penafsiran ibnu taimiyah dan asghar ali engineer...
TRANSCRIPT
i
PENAFSIRAN IBNU TAIMIYAH DAN
ASGHAR ALI ENGINEER ATAS SURAT AN-NŪR
(18): 31 DAN SURAT AL-AḤZAB (21): 59-60
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama Strata Satu
Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir
Oleh:
DELLA MASITA HASANAH
NIM. 13530040
PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016
v
MOTTO:
When you love what you are doing, you don’t look at the clock. It’s just wonderful.
Artinya:
"Ketika anda mencintai dengan apa yang anda kerjakan, sampai tidak pernah melihat jam dinding.
Itulah yang dinamakan keindahan.”
vi
Skripsi ini saya persembahakan untuk
: Ibu & Bapak yang tak hentinya memberikan cinta-kasihnya :adek-adekku yang selalu aku cintai :almamaterku, tempat menimba ilmu
Terutama Pondok Pesantren Sunan Pandanaran dan Nurul Ummah Putri Kotagede
Dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Pedoman Transliterasi Arab-Latin ini merujuk pada Surat Keputusan
Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, tertanggal 22 Januari 1988 No: 158/1987 dan 0543b/U/1987.
I. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
Alīf ........ Tidak dilambangkan ا
Bā‟ B Be ة
Tā‟ T Te د
S ث a‟ S Es titik di atas
Jīm J Je ج
ā‟ Ha titik di bawah ح
Khā‟ Kh Ka dan Ha خ
Dal D De د
Z al Z ذ Zet titik di atas
Rā‟ R Er ر
Zai Z Zet ز
Sīn S Es ش
Syīn Sy Es dan Ye ش
ād Es titik di bawah ص
ād De titik di bawah ض
ā‟ Te titik di bawah ط
viii
ā‟ Zet titik di bawah ظ
Ayn ...„... Koma terbalik di atas„ ع
Gayn G Ge غ
Fā‟ F Ef ف
Qāf Q Qi ق
Kāf K Ka ك
Lām L El ل
Mīm M Em و
Nūn N En
Wawu W We و
Hā‟ H Ha
Hamzah ...ʹ... Apostrof ء
Yā Y Ye
II. Konsonan Rangkap karena tasydīd ditulis Rangkap
يتعبقدي
عدح
Ditulis
Ditulis
Muta’aqqidīn
„iddah
III. ’ Marb a
1. Bila dimatikan ditulis dengan “h”, misalnya:
هجخ
جسيخ
Ditulis
Ditulis
Hibah
jizyah
ix
(Ketentuan ini tidak diberlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap
ke dalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat, dan sebagainya, kecuali
apabila dikehendaki penulisan lafal aslinya).
2. Bila dihidupkan karena berangkaian dengan kata lain, ditulis t:
عخ هللا
زكبح انفطر
Ditulis
Ditulis
Ni’matull h
Zak tul-fitri
IV. Vokal Pendek
(fathah) ditulis a contoh ضرة ditulis ḍaraba
(kasrah) ditulis i contoh فهى ditulis fahima
(dammah) ditulis u contoh كتت ditulis kutiba
V. Vokal Panjang
1 Fat ah alif
Contoh: جبههيخ
Ditulis
Ditulis
Ā (garis di atas)
j hiliyyah
2 Fat ah alif maqşur
Contoh: يسع
Ditulis
Ditulis
Ā (garis di atas)
yas’
3 Kasrah ya‟ mati
Contoh: يجيد
Ditulis
Ditulis
ī (garis di atas)
majīd
4 ammah wawu‟ mati
Contoh: فروض
Ditulis
Ditulis
Ū (garis di atas)
fur ḍ
x
VI. Vokal Rangkap
1 Fat ah ya‟ mati
Contoh: ثيكى
Ditulis
Ditulis
Ai
bainakum
2 Fat ah wau mati
Contoh: قىل
Ditulis
Ditulis
Au
qaul
VII. Vokal Pendek Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan Apostrof
أأتى
اعدد
نئ شكرتى
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A`antum
U’iddat
La’in syakartum
VIII. Kata Sandang Alif Lām
1. Bila diikuti huruf qamariyah maka ditulis dengan huruf “l”, misalnya:
انقرأ
نقيبشا
Ditulis
Ditulis
Al-Qur’ n
Al-Qiy s
2. Bila diikuti huruf syamsiyyah maka ditulis dengan menggandakan huruf
syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf “l”, misalnya:
Ditulis al-syams انشص
xi
' Ditulis al-sam انسبء
IX. Huruf Besar
Huruf besar dalam tulisan Latin digunakan sesuai dengan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD)
X. Penyusunan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat dapat ditulis menurut
penulisannya
ذوي انفروض
اهم انسخ
Ditulis
Ditulis
Żawi al-fur ḍ
Ahl al-sunnah
xii
KATA PENGANTAR
بســــم هللا الرحمـــن الرحيــــم
Puji Syukur atas Rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Hanya atas berkat
Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini meskipun harus berjuang
keras menyelesaikannya. Waktu yang memburu serta semangat dari orang-orang
terdekat menjadi pemacu semangat penulis untuk segera menyelesaikannya. Tak
lupa shalawat serta salam untuk junjungan kita, kekasih tercinta: Kanjeng Nabi
Muhammad SAW. Sang manusia sempurna yang jasanya begitu besar bagi umat
Islam. Cinta kasih dan pengorbanannya begitu besar. Pengorbanan serta
perjuangannya lah yang memberi semangat pada penulis untuk tidak menyerah
dalam berjuang.
Selebihnya, terimakasih mendalam penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu dan mendukung demi terselesaikannya skripsi ini. Terima
kasih kepada Ketua Prodi Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir: Dr. H. Abdul Mustaqim,
M.Ag, Sekertaris Prodi Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir: Afdawaiza, M.Ag, segenap
dosen-dosen Prodi Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir, pembimbing skripsi penulis yakni
Prof. Dr. H. Fauzan Naif, MA. Terima kasih atas ilmu dan bimbingan studi yang
telah diberikan kepada penulis, serta kesediaan waktu dan motivasinya yang luar
biasa, tidak ada yang pantas untuk membalasnya.
Terima kasih kepada keluarga besar penulis. Kedua orangtua penulis
Bapak Sutomo dan Ibu Uswatun yang selalu memberikan cinta kasihnya,
pendidikannya sepanjang hidup ini. Bapak dan Ibuku adalah bapak-ibu yang tidak
xiii
dapat digantikan oleh bapak-ibu yang lainnya. Beliau berdua perjuangannya
begitu besar untuk anak-anaknya, demi masa anaknya yang lebih baik dari
mereka. Tapi, kami anak-anaknya tak bisa membalasnya dengan apapun. Maafkan
aku dan adek-adek yang belum bisa menjadi anak yang berbakti dan belum
menjadi seperti apa yang diharapkan. Kami yang sering membuat sedih hati
mereka dan sering kali kurang bersyukur atas apa yang mereka berikan.
Terima kasih kepada Abah KH. Munir Syafa‟at dan Ibu Nyai Barokah
Nawawi yang telah menjadi orang tua kedua selama penulis berada di
Yogyakarta. Terima kasih atas segala ilmu yang diberikan untuk menuju jalan
kebenaran.
Terima kasih kepada Adek-adekku: Afifan, Alfian, dan Salsa yang
membantu mendiktekan materi skripsiku. Terima kasih atas kobaran
semangatnya. Semangat itu yang menjadi kekuatan terbesar penulis. Ayo adekku-
adekku, kalian juga harus semangat. Kita harus semangat untuk membahagiakan
kedua orangtua yang telah memberikan kehidupan kepada kita. Kedua orangtua
kita tak butuh hal yang sempurna tapi mereka hanya ingin kita semangat dan tak
berhenti untuk berjuang menghadapi kehidupan ini.
Terima kasih kepada Om Tadz, Om Yen, Om Tafid, Bulik Weni, Bulik
Cici, Bulik Istiq, Pakdhe Fatah, Mbak Tonah, Mbak Nur, serta sepupu-sepupuku
Zakka, Ahsan, Akhsya, Hafiz, Keisha, In‟am, Ilzam, Ilhaq, Putri, Tiara, Kak
Dimas, Dev Joshi, Katrina, Kak Sharma, Barra, Sherly, Caroline, Bryan,
Baldev,Tapasya yang juga memberikan semangat dan dukungannya.
xiv
Terima kasih kepada teman-teman Prodi Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir
angkatan 2013: Naylis, Mas Jawis, Risa, Mila, Tati, Teti, Abdun, Fajar, Kurni,
Ema, Aida, Bunga, Anis, Hadi, Hani, Herna, Ida, Malika, Aida, Sibro, Nurul,
Nuzula, Oki, Widya, Fandra, Husni, Ubaid, Zaki, Elok, Ria, Masduki, Firoh,
Dewi, Nova, Asna, Taufik, Gina, Renaldi, Elsa, Ira, Riski, Ainun, Adin, Aryo,
Taufik, Umam, Riska, yang tak bisa disebutkan satu persatu dan juga adik kelasku
Kunti, Shofi, Ni‟mah, Yuni. Terima kasih atas canda-tawa, bertukar-pikiran serta
semangat berjuang yang mewarnai kehidupan penulis selama kuliah di UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Terima kasih kepada teman-teman alumni MA Sunan Pandanaran yaitu:
Ela, Elya, Hanik, Piprol, Nifah, Zizah, Naili, Ana, Tanti, Syani, Ulfa, Hesti,
Ghistin, Naimah, Luthfi, Alif, Roudloh, Maftuhah, Ery, Rosa, Tsalis, Eza, Totot,
Iva, Atya, Priska, Icha, Maulida, Faiq, Harum, Uswatun, yang telah menjadi
sahabat dan menemani hari-hari penulis sejak di MA hingga kini.
