penanganan anak dengan low vision dalam perspektif...

209
PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION MODEL PADA LAYANAN LOW VISION CENTER YAYASAN PELAYANAN ANAK DAN KELUARGA (LAYAK) JAKARTA SELATAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: DINARA OKTAVIANA 1113054100010 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M  

Upload: others

Post on 04-Jan-2020

33 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM

PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION MODEL PADA

LAYANAN LOW VISION CENTER YAYASAN PELAYANAN

ANAK DAN KELUARGA (LAYAK) JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos)

Oleh:

DINARA OKTAVIANA

1113054100010

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019 M

 

Page 2: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

 

Page 3: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

 

Page 4: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

 

Page 5: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

i

ABSTRAK

Dinara Oktaviana

Penanganan Anak Dengan Low Vision dalam Perspektif Generalist

Intervention Model pada Layanan Low Vision Center Yayasan

Pelayanan Anak dan Keluarga (LAYAK) Jakarta Selatan

Low vision merupakan gangguan penglihatan yang

membatasi aktivitas sehari-hari dan tidak bisa diperbaiki dengan

kacamata, lensa kontak, obat-obatan, atau pembedahan.

Meskipun tidak dapat diperbaiki secara total namun penyandang

low vision dapat mengikuti rehabilitasi untuk memaksimalkan

sisa penglihatan mereka. Salah satu lembaga yang mengadakan

pelayanan rehabilitasi terhadap penyandang low vision adalah

Low Vision Center LAYAK.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

penanganan anak dengan low vision oleh pekerja sosial dalam

perspektif generalist intervention model (GIM) pada layanan

LVC LAYAK. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara,

observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan bersama satu

orang pekerja sosial dan tiga orang tua klien. Teknik pemilihan

informan menggunakan snow ball sampling yaitu pengunpulan

data dimulai dari beberapa orang yang memenuhi kriteria untuk

dijadikan anggota sampel.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerja sosial

dalam berpraktik memiliki tiga dasar utama pekerjaan sosial yaitu

pengetahuan, keterampilan, dan nilai. Selain itu, pemberian

intervensi kepada klien, pekerja sosial melakukan tahapan yang

sesuai dengan GIM mulai dari keterlibatan, asesmen,

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, penghentian, dan tindak

lanjut. Tetapi ada pula ketidaksesuaian dengan GIM terletak pada

sub-langkah tiap tahapan yaitu belum adanya lembar kerja khusus

untuk evaluasi tiap tingkatan rencana intervensi dan lembar

kontrak tertulis, dan pekerja sosial tidak melakukan tindak lanjut

terhadap klien yang sudah diterminasi.

Kata kunci metode generalist intervention model, tahapan

generalist intervention model, anak dengan low vision

 

Page 6: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, segala puji bagi Allah

SWT yang selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada

peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi berjudul

Penanganan Anak dengan Low Vision dalam Perspektif

Generalist Intervention Model pada Layanan Low Vision Center

Yayasan Pelayanan Anak dan Keluarga (LAYAK) Jakarta

Selatan. Tidak lupa juga shalawat serta salam senantiasa

tercurahkan selalu kepada Nabi Muhammad SAW beserta

keluarga dan sahabatnya.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang wajib diselesaikan

sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial jurusan

Kesejahteraan Sosial. Peneliti menyadari adanya kekurangan dari

skripsi ini, maka kritik dan saran yang membangun akan peneliti

terima dengan senang hati. Dalam proses penyelesaian skripsi,

ada banyak pihak yang membantu baik secara langsung maupun

tidak langsung. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D sebagai Dekan dan Wakil

Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dr. Roudhonah, M.A. sebagai Wakil Dekan Bidang

Administrasi Umum. Dr. Suhaimi, M.Si. sebagai

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.

 

Page 7: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

iii

2. Lisma Dyawati Fuaida, M.Si. sebagai ketua program

studi Kesejahteraan Sosial. Beliau juga merupakan

dosen pembimbing, berkat arahan, dukungan serta

kesabarannya dalam membimbing, peneliti mampu

menyelesaikan skripsi ini.

3. Nunung Khairiyah, M.A. sebagai sekretaris program

studi Kesejahteraan Sosial dan seluruh dosen

Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

atas ilmu yang telah diberikan selama perkuliahan.

4. Seluruh petugas perpustakaan baik perpustakaan

Fakultas maupun Utama yang telah memudahkan

peneliti dalam mencari sumber pustaka mulai dari

buku, skripsi, hingga jurnal internasional.

5. Seluruh anggota keluarga peneliti yaitu kedua orang

tua, bapakku yang selalu menagih undangan wisuda

dan ibuku yang selalu memotivasi dan mendoakan

agar skripsi ini cepat selesai. Terima kasih juga untuk

abangku Dian yang mau meluangkan waktu antar-

jemput ke lokasi penelitian, kakak iparku Dina yang

selalu mentraktir berbagai makanan, adikku Ariq yang

rela berbagi laptop dengan peneliti, dan keponakanku

Shayna yang menghibur dengan suara tawanya.

6. Lucia Rusmiyati, S.Sos. sebagai pekerja sosial LVC

LAYAK yang telah memberikan informasi dan

 

Page 8: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

iv

kesempatan kepada peneliti untuk ikut kegiatan di

sana, hal tersebut akan menjadi pengalaman berharga.

Terima kasih juga untuk bu Lia, bu Tati, bu Erna, bu

Frida, mas Indra, mbak Aci, dan pak Yanto yang telah

menyambut hangat peneliti.

7. Para informan yaitu bu Cut, bu Susi, dan bu Astri

yang sudah meluangkan waktu untuk diwawancarai

oleh peneliti.

8. Teman semasa Aliyah yaitu Indah Pusparita, S.Pd. dan

Dea Herdiana Utami, A.Md.Keb. yang selalu memulai

percakapan dengan pertanyaan ―skripsi belum kelar?‖

9. Teman semasa kuliah dari semester awal sampai

semester akhir yaitu Lisda Nur Asiah, S.Sos. dan Fitri

Komariyah, S,Sos. yang selalu mengingatkan untuk

segera menyelesaikan skripsi dan menjadi pendengar

yang baik atas segala curahan hati peneliti meskipun

mereka telah lulus lebih dulu.

10. Qayumah dan Isra Wahyuni, S.Sos. yang telah

menjadi teman bolak-balik perpustakaan dan tim bus

Transjakarta malam.

11. Rakhmah Maulidina yang telah menjadi partner

berbagi midnight thoughts selama di kosan.

 

Page 9: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

v

12. Teman-teman seperjuangan di program studi

Kesejahteraan Sosial UIN Jakarta angkatan 2013.

13. Terimakasih juga kepada diriku sendiri yang telah

bertahan dan berusaha untuk menyelesaikan skripsi ini

di tengah maraknya pemberitaan negatif tentang

mahasiswa tingkat akhir.

Jakarta, 12 April 2019

Dinara Oktaviana

 

Page 10: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

vi

DAFTAR ISI ABSTRAK ............................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................ vi

DAFTAR TABEL ................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1

B. Batasan Masalah ........................................................................ 7

C. Rumusan Masalah ...................................................................... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 8

1. Tujuan Penelitian ................................................................... 8

2. Manfaat Penelitian ................................................................. 8

E. Kajian Terdahulu ....................................................................... 9

F. Metodologi Penelitian .............................................................. 10

1. Pendekatan Penelitian .......................................................... 10

2. Jenis Penelitian ..................................................................... 11

3. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 12

4. Sumber Data ......................................................................... 14

5. Teknik Analisis Data ............................................................ 14

6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data .................................. 15

7. Teknik Pemilihan Informan ................................................. 16

8. Teknik Penulisan .................................................................. 16

 

Page 11: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

vii

9. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 17

G. Sistematika Penulisan .............................................................. 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................. 19

A. Anak dengan Low Vision ........................................................ 19

1. Definisi Low Vision .............................................................. 19

2. Klasifikasi ............................................................................ 21

3. Ciri-ciri Umum Low Vision.................................................. 22

4. Penyebab Low Vision ........................................................... 23

5. Permasalahan Low Vision .................................................... 23

6. Perkembangan anak dengan low vision ............................... 25

B. Generalist Intervention Model ................................................. 28

1. Pengertian Generalist Intervention Model ........................... 28

2. Tahapan Perubahan Terencana dalam Praktik Generalis ..... 30

3. Tahapan Generalist Intervention Model .............................. 33

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA ................................... 52

A. Profil Lembaga ......................................................................... 52

1. Sejarah Berdirinya Yayasan Pelayanan Anak dan Keluarga 52

2. Visi dan Misi ........................................................................ 54

3. Tujuan .................................................................................. 54

4. Data Organisasi .................................................................... 55

5. Struktur Organisasi .............................................................. 55

 

Page 12: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

viii

6. Alamat Lembaga .................................................................. 56

B. Program Utama ........................................................................ 56

1. Pelayanan Sosial .................................................................. 56

2. Penelitian dan Pengembangan ............................................. 57

3. Advokasi dan Jaringan ......................................................... 57

C. Program yang Terlaksana......................................................... 58

D. Jaringan dan Kerja sama Lembaga .......................................... 64

E. Program Low Vision ................................................................ 66

1. Deskripsi Program ............................................................... 66

2. Tujuan Program ................................................................... 67

3. Penerimaan Klien ................................................................. 67

4. Layanan yang Diberikan ...................................................... 68

5. Jaringan Kerja sama dan Kemitraan .................................... 71

BAB IV HASIL TEMUAN ................................................................ 72

A. Profil Informan ......................................................................... 72

B. Temuan Lapangan .................................................................... 76

1. Tahap Keterlibatan (engagement) ........................................ 76

2. Tahap Penilaian (assessment) .............................................. 88

3. Tahap Perencanaan (planning) ........................................... 102

4. Tahap Pelaksanaan (implementation) ................................ 113

5. Tahap Evaluasi (evaluation) .............................................. 120

 

Page 13: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

ix

6. Tahap Penghentian (termination) ....................................... 122

7. Tahap tindak lanjut (follow-up) .......................................... 125

BAB V ANALISIS HASIL TEMUAN ........................................... 127

A. Tahap Keterlibatan (engagement) .......................................... 127

B. Tahap Penilaian (assessment) ................................................ 130

C. Tahap Perencanaan (planning) ............................................... 133

D. Tahap Pelaksanaan (implementation) .................................... 135

E. Tahap Evaluasi (evaluation)................................................... 137

F. Tahap Penghentian (termination) ........................................... 137

G. Tahap Tindak Lanjut (follow-up) .......................................... 139

H. Tabel Analisis Hasil Temuan ................................................. 139

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ................. 149

A. Kesimpulan ............................................................................ 149

B. Implikasi ................................................................................ 151

C. Saran ...................................................................................... 151

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 153

 

Page 14: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Karakteristik Pemilihan Informan ....................................... 16

Tabel 2. 1 Definisi Praktik Generalis ................................................... 29

Tabel 2. 2 Tahapan Perubahan Generalist Intervention Model ........... 31

Tabel 2. 3 Langkah-langkah Keterlibatan ............................................ 34

Tabel 2. 4 Langkah Penilaian ............................................................... 37

Tabel 2. 5 Langkah Perencanaan ......................................................... 41

Tabel 2. 6 Langkah Pelaksanaan .......................................................... 45

Tabel 2. 7 Langkah Evaluasi ................................................................ 47

 

Page 15: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4. 1 Recording Form (informasi klien) .................................. 90

Gambar 4. 2 Recording Form (permasalahan dan kebutuhan) ............ 95

Gambar 4. 3 Formulir Saran ................................................................ 97

Gambar 4. 4 Recording Form (luas penglihatan, kepekaan kontras,

penglihatan warna) ............................................................................. 101

Gambar 4. 5 Recording Form (kecepatan membaca dan menulis) .... 102

Gambar 4. 6 Lembar Jadwal Pertemuan ............................................ 118

Gambar 4. 7 Jadwal Pertemuan Klien Fasyah ................................... 119

Gambar 4. 8 Jadwal Pertemuan Klien Leli ........................................ 119

Gambar 4. 9 Jadwal Pertemuan Klien Sekar ...................................... 120

Gambar 4. 10 Lembar Evaluasi.......................................................... 121

 

Page 16: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata merupakan salah satu indera penting bagi

manusia yang berfungsi untuk melihat. Melalui mata,

manusia dapat menyerap informasi visual yang digunakan

untuk melakukan berbagai kegiatan. Namun, gangguan

penglihatan (visual impairment) sering terjadi, mulai dari

gangguan ringan hingga gangguan berat yang dapat

menyebabkan kebutaan (Pusat Data dan Informasi

Kementerian Kesehatan RI 2014, 2).

Dalam bahasa Indonesia, visual impairment diartikan

menjadi istilah tunanetra. Sebenarnya, di dalam visual

impairment sendiri tidak hanya tunanetra saja, melainkan ada

istilah lain yaitu partially sighted atau yang lebih dikenal

dengan low vision. Low vision diartikan sebagai kondisi

seseorang yang memiliki ketajaman penglihatan (visual

acuity) kurang dari 20/200 tetapi tidak lebih dari 20/70.

Mendefinisikan istilah partially sighted atau low vision lebih

sulit karena boleh jadi dua orang yang memiliki ukuran

ketajaman penglihatan yang sama, dapat menunjukkan fungsi

penglihatan yang berbeda (Zainal Alimin, 43-44). Yang

dimaksud dengan low vision adalah bentuk gangguan

penglihatan yang membatasi aktivitas sehari-hari dan tidak

bisa diperbaiki dengan kacamata, lensa kontak, obat-obatan,

atau pembedahan (Jennifer Hissett 2008, 1032–33).

 

Page 17: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

2

Low vision dapat terjadi pada setiap jenjang usia, dari

bayi hingga lanjut usia. Adapun beberapa penyakit yang

mengakibatkan low vision yaitu katarak, glaukoma,

degenerasi macula, retinopathy diabetika, retinitis

pigmentosa, myopia progressivve, atropi nervus optikus, dan

ambliopia. Selain itu, disebabkan juga karena adanya

kelainan kongenital (kelainan bawaan) seperti abulbi,

glaucoma congenital, leukoma kornea, dan anterior segment

dysgen (Departemen Sosial Republik Indonesia 2009, 49).

Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa

gangguan penglihatan dan kebutaan dapat mengakibatkan

penurunan pada kualitas hidup yang terlihat dari

berkurangnya kemampuan seseorang untuk melakukan

pekerjaan, mengisi waktu luang, dan melakukan kegiatan

sehari-hari (Muhammad Asroruddin 2014, 2). Penyandang

low vision pun mengalami hambatan dalam melakukan

kegiatan sehari-hari seperti membaca, menulis, berjalan,

menonton televisi, mengemudikan kendaraan bahkan

kesulitan mengenali wajah seseorang.

World Health Organization (WHO) memaparkan

estimasi data terkait gangguan penglihatan di seluruh dunia

dengan mengklasifikasikan gangguan penglihatan yang

digunakan berdasarkan tajam penglihatan. Dikatakan low

vision, jika penglihatan berkisar <6/18 - ≥3/60 dan dikatakan

buta, jika tajam penglihatan kurang dari 3/60. Estimasi jumlah

orang dengan gangguan penglihatan di seluruh dunia pada

 

Page 18: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

3

tahun 2010 adalah 285 juta orang atau 4,24% populasi,

sebesar 0,58% 39 juta orang menderita kebutaan dan 3,65%

atau 246 juta orang mengalami low vision. Sekitar 65% orang

dengan gangguan penglihatan dan 82% dari penyandang

kebutaan berumur 50 tahun atau lebih (World Health

Organization 2012, 5).

Di Indonesia, angka kebutaan menunjukkan angka

1,47% jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka

kebutaan di Thailand (0,3%), India (0,7%), Bangladesh

(1.0%), bahkan lebih tinggi dibandingkan Afrika Sub-Sahara

(1,40%) (Lutfah Rif‘ati, Rabea P. Yekti, dan Lusianawaty

Tana 2009, 30). Menurut Aria Indrawati, ketua Pertuni di

Yogyakarta, Indonesia belum memiliki angka pasti terkait

data penyandang low vision. Alasannya, dikarenakan memang

belum pernah ada pendataan untuk penyandang low vision.

Meskipun begitu, jika dilihat berdasarkan data kementerian

kesehatan jumlah tunanetra mencapai 3,6 juta, maka

diperkirakan tiga perempatnya adalah penyandang low vision

atau berkisar 2,7 juta orang (Rahma Lillahi Sativa 2015).

Masalah kebutaan di Indonesia bukan lagi menjadi

masalah kesehatan, namun adanya keterlibatan masalah

sosial/lintas sektor karena prevalensi kebutaan di atas 1%

sedangkan standar WHO adalah 0,5%. Sama halnya yang

dikatakan oleh Evie Tarigan, ketua umum yayasan LAYAK,

bahwa prevalensi kebutaan juga dipengaruhi faktor sosial

ekonomi seperti minimnya akses layanan untuk mendapatkan

 

Page 19: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

4

pencegahan dan penanganan gangguan penglihatan dan

kebutaan (Rizal Mahmuddhin 2017).

Ketika penglihatan seseorang tidak bisa diperbaiki

dengan menggunakan kacamata, pengobatan atau

pembedahan, maka penyandang low vision membutuhkan

bantuan untuk memaksimalkan sisa penglihatan yang

dimilikinya. Penyandang low vision juga bagian dari

masyarakat yang berhak mendapatkan pemenuhan terhadap

hak-hak dasarnya dalam bidang kesejahteraan sosial. Mereka

dapat mengakses pelayanan sosial yang sesuai dengan

kebutuhannya. Pelayanan sosial sendiri ditujukan untuk

membantu penyandang masalah kesejahteraan sosial dalam

mengembalikan dan mengembangkan fungsi sosialnya.

Sesuai dengan Pasal 38 Ayat 1 UU Nomor 11 Tahun

2009 tentang Kesejahteraan Sosial yang menyatakan bahwa

masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya

untuk berperan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Peran tersebut dapat dilakukan oleh perseorangan, keluarga,

organisasi keagamaan, organisasi sosial kemasyarakatan,

lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, badan

usaha, lembaga kesejahteraan sosial, dan lembaga

kesejahteraan sosial asing (Adi Fahrudin 2012, 131).

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial meliputi rehabilitasi

sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan

sosial.

 

Page 20: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

5

Sementara itu, Al-Quran Surat An-Nisaa ayat 9

menegaskan bahwa orang-orang beriman tidak boleh

membiarkan anak-anak mereka dalam keadaan lemah. Allah

SWT berfirman:

Artinya:

―Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang

yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang

lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap

(kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka

bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara

dengan tutur kata yang benar‖ (Departemen Agama RI).

Ayat di atas menerangkan bahwa tidak

dibolehkannya orang-orang beriman membiarkan anak

mereka memiliki fisik, tubuh, atau badan dalam kondisi

lemah. Memperhatikan kualitas kesehatan anak dengan

memberi makanan dan minuman bergizi menjadi

tanggung jawab orang tua (Asep Usman Ismail 2012, 32).

Jika dihubungkan dengan low vision, maka orang tua yang

memiliki anak dengan low vision bertanggung jawab atas

kelangsungan hidup anak mereka agar bisa hidup mandiri

walaupun ada kekurangan dalam penglihatan. Salah satu

usaha yang bisa dilakukan orang tua dari anak dengan low

vision adalah membawa anak mereka ke low vision

center.

 

Page 21: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

6

Salah satu lembaga sosial di Jakarta yang

berpartisipasi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial

yang mengangkat isu low vision adalah yayasan

Pelayanan Anak dan Keluarga (LAYAK). LAYAK adalah

yayasan yang bergerak dalam bidang pelayanan anak dan

keluarga bertujuan untuk membantu mereka dalam

menghadapi masalah sosial. LAYAK didirikan oleh

beberapa orang yang berlatar belakang pendidikan pekerja

sosial sehingga dalam pemberian layanan berdasarkan

keilmuan kesejahteraan sosial.

Pada tahun 2015, yayasan LAYAK menjalankan

program Seeing is Believing. Melalui program tersebut

yayasan LAYAK mendirikan layanan low vision center

LAYAK. Target layanan dari program tersebut secara

khusus adalah anak-anak, karena anak dianggap memiliki

kesempatan hidup lebih panjang dan perlu dipersiapkan

perkembangannya untuk masa depan yang mereka miliki.

LVC LAYAK memiliki seorang pekerja sosial

yang bersedia membantu para penyandang low vision

untuk mendapatkan layanan rehabilitasi. Ada beberapa

metode dalam pemberian layanan yaitu case work, group

work, dan Community Organizing-Community

Development. Penanganan klien anak dengan low vision

sendiri menggunakan metode case work dimana metode

tersebut membantu individu agar mampu menolong

dirinya sendiri dan dapat meningkatkan keberfungsian

 

Page 22: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

7

sosialnya. Dalam praktik pekerja sosial, ada beberapa

metode intervensi salah satunya dikenal sebagai generalist

intervention model yaitu model praktik yang memberikan

pedoman langkah-langkah tentang bagaimana melakukan

proses perubahan yang direncanakan, umumnya ditujukan

untuk pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai penanganan terhadap

penyandang low vision khususnya anak-anak yang

dilakukan oleh pekerja sosial Low Vision Center LAYAK

dalam bentuk skripsi yang berjudul Penanganan Anak

dengan Low Vision dalam Perspektif Generalist

Intervention Model pada Layanan Low Vision Center

Yayasan Pelayanan Anak dan Keluarga (LAYAK),

Jakarta Selatan.

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, metode intervensi yang diteliti

adalah Generalist Intervention Model (GIM) dan berfokus

pada penerapan proses perubahan terencana dengan target

sistem mikro. Adapun proses perubahan terencana yang

dimaksud adalah keterlibatan, asesmen, perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi, terminasi, dan tindak lanjut.

 

Page 23: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

8

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan eksplorasi latar belakang masalah dan

pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitan ini

dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut.

Bagaimana penanganan anak dengan low vision dalam

perspektif generalist intervention model pada layanan

Low Vision Center yayasan pelayanan anak dan keluarga

(LAYAK), Jakarta Selatan?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk mendeskripsikan penanganan anak dengan

low vision dalam perspektif generalist intervention model

pada layanan Low Vision Center LAYAK.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik

secara akademis maupun praktis. Adapun manfaat secara

akademis dan praktis sebagai berikut.

a. Manfaat akademis

1) Menjadi referensi tambahan mengenai topik

generalist intervention model dan low vision

bagi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

khususnya program studi kesejahteraan sosial.

2) Menjadi rujukan bagi mahasiswa yang ingin

melakukan penelitian lanjutan tentang generalist

intervention model bagi anak dengan low vision.

 

Page 24: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

9

b. Manfaat praktis

1) Menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi

pekerja sosial di berbagai lembaga rehabilitasi

sosial yang ingin mengimplementasikan

pendekatan generalist intervention model dalam

penanganan masalah yang dihadapi klien.

2) Pengembangan kreasi penerapan generalist

intervention model dengan maksimal dalam

praktik pekerjaan sosial.

E. Kajian Terdahulu

Dalam penulisan penelitian, peneliti terlebih

dahulu melakukan tinjauan kajian pada beberapa

penelitian sebelumnya. Peneliti menggunakan

literatur berupa jurnal yang relevan dengan penelitian ini

sebagai berikut.

1. Jurnal berjudul ―A Model for Advanced Generalist

Practice‖ oleh Cathleen A. Lewandowski, Linnea F.

GlenMaye, dan Brien L. Bolin dari Wichita State

University. Diterbitkan di Peosta oleh penerbit Eddie

Bower Publishing Company tahun 2002. Tulisan mereka

mencoba mendeskripsikan model praktik generalis

lanjutan yang dikembangkan di Wichita State University,

untuk memberikan contoh bagaimana penerapannya

dalam praktik, dan mendiskusikan bagaimana hal itu

 

Page 25: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

10

dapat memenuhi kebutuhan klien di lingkungan layanan

yang kompleks dan selalu berubah.

2. Jurnal berjudul ―Developmental Social Case Work: A

Process Model‖ oleh Adrian van Breda dari University of

Johannesburg. Diterbitkan di Auckland Park oleh penerbit

The Author(s) tahun 2015. Jurnal tersebut menjelaskan

bahwa social case work akan tetap menjadi metode yang

dinamis dan vital dalam pekerjaan sosial seperti

membantu individu tumbuh dan berkembang, mampu

menghadapi kesulitan dan mengenali serta memobilisasi

kekuatan mereka. Sehingga social case work dapat

relevan sesuai dengan pembangunan sosial yang

berkembang saat ini.

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan

suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami

suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah

dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang

mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti

(Haris Herdiansyah 2012, 18). Metode penelitian yang

menghasilkan data secara deskriptif dalam bentuk kata-

kata baik tulisan atau lisan dan perilaku yang dapat

diamati dan diarahkan pada latar serta individu secara

keseluruhan. Yang ditekankan dari pendekatan kualitatif

 

Page 26: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

11

adalah analisis proses dari berpikir induktif berkaitan

dengan dinamika hubungan antarfenomena yang sedang

diamati, dan menggunakan logika ilmiah. Metode ini

dilakukan untuk memahami dan melihat subjek dan objek

penelitian meliputi orang dan lembaga yang didasarkan

pada fakta yang tampil secara apa adanya. Penelitian

kualitatif berusaha memahami dan menggambarkan apa

yang dipahami dan digambarkan subjek penelitian.

Penelitian kualitatif lebih ditujukan untuk mendapat

pemahaman secara mendalam mengenai organisasi atau

peristiwa tertentu, ketimbang mendeskripsikan bagian

permukaan dari sampel besar dari populasi (Imam

Gunawan 2013, 80–85).

Penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian

ini dikarenakan agar peneliti mendapatkan data yang tepat

dan hasil yang sesuai dari kondisi di lapangan yang

sebenarnya. Dengan pendekatan kualitatif diharapkan

dapat menggambarkan dan menganalisis penanganan anak

dengan low vision dalam perspektif generalist

intervention model yang dilakukan oleh layanan Low

Vision Center LAYAK.1

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis

penelitian deskriptif. Penelitian sosial menggunakan

kondisi, situasi, atau variabel yang muncul di

masyarakat yang menjadi objek penelitian tersebut.

1Selanjutnya disebut dengan LVC LAYAK.

 

Page 27: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

12

Kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri

atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel

tertentu (Burhan Bungin 2013, 48). Penelitian kualitatif

memiliki ciri khas penyajian datanya dalam bentuk

narasi, cerita mendalam atau rinci dari para responden

hasil wawancara dan atau observasi (Hamidi 2010, 55).

Dalam penelitian ini, peneliti akan

menggambarkan secara keseluruhan mengenai

penanganan anak dengan low vision yang dilakukan oleh

LVC LAYAK melalui pengumpulan data dengan

observasi, wawancara, dan hasil dokumentasi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan

sebagai berikut.

a. Metode wawancara

Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan

untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan

mengajukan pertanyaan kepada narasumber

(informan) untuk mendapatkan informasi yang

mendalam (Rully dan Poppy 2014, 136). Di setiap

penggunaan metode wawancara kerap muncul

beberapa hal, yaitu pewawancara, responden, materi

wawancara, dan pedoman wawancara (opsional).

Wawancara memiliki beberapa bentuk, tetapi dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan metode

wawancara sistematik. Wawancara sistematik adalah

kegiatan wawancara dimana pewawancara telah

 

Page 28: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

13

mempersiapkan pedoman (guide) tertulis terlebih

dahulu. Pedoman wawancara tersebut nantinya

digunakan oleh pewawancara sebagai prosedur yang

harus diikuti, karena pedoman wawancara berisikan

susunan daftar pertanyaan.

b. Metode observasi

Observasi adalah suatu proses melihat,

mengamati, dan mencermati serta ―merekam‖ perilaku

secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.

Observasi juga berarti kegiatan mencari data yang

dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan

atau diagnosis (Haris Herdiansyah 2012, 131)

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi

dalam bentuk observasi langsung, yaitu pengamatan

yang dilakukan secara langsung pada objek yang

diamati. Artinya, peneliti tidak menggunakan ―media-

media transparan‖, hal tersebut agar peneliti secara

langsung melihat atau mengamati apa yang terjadi di

lapangan.

c. Metode dokumenter

Dokumen adalah segala sesuatu materi dalam

bentuk tertulis yang dibuat oleh manusia. Dokumen

yang dimaksud adalah segala catatan baik berbentuk

catatan dalam kertas maupun elektronik. Dokumen

dapat berupa buku, artikel media massa, catatan

harian, manifesto, undang-undang, notulen, halaman

web, foto dan lainnya (Samiaji Sarosa 2012, 61).

 

Page 29: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

14

4. Sumber Data

Ada dua macam sumber data dalam penelitian ini

yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer, merupakan data yang didapatkan

langsung dari sumber pertama di lapangan yaitu

pekerja sosial di LVC LAYAK.

b. Data Sekunder, merupakan data yang didapatkan dari

sumber kedua yang terkait dengan penelitian ini

seperti arsip, dokumen, media cetak atau online,

website dan sebagainya.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan

mengatur secara sistematik hasil dari wawancara, catatan,

bahan-bahan yang dikumpulkan untuk memahami

terhadap semua hal yang telah dikumpulkan dan

menyajikan hasil penemuan (Imam Gunawan 2013).

Dalam menganalisis data penelitian kualitatif ada tiga

tahap yang harus dikerjakan, yaitu reduksi data, paparan

data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Mereduksi data dilakukan untuk merangkum,

memilih hal pokok, dan memfokuskan pada hal-hal yang

penting bertujuan agar memberikan gambaran jelas, dan

memudahkan untuk melakukan pengumpulan data.

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya

memaparkan data. Pemaparan data digunakan untuk lebih

meningkatkan pemahaman terhadap kasus dan menjadi

 

Page 30: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

15

acuan mengambil tindakan yang didasarkan pemahaman

dan analisis sajian data.

