penafsiran tentang etika islam menurut m. yunan...
TRANSCRIPT
PENAFSIRAN TENTANG ETIKA ISLAM MENURUT M. YUNAN YUSUF
DALAM TAFSIR JUZ TABARAK “KHULUQUN ‘AZHIM”
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama Islam ( S.Ag)
Oleh:
Solehudin Al-ayubi NIM. 109034000025
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
1439 H/2017 M
iv
ABSTRAK
Solehudin al-Ayubi Penafsiran Tentang Etika Islam Menurut M. Yunan Yusuf Dalam Tafsir Juz Tabarak “Khuluqun ‘Azhim”
Pada Tafsir Juz Tabarak “Khuluqun ‘Azhim” karya Yunan Yusuf memberikan pandangan untuk mempelajari akhlak dari sang pembawa cahaya panutan seluruh ummat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad ketika diutus untuk melakukan perbaikan akhlak mengalami banyak hambatan dan rintangan sampai Nabi Muhammad dianggap memiliki penyakit gila. Tuduhan tersebut dikeluarkan oleh orang yang tidak menerima ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Tuduhan Nabi yang dianggap gila tersebut terdapat dalam pada al-Qur’an surat al-Qalam, dan ketika mengadapi situasi terdapat halangan dan rintangan, Naabi Muhammad mempersiapkan diri dengan tuntunan yang sesuai dengan al-Qur’an. Langkah-langkah yang dijalani Nabi Muhammad untuk mempersiapkan diri terdapat dalam surat al-Muzzammil dan surat al-Muddatsir.
M. Yunan Yusuf dalam karya tafsirnya ingin memberikan pemahaman terhadap kandungan surat yang ada dalam al-Qur’an yaitu surat al-Qalam, al-Muzzammil, dan al-Muddatsir tentang bangaimana akhlak atau etika Islami yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad dalam menghadapi segala halangan dan rintangan dalam melaksanakan dakwah risalahnya yang sesuai dengan petunjuk al-Qur’an.
Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana penafsiran M. Yunan Yusuf mengenai etika Islam dalam Surat al-Qalam, al-Muzzammil dan al-Muddatsir pada tafsir Juz Tabarak “Khuluqun ‘Azhim”.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakakan teknik library research. Tehnik ini merupakan penelitian terhadap buku-buku yang menunjang tema penulisan skripsi, terutama buku Tafsir karya Yunan Yusuf yang menjadi sumber primer.
Hasil penelitian yang didapat diketahui bahwa (1) dalam surat al-Qalam didapat 7 ayat yang membahas tentang etika Islam yaitu ayat 3, 2,4,8,10,11,12 dan 13 etika yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut seputar etika dalam hubungan sosial dengan masyarakat (2) dalam surat al-Muzzammil telah didapat 3 ayat yang membahas tentang etika Islam yaitu pada ayat 4, 8 dan 10, etika Islam yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut adalah etika dalam beribadah dan menghadapi cobaan dalam hiidup (3) dalam surat al-Muddatsir telah didapat 7 ayat yang membahas tentang etika Islam yaitu terdapat pada ayat 4, 5,6,7 23,24 dan 25. Etika yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut adalah seputar etika dalam berdakwah dan etika menghadapi cobaan-cobaan yang muncul dalam berdakwah.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan dalam jumlah yang begitu banyak. Tuhan yang senantiasa tidak henti-hentinya mencurahkan rahmat, ilmu, petunjuk, dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan dinamika yang indah.
Shalawat teriring salam mudah-mudahan senantiasa terlimpahcurahkan kepada nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan seluruh pengikut setianya atas inspirasi yang begitu mengagumkan.
Dalam penulisan skripsi ini, alhamdulillah begitu banyak pengalaman, pelajaran, dan hikmah yang penulis peroleh yang diharapkan semua itu mampu membuat penulis lebih dewasa, bijak, dan bermanfaat bagi penulis pribadi dan masyarakat luas pada umumnya.
Dengan penuh kesadaran penulis menyadari bahwa skripsi yang berjudul
“Penafsiran Tentang Etika Islam Menurut M. Yunan Yusuf Dalam Tafsir Juz Tabarak “Khuluqun ‘Azhim” ini jauh dari kesempurnaan dan tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Seperti juga perjalan studi yang penulis lalui dari awal hingga akhir, mustahil tercapai kesuksesan yang dijalani dengan sendirian, karena dibalik keberhasilan selalu ada lingkaran lain yang memberikan semangat, motivasi, bimbingan dan doa.
Kebahagiaan yang tak ternilai bagi penulis secara pribadi adalah dapat mempersembahkan yang terbaik kepada orang tua dan keluarga. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapn terimkasih kepada pihak-pihak yang telah berjasa dalam penyelesaian skripsi ini, diantaranya:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta para pembantu Dekan.
3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA., selaku Ketua Jurusan Tafsir Hadis dan Ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis.
4. Bapak Moh. Anwar Syarifuddin, MA., selaku pembimbing yang selalu meluangkan waktunya untuk mengoreksi tulisan ini sampai proses penulisan skripsi ini selesai.
vi
5. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin yang telah memberikan dedikasinya dalam mendidik penulis, memberikan ilmu, pengalaman, serta pengarahan kepada penulis selama mas perkuliahan.
6. Kepada kedua orang tua penulis yang telah mensuport baik materiil maupun moril.
Terakhir penulis berharap semoga skripsi ini sedikit banyak dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi awal untuk memotivasi penulis untuk terus berkarya. Dan semoga Allah SWT selalu member limpahan berkah dan membalas semua kebaikan pihak-pihak yang turut serta membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Amin yarabbal alamin….
Ciputat, 24 Agustus 2016
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN TIM PENGUJI .............................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................... iv
KATA PENGANTAR................................................................................ v
DAFTAR ISI............................................................................................ v
PEDOMAN TRANSLITERASI.................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Beakang ......................................................................... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ............................................ 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5
E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 5
F. Metode Penelitian ..................................................................... . 6
G. Sistematika Penulisan ................................................................ . 7
BAB II RIWAYAT HIDUP M. YUNAN YUSUF
A. Biografi Yunan Yusuf ................................................................. 9
B. Karya M. Yunan Yusuf ............................................................... . 11
C. Corak Karya tafsir M. Yunan Yusuf ............................................. . 13
vii
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAQ ATAU ETIKA DALAM
ISLAM
A. Pengertian Akhlak ......................................................................... 16
B. Macam-macam Jenis Akhlak........................................................... 22
1. Akhlak mahmudah/karimah (terpuji) ......................................... 23
2. Akhlak madzmumah/sayyiah (Tercela) ....................................... 27
C. Sumber Akhlak Dalam Islam .......................................................... 31
BAB IV PENAFSIRAN TENTANG ETIKA ISLAM DALAM SURAT AL-QALAM,
AL-MUZZAMMIL DAN AL-MUDATSIR MENURUT M. YUNAN YUSUF
DALAM TAFSIR JUZ TABARAK KHULUQUN ‘AZHIM
A. Penafsiran Etika Islam Pada Surat al-Qalam Menurut M. Yunan Yusuf
dalam Tafsir Juz Tabarak Khuluqun ‘Azhim ...................................... 34
1. Kandungan Surat al- Qalam ...................................................... 34
2. Tafsir Etika Islam dalam Surat al- Qalam ................................... 34
B. Penafsiran Etika Islam Pada Surat al- Muzzammil Menurut M. Yunan Yusuf
dalam Tafsir Juz Tabarak Khuluqun ‘Azhim ...................................... 40
1. Kandungan Surat al- Muzzammil ............................................... 40
2. Tafsir Etika Islam dalam Surat al- Muzzammil ............................. 41
C. Penafsiran Etika Islam pada Surat al- Mudatsir Menurut M. Yunan Yusuf
dalam Tafsir Juz Tabarak Khuluqun ‘Azhim ...................................... 44
1. Kandungan Surat al- Mudatsir .................................................. 44
2. Tafsir Etika Islam dalam Surat al- Mudatsir ................................ 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
viii
A. Kesimpulan .................................................................................. 50
B. Saran .......................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
Penulisan transliterasi huruf Arab-Latin dalam skripsi ini, penulis
berpedoman ke UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berikut adalah daftar aksara
Arab dan padanannya dalam aksara latin:
Huruf Arab Huruf Latin
a ا
b ب
t ت
ts ث
j ج
ḥ ح
kh خ
d د
dz ذ
r ر
z ز
s س
sy ش
ṣ ص
ḍ ض
x
ṭ ط
ẓ ظ
‘ ع
gh غ
f ف
q ق
k ك
l ل
m م
n ن
w و
h ه
’ ء
y ي
Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diflong.
Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
xi
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai
berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ي
Ai a dan i
و Au a dan u
Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
—ا
ā a dengan topi di atas
—ى
ī i dengan topi di atas
—و
ū u dengan topi di atas
Tanda Vokal Arab
Tanda vokal latin Keterangan
a fatẖah
i
kasrah
u ḏammah
xii
Kata Sandang
Kata sandang, yang sistem dalam aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu ال dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti hurf syamsiyyah
maupun qamariyah. Contoh: al-rijȃl bukan ar-rijȃl, al-dȋwȃn bukan ad-dȋwȃn.
Syaddah (Tasydȋd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda ( ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini
tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata
sandang yang diikuti huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata الضرورة tidak
ditulis aḏ-ḏarȗrah melainkan al-ḏarȗrah, demikian seterusnya.
Ta Marbȗṯah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbȗṯah terdapat pada
kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/
(lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbȗṯah tersebut
diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2), namun, jika huruf ta marbȗṯah
tersebut diikuti kata benda (ism) (lihat contoh 3), maka huruf tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf /t/. Contohnya:
No Kata Arab Alih Aksara
ṯarȋqah طریقة 1
al-jȃmi‘ah al-islȃmiyyah الجامعة اإلسالمیة 2
waẖdat al-wujȗd وحدة الوجود 3
xiii
Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti
ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa
Indonesia, antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal, nama
tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri
didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf
awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. (contoh: Abȗ
Ḫamȋd al-Ghazȃlȋ bukan Abȗ Ḫamȋd Al-Ghazȃlȋ, al-Kindi bukan Al-Kindi).
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic)
atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak
miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh ysng berasal
dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar
katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani,
tidak ‘Abd al- amad al-Palimb n ; Nuruddin al-Raniri, tidak N r al-D n al-
R n r .
Cara Penulisan Kata.
Setiap kata, baik kata kerja (fi’il), kata benda (ism), maupun huruf (ẖarf)
ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-
xiv
kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di
atas:
Kata Arab Alih Aksara
dzahaba al-ustȃdzu ذهب األستاذ
راألج تثب tsabata al-ajru
al-ẖarakah al-'aṣriyyah احلركه العصرية
asyhadu an lȃ ilȃha illȃ Allȃh أشهد أن ال إله إأل اهللا
Maulana Malik al-Ṣaliẖ موالنا ملك الصالح
yu' atstsirukum Allȃh يؤثركم اهللا
al-maẕȃhir al-'aqliyyah املظاهر العقلية
al-ȃyȃt al-kauniyyah األيات الكونية
al-ḏarȗurat tubȋẖu al-mahẕȗrȃt الضرورة تبيح المحظورات
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci yang di turunkan oleh Allah SWT melalui
perantara malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an adalah
kitab suci yang berfungsi sebagai petunjuk bagi ummat manusia. Di dalamnya
terdapat dasar-dasar ajaran agama Islam yang menjabarkan tentang adanya
perintah-perintah dan larangan-larangan, selain itu al-Qur’an juga menjelaskan
mana yang baik dan mana yang buruk. Semua ajaran agama Islam sudah
tercatat di dalam al-Qur’an seperti sejarah, filsafat, politik, hukum, akidah,
akhlak, dan hal yang lainnya yang berhubungan dengan ibadah. Hal-hal
tersebut merupakan petunjuk bagi ummat manusia untuk dapat selamat di
dunia maupun akhirat.1
Untuk mengungkap dan memahami semua ajaran yang terdapat di
dalam al-Qur’an tidak dapat dilakukan tanpa menggunakan ilmu-ilmu al-
Qur’an. Ilmu-ilmu yang dapat membantu untuk mengungkapkan dan
memahami al-Qur’an salah satunya menggunakan ilmu tafsir. Ilmu tafsir
merupakan ilmu yang dapat menjelaskan tentang isi dan kandungan setiap ayat
yang ada di al-Qur’an2. Dari ilmu tafsir tersebut kita mendapatkan informasi
1 Dwi Haryanto, “Corak Pemikiran Kalam Tafsir Khuluqun ‘Azhim Juz Tabarak Karya Yunan
Yusuf” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2016), h. 1-2. 2 Haryanto, “Corak Pemikiran Kalam Tafsir Khuluqun ‘Azhim Juz Tabarak Karya Yunan Yusuf”
h. 3.
