penanggulangan bencana alam

25
PENANGGULANGAN BENCANA ALAM SAR Sejarah SAR Nasional Lahirnya organisasi SAR di Indonesia yang saat ini bernama BASARNAS diawali dengan adanya penyebutan ?Black Area? bagi suatu negara yang tidak memiliki organisasi SAR. Dengan berbekal kemerdekaan, maka tahun 1950 Indonesia masuk menjadi anggota organisasi penerbangan internasional ICAO (International Civil Aviation Organization). Sejak saat itu Indonesia diharapkan mampu menangani musibah penerbangan dan pelayaran yang terjadi di Indonesia. Sebagai konsekwensi logis atas masuknya Indonesia menjadi anggota ICAO tersebut, maka pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 1955 tentang Penetapan Dewan Penerbangan untuk membentuk panitia SAR. Panitia teknis mempunyai tugas pokok untuk membentuk Badan Gabungan SAR, menentukan pusat- pusat regional serta anggaran pembiayaan dan materil. Sebagai negara yang merdeka, tahun 1959 Indonesia menjadi anggota International Maritime Organization (IMO). Dengan masuknya Indonesia sebagai anggota ICAO dan IMO tersebut, tugas dan tanggung jawab SAR semakin mendapat perhatian. Sebagai negara yang besar dan dengan semangat gotong royong yang tinggi, bangsa Indonesia ingin mewujudkan harapan dunia international yaitu mampu menangani musibah penerbangan dan pelayaran. Dari pengalaman-pengalaman tersebut diatas, maka timbul pemikiran bahwa perlu diadakan suatu organisasi SAR Nasional yang mengkoordinir segala kegiatan- kegiatan SAR dibawah satu komando. Untuk mengantisipasi tugas-tugas SAR tersebut, maka pada tahun 1968 ditetapkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor T.20/I/2-4 mengenai ditetapkannya Tim SAR Lokal Jakarta yang pembentukannya diserahkan kepada Direktorat Perhubungan Udara. Tim inilah yang akhirnya menjadi embrio dari organisasi SAR Nasional di Indonesia yang dibentuk kemudian. Pada tahun 1968 juga, terdapat proyek South East Asia Coordinating Committee on Transport and Communications, yang mana Indonesia merupakan proyek payung (Umbrella Project) untuk negara-negara Asia Tenggara. Proyek tersebut ditangani oleh US Coast Guard (Badan SAR Amerika), guna mendapatkan data yang diperlukan untuk rencana pengembangan dan penyempurnaan organisasi SAR di Indonesia.

Upload: ahmad-rifai

Post on 07-Aug-2015

130 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penanggulangan Bencana Alam

PENANGGULANGAN BENCANA ALAM SAR

Sejarah SAR Nasional

Lahirnya organisasi SAR di Indonesia yang saat ini bernama BASARNAS diawali

dengan adanya penyebutan ?Black Area? bagi suatu negara yang tidak memiliki

organisasi SAR.

Dengan berbekal kemerdekaan, maka tahun 1950 Indonesia masuk menjadi

anggota organisasi penerbangan internasional ICAO (International Civil Aviation

Organization). Sejak saat itu Indonesia diharapkan mampu menangani musibah

penerbangan dan pelayaran yang terjadi di Indonesia.

Sebagai konsekwensi logis atas masuknya Indonesia menjadi anggota ICAO

tersebut, maka pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 1955

tentang Penetapan Dewan Penerbangan untuk membentuk panitia SAR. Panitia teknis

mempunyai tugas pokok untuk membentuk Badan Gabungan SAR, menentukan pusat-

pusat regional serta anggaran pembiayaan dan materil.

Sebagai negara yang merdeka, tahun 1959 Indonesia menjadi anggota

International Maritime Organization (IMO). Dengan masuknya Indonesia sebagai

anggota ICAO dan IMO tersebut, tugas dan tanggung jawab SAR semakin mendapat

perhatian. Sebagai negara yang besar dan dengan semangat gotong royong yang

tinggi, bangsa Indonesia ingin mewujudkan harapan dunia international yaitu mampu

menangani musibah penerbangan dan pelayaran.

Dari pengalaman-pengalaman tersebut diatas, maka timbul pemikiran bahwa

perlu diadakan suatu organisasi SAR Nasional yang mengkoordinir segala kegiatan-

kegiatan SAR dibawah satu komando. Untuk mengantisipasi tugas-tugas SAR tersebut,

maka pada tahun 1968 ditetapkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor T.20/I/2-4

mengenai ditetapkannya Tim SAR Lokal Jakarta yang pembentukannya diserahkan

kepada Direktorat Perhubungan Udara. Tim inilah yang akhirnya menjadi embrio dari

organisasi SAR Nasional di Indonesia yang dibentuk kemudian.

Pada tahun 1968 juga, terdapat proyek South East Asia Coordinating Committee

on Transport and Communications, yang mana Indonesia merupakan proyek payung

(Umbrella Project) untuk negara-negara Asia Tenggara. Proyek tersebut ditangani oleh

US Coast Guard (Badan SAR Amerika), guna mendapatkan data yang diperlukan untuk

rencana pengembangan dan penyempurnaan organisasi SAR di Indonesia.

Page 2: Penanggulangan Bencana Alam

Kesimpulan dari tim tersebut adalah :

Perlu kesepakatan antara departemen-departemen yang memiliki fasilitas dan

peralatan;

Harus ada hubungan yang cepat dan tepat antara pusat-pusat koordinasi

dengan pusat fasilitas SAR;

Pengawasan lalu lintas penerbangan dan pelayaran perlu diberi tambahan

pendidikan SAR;

Bantuan radio navigasi yang penting diharapkan untuk pelayaran secara terus

menerus.

Dalam kegiatan survey tersebut, tim US Coast Guard didampingi pejabat - pejabat

sipil dan militer dari Indonesia, tim dari Indonesia membuat kesimpulan bahwa :

Instansipemerintah baik sipil maupun militer sudah mempunyai unsur yang dapat

membantu kegiatan SAR, namun diperlukan suatu wadah untuk menghimpun unsur-

unsur tersebut dalam suatu sistem SAR yang baik. Instansi-instansi berpotensi tersebut

juga sudah mempunyai perangkat dan jaringan komunikasi yang memadai untuk

kegiatan SAR, namun diperlukan pengaturan pemanfaatan jaringan tersebut.

Personil dari instansi berpotensi SAR pada umumnya belum memiliki kemampuan dan

keterampilan SAR yang khusus, sehingga perlu pembinaan dan latihan.

Peralatan milik instansi berpotensi SAR tersebut bukan untuk keperluan SAR, walaupun

dapat digunakan dalam keadaan darurat, namun diperlukan standardisasi peralatan.

Hasil survey akhirnya dituangkan pada ?Preliminary Recommendation? yang

berisi saran-saran yang perlu ditempuh oleh pemerintah Indonesia untuk mewujudkan

suatu organisasi SAR di Indonesia.

Berdasarkan hasil survey tersebut ditetapkan Keputusan Presiden Nomor 11

tahun 1972 tanggal 28 Februari 1972 tentang pembentukan Badan SAR Indonesia

(BASARI). Adapun susunan organisasi BASARI terdiri dari :

Unsur Pimpinan

Pusat SAR Nasional (Pusarnas)

Pusat-pusat Koordinasi Rescue (PKR)

Sub-sub Koordinasi Rescue (SKR)

Unsur-unsur SAR

Pusarnas merupakan unit Basari yang bertanggungjawab sebagai pelaksana

operasional kegiatan SAR di Indonesia. Walaupun dengan personil dan

peralatan yang terbatas, kegiatan penanganan musibah penerbangan dan

pelayaran telah dilaksanakan dengan hasil yang cukup memuaskan, antara lain

Boeing 727-PANAM tahun 1974 di Bali dan operasi pesawat Twinotter di

Sulawesi yang dikenal dengan operasi Tinombala.

Page 3: Penanggulangan Bencana Alam

Secara perlahan Pusarnas terus berkembang dibawah pimpinan (alm) Marsma S.

Dono Indarto. Dalam rangka pengembangan ini pada tahun 1975 Pusarnas resmi

menjadi anggota NASAR (National Association of SAR) yang bermarkas di Amerika,

sehingga Pusarnas secara resmi telah terlibat dalam kegiatan SAR secara

internasional. Tahun berikutnya Pusarnas turut serta dalam kelompok kerja yang

melakukan penelitian tentang penggunaan satelit untuk kepentingan kemanusiaan

(Working Group On Satelitte Aided SAR) dari International Aeronautical Federation.

Bersamaan dengan pengembangan Pusarnas tersebut, dirintis kerjasama dengan

negara-negara tetangga yaitu Singapura, Malaysia, dan Australia.