Langkah berikutnya penarikan kesimpulan.

Penarikan kesimpulan adalah jawaban dari fokus hasil

penelitian berdasarkan hasil analisis data. Penyajian

kesimpulan dalam bentuk deskriptif objek penelitian

dengan perpedoman pada kajian penelitian.

6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam menguji keabsahan data, peneliti

menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi sebagai

upaya pengecekan keabsahan data dan proses

memantapkan derajat kredibilitas dan konsistensi data,

dengan cara memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data

itu bertujuan untuk pembanding terhadap data itu (Imam

Gunawan 2013).

Adapun teknik triangulasi yang digunakan dalam

penelitian ini sebagai berikut.

a. Triangulasi sumber, artinya membandingkan

informasi yang diperoleh melalui sumber yang

berbeda. Membandingkan hasil wawancara dengan

dokumen yang ada.

b. Triangulasi metode, artinya pengecekan terhadap

pengunaan metode pengumpulan data, apakah

informasi yang didapat dengan metode interview sama

dengan metode observasi, atau apakah hasil observasi

sesuai dengan informasi yang diberikan ketika di-

interview.

 

Page 31: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

16

7. Teknik Pemilihan Informan

Pemilihan informan dalam penelitian ini

menggunakan teknik snow ball sampling. Snow ball

sampling adalah pengumpulan data dimulai dari beberapa

orang yang memenuhi kriteria untuk dijadikan anggota

sampel. Mereka kemudian menjadi sumber informasi

tentang orang lain yang juga dapat dijadikan anggota

sampel (Irawan Soehartono 2011, 63). Snow ball

sampling dipilih karena peneliti menjadikan pekerja

sosial sebagai informan kunci dan pekerja sosial akan

merekomendasikan tiga klien LVC LAYAK yang dapat

memberikan informasi relevan.

Tabel 1. 1 Karakteristik Pemilihan Informan

8. Teknik Penulisan

Dalam teknik penulisan skripsi, peneliti

menggunakan Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Nomor 507 Tahun 2007 tentang Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

 

Page 32: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

17

9. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor Layanan Low

Vision Center LAYAK berlokasi di Jalan Nangka I,

Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Waktu penelitian

dilaksanakan pada bulan 2 Oktober 2017 hingga 20

Desember 2017.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini terdiri dari enam bab, yaitu.

BAB I Pendahuluan. Bagian ini terdiri dari latar belakang

masalah, batasan masalah, rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

metode penelitian, teknik penulisan dan

sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori. Bagian ini merupakan

pembahasan teori mengenai anak dengan low

vision, dan konsep generalist intervention model.

BAB III Gambaran Umum Lembaga. Bagian ini peneliti

menjelaskan tentang yayasan LAYAK mulai dari

sejarah, visi dan misi, tujuan lembaga, data

organisasi, struktur organisasi, dan program-

program lembaga.

BAB IV Hasil Temuan. Bagian ini berisi uraian penyajian

data dan temuan penelitian pada layanan Low

Vision Center LAYAK.

 

Page 33: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

18

BAB V Analisis Hasil Temuan. Bagian ini berisi uraian

yang mengaitkan latar belakang, teori, dan

rumusan teori.

BAB VI Kesimpulan, Implikasi, dan Saran. Bagian ini

berisi kesimpulan penelitian, keterkaitan penelitian

dengan praktik pekerjaan sosial di lapangan, dan

saran untuk lembaga.

 

Page 34: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

19

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

BAB ini akan memaparkan dua hal yang berkaitan dengan

penelitian, yaitu mengenai anak dengan low vision, dan konsep

Generalist Intervention Model. Adapun untuk konsep GIM,

skripsi ini menggunakan konsep GIM yang disusun oleh Karen

K, Kirst-Ashman dan Grafton H. Hull, Jr.

A. Anak dengan Low Vision

1. Definisi Low Vision

Dalam mendefinisikan low vision dapat dilihat dari

dua pendekatan yaitu pendekatan klinis dan fungsional.

Pendekatan klinis mengartikan low vision atas dasar tajam

penglihatan dan lapang pandang yang dimiliki

penyandang low vision. Sedangkan, pendekatan

fungsional mengartikan low vision atas dasar sisa

penglihatan yang masih dapat digunakan untuk

melakukan aktivitas sehari-hari seperti membaca,

menulis, mengenali objek, dan berjalan.

a. Definisi Klinis

Low vision adalah bentuk gangguan penglihatan

yang dapat membatasi aktivitas sehari-hari dan tidak

bisa diperbaiki dengan kacamata, lensa kontak, obat-

obatan, atau pembedahan (Jennifer Hissett 2008,

1032).

 

Page 35: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

20

Low vision adalah seseorang yang setelah melalui

penanganan yang optimal (pengobatan, operasi,

penggunaan kacamata dan lainnya) memiliki

ketajaman penglihatan antara6/18 sampai dengan

60/60, dan atau memiliki lapang pandang atau luas

penglihatan kurang dari 20 derajat dari titik fiksasi

meskipun memiliki ketajaman penglihatan yang

normal (Departemen Sosial Republik Indonesia 2009,

11).

Ketajaman penglihatan 6/18 artinya seseorang

dapat melihat suatu objek dengan baik pada jarak 6

meter, padahalobjek tersebut dapat dilihat oleh orang

normal pada jarak 18 meter. Sedangkan 6/60 artinya

seseorang dapat melihat suatu objek dengan baik pada

jarak 6 meter, padahal objek tersebut dapat dilihat

oleh orang normal pada pada jarak 60 meter.

Lapang pandang adalah luas bidang yang dapat

dilihat oleh mata dalam kondisi penglihatan terfokus

yang pada suatu titik fiksasi (tidak melirik). Lapang

pandang diukur untuk masing-masing mata secara

terpisah atau bergantian.

b. Definisi Fungsional

Low vision adalah seseorang yang memiliki

gangguan atau hambatan fungsi penglihatan tetapi

masih mempunyai sisa penglihatan yang dapat

digunakan untuk melakukan pekerjaan atau aktivitas

keseharian, termasuk membaca dan menulis walaupun

 

Page 36: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

21

harus menggunakan alat atau bantuan khusus. Alat

bantu khusus tersebut di antaranya adalah penggunaan

alat bantu optik dan atau non optik. Alat bantu optik

adalah peralatan yang berhubungan dengan lensa

misalnya kacamata, kaca pembesar, teleskop, hand

held magnifier, dan alat optik lainnya. Sedangkan alat

bantu non optik misalnya pemakaian buku yang

hurufnya dicetak berukuran besar, buku tulis bergaris

tebal, CCTV (alat bantu elektronik berguna untuk

memperbesar huruf dan fokus dapat disesuaikan),

papan baca, dan typoskop.

2. Klasifikasi

Menurut pendekatan klinis, secara garis besar low

vision dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok

yaitu.

a. Low vision ringan, seseorang memiliki tajam

penglihatan 6/18 sampai dengan 6/48.

b. Low vision berat, seseorang memiliki tajam

penglihatan 6/48 sampai dengan 6/60.

Menurut pendekatan fungsional, secara garis besar

low vision dapat diklasifikasikan ke dalam dua

kelompok:

a. Low vision ringan, yaitu seseorang yang sisa

penglihatannya masih dapat digunakan untuk

keperluan membaca dan menulis,walaupun

harus menggunakan alat atau bantuan khusus.

 

Page 37: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

22

b. Low vision berat, yaitu seseorang yang sisa

penglihatannya tidak dapat digunakan untuk

keperluan membaca dan menulis tetapi dapat

digunakan untuk keperluan lainnya seperti

kegiatan mobilitas, mengenali objek, dan

aktivitas keseharian lainnya (Departemen

Sosial Republik Indonesia 2009, 13).

3. Ciri-ciri Umum Low Vision

Ada beberapa ciri perilaku dari penyandang low

vision, yaitu.

a. Sulit melihat dalam jarak tertentu.

b. Kaca mata biasa sudah dapat lagi membantu

memperbaiki penglihatan.

c. Pada saaat melihat benda cenderung mendekati.

d. Kadang ada kelainan pada tampak fisik mata.

e. Kesulitan ketika berpindah dari ruangan terang ke

gelap atau sebaliknya.

f. Kesulitan mengidentifikasi warna.

g. Kesulitan untuk mengfokuskan penglihatan.

h. Kurang percaya diri dalam berjalan atau badan agak

condong ke depan dan menunduk.

i. Menabrak benda di depannya.

j. Menulis dan membaca dengan jarak yang sangat

dekat.

k. Hanya dapat membaca huruf yang berukuran besar.

l. Terlihat tidak menatap lurus ke depan.

 

Page 38: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

23

m. Memincingkan mata atau mengerutkan kening,

terutama di cahaya terang atau saat mencoba melihat

sesuatu.

n. Kecenderungan untuk menggunakan mata atau

penglihatannya dalam mengenali objek dan atau

dalam melakukan aktivitas.

o. Membaca atau mengenali objek dalam jarak dekat.

p. Berjalan tanpa tongkat tetapi sering mengalami

sandungan atau menabrak objek di depannya.

q. Bereaksi jika dihadapkan pada cahaya, misalnya

berpaling atau berusaha mencari sumber cahaya.

r. Cenderung lebih berekasi terhadap objek-objek yang

memiliki warna mencolok misalnya mencoba untuk

mengenalinya.

4. Penyebab Low Vision

Adapun beberapa penyakit yang mengakibatkan

low vision yaitu katarak, glaukoma, degenarasi macula,

retinopathy diabetika, retinitis pigmentosa, myopia

progressive, atropi nervus optikus, ambliopia, dan

kelainan congenital, seperti abulbi, glaukoma congenital,

leukoma kornea, anterior segment dysgen (Departemen

Sosial Republik Indonesia 2009, 48).

5. Permasalahan Low Vision

Secara umum permasalahan low vision ada dua

bagian yaitu permasalahan personal dan permasalahan

sosial (Departemen Sosial Republik Indonesia 2009, 15).

 

Page 39: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

24

a. Permasalahan personal

Permasalahan yang dialami secara internal oleh

penyandang low vision berkaitan dengan fisik,

perilaku, dan psikososial.

1) Memiliki keraguan terhadap kemampuan

dirinya.

2) Kurang percaya diri dalam melakukan aktivitas

sehari-hari.

3) Hambatan dalam mobilitas.

4) Kesulitan untuk membaca, menulis, dan juga

komunikasi melalui bahasa tubuh.

5) Kesulitan dalam persepsi dan tugas visual.

6) Keterbatasan dalam pengembangan karir baik

pendidikan maupun pekerjaan.

7) Hambatan dalam pengembangan konsep diri,

kepercayaan diri, harga diri, dan kemandirian.

8) Kekhawatiran akan penurunan kemampuan

penglihatan yang dapat menurun secara terus

menerus.

b. Permasalahan sosial

Permasalahan atau kendala yang muncul dari

lingkungan seperti keluarga, sekolah, lembaga sosial

maupun masyarakat secara umum. Masalah sosial

berkaitan dengan persepsi, sikap, perlakuan yang

kurang tepat.

1) Penyandang low vision dipandang sebagai

kelompok yang homogen, artinya semua

 

Page 40: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

25

penderita low vision dianggap memiliki sifat,

kebutuhan, dan kemampuan yang sama.

2) Penyandang low vision disamakan dengan

penyandang tuna netra. Sehingga mereka

dipaksakan membaca braille tanpa diberi pilihan

untuk membaca menggunakan huruf awas.

3) Perilaku masyarakat yang kurang menghargai,

menolak, dan malu akan keberadaan penyandang

low vision.

4) Perlakuan terlalu melindungi. Ketika lingkungan

berlebihan dalam memberi perhatian, maka

penyandang low vision cenderung menjadi

pribadi yang tidak mandiri dan selalu dibantu

orang lain.

5) Diskriminasi. Lingkungan tidak memberi

kesempatan yang sama kepada penyandang low

vision.

6) Belum pahamnya keluarga maupun masyarakat

tentang apa itu low vision dan bagaimana

penanganannya.

7) Sulitnya dalam mengakses bangunan atau fasilitas

umum yang kurang mengakodimir untuk

penyandang low vision.

6. Perkembangan anak dengan low vision

Seperti yang telah dipaparkan di atas mulai dari

definisi low vision, klasifikasi, ciri-ciri, penyebab, hingga

 

Page 41: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

26

permasalahan yang dihadapi penyandang low vision, itu

menunjukkan bahwa low vision benar-benar dapat

memberikan dampak signifikan pada kehidupan

seseorang. Terlebih jika penyandang low vision adalah

anak-anak, dimana mereka masih belajar banyak hal

seperti mengenal angka, huruf, warna, dan mengenali

wajah anggota keluarga atau temannya. Tentu itu akan

menghambat tumbuh kembang mereka. Sebaiknya,

apabila anak sudah terdeteksi menyandang low vision

segeralah melakukan proses pengobatan atau kunjungi

pusat rehabilitasi low vision. Hal itu dilakukan agar anak

tidak mengalami keterlambatan pengobatan yang dapat

menyebabkan penurunan penglihatan secara terus

menerus.

Warren menerangkan hubungan gangguan

penglihatan dengan perkembangan anak sebagai

berikut.

―When children have a specific sensory disability

such as visual impairment, they may have more

difficulties exploring and understanding the

(visual) world around them and may, therefore, be

at greater risk of developmental delays.‖

(Ferreira Viviana dan Cristina P. Albuquerque

2017, 1).

―Ketika anak memiliki kecacatan sensorik tertentu

seperti gangguan penglihatan, maka mereka

mungkin lebih banyak menghadapi kesulitan

dalam mengeksplorasi dan memahami dunia

secara visual di lingkungan sekitar mereka.‖

 

Page 42: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

27

Oleh karena itu, sangat penting untuk menilai

perkembangan anak dengan low vision, dimana penilaian

tersebut merupakan langkah penting untuk melakukan

rencana rehabilitasi atau intervensi yang bertujuan untuk

mengetahui kekuatan dan kesulitan mereka. Gangguan

penglihatan juga membatasi pengalaman hidup anak,

kecepatan kerja, pengembangan dan orientasi motorik,

dan menghambat dalam melakukan mata pelajaran

praktik. Gangguan tersebut dapat mempengaruhi

perkembangan anak secara sosial dan emosional.

Di negara berkembang seperti Indonesia, sistem

pemberian informasi dan pendeteksian low vision

kurang baik yang menyebabkan fasilitas perawatan tidak

tersedia, maka dari itu identifikasi terhadap low vision

bukan prioritas. Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan

kesehatan dan kurangnya program screening penglihatan

bagi anak yang bersekolah juga menjadi alasan isu low

vision masih awam di masyarakat. Bahkan, anak yang

memiliki masalah penglihatan dan bersekolah di sekolah

khusus tidak melewati tahap pemeriksaan medis terlebih

dahulu, mereka belajar langsung menggunakan braille.

Padahal, ada kemungkinan mereka tidak buta total, namun

tidak mendapat kesempatan atau dorongan untuk

menggunakan sisa penglihatan mereka (World Health

Organization 1997, 2).

 

Page 43: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

28

B. Generalist Intervention Model

Pembahasan mengenai generalist intervention

model dalam penelitian ini merujuk pada tulisan Karen

K. Kirst—Ashman dan Grafton H. Hull, Jr. yang akan

dijelaskan sebagai berikut.

1. Pengertian Generalist Intervention Model

Dalam bukunya yang berjudul Understanding

Generalist Practice edisi kedua, Karen K. Kirst—Ashman

menjelaskan Generalist Intervention Model sebagai

berikut.

―The definition of generalist practice provide the

foundation for the Generalist Intervention Model

(GIM). GIM is a practice model providing step-

by-step direction concerning how to undertake the

planned change process, which is generally

directed at addressing problems.‖

―Definisi praktik generalis memberikan landasan

bagi Model Intervensi Generalis (GIM). GIM

adalah model praktik yang memberikan arahan

langkah demi langkah mengenasi bagaimana

melakukan proses perubahan yang direncanakan,

yang umumnya diarahkan untuk mengatasi

masalah.‖

 

Page 44: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

29

Tabel 2. 1 Definisi Praktik Generalis

Generalist intervention model (GIM) memiliki

tiga fitur utama yaitu pertama, bahwa seorang pekerja

sosial memiliki pengetahuan luas, berbagai keterampilan,

dan basis nilai profesional. Kedua, GIM memiliki proses

tujuh langkah perubahan terencana yang menekankan

penilaian terhadap kekuatan klien. Langkah-langkahnya

adalah engagement (keterlibatan), assessment (penilaian),

planning (perencanaan), implementation (pelaksanaan),

evaluation (evaluasi), termination ( penghentian), dan

follow-up (tindak lanjut). Sedangkan yang ketiga adalah

pendekatan generalisnya, bahwa hampir semua masalah

 

Page 45: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

30

dapat dianalisis dan ditangani dari berbagai tingkat

intervensi. GIM tidak hanya ditujukan pada individu saja

tetapi juga kelompok, organisasi, dan bahkan kebijakan

sosial. Dengan kata lain, model tersebut melibatkan

sistem mikro, meso, dan makro sebagai target perubahan

(Karen K. Kirst-Ashman dan Grafton H. Hull, Jr 1999,

31–32).

Dengan demikian, penelitian ini berfokus pada

penerapan proses perubahan terencana (following a

planned change process) dengan target sistem mikro.

2. Tahapan Perubahan Terencana dalam Praktik Generalis

Berikut adalah tabel dari tahapan perubahan

terencana dalam Generalist Intervention Model.

 

Page 46: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

31

Tabel 2. 2 Tahapan Perubahan Generalist

Intervention Model

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa tiga dasar

utama yang harus dimiliki pekerja sosial dalam intervensi

adalah pengetahuan, keterampilan, dan nilai. Pertama,

dalam berpraktik maka pekerja sosial harus memiliki

pengetahuan luas salah satunya basis pengetahuan

eklektik seperti bidang praktik, teori sistem, perspektif

ekologi, konten kurikulum (kebijakan sosial,

keterampilan dalam praktik, penelitian, perbedaan pada

manusia, keadilan sosial dan ekonomi, kelompok rentan,

lapangan praktik, nilai dan etik). Pengetahuan eklektik

 

Page 47: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

32

merupakan dimensi utama dalam praktik generalis,

eklektik sendiri berarti memilih yang terbaik dari

berbagai metode atau sumber maka diharapkan pekerja

sosial dapat membantu klien dalam memecahkan

masalah dengan memilih langkah terbaik.

Kedua, dalam berpraktik pekerja sosial harus

memiliki berbagai keterampilan. Pekerja sosial

menerapkan keterampilan dalam berbagai ukuran yaitu

keterampilan secara umum (mempersiapkan intervensi,

cara berkomunikasi, analisis situasi masalah, membuat

kontrak, mengansumsikan beragam peran, menstabilkan,

mengevaluasi efektivitas intervensi), keterampilan level

mikro (keterampilan interpersonal dasar, cara

berkomunikasi yang baik, keterampilan membangun

hubungan), keterampilan level meso (memahami

bagaimana menyusun peraturan dan harapan dalam

kelompok, penciptaan interaksi terpimpin,

mendistribusikan kekuatan dalam kelompok), dan

keterampilan level makro (menginisiasi aksi,

menegosiasikan solusi, mengadvokasi atas nama klien,

membantu kelompok mengambil keputusan, mediasi,

menyediakan konsultasi bagi yang membutuhkan

informasi).

Ketiga, pekerja sosial juga memiliki nilai dan etik

dalam berpraktik. Pekerja sosial memiliki kode etik

tertentu yang didasarkan pada nilai-nilai profesional.

Nilai pekerja sosial berfokus pada komitmen terhadap

 

Page 48: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

33

kesejahteraan manusia, keadilan sosial, dan martabat

individu. Etik sendiri melibatkan prinsip yang

menentukan apa yang baik dan yang buruk dan juga

menjelaskan apa yang harus dilakukan dan tidak boleh

dilakukan. Kode etik memiliki enam aspek tanggung

jawab profesional yaitu kepada klien, kolega, pengaturan

praktik, sebagai profesional, ke profesi, dan masyarakat.

3. Tahapan Generalist Intervention Model

Berikut adalah pembahasan mengenai langkah dari

masing-masing tahapan generalist intervention model.

a. Keterlibatan (engagement)

Keterlibatan (engagement) merupakan tahap

pertama pada proses perubahan terencana, yang

berfokus pada penetapan suatu hubungan profesional

antara pekerja sosial dan klien, juga menjadi titik

dimana pekerja sosial dan klien pertama kali bertemu

dan mulai mengidentifikasi kebutuhan klien (Karen K.

Kirst-Ashman dan Grafton H. Hull, Jr 1999, 163–66).

 

Page 49: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

34

Tabel 2. 3 Langkah-langkah Keterlibatan

Dari tabel di atas diketahui bahwa keterlibatan

memiliki tujuh langkah yaitu menyambut klien,

memperlihatkan keterampilan, mendiskusikan pelayanan

agensi dan harapan klien, memutuskan apakah agensi dan

pekerja sosial dapat membantu, menawarkan layanan

kepada klien, berorientasi membangun hubungan, dan

melengkapi dokumen yang dibutuhkan. Berikut adalah

penjelasan dari masing-masing langkah.

1) Menyambut klien untuk mendorong mereka agar

mau berbicara dengan pekerja sosial

Menyambut klien merupakan langkah yang

relatif mudah untuk dilakukan. Pekerja sosial bisa

memulai diskusi dengan cara memperkenalkan

diri, menanyakan nama klien, menawarkan diri

untuk membantu, dan menanyakan alasan apa

yang membuat klien datang ke pekerja sosial. Hal

 

Page 50: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

35

tersebut dilakukan agar mendorong klien untuk

berbicara dengan pekerja sosial.

2) Memperlihatkan keterampilan yang efektif dalam

mengkomunikasikan bahwa pekerja sosial tertarik

pada situasi klien

Keterampilan pekerja sosial dalam

memperhatikan klien memungkinkan untuk

memahami secara tepat apa yang klien ucapkan

baik verbal maupun nonverbal. Pekerja sosial bisa

melakukan kontak mata, posisi tubuh bersandar ke

depan menandakan ketertarikan, mengangguk atau

sebaliknya yang membuat klien tetap melanjutkan

ceritanya.

3) Mendiskusikan pelayanan agensi dan harapan

klien

Pekerja sosial menggambarkan dengat

tepat layanan yang ditawarkan agensi, biaya yang

diperlukan, dan lamanya waktu pemberian

layanan.

4) Memutuskan apakah agensi dan pekerja sosial

dapat membantu

Pekerja sosial bertanggung jawab dalam

menyampaikan sifat dan tingkat dari bantuan yang

ada. Klien diberitahu mengenai layanan dari

agensi dan mereka bisa memilih.

 

Page 51: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

36

5) Menawarkan pelayanan agensi dan pekerja sosial

kepada klien

Setelah klien mengetahui informasi

mengenai layanan yang ada, pekerja sosial

menawarkan layanan yang akan diberikan maka

klien harus memutuskan apakah hubungan dengan

pekerja sosial dan agensi akan berlanjut atau tidak.

6) Berorientasi pada klien untuk membangun

hubungan

Tujuan dari membangun hubungan

profesional adalah untuk mengeksplorasi,

menemukan, atau membangun sumber daya

lainnya yang berguna membantu klien dalam

penyelesaian masalah.

7) Melengkapi dokumen yang dibutuhkan

Pekerja sosial melengkapi dokumen yang

dibutuhkan untuk keperluan pemenuhan lembar

kerja yang dimiliki agensi. Dokumen seperti

lembar asuransi, lembar informasi, dan dokumen

lainnya yang diperlukan untuk layanan.

b. Penilaian (assessment)

Tahap asesmen adalah ketika pekerja sosial

dan klien meninjau informasi yang dimiliki oleh klien

untuk mengembangkan strategi untuk intervensi. Dari

asesmen akan diperoleh pemahaman tentang masalah

atau isu, apa penyebabnya, dan apa yang perlu diubah

 

Page 52: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

37

untuk meminimalkan dan menyelesaikan masalah

(Karen K. Kirst-Ashman dan Grafton H. Hull, Jr 1999,

167).

Tabel 2. 4 Langkah Penilaian

Dari tabel di atas, diketahui bahwa tahap asesmen

memiliki empat langkah yaitu mengidentifikasi klien,

asesmen situasi klien dari beberapa perspektif, mengutip

informasi tentang masalah klien dan kebutuhannya, dan

mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki klien. Berikut

adalah penjelasan dari masing-masing langkah.

1) Identifikasi klien

Langkah pertama dalam asesmen adalah

menentukan siapa klien dari pekerja sosial.

Mengidentifikasi klien adalah proses pengenalan

terhadap klien, tidak hanya berlaku pada klien

yang tercatat pada daftar, tetapi juga melihat

 

Page 53: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

38

lingkungan sekitar klien. Lingkungan sekitar yang

dimaksud seperti keluarga, kelompok, organisasi

atau komunitas. Karena bisa jadi lingkungan

sekitar tersebut memberi pengaruh terhadap

masalah yang dihadapi klien.

2) Asesmen situasi klien dari beberapa perspektif

Setelah mengidentifikasi klien, selanjutnya

proses pengumpulan informasi. Pengumpulan

informasi bertujuan untuk mengetahui apa yang

akan dilakukan pekerja sosial terhadap masalah

klien.

Informasi yang dibutuhkan dibagi dalam

empat aspek yaitu mikro, meso, makro, dan aspek

perbedaan.

a) Aspek Mikro

Terkadang masalah pada individu

disebabkan dari tekanan lingkungan

terdekat. Lingkup terkecil dalam lingkaran

klien adalah keluarga, maka pekerja sosial

dapat memulai asesmen mulai dari

mengeksplorasi keluarga klien.

b) Aspek Meso

Selain keluarga, pekerja sosial juga

mencari informasi klien dalam lingkup

bertetangga, berteman maupun

bermasyarakat. Hal tersebut dikarenakan

dalam pemberian intervensi, lingkungan

 

Page 54: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

39

sosial memiliki peran dalam upaya

penyembuhan individu yang mengalami

masalah keberfungsian sosial.

c) Aspek Makro

Dalam aspek ini, pekerja sosial

menghubungkan layanan atau sumber daya

yang tersedia untuk mengatasi masalah

yang dihadapi klien. Hal ini dilakukan agar

klien mendapatkan layanan sumber daya

yang sesuai kebutuhannya.

d) Aspek Perbedaan

Dalam berhadapan dengan klien,

pekerja sosial pasti menemukan adanya

perbedaan. Mulai dari perbedaan suku,

etnik, umur, agama, geografi, nilai, budaya,

orientasi, kesehatan psikis dan mental, dan

banyak karakteristik perbedaan lainnya.

Untuk berhadapan dengan itu semua,

pekerja sosial tentunya perlu belajar dan

mengevaluasi sikap, jangan sampai

perbedaan yang ada menjadikan pekerja

sosial berlaku sesuai stereotip, prasangka,

diskriminasi, atau penindasan.

3) Mengutip informasi tentang masalah klien dan

kebutuhannya

Mengutip informasi adalah proses

pengumpulan informasi dari klien yang dianggap

 

Page 55: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

40

penting oleh pekerja sosial. Dengan kata lain, hasil

pengutipan tersebut sudah menggambarkan

masalah dan kebutuhan klien.

4) Identifikasi kekuatan klien

Klien terkadang tidak menyadari bahwa

sebenarnya mereka memiliki kekuatan untuk

keluar dari masalah. Maka dari itu, pekerja sosial

bersama klien mengeksplorasi untuk

mengidentifikasi dan menguraikan kekuatan yang

klien miliki. Adapun area potensial dari kekuatan

klien, yaitu.

a) Keluarga dan teman.

b) Pendidikan dan latar belakang pekerjaan.

c) Pemecahan masalah dan kemampuan

membuat keputusan.

d) Sifat dan karakteristik.

e) Fisik dan sumber keuangan.

f) Sikap dan pandangan.

g) Keanekaragaman kekuatan lainnya.

c. Perencanaan (planning)

Tahap ketiga adalah perencanaan. Perencanaan

dibuat berdasarkan asesmen yang telah dilakukan

sebelumnya yang berfungsi untuk memandu pekerja

sosial memberikan intervensi (Karen K. Kirst-Ashman

dan Grafton H. Hull, Jr 1999, 215).

 

Page 56: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

41

Tabel 2. 5 Langkah Perencanaan

Dari tabel di atas, diketahui bahwa

perencanaan memiliki tujuh langkah yaitu bekerja

dengan klien, memprioritaskan masalah,

menerjemahkan masalah menjadi kebutuhan,

mengevaluasi tahap intervensi, menentukan target,

spesifikasi tujuan, dan meresmikan kontrak. Berikut

adalah penjelasan dari masing-masing langkah.

 

Page 57: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

42

1) Bekerja dengan klien

Pekerja sosial harus melibatkan klien

dalam membuat perencanaan, baik mendefinisikan

masalah maupun pengembangan rencana

selanjutnya agar mereka termotivasi dalam

pemecahan masalah.

2) Memprioritaskan masalah

Memprioritaskan masalah adalah proses

pemilahan masalah dari masalah untuk

menentukan masalah mana yang lebih dulu

diselesaikan. Untuk melakukan hal tersebut

langkah pertama adalah klien harus menyadari

adanya masalah. Kedua, pekerja sosial dan klien

mendefinisikan masalah secara jelas dan dapat

dimengerti. Terakhir, melihat masalah secara

realistis apakah pekerja sosial dan klien benar-

benar dapat melakukan sesuatu untuk masalah

tersebut.

3) Menerjemahkan masalah menjadi kebutuhan

Kemampuan pekerja sosial untuk

mengetahui kebutuhan klien dengan cara

mengenali masalah yang dihadapi klien.