Terima kasih kepada teman-teman di PPNU-Pi Kotagede: Rahma, Mita,
Cebe, Nurul, Susi, Iqoh, Desi, Mbak Luluk, Ama, Mbak Rika, Mbak Bro, Mbak
Aya‟, Elok, Faiz, Pipit, Bella, Mbak Naila, Mbak Shodimah, Nia, Novi, Tsalis,
Rurin, Mika, Mahla, Desy, Mbak Hani, Mbak Hela, Mbak Azka, Anik, Isna, Titi,
Sonia, Alfi, Fina, Tari, Merisa, adalah teman yang baik yang telah memberi warna
dalam hidup penulis.
Terima kasih kepada teman-teman yang ada di rumah penulis: Kak Hendi,
Mas Angga, Desi, Aris, Hermin, Melan, Bella, Ervin, Titik, Pita, Dewi, Kak
Revan, Richi, Efendi, Chorib, Siska, Wahyu, Angga, Aang, Gus Iib, Gus Aang,
xvi
ABSTRAK
Al-Qur‟an merupakan sumber hukum Islam yang pertama. Al-Qur‟an
selain menjadi sebuah kitab ajaran-ajaran moral juga memuat unsur-unsur
legislasi, karena secara pragmatis, al-Qur‟an banyak merefleksikan ide-ide yang
merupakan representasi otentik dari peristiwa-peristiwa pada masa nabi, sehingga
ia tidak bisa lari dari seluruh praktik dan institusi sosial yang dominan saat itu.
Penafsiran terhadap ayat al-Qur‟an terus berlanjut dan selalu mengalami
perkembangan, banyak sekali ayat-ayat al-Qur‟an yang ditafsiri oleh ulama-ulama
ahli tafsir, antara lain: QS. An-Nur (18): 31 dan QS Al-Ahzab (21): 59-60 yang
tentunya memerlukan kontekstualisasi ayat.
Di sini penulis memilih dua tokoh yang pemikirannya saling bersebrangan,
yaiti Ibnu Taimiyah dan Asghar Ali Engineer. Keduanya adalah Tokoh
Pembaharu Islam. Hal ini menarik untuk dijadikan penelitian. Dari kedua mufasir
tersebut, penelitian ini berguna untuk mengetahui bagaimana penafsiran QS. An-
Nur (18): 31 dan QS Al-Ahzab (21): 59-60. Dan juga untuk mengetahui
bagaimana perbedaan dan persamaan penafsiran Ibnu Taimiyah dan Asghar Ali
Engineer terhadap QS. An-Nur (18): 31 dan QS Al-Ahzab (21): 59-60 karena
adanya perbedaan peradaban dan keilmuan dari kedua mufasir.
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kepustakaan (library
research), yaitu suatu penelitian yang menjadikan sumber penelitiannya adalah
bahan pustaka, tanpa melakukan survei maupun observasi. Sumber primer
penelitian tersebut yakni QS. An-Nur (18): 31 dan QS Al-Ahzab (21): 59-60.
Adapun sumber sekundernya adalah data penunjang yang bukan primer dan yang
berkaitan dengan penafsiran QS. An-Nur (18): 31 dan QS Al-Ahzab (21): 59-60.
Ibnu Taimiyah beserta karyanya, dan Asghar Ali Engineer beserta karyanya.
Data sekunder tersebut antara lain berupa buku, artikel, jurnal dan sebagainya.
Metode analisis yang akan digunakan yaitu metode analisis deskriptif komparatif.
Informasi yang telah didapatkan dari penelusuran dan pengumpulan data
kemudian dianalisis untuk memperoleh pemahaman yang fokus mengenai
penafsiran QS. An-Nur (18): 31 dan QS Al-Ahzab (21): 59-60 menurut
IbnuTaimiyah dan asghar Ali Engineer
Ada perbedaan dan persamaan penafsiran Ibnu Taimiyah dan Asghar Ali
Engineer mengenai QS. An-Nur (18): 31 dan QS Al-Ahzab (21): 59-60.
perbedaannya antara lain dalam hasil penafsiran, salah satunya yaitu mengenai
jilbab. Asghar berpendapat bahwa berjilbab lebih bersifat sosio-kultural daripada
murni praktek keagamaan. jilbab tidak bisa dijadikan kewajiban. Pemakaian jilbab
murni tindakan suka rela di antara sebagian perempuan Muslim. Berbeda dengan
Ibnu Taimiyah yang berpendapat bahwa jilbab adalah baju wanita yang berukuran
panjang dari ujung kepala wanita sehingga tidak ada bagian yang kelihatan,
kecuali hanya bagian mata. Sedangkan persamaan keduanya memiliki perhatian
yang besar dalam merekontruksi pemikiran keaagamaan tentang ketidakadilan
terhadap perempuan. Walau keduanya memakai cara yang berbeda dalam
memahami tentang ketidakadilan dalam masalah perempuan ini.
xvii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
SURAT PERNYATAAN ii
HALAMAN NOTA DINAS iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................. v
PEDOMAN PERSEMBAHAN vi
PEDOMAN TRANSLITERASI vii
KATA PENGANTAR xii
ABSTRAK ................................................................................................... xv
DAFTAR ISI xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 9
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................ 9
D. Telaah Pustaka ........................................................................................ 10
E. Kerangka Peneltian ................................................................................. 19
F. Metodologi Penelitian ............................................................................. 21
G. Sistematika Pembahasan ......................................................................... 24
BAB II BIOGRAFI IBNU TAIMIYAH DAN ASGHAR ALI ENGINEER
A. Biografi Ibnu Taimiyah
1. Riwayat Hidup Ibnu Taimiyah ........................................................... 26
2. Kondisi Sosial-Politik Pada Masa Ibnu Taimiyah ............................. 31
3. Karya-karya Ibnu Taimiyah ............................................................... 33
xviii
B. Biografi Asghar Ali Engineer
1. Riwayat Asghar Ali Engineer ............................................................ 36
2. Kondisi Sosial-Politik Pada Masa Asghar Ali Engineer .................... 38
3. Karya-karya Asghar Ali Engineer ...................................................... 40
BAB III PENAFSIRAN IBNU TAIMIYAH DAN ASGHAR ALI ENGINEER
A. Penafsiran Ibnu Taimiyah terhadap Q.S. An-Nur: 31 dan Q.S. Al-Ahzab: 59-
60 ............................................................................................................. 43
B. Penafsiran Asghar Ali Engineer terhadap Q.S. An-Nur: 31 dan Q.S. Al-
Ahzab: 59-60 ........................................................................................... 67
BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN IBNU TAIMIYAH DAN ASGHAR ALI
ENGINEER
A. Persamaan Penafsiran Ibnu Taimiyah dan Asghar Ali Engineer ............ 84
B. Perbedaan Penafsiran Ibnu Taimiyah dan Asghar Ali Engineer............. 84
C. Analisis Penafsiran Ibnu Taimiyah dan Asghar Ali Engineer ................ 87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 92
B. Saran-saran .............................................................................................. 95
DAFTAR PUSTAKA 96
SURAT PERNYATAAN JILBAB ............................................................. 99
CURICULUM VITAE 100
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an merupakan sumber hukum Islam yang pertama. Al-Qur‟an
selain menjadi sebuah kitab ajaran-ajaran moral juga memuat unsur-unsur
legislasi, karena secara pragmatis, al-Qur‟an banyak merefleksikan ide-ide
yang merupakan representasi otentik dari peristiwa-peristiwa pada masa
nabi, sehingga ia tidak bisa lari dari seluruh praktik dan institusi sosial
yang dominan saat itu.1
Perhatian umat manusia terhadap al-Qur‟an tidak ada bandingannya.
Perhatian tersebut tidak terbatas dari umat Islam saja tetapi juga dari umat
manusia pemeluk agama lain selain Islam. Semua aspek dari al-Qur‟an
tidak ada habisnya untuk diteliti mulai huruf demi huruf, kata demi kata,
pemilihan kosa kata, ayat demi ayat, surat demi surat, susunan redaksi,
sebab-sebab turun, waktu turun, proses penyampaian, tata cara membaca
serta etika membacanya, kandungan yang tersurat maupun tersirat, dari al-
Qur‟an yang bersifat supranatural yang historis hingga al-Qur‟an yang
bersinggungan dengan ruang dan waktu yang bersifat historis. Semua
aspek tersebut terus diteliti dari berbagai bidang keilmuan dan pendekatan
1 Khairuddin Nasution, “Ushul Fiqh: Sebuah Kajian Fiqh Perempuan” dalam Ainurrafiq
(ed.), Madzab Jogja, Menggagas Paradigma Ushul Fiqh Kontemporer, cet. Ke-1, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz, 2002), hlm. 250.