1
2
isi dan kandungan ayat al-qur’an sehingga mudah dipahami oleh setiap ummat
Islam.
Salah satu kandungan yang ada di dalam al-qur’an adalah akhlak. Islam
sangat erat kaitannya dalam mengajarkan tentang akhlak dan moral
sebagaimana hadis nabi yang dikutip dari buku tafsir Yunan Yusuf yang
berjudul Tafsir Juz Tabarak “Khulqun ‘Azhim” yaitu:
“Tidaklah aku diutus, kecuali untuk menyempurnakan akhlak manusia”
Dari hadis tersebut menjelaskan bahwa Nabi Muhammad diutus untuk
membangun dan menyempurnakan akhlak manusia. Kata yang memiliki drajat
yang sama dengan kata akhlak adalah etika. Dalam kaitannya antara akhlak dan
etika digambarkan seperti ruh dan jasad. Akhlak adalah ruh sedangkan etika
adalah jasadnya.3 Menurut Rachmat Jatnika menyebutkan bahwa kata etika
sering disebut sinonim dengan kata akhlak dan moral.4 Jika dilihat dari
fungsinya etika dan akhlak memiliki kesamaan seperti menentukan hukum atau
nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia baik dan buruknya.5
Salah satu ayat al-Qur’an yang memerintahkan untuk berakhlak baik
terdapat pada surat Al-Ahzab ayat 21 yang artinya: “Sungguh, telah ada pada
diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang
mengharap rahmat Allah dan kedatangan Hari Kiamat dan yang banyak
mengingat Allah. Dan pada surat lainnya al-Qalam ayat 4 yang artinya: “Dan
sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur”.
3 Yunan Yusuf, Tafsir Juz Tabarak “Khuluqun ‘Azhim”, (Tangerang: Lentera hati, 2013), h.10-11. 4 Rachmat Jatnika, Sistem Etika Islami, (Jakarta: Widjaya,1992), h. 70. 5 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2003), h. 97.
3
Dalam dewasa ini banyak peranan etika akhlak tidak diterapkan dalam
kehidupan masyarakat yang sudah diajarkan oleh Nabi Muhammad yang sesuai
dengan kandungan yang ada dalam al-qur’an.
Pada Tafsir Juz Tabarak “Khuluqun ‘Azhim” karya Yunan Yusuf
memberikan pandangan untuk mempelajari akhlak dari sang pembawa cahaya
panutan seluruh ummat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW. Nabi
Muhammad ketika diutus untuk melakukan perbaikan akhlak mengalami
banyak hambatan dan rintangan sampai Nabi Muhammad dianggap memiliki
penyakit gila. Tuduhan tersebut dikeluarkan oleh orang yang tidak menerima
ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Tuduhan Nabi yang dianggap gila
tersebut terdapat dalam pada al-qur’an surat al-qalam, dan ketika mengadapi
situasi terdapat halangan dan rintangan, Naabi Muhammad mempersiapkan diri
dengan tuntunan yang sesuai dengan al-qur’an. Langkah-langkah yang dijalani
Nabi Muhammad untuk mempersiapkan diri terdapat dalam surat al-
Muzzammil dan surat al-Muddatsir.6
Penjelasan di atas, dapat terlihat bahwa M. Yunan Yusuf dalam karya
tafsirnya ingin memberikan pemahaman terhadap kandungan surat yang ada
dalam al-Qur’an yaitu surat al-Qalam, al-Muzzammil, dan al-Muddatsir
tentang bangaimana akhlak atau etika Islami yang dicontohkan oleh Nabi
Muhammad dalam menghadapi segala halangan dan rintangan dalam
melaksanakan dakwah risalahnya yang sesuai dengan petunjuk al-Qur’an.
6 Yunan Yusuf, Tafsir Juz Tabarak “Khuluqun ‘Azhim”, h.14.
4
Dalam konteks inilah penulis tertarik untuk membahas suatu judul
skirpsi yakni “Penafsiran Tentang Etika Islam Menurut Yunan Yusuf
Dalam Tafsir Juz Tabarak “Khuluqun ‘Azhim”
B. Batasan dan Rumusan masalah
Berdasrkan hasil karya penafsiran al-qur’an Yunan Yusuf, banyak hal
menarik yang dapat diperoleh darinya. Kesemuanya itu tidak mungkin dapat
dibahas dalam satu kali penulisan, oleh karena itu penulis membatasi masalah
dalam skripsi ini hanya pada identifikasi penafsiran terhadap etika Islam yang
terdapat dalam surat al-Qalam, al-Muzzammil, Dan surat al-Muddatsir.
Atas dasar latar belakang dan batasan masalah sebagaimana yang telah
dipaparkan di atas, penulis merumuskan rumusan massalah sebagai berikut:
1. Bagimana penafsiran etika Islam dalam Surat al-Qalam menurut M.
Yunan Yusuf dalam Tafsir Tafsir Juz Tabarak Khuluqun ‘Azhim ?
2. Bagimana penafsiran etika Islam dalam Surat al-Muzzammil menurut M.
Yunan Yusuf dalam Tafsir Tafsir Juz Tabarak Khuluqun ‘Azhim ?
3. Bagimana penafsiran etika Islam dalam Surat al-Muddatsir menurut M.
Yunan Yusuf dalam Tafsir Tafsir Juz Tabarak Khuluqun ‘Azhim ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk menguraikan penafsiran etika Islam dalam Surat al-Qalam menurut
M. Yunan Yusuf dalam Tafsir Tafsir Juz Tabarak Khuluqun ‘Azhim
5
2. Untuk menguraikan penafsiran etika Islam dalam Surat al-Muzzammil
menurut M. Yunan Yusuf dalam Tafsir Tafsir Juz Tabarak Khuluqun
‘Azhim
3. Untuk menguraikan penafsiran etika Islam dalam Surat al-Muddatsir
menurut M. Yunan Yusuf dalam Tafsir Tafsir Juz Tabarak Khuluqun
‘Azhim
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat kegunaan yang signifikan baik dalam
kegunaan akademik maupun kegunaan dalam masyarakat pada umumnya.
Dalam kegunaan akademik penelitian ini berguna untuk syarat kelulusan
untuk mendapat gelar sarjana, dan selain kegunaan akademik penelitian ini
juga berguna bagi masyarakat umum untuk mengetahui Penfasiran tentang
etika Islam menurut Yunan Yusuf dalam Tafsir Juz Tabarak “Khuluqun
‘Azhim”.
E. Tinjaun Pustaka
Buku-buku yang membahas tentang tema penulisan skripsi ini sangat
banyak, namun penulis hanya menemukan beberapa buku yang menjadi pusat
kajian. Berikut ini adalah nama-nama buku yang penulis temukan yang
dijadikan sumber kajian:
Karya M. Yunan Yusuf yang berjudul Tafsir Juz Tabarak “Khuluqun
‘Azhim” diterbitkan oleh Lentera Hati. Buku ini adalah tafsiran dari surat-
surat yang ada di dalam al-qur’an dengan fungi untuk memberikan
pemahaman tentang maksud dari makna yang terkandung di dalam al-qur’an.
6
Skripsi hasil penelitian dari Dwi Haryanto dari Fakultas Ushuluddin
Universitas UIN Syarif Hidayatullah dengan judul penelitian “Corak
Pemikiran Kalam Tafsir Khuluqun ‘Azhim Juz Tabarak Karya M. Yunan
Yusuf”. Skripsi ini menjelaskan bahwa hasil karya tafsir dari Yunan Yusuf
memiliki corak tersendiri yang membedakan dengan karya tafsir yang lain.
Didalamnya pula terdapat biografi perjalanan hidup M. Yunan Yusuf.
Buku “Akhlak dan Adab Islami” karya Chiruddin Hadhiri SP.
Menjelaskan bagaimana akhlak dan adab yang baik sesuai dengan ajaran
agama Islam. Dari sini penulis menemukan informasi sebagai pendukung dari
buku yang dijadikan sumber primer tentang akhlak dan adab.
Buku “Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar karya M. Yunan
Yusuf”, buku ini menjelaskan tentang corak pemikiran sastra budaya
kemasyarakatan yang membantu penulis mendapatkan informasi tentang jenis
corak pemikiran yang dilakukan oleh M. Yunan Yusuf dalam menuliskan
tafsirnya.
F. Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi, penulis melakukan penelitian dengan
menggunakan tehnik library research. Tehnik ini merupakan penelitian
terhadap buku-buku yang menunjang tema penulisan skripsi, buku Tafsir
karya Yunan Yusuf yang menjadi sumber primer. Namun selain buku yang
bersifat primer, adapula buku-buku yang bersifat sekunder seperti buku
Rachmat Jatnika yang berjudul Sistem Etika Islami atau buku-buku yang
lainnya yang membantu buku primer dalam penjelasnnya.
7
Sedangkan dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan
metode deskriptif-analitis. Metode deskriptif adalah suatu metode yang
menggambarkan status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Metode analisis
ialah untuk menganalisa (menguji) hipotesa-hipotesa dan mengadakan
interpretasi yang lebih mendalam tentang hubungan fakta-fakta, sifat-sifat
antar fenomena yang diselidiki. Penelitian ini diarahkan kepada penafsiran
tentang etika Islam Menurut Yunan Yusuf dalam Tafsir Juz Tabarak
“Khuluqun ‘Azhim”. Adapun teknis penulisan dalam penelitian ini adalah
mengacu pada buku pedoman Akademik periode 2011-2012.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Skripsi ini terbagi kedalam lima bab
pembahasan adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang menjelaskan, latar
belakang diangkatnya masalah ini, batasan dan perumusan masalah penelitian
agar penelitian ini terfokus, serta tujuan diangkat dan dihadirkan untuk
khalayak pembaca, dalam bab ini juga membahas kajian kepustakaan untuk
menelusuri peneliti-peneliti terdahulu yang mengkaji pemikiran Yunan Yusuf
yang berkaitan dengan penafsiran al-qur’an untuk dijadikan alasan yang
membedakkannya dengan penelitian ini, metodologi penelitian menjadi
penting untuk menunjukkan bahwa penelitian ini berdasrkan metodologi
tertentu serta sistematika pembahasan untuk menggambarkan pembahasan
dalam penelitian ini.
8
Bab kedua membahas tentang biografi Yunan Yusuf yang bermula
dari penyusunan sampai latar belakang pemikiran, karya-karya, dan metode
penafsiran yang terdiri dari sumber, metode, dan corak yang berbentuk sosial.
Bab ketiga mengenai tinjauan umum tentang akhlak yang terdapat
dalam al-qur’an. Tinjaun umum ini diambil dari pandangan para mufassir
dalam menafsirkan al-qur’an yang berkaitan tentang akhlak.
