penanaman nilai-nilai entrepreneurship di smpi mentari indonesia...
TRANSCRIPT
PENANAMAN NILAI-NILAI ENTREPRENEURSHIP DI SMPI
MENTARI INDONESIA BEKASI UTARA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
CINDY PATIKA
1112018200070
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
Tanggal
c~ o 16
Tanda Tangan
:........
Mengetahui
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA MAN SKRIPSI
Skripsi berjudul "PENANAMAN NILAI-NILAI ENTREPRENEURSHIP DI
SMPI MENTARI INDONESIA BEKASI UTARA" yang disusun oleh CINDY
PATIKA NIM:1112018200070, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus
dalam ujian munaqosah pada tanggal 8 November 2016 di hadapan dewan
penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh Gelar Sarjana SI (S.Pd) dalam
bidang Manajemen Pendidikan.
Jakarta, 8 November 2016
Panitia Ujian Munaqosah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan MP)
Dr. Hasyim Asy'ari, M.Pd
NIP:19661009 199303 1 004
Penguji I
Drs. Rusydy Zakaria,M.Ed.M.Phili
NIP:19570503 198503 1 002
Penguji II
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA
NIP: 19540802 198503 1 002 II,
LEISI BAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul PENANAMAN NILAI-NILAJ ENTREPRENEURSHIP DI
S%IPI MENTARI INDONESIA BEKASI UTARA, Jurusan Manajemen
Pendidikan, Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai
karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan
yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, . Ok±Ober 2016
Yang mengesahkan
Pern bi mb in
r. . anThninggor. M.Pd Drs. U'. Yefneltv Z, M.Pd
NIP: 19570710 197903 1 002 NIP:1953101 101 1982032001
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul
"PENANAMAN NILAI-NILAI ENTREPRENEURSHIP DI SMPI
MENTARI INDONESIA BEKASI UTARA" yang disusun oleh Cindy Patika
Nim 1112018200070 Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
telah di uji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal
Jakarta. zobec
Dosen Pembimbing Skripsi
anor,M.Pd
Dra. Yefnelty Z,M.Pd NLP:19570710 197903 1 002
NIP: 195311011982032001
SURAT PERNYATAAN
Bismillahirrohmannirrohiill
Saya yang bertanda tangan dibawah mi:
Nama : Cindy Patika
Nim :1112018200070
Jurusan : Manajernen Pendidikan
Fakultas : Ilinu Tarbiyah clan Keguruan
Dengan mi menyatakan bahwa:
1. Skripsi mi merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk mernperoleh gelar Strata Saru (S 1) di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatul lah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penggunaan skripsi mi telah
saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas
Islam Negeri Syari f Hidayatuhlah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya yang saya buat merupakan
jiplakan karva orang lain. Saya bersedia menerima sanksi berdasarkan
tJndang-undang yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
l-hidavatul!ah Jakarta.
Jakarta. :tob€i ?of(o METERAI T.IMPEL, zW/
5494FABF15331517j CAM )UZILT flUlIAH
• Pat] ka
ii
ABSTRAK
Cindy Patika, NIM 1112018200070, Penanaman Nilai-nilai Entrepreneurship
di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara, Skripsi Program Strata 1 Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta 2016
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif,
bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi yang digunakan dalam
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship dan untuk mengetahui faktor pendukung
dan penghambat proses penanaman nilai-nilai tersebut. Target penelitian ini
adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru dan siswa-
siswi SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan penanaman nilai-nilai
entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia berjalan dengan baik. Hal ini terlihat
melalui proses penanaman nilai-nilai entrepreneurship yang dilakukan kepada
siswa oleh guru dan civitas sekolah. Hasilnya ditunjukkan dengan karakter siswa
yang sudah mencerminkan karakter seorang entrepreneur terlihat dari kreatifitas,
percaya diri, komunikatif dan tanggung jawab. Penanaman nilai-nilai
entrepreneurship diintegrasikan melalui strategi pada kegiatan-kegiatan yang
diprogramkan seperti kegiatan pembelajaran normal disekolah dan juga
diintegrasikan pada kegiatan ekstrakurikuler, praktik berwirausaha,
pengembangan diri, muatan lokal dan budaya sekolah.
Faktor pendukung yang terdapat di SMPI Mentari Indonesia ini yaitu
guru-guru yang aktif mengikuti pelatihan-pelatihan, TIM Kurikulum yang bagus,
dan sarana prasarana yang memadai. Sedangkan faktor penghambat atau kendala
yang dialami yaitu peserta didik yang berasal dari luar SD Mentari karena mereka
belum mengetahui program sekolah yang terdapat muatan entrepreneurship yang
menjadi unggulan disekolah ini. Namun sekolah dapat meminimalisir dari faktor
kendala tersebut.
ii
ABSTRACT
Cindy Patika, NIM 1112018200070, Planting Values Entrepreneurship in
SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara, Tarbiyah and Teaching Faculty of
Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta in 2016
The method used in this research is qualitative descriptive, aims to
understand how the strategies used in instilling the values of entrepreneurship and
to determine the factors supporting and inhibiting the process of planting these
values. The target of this research is the principal, vice-principal areas of
curriculum, teachers and students SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara.
The results showed that the implementation of value investment of
entrepreneurship in Indonesia Mentari SMPI going well. It is seen through the
planting process values entrepreneurship is done to the students by the teachers
and the school community. The results are shown with the character of the
students who reflect the character of an entrepreneur looks of creativity, self-
confident, communicative and responsibility. Planting the values of
entrepreneurship is integrated with strategies at the programmed activities as
normal learning activities in schools and is also integrated in extracurricular
activities, the practice of entrepreneurship, self-development, local content and
culture of the school.
The supporting factors contained in this SMPI Indonesia Mentari ie
teachers who actively attend trainings, curriculum TIM nice and adequate
infrastructure. While the inhibiting factors or constraints experienced that students
who come from outside SD Mentari because they do not know that there is a
charge school program entrepreneurship is a leading this school. However,
schools can minimize the constraints of factors.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam
semoga terlimpah kepada nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya,
serta orang-orang yang mengikuti jejaknya hingga akhir zaman.
ALHAMDULJLLAHIRABBIL 'ALAMIN, berkat pertolongan Allah SWT dan
dengan izin serta kekuasaannya-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
merupakan salah saw persyaratan kelulusan studi Strata 1 (Si), Jurusan
Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan dan penyusunan skripsi mi tentu tidak terlepas dan
bantuan, bimbingan, petunjuk dan dorongan baik moril maupun materil dan
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada:
1. Prof. Dr Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Hasyim Asy'ari, M.Pd, Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan
Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
3. Dra. Hj. Yefnelty Z, M.Pd dan Dr. H. Salman Tumanggor, M.Pd,
Pembimbingan Skripsi, terima kasih yang tak terhingga atas saran, kritikan
dan masukannya yang telah mengarahkan dan membenikan bimbingan
kepada penulis, sehingga penulisan skripsi mi dapat diselesaikan.
4. Drs. Ali Nurdin, M.Pd, Dosen Penasehat Akademik yang telah
membenikan arahan dan semangat kepada penulis.
5. Takiddin , M.Pd, Sekertanis Jurusan Manajemen pendidikan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan.
6. Yuyun Yuliana, Staf Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu
Tarbiyah clan Keguruan, beserta seluruh Dosen dan Staf Manajemen
iv
Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan
bantuan dan masukkannya dalam penyelesaian sknpsi mi.
7. Kepala sekolah SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara dan seluruh guru
beserta staf, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian dan membantu penulis dalam memperoleh inforrnasi
dan data dalam penyusunan skripsi mi.
S. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Wahirrudin Musa dan Ibunda Dedeh
Nursa'adah, yang tak henti-hentinya memberikan dukungan, doa, motivasi
dan limpahan kasih sayang yang tak terhingga, serta bantuan baik moril
maupun materil hingga penulis dapat menyelesaikan studi mi. 9. Kepada Kanda Abdul Jam' S.Pd.I Yang telah memberikan motivasi,
semangat dan do'a yang tiada henti.
10. Sahabat-sahabat sepeijuangan Manajemen Pendidikan 2012, khususnya
Dewi Purnama Sari dan Rika Rimawati, yang telah banyak membantu,
memotivasi, dan memberikan masukan yang berkenaan dengan penulisan
skripsi mi. Kehadiran kalian membuat warna dalam hidup mi, mengukir
sejarah yang tak pernah terlupa, terima kasih untuk kecerian yang kalian
berikan.
Akhirnya dengan segala keterbatasan penulis hanya dapat
mengembalikan segalanya kepada Allah SWT, semoga semua bantuan,
bimbingan, ilmu clan doa yang telah diberikan mendapatkan balsan darl Allah
SWT. Semoga skripsi mi bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembanya
umumnya.
Amin Yaa Rabbi 'Alamin.
Jakarta, 102016
iv
DAFTAR IS]
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGE.SAHAN PAN ITIA UJ1AN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN UJI REFERENSI
SURATPERNYATAAN ...........................................................................
ABSTRAK ....................................................................................................ii
ABSTRACT ..................................................................................................iii
KATAPENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTARIS! .................................................................................................
DAFTARTABEL ........................................................................................vii
BAB I PtNDAJLUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................
B. Identifikasi Masalah............................................................... 7
C. Perumusan i\4asaiah ............................................................... 7
D. Pembatasan Masalah.............................................................. 8
E. Manfaat Penelitian ............................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Nilai —nilai Entrepreneurship.................................................9
1. Pengertian Entrepreneur...................................................9
2. Karakteristik Entrepreneur. .............................................. 10
3. Tujuan Entrepreneur ........................................................ 17
4. Nilai-nilai Dasar Entrepreneur ......................................... 1 8
B. Urgensi Penanaman Nilai-ni lal Entrepreneurship dalam
Dunia Pendidikan...................................................................19
1. Pengembangan Nilai Entrepreneurship dalam
Pendidikan........................................................................19
2. Keberhasilan Penanaman Nilai Entrepreneurship ...........21
V
3. Strategi Penariaman Nilai-nilai Entrepreneurship ............ 24
4. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat dalam
Melakukan Kegiatan Entrepreneurship di sekolah..........30
C. Penelitian yang Relevan ........................................................ 35
D. Kerangka Berpikir..................................................................36
BAB III METODOLOGI PEN ELITIAN
A. Tujuan Penelitian .................................................................. 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................ 38
C. Metode Penelitian ................................................................. 39
D. Teknik Pengumpulan Data..................................................... 39
E. Instrumen Penelitian.............................................................. 40
F. Teknik Analisis Data ............................................................ 42
I3AB TV BASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah ..................................................... .44
1. Vlsi dan Misi SMPI Mentari Indonesia ..........................44
2. Profil Guru SMPI Mentari Indonesia.............................. 45
3. Data Siswa SMPI Mentari Indonesia..............................47
4. Sarana dan Prasarana SMPI Mentari Indonesia..............48
B. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian............................49
BABV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................ 64
B. Saran ......................................................................................65
DAFTAR PUSTAXA
LAMPllAN-LAMP1RAN
BIODATA PENULIS
VI
Tabel Halaman
Tabel I kisi-kisi pedoman wawancara..............................................41
Tabel 2 kisi-kisi pedoman observasi.................................................42
Tabel 3profil guru SMPI Mentari Indonesia.....................................46
Tabel 4 daftar pendidik dan tenaga kependidikan.............................46
Tabel 5 datajumlah SMPI Mentari Indonesia...................................48
Tabel 6 sarana dan prasarana SMPI Mentari Indonesia....................49
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap orang harus bekerja. Bekerja adalah sebuah kewajiban,
tanpa bekerja orang tidak akan mungkin dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Untuk bekerja orang bisa mendapatkannya dengan cara bekerja
dengan orang lain atau pun bisa dengan menciptakan pekerjaan sendiri.
Untuk mendapatkan pekerjaan dari orang lain kesempatannya tidak
banyak, yang lebih luas adalah menciptakan lapangan kerja sendiri
disitulah dibutuhkan jiwa entrepreneur. Dengan entrepreneur orang bisa
berubah, yang tadinya hanya menjadi pekerja, namun sekarang menjadi
pemilik para pekerja.
Masalah kemiskinan dan pengangguran di Indonesia merupakan
masalah yang belum terselesaikan hingga saat ini. Menurut Biro Pusat
Statistik, jumlah pengangguran pada agustus 2014 mencapai 7,2 juta
orang, dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) cenderung meningkat,
dimana TPT Agustus 2014 sebesar 5,94 persen naik dari TPT Februari
2014 sebesar (5,70 persen).
Pada Agustus 2014, TPT untuk pendidikan sekolah menengah
kejuruan menempati posisi tertinggi yaitu sebesar 11,24 persen, disusul
oleh TPT sekolah menengah atas sebesar 9,55 persen , sedangkan TPT
terendah terdapat pada tingkat pendidikan SD ke bawah yaitu sebesar 3,04
persen. Jika dibandingkan keadaan Agustus 2013, TPT yang mengalami
peningkatan yaitu pada tingkat pendidikan sekolah menengah kejuruan,
Diploma, dan Universitas.1 Semakin membengkaknya lulusan perguruan
1 https://www.academia.edu/11386648/Berita_Resmi_BPS_2015, diakses 21:53 WIB, 09/11/2015
1
2
tinggi yang menganggur semakin menunjukkan bahwa ketersedian
lapangan kerja yang sangat terbatas.
Kemiskinan menjadi jalan masuknya penjajahan abad baru karena
bangsa yang miskin akan mudah dikendalikan dan dikuasai. Generasi
masa kini dan yang akan datang harus dapat memperjuangkan dan
mengelola sumber daya yang melimpah, dan pendidikan entrepreneur
adalah salah satu jalan untuk keluar dari kemiskinan menuju kemakmuran.
Pendidikan entrepreneur merupakan konsep pendidikan yang
memberikan semangat pada peserta didik untuk kreatif dan inovatif dalam
mengerjakan sesuatu hal. Pola pendidikan sedemikian ini menuntut peserta
didik untuk bisa produktif. Pendidikan entrepreneur adalah sebuah
pendidikan yang mengarahkan dan membekali peserta didik untuk bisa
cepat dalam merespon perubahan dan memahami kebutuhan sosial
ekonomi masyarakat.
Pemerintah seyogyanya mau memberikan perhatian lebih dan
menyediakan dana yang memadai supaya proses pendidikan
entrepreneurship bisa berjalan dan dijalankan secara efektif. Orang tua
harus membekali pendidikan entrepreneur sejak dini untuk anak-anaknya,
guru harus mengajarkan spirit entrepreneur pada murid-muridnya,
masyarakatpun harus lebih aktif dan intensif dalam memantau
perkembangan pendidikan entrepreneur jika ingin bangsanya maju, tidak
hanya menjadi bangsa kuli dengan mengirim TKI keluar negeri yang
sebagian besar sebagai pembantu. Negara yang kaya raya akan sumber
daya alam ini bila didukung sumber daya yang memiliki spirit
entrepreneur yang tinggi akan menjadi negara yang makmur sehingga
3
dengan sendirinya kemiskinan akan berkurang bahkan menjadi sejarah dan
tinggal kenangan yang hanya ada di museum.2
Persaingan dunia pendidikan semakin luas. Bukan hanya keahlian
kognisi tapi juga keterampilan hidup menjadi kebutuhan dalam karakter.
manusia dituntut mandiri dan kreatif dalam menjalani kehidupan, untuk itu
dibutuhkan lembaga pendidikan yang dapat mengedepankan kreatifitas
dan dapat mengembangkan lifeskill, sehingga menumbuhkan jiwa
enterpreneurship pada peserta didik untuk dapat tahan uji di masa yang
akan datang sekaligus untuk dapat menjadi seorang yang kuat imannya,
kuat aqidahnya, berilmu dan berakhlak mulia. Diharapkan kedepannya
mereka tidak hanya mapan kognisi dalam kerangka ilmiah tapi juga
memiliki kecakapan dan keterampilan hidup melalui nilai-nilai
enterpreneur. Namun, banyak sekolah dan guru yang belum sepenuhnya
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship baik itu dalam mata pelajaran
ataupun kegiatan di luar mata pelajaran dikarenakan kurang beragamnya
kegiatan entrepreneurship yang diberikan sekolah serta sekolah kurang
mengembangkan startegi yang digunakan dalam menanamkan nilai
entrepreneurship kepada siswa. Maka dari sekaranglah diperlukan
lembaga pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai entrepreneurship ,
salah satu sarana yang paling baik untuk menanamkan nilai-nilai
entrepreneurship adalah sekolah.
Sekolah memiliki peran penting untuk menanamkan nilai-nilai
entrepreneur, dan Sekolah harus memberikan support para guru dalam
mengkreasikan ide entrepreneurship kepada anak melalui berbagai
program. Program –program tersebut bisa melalui kurikulum pendidikan
atau kegiatan-kegiatan kesiswaan yang mengarah kepada kewirausahaan.
Support sekolah ini kunci dari keberhasilan guru karena bagaimana
mungkin guru menanamkan jiwa entrepreneurship kepada anak jika
2 Nurseto, Tejo. “Pendidikan Berbasis Entrepreneur”, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia.
Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Vol.VII
No.2, 2010.
4
sekolah tempatnya mengajar tidak mempunyai kurikulum ataupun
kegiatan kesiswaan yang berkaitan dengan entrepreneurship.
Masuknya nilai-nilai entrepreneurship pada kurikulum sekolah
mewajibkan guru untuk selalu mengaitkan pelajaran yang diajarkan
terlepas bidang studi apapun yang diajarkan untuk selalu dikaitkan dengan
entrepreneurship. Hal ini yang akan membuat anak mempunyai banyak
pengetahuan entrepreneurship. Kegiatan sekolah yang berkaitan dengan
entrepreneurship merupakan penyeimbang bagi anak untuk menerapkan
apa yang ia peroleh dari pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.3
Tanggungjawab, kreativitas, dan mampu mengambil keputusan adalah
sifat yang akan muncul pada anak jika nilai-nilai entrereneurship
ditanamkan sejak dini, nilai tersebut merupakan modal bagi keberhasilan
hidup anak saat ia dewasa.
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional pasal 3. Menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Fungsi dan tujuan
di atas, menunjukkan pendidikan di setiap satuan pendidikan harus
diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. 4
Pendidikan entrepreneurship menjadi bekal untuk para peserta
didik kedepannya, jika tidak ada entrepreneur mungkin kedepannya
bangsa ini menjadi bangsa pekerja, akibatnya mudah dijajah, mudah
3 Ibid.
4 Tim Pusat Kurikulum Pengembangan Entrepreneurship, Bahan Penelitian Penguatan Metodologi
Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing Dan Karakter
Bangsa. (Jakarta:Balitbang Kemendiknas RI,2010) hal 1.
5
dibohongi dan mudah diatur, ini membahayakan bagi masa depan peserta
didik dimasa mendatang. Kenyataan yang kita lihat sekarang ini, tidak
banyak anak yang memiliki jiwa entrepreneur, buktinya yaitu jika mereka
ditanya ingin menjadi apa, kebanyakan menjawab ingin menjadi dokter,
guru, dsb. Jarang sekali yang ingin menjadi pengusaha, itu menunjukkan
bahwa mereka memiliki jiwa pekerja bukan jiwa entrepreneur.
Masih banyak siswa yang belum menyadari bahwa entrepreneur
itu penting dipelajari, banyak faktor yang mempengaruhi mereka yaitu
faktor orang tua yang menginginkan anak menjadi yang mereka mau,
lingkungan, sekolah yang hanya memberikan muatan-muatan akademis
bukan membiasakan anak mempunyai jiwa entrepreneur contohnya
disekolah biasanya ada tabungan untuk siswa, kenyataannya bukan
anaknya yang menabung, melainkan orang tuanya. itu bukti bahwa orang
tua pun belum menanamkan nilai-nilai entrepreneur dalam diri anaknya,
karna jika anak tersebut sudah memiliki jiwa entrepreneur pastinya mereka
bisa mengatur uang yang sudah di berikan oleh orang tuanya artinya bisa
hemat. Contohnya lagi ketika ada anak yang berjualan di sekolah
kebanyakan dicibir oleh siswa yang lain dan dianggap rendah oleh mereka,
disitulah bisa kita lihat jiwa-jiwa entrepreneur pupus sejak dini karena
anak terbiasa diberi oleh orang tua. Timbul pertanyaan, bagaimana cara
mengatasinya? cara mengatasinya yaitu dengan pembiasaan dirumah,
sekolah, dan lingkungan yang mendukung mereka. Kurangnya kegiatan-
kegiatan entrepreneur yang menunjang kreatifitas para siswa sehingga
siswa pun sulit untuk mengekspresikan ide-ide cemerlang mereka.
Salah satu dari beberapa sekolah yang menanamkan nilai-nilai
entrepreneurship, salah satunya adalah SMPI Mentari Indonesia Bekasi
Utara. Sekolah ini mempunyai jenjang dari mulai jenjang TK, SD,sampai
SMP. Pada masing-masing jenjang memiliki program unggulan tersendiri
yaitu pada sekolah TK diberikan program unggulan yaitu bahasa inggris
dan kurikulum Islam, SD diberikan program unggulan IT dan
6
entrepreneurship namun diberikan hanya pada kelas 4, 5, dan 6 saja, dan
pada SMP diberikan program unggulan entrepreneurship. Sebagaimana
diketahui SMPI Mentari Indonesia memiliki visi: menjadi lembaga
pendidikan islam berkarakter entrepreneur yang unggul dalam iman,
ilmu, akhlaq. Dan memiliki misi : menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah
sebagai landasan kegiatan, menumbuh kembangkan jiwa entrepreneurship
yang berlandaskan keislaman dengan mengembangkan kurikulum yang
berbasis CTL (Contextual Teaching and Learning), memberikan hasil
terbaik bagi para stakeholder (yayasan, pengguna jasa, dan civitas
akademik), menggunakan multi kurikulum untuk mendukung
implementasi kualitas peserta didik yang handal, mendukung
pengembangan jalur informasi dan ilmu pengetahuan melalui koneksi
internet, menjadikan sekolah sebagai laboratorium pendidikan yang
menghasilkan hasil penelitian yang mutakhir, membangun kerjasama yang
baik dengan dinas pendidikan serta sekolah menengah di dalam dan luar
negeri.
Visi dan misi sekolah tersebut telah menggambarkan bahwa
sekolah menginginkan siswa dan siswinya memiliki karakter entrepreneur
didukung oleh misi yaitu dengan menumbuh kembangkan jiwa
entrepreneurship melalui kurikulum yang berbasis CTL( Contextual
Teaching and Learning). Oleh karena itu sekolah harus bisa mewujudkan
poin-poin yang tertuang dalam misi tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara untuk studi pendahuluan, dimana
penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi
Utara secara umum sudah cukup baik, karna sudah menanamkan nilai-
nilai entrepreneurship baik berada di dalam kelas kaitannya dengan
pembelajaran, maupun kegiatan diluar kelas. Akan tetapi pada
pelaksanaannya disekolah banyak kendala-kendala yang dihadapi,
terutama pada kreativitas siswa yang tidak merata, sehingga membuat
mereka kesulitan dalam mengimplementasikan apa yang mereka dapat di
7
kelas ke dalam praktik. Bukan hanya itu saja, sekolah juga belum
melakukan kerja sama secara terikat dengan perusahaan atau PT seperti
halnya SMK sehingga kurangnya jaringan untuk bekerja sama. tentunya
hal tersebut mempengaruhi proses berjalannya penanaman nilai-nilai
entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara. Dan dalam hal
ini pastinya perlu banyak strategi yang harus dikembangkan oleh sekolah
ataupun guru dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneurship. Meskipun
sudah cukup baik dalam menanamankan nilai-nilai entrepreneurshipnya.
Namun, tetap saja tidak luput dari masalah-masalah yang timbul dalam
menanamkan nilai-nilai tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk
meneliti lebih lanjut tentang penanaman nilai-nilai entrepreneurship di
sekolah tersebut. Dengan judul skripsi “Penanaman Nilai-nilai
Entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas teridentifikasi beberapa masalah di bawah ini:
1. Kurang beragamnya bentuk kegiatan-kegiatan entrepreneurship dalam
menanaman nilai-nilai entrepreneurship
2. Banyak faktor baik itu faktor pendukung ataupun penghambat yang
mempengaruhi proses berjalanannya kegiatan entrepreneurship
3. Masih banyak siswa yang kreativitasnya rendah
4. Belum terjadinya kerjasama antara sekolah dengan perusahaan / pihak
luar
5. Belum optimalnya strategi yang di kembangkan oleh sekolah dalam
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis membatasi
lingkup masalah dalam penelitian ini, yakni :
8
1. Strategi yang digunakan dalam menanamkan nilai-nilai
entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara.
2. Faktor pendukung dan faktor penghambat apa saja yang terdapat
dalam menanamkan nilai-nilai entrepeneurship di SMPI Mentari
Indonesia Bekasi Utara.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas dan untuk lebih
memperjelas permasalahan yang akan diteliti, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi yang digunakan dalam menanaman nilai-nilai
entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara?
2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam menanamkan nilai-nilai
entrepreneursip di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara?
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat
berupa:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
ilmu pengetahuan dan pengembangan keterampilan peserta didik,
serta dapat menjadi acuan sekolah dalam menanamkan nilai-nilai
entrepreneurship guna menumbuhkan karakter yang mencerminkan
seorang entrepreneur.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam
memberikan informasi dan pemahaman kepada tenaga pendidik,
orang tua, masyarakat, dalam menanaman nilai-nilai entrepreneurship
kepada peserta didik disekolah.
9
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENELITIAN YANG
RELEVAN
A. Nilai-nilai Entrepreneurship
1. Pengertian Entrepreneurship
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional, kewirausahaan
adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang
lain. Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu
aktif atau aktif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha
dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya.5
Menurut Novan Ardy Wiyani, entrepreneurship atau
kewirausahaan adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta
pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang
menjadi tanggung jawabnya dan selalu berorientasi kepada costumers.
