sistem penanggulangan bencana alam

112
1 MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT SEKOLAH STAF DAN KOMANDO KONSEPSI STRATEGI PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA NASIONAL DI WILAYAH KERJA LANTAMAL III DAN IV GUNA MENDUKUNG PERTAHANAN NEGARA DI LAUT DALAM RANGKA MENJAGA KEDAULATAN NKRI BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. Indonesia terletak pada posisi silang dunia yaitu antara benua Asia dan Australia serta diantara samudra Pasifik dan samudra Hindia. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki 17.499 pulau dengan luas wilayah nasional ± 5 juta Km 2 dan wilayah perairan seluas ± 3,1 Juta Km 2 . Berdasarkan Hukum Laut Internasional, Zona Ekonomi Eksklusif yang dimiliki Indonesia selebar 200 mil 1 serta zona tambahan pengelolaan laut seluas 2,7 juta Km 2 sehingga seluruh luas perairan yang menjadi tanggung jawab Indonesia menjadi ± 5,8 Juta Km 2 dengan panjang garis pantai keseluruhan sekitar 80.791 kilometer. 2 Dengan posisi geografi tersebut, membuat Indonesia menjadi jalur pelayaran dunia dan memiliki jalur internasional SLOC dan SLOT yang ramai dilewati kapal-kapal niaga dari berbagai negara. Disamping itu, dengan perjanjian internasional yang termaktub di dalam UNCLOS 1982 1 UNCLOS1982 ( United Nation Convention On The Law Of The Sea 1982) 2 KADIS HIDROS, Batas-batas Maritim antara Republik Indonesia dengan Negara tetangga (Jakarta : Dishidros, Maret 2003) hal.1

Upload: nasrudinscriber

Post on 25-Nov-2015

95 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

cara dan mekanisme

TRANSCRIPT

78

MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT

SEKOLAH STAF DAN KOMANDO

KONSEPSI STRATEGI PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA NASIONAL DI WILAYAH KERJA LANTAMAL III DAN IV GUNA MENDUKUNG PERTAHANAN NEGARA DI LAUT DALAM RANGKA MENJAGA KEDAULATAN NKRI

BABI

PENDAHULUAN1.Umum.

Indonesia terletak pada posisi silang dunia yaitu antara benua Asia dan Australia serta diantara samudra Pasifik dan samudra Hindia. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki 17.499 pulau dengan luas wilayah nasional ( 5 juta Km2 dan wilayah perairan seluas ( 3,1 Juta Km2. Berdasarkan Hukum Laut Internasional, Zona Ekonomi Eksklusif yang dimiliki Indonesia selebar 200 mil serta zona tambahan pengelolaan laut seluas 2,7 juta Km2 sehingga seluruh luas perairan yang menjadi tanggung jawab Indonesia menjadi ( 5,8 Juta Km2 dengan panjang garis pantai keseluruhan sekitar 80.791 kilometer. Dengan posisi geografi tersebut, membuat Indonesia menjadi jalur pelayaran dunia dan memiliki jalur internasional SLOC dan SLOT yang ramai dilewati kapal-kapal niaga dari berbagai negara. Disamping itu, dengan perjanjian internasional yang termaktub di dalam UNCLOS 1982 Indonesia dibagi oleh tiga buah ALKI membuat Indonesia menjadi negara terbuka. Oleh sebab itu perairan dan ruang udara di jalur ALKI harus terjamin keamanannya dari segala bentuk gangguan dan ancaman. Dari ketiga ALKI tersebut, ALKI I yang berada di selat Malaka sampai ke selat Sunda memiliki permasalahan yang spesifik. Berbagai macam potensi kerawanan sangat mungkin terjadi, sehingga membutuhkan perhatian lebih khususnya perhatian TNI Angkatan Laut. Keamanan di Jalur ALKI I yang berada di wilayah barat NKRI menjadi tanggung jawab seluruh komponen masyarakat, dengan ujung tombak TNI Angkatan Laut khususnya Lantamal III dan Lantamal IV. Hal ini membawa konsekuensi bahwa laut di wilayah Indonesia harus dijaga demi kedaulatan negara dan bangsa. Sistem pertahanan Indonesia merupakan suatu bentuk pertahanan yang unik ditinjau dari konstelasi geografis yang dimilikinya. Untuk mengoptimalkan aspek pertahanan tersebut maka diperlukan pelibatan seluruh komponen bangsa dalam melaksanakan bela negara dengan berlandaskan UUD 1945 pasal 27 ayat 3 serta di jabarkan dalam Undang undang RI No.3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara pasal 8 ayat 1 tentang komponen cadangan yang terdiri atas warga negara, sumber daya alam, Sumber daya Buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat komponen utama. Potensi sumber daya nasional dapat diberdayakan melalui proses transformasi menjadi kekuatan pertahanan negara yang pada saat diperlukan dapat digunakan untuk meningkatkan Kekuatan Pertahanan Negara. Transformasi dari sumber daya nasional menjadi potensi kekuatan pertahanan negara yang bertujuan untuk membangun komponen cadangan dan komponen pendukung. Agar pembangunan komponen cadangan dan komponen pendukung pertahanan khususnya pertahanan di laut dapat dilaksanakan dengan baik, dibutuhkan suatu konsep pemberdayaan sumber daya nasional dalam bentuk penyiapan dan penggunaan sumber daya nasional bidang maritime serta sinergitas dan kerjasama antar komponen pertahanan di laut. Pemberdayaan sumber daya nasional di wilayah barat Indonesia dilaksanakan oleh Lantamal III Jakarta dan Lantamal IV Tanjung Pinang. Hal ini dirasakan penting karena di wilayah kerja pangkalan utama TNI Angkatan Laut ini melintas ALKI I sehingga keamanan jalur pelayaran tersebut harus terjamin. Dalam konteks ini maka peran serta dan keterlibatan sumber daya nasional di wilayah tersebut harus dioptimalkan secara menyeluruh untuk menciptakan konsekuensi positif dari penyelenggaraan sistem pertahanan negara di laut secara signifikan. Namun demikian, pemberdayaan sumber daya nasional di wilayah kerja Lantamal III dan IV sebagai komponen cadangan dan komponen pendukung pertahanan negara di laut belum terkonsep dengan baik dikarenakan belum adanya undang-undang sebagai dasar hukum, dukungan politik terhadap pemberdayaan sumber daya nasional masih sangat kurang dan belum adanya rancangan pemberdayaan sumber daya nasional yang konseptual.Pemberdayaan sumdanas akan dapat terlaksana dengan baik dan mampu mendukung pertahanan Negara di laut bila dilakukan upaya-upaya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan, menggunakan kekuatan yang dimiliki dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada terutama di wilayah kerja Lantamal III dan IV yang efektif dan efisien. Dalam rangka mewujudkan keberhasilan ke arah pertumbuhan tersebut, kemampuan dan berbagai peluang yang ada saat ini harus diaktualisasikan secara stabil atau tidak dengan cara-cara yang radikal, sehingga tidak menimbulkan gejolak pada lingkup internal yang pada akhirnya akan mempengaruhi keberhasilan. Memelihara dan menumbuhkembangkan kekuatan yang dimiliki pada komponen sumber daya nasional terutama kualitas SDM yang ada, disertai dengan upaya untuk mengatasi terhadap kelemahan dan kendala yang dapat mengganggu kinerja organisasi TNI Angkatan Laut di Wilayah kerja Lantamal III dan IV dan tetap mencermati peluang-peluang yang ada untuk dimanfaatkan guna keberhasilan dalam pelaksanaan tugas.2.Maksud dan Tujuan

a.Maksud. Penulisan Kertas Karya Kelompok ini disusun dengan maksud untuk memberikan gambaran tentang konsepsi pemberdayaan sumber daya nasional sebagai komponen cadangan dan komponen pendukung pertahanan negara di Wilayah kerja Lantamal III dan IV (kawasan barat RI) guna mendukung pertahanan negara di laut dalam rangka menjaga kedaulatan NKRI.

b.Tujuan. Tujuannya adalah sebagai bahan kajian dan pembelajaran tentang strategi pemberdayaan sumber daya nasional sebagai komponen cadangan dan komponen pendukung pertahanan negara di laut serta sebagai masukan kepada pemimpin TNI Angkatan Laut dalam menentukan kebijakan lebih lanjut.

3.Metode dan Pendekatan

a.Metode.Metode yang digunakan dalam penulisan Taskapok ini menggunakan metode deduktif dengan deskriptif analitis yang komprehensif dan terintegratif.

b.Pendekatan. Pendekatan dalam penulisan kertas karya kelompok ini menggunakan pendekatan kepustakaan.4.Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a.Ruang Lingkup. Ruang lingkup dari penulisan strategi pemberdayaan sumber daya nasional sebagai komponen cadangan dan komponen pendukung pertahanan negara di wilayah kerja Lantamal III dan IV guna mendukung pertahanan negara di laut dalam rangka menjaga kedaulatan NKRI adalah penyiapan sumber daya nasional bidang maritim, penggunaan sumber daya nasional bidang maritim dan kerjasama antar komponen pertahanan.b.Tata Urut.

BabI:Pendahuluan.

BabII: Landasan Pemikiran.

BabIII:Kondisi Strategi Pemberdayaan Sumber Daya Nasional di Wilayah Kerja Lantamal III dan IV Saat Ini.

BabIV:Faktor-Faktor yang Mempengaruhi.

Bab V:Kondisi Strategi Pemberdayaan Sumber Daya

Nasional di Wilayah Kerja Lantamal III dan IV

yang Diharapkan.

BabVI:Pembahasan dan Pemecahan Masalah

BabVII:Penutup.

5.Pengertian-Pengertian.

a.Sumber Daya Nasional adalah sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan, sarana dan prasarana nasional.

b.Sumber Daya Alam adalah potensi yang terkandung dalam bumi, air dan dirgantara yang dalam wujud asalnya dapat didayagunakan untuk kepentingan pertahanan negara.

c.Sumber Daya Buatan adalah sumber daya alam yang telah ditingkatkan daya gunanya untuk kepentingan pertahanan negara.d.Komponen Utama adalah Tentara Nasional Indonesia yang siap digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas pertahanan negara.e.Komponen Cadangan adalah bagian dari komponen pertahanan negara yang dibentuk dari sumber daya nasional yang dipersiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan kemampuan TNI.

f.Komponen Pendukung adalah komponen yang terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan, sarana dan prasarana, serta wilayah negara yang telah dipersiapkan untuk didayagunakan menjadi pengganda Komponen Utama dan Komponen Cadangan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan pertimbangan status sebagai pengganda Komponen Utama dan Komponen Cadangan, besar kekuatan Komponen Pendukung disesuaikan dengan kebutuhan tiap matra serta kebutuhan.

g.Sistem pertahanan negara adalah cara suatu negara dalam mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI, serta menjaga keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman.

h.Potensi adalah suatu kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan menjadi nyata.

i.Sumber Daya Manusia (SDM) Maritim, merupakan insan dan masyarakat Indonesia yang bersentuhan dan berbudaya secara langsung dengan kehidupan dan aktifitas maritim.

j.Ancaman adalah usaha yang dilaksanakan secara konsepsional melalui tindak politik dan atau kejahatan yang diperkirakan dapat membahayakan tatanan serta kepentingan negara dan bangsa yang bertujuan mengganggu integritas negara maupun merubah asas-asas dasar negara yang sudah disepakati bersama yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

k.Ketahanan Nasional merupakan geostrategi Indonesia sebagai implementasi dari konsep geopolitik Wawasan Nusantara dalam mewujudkan daya tangkal nasional serta mempengaruhi ketahanan regional dan supraregional. Ketahanan Nasional pada hakikatnya berisi keuletan serta ketangguhan bangsa dan negara dalam menghadapi setiap ancaman dengan memberdayakan faktor ideologi, politik, ekonomi, militer, sosial budaya, agama, serta informasi dan teknologi.

