pemulihan belum merata - world bank · 2021. 5. 3. · gambar o.2. output secara perlahan kembali...
TRANSCRIPT
LAPORAN BANK DUNIA TENTANG PERKEMBANGAN EKONOMI ASIA TIMUR DAN PASIFIKAPRIL 2021
Pemulihan Belum Merata
PERKEMBANGAN EKONOMI ASIA TIMUR DAN PASIFIK, APRIL 2021
ii IkhtIsAR
Ikhtisar
Pengendalian belum merata: seperti hidra, monster berkepala banyak dalam mitologi Yunani, COVID-19 ternyata sulit ditanggulangi padahal sudah berlangsung selama satu tahun sejak kasus pertama dikonfirmasi di Wuhan. tiongkok dan Vietnam, yang telah berhasil mengendalikan sebagian besar penyakit ini, sesekali masih mengalami wabah lokal. Malaysia kembali mengalami lonjakan kasus yang signifikan sedangkan kamboja, Myanmar, Mongolia dan thailand mengalami lonjakan infeksi yang lebih sedikit. Dari negara-negara di mana virus Corona merajalela beberapa bulan lalu, situasi sudah mulai membaik di Indonesia, Malaysia dan Filipina tetapi jumlah kasusnya masih tinggi. Akan tetapi, munculnya varian-varian virus yang lebih menular menjadi tantangan baru dalam mengendalikan penyakit ini secara global.
Pemulihan dengan tiga kecepatan: Banyak dari perekonomian negara-negara di kawasan Asia timur dan Pasifik (EAP) mulai bangkit di paruh ke dua tahun 2020, setelah awalnya mengalami kemunduran. Akan tetapi, dari antara negara-negara ekonomi besar di kawasan ini, hanya tiongkok dan Vietnam yang mempunyai pola pemulihan berbentuk V (V-shape) dengan output yang melampaui level pra-COVID-19 tahun 2020 (Gambar O.1). sebagian besar negara lainnya belum pulih secara penuh dari segi output maupun momentum pertumbuhan. sampai akhir tahun 2020, output di empat negara ekonomi besar lainnya telah membaik namun secara rata-rata masih berada di kisaran 5 persen di bawah level pra-pandemi, di mana kesenjangan terkecil terdapat di Indonesia (2,2 persen) dan kesenjangan terbesar di Filipina (8,4 persen). kontraksi ekonomi cukup berat dan terus menerus di beberapa negara kepulauan kecil, dengan output di tahun 2020 tetap berada pada 10 persen atau lebih di bawah level pra-pandemi di Fiji, Palau dan Vanuatu. karena tekanan ekonomi, kemiskinan di kawasan EAP berhenti mengalami penurunan untuk pertama kalinya dalam 20 tahun, dan 32 juta orang tidak dapat keluar dari kemiskinan.
Gambar O.1. tiongkok dan Vietnam berada pada posisi teratas dalam pemulihan di kawasan EAP
A. Pertumbuhan PDB, Dunia B. Pertumbuhan PDB, negara-negara tertentu
80
85
90
95
100
105
110
Inde
x, 2
019-
Q4
= 1
00
2019-Q4 2020-Q1 2020-Q2 2020-Q3 2020-Q4
China
East Asia excluding China
World excluding EAP
Inde
x, 2
019-
Q4
= 1
00
75
80
85
90
95
100
105
110
2019-Q4 2020-Q1 2020-Q2 2020-Q3 2020-Q4
Indonesia Malaysia
Philippines Thailand
Vietnam
Sumber: haver Analytics; World Bank.Catatan: Garis putus-putus adalah garis indeks 2019Q4=100.