Bab keempat mengidentifikasi tentang penafsiran etika Islam yang
terdapat pada al-qur’an surat al-qalam, al-Muzzammil, dan al-muddatsir pada
karya Yunan Yusuf yang berjudul Tafsir Juz Tabarak “Khuluqun ‘Azhim”.
Bab kelima terdiri dari kesimpulan yang merupakan jawaban dari
rumusan masalah dalam penelitian ini. Ditunjukkan untuk mendeskripsikan
tentang jawaban-jawaban dari rumusan masalah, penulis membuka diri dalam
kritikan dan saran agar kajian ini menjadikan lebih sempurna.
9
BAB II
RIWAYAT HIDUP YUNAN YUSUF
A. Biografi Yunan Yusuf
Yunan Yusuf, lahir di pasar Sorkam Sibolga, Kabupaten Tapanuli
Tengah Sumatra Utara, pada tanggal 19 Januari 1949 M dan merupakan putera
kedua dari empat bersaudara. Yunan Yusuf saat ini berdomisili di Jalan Solo
No. 21 RT/RW 007/002 Cempaka Putih, Ciputat, Tanggerang 15412.
Kehidupan berumah tangga dijalaninya bersama istrinya yang bernama Iriyanis
Tanjung sejak 1979. Kini telah dikaruniai empat putera-puteri, masing-masing
bernama: Zuhairan Yunmi Yunan, Zahraini Yumna Yunan, Zulfahmi Yasir
Yunan, dan Zuhdayanti Yufna Yunan.1
Latar belakang pendidikan Yunan Yusuf, beliau melaksanakan
pendidikan pada Sekolah Rakyat dan Madrasah Ibtidaiyah. Pada saat itu
sekolah rakyat dan madrasah ibtidaiyah memiliki pelaksanaan waktu belajar
yang berbeda, untuk sekolah rakyat dilaksanakan pada waktu pagi hari,
sedangkan madrasah ibitidiyah dilaksanakan pada waktu sore hari. Setelah
pendidikan keduanya sudah selesai, beliau melanjutkan pendidikannya ke
PGAP Muhammadiyah di Sibolga sampai tahun 1967 M. kemudian pada tahun
1970 M, beliau Yunan Yusuf pergi menuju padang panjang, Sumatera Barat
1 M. Yunan Yusuf, “Corak Pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar: Sebuah Telaah Tentang Pemikiran
Hamka Dalam Teologi Islam”, Disertasi, Fakultas Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1989, h. 261-263.
9
10
untuk mengikuti Kulliyatul Muballighin Muhammadiyah dan ujian extraineri
PGA Negeri Bukit Tinggi.2
Untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, M. Yunan Yusuf
pertama kali mengikuti kegiatan perkuliahan di Fakultas Ilmu Agama Jurusan
Dakwah (FIAD) Universitas Muhamadiyah Sumatera Barat di Padang Panjang
dan memperoleh gelar Bachelor of Art (BA) dengan judul risalah “al-Qur’an
al-Karim A’zamu Mu’jizat li an-Nabi Muhammad saw” pada tahun 1973 M.
Setelah itu ia melanjutkan studi pada Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang berhasil diselesaikan pada tahun 1978 M dengan
judul skripsi “Aliran Kepercayaan dan Islam: Sebuah Studi Perbandingan
tentang Ajaran Ketuhanan yang Maha Esa3”.
Yunan Yusuf diangkat sebagai pengajar (dosen) pada Fakultas
Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sejak 1982 M, di tahun yang
sama ia mendapatkan tugas belajar untuk program S2 yang diselesaikannya
pada tahun 1986 M dan melanjutkan kembali program pendidikan S3 pada
Fakultas Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada Badan Litbang Departemen Agama, nama Yunan Yusuf sudah
tercatat dengan melakukan penelitian Ilmiah yangpernah ia ikuti, antara lai
adalah penelitian tentang agama dan perubahan sosial yang kemudian
menghasilkan sebuah monografi yang berjudul “ Sebuah Sketsa tentang Efek
Siaran TVRI Terhadap Kesadaran Beragam di Kalangan Pelajar PGA 2 M. Yunan Yusuf, “Corak Pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar: Sebuah Telaah Tentang Pemikiran
Hamka Dalam Teologi Islam”, Disertasi, Fakultas Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1989, h. 261-263.
3 Dwi Haryanto, “ Corak Pemikiran Kalam tadsir Khuluqu ‘Azhim Juz Tabarak Karya Yunan Yusuf” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negri Jakarta, 2016),h.33
11
Muhammadiyah Ciputat tahun 1979 M”, penelitian kepustakaan dengan judul “
Hamka dan Ajaran Tasawufnya”. Dari hasil penelitiannya ia sampaikan dalam
diskusi dan seminar ilmiah untuk menyampaikan makalah di berbagai Forum,
ia juga aktif menulis di berbagai media, antara lain; Studi Islamika, Mimbar
Agama dan Budaya, Didaktika Islamika, Refleksi dan Panji Masyarakat.
Karya tulisannya yang telah dipublikasikan adalah “ Cita dan Citra
Muhammadiyah” diterbitka oleh Pustaka Panjimas, Jakarta, 1985 M (sebagai
penghimpun bersama Syaiful Ridjal dan Anwar Abbas), “Kemuhammadiyahan
Kajian Pengantar” diterbitkan Yayasan Perkasa, Jakarta 1998 M. disamping
sebagai dosen pada Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
juga aktif memberikan kuliah pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial IKIP Muhammadiyah Jakarta dan Ushuluddin dan Fakultas Tarbiyah
Uneversitas Muhammadiyah Jakarta. 4
B. Karya Yunan Yusuf
Yunan Yusuf merupakan seorang penulis yang telah menghasilkan
banyak karya tulis. Karya tulis yang dihasilkan mayoritas membahas tentang
kehidupan sosial keagamaan baik dalam kehidupan sosial di masyarakat
maupun tentang etika beragama. Berikut ini adalah karya ilmiah yang
dihasilkan oleh Muhammad Yunan Yusuf :
1. Cita dan Citra Muhammadiyah (Pustaka Panjimas, Jakarta, 1985),
2. Kemuhammadiyahan: Kajian Pengantar (Yayasan Pembaharu,
Jakarta,1988),
4 Dwi Haryanto “ Corak Pemikiran Kalam Tafsir Khuluqun ‘Azhim Juz Tabarak Karya Yunan
Yusuf”, h.34.
12
3. Al-Islam 1 (Yayasan Perkasa, Jakarta, 1988),
4. Alam Pemikiran Islam Pemikiran: Pemikiran Kalam (Yayasan Perkasa
Jakarta, 1998)
5. Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar (cet. II, Penamadani, Jakarta,
2003)
6. Tafsir Juz Tabarak “ Khuluqun ‘Azhim Juz Tabarak” (Lentera Hati
Ciputat, 2013)
7. Tafsir Bunyanun Marshush Juz Qod Sami’Allah (Lentera Hati, Ciputat,
2014)
8. Al-qur’an di Bumi, dalam buku Agama di Tengah Kemelut (Mediacita,
Jakarta, 2001)
9. Tafsir Juz ‘Amma As-Siraj’I Wahhaj (Cet. I, Lentera Hati, Ciputat, 2013)
10. Gerakan Kultural Islam Mencari Bentuk, dalam buku Kehampaan
Spiritual Masyarakat Modern (Mediacita, Jakarta, 2000),
11. Tafsir Hikmatun Balighah Jux Qala Fama Khathbukum (Lentera Hati,
Ciputat, 2015).5
Dari salah satu karyanya yaitu yang berjudul Tafsir Juz Tabarak
“Khuluqun ‘Azhim Juz Tabarak” digunakan untuk menjawab tantangan dari
para kaum Orientalis yang banyak memandang bahwa Al-qur’an karya ilmiah
yang tidak tersusun secara sistematis dengan adanya salah satu ilmu al-Qur’an
yang berupa ilmu musabaqoh. Al-Qur’an merupakan bukan bentuk dari karya
ilmiah namun berupa kitab suci yang diturunkan oleh Alloh SWT. Selain untuk
5 Dwi Haryanto, “ Corak Pemikiran Kalam Tafsir Khuluqun ‘Azhim Juz Tabarak Karya Yunan
Yusuf”, h. 35
13
mnjawab tantangan dari para kaum orientalis, juga ditunjukkan terhadap
permasalahan akan karakteristik dari para pemuda yang mengkaji al-Qur’an,
namun sangat disayangkan pemuda yang tertarik akan pengkajian al-Qur’an
dengan beraninya menafsirkan Al-qur’an dengan metode yang keliru. Para
pemuda mengkaji dengan menafsirkan al-Qur’an berlandasan dengan al-
Qur’an terjemahan dari karya terjemahan yang sudah ada. Sehingga dengan
menggunakan metode tersebut menghasilkan penafsiran yang salah kaprah dan
sulit untuk dipertanggung jawabkan. Dari kondisi yang seperti ini ada nilai
positif dan nilai negative yang terjadi. Nilai positif yang terjadi adalah para
pemuda sangat tertarik akan pengkajian Al-qur’an sehingga mendapat nilai
tambahan tentang ilmu agama, namun nilai negatif yang terjadi adalah akan
muncul pemahaman-pemahaman yang abru tentang kandungan Al-qur’an yang
tidak mudah untuk dipertanggung jawabkan6.
C. Corak Karya Tafsir Yunan Yusuf
Dalam melakukan penafsiran Al-Qur’an, para ulama mufassir memiliki
latar belakang yang berbeda sehingga memiliki peran yang sangat berbeda.
Dalam hal tersebut muncul suatu tafsir dan corak yang menjadi cirri khas yang
berbeda dalam menjelaskan Al-qura’an sesuai dengan kelilmuan yang dimiliki
oleh setiap mufassir. Ketika mendiskusikan tentang keterpengaruhan tafsir
maka tidak lepas akan perbincangan corak tafsir. Setiap pemikiran yang
berbeda ini merupakan suatu hal yang sudah biasa, perbedaan disebabkan dari
kadar ilmu yang dimiliki atau latar belakang pemikiran. Selain itu yang
6 Dwi Haryanto, “ Corak Pemikiran Kalam Tafsir Khuluqun ‘Azhim Juz Tabarak Karya Yunan
Yusuf”, h. 37
14
menyebabkan perbedaan dalam pemikiran adalah pengaruh lingkungan,
kondisi sosial politik, pengalaman-pengalaman, dan penemuan-penemuan
ilmiah.7
Dalam bukunya yang berjudul Aliran-Aliran Tafsir Abdul Mustaqim,
berpandangan bahwa corak tafsir dapat disebut sebagai Al-laun dalam bahasa
Indonesia yang artinya warna. Jadi dapat dikatakan bahwa corak tafsir adalah
nuansa yang indah dan khusus yang memberikan warna tersendiri dalam ilmu
tafsir. 8
Pada saat menafsirkan Al-qur’an ada beberapa corak penafsiran dilihat
dari sudut pandang bahasa, filsafat dan kalam, penafsiran ilmiah, fiqih atau
hukum, dan corak tasawuf. Namun ketika masa Muhammad Abduh corak-
corak penafsiran mulai berkurang lebih kepada corak penafsiran sastra budaya
dan kemasyarakatan (Ijtihad). Ijtihad yang dilakukan oleh para mufassir
sehingga memunculkan corak-corak penafsiran seperti corak sastra kebahasaan
dan corak filsafat dan kalam, penafsiran ilmiah, fikih (hukum), tasawuf,
Kemasyarakatan9.
Yunan Yusuf dalam karya tafsirnya yang berjudul “ Tafsir Juz Tabarak
Khuluqun ‘Azhim” menggunakan corak yang berbeda. Ketika menjelaskan ayat
Al-qur’an dengan tema ketauhidan menggunakan corak pemikiran kalam,
sedangkan dalam menjelaskan Al-qur’an yang bertemakan sosial menggunakan
corak fikih (hukum).