Untuk lebih mengefektifkan kegiatan SAR, maka pada tahun 1978 Menteri

Perhubungan selaku kuasa Ketua Basari mengeluarkan Keputusan Nomor 5/K.104/Pb-

78 tentang penunjukkan Kepala Pusarnas sebagai Ketua Basari pada kegiatan operasi

SAR di lapangan. Sedangkan untuk penanganan SAR di daerah dikeluarkan Instruksi

Menteri Perhubungan IM 4/KP/Phb-78 untuk membentuk Satuan Tugas SAR di KKR

(Kantor Koordinasi Rescue).

Untuk efisiensi pelaksanaan tugas SAR di Indonesia, pada tahun 1979 melalui

Keputusan Presiden Nomor 47 tahun 1979, Pusarnas yang semula berada dibawah

Basari, dimasukkan kedalam struktur organisasi Departemen Perhubungan dan

namanya diubah menjadi Badan SAR Nasional (BASARNAS).

Dengan diubahnya Pusarnas menjadi Basarnas, Kepala Pusarnas yang semula

esselon II menjadi Kepala Basarnas esselon I. Demikian juga struktur organisasinya

disempurnakan dan Kabasarnas membawahi 3 pejabat esselon II. Dalam

perkembangannya keluar Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 80 tahun 1998

tentang Organisasi Tata Kerja Basarnas, yang salah satu isinya mengenai pejabat

esselon II di Basarnas, yaitu :

Sekretaris Badan;

Kepala Pusat Bina Operasi;

Kepala Pusat Bina Potensi

Basarnas mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan,

pengkoordinasian, dan pengendalian potensi SAR dalam kegiatan SAR terhadap

orang dan material yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi

bahaya dalam pelayaran dan/atau penerbangan, serta memberikan bantuan

dalam bencana dan musibah lainnya sesuai dengan peraturan SAR nasional dan

internasional. Secara jelas tugas dan fungsi SAR adalah penanganan musibah

pelayaran dan/atau penerbangan, dan/atau bencana dan/atau musibah lainnya

dalam upaya pencarian dan pertolongan saat terjadinya musibah. Penanganan

terhadap musibah yang dimaksud meliputi 2 hal pokok yaitu pencarian (search)

dan pertolongan (rescue). Dalam melaksanakan tugas penanganan musibah

pelayaran dan penerbangan harus sejalan dengan IMO dan ICAO.

Page 4: Penanggulangan Bencana Alam

TUGAS, FUNGSI DAN SASARAN BASARNAS

A. TUGAS POKOK

Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.43Tahun 2005 Tentang

Organisasi dan tata kerja Departemen Perhubungan, Badan SAR Nasional mempunyai

tugas pokok melaksanakan pembinaan, pengkoordinasian dan pengendalian potensi

Search and Rescue (SAR) dalam kegiatan SAR terhadap orang dan material yang

hilang atau dikhawatirkan hilang, atau menghadapi bahaya dalam pelayaran dan atau

penerbangan, serta memberikan bantuan SAR dalam penanggulangan bencana dan

musibah lainnya sesuai dengan peraturan SAR Nasional dan Internasional.

B. FUNGSI

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Badan SAR Nasional

menyelenggarakan fungsi :

Perumusan kebijakan teknis di bidang pembinaan potensi SAR dan pembinaan

operasi SAR;

Pelaksanaan program pembinaan potensi SAR dan operasi SAR;

Pelaksanaan tindak awal;

Pemberian bantuan SAR dalam bencana dan musibah lainnya;

Koordinasi dan pengendalian operasi SAR alas potensi SAR yang dimiliki oleh

instansi dan organisasi lain;

Pelaksanaan hubungan dan kerja sama di bidang SAR balk di dalam maupun

luar negeri;

Evaluasi pelaksanaan pembinaan potensi SAR dan operasi SAR

Pelaksanaan administrasi di lingkungan Badan SAR Nasional.

C. SASARAN PENGEMBANGAN BASARNAS

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi Basarnas, perlu dilaksanakan strategi-

strategi sebagai berikut :

Menjadikan BASARNAS sebagai yang terdepan dalam melaksanakan operasi

SAR dalam musibah pelayaran dan penerbangan, bencana dan musibah

lainnya;

Pembentukan Institusi yang dapat menangani pendidikan awal dan pendidikan

penataran di lingkungan BASARNAS

Mengembangkan regulasi yang mampu mengerahkan potensi SAR melalui

mekanisme koordinasi yang dipatuhi oleh semua potensi SAR;

Melaksanakan pembinaan SDM SAR melalui pola pembinaan SDM yang terarah

dan berlanjut agar dapat dibentuk tenaga-tenaga SAR yang profesional.

Page 5: Penanggulangan Bencana Alam

Melaksanakan pemenuhan sarana/ prasarana dan peralatan SAR secara

bertahap agar dapat menjadikan operasi tindak awal SAR yang mandiri, cepat,

tepat, dan handal sesuai ketentuan nasional dan internasional.

Melaksanakan pendidikan dan pelatihan SAR melalui jenjang pendidikan sesuai

dengan kebutuhan dalam lingkungan BASARNAS.

Penciptaan system sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat tentang

penyelenggaraan operasi SAR

Mengembangkan kerjasama dengan Pemda melalui FKSD, organisasi dan

instansi berpotensi SAR, balk dalam negeri maupun luar negeri dalam rangka

pembinaan potensi SAR.

Sumber : Badan SAR Nasional

http://www.dephub.go.id/SAR/basarnas/sejarah.htm

PERALATAN SAR

Peralatan SAR adalah merupakan bagian penting bagi res cuer ketika

melaksanakan pertolongan terhadap korban musibah dilapangan, sehingga dengan

dukungan peralatan yang memadai akan membantu proses pertolongan dan

selanjutnya akan meningkatkan prosentasi keberhasilan operasi.

Peralatan SAR ini diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu:

1. Peralatan perorangan

Terdiri atas Peralatan pokok perorangan dan Peralatan pendukung perorangan;

2. Peralatan beregu.

Terdiri atas Peralatan pokok beregu dan Peralatan pendukung beregu;

Dengan klasifikasi ini akan memberikan kemudahan dalam memilah ketika

melakukan penyimpanan maupun penyiapan untuk operasi.

Untuk mendukung kegiatan dan operasi SAR, serta dalam rangka mendukung

Siaga SAR, Kantor-kantor SAR telah dilengkapi dengan peralatan SAR, meskipun

belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan sesuai persyaratan mengingat keterbatasan

anggaran dan biaya operasional. Peralatan SAR masing-masing Kantor SAR sedikit

berbeda jenis maupun jumlahnya, tergantung lokasi dan kondisi setempat.

Page 6: Penanggulangan Bencana Alam

PERALATAN KOMUNIKASI

Salah satu komponen fasilitas SAR yang memegang kunci peranan penting

dalam pelaksanaan kegiatan SAR adalah Sistem Komunikasi SAR. Sistem komunikasi

ini tidak lepas dari semua jenis peralatan komunikasi yang digunakan sebagai sarana

pertukaran informasi balk berupa voice maupun data dalam kegiatan SAR. Sistem

komunikasi yang digelar mempunyai fungsi:

1. Jaringan Penginderaan Dini

Komunikasi sebagai sarana penginderaan dini dimaksudkan agar setiap musibah

pelayaran dan/atau penerbangan dan/ atau bencana dan/ atau musibah lainnya dapat

dideteksi sedini mungkin, supaya usaha pencarian, pertolongan dan penyelamatan

dapat dilaksanakan dengan cepat. Oleh karena itu setiap informasi/musibah yang

diterima harus mempunyai kemampuan dalam hal kecepatan, kebenaran dan

aktualitasnya. Implementasi sistem komunikasi harus mengacu path peraturan

internasional yaitu peraturan IMO untuk memonitor musibah pelayaran dan peraturan

ICAO untuk memonitor musibah penerbangan.

Pada tahun 1994 BASARNAS memperoleh bantuan pi njaman lunak dari

pemerintah Kanada untuk pengadaan peralatan monitoring musibah. Peralatan tersebut

berfungsi sebagai alat deteksi dini signal yang mengindikasikan lokasi musibah, alat-

alat tersebut adalah LUT (Local User Terminal) yaitu berupa perangkat stasiun bumi

kecil yang mengolah data dari Cospas dan SARSAT.

2. Jaring Koordinasi

Komunikasi sebagai sarana koordinasi, dimaksudkan untuk dapat berkoordinasi

dalam mendukung kegiatan operasi SAR baik internal antara Kantor Pusat BASARNAS

dengan Kantor SAR dan antar Kantor SAR, dan eksternal dengan instansi/ organisasi

berpotensi SAR dan RCCs negara tetangga secara cepat dan tepat.

