(24

23Ibid., hlm. 63 – 64. 24Al-Imam Abul Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, op.cit., hlm. 73.

Page 87: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

77

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami dari Yahya bin Ayyub dan

Qutaibah Ya'ni bin Sa'id dan Ibnu Hujrin dari Ismail Ibnu Ja'far

dari al-'Ala' dari bapaknya dari Abu Hurairah ra. (katanya)

sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda: apabila manusia sudah

mati, maka putuslah amalnya kecuali dari tiga macam, yaitu

sedekah jariyah, atau ilmu yang dimanfaatkan, atau anak yang

saleh yang mendo'akannya (HR. Muslim).

Page 88: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

78

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah memaparkan dari bab pertama sampai bab empat skripsi ini,

maka sampai pada kesimpulan sebagai berikut:

1. Menurut Imam Syafi'i, apabila seorang wakif memberi wakaf berupa harta

benda, maka seketika itu juga beralih hak milik dari wakif kepada

penerima wakaf. Harta benda wakaf itu tidak bisa ditarik kembali oleh

pemberi wakaf. Dengan kata lain pemberi wakaf tidak memiliki lagi hak

milik atas harta benda wakaf tersebut. Pernyataan Imam Syafi'i ini

menunjukkan bahwa wakaf dalam pandangannya adalah suatu ibadah

yang disyari'atkan, wakaf telah berlaku sah bilamana wakif telah

menyatakan dengan perkataan waqaftu (telah saya wakafkan), sekalipun

tanpa diputuskan hakim. Harta yang telah diwakafkan menyebabkan wakif

tidak mempunyai hak kepemilikan lagi, sebab kepemilikannya telah

berpindah kepada Allah Swt dan tidak juga menjadi milik penerima wakaf

(maukuf alaih). Bagi Imam Syafi'i, wakaf itu mengikat dan karenanya

tidak bisa ditarik kembali atau diperjualbelikan, digadaikan, dan

diwariskan oleh wakif.

2. Dalam hubungannya dengan penarikan kembali wakaf oleh pemberi

wakaf, Imam Syafi'i menggunakan metode istinbat hukum berupa hadis

yang setelah ditakhrij masuk dalam kategori hadis sahih, baik dari segi

matan, rawi maupun sanadnya yaitu dari Yahya bin Yahya at-Tamimiy

Page 89: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

79

dari Sulaim Ahdlor dari Ibnu Aun dari Nafi' dari Ibnu Umar. Imam Syafi'i

berpendapat bahwa akad wakaf termasuk akad lazim (atau mulazamah).

Oleh karena itu, benda yang telah diwakafkan bukan lagi milik wakif,

melainkan telah menjadi milik umum (atau milik Allah). Akibatnya adalah

bahwa benda yang telah diwakafkan tidak boleh dijual, dihibahkan, dan

diwariskan karena memang ia bukan lagi milik perorangan, melainkan

milik publik (umat). Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang

Wakaf masih mengakomodasi pendapat Abu Hanifah meskipun pendapat

tersebut telah ditinggalkan oleh penerusnya, Abu Yusuf. Dari segi

kepemilikan, UU mengakui adanya wakaf dalam durasi tertentu. Hal ini

menunjukkan bahwa wakaf tidak mesti bersifat muabbad. Oleh karena itu,

UU Nomor 41 tentang Wakaf mengakui adanya akad wakaf yang bersifat

gayr lazim (tidak menyebabkan pindahnya kepemilikan benda wakaf)

yang dipandang sama dengan al-'ariyah (pinjaman).

B. Saran-Saran

Terlepas dari pendapat Imam Syafi'i yang berbeda dengan Imam

lainnya, namun kehati-hatian dan kepiawaian Imam Syafi'i tidak disanksikan.

Atas dasar itu, pendapatnya dapat dijadikan masukan dalam merumuskan

Kompilasi Hukum Islam di masa datang dan hal ini sudah terjadi, karena KHI

banyak merujuk pada pendapat Imam Syafi'i.

Page 90: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

80

C. Penutup

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas rahmat

dan ridhanya pula tulisan ini dapat diangkat dalam bentuk skripsi. Peneliti

menyadari bahwa di sana-sini terdapat kesalahan dan kekurangan baik dalam

paparan maupun metodologinya. Karenanya dengan sangat menyadari, tiada

gading yang tak retak, maka kritik dan saran membangun dari pembaca

menjadi harapan peneliti. Semoga Allah SWT meridhainya.