7 Abdul Syukur, Mengenal Corak Tafsir Al-qur’an, (El-Furkonia, no. 1, 2015), h. 83 8 Abdul Mustakim, Aliran-aliran Tafsir “ Dari Periode Klasik hingga Kontemporer”, (Yogyakarta,
Kreasi Warna, 2010), h. 12. 9 Muhammad Quraish Shihab, Membunyikan Al-qur’an, Cet. V, (Bandung, Mizan, 1993), h.72.
15
Corak fikih (hukum) merpakan corak penafsiran al-Qur’an yang
menjelaskan tentang hukum dan kehidupan sosial. Masa Rasulullah umat islam
untuk dapat memahami ayat-ayat al-Qur’an dengan bertanya kepada
Rasulullah, namun ketika Rasulullah wafat, para sahabat menemukan
permasalahan yang membutuhkan penyelesaian dengan penggalian hukum.
Ayat-ayat al-Qur’an yang masih memiliki arti yang samar para sahabat
menggunakan landasan berupa hadis dan mengambil kesimpulan dari
pemahamannya. Dan pada masa setelah para sahabat terhadap ilmu fikih
memiliki mazhab yang berbeda dimana setiap golongan berusaha untuk
membuktikan kebenarannya dengan pemikiran dari ulama yang dijadikan
mazhabnya dalam memahami al-Qur’an10.
Yunan Yusuf dalam menafsirkan ayat al-Qur’an yang berhubungan
dengan kehidupan sosial, ia menggunakan dasar-dasar berupa hadis, ijma para
ulama dan menggunakan teori-teori yang disesuaikan dengna fakta sosila yang
terjadi. Dengan pemikiran yang memiliki dasar mengakibatkan karyanya
sangat komperhensif dan mudah untuk dipahami.
10 Muhammad Al-Sayyid Al-dhahbi, Al-Tafsir wa al-mufassir, jilid II, h. 319.
16
BAB III TINJAUAN UMUM
TENTANG AKHLAQ ATAU ETIKA DALAM ISLAM
A. Pengertian Akhlaq
Ada dua pendekatan yang digunakan untuk mendefinisikan ahlaq,
yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan), dan pendekatan terminologik
(istilah). Secara bahasa kata akhlaq berasal dari bahasa Arab, yakni jama’ dari
“khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, tata
krama, sopan santun, adab, dan tindakan. Kata ahlaq juga berasal dari kata
khalaqa atau khalaqun artinya kejadian, serta erat hubungan dengan “Khaliq”
yang artinya menciptakan, tindakan, atau perbuatan, sebagaimana terdapat
kata al-khaliq yang artinya pencipta dan makhluq yang artinya diciptakan1.
Kata “ahlaq” berasal dari bahasa Arab, yaitu isim masdar (bentuk
infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan)
tsulasi majid af’ala yuf’ilu if’alan yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-
thabi’ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-
maru’ah (peradaban yang baik), dan ad-din (agama). Kata akhlaq juga isim
masdar dari kata akhlaqa, yaitu ikhlak. Berkenaan dengan ini, timbul pendapat
bahwa secara linguistis, ahlaq merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq,
1 Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Ilmu Ahlaq. (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010) h.
43.
16
17
yaitu isim yang tidak memiliki akar kata. Dalam pengertian umum, ahlaq dapat
dipadankan dengan etika atau nilai moral2.
Para ahli bahasa mengartikan akhlaq dengan istilah watak, tabi’at,
kebiasaan, perangai, dan aturan3. Sedangkan menurut para ahli ilmu
ahlaq,akhlaq adalah sesuatu keadaan jiwa seseorang yang menimbulkan
terjadinya perbuatan-perbuatan seseorang dengan mudah. Dengan demikian,
bilamana perbuatan, sikap, dan pemikiran seseorang itu baik, niscaya jiwanya
baik4.
Adapun pengertian ahlaq atau etika secara terminologik terdapat
perbedaan didalamnya, berikut pandangan para ulama mengenai pengertian
ahlaq :
1. Muhammad bin Illan Ash-Shadiqi
Akhlaq atau etika adalah sesuatu yang ada dalam diri manusia dari
lahir yang dapat menimbulkan hal yang baik dengan cara mudah tanpa
adanya tekanan atau dorongan dari pihak lain. Maksud dari pendapat
tersebut adalah suatu dasar yang ada di dalam diri manusia diberikan oleh
Allah SWT untuk berbuat baik dalam menjlanakna kehidupan di dunia
tanpa adanya pengaruh dari orang lain5.
2 Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Ilmu Ahlaq. (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010) h.
43. 3 Aminuddin, Membangun Karakter Dan KepribadianMelalui Pendidikan Agama Islam,
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006),h. 93 4 M. Mayhur Amin, dkk. Aqidah dan Ahlaq (Yogyakarta : Kota Kembang, 1996),Cet.Ke-3, h. 47 5 Mahjudin, Kuliah Ahlaq Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), Cet.V, h.3.
18
2. Abdul Dirroz
Akhlaq atau etika adalah kekuatan yang ada didalam diri manusia
dimana kekuatan tersebut akan memberikan kecenderungan terhadap diri
manusia untik melakukan perbuatan yang baik atau melakukan perbuatan
yang buruk. Kedua hal tersebut berkombinasi di dalam diri manusia untuk
menjalankan kehidupan6.
3. Ibrahim Aris
Akhlaq atau etika adalah sifat yang tertanam dalam diri manusia
dengan tumbuh macam-macam perilaku baik maupun buruk, tanpa adanya
prsoes berpikir, jadi perilaku tersebut muncul secara murni dari dalam diri
manusia. Akhalq atau etika itu muncul dari hati tanpa ada campur tangan
dari pemikiran manusia untuk melakukan suatu perbuatan dalam
menjalankan kehidupannya7.
4. Imam Al-ghozali
Akhlaq adalah sikap atau keadaan dari perilaku yang dilakukan oleh
manusia yang berasal dari dalam diri yang meresap sampai ke jiwa, dari hal
tersebut muncul perbuatan-perbuatan yang wajar tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan8.
6 H. A. Musthofa, Ahlaq Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet. III, h. 14 7 Abuddin Nata, Ahlaq Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo, 2003), Cet. V, h. 4 8 Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-ghozali, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet. I, h.
104.
19
5. Alqurtubi
Perbuatan yang bersumber dari diri manusia yang selalu dilakukan,
maka itulah yang disebut ahlaq, karena perbuatan tersebut bersumber dari
kejadiannya9
Dari berbagai macam pendapat ulama diatas tentang pengertian akhlaq
atau etika dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa akhlaq atau etika adalah sifat
yang di dalam jiwa manusia secara murni tanpa ada pemikiran dan
pertimbangan baik dalam melakukan suatu perilaku yang baik maupun perilaku
yang tidak baik.
Di dalam al-Qur’an yang keterangnnya msih murni tentang akhlaq dan
etika perlu untuk dibedakan antara tiga lapis risalah normal. Dalam
menjalankan kehidupan, manusia melaksanakan konsep etis yang terbagi
menjadi tiga kategori, pertama mengacu pada gambaran dari sifat-sifat etis
Allah SWT. Sifat-sifat itulah yang menjadi acuan terhadap prinsip-prinsip dan
kaidah-kaidah tingkah laku manusia yang mengatur hubungan setiap individu-
individu dan hidup didalamnya sebagai komunitas agama Islam. Sifat-sifat etis
Allah SWT., tersusun dari kata-kata seperti pemurah, penyayang, pengampun,
adil, agung. Sifat tersebut menurut para teolog merupakan teori atribut-atribut
ketuhanan yang digambarkan sebagai etika ketuhanan.10
Berikut ini adalah ayat yang menjelaskan tentang gambaran-gambaran
dari sifat etis Allah SWT, dalam surat at-Thaha ayat 8 :
9 Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, Juz VIII, (Kairo : Dar al-Sya’bi, 1913 M),h. 6706 10 Toshihiko Izutsu, Etika Beragama dalam Qur’an, Penerjemah Mansurddin Djoely (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1993). h. 26.
20
Artinya: Dialah Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia. Dia mempunya al-asmaul husna (nama-nama yang baik).(Qs-At-Taha, 8)
Kelompok yang kedua hubungan etis yang mendasar dari manusia dan
Allah SWT, sifat etis Allah SWT, sesungguhnya di dalam Al-Qur’an adalah
Allah SWT., yang mengatur dan bertindak segala sesuatunya terhadap
manusia. Manusia ketika Allah SWT., sudah memperlakukan manusia dengan
sifat yang etis, manusia merespon sikap tersebut dengan respon sikap etis pula.
Sikap etis manusia terhadap Allah SWT., menurut Al-Qur’an adalah agama.
Dengan kata lain manusia seharusnya berprilaku dengan cara menjalankan
perintah-perintah-Nya Allah SWT., dan menjauhi segala larangan-larangan-
Nya. Sebagaimana ayat Al-Qur’an pada surat al-Haj ayat 12:
Artinya:” ia menyeru kepada Allah, sesuatu yang tidak dapat member
mudharat dan tidak (pula) member manfaat kepadanya. Yang dimikian itu adalah kesesatan yang jauh” (Qs Al-Haj,12)
Yang ketiga adalah kelompok yang memiliki kaitannya dengan sifat etis
dasar dari manusia dengan sesamanya dalam suatu komunitas. Kehidupan
manusia semuanya diatur oleh prinsip-prinsip moral tertentu. Serangkaian
ketentuan itu adalah merupakan sebuah sistem etika sosial.11 Sesuai dengan
ayat Al-Qur’an pada surat Al-Insaan ayat 8-11 :
11 Toshihiko Izutsu, Etika Beragama dalam Qur’an, h. 27.
21
Artimya: “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya (dan
dibutuhkannya) kepada orang-orang miskin, anak yatim, dan tawanan perang” (8) “(dalam hati seakan mereka berkata) Sesungguhnya kami memberi makan kepada kalian untuk (mengharap) Wajah Allah, kami tidak menginginkan dari kalian balasan ataupun ucapan terima kasih” (9) “Sungguh kami takut akan (adzab) Tuhan kami pada hari (ketika) orang-orang berwajah muram penuh kesulitan” (10) “Maka Allah memelihara mereka dari keburukan hari itu, dan Allah berikan kepada mereka wajah yang cerah dan kegembiraan (dalam hati)” (Qs. Al-Insaan, 8-11)
Berdasarkan pengertian ahlaq diatas, penulis berpendapat bahwa ada
beberapa ciri dalam perbuatan ahlaq Islami, yaitu:
1. Perbuatan yang yang tertanam kuat dalam jiwa yang menjadi kepribadian
seseorang.
2. Perbuatan yang dilakukan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
3. Perbuatan itu merupakan kehendak sendiri yang dibiasakan tanpa ada
paksaan.
4. Perbuatan itu berdasarkan petunjuk al-Qur’an dan al-Hadits
5. Perbuatan itu untuk berperilaku terhadap Allah, manusia, diri sendiri, dan
makhluk lainnya.
22
B. Macam-Macam Jenis Akhlaq
Sumber untuk menentukan ahlaq dalam Islam, apakah termasuk ahlaq
yang baik atau ahlaq yang tercela, sebagaimana keseluruhan ajaran Islam
lainnya adalah al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw.
Baik dan buruk dalam ahlaq Islam ukurannya adalah baik dan buruk
menurut kedua sumber itu, bukan baik dan buruk menurut ukuran manusia.
Sebab jika ukurannya adalah manusia, maka baik dan buruk itu bisa berbeda-
beda. Seseorang mengatakan bahwa sesuatu itu baik, tetapi orang lain belum
tentu menganggapnya baik. Begitu juga sebaliknya, seseorang menyebut
sesuatu itu buruk, padahal yang lain bisa saja menyebutnya baik12.