BAB II

LANDASAN PEMIKIRAN

6.Umum. Pertahanan negara dilaksanakan dengan sistem pertahanan semesta melalui usaha membangun dan membina kemampuan, daya tangkal negara dan bangsa serta menanggulangi setiap ancaman secara terpadu dan terarah melalui segenap komponen kekuatan pertahanan negara yang meliputi komponen utama, komponen cadangan dan komponen pendukung berupa sumber daya nasional. Komponen cadangan yang terdiri dari warga negara Indonesia, sumber daya alam dan sumber daya buatan, sarana dan prasarana nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan komponen utama. Dalam tulisan ini akan dideskripsikan bagaimana pelibatan semua komponen yang yang terdapat di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV sebagai komponen cadangan dan komponen pendukung guna mendukung pertahanan negara di laut dengan menggunakan landasan pemikiran sebagai dasar dalam pelaksanaannya. Dan pada bab ini akan dibahas mengenai landasan pemikiran yang digunakan dalam penyiapan, penggunaan sumber daya nasional tersebut serta kerjasama antara TNI Angkatan Laut dengan stakeholder terkait dalam aspek penyelenggaraan pertahanan tersebut.

7.Paradigma Nasional.

a.Landasan Idiil Pancasila. Sebagai ideologi negara Pancasila mencerminkan nilai-nilai terpadu dari keseimbangan, keserasian, keselarasan, persatuan dan kesatuan bagi bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berbangsa untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka, berdaulat. Dalam pelaksanaan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila memberikan ruang bagi kemajemukan bangsa untuk hidup bersama berdampingan secara damai dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial yang berkeadilan. Pancasila melandasi tatanan kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga strategi pemberdayaan sumber daya nasional yang ada dalam hal ini komponen cadangan dan komponen pendukung secara terpadu harus dikelola, dikembangkan, dan dimanfaatkan guna mendukung pertahanan negara secara maksimal dalam bingkai NKRI demi kepentingan kehidupan seluruh bangsa Indonesia.

b.Landasan Konstitusional Undang-undang Dasar 1945. Sebagai sumber hukum Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan hukum dasar yang tertulis dan mengikat bagi seluruh komponen bangsa. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 33 ayat (1),(2) dan ayat (3) telah diamanatkan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial serta persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan demikian perwujudan kesejahteraan sosial atau kemakmuran masyarakat dilaksanakan melalui perekonomian berdasarkan atas azas kekeluargaan untuk kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Dalam penyelenggaraan pembelaan, pertahanan, dan keamanan negara peranan seluruh warga negara sangat diperlukan dan bukan hanya semata-mata merupakan tugas dari TNI. Pasal 27 ayat (3) menyebutkan bahwa Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Selanjutnya dalam pasal 30 ayat (1) dinyatakan bahwa Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Dengan dasar di atas, maka peran seluruh warga negara sebagai bagian dari sumber daya nasional sangat diperlukan dalam pertahanan negara dan perlu dikelola dan didayagunakan sebagai komponen pertahanan untuk mewujudkan sistem pertahanan negara yang bersifat semesta guna menjaga keutuhan wilayah NKRI.

c.Landasan Visional Wawasan Nusantara. Hakekat Wawasan Nusantara adalah cara pandang Bangsa Indonesia terhadap wilayah Indonesia beserta segala isinya sebagai satu kesatuan wadah dan sarana perjuangan hidup bangsa secara bulat dan utuh, yang diletakan pada kesamaan dan keterpaduan visi yaitu adanya satu kesatuan politik, satu kesatuan ekonomi, satu kesatuan sosial budaya dan Hankam yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Perwujudan kesatuan pertahanan dan keamanan mengandung makna bahwa setiap ancaman terhadap kedaulatan nasional secara keseluruhan yang harus dihadapi dengan kedaulatan nasional secara keseluruhan dengan mengerahkan segenap daya dan kemampuan, hal ini menunjukan bahwa segala permasalahan kebangsaan yang menyangkut pertahanan dan keamanan di negeri ini menjadi tanggung jawab seluruh komponen bangsa.

d.Landasan Konsepsional Ketahanan Nasional. Pada hakekatnya ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam, secara langsung atau tidak langsung yang mengancam dan membahayakan intergritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional. Strategi pemberdayaan sumber daya nasional sebagai komponen cadangan dan komponen pendukung pertahanan negara merupakan usaha yang dilaksanakan oleh pemerintah dan TNI/TNI Angkatan Laut guna mendukung pertahanan negara di laut dalam rangka menjaga kedaulatan NKRI. Bangsa Indonesia menyadari bahwa berbagai aspek kehidupan bangsa tidak mungkin diselenggarakan secara parsial atau terpisah-pisah, tetapi harus merupakan upaya terpadu seluruh komponen bangsa sehingga akan menghasilkan suatu kemampuan yang sinergis berupa peningkatan ketahanan setiap aspek kehidupan bangsa secara selaras, serasi dan seimbang.

8.Peraturan Perundang-undangan.

a.Undang - Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Dalam Undang-undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara menyatakan bahwa dalam menyelenggarakan pertahanan negara, bangsa Indonesia menganut sistem pertahanan semesta yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan sumber daya nasional lainnya, serta di persiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman. Berdasarkan undang-undang ini, maka peranan sumber daya nasional yang berupa Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Buatan (SDB) sangatlah penting bagi kelangsungan hidup bangsa dan negara. Sumber daya nasional tidak hanya berguna untuk kepentingan pertahanan negara, tetapi juga berperan dalam pembangunan nasional secara keseluruhan. Oleh karena itu, sumber daya nasional merupakan pilar utama bagi negara Indonesia, dimasa damai maupun dimasa perang serta untuk kepentingan kesejahteraan maupun untuk kepentingan pertahanan negara.

b.Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 34 tahun 2004, maka sesuai tugas TNI Angkatan Laut dalam memberdayakan wilayah pertahanan laut termasuk di dalamnya adalah usaha-usaha yang dilaksanakan melalui pemberdayaan sumber daya nasional bidang maritim guna mendukung pertahanan negara di laut dalam rangka menjaga kedaulatan NKRI. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan dalam Pasal 7 ayat (1) bahwa tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

c.Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Mobilisasi dan demobilisasi komponen kekuatan pertahanan keamanan negara, dilaksanakan sesuai eskalasi ancaman yang dihadapi. Penjelasan pasal-pasal yang terkandung dalam undang-undang tersebut masih banyak ketentuan pelaksanaan mobilisasi yang masih perlu penjabaran dengan peraturan pemerintah, sehingga perlu adanya penyempurnaan untuk dapat diimplementasikan.

d.Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Pembagian Keuangan Pusat dengan Daerah. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah adalah suatu sistem pembiayaan pemerintahan dalam kerangka negara kesatuan, mencakup pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta pemerataan antar-Daerah secara proporsional, demokratis, adil, dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan Daerah sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangannya. Dalam konteks pertahanan negara di laut, maka hal ini akan berdampak terhadap proses dukungan anggaran dalam rangka mewujudkan sumber daya nasional di daerah sebagai variabel dari pertahanan tersebut.

e.Undang-Undang RI Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (dan UU No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah) menggantikan Undang-undang yang berkaitan dengan kebijakan desentralisasi melalui otonomi daerah yang dicanangkan pemerintahan baru di era reformasi ini, yaitu UU No.22 tahun 1999 dan UU No.25 tahun 1999 dengan judul yang sama. Provinsi sebagai wakil pemerintah pusat di daerah diakomodasi dalam bentuk urusan pemerintahan menyangkut pengaturan terhadap regional yang menjadi wilayah tugasnya. Pada UU No. 32, Pemerintah daerah disebut langsung sebagai provinsi, dan kabupaten/kota pada tiap-tiap ayatnya. Menegaskan mengenai pembagian yang bersifat hirarkis ini. UU yang lazim disebut UU Pemda ini memiliki jumlah pasal yang lebih banyak dari UU sebelumnya, yaitu memuat 240 pasal, lebih banyak dibanding pendahulunya yang hanya 134 pasal. Berkaitan erat dengan pertahanan negara di daerah, maka perlu adanya koordinasi yang baik dalam mendukung pertahanan negara secara utuh antara instansi terkait.

f.United Nations Convention on Law of the Sea (UNCLOS) Tahun 1982. Dalam hal ini, kewajiban Indonesia sebagai Negara Kepulauan diatur oleh Pasal 47 dan Pasal 53 Konvensi Hukum Laut 1982. Pasal 47 menyatakan bahwa Negara kepulauan dapat menarik garis pangkal lurus kepulauan (arhipelagic baselines) dan Pasal 53 menyatakan bahwa suatu Negara Kepulauan dapat menentukan alur laut dan rute penerbangan di atasnya/Hak lintas alur laut kepulauan (right of archipelagic sea lanes passage), dan aturan ini sudah ditransformasikan kedalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia dan PP Nomor 37 Tahun 2002 tentang Hak Dan Kewajiban Kapal Dan Pesawat Udara Asing Dalam Melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan Melalui Alur Laut Kepulauan yang Ditetapkan, dan PP Nomor 38 Tahun 2002 tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia.

g.Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 1985 tentang Ratifikasi UNCLOS. Bahwa United Nations Convention on the Law of the Sea, mengatur rejim hukum laut, termasuk rejim hukum negara kepulauan secara menyeluruh dan dalam satu paket. Bahwa rejim hukum negara kepulauan mempunyai arti dan peranan penting untuk memantapkan kedudukan Indonesia sebagai negara kepulauan dalam rangka implementasi Wawasan Nusantara.9.Landasan Teori. Pembangunan kemampuan dan penyelenggaraan pertahanan negara dilaksanakan berpedoman secara konsepsional kepada doktrin dasar nasional tentang bangsa dan negara Indonesia melalui teori antara lain yaitu:

a.Teori Alfred Thayer Mahan.Mahan dalam bukunya The Influence of Sea Power Upon History 1660-1783, mengemukakan terdapat 6 (enam) syarat utama yang mempengaruhi tingkat kekuatan laut, yaitu: posisi geografi, bentuk fisik wilayah negara, luas wilayah, jumlah penduduk dan watak bangsa serta kebijaksanaan pemerintah. Mahan juga berpendapat bahwa daratan yang Iuasnya terbatas dan cuaca yang baik, mendorong rakyat untuk melakukan upaya di laut. Penduduk yang bergerak dalam perdagangan maritim dapat dikerahkan untuk tugas militer di laut. Dikatakan pula bahwa kekuatan laut (Sea Power) terdiri dari perkapalan, pangkalan dan fasilitas pendukung. Selanjutnya Angkatan Laut dinyatakan sebagai satuan laut (Sea Force). Untuk mencapai kejayaan, suatu negara membutuhkan Sea Power dan Sea Force.b.Teori Sir Julian S. Corbett.Penguasaan laut merupakan upaya pengendalian laut perhubungan maritim untuk suatu tujuan tertentu. Pengendalian laut tidak berarti pendudukan tempat-tempat tertentu sebagaimana di darat, karena jelas tidak mungkin. Pengendalian yang dimaksud adalah kemampuan untuk bergerak melintas laut tanpa gangguan atau perlawanan yang berarti dan kemampuan untuk mencegah lawan melakukan gerakan tersebut. Penguasaan laut diidentifikasikan dengan kemampuan untuk menggunakan perhubungan-perhubungan laut untuk tujuan-tujuan militer dan sipil serta mencegah perhubungan-perhubungan itu jangan sampai digunakan oleh musuh.