Entrepreneurship dapat juga diartikan sebagai semua tindakan dari
seseorang yang mampu memberi nilai terhadap tugas dan tanggung
jawabnya. 6
Dalam intruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 1995 Tanggal
30 Juni tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan
Membudayakan Kewirausahaan, di kemukakan bahwa: kewirausahaan
adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam
menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya
5 Tim Pusat Kurikulum Pengembangan Entrepreneurship, Bahan Penelitian Penguatan Metodologi
Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter
Bangsa. (Jakarta:Balitbang Kemendiknas RI,2010) h. 15. 6 Novan Ardy Wiyani, Teacher Preneurship, ( Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2012), h.13.
10
mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produksi
baru dengan meningkatkan efesiensi dalam rangka memberikan
pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang
lebih besar. 7
Hisrich (2008:8) mendefinisikan bahwa entrepreneurship is process
of creating something new dan assuming the risk and reward, dari
definisi tersebut seorang entrepreneur harus memiliki perilaku antara
lain :(1) memiliki inisiatif yang kuat untuk sukses (2) mengalokasikan
sumberdaya yang memiliki menjadi output yang memiliki competitive
advantage (3) berani mengambil risiko dari setiap kegiatan bisnis yang
dilakukan.8
Dari beberapa pendapat dan definisi tentang kewirausahaan di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah suatu sikap
yang mencerminkan karakter wirausaha dimana dapat menciptakan
sesuatu yang bermanfaat baik untuk dirinya ataupun orang lain
disekitarnya. Dan memiliki kemauan keras untuk mewujudkan
kreatifitas, inovasi serta ide-ide baru dan merealisasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian seorang wirausaha dapat
memanfaatkan fasilitas ataupun sumber daya yang ada, dengan
mengolahnya dan menghasilkan sesuatu yang berbeda dari orang lain.
Sebab itulah masyarakat perlu menyadari bahwa entrepreneurship atau
kewirausahaan itu penting kiranya dikembangkan, bukan hanya
dikembangkan melainkan ditanamkan melalui nilai-nilai
entrepreneurship sejak dini, baik itu dalam lingkungan keluarga,
maupun lembaga pendidikan.
Dalam Islam pun entrepreneurship diajarakan oleh para
Rosulullah, pada dasarnya nafkah terbaik adalah nafkah yang
7 Eman Suherman, Desain Pembelajaran Kewirausahaan, ( Bandung: Alfa Beta, 2010 ), h. 6.
8 Willy Arafah, Esensi Lingkungan Bisnis & Entrepreneurship, ( Jakarta:Universitas Trisakti,
2010), h. 7.
11
didapatkan dari hasil usahanya sendiri. Nafkah yang halal dan baik,
baik berupa makanan ataupun pakaian.
بي صلى هللا عليه وسلم عن الن عن المقدام بن معديكرب
ه, وان قال:ما اكل احدطعاما قط خيرا من ان يأكل من عمل يد
الم كان يأكل من عمل يد ه هللا داود عليه الس .نبي
Dari Miqdam bin Ma’dikariba Radhiyallahu 'anhu, dari Nabi
Shallallahu 'alaihi wa salam, ia berkata: “Tidaklah seseorang makan
makanan yang lebih baik daripada hasil usahanya sendiri, sedang Nabi
Daud Alaihissalam juga makan dari hasil usahanya sendiri”. [HR
Bukhari]
Islam telah memotivasi pengikutnya untuk bekerja, berkarya,
dan berusaha dengan serius, dengan tetap memperhatikan ketentuan-
ketentuan syariat Allah swt.
2. Karakteristik Entrepreneur
Karakter terdiri atas nilai-nilai operatif, nilai-nilai yang
berfungsi dalam praktek. Karakter mengalami pertumbuhan yang
membuat suatu nilai menjadi budi pekerti, sebuah watak batin yang
dapat diandalkan dan digunakan untuk merespon berbagai situasi
dengan cara yang bermoral. Ketika kita berfikir tentang jenis karakter
yang kita inginkan bagi anak kita, jelas bahwa kita ingin agar mereka
mampu menilai hal yang baik dan buruk, sangat peduli pada hal yang
benar, dan melakukan apa yang menurut mereka benar bahkan di saat
mereka dihadapkan pada tekanan dari luar dan godaan dari dalam. 9
Wirausaha adalah orang-orang yang memiliki kemampuan
melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan
berbagai sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil tindakan yang
tepat, mengambil profit, serta memiliki karakter dan kemauan untuk
mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif
meraih sukses. Intinya, seorang wirausaha adalah orang-orang yang
9 Thomas Lickona, Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan
Baik, ( Bandung: Nusa Media, 2013), h 72.
12
memiliki karakter kewirausahaan dan mengaplikasikan hakikat
kewirausahaan dalam hidupnya. Dengan kata lain, wirausaha adalah
orang-orang yang memiliki jiwa kreatifitas dan inovasi yang tinggi
dalam hidupnya.
Ada tujuh karakter seorang wirausaha yang merupakan sifat
unggul, yakni: percaya diri, orisinalitas, berorientasi manusia,
berorientasi pada hasil kerja, berorientasi pada masa depan,
berorientasi pada prestasi, berani ambil risiko.
a. Percaya diri
Seorang wirausaha haruslah memiliki sifat percaya diri
yang tercermin dari sikap yakin dan optimis, mandiri,
kepemimpinan, dan dinamis.
b. Orisinalitas
Seorang wirausaha haruslah memiliki sifat-sifat orisinalitas
yang tercermin dari sikap kreatif, inovatif, inisiatif/proaktif.
c. Berorientasi manusia
Sikap-sikap pada manusia tercermin dari sifat dan tindakan
sifat suka bergaul dengan orang lain, komitmen, responsif terhadap
saran dan kritik.
d. Berorientasi pada hasil kerja
Sikap-sikap berorientasi pada hasil kerja dapat dilihat dari
sifat dan tindakan ingin berprestasi, berorientasi keuntungan,
teguh, tekun, dan kerja keras, penuh semangat dan energi.
e. Berorientasi pada masa depan
Karakter ini terdiri dari sifat pandangan kedepan,
ketajaman persepsi.oleh sebab itu seorang wirausaha harus
memiiki visi dan tujuan yang jelas.
f. Berorientasi pada prestasi
Seorang wirausaha yang sukses selalu mengejar prestasi
yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk,
13
pelayanan yang diberikan serta kepuasan pelanggan menjadi
perhatian utama.
g. Berani mengambil resiko
Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang
wirausaha kapan pun dan di tempat mana pun, baik dalam bentuk
uang, maupun waktu.10
Dari ketujuh karakter diatas mencerminkan sifat seorang
entrepreneur, dimana karakter entrepreneur ini bisa kita ajarkan
atauoun tanamkan kepada anak didik sejak dini agar mereka bisa
percaya diri dalam menunjukkan keahlian mereka, kreatif dalam
menciptakan ide baru, dapat berkomitmen dan bergaul baik dengan
orang lain, penuh kerja keras, memiliki tujuan yang jelas,
mengutamakan prestasi, dan berani mengambil resiko yang
dihadapi.
Menurut M.Scarborough dan Thomas W. Zimmer terdapat
8 karakteristik kewirausahaan yang meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a. Rasa tanggung jawab ( desire for responsibility). Yaitu
meliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang
dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung
jawab akan selalu berkomitmen dan wawas diri.
b. Memilih risiko yang moderat (preference for moderate
risk) yaitu lebih memilih resiko yang moderat, artinya
selalu menghindari resiko, baik yang terlalu rendah
maupun terlalu tinggi.
c. Percaya diri terhadap kemampuan sendiri ( confidence
in their ability to succes) yaitu memiliki kepercayaan
diri atas kemampuan yang dimilikinya untuk
memperoleh kesuksesan.
d. Menghendaki umpan balik segera(desire for immediate
feedback) yaitu selalu menghendaki adanya umpan
balik dengan segera, ingin cepat berhasil.
e. Semangat dan kerja keras ( high level of energy), yaitu
memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan
keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
10
Wiyani., op. Cit., h. 39.
14
f. Berorientasi ke depan (future orientation), yaitu
berorientasi masa depan dan memiliki perspektif dan
wawasan jauh ke depan.
g. Memiliki keterampilan berorganisasi (skill at
organizing), yaitu memiliki keterampilan dalam
mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan
nilai tambah.
h. Menghargai prestasi (value of achievement over
money), yaitu lebih menghargai prestasi daripada
uang.11
Dari 8 karakteristik tersebut kita dapat mengetahui
karakteristik seperti apakah yang dimiliki seorang wirausaha dalam
menjalankan kehidupan sehari-hainya.
Terdapat konsep 10 D dari Bygrave yaitu menggambarkan
beberapa karaktereristik dari wirausahaan yang berhasil memiliki
sifat-sifat yang dikenal dengan istilah 10 D Bygrave, 1994:5)
a. Dream, seorang wirausaha mempunyai visi bagaimana
keinginannya terhadap masa depan pribadi dan
bisnisnya yang paling penting adalah mempunyai
kemampuan untuk mewujudkan impiannya tersebut.
b. Decisiveness, seorang wirausaha adalah orang yang
tidak bekerja lambat. Mereka membuat keputusan
secara cepat dengan penuh perhitungan.
c. Doers, begitu seorang wirausaha membuat keputusan
maka dia langsung menindak lanjutinya.
d. Determination, seorang wirausaha melaksanakan
kegiatannya dengan penuh perhatian. Rasa tanggung
jawabannya tinggi dan tidak mau menyerah, walaupun
dia dihadapkan pada halangan atau ringtangan yang
tidak mungkin diatasi.
e. Dedication, dedikasi seorang wirausaha terhadap
bisnisnya sangat tinggi, kadang-kadang dia
mengorbankan hubungan kekeluargaan, melupakan
hubungan dengan keluarganya untuk sementara.
f. Devotion, devotion berarti kegemaran atau kegila-
gilaan. Demikian seorang wirausaha mencintai
bisnisnya dia mencintai pekerjaan dan produk yang
dihasilkannya.
11
Suryana, Kewirausahaan Kiat dan Proses Menuju Sukses, ( Jakarta: Salemba Empat, 2006),
h.23.
15
g. Details, seorang wirausaha sangat memperhatikan
faktor-faktor kritis secara rinci. Dia tidak mau
mengabaikan faktor-faktor kecil tertentu yang dapat
menghambat kegiatan usahanya.
h. Destinity, seorang wirausaha bertanggung jawab
terhadap nasib dan tujuan yang hendak dicapainya.
i. Dollars, wirausahaan tidak sangat mengutamakan
mencapai kekayaan. Motivasinya bukan memperoleh
uang. Akan tetapi uang dianggap sebagai ukuran
kesuksesan bisnisnya.
j. Distribute, seorang wirausaha bersedia
mendistribusikan kepemilikan bisnisnya terhadap
orang-orang kepercayaannya.12
Terdapat pula ciri-ciri atau karakteristik seorang entrepreneur
menurut penulis dapat terangkum dalam rumusan akronim EMAN
SUHERMAN dan disebut dengan konsep Kang Eman yaitu:
a. Energik
b. Modern
c. Antisipatif
d. Naturalitatif
e. Smart
f. Urgent
g. Humanity
h. Empaty
i. Rasional
j. Motivation
k. Attention
l. Need
Apabila konsep tersebut sudah tertanam dalam jiwa dan sudah
dilakukan oleh seorang wirausaha, maka yang bersangkutan akan
disiplin, aktif, kreatif, inovatif, dan produktif.
Jika telah terlaksana akan dapat menumbuhkan karakteristik
utama yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha, yang berdasarkan
kajian dari berbagai sumber terdiri atas: mandiri dan jujur, mempunyai
profesionalisme bisnis, disiplin, inisiatif, kreatif, dan inovatif,
berorientasi pada prestasi dan masa depan, ulet, optimis dan
12
Buchari Alma, Kewirausahaan, ( Bandung: Alfabeta, 2011), h.57.
16
bertanggung jawab, enerjik dan mampu beradaptasi dengan
lingkungan sosial, terampil dalam pengorganisasian, mempunyai
perencanaan yang realistik dan objektif, berani mengambil risiko
melalui integrasi pribadi yang antisipatif, senang dan mampu
menghadapi tantangan, memiliki teknik produksi 13
Dari pendapat-pendapat di atas, terdapat beberapa kesamaan
karakteristik wirausaha yang dikemukakan oleh para ahli yaitu seperti:
percaya diri, berorientasi pada masa depan, bertanggung jawab,
menghargai prestasi, berani mengambil risiko, umpan balik. Semua
karakteristik ini yang tertanam dalam jiwa wirausaha dalam
menjalankan usaha-usaha mereka, dengan mengetahui karakteristik
seorang wirausaha kita dapat meniru ataupun mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari. Dan perlu kiranya lembaga pendidikan
dapat membangun karakteristik wirausaha ini untuk bisa di tanamkan
kepada peserta didik disekolah. Karakter wirausaha di awali dengan
penanaman nilai-nilai terlebih dahulu, karna karakter tidak diwariskan
tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari
melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi
tindakan. dan membangun karakter manusia itu merupakan suatu
proses yang tiada pernah berhenti.
Karakteristik wirausahawan dapat ditumbuhkan melalui
penerapan nilai-nilai kewirausahawan di lingkungan sekolah. Setiap
warga sekolah mulai dari pimpinan, guru, karyawan dan peserta didik
harus konsisten terhadap karakteristik wirausaha menjadi perilaku
kehidupan sehari-hari. Sehingga dengan demikian pada akhirnya
peserta didik akan terbiasa dengan pola kehidupan yang sesuai dengan
karekteristik wirausaha.
13
Suherman, op. Cit., h. 12.
17
Upaya yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan jiwa
wirausaha melalui budaya sekolah, yaitu dengan cara memasukkan
nilai-nilai karakteristik wirausaha kedalam peraturan yang berlaku di
sekolah. Peraturan yang dibuat harus melibatkan semua komponen
yang ada di sekolah, serta mengkomodasi kepentingan stakeholder
demi kemajuan sekolah, sehingga peraturan itu sudah mengalami uji
materiil dari seluruh warga sekolah dan diakui keberadaanya.
Peraturan tersebut meliputi (1) tata tertib peserta didik, (2) kode
etik guru dan karyawan, dan (3) peraturan lain yang mengatur
terhadap siapa saja yang pada saat itu berada di lingkungan sekolah.
Dalam upaya menerapkan peraturan yang berlaku di sekolah,
maka perlu dilakukan langkah-langkah (1) sosialisasi peraturan,
kegiatan ini dilakukan agar semua warga sekolah dan stakeholder
mengetahui bahwa di sekolah telah diterapkan peraturan. Bentuk
sosialisasinya bisa melalui ceramah, brosur, pemasangan di tempat
strategis di lingkungan sekolah, (2) pelaksanaan, (3) pengawasan, dan
(4) pemberian funishmen dan reward.14
3. Tujuan Entrepreneurship
Tujuan kewirausahaan ialah mencetak wirausaha yang kreatif
dalam artian individu yang memiliki kreativitas yang tinggi dalam
melaksanakan kegiatan hidupnya kelak, khususnya di dunia usaha atau
profesi lainnya. pada dasarnya tujuan pembelajaran kewirausahaan
diantaranya harus memuat hal-hal yang berhubungan dengan
pemahaman terhadap konsep kewirausahaan, pembentukkan jiwa
wirausaha, pengembangan diri, teknik-teknik berwirausaha, aspek
manajemen bisnis, pemasaran, penjualan, dan teknik optimalisasi
risiko, kreatifitas, inovasi, kepemimpinan, komunikasi, langkah-
14
Siti Fatimah, “Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Muda Dalam Pembelajaran Ekonomi”,Jurnal
Pendidikan dan Kajian Sejarah. Vol. 3 no 4 Agustus 2013. h. 15.
18
langkah memasuki dunia usaha, dasar-dasar ilmu ekonomi,
pengembangan usaha, studi kelayakan, dan etika bisnis. 15
Berdasarkan dari tujuan pembelajaran kewirausahaan yang
telah dikemukakan dapat diketahui bahwa tujuan tersebut pada
dasarnya mengarah pada kewirausahaan, dilihat dari sisi bisnis atau
usaha dalam arti sempit, yakni membuat, memasarkan dan menjual
produk guna mendapatkan keuntungan finansial. Jadi, tujuan
pembelajaran kewirausahaan hendaknya dapat memberikan bekal bagi
peserta didik melalui tiga dimensi yaitu aspek managerial skill,
production technical skill, dan personality develovmental skill. Dari
ketiga hal utama tersebut intinya ialah menanamkan sikap dan
semangat mandiri serta kemampuan kerjasama dan tertanamnya
paradigma wirausaha.
Jadi berdasarkan paparan diatas tujuan dari kewirausahaan
adalah mencetak, menciptakan individu yang memiliki kreativitas
tinggi agar individu-individu tersebut mempunyai bekal kreatifitas
untuk masa depan mereka. Kreativitas yang mereka dapat disekolah
dapat mereka kembangkan dalam keseharian mereka, jadi, bukan
hanya pengetahuan yang mereka dapat disekolah tetapi juga
mendapatkan bekal ketika mereka sudah lulus nanti.
4. Nilai-nilai Dasar Entrepreneurship
Berdasarkan pengertian dan karakteristik wirausaha terdapat
nilai-nilai entrepreneurship yang seharusnya dimiliki oleh peserta
didik. Nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah dan ditanamkan
dalam diri peserta didik adalah nilai-nilai yang menunjukkan ciri-ciri
seorang entrepreneur. Banyak para ahli yang memberikan masukan
terkait dengan nilai-nilai sesuai dengan prioritas keutuhannya. Tetapi,
sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, ada tujuh belas
15
Suherman, op. Cit., h. 20.
19
nilai pokok yang harus dikembangkan di sekolah. Nilai-nilai yang
dimaksud ialah: mandiri, kreatif, berani mengambil risiko, berorientasi
pada tindakan, kepemimpinan, kerja keras, jujur, disiplin, inovatif,
tanggung jawab, kerja sama, pantang menyerah, komitmen, realistis,
rasa ingin tahu, komunikatif, motivasi kuat untuk sukses.
Nilai-nilai tersebut dikembangkan secara bertahap. Tahap
pertama, mengembangkan 6 (enam) nilai terlebih dahulu, yaitu:
mandiri, kreatif, berani mengambil risiko, berorientasi pada tindakan,
kepemimpinan, dan kerja keras. Setelah itu, baru dikembangkan nilai-
nilai tersebut, sesuai dengan harapan guru, kepala sekolah, ataupun
masyarakat. 16
Hal ini bukan berarti membatasi penanaman nilai-nilai bahwa
semua sekolah secara seragam menginternalisasikan enam nilai-nilai
kewirausahaan tersebut, namun setiap jenjang satuan pendidikan dapat
menginternalisasikan nilai-nilai entrepreneurship yang lain secara
mandiri sesuai dengan kebutuhan sekolah. Di samping enam nilai
pokok entrepreneurship, pada jenjang pendidikan tertentu sekolah juga
perlu diimplementasikan konsep dan keterampilan (skill)
kewirausahaan yang akan diimplementasikan pada setiap jenjang
pendidikan berbeda kedalaman dan keluasannya. Konsep dan
keterampilan kewirausahaan yang akan diimplementasikan pada
jenjang pendidikan menengah kejuruan.17
Jadi, nilai-nilai dasar entrepreneurship di tanamkan secara
bertahap dan sesuai dengan jenjang pendidikannya serta kebutuhan
sekolah tersebut dan tidak serta merta secara langsung dilaksanakan
sekaligus oleh satuan pendidikan.
16
Barnawi & Mohammad Arifin, School Preneurship, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2012), h. 65. 17
Agung Kuswantoro, Teaching Faktory, ( Yogyakarta: Graha Media, 2014), h. 38.
20
B. Urgensi Penanaman Nilai-nilai Entrepreneurship dalam Dunia
Pendidikan
1. Pengembangan Nilai Entrepreneurship dalam Pendidikan
Pengembangan nilai entrepreneurship dalam pendidikan
merupakan sebuah inovasi yang harus dikembangkan oleh lembaga
pendidikan dimana sekolah dapat membangun atmosfer
entrepreneurship agar peserta didik menyukai tantangan, kreatif,
inovatif, dan memiliki keberanian dalam mengambil atau mengelola
risiko. Pengembangan nilai entrepreneurship dikembangkan di
sekolah dan ditanamkan dalam diri peserta didik adalah nilai-nilai
yang menunjukkan ciri seorang entrepreneur.
Peserta didik sangat membutuhkan rangsangan positif untuk
mengembangkan prinsip-prinsip entrepreneurship yang sangat
dibutuhkan di masa depannya. Sejak TK, hendaknya peserta didik
mulai diajarkan kreativitas dan kemandirian. Pendidikan yang
memiliki atmosfer entrepreneurship akan memunculkan peluang hidup
yang lebih baik bagi para lulusannya. Lulusan sekolah akan memiliki
karakter mandiri sehingga mampu mengelola diri sendiri untuk
menghadapi lingkungan yang penuh kompetitif. Oleh karena itu,
sudah saatnya semua sekolah di indonesia mentransformasi diri
menjadi sekolah entrepreneurship agar harapan dan kebutuhan
stakeholder terpenuhi.18
Pendidikan entrepreneurship (entrepreneurship education/EE )
adalah aktivitas yang bertujuan untuk membangun minsets, sikap dan
keterampilan berentrepreneur dan mencakup aspek-aspek pemunculan
ide, inovasi, pengembangan dan gagasan untuk memulai. Singkatnya,
inti dari pendidikan entrepreneurship di dalam institusi pendidikan
18
Arifin, op cit. h. 57.
21
adalah training entrepreneur. Entrepreneurship hanya dapat
berkembang di sebuah masyarakat dengan norma-norma budaya yang
membolehkan beragam hal pilihan hidup. Ini menjadi dasar dan
prinsip utama untuk mengembangkan pendidikan entrepreneurship di
dunia pendidikan. Jadi, pendidikan entrepreneurship hanya bisa
berjalan apabila institusi tersebut memberikan peluang, memfasilitasi
dan meng-guide peserta didik untuk memilih jalan hidupnya sendiri.
Jika syarat ini tidak ada, maka mustahil pendidikan entrepreneurship
bisa dilakukan di dunia pendidikan.19
Pengembangan metodologi pendidikan yang membangun
manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha. Dalam
mendukung pengembangan ekonomi kreatif (PEK) tahun 2010-2014,
yakni pengembangan kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas,
keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan
daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada
kesejahteraan masyarakat indonesia perlu dirumuskan kebijakan
pengintegrasian aspek yang menumbuhkan jiwa kreatif, inovatif,
sportif dan wirausaha dalam metodologi pendidikan. Pengembangan
metodologi pendidikan ini dilakukan melalui kebijakan-kebijakan
sebagai berikut:
a. Melakukan kajian dan penyempurnaan kurikulum pendidikan dan
pelatihan agar lebih berorientasi pada pembentukan kreativitas dan
kewirausahaan peserta didik sedini mungkin.
b. Meningkatkan kualitas pendidikan nasional yang mendukung
penciptaan kreativitas dan kewirausahaan pada peserta didik sedini
mungkin.
c. Menciptakan akses pertukaran informasi dan pengetahuan ekonomi
kreatif antar penyelenggara pendidikan.
d. Peningkatan jumlah dan perbaikan kualitas dan lembaga
pendidikan dan pelatihan formal dan informal yang mendukung
penciptaan insan kreatif dalam pengembangan ekonomi kreatif.
e. Menciptakan keterhubungan dan keterpaduan antara lulusan
pendidikan tinggi dan sekolah menengah kejuruan yang terkait
dengan kebutuhan pengembangan ekonomi kreatif.
f. Mendorong para wirausahawan sukses untuk berbagi pengalaman
dan keahlian di institusi pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi
dalam pengembangan ekonomi kreatif.
19
Herni Ali, dkk., Teologi Entrepreneurship, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta,2010) , cet. I, h. 65.
22
g. Fasilitas pengembangan jejaring dan mendorong kerja sama antar
insan kreatif indonesia di dalam dan luar negeri. 20
Jadi dengan mengembangkan nilai entrepreneurship ataupun
mengembangkan pendidikan entrepreneursip akan memberikan nilai
tambah bagi lembaga pendidikan yang mengembangkannya, karna
dengan mengembangkan nilai entrepreneurship kepala sekolah dan
guru dapat menanamkan nilai-nilai entrepreneurship yang jika di
tanamkan kepada siswa akan membantu pembentukan karakter
seorang entrepreneur dimana siswa menyukai tantangan, kreatif,
inovatif, dan memiliki keberanian dalam mengambil atau mengelola
risiko.
2. Keberhasilan Penanaman Nilai Entrepreneurship
Setiap saat, dunia pendidikan selalu menjadi sasaran
tembak bagi ketidakpuasan masyarakat atas hasil prosesnya. Hal
ini dapat kita temukan disetiap akhir pembelajaran ataupun setelah
anak didik dinyatakan tamat pembelajaran dan lulus ujian. Anak-
anak memasuki dunia kehidupan di masyrakat sehingga mereka
dituntut untuk dapat menjaga eksistensi dirinya dengan
kemampuan yang didapatkan dari proses pendidikan dan
pembelajaran. Akan tetapi, yang dihadapi oleh masyarakat
sungguh sangat berlainan dengan kenyataan. Anak-anak belum
dapat memenuhi keinginan masyarakat, apalagi kebutuhan
masyarakat atas sosok-sosok yang mampu berperan untuk
peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.
Seperti kita ketahui bersama, salah satu hal yang menjadi
cerminan atas ketidakberhasilan proses pendidikan ini anggapan
masyarakat adalah tidak terserapnya lulusan sekolah dalam dunia
pekerjaan. Masyarakat melihat bahwa banyak anak-anak yang lulus
20
Najib Sulhan,Pengembangan Karakter Dan Budaya Bangsa, ( Surabaya: Jaring Pena, 2011) , h.