4) Evaluasi tahapan intervensi— memilih strategi

Pekerja sosial dapat mengembangkan

strategi dengan melakukan hal berikut.

 

Page 58: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

43

a) Fokus pada kebutuhan yang telah dipilih

bersama klien, mana yang akan

dikerjakan terlebih dahulu.

b) Mengkaji kembali kebutuhan dan

pertimbangkan untuk mengidentifikasi

alternatif di level mikro, meso, makro

untuk mencapai solusi.

c) Menekankan pada kekuatan klien saat

membangun strategi.

d) Mengevaluasi pro dan konra di tiap

strategi yang telah pertimbangkan

bersama klien.

e) Pilihlah strategi yang terlihat paling

efisien dan efektif.

5) Menentukan target

Adapun lima dasar tujuan dari ―penetapan

target‖:

a) Menetapkan target menjamin bahwa

pekerja sosial dan klien sepakat atas apa

yang ingin dicapai.

b) Target memberikan arahan dan

keberlanjutan dalam proses pertolongan

dan mencegah penelusuran yang tidak

perlu.

c) Target membantu dalam identifikasi

rumusan dan evaluasi strategi yang

relevan untuk melanjutkan intervensi.

 

Page 59: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

44

d) Membantu pekerja sosial mengamati dan

menilai kemajuan yang dicapai dalam

intervensi.

e) Berfungsi sebagai kriteria hasil dalam

mengevaluasi efektivitas intervensi.

6) Spesifikasi tujuan

Untuk mengidentifikasi sejauh mana target

tercapai sepertinya sulit dilakukan karena target

cakupannya begitu luas, maka dari itu, pekerja

sosial dan klien harus tahu apa yang perlu

dilakukan guna mencapai target. Untuk mencapai

target tersebut, maka pekerja sosial dan klien harus

membuat spesifikasi tujuan. Dengan kata lain,

pekerja sosial memberitahukan siapa yang

melakukan, apa yang dilakukan, kapan dan

bagaimana melakukannya kepada klien.

7) Meresmikan kontrak

Kontrak adalah kesepakatan antara klien

dan pekerja sosial tentang apa yang akan terjadi

dalam proses intervensi. Dalam praktik mikro,

kontrak merangkum tanggung jawab spesifik

klien, pekerja sosial, agensi, dan pihak terkait

lainnya.

d. Pelaksanaan (implementation)

Tahap pelaksanaan adalah langkah nyata dari

perencanaan. Klien dan pekerja sosial mengikuti

 

Page 60: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

45

rencana yang telah mereka buat sebelumnya. Setiap

kemajuan yang dilakukan klien harus terus dipantau

dan dinilai. Selama pelaksanaan perencanaan ada

kemungkinan munculnya isu baru, situasi, dan kondisi

tertentu yang membuat adanya perubahan rencana.

Tabel 2. 6 Langkah Pelaksanaan

Dari tabel di atas, diketahui bahwa

pelaksanaan memiliki empat langkah yaitu mengikuti

rencana kerja, memantau kemajuan, merevisi rencana,

dan menjalani seluruh rencana. Berikut adalah

penjelasan dari masing-masing langkah.

 

Page 61: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

46

1) Mengikuti rencana

Pekerja sosial dan klien mengikuti

perencanaan yang telah mereka buat

sebelumnya.

2) Memantau kemajuan

Pekerja sosial memantau atau mengecek

setiap kemajuan yang dicapai klien ketika

intervensi berlangsung.

3) Merevisi rencana

Pekerja sosial dapat merevisi

perencanaan sesuai kebutuhan apabila ada

hambatan.

4) Menjalani seluruh rencana

Pekerja sosial dan klien menjalani

seluruh perencanaan agar target intervensi dapat

tercapai.

e. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi adalah proses penilaian terhadap

suatu usaha. Evaluasi juga menentukan apakah usaha

perubahan yang telah diberikan itu bermanfaat.

Pekerja sosial betanggung jawab dan membuktikan

bahwa intervensi yang dilakukan efektif. Tiap tujuan

dievaluasi berkenaan dengan besarnya pencapaian.

Kemudian, keputusan dibuat apakah sebaiknya kasus

diterminasi atau mengulang asesmen untuk

 

Page 62: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

47

menetapkan target baru (Karen K. Kirst-Ashman dan

Grafton H. Hull, Jr 1999, 296).

Tabel 2. 7 Langkah Evaluasi

Dalam GIM diketahui ada beberapa desain

evaluasi untuk praktik langsung, di antaranya yang

paling umum adalah single-subject designs, goal-

attainment scaling, task-achievement scaling, dan

client satification questionnaries. Berikut pengertian

dari masing-masing desain evaluasi (Karen K. Kirst-

Ashman dan Grafton H. Hull, Jr 1999, 308–15).

 

Page 63: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

48

1) Single-Subject Designs

Single-subject designs atau desain subjek

tunggal adalah metode evaluasi yang bertujuan

untuk menentukan apakah suatu intervensi

berhasil atau tidak. Dilihat dari namanya yaitu

single-subject menandakan bahwa desain evaluasi

ini sering digunakan untuk satu kasus atau klien.

Pada dasarnya, desain subjek tunggal

membandingkan keadaan klien dari sebelum

dengan sesudah diberi intervensi.

2) Goal-Attainment Scaling

Desain evaluasi goal-attainment scaling

atau skala pencapaian target merupakan metode

yang menjadikan pentingnya pencapaian target

sebagai kriteria hasil utama. Klien bisa saja

memiliki beragam target dimana satu sama lain

terhubung, padahal diketahui bahwa pencapaian

target tidak mudah diukur. Namun, dengan goal-

attainment scaling bermacam langkah untuk

mencapai target dapat terukur. Sekalipun klien

tidak mencapai target utama, kemungkinan klien

akan terus membuat peningkatan terhadap

penilaian pada diri sendiri dan menjadi mandiri.

Pekerja sosial dapat membuat goal-attainment

scaling seperti sistem poin mengenai

kemungkinan hasil yang didapat dan bentuk grafik

 

Page 64: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

49

mulai dari hasil terburuk (target tidak tercapai)

hingga hasil terbaik (target tercapai).

3) Task-Achievement Scaling

Task-achievement scaling atau skala

pencapaian tugas adalah metode untuk

mengevaluasi sejauh mana serangkaian tugas yang

diidentifikasi telah selesai. Model ini terutama

digunakan pada situasi dimana kontak pekerja dan

klien terbatas seperti tugas perantara, advokasi,

dan koordinasi layanan. Dengan demikian, task-

achievement scaling lebih berfokus pada hasil,

bukan usaha.

4) Client Satification Questionnaries

Client satification questionnaries atau

kuesioner kepuasan klien dapat dilakukan pada

satu kasus, sekelompok klien yang dilayani oleh

pekerja sosial yang sama, atau semua klien yang

dilayani oleh agensi.

f. Penghentian (termination)

Terminasi adalah akhir dari hubungan

profesional antara pekerja sosial dan klien. Terminasi

dilakukan oleh pekerja sosial baik bekerja dengan

individu, keluarga, kelompok, komunitas atau

organisasi. Terminasi harus berdasarkan pada bukti

bahwa target dan tujuan telah tercapai. Adapun tugas

dari terminasi yaitu.

 

Page 65: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

50

1) Memutuskan kapan hubungan profesional pekerja

sosial dan klien berakhir.

2) Mengevaluasi pencapaian tujuan.

3) Mempertahankan dan melanjutkan kemajuan.

4) Mengatasi reaksi emosional pekerja sosial—klien.

5) Membuat arahan yang tepat.

Terminasi ada yang direncanakan dan tidak

direncanakan. Terminasi terencana dapat

memudahkan dalam memprediksi kapan hubungan

pekerja sosial dan klien berakhir. Memprediksi waktu

terminasi merupakan bagian penting dari hubungan

pertolongan profesional. Terminasi tidak terencana

juga bisa terjadi, alasannya karena tidak ada ada

kemajuan dari rencana yang telah dibuat atau

dikarenakan masalah tidak membaik (Karen K. Kirst-

Ashman dan Grafton H. Hull, Jr 1999, 327).

g. Tindak Lanjut (follow-up)

Tindak lanjut adalah perolehan informasi

tentang keberfungsian klien terkait dengan tujuan

intervensi (Karen K. Kirst-Ashman dan Grafton H.

Hull, Jr 1999, 336). Hal tersebut dilakukan setelah

intervensi yang diberikan oleh agensi telah dihentikan

atau terminasi. Tindak lanjut dapat membantu dalam

penentuan apakah intervensi yang diberikan berhasil

atau tidak seperti.

 

Page 66: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

51

1) Klien masih dalam keadaan yang sama

artinya tidak ada perubahan signifikan

seperti saat terminasi.

2) Klien menunjukkan peningkatan semenjak

terminasi.

3) Klien mengalami kemunduran secara

bertahap.

4) Tidak hanya bertahap, klien menunjukkan

kemunduran secara total.

Adapun rintangan dalam melakukan follow-

up tiap klien yaitu banyaknya beban kerja yang

ditanggung pekerja sosial. Untuk mengatasi

rintangan tersebut, pekerja sosial dapat memilih

secara acak kasus yang terakhir ditangani atau

memilih klien yang memiliki kasus risiko tinggi

dengan kemungkinan akan bermasalah kembali.

Selain beban kerja, rintangan pelaksanaan follow-

up adalah tidak adanya kebijakan lembaga yang

mendukung aktivitas ini dan keengganan dari

pekerja sosial itu sendiri.

 

Page 67: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

52

BAB III

GAMBARAN UMUM LEMBAGA

BAB ini berisikan infromasi seputar profil Yayasan

LAYAK mulai dari sejarah, program utama, program yang

terlaksana, jaringan dan kerja sama hingga program low vision.

A. Profil Lembaga

1. Sejarah Berdirinya Yayasan Pelayanan Anak dan

Keluarga

Yayasan Pelayanan Anak dan Keluarga

disingkat menjadi LAYAK merupakan yayasan yang

bergerak dalam bidang pelayanan anak dan keluarga

bertujuan untuk membantu mereka dalam

menghadapi masalah sosial. LAYAK didirikan

berdasarkan atas keinginan beberapa orang yang

berlatar belakang pendidikan pekserja sosial,

keinginan mereka untuk membentuk suatu lembaga

sosial yang memiliki warna tersendiri dalam

memberi layanan.

Pada tahun 2001, LAYAK dirintis oleh

pekerja sosial yang cukup lama terjun dalam bidang

pemecahan masalah sosial dan pemberdayaan

masyarakat, seperti HIV/AIDS, kesehatan

reproduksi, anak yang dilacurkan, low vision, anak

jalanan, kesejahteraan anak, dan pendidikan keluarga

dll. Awalnya kegiatan LAYAK dilakukan secara

 

Page 68: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

53

sukarela, namun seiring berkembangnya kegiatan

dalam melayani masyarakat sesuai kebutuhan

mereka, maka LAYAK memerlukan tenaga penuh

waktu untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan

tersebut. Oleh karena itu, pada tahun 2003 LAYAK

diaktenotariskan sebagai sebuah lembaga formal dan

mulai mempekerjakan dua orang tenaga penuh

waktu. Saat ini yayasan LAYAK telah didukung oleh

orang-orang yang datang dari berbagai disiplin ilmu,

namun ciri khas dalam memberikan pelayanan tetap

mempertahankan pendekatan, metode-metode dan

teknik-teknik dari pekerjaan

sosial.

Gambar 3. 1 Tampak depan LVC

LAYAK

 

Page 69: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

54

2. Visi dan Misi

Visi dari yayasan LAYAK adalah

terwujudnya anak dan keluarga yang berdaya.

Berdaya dalam arti mampu mengenali dan

memecahkan masalah secara mandiri di bidang

kesehatan, ekonomi, pendidikan, dan sosial.

―Supaya mereka klien-klien kita itu berdaya

sendiri dan juga keluarga pun yang merasa

anak itu (kasus anak low vision) tadinya

masalah buat mereka, akhirnya mereka tahu

apa yang harus mereka lakukan.‖(Lucia

Rusmiyati 2017a)

Sedangkan misi dari LAYAK adalah

memberdayakan anak dan keluarga melalui

penjangkauan dan pendampingan, layanan

manajemen kasus, mitigasi dampak, pendidikan dan

pelatihan, konseling dan advokasi dengan metode,

nilai dan prinsip-prinsip pekerjaan sosial, dan juga

mengupayakan kemandirian organisasi untuk

keberlanjutan pelayanan.

3. Tujuan

Yayasan LAYAK berdiri didasarkan beberapa

tujuan, yaitu.

a. Turut serta membantu pemerintah dan masyarakat

dengan jalan berpartisipasi aktif dalam bidang

pendidikan formal maupun non formal, umum,

maupun kejuruan, pengajaran dan kebudayaan

dalam arti kata seluas-luasnya.

 

Page 70: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

55

b. Membantu dalam pemecahan permasalahan

sosial dari berbagai kalangan masyarakat

terutama masyarakat menengah ke bawah.

c. Membantu meningkatkan peran dan fungsi sosial

anak dan keluarga khususnya dalam menghadapi

masalah dengan pendekatan pekerja sosial

profesional.

4. Data Organisasi

Yayasan LAYAK telah terdaftar dalam akta

notaris Soekadirman, SH. nomor 3 pada tanggal 8

April 2003 dan nomor 26 pada tanggal 28 Juli 2005,

kemudian diperbaharui dengan akta notaris

Zetsplayer Tarigan, SH. nomor 24 pada tanggal 19

Desember 2014.

5. Struktur Organisasi

Dalam suatu organisasi pasti memiliki anggota

kepengurusan, dimana para anggota berinteraksi

pada kegiatan yang diperlukan untuk mencapai

tujuan. Berikut susunan kepengurusan yayasan

LAYAK.

Direktur Eksekutif : Dra. Evie Tarigan

Sekretaris : Ribka Pittaria M.Si

Manajer Keuangan : Erna Indiaswari

HRD : Sumarni Surbakti. MBA

 

Page 71: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

56

Direktur Pelayanan : Lucia Rusmiyati S.Sos

Direktur Program : Dra. Frida Girsang

Direktur Litbang : Yeremias Wutun M.Si

Perwakilan Berastagi : Rosmeda Sihotang S.Sos

6. Alamat Lembaga

Yayasan LAYAK memiliki tiga kantor yang

masing-masing beroperasi di Jakarta, Depok, dan

Sumatra Utara. Kantor sekretariat beralamatkan di

Jalan Nangka I, Tanjung Barat, Jakarta Selatan,

kantor operasional beralamatkan di Jalan Citayam

Raya III Gg. Texas, Pancoran Mas, Depok, dan

kantor perwakilan di Jalan Kejora No.1 Berastagi,

Tanah Karo, Sumatera Utara.

B. Program Utama

Yayasan LAYAK memiliki beberapa program

utama mulai dari pelayanan sosial, penelitian dan

pengembangan, serta advokasi dan jaringan. Berikut

rangkaian program utama yayasan LAYAK.

1. Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial mencakup program

pertolongan dan perlindungan kepada mereka yang

membutuhkan. Berikut pelayanan sosial yang

diberikan oleh yayasan LAYAK.

 

Page 72: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

57

a. Pendidikan masyarakat atau penyuluhan.

b. Layanan manajemen kasus.

c. Pusat layanan dan informasi HIV/AIDS,

infeksi menular seksual (IMS), narkotika

psikotropika dan zat adiktif (NAPZA),

gender, dan perlindungan anak.

d. Dukungan nutrisi untuk peningkatan gizi

anak.

e. Konsultasi tentang anak dan keluarga.

f. Layanan home based care (HBC).

2. Penelitian dan Pengembangan

Penelitian dan pengembangan bertujuan untuk

mengembangkan suatu program baru atau

menyempurnakan program yang telah ada. Adapun

kegiatan dalam program ini sebagai berikut.

a. Pelatihan manajemen kasus.

b. Pelatihan pemberdayaan masyarakat.

c. Annual survey dan penelitian singkat.

3. Advokasi dan Jaringan

Advokasi dan jaringan salah satu bentuk

komunikasi persuasif yang bertujuan untuk

mempengaruhi pemangku kepentingan dalam

pengambilan kebijakan. Berikut bentuk advokasi dan

jaringan yang dilakukan yayasan LAYAK.

 

Page 73: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

58

a. Anggota forum lembaga swadaya

masyarakat (LSM) Peduli AIDS

Jabodetabek.

b. Tim pelatih nasional manajer kasus.

c. Bekerja sama dengan lembaga pemerintah

dan non pemerintah.

d. Anggota forum komunikasi Taman Balita

Sejahtera.

C. Program yang Terlaksana

Seiring berjalannya waktu sejumlah program telah

dicapai oleh yayasan LAYAK. Adapun program-program

yang terlaksana yaitu.

1. Program Case Management HIV dan AIDS

kerjasama dengan Family Health International (FHI)

a. Bekerjasama dengan FHI, Departemen Sosial

dan Departemen Kesehatan menyusun dan

mengembangkan modul pelatihan manajemen

kasus HIV dan AIDS dengan mencakupkan

materi yang terkait perempuan.

b. Pelatihan National Care Support and Treatment

bagi 225 rumah sakit rujukan ARV

(antiretroviral) bekerja sama dengan

Departemen Kesehatan.

c. Meningkatkan kapasitas manajer kasus yang

melayani Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)

 

Page 74: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

59

melalui pelatihan manajemen kasus HIV dan

AIDS lebih dari 1000 manajer kasus

yangsudah dilatih di 23 provinsi di Indonesia.

d. Pemberian layanan manajemen kasus bagi

ODHA dalam upaya meningkatkan kualitas

hidup ODHA. Bekerjasama dengan 8 rumah

sakit rujukan obat ARV bagi ODHA, 12

puskesmas, lapas di DKI Jakarta. Sejak April

2005-Desember 2012 melayani 1958 ODHA.

e. Memberikan konseling dan edukasi tentang

realitas HIV dan AIDS bagi ODHA dan

keluarga, meliputi kesehatan reproduksi,

kepatuhan berobat, home based care,

disclosure, pencegahan penularan dari ibu ke

anak dan sebagainya.

f. Membentuk dan menyelenggarakan

pertemuan koordinasi tim home base bagi

pelayanan kesehatan dengan mengikutsertakan

tim kesehatan puskesmas dan rumah sakit

setempat di DKI Jakarta.

g. Mengikutsertakan pekerja sosial masyarakat

(PSM) bekerjasama dengan puskesmas dalam

mensosialisasikan PMTCT bagi masyarakat

setempat dalam rangka penanggulangan

penularan HIV dan AIDS dari ibu dan anak.

 

Page 75: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

60

2. Program reintegrasi korban trafficking bekerjasama

dengan International Organization for Migration

(IOM) tahun 2006-2007

Program pendampingan korban trafficking

dalam upaya reintegrasi klien ke keluarga, konseling

dan edukasi terkait HIV dan AIDS, merujuk ke

layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT)

dan layanan manajemen kasus bagi yang terinfeksi

HIV.

3. Program penjangkauan dan pendampingan populasi

kunci bekerjasama dengan GFATM—program

(Global Fund Aids Tuberkolosis dan Malaria) tahun

2009 – 2015

a. Penjangkauan populasi kunci untuk

menurunkan angka kesakitan dan kematian

karena infeksi HIV di DKI Jakarta dan

memperkuat komunitas serta sistem

kesehatan untuk perbaikan kinerjanya.

b. Pendampingan Orang dengan HIV-AIDS

(ODHA). Memberikan edukasi dan dukungan

biopsikososial bagi ODHA dan keluarga

terkait informasi HIV, kepatihan pengobatan,

akses layanan kesehatan, perawatan ODHA

di rumah menuju kepada kemandirian ODHA

dan keluarga.

c. Community organizer: Pemberdayaan

masyarakat di wilayah Jakarta Pusat.

 

Page 76: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

61

Penguatan dan pelibatan kader masyarakat

dalam program penanggulangan HIV dan

AIDS dengan memberdayakan kader sebagai

penyuluh dan pendamping ODHA sebagai

upaya mengurangi stigma dan diskriminasi

masyarakat terhadap ODHA dan

keluarganya.

4. Program intervensi komprehensif dan terpadu bagi

Penasun (Pengguna Napza Suntik) di wilayah Jakarta

Pusat dan Selatan – Dukungan dana USAID (United

States Agency for International) Sum Program tahun

2011 – 2012

Program pencegahan, dukungan dan perawatan

berkelanjutan yang efektif dan terintegrasi bagi 1.500

Penasun di Jakarta Pusat dan Selatan.

5. Program penanggulangan HIV dan AIDS di

Berastagi—Tanah Karo, Sumatera Utara tahun 2014-

sekarang

a. Membangun jejaring kerja sama dengan

pemerintah dan pemangku kepentingan

terkait dalam penanggulangan HIV dan

AIDS.

b. Sosialisasi dan informasi tentang HIV-AIDS

bagi masyarakat, sekolah, dan kelompok

agama.

 

Page 77: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

62

c. Peningkatan kapasitas SDM melalui

workshop dan seminar yang bekerja di bidang

HIV-AIDS.

d. Pelayanan manajemen kasus bagi ODHA.

6. Program penanganan anak buta, low vision, dan

kerusakan penglihatan lainnya di DKI Jakarta dan

Sulawesi Selatan. Dukungan dana oleh Standard

Chartered Bank International mulai Mei 2015 hingga

April 2020

a. Mengkoordinir dan mengelola program low

vision di DKI Jakarta dan Sulawesi Selatan.

b. Pengembangan model layanan low vision

yang komprehensif dan terintegrasi antara

pelayanan kesehatan, pendidikan, dan

masyarakat.

c. Peningkatan kapasitas SDM tentang

penanganan low vision pada semua level

layanan baik primer, sekunder maupun

tertiary: dokter mata, refraksionis, perawat

kesehatan mata, guru sekolah luar biasa

(SLB), guru sekolah umum dan inklusi, dan

kader masyarakat.

d. Screening dan outreach anak dengan masalah

penglihatan khususnya low vision.

e. Pelayanan rehabilitasi low vision baik klinis

maupun fungsional bagi 1.955 anak dengan

low vision selama masa program.

 

Page 78: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

63

7. Asistensi korban trafficking dan migrasi aman di

kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Dukungan dana

oleh IFRC (The International Federation of Red

Cross) mulai Oktober 2015 hingga September 2017

a. Program pencegahan dengan target 10.500

siswa. Mengembangkan upaya mengurangi

jumlah kasus trafficking sampai 60% dan

meningkatkan migrant domestic worker yang

bermigrasi secara aman melalui penyadaran

kepada anak-anak rawan trafficking usia

sekolah SLTP-SLTA, terintegrasi dengan

kegiatan ekstra kulikuler sekolah melalui

konsep kader dari kalangan anak, dukungan

pemangku kepentingan, dan pengembangan

jaringan community watch di 15 kecamatan di

Indramayu.

b. Penanganan korban dengan jumlah 50 anak

dan 125 dewasa. Mengembangkan upaya

penanganan kasus korban trafficking

khususnya anak yang dieksploitasi seksual

dan perempuan dewasa dengan mendorong

aksesbilitas pelayanan identifikasi,

pemulihan, pemulangan, dan reintegrasi

asisten baik di daerah tujuan wilayah Jakarta,

Kepulauan Riau, dan Subang.

c. Pemetaan dan advokasi. Mapping korban

trafficking dan pekerja migrant domestic dari

 

Page 79: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

64

Indramayu di Jakarta, Kepulauan Riau, dan

Subang melalui koordinasi dengan

stakeholders, sosialisasi, dan pemetaan.

8. HIV dan AIDS Testing and Care Program di DKI

Jakarta dengan dukungan dana AHF (AIDS

Healthcare Foundation) mulai Juli 2016 hingga Juni

2019

a. Melakukan program rapid test HIV berbasis

komunitas, memotivasi lebih banyak MARPs

(Most-at-risk Population) untuk melakukan

rapid test HIV.

b. Menyediakan perawatan dukungan bagi HIV

Positif, mendistribusikan informasi,

melakukan kampanye atau promosi kondom,

dan kampanye lain serupa yang ditujukan

kepada MARPs, serta meningkatkan

kepedulian dan kesadaran komunitas terhadap

HIV dan AIDS.

c. Memperluas komunikasi dan kerja sama

dengan multi sektor untuk mendukung

program rapid test HIV berbasis komunitas

dan program lainnya.

D. Jaringan dan Kerja sama Lembaga

Dalam menjalankan program, yayasan LAYAK

tidak hanya berjejaring dengan swasta namun juga

 

Page 80: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

65

memiliki hubungan kerja sama dengan pemerintah dan

masyarakat, di antaranya.

1. Kementerian Sosial mulai tahun 2004 hingga

sekarang

a. Bekerjasama dalam penyuluhan HIV/AIDS dan

layanan manajemen kasus perempuan pekerja

seks komersial binaan panti sosial karya wanita

(PSKW) Departemen Sosial.

b. Mentoring bagi petugas sosial panti Palamarta

(rumah perlindungan ODHA) dalam

pelaksanaan pelayanan manajemen kasus bagi

ODHA.

c. Pelayanan manajemen kasus bagi gelandangan

dan pengemis yang ada di Panti Sosial Bina

Karya Departemen Sosial.

d. Standarisasi modul pelatihan manajemen kasus

HIV/AIDS di PUSDIKLAT Departemen Sosial.

e. Pelatihan manajemen kasus bagi petugas panti

rehabilitasi di lingkungan Departemen Sosial

dan Dinas Sosial se-Indonesia.

2. Dinas Sosial DKI Jakarta

a. Pelatihan ―Pengenalan Manajemen Kasus dan

Perawatan ODHA di Rumah‖ bagi Pekerja

Sosial Masyarakat (PSM) di 5 wilayah DKI

Jakarta.

 

Page 81: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

66

b. Penguatan PSM dan kader PKK di wilayah

DKI Jakarta dalam program pencegahan

penularan HIV dari ibu ke anak.

3. Komisi Penanggulangan AIDS

a. Pelatihan income generating bagi ODHA.

b. Pelatihan manajemen kasus bagi NGO (Non

Governmental Organization).

4. Masyarakat

Menggalang kepedulian dan kemitraan

dengan masyarakat untuk ikut serta dalam aksi

meredam laju penyebaran HIV dan AIDS tanpa

stigma dan diskriminasi melalui kegiatan kampanye,

sosialisasi program manajemen kasus kepada

stakeholders, institusi pemerintah, lembaga

keagamaan, lembaga pendidikan, dan pilar-pilar di

masyarakat seperti kader PKK, Posyandu, pekerja

sosial masyarakat, dan masyarakat.

E. Program Low Vision

1. Deskripsi Program

Pada tahun 2015, yayasan LAYAK

menjalankan program Seeing is Believing yang

melayani anak-anak dengan low vision di wilayah

Jakarta dan Makasar. Layanan tersebut berada di

jalan nangka I, Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Seeing

is Believing merupakan program rehabilitasi

penyandang low vision yang didukung oleh CBM dan

 

Page 82: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

67

Standard Chartered. Target layanan dari program

tersebut secara khusus adalah anak-anak, karena anak

dianggap memiliki kesempatan hidup lebih panjang

dan perlu dipersiapkan perkembangannya untuk masa

depan yang mereka miliki. Jumlah klien sampai

dengan bulan April 2018 adalah 631 orang, yang

terdiri dari laki-laki 359 orang dan perempuan 272

orang.

2. Tujuan Program

Tujuan dari program ini adalah meningkatkan

akses layanan low vision yang komprehensif,

mengembangkan layanan low vision yang terintegrasi

di layanan rumah sakit, pendidikan dan masyarakat.

3. Penerimaan Klien

Dalam penerimaan klien, LVC LAYAK

mendapatkannya dari berbagai cara yaitu.

a. Screening penglihatan yang dilakukan di

sekolah luar biasa (SLB) dan sekolah inklusi.

b. Rujukan dari layanan rumah sakit, seperti

RSCM, RS Fatmawati, RS Mata Aini dan lain-

lain.

c. Klien yang datang secara mandiri karena

diinformasikan oleh klien lain yang sudah

pernah mendapatkan pelayanan dari LVC

LAYAK sebelumnya.

 

Page 83: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

68

4. Layanan yang Diberikan

Adapun layanan yang diberikan oleh LVC

LAYAK, yaitu.

a. Tes penglihatan dan ukuran kacamata.

b. Layanan diberikan juga kepada anak dengan

disabilitas lain, seperti down syndrome,

kesulitan mendengar, kesulitan berbicara dan

sebagainya.

c. Menyediakan alat bantu low vision yang

dibutuhkan.

d. Melatih menggunakan alat bantu low vision.

e. Memberikan saran meningkatkan penggunaan

penglihatan di rumah, sekolah, tempat kerja.

f. Memberikan konseling kepada orang tua dan

guru.

g. Melayani semua umur dan berkebutuhan

khusus.

Adapun tahap pemeriksaan bagi klien

untuk mendapatkan layanan di atas, sebagai

berikut.

a. Asesmen Klinis

Merupakan tes ketajaman penglihatan

bagi klien. Tajam penglihatan diperoleh dari

hasil pengukuran secara klinis yang dilakukan

oleh dokter ahli mata dan atau refraksionis

optisien (ahli dalam pengukuran kelainan

 

Page 84: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

69

refraksi). Dalam asesmen klinis optisien

menentukan dan meresepkan alat bantu optik

yang dibutuhkan oleh klien. Jenis-jenis alat

bantu optik yaitu kacamata, hand held

magnifier, stand magnifier, kacamata, pocket

magnifier, teleskop dan sebagainya.

b. Asesmen Fungsional

Tujuan asesmen ini untuk mengetahui

kemampuan penglihatan klien setelah

mendapatkan alat bantu optik. Dalam kegiatan

dilakukan asesmen penglihatan disesuaikan

dengan kebutuhan klien, seperti di sekolah,

rumah, tempat kerja dan lain-lain. Dari hasil

asesmen klien mendapatkan dan disarankan

untuk menggunakan alat bantu nonoptik seperti

typoscope, penyangga buku, buku bergaris

tebal, lampu belajar, alat bantu elektronik yang

dapat memperbesar huruf secara otomatis dan

lain-lain.

c. Pelatihan alat bantu optik dan nonoptik

Setelah klien mendapatkan alat bantu

optik dan nonoptik selanjutnya mereka dilatih

menggunakan alat bantu tersebut.

d. Saran dan konseling

Setelah asesmen dilakukan, klien

diberikan lembaran saran untuk guru dan orang

tua. Hal tersebut bertujuan agar guru

 

Page 85: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

70

mengetahui kemampuan penglihatan anak dan

membantu dalam pembelajaran anak di kelas,

contohnya posisi duduk yang tepat bagi anak.