Page 91: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Siradjuddin, Sejarah dan Keagungan Madzhab Syafi’i, Jakarta: Pustaka

Tarbiyah, 2004.

Alabij, Adijani, Perwakafan Tanah di Indonesia dalam Teori dan Praktek,

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.

Ali, Maulana Muhammad, Islamologi, (Dinul Islam), Jakarta: PT Ichtiar Baru Van

Hoeve, 1976.

Ali, Muhammad Daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta: UI

Press, 1988.

Al-Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia

Terlengkap, Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997.

Anshary, Abi Yahya Zakariya, Fath al-Wahhab, Juz I, Beirut: Dar al-Fikr, t.th,

Anshori, Abdul Ghofur, Hukum dan Praktik Perwakafan di Indonesia,

Yogyakarta: Pilar Media, 2006.

Ash-Shiddieqy, Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, Jakarta: Bulan

Bintang, 1989.

Asy Syurbasyi, Ahmad, Al-Aimmah al-Arba'ah, Terj. Futuhal Arifin, "Biografi

Empat Imam Madzhabi", Jakarta: Pustaka Qalami, 2003.

Bukhari, Imam, Shahih al-Bukhari, Dar al-Biya al-Kutub al-'Arabiyyah. 1981, juz

III, hlm. 196

Bustamin dan M. Isa Salam, Metodologi Kritik Hadis, Jakarta: PT Raja Grapindo

Persada, 2004.

Dahlan, Abdul Aziz, et.al, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru

Van Hoeve, 1997.

Daradjat, Zakiah, Ilmu Fiqh, Jilid 3, Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995.

Departemen Agama, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia, Jakarta:

Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf Dirjen Bimas dan Penyelenggaraan

Haji, 2003.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 2004.

Page 92: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

Djazuli, Ilmu Fiqh, Jakarta: Prenada Media, 2005.

Farid, Syeikh Ahmad, Min A'lam al-Salaf, Terj. Masturi Ilham dan Asmu'i

Taman, 60, "Biografi Ulama Salaf", Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006.

Fikri, Ali, Ahsan al-Qashash, Terj. Abd.Aziz MR: "Kisah-Kisah Para Imam

Madzhab", Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003.

Hadi, Abu Muhammad Abdul Mahdi bin Abdul Qadir bin Abdul, Metode Takhrij

Hadits, Alih bahasa: Said Agil Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar,

Semarang: Dina Utama, 1994.

Hafidhuddin, Didin, Islam Aplikatif, Jakarta: Gema Insani, 2003.

Hamka, Tafsir Al Azhar, Juz IV, Jakarta:PT Pustaka Panji Mas, 1999.

Haq, Faishal dan Saiful Anam, Hukum Wakaf dan Perwakafan di Indonesia,

Pasuruan Jawa Timur: GBI (Anggota IKADI), 1994.

Hidayat, Komaruddin, Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutik,

Jakarta: Paramadina, 1996.

Hussaini, Imam Taqi al-Din Abu Bakr ibn Muhammad, Kifayah Al Akhyar, Juz I,

Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, tth.

Ismail, M. Syuhudi, Metodologi Penelitian Hadis, Jakarta: Bulan Bintang, 1992.

Jarjawi, Syeikh Ali Ahmad, Hikmah al-Tasyri' wa Falsafatuh, Juz II, Beirut: Dâr

al-Fikr, 1980.

Jazairi, Abu Bakar Jabir, Minhâj al-Muslim, Kairo: Maktabah Dâr al-Turas, 2004.

Karim, Helmi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.

Khalaf, Abd al-Wahhab, ‘Ilm Usul al-Fiqh, Kuwait: Dar al-Qalam, 1978.

Koto, Alaiddin, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2004.

M. Zein, Satria Effendi, Ushul Fiqh, Jakarta: Prenada Media, 2005.

Malibary, Syekh Zainuddin Ibn Abd Aziz, Fath al-Mu’in, Semarang: Toha Putera

, tth.

Mubarok, Jaih, Modifikasi Hukum Islam Studi tentang Qaul Qadim dan Qaul

Jadid, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002.

--------, Wakaf Produktif, Bandung: Anggota IKAPI, 2008.

Page 93: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

Muchtar, Abdul Chaliq, Indal Abror, Agung Danarta dan Muhammad Yusuf,

Hadis-Hadis Dalam Kitab al-Umm Imam al-Syafi'i, Penelitian Fak.

Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga, 1999.

Muchtar, Kamal, Ushul Fiqh, Jilid 1, Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1995.

Mughniyah, Muhammad Jawad, al-Fiqh ‘Ala al-Mazahib al-Khamsah, Terj.