13.
23
dari sekolah tidak mampu melakukan sesuatu yang bermanfaat
bagi dirinya, apalagi untuk masyarakat. Akibatnya, banyak anak-
anak yang menjadi pengangguran terdidik di masyarakat. Hal ini
oleh masyarakat dianggap sebagai proses yang sia-sia. Proses
pendidikan dijalani oleh anak didik, mulai dari sekolah dasar
hingga sekolah lanjutan atas, ternyata belum mampu menjadikan
anak-anak sebagai sosok yang mampu menangani kegiatan hidup
secara ekonomis.
Tentunya, kita tidak menyalahkan masyarakat, tetapi juga
tidak dapat menghakimi sekolah sebagai institusi pendidikan yang
gagal menajalankan perannya. Dalam konteks ini, kita harus dapat
berpikir dan bertindak bijak sebab proses pendidikan merupakan
tanggung jawab dan kewajiban bersama. Dengan demikian, ketika
proses pendidikan dan pembelajaran dianggap mengalami
kegagalan, seharusnya bukan hanya guru dan sekolah yang
menjadi kambing hitam kesalahan proses. Untuk itulah, kita perlu
melakukan repersepsi dan rekonstruksi, bahkan reorientasi
terhadap proses pendidikan terkait dengan kebutuhan masyarakat.
21
Jadi, keberhasilan pendidikan dalam pandangan masyarakat
itu adalah ketika siswa telah menyelesaikan pendidikannya dan
dapat mengimplementasikan ilmunya dimasyarakat sesuai dengan
kebutuhan masyarakat tersebut. Sehingga proses pendidikan
terlihat hasilnya setelah menyelesaikan pendidikannya.
Keberhasilan program pendidikan kewirausahaan dapat
diketahui melalui pencapaian kriteria oleh peserta didik, guru, dan
juga kepala sekolah yang antara lain meliputi:
a. Peserta didik 21
Mohammad Saroni, Mendidikan & Melatih Entrepreneur Muda, ( Jogjakarta: Ar-ruzz Media,
2012), h. 143.
24
Memiliki kemandirian yang tinggi, memiliki kreatifitas
yang tinggi, berani mengambil resiko, berorientasi pada
tindakan, memiliki karakter pekerja keras, memahami konsep-
konsep kewirausahaan, memiliki keterampilan berwirausaha di
sekolahnya, khususnya mengenai kompetensi kewirausahaan.
b. Kelas
Lingkungan kelas yang dihiasi dengan hasil kreatifitas
peserta didik, Pembelajaran kelas yang diwarnai dengan
keaktifan peserta didik, lingkungan kelas yang mampu
menciptakan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang sesuai
dengan nilai-nilai kewirausahaan yang di implementasikan
c. Sekolah
Guru mampu memberikan keteladanan terhadap
penanaman nilai-nilai kewirausahaan kepada peserta didik
terutama enam nilai pokok kewirausahaan, guru mampu
merancang pembelajaran yang terintegrasi nilai-nilai
kewirausahaan, Guru mampu memahami konsep-konsep
kewirausahaan, Guru memiliki keterampilan kewirausahaan,
kepala sekolah mampu menciptakan kreativitas dan inovasi
yang bermanfaat bagi pengembangan sekolah/madrasah.22
Dari paparan diatas, di simpulkan bahwa kreteria
keberhasilan program pendidikan kewirausahaan diketahui
melalui peserta didik, kelas, sekolah, dan guru. Indikator
keberhasilan lembaga non profit yakni pendidikan tidak dapat
diukur seperti halnya organisasi profit melalui produk yang
dihasilkannya. Organisasi non profit pendidikan tidak mudah
di ukur. Indikator keberhasilan pendidikan terletak bagaimana
stakeholder pendidikan puas atas produk yang dihasilkannya.
Produk pendidikan berupa kompetensi lulusan atau out put
yang berkualitas dan dibutuhkan masyarakat. 23
22
Tim Pusat Kurikulum Pengembangan Entrepreneurship, op. Cit., h. 12. 23
Supriyoko, ki.” Mempersiapkan Generasi Indonesia Emas Melalui Madrasah” , Makalah
Disampaikan Pada Seminar Nasional Bertema Profesional Learning Untuk Indonesia Emas.
Auditorium Prof. Harun Nasution, Jakarta, 28 Mei 2015. h. 8.
25
3. Strategi Penanaman Nilai Entrepreneurship
Nilai-nilai entrepreneurship dapat di tanamkan ataupun
diintegrasikan menggunakan beberapa strategi yang dapat
dilakukan oleh masyarakat sekolah. Pengintegrasian diawali
dengan mengkaji standar kompetensi lulusan dan standar isi pada
satuan pendidikan dalam rangka pemetaan nilai-nilai dan
kompetensi lulusan terkait dengan pendidikan entrepreneurship.
Setelah mengetahui nilai-nilai entrepreneurship yang akan di
integrasikan, kemudian diinfuskan kedalam mata pelajaran, proses
pembelajaran, kegiatan ekstrakulikuler, pengembangan diri, kultur
sekolah dan muatan lokal.
Pendidikan entrepreneurship bertujuan untuk membentuk
insan indonesia yang secara utuh memiliki pemahaman dan
keterampilan sebagai seorang entrepreneur. Pendidikan
entrepreneurship harus diterapkan oleh seluruh warga sekolah, baik
itu oleh kepala sekolah, guru, staf sekolah maupun oleh peserta
didik. Nilai-nilai entrepreneurship perlu diintegrasikan ke dalam
kurikulum dengan memperhatikan jenis-jenis kegiatan di sekolah
yang dapat merealisasikan pendidikan entrepreneurship,
pengintegrasian nilai-nilai entrepreneurship yaitu sebagai berikut:
a. Integrasi ke dalam mata pelajaran
Nilai-nilai entrepreneurship diinternalisasikan ke dalam
pembelajaran sehingga diperoleh kesadaran, terbentuknya
karakter entrepreneur, dan pembiasaan dalam tingkah laku
sehari-hari. Semua mata pelajaran mempunyai peluang yang
sama untuk menerima nilai-nilai tersebut.
Pelaksanaannya integrasi melewati tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Pada tahap
perencanaan, dilakukan dengan cara mengadaptasi silabus dan
26
RPP dengan menambahkan pada materi, langkah-langkah, dan
penilaian terhadap nilai-nilai entrepreneurship. Prinsip
pembelajarannya ialah mengusahakan peserta didik dapat
menerima, merespons, menilai pilihan, menentukan pendirian,
dan menginternalisasikan nilai-nilai entrepreneurship menjadi
karakter.
b. Integrasi ke dalam kegiatan ekstrakulikuler
Kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan pendidikan yang
berada di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling.
Tujuannya adalah untuk membantu pengembangan peserta
didik sesuai dengan bakat, minat, dan potensi, serta tumbuhnya
kemandirian yang berguna untuk diri sendiri, keluarga, dan
masyarakat. Contoh kegiatan yang dapat diberi muatan
entrepreneurship adalah seni budaya, pramuka, olahraga,
koperasi, dan lain-lain. Dalam mengikuti kegiatan
ekstrakuikuler kewirausahaan harus sudah mengikuti mata
pelajaran kewirausahaan.
c. Pengembangan diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar
mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah.
Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan
karakter atau kepribadian, termasuk karakter entrepreneur.
Dilakukan melalui kegiatan bimbingan dan konseling berkenaan
dengan masalah pribadi, sosial, belajar, pengembangan karier
dan kegiatan ekstrakulikuler. Pengembangan diri secara khusus
bertujuan untuk mengembangkan bakat, minat, potensi,
kreativitas, kebiasaan, keagamaan, kemampuan belajar, kegiatan
sosial, wawasan dan perencaaan karir, kemampuan pemecahan
masalah dan kemandirian.
27
Kegiatan pengembangan diri dapat dibedakan menjadi
kegiatan terprogram dan kegiatan tidak terprogram. Kegiatan
terprogram adalah kegiatan yang direncanakan secara khusus
dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram adalah kegiatan
yang tidak rencanakan secara khusus dan dilaksanakan langsung
oleh pendidikan dan tenaga pendidikan serta diikuti oleh seluruh
peserta didik.
Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan
pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan
memalui pengeintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari
disekolah misalnya kegiatan “business day” (bazar, karya
peserta didik, dll).24
d. Perubahan pembelajaran dari teori ke praktik berwirausaha
Perubahan pembelajaran dari teori ke praktik berwirausaha
diarahkan pada pencapaian tiga kompetensi yang meliputi
penanaman karakter entrerpreneur, pemahaman konsep, dan skill.
Bobot kompetensi karakter dan skill entrepreneur lebih besar
dibandingkan dengan pemahaman konsep.
Pembelajaran entrepreneurship diharapkan mampu
membentuk karakter entrepreneur yang mantap dalam diri peserta
didik. Selain itu, pembelajaran entrepreneurship juga diharapkan
dapat membentuk peserta didik yang terampil dalam
mengimplementasikan ide-ide kreatif yang keluar dari karakter
entrepreneur. Oleh karena itu, model pembelajaran
entrepreneurship hendaknya dapat memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk aktif dalam menginternalisasikan
nilai-nilai entrepreneur melalui pelaksanaan tugas-tugas mendiri.
24
http://www.google.com/amp/s/akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/06/29/konsep-kewirausahaan-dan-pendidikan-kewirausahaan/amp/. diakses 21:53 WIB, 01/12/2016.
28
Salah satu model pembelajaran entrepreneurship yang dapat
membentuk karakter dan perilaku entrepreneur ialah model
project-based learning yaitu model pembelajaran yang berfokus
pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama (central) dari suatu
disiplin, melibatkan peserta didik dalam kegiatan pemecahan
masalah dan tugas-tugas bermakna lainnya, memberi peluang
peserta didik bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar
mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya
peserta didik bernilai dan realistik.25
e. Integrasi ke dalam buku ajar
Pendidikan entrepreneurship dapat diintegrasikan ke dalam
buku ajar baik dalam pemaparan materi, tugas maupun dalam
evaluasi. Jadi, guru harus kreatif memadukan nilai-nilai
entrepreneurship ke dalam buku ajar.
f. Integrasi ke dalam kultur sekolah
Budaya sekolah/madrasah merupakan sesuatu yang dibangun
dari hasil pertemuan antara nilai-nilai (value) yang dianut oleh
kepala sekolah/madrasah sebagai pemimpin dengan nilai-nilai yang
dianut oleh guru-guru dan para karyawan yang ada dalam
sekolah/madrasah tersebut. Nilai-nilai tersebut dibangun oleh
pikiran-pikiran manusia yang ada dalam sekolah/madrasah.
Pertemuan pikiran-pikiran manusia tersebut kemudian
menghasilkan apa yang disebut dengan “pikiran organisasi” (
Kasali, 2006). Dari pikiran organisasi itulah kemudian muncul
dalam bentuk nilai-nilai yang diyakini bersama, dan kemudian
nilai-nilai tersebut akan menjadi bahan utama pembentukan budaya
sekolah/madrasah. Dari budaya tersebut kemudian muncul dalam
berbagai simbol dan tindakan yang kasat indra yang dapat diamati
dan dirasakan dalam kehidupan sekolah/madrasah sehari-hari. 26
Ketika nilai-nilai entrepreneurship sudah menjadi kultur sekolah
maka hal ini menjadi indikator keberhasilan pendidikan
entrepreneurship. Kultur sekolah adalah suasana kehidupan sehari-
hari di sekolah di mana ada interaksi antarwarga sekolah dengan
masyarakat. Warga sekolah saling berinteraksi dengan
25
Barnawi & Mohammad Arifin, School Preneurship, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2012), h. 133. 26
Muhaimin dkk., Manajemen Pendidikan Aplikasinya Dalam Penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah, ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 48.
29
menggunakan prinsip kejujuran, komitmen, tanggung jawab,
optimis, kreatif, dan lain-lain.
Kemajuan suatu sekolah sangat ditentukan oleh budaya sekolah
yang tertanam dalam setiap diri warga sekolah. Hal ini cukup
beralasan karena budaya sekolah yang mengandung kekuatan yang
dapat menggerakkan kehidupan sekolah. Budaya sekolah
mengarahkan pikiran, ucapan, dan tindakan seluruh warga sekolah.
Budaya sekolah yang terkonsep dengan baik sesuai dengan tujuan
sekolah memiliki nilai strategis, daya ungkit untuk berprestasi
sekaligus mengantarkan warga sekolah pada gerbang kesuksesan.
Namun, apabila budaya sekolah tidak dikelola dengan baik,
dibiarkan liar begitu saja justru membahayakan keberlangsungan
hidup sekolah.27
Tidak mudah menumbuhkan budaya atau semangat
entrepreneurship di dalam diri seseorang. Oleh sebab itu diperlukan
strategi-strategi jitu di antaranya adalah:
1) Melalui komitmen pribadi
Jiwa entrepreneur ditandai dengan adanya komitmen
pribadi untuk dapat mandiri, mencapai sesuatu yang
diinginkan, menghindari ketergantungan pada orang lain, agar
lebih produktif dan untuk memaksimalkan potensi diri.
2) Lingkungan dan pergaulan yang kondusif
Dorongan untuk menumbuhkan jiwa wirausaha dapat
berasal dari lingkungan pergaulan teman, famili, sahabat,
karena mereka dapat berdiskusi tentang ide wirausaha, masalah
yang dihadapi dan cara–cara mengatasinya. Sehingga
mempunyai semangat, kemampuan dan pikiran untuk
menaklukan cara berpikir lamban dan malas.
27
Barnawi & Mohammad Arifin, Mengelola Sekolah Berbasis Entrepreneurship, ( Jogjakarta: Ar-
ruzz Media, 2013), h. 67.
30
3) Pendidikan dan pelatihan
Keberanian untuk membentuk jiwa entrepreneur juga
didorong oleh guru atau dosen disekolah atau lembaga
pelatihan. Mereka memberikan mata pelajaran entrepreneurship
yang praktis dan menarik sehingga membangkitkan minat
siswa untuk berentrepreneurship (berwirausaha).
4) Keadaaan terpaksa
Banyak orang yang sukses karena dipaksa oleh keadaan.
Mungkin pada awalnya tujuannya hanya untuk memenuhi
kebutuhannya. Tetapi karena usahanya yang keras, tidak
gampang menyerah dan berputus asa, sehingga akhirnya
menjadi entrepreneur yang sukses.
5) Proses berkelanjutan
Menjadi entrepreneur tidaklah mudah seperti membalik
telapak tangan. Ia membutuhkan proses yang panjang dan
melelahkan. Maka setiap orang yang memutuskan untuk
menjadi entrepreneur harus sadar bahwa ia sedang menempuh
sebuah proses yang panjang dan berkelanjutan.
6) Otodidak
Melalui berbagai media seseorang bisa menumbuhkan
semnagat berwirausaha. Misalnya melalui biografi pengusaha
sukses (success story), media televisi, radio majalah koran dan
berbagai media yang dapat diakses untuk
menumbuhkembangkan jiwa wirausaha yang ada di diri
seseorang. 28
Jadi, dalam menumbuhkan budaya entrepreneurship
disekolah harus dimulai dengan komitmen antara orang yang
berada dalam organisasi seperti sekolah, lingkungan pun harus
mendukung seperti adanya pelatihan-pelatihan entrepreneur
28
Herni Ali, dkk, Teologi Entrepreneurship, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta,2010) , cet. I, h. 72.
31
dan pembelajaran entrepreneur disekolah dan menumbuhkan
budaya entrepreneurship pun harus berkelanjutan.
g. Integrasi kedalam muatan lokal
Mata pelajaran ini mememberikan peluang kepada peserta didik
untuk mengembangkan kemampuannya yang diangap perlu oleh
daerah yang bersangkutan. Mata pelajaran muatan lokal harus
memuat karakteristik budaya lokal, nilai-nilai luhur setempat,
keterampilan, mengangkat masalah sosial dan lingkungan. Dengan
demikian pada akhirnya diharapkan peserta didik memiliki
keterampilan hidup sebagai bekal dalam kehidupan untuk
menciptakan lapangan kerja secara luas.29
Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, startegi penanaman
nila-nilai entrepreneurship itu melalui beberapa cara yaitu melalui
mata pelajaran, ekstrakulikulier, pengembangan diri, praktik
berwirausaha, buku ajar, kultur sekolah, muatan lokal yang secara
bertahap yang implementasikan oleh sekolah sesuai dengan
kebutuhannya dan jenjang pendidikannya.
4. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat dalam melakukan
Kegiatan Entrepreneurship di Sekolah
Proses pendidikan, khususnya yang menggarap aspek
kewirausahaan bagi anak didik, memang merupakan sebuah
program yang membutuhkan kerja sama banyak pihak. Program ini
tidak mungkin hanya ditangani oleh pihak sekolah sebab untuk
merealisasikan program, kita membutuhkan banyak pihak,
terutama masyarakat. Seperti kita ketahui, program kewirausahaan
ini bertujuan mempersiapkan anak didik agar pada saat memasuki
dunia/terjun ke masyarakat, mereka sudah mempunyai kemampuan
untuk bertahan hidup.
29
Arifin, op.cit., h. 64.
32
Sekolah diselenggarakan bukan untuk mencari pekerjaan.
Sekolah bukan untuk menciptakan anak-anak yang siap bekerja
secara langsung. Tetapi, kebutuhan di masyarakat memposisikan
sekolah sebagai institusi yang sedemikian rupa sehingga mau tidak
mau harus dapat mengkondisikan agar anak didik mempunyai
kemampuan untuk melakukan pekerjaan. Tentunya hal ini
menyebabkan sekolah harus menyusun program khusus yang
mampu mengkontribusikan program tersebut, semua pihak harus
ikut mendukung program sekolah, terutama dalam hal ini
masyrakat industri yang ada di masyrakat.
a. Dukungan pemerintah. Pemerintah memang mempunyai
kewajiban dan tanggung jawab besar untuk proses
pendidikan dan pembelajaran bagi warga negaranya.
Pemerintah harus menyelenggaraan proses pendidikan dan
pembelajaran sedemikian rupa sehingga anak-anak
mendapatkan proses yang dapat meningkatkan kompetensi
anak didik. Pemerintah harus memfasilitasi kebutuhan
proses sebaik-baiknya sehingga proses dapat berlangsung
maksimal. Oleh karena itulah, pemerintah melalui berbagai
program aplikatif bagi kehidupan. Terkait dengan kegiatan
kewirausahaan ini, pemerintah dalam program direktorat
pendidikan mencanangkan kegiatan yang menyertakan
stakeholder terkait dalam dunia pendidikan dan
pembelajaran sebagai bentuk kerja sama mutualisme.
Stakeholder yang dimaksudkan adalah masyarakat, dunia
usaha, dan dunia industri.
b. Dukungan Masyarakat. Dalam konteks kegiatan
pendidikan, pembelajaran dan pelatihan kewirausahaan
peranan masyarakat sangat menentukan dalam keberhasilan
proses. Dengan adanya masyarakat ini, proses dapat
dilaksanakan sebab mempunyai visi dan misi yang jelas,
33
untuk masyarakat. Dengan visi dan misi ini, jelaslah bagi
kita bahwa hidup harus ada tujuan yang pasti, begitu juga
halnya dengan proses pendidikan dan pembelajaran yang
kita laksanakan untuk anak didik. Kita menyelenggarakan
proses pendidikan sebab ingin agar anak-anak mengalami
proses metamorphose dalam aspek pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang ada dalam dirinya. Dengan demikian,
anak dapat melakukan adaptasi terhadap segala hal yang
terjadi dalam kehidupan di masyarakat. 30
Jadi, faktor pendukung dalam melakukan kegiatan
kewirausahaan disekolah yaitu diantaranya dari pemerintah dan
masyarakat karna pemerintah merupakan stakeholder penting
dalam penyelenggaraan proses pendidikan dan pembelajaran. Dan
pemerintah mempunyai tanggung jawab dan kewajiban atas
penyelenggaraan proses pendidikan sebab terkait dengan kualitas
SDM sebagai pelaku pembangunan bangsa dan negara ini.
Bukan hanya faktor pendukung dari pemerintah dan
masyarakat namun, keberhasilan dalam kewirausahaan juga
ditentukan oleh tiga faktor yaitu yang mencakup hal-hal berikut:
1) Kemampuan dan kemauan. Orang yang tidak memiliki
kemampuan, tetapi banyak kemauan dan orang yang
memiliki kemauan, tetapi tidak memiliki kemampuan,
keduanya tidak akan menjadi wirausahawan yang sukses.
2) Tekad yang kuat dan kerja keras. Orang yang tidak
memiliki tekad yang kuat, tetapi memiliki kemauan untuk
bekerja keras dan orang yang suka bekerja keras, tetapi
tidak memiliki tekad yang kuat, keduanya tidak akan
menjadi wirausahawan yang sukses.
3) Kesempatan dan peluang. Ada solusi ada peluang,
sebaliknya tidak ada solusi tidak akan ada peluang. Peluang
30
Saroni, op cit., h. 174
34
ada jika kita menciptakan peluang itu sendiri bukan
mencari-cari atau menunggu yang datang kepada kita.31
Tanpa adanya kemampuan, kemauan, tekad kuat, kerja
keras, kesempatan dan peluang tidak akan mendorong seseorang
melakukan kegiatan, seperti halnya kegiatan entrepreneurship
disekolah, harus banyak pihak yang mendukung dan bukan hanya
dari luar dukungannya melainkan dari diri sendiri juga harus
mendukung. Karna dengan kemauan dan tekad kuat menjalankan
dan melaksanakan kegiatan entrepreneurshipnya dapat berjalan
dengan sungguh-sungguh.
Menurut zimmerer (1996:14-15) ada beberapa faktor yang
menyebabkan wirausahawan gagal dalam menjalankan usaha
barunya, yaitu sebagai berikut:
1) Tidak kompeten dalam hal manajerial. Tidak kompeten atau
tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk
mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang
membuat perusahaan kurang berhasil.
2) Kurang berpengalaman, baik dalam kemampuan teknik,
memvisualisasikan usaha, mengoordinasikan, mengelola
sumber daya manusia maupun mengintegrasikan operasi
perusahaan.
3) Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal
dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan, maka
akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
4) Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis
merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha.
Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan
sukar beroperasi karena kurang efesien.
5) Kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat
kaitannya dengan efesiensi dan efektivitas. Kurangnya
pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan peralatan
(fasilitas) perusahaan secara tidak efesien dan tidak efektif.
6) Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap
yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan
usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap
setangah hati, kemungkinan terjadinya gagal menjadi besar.
7) Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi
kewirausahaan. Wirausahawan yang kurang siap menghadapi
31
Suryana, op.cit., h. 108.
35
dan melakukan perubahan tidak akan menjadi wirausahawan
hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan
dan mampu membuat peralihan setiap waktu.32
Dari paparan diatas, menyebutkan bahwa yang
menyebabkan seorang wirausaha gagal dalam menjalankan
usahanya yaitu karna faktor penghambat yang menghalangi atau
yang mempengaruhi berjalannya usaha mereka, begitu juga
halnya kegitan entrepreneurship disekolah akan gagal atau tidak
bisa berjalan jika banyak faktor yang menghambat berjalannya
kegiatan tersebut, seperti halnya disebutkan diatas, tidak
kompeten dalam hal manajerial yaitu jika dikaitkan kedalam
bidang pendidikan yaitu sekolah dapat dibayangkan seorang
kepala sekolah yang tidak kompeten atau tidak memiliki
kemampuan dan pengetahuan dalam bidang entrepreneurship
maka apa jadinya sekolah yang dikelolanya. Kurang
berpengalaman, jika seorang kepala sekolah dan guru kurang
berpengalaman dalam kegiatan entrepreneurship disekolah, apa
pengalaman yang akan mereka berikan kepada siswa-siswi
mereka. Begitu juga halnya jika gagal dalam perencanaan, dapat
membuat bingung pekerjaan yang akan dilakukan dalam kegiatan
entrepreneurship tersebut. Dalam kegiatan entreprenenurship
disekolah, bukan hanya sekedar memberikan ilmu dan
menanamkan nilai entrepreneurship melalui mata pelajaran di
dalam kelas saja, melainkan juga perlunya ada praktik lapangan,
jika lokasi yang kurang memadai itu akan menghambat
berjalannya kegiatan. Dan pastinya harus ada pengawasan dan
sikap yang sungguh-sungguh dalam berusaha, serta variasi
kegiatan ataupun strategi yang dikembangkan disekolah guna
menunjang kelancaran kepala sekolah serta para guru dalam
32
Suryana, op cit., h. 110.
36
menjalankan tugasnya tarutama dalam menanamkan nilai
entrepreneurship kepada siswa.
C. Penelitian Yang Relevan
Berbagai penelitian yang dilakukan mengenai penanaman nilai-
nilai entrepreneurship. Penelitian yang dilakukan oleh Eva Hariyanto yang
berjudul “ Pengembangan Jiwa Kewirausahaan Melalui Pendidikan
Kecakapan Hidup di SMP Al-Fath Cirendeu” mengungkapkan bahwa
pelaksanaan pengembangan jiwa kewirausahaan melalui pendidikan
kecakapan hidup di SMP Al-Fath berjalan dengan baik dan memberikan
dampak positif kepada peserta didik. Namun demikian, dari hasil
penelitian ditemukan beberapa masalah yang harus segera diperbaiki
seperti: kurangnya variasi kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah,
mengubah paradigma peserta didik terhadap pelajaran elektro dan
menjahit, dukungan orang tua kepada peserta didik.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan kepada: pihak
sekolah perlu memambahkan variasi kegiatan agar peserta didik bisa
memilih kegiatan sesuai dengan minat dan bakat, sekolah diharapkan
untuk memberikan pengertian kepada orang tua agar mereka mendukung
peserta didik dengan cara mendorong untuk mengikuti kegiatan yang
diselenggarakan oleh sekolah, dan guru diharapkan bisa mengubah cara
pandang peserta didik mengenai pelajaran elektro dan menjahit agar
mereka bisa menyukai pelajaran elektro dan menjahit.
Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Helmi
Hermawan yang berjudul ”Pelaksanaan Pembelajaran Bernilai
Karakter Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Studi di SMK Negeri
16 Jakarta” mengungkapkan bahwa pelaksanaan pembelajaran bernilai
karakter pada mata pelajaran kewirausahaan di SMK Negeri 16 Jakarta
belum berjalan secara optimal. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
disarankan kepada guru untuk mengikuti pelatihan khususnya berkaitan
dengan bagaimana mengintegrasikan pembelajaran bernilai karakter
37
sehingga melalui pembelajaran di kelas diharapkan penerapan nilai
karakter tersebut dapat berjalan lebih baik dan lebih efektif. Selain itu juga
perlu mengembangkan pembelajaran berkarakter pada pembiasaan yang
dilakukan dalam rangkaian rutinitas secara berkesinambungan dan selalu
berkaitan.
Penelitian yang dilakukan oleh Eva Harianto memfokuskan pada
pengembangan jiwa kewirausahaannya yaitu melalui pendidikan
kecakapan hidup dan penelitian yang dilakukan oleh Helmi Hermawan
memfokuskan pada pelaksanaan pembelajaran yang bernilai karakter pada
mata pelajaran kewirausahaan.
Penelitian ini merupakan pelengkap dari penelitian-penelitian
sebelumnya yang diharapkan dapat menambah khasanah dengan cara
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship. Penelitian yang dilakukan oleh
peneliti memfokuskan pada penanaman nilai-nilai entrepreneurship yang
terintegrasi pada mata Pelajaran, ekstrakulikuler, pengembangan diri,
muatan lokal, kultur sekolah, praktik berwirausaha, buku ajar.
D. Kerangka Berpikir
Penanaman nilai-nilai entrepreneurship sebagai salah satu bentuk nilai
yang harus ditanamkan sekolah dengan baik. Sehingga siswa memiliki
kepribadian yang mencerminkan nilai-nilai entrepreneurship dalam
kehidupan sehari-harinya. Sebagaimana kita ketahui nilai-nilai
entrepreneurship yaitu mandiri, kreatif, berani mengambil resiko
berorientasi pada tindakan, kepemimpinan, kerja keras, konsep,
skill/keterampilan.
Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di sekolah dapat menggunakan
strategi yang di integrasikan melalui mata pelajaran, perubahan
pembelajaran, ekstrakulikuler, pengembangan diri, kultur sekolah, muatan
lokal, dan pembelajaran aktif. Dengan adanya penanaman nilai-nilai
entrepreneurship disekolah, diharapkan terjadi perubahan pada sikap
38
peserta didik yang mencerminkan karakter wirausahawan yang mereka
dapat aplikasikan dalam kehidupan mereka.
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin di capai dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui strategi yang digunakan dalam menanaman
nilai-nilai entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi
Utara
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship di SMPI Mentari
Indonesia Bekasi Utara
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMPI Mentari Indonesia Bekasi
Utara yang terletak di Jl. KH.Muhammad Musa No.59 Tanah Tinggi Setia
Asih Tarumajaya Kab. Bekasi, Telp 021-91308975. Adapun waktu
penelitian direncanakan mulai dari bulan September sampai dengan April
2016.
NO JENIS KEGIATAN BULAN
9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
1. Penyusunan proposal
2 Perizinan
3 Pengumpulan data
4 Analisis data
5 Penyusunan laporan
40
C. Metode Penelitian
Dilihat dari tujuan penelitian dan sifat masalah yang ada, fokus
penelitian ini adalah mendeskripsikan penanaman nilai-nilai
entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia. Dengan demikian penelitian
ini dapat dikatagorikan sebagai penelitian kualitatif dengan bentuk metode
deskriptif kualitatif. Dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat
diperoleh pemahaman dan penafsiran mengenai makna, kenyataan, dan
fakta yang relevan.
Untuk itu metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian
kualitatif. Teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi akan
digunakan untuk pengumpulan data penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan sifat dan tujuan dalam penelitian ini, untuk memperoleh
data yang diperlukan dalam penelitian penulis menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut.
1. Observasi
Observasi digunakan untuk memperoleh data tentang bentuk
program atau kegiatan penanaman nilai-nilai entrepreneurship, mata
pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, praktik berwirausaha dan budaya
sekolah di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara.
2. Wawancara
Wawancara digunakan untuk memperoleh data/informasi terkait
strategi-strategi yang digunakan dalam menanamkan nilai-nilai
entrepreneurship melalui pengintegrasian dalam mata pelajaran, buku
ajar, ekstrakurikuler, praktik berwirausaha, pengembangan diri,
muatan lokal, dan budaya sekolah di SMPI Mentari Indonesia serta
faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakannya. Metode
yang dilakukan dengan menggunakan pedoman
41
wawancara.Wawancara dilakukan dengan Kepala Sekolah, Wakil
Kepala Sekolah, 10 guru, dan 15 siswa.
3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data mengenai hal-hal
berupa catatan. Studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh data
tetang profil, visi dan misi, data guru, data siswa, kurikulum, kegiatan
ekstrakulrikuler yang ada di SMPI Mentari Indonesia dan lain
sebagainya.dokumen-dokumen tersebut digunakan untuk melengkapi
data penelitian sehingga dapat ditampilkan gambaran tentang objek
penelitian.
E. Instrumen Penelitian
1. Definisi Konseptual
Penanaman nilai-nilai entrepreneurship adalah Penanaman nilai-
nilai entrepreneurship sebagai salah satu bentuk nilai yang harus
ditanamkan sekolah dengan baik. Sehingga siswa memiliki
kepribadian yang mencerminkan nilai-nilai entrepreneurship dalam
kehidupan sehari-harinya. Sebagaimana kita ketahui nilai-nilai
entrepreneurship yaitu mandiri, kreatif, berani mengambil resiko
berorientasi pada tindakan, kepemimpinan, kerja keras, jujur, disiplin,
inovatif, tanggung jawab, kerja sama, pantang menyerah, komitmen,
realistis, rasa ingin tahu, komunikatif, motivasi kuat untuk sukses.
2. Definisi Operasional
Secara operasonal penanaman nilai-nilai entreprneurship dilakukan
melalui strategi yang meliputi: mata pelajaran, perubahan
pembelajaran, ekstrakulikuler, pengembangan diri, kultur sekolah,
muatan lokal, dan pembelajaran aktif. Dengan adanya penanaman
nilai-nilai entrepreneurship disekolah, diharapkan terjadi perubahan
pada sikap peserta didik yang mencerminkan karakter wirausahawan,
yang mandiri, kreatif, berani mengambil resiko berorientasi pada
tindakan, kepemimpinan, kerja keras, jujur, disiplin, inovatif, tanggung
42
jawab, kerja sama, pantang menyerah, komitmen, realistis, rasa ingin
tahu, komunikatif, motivasi kuat untuk sukses.
3. Kisi-kisi instrumen
a. Pedoman Wawancara
Tabel 1
Variabel DIMENSI INDIKATOR
Penanaman
nilai-nilai
entrepreneurship
a. Karakteristik
entrepreneurship
-Siswa mencerminkan
karakter entrepreneurship
b. Tujuan
entrepreneurship
-Mempunyai tujuan dalam
menanamkan nilai-nilai
entrepreneurship di sekolah
c. Nilai-nilai dasar
entrepreneurship
-Sekolah memiliki program
yang dapat menanamkan
nilai-nilai entrepreneurship
d. Pengembangan nilai-
nilai entrepreneurship
-Mampu mengembangkan
nilai-entrepreneurship
disekolah
e. Keberhasilan
penanaman nilai-nilai
entrepreneurship
-Mampu mencapai kriteria
dalam menanamkan nilai-
nilai entrepreneurship
f. Strategi penanaman
nilai-nilai
entrepreneurship
-Mampu mengintegrasikan
nilai-nilai entrepreneurship
melalaui berbagai strategi
g. Faktor pendukung dan
penghambat dalam
melakukan kegiatan
entrepreneurship
disekolah
-Mampu meminimalisir
hambatan-hambatan dan
meningkatkan faktor
pendukung baik dari internal
sekolah maupun eksternal
43
Tabel 2
Kisi-kisi Pedoman Observasi
No Aspek yang diamati Ada Tidak keterangan
1 Mata Pelajaran
2 Kegiatan Ekstrakurikuler
3 Praktik Berwirausaha
4 Budaya Sekolah
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian
kualitatif adalah model analisis dan mengalir (flow model). Langkah-
langkah yang dipergunakan dalam model ini antara lain : pengumpulan
data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
a. Pengumpulan Data
Peneliti membuat catatan data yang dikumpulkan melalui
observasi, wawancara dan studi dokumentasi yang merupakan
catatan lapangan yang terkait dengan pertanyaan atau tujuan
penelitian.
b. Reduksi Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data
yang tersedia dari berbagai sumber, yakni dari observasi,
wawancara dan studi dokumentasi. Setelah dibaca, dipelajari,
maka langkah selanjutnya adalah mengadakan reduksi data.
Langkah ini berkait erat dengan proses menyeleksi,
memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksikan dan
mentransformasikan data mentah yang diperoleh dari hasil
penelitian. Reduksi data dilakukan selama penelitian
berlangsung. Langkah ini dilakukan sebelum data benar-benar
44
dikumpulkan. Peneliti sudah megetahui data-data apa saja yang
dilakukan terkait penelitian.
c. Penyajian Data
Penyajian data atau kumpulan informasi yang
memungkinkan peneliti melakukan penarikan kesimpulan.
Bentuk penyajian data yang mudah dilakukan dalam penelitian
kualitatif adalah teks naratif yang menceritakan secara panjang
lebar temuan penelitian.
d. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan langkah
selanjutnya. Analisisnya menggunakan analisis model
interaktif. Artinya analisis ini dilakukan dalam bentuk interaktif
dari ketiga komponen utama tersebut. Data yang terkumpul
dari hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi yang
terkait dengan penelitian direduksi untuk dipilih mana yang
paling tepat untuk disajikan. Proses pemilihan data akan
difokuskan pada data yang mengarah untuk pemecahan
masalah, penemuan, pemaknaan, atau untuk menjawab
pertanyaan penelitian.33
33
Pedoman Penulisan Skirpsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2014, h al. 70-71.
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah
SMPI Mentari Indonesia Jl.KH.Muhammad Musa No 59 Kampung
Tanah Tinggi RT/RW 002/024 Desa Setia Asih kecamatan tarumajaya
kabupaten Bekasi dengan alamat Email [email protected]
dan No Statistik Sekolah 202022202009 merupakan sekolah yang
memiliki kurikulum bidang studi entrepreneurship yang diajarkan dengan
sistem yang berbasis CTL, Media pembelajaran yang digunakan berbasis
ICT (Information Communication Technology) serta pembiasaan nilai-
nilai keislaman (ta’widh) dan model pembelajaran ISLAMI ((Interactive,
Student Centre, Language Collaborate, Active, Modeling, ICT Based)
1. Visi dan Misi SMPI Mentari Indonesia
Visi merupakan cita-cita atau angan-angan yang hendak dicapai
oleh suatu organisasi tertentu. Sedangkan misi adalah langkah-langkah
yang dijalankan untuk mensukseskan visi yang telah di buat. Maka ini
lah visi dan misi SMPI Mentari Indonesia yaitu :
Visi:
Menjadi Lembaga Pendidikan Islam Berkarakter Entrepreneur Yang
Unggul Dalam Iman, Ilmu, Akhlaq.
Misi :
Berikut misi SMP Islam Mentari Indonesia yang dirumuskan
berdasarkan visi sekolah, sebagai berikut:
a. Menjadikan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai landasan kegiatan.
b. Menumbuh kembangkan jiwa entrepreneurship yang berlandaskan
keislaman dengan mengembangkan kurikulum yang berbasis CTL
(Contextual Teaching and Learning)
46
c. Memberikan hasil terbaik bagi para stakeholder (Yayasan,
Pengguna Jasa, dan Civitas Akademik).
d. Menggunakan multi kurikulum untuk mendukung implementasi
kwalitas peserta didik yang handal.
e. Mendukung pengembangan jalur informasi dan ilmu pengetahuan
melalui koneksi internet.
f. Menjadikan sekolah sebagai laboratorium pendidikan yang
menghasilkan hasil penelitian yang mutakhir.
g. Membangun kerjasama yang baik dengan Dinas Pendidikan, serta
sekolah menengah di dalam dan luar negeri.
Kedepannya, setiap lulusan SMP Islam Mentari Indonesia diharapkan
akan memiliki:
a. Akhlak yang baik dan melandaskan hidup dengan semangat
keislaman.
b. Unggul dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi terkini.
c. Mandiri, kreatif, serta memiliki semangat dan jiwa
entrepreneurship sehingga mampu bermanfaat bagi agama, bangsa,
dan negara.
2. Profil Guru SMPI Mentari Indonesia
Guru merupakan salah satu stakeholder penting dalam sekolah
untuk memberikan layanan pendidikan dan pengajaran kepada peserta
didik, tanpa guru proses belajar mengajar tidak akan terjadi. Guru yang
terdapat di SMPI Mentari Indonesia berjumlah guru 14 guru tetap
yayasan dan 4 guru honorer serta 1 KTU dan 1 staff TU. Jumlah guru
yang ada di SMPI Mentari Indonesia sebagian besar merupakan
Sarjana Strata 1 yang memiliki kemampuan yang berbeda.
47
No Status Pendidik dan Tenaga Kependidikan Jumlah
A. Pendidik
1. Guru PNS diperbantukan tetap -
2. Guru tetap yayasan 14
3. Guru honorer 4
4. Guru tidak tetap -
B. Tenaga Kependidikan
1. KTU 1
2. Staff TU 1
C. Tenaga lainnya
1.
2.
Penjaga Sekolah (Satpam)
Kebersihan
3
1
Jumlah Personal 24
Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
NO NAMA KETERANGAN
1 Bhayu Sulistiawan, S.Pd.I Guru Tetap Yayasan
2 Waliyadin Sholeh, S.Pd.I Guru Tetap Yayasan
3 Ahmad Fauzi, S.Pd.I Guru Tetap Yayasan
4 Aminudin, S.Pd.I Guru Tetap Yayasan
5 Pela Indra Yanih, S.Si Guru Tetap Yayasan
6 Ayu Guspradiana, S.Pd Guru Tetap Yayasan
7 Sri Mujiati, S.Pd Guru Tetap Yayasan
48
8 Nunung Rahmawati, S.Pd Guru Tetap Yayasan
9 Dwi Lestari, S.Kom Guru Tetap Yayasan
10 Titin Suwastini, S.Pd. Guru Tetap Yayasan
11 Irwan, S.Pd Guru Honorer
12 Ahmad Firdaus, S.Pd.I Guru Honorer
13 Euis Ismayati, S.Pd. Guru Honorer
14 Muhammad Hasan, S.Pd Guru Honorer
15 Nadia, S.Pd.I GuruTetap Yayasan
16 Aida Rahma, S.Pd.I GuruTetap Yayasan
17 Enisah GuruTetap Yayasan
18 Nurbaiti GuruTetap Yayasan
19 Yudi Raharjo, A.Md. KTU
20 Nur Arfah Staff TU
21 Hasan Saudi Kebersihan
22 Lakod Satpam
23 Sahroni Satpam
24 Sarbini Satpam
49
3. Data Siswa SMPI Mentari Indonesia
Data tersebut menjelaskan bahwa SMPI Mentari Indonesia
menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran kuota setiap kelas
tidak terlalu padat sehingga diharapkan pelaksanaan pembelajaran
berjalan dengan optimal.
Jumlah peserta didik SMPI Mentari Indonesia adalah sebagai
berikut :
Tahun
Pelajaran
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Kelas VII -IX
Jumlah
Siswa
Jumlah
Rombel
Jumlah
Siswa
Jumlah
Rombel
Jumlah
Siswa
Jumlah
Rombel
Jumlah
Siswa
Jumlah
Rombel
2012/2013 24 1 8 1 - - 32 2
2013/2014 16 1 21 1 8 1 45 3
2014/2015 24 1 16 1 22 1 62 3
2015/2016 49 3 26 1 17 1 92 5
4. Sarana dan prasarana SMPI Mentari Indonesia
Sarana dan prasarana sebagai fasilitas pendidikan dan
pengajaran yang ada di SMPI Mentari Indonesia adalah sebagai
berikut:
a. Kelas multimedia dengan koneksi internet ( kapasitas maksimal 20
orang )
b. Luas lahan yang proposional untuk kegiatan belajar mengajar
(KBM)
c. Bersekolah dilingkungan taman yang hijau dan indah
d. Sarana peribadatan
e. Green school
50
f. Library e-book
g. Auditorium sekolah
h. Laboratorium IPA
No Jenis Sarana Prasarana Jml
Ruang
Kategori Ruangan
Baik Rusak
Ringan
Rusak
Sedang
Rusak
Berat
1. Ruang Kelas 8 8
2. Perpustakaan 1
3. R. Lab. PAI -
4. R. Lab. Biologi -
5. R. Lab. Fisika -
6. R. Lab. Kimia -
7. R. Lab. Komputer -
8. R. Lab. Bahasa -
9. R. Kepala Sekolah 1 1
10. R. Guru 1 1
11. R. Tata Usaha 1 1
12. R. Bimbingan Konseling 1 1
13. R. Tempat Ibadah 1 1
14. R. UKS 1 1
15. Jamban Siswa dan Guru 5 5
16. Gudang 1 1
17. R. Sirkulasi -
18. Tempat Olahraga -
19. R. OSIS -
20. R. Kegiatan Siswa -
21. R. Lainnya -
51
Seluruh ruang yang ada di SMPI Mentari Indonesia dalam keadaan baik dan
dapat dipergunakan untuk menunjang kegiatan pendidikan dan pengajaran.
Seluruh sarana dan prasarana dipergunakan dengan baik sesuai dengan kebutuhan
kegiatan sehingga proses belajar terlaksana secara optimal.
B. Analisis dan Pembahasan
1. Strategi Penanaman Nilai-Nilai Entrepreneurship Di SMPI
Mentari Indonesia
Deskripsi data tentang gambaran umum penanaman nilai-nilai
entrepreneurship didasarkan pada hasil wawancara dengan pihak-pihak
terkait di sekolah, observasi, dan dokumentasi. Hal ini dilakukan untuk
memperoleh data yang kaya sehingga bisa memberikan karya
penelitian yang baik.
SMPI Mentari Indonesia melakukan penanaman nilai-nilai
entrepreneurship melalui beberapa cara yaitu dengan
mengintegrasikan ke dalam berbagai kegiatan diantaranya
ekstrakurikuler, mata pelajaran, buku ajar, budaya sekolah, muatan
lokal, pengembangan diri dan praktik berwirausaha.
a. Mata pelajaran dan buku ajar
Mata pelajaran dan buku ajar merupakan strategi yang
digunakan sekolah untuk menanamkan nilai-nilai
entrepreneurship, mata pelajaran apapun disekolah ini tidak
terlepas dari unsur entrepreneurship begitupun buku ajar, namun
pada buku ajar nilai-nilai yang disampaikan tetap harus sesuai
dengan materi yang bersangkutan. Hal ini disampaikan oleh salah
satu guru bidang studi bahasa inggris yaitu:
“saya masukkan nilai-nilai baik yang terkandung dalam
entrepreneurship seperti percaya diri, jujur kedalam metode
pembelajaran ataupun tugas-tugas sehari-hari, tetapi tetap saja
pada pemaparan harus disesuaikan pada materi”.34
34
Hasil wawancara dengan Guru B. Inggris SMPI Mentari Indoensia pada tanggal 20 September
2016
52
Disekolah ini hampir setiap mata pelajaran dapat di
integrasikan nilai-nilai entrepreneurship, karna menurut guru yang
ada di sekolah ini, entrepreneurship merupakan sesuatu yang
mudah untuk di tempatkan dimana saja seperti halnya dalam
pemaparan materi mata pelajaran yang disampaikan maupun
aplikasinya pada buku ajar, kendala yang dialami guru pun tidak
terlalu sulit ini dikemukakan oleh guru B. Indonesia yaitu:
“Alhamdulillah tidak ada kendala ataupun kesulitan dalam
memasukkan nilai-nilai kedalam mata pelajaran dan buku ajar,
karna nilai-nilai entrepreneurship sangat simple dan mudah untuk
ditempatkan dimana saja seperti halnya nilai-nilai agama”35
Semua mata pelajaran mempunyai peluang yang sama untuk
menerima nilai-nilai entrepreneurship tersebut. Dalam proses
pembelajaran pada mata pelajaran apapun yang ada disekolah
diusahakan selalu mengaitkan antara nilai-nilai entrepreneurship
maupun keislaman dengan pelajaran, cara pengintegrasiannya yaitu
dengan cara memasukkannya kedalam metode pembelajaran
seperti diskusi atau bermain peran, dan juga memasukkannya
kedalam penugasan individu/kelompok dan juga dalam pemaparan
materi. Sesuai dengan visi dan misi sekolah, diharapkan peserta
didik memiliki karakter entrepreneurship oleh karena itu nilai-nilai
entrepreneurship pun di integrasikan melalui berbagai strategi
seperti halnya pada mata pelajaran dan buku ajar karena dengan
mengaitkan keduanya guru akan lebih mudah mempadupadankan
nilai-nilai entrepreneurship dengan mata pelajaran dan buku ajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar sering kali guru menekankan
nilai kemandirian, kejujuran, tanggung jawab dan disiplin. Dengan
menanamkannya setiap hari diharapkan nilai-nilai ini tertanam
35
Hasil wawancara dengan Guru B. Indonesia SMPI Mentari Indoensia pada tanggal 26
September 2016
53
didalam jiwa mereka sehingga menjadikan karakter didalam
dirinya.
Hampir semua mata pelajaran dapat di korelasikan dengan
nilai-nilai entrepreneurship namun tetap menyesuaikan dengan
karakteristik materi yang disampaikan, salah satunya adalah mata
pelajaran SBK. Seperti yang di katakan oleh guru SBK Pak Ahmad
Fauzi, S.Pd.I yaitu:
“Entrepreneurship memberikan apresiasi pada mata pelajaran
SBK karna terus terang saja di pelajaran entrepreneurship tidak ada
muatan praktik jadi hanya pada teoritis saja. Teori yang diajarkan
yaitu yang pertama peserta didik diajarkan berjualan ala Rosulullah
yaitu benar, jujur dan amanah. Yang kedua dalam entrepreneur
diajarkan bagaimana cara pembukuan secara manajemen. Yang
ketiga yaitu entrepreneur yang diajarkan secara islami, dimana
peserta didik diajarkan ketika sudah menjadi pengusaha atau orang
sukses tidak memanfaatkan apa yang sudah di raihnya.inilah yang
kami ajarkan secara teori kepada peserta didik. Sedangkan
praktiknya berhubung korelasinya antara SBK dengan nilai-nilai
entrepreneurship yaitu contohnya saja ketika mempelajari materi
entrepreneurship di perintahkan untuk mengolah uang 80 ribu,
dengan modal 80 ini peserta ddik di latih untuk dapat mengelola,
mengatur sedemikian rupa pengeluaran dan pendapatan berapa.
Apa yang di buat dan apa yang di produk inilah tugas SBK untuk
mengajarkan peserta didik mempraktikkan materi yang sudah di
pelajari di entrepreneur. ada 4 muatan dalam mata pelajaran SBK
dalam nilai-nilai entrepreneurship yaitu : budidaya, prodak
keterampilan (kriya), pengolahan. 36
Jadi, antara guru entrepreneurship dan guru sbk saling
bekerjasama mempadupadankan materi entrepreneurship dengan
praktik SBK sehingga pada praktik pun tidak terlepas dari
entrepreneurship. Ada beberapa kerajinan yang dihasilkan dari
praktik ini yaitu: lukisan, membuat grabah ( tanah liat ), batik dan
lain sebagainya. Dari paparan informasi yang di dapat dari guru
tersebut, ternyata mata pelajaran seperti SBK, PKN bisa di
36
Hasil wawancara dengan Guru SBK SMPI Mentari Indoensia pada tanggal 24 Juli 2016
54
integrasikan nilai-nilai entrepreneruship dan hasilnya pun siswa
sangat aktif dalam mengikuti setiap pembelajaran. Siswa dapat
terampil, kreatif, aktif, mandiri, bertanggung jawab, disiplin, dan
inovatif. Dengan mempadupadankan nilai-nilai entrepreneurship ke
mata pelajaran lain dapat lebih menguatkan karakter siswa
nantinya, karna diterapkan dalam kegiatan pembelajaran sehari-
hari namun tetap disesuaikan dengan karakteristik materi yang
disampaikan.
b. Ekstrakurikuler dan Praktik Berwirausaha
Di sekolah ini bukan hanya melalui teori dalam
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship, namun di integrasikan
pula kedalam ekstrakurikuler dan praktik berwirausaha. Dimana
terdapat ekstrakurikuler wajib yang harus diikuti seluruh siswa-
siswi yaitu ekstrakurikuler pengembangan entrepreneurship yang
dikembangkan kedalam program sekolah yang bernama botani,
botani merupakan kebun hidroponik yang di fasilitasi sekolah
untuk melatih peserta didik menjadi pribadi yang kreatif,
bertanggung jawab, jujur, berani memimpin, bekerja sama dsb.
Kebun hidroponik ini ditanami 2 jenis tanaman, yaitu sayur mayur
dan herbal, dimana peserta didik dibagi menjadi beberapa
kelompok dalam setiap kelas, pada setiap kelompok biasanya
peserta didik diminta untuk merencanakan, mengelola, merawat,
sampai memanen dan memasarkan hasil kebun yang sudah siap
jual.