Sedangkan bagi orang tua saran yang diberikan

kepada orang tua seperti modifikasi tata ruang

di rumah, penggunaan warna dengan kontras

tinggi, dan memastikan klien menggunakan alat

bantu yang diberikan dalam aktivitas hariannya.

Konseling diberikan sesuai dengan kebutuhan

klien untuk dukungan psikososial bagi klien dan

orangtua dalam menghadapi masalah

penglihatan yang dihadapi klien.

e. Evaluasi Penglihatan Berkala

Klien yang mendapatkan layanan dari

LVC LAYAK akan dievaluasi

perkembangannya secara berkala. Evaluasi

bertujuan untuk mengetahui efektivitas alat

bantu dan kemajuan penglihatan klien.

Evaluasi dilakukan bertahap mulai tiap tiga

bulan, enam bulan hingga satu tahun.

Rangkaian tahapan pemeriksaan di atas

merupakan sebuah intervensi oleh LVC

LAYAK terhadap klien sebagai upaya

perubahan terencana agar bantuan yang

diberikan dapat dievaluasi dan diukur

keberhasilannya.

 

Page 86: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

71

5. Jaringan Kerja sama dan Kemitraan

Sesuai dengan tujuan dari LVC LAYAK yaitu

meningkatkan akses layanan low vision yang

komprehensif, LVC LAYAK memiliki jaringan kerjasama

dan kemitraan dengan berbagai pihak mulai dari

pemerintah, sekolah, rumah sakit dan komunitas. Berikut

jaringan kerjasama dan kemitraan yang dijalin oleh

LVC LAYAK.

a. Kementerian Kesehatan

b. Kementerian Pendidikan

c. Kementerian Sosial

d. Dinas Kesehatan

e. Dinas Pendidikan

f. Dinas Sosial

g. Sekolah Luar Biasa dan Inklusi Dinas Sosial

h. Rumah sakit, yaitu RSCM, Fatmawati, Aini, dan

Pasar Rebo, Jakarta Eye Center, Klinik Mata

Nusantara dan lain-lain.

i. Lembaga Daya Dharma

j. Mitra Netra/Visi Inklusi

k. Puskesmas Pasar Minggu

Membangun jaringan kerjasama dan

kemitraan dalam pelaksanaan program low vision

bermaksud untuk memfasilitasi atau membuka

akses masyarakat kepada sumber informasi dan

sumber daya lainnya yang dibutuhkan.

 

Page 87: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

72

BAB IV

HASIL TEMUAN

Bab ini berisi hasil temuan peneliti tentang

penanganan anak dengan low vision dalam perspektif

generalist intervention model di layanan low vision center

LAYAK. Hasil temuan ini didapatkan dengan metode

wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Bab ini akan dibagi menjadi dua sub, yaitu profil

informan dan temuan lapangan. Berikut pembahasan

masing-masing hasil temuan.

A. Profil Informan

Penelitian ini memiliki empat informan yaitu

Lucia Rusmiyati, S.Sos yang memberikan dua informasi

di antaranya informasi profil yayasan LAYAK dan proses

intervensi terhadap klien anak dengan low vision. Ibu Luci

dipilih karena beliau seorang direktur pelayanan yayasan

LAYAK yang mengetahui informasi profil tentang

LAYAK dan LVC LAYAK. Selain itu, beliau juga

seorang pekerja sosial yang berhadapan langsung dengan

klien dalam proses intervensi. Sedangkan, tiga informan

lainnya adalah orang tua dari klien anak LVC LAYAK

yaitu Astri, Susi, dan Cut Sukma Murni. Mereka dipilih

karena termasuk orang tua yang aktif berkomunikasi

dengan pekerja sosial. Berikut profil informan lebih

lanjut.

 

Page 88: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

73

1. Pekerja sosial / Direktur Pelayanan LAYAK

Nama : Lucia Rusmiyati, S.Sos

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : Sarjana Kesejahteraan Sosial

Tanggal lahir : Jakarta, 2 Juli 1972

Lama bekerja : Sejak 2007

Lucia Rusmiyati yang biasa dipanggil ibu

Luci adalah seorang direktur pelayanan yayasan

LAYAK. Ibu Luci menempuh pendidikan

kesejahteraan sosial di STISIP Widuri Jakarta dan

lulus tahun 1997. Semasa kuliah, ibu Luci

berpraktikum di Yayasan Nanda Dian Nusantara

dengan kegiatan memberikan pelayanan pendidikan

dan pendampingan pada anak jalanan. Selain itu,

beliau juga pernah menjadi relawan dalam isu

pendidikan dan pendampingan anak jalanan di

program pelayanan Kampus STISIP Widuri. Selama

menjadi pekerja sosial, ibu Luci pernah menangani

kasus dalam isu anak jalanan, HIV dan AIDS,

trafficking dan low vision. Lucia Rusmiyati juga

tergabung dalam IPSPI (Ikatan Pekerja Sosial

Profesional Indonesia) sebagai anggota.

Sebagaimana diketahui bahwa ibu Luci

adalah seorang direktur pelayanan yayasan LAYAK

dan sudah cukup lama bergabung, pastinya beliau

 

Page 89: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

74

mengetahui informasi sejarah tentang LAYAK

beserta layanan apa saja yang diberikan. Selain

sebagai direktur pelayanan, ibu Luci juga merupakan

pekerja sosial LVC LAYAK. Sebelum bergabung

dengan LVC LAYAK, ibu Luci sudah memiliki

pengalaman bekerja menangani anak dengan low

vision di Inverso Baglivo Foundation dari tahun 1997

hingga 2004 dan bekerja di Low Vision Pertuni tahun

2004-2007. Ketika bergabung dengan LVC LAYAK,

ibu Luci mendapatkan pelatihan low vision di LVC

LAYAK dan Malang yang bertujuan untuk

memperkuat kembali kemampuan menangani anak

dengan low vision.

2. Orang tua klien dan Klien

Nama orang tua : Astri

Jenis kelamin : Perempuan

Tanggal lahir : Jakarta, 20 April 1978

Pendidikan : SMA

Nama klien : Sekar Arum Widiani

Jenis kelamin : Perempuan

Tanggal lahir : Jakarta, 16 Oktober 2008

Sekar Arum ialah anak perempuan berumur

sembilan tahun, pernah menjalani operasi katarak

pada umur tiga tahun di RSCM, dan saat ini

bersekolah di SLB Rawinala.

 

Page 90: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

75

3. Orang tua klien dan Klien

Nama orang tua : Susi

Jenis kelamin : Perempuan

Tanggal lahir : Jakarta, 10 Juni 1969

Pendidikan : D3 Manajemen

Nama klien : Leli Komariyah

Jenis kelamin : Perempuan

Tanggal lahir : Jakarta, 5 Juli 2001

Leli ialah anak perempuan berumur enam

belas tahun yang pada saat dalam kandungan ibunya

terkena virus rubella, pernah menjalani operasi

katarak pada tahun 2001 di RSCM, dan saat ini

bersekolah di SMP LBN 02 Jakarta.

4. Orang tua dan Klien

Nama orang tua : Cut Sukma Murni

Jenis kelamin : Perempuan

Tanggal lahir : Aceh, 26 Desember 1974

Pendidikan : SMA

Nama klien : Fasyah Ramadhan

Jenis kelamin : Laki-laki

Tanggal lahir : Jakarta, 15 September 2007

Fasyah ialah anak laki-laki berumur tujuh

tahun yang pada saat dalam kandungan terkena virus

rubella, pernah menjalani operasi mata pada umur

enam bulan di RSCM, dan saat ini bersekolah di SLB

Rawinala.

 

Page 91: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

76

B. Temuan Lapangan

Hasil temuan lapangan ini didapatkan

menggunakan metode wawancara dengan pekerja

sosial dan orang tua klien anak LVC LAYAK, metode

observasi yang dilakukan mulai Oktober sampai

Desember 2017 di kantor LVC LAYAK, dan

metode dokumentar yaitu menelusuri artikel dan

laporan yang relevan.

1. Tahap Keterlibatan (engagement)

a. Menyambut klien untuk mendorong mereka agar

mau berbicara

Pekerja sosial menunjukkan rasa

simpatinya dengan menyambut kedatangan klien

secara hangat yang bertujuan agar klien merasa

nyaman ketika datang kesana. Rasa nyaman

tersebut diciptakan oleh pekerja sosial dengan

memulai perbincangan kecil seperti menanyakan

nama atau kesukaan klien. Tahap ini juga menjadi

awal bertemunya klien dengan pekerja sosial.

Sebagaimana wawancara dengan Lucia Rusmiyati

selaku pekerja sosial LVC LAYAK sebagai

berikut.

―Misalnya klien baru datang kita ajak ngobrol

sebentar tidak langsung pemeriksaan. Kita

tanya siapa nama lengkap dia dan

panggilannya, perjalanan mereka menuju

kesini atau kita ajak main. Baru ketika mereka

 

Page 92: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

77

sudah nyaman, kita lanjut pemeriksaan.‖(Lucia

Rusmiyati 2017b)

Hal yang senada dikatakan oleh Cut Sukma

Murni salah satu orang tua dari klien anak

bernama Fasyah. Sebagai orang tua yang memiliki

anak dengan low vision, Cut Sukma Murni merasa

disambut baik kedatangannya ke LVC LAYAK.

Berikut ungkapan dari orang tua klien.

―Pertama saya kesini, saya disambut sangat

ramah dan sangat hangat ya, sama anak-anak

juga sama seperti itu jadi anak kan gak merasa

canggung. Orang-orangnya disini juga baik

ya, mbak.‖ (Cut Sukma Murni 2017)

Tidak hanya Cut Sukma Murni, Susi

selaku orang tua dari klien anak bernama Leli juga

merasakan hal yang sama. Berikut ungkapan dari

orang tua klien.

―Wah baik banget sih ya, mbak. Kalau

orangnya baik kan kitanya juga jadi enak gak

kaku hehe.‖(Susi 2017)

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Astri,

orang tua dari klien anak dengan low vision

bernama Sekar Arum.

―Orang-orang yang ada di sini baik-baik ya,

mbak. Mereka hangat kepada anak-anak dan

peduli dengan anak seperti anak kita gini.‖

(Astri 2017)

 

Page 93: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

78

Perrnyataan dari orang tua klien di atas

diperkuat juga dengan hasil observasi peneliti pada

2 Oktober 2017. Saat itu, pekerja sosial

kedatangan klien anak dengan low vision dari

rumah sakit Fatmawati. Pekerja sosial melakukan

pendekatan terhadap anak tersebut dengan cara

bertanya siapa nama lengkap dan panggilannya,

sekolahnya, dan menanyakan hobi.

b. Keterampilan dalam berkomunikasi menunjukkan

pekerja sosial tertarik pada situasi klien

Pekerja sosial menunjukkan ketertarikan

pada situasi klien dengan keterampilannya dalam

berkomunikasi, baik secara verbal maupun

nonverbal kepada klien. Komunikasi nonverbal

yang dilakukan berupa anggukan kepala dan

sentuhan. Berikut pernyataan dari pekerja sosial

LVC LAYAK.

―Kita mendengarkan permasalahan mereka

dengan penuh perhatian, kita perhatikan apa

yang mereka pikirkan dan apa sih yang

dirasakan. Pasti mereka kan ingin didengarkan

masalahnya, nah kita harus bisa memahami

posisi mereka gitu.‖ (Lucia Rusmiyati 2017b)

Cut Sukma Murni selaku orang tua klien

mengungkapkan hal dimana dia merasa dirinya

memiliki wadah untuk bercerita tentang apa yang

dirasakan. Berikut ungkapan dari orang tua klien.

 

Page 94: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

79

―Sewaktu saya kesini saya jadi merasa

menemukan pegangan gitu, mbak, ada yang

bisa dijadikan tempat untuk bercerita. Orang-

orang disini selalu bersedia mendengarkan

dan memahami apa yang saya rasakan.

Sebelumnya kan saya bingung ini gimana ya

Fasyah kendala matanya seperti ini.‖ (Cut

Sukma Murni 2017)

Senada dengan Cut Sukma Murni, Susi

juga mengungkapkan bahwa kemampuan

komunikasi pekerja sosial dirasa baik. Berikut

ungkapan dari orang tua klien.

―Kalau saya lagi cerita gitu ya, bu Luci

atau bu Lia tuh selalu mendengarkan apa

yang saya sampaikan ya, mbak. Ya

terutama kalau bahas Leli.‖ (Susi 2017)

Astri pun mengungkapkan bahwa pekerja

sosial menjadi pendengar yang baik. Berikut

ungkapan dari orang tua klien.

―Iya, mbak. Tiap saya ke sini pasti

perhatian sekali untuk mendengarkan cerita

saya terus jawab-jawab pertanyaan saya.

Apalagi saya melihat penanganan di sini

dengan di rumah sakit itu berbeda.‖ (Astri

2017)

Hasil observasi pada 2 Oktober 2017,

pekerja sosial memperlihatkan keterampilan

berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal

terhadap klien dengan low vision yang berusia 25

tahun. Pekerja sosial memberikan pernyataan

 

Page 95: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

80

dorongan dan sentuhan di pundak klien yang

menandakan agar klien selalu bersemangat.

Pekerja sosial dalam berkomunikasi

menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan

intonasi yang lembut mengingat kebanyakan klien

ialah anak-anak. Pekerja sosial juga sering

berhadapan dengan anak berkebutuhan khusus

seperti tuna wicara dan tuna rungu sehingga dalam

berkomunikasi sering mempertegas gerakan mulut

dan tangan.

c. Mendiskusikan layanan lembaga dan harapan

klien

Pekerja sosial menjelaskan seputar LVC

LAYAK dan sistem pemberian layanannya. Hal

tersebut diperlukan agar klien mengetahui sistem

lembaga dan bersiap diri untuk penyesuaian.

Berikut pernyataan dari pekerja sosial.

―Kita akan menjelaskan LAYAK itu apa, apa

yang kita bisa bantu, dan juga ceritakan cara

kerja kita itu bagaimana, dan nantinya kita

akan menginformasikan layanan seperti apa

yang akan kita berikan pada klien.‖(Lucia

Rusmiyati 2017b)

Sebagai orang tua dari anak dengan low

vision yang nantinya akan menerima intervensi

dari LVC LAYAK, Cut Sukma Murni diberikan

penjelasan oleh pekerja sosial mengenai seperti

 

Page 96: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

81

apa pelayanan lembaga dan cara kerjanya. Berikut

ungkapan dari orang tua klien.

―Iya mbak, dijelaskan tapi saya lupa-lupa

ingat hehe. Ternyata di LAYAK banyak

orang tua yang punya anak low vision.

Dijelasin juga kalau nanti apa saja yang

harus saya lakukan.‖(Cut Sukma Murni

2017)

Susi selaku orang tua dari klien anak

bernama Leli pun mengungkapkan bahwa pekerja

sosial menjelaskan layanan lembaga. Berikut

ungkapan dari orang tua klien.

―Sangat dijelaskan ya, mbak. Kalau dulu

total ya dibiayai dari operasi sampai

kacamata. Kalau sekarang jadi kerjasama

sama orang tua dan ada kemandirian

yayasan juga kan.‖(Susi 2017)

Begitu pun dengan Astri orang tua dari

klien anak Sekar Arum. Berikut ungkapan dari

orang tua klien.

―Iya iya dijelaskan. Yang jelas di sini

menangani anak berkebutuhan khusus.

Sebenarnya di Cipto juga ada dari low

vision juga kerja sama tapi saya kalau ke

sana agak susah jadi mending saya ke sini

aja.‖ (Astri 2017)

Pekerja sosial mendiskusikan layanan

lembaga mulai dari tes pengelihatan mata,

menentukan ukuran kacamata, menginformasikan

bahwa lembaga menerima anak-anak

 

Page 97: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

82

berkebutuhan khusus, penyediaan alat bantu,

pelatihan cara menggunakan alat bantu, lembaga

juga berkoodinir dengan sekolah atau rumah sakit,

dan memberikan konseling kepada orang tua dan

guru.

d. Memutuskan apakah lembaga dan pekerja sosial

dapat membantu

Pekerja sosial dapat memutuskan apakah

layanan lembaga dapat diberikan kepada klien atau

tidak. Dalam memutuskan apakah klien dapat

dibantu atau tidak didasarkan dari hasil

pemeriksaan yang dilakukan LVC LAYAK, klien

akan dibantu apabila benar menyandang low

vision. Berikut pernyataan dari pekerja sosial.

―Kita akan melihat hasil pemeriksaan

penglihatan lebih dulu dan alat bantu mereka

seperti apa. Dari sana kita tahu bahwa mereka

membutuhkan layanan ini.‖ (Lucia Rusmiyati

2017b)

Untuk mendapatkan layanan LVC

LAYAK, klien anak dengan low vision menjalani

pemeriksaan mata terlebih dahulu. Berikut

ungkapan Cut Sukma Murni selaku orang tua yang

anaknya mendapat pemeriksaan di sekolah.

―Iya waktu itu Fasyah diperiksa ya, mbak.

Karena waktu itu kebetulan bertemunya di

Rawinala, jadi Fasyah ditesnya disana.

Sebelumnya, Fasyah juga kan sudah diperiksa

 

Page 98: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

83

dokter mata di Klinik Mata Nusantara.‖ (Cut

Sukma Murni 2017)

Tidak jauh berbeda dengan Cut Sukma

Murni, Susi mengungkapkan juga tentang

pemeriksaan terhadap Leli. Berikut ungkapan dari

orang tua klien.

―Sebelumnya kan saya sudah ke RSCM

kontrol-kontrol biasa menjelang operasi terus

saya disarankan hubungi kesini. Setelah

diperiksa di sini disarankan untuk balik lagi (ke

LVC) setelah operasi.‖(Susi 2017)

Astri juga mengungkapkan pemeriksaan

terhadap anaknya yaitu Sekar Arum. Berikut

ungkapan dari orang tua klien.

―Iya, Arum diperiksa juga di sini. Sama bu Luci

atau bu Lia terus nanti kalau sudah diperiksa

diresepkan kacamata.‖ (Astri 2017)

Kebanyakan klien yang datang ke LVC

LAYAK sudah mendapat rujukan dari rumah sakit

sehingga kemungkinan besar mereka benar-benar

membutuhkan layanan LVC LAYAK, namun

pekerja sosial tetap melakukan pemeriksaan mata

terhadap klien bersama refraksionis optisien.

Apabila hasil pemeriksaan mata tidak

menunjukkan low vision melainkan hanya

kelainan refraksi, maka pekerja sosial hanya

memberikan resep kacamata yang sesuai dan dapat

dibeli di optik.

 

Page 99: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

84

e. Menawarkan pelayanan lembaga dan pekerja

sosial kepada klien

Setelah hasil pemeriksaan menunjukkan

bahwa klien masuk dalam kriteria penyandang low

vision, maka pekerja sosial menawarkan berbagai

layanan yang didapatkan klien selama rehabilitasi

di LVC LAYAK. Berikut pernyataan dari pekerja

sosial.

―Kita kan sudah menjelaskan apa yang kita

bisa bantu, cara memberi bantuannya dan

kemudian kita tanyakan kepada orang tua klien

apakah ya atau tidak. Itu pilihan mereka, kita

tidak memaksa.‖ (Lucia Rusmiyati 2017b)

Hasil observasi peneliti pada 2 Oktober

2017, sikap tidak memaksa tersebut ditunjukkan

pada saat pekerja sosial berhadapan dengan orang

tua klien dari anak dengan low vision yang datang

dari rumah sakit Fatmawati. Saat itu, pekerja

sosial menawarkan layanan lembaga sambil

memberikan ilustrasi mengapa ya dan tidaknya

tawaran tersebut diambil tanpa ada ajakan yang

memaksa.

f. Berorientasi pada klien untuk membangun

hubungan

Jika pekerja sosial sudah dapat

memutuskan bahwa klien berhak menerima

layanan, maka selanjutnya pekerja sosial

 

Page 100: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

85

menjelaskan hubungan profesional antara pekerja

sosial-klien dalam proses pertolongan yang akan

diberikan. Berikut pernyataan dari pekerja sosial.

―Tentu kita menjelaskan proses pertolongan

kepada klien. Kita kasih tahu kepada mereka

mengenai ketentuan yang ada seperti bahwa

pelayanan ini tidak hanya sekali tapi akan

berlanjut. Kita harapkan kerjasama orang tua

agar pelayanan yang kita berikan maksimal.‖

Hal yang sama juga disampaikan oleh Cut

Sukma Murni, selaku orang tua yang diberi

penjelasan mengenai hubungan pertolongan.

Berikut ungkapan dari orang tua klien.

―Waktu itu saya dikasih tahu kalau peran

orang tua juga diperlukan. Jadi antara saya

dengan LAYAK saling mengisi gitu, mbak.‖

Susi pun juga dijelaskan mengenai

hubungan pertolongan tersebut oleh pekerja sosial.

Berikut ungkapan dari orang tua klien.

―Disampaikan kalau disini saya sebagai orang

tua juga harus aktif melihat perkembangan

anak.‖

Begitu juga Astri yang dijelaskan

mengenai hubungan pertolongan tersebut oleh

pekerja sosial. Berikut ungkapan dari orang tua

klien.

―Saya disampaikan bahwa proses rehabilitasi

ini orang tua sangat berperan penting ya,

 

Page 101: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

86

mbak. Karena kan kalau bukan mamanya dan

orangtuanya ya siapa lagi.‖

Dalam menjelaskan proses pertolongan dan

hubungan antara lembaga dan klien, peneliti

melihat pekerja sosial menggunakan bahasa yang

sederhana agar mudah diterima dan dipahami oleh

klien. Adanya kegiatan membangun hubungan

bertujuan untuk mengeksplorasi, menemukan, atau

membangun sumber daya lainnya yang berguna

membantu klien dalam penyelesaian masalah.

g. Melengkapi dokumen yang dibutuhkan

Langkah terakhir dalam tahap keterlibatan

pekerja sosial melengkapi dokumen-dokumen

yang diperlukan. Dokumen yang diperlukan

berupa catatan medis klien apabila sudah

melakukan pemeriksaan dokter dan surat rujukan

rumah sakit. Berikut pernyataan dari pekerja

sosial.

―Mereka yang datang kesini biasanya sudah

punya catatan medis dari dokter atau rujukan

dari rumah sakit. Karena itu informasi banget

buat kita dan penyakit mata kan beda-beda.

Apabila belum punya, maka kita sarankan

untuk melakukan pemeriksaan ke dokter mata

dahulu.‖

Sebelum datang ke LVC LAYAK, Cut

Sukma Murni sudah membawa Fasya ke rumah

 

Page 102: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

87

sakit dan menunjukkan hasilnya kepada pekerja

sosial. Berikut ungkapan dari orang tua kilen.

―Iya, saya bawa. Saya tahu Fasyah low vision

enam bulan setelah operasi mata. Saya

ceritakan lagi di sini kalau Fasyah sudah pakai

kacamata khusus low vision pas umur enam

bulan.‖

Sama halnya dengan Fasyah, Leli pun

sebelum ke LVC LAYAK disarankan untuk

melakukan operasi terlebih dahulu agar penilaian

pekerja sosial tepat. Berikut ungkapan Susi selaku

orang tua dari Leli.

―Karena saya ke sini atas rujukan RSCM jadi

saya sudah punya hasil pemeriksaan dokter.‖

Astri yang sebelumnya sudah membawa

Sekar ke RSCM juga menunjukkan hasil

pemeriksaan ke pekerja sosial. Berikut ungkapan

orang tua klien.

―Saya sebelum ke low vision kan juga sudah

ke Cipto jadi saya ke sini bawa catatan dokter

untuk dilihat.‖

Setelah pekerja sosial memiliki dokumen-

dokumen yang diperlukan seperti catatan medis

klien maka pekerja sosial akan melengkapi lembar

kerjanya yaitu lembar keterangan dokter mata dan

lembar post-operasi.

 

Page 103: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

88

2. Tahap Penilaian (assessment)

a. Identifikasi klien

Dalam mengidentifikasi klien, pekerja

sosial tidak hanya terpaku pada klien yang

terdaftar di lembar kerja, namun diperlukan juga

untuk identifikasi lingkungan sekitar klien seperti

keluarga, teman, tetangga, dan sekolah.

Sebagaimana hasil wawancara dengan Lucia

Rusmiyati selaku pekerja sosial LVC LAYAK.

―Dalam mengidentifikasi klien, kita butuh

rekam jejak medis supaya kita tahu apa yang

dialami klien dan kita tidak salah dalam

memberi penilaian. Kita juga tanyakan

aktivitas anak di rumah dan sekolah kemudian

interaksi anak dengan teman-temannya.‖(Lucia

Rusmiyati 2017b)

Di tahap asesmen, Astri menceritakan

keseharian Arum. Sebagaimana wawancara

dengan orang tua klien.

―Saya ditanyakan tentang kebiasaan Arum

sehari-hari itu bagaimana, apa yang dia suka

misalnya dia suka warna apa.‖

Begitu pun Susi selaku orang tua dari Leli

yang menceritakan kebiasaan anaknya di rumah.

Berikut ungkapan orang tua dari klien.

―Ya saya ceritakan, mbak. Sebelumnya, Leli

kalau buang air besar gak mau di lubangnya

walaupun dia di kamar mandi, baju kotor

dimasukkan ke kolam yang baru saya kuras.

 

Page 104: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

89

Setelah Leli sekolah dan saya ke sini ada

perubahan.‖

Cut Sukma Murni juga menyampaikan

hal-hal yang berkaitan dengan Fasyah. Berikut

ungkapan orang tua dari klien.

―Iya, saya cerita kalau Fasyah itu sebelumnya

sulit untuk fokus, agak susah diajak interaksi

dan main.‖

Dalam tahap asesmen identifikasi klien,

pekerja sosial mengisi data seperti identitas klien

serta keluarga di lembar kerjanya yang disebut

recording form.

 

Page 105: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

90

Gambar 4. 1 Recording Form (informasi klien)

b. Asesmen situasi klien dari beberapa perspektif

Setelah mengidentifikasi klien, selanjutnya

proses pengumpulan informasi. Pengumpulan

informasi bertujuan untuk mengetahui apa yang

akan dilakukan pekerja sosial terhadap masalah

klien. Pekerja sosial mengumpulkan informasi

 

Page 106: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

91

biasa dimulai dari lingkup keluarga, sekolah, dan

rumah sakit. Berikut pernyataan dari pekerja

sosial.

―Mulai dari keluarga, apakah keluarga ayah

ibu paham gak jangankan memahami mereka

tahu gak tentang low vision. Kita tanyakan

kebiasaan anak di rumah misalnya apakah

kalau nonton tv jaraknya dekat sekali atau

tidak, apakah suka menabrak benda di

depannya. Terus kita tanyakan posisi duduk

anak di sekolah sebelah mana...‖

1) Lingkungan keluarga

Tidak semua keluarga dari klien

yang datang ke LVC LAYAK mengetahui

tentang low vision, maka dari itu pada saat

asesmen pekerja sosial pasti memberikan

pengetahuan tentang low vision kepada

orang tua terlebih dahulu dengan bahasa

yang sederhana agar mudah dimengerti dan

dipahami. Cut Sukma Murni orang tua dari

klien Fasyah menyampaikan bahwa

pekerja sosial menjelaskan tentang low

vision. Sebagaimana wawancara dengan

orang tua klien.

―Iya dijelaskan, mbak. Tapi karena

saya sebelumnya sudah pernah ke

Klinik Mata Nusantara jadi sedikit-

sedikit saya sudah mengerti.‖

 

Page 107: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

92

Hal yang sama juga disampaikan

oleh Astri orang tua dari klien Sekar Arum.

Berikut wawancara dengan orang tua klien.

―Dijelaskan ya, mbak. Malah saya

lebih leluasa tanya-tanya di sini, saya

bisa kapan aja ke sini, dan saya rasa

penanganan di sini lebih bersahabat

untuk Arum.‖

Susi selaku orang tua Leli juga

menyampaikan hal yang senada. Berikut

ungkapan orang tua dari klien.

―Iya dong dijelasin pasti sama kayak

waktu saya di rumah sakit juga

dijelasin.‖

2) Lingkungan sekolah

Dalam pengumpulan informasi

klien, pekerja sosial tidak hanya berpusat

pada keluarga, namun kegiatan

bersosialisasi seperti di sekolah juga

menjadi perhatian. Berikut ungkapan dari

Cut Sukma Murni orang tua dari Fasyah.

―Iya, mbak. Saya bilang awalnya di

sekolah Fasyah itu kalau maunya itu ya

itu gak mau berbagi dengan yang lain

gitu.‖

Hal yang sama juga disampaikan

oleh Susi. Berikut ungkapan orang tua dari

Leli.

 

Page 108: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

93

―Iya dibahas juga tentang sekolah

karena kan kita tahu kalau LAYAK

dan sekolah itu ada kerja sama nah

dengan begitu jadi memudahkan sih.‖

Hal senada disampaikan Astri. Berikut

ungkapan orang tua dari Sekar Arum.