c.Teori Collins.Pada proses perencanaan pertahanan yang dituangkan oleh Collins dalam teorinya Defense Planning Process disebutkan bahwa konsekuensi dari ditentukannya suatu strategi militer maka harus didukung dengan sumber daya yang dibutuhkan. Jika dihadapkan dengan sumber daya yang tersedia hal ini akan terjadi proses penyesuaian. Apabila terjadi ketidaksesuaian antara tujuan dan strategi tersebut dengan sarana yang dimiliki maka harus sudah diperkirakan akan resiko yang timbul. Dalam penentuan akan tujuan harus diadakan revisi kembali terhadap strategi, sumber daya atau kedua-duanya.

d. Teori Ken Booth. Dalam teori yang diperkenalkan oleh Ken Booth dalam bukunya Navies and Foreign Policies menerangkan bahwa, peran universal angkatan laut dimanapun di dunia ini mengandung makna trinitas dalam pengertian bahwa tiga peran yang saling berkaitan dan melekat antara satu dan lainnya, yaitu peran militer, peran polisionil dan peran diplomasi. Peran Militer ( Military ) dilaksanakan dalam rangka menegakkan kedaulatan negara di laut dengan cara pertahanan negara dan penangkalan: menyiapkan kekuatan untuk persiapan perang, menangkal setiap ancaman militer melalui laut, menjaga stabilitas kawasan maritim, melindungi dan menjaga perbatasan laut dengan negara tetangga. Selanjutnya dalam upaya pertahanan negara dan penangkalannya ini dilaksanakan kegiatan ataupun operasi untuk melindungi segenap aktifitas negara dalam eksplorasi dan eksploitasi laut, melindungi kehidupan, kepentingan dan kekayaan laut nasional baik dari ancaman luar maupun dalam negeri.

Peran Polisionil ( Constabulary ) dilaksanakan dalam rangka menegakkan hukum di laut, melindungi sumber daya dan kekayaan laut nasional, memelihara ketertiban di laut, serta mendukung pembangunan bangsa dalam hal ini memberikan kontribusi terhadap stabilitas dan pembangunan nasional. Menegakkan hukum dan memelihara ketertiban di laut dilaksanakan dalam upaya melindungi pemanfaatan kekayaan laut secara legal, mencegah penyelundupan dan imigran gelap serta mencegah pelanggaran pelanggaran di laut lainnya.

Peran dukungan diplomasi ( Diplomacy Suporting ) merupakan penggunaan kekuatan laut sebagai sarana diplomasi dalam rangka mendukung kebijakan politik luar negeri pemerintah, dirancang untuk mempengaruhi kepemimpinan negara atau beberapa negara lain dalam keadaan damai atau pada situasi yang bermusuhan. Kehadiran unsur-unsur di laut ataupun kehadiran personil di luar negeri itu tidak di dasarkan atas adanya ancaman, namun lebih merupakan sebagai duta bangsa yang berperan untuk membentuk opini dan membangun kepercayaan antar negara.

e.Teori Ernast Renan.Dalam teori kebangsaannya, Ernast Renan mengemukakan bahwa :

1) Kebangsaan tidak dapat disamakan dengan yang didasarkan atas kesamaan ras.

2) Bahasa tidak mutlak merupakan dasar suatu kebangsaan.

3) Agama tidak pula merupakan dasar suatu kebangsaan.

4) Kepentingan bersama tidak menjadikan sejumlah orang menjadi suatu kebangsaan.

5)Geografi, atau batas-batas alamiah permukaan bumi, tidak dapat menjadi dasar suatu kebangsaan.

Menurut E. Renan, kebangsaan adalah suatu kesatuan solidaritas, kesatuan yang terdiri dari orang-orang yang saling merasa setiakawan dengan satu sama lain. Kebangsaan adalah satu jiwa, suatu asas spiritual yaitu suatu kesatuan solidaritas yang besar, tercipta oleh perasaan pengorbanan yang telah dibuat pada masa lampau dan yang oleh orang-orang yang bersangkutan bersedia dibuat dimasa depan. Kebangsaan mempunyai masa lampau, tetapi ia melanjutkan dirinya pada masa kini melalui suatu kenyataan yang jelas, yaitu kesepakatan, keinginan yang dikemukakan dengan nyata untuk hidup bersama. Kehadiran suatu kebangsaan seolah-olah suatu kesepakatan yang terjadi setiap hari.

f.Teori Ir. Soekarno. Pada pidato pertama tentang Pancasila yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945 di depan sidang BPUPKI mengemukakan negara yang hendak didirikan adalah suatu negara semua buat semua, bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan maupun yang kaya tetapi semua buat semua. Inilah yang menjiwai saat akan dibuatnya suatu dasar negara yang sebenarnya mendengung sejak tahun 1918, sehingga dasar pertama negara Merdeka Indonesia ialah dasar kebangsaan. Kebangsaan yang dikemukakan disini bukan kebangsan yang sempit, kebangsaan yang dimaksud adalah Nationale Staat, Staat Indonesia bukan berarti staat yang sempit. Kebangsaan yang dikemukakan oleh Soekarno, bukan hanya kebangsaan yang hanya kehendak akan bersatu atau manusia yang merasa dirinya memiliki satu kesatuan solidaritas, jadi hanya bertumpu pada karakter manusianya. Tetapi kebangsaan yang dimaksudkan oleh Soekarno adalah persatuan antara manusia dan tempatnya.

Dapat dijelaskan disini adalah kehendak bersatu atau jiwa bersatu bukan hanya mengingat karakternya saja tetapi perlu mengingat tempat, dan yang dimaksud tempat adalah tanah air. Jadi kebangsaan Indonesia yang oleh Soekarno diuraikan demikian bukan sekedar satu golongan orang yang hidup dengan di atas daerah yang kecil, tetapi bangsa Indonesia ialah seluruh manusia-manusia yang menurut geopolitik yang ditentukan oleh Allah SWT tinggal dikesatuannya semua pulau-pulau di Indonesia dari ujung Utara Sumatra sampai ke Irian.

g.Teori Midgley (1997) tentang Ilmu Kesejahteraan Sosial. Bahwa kesejahteraan sosial dipandang sebagai suatu keadaan atau kondisi kehidupan manusia yang tercipta ketika berbagai permasalahan sosial dapat dikelola dengan baik, ketika kebutuhan manusia dapat terpenuhi dan ketika kesempatan dapat dimaksimalkan (a state or condition of human well being that exist when social problems are manage, when human needs are met and social oppurtunities are maximized). Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa untuk terciptanya suatu kondisi kehidupan yang sejahtera apabila manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, permasalahan sosial dapat diatasi dengan baik dan manusia mempunyai kesempatan sosial untuk bekerja, mendapatkan pendidikan, mendapatkan pelayanan kesehatan dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan. Berkaitan dengan wilayah pesisir yang kondisi masyarakat perikanan masih hidup dalam taraf hidup rendah, tentunya perlu dilaksanakan upaya peningkatan menuju lebih baik dalam bentuk upaya pemberdayaan terhadap masyarakatnya dan pembangunan wilayah pesisir serta pemberdayaan potensi yang ada guna meningkatkan taraf hidup masyarakat perikanan.h.Teori Manajemen Sumber Daya Manusia. Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja, agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Didalam manajemen meliputi beberapa fungsi sebagai berikut:

1)Perencanaan (Planning), adalah proses penentuan tujuan dan pedoman pelaksanaan dengan memilih yang terbaik dari alternatif yang ada.

2)Pengorganisasian (Organizing), adalah suatu proses penentuan, pengelompokan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan dengan menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktifitas tersebut.

3)Pengarahan (Actuating), adalah mengarahkan semua bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan.

4)Pengendalian (Controlling), adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu perusahaan agar sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana.i. Teori Sinergitas.Koordinasi dan sinergitas antara aparatur pemerintahan baik pusat dan daerah serta TNI Angkatan Laut dalam hal ini Lantamal III dan Lantamal IV dalam pemberdayaan sumber daya nasional guna mendukung pertahanan negara di laut akan sangat mempengaruhi keberhasilan dan kefektifan dalam rangka menjaga kedaulatan NKRI. Dalam Teori Sinergitas dikenal tiga pola yang meliputi;

a. Defensif. Tingkat kerjasama dan kepercayaan yangrendah akan mengakibatkan pola hubungan komunikasi yang bersifat pasif/ defensif.

b. Respectful. Tingkat kerjasama dan kepercayaan yangmeningkat memunculkan suatu pola komunikasi yang bersifat kompromi saling menghargai.

c. Synergistic. Dengan kerjasama yang tinggi serta saling mempercayai akan menghasilkan pola komunikasi yang bersifat sinergitas (simbiosis mutualisme) yang berarti bahwa kerjasama yang terjalin akan menghasilkan output yang jauh lebih besar dari jumlah hasil keluaran masing-masing pihak.

j. Teori Kampanye Militer.

Kampanye Militer merupakan rangkaian beberapa operasi gabungan yang dilaksanakan secara berurutan, serentak untuk mencapai sasaran strategi dan operasi pada suatu ruang dan waktu yang ditentukan serta melibatkan komando permanen dan komando non permanen/bentukan. Rangkaian operasi militer yang dilaksanakan bertujuan untuk menanggulangi setiap ancaman nyata baik yang didasarkan pada rencana kontinjensi yang dirumuskan melalui perencanaan strategis maupun untuk menghadapi ancaman yang bersifat mendadak dan tidak disiapkan sebelumnya. Rangkaian operasi militer yang dilaksanakan berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sistem politik nasional karena strata strategi militer itu sendiri merupakan bagian dari grand strategy atau strategi raya/nasional yang memuat kepentingan nasional (cita-cita dan tujuan nasional). Mengingat hal tersebut, maka penyelenggaraan kampanye militer tidak dapat dipisahkan dari kebijakan politik dalam pengerahan kekuatan TNI serta dipadukan dengan kekuatan nasional lainnya dalam rangka pencapaian tujuan nasional yang telah ditentukan.

k. Teori Organisasi.

Peningkatan produktifitas sebuah organisasi dapat diwujudkan oleh organisasi yang efektif dengan sumber daya manusia dan material yang melakukan kombinasi upaya secara kolektif dan sinergi, berupa pengintegrasian tugas-tugas yang terspesialisasi. Menurut John Prince Jones (1955), dalam bukunya Organization for Public Relation, mendefinisikan bahwa organisasi telah dilukiskan sebagai sebuah sistem. Organisasi adalah struktur dan peralatan yang tersusun dari orang-orang dan benda-benda dimana suatu usaha berencana yang teratur dijalankan. Berdasarkan pengertian tersebut, maka teori organisasi tentunya akan membahas 3 (tiga) komponen organisasi yaitu struktur, peralatan dan personel pengawak peralatan dalam organisasi tersebut. Oleh karena itu dalam tulisan ini, akan membahas mengenai pengorganisasian sumber daya nasional terutama pada aspek sumber daya manusia di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV, sarana dan prasarana, SDB dan SDA dalam mendukung pertahanan negara di laut.