Sedangkan praktik berwirausaha biasanya masing-masing
guru mata pelajaran memberikan praktik berwirausaha pada waktu
melaksanakan ujian praktik, contohnya saja pada ujian praktik
SBK, guru SBK memberikan praktik membuat kerajinan tangan,
dimana siswa diperintahkan untuk membuat kerajinan tangan dari
55
bahan daur ulang dan membuat karya yang memiliki nilai
ekonomi. Bukan hanya pada saat praktik setiap ujian, namun pada
saat event-event sekolah pun peserta didik membuka bazar dan
menawarkan produk-produk hasil buah karya mereka, seperti
lukisan, kaligrafi, makanan dsb. Kegiatan-kegiatan ini membantu
melatih mereka untuk lebih percaya diri, mandiri, kreatif, dan
tanggung jawab sehingga ketika sudah berada dilingkungan luar
sekolah mereka sudah memiliki modal untuk terjun langsung.
Terdapat pula kegiatan entrepreneurship yang diadakan sebulan
sekali yaitu “entrepreneur day” dimana peserta didik menjajakan
produk yang mereka buat dan dijual dilingkungan sekolah. Banyak
manfaat yang mereka dapat dari kegiatan entrepreneur day,seperti
yang disampaikan oleh salah satu siswa kelas 9 yaitu:
“banyak manfaat yang saya dapat dari kegiatan
entrepreneur day, saya bisa membangkitkan rasa percaya diri saya
untuk berani berkomunikasi dengan orang banyak, dan melatih
kerja sama dan keterampilan antar teman serta mengembangkan
ide yang saya miliki” 37
Bukan hanya pada kegiatan entrepreneur day saja, namun
pada ekstrakurikuler yang terintegrasi entrepreneurship pun banyak
manfaat yang mereka dapati contohnya saja pseperti pernyataan
yang disampaikan oleh siswa kelas 7 yaitu:
“saya mengikuti ekstrakurikuler KIR( karya ilmiyah remaja)
manfaatnya saya bisa meningkatkan kreativitas dan rasa
percaya diri saya”38
c. Budaya sekolah
Budaya sekolah merupakan aspek pendukung untuk
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship dimana budaya sekolah
37
Hasil wawancara dengan Siswa kelas 9 pada tanggal 23 mei 2016 38
Hasil wawancara dengan siswa kelas 7 pada tanggal 15 sepetember 2016
56
sangatlah mendukung seperti adanya kantin jujur yang dapat
melatih kejujuran peserta didik. budaya sekolah yang ada
disekolah ini adalah keislaman, tekhnologi, bahasa (inggris dan
Arab), dan entrepreneurship. Membangun budaya
entrepreneruship ini tidaklah mudah, dimana seluruh warga
sekolah harus bekerja sama dan berkomitmen untuk menciptakan
budaya sekolah yang dapat memberikan contoh baik untuk para
siswa-siswinya. Dengan adanya botani ini dapat melatih kreatifitas
siswa karena siswa diikut sertakan atau diterjunkan langsung
mulai dari pemilihan bibit tanaman yang akan ditanam,
menanamnya, merawatnya, memanen, sampai dengan
memasarkan hasil panen mereka .program botani ini di ikut
sertakan oleh seluruh siswa disekolah setiap kelas di bagi menjadi
beberapa kelompok, hasil panen botani ini pun dapat dipasarkan
atau dijual pada acara entrepreneur day yang diadakan satu bulan
sekali disekolah.
d. Pengembangan diri
Pengembangan diri yang dilakukan di SMPI Mentari
Indonesia yaitu dengan melakukan kunjungan ( outing class ) ke
berbagai tempat yang dapat mengembangkan pengetahuan siswa
terkait entrepreneurship serta untuk memberikan motivasi. Ada
beberapa tempat yang sudah di kunjungi yaitu seperti PT sosro, PT
yakult, rumah batik betawi dsb. Hal ini disampaikan oleh kepala
sekolah SMPI Mentari Indonesia yaitu:
“Ada beberapa tempat yang kami kunjungi untuk menjalin
kerjasama yaitu pengelola pohon jati, batik betawi, bogor kreatif,
beberapa PT seperti yakult dan sosro namun ini baru sekedar
kunjungan saja”39
39
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMPI Mentari Indonesia 16 Mei 2016
57
Outing class ini di lakukan pada akhir semester.
Diadakannya outing class ini bertujuan untuk mengembangkan diri
peserta didik, dimana peserta didik dapat melihat produk-produk
yang di hasilkan oleh entrepreneur sukses yang nantinya dapat
mereka ambil contoh kedepannya. Outing class ini pun membantu
untuk menanamkan nilai-nilai entrepreneurship seperti nilai
percaya diri dan kreatif.
e. Muatan lokal
Terdapat beberapa muatan lokal di sekolah ini, yaitu bahasa
arab, bahasa sunda, tahsin Al-Quran dan tahfidz. Muatan lokal ini
mengambil andil dalam penanaman nilai-nilai entrepreneurship
karna setiap hal yang ada disekolah tidak terlepas dari ke empat
aspek unggulan sekolah yaitu salah satunya entrepreneurship.
Salah satu muatan lokal yang terintegrasi nilai-nilai
entrepreneurship yaitu bahasa sunda, selain teori yang diajarkan
guru pun memberikan tugas praktik, contoh tugas praktiknya yaitu
membuat makanan khas sunda, tidak terlepas dari mata pelajaran
namun tetap ada unsur entrepreneurshipnya, dimana terdapat nilai-
nilai yang diajarkan oleh guru dalam praktik ini seperti nilai
kemandirian, bertanggung jawab, kreatif, kerjasama, komunikatif
dsb.
Entrepreneurship tergambar dari visi misi sekolah yaitu
menjadi lembaga pendidikan islam berkarakter entrepreneur yang
unggul dalam iman, ilmu, dan akhlak. Diharapkan kedepannya
siswa memiliki karakter yang mencerminkan seorang entrepreneur
berlandaskan keislaman. Sekolah ini menggunakan kurikulum
komparasif yaitu menggabungkan antara kurikulum lokal dengan
pemerintah, hal ini dikemukakan oleh wakil kepala sekolah bidang
kurikulum yaitu:
58
“kalau dari segi kurikulum kita menggunakan komparasif
antara kurikulum lokal dengan kurikulum dinas, untuk kurikulum
entrepreneur itu sendiri untuk tataran smp kita masih mengikuti
dari SD karna kita merupakan terusan dari SD mentari, untuk
kurikulum entrepreneur di smp masih terbilang 60-70% itu teori
dan selebihnya praktik, dan kurikulum entrepreneur ini pun di buat
oleh TIM tersendiri dari sekolah dan untuk kewirausahaan kami
belum mengambil kurikulum nasional karna kami memiliki tim
dari internal sekolah. Entrepreneur sendiri disekolah lebih banyak
teori yang diajarkan dari pada praktik dalam artian masih belum
total untuk memasuki praktik”40
Dalam rangka mewujudkan sekolah yang unggul tersebut
yayasan mentari indonesia jaya melalui smpi mentari indonesia,
berupaya terus meningkatkan kualitasnya. Upaya ini diwujudkan
dalam berbagai bidang diantaranya kualitas dan kompetensi
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
administrasi, kegiatan ekstrakurikuler serta membina hubungan
yang baik dengan instansi pendidikan terkait, masyarakat
lingkungan sekitar, para orang tua dan para ahli pendidikan.
Sekolah ini pun merupakan Salah satu sekolah dengan
menekankan pada penanaman kepribadian mandiri dan semangat
entrepreneurship, memiliki sarana dan prasarana yang lengkap
diantaranya ruang kelas multimedia, lab entrepreneurship, koneksi
internet, dan perpustakaan multimedia e-book, sekolah yang
menerapkan konsep green school sehingga ramah lingkungan,
pendidik yang profesional dan terpilih sesuai dengan karakter
sekolah, menyelaraskan dengan konsep islam sehingga setiap
kegiatan dilandaskan dengan islam sebagai semangat hidup.
Konsep green school menjadi media pengembangan
program botani dimana green school sangat mendukung program
ini karna terdapat dua manfaat yaitu dapat dimanfaatkan sebagai
media praktik entrepreneurship dalam bentuk pertanian yaitu
40
Hasil wawancara dengan wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum 23 Mei 2016
59
menanam sayur mayur dan tanaman herbal dan keduanya memiliki
manfaat baik untuk sekolah yaitu untuk memperindah lingkungan
dan dapat di jual serta dijadikan jamuan.
SMPI Mentari Indonesia merancang satu model sekolah
yang memberikan pendidikan, pengajaran dan pelatihan kepada
peserta didik untuk menjadi seorang yang kuat imannya, kuat
aqidahnya, berilmu dan berakhlak mulia. Diharapkan kedepannya,
mereka tidak hanya mapan kognisi dalam kerangka ilmiah tapi
juga memiliki kecakapan dan keterampilan hidup melalui karakter
entreprenenurship. Hal ini tertuang dalam target sekolah yaitu
dimana sekolah menargetkan peserta didik memiliki karakter
entrepreneurship dan kepemimpinan yang islami.
Entrepreneurship menjadi program unggulan yang menjadi
pembeda dengan sekolah lain yang sejenisnya yaitu:
a. Bidang entrepreneurship yang diajarkan dengan sistem yang
berbasis CTL (contekstual, teaching, and learning) serta
entrepreneur day
b. Pengembangan karakter entrepreneur siswa melalui entrepreneur
day.
c. Menekankan pada penanaman kepribadian mandiri dan semangat
entrepreneurship
d. Outing class (kunjungan lembaga pemerintah, swasta, sosial,
tokoh entrepreneur, perusahaan, dan sebagainya)
e. Outing class entrepreneur visiting
Entrepreneurship sebagai program unggulan dan termuat dalam
kurikulum sekolah, mengapa entrepreneurship yang dipilih sebagai
program unggulan sekolah, karna pada saat ini sekolah bukan hanya
memberikan muatan materi kepada peserta didik namun harus
memberikan pula muatan yang melatih skill/ keterampilan mereka. Hal
ini diperkuat pula dari hasil wawancara dengan kepala sekolah, terkait
mengapa sekolah ini memiliki keunggulan entrepreneurship, bahwa:
60
“Pertama: kondisi global saat ini dimana tuntutan
perkembangan zaman anak-anak harus mempunyai life
skill/keretampilan hidup, jadi tidak hanya mengandalkan ketika sudah
lulus mencari kerja di pabrik menjadi karyawan, jika peserta didik
mempunyai keterampilan mereka bisa membuka usaha sendiri bahkan
bisa mempekerjakan orang lain. Kedua:nilai-nilai yang ditanamkan
yaitu nilai kemandirian, nilai-nilai yang terkandung didalam
entrepreneurship itu banyak di antaranya nilai yang kita kembangkan
adalah nilai kemandirian, kedisiplinan, kejujuran, dan tanggung jawab
ke empat aspek tersebut yang kita kembangkan disini. Semua itu
dibungkus dengan nilai-nilai keislaman, sehingga diharapkan siswa
menjadi entrepreneurship yang berlandaskan nilai-nilai keislaman.41
Kepala sekolah mengemukakan bahwa setiap anak itu harus
memiliki skill/keterampilan karna, dengan membekali mereka dengan
keterampilan atau keahlian, diharapkan mereka dapat mandiri
kedepannya setelah tamat dari sekolah, dan dapat tahan uji dengan
keadaan lingkungan yang menuntut mereka harus bekerja.
Entrepreneurship disekolah ini bukan menekankan anak untuk
berbisnis ataupun menjadi seorang pembisnis melainkan anak bisa
mencontoh nilai-nilai entrepreneurship yang dimiliki oleh seorang
pembisnis.
Penanaman nilai-nilai enterepreneurship ini merupakan usaha
yang dilakukan sekolah dalam mewujudkan visi misi sekolah yaitu
menjadi lembaga pendidikan islam berkarakter entrepreneurship.
Dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneurship, sekolah memiliki
startegi-startegi tersendiri yaitu pertama dari teori yang diajarkan oleh
guru entrepreneur itu sendiri serta pembiasaan-pembiasaan yang
membentuk karakter entrepreneur. kedua praktek entrepreneurship
yang dilakukan pada program sekolah yaitu botani dan entrepreneur
day. Dari sekian banyak nilai-nilai entrepreneur, sekolah menekankan
empat aspek nilai yaitu:
a. Kemandirian
41
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMPI Mentari Indonesia 16 Mei 2016
61
b. Kedisiplinan
c. Kejujuran
d. Tanggung jawab
Bukan hanya nilai entrepreneurship saja yang ditekankan
disekolah ini namun terdapat pula nilai-nilai keislamannya yaitu iman,
ilmu, dan akhlak dengan harapan peserta didik dapat memiliki karakter
entrepreneur yang berlandaskan keislaman seperti Rosulullah, Dimana
ketika nilai ini di gabungkan dapat menjadi penyempurna keseluruhan
nilai-nilai yang ditanamkan sekolah. indikator keberhasilan program-
program sekolah dapat diketahui dari kegiatan sehari-hari mulai dari
KBM sampai praktik. Keaktifan siswa dilihat pada saat siswa
mengikuti kegiatan belajar mengajar serta seberapa antusiasnya siswa
dalam mengikuti praktik berwirausaha disekolah. Kejujuran,
kedisiplinan, dan kemandirian dilihat siswa dalam mengerjakan tugas
dan kebiasaaan siswa . Karna, itu yang paling valid dibanding nilai
raport karna sehari-hari guru memantau kebiasaan-kebiasaan peserta
didik.
Karakteristik entrepreneurship sudah terlihat dan tercermin dari
keseharian siswa yaitu dapat dilihat dari KBM, praktik, dan kegiatan-
kegiatan sekolah lainnnya. Nilai-nilai entrepreneurship yang
ditanamkan kepada siswa-siswi antara lain adalah jujur, bertanggung
jawab, kreatif, mandiri, percaya diri, mau berusaha. Semua itu seperti
hasil wawancara dari beberapa guru bidang studi.
Nilai-nilai dasar entrepreneurship pun sedikit banyak sudah
terintegrasi kedalam program-program sekolah yaitu seperti program
botani dan entrepreneur day. Dengan begitu bukan hanya pada KBM
nilai-nilai itu berkesinambungan disampaikan, namun pada program-
program sekolah.
62
Keberhasilan penanaman nilai-nilai entrepreneurship pada
dasarnya diukur atau diketahui melalui pencapaian dari peserta didik,
guru dan lingkungan kelas.
a. Peserta didik
Peserta didik sudah memiliki bekal keterampilan untuk
berwirausaha kedepannya serta sudah memahami apa itu
entrepreneurship. Dan tercermin dari keseharian mereka telah
memiliki kemandirian, percaya diri, kejujuran, aktif, bertanggung
jawab dan kreatif yang cukup baik.
b. Lingkungan kelas
Pada KBM hampir guru yang diwawancara mengemukakan
bahwa peserta didik aktif dalam mengikutinya dan lingkungan
kelas pun banyak hasil-hasil buah karya mereka seperti lukisan,
kaligrafi dsb.
c. Guru
Guru dan kepala sekolah SMPI Mentari Indonesia selalu
memberikan keteladanan baik itu didalam maupun luar kelas. Dan
guru pun sudah mampu merancang pembelajaran dengan
mengintegrasikan nilai-nilai entrepreneurship meskipun belum
secara maksimal.
C. Faktor pendukung dan penghambat dalam penanaman nilai-nilai
entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia
Faktor pendukung dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneurship
yaitu sarana dan prasarana yang memadai, dan guru-guru yang selalu
mengikuti pelatihan-pelatihan seperti pelatihan KBM dan keterampilan
sehingga dapat mengaplikasikannya kepada peserta didik. Bukan hanya itu
sekolah pun memiliki TIM tersendiri untuk membantu membuat
63
kurikulum sekolah yang berkaitan dengan entrepreneurship. Program-
program sekolah pun menjadi pendukung yang kuat dalam menanamkan
nilai-nilai entrepreneurship dimana peserta didik aktif dalam mengikuti
setiap program sekolah tersebut.
Terdapat pula kendala ataupun hambatan yang dihadapi yaitu
belum adanya SDM pemandu atau mentor pendamping program-program
kegiatan entrepreneurship untuk memandu siswa pada saat program
entrepreneurship yang membutuhkan pendamping. Dengan adanya
pendamping siswa menjadi lebih terarah pada setiap kegiatan contohnya
saja pada kegiatan botani, dimana siswa sangat membutuhkan mentor
pendamping untuk memberikan arahan-arahan terkait bercocok tanam
karna tidak semua anak faham cara menanam yang baik dan dengan
adanya mentor dapat mengontrol perkembangan anak-anak pada setiap
kegiatan. Dan kendalanya itu dari eksternal yaitu peserta didik yang
berasal bukan dari SD mentari langsung, karna jika peserta diidk yang
berasal dari SD mentari itu sudah mengetahui bahwa sekolah ini terdapat
muatan entrepreneurship didalamnya, sehingga perlunya pembiasaan-
pembiasaan dan pengenalan untuk lebih mengenal sekolah. Pernyataan ini
diperkuat dengan hasil wawancara oleh kepala sekolah yaitu:
“ya, hambatan yang dialami yaitu dari eksternal seperti peserta
didik yang dari luar mentari karna kebanyakan mereka belum mengetahui
seluruhnya terkait tentang sekolah, kalau yang berasal dari SD mentari
sudah tau program-program entrepreneur apa saja yang biasa di lakukan
disekolah”42
Kendala ini tidak menyurutkan semangat para guru dan kepala
sekolah membimbing siswa yang berasal dari luar SD mentari karna jika
siswa sudah lebih mengenal lingkungan sekolah, program-program yang
berkaitan dengan entrepreneurship akan lebih memudahkan guru dan
kepala sekolah untuk menanamkan nilai-nilai entrepreneurship.
42
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMPI Mentari Indonesia 16 Mei 2016
64
Sedangkan kendala atau hambatan yang dialami oleh guru yaitu
diungkapkan oleh guru sbk :
“Jarangnya komunikasi antara guru entrepreneur dengan guru-guru
karna terus terang guru entrepreneur tersebut memiliki jam terbang( bukan
mengajar di sekolah ini saja ) jadi hanya ada pada waktu beliau ada jam
saja, hal ini yang menjadi kendala. Nah tapi kami melakukan evaluasi
yaitu pada tahun pembelajaran membuat rumusan terkait penanaman nilai-
nilai entrepreneur, karna entrepreneur ini merupakan salah satu dari
deferensiasi sekolah ( keunggulan sekolah) jadi tidak ada kata main-main
dalam hal penanaman nilai-nilai entrepreneurship ini”43
Komunikasi antar guru itu sangatlah penting untuk saling bertukar
pikiran, ide dan pendapat satu sama lain. Oleh karena itu ketika
komunikasi tidak lancar pada suatu organisasi, orang yang ada didalam
organisasi pun sulit untuk lebih mengemukakan ide-ide yang sebenarnya
sangat baik untuk perkembangan sekolah. Komunikasi dengan guru
entrepreneur sangatlah penting, karna setidaknya guru entrepreneur lebih
banyak mengetahui tentang dunia entrepreneur yang ada disekolah.
Namun, sekolah selalu berusaha mencari jalan keluar untuk
menyelesaikannya, dapat disiasati ketika rapat guru, guru bebas
menyampaikan ide-ide atau pendapat lain yang dapat memberikan suatu
inovasi baru untuk sekolah.
43
Hasil wawancara dengan Guru SBK SMPI Mentari Indoensia pada tanggal 24 Juli 2016
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilanjutkan dengan
penganalisaan yang telah penulis lakukan tentang penanaman nilai-nilai
entrepreneurship di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara, maka penulis
dapat menyimpulkan hasil penelitian ini, sebagai berikut:
1. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di bab-bab sebelumnya,
maka dapat dijelaskan bahwa penanaman nilai-nilai entrepreneurship
di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara sudah berjalan dengan baik.
Hal ini terlihat melalui proses penanaman nilai-nilai entrepreneurship
yang dilakukan kepada siswa oleh guru dan civitas sekolah. Hasilnya
ditunjukkan dengan karakter siswa yang sudah mencerminkan karakter
seorang entrepreneur terlihat dari kreatifitas, percaya diri, komunikatif
dan tanggung jawab. Penanaman nilai-nilai entrepreneurship
diintegrasikan melalui strategi pada kegiatan-kegiatan yang
diprogramkan seperti kegiatan pembelajaran (mata pelajaran) dan juga
diintegrasikan pada kegiatan ekstrakurikuler, praktik berwirausaha,
pengembangan diri, muatan lokal dan budaya sekolah.
2. Faktor pendukung yang terdapat di SMPI Mentari Indonesia ini yaitu
guru-guru yang aktif mengikuti pelatihan-pelatihan, TIM Kurikulum
yang bagus, dan sarana prasarana yang memadai. Sedangkan faktor
penghambat atau kendala yang dialami yaitu peserta didik yang berasal
dari luar SD Mentari karena mereka belum mengetahui program
sekolah yang terdapat muatan entrepreneurship yang menjadi unggulan
disekolah ini. Namun sekolah dapat meminimalisir dari faktor kendala
tersebut.
66
B. Saran
Berdasarkan temuan dan kesimpulan di atas, terdapat beberapa saran
yang perlu disampaikan terkait dengan penanaman nilai-nilai
entreprneuership
1. Sekolah di harapkan memberikan program-program entrepreneurship
lebih banyak lagi, sehingga siswa dapat memiliki bukan hanya satu
keterampilan tapi lebih sesuai dengan minatnya masing-masing seperti
menjahit, budidaya dan lain sebagainya.
2. Berkomunikasi dengan baik antar guru dengan guru entrepreneurship
guna bertukar pendapat atau ide, sehingga banyak ide untuk lebih
mengembangkan entrepreneurship baik itu dalam hal program-
program ataupun strategi penanaman nilai-nilai entrepreneurship.
3. Menyediakan tutor atau pendamping untuk memandu dalam program
kegiatan entrepreneurship.
67
DAFTAR PUSTAKA
Ardy Wiyani, Novan. Teacher Preneurship. Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2012.
Alma, Buchari. Kewirausahaan, Bandung: Alfabeta, 2011.
Arafah, Willy. Esensi Lingkungan Bisnis & Entrepreneurship. Jakarta:
Universitas Trisakti, 2010.
Ali, Herni & Fizin, Hamam. Teologi Entrepreneurship. Ciputat: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Barnawi & Mohammad arifin. School preneurship.Jogjakarta: Ar-ruzz Media,
2012
Barnawi & Mohammad Arifin. Mengelola Sekolah Berbasis
Entrepreneurship. Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2013
Kuswantoro, Agung. Teacher Faktory. Yogyakarta: Graha Media, 2014.
Lickona, Thomas. Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa
Menjadi Pintar dan Baik, Bandung: Nusa Media, 2013
Muhaimin dkk,. Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009.
Nurseto, Tejo. Jurnal pendidikan akuntansi indonesiaI. Program studi
pendidikan akuntansi fakultas ekonomi universitas negeri yogyakarta.
Vol.VII No.2 Th. 2010.
Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2014.
Saroni, Mohammad mendidikan & melatih entrepreneur muda, Jogjakarta: Ar-
ruzz Media, 2012
Sulhan, Najib pengembangan karakter dan budaya bangsa, Surabaya: Jaring
Pena, 2011
Suryana. Kewirausahaan Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba
Empat, 2006.
68
Suherman, Eman. desain pembelajaran kewirausahaan. Bandung: Alfa Beta,
2010.
Supriyoko, ki.” Mempersiapkan generasi indonesia emas melalui
madrasah”, makalah disampaikan pada seminar nsional bertema
profesional learning untuk indonesia emas. 28 mei. Jakarta:auditorium
prof. Harun nasution, 2015.
Tim pusat kurikulum pengembangan pendidikan entrepreneurship. Bahan
Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai
Budaya Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta :
Balitbang Kemendiknas RI, 2010.
https://www.academia.edu/11386648/Berita_Resmi_BPS_2015
69
PEDOMAN WAWANCARA
Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi
utara
Nama responden :Ahmad Fauzi
Jabatan :Guru SBK
Hari /tanggal :24 Juli 2016
Pewawancara :Dalam kegiatan belajar mengajar, nilai-nilai apa yang
paling sering ibu/bapak tekankan kepada peserta didik
kaitannya dengan karakter entrepreneur?
Narasumber :kaitannya dengan entrepreneurship, sbk memiliki korelasi
yang cukup kuat dengan entrepreneurship.
Entrepreneurship memberikan apresiasi pada mata
pelajaran SBK karna terus terang saja di pelajaran
entrepreneurship tidak ada muatan praktik jadi hanya pada
teoritis saja. Teori yang diajarkan yaitu yang pertama
peserta didik diajarkan berjualan ala Rosulullah yaitu benar,
jujur dan amanah. Yang kedua dalam entrepreneur
diajarkan bagaimana cara pembukuan secara manajemen.
Yang ketiga yaitu entrepreneur yang diajarkan secara
islami, dimana peserta didik diajarkan ketika sudah menjadi
pengusaha atau orang sukses tidak memanfaatkan apa yang
sudah di raihnya.inilah yang kami ajarkan secara teori
kepada peserta didik. Sedangkan praktiknya berhubung
korelasinya antara SBK dengan nilai-nilai entrepreneurship
yaitu contohnya saja ketika mempelajari materi
entrepreneurship di perintahkan untuk mengolah uang 80
ribu, dengan modal 80 ini peserta ddik di latih untuk dapat
70
mengelola, mengatur sedemikian rupa pengeluaran dan
pendapatan berapa. Apa yang di buat dan apa yang di
produk inilah tugas SBK untuk mengajarkan peserta didik
mempraktikkan materi yang sudah di pelajari di
entrepreneur. ada 4 muatan dalam mata pelajaran SBK
dalam nilai-nilai entrepreneurship yaitu : budidaya, prodak
keterampilan (kriya), pengolahan.