2
yang berbeda. Bahkan hasil karya yang membahas aspek-aspek tersebut
tidak henti-hentinya menjadi suatu penelitian.2
Al-Qur‟an adalah kitab yang sebagian ayat-ayatnya bersifat yahtamil
wujuh al-ma‟na, memungkinkan banyak makna atau penafsiran, atau
dalam ungkapan Martin Whittingham—one book many meanings (satu
kitab banyak makna). Imam Sahl Ibn Abdullah al-Tusturi (w. 283 H),
seorang tokoh tafsir Sufi pernah mengatakan bahwa: “Seandainya seorang
hamba diberikan pemahaman al-Qur‟an dalam setiap satu hurufnya
seribu pemahaman, niscaya hal itu belum sampai menghabiskan seluruh
makna yang dikandung oleh firman Tuhan tersebut. Sebab sebagaimana
kalam Allah adalah sifatn-Nya, dan Allah adalah tak terbatas (unlimited),
maka kandungan makna kalam-Nya itu juga tak terbatas”. Maka dari itu,
secara historis-faktual, seiring dengan perjalanan sejarah peradaban umat
Islam, tafsir mulai menggunakan berbagai pendekatan penafsiran.
Perbedaan latar belakang keilmuan,maupunkonteks sosio-historis
penafsirannya juga ikut mewarnai corak penafsiran dan meramaikan
„bursa‟ terjadinya warna-warni penafsiran al-Qur‟an.3
Penafsiran terhadap ayat al-Qur‟an terus berlanjut dan selalu
mengalami perkembangan, banyak sekali ayat-ayat al-Qur‟an yang
2 Alfi Nur ‟Aini, “Penafsiran QS. An-Nisa‟ (4): menurut Ibn Asyur dan Muhammad
Quraish Shihab,” Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta 2015.
3 Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur‟an: Studi Aliran-Aliran Tafsir dari
Periode Klasik, Pertengahan, hingga Modern-Kontemporer (Yogyakarta: Pondok Pesantren LSQ
Ar-Rahman, 2012), hlm. 10-11.
3
ditafsiri oleh ulama-ulama ahli tafsir, antara lain: QS. An-Nur ayat 31 yang
berbunyi:
وقل للمؤمنات ي غضضن من أبصارهن ويفظن ف روجهن ول ي بدين زينت هن إل ما ظهر ها وليضر بن بمرهن على جيوبن ول ي بدين زينت هن إل لب عولتهن أو آبائهن أو آباء من
أو واتن ب عولتهن أو أب نائهن أو أب ناء ب عولتهن أو إخوانن أو بن إخوانن أو بن أخ ربة من الرجال أو الطفل ال يذين نسائهن أو ما ملكت أيان هن أو التابعني غي أول ال
توبوا ل يظهروا على عورات النساء ول يضربن بأرجلهن لي علم ما يفني من زينتهن و يعا أي ها المؤم نون لعلكم ت فلحون إل الله ج
Artinya:
“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka
menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat.
Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada
suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-
putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara
laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-
putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam)
mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan
laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat
perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kaki-nya agar
diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu
semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu
beruntung.4”
Di dalam suatu riwayat dijelaskan, dahulu perempuan perempuan
Arab, terutama kaum muhajirin belum menutup kepala mereka. Akan
tetapi, setelah turun ayat yang memerintahkan untuk menutup bagian
kepala sampai dada mereka, maka mereka merobek sebagian azra
4 Al- Kalam Digital Versi 1.0 (Bandung: Penerbit Diponegoro, 2009), hlm. 353.
4
(selimut) mereka untuk dikenakan dalam menutupi bagian kepala, leher
dan dada mereka.5
Kemudian ayat lainnya bersangkutan dengan ayat di atas yaitu QS.
Al-Ahzab ayat 59-60:
زواجك وب ناتك ونساء المؤمنني يدنني عليهن من جلبيبهن ذل ك يا أي ها النب قل ل ينته المنافقون واليذين -٩٥-غفورا رحيما أدن أن ي عرفن فل ي ؤذين وكان الله لئن ل
رض والمرجفون ف المدينة لن غري نك بم ث ل ياورونك فيها إل قليل - ف ق لوبم م٠٦-
Artinya:
“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu dan istri-istri orang Mukmin, “Hendaklah mereka
menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu
agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak
diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. Sungguh,
jika orang-orang munafik, orang-orang yang berpenyakit dalam
hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Medinah
tidak berhenti (dari menyakitimu), niscaya Kami Perintahkan engkau
(untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak lagi menjadi
tetanggamu (di Medinah) kecuali sebentar”. (Q.S Al-Ahzāb 59-60).6
Sebagian orang menafsirkan ayat ini dengan cara lain. Mereka
mengatakan bahwa yang dimaksud adalah agar wanita-wanita itu dapat
dikenali sehingga mereka bukan seperti itu (diperjualbelikan), karena bila
wanita memelihara kehormatan dan harga dirinya maka orang yang ada
penyakit di dalam hatinya pun akan menunjukkan rasa hormat kepadanya.7
5 Ahmad Suhendra, Kontestasi Identitas Melalui Pergeseran Interpretasi Hijab dan Jilbab
DalamAl Qur‟an {Palastren, Vol. 6, No. 1, 2013}, hlm. 10.
6 Al- Kalam Digital Versi 1.0 (Bandung: Penerbit Diponegoro, 2009), hlm. 418.
7 Murtadha Muthahhari, Gaya Hidup Wanita Islam.(Bandung: Mizan, 1994), hlm. 174.
5
Menurut pendapat Ibnu Taimiyah mengenai ayat di atas, maka sejak
saat itu kaum wanita tertutup dari pandangan kaum lelaki. Hal itu terjadi
ketika nabi SAW mengawini Zainab binti Jahsy, beliau menurunkan kain
penutup pada dirinya dan mencegah orang lain melihatnya.8 Ubaidah As-
Salmani dan ulama lain menerangkan, bahwa wanita-wanita mukmin
mempraktekkan perintah itu dengan menurunkan jilbabnya dari ujung
kepala hingga tidak kelihatan, kecuali bagian mata saja sekedar dapat
melihat jalan.9
Ada banyak kontroversi mengenai ayat di atas dalam Islam. Kata
kunci yang menjadi sumbu kontroversi dalam interpretasi ini adalah ma
zahara minha yaitu, apa yang nampak. Kontroversi sesungguhnya adalah
mengenai bagian tubuh perempuan yang mana yang boleh diperlihatkan.10
Hukum hijab atau jilbab adalah satu diantara hukum Islam yang esensial
dan pasti. Tidak satupun ulama Islam yang berselisih paham tentang wajib
hijab ini. Perbedaan pendapat di kalangan mereka hanya terletak pada
masalah hukum, apakah wanita wajib menutup muka dan kedua telapak
tangannya, ataukah boleh membukanya.11
8 Syaikh Ibnu Taimiyah, Jilbab dan Cadar dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah, terj. Abu
Said Al-Ansori (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1994), hlm. 4.
9 Syaikh Ibnu Taimiyah, Jilbab dan Cadar dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah, hlm. 21.
10 Asghar Ali Engineer, Matinya Perempuan: Menyingkap Megaskandal Doktrin dan
Laki-laki, terj. Akhmad Affandi (Yogyakarta: IRCiSoD, 2003), hlm. 106.
11 Husein Shahab, Hijab menurut Al-Qur‟an dan Al-Sunnah (Bandung: Mizania, 2013),
hlm.80.
6
Berbicara mengenai jilbab, bisa dikatakan merupakan fenomena
menarik tersendiri yang secara terus menerus bergulir menjadi
pembicaraan hangat di tengah masyarakat, baik dalam kalangan para
pemuka agama, para pemikir Islam, ataupun masyarakat awam.
Tema jilbab tidak pernah kering untuk dibicarakan dan diteliti. Jilbab
menjadi sebuah simbol agama yang sudah melahirkan banyak polemik di
kalangan umat Islam sendiri. Pakaian yang dikenakan di sekitar kepala itu
membawa perdebatan panjang di kalangan aktivis dan cendekiawan
gender.12
Dalam penelitian ini, penulis memilih dua tokoh yang akan di bahas
dalam penulisan ini, yaitu Ibnu Taimiyah dan Asghar Ali Engineer. Hal ini
dikarenakan banyaknya perbedaan penafsiran dari kedua tokoh tersebut,
selain itu juga dilihat dari perbedaan latar belakang pendidikan dan lain
sebagainya yang tentu saja dapat mempengaruhi kedua tokoh tersebut
dalam menanggapi masalah tersebut.
Ibnu Taimiyah sendiri, dikenal sebagai seorang pemikir dengan intuisi
yang tajam dan bersikap bebas, setia pada kebenaran, piawai dalam
berpidato serta penuh keberanian dan ketekunan. Selain itu, Ibnu Taimiyah
juga dikenal sebagai seseorang yang memiliki pemikiran yang
kontroversial, bahkan sebagian ulama mengklaimnya sebagai seorang
yang murtad. Dalam berbagai kesempatan, ia sering melontarkan ide yang
12
Ahmad Suhendra, “Kontestasi Identitas Melalui Pergeseran Interpretasi Hijab Dan
Jilbab DalamAl Qur‟an”, Palastren, VI, 2013, hlm. 3.