Dalam perwujudannya, diri manusia terdapat dua potensi dalam
melakukan perbuatan yaitu perbuatan baik (Akhlaqul Karimah/Mahmudah)
dan perbuatan buruk (Akhlaq Madzmumah). Namun di dalam al-Qur’an telah
memberikan banyak petunjuk bagi manusia untuk melakukan perbuatan yang
baik dan terpuji sebagaimana yang tercantum dalam ayat suci Al-Qur’an pada
surat Al-Balad ayat 10:
Artinya: Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. (yang dimaksud dua jalan dalah jalan kebajikan dan kejahatan) (Qs-Albalad, 10)
Selanjutnya mengenai kebajikan dijelaskakn dalam surat al-Baqarah
ayat 177 sebagi berikut:
12 Hamzah Ya’qub, Etika Islam: Pembinaan Akhlaqul karimah (Suatu Pengantar), (Bandung : CV.
Diponegoro, 1988), h. 35.
23
Artinya: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.(Qs Al-Baqarah, 177)
1. Ahlaq Mahmudah/Karimah (Terpuji)
Yang dimaksud dengan akhlak mahmudah atau terpuji adalah segala
macam sikap dan tingkah laku yang baik (terpuji). Akhlak ini dilahirkan
oleh sifat-sifat mahmudah yang terpendam dalam jiwa manusia13.
Sedangkan berakhlak terpuji artinya menghilangkan semua adat
kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan dalam agama Islam serta
13 A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, h. 197-198.
24
menjauhkan diri dari perbuatan tercela tersebut, kemudian membiasakan
adat kebiasaan baik, melakukannya dan mencintainya14.
Sementara itu, Ahlaq Mahmudah menurut Al-Ghazali adalah prilaku
yang dilakukan sesuai dengan ketentuan dari ajaran agama Islam dimulai
dengan membiasakan diri, melakukan, dan mencintai prilaku sesuai dengan
ketentuan agama Islam. Dapat dikatakan bahwa akhlaq adalah segala sifat
manusia dibuktikan dengan prilaku yang sesuai dengan nilai dan norma
ajaran agama Islam15.
Akhlak yang terpuji berarti sifat-sifat atau tingkah laku yang sesuai
dengan norma-norma atau ajaran Islam. Adapun contoh akhlak yang terpuji
adalah sebagai berikut:
a. Taubat
Taubat adalah suatu sikap yang menyesali perbuatan buruk yang
pernah dilakukannya dan berusaha menjauhinya serta melakukan
perbuatan baik. Sifat ini dikategorikan sebagai taat lahir dilihat dari
sikap dan tingkah laku seseorang, namun penyesalannya merupakan taat
batin. Bertaubat merupakan tahapan pertama dalam perjalanan menuju
Allah. Taubat adalah kata yang mudah diucapkan, karena mudah dan
terbiasa, inti makna yang dikandungnya menjadi tidak nampak, padahal
kandungan maknanya tidak akan dapat direalisasikan hanya dengan
perkataan lisan dan kebiasaan menyebutkannya16.
14 Asmaran As., Pengantar Studi Akhlak, h. 204 15 Asmaran As, Pengantar Studi Ahlaq, Cet. II (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 1994), h. 204. 16 Noerhidayatullah, Insan Kamil. Metode Islam Memanusiakan Manusia, (Bekasi: jIntimedia dan
Nalar, 2002), h. 34.
25
Orang yang telah berbuat dosa wajib untuk segera bertobat,
sebagaimana firman Allah dalam Qs A-Nur ayat 31 :
...
Artinya:“Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”.(QS. A-Nur 31)
b. Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Yaitu perbuatan yang dilakukan kepada manusia untuk
menjalankan kebaikan dan meninggalkan kemaksiatan dan kemungkaran
sebagai implementasi perintah Allah. Allah telah berfirman:
Artinya:“dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran 104)
c. Syukur
Yaitu berterimakasih kepada Allah tanpa batas dengan sungguh-
sungguh atas segala nikmat dan karunianya dengan ikhlas serta mentaati
apa yang diperintahkan-Nya.Ada juga yang menjelaskan bahwa syukur
merupakan suatu sikap yang selaluingin memanfaatkan dengan sebaik-
baiknya nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya, baik
26
yang bersifat fisik maupun non fisik, lalu disertai dengan peningkatan
pendekatan diri kepada Allah SWT17.
Menysukuri atau bersyukur terhadap nikmat Allah adalah
termasuk ahlaq terpuji, hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT
dalam surat al-Baqarah ayat 152. Allah berfirman.
Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”. (Qs al-Baqarah,152)
d. Tawakkal
Yaitu menyerahkan segala persoalan kepada Allah setelah
berusaha. Apabila kita telah berusaha sekuat tenaga dan masih saja
mengalami kegagalan maka hendaklah bersabar dan berdoa kepada
Allah agar Dia membuka jalan keluarnya18. Allah berfirman:
Artinya: "Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (Qs-Ali Imran, 159)
e. Sabar
Yaitu suatu sikap yang betah atau dapat menahan diri pada
kesulitan yang dihadapinya. Tetapi tidak berarti bahwa sabar itu
langsung menyerah tanpa upaya untuk melepaskan diri dari kesulitan
yang dihadapi oleh manusia. Maka sabar yang dimaksud adalah sikap
yang diawali dengan ikhtiar, lalu diakhiri dengan ridha dan ikhlas bila 17 Ahmad Umar Hasyim, Menjadi Muslim Kaffah Berdasarkan al-Qur’an Dan Sunnah Nabi SAW,
(Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2004), h. 369. 18 Sayyid Abdullah Al-Haddad, Thariqah Menuju Kebahagiaan, (Bandung: Mizan, 1998), h. 254.
27
seseorang dilanda suatu cobaan dari Tuhan. Sabar merupakan kunci
segala macam persoalan. Allah berfirman :
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Baqoroh, 153)
Selain contoh-contoh ahlaq terpuji di atas tentunya masih
banyak ahlaq-ahlaq terpuji lainya, yang tentunya tidak akan mungkin
dipaparkan satu-satu secara keseluruhan dalam bahasan ini, akan tetapi
setidak-tidaknya contoh-contoh ahlaq terpuji di atas dapat mewakilinya.
2. Ahlaq Madzmumah/Sayyiah (Tercela)
Akhalak mazmumah ialah perangai atau tingkah laku yang tercermin
pada diri manusia yang cenderung melekat dalam bentuk yang tidak
menyenangkan orang lain. Dalam beberapa kamus dan ensiklopedia
dihimpun pengertian “buruk” sebagai Rusak atau tudak baik, jahat, tidak
menyenangkan, tidak elok, jelek. Perbuuatan yang tidak sopan, kurang ajar,
jahat, tidak menyenangkan. Segala yang tercela, lawan baik, lawan pantas,
lawan bagus, perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma atau
agama, adat istiadat, dan masyarakat yang berlaku19.
Ahlaq yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang keji seperti iri
hati, ujub, dengki, sombong, nifaq (munafik), hasud, suudzaan
(berprasangka buruk), dan penyakit-penyakit hati yang lainnya, ahlaq yang
buruk dapat mengakibatkan berbagai macam kerusakan baik bagi orang itu
19 M. Mayhur Amin, dkk. Aqidah dan Ahlaq, (Yogyakarta : Kota Kembang, 1996),Cet.Ke-3, h. 47.
28
sendiri, orang lain yang di sekitarnya maupun kerusakan lingkungan
sekitarnya sebagai contohnya yakni kegagalan dalam membentuk
masyarakat yang berahlaq mulia samalah seperti mengakibatkan kehancuran
pada bumi ini, sebagai mana firman Allah Subhanahu Wataala dalam Surat
Ar-Ruum ayat 41 yang berbunyi:
Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Menurut Imam al-Ghazali, ahlaq yang tercela ini dikenal dengan
sifat-sifat muhlikat, yakni segala tingkah lakumanusia yang dapat
membawanya kepada kebinasaan dan kehancuran diri yang tentu saja
bertentangan dengan fitrahnya untuk selalu mengarah kepada kebaikan.Al-
Ghazali menerangkan akal yang mendorong manusia melakukan perbuatan
tercela (maksiat), diantaranya:
1. Dunia dan isinya, yaitu berbagai hal yang bersifat material (harta,
kedudukan) yang ingin dimiliki manusia sebagai kebutuhan dalam
melangsungkan hidupnya agar bahagia
2. Manusia. Selain mendatangkan kebaikan, manusia dapat mengakibatkan
keburukan, seperti istri, anak, karena kecintaan kepada mereka misalnya,
sampai bisa melalaikan manusia dari kewajibannya kepada Allah SWT
dan terhadap sesama.
29
3. Setan (Iblis). Setan adalah musuh manusia yang palingnyata, ia
menggoda manusia melalui batinnya untuk berbuat jahat dan menjauhi
Tuhan.
4. Nafsu. Nafsu adakalanya baik (muthmainnah), dan adakalanya buruk
(amarah), akan tetapi nafsu cenderung mengarah kepada keburukan20.
Pada dasarnya sifat dan perbuatan tercela dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu :
1. Maksiat Lahir
Maksiat berasal dari bahasa Arab, yaitu ma’siyah yang jartinya
pelanggaran oleh orang yang berakal baligh (mukallaf), karena
melakukan perbuatan yang dilarang dan meninggalkan pekerjaan yang
diwajibkan oleh syari’at Islam, dan pelanggaran tersebut dilakukan
dengan meninggalkan alat-alat lahiriyah.
a. Maksiat lisan, seperti berkata-kata yang tidak bermanfaat, berlebih-
lebihan dalam percakapan, berbicara hal yang batil, berkata kotor,
mencacimaki atau mengucapkan kata laknat, baik kepada manusia
maupun binatang, menghina, menertawakan, merendahkan orang lain,
berdusta, dan lain-lain.
b. Maksiat telinga, seperti mendengarkan pembicaraan orang lain,
mendengarkan orang yang sedang mengumpat, mendengarkan orang
yang sedang adu domba, mendengarkan nyanyian-nyanyian atau
bunyi-bunyian yang dapat melalaikan ibadah kepada Allah.
20 Asmaran As., Pengantar Studi Ahlaq, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 1994), h.131-141.
30
c. Maksiat mata, seperti melihat aurat wanita yang bukan mahramnya,
melihat aurat laki-laki yang bukan mahramnya, melihat orang lain
dengan gaya menghina, melihat kemungkatan tanpa beramar ma’ruf
nahi munkar.
d. Maksiat tangan, seperti mencuri, merampok, mencopet, merampas,
mengurangi timbangan dan lain-lain.
2. Maksiat Batin
Maksiat batin berasal dari dalam hati manusia atau digerakkan
oleh tabiat hati. Sedangkan hati memiliki sifat yang tidak tetap, berbolak
balik, berubah-ubah, sesuai dengan keadaan atau sesuatu yang
mempengaruhinya. Hati terkadang baik, simpati dan kasih sayang, tetapi
di sisi lainnya hati terkadang jahat, pemdendam, dan sebagainya.
Maksiat batin ini lebih berbahaya dibandingkan dengan maksiat
lahir, karena tidak terlihat dan lebih sukar untuk dihilangkan. Beberapa
contoh penyakit batin (ahlaq tercela) adalah takabbur, syirik, nifaq, iri
hati atau dengki dan marah21.
Berdasarkan penjelasan di atas dapatlah dipahami bahwa Ahlaq
dalam Islam pada hakikatnya terdiri dari dua macam yaitu ahlaq terpuji dan
tidak terpuji. Sedangkan pembagian ahlaq berdasarkan obyeknya dibedakan
menjadi dua, yaitu Ahlaq kepada Khalik (Tuhan). Ahlaq kepada Makhluk,
yang terbagi menjadi lima, yaitu Ahlaq terhadap Rasulullah, Ahlaq terhadap
21 Muhadjin, Kuliah Ahlaq Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia,1991) h 15.
31
Keluarga, Ahlaq terhadap diri sendiri, Ahlaq terhadap sesama, Ahlaq
terhadap alam lingkungan22.