3. Jaring Komando dan Pengendalian

Komunikasi sebagai sarana komando dan pengendalian, dimaksudkan untuk

mengendalikan unsur-unsur yang terlibat dalam operasi SAR.

4. Jaring Pembinaan, Administrasi dan Logistik

Jaring ini digunakan oleh BASARNAS untuk pembinaan Kantor SAR dalam

pelaksanaan pembinaan dan administrasi perkantoran.

Peralatan komunikasi yang dimiliki BASARNAS dan Kantor SAR sebagai berikut :

Fixed Line Telecommunication

Radio Communication (HFNHF)

AFTN Automatic message switching

Dengan dilengkapinya radio VHF Air band dan Marine band, memungkinkan untuk

memonitor penerbangan dan pelayaran.

Page 7: Penanggulangan Bencana Alam

PENYELAMATAN KORBAN TENGGELAM

Kasus tenggelam cukup sering ditemukan, baik tenggelam dalam air tawar maupun air

laut. Kasus tenggelam sering terjadi pada anak kecil, atau orang dewasa. Sebagai

orang awam yang ingin menolong seseorang yang tenggelam, kami memberikan tips

sebagai berikut :

1. Pastikan diri anda mempunyai kemampuan untuk menolong, bila tidak yakin

dengan kemampuan diri sendiri sebaiknya carilah bantuan." Lebih baik

kehilangan satu orang daripada kehilangan dua orang", maksudnya " Jangan

menambah korban lebih banyak".

2. Segera menginformasikan kepada orang disekitar untuk mencari bantuan

lanjutan.

3. Pelajari situasi dan kondisi disekitar korban.

4. Cari alat bantu untuk menyelamatkan korban, contoh : pelampung, ranting/kayu,

tali dan sebagainya

5. Tahap berikutnya adalah tahap penyelamatan korban tanpa menggunakan alat

bantu.Dalam tahap ini dapat dilakukan langkah - langkah sebagai berikut :

Terjun ke air dengan mata tetap memandang posisi korban

Dekati korban ssuai dengan jarak tertentu dan mengajak berkomunikasi, untuk

kasus korban yang masih sadar, berikut ini adalah kutipan percakapan penolong

dengan korban :

" Sebagai orang awam yang ingin menolong seseorang yang tenggelam, kami

memberikan tips sebagai berikut :

Duck away

Leg block

Arm block

Elbow lift

Untuk korban yang mematuhi perintah, lakukan tehnik penyelamatan dengan cara :

Under arm carry

Tired swimmer carry

Wristow

Hip carry

Hip carry with pistol grip

Double chin carry

Page 8: Penanggulangan Bencana Alam

Untuk korban yang tidak mematuhi perintah maka biarkan korban sampai terlihat lelah,

setelah itu melakukan tehnik penyelamatan separti tehnik diatas.

Catatan : Saat menarik korban untuk korban yang tidak bernafas diberi bantuan nafas

mulut ke hidung sebanyak 1 kali dengan hitungan pemberian nafas dengan jeda

htiungan ke - 9 hitungan (Ref : ADS International)

6. Membawa korban ke darat dan letakkan ditempat yang aman.

7. Mengecek kesadaran korban dengan cara mengoyang - goyangkan tubuh

korban sambil menegur korban.

8. Selanjutnya dilakukan pertolongan dengan suatu rumusan sederhana yang

mudah diingat yaitu ABC. Hal ini diartikan sebagai :

A = Airway ( Jalan nafas )

B = Breathing ( Bernafas )

C = Circulation ( Sirkulasi, Peredaran Darah yakni jantung dan pembuluh darah )

Untuk kasus korban yang sadar tapi mengalami kesulitan bernafas maka dilakukan

langkah - langkah sebagai berikut :

Posisikan korban pada posisi pulih atau posisi istirahat

Bersihkan benda - benda yang menyumbat rongga mulut korban, contoh : gigi

palsu, makanan dll.

Kembalikan posisi normal, tekan dahi dan naikkan dagu ( posisi ini bertujuan

untuk memperlancar jalan nafas.

Bila diperlukan diberikan nafas buatan dua kali dari mulut ke mulut ( untuk

menghindari penularan penyakit, contoh Hepatitis, sebaiknya menggunakan alat

bantu pemberian nafas dari mulut ke mulut ).

Untuk korban yang tidak sadar, mempunyai nafas yang tidak kuat atau belum bernafas,

langkah - langkahnya sebagai berikut :

Pada posisi normal dengan dagu terangkat sambil mengecek nadi di leher.

Jika tidak ada nadi maka dilakukan pertolongan ABC.

Jika nadinya kecil maka lakukan pertolongan AB + Supportive C, gunakan

Algoritma syok.

Jika nadinya cukup maka lakukan pertolongan A dengan / tanpa B Untuk korban

yang tidak sadar, mempunyai nafas yang tidak kuat atau belum.

Page 9: Penanggulangan Bencana Alam

PMK

Sejarah Pemadam Kebakaran

Pemadam Kebakaran Dibentuk Pada Zaman Romawi

Pada hakekatnya manusia sangat membutuhkan api dalam kehidupan sehari-

hari. Kebutuhan terhadap api itu tak bisa dihindari, karena manusia memerlukan

penerangan ketika datang kegelapan malam. Begitu juga api diperlukan manusia

sebagai alat untuk menghangatkan badan dari cuaca dingin, dan alat perlindungan dari

binatang buas. Dan tentunya manusia menghadapi masalah sebelum mampu

menciptakan api. Seolah-olah unsur panas yang dilihat dan dirasakan manusia pada

waktu itu sebagai akibat letusan gunung berapi atau sambaran petir. Keadaan ini

mendorong manusia untuk berpikir agar dapat mengontrol api, sehingga api dapat

bermanfaat bagi kehidupannya.

Dalam perkembangan selanjutnya, penggunaan api di masa itu memberi

pengaruh dalam mengakhiri masa nomaden. Hal ini juga berdampak terhadap

perkembangan sosial dan politik seiring dengan perkembangnya pemukiman penduduk

yang menetap. Akan tetapi, api yang sudah diketahui dapat bermanfaat bagi kehidupan

manusia, tetap dipandang sebagai elemen suci dan hebat. Banyak mitologi yang

menganalogikan api menjadi sifat atau karakter manusia.

Ketika manusia merasakan pengalaman bahwa api juga bersifat sangat merusak, sejak

itu manusia terdorong untuk mengetahui cara mengontrol keganasan api. Ini terjadi

kira-kira 300 tahun sebelum masehi (SM) di Roma. Ketika itu petugas pemadam

kebakaran dan penjaga malam dibentuk dan ditugaskan kepada sekelompok orang

yang diberi nama Familia Publica dan operasional dari kelompok ini diawasi oleh komite

negara.

Dalam buku yang berjudul Principles of Protection karya Arthur Cote, P.E dan

Percy Bugbee dijelaskan, di zaman pemerintahan kaisar Agustus (Gaius Julius Caesar

Octavianus) pada 27 SM sampai 12 Masehi, Roma mengembangkan Departemen

Kebakaran untuk tipe penghunian. Dan departemen ini mengorganisir para budak dan

warga negara dalam wadah yang bernama Satuan Jaga (pelayanan penjagaan).

Selanjutnya, dikeluarkan dekrit yang menyatakan seluruh rakyat wajib menjaga dan

mengontrol api.

Adapun satuan jaga tersebut merupakan organisasi (pemadam kebakaran) yang

pertama. Dibentuknya satuan ini bertujuan untuk melindungi manusia terhadap bahaya

kebakaran. Tugas utama mereka adalah melakukan patroli dan pengawasan pada

malam hari (dilakukan oleh Nocturnes). Dalam perkembangan selanjutnya, setiap

anggota pasukan mempunyai tugas khusus bila terjadi kebakaran. Contohnya,

beberapa anggota (aquarii) membawa air dalam ember ke lokasi kebakaran. Kemudian,

dibangun pipa air (aquaducts) untuk membawa air ke seluruh kota, dan pompa tangan

dikembangkan guna membantu penyemprotan air ke api. Siponarii adalah sebutan bagi

Page 10: Penanggulangan Bencana Alam

pengawas pompa, dan komandan pemadam kebakaran dinamakan Praefectus Vigilum

yang memikul seluruh tanggung jawab Satuan Siaga.

Sedangkan hukum Romawi mengutus Quarstionarius (sekarang sama dengan

Polisi Kebakaran), yang bertugas mengklarifikasi sebab-sebab terjadinya kebakaran.

Pemerintah Kerajaan Romawi pada masa itu mulai menentukan kebijakan me-ngenai

penggunaan selang kulit bagi kepentingan pemadaman kebakaran. Petugasnya juga

membawa bantal besar ke lokasi kebakaran, sehingga orang yang terjebak di gedung

tinggi dapat meloncat dan mendarat di atas bantal tersebut.