7
lebih sering bertentangan dengan pendapat para penguasa ataupun
sebagian besar masyarakat. Meskipun sikap itu membuatnya terpojok dan
sulit, tetapi ia tidak pernah goyah dari pendiriannya semula.13
Begitupun dengan pendapatnya Ibnu Taimiyah tentang jilbab, yang
memuat banyak kontroversi pula mengenai pendapatnya itu bahwa jilbab
adalah baju wanita yang berukuran panjang. Oleh Ibnu Mas‟ud dan orang
yang sejalan dengan pendapatnya, menyebut pakaian itu disebut ar rida‟,
mantel atau jubah. Oleh kaum awam pakaian itu disebut al izar, yaitu jenis
busana longgar yang menutup seluruh tubuh, dari ujung kepala hingga
semua badan.
Ibnu Taimiyah sejalan dengan Ubaidah dan sahabat lain mengatakan,
bahwa jenis busana itu menjuntai dari ujung kepala wanita sehingga tidak
ada bagian yang kelihatan, kecuali hanya bagian mata. Termasuk jenis
busana penutup ini adalah kain penutup muka (cadar). Dengan begitu
kaum wanita harus mengenakan kain penutup sejenis cadar.
Sedangkan Asghar Ali Engineer sendiri, ialah seorang pemikir muslim
asal India yang dalam memahami perspektif gender dalam al-Qur‟an
menekankan pentingnya pemisahan antara wilayah normatif dan
kontekstual. Wilayah normatif merupakan aspek-aspek merujuk kepada
sistem nilai dan prinsip-prinsip dasar dalam al-Qur‟an seperti persamaan,
kesetaraan, dan keadilan. Prinsip-prinsip ini bersifat eternal dan dapat
13
Khalid Ibrahim Jindan, Teori Politik Islam: Telaah Kritis Ibnu Taimiyah tentang
Pemerintahan Islam (Surabaya: Risalah Gusti, 1995), hlm. 21.
8
diaplikasikan ke dalam berbagai konteks ruang dan waktu. Sedangkan
wilayah kontekstual dalam al-Qur‟an merupakan aspek-aspek yang
berkaitan dengan ayat-ayat yang diturunkan untuk merespon problem-
problem sosial tertentu pada masa itu.14
Menurut Asghar, di India dengan menjadi negeri sekuler, mengenakan
jilbab tidak bisa dijadikan kewajiban. Pemakaian jilbab murni tindakan
suka rela di antara sebagian perempuan muslim. Tentu saja, dalam kasus-
kasus tertentu, akan terdapat tekanan yang memaksa dari komunitas
lokal.15
Di negeri-negeri Islam seperti Asia Tenggara, gambaran sangatlah
berbeda. Di negara-negara ini perempuan secara tradisional telah
memainkan suatu peran ekonomi yang penting. Hampir tidak ada rumah
tangga Muslim di mana perempuan tidak mencari nafkah. Sehingga dari
permulaan mereka terbiasa terjun dalam dunia publik. Secara tradisional
tidak ada sama sekali jilbab Islam di antara mereka. Hanya setelah revolusi
Iranlah sebagian perempuan mulai mengenakan chador. Dengan demikian
di Indonesia dan Malaysia seseorang hampir tidak akan menemukan
bentuk burqa atau hijab yang seseorang temui di negara atau masyarakat
muslim lainnya. Hanya sedikit perempuan saat ini bisa dilihat mengenakan
chador di wilayah-wilayah perkotaan. Dengan demikian terlihat bahwa
14
Zoehelmy, “Relasi Suami - Istri Dalam Al Qur'an (Studi Komparasi Penafsiran Asghar
Ali Engineer Dan Nasaruddin Umar,” Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013. 15
Asghar Ali Engineer, Matinya Perempuan: Menyingkap Megaskandal Doktrin dan
Laki-laki,terj. Akhmad Affandi (Yogyakarta: IRCiSoD, 2003), hlm. 104.
9
berjilbab lebih bersifat sosio-kultural daripada murni praktek keagamaan.
Tapi argumen keagamaan mengenai jilbab tetap berjalan dengan penuh
semangat.16
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis rumuskan masalah
penelitian sebagai pijakan dasar penelitian, sebagai berikut:
1. Bagaimana penafsiran Ibnu Taimiyah dan Asghar Ali Engineer
terhadap Q.S. An-Nur: 31 dan Q.S. Al-Ahzab: 59-60?
2. Bagaimana perbedaan dan persamaan penafsiran Ibnu Taimiyah dan
Asghar Ali Engineer terhadap Q.S. An-Nur: 31 dan Q.S. Al-Ahzab:
59-60?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a) Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penafsiran Ibnu Taimiyah
dan Asghar Ali Engineer dalam Q.S. An-Nur: 31 dan Q.S. Al-
Ahzab: 59-60.
b) Mengetahui perbedaan dan persamaan mengkaji penafsiran Ibnu
Taimiyah dan Asghar Ali Engineer dalam Q.S. An-Nur: 31 dan
Q.S. Al-Ahzab: 59-60, dan dicari benag merahnya.
16
Asghar Ali Engineer, Matinya Perempuan: Menyingkap Megaskandal Doktrin dan
Laki-laki, hlm. 105.
10
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi ilmu pengetahuan dalam ranah keIslaman pada umumnya dan studi
tafsir pada khususnya.
D. Telaah Pustaka
Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang telah penulis
lakukan terkait tentang judul “Penafsiran Ibnu Taimiyah Dan Asghar Ali
Engineer atas Q.S. An-Nur: 31 dan Q.S. Al-Ahzab: 59-60”, penulis
menemukan beberapa sumber, baik itu berupa buku, artikel, skripsi,
ataupun beberapa sumber tersebut. Salah satu tema dalam ayat di atas
adalah tentang jilbab. Diantara buku-buku yang membahas tentang jilbab
antara lain:
Buku yang berjudul “Aurat dan Jilbab” karya Fuad Mohd.
Fachruddin. Dalam buku ini membahas cukup panjang dalam bidang soal
yang dihadapi, sebab ia menguraikan dan mengulas soal-soal dasar pokok
di mana manusia hidup di dalamnya sedangkan wanita dan masyarakat
berada di simpangan jalan.17
Buku tentang “Gaya Hidup Wanita Islam” karya Murtadha
Muthahari. Buku ini mengupas tentang Gaya hidup wanita yang
merupakan persoalan yang amat menentukan di masa lampau, apalagi di
zaman serba boleh (permisif) seperti sekarang ini. Masalah ini tidak hanya
17
Fuad Mohd. Fachruddin, Aurat dan Jilbab dalam Pandangan Mata Islam (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1984).
11
berkaitan dengan moral, tapi bahkan menembus hampir semua dimensi
kehidupan umat manusia, sosiologi, pendidikan, psikologi dan ekonomi.18
Buku mengenai “Hijab menurut al-Qur‟an dan al-Sunnah” karya
Husein Shahab. Buku ini ditulis berdasar dua buku karya ulama terkemuka
dunia Islam, yaitu Muthahari dan Abul A‟la al Maududi yang membahas
masalah jilbab menurut al-Qur‟an, hadis, dan falsafah hukumnya. Serta
menjawab kemusykilan pemutarbalikan makna hijab yang bisa
menyesatkan khalayak pelajar dan mahasiswa awam.19
Buku yang berjudul “Kebebasan Wanita” karya Abdul Halim Abu
Syuqqah. Buku ini menyoroti masalah wanita dari sudut pakaian dan
perhiasan yang dikenakannya, yang tentu saja dengan kontroversi yang ada
seputar hal tersebut. Kontroversi tersebut terjadi dalam warna, ukuran,
model, danlain sebagainya. Masing-masing pendapat itu didasari oleh
nash-nash al-Qur‟an maupun as-Sunnah. Di sini juga membahas secara
terperinci mengenai cadar, apakah merupakan perintah yang harus
dijalankan, tradisi masyarakat Arab, atau tidak diperintahkan oleh Islam,
dan semua itu disajikan dengan dalil-dalil yang shahih.20
Buku yang berjudul “Etika Berpakaian Bagi Perempuan” karya
Muhammad Walid. Buku ini mendeskripsikan tentang etika muslimah
dalam memilih dan memakai pakaian yang tidak hanya sekadar menjaga
18
Murtadha Muthahhari, Gaya Hidup Wanita Islam (Bandung: Mizan, 1994).
19 Husein Shahab, Hijab menurut Al-Qur‟an dan Al-Sunnah (Bandung: Mizania, 2013).
20 Abdul Halim Abu-Syiqqah, Kebebasan Wanita (Jakarta: Gema Insani Press, 1997).
12
kehormatan dan kesucian seorang muslimah, namun juga pakaian yang
enak dipandang dan tidak ketinggalan zaman. Seringkali ia menemukan
seorang muslimah merasa pakaian yang digunakan kurang gaul kalau tidak
ada bagian-bagian “auratnya” yang nampak, sementara itu menampakkan
aurat adalah sesuatu dianggap sesuai dengan semangat modernitas dan
justru tidk ketinggalan zaman. Di sini juga memberikan gambaran cara
berpakaian muslimah yang tidak saja etis tapi juga estetis melaui
penyingkapan makna berpakaian perspektif hadis nabi yang dikuliti tidak
hanya sekadar makna lafadznya, tapi juga makna subtansinya.21
Buku tentang “Panduan Berbusana Islami” karyaSyaikh Abdul
Wahhab Abdussalam Thawilah. Buku ini menjelaskan tentang bagaimana
busana Islami yang sebenarnya. Selain itu, buku ini hadir dalam benntuk
informasi, bukan doktrin terhadap satu paham tertentu.di dalamnya
disajikan berbagai pendapat para ulama mulai generasi sahabat hingga
ulama muta‟akhirin.22
Buku yang berjudul “Fiqh Perempuan Berwawasan Gender” karya
Tutik Hamidah. Buku ini berupaya menyajikan dekontruksi fikih
perempuan klasik sekaligus rekontruksinya yang dipandang lebih responsif
dan akomodatif terhadap kebutuhan perempuan pada masa sekarang, yang
sudah mencapai tahap kemajuan setara dengan laki-laki. Dekontruksi fikih
21
Muhammad Walid, Etika Berpakaian Bagi Perempuan (Malang: UIN Malang Press,
2012).