BAB III

KONDISI STRATEGI PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA NASIONAL

DI WILAYAH KERJA LANTAMAL III DAN LANTAMAL IV SAAT INI

10. Umum.

Pemberdayaan sumber daya nasional merupakan langkah yang ideal untuk mengoptimalkan kekuatan laut sebagai bagian pembangunan pertahanan negara di laut. Hal ini sesuai dengan doktrin pertahanan negara yang menyatakan bahwa semua komponen bangsa yang terdapat di seluruh wilayah negara dapat dimanfaatkan untuk pembinaan kemampuan pertahanan. Beranjak dari hal tersebut maka pembinaan SDM, SDA, SDB, sarana dan prasarana dinilai penting untuk meningkatkan kemampuan pertahanan negara dalam arti seluas-luasnya. Dalam konteks ini, segala kemampuan tersebut dipersiapkan dan dipergunakan untuk meningkatkan pertahanan negara di laut bersinergis dengan semua stakeholder terkait. Untuk itu, TNI Angkatan Laut melaksanakan tugasnya pada bidang pertahanan dengan jalan mengoptimalkan peran pangkalan yang dimiliki sehingga mampu menyelenggarakan pemberdayaan sumber daya nasional sebagai langkah penyiapan komponen cadangan dan komponen pendukung yang diharapkan dapat berperan serta dalam bela negara dan pertahanan negara secara signifikan. Pada Bab ini, akan diberikan gambaran mengenai kondisi strategi pemberdayaan sumber daya nasional di wilayah Lantamal III dan Lantamal IV saat ini guna mendukung pertahanan negara di laut dalam rangka menjaga kedaulatan NKRI serta permasalahan-permasalahan yang dihadapi dan implikasinya terhadap pelaksanaan pemberdayaan tersebut.11. Penyiapan Sumber Daya Nasional Bidang Maritim.Sebagai negara yang berbentuk kepulauan, Indonesia memiliki 219 kabupaten atau kota yang merupakan wilayah pesisir. Hal ini berarti 68% wilayah Indonesia dari total jumlah keseluruhan adalah wilayah pesisir. Namun demikian, wilayah pesisir tersebut memiliki karakteristik fisik yang berbeda dalam pengelolaannya sehingga menciptakan perbedaan yang signifikan dalam optimalisasi sumber daya nasional yang dimiliki karena sifatnya yang sektoral.

Dalam konsep pertahananan negara di laut, faktor utama yang harus dipertimbangkan adalah pemberdayaan sumber daya manusia sebagai bagian dari sumber daya nasional yang terdapat di dalamnya. Melihat wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV (Lihat gambar 3.1 dan gambar 3.2), tentu saja wilayah pesisir menjadi bagian terpenting dalam pemberdayaan tersebut. Gambar 3.1: Peta Wilayah Kerja Lantamal III

Sumber: Lantamal IIIGambar 3.2: Peta Wilayah Kerja Lantamal IV

Sumber: Lantamal IV

Variabel yang harus dicermati dalam mendukung pertahanan negara di laut dalam rangka menjaga kedaulatan NKRI adalah kondisi sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan serta sarana dan prasarana yang tersedia. Untuk lebih jelasnya kondisi tersebut dapat dilihat pada deskripsi di bawah ini.

a.Sumber Daya Manusia (SDM).Sumber daya manusia yang terdapat di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV populasinya berkembang cukup pesat. Hal ini merupakan modal yang baik sebagai acuan dalam menyiapkan komponen cadangan dan komponen pendukung dalam pertahanan negara di laut. Dalam konteks ini, hal pokok yang perlu diperhatikan adalah pemberdayaan sumber daya manusia yang terdapat di wilayah pesisir karena mengingat domisili tinggal masyarakat tersebut berada tepat pada sektor tanggung jawab Lantamal III dan Lantamal IV sebagai pangkalan TNI Angkatan Laut. Beranjak dari hal tersebut, maka masyarakat pesisir menjadi alternatif utama dalam penyiapan sumber daya nasional untuk pertahanan negara di laut. 1)Deskripsi Sumber Daya Manusia.

Jumlah masyarakat pesisir di Indonesia adalah 16.420.000 jiwa dan bermukim di 8.090 desa pesisir dengan tingkat hidup dibawah garis kemiskinan. Secara garis keturunan dapat dilihat bahwa masyarakat pesisir hidup dengan kondisi alam yang keras dan sangat tergantung pada aspek tersebut. Masyarakat pesisir bekerja sebagian besar menjadi nelayan yang sangat tergantung dengan kondisi laut. Menurut data BPS dan Yayasan Smeru tahun 2002, masyarakat pesisir merupakan masyarakat miskin dan mempunyai nilai budaya yang berorientasi selaras dengan alam sehingga teknologi memanfaatkan sumber daya alam adalah teknologi adaptif dengan kondisi wilayah pesisir. Masyarakat tersebut menggunakan peralatan dan armada penangkap ikan yang sangat sederhana atau secara tradisional menggunakan perahu tanpa dilengkapi peralatan navigasi dan komunikasi sehingga wilayah operasi penangkapan ikannya hanya di perairan territorial saja. Tingkat pemanfaatan sumber daya oleh masyarakat pesisir dengan mata pencariannya sebagai nelayan pada dasarnya hanya dapat memanfaatkan potensi sumber daya alam pesisir dan lautan terbatas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya saja. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan masyarakat pesisir yang berada di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV. Secara kehidupan dan cara pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki masih sangat sederhana sehingga aspek kesejahteraan masyarakat tersebut masih jauh di bawah standar kehidupan normal.

2)Kemampuan Sumber Daya Manusia.

Secara dominan masyarakat yang tinggal di pesisir memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Demikian juga pada masyarakat pesisir yang berada di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV. Hal ini terjadi karena terbatasnya sarana sekolah sehingga menyebabkan rata-rata masyarakat nelayan mengalami buta huruf. Kondisi ini menjadikan masyarakat tersebut masih mengandalkan alam dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan yang cenderung destructive atau merusak lingkungan pesisir dalam perikanan tangkap untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari adalah salah satu kenyataan sebagai akibat masyarakat yang belum dapat beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Disamping itu, perspektif masyarakat pesisir masih lemah dalam bela negara karena masih berorientasi pada aspek pemenuhan hidupnya sehingga belum dapat diberdayakan dalam konteks pertahanan negara di laut sebagai komponen cadangan dan komponen pendukung.

b. Sumber Daya Alam.

Sumber Daya Alam (SDA) adalah segala sesuatu yang ada di alam bumi ini yang dapat dipergunakan untuk pemenuhan hidup manusia. Potensi sumber daya alam yang melimpah yang dimiliki bangsa Indonesia belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena kebijakan pengelolaan kelautan masih bersifat sektoral sehingga belum terarah secara sinergis antara program yang satu dengan yang lain dalam pemberdayaannya. Kondisi ini juga terdapat pada situasi pemanfaatan sumber daya alam yang terdapat di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV. Hal ini menuntut pemerintah untuk segera menanganinya dengan program dan kerjasama lintas sektoral antar instansi terkait dan secara komprehensif dengan memperhatikan hak masyarakat.

Padahal berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah, dikatakan bahwa daerah mempunyai wewenang dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam. Namun dalam pelaksanaannya tidak dapat berjalan sesuai yang diharapkan sehingga sumber daya alam di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV belum dapat memenuhi kesejateraan masyarakat di daerah tersebut secara optimal. Disamping itu, belum ada sinergitas antara pemanfaatan sumber daya alam dengan kepentingan pertahanan negara sehingga pelaksanaan eksploitasi sumber daya alam tersebut malah menciptakan persoalan-persoalan lintas sektor.

c.Sumber Daya Buatan.

Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah, termasuk didalamnya sumber daya buatan. Potensi sumber daya buatan ini bila dikelola dan dieksploitasi dengan baik akan dapat memperkuat komponen cadangan pertahanan negara dalam mendukung sistem pertahanan negara. Sumber daya buatan merupakan hasil pengembangan dari sumber daya alam untuk meningkatkan kualitas, kuantitas serta kemampuan daya dukung dalam pertahanan negara. Pendayagunaan dan eksploitasi sumber daya buatan yang terdiri dari pelabuhan, jembatan dan dermaga saat ini belum berorientasi kepada kepentingan pertahanan negara. di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah, termasuk didalamnya sumber daya buatan. Potensi sumber daya buatan ini bila dikelola dan dieksploitasi dengan baik akan dapat memperkuat komponen cadangan pertahanan negara dalam mendukung sistem pertahanan negara. Namun sampai saat ini pendayagunaan, eksploitasi dan penyiapan sumber daya buatan di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV belum berorientasi kepada kepentingan pertahanan negara. Sumber daya buatan tersebut lebih berfungsi untuk mendukung kehidupan masyarakat yang terdapat di sana sesuai dengan fungsi asasinya.

d.Sarana dan Prasarana.

Penggunaan sarana dan prasarana nasional meliputi transportasi, komunikasi, industri dan infrastruktur, yang dilakukan selama ini hanya untuk kepentingan sektoral semata tanpa memikirkan kepentingan yang menyangkut bidang lainnya Karena pada kenyataannya sarana prasarana nasional tidak hanya digunakan untuk kepentingan ekonomi dan kesejahteraan rakyat belaka, akan tetapi juga digunakan untuk kepentingan pertahanan negara pada saat diperlukan. Sarana prasarana di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV merupakan penunjang yang dapat digunakan sebagai komponen pendukung dalam melaksanakan strategi pertahanan rakyat semesta, keberadaan sarana prasarana dalam bentuk pelabuhan-pelabuhan pemerintah ataupun pelabuhan rakyat dan lain-lain merupakan sarana bagi pendayagunaan Komponen cadangan dan Komponen pendukung yang akan digunakan ketika Sishanta terjadi pada masa perang. Di bawah ini akan dideskripsikan sarana dan prasarana yang dimaksud.

1) Transportasi.Sarana dan prasarana transportasi di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV secara umum terdiri dari darat, laut dan udara pada saat ini relatif masih dapat memenuhi kebutuhan mobilitas sosial sesuai dengan tujuan dan keperluan masyarakat. Walaupun dengan segala hambatan dan keterbatasan, kondisi sarana dan prasarana transportasi yang ada dalam usaha penyiapan komponen cadangan dan komponen pendukung pertahanan belum ada sikronisasinya dalam keterpaduan membentuk komponen-komponen tersebut.

2) Komunikasi.Sarana komunikasi yang merupakan media tanpa mengenal batas dalam penyampaian berita maupun informasi pada saat ini sudah mampu memenuhi kebutuhan di bidang komunikasi namun untuk terintegrasi secara nasional memerlukan kesiapan SDM yang terlatih sebagai pengawak dalam pengoperasian peralatan dan kondisi saat ini relatif masih dapat mendukung kepentingan komunikasi di seluruh wilayah di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV walaupun terkendala dengan faktor cuaca dan kontur bumi sehingga penerimaan dan pengirimanan komunikasi masih belum optimal. Dalam konteks pertahanan, belum terdapat sinergitas antara kepentingan komunikasi daerah dengan kepentingan pertahanan, dapat dikatakan bahwa aplikasi komunikasi yang berjalan hanya berada pada wilayah kepentingan lokal saja.

3) Industri.

Perindustrian yang ada di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV masih menuju ke arah kemandirian dalam pengembangan industri nasional. Pada kenyataannya saat ini masih belum mengarah pada usaha yang terintegrasi dalam penyiapannya sebagai bagian dari komponen cadangan dan komponen pendukung dalam mendukung kepentingan pertahanan negara. Industri-industri jasa maritim yang ada sebagai contoh: PT. Dock Kodja Bahari-Jakarta, PT. Palindo-Batam dan industri lainnya, belum optimal dalam kesiapannya sebagai salah satu komponen pendukung sistem pertahanan negara khususnya di laut.