Marco Polo mencatat tentang tata negara belahan timur pada abad 13, yakni pasukan

rakyat dari pasukan pengawas dan pasukan kebakaran yang mempunyai tugas

pencegahan kebakaran telah terbentuk di Hangchow. Mereka dalam melaksanakan

tugasnya dapat mengerahkan satu sampai dua ribu orang untuk memadamkan api.

Ribuan pasukan itu dibagi menjadi kelompok yang terdiri dari 10 orang, 5 orang berjaga

pada siang, dan selebihnya berjaga pada malam hari.

Peraturan Tentang Proteksi Kebakaran

Ketika kerjaan Romawi jatuh, sangat sedikit dan hampir tidak ada usaha untuk

membentuk organisasi yang melindungi dan mengontrol kebakaran. Hal ini berlangsung

dalam waktu yang cukup lama. Ketika itu hanya ada peraturan tentang proteksi

kebakaran yang bernama Curfew (bahasa Perancis: mengatasi kebakaran) yang

mengharuskan rakyat memadamkan api pada jam tertentu di malam hari. Selain

Curfew, peraturan hampir serupa dibuat di Oxford Inggris pada tahun 872.

Pada tahun 1189, Wali Kota pertama Inggris membuat peraturan yang

mengharuskan bangunan baru berdinding dan atap batu atau ubin. Sedangkan

penggunaan atap rumah dari ilalang yang sudah cukup tua usianya dilarang. Kemudian,

pada tahun 1566, di Manchester dibuat peraturan tentang penyimpanan tentang

penyimpanan bahan bakar yang aman untuk oven roti. Dan peraturan ini merupakan

Undang-undang per-tama yang dibuat dalam rangka pencegahan kebakaran, yang

tidak berhubungan langsung dengan struktur bangunan. Adapun Undang-undang

negara yang pertama kali dibuat adalah Undang-undang Parlemen Inggris (1583), yang

menyangkut ketentuan larangan pembuatan lilin dengan cara mencairkan lemak di

dalam bangunan perumahan. Pada tahun 1647, pembuatan cerobong asap yang

terbuat dari kayu dilarang.

Pada tahun 1666 di London ter-jadi kebakaran. Atas peristiwa ini dibentuk

peraturan tentang bangunan yang komplit. Namun sampai tahun 1774 belum juga

terbentuk komisi yang bertugas menegakkan peratu-ran. Bisa dibayangkan, betapa

mandul nya peraturan maupun Undang-undang tentang pencegahan kebakaran yang

telah dibuat selama kurun waktu lebih satu abad ketika itu. Sampai tahun 1824 komisi

yang dimaksud di atas belum juga terbentuk. Pada tahun itu di Edinburgh, Skotlandia,

dibentuk pasukan keba-karan. Tugas pasukan ini mengembangkan peraturan

mengenai proteksi kebakaran, dan standar operasi yang lebih maju. Yang ditunjuk

Page 11: Penanggulangan Bencana Alam

sebagai komandan pasukan kebakaran di Edinburgh adalah peneliti yang bernama

James Braidwood. Ia penulis buku pegangan (handbook) ten-tang operasi Departemen

Kebakaran. Buku pegangan karyanya itu lebih maju dibanding teori sebelumnya yang

dibuat oleh James pada 1830. Buku ini berisikan 396 standar dan gambaran tentang

pelayanan terbaik yang harus dilakukan Departemen Kebakaran.

Pengawas Kebakaran

Pengawas kebakaran malam hari dibentuk di kota besar Amerika pada zaman

kolonial. Pada tahun 1654 di Boston, seorang bellman ditugaskan bekerja dari pukul 10

malam hing-ga pukul 5 pagi. Tiga tahun kemudian, terjadi pembaharuan di New York.

Sipir kebakaran dibantu delapan orang sukarelawan, pengawas kebakaran bertugas

malam hari. Sukarelawan ini disebut sebagai pengawas berderak karena setiap jaga

mereka selalu membunyikan alarm yang bunyinya berderak-derak. Pengawas

kebakaran malam, merupakan lembaga masyarakat sebelum terbentuknya kesatuan

polisi warga yang dibentuk di New York pada tahun 1687. Lembaga ini pertama kali

dibentuk mengingat besarnya kerugian harta benda yang diasuransikan, dan dipandang

sangat penting. Lembaga masyarakat ini mempunyai tugas penting, yaitu melakukan

patroli guna membantu lembaga asuransi yang baru terbentuk agar dapat diterima

masyarakat.

Pada tahun 1631, di Boston terjadi bencana kebakaran. Setelah peristiwa itu,

untuk pertama kalinya di Amerika dibentuk Undang-undang Kebakaran. Isinya

mencakup larangan penggunaan ilalang untuk atap rumah, penggunaan cerobong asap

dari kayu. Dan ketentuan tersebut dijalankan oleh pemerintahan Boston yang terpilih.

Padan tahun 1647 Amsterdam Baru (sekarang kota New York) menunjuk para tenaga

survei bangunan untuk mengontrol bahaya kebakaran yang melanda bangunan.

Beberapa tahun kemudian, tenaga survei itu dinamakan pengawas kebakaran hunian

lima, yang mempunyai tanggung jawab pencegahan kebakaran umum. Kronologis

tersebut dipandang sebagai cikal bakal lahirnya Departemen Kebakaran di Amerika

Utara.

Pada tanggal 14 Januari 1653, pemerintah Boston memberikan perintah untuk

membeli mobil pompa. Dalam hal ini, tidak ada catatan dari mana asal mobil pompa

dan kapan diadakan perawatan. Pada saat itu, Undang-undang tambahan tentang

proteksi kebakaran juga dibentuk. Undang-undang pada tahun 1653 ini mengharuskan

seluruh rumah menyimpan kain pel sepanjang 12 kaki. Ini digunakan bagi keperluan

memadamkan kebakaran atap, dan setiap bangunan rumah harus memiliki tangga yang

mampu menjangkau tepi atap. Pada saat yang sama, kota juga menyediakan tangga,

kaitan, dan rantai guna merobohkan rumah di luar jalur penyebaran api. Senapan

serbuk kadang dipakai dalam operasi ini. Dan rumah yang dirobohkan demi

kepentingan mencegah kebakaran tidak menjalar, pemiliknya tidak menerima ganti rugi.

Ketentuan ini memang sudah didekritkan.

Page 12: Penanggulangan Bencana Alam

Klasifikasi Jenis Kebakaran

Kebakaran di Indonesia dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:

Kelas

Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat, misalnya kertas, kayu, plastik,

karet, busa dan lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: air,

pasir, karung goni yang dibasahi, dan Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api

tepung kimia kering.

Kelas

Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda mudah terbakar berupa cairan,

misalnya bensin, solar, minyak tanah, spirtus, alkohol dan lain-lainnya. Media

pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: pasir dan Alat Pemadam Kebakaran

(APAR) atau racun api tepung kimia kering. Dilarang memakai air untuk jenis ini karena

berat jenis air lebih berat dari pada berat jenis bahan di atas sehingga bila kita

menggunakan air maka kebakaran akan melebar kemana-mana

Kelas

Kebakaran yang disebabkan oleh listrik. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini

berupa: Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering. Matikan

dulu sumber listrik agar kita aman dalam memadamkan kebakaran

Prinsip Pemadaman Kebakaran

Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak

kita hendaki, merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan. Api terjadi karena

persenyawaan dari:

Sumber panas, seperti energi elektron (listrik statis atau dinamis), sinar matahari, reaksi

kimia dan perubahan kimia.

Benda mudah terbakar, seperti bahan-bahan kimia, bahan bakar, kayu, plastik dan

sebagainya.

Oksigen (tersedia di udara)

Apabila ketiganya bersenyawa maka akan terjadi api. Dalam pencegahan

terjadinya kebakaran kita harus bisa mengontrol Sumber panas dan Benda mudah

terbakar, misalnya Dilarang Merokok ketika Sedang Melakukan Pengisian Bahan

Bakar, Pemasangan Tanda-Tanda Peringatan, dan sebagainya.

Apabila sudah terjadi kebakaran maka langkah kita adalah menghilangkan

adanya Oksigen dalam kebakaran tersebut. Contoh mudahnya seperti ketika kita

menghidupkan lilin, lalu coba kita tutup dengan gelas maka api pada lilin tersebut akan

mati karena oksigen yang berada di luar gelas tidak dapat masuk dan oksigen yang

berada dalam gelas berubah menjadi Karbon Dioksida (CO2) yang mematikan api.