―Saya sering lihat bu Luci atau bu Lia

di Rawinala ya, mbak. Mereka juga

kan melihat perkembangan anak-anak

di sekolah bagaimana, gitu.‖

3) Lingkungan rumah sakit

Pekerja sosial dapat mendampingi

para klien dan orang tua ke rumah sakit

apabila diperlukan. Sebagaimana

wawancara dengan pekerja sosial.

―...Jika orang tua ada kesulitan untuk

meyampaikan pertanyaan ke dokter

mata maka kita bantu pendampingan.

Biasanya kan dokter menjelaskan

sekenanya saja tidak mendetail, dan

orang tua cuma bisa iya-iya saja

dikarenakan mereka juga bingung apa

sih yang dijelaskan dokter.‖

Dengan begitu, orang tua yang

tidak memahami istilah-istilah kedokteran

seputar low vision, pekerja sosial akan

menyampaikan ulang dengan bahasa yang

mudah dimengerti sehingga orang tua tidak

hanya mengiyakan saja perkataan dokter.

Selain itu, LVC LAYAK juga

mengirimkan timnya ke rumah sakit seperti

 

Page 109: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

94

RSCM dan RSUP Fatmawati, pekerja

sosial sendiri memiliki beberapa kontak

dokter mata dari masing-masing rumah

sakit tersebut.

4) Aspek Perbedaan

Berhadapan dengan banyak klien dari

latar belakang yang berbeda-beda tidak

menjadikan pekerja sosial bersikap

diskriminasi. Bagi pekerja sosial klien yang

datang ke LVC LAYAK mereka sama, sama-

sama memiliki masalah dan perlu dibantu.

c. Mengutip informasi tentang masalah klien dan

kebutuhannya

Untuk mempermudah pengutipan

informasi yang diperlukan terkait permasalahan

dan kebutuhan klien, pekerja sosial LVC LAYAK

sudah memiliki lembar kerjanya yaitu recording

form bagian Permasalahan dan Kebutuhan.

Sebagimana wawancara dengan pekerja sosial.

―Semua yang diceritakan klien itu informasi

bagi kita. Jadi selama mereka bercerita kita

mencatat poin penting dari cerita tersebut dan

nantinya kita buktikan ketika pemeriksaaan

apakah masalah yang diceritakan sesuai

dengan hasil pemeriksaan...‖

Lembar kerja tersebut berisikan poin-poin

yang berkaitan dengan masalah klien baik

 

Page 110: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

95

berhubungan dengan penglihatan, aktivitas sehari-

hari, pekerjaan, dan cahaya.

Gambar 4. 2 Recording Form (permasalahan

dan kebutuhan)

d. Identifikasi kekuatan klien

Kekuatan klien yang dimaksud tidak hanya

datang dari kemampuan klien dalam menerima

rehabilitasi itu sendiri, melainkan bisa juga datang

dari keluarga, guru-guru di sekolah, dan rumah

 

Page 111: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

96

sakit. Sebagaimana wawancara dengan pekerja

sosial.

―Kita menanyakan kemampuan orang tua dari

segi ekonomi apa pekerjaan mereka apakah

pegawai negeri atau swasta dari situlah kita

bisa memprediksikan bahwa apakah keluarga

mampu atau tidak kemudian latar pendidikan

orang tua...‖

1) Lingkungan keluarga

Dalam proses rehabilitasi klien, peran

keluarga terutama orang tua sangatlah penting.

Proses yang panjang dan menghabiskan

banyak waktu membuat orang tua harus

memiliki komitmen untuk mendampingi

anaknya sampai layanan yang diberikan

berakhir. Hasil observasi pada 6 Desember

2017, LVC LAYAK mengadakan kegiatan

pertemuan orang tua dan orang tua dari

Fasyah, Sekar Arum, serta Leli terlihat hadir

semua. Para orang tua datang menyempatkan

diri untuk mendapat informasi-informasi lebih

banyak mengenai low vision dan menjalin

hubungan dengan orang tua lain yang memiliki

masalah anak yang sama. Pekerja sosial pun

mengakui bahwa orang tua dari Fasyah, Sekar

Arum, dan Leli cukup aktif berkomunikasi

dengan lembaga. Dengan kata lain, mereka

benar-benar mendukung proses rehabilitasi

yang diterima sang anak.

 

Page 112: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

97

2) Lingkungan sekolah

Tiga klien yang menjadi sumber

penelitian adalah seorang siswa-siswi sekolah

luar biasa. Seperti yang telah diketahui bahwa

pekerja sosial juga melihat situasi mereka di

sekolah guna mengetahui kesulitan apa yang

dihadapi dan menjalin hubungan kerja sama

dengan para guru. Pekerja sosial juga

memberikan lembar saran kepada pihak terkait

sebagai informasi kondisi klien.

Gambar 4. 3 Formulir Saran

 

Page 113: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

98

3) Lingkungan rumah sakit

Tidak semua klien LVC LAYAK

datang dari keluarga yang berkecukupan,

sebagian datang dari mereka yang kurang

mampu. Untuk mengatasi hal tersebut, maka

pekerja sosial membantu mereka yang kurang

mampu secara ekonomi dengan berusaha

mengajukan keringanan biaya untuk

mendapatkan alat bantu optik kepada instansi

yang relevan seperti kementerian sosial. Bulan

November 2017, peneliti membantu pekerja

sosial memasukkan data klien yang akan

mendapatkan alat bantu optik dan mengecek

kelengkapan berkas persyaratan seperti KK,

KTP, dan SKTM.

e. Asesmen fungsional

Asesmen fungsional adalah pengkajian

fungsi penggunaan mata pada anak dalam

melakukan kegiatan sehari-hari, seperti membaca,

menulis, mengenali objek, dan berjalan. Tes ini

dapat dilakukan oleh pekerja sosial dengan cara

observasi dan wawancara baik dengan anak

maupun orang tua.

Asesmen fungsional meliputi penilaian

terhadap tajam penglihatan, lapang pandang,

 

Page 114: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

99

kekontrasan, pencahayaan, persepsi warna,

sensitivitas terhadap cahaya, dan kemampuan

mobilitas. Hal tersebut diperkuat dengan hasil

observasi pada tanggal 14 November 2017,

pekerja sosial kedatangan klien anak dengan low

vision dari Bogor. Untuk mengasesmen fungsi

penglihatan klien, pekerja sosial membantu

refraksionis optisien agar klien dapat fokus pada

snellen chart (papan berisikan huruf dan angka)

dengan cara pekerja sosial menunjuk angka atau

huruf dari ukuran terbesar ke ukuran terkecil.

Selain snellen chart, pekerja sosial juga

menggunakan warna untuk mengasesmen

kekontrasan dengan cara meletakkan benda-benda

yang berbeda warna di lantai, lalu

menginstruksikan kepada klien untuk mengambil

benda-benda tersebut. Dalam memberikan

instruksi kepada klien, pekerja sosial

mengerjakannya dengan cara bermain. Warna

yang digunakan beragam dari warna tingkat

kekontrasan rendah hingga yang kontras tinggi

seperti warna putih yang selalu diikut sertakan

dalam pengetesan. Putih selalu digunakan untuk

mengetahui kekontrasan, apakah klien dapat

melihat benda warna putih tersebut atau tidak,

 

Page 115: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

100

mengingat lantai kantor LVC LAYAK juga

berwarna putih.

Pekerja sosial juga melakukan asesmen

kemampuan penglihatan seperti kesadaran atau

perhatian terhadap benda sekitar, tracking

(mengikuti gerakan benda dengan mata atau

kepala), dan scanning (mencari satu benda dari

antara benda-benda di sekitar). Selama

melaksanakan asesmen, pekerja sosial

menjelaskan dengan bahasa yang sederhana,

mencatat kemampuan penglihatan klien dengan

lengkap, memperhatikan kondisi klien (lelah,

bosan, lapar, dan sakit), apabila klien tertarik pada

satu mainan maka mainan tersebut digunakan

untuk asesmen dan mencatat aktivitas yang

dilakukan klien, memberikan contoh kepada klien

yang tidak mengerti apa yang diperintahkan, dan

pekerja sosial selalu menjaga keakraban selama

asesmen berlangsung.

 

Page 116: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

101

Gambar 4. 4 Recording form (luas penglihatan, kepekaan

kontras, penglihatan warna)

 

Page 117: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

102

Gambar 4. 5 Recording form (kecepatan membaca dan

menulis)

3. Tahap Perencanaan (planning)

a. Bekerja dengan klien

Pada tahap ini, pekerja sosial mulai

merancang suatu rencana yang berdasarkan dari

hasil asesmen. Seperti yang telah disebutkan di

atas bahwa LVC LAYAK memiliki recording

form tersendiri, maka dari data yang telah tercatat

itulah yang nantinya akan dikembangkan menjadi

 

Page 118: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

103

perencanaan. Penyusunan rencana juga melibatkan

klien karena bagaimana pun pekerja sosial dan

klien akan terbangun hubungan profesional.

Sebagaimana hasil wawancara dengan Lucia

Rusmiyati selaku pekerja sosial LVC LAYAK.

―Kita menjelaskan kepada mereka bahwa

kita tidak bisa bekerja sendiri artinya peran

orang tua dan keluarga juga penting untuk

proses rehabilitasi anak. Biasanya kita

jelaskan hasil asesmen kita kepada orang

tua hal-hal yang harus dilakukan di rumah

untuk latihan menggunakan alat bantu.‖

(Lucia Rusmiyati 2017b)

Hal serupa juga disampaikan oleh Cut

Sukma Murni, selaku orang tua dari klien bernama

Fasyah. Sebagaimana wawancara dengan orang

tua klien.

―Ya seperti yang saya sampaikan tadi,

mbak. Saya sebagai orang tuanya Fasyah

bersedia membantu proses rehabilitasi

demi kebaikan Fasyah.‖

Tidak hanya orang tua Fasyah, Susi selaku

orang tua dari Leli juga mengatakan hal yang

sama. Berikut ungkapan orang tua klien.

―Iya dong, mbak. Bagaimanapun juga kan

saya orang tuanya Leli pastinya saya

dilibatkan.‖

 

Page 119: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

104

Hal senada juga diungkapkan oleh Astri

selaku orang tua dari Sekar Arum. Berikut

ungkapan orang tua klien.

―Iya mbak. Disampaikan kalau kita sebagai

orang tua juga harus terus mendampingi

anak. Kita harus tahu perkembangan

mereka hari ke hari.‖

b. Memprioritaskan masalah

Kedatangan klien ke pekerja sosial

pastinya mereka memiliki berbagai masalah yang

sebenarnya satu sama lain saling berkaitan, maka

sebagai pekerja sosial harus mampu

memprioritaskan masalah yang ada pada klien.

Sebagaimana wawancara dengan pekerja sosial.

―Biasanya kita dengar dulu kan hal-hal

yang mereka sampaikan baru nanti kita

lihat yang dikerjakan lebih dulu apa

misalnya sudah berobat atau belum karena

kalau belum berobat kita belum bisa

berikan penilaian gitu. Selanjutnya

melakukan pemeriksaan ke kita,

selanjutnya apa dan tahapannya apa nanti

kita kasih tahu...‖

Cut Sukma Murni menyampaikan ada

beberapa hal yang perlu dilakukan. Berikut

ungkapan dari orang tua klien.

―Saya waktu itu ditanya apakah Fasyah

menandai barang dengan rabaan atau

melihat seperti itu. Nah, setelah saya

 

Page 120: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

105

perhatikan menurut saya Fasyah tidak

meraba, karena dia bisa melihat dan bisa

memilih.‖

Senada dengan orang tua Fasyah, Susi pun

mengungkapkan sebagai berikut.

―Iya. Saya ada ketemu dokter mata, ke

rumah sakit terus juga kan dikasih resep

kacamata.‖

Begitu pun dengan Astri menyampaikan

ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Berikut

ungkapan dari orang tua klien.

―Setelah operasi katarak, saya ceritakan

kalau Arum bisa jalan lebih percaya diri,

banyak yang dia lihat dan banyak yang dia

pegang. Saya juga disarankan untuk lihat

apa nih warna kesukaan Arum, gitu.‖

Dalam memprioritaskan masalah klien,

pekerja sosial dapat langsung mengisinya pada

lembar kerja recording form bagian Alat Bantu

yang Didapat dan Rekomendasi seperti pada

gambar 4.5 bersamaan pada saat asesmen

berlangsung.

c. Menerjemahkan masalah menjadi kebutuhan

Sebagai seorang yang berhadapan dengan

banyak klien dengan segala permasalahan yang

klien miliki, maka pekerja sosial dituntut untuk

mampu menerjemahkan masalah menjadi

 

Page 121: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

106

kebutuhan. Sebagaimana wawancara dengan

pekerja sosial.

―Dalam menghadapi kasus-kasus dimana

kita bekerja misalnya seperti low vision

berarti kita telah mempelajari apa sih yang

dibutuhkan mereka untuk keluar dari

masalah dan menjadikan mereka mandiri.

Misalnya mereka membutuhkan

pemeriksaan klinis, selain itu juga kita

harus memikirkan dampak psikologisnya

sosialnya. Kita juga menginformasikan

tentang luas pandang yang mereka miliki.‖

Proses menerjemahkan masalah menjadi

kebutuhan sudah terlihat pada tahap asesmen saat

pekerja sosial mengisi lembar recording form

bagian Permasalahan dan Kebutuhan dimana

lembar tersebut berisikan kendala-kendala klien

dalam beraktivitas dan masalah penglihatan,

kemudian dilanjut dengan bagian rekomendasi

yang ada di bagian akhir recording form. Contoh

permasalahan yang sering dihadapi klien yaitu

kepekaan kontras. Apabila klien tidak mampu

melihat benda berwarna yang berkontras rendah,

maka pekerja sosial akan merekomendasikan

kepada orang tua agar mengganti peralatan makan

dengan warna-warna yang mencolok.

d. Evaluasi tahapan intervensi— memilih strategi

Dikarenakan ketiga klien yang ada dalam

penelitian ini adalah murid sekolah luar biasa,

membuat pekerja sosial melibatkan pihak sekolah

 

Page 122: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

107

agar proses rehabilitasi dilakukan secara

menyeluruh hingga ke bidang pendidikan. Namun,

pekerja sosial tetap menitikberatkan tugas tersebut

pada orang tua, apakah mereka mampu

menginformasikan kebutuhan anaknya di kelas

atau tidak. Jika tidak, maka pekerja sosial akan

membantu mengadvokasi ke sekolah.

Sebagaimana wawancara dengan pekerja sosial.

―Iya memang terkadang apa yang kita

rencanakan tidak selalu terlaksana dengan

baik maka dari itu dalam perencanaan kita

mempunyai strategi. Seperti kita lihat

terkadang ada orang tua yang kooperatif

dan kita lihat kalau orang tuanya mampu

untuk berkomunikasi dengan pihak sekolah

kita gak perlu. Kita memberi tahu ini lho

mah anaknya seperti ini nanti di kelasnya

harus gimana, nah apakah orang tua yang

menyampaikan atau kami yang harus

datang ke sekolah.‖

Sebagai orang tua dari Fasyah, Cut Sukma

Murni menyampaikan bahwa dia tidak ada

kesulitan dalam berkomunikasi kepada pihak

sekolah. Berikut ungkapan dari orang tua klien.

―Enggak, mbak. Waktu ada pemeriksaan di

Rawinala, Fasyah kan dipanggil untuk

pemeriksaan jadi mungkin sekolah yang

merekomendasikan Fasyah.‖

 

Page 123: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

108

Senada dengan Cut Sukma Murni, Susi

juga mengakui tidak mengalami kesulitan. Berikut

ungkapan orang tua klien.

―Enggak sih ya, mbak. Saya kan waktu di

RSCM disarankan Leli untuk sekolah lebih

dini nah dari sana saya diberi tahu sekolah

Rawinala dan Rawinala juga kan kerja

sama dengan LAYAK.‖

Begitu pun dengan Astri orang tua dari

klien Sekar Arum. Berikut ungkapan orang tua

klien.

―Karena ketemunya di Rawinala jadi tanpa

saya menyampaikan ke sekolah yaa

menurut saya sekolah pasti tahu kalau

Arum itu low vision.‖

Hasil observasi peneliti selama di LVC

LAYAK, tidak terlihat adanya lembar kerja

khusus untuk evaluasi tiap tahapan intervensi dan

pekerja sosial juga tidak memiliki lembar kerja

untuk perencanaan secara tersendiri.

e. Menentukan target

Proses intervensi yang dilakukan oleh

pekerja sosial untuk klien pasti memiliki satu

target agar adanya kesepakatan antara kedua belah

pihak atas apa yang ingin dicapai. Sebagaimana

wawancara dengan pekerja sosial.

―Target dari intervensi yang kita lakukan

bersama orang tua yaa umumnya target

 

Page 124: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

109

kita itu bagaimana dia (anak) mengikuti

pelajaran di kelas dengan baik seperti anak

lainnya. Untuk jarak jauhnya jarak

dekatnya kalau pun pakai alat bantu apa

dia menggunakan alat bantunya dengan

baik apakah alat bantu itu benar-benar

menolong dia dan yang biasanya dibantu

teman, dia jadi mandiri.‖

Cut Sukma Murni sebagai orang tua

memiliki harapan terhadap anaknya yang sedang

menjalani rehabilitasi di LVC LAYAK. Berikut

ungkapan orang tua.

―Harapan saya banyak sekali, mbak hehe.

Yang pasti saya harap Fasyah bisa jadi

anak mandiri nantinya. Saya juga kan gak

tahu apakah Fasyah melihat jelas atau

tidak, gitu.‖

Hal serupa disampaikan pula oleh Susi

orang tua dari Leli. Berikut ungkapan orang tua

klien.

―Iya. Minimal komunikasi ke depannya

gimana, belajarnya gimana itu yang utama.

Dulu saya ngebayangin duh ini

perkembangannya gimana ya, nanti

sekolahnya seperti apa terus nanti

komunikasinya bagaimana.‖

Begitu pun Astri orang tua dari Sekar

Arum. Berikut ungkapan orang tua.

―Saya ingin Arum jadi anak yang mandiri.

Namanya umur kita kan gak tahu, mbak.

 

Page 125: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

110

Saya belum tentu bisa sama-sama terus

hehe.‖

Tidak ada target khusus dari masing-

masing intervensi yang diberikan kepada klien,

namun semua target intervensi yang dilakukan

pekerja sosial sama dengan tujuan lembaga yaitu

meningkatkan akses layanan low vision yang

komprehensif, mengembangkan layanan low

vision yang terintegrasi di layanan rumah sakit,

pendidikan dan masyarakat.

f. Spesifikasi tujuan

Untuk mencapai target, maka pekerja

sosial dan klien harus mengetahui apa yang perlu

dilakukan seperti memberitahukan siapa yang

melakukan, apa yang dilakukan, kapan dan

bagaimana melakukannya kepada klien.

Sebagaimana wawancara dengan pekerja sosial.

―Iya kita menjelaskan siapa saja yang

terlibat dalam proses ini selain keluarga

kita juga jelaskan ke pihak sekolah... anak

sudah diberi alat bantu tetapi tidak

digunakan saat di kelas... kita datang ke

sekolahnya beri tahu gurunya tentang

permasalahan dia...‖

Cut Sukma Murni mengungkapkan kalau

Fasyah masih tahap pemeriksaan. Berikut

ungkapan dari orang tua klien.

―Kalau Fasyah sih, mbak, masih dalam

tahap seperti observasi apa ya istilahnya

 

Page 126: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

111

kayak itu tadi Fasyah masih diperiksa

penglihatannya, tapi memang ada beberapa

hal yang disarankan ke saya agar

perkembangan Fasyah semakin baik.‖

Sementara itu, Susi mengungkapkan

bahwa dia diberitahukan pekerja sosial terkait hal-

hal apa yang harus dilakukan terhadap Leli.

Berikut ungkapan orang tua klien.

―Iya iya dijelaskan. Karena kan itu tadi biar

saya tahu gimana ya jika berhadapan anak

seperti ini.‖

Hal serupa juga disampaikan oleh Astri,

dia mengungkapkan kalau saat itu dijelaskan

bagaimana cara untuk mengetahui warna apa yang

disukai Arum. Berikut ungkapan dari orang tua

klien.

―Ya itu tadi mbak, disarankan Arum

sukanya warna apa. Caranya kita kasih

beberapa alat makan warna-warni, nanti

perhatikan mana yang dia suka kalau sudah

diteliti baru kita beli. Arum sukanya warna

merah.‖

Hasil observasi pada tanggal 14 November

2017, pekerja sosial kedatangan klien anak dengan

low vision dari Bogor. Dikarenakan anak tersebut

kesulitan dalam membaca tulisan pada buku, maka

pekerja sosial mengajarkannya menggunakan alat

bantu sebuah stand magnifier untuk membaca.

Selain alat bantu stand magnifier, pekerja sosial

 

Page 127: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

112

juga mengajarkan penggunaan CCTV (alat bantu

elektronik) seperti cara menghidupkan dan

mematikan, mengisi daya alat tersebut, dan

disampaikan pula untuk tidak memainkan alat

bantu. Tidak lupa juga pekerja sosial

mengingatkan kepada orang tua bahwa alat bantu

hanya dipakai untuk keperluan belajar. Alasan

pekerja sosial mengajukan dua alat bantu

bertujuan untuk mengetes alat bantu mana yang

dapat digunakan dengan mudah oleh anak.

g. Meresmikan kontrak

Langkah terakhir tahap perencanaan adalah

meresmikan kontrak. Kontrak merupakan

kesepakatan antara klien dan pekerja sosial tentang

apa yang akan terjadi dalam proses intervensi.

Sebagaimana wawancara dengan pekerja sosial.

―Kalau kontrak biasanya kita sih di awal.

Kita kan sambil beritahu mereka bahwa

bantuan ini tidak cukup sekali atau dua kali

datang saja. Kontrak tertulis tidak ada, kita

hanya memberikan informasi dan

komitmen kepada klien tentang alur

pelayanan yang perlu mereka ikuti secara

bertahap, sehingga hasil pelayanan yang

diberikan bisa maksimal.‖

Cut Sukma Murni orang tua dari Fasyah

mengakui tidak adanya penandatangan kontrak

secara tertulis. Berikut ungkapan orang tua klien.

―Gak ada ya, mbak.‖

 

Page 128: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

113

Susi orang tua dari Leli pun mengatakan

hal yang sama. Berikut ungkapan orang tua klien.

―Seingetku gak ada sih.‖

Begitu pun dengan Astri orang tua dari

Sekar Arum Berikut ungkapan orang tua klien.

―Gak ada deh kayaknya, iya gak ada.‖

Sesuai dari hasil wawancara dengan

pekerja sosial dan orang tua klien terlihat LVC

LAYAK tidak memiliki lembar kerja khusus untuk

kontrak, mereka hanya memberikan informasi dan

komitmen kepada klien ketika awal pertemuan.

4. Tahap Pelaksanaan (implementation)

a. Ikuti rencana kerja

Pekerja sosial membantu klien

melaksanakan apa yang telah direncanakan.

Sebagaimana hasil wawancara dengan Lucia

Rusmiyati selaku pekerja sosial LVC LAYAK.

―Kita melatih klien dalam menggunakan

alat bantu optik maupun nonoptik. Jika

diperlukan kita juga akan memberi

pengertian kepada guru dan temannya di

sekolah kalau anak ini menggunakan alat

bantu untuk belajar dan jangan dijadikan

mainan.‖(Lucia Rusmiyati 2017b)

Cut Sukma Murni mengungkapkan bahwa

pekerja sosial membantunya agar Fasyah tetap

 

Page 129: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

114

mau memakai alat bantu dalam aktivitas sehari-

hari. Berikut ungkapan dari orang tua klien.

―Iya, mbak. Kan namanya anak kadang gak

betah, gitu.‖

Senada dengan orang tua Fasyah, Susi pun

menyampaikan hal serupa. Berikut ungkapan dari

orang tua klien.

―Iya, mbak. Dikasih tahu terus biar alat

bantunya dipakai.‖

Begitu pun dengan Astri. Berikut ungkpan

dari orang tua klien.

―Ya, mbak. Selalu diingatkan biar anak

pakai kaca mata terus‖

b. Memantau kemajuan

Pekerja sosial selalu memantau kemajuan

apa saja yang dicapai klien agar memudahkan

untuk memberi penilaian. Berikut pernyataan

pekerja sosial.

―Kan kita udah ada jadwalnya, nanti kita

ketemu. Misalnya kita tatap muka kadang

tiga bulan kita tanya apakah alat bantunya

membantu tidak. Terus kalau misalnya dia

naik kelas, misalnya dia SD kan tulisan

masih besar-besar ya kita gatau kalo dia

sudah naik kelas 5 atau 6 itu kita lihat lagi,

dia bermasalah atau tidak.‖

Adanya kerja sama antara LVC LAYAK

dengan sekolah klien memudahkan pekerja sosial

 

Page 130: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

115

untuk memantau kemajuan yang dicapai klien. Hal

tersebut juga memudahkan Cut Sukma Murni

selaku orang tua klien. Berikut ungkapan dari

orang tua klien.

―Iya, mbak. Paling sih ketemu di sekolah

karena kan LAYAK lumayan sering ke

sekolah juga.‖

Susi orang tua dari Leli juga

mengungkapkan bahwa dengan adanya kerjasama

antara sekolah dengan LVC LAYAK

memudahkan untuk berkoordinasi.

―Iya. Lagian kan ini sama Rawinala kerja

sama tuh, jadi kalau saya ada perlu atau

nanya-nanya paling saya ketemunya di

Rawinala.‖

Senada dengan Susi, Astri orang tua dari

Sekar Arum juga menyampaikan bahwa dia sering

bertemu LVC LAYAK di Rawinala.

―Iya, mbak. Kalau saya gak sempat ke sini,

saya ketemunya di sekolah, mbak. Bahas-

bahas Arum, gitu‖

Memantau kemajuan klien dapat dilakukan

pekerja sosial dengan cara menelepon klien atau

berkunjung ke sekolah dan berkoordinasi dengan

para guru wali kelas.

 

Page 131: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

116

c. Revisi rencana (jika dibutuhkan)

Dalam melaksanakan intervensi, memang

ada beberapa hal yang tidak sesuai rencana, hal

tersebut membuat pekerja sosial segera membuat

perencanaan yang baru agar intervensi tetap

berjalan baik. Berikut hasil wawancara dengan

pekerja sosial.

―Untuk merevisi planning kita kan ada

jadwal pertemuan yang bisa dibilang juga

perencanaan secara tidak langsung. Kita

langsung menjadwalkan ulang apabila

klien tidak bisa hadir. Jadi revisi planning

itu langsung. Misalnya klien tidak bisa

kegiatan hari ini, pasti kita merencanakan

lagi kapan bertemu mereka, untuk apa

kegiatannya dijelaskan.‖

Cut Sukma Murni mengungkapkan bahwa

dirinya pernah mengatur ulang jadwal pertemuan.

Berikut ungkapan orang tua dari klien.

―Iya, pernah. Waktu itu Fasyah sakit.‖

Hal serupa juga dikatakan oleh Susi.

Berikut ungkapan orang tua dari klien

―Ya, pernah. Karena ada urusan lain.‖

Begitu pun dengan Astri yang sempat

beberapa kali mengatur ulang jadwal pertemuan.

Berikut ungkapan orang tua dari klien.

―Pernah, mbak. Ada beberapa kali.‖

 

Page 132: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

117

Pekerja sosial memiliki lembar kerja yang

disebut jadwal pertemuan. Lembar kerja tersebut

dapat digunakan sebagai perencanaan dan

implementasi secara bersamaan karena berisikan

kolom rencana tanggal-tanggal kegiatan dan

kolom keterangan yang nantinya diisi dengan

keterangan apakah kegiatan tersebut terlaksana

atau tidak. Jika tidak, maka pekerja sosial segera

membuat jadwal pertemuan berikutnya.

d. Menjalani seluruh rencana

Setelah memiliki jadwal pertemuan yang

baru dengan klien untuk kegiatan rehabilitasi

selanjutnya, maka pekerja sosial akan

melaksanakan kegiatan tersebut bersama dengan

tim LVC LAYAK. Sebagaimana hasil wawancara

dengan Lucia Rusmiyati selaku pekerja sosial

LVC LAYAK.

―Kalau sudah terjadwal dan klien

mengkonfirmasi bahwa bisa hadir di

pertemuan berikutnya ya kita lakukan itu.‖

Setelah ada perubahan jadwal pertemuan,

maka orang tua dari masing-masing klien akan

memenuhinya. Berikut ungkapan dari Cut Sukma

Murni.

―Iya datang, mbak. Kan sudah dikasih tahu

jadwal berikutnya.‖

 

Page 133: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

118

Sama halnya dengan Susi. Berikut

ungkapan dari orang tua klien.

―Iya, aku datang. Karena bu Luci biasanya

langsung kasih jadwal selanjutnya.‖

Begitu pun dengan Astri. Berikut ungkapan

ungkapan dari orang tua klien.

―Ya, saya tetap datang, mbak.‖

Gambar 4. 6 Lembar Jadwal Pertemuan

 

Page 134: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

119

Gambar 4. 7 Jadwal Pertemuan Klien

Fasyah

Gambar 4. 8 Jadwal Pertemuan Klien

Leli

 

Page 135: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

120

Gambar 4. 9 Jadwal Pertemuan Klien Sekar

5. Tahap Evaluasi (evaluation)

Pekerja sosial LVC LAYAK selalu

mengevaluasi tiap klien yang ditangani. Evaluasi

bertujuan untuk mengetahui perkembangan atau

kemajuan yang dilakukan klien selama proses

intervensi. Dalam melakukan evaluasi, pekerja sosial

memiliki lembar kerja tersendiri. Sebagaimana hasil

wawancara dengan Lucia Rusmiyati selaku pekerja

sosial LVC LAYAK.