22 Syaikh Abdul Wahhab Abdussalam Thawilah, Panduan Berbusana Islami (Jakarta:
Almahira, 2007).
13
perempuan bukan berarti mengabaikan atau meninggalkan fikih klasik
yang sudahnyata berhasil menjadi pilar peradaban Islam selama berabad-
abad. Namun, justru mengaktulkan atau membumikan fikih pada realitas
yangsedang dihadapi pada masa sekarang. Dengan kata lain, dekontruksi
fikih perempuan berarti menghilangkan unsur-unsur budaya yang melekat
pada fikih klasik yang sudah tidak relevan lagi pada zaman sekarang,
dengan tetap mengambil dan mempertahankan nilai-nilai subtansinya.23
Buku yang berjudul “Jilbab dan Cadar dalam al-Qur‟an dan as-
Sunnah” karya Syaikh Ibnu Taimiyah, dkk. Buku ini mengupas secara
detail mengenai aurat ketika busana ketika shalat, hukum berjabat tangan,
hijab dan safur,dan lain sebagainya, yang merupakan tulisan dari empat
penulis besar yang karyanya terangkum dalam buku ini, yang berguna
untuk membentengi diri dari kebobrokan moral dan khususnya dalam
menjaga kehormatan wanita.24
Buku yang berjudul “Risalah-Risalah Ibnu Taimiyah” karya Ibnu
Taimiyah. Buku ini adalah salah satu penerbitan serial dari bukunya yang
berjudul Majmu‟atur Rasailil Kubra Li Ibni Taimiyah dalam dua jilid buku
tebal, yang diterbitkan secara tematik dan membahas dalam berbagai
bidang, seperti ibadah, hadis, dan lain-lain. Karena itu, menyimak tulisan
Ibnu Taimiyah, akan mengundang pembaca untuk memurnikan iman dan
23
Tutik Hamidah, Fiqh Perempuan Berwawasan Gender (Malang: UIN Malang Press,
2011).
24 Syaikh Ibnu Taimiyah, Jilbab dan Cadar dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah, terj. Abu
Said Al-Ansori (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1994).
14
kembali pada al-Qur‟an dan al-Hadits yang merupakan penting bagi
seorang muslim yang tidak bisa ditinggalkan sedetik-pun.25
Buku yang berjudul “Risal-Risalah Ibnu Taimiyah tentang Tafsir al-
Qur‟an” karya Ibnu Taimiyah. Buku ini membahas secara khusus tentang
Tafsir surat al-Hajj, al-Mu‟awwidzataini, dan nuzul al-Qur‟an. Di sini,
Ibnu Taimiyah menuangkan berbagai buah pemikirannya dengan begitu
aktual.26
Buku yang berjudul “Islam dan Pemmbebasan” karya Asghar Ali
Engineer. Buku ini dimaksudkan untuk menambah hiruk pikuk pencarian
Islam di masa depan. Di sini, Asghar mendorong pembaca untuk
memikirkan kembali asumsi-asumsi kepercayaan, pemikiran, dan sikap
keberagaman kita secara radikal.27
Buku yang berjudul “Islam dan Teologi Pembebasan” karya Asghar
Ali Engineer. Muatan buku ini ibarat pisau tajam yang mampu
mengoperasi berbagai kebuntuan dan kemacetan kehidupan beragama dari
umat Islam sekarang ini. Sasaran dari buku ini cukup jelas, yaitu berbagai
titik simpul yang sangat strategis dari wacana keagamaan umat Islam,
yaitu keadilan yang menjangkau pada masalah sosial, ekonomi dan politik.
25
Ibnu Taimiyah, Risalah-Risalah Ibnu Taimiyah Tentang Ibadah, terj. Qadirun Nur (
Solo: Pustaka Mantiq, 1995).
26Ibnu Taimiyah, Risalah-Risalah Ibnu Taimiyah Tentang Tafsir al-Qur‟an, terj. Qadirun
Nur ( Solo: Pustaka Mantiq, 1995).
27 Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan terj. Hairus Salim (Yogyakarta: LkiS,
2007).
15
Tidak sebagai refleksi dari penajaman atau penafsirannya atas akar teologi
Islam, yaitu Tauhid.28
Buku yang berjudul “Pembebasan Perempuan” karya Asghar Ali
Engineer. Buku ini merupakan menjelajah secara cermat, teliti, dan detil
tentang persoalan-persoalan krusial di masyarakat muslim, terutama yang
terkait dengan perjuangan mewujudkan kesetaraan. Persoalan hukum
keluarga, talak, perempuan di wilayah publik, poligami, dan cadar yang
tema-tema yang menonjol dalam buku ini. Kajian kritis seperti yang tersaji
dalam buku ini penting untuk digelorakan, sebagai salah satu wujud
perlawanan atas otoritas dan hegemoni yang tanpa batas. Dengan
demikian, agama benar-benar dapat berfungsi sebagai pembebas dan
rahmatal lil „alamin.29
Sedangkan di antara skripsi-skripsi yang berkaitan dengan
permasalahan ini adalah tentang jilbab, antara lain:
Skripsi yang berjudul ”Jilbab dalam pandangan Abu al A‟la al
Maududi dan Muhammad Nasiruddin al Bani” karya Bahrul Ulum.
Penelitian ini mengambil dua tokoh di zaman yang berbeda dan kawanan
yang berbeda pula.dalam penelitian ini, Al-Bani membahas jilbab
muslimah lebih bersikap teliti, khususnya ketika mengemukakan hadis
atau dalil seputar jilbab ini. Hampir seluruh hadis yang dijadikan dalil
28
Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, terj. Agung Prihantoro
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003).
29 Asghar Ali Engineer, Pembebasan Perempuan. Terj. Agus Nuryanto (Yogyakarta:
LKIS, 2013).
16
dalam masalahini, Al Bani selalu menampilkan takhrij dan terkadang
memberikan komentar (taliq) seputar sanad hadisnya. Apa yang dilakukan
Al-Bani ini tidaklah mengherankan mengingat adalah seorang yang
kompeten di bidang kritik hadis. Berbeda dengan Al-Maududi cenderung
berkiblat kepada tokoh-tokoh gerakan garis kanan dan gerakan spritual
yang kental.hal ini tidak mengherankan karena Al-Maududi hidup ketika
barat sedang gencar-gencarnya melakukan ekspansi wilayah, politik,
agam, maupun budaya.30
Skripsi yang membahas tentang “Konsep Jilbab perempuan dalam
Islam (Studi atas pemikiran Yusuf al-Qardawidan Muhammad Syahrur)”
karya Fikria Najitama. Di sini membahas konsep jilbab yang sesuai
dengan Islam, dengan membandingkan dua tokoh yaitu Yusuf al-Qardawi
dengan Muhammad Syahrur. Yusuf al-Qardawi sendiri merupakan sosok
ulama yang memadukan model holistik dalam memahami nas-nas hukum.
Menurut al-Qardawi, jilbab adalah perintah Allah, bukanlah ijtihad para
ahli fiqh dan bukan pula bid‟ah yang di buat-buat oleh umat Islam.
Sedangkan Syahrur memandang jilbab lebih merupakan persoalan aib dan
malu secara adat daripada persoalan haram dan halal, dengan analisis
linguistik dan teori ilmiahnya, ia mengelaborasi persolaan tentang jilbab.
Di sinilah kemudian konsep jilbab tersebut direlevansikan ke dalam
30
Bahrul Ulum, “Jilbab dalam pandangan Abu al A‟la al Maududi dan Muhammad
Nasiruddin al Bani,” Skripsi Fakultas Syari‟ah dan Hukum Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2008.
17
konteks ke-Indonesiaan yang tidak keluar dari prinsip-prinsip yang ada
dalam al-Qur‟an.31
Skripsi tentang ”Konsep Jilbab dalam Hukum Islam (Studi Pemikiran
K.H Husein Muhammad)” karya Qoidud Duwal. Di sini, Husein
Muhammad berpendapat kewajiban jilbab sudah tidak berlaku dalam era
sekarang, namun juga tidak dilarang pemakaiannya. Husein berpendapat
bahwa latar belakang historitas turunnya ayat jilbab adalah untuk
membedakan perempuan muslimat yang tidak terhormat dan hamba
sahaya. Husein beralasan bahwa hukum muncul karena ada suatu
keniscayaan yaitu adanya „illat. Ketika illat hukum sudah tidak ada, maka
hukumnya pun ikut gugur pula. Ayat jilbab sangat terkait dengan hal ini.