Ketika kita memadamkan kebakaran dengan mengunakan APAR, karung goni yang

Page 13: Penanggulangan Bencana Alam

basah dan pasir yang terjadi adalah kita mengisolasi adanya oksigen dalam api

tersebut asal semua permukaan api tertutupi oleh ketiga media pemadaman tersebut

dan api akan mati seperti lilin yang kita tutup memakai gelas tadi. Bila kita

menggunakan air sebagai media pemadaman maka terjadi reaksi pendinginan panas

dan isolasi oksigen dari kebakaran tersebut.

Peralatan Pencegahan Kebakaran

1. APAR / Fire Extinguishers / Racun Api

Peralatan ini merupakan peralatan reaksi cepat yang multi guna karena dapat

dipakai untuk jenis kebakaran A,B dan C. Peralatan ini mempunyai berbagai ukuran

beratnya, sehingga dapat ditempatkan sesuai dengan besar-kecilnya resiko kebakaran

yang mungkin timbul dari daerah tersebut, misalnya tempat penimbunan bahan bakar

terasa tidak rasional bila di situ kita tempatkan racun api dengan ukuran 1,2 Kg dengan

jumlah satu tabung. Bahan yang ada dalam tabung pemadam api tersebut ada yang

dari bahan kinia kering, foam / busa dan CO2, untuk Halon tidak diperkenankan dipakai

di Indonesia.

Hydran

Ada 3 jenis hydran, yaitu hydran gedung, hydran halaman dan hydran kota,

sesuai namanya hydran gedung ditempatkan dalam gedung, untuk hydran halaman

ditempatkan di halaman, sedangkan hydran kota biasanya ditempatkan pada beberapa

titik yang memungkinkan Unit Pemadam Kebakaran suatu kota mengambil cadangan

air.

2. Detektor Asap / Smoke Detector

Peralatan yang memungkinkan secara otomatis akan memberitahukan kepada

setiap orang apabila ada asap pada suatu daerah maka alat ini akan berbunyi, khusus

untuk pemakaian dalam gedung.

3. Fire Alarm

Peralatan yang dipergunakan untuk memberitahukan kepada setiap orang akan

adanya bahaya kebakaran pada suatu tempat

4. Sprinkler

Peralatan yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang akan memancarkan air

secara otomatis apabila terjadi pemanasan pada suatu suhu tertentu pada daerah di

mana ada sprinkler tersebut.

Page 14: Penanggulangan Bencana Alam

Pencegahan Kebakaran

Setelah kita mengetahui pengklasifikasian, prinsip pemadaman dan

perlengkapan pemadaman suatu kebakaran maka kita harus bisa mengelola

kesemuanya itu menjadi suatu sistem manajemen /pengelolaan pencegahan bahaya

kebakaran. Kita mengambil contoh dari pengelolaan pencegahan kebakaran pada

bangunan tinggi.

Identifikasi bahaya yang dapat mengakibatkan kebakaran pada gedung itu.

Bahan Mudah Terbakar, seperti karpet, kertas, karet, dan lain-lain

Sumber Panas, seperti Listrik, Listrik statis, nyala api rokok dan lain-lain

Penilaian Resiko

Resiko tinggi karena merupakan bangunan tinggi yang banyak orang

Monitoring

Inspeksi Listrik, Inspeksi Bangunan, Inspeksi Peralatan Pemadam Kebakaran,

Training, Fire Drill / Latihan Kebakaran dan lain-lain

Recovery / Pemulihan

Emergency Response Plan / Rencana Tindakan Tanggap Darurat, P3K,

Prosedur-Prosedur, dan lain-lain.

Pengetahuan Dasar DAMKAR

Sebelum kita dapat melakukan usaha penanggulangan kebakaran, adalah wajar

apabila kita perlu untuk mengetahui dan mengenal terlebih dahulu apa dan

bagaimanakah kebakaran itu. Setelah itu maka kita akan menyadari bahwa

peristiwa/masalah kebakaran sesungguhnya merupakan masalah yang menjadi

ancaman bagi semua orang, baik disadari ataupun tidak.

Untuk itu tulisan ini dibuat tanpa maksud menggurui mengajak semua pihak untuk lebih

mengenal tentang Kebakaran khususnya api dengan lebih baik.

KIMIA API

Kita semua tahu bahwa untuk dapat menghadapi dan mengalahkan musuh, kita

harus tahu segala hal tentang musuh kita kekuatan, kelemahan, strategi perang, dan

lainnya. Memiliki gambaran tentang kemungkinan aksi yang akan dilakukan oleh

musuh, membuat kita dapat membuat rencana untuk menga-tasi aksi tersebut, dan

lebih baik lagi melakukan pencegahan agar aksi tersebut tidak dapat berjalan. Demikian

juga apabila kita mengahadapi masalah kebakaran, kita harus tahu tentang

bagaimanakah api dapat terjadi, bagaimana api dapat menyebar, apa yang dapat

menimbulkan api, bagaimana mencegah api timbul, dan banyak lagi, sehingga kita siap

menghadapi musuh kita semua, yaitu kebakaran.

Page 15: Penanggulangan Bencana Alam

A. PEMBAKARAN

Pembakaran dan api adalah dua kata yang akan selalu berhubungan dan dalam

ilmu kebakaran dua kata tersebut sudah menjadi tak terpisahkan.

Pembakaran/api adalah peristiwa proses reaksi oksidasi cepat yang biasanya

menghasilkan panas dan cahaya (energi panas dan energi cahaya).

Selanjutnya apakah reaksi oksidasi itu?; Dalam konteks masalah kebakaran

dapat dikatakan bahwa reaksi oksidasi adalah reaksi pengikatan unsur oksigen oleh

reduktor/pereduksi (bahan bakar). Sedang dalam konteks lebih luas, dalam ilmu kimia,

reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pemberian elektron oleh

oksidator/pengoksidasi kepada reduktor/pereduksi.

Di atas telah disebutkan bahwa pembakaran/api adalah peristiwa oksidasi cepat,

berarti ada reaksi oksidasi lambat. Untuk rekasi oksidasi lambat sebagai contohnya

adalah peristiwa perkaratan besi.

Satu hal yang perlu di pahami adalah bahwa hanya gas yang dapat terbakar.

Jadi bahan bakar dengan bentuk fisik padatan dan cairan sebelum ia dapat terbakar ia

harus dirubah dahulu ke bentuk fisik gas. Untuk bahan bakar padat harus mengalami

pyrolysis, sehingga ter-bentuk gas-gas yang lebih seder-hana yang akan terbakar.

Sedang untuk bahan bakar bentuk cairan oleh panas akan diuapkan, lalu uap bahan

bakar tadi yang akan terbakar.

Kembali ke masalah kebakaran ada peristiwa yang sering terjadi seiring dengan

kebakaran, yaitu ledakan/explosion. Ledakan/explosion adalah peristiwa oksidasi yang

sangat cepat.

B. NYALA API

Selama ini api, umumnya, selalu identik dengan nyala api, sesungguhnya ini adalah

salah satu dari bentuk api. Nyala api sesung-guhnya adalah gas hasil reaksi dengan

panas dan cahaya yang ditimbulkannya. Warna dari nyala api ditentukan oleh bahan-

bahan yang bereaksi (terbakar). Warna yang dihasilkan oleh gas hidrokarbon, yang

bereaksi sempurna dengan udara (oksigen) adalah biru terang. Nyala api akan lebih

mudah terlihat ketika karbon dan padatan lainnya atau liquid produk antara dihasilkan

oleh pembakaran tidak sempurna naik dan berpijar akibat temperatur dengan warna

merah, jingga, kuning, atau putih, tergantung dari tem-peraturnya.

C. BARA API

Bara api memiliki cirri khas yaitu tidak terlihatnya nyala api, akan tetapi adanya

bahan-bahan yang sangat panas pada permukaan dimana pembakaran terjadi. Contoh

yang baik untuk bara api adalah batu bara. Warna dari bara api pada permukaan benda

berhubungan dengan temperaturnya. Beberapa warna yang terlihat dan tempe-raturnya

ditampilkan seperti di tabel 1.

Page 16: Penanggulangan Bencana Alam

SEGITIGA API

Dari bahasan sebelumnya kita telah tahu bahwa pembakaran/api adalah suatu

reaksi oksidasi, jadi harus ada oksidator/pengoksidasi dan reduktor/ pereduksi/bahan

yang dioksidasi. Dari sini kita telah men-dapatkan dua komponen peristiwa/reaksi

pembakaran/api, yaitu oksidator yaitu oksigen dan reduktor di sini adalah bahan bakar.

Lalu selain itu apa lagi? Dalam kehidupan sehari-hari kita mengetahui bahwa suatu

benda yang dapat terbakar (bahan bakar) dalam kondisi normal tidaklah terbakar, baru

apabila kita panaskan untuk beerapa lama dia akan dapat terbakar. Ini juga berarti kita

telah mendapatkan satu lagi komponen pembakaran/api, dari apa yang sudah umum

kita ketahui.