―Evaluasi dilakukan berkala ya mulai tiga

bulan sekali, enam bulan sampai satu tahun.

Kita lihat kemajuan klien apakah alat bantunya

dipakai atau tidak, bagaimana dia di sekolah

apakah alat bantunya dipakai saat belajar dan

apakah ada kesulitan...‖(Lucia Rusmiyati

2017b)

Pada tahap evaluasi pekerja sosial juga

dapat melihat apakah kondisi klien perlu

 

Page 136: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

121

diasesmen ulang atau mungkin diterminasi karena

kehilangan kontak dengan klien. Berikut hasil

wawancara dengan pekerja sosial.

―Yaa apabila sudah dijadwalkan, kita

telepon susah, klien alamatnya juga pindah

dan akhirnya kita sudah tidak tahu

informasi, kita juga konfirmasi ke

sekolahnya juga sudah tidak bersekolah

disitu ya sudah terminasi itu kita lakukan.

Tetapi bila satu waktu dia mengubungi kita

lagi kalau ada kebutuhan kenapa tidak.‖

Gambar 4. 10 Lembar Evaluasi

 

Page 137: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

122

Karena LVC LAYAK menangani satu

kasus yaitu anak dengan low vision, maka lembar

kerja evaluasinya membandingkan kondisi klien

sebelum dan sesudah direhabilitasi. Seperti

kepatuhan dalam menggunakan kacamata,

kemampuan membaca dan menulis.

6. Tahap Penghentian (termination)

Terminasi adalah akhir dari hubungan

profesional antara pekerja sosial dan klien. Ada

beberapa hal yang dilakukan oleh pekerja sosial dalam

terminasi yaitu.

a. Memutuskan kapan hubungan profesional pekerja

sosial dan klien berakhir

Terminasi bisa saja datang dari keinginan

klien itu sendiri. Sebagaimana wawancara dengan

Lucia Rusmiyati selaku pekerja sosial LVC

LAYAK.

―Terminasi bisa jadi karena mereka merasa

tidak perlu lagi, biasanya mereka menelpon

bilang bu saya sudah bisa nanganin jadi

kita tidak perlu bantuan lagi ya sudah kita

terminasi karena itu kan pilihan mereka.

Kita tetap konfirmasi apa yang jadi itu

tidak bermasalah, ini saya sudah bisa itu

sudah bisa, anak saya udah gak masalah

kok bu. Tetapi nanti kalo misalnya ada

masalah atau kebutuhan silakan hubungi

kami.‖(Lucia Rusmiyati 2017b)

 

Page 138: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

123

Terminasi yang dilakukan LVC LAYAK

tidak direncanakan atau dijadwalkan sejak awal

memulai hubungan profesional antara pekerja

sosial dan klien, melainkan terminasi terjadi

dikarenakan keinginan klien yang sudah merasa

mampu dan klien yang apabila dijadwalkan tidak

ada kabar sehingga membuat pekerja sosial

kesulitan untuk menjalankan intervensi.

b. Mengevaluasi pencapaian tujuan

Pekerja sosial juga melakukan evaluasi

terhadap pencapaian atau keberhasilan klien

selama rehabilitasi berlangsung. Sebagaimana

wawancara dengan Lucia Rusmiyati selaku

pekerja sosial LVC LAYAK.

―Melakukan tes kemampuan penglihatan

klien secara berkala dan informasi yang

diberikan klien berkaitan dengan aktivitas

sehari-harinya dalam penggunaan

penglihatan yang didukung dengan alat

bantu.‖

Pekerja sosial melakukan beberapa tes lagi

untuk memastikan bahwa klien sudah cukup

mampu untuk mandiri.

c. Mempertahankan dan melanjutkan kemajuan yang

telah dicapai klien

Pekerja sosial memberikan beberapa saran

kepada klien agar apa yang telah dicapai dapat

 

Page 139: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

124

dipertahankan. Sebagaimana wawancara dengan

Lucia Rusmiyati selaku pekerja sosial LVC

LAYAK.

―Memberi saran pada anak dan orang tua

supaya alat bantu penglihatannya

digunakan untuk aktivitas sehari-hari

sesuai dengan kebutuhannya.‖

d. Mengatasi reaksi emosional antara pekerja sosial

dan klien

Pekerja sosial juga memberikan dukungan

kepada klien pada saat mereka menyampaikan

reaksi emosional seperti rasa sedih karena berpisah

atau rasa terimakasih. Sebagaimana wawancara

dengan Lucia Rusmiyati selaku pekerja sosial

LVC LAYAK.

―Sikap memberikan dukungan bagi klien

untuk memaksimalkan penglihatannya

dengan alat bantu yang digunakan dalam

aktivitas mereka.‖

e. Membuat arahan yang tepat

Pekerja sosial juga memberikan rujukan

kepada instansi terkait untuk pemecahan masalah

klien apabila ada yang dibutuhkan diluar LVC

LAYAK.

―Memberikan surat rujukan dan

menginformasikan kepada lembaga atau

instansi yang dituju mengenai kondisi klien

serta kebutuhannya dirujuk.‖

 

Page 140: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

125

7. Tahap tindak lanjut (follow-up)

Pekerja sosial melakukan tugas tindak lanjut

secara berkala dengan cara menelepon klien atau

menjadwalkan pertemuan. Sebagaimana hasil

wawancara dengan Lucia Rusmiyati selaku pekerja

sosial LVC LAYAK.

―Kita tanyakan perkembangan mereka atau

tindak lanjut ya lewat telepon. Selain itu

kita kan juga ada pertemuan yang

dilakukan beberapa bulan sekali.‖ (Lucia

Rusmiyati 2017b)

Melakukan tindak lanjut tidak selamanya

berjalan lancar, pekerja sosial menemui kesulitan-

kesulitan dalam menghubungi klien, namun tetap

berusaha dalam menghadapi kesulitan tersebut.

Berikut pernyataan pekerja sosial.

―Kita akan terus cari cara agar tahu

perkembangan mereka. Seperti misalnya

apabila orang tua sulit dihubungi karena

nomor teleponnya tidak aktif, kita coba ke

sekolah anaknya dan bertemu dengan guru.

Kalau ke sekolahnya juga sulit ditemui,

kita melakukan kunjungan ke rumah

klien.‖

Pekerja sosial hanya melakukan tindak

lanjut kepada penyandang low vision yang masih

dalam proses rehabilitasi yang diberikan LVC

LAYAK dan biasa dilakukan pada saat memantau

kemajuan klien. Bagi mereka yang sudah

diterminasi atau tidak lagi menjadi klien, LVC

 

Page 141: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

126

LAYAK tidak melakukan tindak lanjut. Berikut

pernyataan pekerja sosial.

―Enggak, kita hanya memfollow-up mereka

yang masih menjadi klien. kalau sudah

terminasi kita tidak lakukan.‖

Hasil observasi pada bulan November

2017, peneliti membantu pekerja sosial

mengumpulkan berkas klien yang akan ditindak

lanjut melalui telepon. Setelah berkas terkumpul,

pekerja sosial mulai menelepon satu per satu klien

dan tidak semua klien dapat dihubungi dengan

beragam alasan seperti nomor telepon yang salah

dan nomor telepon sudah tidak aktif.

 

Page 142: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

127

BAB V

ANALISIS HASIL TEMUAN

Bab ini berisi analisis hasil temuan peneliti tentang

penanganan anak dengan low vision dalam perspektif

generalist intervention model di Layanan Low Vision Center

LAYAK.

A. Tahap Keterlibatan (engagement)

Pada tahap engagement, pekerja sosial LVC

LAYAK telah melakukan langkah-langkah yang sesuai

dengan teori yang tercantum dalam bab II. Berikut

masing-masing kesesuaian langkah yang dilakukan

pekerja sosial.

1. Menyambut klien untuk mendorong mereka agar

mau berbicara dengan pekerja sosial

Sebagaimana hasil temuan di bab IV

halaman 77, pekerja sosial menyambut klien

dengan cara bertanya nama, perjalanan menuju

LAYAK, hingga mengajak bermain yang

bertujuan agar klien mau berbicara, hal tersebut

telah sesuai dengan teori di bab II halaman 34.

2. Memperlihatkan keterampilan yang efektif dalam

mengkomunikasikan bahwa pekerja sosial tertarik

pada situasi klien

 

Page 143: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

128

Sebagaimana hasil temuan di bab IV

halaman 79, pekerja sosial mendengarkan dengan

antusias apa saja permasalahan yang disampaikan

klien dan juga menunjukkan komunikasi

nonverbal dengan cara memberi sentuhan di

pundak klien bermaksud untuk menyemangati

yang bertujuan agar klien merasakan bahwa

pekerja sosial tertarik dengannya, hal tersebut

telah sesuai dengan teori di bab II halaman 35.

3. Mendiskusikan pelayanan agensi dan harapan

klien

Sebagaimana hasil temuan di bab IV

halaman 81, pekerja sosial menjelaskan tentang

layanan yang diberikan LVC LAYAK kepada

klien mulai dari apa saja yang dapat dibantu,

menjelaskan cara kerja lembaga, dan

menginformasikan layanan seperti apa yang akan

diberikan yang bertujuan agar klien mengetahui

sistem lembaga dan bersiap diri untuk

penyesuaian, hal tersebut sesuai dengan bab II

halaman 35.

4. Memutuskan apakah agensi dan pekerja sosial

dapat membantu

Sebagaimana hasil temuan di bab IV

halaman 83, pekerja sosial melakukan

pemeriksaan terlebih dahulu terhadap klien

sebelum memutuskan apakah LVC LAYAK bisa

 

Page 144: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

129

memberikan bantuan atau tidak yang bertujuan

agar klien mengetahui apakah mereka memenuhi

kriteria atau tidak, hal tersebut sesuai dengan bab

II halaman 35.

5. Menawarkan pelayanan agensi dan pekerja sosial

kepada klien

Sebagaimana hasil temuan di bab IV

halaman 84, pekerja sosial mengembalikan kepada

klien apakah mereka mau menerima bantuan dan

bersedia berkomitmen kepada lembaga atau tidak

tanpa adanya paksaan, hal tersebut sesuai dengan

bab II halaman 36.

6. Berorientasi pada klien untuk membangun

hubungan

Sebagaimana hasil temuan di bab IV

halaman 85, pekerja sosial menjelaskan kepada

klien adanya hubungan kerja sama antara klien

dengan lembaga karena bagaimanapun juga

dukungan baik dari klien sendiri maupun

keluarganya akan berpengaruh dalam proses

pemberian bantuan, hal tersebut sesuai dengan bab

II halaman 36.

7. Melengkapi dokumen yang dibutuhkan

Sebagaimana hasil temuan di bab IV

halaman 87, pekerja sosial memerlukan catatan

medis klien dari dokter mata yang bertujuan agar

pekerja sosial dapat melengkapi ketentuan

 

Page 145: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

130

dokumen yang dibutuhkan, hal tersebut sesuai

dengan bab II halaman 36.

B. Tahap Penilaian (assessment)

Pada tahap asesmen, pekerja sosial LVC LAYAK

telah melakukan langkah-langkah yang sesuai dengan

teori yang tercantum dalam bab II dan memiliki tambahan

model asesmen versi lembaga yaitu asesmen fungsional.

Berikut kesesuaian langkah dan model asesmen tersendiri

yang dilakukan oleh pekerja sosial.

1. Identifikasi klien

Sebagaimana hasil temuan di bab IV halaman

88, pekerja sosial melakukan identifikasi terhadap

klien mulai dari aktivitas sehari-hari seperti interaksi

dengan keluarga, kegiatan sekolah, hingga kegiatan

klien bersama temannya yang bertujuan agar pekerja

sosial mengetahui lingkungan sekitar klien, hal

tersebut sesuai dengan bab II halaman 37.

2. Asesmen situasi klien dari beberapa perspektif

a) Aspek mikro

Sebagaimana hasil temuan di bab IV

halaman 92, pekerja sosial mengeksplorasi

keluarga klien dengan cara menanyakan

pemahaman mereka terhadap permasalahan low

vision yang bertujuan agar pekerja sosial

mengetahui apakah keluarga klien tahu

bagaimana cara berhadapan dengan penyandang

 

Page 146: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

131

low vision, hal tersebut sesuai dengan bab II

halaman 38.

b) Aspek Meso

Sebagaimana hasil temuan di bab IV

halaman 93, pekerja sosial melakukan pencarian

informasi hingga mengunjungi sekolah klien

yang bertujuan agar pekerja sosial mengetahui

apakah lingkungan sekolah akan berpengaruh

terhadap intervensi, hal tersebut sesuai dengan

bab II halaman 38.

c) Aspek Makro

Sebagaimana hasil temuan di bab IV

halaman 94, pekerja sosial juga mendampingi

klien ke rumah sakit apabila klien kesulitan

untuk memahami hal-hal yang diinformasikan

oleh dokter yang bertujuan agar klien dapat

bertanya kembali dan tidak hanya mengiyakan

pertkataan dokter, hal tersebut sesuai dengan bab

II halaman 39.

d) Aspek Perbedaan

Sebagaimana hasil temuan di bab IV

halaman 95, pekerja sosial banyak berhadapan

dengan beragam klien namun tidak membuat

pekerja sosial melakukan tindak diskriminatif,

hal tersebut sesuai dengan bab II halaman 39.

 

Page 147: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

132

3. Mengutip informasi tentang masalah klien dan

kebutuhannya

Sebagaimana hasil temuan di bab IV halaman

95, pekerja sosial telah memiliki lembar kerja

tersendiri yang disebut recording form bagian

Permasalahan dan Kebutuhan yang bertujuan

memudahkan pekerja sosial dalam mengutip

informasi penting dari klien, hal tersebut sesuai

dengan bab II halaman 40.

4. Identifikasi kekuatan klien

Sebagaimana hasil temuan di bab IV halaman

97, pekerja sosial mengidentifikasi kekuatan yang

dimiliki klien mulai dari lingkungan keluarga,

sekolah, dan rumah sakit yang bertujuan agar pekerja

sosial mengetahui kondisi lingkungan klien yang

nantinya akan berdampak pada proses intervensi, hal

tersebut sesuai dengan bab II halaman 40.

5. Asesmen Fungsional

Dalam GIM, langkah asesmen hanya sampai

pada identifikasi kekuatan klien, sedangkan LVC

LAYAK memiliki tambahan asesmen yaitu asesmen

fungsional. Asesmen ini bertujuan untuk mengetahui

fungsi penggunaan mata pada klien dalam melakukan

kegiatan sehari-hari. Sebagaimana hasil temuan di

bab IV halaman 99, pekerja sosial melakukan

rangkaian tes seperti tracking dan scanning kepada

klien.

 

Page 148: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

133

C. Tahap Perencanaan (planning)

Pada tahap perencanaan, pekerja sosial LVC

LAYAK melakukan langkah-langkah agak berbeda dari

teori yang tercantum dalam bab II karena LVC LAYAK

memiliki gaya tersendiri dalam melakukan perencanaan,

namun tidak mengurangi keterampilan pekerja sosial

dalam membantu pemecahan masalah klien. Berikut

langkah-langkah yang dilakukan pekerja sosial dalam

tahap perencanaan.

1. Bekerja dengan klien

Sebagaimana hasil temuan di bab IV halaman

103, pekerja sosial mengajak orang tua klien untuk

ikut dalam merencanakan proses rehabilitasi dimulai

dengan menjelaskan peran orang tua dan keluarga ke

depannya yang bertujuan agar pekerja sosial dan

orang tua klien dapat bertukar informasi mengenai

perkembangan klien, hal tersebut sesuai dengan bab

II halaman 42.

2. Memprioritaskan masalah

Sebagaimana hasil temuan di bab IV halaman

105, pekerja sosial mengisi lembar kerja recording

form bagian ―Alat Bantu yang Didapat‖ dan

―Rekomendasi‖ yang bertujuan untuk

memberitahukan kepada klien hal-hal yang perlu

dilakukan terlebih dahulu. Langkah ini telah

dilakukan pada saat asesmen berlangsung, namun hal

tersebut tidak bertentangan karena langkah

 

Page 149: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

134

memprioritaskan masalah tetap dilakukan oleh

pekerja sosial sehingga sesuai dengan bab II halaman

42.

3. Menerjemahkan masalah menjadi kebutuhan

Sebagaimana hasil temuan di bab IV halaman

106, pekerja sosial melakukan proses menerjemahkan

masalah menjadi kebutuhan dengan cara mengisi

lembar recording form bagian ―Permasalahan dan

Kebutuhan‖, kemudian dilanjut ke bagian

―Rekomendasi‖ yang bertujuan agar pekerja sosial

dapat memberikan apa yang dibutuhkan klien dalam

menghadapi masalah. Langkah ini telah dilakukan

pekerja sosial pada saat asesmen berlangsung, namun

hal tersebut tidak bertentangan karena langkah

memprioritaskan masalah tetap dilakukan oleh

pekerja sosial sehingga sesuai bab II dengan halaman

42.

4. Evaluasi tahapan intervensi – memilih strategi

Sebagaimana hasil temuan di bab IV halaman

107, pekerja sosial meminta orang tua klien untuk

menyampaikan apa yang dibutuhkan klien kepada

guru di sekolah yang bertujuan agar proses

rehabilitasi berjalan secara komprehensif. Langkah

ini telah dilakukan pekerja sosial, namun lembar

kerja khusus yang berisikan alternatif strategi rencana

intervensi belum ada sehingga hal tersebut kurang

sesuai dengan bab II halaman 42.

 

Page 150: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

135

5. Menentukan target

Sebagaimana hasil temuan di bab IV halaman

109, pekerja sosial memiliki target yang sama dengan

tujuan lembaga yang bertujuan agar pekerja sosial

dan klien menyepakati apa yang ingin mereka capai

dari proses rehabilitasi, hal tersebut sesuai dengan

bab II halaman 43.

6. Spesifikasi tujuan

Sebagaimana hasil temuan di bab IV halaman

111, pekerja sosial memberitahukan baik kepada

klien maupun keluarganya mengenai apa yang harus

dilakukan yang bertujuan agar klien dapat mencapai

target dari proses rehabilitasi, hal tersebut sesuai

dengan bab II halaman 44.

7. Meresmikan kontrak

Sebagaimana hasil temuan di bab IV halaman

113, pekerja sosial menyatakan tidak adanya kontrak

secara tertulis melainkan hanya memberikan

informasi dan komitmen kepada klien, hal tersebut

kurang sesuai dengan bab II halaman 44.

D. Tahap Pelaksanaan (implementation)

Pada tahap pelaksanaan, pekerja sosial melakukan

langkah-langkah yang sesuai dengan teori yang tercantum

dalam bab II. Berikut masing-masing kesesuaian langkah

yang dilakukan pekerja sosial.

 

Page 151: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

136

1. Ikuti rencana kerja

Sebagaimana hasil temuan di bab IV halaman

114, pekerja sosial melaksanakan rencana kerja yang

telah dibuat sebelumnya seperti membantu klien

menggunakan alat bantu dalam aktivitas sehari-hari,

hal tersebut sesuai dengan bab II halaman 46.

2. Memantau kemajuan

Sebagaimana hasil temuan di bab IV halaman

115, pekerja sosial memantau kemajuan klien dengan

cara tatap muka, menelepon, dan berkunjung ke

sekolah yang bertujuan agar pekerja sosial

mengetahui kemajuan atau hambatan yang dihadapi

klien, hal tersebut sesuai dengan bab II halaman 46.

3. Revisi rencana (jika dibutuhkan)

Sebagaimana hasil temuan di bab IV halaman

118, pekerja sosial dapat membuat perubahan

rencana apabila terjadi hambatan di tengah

pelaksanaan yang bertjuan agar pemberian layanan

tetap berjalan lancar, hal tersebut sesuai dengan bab

II halaman 46.

4. Menjalani seluruh rencana

Sebagaimana hasil temuan di bab IV halaman

118, pekerja sosial melaksanakan seluruh rencana

kerjanya bersama tim LVC LAYAK, hal tersebut

sesuai dengan bab II halaman 46.

 

Page 152: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

137

E. Tahap Evaluasi (evaluation)

Sebagaimana pemaparan di bab II halaman 48,

dalam GIM memiliki beberapa model evaluasi yaitu

single-subject designs, goal-attainment scaling, task-

achievement scaling, dan client satification

questionnaries. Sedangkan pekerja sosial di LVC

LAYAK memiliki lembar kerja evaluasi tersendiri yang

berisikan perbandingan kondisi klien sebelum dan

sesudah mendapatkan rehabilitasi (lihat bab IV halaman

122). Metode evaluasi ini dapat dikategorikan sebagai

single-subject designs karena metode ini digunakan untuk

satu kasus dan melihat apakah intervensi berhasil atau

tidak.

F. Tahap Penghentian (termination)

Pada tahap penghentian, pekerja sosial melakukan

langkah-langkah yang sesuai dengan teori yang tercantum

dalam bab II. Berikut masing-masing kesesuaian langkah

yang dilakukan pekerja sosial.

1. Memutuskan kapan hubungan profesional pekerja

sosial dan klien berakhir

Sebagaimana hasil temuan di bab IV halaman

124, apabila klien sudah merasa cukup mandiri dan

tidak perlu bantuan lagi maka pekerja sosial dapat

memutuskan hubungan profesional. Terminasi yang

dilakukan LVC LAYAK termasuk terminasi tidak

terencana karena tidak adanya jadwal di tahap awal

 

Page 153: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

138

(engagement) kapan pemberian layanan akan

berakhir, hal tersebut sesuai dengan bab II halaman

50.

2. Mengevaluasi pencapaian tujuan

Sebagaimana hasil temuan di bab IV halaman

125, pekerja sosial melakukan serangkaian tes

kembali sebelum memutus hubungan profesional

yang bertujuan agar dapat dipastikan bahwa klien

sudah mandiri, hal tersebut sesuai dengan bab II

halaman 50.

3. Mempertahankan dan melanjutkan kemajuan yang

telah dicapai klien

Sebagaimana hasil temuan di bab IV halaman

125, pekerja sosial memberikan saran-saran kepada

klien yang bertujuan agar klien dapat

mempertahankan kemajuannya dari proses

rehabilitasi, hal tersebut sesuai dengan bab II

halaman 50.

4. Mengatasi reaksi emosional antara pekerja sosial dan

klien

Sebagaimana hasil temuan di bab IV halaman

126, pekerja sosial memberikan dukungan kepada

klien apabila klien merasa sedih ketika harus berpisah

dengan pekerja sosial, hal tersebut sesuai dengan bab

II halaman 50.

 

Page 154: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

139

5. Membuat arahan yang tepat

Sebagaimana hasil temuan di bab IV halaman

126, apabila klien membutuhkan sumber daya lain

diluar LVC LAYAK maka pekerja sosial bersedia

membantu untuk membuat rujukan ke instansi terkait,

hal tersebut sesuai dengan bab II halaman 50.

G. Tahap Tindak Lanjut (follow-up)

Sebagaimana hasil temuan di bab IV halaman 126,

pekerja sosial melakukan tindak lanjut saat implementasi

berlangsung dan tindak lanjut hanya berlaku pada klien

yang masih dalam proses rehabilitasi bukan pada klien

yang telah diterminasi, hal tersebut kurang sesuai dengan

bab II halaman 50.

H. Tabel Analisis Hasil Temuan

Berikut adalah tabel berisikan perbandingan

intervensi yang diberikan GIM dan LVC LAYAK.

 

Page 155: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

140

Tahapan GIM Tahapan LVC LAYAK Keterangan

Keterlibatan (engagement)

Menyambut klien untuk

mendorong mereka agar mau

berbicara dengan pekerja sosial

Pekerja sosial menyambut klien dengan cara bertanya nama,

perjalanan menuju LAYAK.

Sesuai

Memperlihatkan keterampilan yang

efektif dalam mengkomunikasikan

bahwa pekerja sosial tertarik pada

situasi klien

Pekerja sosial mendengarkan dengan antusias apa saja

permasalahan yang disampaikan klien dan juga menunjukkan

komunikasi nonverbal dengan cara memberi sentuhan di pundak

klien.

Sesuai

Mendiskusikan pelayanan agensi

dan harapan klien

Pekerja sosial menjelaskan tentang layanan yang diberikan LVC

LAYAK kepada klien mulai dari apa saja yang dapat dibantu,

menjelaskan cara kerja lembaga, dan menginformasikan layanan

seperti apa yang akan diberikan.

Sesuai

Memutuskan apakah agensi dan Pekerja sosial melakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap Sesuai

Perbandingan tahapan intervensi antara GIM

dan LVC LAYAK  

Page 156: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

141

pekerja sosial dapat membantu

klien sebelum memutuskan apakah LVC LAYAK bisa

memberikan bantuan atau tidak.

Menawarkan pelayanan agensi dan

pekerja sosial kepada klien

Pekerja sosial mengembalikan kepada klien apakah mereka mau

menerima bantuan dan bersedia berkomitmen kepada lembaga

atau tidak tanpa adanya paksaan.

Sesuai

Berorientasi pada klien untuk

membangun hubungan

Pekerja sosial menjelaskan kepada klien adanya hubungan kerja

sama antara klien dengan lembaga.

Sesuai

Melengkapi dokumen yang

dibutuhkan

Pekerja sosial memerlukan catatan medis klien dari dokter mata. Sesuai

Penilaian (assessment)

Identifikasi klien Pekerja sosial melakukan identifikasi terhadap klien mulai dari

aktivitas sehari-hari seperti interaksi dengan keluarga, kegiatan

sekolah, hingga kegiatan klien bersama temannya.

Sesuai

Asesmen situasi klien dari

perspektif mikro

Pekerja sosial mengeksplorasi keluarga klien dengan cara

menanyakan pemahaman mereka terhadap permasalahan low

vision.

Sesuai

 

Page 157: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

142

Asesmen situasi klien dari

perspektif meso

Pekerja sosial melakukan pencarian informasi hingga

mengunjungi sekolah klien.

Sesuai

Asesmen situasi klien dari

perspektif makro

Pekerja sosial juga mendampingi klien ke rumah sakit apabila

klien kesulitan untuk memahami hal-hal yang diinformasikan oleh

dokter.

Sesuai

Asesmen situasi klien dari aspek

perbedaan

Pekerja sosial banyak berhadapan dengan beragam klien namun

tidak membuat pekerja sosial melakukan tindak diskriminatif.

Sesuai

Mengutip informasi tentang

masalah klien dan kebutuhannya

Pekerja sosial telah memiliki lembar kerja tersendiri yang disebut

recording form bagian ―Permasalahan dan Kebutuhan‖ yang

bertujuan memudahkan pekerja sosial dalam mengutip informasi

penting dari klien.

Sesuai

Identifikasi kekuatan klien

Pekerja sosial mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki klien mulai

dari lingkungan keluarga, sekolah, dan rumah sakit yang bertujuan

agar pekerja sosial mengetahui kondisi lingkungan klien yang

Sesuai

 

Page 158: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

143

nantinya akan berdampak pada proses intervensi.

Asesmen fungsional, asesmen ini bertujuan untuk mengetahui

fungsi penggunaan mata pada klien dalam melakukan kegiatan

sehari-hari.

Asesmen fungsional

merupakan asesmen

tambahan yang

dilakukan oleh LVC

LAYAK.

Perencanaan (planning)

Bekerja dengan klien

Pekerja sosial mengajak orang tua klien untuk ikut dalam

merencanakan proses rehabilitasi dimulai dengan menjelaskan

peran orang tua dan keluarga ke depannya yang bertujuan agar

pekerja sosial dan orang tua klien dapat bertukar informasi

mengenai perkembangan klien.

Sesuai

Memprioritaskan masalah

Pekerja sosial mengisi lembar kerja recording form bagian ―Alat

Bantu yang Didapat‖ dan ―Rekomendasi‖ yang bertujuan untuk

memberitahukan kepada klien hal-hal yang perlu dilakukan

Sesuai

 

Page 159: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

144

terlebih dahulu.

Menerjemahkan masalah menjadi

kebutuhan

Pekerja sosial melakukan proses menerjemahkan masalah menjadi

kebutuhan dengan cara mengisi lembar recording form bagian

―Permasalahan dan Kebutuhan‖, kemudian dilanjut ke bagian

―Rekomendasi‖ yang bertujuan agar pekerja sosial dapat

memberikan apa yang dibutuhkan klien dalam menghadapi

masalah.

Sesuai

Evaluasi tahapan intervensi –

memilih strategi

Pekerja sosial meminta orang tua klien untuk menyampaikan apa

yang dibutuhkan klien kepada guru di sekolah yang bertujuan agar

proses rehabilitasi berjalan secara komprehensif.

Kurang sesuai.

LVC LAYAK telah

memilih strategi yang

termudah namun

belum menyediakan

lembar kerja khusus

yang berisikan

alternatif strategi

 

Page 160: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

145

rencana intervensi.

Menentukan target

Pekerja sosial memiliki target yang sama dengan tujuan lembaga

yang bertujuan agar pekerja sosial dan klien menyepakati apa

yang ingin mereka capai dari proses rehabilitasi

Sesuai

Spesifikasi tujuan Pekerja sosial memberitahukan baik kepada klien maupun

keluarganya mengenai apa yang harus dilakukan yang bertujuan

agar klien dapat mencapai target dari proses rehabilitasi.

Sesuai

Meresmikan kontrak

Pekerja sosial menyatakan tidak adanya kontrak secara tertulis

melainkan hanya memberikan informasi dan komitmen kepada

klien pada tahap keterlibatan.

Kurang sesuai.

LVC LAYAK tidak

menyediakan lembar

kontrak tertulis

kepada klien.

Pelaksanaan (implementation)

Ikuti rencana kerja Pekerja sosial melaksanakan rencana kerja yang telah dibuat

sebelumnya seperti membantu klien menggunakan alat bantu

Sesuai

 

Page 161: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

146

dalam aktivitas sehari-hari.