Masykur, Afif Muhammad, Idrus al-Kaff, "Fiqih Lima Mazhab", Jakarta:

Lentera, 2001.

Naisaburi, Al-Imam Abul Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi, Sahîh Muslim,

Juz. 2 dan 3, Mesir: Tijariah Kubra, tth.

Najib, Tuti A. dan Ridwan al-Makassary (Ed), Wakaf, Tuhan, dan Agenda

Kemanusiaan, Jakarta: CSRC, 2006.

Prihatini, Farida, et al, Hukum Islam, Zakat dan Wakaf, Jakarta: Papas Sinar

Sinanti, 2005.

Qahaf, Mundzir, Manajemen Wakaf Produktif, Terj. Muhyiddin Mas Rida,

Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2000.

Qaththan, Syeikh Manna', Pengantar Studi Ilmu Hadits, Terj. Mifdhol

Abdurrahman, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2005.

Rofiq, Ahmad, Fiqih Kontekstual dari Normatif ke Pemaknaan Sosial,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

---------, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997.

Sabiq, Sayyid, Fiqh al-Sunnah, Juz III, Beirut: Dar al-Fikr, tth.

San'any, Subul al-Salam, Juz III, Kairo: Syirkah Maktabah Mustafa al-Babi al-

Halabi, 1950.

Shiddieqy, TM. Hasbi Ash, Pengantar Hukum Islam, Semarang: Pustaka Rizki

Putra, 2001.

--------, Pokok-Pokok Pegangan Imam Madzhab, Semarang: PT Putaka Rizki

Putra, 1997.

--------, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, Semarang : Pustaka Rizki Putra,

1990.

Sirry, Mun’im A., Sejarah Fiqih Islam: Sebuah Pengantar, Surabaya: Risalah

Gusti,1995.

Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.

Page 94: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Cet. 7, Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan, 1993.

Suryadilaga, M. Alfatih (ed), Studi Kitab Hadis, Yogyakarta: Teras, 2003.

Syafi’î, Al-Imam Abi Abdullah Muhammad bin Idris, Al-Umm, Juz. IV dan VII,

Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiah, tth.

--------, al-Risalah, Mesir: Mustafa al-Babi al-Halabi, 1938.

Syalthut, Mahmud, Fiqih Tujuh Madzhab, terj. Abdullah Zakiy al-Kaaf, Bandung:

CV Pustaka Setia, 2000.

Syarifuddin, Amir, Garis-Garis Besar Fiqh, Jakarta: Prenada Media, 2003.

Tim Redaksi Fokus Media, Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Fokus Media,

2005.

Tunggal, Hadi Setia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004

Tentang Wakaf, Jakarta: Harvarindo, 2005.

Yayasan Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya,

Surabaya: DEPAG RI, 1978.

Yuslem, Nawir, Ulumul Hadis, Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 2001.

Zahrah, Muhammad Abu, Hayatuhu wa Asruhu wa Fikruhu ara-Uhu wa Fiqhuhu,

Terj. Abdul Syukur dan Ahmad Rivai Uthman, “Al-Syafi’i Biografi dan

Pemikirannya Dalam Masalah Akidah, Politik dan Fiqih”, Jakarta: PT

Lentera Basritama, 2005.

---------, Usul al-Fiqh, Cairo: Dar al-Fikr al-‘Arabi, 1958.

Zuhdi, Masjfuk, Studi Islam: Jilid III, Jakarta: Rajawali, 1988.

Zuhri, Muh, Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis, Yogyakarta: tiara

Wacana Yogya, 2003.

Page 95: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ruddy Pamungkas

Tempat/Tanggal Lahir : Semarang, 13 Pebruari 1986

Alamat Asal : Tlogosari wetan RT 06 RW 03 Pedurungan

Semarang

Pendidikan : - MI Al-Fatoniyah Semarang lulus th 1999

-MTs NU 18 Karang Malang Kankung Kendal lulus

th 2002

- MAN 2 Semarang lulus th 2005

- Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang

Angkatan 2005

Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya untuk

dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Penulis

Page 96: PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl-ruddy... · adalah bagaimana pendapat Imam Syafi'i tentang penarikan kembali

BIODATA DIRI DAN ORANG TUA

Nama : Ruddy Pamungkas

NIM : 2105144

Alamat : Tlogosari wetan RT 06 RW 03 Pedurungan Semarang

Nama orang tua : Bapak Suyitni dan Ibu Nafsiyah

Alamat : Tlogosari wetan RT 06 RW 03 Pedurungan Semarang