Dalam ilmu kebakaran ketiga komponen tersebut dikenal dengan segitiga api,

yaitu sebuah bangun dua dimensi berbentuk segitiga sama sisi. Dimana masing-masing

sisi mewakili satu komponen kebakaran/api, yaitu: Oksigen, Panas dan Bahan bakar.

Lalu mengapa segitiga sama sisi? Jawabannya adalah bahwa suatu peristiwa/reaksi

pembakaran akan dapat terjadi apabila ketiga komponen tersebut berada dalam

keadaan keseimbangannya. Kese-imbangan dimaksud di sini bukanlah sama dalam

jumlah atau banyaknya, akan tetapi suatu bahan akan dapat terbakar apabila kondisi di

mana terjadi/akan terjadi pembakaran/api memiliki perbandingan tertentu antara bahan

dimaksud dengan oksigen yang harus tersedia. Selain itu kondisi temperatur bahan dan

atau lingkungan reaksi memiliki tem-peratur (yang menggambarkan tingkat kepanasan

suatu benda) tertentu juga.

D. OKSIGEN

Pada sisi pertama dari segitiga adalah oksigen. Oksigen adalah gas yang tidak dapat

terbakar (nonflam-meable gas) dan juga merupakan satu kebutuhan untuk kehidupan

yang sangat mendasar. Di atas permukaan laut, atmosfir kita me-miliki oksigen dengan

konsentrasi sekitar 21%. Sedang untuk ter-jadinya pembakaran/api oksigen dibutuhkan

minimal 16%. Kembali lagi, oksigen itu sendiri tidak terbakar, ia hanya mendukung

proses pembakaran.

E. PANAS

Sisi kedua adalah panas. Panas adalah suatu bentuk energi yang dibutuhkan untuk

meningkatkan temperatur suatu benda/ bahan bakar sampai ketitik dimana jumlah uap

bahan bakar tersebut tersedia dalam jumlah cukup untuk dapat terjadi penyalaan.

1. Sumber-sumber Panas

Sumber-sumber panas/energi panas sangatlah beragam, dapat disebutkan disini

adalah:

Arus listrik

Panas akibat arus listrik dapat terjadi akibat adanya hambatan terhadap aliran

arus, kelebihan beban muatan, hubungan pendek, dan lain-lain;

Page 17: Penanggulangan Bencana Alam

Kerja mekanik

Panas yang dihasilkan oleh kerja mekanik biasanya dari gesekan dua benda atau

gas yang diberi tekanan tinggi;

Reaksi kimia

Pada reaksi kimia, hubungan dengan panas, terdapat dua macam reaksi yaitu

reaksi endotermis dan eksotermis. Reaksi endotermis adalah reaksi yang mem-

butuhkan panas untuk dapat berjalan, sedang rekasi eksotermis adalah kebalikannya

yaitu menghasilkan panas dan reaksi inilah yang merupakan sumber panas. Reaksi

kimia disini tidak hanya terbatas pada reaksi perubahan atau pembentukan senyawa

baru, akan tetapi dapat juga dalam bentuk proses pencampuran dan atau pelarutan;

Reaksi nuklir

Reaksi nuklir yang menghasilkan panas dapat berupa fusi atau fisi.

Radiasi matahari

Sinar matahari dapat menjadi sumber panas yang dapat menye-babkan kebakaran

apabila intensitasnya cukup besar, atau di ter/difokuskan oleh suatu alat optik.

2. Cara-cara Perpindahan Panas

Panas dapat berpindah dan dalam suatu kejadian kebakaran perpindahan panas

ini harus mendapat perhatian yang besar, karena apabila perpindahan panas tidak

terkontrol akan dapat mengakibatkan kebakaran meluas dan atau mengakibatkan

kebakaran lain.

Perpindahan panas ini dapat terjadi dengan berbagai cara, yaitu: konduksi, konveksi

dan radiasi; dan khusus dalam masalah kebakaran ada juga yang disnyulutan

langsung.

Konduksi

Konduksi adalah perpindahan panas yang terjadi secara molekuler, jadi panas

berpindah di dalam suatu bahan penghantar (konduktor) dari satu titik ketitik lain yang

memiliki temperatur lebih rendah. Sebagai gambaran adalah apabila kita memanaskan

salah satu ujung sebuah tongkat besi maka lambat laun panas akan berpindah keujung

lainnya, sedangkan tongkat tersebut tidak berubah bentuk.

Konveksi

Konveksi adalah perpindahan panas yang berhubungan dengan bahan fluida

atau bahan yang dapat mengalir dalam bentuk gas atau cairan. Pada konveksi panas

berpindah dengan berpindahnya bahan penghantar, atau lebih tepat bahan pembawa

panas tersebut. Sebagai gambaran adalah apabila terjadi kebakaran di lantai bawah

sebuah bangunan bertingkat, maka panas akan dibawa oleh asap atau gas hasil

pembakaran yang panas ke lantai di atasnya.

Radiasi

Perpindahan panas dengan cara radiasi tidak membutuhkan suatu bahan

penghantar seperti pada dua perpindahan panas sebe-lumnya. Pada radiasi panas

berpindah secara memancar, jadi panas dipancarkan segala arah dari suatu sumber

Page 18: Penanggulangan Bencana Alam

panas. Sebagai contohnya adalah radiasi sinar matahari, yang kita semua tahu bahwa

dari jarak yang jutaan kilometer melalui ruang kosong di antariksa panas matahari

dapat sampai ke bumi.

F. BAHAN BAKAR

Sisi yang lain (ke-tiga) adalah bahan bakar. Berbeda dengan apa yang umum

disebut sebagai bahan bakar oleh setiap orang, bahan bakar dalam hubungannya

dengan ilmu kebakaran adalah setiap benda, bahan atau material yang dapat terbakar

dianggap sebagai bahan bakar. Apabila kita perhatikan, maka akan kita dapati bahwa

hidup kita selalu dikelilingi oleh bahan bakar. Oleh karena itu adalah sesuatu yang wajib

bagi kita untuk selalu siap siaga menghadapi ancaman bahaya kebakaran.

Ada beberapa istilah yang perlu diketahui dalam hubungannya dengan bahan bakar,

yaitu:

Flash point: temperatur terendah pada saat dimana suatu bahan bakar cair

menghasilkan uap dalam jumlah yang cukup untuk menghasilkan nyala sesaat

dari campuran bahan bakar dan udara (oksigen).

Fire point : temperatur (akibat pemanasan) dimana suatu bahan bakar cair dapat

memproduksi uap dengan cukup cepat sehingga memungkinkan terjadinya

pembakaran yang kontinyu/terus menerus.

TETRAHEDRON API

Pada perkembangan selanjutnya,ditemukan bahwa selain ketiga komponen

seperti yang dimaksud dalam segitiga api ada lagi komponen keempat dalam proses

pembakaran yang dibutuhkan oleh proses pembakaran untuk mendukung

kesinambungannya dan juga untuk bertambah besar, yaitu rantai reaksi kimia antara

bahan bakar dengan bahan pengoksidasi/oksidator. Seiring dengan menyalanya api,

molekul bahan bakar juga berkurang berubah menjadi molekul yang lebih sederhana.

Dengan berlanjutnya proses pembakaran, naiknya temperatur menyebabkan oksigen

tambahan terserap ke area nyala api. Lebih banyak molekul bahan bakar akan

terpecah, bergabung ke rantai reaksi, mencapai titik nyalanya, mulai menyala,

menyebabkan naiknya temperatur, menyeap oksigen tambahan, dan melanjutkan rantai

reaksi. Proses rantai reaksi ini akan berlanjut sampai seluruh substansi/bahan yang

terkait mencapai area yang lebih dingin dinyala api. Selama tersedia bahan bakar dan

oksigen dalam jumlah yang cukup, dan selama temperatur mendukung,reaksi rantai

akan meningkatkan reaksi pembakaran. Sehingga dengan demikian segitiga api tadi

dengan adanya faktor rantai reaksi kimia, yang juga termasuk komponen pembakaran,

berubah menjadi satu bangun tiga dimensi segitiga piramida (tetrahedron).

GAS BERACUN HASIL PEMBAKARAN

Selain bahaya panas tinggi ternyata ada satu bahaya yang menjadi penyebab

utama kematian dalam peristiwa kebakaran, yaitu asap. Mengapa asap menjadi

Page 19: Penanggulangan Bencana Alam

penyebab utama? Hal ini dikarenakan asap mengandung bermacam-macam gas

beracun yang dihasilkan oleh peristiwa pembakaran.

Beberapa gas beracun yang paling banyak dan selalu ada pada peristiwa kebakaran

dapat dilihat dibawah ini.