Memantau kemajuan

Pekerja sosial memantau kemajuan klien dengan cara tatap muka,

menelepon, dan berkunjung ke sekolah yang bertujuan agar

pekerja sosial mengetahui kemajuan atau hambatan yang dihadapi

klien.

Sesuai

Revisi rencana (jika dibutuhkan)

Pekerja sosial dapat membuat perubahan rencana apabila terjadi

hambatan di tengah pelaksanaan yang bertjuan agar pemberian

layanan tetap berjalan lancar.

Sesuai

Menjalani seluruh rencana Pekerja sosial melaksanakan seluruh rencana kerjanya bersama

tim LVC LAYAK.

Sesuai

Evaluasi (evaluation)

Single-subject designs

goal-attainment scaling

task-achievement scaling

Single-subject designs

Sesuai

 

Page 162: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

147

client satification questionnaries

Penghentian (termination)

Memutuskan kapan hubungan

profesional pekerja sosial dan klien

berakhir

Apabila klien sudah merasa cukup mandiri dan tidak perlu

bantuan lagi maka pekerja sosial dapat memutuskan hubungan

professional.

Sesuai

Mengevaluasi pencapaian tujuan

Pekerja sosial melakukan serangkaian tes kembali sebelum

memutus hubungan profesional yang bertujuan agar dapat

dipastikan bahwa klien sudah mandiri.

Sesuai

Mempertahankan dan melanjutkan

kemajuan yang telah dicapai klien

Pekerja sosial memberikan saran-saran kepada klien yang

bertujuan agar klien dapat mempertahankan kemajuannya dari

proses rehabilitasi.

Sesuai

Mengatasi reaksi emosional antara

pekerja sosial dan klien

Pekerja sosial memberikan dukungan kepada klien apabila klien

merasa sedih ketika harus berpisah dengan pekerja sosial.

Sesuai

Membuat arahan yang tepat Apabila klien membutuhkan sumber daya lain di luar LVC Sesuai

 

Page 163: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

148

LAYAK maka pekerja sosial bersedia membantu untuk membuat

rujukan ke instansi terkait.

Tindak Lanjut (follow-up)

Melakukan tindak lanjut terhadap

klien yang telah diterminasi

Hanya melakukan tindak lanjut terhadap klien yang masih

menerima pelayanan.

Kurang sesuai.

 

Page 164: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

149

BAB VI

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini menemukan bahwa ada kesesuaian

dan ketidaksesuaian sub-langkah antara intervensi yang

diberikan GIM dan LVC LAYAK. Adapun

ketidaksesuaiannya yaitu LVC LAYAK tidak

menyediakan lembar kerja kontrak tertulis antara lembaga

dengan klien, lembar kerja khusus yang berisikan

alternatif strategi rencana intervensi, dan tidak

menindaklanjuti klien yang telah diterminasi.

Berdasarkan hasil temuan, pekerja sosial LVC

LAYAK memiliki pengetahuan yang baik mengenai isu

low vision karena sebelumnya telah memiliki pengalaman

bekerja menangani anak dengan low vision dari tahun

1997 hingga 2007 dan mendapatkan pelatihan kembali

sebelum bergabung dengan LVC LAYAK yang bertujuan

untuk memperkuat kemampuannya terdahulu. Pekerja

sosial LVC LAYAK juga merupakan sarjana

kesejahteraan sosial yang telah mengetahui keterampilan

apa saja yang harus dimiliki. Keterampilan yang

ditunjukkan selama intervensi berlangsung antara lain

menyambut hangat setiap klien yang datang,

 

Page 165: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

150

membangun komunikasi yang ramah dengan anak-anak

agar mereka merasa nyaman, membangun hubungan

profesional dan kepercayaan dengan klien,

mendengarkan keluhan klien dengan seksama,

melakukan komunikasi verbal maupun nonverbal,

menyampaikan hal-hal seputar low vision yang tidak

dipahami klien dengan bahasa yang sederhana dan

mudah dimengerti, melakukan serangkaian tes dengan

cara bermain ketika klien anak mulai tidak fokus dan

bosan, mengadvokasi klien ketika mereka tidak mampu

mengakses layanan pendidikan atau kesehatan.

Selain pengetahuan dan keterampilan, nilai atau

prinsip dasar juga ditunjukkan pekerja sosial dalam

proses intervensi seperti tidak membeda-bedakan klien

atau menyudutkannya, menangkap pesan nonverbal dari

klien dan membantu klien untuk mengutarakan apa yang

mereka rasakan, menyadari bahwa tiap klien memiliki

keunikan masing-masing, mengajak klien serta

keluarganya untuk berpartisipasi dalam proses intervensi

dan menyadari masalah yang dihadapi, menjaga rahasia

klien, dan pekerja sosial mengontrol dirinya agar

hubungan profesional dengan klien tetap terjaga.

 

Page 166: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

151

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, penelitian ini memiliki

keterkaitan terhadap praktik pekerjaan sosial. Adanya generalist

intervention model memberikan panduan kepada pekerja sosial

dalam proses pemecahan masalah terutama bagi praktisi

generalis. Pekerja sosial dapat mengikuti tujuh tahap yang

ditawarkan GIM atau bisa dikreasikan dan disesuaikan dengan

isu masalah yang dihadapi tanpa mengurangi esensi dari

tahapan tersebut. GIM juga menekankan bahwa pengetahuan,

keterampilan, dan nilai adalah dasar utama praktik pekerjaan

sosial. Hal tersebut dikarenakan pekerja sosial memainkan

banyak peran sehingga mereka dituntut memiliki pengetahuan

yang luas, beragam keterampilan salah satunya komunikasi dan

menjunjung tinggi nilai guna mempertahankan kepercayaan

klien.

C. Saran

Adapun saran-saran yang ingin peneliti sampaikan

sebagai berikut.

1. Pengadaan lembar kerja kontrak tertulis. Bisa dikatakan

format kontrak yang ada pada LVC LAYAK berwujud

secara lisan karena pekerja sosial tetap

menginformasikan alur pelayanan dan membangun

komitmen dengan klien. Meskipun begitu, ada baiknya

jika memiliki lembar kontrak tertulis yang bertujuan

 

Page 167: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

152

mempertegas kesepakatan dan mempertegas hak serta

tanggung jawab klien.

2. Pengadaan lembar kerja khusus yang berisikan alternatif

strategi rencana intervensi. Adanya lembar kerja ini

diharapkan agar mempermudah pekerja sosial ketika

menghadapi masalah dalam intervensi.

3. Menindaklanjuti klien yang telah diterminasi. Meskipun

klien sudah tidak lagi menerima pelayanan, namun

pekerja sosial harus tetap menghubunginya karena ada

kemungkinan klien mengalami kemunduran dari apa

yang telah dicapai saat intervensi. Jika jumlah klien

terlalu banyak, pekerja sosial bisa memulai dari klien

yang memiliki risiko paling tinggi untuk bermasalah

kembali.

 

Page 168: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

153

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Bungin, Burhan. 2013. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi:

Format-format Kuanttatif dan Kualitatif untuk Studi Sosiologi,

Kebijakan Publik, Komunikasi, Manajemen, dan Pemasaran.

Jakarta: Kencana.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: PT.

Syaamil Cipta Media.

Departemen Sosial Republik Indonesia. 2009. Pedoman Pelayanan dan

Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat Netra Low Vision dalam

Panti. Jakarta: Departemen Sosial.

Fahrudin, Adi. 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: PT

Refika Aditama.

Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik.

Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hamidi. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Pendekatan Praktis

Penulisan Proposal Laporan Penelitian. Kedua. Malang: UMM

Press.

Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-

ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Indrawan, Rully, dan Poppy Yaniawati. 2014. Metodologi Penelitian:

Kuantitatif, Kualitatif, dan Campuran untuk Manajemen,

Pembangunan, dan Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama.

 

Page 169: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

154

Ismail, Asep Usman. 2012. Al-Qur’an dan Kesejahteraan Sosial:

Sebuah Rintisan Membangun Paradigma Sosial Islam yang

Berkeadilan dan Berkesejahteraan. Tangerang: Lentera Hati.

Kirst-Ashman, Karen K., dan Grafton H. Hull, Jr. 1999. Understanding

Generalist Practice. Kedua. Chicago: Nelson-Hall, Inc.

Rukminto, Isbandi. 2005. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan

Sosial. Jakarta: FISIP UI Press.

Rustanto, Bambang. 2015. Penelitian Kualitatif Pekerjaan Sosial.

Bandung: PT. Remaja Rosadakarya.

Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar. Jakarta:

indeks.

Soehartono, Irawan. 2011. Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik

Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial

Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya.

Jurnal

Ferreira Viviana, dan Cristina P. Albuquerque. 2017. Adaptation of a

Developmental Test to Accommodate Young Children with Low

Vision. Huntington 111 (Journal of Visual Impairment and

Blindness): 1.

Jennifer Hissett. 2008. Low Vision. California 3 (Encyclopedia of

Global Health): 1032–33.

Lutfah Rif‘ati, Rabea P. Yekti, dan Lusianawaty Tana. 2009. Besaran

Masalah Low Vision dan Kebutaan di Indonesia Serta Berbagai

Faktor Risiko: Riset Kesehatan Dasar 2007 Berskala Nasional.

Jakarta 1.1 (Permasalahan Gangguan Penglihatan): 30.

 

Page 170: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

155

Laporan

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2014. ―Situasi

Gangguan Penglihatan dan Kebutaan.‖ Jakarta: Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia.

www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infod

atin/infodatin-penglihatan.pdf.

World Health Organization. 1997. ―Management of Low Vision in

Children.‖ WHO/PBL/93.27. Bangkok: World Health

Organization.

http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/61105/1/WHO_PBL_9

3.27.pdf.

———. 2012. ―Global Data On Visual Impairment 2010.‖ Geneva:

World Health Organization.

www.who.int/blindness/GLOBALDATAFINALforweb.pdf.

Laman Web

Rahma Lillahi Sativa. 2015. ―Pertuni: Tiga-perempat Tunanetra adalah

Penyandang Low Vision.‖ Yogyakarta, 2015.

https://health.detik.com/read/2015/10/19/183340/3047884/763/

pertuni-tiga-perempat-tunanetra-adalah-penyandang-low-vision.

Rizal Mahmuddhin. 2017. ―Standard Chartered Gandeng Yayasan

LAYAK Gelar Pelatihan Bagi Guru SLB,‖ 9 Agustus 2017.

http://ekonomi.akurat.co/id-56531-read-standard-chartered-

gandeng--yayasan-layak-gelar-pelatihan-bagi-guru-slb.

 

Page 171: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

156

Tesis

Muhammad Asroruddin. 2014. ―Dampak Gangguan Penglihatan dan

Penyakit Mata Terhadap Kualitas Hidup Terkait Penglihatan

Pada Populasi Gangguan Penglihatan Berat dan Buta di

Indonesia; Subpenelitian Studi Validasi Data Kebutaan Hasil

Riskesdas 2013 dan Identifikasi Etiloginya.‖ Jakarta:

Universitas Indonesia.

 

Page 172: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

157

PEDOMAN WAWANCARA

Informan : Direktur Pelayanan Yayasan LAYAK

Materi

Wawancara

Pertanyaan

Profil Lembaga

Apa latar belakang yang membentuk

yayasan LAYAK?

Apa visi dan misi yayasan LAYAK?

Apa saja fungsi dan tugas pokok yayasan

LAYAK?

Dengan siapa saja LAYAK bekerja sama?

Apa saja program-program yayasan

LAYAK?

Salah satu programnya adalah low vision,

bagaimana alur pelayanan di Low Vision

Center LAYAK?

Syarat dan kriteria apa saja untuk menjadi

klien Low Vision Center LAYAK?

Apa saja kegiatan dari Low Vision Center

LAYAK?

Jumlah klien low vision yang telah

ditangani?

Bagaimana Low Vision Center LAYAK

mencari anak dengan low vision yang

membutuhkan layanan ini?

 

Page 173: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

158

Informan : Pekerja Sosial Layanan Low Vision Center

LAYAK

No. Materi Wawancara Pertanyaan

1

Keterlibatan

(engagement)

Bagaimana cara pekerja sosial

menyambut klien anak dengan

low vision agar mereka mau

berbicara dan mengungkapkan

apa yang dirasakan?

Bagaimana cara pekerja sosial

menunjukkan ketertarikan

terhadap situasi klien?

Bagaimana pekerja sosial

mendiskusikan tentang

pelayanan yang akan diberikan

lembaga dan apa yang

diharapkan klien/orang tua

klien?

Bagaimana cara pekerja sosial

memutuskan bahwa lembaga dan

pekerja sosial bisa atau tidaknya

memberikan bantuan?

Bagaimana cara pekerja sosial

menawarkan pelayanan lembaga

kepada klien?

Bagaimana pekerja sosial

mengorientasikan klien ke dalam

hubungan pertolongan?

Bagaimana pekerja sosial

melengkapi dokumen yang

dibutuhkan?

2

Penilaian

(assessment)

Bagaimana cara pekerja sosial

dalam mengidentifikasi klien?

Bagaimana cara pekerja sosial

mengasesmen klien ke dalam

berbagai perspektif (mikro,

mezzo, makro) dan aspek

perbedaan?

Bagaimana cara pekerja sosial

 

Page 174: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

159

mengutip informasi tentang

masalah dan kebutuhan klien?

Bagaimana cara pekerja sosial

mengidentifikasi kekuatan klien?

3

Perencanaan

(planning)

Pada tahapan planning,

bagaimana cara pekerja sosial

bekerja dengan klien?

Bagaimana pekerja sosial dan

klien memprioritaskan salah satu

masalah yang akan dihadapi

terlebih dahulu?

Bagaimana cara pekerja sosial

menerjemahkan masalah yang

dihadapi klien ke dalam

kebutuhan?

Bagaimana cara pekerja sosial

mengevaluasi tahapan intervensi

untuk tiap kebutuhan?

Bagaimana cara pekerja sosial

menetapkan target dari apa yang

telah direncanakan bersama

klien?

Bagaimana pekerja sosial

menjelaskan ‗siapa yang harus

melakukan, apa dan kapan akan

dilakukan dan bagaimana harus

melakukannya‘ terhadap klien

untuk mencapai tujuan yang

telah direncanakan?

Bagaimana cara pekerja sosial

mengajukan kontrak terhadap

klien?

4

Pelaksanaan

(implementation)

Bagaimana pekerja sosial

membantu klien

mengimplementasikan rencana?

Bagaimana cara pekerja sosial

memantau kemajuan klien?

Bagaimana pekerja sosial

 

Page 175: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

160

melakukan revisi planning?

Bagaimana pekerja sosial

menyelesaikan apa yang telah

direncanakan?

5

Evaluasi

(evaluation)

Bagaimana cara pekerja sosial

meninjau sejauh mana tujuan

tercapai?

Pada tahap evaluasi, bagaimana

cara pekerja sosial memilih

antara terminasi atau asesmen

ulang?

6

Penghentian

(termination)

Bagaimana Anda memutuskan

kapan hubungan profesional

pekerja sosial dan klien

berakhir?

Bagaimana Anda mengevaluasi

pencapaian tujuan klien sebelum

terminasi?

Bagaimana Anda

mempertahankan dan

melanjutkan kemajuan yang

telah dicapai klien?

Mengatasi reaksi emosional

antara pekerja sosial dan klien

7

Tindak Lanjut

(follow-Up)

Bagaimana cara pekerja sosial

melakukan follow-up?

Bagaimana pekerja sosial

mengatasi rintangan dalam

melakukan follow-up?

Apakah follow-up diberikan

kepada mereka yang telah

terminasi?

 

Page 176: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

161

Informan : Orang tua dari klien anak dengan low vision

No. Pertanyaan

1 Apakah pekerja sosial menyambut kedatangan Anda dengan

baik?

2 Apakah pekerja sosial mendengarkan dengan baik apa yang

Anda sampaikan?

3 Apakah pekerja sosial menjelaskan tentang LVC LAYAK?

4 Apakah anak Anda menjalani pemeriksaan di LVC

LAYAK?

5 Apakah pekerja sosial menjelaskan keterlibatan Anda

sebagai orang tua dalam proses rehabilitasi?

6 Apakah Anda diminta untuk menunjukkan surat keterangan

dokter?

7 Apakah Anda diminta untuk menceritakan keseharian atau

hal-hal yang berkaitan dengan anak Anda?

8 Apakah pekerja sosial menjelaskan tentang low vision

kepada Anda?

9 Apakah pekerja sosial bertanya aktivitas anak Anda di

sekolah?

10 Apakah pekerja sosial memberitahukan kepada Anda apa

yang harus dilakukan terlebih dahulu?

11 Apakah Anda merasa kesulitan dalam menyampaikan ke

sekolah bahwa anak Anda menyandang low vision?

12 Adakah harapan dari kedatangan Anda ke LVC LAYAK?

13 Apakah pekerja sosial menjelaskan kepada Anda mengenai

apa yang harus Anda lakukan, siapa saja yang terlibat dan

bagaimana cara melakukannya?

14 Apakah Anda menandatangani sebuah kontrak sebelum

layanan ini diberikan?

15 Apakah pekerja sosial mengingatkan Anda agar anak selalu

memakai alat bantu baik di rumah maupun sekolah?

16 Apakah pekerja sosial memberi jadwal pertemuan untuk

melihat perkembangan anak Anda?

17 Apakah Anda pernah mengatur ulang jadwal pertemuan

yang telah ditetaplan pekerja sosial?

18 Apakah Anda tetap datang apabila ada pengaturan ulang

jadwal pertemuan?

 

Page 177: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

162

TRANSKIP WAWANCARA

Hari, tanggal : Selasa, 14 November 2017

Waktu : 08.30 WIB

Lokasi : Di dalam mobil saat perjalanan menuju

SLBN 01 Jakarta

Informan : Lucia Rusmiyati, S.Sos

Pendidikan : Sarjana Kesejahteraan Sosial

Jabatan : Direktur Pelayanan

Materi wawancara : Profil yayasan LAYAK

No. Pertanyaan Jawaban

1 Apa latar belakang yang

membentuk yayasan

LAYAK?

LAYAK terbentuk atas

keinginan pekerja sosial yang

ingin membantu masyarakat

dalam pemecahan masalah

sosial. Misalnya HIV/AIDS,

trafficking atau perdagangan

manusia, kemudian low vision

dan sebagainya. Dengan

harapan, adanya LAYAK dapat

memberi jawaban atas

permasalahan tersebut. Dan

tentu dalam memberikan

layanan dengan metode atau

prinsip dari pekerjaan sosial.

2 Apa visi dan misi

yayasan LAYAK?

Visi yayasan LAYAK itu

terwujudnya anak dan keluarga

yang berdaya. Supaya mereka

klien-klien kita itu berdaya

 

Page 178: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

163

sendiri dan juga keluarga pun

yang merasa anak itu (kasus

anak low vision) tadinya

masalah buat mereka, akhirnya

mereka tahu apa yang harus

mereka lakukan. Berdaya

mampu mengenali memecahkan

masalah secara mandiri di

bidang kesehatan, ekonomi,

pendidikan dan sosial. Disini

misinya memberdayakan anak

dan keluarga melalui

penjangkauan dan

pendampingan, penjangkauan

yaa inilah screening yang kita

lakukan bagaimana kita bisa

mengetahui keberadaan mereka

terus juga mendampingi dalam

arti kita juga menginformasikan

untuk akses layanan kesehatan

dan pengobatan. Ada juga

‗layanan manajemen kasus‘,

biasanya ini untuk ODHA,

kemudian ‗mitigasi dampak‘,

‗pendidikan dan pelatihan‘,

‗konseling dan advokasi‘.

Semua itu kita lakukan

berdasarkan metode, nilai, dan

prinsip pekerjaan sosial. Inget

gak prinsip peksos? Nah seperti

menjaga rahasia, penerimaan

kita terhadap klien, kemudian

setiap klien itu unik meskipun

mereka memiliki masalah yang

 

Page 179: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

164

sama, dan self-determination.

3 Apa saja fungsi dan

tugas pokok yayasan

LAYAK?

Kita membantu masyarakat

menghubungkan ke sumber

daya yang dibutuhkan untuk

pemecahan masalah,

memberikan support bahwa

mereka tidak sendiri,

mendengarkan kesulitan atau

masalah mereka.

4 Dengan siapa saja

LAYAK bekerjasama?

Untuk kerjasama kita ada

dengan tentunya kementerian

sosial, dinas sosial, komisi

penanggulan AIDS. Kalau

untuk low vision center sendiri

kita bekerjasama dengan

kementerian pendidikan,

kementerian kesehatan, sekolah

inklusi dan sekolah luar biasa,

rumah sakit, puskesmas dan

masyarakat juga.

5 Apa saja program-

program yayasan

LAYAK?

Disini kan dijelaskan program

yang sudah terlaksana ada

pelayanan sosial, pendidikan

masyarakat, layanan

manajemen kasus juga sudah

berjalan, pusat layanan

informasi yang sudah berjalan

ya seperti HIV, gender,

perlindungan anak, dan juga

peningkatan gizi anak itu juga

sudah berjalan. Selain itu

konsultasi anak dan keluarga

juga sudah dan layanan home

 

Page 180: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

165

based care juga sudah berjalan.

Penelitian dan pengembangan

seperti pelatihan manajemen

kasus, pemberdayaan

masyarakat, anual survey dan

penelitian singkat. Jadi seperti

sekarang untuk training sendiri,

di LAYAK sendiri kita ada

trainer-trainer untuk manajemen

kasus karena memang itu

kegiatan kita pekerja sosial.

Dan bahwa di dalam dukungan

pelayanan ODHA perlu sekali

layanan manajemen kasus.

Sekarang untuk low vision

sendiri, kita kan juga untuk

menjadi trainer ke guru

bagaimana sih guru bisa

melakukan penilaian

pembelajaran di kelas gitu. Itu

kita lakukan agar mereka

memahami apa nanti guru

sendiri bisa mengatasi

masalahnya gak harus kita lagi.

Paling nanti kita hanya

kaitannya dengan layanan

pemeriksaan. Mungkin nanti

kebutuhan di kelas sudah

tertangani oleh gurunya, kita

hanya tinggal lihat oh iya ini

benar seperti itu. Dan ya nanti

akan banyak anak-anak low

vision, mereka akan lebih

terbantu dan mandiri. Dan juga

 

Page 181: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

166

memang sesuai kebutuhan,

jangan sampai anak masih

memiliki sisa penglihatan

namun mereka di-braille-kan.

6 Salah satu programnya

adalah low vision,

bagaimana alur

pelayanan di Low

Vision Center LAYAK?

Seperti yang sudah aku jelaskan

ke kamu, si calon klien ini harus

melewati beberapa tahap

pemeriksaan. Mulai tes

penglihatan, ukuran kacamata,

jika dia butuh alat bantu dan

bagaimana cara

menggunakannya kita akan

berikan dan ajarkan. Selain itu

juga, kita akan beri saran

kepada orang tua dan guru.

7 Syarat dan kriteria apa

saja untuk menjadi klien

Low Vision Center

LAYAK?

Seperti yang sudah aku jelaskan

low vision itu mereka yang

mempunyai penglihatan terbatas

walaupun mereka sudah ke

dokter, periksa mata,

pengobatan, sudah pakai

kacamata, dan penglihatan

mereka yaa sudah maksimal

kurang dari 6/18 nah itu yang

kita tindak lanjuti untuk

pelayanan, seperti itu.

8 Apa saja kegiatan dari

Low Vision Center

LAYAK?

Kegiatannya kan macam-

macam, kegiatan kan bisa

berkembang. Maksudnya itu

sesuai kebutuhan yang berjalan

dan juga untuk hmm... untuk

kita melihat situasi dimana

situasi yang perlu didukung

 

Page 182: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

167

dengan kegiatan yang lain.

Misalnya seperti low vision kan

belum banyak orang tahu bahwa

orang-orang dengan sisa

penglihatan masih bisa lho

dimaksimalkan dengan alat

bantu baik optik maupun

nonoptik. Makanya kita bekerja

sama dengan kader-kader

masyarakat yang nantinya kita

akan mensosialisasikan tentang

low vision nah selanjutnya nanti

mereka bisa mendeteksi orang-

orang yang low vision yang ada

di masyarakat. Misalnya mereka

menemukan kasus, nanti

mereka bisa mengakses

pelayanan. Kader-kader yang

aktif di masyarakat seperti

posyandu, posbindu dan ibu-ibu

pkk. Jadi nanti kita akan bekerja

sama dengan kader-kader yang

ada dengan menambahkan

informasi tentang low vision,

mungkin nanti mereka tidak

hanya mendeteksi low vision

saja. Mungkin di masyarakat

mereka mampu mendeteksi

anak-anak dengan gangguan

penglihatan lainnya.

9 Jumlah klien low vision

yang telah ditangani?

Jumlah klien sampai dengan

bulan april 2018 adalah 631

orang, yang terdiri dari Laki-

laki 359 orang dan perempuan

 

Page 183: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

168

272 orang.

10 Bagaimana Low Vision

Center LAYAK mencari

anak dengan low vision

yang membutuhkan

layanan ini?

Biasanya mereka yang datang

ke kita itu bisa dari lembaga

yang bekerjasama dengan

LAYAK, dari hasil kunjungan

screening yang kita lakukan,

dari mulut ke mulut maksudnya

dari para orang tua yang sudah

mendapat layanan kita yang

kemudian menginfokan ke yang

lain dan ada juga yang secara

mandiri datang ke kita.

 

Page 184: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

169

TRANSKIP WAWANCARA

Hari, tanggal : Senin, 27 November 2017

Waktu : 14.30 WIB

Lokasi : Kantor Layanan Low Vision Center

LAYAK, Jakarta Selatan

Informan : Lucia Rusmiyati, S.Sos

Pendidikan : Sarjana Kesejahteraan Sosial

Jabatan : Pekerja Sosial / Rehab Worker

Materi wawancara : Tahap pemberian layanan rehabilitasi

No. Pertanyaan Jawaban

Tahap Keterlibatan (engagement)

1 Bagaimana cara pekerja

sosial menyambut klien

anak dengan low vision

agar mereka mau

berbicara dan

mengungkapkan apa yang

dirasakan?

Misalnya klien baru datang

kita ajak ngobrol sebentar

tidak langsung pemeriksaan.

Kita tanya siapa nama lengkap

dia dan panggilannya,

perjalanan mereka menuju

kesini atau kita ajak main.

Baru ketika mereka sudah

nyaman, kita lanjut

pemeriksaan.

2 Bagaimana cara pekerja

sosial menunjukkan

ketertarikan terhadap

situasi klien?

Kita mendengarkan

permasalahan mereka dengan

penuh perhatian, kita

perhatikan apa yang mereka

pikirkan dan apa sih yang

dirasakan. Pasti mereka kan

ingin didengarkan

masalahnya, nah kita harus

bisa memahami posisi mereka

gitu.

3 Bagaimana pekerja sosial Kita akan menjelaskan

 

Page 185: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

170

mendiskusikan tentang

pelayanan yang akan

diberikan lembaga dan

apa yang diharapkan

klien/orang tua klien?

LAYAK itu apa, apa yang kita

bisa bantu, dan juga ceritakan

cara kerja kita itu bagaimana,

dan nantinya kita akan

menginformasikan layanan

seperti apa yang akan kita

berikan pada klien.

4 Bagaimana cara pekerja

sosial memutuskan bahwa

lembaga dan pekerja

sosial bisa atau tidaknya

memberikan bantuan?

Kita akan melihat hasil

pemeriksaan penglihatan lebih

dulu dan alat bantu mereka

seperti apa. Dari sana kita

tahu bahwa mereka

membutuhkan layanan ini.

5 Bagaimana cara pekerja

sosial menawarkan

pelayanan lembaga

kepada klien?

Kita kan sudah menjelaskan

apa yang kita bisa bantu, cara

memberi bantuannya dan

kemudian kita tanyakan

kepada orang tua klien apakah

ya atau tidak. Itu pilihan

mereka, kita tidak memaksa.

6 Bagaimana pekerja sosial

mengorientasikan klien ke

dalam hubungan

pertolongan?

Tentu kita menjelaskan proses

pertolongan kepada klien.

Kita kasih tahu kepada

mereka mengenai ketentuan

yang ada seperti bahwa

pelayanan ini tidak hanya

sekali tapi akan berlanjut. Kita

harapkan kerjasama orang tua

agar pelayanan yang kita

berikan maksimal.

7 Bagaimana pekerja sosial

melengkapi dokumen

yang dibutuhkan?

Mereka yang datang kesini

biasanya sudah punya catatan

medis dari dokter atau rujukan

dari rumah sakit. Karena itu

informasi banget buat kita dan

penyakit mata kan beda-beda.

Apabila belum punya, maka

kita sarankan untuk

melakukan pemeriksaan ke

dokter mata dahulu.

 

Page 186: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

171

Tahap Penilaian (assessment)

1 Bagaimana cara pekerja

sosial dalam

mengidentifikasi klien?

Dalam mengidentifikasi klien,

kita butuh rekam jejak medis

supaya kita tahu apa yang

dialami klien dan kita tidak

salah dalam memberi

penilaian. Kita juga tanyakan

aktivitas anak di rumah dan

sekolah kemudian interaksi

anak dengan teman-temannya.

2 Bagaimana cara pekerja

sosial mengasesmen klien

ke dalam berbagai

perspektif (mikro, mezzo,

makro) dan aspek

perbedaan?

Mulai dari keluarga, apakah

keluarga ayah ibu paham gak

jangankan memahami mereka

tahu gak tentang low vision.

Kita tanyakan kebiasaan anak

di rumah misalnya apakah

kalau nonton tv jaraknya

dekat sekali atau tidak, apakah

suka menabrak benda di

depannya. Terus kita tanyakan

posisi duduk anak di sekolah

sebelah mana. Apakah ada

masalah jika menyalin tulisan

dari papan tulis ya biasanya

kan tulisan guru ada yang

besar sekali ada yang kecil.