Pewawancara :Apakah nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang
dikembangkan disekolah?
Narasumber :iya betul. Nilai-nilai tersebut yang dikembangkan
disekolah, menurut saya entrepreneurship itu tidak bisa
terlepas dari nuansa islami, maka dari itu sekolah selalu
menekankan kepada anak-anak berentrepreneurlah dengan
Ala Rosulullah
Pewawancara :Strategi apa yang ibu/bapak gunakan dalam menanamkan
nilai-nilai entrepreneur kepada peserta didik dalam
mengajar ?
Narasumber : ada beberapa sistem, atau biasa yang kita sebut dengan
pemetaan ada di akhir pembelajaran/semester. Seperti yang
sudah saya katakan tadi, yaitu pada materi tertentu guru
entrepreneurship memerintahkan saya sebagai guru sbk
untuk mengadakan praktek entrepreneurship.
Pewawancara :Bagaimana cara bapak/ibu merancang pembelajaran yang
terintegrasi nilai-nilai entrepreneurship?
Narasumber :kalau untuk merancang, kita biasa merumuskan pada awal
pembelajaran. Kita buat sistematis berkala dan
berkelanjutan. Contohnya itu untuk bulan pertama
membuat pengolahan, di bulan kedua kita buat budidaya.
71
Sehingga sampai semester kedua dan seterusnya secara
berkelanjutan. Dan ini dimasukkan ke RPP.
Didalam kurikulum Entrepreneurship itu terpisah sendiri,
karna entrepreneurship itu tidak ada dari dinas, kurikulum
ini dirumuskan dan dirancang sendiri oleh TIM ahli, kalau
boleh jujur kita menggunakan jasa dari UNJ untuk
membuat kurikulum entrepreneurship khusus untuk SD dan
SMP yayasan mentari. Dan RPP dan modulnya tersendiri.
Pewawancara :Apakah ibu mengalami kesulitan dalam
mempadupadankan antara nilai-nilai entrepreneurship
dengan mata pelajaran yang ibu ajarkan?
Narasumber :biasanya dalam pembelajaran itu pastinya ada, seperti ada
keinginan yang disampaikan oleh guru entrepreneur kepada
guru sbk, jarangnya komunikasi antara guru entrepreneur
dengan guru sbk karna terus terang guru entrepreneur itu
guru sesi artinya memiliki jam mengajar disekolah lain.
Sehingga kita selalu evaluasi membuat rumusan pada awal
tahun pembelajaran.
Pewawancara :Apa hambatan terbesar ibu/bapak dalam
mempadupadankan mata pelajaran dengan nilai-nilai
entrepreneurship?
Narasumber :Alhamdulillah tidak ada hambatan besar dalam
mempadupadankan nilai-nilai entrepreneurship ke mata
pelajaran, karna nilai-nilai ini sangatlah fleksibel dan dapat
ditempatkan dimana saja.
72
Pewawancara :Apakah nilai-nilai entrepreneurship ini ibu/bapak
integrasikan kedalam buku ajar, baik dalam pemaparan
materi ataupun tugas?
Narasumber :kalau itu tidak disampaikan secara detail tapi disampaikan
secara umum, contohnya saja seperti penilaian dimana
penilaian sbk menjadi penilaian untuk entrepreneur
begitupun sebaliknya karna sbk dan entrepreneurship
memiliki korelasi yang kuat dalam bekerjasama
Pewawancara :Apakah nilai-nilai entrepreneurship ini ibu/bapak
integrasikan kedalam metode belajar? Seperti apa
contohnya?
Narasumber :ya, contohnya saja seperti pada metode diskusi, ceramah
karna dari situlah kita bisa memberikan dan mengajarkan
nilai-nilai kepada peserta didik.
Pewawancara :Apakah ketika dalam mengajar kelas diwarnai dengan
keaktifan peserta didik?
Narasumber :pengalaman pada waktu saya menjadi wali kelas pada
tahun 2015/2016 kelas 8,saya sering kontroling pada setiap
anak belajar jadi ketika guru mengajar saya mengikuti
sampai pelajaran selesai,jadi kebetulan sekali saya melihat
pada pelajaran entrepreneur, karna entrepreneur diharapkan
pada keaktifan siswa, maka ketika ada anak yang tidakaktif
maka point nya kurang, dan pada saat itulah pembelajaran
entrepreneurship anak-anak sangat aktif. Dan untuk sbk pun
sangat menekankan keaktifan.
73
Pewawancara :Apakah menurut bapak/ibu lingkungan kelas mampu
menciptakan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang
sesuai dengan nilai-nilai entreprneur?
Narasumber :iya sangat, karna entrepreneurship itu menjadi urutan
ketika dalam deferensiasi sekolah dan tidak ada kata main-
main untuk deferensiasi sekolah ini. Budaya-budaya
entrepreneur, anak kita sudah mulai bisa bongkar pasang
komputer nah disitulah masuk dua budaya IT dan
entrepreneurship. Ini mengajarkan anak kita untuk sedikit
demi sedikit membuka usaha meskipun kecil.
Pewawancara :Upaya apa yang dilakukan agar peserta didik benar-benar
memiliki karakter entreprneurship?
Narasumber :upayanya yaitu kita selalu mengaitkan deferensiasi sekolah
yang ada 4 ini yaitu agama, IT, entrepreneurship dan
bahasa. Karna sangat baik menurut saya entrepreneurship
digabungkan dengan agama, IT dan bahasa.
Pewawancara :Apakah budaya sekolah sangat mendukung dalam
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship? Seperti apa
gambarannya?
Narasumber : budaya sekolah cukup mendukung untuk menanamkan
nilai-nilai entrepreneurship, contohnya seperti 5S, dan
nuansa keislaman.
Pewawancara :Apakah sekolah mewajibkan guru selalu mengaitkan
anatara mata pelajaran yang diampu dengan penanaman
nilai-nilai entrepreneurship?
Narasumber : sebenarnya hanya wacana belum aplikasi secara
total,namun guru memiliki kreatifitas, perlahan nilai-nilai
entrepreneurship di integrasikan kedalam mata pelajaran.
74
Salah satu kendala yang kita alami yaitu seperti yang sudah
saya katakan tadi karna guru entrepreneurship memiliki jam
mengajar disekolah lain jadi sulitnya untuk berkomunikasi
kecuali pada hari guru tersebut mengajar.
75
PEDOMAN WAWANCARA
Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi
utara
Nama responden : Aminudin, S.Pd.I
Jabatan :Guru pkn
Hari /tanggal : 20 Juli 2016
Pewawancara :Dalam kegiatan belajar mengajar, nilai-nilai apa yang
paling sering ibu/bapak tekankan kepada peserta didik
kaitannya dengan karakter entrepreneur?
Narasumber :yang pertama itu tanggung jawab,berani yang kita
sampaikan kepada anak-anak karna
Pewawancara :Apakah nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang
dikembangkan disekolah?
Narasumber :iya betul, tetapi ada nilai-nilai yang lain seperti kejujuran,
berkata yang benar, sopan, displin.anak-anak pun diajarkan
berani untuk mengambil resiko, berani malu, rugi dan lain
sebagainya.
Pewawancara :Strategi apa yang ibu/bapak gunakan dalam menanamkan
nilai-nilai entrepreneur kepada peserta didik dalam
mengajar ?
Narasumber :untuk strategi mengajar dikelas yang pertama tentunya
seperti biasa cerah dan lain sebagainya, tapi biasanya untuk
pkn kita menggunakan vidio untuk diamati, seperti mana
sikap yang baik untuk ditiru dan tidak. Dan pelajaran apa
yang bisa diambil.
76
Pewawancara :Bagaimana cara bapak/ibu merancang pembelajaran yang
terintegrasi nilai-nilai entrepreneurship?
Narasumber :kita komunikasi dengan guru entrepreneur dan wali kelas,
seperti halnya di jam-jam tertentu anak-anak harus
diberikan nutrisi motivasi.
Pewawancara :Apakah bapak/ibu mengalami kesulitan dalam
mempadupadankan antara nilai-nilai entrepreneurship
dengan mata pelajaran yang ibu ajarkan?
Narasumber :kalau pertanyaannya mengalami kesulitan atau tidak,
pastinya ada. Salah satunya seperti ketidak sesuaian materi
dengan metode yang digunakan.
Pewawancara :Apa hambatan terbesar ibu/bapak dalam
mempadupadankan mata pelajaran dengan nilai-nilai
entrepreneurship?
Narasumber :Alhamdulillah tidak ada hambatan untuk menanamkan
nilai kepada siswa
Pewawancara :Apakah nilai-nilai entrepreneurship sangat berkaitan
dengan pelajaran yang bapak ampu?
Narasumber :tentunya, karna setiap pelajaran yang diajarkan disekolah
tidak terlepas dari entrepreneurship, sebab entrepreneurship
merupakan unggulan di sekolah ini.
Pewawancara :Apakah nilai-nilai entrepreneurship ini ibu/bapak
integrasikan kedalam buku ajar, baik dalam pemaparan
materi ataupun tugas?
Narasumber : ya betul, tapi saya tetap harus menyesuaikan kemateri
yang akan saya sampaikan
77
Pewawancara :Apakah nilai-nilai entrepreneurship ini ibu/bapak
integrasikan kedalam metode belajar? Seperti apa
contohnya?
Narasumber :ya, contohnya saja seperti pada metode ceramah, bermain
peran dan lain sebagainya
Pewawancara :Apakah ketika dalam mengajar kelas diwarnai dengan
keaktifan peserta didik?
Narasumber : pastinya, contohnya saja ketika belajar menggunakan
metode bermain peran, itu siswa sangatlah aktif.
Pewawancara :Apakah menurut bapak/ibu lingkungan kelas mampu
menciptakan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang
sesuai dengan nilai-nilai entreprneur?
Narasumber :menurut saya iya, karna lingkungan sekolah kita selalu
membiasakan anak-anak berprilaku sopan, baik dan
tentunya tidak lepas dari entrepreneurship.
Pewawancara :Upaya apa yang dilakukan agar peserta didik benar-benar
memiliki karakter entreprneurship?
Narasumber :upaya yang saya lakukan ya terus mengevalusi apa yang
sudah diberikan kepada anak-anak dan kita melihat
perkembangan anak-anak seperti apa.
Pewawancara :Apakah budaya sekolah sangat mendukung dalam
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship? Seperti apa
gambarannya?
Narasumber :ya betul, budaya sekolah sangat mendukung guru dalam
menanamkan nilai entrepreneurship, dan dimulai dari hal
yang kecil. Seperti tanggung jawab dan jujur.
78
Pewawancara :Apakah sekolah mewajibkan guru selalu mengaitkan
anatara mata pelajaran yang diampu dengan penanaman
nilai-nilai entrepreneurship?
Narasumber :kalau secara langsung sih tidak yah, tapi secara tidak
langsung iya,di sekolah ini nilai entrepreneurship dan nilai
keagamaan itu hampir sama jadi, mau mata pelajaran apa
pun silahkan guru sekreatif mungkin menyelipkan nilai-
nilai itu.
79
PEDOMAN WAWANCARA
Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi
utara
Nama responden :Peni Pangestuti, SS
Jabatan :Guru B. Indonesia
Hari /tanggal :Senin 26 September 2016
Pewawancara :Dalam kegiatan belajar mengajar, nilai-nilai apa yang
paling sering ibu/bapak tekankan kepada peserta didik
kaitannya dengan karakter entrepreneur?
Narasumber :yang paling sering saya sampaikan kepada anak-anak yaitu
nilai-nilai yang sering ditekankan biasanya adalah
kejujuran, tekun, dan aktif.
Pewawancara :Apakah nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang
dikembangkan disekolah?
Narasumber : Ya betul, nilai-nilai tersebut merupakan nilai yang paling
sering ditekankan dan dikembangkan disekolah.
Pewawancara :Strategi apa yang ibu/bapak gunakan dalam menanamkan
nilai-nilai entrepreneur kepada peserta didik dalam
mengajar ?
Narasumber :strategi yang biasa saya gunakan membiasakan siswa aktif
dalam belajar dan memberikan tugas berupa lisan/tulisan.
Pewawancara :Bagaimana cara bapak/ibu merancang pembelajaran yang
terintegrasi nilai-nilai entrepreneurship?
80
Narasumber :merancangnya dengan cara membuat perencanaan/
adaministratif guru berupa, Lesson plan, weekly plan, dan
target pencapaian.
Pewawancara :Apakah ibu mengalami kesulitan dalam
mempadupadankan antara nilai-nilai entrepreneurship
dengan mata pelajaran yang ibu ajarkan?
Narasumber :Alhamdulillah tidak ada kendala ataupun kesulitan dalam
memasukkan nilai-nilai kedalam mata pelajaran dan buku
ajar, karna nilai-nilai entrepreneurship sangat simple dan
mudah untuk ditempatkan dimana saja seperti halnya nilai-
nilai agama.
Pewawancara :Apa hambatan terbesar ibu/bapak dalam
mempadupadankan mata pelajaran dengan nilai-nilai
entrepreneurship?
Narasumber :Alhamdulillah kalau hambatan terbesar selama ini tidak
ada hanya saja biasanya dalam peraktek pembiayaan dan
fasilitas yang di butuhkan.
Pewawancara :Apakah nilai-nilai entrepreneurship ini ibu/bapak
integrasikan kedalam buku ajar, baik dalam pemaparan
materi ataupun tugas?
Narasumber :ya betul seperti pada metode ceramah ataupun diskusi.
Pada penyampaian materi pun di selipkan nilai-nilai
entrepeneruship dan disesuaikan dengan materi.
Pewawancara :Apakah nilai-nilai entrepreneurship ini ibu/bapak
integrasikan kedalam metode belajar? Seperti apa
contohnya?
81
Narasumber :iya seperti siswa membuat sebuah hasil laporan setelah
melakukan observasi dan mempresentasikannya, disitu kita
bisa melihat apakah anak-anak bertanggung jawab dengan
laporannya.
Pewawancara :Apakah ketika dalam mengajar kelas diwarnai dengan
keaktifan peserta didik?
Narasumber :Alhamdulillah setiap kali mengikuti pelajaran bahasa
indonesia siswa selalu aktif mengikutinya.
Pewawancara :Apakah menurut bapak/ibu lingkungan kelas mampu
menciptakan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang
sesuai dengan nilai-nilai entreprneur?
Narasumber :menurut saya iya, karna kita selalu mengajarkan kepada
anak-anak agar selalu jujur, kreatif, bertanggung jawab
dengan apa yang dilakukan.
Pewawancara :Upaya apa yang dilakukan agar peserta didik benar-benar
memiliki karakter entreprneurship?
Narasumber :Upayanya yaitu dengan mengajarkan anak-anak
mengaplikasikannya kedalam kehidupan sehari-hari baik di
lingkungan sekolah atapun rumah.
Pewawancara :Apakah budaya sekolah sangat mendukung dalam
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship? Seperti apa
gambarannya?
Narasumber :menurut saya budaya sekolah mendukung dalam
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship contohnya banyak
slogan/logo disekolah yang mencerminkan nilai-nilai
entrepreneurship.
82
Pewawancara :Apakah sekolah mewajibkan guru selalu mengaitkan
anatara mata pelajaran yang diampu dengan penanaman
nilai-nilai entrepreneurship?
Narasumber :iya meskipun tidak secara langsung, namun guru pun harus
memiliki inisiatif tersendiri.
83
PEDOMAN WAWANCARA
Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi
utara
Nama responden :Eka Dewi Sartika
Jabatan :Guru IPA
Hari /tanggal :Selasa 20 September 2016
Pewawancara :Dalam kegiatan belajar mengajar, nilai-nilai apa yang
paling sering ibu/bapak tekankan kepada peserta didik
kaitannya dengan karakter entrepreneur?
Narasumber :dalam mengajar guru pastinya selalu menanamkan nilai-
nilai disetiap sela materi yang di sampaikan sering kali saya
selalu menekankan nilai kejujuran pada anak-anak karna
jujur itu sangat penting dalam segala hal dikehidupan kita.
Pewawancara :Apakah nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang
dikembangkan disekolah?
Narasumber :disemua sekolah pastinya sellau menekankan kejujuran
dalam berbagai hal begitupun sekolah ini nilai kejujuran
sangatlah penting, apalagi sekolah ini menekankan karakter
entrepreneurship dan jujur sangat diperlukan dalam dunia
entrepreneur.
Pewawancara :Strategi apa yang ibu/bapak gunakan dalam menanamkan
nilai-nilai entrepreneur kepada peserta didik dalam
mengajar ?
84
Narasumber :biasanya saya menggunakan strategi dengan membiasakan
anak selalu percaya pada kemampuan sendiri dalam artian
membiasakan untuk tidak mencontek.
Pewawancara :Bagaimana cara bapak/ibu merancang pembelajaran yang
terintegrasi nilai-nilai entrepreneurship?
Narasumber :cara saya merancang pembelajaran agar terintegrasi nilai-
nilai entrepreneurship yaitu dari tugas-tugas siswa apakah
siswa dalam mengerjakan tugas itu dengan tanggung jawab,
jujur dan percaya diri dalam artian tidak tergantung pada
orang lain.
Pewawancara :Apakah ibu mengalami kesulitan dalam
mempadupadankan antara nilai-nilai entrepreneurship
dengan mata pelajaran yang ibu ajarkan?
Narasumber :Alhamdulillah tidak ada kesulitan yang berat dalam
menanamkan nilai-nilai ini karna ini sama saja seperti kita
memberikan asupan nilai agama ke anak-anak jadi tidak
ada yang perlu di buat sulit.
Pewawancara :Apa hambatan terbesar ibu/bapak dalam
mempadupadankan mata pelajaran dengan nilai-nilai
entrepreneurship?
Narasumber :tidak ada hambatan besar dalam hal ini, karna yang saya
katakan tadi nilai entrepreneurship sama saja seperti nilai
agama yang sering kita ulang atau integrasikan kepada anak
setiap hari mulai dari jujur, mandiri, tanggung jawab dan
lain sebagainya.
85
Pewawancara :Apakah nilai-nilai entrepreneurship ini ibu/bapak
integrasikan kedalam buku ajar, baik dalam pemaparan
materi ataupun tugas?
Narasumber :ya betul saya mengintegrasikannya namun tidak terlepas
dari materi yang bersangkutan.
Pewawancara :Apakah nilai-nilai entrepreneurship ini ibu/bapak
integrasikan kedalam metode belajar? Seperti apa
contohnya?
Narasumber :pastinya, karna metode belajar pun membantu
terbentuknya karakter seorang siswa seperti dengan diskusi
mereka mencoba percaya diri menyampaikan argument
yang dimilikinya.
Pewawancara :Apakah ketika dalam mengajar kelas diwarnai dengan
keaktifan peserta didik?
Narasumber :Alhamdulillah anak-anak selalu aktif dalam mengikuti
KBM asalkan guru bisa membawa alur mereka jangan
monoton.
Pewawancara :Apakah menurut bapak/ibu lingkungan kelas mampu
menciptakan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang
sesuai dengan nilai-nilai entreprneur?
Narasumber :menurut saya Alhamdulillah lingkungan kelas maupun
sekolah sudah cukup mendukung tumbuh kembang peserta
didik dalam menanamkan nilai-nilai entrepreneurship karna
kegiatan-kegiatan sekolah sedikit banyak terdapat kegiatan
yang terkait entrepreneur seperti event bazar atau market
day.
86
Pewawancara :Upaya apa yang dilakukan agar peserta didik benar-benar
memiliki karakter entreprneurship?
Narasumber :upayanya itu dengan cara setiap kegiatan pembelajaran
menanamkan nilai-nilai kejujuran.
Pewawancara :Apakah budaya sekolah sangat mendukung dalam
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship? Seperti apa
gambarannya?
Narasumber :menurut saya budaya sekolah ini cukup mendukung
terlaksananya penanaman nilai entrepreneurship dengan
membudayakan 5S dapat menciptakan lingkungan sekolah
yang harmonis.
Pewawancara :Apakah sekolah mewajibkan guru selalu mengaitkan
anatara mata pelajaran yang diampu dengan penanaman
nilai-nilai entrepreneurship?
Narasumber :belum tampak seluruhnya, namun kita sebagai guru harus
kreatif juga.
87
PEDOMAN WAWANCARA
Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi
utara
Nama responden :Titin S
Jabatan : Guru B. inggris
Hari /tanggal :selasa, 20 september 2016
Pewawancara :Dalam kegiatan belajar mengajar, nilai-nilai apa yang
paling sering ibu/bapak tekankan kepada peserta didik
kaitannya dengan karakter entrepreneur?
Narasumber :Yang biasa saya sampaikan kepada anak-anak dalam
mengajar adalah selalu percaya diri dan jujur.
Pewawancara :Apakah nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang
dikembangkan disekolah?
Narasumber :iya benar, setiap guru pasti selalu menekankan anak-anak
agar percaya diri dan jujur pada dirinya.
Pewawancara :Strategi apa yang ibu/bapak gunakan dalam menanamkan
nilai-nilai entrepreneur kepada peserta didik dalam
mengajar ?
Narasumber :strateginya kita melalui KBM dan pada waktu ujian yaitu
menekankan kejujuran kepada siswa.
Pewawancara :Bagaimana cara bapak/ibu merancang pembelajaran yang
terintegrasi nilai-nilai entrepreneurship?
Narasumber : Related with the subject, yaitu disesuaikan dengan materi
pelajaran yang akan disampaikan.
88
Pewawancara :Apakah ibu mengalami kesulitan dalam
mempadupadankan antara nilai-nilai entrepreneurship
dengan mata pelajaran yang ibu ajarkan?
Narasumber :sedikit, karna tidak semua pelajaran ataupun materi pada
buku ajar dapat diintegrasikan entrepreneurship, meskipun
nilai-nilai entrepreneurship seperti nilai keagamaan namun
tetap saja harus menyesuaikan pada materi.
Pewawancara :Apa hambatan terbesar ibu/bapak dalam
mempadupadankan mata pelajaran dengan nilai-nilai
entrepreneurship?
Narasumber :hambatannya yang tadi saya katakan, bagaimana mana kita
harus kreatif dan bisa menyesuaikannya dengan materi
yang kita ajarkan.
Pewawancara :Apakah nilai-nilai entrepreneurship ini ibu/bapak
integrasikan kedalam buku ajar, baik dalam pemaparan
materi ataupun tugas?
Narasumber : saya masukkan nilai-nilai baik yang terkandung dalam
entrepreneurship seperti percaya diri, jujur kedalam metode
pembelajaran ataupun tugas-tugas sehari-hari, tetapi tetap
saja pada pemaparan harus disesuaikan pada materi.
Pewawancara :Apakah nilai-nilai entrepreneurship ini ibu/bapak
integrasikan kedalam metode belajar? Seperti apa
contohnya?
Narasumber :betul sekali, karna dengan menggunakan metode belajar
yang baik akan lebih mudah menyampaikannya kepada
anak-anak.
89
Pewawancara :Apakah ketika dalam mengajar kelas diwarnai dengan
keaktifan peserta didik?
Narasumber :iya betul setiap KBM pasti di warnai dengan keaktifan
siswa tetapi anak-anak terkadang perlu mood yang cukup
bagus juga.jadi kita sebagai guru harus pintar membaca
situasi kelas.
Pewawancara :Apakah menurut bapak/ibu lingkungan kelas mampu
menciptakan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang
sesuai dengan nilai-nilai entreprneur?
Narasumber :menurut saya iya, karna lingkungan kelas itu sangat
mendukung tumbuh kembangnya anak-anak, jika
lingkungannya bagus pasti anak-anak pun berprilaku baik.
Pewawancara :Upaya apa yang dilakukan agar peserta didik benar-benar
memiliki karakter entreprneurship?
Narasumber :upayanya yaitu saya selalu menekankan kepada anak-anak
agar selalu jujur dalam hal apapun dan keadaan.
Pewawancara :Apakah budaya sekolah sangat mendukung dalam
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship? Seperti apa
gambarannya?
Narasumber :menurut saya mendukung, gambarannya seperti mentaati
peraturan-peraturan sekolah baik guru dan murid.
Pewawancara :Apakah sekolah mewajibkan guru selalu mengaitkan
anatara mata pelajaran yang diampu dengan penanaman
nilai-nilai entrepreneurship?
90
Narasumber :sebenarnya secara langsung sih tidak, tetapi guru tanpa
disuruh pun pasti mengajarkan nilai-nilai yang baik kepada
peserta didiknya.
91
PEDOMAN WAWANCARA
Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi
utara
Nama responden :Pak Adin
Jabatan :Guru IPS
Hari /tanggal :selasa 20 september 2016
Pewawancara :Dalam kegiatan belajar mengajar, nilai-nilai apa yang
paling sering ibu/bapak tekankan kepada peserta didik
kaitannya dengan karakter entrepreneur?
Narasumber :pada KBM sering kali yang saya samaikan adalah bahwa
anak harus berani dan percaya diri dalam melakukan hal
apapun di kehidupan sehari.
Pewawancara :Apakah nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang
dikembangkan disekolah?
Narasumber :betul sekali, karna dengan berani dan percaya diri siswa
mampu melakukan atau menunjukkan keahlian yang
dimilikinya.
Pewawancara :Strategi apa yang ibu/bapak gunakan dalam menanamkan
nilai-nilai entrepreneur kepada peserta didik dalam
mengajar ?
Narasumber :saya menggunakan strategi siswa presentasi kedepan kelas
dengan begitu dapat melihat apakah siswa sudah percaya
diri dengan dirinya dan apakah siswa berani menyampaikan
argument.
92
Pewawancara :Bagaimana cara bapak/ibu merancang pembelajaran yang
terintegrasi nilai-nilai entrepreneurship?