Karbon monoksida (Carbon monoxide)

Karbon monoksida (CO) adalah pembunuh terbesar dalam peristiwa kebakaran

karena tingkat kehadirannya yang sangat tinggi dan juga cepatnya ia mencapai

konsentrasi mematikan pada peristiwa kebakaran. Karbon monoksida adalah hasil

produksi dari pembakaran tidak sempurna yang dihasilkan dari pembakaran senyawa-

senyawa organic dan berbagai bentuk karbon. Sering juga kematian akibat karbon

monoksida terjadi akibat masuknya asap knalpot ke kabin mobil.

Karbon monoksida berbahaya karena ia adalah gas yang tidak berbau, tidak berwarna,

dan tidak terlihat. Gas ini mematikan pada konsentrasi 1,28 persen volume dalam udara

dalam 1 sampai 3 menit; 0,64 persen mematikan dalam 10 sampai 15 menit; 0,32

persen mematikan dalam 30 sampai 60 menit, dan 0,16 persen mematikan dalam

waktu 2 jam. Pada konsentrasi 0,05 persen gas ini tetap menyimpan bahaya.

Karbon dioksida (Carbon dioxide)

Karbon dioksida (Carbon dioxide) adalah hasil dari pembakaran sempurna

senyawa organic atau senyawa karbon. Bertambahnya konsentrasi karbon dioksida

akan mengakibatkan meningkatnya kecepatan pernafasan; sampai di mana tubuh tidak

mampu lagi. Kegagalan pernafasan akhirnya akan terjadi. Karbon dioksida dalam

jumlah yang sangat banyak dapat mengakibatkan sesak nafas karena kekurangan

oksigen dalam darah, selain itu juga dapat berfungsi sebagai bahan pemadam api.

Konsentrasi lebih dari 5 persen di lingkungan dapat merupakan tanda bahaya,bukan

karena keberadaannya akan tetapi karena kondisi tersebut adalah kondisi yang jauh

dari kondisi normal.

Hidrogen sianida (Hydrogen cyanide)

Walau Hidrogen sianida (HCN) jauh lebih beracun dari Karbon monoksida tetapi

dalam kebakaran,biasanya, jumlahnya sangat kecil. Pada konsentrasi 100 ppm dapat

menyebabkan kematian dalam waktu 30 sampai 60 menit. Hidrogen sianida dihasikan

dari pembakaran senyawan hirokarbon terklorinasi di udara, plastik, kulit karet, sutra,

wool, atau juga kayu. Seperti halnya karbon monoksida hydrogen sianida lebih ringan

dari udara sehingga tingkat bahayanya lebih tinggi pada kebakaran dalam ruangan,

dibanding kebakaran luar ruangan.

Phosgene (COCl2)

Phosgene juga dihasilkan pada dekomposisi atau pembakaran senyawa

hidrokarbon terklorinasi, seperti karbon tetraklorida, Freon, atau etilene diklorida.

Phosgene beracun dan berbahaya pada konsentrasi yang sangat kecil sekalipun.

Konsntrasi 25 ppm dapat mematikan dalam waktu

30 sampai 60 menit.

Page 20: Penanggulangan Bencana Alam

Hidrogen klorida (Hydrogen Chloride)

Hidrogen klorida (HCl) dihasilkan oleh pembakaran bahan-bahan yang

mengandung klorin. Walau tidak beracun seperti hydrogen sianida ataupun phosgene,

HCl berbahaya apabila kita berada dalam waktu yang cukup lama di lingkungan yang

terdapat gas ini.

TAHAPAN KEBAKARAN DALAM RUANGAN

Pada umumnya kebakaran dalam ruangan dengan terbagi dalam tiga tahapan.

Masing-masing tahapan memiliki ciri-ciri karaktersitik dan efeknya berhubungan dengan

bahan yang terbakar yang berbeda-beda. Lama dari masing-masing tahapan bervariasi

tergantung keadaan dari penyulutan, bahan bakar, dan ventilasi, akan tetapi secara

keseluruhan tahapannya adalah kebakaran awal kebakaran bebas kebakaran

menyurut.

A. Kebakaran Tahap Awal Ini adalah tahapan awal dari suatu kebakaran setelah terjadi

penyulutan.

Nyala api masih terbatas dan pembakaran dengan lidah api terlihat. Konsntrasi

Oksigen dalam ruangan masih dalam kondisi normal (21%) dan temperatur dalam

ruangan secara keseluruhan belum meningkat. Gas panas hasil pembakaran dalam

betuk kepulan bergerak naik dari titik nyala. Dalam kepulan gas panas terkandung

bermacam-macam material seperti deposit karbon (jelaga) ataupun padatan lain, uap

air, H2S, CO2, CO, dan gas beracun lainnya,semuanya tergantung dari jenis bahan

bakar atau bahan yang terbakar. Panas akan dihantar secara konveksi oleh material-

material tadi ke atas ruangan dan mendorong oksigen kebawah yang berarti ke titik

nyala untuk mendukung pembakaran selanjutnya.

B. Tahap Penyalaan-bebas

Kebakaran akan menghebat sejalan dengan bertambahnya bahan yang

terbakar. Konveksi, konduksi, dan kontak langsung memperluas perambatan api dan

keluar dari bahan bahakar awal sampai bahan didekatnya mencapai temperatur

penyalaannya dan mulai terbakar. Radiasi panas dari nyala api mulai menyebabkan

bahan bahan lain mencapai titik nyalanya, memperluas kebakaran kesamping.

Kecepatan perluasan kebakaran kesamping tergantung dari berapa dekat bahan di

dekatnya dan juga susunan bahannya. Gas panas yang dihasilkan pembakaran

berkumpul di langit-langit ruangan membentuklapisan asap. Temperatur dari lapisan

asp ini meningkat. Lapisan yang lebih tinggi di ruangan tersebut memiliki konsentrasi

oksigen paling rendah; temperatur tinggi; dan jelaga, asap, dan produk pirolisis yang

belum terbakar sempurna pada saat itu sangatlah berbeda dengan kondisi di dekat

lantai ruangan. Pada daerah dekat lantai lapisan udaranya masih relatif dingin dan

mengandung udara segar (konsentrasi oksigen mendekati normal) yang bercampur

dengan hasil pembakaran. Kemungkinan untuk hidup masih cukup di dalam ruangan

apabila seseorang bertahan pada posisi merendah pada lapisan dingin dan tidak

menghirup gas di bagian atas. Ketika lapisan panas mencapai titik kritisnya pada +

Page 21: Penanggulangan Bencana Alam

600oC (1100oF), ini sudah cukup untuk menghasilkan radiasi panas yang

menyebabkan bahan bakar lainnya (seperti karpet dan furnitur) di dalam ruang

mencapai titik nyalanya. Pada saat ini seisi ruangan akan menyala secara serentak,

dan ruangan dikatakan mengalami flashover. Saat ini terjadi, temperatur seluruh

ruangan mencapai titik maksimalnya dan kemungkinan hidup dalam berada di dalam

ruangan ini untuk lebih dari beberapa detik sangat tidak mungkin. Flashover oleh ahli

ilmu kebakaran didefinisikan sebagai proses pengembangan, radiasi, dan pembakaran

lengkap dari semua bahan bakar dalam suatu ruangan.

Api/kebakaran adalah suatu aksi kesetimbangan kimia antara bahan bakar,

udara, dan temperatur (bahan bakar oksigen - panas). Apabila ventilasi terbatas,

pertumbuhan api

akan lambat, peningkatan temperatur akan lebih bertahap, asap akan dihasilkan lebih

banyak, dan penyalaan gas panas akan tertunda sampai didapat tambahan udara

(oksigen) yang cukup.

C. Tahap Api Mengecil

Akhirnya, bahan bakar habis dan nyala api secara bertahap akan berkurang dan

berkurang. Apabila konsentrasi oksigen dibawah 16%, nyala api dari pembakaran akan

berhenti meskipun masih terdapat bahan bakar yang belum terbakar. Pembakaran yang

terjadi adalah pembakaran tanpa nyala api. Temperatur masih tinggi di dalam ruangan,

tergantung dari bahan penyekat dan ventilasi dari ruangan tersebut. Beberapa bahan

masih mengalami pirolisis atau terbakar tidak sempurna menghasilkan gas karbon

monoksida dan gas bahan bakar lain, jelaga, dan bahan bakar lain yang terkandung

dalam asap. Apabila ruangan tidak memiliki ventilasi yang cukup, maka akan terbentuk

campuran gas yang dapat terbakar. Maka apabila ada sumber penyalaan yang baru,

akan dapat terjadi kebakaran kedua diruangan tersebut, sering disebut backdraft atau

ledakan asap.