Jika orang tua ada kesulitan

untuk meyampaikan

pertanyaan ke dokter mata

maka kita bantu

pendampingan. Biasanya kan

dokter menjelaskan sekenanya

saja tidak mendetail, dan

orang tua cuma bisa iya-iya

saja dikarenakan mereka juga

bingung apa sih yang

dijelaskan dokter. Klien kita

memang kebanyakan anak

tetapi ada juga yang usia

 

Page 187: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

172

dewasa. Nah, biasanya mereka

yang dewasa dan sebelumnya

memiliki mata yang normal

namun ada hal yang membuat

mereka mengalami penurunan

penglihatan, itu kita infokan di

awal jika ada banyak

kemungkinan yang terjadi ke

depan. Apakah

penglihatannya dapat

membaik atau mungkin malah

semakin buruk, tujuannya kita

beri tahu di awal agar si klien

tidak kaget.

3 Bagaimana cara pekerja

sosial mengutip informasi

tentang masalah dan

kebutuhan klien?

Semua yang diceritakan klien

itu informasi bagi kita. Jadi

selama mereka bercerita kita

mencatat poin penting dari

cerita tersebut dan nantinya

kita buktikan ketika

pemeriksaaan apakah masalah

yang diceritakan sesuai

dengan hasil pemeriksaan.

Misalnya, orang tua cerita

kalau anaknya gak bisa lihat

benda atau nendang benda

yang warnanya serupa dengan

lantai berarti dia punya

kontras yang rendah dan

untuk melihat lebih baik, dia

butuh warna-warna dengan

kontras tinggi atau mencolok.

Di sekolah kalau menulis

selalu lewat garis berarti si

anak butuh buku yang

garisnya tebal agar tulisannya

tetap di dalam garis.

4 Bagaimana cara pekerja

sosial mengidentifikasi

Kita menanyakan kemampuan

orang tua dari segi ekonomi

 

Page 188: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

173

kekuatan klien? apa pekerjaan mereka apakah

pegawai negeri atau swasta

dari situlah kita bisa

memprediksikan bahwa

apakah keluarga mampu atau

tidak kemudian latar

pendidikan orang tua. Kita

juga lihat apakah si anak ini

mudah berbaur dengan

temannya atau mungkin

merasa minder, apakah dia

memiliki ketertarikan

terhadap sesuatu.

Tahap Perencanaan (planning)

1 Pada tahapan planning,

bagaimana cara pekerja

sosial bekerja dengan

klien?

Kita menjelaskan kepada

mereka bahwa kita tidak bisa

bekerja sendiri artinya peran

orang tua dan keluarga juga

penting untuk proses

rehabilitasi anak. Biasanya

kita jelaskan hasil asesmen

kita kepada orang tua hal-hal

yang harus dilakukan di

rumah untuk latihan

menggunakan alat bantu

2 Bagaimana pekerja sosial

dan klien memprioritaskan

salah satu masalah yang

akan dihadapi terlebih

dahulu?

Biasanya kita dengar dulu kan

hal-hal yang mereka

sampaikan baru nanti kita

lihat yang dikerjakan lebih

dulu apa misalnya sudah

berobat atau belum karena

kalau belum berobat kita

belum bisa berikan penilaian

gitu. Selanjutnya melakukan

pemeriksaan ke kita,

selanjutnya apa dan

tahapannya apa nanti kita

kasih tahu. Seperti kasus

misalnya waktu klien datang

 

Page 189: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

174

mereka tidak mengetahui

tentang masalah penglihatan

pada orang tua, mereka hanya

tahu setelah operasinya saja,

tetapi mereka tidak tahu

langkah ke depan seperti apa.

Nah kita kasih tahu langkah

ke depan seperti apa, beri tahu

hal-hal yang pokok.

3 Bagaimana cara pekerja

sosial menerjemahkan

masalah yang dihadapi

klien ke dalam

kebutuhan?

Dalam menghadapi kasus-

kasus dimana kita bekerja

misalnya seperti low vision

berarti kita telah mempelajari

apa sih yang dibutuhkan

mereka untuk keluar dari

masalah dan menjadikan

mereka mandiri. Misalnya

mereka membutuhkan

pemeriksaan klinis, selain itu

juga kita harus memikirkan

dampak psikologisnya

sosialnya. Kita juga

menginformasikan tentang

luas pandang yang mereka

miliki

4 Bagaimana cara pekerja

sosial mengevaluasi

tahapan intervensi untuk

tiap kebutuhan?

Iya memang terkadang apa

yang kita rencanakan tidak

selalu terlaksana dengan baik

maka dari itu dalam

perencanaan kita mempunyai

strategi. Seperti kita lihat

terkadang ada orang tua yang

kooperatif dan kita lihat kalau

orang tuanya mampu untuk

berkomunikasi dengan pihak

sekolah kita gak perlu. Kita

memberi tahu ini lho mah

anaknya seperti ini nanti di

kelasnya harus gimana, nah

 

Page 190: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

175

apakah orang tua yang

menyampaikan atau kami

yang harus datang ke sekolah.

Kalau mereka bisa

menyampaikan itu bagus,

kadang orang tua kan lebih

kenal gurunya. Ada mungkin

yang memang meminta kita

untuk memberitahu gurunya,

padahal orang tua sudah

memberitahu tapi guru

mengabaikan karena guru

merasa orang tua bukan

ahlinya. Nah kasus seperti itu

kita datang bertemu gurunya,

kita kasih tahu ini lho bu alat

bantunya cara

menggunakannya seperti ini.

5 Bagaimana cara pekerja

sosial menetapkan target

dari apa yang telah

direncanakan bersama

klien?

Target dari intervensi yang

kita lakukan bersama orang

tua yaa umumnya target kita

itu bagaimana dia (anak)

mengikuti pelajaran di kelas

dengan baik seperti anak

lainnya. Untuk jarak jauhnya

jarak dekatnya kalau pun

pakai alat bantu apa dia

menggunakan alat bantunya

dengan baik apakah alat bantu

itu benar-benar menolong dia

dan yang biasanya dibantu

teman, dia jadi mandiri

6 Bagaimana pekerja sosial

menjelaskan spesifikasi

tujuan terhadap klien

untuk mencapai target?

Iya kita menjelaskan siapa

saja yang terlibat dalam

proses ini selain keluarga kita

juga jelaskan ke pihak

sekolah. Ada kasus seperti

anak sudah diberi alat bantu

tetapi tidak digunakan saat di

 

Page 191: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

176

kelas, dia beralasan lupa cara

pakainya. Kita datang ke

sekolahnya beri tahu gurunya

tentang permasalahan dia, kita

sampaikan sampai gurunya

memahami. Bahkan kita juga

kasih tahu temannya, bahwa

ada teman kamu yang

melihatnya kurang jelas, kita

sampaikan alat bantu ini

membantu teman kamu untuk

melihat dan jangan

dipinjamkan atau jadi mainan.

7 Bagaimana cara pekerja

sosial mengajukan kontrak

terhadap klien?

Kalau kontrak biasanya kita

sih di awal. Kita kan sambil

beritahu mereka bahwa

bantuan ini tidak cukup sekali

atau dua kali datang saja.

Kontrak tertulis tidak ada, kita

hanya memberikan informasi

dan komitmen kepada klien

tentang alur pelayanan yang

perlu mereka ikuti secara

bertahap, sehingga hasil

pelayanan yang diberikan bisa

maksimal.

Tahap Pelaksanaan (implementation)

1 Bagaimana pekerja sosial

membantu klien dalam

melaksanakan intervensi?

Kita melatih klien dalam

menggunakan alat bantu optik

maupun nonoptik. Jika

diperlukan kita juga akan

memberi pengertian kepada

guru dan temannya di sekolah

kalau anak ini menggunakan

alat bantu untuk belajar dan

jangan dijadikan mainan.

2 Bagaimana cara pekerja

sosial memantau

Kan kita udah ada jadwalnya,

nanti kita ketemu. Misalnya

kita tatap muka kadang tiga

 

Page 192: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

177

kemajuan klien? bulan kita tanya apakah alat

bantunya membantu tidak.

Terus kalau misalnya dia naik

kelas, misalnya dia SD kan

tulisan masih besar-besar ya

kita gatau kalo dia sudah naik

kelas 5 atau 6 itu kita lihat

lagi, dia bermasalah atau

tidak.

3 Bagaimana pekerja sosial

melakukan revisi

perencanaan?

Untuk merevisi planning kita

kan ada jadwal pertemuan

yang bisa dibilang juga

perencanaan secara tidak

langsung. Kita langsung

menjadwalkan ulang apabila

klien tidak bisa hadir. Jadi

revisi planning itu langsung.

Misalnya klien tidak bisa

kegiatan hari ini, pasti kita

merencanakan lagi kapan

bertemu mereka, untuk apa

kegiatannya dijelaskan.

4 Bagaimana pekerja sosial

menyelesaikan seluruh

rencana kerja?

Kalau sudah terjadwal dan

klien mengkonfirmasi bahwa

bisa hadir di pertemuan

berikutnya ya kita lakukan itu.

Tahap Evaluasi (evaluation)

1 Bagaimana cara pekerja

sosial meninjau sejauh

mana tujuan tercapai?

Evaluasi dilakukan berkala ya

mulai tiga bulan sekali, enam

bulan sampai satu tahun. Kita

lihat kemajuan klien apakah

alat bantunya dipakai atau

tidak, bagaimana dia di

sekolah apakah alat bantunya

dipakai saat belajar dan

apakah ada kesulitan.

Biasanya kita ikuti

perkembangan mereka karena

kan umumnya kebutuhan

mereka pasti berubah tiap

 

Page 193: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

178

waktu, cara belajar di kelas

juga berbeda-beda gitu. Kita

juga lihat hasil pemeriksaan

mereka apakah ada perubahan

seperti itu

2 Pada tahap evaluasi,

bagaimana cara pekerja

sosial memilih antara

terminasi atau asesmen

ulang?

Yaa apabila sudah

dijadwalkan, kita telepon

susah, klien alamatnya juga

pindah dan akhirnya kita

sudah tidak tahu informasi,

kita juga konfirmasi ke

sekolahnya juga sudah tidak

bersekolah disitu ya sudah

terminasi itu kita lakukan.

Tetapi bila satu waktu dia

mengubungi kita lagi kalau

ada kebutuhan kenapa tidak.

Tahap Penghentian (termination)

1 Bagaimana cara pekerja

sosial memutuskan

hubungan profesional

dengan klien?

Terminasi bisa jadi karena

mereka merasa tidak perlu

lagi, biasanya mereka

menelpon bilang bu saya

sudah bisa nanganin jadi kita

tidak perlu bantuan lagi ya

sudah kita terminasi karena itu

kan pilihan mereka. Kita tetap

konfirmasi apa yang jadi itu

tidak bermasalah, ini saya

sudah bisa itu sudah bisa,

anak saya udah gak masalah

kok bu. Tetapi nanti kalo

misalnya ada masalah atau

kebutuhan silakan hubungi

kami

2 Bagaimana cara pekerja

sosial melakukan evaluasi

pencapaian target yang

telah dilakukan klien

selama intervensi

Melakukan tes kemampuan

penglihatan klien secara

berkala dan informasi yang

diberikan klien berkaitan

dengan aktivitas sehari-

harinya dalam penggunaan

 

Page 194: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

179

berlangsung? penglihatan yang didukung

dengan alat bantu.

3 Bagaimana cara pekerja

sosial mempertahankan

dan melanjutkan

kemajuan yang telah

dicapai klien?

Memberi saran pada anak dan

orang tua supaya alat bantu

penglihatannya digunakan

untuk aktivitas sehari-hari

sesuai dengan kebutuhannya

4 Bagaimana cara pekerja

sosial mengatasi reaksi

emosional klien ketika

terminasi?

Sikap memberikan dukungan

bagi klien untuk

memaksimalkan

penglihatannya dengan alat

bantu yang digunakan dalam

aktivitas mereka.

5 Bagaimana cara pekerja

sosial memberi arahan

kepada klien yang

membutuhan bantuan

sumber daya lain?

Memberikan surat rujukan dan

menginformasikan kepada

lembaga atau instansi yang

dituju mengenai kondisi klien

serta kebutuhannya dirujuk.

Tahap Tindak Lanjut (follow-up)

1 Bagaimana cara pekerja

sosial melakukan tindak

lanjut kepada klien?

Kita tanyakan perkembangan

mereka atau tindak lanjut ya

lewat telepon. Selain itu kita

kan juga ada pertemuan yang

dilakukan beberapa bulan

sekali.

2 Bagaimana cara pekerja

sosial mengatasi kendala

ketika klien sulit

dihubungi?

Kita akan terus cari cara agar

tahu perkembangan mereka.

Seperti misalnya apabila

orang tua sulit dihubungi

karena nomor teleponnya

tidak aktif, kita coba ke

sekolah anaknya dan bertemu

dengan guru. Kalau ke

sekolahnya juga sulit ditemui,

kita melakukan kunjungan ke

rumah klien.

 

Page 195: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

180

3 Apakah pekerja sosial

melakukan tindak lanjut

kepada klien yang telah

diterminasi?

Enggak, kita hanya

memfollow-up mereka yang

masih menjadi klien. kalau

sudah terminasi kita tidak

lakukan.

 

Page 196: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

181

TRANSKIP WAWANCARA

Hari, tanggal : Rabu, 6 Desember 2017

Waktu : 11.00 WIB

Lokasi : Kantor Layanan Low Vision Center

LAYAK

Identitas Orang Tua Klien

Nama : Susi

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : D3

Identitas Klien

Nama : Leli Komariyah

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 5 Juli 2001

No. Pertanyaan Jawaban

1 Apakah pekerja sosial

menyambut kedatangan

Anda dengan baik?

Wah baik banget sih ya,

mbak. Kalau orangnya baik

kan kitanya juga jadi enak

gak kaku hehe.

2 Apakah pekerja sosial

mendengarkan dengan baik

apa yang Anda sampaikan?

Kalau saya lagi cerita gitu

ya, bu Luci atau bu Lia tuh

selalu mendengarkan apa

yang saya sampaikan ya,

mbak. Ya terutama kalau

 

Page 197: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

182

bahas Leli.

3 Apakah pekerja sosial

menjelaskan tentang LVC

LAYAK?

Sangat dijelaskan ya, mbak.

Kalau dulu total ya dibiayai

dari operasi sampai

kacamata. Kalau sekarang

jadi kerjasama sama orang

tua dan ada kemandirian

yayasan juga kan.

4 Apakah anak Anda

menjalani pemeriksaan di

LVC LAYAK?

Sebelumnya kan saya sudah

ke RSCM kontrol-kontrol

biasa menjelang operasi

terus saya disarankan

hubungi kesini. Setelah

diperiksa di sini disarankan

untuk balik lagi (ke LVC)

setelah operasi.

5 Apakah pekerja sosial

menjelaskan keterlibatan

Anda sebagai orang tua

dalam proses rehabilitasi?

Disampaikan kalau disini

saya sebagai orang tua juga

harus aktif melihat

perkembangan anak.

6 Apakah Anda diminta

untuk menunjukkan surat

keterangan dokter?

Karena saya ke sini atas

rujukan RSCM jadi saya

sudah punya hasil

pemeriksaan dokter.

7 Apakah Anda diminta

untuk menceritakan

keseharian atau hal-hal

yang berkaitan dengan

anak Anda?

Ya saya ceritakan, mbak.

Sebelumnya, Leli kalau

buang air besar gak mau di

lubangnya walaupun dia di

kamar mandi, baju kotor

dimasukkan ke kolam yang

baru saya kuras. Setelah Leli

sekolah dan saya ke sini ada

perubahan.

8 Apakah pekerja sosial

menjelaskan tentang low

Iya dong dijelasin pasti sama

kayak waktu saya di rumah

 

Page 198: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

183

vision kepada Anda? sakit juga dijelasin.

9 Apakah pekerja sosial

bertanya aktivitas anak

Anda di sekolah?

Iya dibahas juga tentang

sekolah karena kan kita tahu

kalau LAYAK dan sekolah

itu ada kerja sama nah

dengan begitu jadi

memudahkan sih.

10 Apakah pekerja sosial

memberitahukan kepada

Anda apa yang harus

dilakukan terlebih dahulu?

Iya. Saya ada ketemu dokter

mata, ke rumah sakit terus

juga kan dikasih resep

kacamata.

11 Apakah Anda merasa

kesulitan dalam

menyampaikan ke sekolah

bahwa anak Anda

menyandang low vision?

Enggak sih ya, mbak. Saya

kan waktu di RSCM

disarankan Leli untuk

sekolah lebih dini nah dari

sana saya diberi tahu sekolah

Rawinala dan Rawinala juga

kan kerja sama dengan

LAYAK.

12 Adakah harapan dari

kedatangan Anda ke LVC

LAYAK?

Iya. Minimal komunikasi ke

depannya gimana, belajarnya

gimana itu yang utama. Dulu

saya ngebayangin duh ini

perkembangannya gimana

ya, nanti sekolahnya seperti

apa terus nanti

komunikasinya bagaimana.

13 Apakah pekerja sosial

menjelaskan kepada Anda

mengenai apa yang harus

Anda lakukan, siapa saja

yang terlibat dan

bagaimana cara

melakukannya?

Iya iya dijelaskan. Karena

kan itu tadi biar saya tahu

gimana ya jika berhadapan

anak seperti ini

14 Apakah Anda

menandatangani sebuah

Seingetku gak ada sih

 

Page 199: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

184

kontrak sebelum layanan

ini diberikan?

15 Apakah pekerja sosial

mengingatkan Anda agar

anak selalu memakai alat

bantu baik di rumah

maupun sekolah?

Iya, mbak. Dikasih tahu

terus biar alat bantunya

dipakai

16 Apakah pekerja sosial

memberi jadwal pertemuan

untuk melihat

perkembangan anak Anda?

Iya. Lagian kan ini sama

Rawinala kerja sama tuh,

jadi kalau saya ada perlu

atau nanya-nanya paling

saya ketemunya di Rawinala.

17 Apakah Anda pernah

mengatur ulang jadwal

pertemuan yang telah

ditetaplan pekerja sosial?

Ya, pernah. Karena ada

urusan lain.

18 Apakah Anda tetap datang

apabila ada pengaturan

ulang jadwal pertemuan?

Iya, aku datang. Karena bu

Luci biasanya langsung

kasih jadwal selanjutnya.

 

Page 200: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

185

TRANSKIP WAWANCARA

Hari, tanggal : Rabu, 6 Desember 2017

Waktu : 08.30 WIB

Lokasi : Kantor Layanan Low Vision Center

LAYAK

Identitas Orang Tua Klien

Nama : Cut Sukma Murni

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : SMA

Identitas Klien

Nama : Fasyah Nur Ramadhan

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir: Jakarta, 15 September 2007

No. Pertanyaan Jawaban

1 Apakah pekerja sosial

menyambut kedatangan

Anda dengan baik?

Pertama saya kesini, saya

disambut sangat ramah dan

sangat hangat ya, sama anak-

anak juga sama seperti itu

jadi anak kan gak merasa

canggung. Orang-orangnya

disini juga baik ya, mbak.

2 Apakah pekerja sosial

mendengarkan dengan baik

apa yang Anda sampaikan?

Sewaktu saya kesini saya

jadi merasa menemukan

pegangan gitu, mbak, ada

 

Page 201: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

186

yang bisa dijadikan tempat

untuk bercerita. Orang-orang

disini selalu bersedia

mendengarkan dan

memahami apa yang saya

rasakan. Sebelumnya kan

saya bingung ini gimana ya

Fasyah kendala matanya

seperti ini.

3 Apakah pekerja sosial

menjelaskan tentang LVC

LAYAK?

Iya mbak, dijelaskan tapi

saya lupa-lupa ingat hehe.

Ternyata di LAYAK banyak

orang tua yang punya anak

low vision. Dijelasin juga

kalau nanti apa saja yang

harus saya lakukan.

4 Apakah anak Anda

menjalani pemeriksaan di

LVC LAYAK?

Iya waktu itu Fasyah

diperiksa ya, mbak. Karena

waktu itu kebetulan

bertemunya di Rawinala,

jadi Fasyah ditesnya disana.

Sebelumnya, Fasyah juga

kan sudah diperiksa dokter

mata di Klinik Mata

Nusantara.

5 Apakah pekerja sosial

menjelaskan keterlibatan

Anda sebagai orang tua

dalam proses rehabilitasi?

Waktu itu saya dikasih tahu

kalau peran orang tua juga

diperlukan. Jadi antara saya

dengan LAYAK saling

mengisi gitu, mbak.

6 Apakah Anda diminta

untuk menunjukkan surat

keterangan dokter?

Iya, saya bawa. Saya tahu

Fasyah low vision enam

bulan setelah operasi mata.

Saya ceritakan lagi di sini

kalau Fasyah sudah pakai

kacamata khusus low vision

 

Page 202: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

187

pas umur enam bulan.

7 Apakah Anda diminta

untuk menceritakan

keseharian atau hal-hal

yang berkaitan dengan

anak Anda?

Iya, saya cerita kalau Fasyah

itu sebelumnya sulit untuk

fokus, agak susah diajak

interaksi dan main.

8 Apakah pekerja sosial

menjelaskan tentang low

vision kepada Anda?

Iya dijelaskan, mbak. Tapi

karena saya sebelumnya

sudah pernah ke Klinik Mata

Nusantara jadi sedikit-sedikit

saya sudah mengerti.

9 Apakah pekerja sosial

bertanya aktivitas anak

Anda di sekolah?

Iya, mbak. Saya bilang

awalnya di sekolah Fasyah

itu kalau maunya itu ya itu

gak mau berbagi dengan

yang lain gitu.

10 Apakah pekerja sosial

memberitahukan kepada

Anda apa yang harus

dilakukan terlebih dahulu?

Saya waktu itu ditanya

apakah Fasyah menandai

barang dengan rabaan atau

melihat seperti itu. Nah,

setelah saya perhatikan

menurut saya Fasyah tidak

meraba, karena dia bisa

melihat dan bisa memilih.

11 Apakah Anda merasa

kesulitan dalam

menyampaikan ke sekolah

bahwa anak Anda

menyandang low vision?

Enggak, mbak. Waktu ada

pemeriksaan di Rawinala,

Fasyah kan dipanggil untuk

pemeriksaan jadi mungkin

sekolah yang

merekomendasikan Fasyah.

12 Adakah harapan dari

kedatangan Anda ke LVC

LAYAK?

Harapan saya banyak sekali,

mbak hehe. Yang pasti saya

harap Fasyah bisa jadi anak

mandiri nantinya. Saya juga

kan gak tahu apakah Fasyah

 

Page 203: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

188

melihat jelas atau tidak, gitu

13 Apakah pekerja sosial

menjelaskan kepada Anda

mengenai apa yang harus

Anda lakukan, siapa saja

yang terlibat dan

bagaimana cara

melakukannya?

Kalau Fasyah sih, mbak,

masih dalam tahap seperti

observasi apa ya istilahnya

kayak itu tadi Fasyah masih

diperiksa penglihatannya,

tapi memang ada beberapa

hal yang disarankan ke saya

agar perkembangan Fasyah

semakin baik.

14 Apakah Anda

menandatangani sebuah

kontrak sebelum layanan

ini diberikan?

Gak ada ya, mbak.

15 Apakah pekerja sosial

mengingatkan Anda agar

anak selalu memakai alat

bantu baik di rumah

maupun sekolah?

Iya, mbak. Kan namanya

anak kadang gak betah, gitu

16 Apakah pekerja sosial

memberi jadwal pertemuan

untuk melihat

perkembangan anak Anda?

Iya, mbak. Paling sih ketemu

di sekolah karena kan

LAYAK lumayan sering ke

sekolah juga.

17 Apakah Anda pernah

mengatur ulang jadwal

pertemuan yang telah

ditetaplan pekerja sosial?

Iya, pernah. Waktu itu

Fasyah sakit

18 Apakah Anda tetap datang

apabila ada pengaturan

ulang jadwal pertemuan?

Iya datang, mbak. Kan sudah

dikasih tahu jadwal

berikutnya.

 

Page 204: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

189

TRANSKIP WAWANCARA

Hari, tanggal : Rabu, 6 Desember 2017

Waktu : 09.00 WIB

Lokasi : Kantor Layanan Low Vision Center

LAYAK

Identitas Orang Tua Klien

Nama : Astri

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : SMA

Identitas Klien

Nama : Sekar Arum Widiani

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat, tanggal lahir: Jakarta, 16 Oktober 2008

No. Pertanyaan Jawaban

1 Apakah pekerja sosial

menyambut kedatangan

Anda dengan baik?

Orang-orang yang ada di sini

baik-baik ya, mbak. Mereka

hangat kepada anak-anak

dan peduli dengan anak

seperti anak kita gini.

2 Apakah pekerja sosial

mendengarkan dengan baik

apa yang Anda sampaikan?

Iya, mbak. Tiap saya ke sini

pasti perhatian sekali untuk

mendengarkan cerita saya

terus jawab-jawab

pertanyaan saya. Apalagi

 

Page 205: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

190

saya melihat penanganan di

sini dengan di rumah sakit

itu berbeda.

3 Apakah pekerja sosial

menjelaskan tentang LVC

LAYAK?

Iya iya dijelaskan. Yang

jelas di sini menangani anak

berkebutuhan khusus.

Sebenarnya di Cipto juga

ada dari low vision juga

kerja sama tapi saya kalau ke

sana agak susah jadi

mending saya ke sini aja.

4 Apakah anak Anda

menjalani pemeriksaan di

LVC LAYAK?

Iya, Arum diperiksa juga di

sini. Sama bu Luci atau bu

Lia terus nanti kalau sudah

diperiksa diresepkan

kacamata.

5 Apakah pekerja sosial

menjelaskan keterlibatan

Anda sebagai orang tua

dalam proses rehabilitasi?

Saya disampaikan bahwa

proses rehabilitasi ini orang

tua sangat berperan penting

ya, mbak. Karena kan kalau

bukan mamanya dan

orangtuanya ya siapa lagi.

6 Apakah Anda diminta

untuk menunjukkan surat

keterangan dokter?

Saya sebelum ke low vision

kan juga sudah ke Cipto jadi

saya ke sini bawa catatan

dokter untuk dilihat.

7 Apakah Anda diminta

untuk menceritakan

keseharian atau hal-hal

yang berkaitan dengan

anak Anda?

Saya ditanyakan tentang

kebiasaan Arum sehari-hari

itu bagaimana, apa yang dia

suka misalnya dia suka

warna apa.

8 Apakah pekerja sosial

menjelaskan tentang low

vision kepada Anda?

Dijelaskan ya, mbak. Malah

saya lebih leluasa tanya-

tanya di sini, saya bisa kapan

aja ke sini, dan saya rasa

 

Page 206: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

191

penanganan di sini lebih

bersahabat untuk Arum.

9 Apakah pekerja sosial

bertanya aktivitas anak

Anda di sekolah?

Saya sering lihat bu Luci

atau bu Lia di Rawinala ya,

mbak. Mereka juga kan

melihat perkembangan anak-

anak di sekolah bagaimana,

gitu.‖

10 Apakah pekerja sosial

memberitahukan kepada

Anda apa yang harus

dilakukan terlebih dahulu?

Setelah operasi katarak, saya

ceritakan kalau Arum bisa

jalan lebih percaya diri,

banyak yang dia lihat dan

banyak yang dia pegang.

Saya juga disarankan untuk

lihat apa nih warna kesukaan

Arum, gitu.

11 Apakah Anda merasa

kesulitan dalam

menyampaikan ke sekolah

bahwa anak Anda

menyandang low vision?

Karena ketemunya di

Rawinala jadi tanpa saya

menyampaikan ke sekolah

yaa menurut saya sekolah

pasti tahu kalau Arum itu

low vision.

12 Adakah harapan dari

kedatangan Anda ke LVC

LAYAK?

Saya ingin Arum jadi anak

yang mandiri. Namanya

umur kita kan gak tahu,

mbak. Saya belum tentu bisa

sama-sama terus hehe.

13 Apakah pekerja sosial

menjelaskan kepada Anda

mengenai apa yang harus

Anda lakukan, siapa saja

yang terlibat dan

bagaimana cara

melakukannya?

Ya itu tadi mbak, disarankan

Arum sukanya warna apa.

Caranya kita kasih beberapa

alat makan warna-warni,

nanti perhatikan mana yang

dia suka kalau sudah diteliti

baru kita beli. Arum sukanya

warna merah.

 

Page 207: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

192

14 Apakah Anda

menandatangani sebuah

kontrak sebelum layanan

ini diberikan?

Gak ada deh kayaknya, iya

gak ada.

15 Apakah pekerja sosial

mengingatkan Anda agar

anak selalu memakai alat

bantu baik di rumah

maupun sekolah?

Ya, mbak. Selalu diingatkan

biar anak pakai kaca mata

terus.

16 Apakah pekerja sosial

memberi jadwal pertemuan

untuk melihat

perkembangan anak Anda?

Iya, mbak. Kalau saya gak

sempat ke sini, saya

ketemunya di sekolah, mbak.

Bahas-bahas Arum, gitu

17 Apakah Anda pernah

mengatur ulang jadwal

pertemuan yang telah

ditetaplan pekerja sosial?

Pernah, mbak. Ada beberapa

kali.

18 Apakah Anda tetap datang

apabila ada pengaturan

ulang jadwal pertemuan?

Ya, saya tetap datang, mbak.

 

Page 208: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

193

DOKUMENTASI

Bersama ibu Lucia Rusmiyati selaku pekerja sosial di kantor

LVC LAYAK

Bersama staff LVC LAYAK

 

Page 209: PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · PENANGANAN ANAK DENGAN LOW VISION DALAM PERSPEKTIF GENERALIST INTERVENTION

194

Kegiatan monitoring bersama para guru di Rawinala

Kegiatan screening di salah satu SLB