4) Infrastruktur

Kondisi infrastruktur di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV yang ada sedang berkembang sesuai dengan sektor yang ada seperti sarana pelabuhan, bandara, jalan raya dan sebagainya. Secara keseluruhan infrastruktur yang ada belum terbentuk dalam satu arah pengembangan dalam memenuhi sratetegi pertahanan negara yang terintegrasi sehingga dengan kemampuan dan keadaan infrastruktur yang ada belum mampu mendukung penyiapan komponen cadangan maupun komponen pendukung bila diperlukan sewaktu-waktu di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV.

12. Penggunaan Sumber Daya Nasional Bidang Maritim.a.Landasan Hukum.Secara empiris dapat dikatakan bahwa perhatian pemerintahan Indonesia terhadap domain maritim masih sangat kurang. Di masa lalu, pembangunan kekuatan laut selalu dikalahkan oleh kepentingan ekonomi sehingga berdampak pada kehancuran armada niaga dan industri maritim kita. Demikian pula karakter masyarakat Indonesia yang memandang laut sebagai halaman belakang. Kondisi ini sangat ironis mengingat hampir 70% wilayah Indonesia merupakan lautan dengan potensi ekonomi yang sangat besar, sehingga sebagai negara yang merupakan the largest archipelagic country in the world, ternyata pemerintah kita belum memiliki keberpihakan politik maupun ekonomi dalam pembangunan kemaritiman (maritime development) sehingga bidang maritim tetap saja terpinggirkan dan Indonesia belum bisa diperhitungkan oleh dunia internasional sebagai negara maritim dalam arti yang sebenarnya.

Penggunaan sumber daya nasional dalam penyiapan komponen cadangan dan komponen pendukung guna mendukung pertahanan negara sampai saat ini masih berupa rancangan undang-undang. Dalam aspek ini, DPR RI sebagai penyelenggara legislatif belum mengesahkan rancangan tersebut menjadi undang-undang sehingga pelaksanaannya sampai saat ini terkesan jalan di tempat. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi Kmentrian Pertahanan dalam menyikapi kondisi ini karena peran serta atau keterlibatan komponen cadangan dan komponen pendukung dalam pertahanan negara dinilai sangat penting dan memberikan efek positif yang luar biasa dalam penyelenggaraan sistem pertahanan semesta. Hal ini sesuai dengan dibentuknya komponen cadangan dan komponen pendukung yang bertujuan untuk memperbesar dan memperkuat kekuatan dan kemampuan Tentara Nasional Indonesia sebagai komponen utama dalam upaya penyelenggaraan pertahanan negara. Dapat dikatakan komponen cadangan dan komponen pendukung merupakan salah satu wadah dan bentuk keikutsertaan warga negara, seluruh sumber daya alam dan sumber daya buatan serta sarana dan prasarana dalam usaha pertahanan negara sehingga dalam keadaan damai pun komponen cadangan dan komponen pendukung dapat dibina dan disiapkan sebagai potensi pertahanan.

Keterlibatan rakyat di dalam pertahanan semesta sesungguhnya telah diisyaratkan oleh Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 sehingga untuk melaksanakan hal ini diperlukan landasan hukum yang secara teknis menjelaskan fungsi dan peran dari komponen bangsa tersebut. Kondisi ini secara implisit berpengaruh pada pemberdayaan sumber daya nasional yang berada di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV sehingga menciptakan jurang birokrasi dalam aspek kewenangan pada pemberdayaan yang bertujuan untuk mendukung perthanan negara di laut. Hal ini menjadi semakin krusial ketika pemda setempat lebih menasbikan dirinya sebagai aspek provinsial yang mengacu pada Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang peran Pemerintah daerah. Berkaitan dengan dasar hukum tersebut, daerah memiliki kewenangan untuk melakukan pengelolaan bidang kelautan dan daerah pesisir sehingga tidak jarang langkah pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sangat bertolak belakang dengan konteks pertahanan yang menjadi tugas dan tanggung jawab dari TNI Angkatan Laut.b.Pemberdayaan Sumdanas.Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki sumber daya nasional yang berlimpah, baik sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan, sarana dan prasarana yang dapat digunakan untuk pertahanan negara. Semua sumber daya yang dimiliki ini bila mampu dikelola dengan baik akan menjadi kekuatan yang sangat besar sehingga membuat Indonesia menjadi negara besar yang memiliki tingkat perekonomian yang tinggi karena dapat mensejahterakan rakyatnya. Indonesia juga dapat membangun kekuatan militernya dengan peralatan yang modern dan membina serta mengembangkan kekuatan komponen cadangan dan komponen pendukung yang dimiliki. Dari sisi pertahanan, hal ini membuat Indonesia memiliki daya tangkal yang tinggi terhadap potensi ancaman yang ada. Penggunaan sumber daya nasional di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV yang dilakukan selama ini hanya untuk kepentingan sektoral semata tanpa memikirkan kepentingan yang menyangkut bidang lainnya. hal ini terjadi karena pada kenyataannya sumber daya nasional tersebut tidak hanya digunakan untuk kepentingan ekonomi dan kesejahteraan rakyat belaka, akan tetapi juga digunakan untuk kepentingan pertahanan negara pada saat diperlukan.

Pengelolaan sumber daya nasional di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV yang dilakukan oleh pemerintah daerah setempat masih berorientasi pada ekonomi dan bisnis. Dan belum terlihat opsi utama pada peningkatan pembangunan yang lebih berpijak pada konsep pertahanan yang seharusnya dilakukan untuk dapat diintegrasikan pada pertahanan nasional. Perbedaan prioritas pembangunan yang dilakukan oleh pemda setempat akan menjadi bumerang dalam penyelenggaraan pertahanan. Tentu saja hal ini merupakan kondisi yang membuat lemah pertahanan semesta yang melibatkan semua unsur bangsa secara signifikan. Keberhasilan pemberdayaan sumber daya nasional dalam aspek pertahanan negara di laut di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV sangat tergantung pada keputusan politik. Dalam hal ini, lembaga eksekutif maupun legislatif harus dapat merumuskan dan menetapkan dasar hukum dalam penyelenggaraan pemberdayaan sumber daya nasional sebagai faktor utama dalam penyiapan komponen cadangan dan komponen pendukung.

13. Kerjasama Antar Komponen Pertahanan.a. Kerjasama TNI Angkatan Laut dengan Pemerintah.Dapat dikatakan bahwa kerjasama antara TNI Angkatan Laut dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah masih sangat kurang dalam pemberdayaan sumber daya nasional guna mendukung pertahanan negara di laut. Hal itu juga terjadi dengan Lantamal III dan Lantamal IV, karena kurangnya koordinasi dan kerja sama dengan pemerintah daerah selaku pelaku pembangunan sekaligus pengelola daerah dalam berbagai kegiatan pembangunan di kawasan pesisir dan laut yang dilakukan secara sektoral membuat pembangunan yang dilaksanakan menjadi tidak linear dengan aspek pertahanan di daerah tersebut sehingga menciptakan jurang pemisah yang dalam antara kebijakan pertahanan dengan pengembangan pembangunan yang direncanakan oleh pihak pemerintah daerah, apalagi ketika pihak swasta alam konteks tersebut. Lemahnya koordinasi dan kerjasama ini diakibatkan belum adanya sistem atau lembaga yang mampu mengkoordinasikan setiap kegiatan pengelolaan sumber daya nasional menjadi konsep pertahanan negara yang dikembangkan oleh daerah tersebut.

b. Kerjasama TNI Angkatan Laut dengan Stakeholder Terkait.

Implementasi penegakkan hukum dan penyelenggaraan pertahanan negara di laut di Indonesia di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV walaupun sudah diterapkan namun masih dirasa lemah. Selama ini persoalan hukum di laut senantiasa tumpang tindih dan cenderung menciptakan konflik antar sektor pembangunan, institusi dan aparat pemerintah sehingga menyebabkan terjadi konflik horisontal di masyarakat. Ketidakpedulian antar stakeholder terkait dalam konsep kerjasama yang saling mendukung sama sekali tidak tercipta sehingga dalam pelaksanaan pengamanan laut dari pelaku illegal activies tidak bersinergis dan saling tertolak belakang. Hal ini menjadi pemicu utama dalam menciptakan format kerjasama yang optimal dalam menegakkan pertahanan negara di laut secara signifikan dan terus menerus.

14 Implikasi.a. Implikasi belum adanya strategi pemberdayaan sumber daya nasional di wilayah kerja Lantamal III dan IV terhadap pertahanan negara di laut.1) Apabila strategi penyiapan pengelolaan Sumber Daya Nasional yang terdiri dari Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber Daya Alam, Sumber Daya Buatan serta Sarana dan Prasarana bidang maritim belum ditata sedemikian rupa, maka pertahanan negara di laut tidak dapat terwujud. 2) Apabila strategi Penggunaan Sumber Daya Nasional Bidang Maritim yang terdiri dari Landasan Hukum dan Pemberdayaan Sumdanas belum ada dan dilaksanakan secara optimal, maka pertahanan negara di laut tidak dapat terwujud. 3) Apabila strategi Kerjasama antar Komponen Pertahanan Maritim yang terdiri dari Kerjasama TNI Angkatan Laut dengan Pemerintah dan Kerjasama TNI Angkatan Laut dengan Stakeholder Terkait Sumdanas belum ada dan dilaksanakan maka pertahanan negara di laut tidak dapat terwujud. b. Implikasi belum terdukungnya pertahanan di laut terhadap kedaulatan NKRI.1) Bila pertahanan negara di laut belum didukung oleh strategi penyiapan pengelolaan Sumber Daya Nasional yang terdiri dari Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber Daya Alam, Sumber Daya Buatan serta Sarana dan Prasarana bidang maritim, maka kedaulatan NKRI belum dapat terwujud. 2) Apabila pertahanan negara di laut belum didukung dengan adanya konsep strategi Penggunaan Sumber Daya Nasional Bidang Maritim yang terdiri dari Landasan Hukum dan Pemberdayaan Sumdanas, maka kedaulatan NKRI belum dapat terwujud. 3) Apabila pertahanan negara di laut belum didukung dengan Kerjasama antar Komponen Pertahanan Maritim yang terdiri dari Kerjasama TNI Angkatan Laut dengan Pemerintah dan Kerjasama TNI Angkatan Laut dengan Stakeholder Terkait Sumdanas, maka kedaulatan NKRI belum dapat terwujud. 15. Permasalahan yang Ditemukan.a.Belum adanya strategi penyiapan sumber daya nasional bidang maritim wilayah kerja lantamal III dan IV guna mendukung pertahanan negara di laut dalam rangka menjaga kedaulatan NKRI. Secara nyata, permasalahan ini akan terkait dengan:

1)Belum ada konsep yang baku tentang penyiapan dan pemberdayaan Daya Manusia (SDM) bidang maritim untuk pertahanan negara di laut.

2)Belum ada konsep yang baku tentang strategi pemanfaatan dan pemberdayaan Sumber Daya Alam bidang maritim untuk mendukung pertahanan negara di laut.

3)Belum ada konsep yang baku tentang strategi pemanfaatan dan pemberdayaan Sumber Daya Buatan bidang maritim untuk mendukung pertahanan negara di laut.