Narasumber :cara merancnagnya saya menyesuaikan dengan materi
pembelajaran yang akan saya sampaikan dan tidak keluar
dari materi pada hari itu dengan begitu dapat dengan mudah
mengintegrasikan nilai kepada siswa.
Pewawancara :Apakah ibu/bapak mengalami kesulitan dalam
mempadupadankan antara nilai-nilai entrepreneurship
dengan mata pelajaran yang ibu ajarkan?
Narasumber :Alhamdulillah tidak ada kesulitan dalam
mempadupadankan nilai entrepreneurship ke dalam mata
pelajaran karna nilai entrepreneurship mudah dan simple
untuk di tempatkan dimana saja.
Pewawancara :Apa hambatan terbesar ibu/bapak dalam
mempadupadankan mata pelajaran dengan nilai-nilai
entrepreneurship?
Narasumber :tidak ada hambatan terbesar dalam mempadupadankan
matapelajaran dnegan nilai entrepreneurship namun
terkadang media pembelajaran dibutuhkan lebih banyak.
Pewawancara :Apakah nilai-nilai entrepreneurship ini ibu/bapak
integrasikan kedalam buku ajar, baik dalam pemaparan
materi ataupun tugas?
Narasumber :pastinya, tapi tetap saja harus sesuai dengan alur materi
yang disampaikan.
Pewawancara :Apakah nilai-nilai entrepreneurship ini ibu/bapak
integrasikan kedalam metode belajar? Seperti apa
contohnya?
93
Narasumber :benar. Seperti pada metode diskusi Siswa diminta
presentasi kedepan kelas mempresentasikan hasil diskusi
mereka.
Pewawancara :Apakah ketika dalam mengajar kelas diwarnai dengan
keaktifan peserta didik?
Narasumber :Alhamdulillah siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran
tetapi guru pun harus belajar membaca suasana kelas.
Pewawancara :Apakah menurut bapak/ibu lingkungan kelas mampu
menciptakan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang
sesuai dengan nilai-nilai entreprneur?
Narasumber :menurut saya bisa saja lingkungan kelas membantu
menciptakan prilaku siswa yang berkarakter
entrepreneurship jika dilakukan oleh seluruh elemen
sekolah.
Pewawancara :Upaya apa yang dilakukan agar peserta didik benar-benar
memiliki karakter entreprneurship?
Narasumber :upaya yang saya lakukan yaitu latihan sederhana dikelas,
siswa dilatih untuk piket (bentuk latihan tanggung jawab).
Pewawancara :Apakah budaya sekolah sangat mendukung dalam
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship? Seperti apa
gambarannya?
Narasumber :gambarannya itu kita memberikan tanggung jawab kecil
kepada anak-anak seperti tanggung jawab untuk
membersihkan kelas dan lain sebagainya.
Pewawancara :Apakah sekolah mewajibkan guru selalu mengaitkan
antara mata pelajaran yang diampu dengan penanaman
nilai-nilai entrepreneurship?
94
Narasumber :tidak secara formal, namun guru dalam kbm selalu
berusaha sebaik mungkin menyampaikan nilai-nilai kepda
siswa baik itu nilai entrepreneurshi ataupun keagamaan
karna itu sama saja.
95
PEDOMAN WAWANCARA
Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi
utara
Nama responden :Dwi Lestari
Jabatan :Guru Komputer
Hari /tanggal :Selasa 20 september 2016
Pewawancara :Dalam kegiatan belajar mengajar, nilai-nilai apa yang
paling sering ibu/bapak tekankan kepada peserta didik
kaitannya dengan karakter entrepreneur?
Narasumber :saya mengajarkan kepada anak –anak agar mau berusaha,
disiplin dan jujur.
Pewawancara :Apakah nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang
dikembangkan disekolah?
Narasumber :iya betul sekali nilai tersebut dikembangkan sekolah dan di
masukkan kedalam penyampaian materi
Pewawancara :Strategi apa yang ibu/bapak gunakan dalam menanamkan
nilai-nilai entrepreneur kepada peserta didik dalam
mengajar ?
Narasumber :biasanya saya menggunakan strategi dengan cara
memberikan tugas yang bersifatnya praktek. Karna dengan
praktek siswa lebih terasah dan merasakan langsung.
Pewawancara :Bagaimana cara bapak/ibu merancang pembelajaran yang
terintegrasi nilai-nilai entrepreneurship?
96
Narasumber :caranya yaitu saya membuat lesson plan KBM agar lebih
terarah, dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
Pewawancara :Apakah ibu mengalami kesulitan dalam
mempadupadankan antara nilai-nilai entrepreneurship
dengan mata pelajaran yang ibu ajarkan?
Narasumber :Alhamdulillah selama ini tidak kesulitan yang saya alami
dan berjalan sesuai dengan apa yang saya harapkan de.
Pewawancara :Apa hambatan terbesar ibu/bapak dalam
mempadupadankan mata pelajaran dengan nilai-nilai
entrepreneurship?
Narasumber :kalau berbicara hamabtan pastinya semua gurur pasti
memilikinya tapi terkadang saya hanya mengalami
hamabatan ketika ingin bereksperimen pada praktek yang
lebih bagus namun terhambat pada biaya yang dibutuhkan
besar.
Pewawancara :Apakah nilai-nilai entrepreneurship ini ibu/bapak
integrasikan kedalam buku ajar, baik dalam pemaparan
materi ataupun tugas?
Narasumber :ya betul sekali, saya integrasikan kedalamnya pda
penyampaian materi ataupun tugas-tugas sehari-hari.
Pewawancara :Apakah nilai-nilai entrepreneurship ini ibu/bapak
integrasikan kedalam metode belajar? Seperti apa
contohnya?
Narasumber :iya, siswa membuat produk dari hasil praktikum tik
contohnya saja seperti siswa membuat design untuk cover
kardus.
97
Pewawancara :Apakah ketika dalam mengajar kelas diwarnai dengan
keaktifan peserta didik?
Narasumber :Alhamdulillah siswa selalu aktif dalam mengikuti KBM.
Pewawancara :Apakah menurut bapak/ibu lingkungan kelas mampu
menciptakan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang
sesuai dengan nilai-nilai entreprneur?
Narasumber :menurut saya iya karna lingkungan kelas selalu diwarnai
keaktifan dan kreatifitas siswa.
Pewawancara :Upaya apa yang dilakukan agar peserta didik benar-benar
memiliki karakter entreprneurship?
Narasumber :upaya yang saya lakukan yaitu dengan cara penerapan
nilai-nilai entrepreneurship dalam keseharian baik dalam
tugas maupun praktek.
Pewawancara :Apakah budaya sekolah sangat mendukung dalam
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship? Seperti apa
gambarannya?
Narasumber :ya budaya sekolah ini cukup mendukung tumbuh
kembangnya anak-anak ,banyak logo / slogan dilingkungan
sekolah untuk lebih menanamkan nilai-nilai
entrepreneurship. Dengan melihat slogan-slogan ini anak-
anak setiap hari membacanya diharapkan tertanam pula
dalam dirinya.
Pewawancara :Apakah sekolah mewajibkan guru selalu mengaitkan
anatara mata pelajaran yang diampu dengan penanaman
nilai-nilai entrepreneurship?
Narasumber :selama ini tidak tampak secara formal namun guru
memang dianjurkan menanamkan nilai-nilai kepada siswa.
98
PEDOMAN WAWANCARA
Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi
utara
Nama responden :Pela Indra Yanih
Jabatan :Guru matematika
Hari /tanggal :20 september 2016
Pewawancara :Dalam kegiatan belajar mengajar, nilai-nilai apa yang
paling sering ibu/bapak tekankan kepada peserta didik
kaitannya dengan karakter entrepreneur?
Narasumber :seringkali saya menyampaikan kepada anak-anak agar
selalu jujur dalam bertindak dan kreatif dengan
menggunakan kemampuan diri sendiri.
Pewawancara :Apakah nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang
dikembangkan disekolah?
Narasumber :ya pastinya nilai-nilai ini yang selalu di tanamkan kesiswa
karna kejujuran menjadi tombak dalam berprilaku
Pewawancara :Strategi apa yang ibu/bapak gunakan dalam menanamkan
nilai-nilai entrepreneur kepada peserta didik dalam
mengajar ?
Narasumber :dalam strategi saya menggunakan diskusi dan membuat
produk, meskipun saya mengampu bidang matematika tapi
tetap saya menggunakan praktek berupa produk dan dari
hasil pemasaran produk tersebut siswa dapat belajar
menghitung waralabanya.
99
Pewawancara :Bagaimana cara bapak/ibu merancang pembelajaran yang
terintegrasi nilai-nilai entrepreneurship?
Narasumber :cara saya yaitu dengan pembelajaran berbasis ICT dan
memadukan dengan pelajaran lain jadi bukan hanya
matematika saja, namun dapat ditanamkan berbagai macam
nilai baik setiap kali pembelajaran.
Pewawancara :Apakah ibu mengalami kesulitan dalam
mempadupadankan antara nilai-nilai entrepreneurship
dengan mata pelajaran yang ibu ajarkan?
Narasumber :Alhamduillah dalam kesulitan tidak ada yang begitu berat,
karna nilai entrepreneurship sangat mudah untuk
dipadupadankan sama saja halnya kita memberikan nilai-
nilai agama kepada peserta didik.
Pewawancara :Apa hambatan terbesar ibu/bapak dalam
mempadupadankan mata pelajaran dengan nilai-nilai
entrepreneurship?
Narasumber :tidak ada hambatan terbesar bagi saya, namun saya
memerlukan waktu yang cukup banyak untuk
mempadupadankan nilai-nilai tersebut, karna tidak bisa
hanya sekali atau dua kali.
Pewawancara :Apakah nilai-nilai entrepreneurship ini ibu/bapak
integrasikan kedalam buku ajar, baik dalam pemaparan
materi ataupun tugas?
Narasumber :betul, sama saja seperti dengan menggunakan metode
ceramah, ketika menjelaskan materi sedikit-sedikit pasti
menyelipkan nilai-nilai kepada siswa.
100
Pewawancara :Apakah nilai-nilai entrepreneurship ini ibu/bapak
integrasikan kedalam metode belajar? Seperti apa
contohnya?
Narasumber :ya betul sekali, saya menekankan kepada anak-anak agar
selalu jujur dan mandiri, dalam mengerjakan soal-soal anak
diminta jujur dalam menilai kemampuan sendiri
Pewawancara :Apakah ketika dalam mengajar kelas diwarnai dengan
keaktifan peserta didik?
Narasumber :ya, peserta didik Alhamdulillah selalu aktif dalam
mengikuti pembelajaran, hanya saja anak-anak memang
membutuhkan stimulus di jam-jam tertentu.
Pewawancara :Apakah menurut bapak/ibu lingkungan kelas mampu
menciptakan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang
sesuai dengan nilai-nilai entreprneur?
Narasumber :menurut saya ya, karna lingkungan sekolah kita sangat
mendukung seperti adanya botani disamping sekolah, disini
banyak pelajaran yang anak –anak dapat mulai dari belajar
menciptakan usaha sendiri sampai memasarkannya
Pewawancara :Upaya apa yang dilakukan agar peserta didik benar-benar
memiliki karakter entreprneurship?
Narasumber : upaya yang saya lakukan yaitu action dan berani, bukan
hanya omongan saja, melainkan dijalankan dan diterapkan
secara rutin dan berkesinambungan.
Pewawancara :Apakah budaya sekolah sangat mendukung dalam
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship? Seperti apa
gambarannya?
101
Narasumber :menurut saya sangat mendukung karna kita menerapkan
ramah dengan 5S, dengan begitu seklah terlihat lebih
harmonis.
Pewawancara :Apakah sekolah mewajibkan guru selalu mengaitkan
antara mata pelajaran yang diampu dengan penanaman
nilai-nilai entrepreneurship?
Narasumber :ya betul, namun sekolah tidak menginformasikan secara
formal, hanya saja guru harus aktif meskipun belum
dikomando sekolah.
102
TRANSKIP WAWANCARA
Nama Responden : Bhayu Sulistiawan, S.Pd.I
Jabatan : Kepala Sekolah
Hari/tanggal : 16-05-2016
Pewawancara :Apa tujuan utama sekolah menjadikan sekolah yang
mengedepankan karakter entrepreneurship ?
Narasumber : “Pertama: kondisi global saat ini dimana tuntutan
perkembangan zaman anak-anak harus mempunyai life
skill/keretampilan hidup, jadi tidak hanya mengandalkan
ketika sudah lulus mencari kerja di pabrik menjadi
karyawan, jika peserta didik mempunyai keterampilan
mereka bisa membuka usaha sendiri bahkan bisa
mempekerjakan orang lain. Kedua:nilai-nilai yang
ditanamkan yaitu nilai kemandirian, nilai-nilai yang
terkandung didalam entrepreneurship itu banyak di
antaranya nilai yang kita kembangkan adalah nilai
kemandirian, kedisiplinan, kejujuran, dan tanggung jawab
ke empat aspek tersebut yang kita kembangkan disini.
Semua itu dibungkus dengan nilai-nilai keislaman,
sehingga diharapkan siswa menjadi entrepreneurship yang
berlandaskan nilai-nilai keislaman.
Pewawancara :Startegi apa yang digunakan dalam menanamkan/
menerapkan 17 nilai-nilai dasar entrepreneurship kepada
siswa?
Narasumber :melalui teori dalam kelas dan pembiasaan-pembiasaan
sikap seperti kejujuran tanggung jawab, kemudian praktik
103
yaitu melalui program-program entrepreneurship yaitu
melalui sektor botani yaitu menanam sayur mayur dan
tanaman herbal mulai dari menanam sampai
memasarkannya ke orang tua murid, guru-guru. Kalau
tahun lalu yang kita coba melalui program makanan, yaitu
ada kegiatan entrepreneur day yaitu ada satu hari peserta
didik menjajakan dagangan yang mereka jual kelingkungan
sekolah, ada yang membuat sendiri barang dagangannya
ada juga yang dropship dari orang lain. Ketika event-event
pun mereka memanfaatkannya dengan membuka bazar.
Pewawancara :Apakah ada nilai-nilai entrepreneurship tertentu yang
menjadi sasaran atau tujuan utama sekolah untuk siswa?
Narasumber :ada, yaitu kemandirian, disiplin, tanggung jawab, dan
kejujuran namun ada nilai sekolah yang ditekankan pula
yaitu iman, ilmu dan akhlak.
Pewawancara :Apa rencana bapak kedepan untuk lebih mengembangkan
nilai-nilai entrepreneurship sehingga dapat bertahan
eksistensinya ?
Narasumber :ya, rencana kedepannya yaitu menambah program-
program entrepreneurship dibidang lainnya agar lebih
menambah pula keterampilan siswa.
Pewawancara :Bagaimana cara mengetahui keberhasilan dalam
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship melalui
pencapaian kriteria peserta didik, lingkungan kelas, dan
guru-guru disekolah?
Narasumber :caranya yaitu dengan melihat nilai sehari-hari karna itu
yang paling valid dibanding nilai-nilai angka di raport,
104
karna guru-guru disini selalu memantau kebiasaan siswa
baik dilingkungan kelas maupun diluar kelas.
Pewawancara :Apakah kultur/budaya sekolah sangat mendukung dalam
menanamkan nilai-nilai entrepreneurship ?
Narasumber : iya mendukung, budaya sekolah yang dikembangkan yaitu
budaya keislaman, kedua teknologi, ketiga bahasa, dan
keempat yaitu entrepreneur
Pewawancara :Dalam menumbuhkan budaya sekolah tidaklah mudah, apa
usaha yang dilakukan sekolah agar budaya sekolah selalu
terjaga dengan baik?
Narasumber :pertama kami memberikan motivasi kepada anak-anak,
kedua kami memberikan contoh juga, misalnya: disini
banyak pula guru-guru yang berentrepreneur, dengan begitu
dapat memberikan stimulus bagi anak-anak, bahkan anak-
anak sudah ada yang mulai belajar berjualan di luar
lingkungan sekolah. Banyak pula alumni-alumni yang
berentrepreneur sambil sekolah dan ternyata entrepreneur
yang mereka pelajari waktu SMP sangat bermanfaat
kedepannya.
Pewawancara :Apakah di sekolah terdapat muatan lokal ? dan
Bagaimanakah cara sekolah menanamkan nilai-nilai
entrepreneurship kedalam muatan lokal?
Narasumber : ada, yaitu bahasa sunda, bahasa arab, hadist, dan
komputer. Cara sekolah menanamkan nilai-nilai
entrepreneurship contohnya pada saat ujian praktek mata
pelajaran sunda, mereka membuat makanan khas sunda,
anak-anak di beri tanggung jawab untuk merencanakan
sampai memasarkan makanan yang sudah mereka buat.
105
Lalu pada muatan lokal bahasa arab, mereka di perintahkan
untuk membuat vidio dalam bentuk drama lalu di
publikasikan ke youtube dengan begitu pun siswa di
ajarkan melek teknologi karna dengan teknologi kita bisa
menghasilkan rupiah
Pewawancara :Sebagai sekolah yang mengedepankan karakter
entrepreneurship pastinya membutuhkan kerja sama dari
berbagai pihak yang mendukung program-program sekolah.
Faktor apa yang mendukung keberlangsungan program-
program tersebut? Dan apa faktor penghambatnya?
Narasumber :kerjasamanya kami pernah melakukan kerjasama
pengelola pohon jati yang ada di attaqwa, batik betawi
tarumajaya, bogor kreatif yaitu memanfaatkan hasil daur
ulang kertas. Kalau PT sosro, yakult, radio hanya sekedar
kunjungan saja. Dan faktor pendukungnya yaitu dari
sekolah sarana prasarana yang cukup terpenuhi sedangkan
kendalanya dari tim, tutor/mentor pendamping pelatihnya (
SDM ). Dan juga kendalanya yaitu dari faktor eksternal
yiatu siswa yang berasal dari luar mentari.
Pewawancara :Kegiatan-kegiatan entrepreneurship apa saja yang
menunjang proses penanaman nilai-nilai entrepreneurship?
Narasumber : kegiatannya itu meliputi mata pelajaran, praktik
berwirausaha, budaya sekolah, ekstrakulikuler, market day.
106
Nama Responden : Aminuddin, S.Pd.I
Jabatan : wakil kepala sekolah (kurikulum)
Hari/tanggal : 23-05-2016
Pewawancara :Sebagai sekolah yang mengedepankan karakter
entrepreneurship, model kurikulum apa yang sekolah
gunakan? Seperti apa implementasi kurikulum tersebut
disekolah ?
Narasumber : kalau dari segi kurikulum kita menggunakan komparasif
anatara kurikulum lokal dengan kurikulum dinas, untuk
kurikulum entrepreneur itu sendiri untuk tataran smp kita
masih mengikuti dari SD karna kita merupakan terusan dari
SD mentari, untuk kurikulum entrepreneur di smp masih
terbilang 60-70% itu teori dan selebihnya praktik, dan
kurikulum entrepreneur ini pun di buat oleh TIM tersendiri
dari sekolah dan untuk kewirausahaan kami belum
mengambil kurikulum nasional karna kami memiliki tim
dari internal sekolah. Entrepreneur sendiri disekolah lebih
banyak teori yang diajarkan dari pada praktik dalam artian
masih belum total untuk memasuki praktik.
Pewawancara :Mengapa memilih model kurikulum ini?
Narasumber :Pertama karna kita swasta, swasta itu lebih lebih luas dan
kedua sesuai dengan visi misi yang kita punya
Pewawancara :Seperti apa kedudukan entrepreneurship dalam kurikulum
sekolah?
Narasumber :Untuk kedudukannya, merupakan salah satu unggulan dari
sekolah
107
Pewawancara :Apa yang perlu diperhatikan dalam proses pengembangan
kurikulum di sekolah?
Narasumber :Pertama kondisi anak secara psikologis, kedua hubungan,
dan ketiga yaitu stakeholder sekolah itu yang perlu kita
perhatikan
Pewawancara :Siapa yang berperan penting dalam pengembangan
kurikulum?
Narasumber :Tentunya tim kurikulum itu sendiri, yayasan, kepala
sekolah dan tentunya para guru
Pewawancara :Bagaimana cara menyelaraskan kurikulum dengan kondisi
sekolah?
Narasumber :untuk menyelaraskan kedua kurikulum tadi yaitu lokal dan
dinas yaitu dengan menambah jam pelajaran.
Pewawancara :Apakah kurikulum sudah terlaksana sebagaimana
mestinya?
Narasumber :Kalau ukurannya terlaksana secara prosentase kita belum
100%, tapi kalau dilaksanakan iya, hampir seluruh program
Alhamdulillah sudah terlaksana meskipun belum secara
maksimal.
Pewawancara :seperti apa evaluasi kurikulum yang dilakukan terkait
dengan entrepreneurship?
Narasumber :Evaluasi kurikulum ini kita di tataran pimpinan, wakil
kepsek dan kurikulum, ada kajian tentang kurikulum di 6
bulan pertama dan 6 bulan kedua, kajiannya itu
membicarakan sejauh mana keberhasilan dan ketidak
berhasilan dan kendala-kendalanya apa, itu dilakukan setiap
semester.
108
Pewawancara :Apakah kurikulum yang bersangkutan dapat
diimplementasikan melalui pengembangan strategi-strategi
pembelajaran?
Narasumber :Ya, untuk entrepreneurship kita masih menggunakan
strategi yang familiar seperti diskusi, debat. Dan tentunya
guru pun memiliki startegi masing-masing
Pewawancara :Apakah kurikulum yang bersangkutan sangat mendukung
penanaman nilai-nilai entrepreneurship di sekolah ?
Narasumber :Kalau di ukur untuk ukuran berhasil atau tidaknya, kita
belum secara total memiliki ukuran itu. tetapi, indikasi dari
penanaman nilai-nilai entrepreneurship sudah sedikit
banyaknya melekat pada anak-anak antara lain tanggung
jawab, inovatif dan masih banyak lagi.
109
Lampiran
PEDOMAN WAWANCARA
Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi
utara
Nama responden :Bahihaqi jaya putera
Jabatan :Siswa kelas 9
Hari /tanggal :23-05-2016
Pewawancara :Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan
apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur?
mengapa?
Narasumber :yang saya ketahui ka, entrepreneur itu berdagang, tapi
bukan sekedar berdagang, tetapi belajar bersosialisasi
dengan orang banyak, dengan entrepreneur kita diajarkan
percaya diri dengan kemampuan kita. disekolah ini kita
juga diajarkan berentrepreneur aala Rosulullah, dan
mengapa saya tertarik, karna saya cenderung orang yang
suka bersosialisasi
Pewawancara :nilai-nilai apa saja yang paling sering ditekankan oleh
guru-guru dalam mengajar?
Narasumber :pada umumnya sih ka, nilai yang sering ditekankan guru
kepada kita itu jujur, disiplin, tanggung jawab. Nah
ditambah lagi karna sekolah kita ini yang diutamakan itu
agama, IT, entrepreneur. nah, kaitannya dengan
entrepreneur, guru entrepreneur selalu mengajarkan kepada
kita berentrepreneur Ala Rosulullah.
110
Pewawancara :Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran
entrepreneurship?
Narasumber :yang saya dapat dari pelajaran ini yaitu harus memiliki
percaya diri yang tinggi, tidak mudah putus asa,
bertanggung jawab, kreatif. Dan guru selalu memberikan
motivasi agar tidak mudah tergantung pada orang lain. Dari
praktik wirausaha pun saya jadi memiliki keterampilan
yang bisa saya manfaatkan nantinya setelah saya lulus.
Pewawancara :Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan
dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu
dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
Narasumber :disekolah ekstrakulikuler entrepreneurship memang
diwajibkan ka, untuk seluruh siswa siswi, manfaat yang
saya dapet dari ekstrakulikuler ini yaitu saya lebih percaya
diri lagi untuk mengembangkan keahlian yang saya miliki.
Pewawancara :Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah
mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya?
Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber :belum 100% sih ka, kami biasanya dibantu orang tua juga.
Ya bentuknya biasanya makanan, aksesoris laptop/HP.
Ya, saya berani untuk memasarkannya
Pewawancara :Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu
menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika
membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda
sendiri atau orang lain?
Narasumber :iya ka, saya mampu menunjukkan keahlian saya, sebab itu
saya suka entrepreneur karna melatih percaya diri saya.
111
Tergantung ka, biasanya kami membuat produk
entrepreneurship itu ada yang kelompok dan ada yang
individu ka.
112
PEDOMAN WAWANCARA
Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi
utara
Nama responden :Tera nisrina nur’aida
Jabatan :Siswa kelas 9
Hari /tanggal :9 september 2016
Pewawancara :Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan
apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur?
mengapa?
Narasumber :yang saya ketahui, entrepreneurship itu adalah usaha
seseorang dengan menunjukkan keahliannya dibidang
tertentu dan membuat lapangan pekerjaan untuk orang
banyak. Dan saya kurang tertarik ka dengan bidang
entrepreneurship karna saya tidak punya keahlian dibidang
tersebut.
Pewawancara :Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru
entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber :nilai-nilai yang biasanya diajarkan oleh guru itu rasa
percaya diri, komunikasi dan jiwa kepemimpinan.
Pewawancara :Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran
entrepreneurship?
Narasumber :yang aku dapat dari mempelajari entrepreneur itu rasa
tanggung jawab sebagai seorang pemimpin, karna aku bisa
belajar bicara didepan banyak orang. Dan belajar membaca
113
gaya bahasa lawan bicara kita, jadi kita tau apakah orang
tersebut menyukai kita atau tidak.
Pewawancara :Apakah anda mengikuti Ekstrakurikuler yang berkaitan
dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu
dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
Narasumber :iya ka, seluruh siswa wajib mengikutinya karna jadi
ekstrakurikuler wajib sekolah kalau entrepreneurship. Nah,
kalau ekstrakurikuler lain yaitu kaligrafi ka, saya pernah
membuat kaligrafi sepanjang 100x 50 cm namun tidak
selesai ka jadi belum bisa di pasarkan. Manfaat yang aku
dapat yaitu kita diajarkan ketelatenan dan kesabaran serta
diajarkan untuk bisa menghasilkan karya dari kebiasaan
kita dan kita pun nantinya bisa menikmati hasil jerih payah
kita sendiri.