Letusan Gunung Api

Letusan gunung api adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang

dikenal dengan istilah "ERUPSI". Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan

zona kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng.Pada batas lempeng

inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu

melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (MAGMA). Magma akan

mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan- rekahan mendekati

permukaan bumi.

Setiap gunung api memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau dari jenis

muntahan atau produk yang dihasilkannya. Akan tetapi apapun jenis produk tersebut

kegiatan letusan gunung api tetapmembawa bencana bagi kehidupan. Bahaya letusan

gunung api memiliki resiko merusak dan mematikan.

Page 22: Penanggulangan Bencana Alam

ahaya Letusan Gunung Api di bagi menjadi dua berdasarkan waktu kejadiannya, yaitu

A. Bahaya Utama (Primer)

1.Awan Panas

Merupakan campuran material letusan antara gas dan bebatuan (segala ukuran)

terdorong ke bawah akibat densitas yang tinggi dan merupakan adonan yang jenuh

menggulung secara turbulensi bagaikan gunung awan yang menyusuri lereng. Selain

suhunya sangat tinggi, antara 300 - 700º Celcius, kecepatan lumpurnya pun sangat

tinggi, > 70km/jam (tergantung kemiringan lereng).

2.Lontaran Material (pijar)

Terjadi ketika letusan (magmatik) berlangsung. Jauh lontarannya sangat tergantung

dari besarnya energi letusan, bisa mencapai ratusan meter jauhnya. Selain suhunya

tinggi(>200ºC), ukuran materialnya pun besar dengan diameter > 10 cm sehingga

mampu membakar sekaligus melukai, bahkan mematikan mahluk hidup. Lazim juga

disebut sebagai "bom vulkanik".

3.Hujan Abu lebat

Terjadi ketika letusan gunung api sedang berlangsung. Material yang berukuran halus

(abu dan pasir halus) yang diterbangkan angin dan jatuh sebagai hujan abu dan

arahnya tergantung dari arah angin. Karena ukurannya yang halus, material ini akan

sangat berbahaya bagi pernafasan, mata, pencemaran air tanah, pengrusakan tumbuh-

tumbuhan dan mengandung unsur-unsur kimia yang bersifat asam sehingga mampu

mengakibatkan korosi terhadap seng dan mesin pesawat.

4.Lava

Merupakan magma yang mencapai permukaan, sifatnya liquid (cairan kental dan

bersuhu tinggi, antara 700 - 1200ºC. Karena cair,maka lava umumnya mengalir

mengikuti lereng dan membakar apa saja yang dilaluinya. Bila lava sudah dingin, maka

wujudnya menjadi batu (batuan beku) dan daerah yang dilaluinya akan menjadi ladang

batu.

5.Gas Racun

Muncul tidak selalu didahului oleh letusan gunung api sebab gas ini dapat keluar

melalui rongga-rongga ataupun rekahan-rekahan yang terdapat di daerah gunung api.

Gas utama yang biasanya muncul adalah CO2, H2S, HCl, SO2, dan CO. Yang kerap

menyebabkan kematian adalah gas CO2. Beberapa gunung yang memiliki karakteristik

letusan gas beracun adalah Gunung Api Tangkuban Perahu,Gunung Api Dieng,

Gunung Ciremai, dan Gunung Api Papandayan.

6.Tsunami

Umumnya dapat terjadi pada gunung api pulau, dimana saat letusan terjadi material-

material akan memberikan energi yang besar untuk mendorong air laut ke arah pantai

sehingga terjadi gelombang tsunami. Makin besar volume material letusan makin besar

Page 23: Penanggulangan Bencana Alam

gelombang yang terangkat ke darat. Sebagai contoh kasus adalah letusan Gunung

Krakatau tahun 1883.

B. Bahaya Ikutan (Sekunder)

Bahaya ikutan letusan gunung api adalah bahaya yang terjadi setelah proses

peletusan berlangsung. Bila suatu gunung api meletus akan terjadi penumpukan

material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada saat musim

hujan tiba, sebagian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan tercipta adonan

lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan, banjir tersebut disebut lahar.

Persiapan Dalam Menghadapi Letusan Gunung Berapi

Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk

mengungsi.

Membuat perencanaan penanganan bencana.

Mempersiapkan pengungsian jika diperlukan.

Mempersiapkan kebutuhan dasar

Jika Terjadi Letusan Gunung Berapi

Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran

lahar.

Ditempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas. Persiapkan diri

untuk kemungkinan bencana susulan.

Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti: baju lengan panjang,

celana panjang, topi dan lainnya.

Jangan memakai lensa kontak.

Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung

Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah

tangan.

Setelah Terjadi Letusan Gunung Berapi

Jauhi wilayah yang terkena hujan abu

Bersihkan atap dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa merusak atau

meruntuhkan atap bangunan.

Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa

merusak mesin

Penyebab Terjadinya Gempa Bumi

1. Proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi

2. Aktivitas sesar di permukaan bumi

3. Pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadi runtuhan tanah

4. Aktivitas gunung api

5. Ledakan nuklir

Page 24: Penanggulangan Bencana Alam

Mekanisme perusakan terjadi karena energi getaran gempa dirambatkan

keseluruh bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan

kerusakan dan runtuhnya bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran

gempa juga dapat memicu terjadinya tanah longsor,runtuhan batuan, dan kerusakan

tanah lainnya yang merusak permukiman penduduk. Gempa bumi juga menyebabkan

bencana ikutan berupa kebakaran,kecelakaan industri dan transportasi serta banjir

akibat runtuhnya bendungan maupun tanggul penahan lainnya.

Gejala dan Peringatan Dini

1. Kejadian mendadak/secara tiba-tiba

2. Belum ada metode pendugaan secara akurat

Tips Penanganan Jika Terjadi Gempa Bumi

Jika gempa bumi menguncang secara tiba-tiba, berikut ini 10 petunjuk yang

dapat dijadikan pegangan di manapun anda berada.

a. Di dalam rumah

Getaran akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu, anda harus

mengupayakan keselamatan diri anda dan keluarga anda. Masuklah kebawah meja

untuk melindungi tubuh anda dari jatuhan benda-benda. Jika anda tidak memiliki meja,

lindungi kepala anda dengan bantal.

Jika anda sedang menyalakan kompor, maka matikan segera untuk mencegah

terjadinya kebakaran.

b. Di sekolah

Berlindunglah di bawah kolong meja, lindungi kepala dengan tas atau buku,

jangan panik, jika gempa mereda keluarlah berurutan mulai dari jarak yang terjauh ke

pintu, carilah tempat lapang, jangan berdiridekat gedung, tiang dan pohon.

c. Di luar rumah

Lindungi kepada anda dan hindari benda-benda berbahaya. Di daerah

perkantoran atau kawasan industri, bahaya bisa muncul dari jatuhnya kaca-kaca dan

papan-papan reklame. Lindungi kepala anda dengan menggunakan tangan, tas atau

apapun yang anda bawa.

d. Di gedung, mall, bioskop, dan lantai dasar mall

Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan. Ikuti semua

petunjuk dari petugas atau satpam.

e. Di dalam lift

Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran. Jika anda

merasakan getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah semua

tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah. Jika anda

Page 25: Penanggulangan Bencana Alam

terjebak dalam lift, hubungi manajer gedung dengan menggunakan interphone jika

tersedia.

f. Di kereta api

Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh

seandainya kereta dihentikan secara mendadak. Bersikap tenanglah mengikuti

penjelasan dari petugas kereta. Salah mengerti terhadap informasi petugas kereta atau

stasiun akan mengakibatkan kepanikan.

g. Di dalam mobil

Saat terjadi gempa bumi besar, anda akan merasa seakan-akan roda mobil anda

gundul. Anda akan kehilangan kontrol terhadap mobil dan susah mengendalikannya.

Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil anda di kiri jalan dan berhentilah. Ikuti instruksi

dari radio mobil. Jika harus mengungsi maka keluarlah dari mobil, biarkan mobil tak

terkunci.

h. Di gunung/pantai

Ada kemungkinan longsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah langsung ke

tempat aman. Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika anda merasakan

getaran dan tanda-tanda tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.

i. Beri pertolongan

Sudah dapat diramalkan bahwa banyak orang akan cedera saat terjadi gempa bumi

besar. Karena petugas kesehatan dari rumah-rumah sakit akan mengalami kesulitan

datang ke tempat kejadian, maka bersiaplah memberikan pertolongan pertama kepada

orang-orang yang berada disekitar anda.

j. Dengarkan informasi

Saat gempa bumi besar terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya.

Untukmencegah kepanikan, penting sekali setiap orang bersikap tenang dan

bertindaklah sesuai dengan informasi yang benar. Anda dapat memperoleh informasi

yag benar dari pihak yang berwenang atau polisi. Jangan bertindak karena informasi

orang yang tidak jelas