4)Belum ada konsep yang baku tentang strategi pemanfaatan dan pemberdayaan Sarana dan Prasarana bidang maritim untuk mendukung pertahanan negara di laut.

b.Belum adanya strategi Penggunaan Sumber Daya Nasional Bidang Maritim wilayah kerja lantamal III dan IV guna mendukung pertahanan negara di laut dalam rangka menjaga kedaulatan NKRI. Permasalahan ini timbul sebagai akibat dari:

1)Belum ada landasan hukum yang bersifat mengikat dan berlaku secara universal yang mengatur tentang penggunaan sumber daya nasional untuk mendukung pertahanan negara di laut.

2)Belum ada konsep yang tepat dalam upaya penggunaan potensi sumber daya nasional bidang maritim untuk mendukung pertahanan negara di laut.

c.Belum adanya strategi Kerjasama Antar Komponen Pertahanan wilayah kerja lantamal III dan IV guna mendukung pertahanan negara di laut dalam rangka menjaga kedaulatan NKRI. Permasalahan ini timbul karena:

1)Belum ada konsep Kerjasama antara TNI Angkatan Laut dengan Pemerintah.2)Belum ada konsep kerjasama TNI Angkatan Laut dengan Stakeholder terkait Sumdanas bidang maritim untuk mendukung pertahanan negara di lautBAB IV

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

16.Umum.

Perkembangan lingkungan strategik dalam konteks global, regional maupun nasional cenderung semakin dinamis dan kompleks. Oleh sebab itu, dalam rangka menegakkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia TNI Angkatan Laut melalui Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) III dan IV perlu ikut serta melaksanakan sumber daya nasional guna mendukung pertahanan negara di laut. Lantamal III dan Lantamal yang memiliki wilayah kerja yang luas memiliki tugasSebuah negara berdaulat dalam membangun dan mempertahankan wilayah kedaulatannya akan memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemberdayaan sumber daya nasional (SDM, SDA, SDB serta Sarana dan Prasarana) guna mendukung pertahanan negara baik secara eksternal maupun internal, demikian juga peluang dan kendala yang dihadapi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut dapat pula diwujudkan dalam bentuk peluang dimana, undang-undang pertahanan telah mengamanatkan untuk dilaksanakannya pemberdayaan sumber daya nasional dalam mendukung pertahanan negara yang meliputi juga pembinaan dan pemberdayaan industri jasa maritim, industri strategis pertahanan nasional dan pembinaan penduduk di wilayah pesisir. Hal ini juga tidak terlepas adanya kendala yaitu persepsi masyarakat yang keliru tentang komponen cadangan dan komponen pendukung dalam mendukung pertahanan negara, adat istiadat dan tingkat pendidikan masyarakat pesisir yang rata-rata masih rendah sehingga resisten terhadap sesuatu yang dapat merubah kehidupan mereka menjadi lebih baik dan terbatasnya anggaran untuk dapat mengoptimalkan pemberdayaan sumber daya nasional yang ada, sehingga diperlukan usaha untuk mengatasinya agar pemberdayaan sumber daya nasional di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV dalam mendukung pertahanan negara dapat lebih efektif dan efisien sesuai dengan konsepsi yang diharapkan. 17. Faktor Eksternal.

Sesuai dengan teori sinergitas, maka untuk menciptakan sistem pertahanan negara melalui pemberdayaan sumber daya nasional maritim Indonesia yang meliputi sumber daya alam, sumber daya buatan, sumber daya manusia serta sarana dan prasarana perlu disinergikan, yaitu dengan adanya keselarasan dan kesesuaian kebijakan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah sebagai pelaksana yang saling mendukung dan berkesinambungan, sehingga dapat menghasilkan suatu pertahanan negara yang kuat dan kokoh berlandaskan atas kerjasama dengan mengedepankan komunikasi dan saling kepercayaan.

Sumberdaya nasional maritim melimpah yang dimiliki Indonesia menjadi keunggulan komparatif namun belum memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan negara lain. Oleh karenanya dibutuhkan kemampuan untuk mengelolanya dan. Stabilitas politik dalam negeri memberikan dampak signifikan pada kehidupan nasional secara keseluruhan, khususnya upaya pemulihan ekonomi. Selama beberapa tahun terakhir indikator pemulihan ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup baik dan stabil. Namun di sisi lain masalah disintegrasi, terorisme dan bencana alam merupakan gangguan dalam negeri yang harus segera diatasi secara komprehensif. Berbagai masalah tersebut pada dasarnya berakar pada ketidakpuasan dan ketidakadilan terhadap pemerintah pusat di era sebelumnya.

Berbagai perkembangan lingkungan strategik nasional yang patut dicermati karena berkaitan dengan aspek maritim, adalah sebagai berikut :

a.Posisi geografis Indonesia yang dinilai strategis memberikan konsekwensi nyata sebagai wilayah yang sangat penting bagi keberlangsungan denyut nadi jalur perdagangan dunia melalui laut. Selain itu wilayah Indonesia juga mengandung kekayaan alam baik yang dapat diperbaharui maupun kekayaan alam yang tidak dapat diperbaharui yang demikian besar termasuk minyak bumi dan gas alam. Di sekitar Laut Cina Selatan (Natuna, Kepulaun Paracel dan Spratley), telah menjadi klaim perebutan wilayah antara beberapa negara ASEAN seperti, Malaysia, Filipina, Vietnam, Brunei dan beberapa negara besar didunia yang ikut andil didalamnya seperti Cina, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang, sehingga tidaklah mengherankan wilayah laut ini menjadi salah satu wilayah potensi konflik regional di Asia Pasifik. Pengelolaan lingkungan (keamanan) laut, terutama di perairan laut sempit namun memiliki tingkat lalu lintas laut yang ramai seperti Selat Malaka juga menjadi suatu perhatian khusus dimana setiap isu keamanan yang berkembang di wilayah perairan ini dapat menjadi isu internasional dan menjadi bola liar yang sewaktu-waktu dapat mengancam kedaulatan negara kesatuan Republik Indonesia. Dalam hal ini, pengelolaan lingkungan laut adalah melindungi perairan yang meliputi koordinasi antara pihak sipil dan pihak militer (TNI) agar perairan ini aman dari kemungkinan gangguan keamanan yang sangat merugikan Indonesia dimana Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) I, III dan IV berada di jalur tersebut.

b.Pemahaman dan aktualisasi tentang otonomi daerah yang salah kaprah sering menimbulkan konflik di daerah termasuk di wilayah laut, penggunaan ruang laut dan pesisir terjadi karena belum adanya pengaturan serta ketidakterpaduannya kegiatan pemerintah daerah, pusat dan swasta. Berbagai konflik di lapangan sering terjadi seperti perebutan wilayah penangkapan ikan antara nelayan tradisional dengan nelayan modern, perikanan budidaya dengan kegiatan pelayaran dan kepentingan konservasi dengan budidaya tambak. Belum adanya rencana tata ruang yang dimaksud menyebabkan pemerintah pusat, daerah dan swasta tidak mempunyai dasar dalam mengarahkan pemanfaatan ruang tersebut.

d. Penyalahgunaan dan pencurian hasil sumber daya alam dan sumber daya kelautan baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat di perbaharui sangat berdampak terhadap pelestarian lingkungan serta merugikan perekonomiaan nasional. Perlunya penindakan yang tegas dari aparat keamanan baik di darat maupun di laut, seperti penangkapan kapal-kapal ikan asing dan eksplorasi sumber daya alam secara ilegal. Membatasi perijinan bagi kapal asing yang disertai komitmen berupa good will and good goverment untuk memajukan perikanan yang sudah seyogianya mendapat porsi yang lebih besar agar memiliki daya tangkal terhadap kegiatan illegal fisihing maupun kapal asing lainnya. Adanya kegiatan oleh Non Goverment Organization (NGO) atau dikenal Lembaga Swadaya masyarakat (LSM) dapat membawa angin segar terhadap fungsi kontrol pemerintah dalam menjalankan kebijakan bila terjadi penyimpangan dalam penerapannya di lapangan.e.Belum dimanfaatkan secara optimal dimana pulau-pulau kecil memiliki potensi sumber daya alam yang tinggi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi. Wilayah tersebut memiliki potensi keragaman hayati yang bernilai ekonomis tinggi seperti aneka tambang dasar laut, perikanan dan pengolahannya. Selain itu pulau-pulau kecil tersebut memiliki potensi sumber daya non hayati seperti bahan mineral dan jasa lingkungan. Untuk pemanfaatan sumber daya di kawasan pulau-pulau kecil harus dilakukan secara terencana dan terintegrasi dengan melibatkan peran serta masyarakat setempat, sehingga dapat mewujudkan pemanfaatan potensi sumber daya pulau-pulau kecil yang berkelanjutan dan berbasis masyarakat.

f.Masyarakat desa pesisir yang sebagian besar mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan yang bersifat tradisional, mempunyai tingkat perekonomian yang masih rendah. Sehingga pemanfaatan sumber daya ikan yang diolah dengan sangat sederhana belum mampu memberikan nilai tambah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi ekonomi masyarakat desa pesisir yang rendah yaitu :1) Tingkat kemampuan produksi yang masih rendah. Kecenderungan pemanfaatan sumber daya laut yang dilakukan oleh para nelayan hanya sebatas menangkap ikan untuk kebutuhan sehari-hari dan belum sepenuhnya dilakukan secara optimal.

2) Kemampuan memasarkan produk perikanan yang rendah. Dalam memasarkan hasil perikanan dari para nelayan tradisional sekarang ini sebagian besar dan secara dominan masih ditentukan oleh para pembeli atau konsumen.

3) Tingkat pendidikan masyarakat Maritim di Desa Pesisir yang masih rendah. Sebagian besar penduduk pesisir dan pulau-pulau kecil masih terlilit kemiskinan padahal kawasan pesisir merupakan kawasan yang secara hayati sangat produktif. Keadaan ini disebabkan oleh kemampuan pengetahuan, modal, teknologi dan informasi yang minim dan terbatas. Kondisi penduduk pesisir tersebut di atas mendorong meningkatnya kerusakan sumber daya maritim yang ada di wilayah pesisir.

g.Dalam pembinaan dan pengelolaan wilayah laut dan pantai mengandung banyak sekali sumber daya alam, sumber daya buatan dan sumber daya manusia, tentunya membutuhkan biaya yang besar demi pengembangan yang berkesinambungan. TNI AL tidak menyediakan anggaran alokasi khusus dalam pemberdayaan wilayah pertahanan laut.

18.Faktor Internal.

a.Kondisi geografis wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV dapat dikatakan sebagai miniatur konstelasi geografis Indonesia, dimana terdiri dari ratusan pulau yang dihubungkan oleh lautan. Selain itu sebagai bagian dari komponen utama pertahanan negara, Lantamal III dan Lantamal IV memiliki wilayah kerja yang meliputi daerah bernilai strategis tinggi yang merupakan representasi simbol kedaulatan negara seperti, DKI jakarta, Selat Malaka dan ALKI I, sehingga mengamanatkan kepada negara Indonesia dalam hal ini TNI Angkatan Laut untuk memberikan jaminan keamanan, strategi yang dapat dilaksanakan adalah dengan konsep penyiapan dan penggunaan pemberdayaan seluruh sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan dan sarana prasarana dalam suatu sinergitas sistem pertahanan yang handal.

b.Sumber daya manusia maritim yang tersebar di wilayah pesisir dan pelaku kegiatan kemaritiman adalah suatu potensi kekuatan yang dapat mendukung pertahanan negara di laut apabila diberdayakan secara tepat guna dan berdaya guna.

c.Kekayaan sumber daya alam di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV berpotensi menjadi bagian penting dalam sistem pertahanan negara sebagai komponen pendukung yang strategis, karena dapat diberdayakan untuk mendukung sistem logistik pertahanan, seperti dengan dikembangkannya sumber energi alternatif baik bersifat bio thermal, hydro maupun bio energi.

d.Potensi industri pertahanan nasional dan industri jasa maritim serta sarana dan prasarana yang berada di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV memiliki arti penting bagi kemandirian bangsa dibidang ekonomi dan pertahanan. Dengan pemberdayaan secara tepat akan menciptakan kemandirian, sehingga interoperability antar komponen pertahanan menjadi lebih mudah diwujudkan.

e. Rancangan Undang-Undang tentang komponen cadangan dan komponen pendukung sebagai kekuatan pengganda komponen utama pada sistem pertahanan negara belum disetujui oleh badan legislatif, sehingga sampai saat ini belum ada payung hukum yang dapat melgitimasi pelaksanaan pemberdayaan sumber daya nasional sebagai komponen pertahanan negara guna mendukung sistem pertahanan negara.