Pewawancara :Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah
mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya?
Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber :sudah ka, namun belum sempat untuk di pasarkan. Karna
terbentur waktu jadi belum sempat diselesaikan secara
sempurna.
Pewawancara :Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu
menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika
membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda
sendiri atau orang lain?
Narasumber :ada beberapa ka keahlian yang aku bisa seperti kaligrafi,
biasanya aku membuat produk suka minta saran dari teman
ka, tuker ide bersama.
114
PEDOMAN WAWANCARA
Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi
utara
Nama responden :Muhammad rizki sani
Jabatan :Siswa kelas 9
Hari /tanggal : 23-05-2016
Pewawancara :Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan
apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur?
mengapa?
Narasumber :Yang saya ketahui ka, entrepreneur itu pekerjaan yang
bergerak dibidang perdagangan baik itu dalam hal jasa,
barang. Dari entrepreneruship juga kita banyak belajar
meningkatkan percaya diri kita ka.
Ya ka tertarik,karna entrepreneur dapat menciptakan
peluang pekerjaan untuk orang lain ka.
Pewawancara :Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru
entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber :Nilai-nilai yang biasa guru ajarkan itu, iman islam.
Kejujuran, akhlak, percaya diri, bertanggung jawab
Pewawancara :Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran
entrepreneurship?
Narasumber :Semakin percaya diri, rasa kepemimpinan saya semakin
kuat, dan saya yakin dapat membuka peluang usaha bagi
orang lain
Pewawancara :Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan
dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu
dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
115
Narasumber :Iya ka mengikuti seperti market day, botani. Dan manfaat
yang saya dapat itu saya mendapatkan bekal ilmu
entrepreneur sebelum saya membuka usaha
Pewawancara :Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah
mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya?
Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber :Kalau buat produk sendiri saya belum mampu ka, tapi
biasanya kita ngambil dari orang dan kita jual lagi.dan
alhamdulillah saya sudah berani untuk memasarkannya.
Pewawancara :Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu
menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika
membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda
sendiri atau orang lain?
Narasumber :Alhamdulillah sudah ka. Dan ketika membuat produk
praktik entrepreneurship saya juga menggunakan ide
sendiri meskipun terkadang digabungkan dengan teman ka.
116
PEDOMAN WAWANCARA
Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi
utara
Nama responden :Ananditha rahma
Jabatan :Siswa Kelas 9
Hari /tanggal :Kamis, 15 september 2016
Pewawancara :Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan
apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur?
mengapa?
Narasumber :menurut saya, entrepreneur pelajaran yang membuat kita
tertarik untuk menjadi pengusaha muda. Ya saya tertarik
karna entrepreneur itu
Pewawancara :Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru
entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber :guru selalu mengajarkan jangan pernah menipu orang jika
nanti sudah menjadi pengusaha besar dan harus jujur.
Pewawancara :Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran
entrepreneurship?
Narasumber :yang saya dapati yaitu saya makin banyak mengetahui
informasi seputar dunia entrepreneur ka.
Pewawancara :Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan
dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu
dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
Narasumber :ekstrakulikuler yang berkaitan entrepreneurship saya ikuti
ka, karna itu wajib namanya botani kita bercocok tanam
disana dari sayur mayur sampai herbal ka. Dan manfaatnya
saya belajar bekerja sama karna dilakukan perkelompok.
117
Pewawancara :Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah
mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya?
Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber :belum ka, karna keahlian saya sedikit, tetapi saya
mengambil produk dari orang dan Alhamdulillah saya
berani untuk memasarkannya tapi masih lingkungan
sekolah.
Pewawancara :Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu
menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika
membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda
sendiri atau orang lain?
Narasumber :Alhamdulillah iya ka Cuma saya masih malu-malu. Saya
terkadang dengan ide sendiri tapi tetap kompromi dengan
kelompok jika perkelompok.
118
PEDOMAN WAWANCARA
Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi
utara
Nama responden :Whidiya Anisadela yulianto
Jabatan : Siswa Kelas 9
Hari /tanggal : Kamis, 15 september 2016
Pewawancara :Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan
apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur? mengapa?
Narasumber : kalau yang saya tau ka, entrepreneurship itu kegiatan
perdagangan, dan ya, saya tertarik karena saya suka berdagang
ka.
Pewawancara :Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru
entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber : guru selalu menyampaikan pesan nilai yaitu jujur dan amanah
Pewawancara :Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran
entrepreneurship?
Narasumber :saya mendapatkan ilmu cara berdagang atau berwirausaha
yang benar secara islam ka.
Pewawancara :Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan
dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu dapat
selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
Narasumber :ngga ka, tapi emang ada ekstrakulikuler wajib disekolah itu
namanya botani nah kita disana diajarkan mulai dari bercocok
tanam sampai menjualnya ka.
Pewawancar :Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah mampu
membuat produk sendiri?apa bentuk produknya? Dan apakah
anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber :Alhamdulillah sudah ka, contohnya waktu itu saya jualan sosis
bakar ka, tapi belum begitu berani untuk memasarkannya
119
Pewawancara :Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu
menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika
membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda
sendiri atau orang lain?
Narasumber : alhamdulillah sudah mampu ka buat nunjukkin keahlian saya,
50 % ide sendiri 50% ide orang lain.
120
PEDOMAN WAWANCARA
Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi
utara
Nama responden :Fanny jaya santika
Jabatan :siswa kelas 8
Hari /tanggal :Rabu, 14 september 2016
Pewawancara :Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan
apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur?
mengapa?
Narasumber :menurut saya ka, entrepreneurship itu usaha dari bakat
yang kita punya dan memasarkannya kepada orang lain.
Tertarik ka, karna dapat menumbuhkan bakat dan
kreatifitas serta menghasilkan uang.
Pewawancara :Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru
entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber :nilai yang biasa guru ajarkan kepada kita itu berani
berbicara didepan umum, komunikatif, jujur.
Pewawancara :Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran
entrepreneurship?
Narasumber :menambah pengetahuan, wawasan dan melatih bakat saya
ka.
Pewawancara :Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan
dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu
dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
Narasumber :Saya mengikuti kegiatan yang terkait entrepreneurship
seperti pda kegiatan botani kalau ekstrakurikuler saya tidak
ka.
Pewawancara :Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah
mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya?
Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
121
Narasumber : iya ka, berupa makanan atau kerajinan tangan, dan ya saya
sudah berani ka.
Pewawancara :Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu
menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika
membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda
sendiri atau orang lain?
Narasumber :Alhamdulillah sudah ka di gabungin dari hasil
musyyawarah juga.
122
PEDOMAN WAWANCARA
Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi
utara
Nama responden :Humaidah hikmachtiyar
Jabatan :Siswa kelas 8
Hari /tanggal :14 september 2016
Pewawancara :Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan
apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur?
mengapa?
Narasumber :menurut saya entrepreneurship itu seseorang yang
memiliki jiwa kewirausahaan dan jiwa berbisnis
Tertarik, karna dengan entrepreneurship kita bisa
menghasilkan uang dari hasil kerja keras kita sendiri.
Pewawancara :Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru
entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber :biasanya nilai-nilai yang diajarkan itu komunikasi dalam
berbisnis, kejujuran, kreatif dalam membuat sebuah produk.
Pewawancara :Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran
entrepreneurship?
Narasumber :yang saya dapet itu ilmu berbisnis ka, dan bagaimana cara
menjadi seorang entrepreneur yang baik.
Pewawancara :Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan
dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu
dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
Narasumber :tidak ka saya mengikuti ekstrakulikuler biasa tapi sekolah
memang mewajibkan mengikuti kegiatan botani dan botani
itu termasuk dalam kegiatan entrepreneurship.
123
Pewawancara :Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah
mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya?
Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber :iya ka, seperti gantungan kunci atau bros. Dan ya saya
sudah berani untuk memasarkannya.
Pewawancara :Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu
menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika
membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda
sendiri atau orang lain?
Narasumber : belum ka, ada yang dari ide sendiri ada juga dari orang
lain.
124
PEDOMAN WAWANCARA
Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi
utara
Nama responden :Khoirun nabilah
Jabatan :siswa kelas 8
Hari /tanggal :14 september 2016
Pewawancara :Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan
apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur?
mengapa?
Narasumber :yang saya ketahui entrepreneurship itu peluang untuk
menjadi pengusaha yang sukses. Dan saya termasuk orang
yang tertarik dengan dunia entrepreneurship, karna saya
sangat ingin menjadi pengusaha yang sukses. Menurut saya
entrepreneurship dapat menjadikan diri kita mandiri dan
dapat menjadi tempat untuk berkreasi serta berinovasi.
Pewawancara :Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru
entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber :selalu jujur dalam perkataan serta dalam segala hal,
Tanggung jawab jika dihadapkan pada suatu amanah,
berani dalam melakukan segala sesuatu, mandiri,percaya
diri ini harus ditanamkan dengan kokoh dalam hati karna
inilah faktor yang dapat mengantarkan kita menuju
kesuksesan.
Pewawancara :Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran
entrepreneurship?
Narasumber : saya merasa lebih percaya diri untuk maju, lebih berani
dalam menghadapi permasalahan, rasa tanggung jawab
saya lebih besar dari sebelumnya
125
Pewawancara :Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan
dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu
dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
Narasumber : tidak, karena belum ada ekskul yang seperti itu.
Pewawancara :Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah
mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya?
Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber :Alhamdulillah sudah, bentuk produknya berupa jenis
makanan cemilan ka, dan dalam pemasaran saya belum bisa
begitu luas ka baru sekitar lingkungan sekolah saja.
Pewawancara :Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu
menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika
membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda
sendiri atau orang lain?
Narasumber :Dalam membuat produk saya masih meminta ide dan
bantuan dari orang lain.
126
PEDOMAN WAWANCARA
Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi
utara
Nama responden :Rizka ramdhani
Jabatan :Siswa kelas 8
Hari /tanggal :Senin 26 september 2016
Pewawancara :Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan
apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur?
mengapa?
Narasumber :yang saya ketahui tentang entrepreneurship adalah karakter
yang ada pada manusia, yaitu ilmu tentang perdagangan.
Sangat tertarik, karna kalau kita punya jiwa
entrepreneurship ada peluang besar untuk jadi pengusaha
kelak.
Pewawancara :Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru
entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber :guru mengajarkan nilai-nilai tekad, berani, mental kuat,
tidak pantang menyerah.
Pewawancara :Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran
entrepreneurship
Narasumber :yang saya dapat dari pelajaran entrepreneur itu menambah
ilmu perdagangan, apalagi saya ingin menjadi pengusaha
itu sangat membantu karna kita jadi tau seperti apa
komunikasi dalam berbisnis yang baik dan benar dan kita
pun diajarkan untuk membaca bahasa tubuh dan yang
paling penting itu menambah pegetahuan untuk menjadi
seorang pengusaha yang sukses.
Pewawancara :Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan
dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu
dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
127
Narasumber :ya, saya mengikuti ekstrakurikuler KIR( karya ilmiyah
remaja) nah disitu kita pernah praktek buat es mambo gitu
dari es batu dicampur sama garam.
Pewawancara :Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah
mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya?
Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber :kalau produksi sendiri tidak karna tugas entrepreneur itu
kita selalu pake kelompok belajar, bentuknya kalau
perkelompok itu saya dan team berjualan orange juice sama
nescafe ice dan itu langsung di jual dilapangan pas istirahat.
Dan untuk buat produk sendiri saya tidak tertarik saya lebih
suka ngambil dari orang lain/ reseller.
Pewawancara :Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu
menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika
membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda
sendiri atau orang lain?
Narasumber :kalau praktik itu kita masih perkelompok, kalau untuk
individu kita belum ada praktiknya, kalau untuk ide praktek
kelompok selalu bersama-sama ka kita gabungin.
128
PEDOMAN WAWANCARA
Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi
utara
Nama responden :Taghrid Y.K
Jabatan :Siswa kelas 8
Hari /tanggal :Selasa 27 september 2016
Pewawancara :Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan
apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur?
mengapa?
Narasumber :Tentang perdagangan, biasa saja karena ketertarikan saya
pada entrepreneur biasa saja
Pewawancara :Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru
entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber :biasanya guru mengajarkan kepada kita itu untuk tidak
boleh berbisnis atau berdagang secara tidak sehat
Pewawancara :Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran
entrepreneurship?
Narasumber :yang saya dapat itu saya bisa tahu cara berjualan dengan
baik dan benar dan dapat mempelajari dunia
entrepreneurship itu seperti apa.
Pewawancara :Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan
dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu
dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
Narasumber :kegiatan terkait entrepreneurship disekolah ini seperti
botani saya mengikutinya karna diwajibkan sekolah tetapi
kalau ekstrakurikuler saya mengikuti yang biasa aja ka
seperti football
129
Pewawancara :Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah
mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya?
Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber :belum ka, karna terbatas pada modal awal jadi hanya
ngambil dari orang saja. Dan Alhamdulillah sudah mampu
unuk memasarkannya meskipun dalam lingkup sekolah.
Pewawancara :Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu
menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika
membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda
sendiri atau orang lain?
Narasumber :biasanya saya kalau perkelompok pastinya ide satu sama
lain di gabungin ka, tapi kalau praktek sendiri saya pakai
ide sendiri ataupun minta pendapat teman.
130
PEDOMAN WAWANCARA
Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi
utara
Nama responden :Najwa khairiyah
Jabatan :siswa kelas 7
Hari /tanggal : 15 september 2016
Pewawancara :Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan
apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur?
mengapa?
Narasumber :Entrepreneurship itu bertujuan untuk membangun rasa
percaya diri. Saya sangat tertarik dengan entrepreneurship
karna kewirausahaan merupakan hal penting dalam
perekonomian suatu bangsa.
Pewawancara :Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru
entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber :Nilai kejujuran, kepercayaan diri, dan kreativitas.
Pewawancara :Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran
entrepreneurship?
Narasumber :Saya bisa mengetahui manfaat, tujuan dan nilai-nilai
entrepreneurship
Pewawancara :Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan
dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu
dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
131
Narasumber :Iya , saya mengikuti ekstrakurikuler KIR( karya ilmiyah
remaja) manfaatnya saya bisa meningkatkan kreativitas dan
rasa percaya diri.
Pewawancara :Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah
mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya?
Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber :Sudah, produk dari hasil eksperimen saya, insya Allah saya
sudah berani untuk memasarkannya
Pewawancara :Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu
menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika
membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda
sendiri atau orang lain?
Narasumber :Ya bisa ka, dalam membuat produk sebagian ide saya dan
sebagian lagi ide orang lain.
132
PEDOMAN WAWANCARA
Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi
utara
Nama responden :Salsanadhifa elita
Jabatan :Siswa kelas 7
Hari /tanggal :Rabu 14 september 2016
Pewawancara :Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan
apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur?
mengapa?
Narasumber :Menurut saya entrepreneurship itu adalah prilaku berani
mengambil resiko dalam suatu hal dan kreatif. Iya tertarik
ka, karena dunia entrepreneurship dapat mengajarkan kita
lebih percaya diri.
Pewawancara :Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru
entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber :Percaya diri, kreatif untuk cara belajar, kejujuran dalam
segala hal, kepemimpinan
Pewawancara :Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran
entrepreneurship?
Narasumber :Berani tampil didepan banyak orang, berkata jujur dengan
siapapun
Pewawancara :Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan
dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu
dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
133
Narasumber :Tidak, karena disekolah tidak ada ekstrakurikuler yang
berkaitan dengan entrepreneurship
Pewawancara :Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah
mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya?
Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber :Alhamdulillah sudah ka, berupa bros dan gantungan kunci
dan saya masih belum berani memasarkannya sendiri.
Pewawancara :Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu
menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika
membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda
sendiri atau orang lain?
Narsumber :Ya, Alhamdulillah ide sendiri namun kadang ide orang lain
juga ka.
134
PEDOMAN WAWANCARA
Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi
utara
Nama responden :Faiz nur fauziyah
Jabatan :Siswa kelas 7
Hari /tanggal : Rabu 14 september 2016
Pewawancara :Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan
apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur?
mengapa?
Narasumber :menurut saya, entrepreneurship itu keyakinan yang kuat
dalam diri untuk merubah dunia melalui ide mereka.
Ya, saya tertarik ka, karna entrepreneurship dapat
membangkitkan rasa percaya diri saya dalam mewujudkan
ide-ide.
Pewawancara :Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru
entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber :yang di ajarkan guru-guru itu biasanya ka, belajar untu
percaya diri, kerja keras, belajar aktif, dan mandiri.
Pewawancara :Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran
entrepreneurship?
Narasumber :yang saya dapat dari pelajaran entrepreneurship yaitu
percaya diri, bisa membuat sesuatu walaupun masih takut
untuk dikembangkan keluar.
135
Pewawancara :Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan
dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu
dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
Narasumber :manfaat yang saya dapat yaitu kewirausahaan saya dapat
belajar kerja keras dan selalu kreatif
Pewawancara :Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah
mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya?
Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber : saya masih malu ka untuk bikin produk sendiri, dan belum
punya modal banyak karna pastinya kita membutuhkan
modal awal untuk membuat produk.
Pewawancara :Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu
menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika
membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda
sendiri atau orang lain?
Narasumber :Alhamdulillah iya ka, dan dengan menggunakan ide
sendiri jika diperintahkan untuk membuat produk.
136
PEDOMAN WAWANCARA
Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi
utara
Nama responden :melvi yanifa maharani
Jabatan : siswa kelas 7
Hari /tanggal : Rabu 14 september 2016
Pewawancara :Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan
apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur?
mengapa?
Narasumber :yang saya tau, entreppreneurship itu kemampuan diri untuk
mengambangkan bakat. Iya ka, saya tertarik karena dunia
entrepreneur membawa hal yang positif dan juga
bermanfaat bagi masyarakat
Pewawancara :Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru
entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber :guru mengajarkan nilai kejujuran dalam berwirausaha,
nilai kedisiplinan dan nilai keyakinan dalam diri sendiri
(percaya diri)
Pewawancara :Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran
entrepreneurship?
Narasumber :saya dapat mengetahui pentingnya nilai-nilai yang terdapat
pada dunia entrepreneur
137
Pewawancara :Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan
dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu
dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
Narasumber :saya mengambil ekskul yang sesuai dengan bakat saya ka,
tapi memang ekstrakulikuler yang bertemakan
entrepreneurship diwajibkan seperti botani yaitu kita
diajarkan bercocok tanam
Pewawancara :Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah
mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya?
Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber :iya ka, bentuknya barang seperti kerajinan tangan dan
Alhamdulillah saya sudah berani memasarkannya
Pewawancara :Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu
menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika
membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda
sendiri atau orang lain?
Narasumber :Alhamdulillah saya sudah mampu ka 50 % ide sendiri dan
50% ide bersama teman ka.
138
PEDOMAN WAWANCARA
Penanaman nilai-nilai entrepreneurship di SMPI mentari indonesia bekasi
utara
Nama responden :abelia lintang sari
Jabatan :siswa kelas 7
Hari /tanggal : Rabu 14 september 2016
Pewawancara :Apakah yang anda ketahui tentang entrepreneurship?dan
apakah kamu tertarik dengan dunia entrepreneur?
mengapa?
Narasumber :orang yang membangun usaha sendiri. ya saya tertarik
karna kita bisa membangun usaha sendiri
Pewawncara :Nilai-nilai apa yang selalu diajarkan/ditekankan oleh guru
entrepreneurship dalam belajar?
Narasumber :guru entrepreneurship biasanya mengajarkan kita untuk
selalu Jujur, percaya diri, berfikir postif
Pewawancara :Apa yang kamu dapat setelah mempelajari pelajaran
entrepreneurship?
Narasumber :setelah belajar mata pelajaran entrepreneurship saya
mendapat pelajaran Menjadi seorang yang disiplin dan jujur
Pewawancara :Apakah anda mengikuti Ekstrakulikuler yang berkaitan
dengan entrepreneurship? Dan manfaat apa yang kamu
dapat selama mengikuti ekstrakulikuler tersebut?
139
Narasumber :kalau ekstrakulikuler saya ikut yang biasa aja ka, tapi kalau
ekstrakurikuler yang terkait entrepreneurship diwajibin
sekolah ka.
Pewawancara :Dalam praktik entrepreneurship, apakah anda sudah
mampu membuat produk sendiri?apa bentuk produknya?
Dan apakah anda sudah berani untuk memasarkannya?
Narasumber :Belum ka, saya belum pernah mencobanya soalnya saya
takut untuk membuatnya kalau g ada yang mandu atau
mengarahkan saya.
Pewawancara :Apakah dalam praktik entrepreneurship anda mampu
menunjukkan keahlian anda sendiri? Dan apakah ketika
membuat produk praktik entrepreneurship dengan ide anda
sendiri atau orang lain?
Narasumber :Alhamdulillah ka saya menggunakan ide sendiri meskipun
terkadang dibantu dengan teman.
140
Dokumentasi Kegiatan di SMPI Mentari Indonesia Bekasi Utara
No Dokumentasi Keterangan
1
Kegiatan BOTANI
proses menanam
bibit sayuran dan
herbal
2
Kegiatan BOTANI
proses menanam
bibit sayuran dan
herbal
3
Kegiatan BOTANI
proses menanam
bibit sayuran dan
herbal
141
4
5
6
Kegiatan BOTANI
proses menanam
bibit sayuran dan
herbal
142
7
Kegiatan bazar dan
entrepreneur day
8
Kegiatan bazar dan
entrepreneur day
9
Kegiatan bazar dan
entrepreneur day
143
10
Kegiatan bazar dan
entrepreneur day
11
Hasil karya praktek
siswa dan siswi
12
Hasil karya praktek
siswa dan siswi
144
13
Hasil karya praktek
siswa dan siswi
12
Kegiatan
pengembangan diri,
outing class ke
bogor kreatif
14
Kegiatan
pengembangan diri
outing class ke pt
sosro
145
PROFIL
SMP ISLAM MENTARI INDONESIA
Kurikulum
Kurikulum sekolah yang membedakan SMP Islam Mentari Indonesia dengan
sekolah lain yang sejenis adalah:
1. Adanya Bidang Studi Enterpreneurship yang diajarkan dengan sistem yang
berbasis CTL (Contekstual, Teaching, and Learning)
2. Media Pembelajaran berbasis ICT (Information Communication Technology)
3. Pembiasaan nilai-nilai keislaman (ta'widh) dan model pembelajaran ISLAMI
(Interactive, Student Centre, Language Collaborate, Active, Modeling, ICT
Based)
Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler pilihan :
a. Photography
b. Karya Ilmiah Remaja
c. Drum Band
d. Palang Merah Remaja
e. Pramuka
f. Paskibra
g. Seni tari
h. Marawis
i. Nasyid
j. Paduan Suara
Ekstrakurikuler wajib :
Pengembangan Enterpreneurship
English Club
Pramuka
Karate
146
Visi: Menjadi Lembaga Pendidikan Islam Berkarakter Entrepreneur Yang Unggul
Dalam Iman, Ilmu, Akhlaq.
Misi :
Berikut misi SMP Islam Mentari Indonesia yang dirumuskan berdasarkan visi
sekolah, sebagai berikut:
1. Menjadikan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai landasan kegiatan.
2. Menumbuh kembangkan jiwa entrepreneurship yang berlandaskan
keislaman dengan mengembangkan kurikulum yang berbasis CTL
(Contextual Teaching and Learning)
3. Memberikan hasil terbaik bagi para stakeholder (Yayasan, Pengguna
Jasa, dan Civitas Akademik).
4. Menggunakan multi kurikulum untuk mendukung implementasi kwalitas
peserta didik yang handal.
5. Mendukung pengembangan jalur informasi dan ilmu pengetahuan
melalui koneksi internet.
6. Menjadikan sekolah sebagai laboratorium pendidikan yang menghasilkan
hasil penelitian yang mutakhir.
7. Membangun kerjasama yang baik dengan Dinas Pendidikan, serta
sekolah menengah di dalam dan luar negeri.
Kedepannya, setiap lulusan SMP Islam Mentari Indonesia diharapkan
akan memiliki:
1. Akhlak yang baik dan melandaskan hidup dengan semangat keislaman.
2. Unggul dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi terkini.
3. Mandiri, kreatif, serta memiliki semangat dan jiwa entrepreneurship
sehingga mampu bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara.
Logo Sekolah
Logo SMP Mentari Indonesia memiliki makna sebagai berikut :
147
Bunga Matahari dengan jumlah mahkota 11 berwarna kuning melambangkan jumlah
Rukun Islam dan Rukun Iman
Lingkaran berwarna Merah dan Putih melambangkan Bendera Indonesia
Dua Bintang di kanan dan kiri melambangkan cita-cita yang tinggi
Bola Dunia berwarna hijau melambangkan bumi Allah yang terhampar luas
Tulisan Iman-Ilmu-Akhlaq menandakan Visi Sekolah
Tulisan SMP Mentari Indonesia menunjukkan Identitas Sekolah
Program Unggulan
1. Pengembangan karakter entrepreneur siswa.
2. Pemanfaatan IT yang integral dalam pembelajaran.
3. Penerapan Cambridge Curriculum pada pelajaran Math, Science, dan
English.
Sarana Prasarana
1. Kelas multimedia dengan koneksi internet
(Kapasitas maksimal 20 orang).
2. Luas lahan yang proporsional untuk kegiatan belajar mengajar (KBM)
3. Bersekolah di lingkungan taman yang hijau dan indah.
4. Sarana peribadatan
5. Library e-book
6. Green school
7. Auditorium sekolah
8. Laboratorium IPA