Illat hukum kewajiban jilbab adalah bertujuan untuk membedakan anatara
perempuan muslimah yang merdeka dengan perempuan budak. Dalam era
sekarang perbudakansudah dihapuskan di dunia dan juga Islam, maka
kewajiban jilbab juga hilang seiring hilangnya perbudakan sebagai illat.
Namun, pemakaiaanya juga tidak dilarang. Seperti halnya di Indonesia,
kesopanan masyarakat Indonesia dengan Arab jelas berbeda. Relevansi
jilbab dalam konteks keindonesiaan tidak pernah lepas dengan perpolitikan
Indonesia.32
31
Fikria Najitama, “Konsep Jilbab Perempuan dalam Islam (Studi Atas Pemikiran Yusuf
Qaradawi dan Muhammad Syahrur)," Skripsi Fakultas Syari‟ah dan Hukum Islam UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta 2004. 32
Qoidud Duwal, “Konsep Jilbab dalam Hukum Islam (Studi Pemikiran K.H Husein
Muhammad),” Skripsi Fakultas Syari‟ah dan Hukum Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2009.
18
Kemudian, artikel-artikel yang membahas tentang permasalahan ini
antara lain:
Artikel yang berjudul “Kontestasi Identitas Melalui Pergeseran
Interpretasi Hijab Dan Jilbab Dalam Al Qur‟an” karya Ahmad Suhendra.
Artikel ini membahas reinterpretasi yang relevan tentang jilbab. Jilbab
adalah pakaian yang telah ada jauh sebelum Islam datang. peradaban
Yunani dan Romawi juga akrab dengan jilbab sebagai pakaian kain yang
dikenakan oleh perempuan. Bahkan, di beberapa daerah, perempuan
sangat ketat memakai jilbab jika dibandingkan dengan aturan yang
diberikan Islam. Setiap peradaban dan agama memiliki interpretasi yang
berbeda, seperti orang-orang di Indonesia. Apresiasi masyarakat Indonesia
pada jilbab juga bergeser.33
Artikel tentang “Trend Jilbab Mewarnai Kampus” karya Maiyusnida.
Artikel ini menjelaskan tentang jenis-jenis jilbab yang dipakai dalam
berbagai negara, termasuk Indonesia. Di sini, ia juga mewancarai beberapa
mahasiswi di kampusnya tersebut. Kemudian di ikuti dengan bagaimana
cara memakai busana jilbab dengan baik dan benar.
Demikianlah beberapa tulisan yang penulis temukan selama proses
penelusuran pustaka, dan dalam proses ini tidak ditemukan sebuah karya
yang secara khusus mencoba mengkomparasikan Penafsiran Ibnu
Taimiyah dan Asghar Ali Engineer atas Q.S. An-Nur: 31 dan Q.S. Al-
33
Ahmad Suhendra, “Kontestasi Identitas Melalui Pergeseran Interpretasi Hijab Dan
Jilbab DalamAl Qur‟an”, Palastren, VI, 2013.
19
Ahzab: 59-60. Atas dasar inilah penulis tertarik untuk membahas kedua
tokoh yang berseberangan penafsirannya dalam Q.S. An-Nur: 31 dan Q.S.
Al-Ahzab: 59-60 untuk melihat metode serta konsep keduanya dalam
menafsirkan ayat tersebut.
E. Kerangka Teori
Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang sempurna. Satu-satunya bacaan
yang tidak ada bandingannya. Sepanjang sejarah tidak satu pun karya yang
bisa menandinginya Maha karya Tuhan yang sempurna dan mulia ini. Al-
Qur‟an juga merupakan bacaan yang paling banyak dibaca oleh ratusan
juta orang di dunia, baik yang mengerti artinya ataupun yang tidak
mengerti artinya.34
Oleh karena itu untuk memahami al-Qur‟an dengan
benar dan lengkap, untuk itu, perlu memahami posisi Nabi Muhammad
sebagai nabi yang terakhir, konsekwensi dari pernyataan tersebut adalah
ajaran yang dibawanya diharapkan harus selalu relevan sepanjang
zaman.35
Dalam perkara ini nabi berada dalam posisi dilematis, ajaran yang
dibawanya dibagi menjadi dua jenis. Pertama, nas normatif-universal yang
bebas konteks. Nas jenis ini berguna dan disediakan sebagai sarana untuk
menuntaskan persoalan-persoalan yang mungkin terjadi di masa depan
setelah nabi wafat yang dihadapi umat manusia dari seluruh penjuru dunia
34
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an: Tafsir Tematik atas pelbagai Persoalan
Umat (Bandung: Penerbit Mizan, 2013), hlm. 3.
35 Khairuddin Nasution, “Ushul Fiqh: Sebuah Kajian Fiqh Perempuan” dalam
Ainurrafiq (ed.), Madzab Jogja, Menggagas Paradigma Ushul Fiqh Kontemporer, cet. Ke-1,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2002), hlm. 249.
20
di luar negara dan bangsa Arab. Kedua, nas praktis-temporal. Nas ini
dimaksudkan untuk menjawab persoalan-persoalan dan kasus-kasus
masyarakat Arab, khususnya di masa pewahyuan. Nas jenis ini sarat
dengan konteks Arab.36
Untuk memahami permasalahan tersebut, penulis akan menggunakan
metode penelitian komparatif, yaitu membandingkan sesuatu yang
memiliki fitur yang sama, sering digunakan untuk membantu menjelaskan
sebuah prinsip atau gagasan.37
Secara teoritik, perbandingan ini termasuk
dalam perbandingan tokoh38
, yaitu membandingkan pemikiran Ibnu
Taimiyah dan Asghar Ali Engineer. Kemudian secara teknis, penulis
menggunakan separated comparative method, yaitu model perbandingan
yang cenderung terpisah.39
Jadi, penulis dalam Bab III, akan menjelaskan
tentang sumber-sumber tafsir menurut dua tokoh, yaitu Ibnu Taimiyah dan
Asghar Ali Engineer secara sendiri-sendiri.
Kemudian, langkah-langkah metodis yang akan dilakukan dalam
metode komparatif adalah sebagai berikut40
:
1. Menentukan tema yang akan diriset.
2. Mengidentifikasi aspek-aspek yang hendak diperbandingkan.
36
Khairuddin Nasution, “Ushul Fiqh: Sebuah Kajian Fiqh Perempuan, hlm. 250.
37 Abdul Mustaqim, Metodologi Penelitian Al-Qur‟an dan Tafsir (Yogyakarta: Idea Press,
2014), hlm. 132.
38 Abdul Mustaqim, Metodologi Penelitian Al-Qur‟an dan Tafsir, hlm. 173.
39 Abdul Mustaqim, Metodologi Penelitian Al-Qur‟an dan Tafsir, hlm. 134.
40 Abdul Mustaqim, Metodologi Penelitian Al-Qur‟an dan Tafsir, hlm. 137.
21
3. Mencari keterkaitan dan faktor-faktor yang mempengaruhi antar
konsep.
4. Menunjukkan kekhasan dari masing-masing pemikiran tokoh.
5. Melakukan analisis secara mendalam dan kritis dengan disertai
argumentasi data.
6. Membuat kesimpulan-kesimpulan untuk menjawab problem
risetnya.
F. Metode Penelitian
Dalam sebuah karya ilmiah atau penelitian, sebuah metode sangat
penting dan sangat diperlukan. Metode selain sebagai pondasi awal dalam
sebuah karya, juga sebagai penuntun dan pengarah dalam tindak penelitian
supaya pembahasannya sietematis, sehingga sebuah karya atau penelitian
bisa fokus dan sampai pada tujuan yang dicari. Adapun metode yang
digunakan dalam penelitian terdiri dari berbagai aspek, antara lain:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Library
research (penelitian kepustakaan), yaitu penelitian yang sumber datanya
diambil dari bahan-bahan tertulis yang telah dipublikasikan baik melalui
cetak maupun elektronik yang berkaitan dengan tema penelitian ini yaitu
penafsiran Ibnu Taimiyah dan Asghar Ali Engineer atas Q.S. An-Nur: 31
dan Q.S. Al-Ahzab: 59-60.
2. Sumber Data
22
Penelitian ini termasuk kedalam kajian pustaka dengan fokus utama
kajian mengenai penafsiran ayat, yang memanfaatkan sumber kepustakaan
untuk memperoleh data tentang penelitian terkait berupa data primer
maupun data sekunder.41
Adapun data primer dari penelitian ini adalah
Q.S. An-Nur: 31 dan Q.S. Al-Ahzab: 59-60. Sedangkan data sumber
sekunder yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data-data lain
yang terkait dengan topik kajian baik bersumber dari buku, majalah, artikel
jurnal maupun media lain seperti internet yang secara fokus membahas
mengenai masalah tersebut.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pertama kali, tindakan yang dilakukan dalam pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah mengumpulkan berbagai data, informasi baik
itu dari sumber primer atau sekunder. Langkah selanjutnya, setelah data
terkumpul, peneliti memilih-memilah sesuai dengan bab atau sub bab
bahasan yang ada, kemudian data yang ada dianalisis dengan kritis dan
kompeherensif.
4. Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka penelitian menggunakan metode
Analitis deskriptif. Dan metode komparatif. Dengan menggunakan metode
ini dimaksudkan agar penelitian itu dapat menggambarkan secara detil
penafsiran ayat tentang jilbab menurut kedua tokoh tersebut. Berikut
41 Cepi Cahyadi, “Penafsiran Ayat-ayat Tentang Ulil Amri (Studi Komparatif Penafsiran
Sayyid Quthb Dan Ibnu Taimiyah Terhadap QS An-Nisa: 58 - 59 Dan 83),” Skripsi Fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2015.
23
beberapa metode yang akan digunakan untuk menganalisis data yang
terkumpul, yaitu:
a. Metode deskriptif-analisis. Metode ini digunakan dalam rangka
memberikan gambaran data yang ada mengenai masalah tersebut,
kemudian data itu dianalisa dengan cara analisa interpretatif,
sedangkan metode analisis digunakan penulis untuk melakukan
pemeriksaan secara konseptualis atas makna yang terkandung dalam
setiap penafsiran mufassir.
b. Kemudian, dalam penelitian ini penulis juga menggunakan metode
komparasi. Maksud penulis menggunakan metode ini adalah untuk
membandingkan konsep penafsiran serta hasil dari penafsirannya itu
sendiri. Dari perbandingan ini kemudian akan ditemukan perbedaan
dan persamaannya yang nantinya akan ditarik benang merahnya dan
dikorelasikan dengan konteks ke-Indonesiaan.
5. Pendekatan
Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah dengan
cara pendekatan Historis Filosofis model strukturalisme genetic, yaitu
dengan menganalisis tiga unsur kajian: 1) menganalisis intrinsik teks itu
sendiri, 2) merunut akar-akar historis secara kritis latar belakang kedua
tokoh tersebut; apa alasan mereka menggulirkan gagasan tersebut, 3)
menganalisis kondisi sosio-historisn yang melingkupinya. Dengan
pendekatan historis, akan tampak kerangka keagamaan (diversity),
perubahan (change) dan kesinambungan (continuity). Sedangkan dengan
24
pendekatan filosofis akan tampak struktur dasar dari pemikiran kedua
pemikir tersebut, meskipun latar sosio historis kedua tokoh tersebut
berbeda. Mencari fundamental struktur itulah yang menjadi ciri
pendekatan filosofis.42
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan rangkain pembahasan yang
terdapat dalam suatu penelitian yang akan disusun penulis, di mana antara
satu bab dengan bab lainnya saling berkaitan sebagai satu kesatuan yang
utuh. Sistematika ini merupakan deskripsi sepintas yang mencerminkan
urutan bahasan dari setiap bab. Agar penulisan ini dapat dilakukan secara
runtut dan terarah, maka penulisan karya ini dibagi menjadi empat bab
yang disusun berdasarkan sistematika berikut ini:
Bab pertama,merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah
pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua, penulis akan mendeskripsikan sosok Ibnu Taimiyah dan
Asghar Ali Engineer. Pada bagian pertama akan dipaparkan tentang
biografi Ibnu Taimiyah, yang di dalamnya meliputi, antara lain: riwayat
hidup Ibnu taimiyah, kondisi sosial-politik pada masa Ibnu Taimiyah, dan
karya-karya Ibnu Taimiyah. Kemudian pada bagian kedua akan
42
Abdul Mustaqim, Metodologi Penelitian Al-Qur‟an dan Tafsir (Yogyakarta: Idea Press,
2014) hlm. 173.
25
dipaparkan tentang biografi Asghar Ali Engineer, yang di dalamnya
meliputi, antara lain : riwayat hidup Asghar Ali Engineer, kondisi sosial-
politik pada masa Asghar Ali Engineer, dan karya-karya Asghar Ali
Engineer,.
Bab ketiga, berisi mengenai penafsiran Ibnu Taimiyah dan Asghar Ali
Engineer, yang meliputi tentang penafsiran Ibnu Taimiyah terhadap Q.S.
An-Nur: 31 dan Q.S. Al-Ahzab: 59-60, kemudian penafsiran Asghar ali
engineer terhadap Q.S. An-Nur: 31 dan Q.S. Al-Ahzab: 59-60, sedangkan
pada bagian terakhir, akan dipetakan mengenai persamaan dan perbedaan
Ibnu Taimiyah dan Asghar Ali Engineer.
Bab keempat atau terakhir merupakan bagian penutup yang berisikan
kesimpulan dan saran terhadap penelitian.
92
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Menurut penafsiran Ibnu Taimiyah, Qur‟an surat an-Nur ayat 31 dan al-
Ahzab ayat 59-60, menerangkan secara jelas tentang perintah Allah
kepada kaum lelaki dan wanita, supaya menahan pandangan dan
memelihara kemaluannya.168
Wanita diberi jilbab tidak lain agar tidak
terlihat wajah dan tangannya.169
Ubaidah dan sahabat lain mengatakan, bahwa jenis busana itu
menjuntai dari ujung kepala wanita sehingga tidak ada bagian yang
kelihatan, kecuali hanya bagian mata. Dengan begitu, kaum wanita harus
menggunakan kain penutup muka sejenis cadar.170
Sedangkan menurut penafsirannya Asghar Ali Engineer, Ayat ini
meminta perempuan khususnya untuk tidak mempertontonkan
perhiasannya.171
Asghar menunjukkan bahwa dalam konteks sosio-
168
Syaikh Ibnu Taimiyah, Jilbab dan Cadar dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah, terj. Abu
Said Al-Ansori (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1994), hlm. 21.
169 Syaikh Ibnu Taimiyah, Jilbab dan Cadar dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah, terj. Abu
Said Al-Ansori, hlm. 23.
170 Syaikh Ibnu Taimiyah, Jilbab dan Cadar dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah, terj. Abu
Said Al-Ansori, hlm. 5.
171 Asghar Ali Engineer, Matinya Perempuan: Menyingkap Megaskandal Doktrin dan
Laki-laki, terj. Akhmad Affandi, hlm. 113. Lihat juga Maulana Muhammad Ali. The Holy Qur‟an.
(Lahore, 1973) hlm. 819.
93
kulturalnya, membiarkan muka dan tangan terbuka itu diperbolehkan.172
Dia bebas bekerja di luar rumah dan ambil bagian dalam aktivitas-aktivitas
sosial. Kendati demikian dia tidak boleh mencoba menjadi tidak
sederhana dan berpakaian dengan cara yang mengabaikan daya tarik
seksual dan konteks sosio-kulturalnya.173
Secara keseluruhan, ketiga ayat tersebut tidak membahas satu tema
secara khusus, tetapi membahas permasalahan secara global (umum), yaitu
membahas permasalahan tentang menundukkan pandangan, menjaga
kehormatan diri, dan menutup aurat dengan memakai jilbab yang dapat
menutup kepala, leher, dan dada, yaitu dengan memakai busana muslimah.
Namun, ayat ini biasanya menjadi dalil permulaan diperintahkannya
memakai jilbab bagi kaum wanita.
2. Kemudian, dalam memahami sebuah ayat al-Qur‟an Ibnu Taimiyah dan
Asghar Ali Engineer terdapat persamaan dan perbedaannya dalam
menanggapi ayat tersebut. Mengenai persamaanya yaitu:
a. Melihat dari latar belakang kehidupan keduanya adalah tokoh
Pembaharu Islam dan keduanya lahir ketika masa-masa kondisi politik
di mana, penguasa yang menindas masyarakat keduanya, dan tidak
mendapatkan keadilan yang yang sesuai.
172
Asghar Ali Engineer, Pembebasan Perempuan .terj. Agus Nuryanto (Yogyakarta:
LKIS, 2013) hlm. 93-94.
173 Asghar Ali Engineer, Matinya Perempuan: Menyingkap Megaskandal Doktrin dan
Laki-laki, terj. Akhmad Affandi, hlm. 116.
94
b. keduanya memiliki perhatian yang besar tentang ketidakadilan
terhadap perempuan.
c. Keduanya juga menyebutkan asbab al-Nuzul dan memberikan
penjelasan yang panjang lebar mengenai maksud ayat tersebut secara
rinci.
d. Yang menjadi sumbu kontroversi keduanya sama, yaitu ها ما ظهر من
(apa yang nampak).
Selanjutnya melihat perbedaan diantara keduanya yaitu:
a. model penafsiran Asghar di atas, lebih berdasarkan kepada problem
realitas masyarakat, di mana al-Qur‟an turun secara kontekstual.
Berbeda dengan Ibnu Taimiyah dalam penafsirannya terkesan kurang
mengkontekskan ayat tersebut terhadapan problem masa kekinian.
b. Melihat dari metodologi penafsirannya, Ibnu Taimiyah menggunakan
menggunakan metode tahlili dengan kecenderungan tafsir bi al-
ma‟tsur. Hal ini berkebalikan dengan Asghar Ali Engineer yang
menggunakan metode maudhu‟i, dengan kecenderungan tafsir bi al-
ro‟yi.
c. Melihat dari sistematika penyajian penyajiannya, Ibnu Taimiyah
menafsirkan ayat di atas dengan menafsirkan ayat per ayat, yang
kemudian di uraikan penjelasannya, berbeda dengan Asghar Ali
Engineer yang menafsirkan ayat langsung secara utuh, tanpa
memenggal ayat terlebih dahulu.