19.Peluang dan Kendala.Di sisi lain masih ada masalah-masalah yang dihadapi untuk dapat memberdayakan sumber daya nasional secara optimal, seperti kesadaran masyarakat yang rendah akan bela negara, keterbatasan perekonomian negara guna mendukung penyiapan dan penggunaan sumber daya nasional sebagai kekuatan komponen cadangan dan komponen pendukung sehingga diperlukan cara pemecahan masalah yang efektif dan tepat.

a. Peluang.1) UU Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara pasal 1 ayat (1) s.d (12) dan Pasal 20 ayat (2), Pasal 8 ayat (1) dan ayat (2) dan pasal 9 ayat (1), memberikan peluang yang besar bagi penyiapan dan pelaksananaan penggunaan komponen pertahanan negara dengan keikutsertaan seluruh warga negara dalam upaya bela negara serta melalui pemberdayaan sumber daya nasional guna mendukung pertahanan negara. Namun demikian ketentuan tersebut tetap harus diterjemahkan dan dijabarkan kembali oleh pemerintah melalui Undang-Undang tentang Komcad/Komduk yang saat ini RUU tersebut sudah diajukan pemerintah kebadan legislatif untuk disetujui dan diterbitkan.2).Berbagai Indusrtri Jasa Maritim dan Industri strategis pertahanan nasional telah mampu memproduksi berbagai alutsista sehingga peluang untuk berdiri dengan kemampuan pertahanan sendiri akan dapat segera terwujud. Tentunya diperlukan komitmen, keseriusan, kerjasama dan sinergitas yang kuat diantara semua komponen bangsa dalam mendukung hal tersebut, sehingga meningkatnya kemampuan sumber daya nasional khususnya industri jasa maritim dan industri strategis pertahanan nasional.3)Luasnya wilayah pesisir Indonesia dengan berbagai potensi sumber daya alam yang besar mendorong upaya peningkatan pendayagunaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan di wilayah pesisir dan pulau-pulau terluar dalam membangun kekuatan pertahanan di laut.

4)Konflik penggunaan ruang seharusnya dapat dihindari dengan adanya rencana tata ruang yang disepakati oleh pemerintah pusat, daerah dan swasta dan diperketat dengan aturan hukum yang berlaku.

5) Dengan pembinaan yang terarah kepada masyarakat maritim khususnya masyarakat di wilayah pesisir dapat dijadikan sebagai mata dan telinga bagi kepentingan TNI AL di laut.

6)Pembangunan infrastruktur sektor kelautan, pelabuhan, dan sarana prasarananya di wilayah pulau-pulau terpencil/terluar di perbatasan sehingga nantinya dapat dimanfaatkan sebagai pangkalan ajau dan mendukung logistik wilayah ketika negara dalam keadaan darurat.

b. Kendala.1) Adat istiadat yang kuat di lingkungan masyarakat maritim di wilayah pesisir mempersulit upaya merubah pola kehidupan yang lebih baik, pemahaman yang sulit oleh masyarakat pesisir dalam mengimplementasikan aturan dan hukum akibat tingkat pendidikan yang kurang, sehingga diperlukan waktu yang lebih lama dalam mencapai sasaran pembinaan terhadap masyarakat desa pesisir.

2)Persepsi masyarakat yang masih keliru tentang peran Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung dalam sistem pertahanan negara, sehingga kesadaran masyarakat akan bela negara menjadi rendah.

3)Terbatasnya keuangan negara untuk dapat memenuhi anggaran pertahanan sesuai yang diharapkan oleh TNI. Hal tersebut akan menjadi kendala bagi Departemen Pertahanan untuk menentukan skala prioritas dalam penyusunan konsep-konsep baru sistem pertahanan Indonesia termasuk pentahapan proses pendayagunaan sumber daya nasional maritim. 4)Pemanfaatan potensi pulau-pulau kecil tersebut masih dihadapkan pada berbagai masalah antara lain letaknya yang terpencil dan di pulau-pulau terluar dari Indonesia, terbatasnya sarana dan prasarana serta sumber daya manusia.

5)Rendahnya kualitas SDM maritim menyebabkan pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan IPTEK oleh pekerja maritim juga masih terbatas. Sementara itu, kurangnya tenaga pengajar fasilitas laboratorium, dan sarana pendidikan menyebabkan jumlah dan mutu tenaga teknis maritim yang dihasilkan, masih mewarnai dunia pendidikan maritim yang sebenarnya diharapkan mampu mencetak SDM yang berkualitas.

6)Belum tersedianya data potensi sumber daya manusia maritim secara cermat sebagai komponen cadangan dan komponen pendukung untuk penyiapan dan penggunaan daya nasional di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV sesuai dengan kondisi geografi Indonesia.BAB VKONDISI STRATEGI PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA NASIONAL

DI WILAYAH KERJA LANTAMAL III DAN LANTAMAL IV YANG DIHARAPKAN

20. Umum.Pemberdayaan sumber daya nasional guna mendukung pertahanan negara di laut dalam rangka menjaga kedaulatan NKRI merupakan strategi yang sangat penting untuk menmyelenggarakan pertahanan negara secara luas dengan melibatkan semua komponen yang dimiliki oleh bangsa. Sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, sumber daya buatan, sumber daya manusia serta sarana dan prasananya, menjadikan Indonesia sebagai negara yang siap untuk berinteraksi dengan segala ancaman yang ada baik dari dalam negeri maupun ancaman yang berasal dari negara lain. Untuk itu maka strategi penyiapan sumber daya nasional tersebut harus dilakukan agar dapat digunakan sebagai pendukung penyelenggaraan pertahanan yang dilakukan oleh TNI Angkatan Laut dengan bekerja sama dengan komponen pertahanan lainnya. Hal ini sangat penting karena sinergitas seluruh stakeholder terkait penyelenggaraan pertahanan negara di laut dapat lebih mengoptimalkan konsep strategi yang akan dilaksanakan.

21. Pembahasan.

Secara empirik ada dua pasal yang mendeskripsikan tentang pelibatan setiap warga negara dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) menyebutkan bahwa Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Selanjutnya dalam pasal 30 ayat (1) dinyatakan bahwa Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Menyikapi kedua pasal ini, maka sudah menjadi dasar yang jelas bahwa pelibatan semua komponen bangsa dalam pembelaan negara adalah faktor utama dalam pertahanan negara. Sehingga kalau dikaitkan dengan pemberdayaan sumber daya nasional untuk mendukung pertahanan negara di laut tentunya sangat sesuai dengan kedua pasal di atas. Sebagai negara kepulauan yang kaya dengan potensi alam, baik sumber daya alam, sumber daya buatan serta jumlah penduduk yang besar serta sarana dan prasarana pendukung, sesungguhnya menjadikan modal bagi Indonesia untuk lebih mengoptimalkan peran pertahanan dengan pelibatan semua aspek tersebut. Akan tetapi tatanan ideal dalam penyelenggaraan pertahanan harus dipersiapkan secara terkonsep sehingga semua sumber daya tersebut dapat menjadi pendukung dalam konteks itu.

Pancasila sebagai landasan Idiil merupakan pedoman pokok dalam pelaksanaan aspek pertahanan yang baku dan secara jelas tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sedangkan untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut diperlukan peran serta seluruh komponen bangsa dalam hal ini peran serta sumber daya nasional untuk dapat dilibatkan sebagai salah satu komponen cadangan dan komponen pendukung tugas TNI Angkatan Laut dalam penyelenggaraaan pertahanan negara di laut.

22. Penyiapan Sumber Daya Nasional Bidang Maritim .

a. Sumber Daya Manusia (SDM).Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa sumber daya manusia memegang peranan penting dalam pelaksanaan strategi pemberdayaan sumber daya nasional. Hal itu berkenaan dengan tugas utama sumber daya manusia sebagai pengawak sumber daya alam, sumber daya buatan serta sarana dan prasarana dalam skenario pertahanan negara di laut. Beranjak dari hal tersebut, maka konsep strategi sumber daya nasional dapat dilmulai dari penyiapan sumber daya yang handal sehingga diharapkan dapat tercapainya pertahanan yang ideal dengan melibatkan semua sumber daya nasional yang dimiliki.1) Deskripsi Sumber Daya Manusia.

Deskripsi sumber daya manusia yang dimaksud di sini adalah penyiapan masyarakat pesisir sebagai aspek maritim secara langsung terhadap pemenuhan kesejahteraan hidup secara menyeluruh. Hal ini berarti sumber daya manusia masyarakat pesisir di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV harus memiliki kemampuan di dalam mengoptimalkan potensi diri untuk bersinergis dengan sumber daya alam yang dimiliki dengan potensi dirinya. Sehingga harapannya terdapat suatu keberlangsungan kinerja pada masyarakat tersebut dalam mencapai kesejahteraan hidup secara layak. Kondisi ini dikatakan sebagai sesuatu hal yang penting karena dalam konsep pemberdayaan sumber daya manusia dalam aspek mendukung pertahanan negara di laut, tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal apabila tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir sebagai komponen pendukung pertahanan negara di laut tidak terpenuhi. Untuk itu maka langkah pertama dalam penyiapan sumber daya manusia pada perspektif itu adalah pemenuhan kesejahteraan hidup terlebih dahulu.

Sesuai dengan visi dan misi pembangunan yang dititik beratkan pada upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat, diharapkan masyarakat pesisir di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV tidak hanya menjadi obyek pembangunan, akan tetapi harus berperan sebagai subyek pembangunan sehingga untuk membantu TNI Angkatan Laut dalam mendukung pertahanan negara di laut sehingga masyarakat pesisir di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV secara pro aktif dapat berpartisipasi mengembangkan kegiatan-kegiatan yang kerkenaan dengan aktifitas kesehariannya dalam aspek kepentingan pertahanan negara di laut.

Beranjak dari hal tersebut, maka program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV perlu dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat pesisir dalam berbagai aktivitas pembangunan khususnya di bidang ekonomi. Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, memperkuat basis ekonomi daerah pesisir dan pemanfaatan sumber daya wilayah pesisir secara efesien dan berkelanjutan. Mendorong usaha kecil, menengah dan koperasi untuk berkembang dan berperan dalam pembangunan ekonomi, serta mampu mendorong berkembangnya ekonomi wilayah pesisir di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV sehingga mampu menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha untuk mengelola sumber daya alam yang dimiliki dengan teknologi modern.2)Kemampuan Sumber Daya Manusia.