C. Sumber Ahlaq Dalam Islam
Yang dimaksud dengan sumber ahlaq adalah yang menjadi ukuran baik-
buruk atau mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam. Sumber
ahlaq adala al-Qur'an dan al-Hadist, bukan akal pikiran atau pandangan
masyarakat, sebagaimana pada konsep etika dan moral23. Dalam konsep ahlaq,
segala sesuatu dinilai baik-buruk, terpuji-tercela, semata-mata karena syara’
(al-Qur'an dan Sunnah) menilainya demikian.
Bagaimana dengan peran hati nurani, akal dan pandangan masyarakat
dalam menentukan baik dan buruk karena manusia diciptakan oleh Allah SWT
memiliki fitrah bertauhid, mengakui ke-Esaan-Nya sebagaiman dalam firman
Allah :
Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah ) ;(tetapkanlah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Q.S. ar-Ruum : 30)
Fitrah manusia tidak selalau terjamin dapat berfungsi dengan baik
karena pengaruh dari luar, misalnya pengaruh pendidikan dan lingkungan.
22 A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 2 ; Muamalah dan Akhlaq, (Bandung : Pustaka
Setia, 1999), h. 77-78. 23 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta:Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam/LPPI,
2004), hlm. 4.
32
Fitrahnya tertutup sehingga hati nuraninya tidak dapat lagi melihat
kebenaran24.
Demikian juga dengan juga dengan akal pikiran, ia hanyalah salah satu
kekuatan yang dimiliki oleh manusia untuk mencari kebaikan-keburukan.
Keputusannya bermula dari pengalaman empiris kemudian diolah menurut
kemampuan pengetahuannya. Oleh karena itu keputusan yang diberikan akal
hanya bersifat spekulatif dan subjektif25. Adapun selain itu pandangan
masyarakat juga dapat dijadikan sebagai salah satu ukuran baik-buruk. Tetapi
sangat relatif, tergantung sejauh mana kesucian hati nurani masyarakat dan
kebersihan pikiran mereka dapat terjaga. Masyarakat yang hati nuraninya telah
tertutup oleh dan akal pikiran mereka sudah dikotori oleh sikap dan tingkah
laku yang tidak terpuji tentu tidak bisa dijadikan sebagai ukuran. Hanya
kebiasaan masyarakat yang baiklah yang dapat dijadikan sebagai ukuran26.
Al-Qur'an dan al-Hadist sebagai pedoman hidup umat Islam yang
menjelaskan baik buruknya suatu perbuatan manusia. Sekaligus menjadi pola
hidup dalam menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk. Al-Qur'an
sebagai dasar akhlak menerangkan tentang Rasulullah SAW sebagai suri
tauladan (uswatun khasanah) bagi seluruh umat manusia. Allah SWT
berfirman dalam surat al-Ahzab: 21:
24 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta:Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam/LPPI,
2004), hlm. 4. 25 Asmaran As., Pengantar Studi Ahlaq, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994), h.40 26 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta:Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam/LPPI,
2004), hlm. 5.
33
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia hanya menyebut Allah”. (Q.S. al-ahzab: 21).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber akhlak adalah al-
Qur'an dan Sunnah. Untuk menentukan ukuran baik-buruknya atau
muliatercela haruslah dikembalikan kepada penilaian syara’. Semua keputusan
syara’ tidak dapat dipengaruhi oleh apapun dan tidak akan bertentangan dengan
hati nurani manusia karena keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu
Allah SWT.
34
BAB IV PENAFSIRAN TENTANG ETIKA ISALAM
DALAM SURAT AL-QALAM, AL-MUZZAMMIL DAN AL-MUDASTSIR MENURUT M. YUNAN YUSUF DALAM TAFSIR ZUZ TABARAK KHULUQUN ‘AZHIM
A. Penafsira Etika Islam pada Surat al-Qalam menurut M. Yunan Yusuf Dalam Tafsir Juz Tabarak Khuluqun ‘Adzim
1. Kandungan Surat al-Qalam
Pokok-pokok kandungan Surat al-Qalam dalam Tafsir Khuluqun
‘Azhim Juz Tabarak Karya M. Yunan Yusuf adalah bahwa surat tersebut
mengandung penegasan bahwa Nabi Muhamad bukan seorang gila, beliau
merupakan sosok yang beretika baik atau berahlak paripurna, surat ini juga
memuat berbagai larangan, seperti bertoleransi dibidang akidah dan
keyakinan, larangan mengikuti orang-orang yang mempunyai sifat-sifat
yang dicela oleh Allah (tidak beretika) , larangan untuk tidak kufur nikmat,
serta kecaman Allah dan Adzab yang dijatuhkan kepada orang-orang yang
ingkar.
2. Tafsir Etika Islam dalam Surat al-Qalam
Ayat-ayat tentang eetika Islam yang terdapat pada Surat al-Qalam
dalam Tafsir Juz Tabarak Khuluqun ‘Adzim Karya M. Yunan Yusuf adalah
sebagai berikut:
a. Pada ayat ke 2 Surat al-Qalam yang berbunyi "ما أنت بنعمة ربك مبجنون " yang
berarti “Berkat nikmat Tuhanmu, kamu (Muhamd) sekali-kali bukan
orang gila” ayat “kamu (Muhamd) sekali-kali bukan orang gila“
ditafsirkan sebagai “sanggahan dari Allah SWT terhadap orang-orang
34
35
kafir Mekah mengenai kondisi kejiwaan Nabi Muhamad SAW, Allah
menegaskan bahwa Nabi Muhamad bukanlah seorang gila”. Tuduhan
gila yang dialamtkan kepada Nabi Muhamad oleh orang-orang kafir
adalah sesuatu yang tak beretika, mengingat Nabi merupakan seseorang
yang sehat jasmani maupun rohani, dan hanya karena Nabi menyuruh
untuk menyembah kepada tuhan yang benar maka kemudian orang Kafir
menuduh beliau sebagai seorang yang gila, padahal sebelumnya
kebanyakan orang-orang Mekah menjuluki Nabi seorang yang terpercaya
(al-amin). Termasuk perbuatan yang tak beretika jika menuduh orang
yang baik secara jasmani dan rohaninya disebut sebagai seorang yang
gila.
b. Pada ayat ke 4 Surat al-Qalam yang berbunyi " وإنك لعلى خلق عظيم " yang
berarti “dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti luhur”
ayat ini ditafsirkan sebagai “pujian yang langsung dinyatakan Allah
SWT kepada Nabi Muhamad SAW yang sekaligus juga bantahan
terhdap orang kafir mekah atas sangkaan atau tuduhan yang tak beretika
dari orang-orang kafir Mekah yang menyatakan bahwa Nabi Muhamad
seorang yang gila”. Seseorang yang berbudi luhur berarti juga adalah
seseorang yang mempunyai etika yang sangat baik dari yang baik.
Dengan demikian orang yang memiliki budi pekerti luhur dalam Islam
dapatlah dinyatakan sebagai orang yang paling baik etikanya diantara
orang-orang yang lainnya.
36
c. Pada ayat ke 8 Surat al-Qalam yang berbunyi " فال تطع املكذبني " yang
berarti “ Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan
(ayat-ayat Allah)” ayat ini ditafsirkan sebagai “agar Nabi Muhamad dan
pengikutnya tidak mengikuti orang-orang kafir dan orang-orang yang
tersesat, yang dengan kesombongan dan kekcongkakannya telah
mendustakan kebenaran ayat-ayat Allah yang telah Allah turunkan”.
Mengikuti orang-orang kafir yang tidak mengakui kebenaran padahal
mereka tahu sesungguhnya mana yang benar dan mana yang salah
adalah sesuatu hal yang tak bermoral atau tak beretika, sebaliknya orang
yang tidak mengikuti para pembohong tersebut dianggap orang yang
mempenai keteguhan dalam iman dan mempunyai moral atau etika yang
baik.
d. Pada ayat ke 10 Surat al-Qalam yang berbunyi " وال تطع كل حالف مهني "
yang berarti “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak
bersumpah lagi hina” ditafsirkan sebagai “peringatan Allah agar tidak
mengikuti ajakan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah yaitu
jangan bersikap lunak dan gampang percaya terhadap orang-orang
seperti itu meskipun mereka melakukan pendekatan dengan cara
mengucapkan banyak sumpah karena ingin memperkuat ucapanya”.
Mereka selalu memperkuat ucapanya dengan bersumpah karena dalam
diri mereka sendiri sudah hidup subur ketidak percayaan terhadap apa
yang mereka katakana sendiri. Orang-orang yang demikian itu banyak
37
sumpah dan ingkar janji lagi tidak percaya terhadap ayat-ayat Allah
adalah orang yang tak beretika dan tak patut di ikuti.
e. Pada ayat ke 11 Surat al-Qalam yang berbunyi " مهاز مشآء بنميم " yang
berarti “(jangan mengikuti orang) yang banyak mencela, yang kian
kemari menghambur fitnah” kalimat “yang banyak mencela” ditafsirkan
“perbuatan gemar mencela orang lain lahir dari kebiasaan mencari-cari
kesalahan orang lain, atau menemukan aib atau cacat orang lain”. Yang
sering dibaca adalah kelemahan dan kejelekan orang lain. Ibarat
pepatah, gajah dipelupuk mata tidak kelihatan tetapi semut diseberang
lautan terlihat dengan nyata. Sementara itu kalimat “yang kian kemari
menghambur fitnah” ditafsirkan sebagai “menebar fitnah kesana kamari
dengan cara menebar hasutan kepada siapa yang ditemui”. Bila fitnah
sudah menebar akan tercipta suasana saling bermusuhan. Orang yang
suka mencela dan memfitnah adalah termasuk dari salah satu jenis orang
yang tak bermoral/beretika buruk, mengikuti jenis orang semacam ini
juga dilarang dalam Islam.
f. Pada ayat 12 Surat al-Qalam yang berbunyi " مناع للخري معتد أثيم" yang
berarti “yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui
batas lagi banyak dosa” kalimat “yang banyak menghalangi perbuatan
baik” ditafsirkan sebagai “orang-orang yang berusaha dengan sekuat
tenaga menghalang-halangi orang lain untuk beriman. Berbagai macam
cara dia lakukan untuk tercapainya tujuan, yakni agar orang tidak
beriman kepada kerasulan Nabi Muhamad SAW. Dia sendiri sebenarnya
38
enggan berbuat kebajikan yang dia kerjakan adalah perbuatan-perbuatan
yang tidak terpuji”. Kalimat “yang melampaui batas” ditafsirkan
sebagai” perbuatan melanggar aturan”. Dia melangkahi garis yang telah
ditetapkan, dengan kata lain dia melampaui batas-batas kebenaran dan
keadilan. Orang-orang yang melampaui batas-batas kebenaran adalah
orang yang otoriter dan tiranik dan selalu memaksakan kehendak.
Sementara itu kalmat “lagi banyak dosa” ditafsirkan sebagai “gemar
berbuat dosa”, sangsi dosa diberlakukan kepada seseorang apabila ia
durhaka serta mengerjakan maksiat-maksiat. Durhaka artinya tidak
melaksanakan perintah Allah dan tidak menjauhi larangan-Nya.