95
d. Melihat dari penyajian bahasa, Ibnu Taimiyah menafsirkan al-Qur‟an
menggunakan bahasa al-Qur‟an, sedangkan Asghar Ali Engineer
menggunakan bahasa Inggris.
e. Di dalam penafsirannya Ibnu Taimiyah menggunakan munasabah ayat,
sedangkan Asghar Ali Engineer tidak menggunakan munasabah ayat.
f. Dalam menafsirkan suatu ayat, Asghar terkesan kurang
memperhatikan aspek kebahasaan.174
Aspek yang kurang mendapatkan
perhatian dari Asghar ini dilengkapi oleh Ibnu Taimiyah.
B. Saran
Penafsiran-penafsiran tentang al-Qur‟an dalam berbagai displin ilmu
pengetahuan terus berkembang, baik dari mufasir klasik sampai mufasir
kontemporer. Problem yang ada selalu muncul seiring dengan problem
masa kekinian yang semakin maju.
Apa yang telah tertuang dalam penelitian ini, hanya secuil dari
penafsiran Ibnu taimiyah dan Asghar Ali engineer, penafsiran mereka jika
di bahas tidak ada habisnya, maka dari itu perlu adanya penelitian-
penelitian baru yang terus dikembangkan. Karena penelitian yang penulis
lakukan ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kritik, saran, dan
masukan dari pembaca sangat diharapkan sebagai bahan perbaikan untuk
peneltian ini. Semoga karya yang sederhana ini dapat memberikan manfaat
dalam berbagai bidang ilmu, khususnya bidang ilmu tafsir al-Qur‟an.
174
Zoehelmy, Relasi Suami - Istri Dalam Al Qur'an (Studi Komparasi Penafsiran Asghar
Ali Engineer Dan Nasaruddin Umar), Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013., hlm. 96.
96
DAFTAR PUSTAKA
Abul Hasan Ali an-Nadawi. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Terj.M. Qodirun Nur.
Solo:Darul Qalam, 1995.
Agama Kementerian. Kedudukan Dan Peran Perempuan (Tafsir AL-Qur‟an
Tematik). Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an, 2012.
Amin Muhammad, Ijtihad Ibnu Taimiyah Dalam Bidang Fiqih. Jakarta: INIS,
1991.
Cahyadi Cepi, “Penafsiran Ayat-ayat Tentang Ulil Amri (Studi Komparatif
Penafsiran Sayyid Quthb Dan Ibnu Taimiyah Terhadap QS An-Nisa: 58 - 59
Dan 83).” Skripsi Sarjana UIN Sunan Kalijaga tidak diterbitkan.
Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga, 2015.
Duwal Qoidud, “Konsep Jilbab dalam Hukum Islam (Studi Pemikiran K.H Husein
Muhammad).” Skripsi Fakultas Syari‟ah dan Pemikiran Islam UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta 2009.
Engineer Asghar Ali, Pembebasan Perempuan. terj. Agus Nuryanto. Yogyakarta:
LKIS, 2013
----------Matinya Perempuan: Menyingkap Megaskandal Doktrin dan Laki-laki.
terj. Akhmad Affandi. Yogyakarta: IRCiSoD, 2003.
----------Islam dan Pembebasan terj. Hairus Salim. Yogyakarta: LkiS, 2007.
----------Islam dan Teologi Pembebasan, terj. Agung Prihantoro. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2003.
Fachruddin Fuad Mohd.. Aurat dan Jilbab dalam pandangan mata Islam. Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1984.
Hamidah Tutik. Fiqh Perempuan Berwawasan Gender. Malang: UIN Malang
Press, 2011.
Jindan Khalid Ibrahim, Teori Politik Islam: telaah kritis Ibn Taimiyah tentang
pemerintahan Islam Surabaya: Risalah Gusti, 1995.
Al- Kalam Digital Versi 1.0, Bandung: Penerbit Diponegoro, 2009.
Khan Qomaruddin, Pemikiran Politik Ibnu Taimiyah, terj. Anas Mahyudin.
Bandung: Pustaka, 1983.
Mohlis, “Islam dan Negara Menurut Asghar Ali Engineer,” Skripsi Fakultas
Syari‟ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2008.
97
Munir Misbachol, Relevansi Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer dengan
Tujuan Pendidikan Agama Islam. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2014.
Mustaqim Abdul. Metodologi Penelitian Al-Qur‟an dan Tafsir. Yogyakarta: Idea
Press, 2014.
Muthahhari Murtadha. Gaya Hidup Wanita Islam. Bandung: Mizan, 1994.
Nadawi Abul Hasan Ali an-. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Terj.M. Qodirun Nur.
Solo: Darul Qalam, 1995.
Najitama Fikria, “Konsep Jilbab Perempuan dalam Islam (Studi Atas Pemikiran
Yusuf Qaradawi dan Muhammad Syahrur.” Skripsi Sarjana UIN Sunan
Kalijaga tidak diterbitkan. Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga, 2004.
Nasution Khairuddin, “Ushul Fiqh: Sebuah Kajian Fiqh Perempuan” dalam
Ainurrafiq (ed.), Madzab Jogja,Menggagas Paradigma Ushul Fiqh
Kontemporer, cet. Ke-1, Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2002.
Nuryanto Agus, Teologi Pembebasan dan Kesetaraan Jender: Studi atas
Pemikiran Asghar Ali Engineer. Yogyakarta: UII Pers, 2001.
Ramdanulansyah Daniel, “Kehujahan Hadis Ahad dalam Masalah Aqidah: Studi
Perbandingan Antara Pemikiran Ibnu taimiyah dan Muhammad Nasir al-Din
al-Albani.” Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta 2004.
Razak Jeje Abdullah, Politik Pemikiran Ibnu Taimiyah dan al-Ghazali. Jakarta:
Bina Ilmu, 1999
Shahab Husein. Hijab menurut Al-Qur‟an dan Al-Sunnah. Bandung: Mizania,
2013.
Ahmad Subiyani, “Hak Asasi Manusia Dalam Pandangan Ibnu Taimiyah.” Skripsi
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2012.
Shalih al-Utsaimin Muhammad, dkk. Syarah Pengantar Studi Ilmu Tafsir Ibnu
Taimiyah. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2014.
Suhendra Ahmad. Kontestasi Identitas Melalui Pergeseran Interpretasi Hijab
Dan Jilbab DalamAl Qur‟an. Palastren, Vol. 6, No. 1, 2013.
Syiqqah Abdul Halim Abu. Kebebasan Wanita. (Jakarta: Gema Insani Press,
1997).
Taimiyah Syaikh Ibnu. Jilbab dan Cadar dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Terj.
Abu Said Al-Ansori. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1994.
98
----------Risalah-Risalah Ibnu Taimiyah Tentang Ibadah. terj. Qadirun Nur Solo:
Pustaka Mantiq, 1995.
----------Risalah-Risalah Ibnu Taimiyah Tentang Tafsir al-Qur‟an. terj. Qadirun
Nur. Solo: Pustaka Mantiq, 1995.
---------- Daqoiq at Tafsir juz 3. Beirut: Muasisah ulum al-Qur‟an.
Thawilah Syaikh Abdul Wahhab Abdussalam. Panduan Berbusana Islami.
Jakarta: Almahira, 2007.
Ulum Bahrul. “Jilbab dalam pandangan Abu al A‟la al Maududi dan Muhammad
Nasiruddin al Bani.” Skripsi Fakultas Syari‟ah dan Pemikiran Islam UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta 2008.
Vieska-vieska.blogsot.com/2011/11/faktor-faktor-penghambat-
perubahan.html?m=1.
Walid Muhammad. Etika Berpakaian Bagi Perempuan. Malang: UIN Malang
Press, 2012.
Zoehelmy. “Relasi Suami - Istri Dalam Al Qur'an (Studi Komparasi Penafsiran
Asghar Ali Engineer Dan Nasaruddin Umar).” Skripsi Sarjana UIN sunan
Kali Jaga tidak diterbitkan. (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2013.
100
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Pribadi
Nama : Della Masita Hasanah
Tempat/ Tanggal Lahir : Grobogan, 18 Mei 1995
Alamat asal : RT 01/ RW 04 Ngrao Selatan, Pakis, Kradenan,
Grobogan, Jawa Tengah.
Alamat di Yogya : PP. Nurul Ummah Putri Kotagede
Email : [email protected]
No. Hp : 085799791382
Nama Orangtua :
1. Ayah : Sutomo
2. Ibu : Siti Uswatun Hasanah
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal :
a. TK Darma Wanita Pakis, lulus 2000
b. SD Negeri 3 Pakis lulus 2006
c. SMP Negeri 6 Purwodadi, lulus 2010
d. MAN Sunan Pandanaran, lulus 2013
e. Fakultas Ushuluddin Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir UIN Sunan
Kalijaga, Yogyakarta, masuk 2013
2. Pendikan Non Formal :
a. PP. Al-Masyhuri, Purwodadi : 2007-2008
b. PP. Darut-Taqwa, Purwodadi : 2009-2010
c. PP. Sunan Pandanaran, Yogyakarta : 2010-2013
d. PP. Nurul Ummah, Yogyakarta : 2013-Sekarang
e. Madrasah Diniyah Nurul Ummah : 2012-Sekarang.