Penyiapan sumber daya manusia untuk mendukung pertahanan negara di laut setelah terpenuhinya deskripsi sumber daya manusia dalam aspek kesejahteraan taraf hidup yang layak adalah meningkatkan kemampuan sumber daya manusia maritim, yang dalam hal ini adalah masyarakat pesisir. Kemampuan sumber daya manusia yang dimaksud adalah berkenaan dengan potensi diri dalam aspek kepentingan pertahanan negara di laut sehingga masyarakat pesisir di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV memiliki kemampuan optimal dalam perannya sebagai komponen pendukung. Untuk hal ini, maka diperlukan langkah-langkah kongkret sehingga standarisasi sumber daya manusia yang ideal dapat terpenuhi

Seperti yang kita ketahui (Penjelasan pada Bab III) bahwa kualitas sumber daya manusia masyarakat pesisir di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV masih relatif rendah ditinjau dari latar belakang pendidikan formal yang dimiliki sehingga keterbatasan pendidikan tersebut dapat menimbulkan kesulitan untuk menerima pemahaman tentang pentingnya terlibat aktif dalam upaya pembelaan negara khususnya dalam menghadapi segala bentuk ancaman di wilayah perairan nasional. Beranjak dari permasalahan tersebut, optimalisasi potensi diri sumber daya manusia masyarakat pesisir di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV dilakukan dengan jalan meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan secara menyeluruh dan terkonsep dengan menggandeng departemen pendidikan. Peran pemerintah daerah dan pemerintah pusat sangat diharapkan sebagai penyelenggara pendidikan formal karena pemerintah dapat berkoordinasi dengan Departemen Pendidikan untuk menambah jumlah sarana dan prasarana sekolah secara berlanjut sampai dengan jenjang pendidikan tertinggi. Disamping itu, menyediakan tenaga pengajar yang memiliki kualitas setara dengan daerah lain. Sehingga konsep ini akan menciptakan generasi maritim yang memiliki pendidikan terbaik dan outputnya adalah akan lebih memudahkan pemberdayaan sumbner daya manusia di wilayah tersebut yang dilakukan oleh TNI Angkatan Laut yang dalam hal ini adalah Lantamal III dan Lantamal IV.

Peningkatan kesadaran masyarakat pesisir dalam bela negara harus dilakukan dengan jalan melakukan peningkatan program yang telah dilakukan oleh TNI Angkatan Laut, yaitu melaksanakan peningkatan TMMD, Bhakti TNI dan pelaksanaan pembinaan pramuka saka bahari dengan mengoptimalkan interaksi dengan masyarakat pesisir di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV. Selain itu, melaksanakan peningkatan kegiatan pembinaan wilayah pertahanan dan peningkatan minat kemaritiman di lapangan yang dilaksanakan personel-personel Dispotmar berupa pembekalan minat potensi kelautan kepada masyarakat pelajar, organisasi kepemudaan dan aparat pemda di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV. Pencapaian keberhasilan dalam peningkatan program yang disebutkan di atas akan sangat berarti apabila ditambah dengan interaksi yang terus menerus serta evaluasi program sehingga akhirnya masyarakat pesisir membutuhkan program bela negara dengan sendirinya. Output yang diharapkan dari konsep ini pada masyarakat pesisir di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV memiliki bela negara yang tinggi, cinta tanah air, rasa persaudaraan dan persatuan yang tidak mementingkan kelompok, golongan, agama, daerah dan pribadi serta mempunyai jiwa dan semangat yang senantiasa ingin dan rela berkorban untuk mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sejalan dengan proses Pembangunan Nasional.Apabila seluruh masyarakat pesisir di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV telah memiliki kesatuan paham tentang arti pentingnya pelaksanaan hak dan kewajiban dalam upaya pembelaan negara, maka diharapkan dengan kesadaran dapat mengimplementasikan dalam upaya pertahanan negara dan siap untuk ditransformasikan dalam komponen pendukung pertahanan negara di laut dalam menghadapi setiap ancaman yang datang..

b. Sumber Daya Alam.Dari perspektif pertahanan, definisi sumber daya alam (SDA) adalah potensi yang terkandung dalam bumi, air dan dirgantara yang dalam wujud asalnya dapat didaya gunakan untuk kepentingan Pertahanan Negara. Sumber daya alam dimaksud berupa sumber daya flora, fauna, bahan tambang, sumber energi dan sumber daya lainnya yang memiliki nilai strategis, baik di darat, laut dan dirgantara. Sumber daya alam dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidupnya. Dengan demikian sumber daya alam memiliki peran ganda, yaitu sebagai modal pertumbuhan ekonomi (resource based economy) dan sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan (life support system). Hingga saat ini, sumber daya alam sangat berperan sebagai tulang punggung perekonomian nasional, dan masih akan diandalkan dalam jangka menengah. Potensi sumber daya alam di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV sangat banyak. Dan bernilai cukup strategis untuk mendukung pertahanan negara di laut dalam konteks yang sesungguhnya. Dari kebijakan pertahanan dikatakan bahwa potensi sumber daya alam dan buatan dapat ditransformasi menjadi cadangan material strategis dalam rangka mendukung logistik wilayah sebagai logistik tempur. Beranjak dari hal tersebut maka pemberdayaan sumber daya alam guna mendukung pertahanan negara di laut telah diisyaratkan oleh pemerintah pusat sebagai variabel pendukung strategis.

Kekita menyikapi konsep tersebut, sudah seyogyanya sumber daya alam yang berada di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV linear dengan kepentingan pertahanan negara di laut, bukan malah sebaliknya. Untuk itu makadibutuhkan kerja sama yang bersinergis antara TNI Angkatan Laut dalam hal ini Lantamal III dan Lantamal IV dengan pemerintah daerah dalam upaya pengelolaannya. Hal ini berarti dari tahap inventarisasi sampai dengan eksplorasi dan eksploitasi turut mengajak Lantamal III dan Lantamal IV untuk membicarakan hal tersebut dalam aspek strategisnya sehingga sumber daya alam di wilayah Lantamal III dan IV selaras dengan kepentingan pertahanan. Untuk itu perlu adanya perumusan landasan kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam laut yang dapat dimanfaatkan untuk membantu pengembangan pertahanan negara di laut secara signifikan agar dasar ini menjadi variabel penting dalam pemberdayaan potensi alam secara bijaksana dan selaras dengan kepentingan pertahanan negara di laut.

Disamping itu, dibutuhkan kerjasama antara TNI Angkatan Laut dalam hal ini Lantamal III dan Lantamal IV dengan pihak swasta dan pemerintah daerah sebagai pengelola sumber daya alam secara sinergis agar terselenggaranya desentralisasi yang mendorong pengelolaan sumber daya alam pesisir dan laut yang efisien dan berkelanjutan serta terintegrasinya pembangunan laut, pesisir dan daratan dalam satu kesatuan pengembangan wilayah dengan jalan memanfaatkan sumber daya alam maritim yang sesuai dengan kebijakan pertahanan yang diharapkan.

c. Sumber Daya Buatan.Sumber daya buatan adalah hasil pengembangan buatan dari sumber daya alam hayati atau non hayati yang ditunjuk untuk meningkatkan kualitas, kuantitas dan atau kemampuan daya dukungnya. Pengertian tersebut di atas menggambarkan bahwa sumber daya buatan adalah sumber daya alam yang karena intervensi manusia telah berubah menjadi sumber daya buatan. Sumber daya buatan dalam rangka Sistem Pertahanan Semesta (Sishanta) harus dirumuskan bersama, karena pengelolaannya bersifat terpadu, terarah dan berkelanjutan, sehingga akan terwujud sinkronisasi dan tidak menimbulkan benturan kepentingan. Dengan demikian, diharapkan kebijakan pengelolaan potensi sumber daya buatan untuk pertahanan negara dapat diimplementasikan dengan benar. Dalam pendayagunaan potensi sumber daya buatan untuk kepentingan pertahanan negara, ditujukan untuk mendukung kekuatan dan mendukung kemampuan komponen pertahanan dalam wujud tersedianya logistik wilayah dan cadangan materiil strategis. Untuk itu logistik wilayah dan cadangan materiil strategis serta wilayah yang akan menjadi tempat operasi pertahanan harus disiapkan secara dini dengan melibatkan semua termasuk pihak swasta yang mengelola sumber daya buatan sesuai dengan sistem pertahanan.Dalam hal ini, pihak pengelola sumber daya buatan di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV harus harmonis dengan kepentingan pertahanan negara di laut dalam rangka mewujudkan kesamaan persepsi di dalam memperdayakan sumber daya buatan di wilayah tersebut dalam kondisi darurat. Untuk itu harus dilakukan kesepakatan komitmen dalam landasan kebijakan yang tertuang dalam prosedur penggunaan sumber daya buatan yang secara drastis diisyaratkan oleh negara secara tiba-tiba untuk dapat bertransformasi dalam mendukung pertahanan negara di laut menghadapi ancaman yang datang secara tiba-tiba.

Sifat sumber daya buatan dalam pengembangannya harus linear dengan kepentingan pertahanan negara di laut, sehingga ketika dilakukan perubahan untuk mendukung aspek pertahanan di maksud tidak terjadi disfungsi yang malah membuat kinerja dari sumber daya buatan tersebut merusak tatanan sistem pertahanan negara di laut yang telah ada. Sudah seyogyanya apabila dalam masa perencanaan sampai dengan fase pengembangan sumber daya buatan tersebut, Lantamal III dan Lantamal IV dilibatkan untuk memberikan informasi strategis mengenai aspek pertahanan negara di laut yang berkaitan dengan sumber daya buatan yang ada di wilayah kerjanya.

d.Sarana dan Prasarana.

Sesuai dengan amanat UUD 1945, kebijakan pengelolaan sarana dan prasarana nasional disamping melaksanakan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan juga dapat mendukung aspek pertahanan negara. Sehingga pengelolaan sarana dan prasarana tersebut lebih terarah dan terpadu dalam sinergitasnya untuk mendukung optimalisasi aspek tersebut. Dewasa ini, pengelola sarana dan prasarana cenderung lebih mengedepankan money oriented dalam mengelola sarana prasarana tanpa memperhatikan prinsip keadilan sosial, lingkungan hidup dan pertahanan.Dalam rangka pendayagunaan potensi sarana prasarana nasional untuk kepentingan pertahanan negara ada tiga pihak yang terlibat yaitu, pertama instansi pemerintah yang terkait dengan sarana prasaran nasional di dalam perencanaan pembangunan sarana prasarana nasional koordinasi lintas sektoral sangat membantu sehingga kepentingan pertahanan negara terakomodasi namun tidak mengurangi kepentingan kesejahteraan. Kedua, pihak swasta sebagai pengelola atau pemilik sarana prasarana selain sebagai badan usaha yang mencari keuntungan juga terpanggil untuk mempunyai kewajiban sebagai warga negara untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan ketiga, Departemen Pertahanan sesuai dengan bidang tugasnya harus lebih proaktif untuk mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa masalah pertahanan itu bukan hanya milik TNI semata, melainkan kewajiban bagi seluruh warga negara. Dalam konteks itu, maka di bawah ini akan dideskripsikan sarana dan prasarana yang sesuai dengan perannya dalam mendukung pertahanan negara di laut.

1) Transportasi.Sarana dan prasarana transportasi di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV yang ideal dalam usaha penyiapan komponen cadangan dan komponen pendukung dalam rangka mendukung pertahanan negara di laut adalah transportasi laut. hal ini dikarenakan spesifikasi penggunaan transportasi tersebut yang sama dengan peran TNI Angkatan Laut secara langsung. Menyikapi hal ini maka pemberdayaan seluruh angkutan laut di wilayah kerja Lantamal III dan Lantamal IV dalam mendukung pertahanan negara di laut menjadi pilihan yang ideal, untuk itu maka dibutuhkan kerja sama yang baik antara pemerintah daerah dan