Mengerjakan maksiat artinya melakukan apa-apa yang dilarang Allah
untuk diperbuat. Dengan demikian maka perbuatan menghalangi
kebaikan, melampaui batas dan melakukan banyak dosa merupakan
etika atau moral yang buruk yang harus dijauhi.
g. Pada ayat 13 Surat al-Qalam yang berbunyi " عتل بعد ذلك زنيم" yang
berarti ”yang kaku kasar, selain dari itu yang terkenal kejahatannya”
kalimat “yang kaku kasar” ditafsirkan sebagai “orang yang kasar hati
dan prilaku dan berkepala batu atau setiap orang yang perutnya tidak
pernah merasa kenyang, memiliki tubuh yang gemuk, banyak makan,
banyak minum, gemar menghimpun harta tetapi sangat kikir”. Adapun
kalimat “yang terkenal kejahatannya” ditafsirkan sebagai “seorang yang
mendustakan ayat-ayat Allah. Apabila disebut namanya maka yang
terbayang dari pikiran setiap orang adalah kejahatannya bukan
39
kebaikannya”. Orang yang berlaku kasar dan terkenal akan kejahatanya
merupakan golongan orang-orang yang tak memiliki etika dan moral
yang baik dalam hidupnya, dengan demikian sikap kaku kasar dan jahat
merupakan sesuatu yang dibenci dalam Islam.
Berdasarkan penemuan ayat-ayat yang berkaitan dengan etika pada
Surat al-Qalam dalam Tafsir Khuluqun ‘Azhim Juz Tabarak Karya M.
Yunan Yusuf sebagaimana telah dijelaskan di atas, dapatlah kemudian
penemuan-penemuan tersebut diringkas sebagaimana tabel dibawah ini:
Tabel. 4.1 Ayat-Ayat Yang Berkaitan Dengan Etika Dalam Islam Pada Surat al-Qalam dalam Tafsir Khuluqun ‘Azhim
Juz Tabarak Karya M. Yunan Yusuf
Surat Ayat Etika Terpuji (Ahlaq Mahmudah)
Etika Tercela (Ahlaq Sayyiah)
al-Qalam
2 -
Menjuluki orang yang tidak gila dengan julukan gila
4 Menjuluki orang yang berahalq baik dengan julukan berahlaq baik (Beretika baik)
-
8 - Pendusta, dan yang berdusta pada kebenaran ayat-ayat Allah
10 - Banyak bersumpah tapi tidak menepati sumpah
11 - Suka mencela dan memfitnah
12 - Suka menghalang-halangi perbuatan baik, melampaui batas dan bangga dan gemar akan perbuatan dosa
13 - Suka berbuat kasar dan berbuat jahat
40
Berdasarkan tabel di atas dapatlah dipahami bahwa terdapat 7 ayat
dalam surat al-Qalam yang berkaitan dengan etika Islam yaitu ayat
2,4,8,10,11,12 dan 13. Adapun jumlah keseluruhan ayat dalam surat ini
terdiri dari 52 ayat.
Etika Islam yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut seputar etika
dalam bersosialisasi dengan masyarakat, yaitu mengenai etika dalam
menjuluki seseorang, tidak dibenarkan menjuluki orang sehat jasmani (akal)
dan rohaninya disebut gila, harus memanggil orang sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya, tidak boleh mendustakan kebenaran, tidak beretika jika
seseorang banyak bersumpah tapi tak penah menepati sumpahnya, suka
mencela dan memfitanah orang lain, suka menghalang-halangi perbuatan
baik dan gemar memamerkan perbuatan dosa, serta sikap berbuat kasar dan
jahat merupakan sika-sikap dan perilaku yang tidak bermoral dan beretika.
B. Penafsiran Etika Islam pada Surat al-Muzzammil menurut M. Yunan Yusuf Dalam Tafsir Juz Tabarak Khuluqun ‘ Adzim
1. Kandungan Surat al-Muzzammil
Pokok-pokok kandungan Surat al-Muzzammil dalam Tafsir
Khuluqun ‘Azhim Juz Tabarak Karya M. Yunan Yusuf adalah bahwa surat
tersebut mengandung tuntunan dalam rangka membangun ketahanan jiwa
menghadapi berbagai cobaan dan rintangan dalam perjuangan menegakan
kalimat tauhid serta menyerukan dakwah, agar bangun tengah malam untuk
shlat dan membaca al-Qur’an.
41
2. Tafsir Etika Islam dalam Surat al-Muzzammil
Ayat-ayat yang berkaitan dengan Etika Islam yang terdapat pada
Surat al-Muzzammil dalam Tafsir Khuluqun ‘Azhim Juz Tabarak Karya M.
Yunan Yusuf adalah sebagai berikut:
a. Pada ayat ke 4 Surat al-Muzzammil yang berbunyi " أو زد عليه ورتل الفرآن
" ترتيال yang berarti “atau lebih dari seperdua itu dan bacalah al-Qur’an
itu dengan pelan-pelan” ayat dan bacalah al-Qur’an itu dengan pelan-
pelan ditafsirkan dengan membaca al-Qur’an dengan perlahan-lahan dan
sesuai dengan tajwid serta dengan penuh perasaan. Membaca al-qur’an
dengan cara demikian merupakan etika yang baik dalam beribadah
khusunya dalam memahami kitab suci Allah.
b. Pada ayat 8 Surat al-Muzzammil yang berbunyi "ل إليه تبتيالوذكر اسم ربك وتبت "
yang berarti “Sebutlah nama tuhanmu dan beribadahlah kepada-Nya
dengan penuh ketekunan” kalimat “Sebutlah nama tuhanmu”
ditafsirkan berzikir dengan menyebut nama Allah dengan penuh
Tawadhu (kerendahan hati) secara perlahan dan berbisik-bisik.
Sembilanpuluh Sembilan nama Allah yang terhimpun dalam al-Asma al-
Husna hendaknya menjadi akrab pada lidah dalam menyebut nama
Allah. Adapun kalimat “dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh
ketekunan” ditafsirkan dengan berupaya dengan bersungguh-sungguh
berkonsentrasi kepada Allah SWT. Menyebut (berzikir) nama Allah
dengan nama-nama yang baik bagi Allah yang terkandung dalam al-
42
Asma al-Husna serta beribadah kepada Allah dengan konsentrasi
merupakan etika yang baik dalam beribadah kepada Allah.
c. Pada ayat 10 Surat al-Muzzammil yang berbunyi " وصرب على مايقولون واهجرهم
" هجرا مجيال yang berarti “dan bersabarlah terhadap apa yang mereka
ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik” kalimat “dan
bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan” ditafsirkan para
pendakwah Islam hendaknya bersikap sabar apabila didalam kegiatan
penyampain kebenaran mengalami cacian, makian bahkan disakiti
secara fisik dengan sikap sabar yang konsisten baik sabar dalam
berjuangan dijalan kebenaran maupun bersabar dalam menghadapi
halangan. Sementara itu kalimat “dan jauhilah mereka dengan cara
yang baik” ditafsirkan apabila menghadapi kendala yang tidak
memungkinkan dalam mendakwahkan kebenaran harus menjahui si
penghalang dengan cara-cara yang baik tidak membabi buta ataupun
meninggalkan dakwah. Dengan demikian bahwa termasuk kedalam etika
yang baik dalam beribadah khususnya dalam mendakwahkan kebenaran
agama Allah apabila sipendakwah bersikap sabar dan menghadapi
masalah-masalah dakwah dengan jalan yang baik.
Berdasarkan penemuan ayat-ayat yang berkaitan dengan etika pada
Surat al-Muzamil dalam Tafsir Khuluqun ‘Azhim Juz Tabarak Karya M.
Yunan Yusuf sebagaimana telah dijelaskan di atas, dapatlah kemudian
penemuan-penemuan tersebut diringkas sebagaimana tabel dibawah ini:
43
Tabel. 4.2 Ayat-Ayat Yang Berkaitan Dengan Etika Dalam Islam
Pada Surat al-Muzzammil dalam Tafsir Khuluqun ‘Azhim Juz Tabarak Karya M. Yunan Yusuf
Surat Ayat Etika Terpuji (Ahlaq Mahmudah)
Etika Tercela (Ahlaq Sayyiah)
al-Muzzammil
4 Membaca al-Quran dengan jalan hati-hati pelan-pelan sesuai Tajwid dan Meresapi maknanya termasuk etika yang baik dalam beribadah (memahami kitab suci al-Quran)
-
8 Bezikir dengan menyebut nama-nama Allah (al-Asma al-Husna) dengan penghormatan dan beribadah dengan penuh ketekunan (konsentrasi) adalah etika yang baik dalam beribadah.
-
10 Bersikap sabar dan konsisten dalam mengajak kebaikan dalam berdakwah serta berbuat baik dalam menghadapi cobaan dalam berdakwah adalah etika yang baik dalam berdakwah
44
Berdasarkan tabel di atas dapatlah dipahami bahwa terdapat 3 ayat
dalam surat al-Muzzammil yang berkaitan dengan etika Islam yaitu ayat 4, 8
dan 10. Adapun jumlah keseluruhan ayat dalam surat ini terdiri dari 20 ayat.
Etika Islam yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut seputar etika
dalam beribadah. membaca al-Qur’an dengan jalan hati-hati pelan-pelan
sesuai Tajwid dan Meresapi maknanya termasuk etika yang baik dalam
beribadah (memahami kitab suci al-Quran). Bezikir dengan menyebut
nama-nama Allah (al-Asma al-Husna) dengan penghormatan dan beribadah
dengan penuh ketekunan (konsentrasi) adalah etika yang baik dalam
beribadah. Dan bersikap sabar dan konsisten dalam mengajak kebaikan
dalam berdakwah serta berbuat baik dalam menghadapi cobaan dalam
berdakwah adalah etika yang baik dalam beribadah mendakwahkan ajaran
Islam.
3. Penafsiran Etika Islam pada Surat al-Mudatsir menurut M. Yunan Yusuf Dalam Tafsir Juz Tabarak Khuluqun ‘Adzim
1. Kandungan Surat al-Mudatsir
Pokok-pokok kandungan Surat al-Muddatsir dalam Tafsir Khuluqun
‘Azhim Juz Tabarak Karya M. Yunan Yusuf adalah bahwa surat tersebut
mengandung perintah untuk mulai berdakwah ke tengah masyarakat dengan
membesarkan nama Allah terlebih dahulu, membersihkan diri dan pakaian,
menjauhi maksiat serta bersabar dalam menegakan dakwah.
45
2. Tafsir Etika Islam dalam Surat al-Mudatsir
Ayat-ayat yang membahas etika Islam yang terdapat pada Surat al-
Muddatsir dalam Tafsir Khuluqun ‘Azhim Juz Tabarak Karya M. Yunan
Yusuf adalah sebagai berikut:
a. Pada ayat 4 Surat al-Muddatsir yang berbunyi " وثيابك فطهر " yang berarti
“Dan Pakaianmu bersihkanlah” kalimat ini ditafsirkan kebersihan jiawa
harus di imbangi dengan kebersihan raga. Kebersihan jiwa penting bagi
pejuang kebenaran dan keadilan sehingga dengannya tidak mudah
tergoda oleh penyimpangan dan kebatilan. Tetapi hanya semata-mata
kebersihan jiwa tanpa membenahi penampilan akan membuat khalayak
yang dihadapi memberikan penilaian merendahkan. Oleh karena itu
kebersihan pakaian bermaksud kelayakan dalam berpakaian bukan
penampilan mewah akan tetapi secara standar ada batas pakaian dengan
memunculkan penampilan layak dan wajar. Dengan demikian termasuk
etika yang baik dalam berdakwah apabila si pendakwah berpakaian
secara layak, bersih dan suci.
b. Pada ayat 5 Surat al-Muddatsir yang berbunyi “ والرجز فهجر ” yang berarti
“ dan perbuatan dosa tinggalkanlah” ditafsirkan sebagai penegasan
bahwa setiap penganjur dakwah jangan sekali-kali berbuat dosa karena
para penganjur dakwah berperan sebagai contoh dan teladan bagi
masayarakat. Termasuk etika yang buruk dalam Islam apabila
pendakwah melakukan dosa antara apa yang didakwahkan dengan apa
yang diperbuat tidak sejalan. Sebaliknya pendakawah yang beretika baik
46
maka tentu akan meninggalkan dosa dan berusaha menjauhinya sekuat
tenaga.
c. Pada ayat 6 Surat al-Muddatsir yang berbunyi “ وال متنن تستكثر ” yang
berarti “ dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh
(balasan) yang lebih banyak” ditafsirkan sebagai jangan memberikan
dakwah dengan maksud memperoleh upah. Kegiatan dakwah yang
dilakukan oleh para dai atau muballigh, apalagi dakwah yang dilakukan
para Nabi dan Rasul tidak dibenarkan menuntut upah dari Ma’du.
Dengan demikian termasuk etika yang baik bagi seorang pendakwah
untuk tidak meminta-minta tarif dalam dakwah.
d. Pada ayat 7 Surat al-Muddatsir yang berbunyi “ ربولربك فص ” yang berarti
“dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu maka bersabarlah”
ditafsirkan sebagai tantangan dan kesulitan yang dihadapi pendakwah
baik yang besar maupun ang kecil harus dihadapi dengan sabar. Sabar
dalam berdakwah termasuk sikap atau etika yang baik dalam berdakwah.
e. Pada ayat 23 Surat al-Muddatsir yang berbunyi “ مث أدبر وستكرب ” yang
berarti “kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan
diri” ditafsirkan sebagai orang yang sudah jelas-jelas mengetahui
kebenaran ayat-ayat Allah akan tetapi dia takut untuk mengungkapkan
kebenaran hanya karena takut dimusuhi, takut dikucilkan dalam
pergaulan kelompoknya. Sikap semacam ini termasuk kedalam sikap
yang tidak baik karena bertentangan dengan hati nuraninya sendiri.
47
Termasuk kedalam etika yang buruk dalam memahami kebenaran
dakwah yang disampaikan oleh pendakwah.
f. Pada ayat 24 Surat al-Muddatsir yang berbunyi “ فقال إن هذا إال شحر يوثر ”
yang berarti “lalu dia berkata (al-Qur’an) ini tidak lain hanyalah sihir
yang dipelajari (dari orang-orang terdahulu)” ditafsirkan kata-kata
yang hebat-hebat didalam al-Qur’an dianggap sihir yang diperoleh
Muhamad SAW dari orang-orang terdahulu. Sehingga orang yang
terdiam ketika dibacakan al-Quran karena kagum dengan kandungan isi
dan keindahanya dianggap terkena sihir. Menuduh al-Quran sebagai
sihir merupakan etika yang buruk dalam Islam.
g. Pada ayat 25 Surat al-Muddatsir yang berbunyi “ إن هذا إال قول بشر ” yang
berarti “ini tidak lain (al-Qur’an) hanya perkataan manusia” ditafsirkan
sebagai setelah menuduh al-qur’an sebagai sihir orang-orang yang tak
beriman kemudian mengatakan sihir itu bukan merupakan wahyu dari
Tuhan yang maha kuasa, karena al-Qur’an itu sihir, maka samalah
kedudukanya dengan ciptaan allah yang lain. Al-Qur’an itu hanya
perkataan manusia dan bukan wahyu dari Allah. Sikap ingkarterhadap
kebenaran al-Qura’n yang merupakan firman Allah adalah termasuk
etika yang buruk bagi pendengar dakwah dalam menanggapi dakwah-
dakwah yang diberikan oleh pendakwah Islam.
Berdasarkan penemuan ayat-ayat yang berkaitan dengan etika pada
Surat al-Muddatsir dalam Tafsir Khuluqun ‘Azhim Juz Tabarak Karya M.
48
Yunan Yusuf sebagaimana telah dijelaskan di atas, dapatlah kemudian
penemuan-penemuan tersebut diringkas sebagaimana tabel dibawah ini:
Tabel. 4.3 Ayat-Ayat Yang Berkaitan Dengan Etika Dalam Islam
Pada Surat al-Muddatsir dalam Tafsir Khuluqun ‘Azhim Juz Tabarak Karya M. Yunan Yusuf
Surat Ayat Etika Terpuji (Ahlaq Mahmudah)
Etika Tercela (Ahlaq Sayyiah)
al-Muddatsir
4 Berpakian bersih, Rapih Layak bagi Pendakwah
-
5 Sikap Pendakwah Meninggalkan Dosa Dalam Berdakwah, Sebelum dan Sesudah
-
6 - Berdakwah mengharap upah
7 Bersikap bersabar dalam berdakwah
-
23 - Berpaling dari kebenaran (al-Qur’an) dan menyombongkan diri
24 - Menuduh al-Qur’an sebagai Sihir
25 - Menuduh al-Qur’an sebagai karya tulis manusia
Berdasarkan tabel di atas dapatlah dipahami bahwa terdapat 8 ayat
dalam surat al-Muddatsir yang berkaitan dengan etika Islam yaitu ayat 4,
5,6,7 23,24 dan 25. Adapun jumlah keseluruhan ayat dalam surat ini terdiri
dari 56 ayat.
Etika Islam yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut seputar etika
dalam mendakwahkan ajaran Islam yatu, agar pendakwah berpakaian bersih
49
dalam berdakwah, tidak boleh bagi pendakwah melakukan atau bahkan
mendekati dosa, tidak boleh berdakwah mengharap upah, bersikap sabar
dalam berdakwah merupakah etika yang baik, sementara itu etika-etika
buruk dalam surat tersebut adalah berpaling dari kebenaran (al-Qur’an) dan
menyombongkan diri serta menuduh al-Qur’an sebagai sihir karya tulis
manusia
50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Etika Islam yang terkandung pada surat al-Qalam dalam Tafsir Juz
Tabarak Khuluqun ‘Azhim karya M. Yunan Yusuf terdapat pada ayat
2,4,8,10,11,12 dan 13, etika Islam yang terkandung dalam ayat-ayat
tersebut seputar etika dalam bersosialisasi dengan masyarakat yaitu,
mengenai etika dalam menjuluki seseorang, tidak dibenarkan menjuluki
orang sehat jasmani (akal) dan rohaninya disebut gila, harus memanggil
orang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, tidak boleh mendustakan
kebenaran, tidak beretika jika seseorang banyak bersumpah tapi tak penah
menepati sumpahnya, suka mencela dan memfitanah orang lain, suka
menghalang-halangi perbuatan baik dan gemar memamerkan perbuatan
dosa, serta sikap berbuat kasar dan jahat merupakan sika-sikap dan
perilaku yang tidak bermoral dan beretika.
2. Etika Islam yang terkandung pada surat al-Muzzammil dalam Tafsir Juz
Tabarak Khuluqun ‘Azhim karya M. Yunan Yusuf terdapat pada ayat 4, 8
dan 10. Etika Islam yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut seputar etika
dalam beribadah. Membaca al-Qur’an dengan jalan hati-hati pelan-pelan
sesuai Tajwid dan Meresapi maknanya termasuk etika yang baik dalam
beribadah (memahami kitab suci al-Quran). Bezikir dengan menyebut
nama-nama Allah (al-Asma al-Husna) dengan penghormatan dan
50
51
beribadah dengan penuh ketekunan (konsentrasi) adalah etika yang baik
dalam beribadah. Dan bersikap sabar dan konsisten dalam mengajak
kebaikan dalam berdakwah serta berbuat baik dalam menghadapi cobaan
dalam berdakwah adalah etika yang baik dalam beribadah dalam bentuk
mendakwahkan ajaran Islam.
3. Etika Islam yang terkandung pada surat al-Muzzammil dalam Tafsir
Khuluqun ‘Azhim Juz Tabarak karya M. Yunan Yusuf terdapat pada 4,
5,6,7 23,24 dan 25. Etika Islam yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut
seputar etika dalam mendakwahkan ajaran Islam yatu, agar pendakwah
berpakaian bersih dalam berdakwah, tidak boleh bagi pendakwah
melakukan atau bahkan mendekati dosa, tidak boleh berdakwah
mengharap upah, bersikap sabar dalam berdakwah merupakah etika yang
baik, sementara itu etika-etika buruk dalam surat tersebut adalah berpaling
dari kebenaran (al-Qur’an) dan menyombongkan diri serta menuduh al-
Qur’an sebagai sihir karya tulis manusia.
B. Saran
Setelah selesainya melakukan penelitian, penulis mengajukan saran-
saran sebagai berikut:
1. Kepada para pembaca hendaknya mempraktikan etika yang baik dan yang
buruk dalam Islam yang terkandung dalam surat al-Qlam, al-Muzzammil
dan al-Mudatsir agar supaya pembaca dan penulis khususnya menjadi salah
satu orang yang berbudi pekerti baik.
52
2. Kepada para Mahasiswa semoga saja dapat menjadikan penelitian ini
sebagai referensi pembanding untuk melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai etika Islam yang masih banyak terkandung pada surat-surat
dalam al-quran yang belum di teliti oleh penulis pribadi maupun oleh
peneliti lainnya.
53
DAFTAR PUSTAKA
A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 2 ; Muamalah dan Akhlaq, (Bandung : Pustaka Setia, 1999) Abdul Mustakim, Aliran-aliran Tafsir “ Dari Periode Klasik hingga
Kontemporer”, (Yogyakarta, Kreasi Warna, 2010) Abdul Syukur, Mengenal Corak Tafsir Al-qur’an, (El-Furkonia, no. 1, 2015)
Abuddin Nata, Ahlaq Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo, 2003), Cet. V
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2003)
Ahmad Umar Hasyim, Menjadi Muslim Kaffah Berdasarkan al-Qur’an Dan Sunnah Nabi SAW, (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2004) Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, Juz VIII, (Kairo : Dar al-Sya’bi, 1913 M)
Aminuddin, Membangun Karakter Dan KepribadianMelalui Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006)
Asmaran As, Pengantar Studi Ahlaq, Cet. II (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994) Dwi Haryanto, “Corak Pemikiran Kalam Tafsir Khuluqun ‘Azhim Juz Tabarak Karya Yunan Yusuf” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2016) H. A. Musthofa, Ahlaq Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet. III
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Ilmu Ahlaq. (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010)
Hamzah Ya’qub, Etika Islam: Pembinaan Akhlaqul karimah (Suatu Pengantar), (Bandung : CV. Diponegoro, 1988) M. Mayhur Amin, dkk. Aqidah dan Ahlaq (Yogyakarta : Kota Kembang,
1996),Cet.Ke-3
M. Mayhur Amin, dkk. Aqidah dan Ahlaq, (Yogyakarta : Kota Kembang,
1996),Cet.Ke-3
54
M. Yunan Yusuf, “Corak Pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar: Sebuah Telaah Tentang Pemikiran Hamka Dalam Teologi Islam”, Disertasi, Fakultas Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1989 Mahjudin, Kuliah Ahlaq Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), Cet.V
Muhadjin, Kuliah Ahlaq Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia,1991)
Muhammad Al-Sayyid Al-dhahbi, Al-Tafsir wa al-mufassir, jilid II
Muhammad Quraish Shihab, Membunyikan Al-qur’an, Cet. V, (Bandung, Mizan, 1993)
Noerhidayatullah, Insan Kamil. Metode Islam Memanusiakan Manusia, (Bekasi: jIn.timedia dan Nalar, 2002) Rachmat Jatnika, Sistem Etika Islami, (Jakarta: Widjaya,1992)
Sayyid Abdullah Al-Haddad, Thariqah Menuju Kebahagiaan, (Bandung: Mizan, 1998) Toshihiko Izutsu, Etika Beragama dalam Qur’an, Penerjemah Mansurddin Djoely (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993) Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta:Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam/LPPI, 2004) Yunan Yusuf, Tafsir Juz Tabarak “Khuluqun ‘Azhim”, (Tangerang: Lentera hati, 2013) Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-ghozali, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet. I