PEMULIHAN BELUM MERATA
iiiIkhtIsAR
Penentu kinerja pertumbuhan: kinerja ekonomi di berbagai negara masih bergantung terutama pada: (i) efisiensi yang dicapai dalam pengendalian virus; (ii) kemampuan untuk memanfaatkan bangkitnya perekonomian dalam perdagangan barang internasional; dan (iii) kapasitas pemerintah untuk memberikan dukungan fiskal dan moneter. Negara-negara yang mempunyai kinerja paling lemah adalah negara-negara yang mengalami angka infeksi COVID-19 dan mortalitas yang tinggi; yang lebih mengandalkan pembatasan-pembatasan yang berkepanjangan ketimbang strategi berbasis pengujian; yang bergantung pada pendapatan dari pariwisata ketimbang ekspor barang-barang manufaktur, khususnya elektronik; dan yang pemerintahnya mempunyai ruang fiskal yang terbatas. Peluncuran vaksin sejauh ini masih belum mempunyai dampak yang besar terhadap pertumbuhan di kawasan EAP. kinerja ekonomi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor spesifik di setiap negara, seperti bencana alam (Fiji, tonga, Vanuatu, thailand, Filipina), wabah penyakit lain (samoa), dan ketidakpastian politik (Malaysia, Myanmar, Papua Nugini, thailand, timor-Leste).
Beragam prospek: Dampak buruk dari guncangan COVID-19 yang berkepanjangan akan mempengaruhi kinerja di masa mendatang. keberhasilan pengendalian penyakit ini di beberapa negara akan mendukung pemulihan ekonomi domestik, tetapi infeksi yang berlangsung lama di negara-negara lain akan mengganggu pertumbuhan sampai pelaksanaan vaksinasi dapat diperluas. Pemulihan ekonomi global, yang didukung sebagian oleh stimulus As yang signifikan, akan menggairahkan kembali perdagangan barang dan menjadi pendorong eksternal bagi pertumbuhan sebesar 1 persen secara rata-rata, tetapi sektor pariwisata global diperkirakan akan tetap berada di bawah level pra-pandemi sampai tahun 2023 dan memperlambat pemulihan ekonomi bagi negara-negara yang bergantung pada pariwisata. Meskipun iklim keuangan global masih cukup aman, neraca perusahaan dan bank yang semakin lemah dan ketidakpastian global yang terus terjadi akan menghambat investasi. Utang publik yang kian bertambah dan defisit fiskal yang kian melebar akan semakin membatasi belanja pemerintah dalam jangka pendek. Dalam situasi seperti ini, hanya tiongkok dan Vietnam yang diperkirakan akan bertumbuh dengan kuat pada tahun 2021, masing-masing sebesar 8,1 persen dan 6,6 persen, sedangkan negara-negara lain di kawasan EAP diperkirakan akan mengalami pertumbuhan hanya sebesar 4,4 persen. Di Indonesia dan Malaysia, output diperkirakan akan pulih ke level pra-pandemi selama tahun 2021 (Gambar O.2). Di thailand dan Filipina, output diproyeksi akan tetap berada di bawah level pra-pandemi selama sebagian besar tahun 2022. Namun, di antara negara-negara yang lebih kecil, pemulihan ekonomi diperkirakan akan berlangsung lama khususnya di negara-negara kepulauan yang mengandalkan sektor pariwisata, dengan pertumbuhan yang diperkirakan akan negatif di sekitar separuh dari negara-negara itu, sekalipun sebagian besar dari mereka telah terhindar dari pandemi. Berkat pertumbuhan yang cepat di tiongkok, pertumbuhan kawasan EAP diperkirakan akan lebih cepat dari sekitar 1,3 persen pada tahun 2020 menjadi 7,6 persen pada tahun 2021.
Gambar O.2. Output secara perlahan kembali ke level pra-COVID-19 di beberapa negara kawasan EAP
80
90
100
110
120
2019
-Q4
2020
-Q1
2020
-Q2
2020
-Q3
2020
-Q4
2021
-Q1
2021
-Q2
2021
-Q3
2021
-Q4
2022
-Q1
2022
-Q2
2022
-Q3
2022
-Q4
China Vietnam
Inde
x 20
19-Q
4 =
100
Inde
x 20
19–Q
4 =
100
80
90
100
110
120
2019
-Q4
2020
-Q1
2020
-Q2
2020
-Q3
2020
-Q4
2021
-Q1
2021
-Q2
2021
-Q3
2021
-Q4
2022
-Q1
2022
-Q2
2022
-Q3
2022
-Q4
Indonesia Malaysia
Inde
x 20
19–Q
4 =
100
80
90
100
110
120
2019
-Q4
2020
-Q1
2020
-Q2
2020
-Q3
2020
-Q4
2021
-Q1
2021
-Q2
2021
-Q3
2021
-Q4
2022
-Q1
2022
-Q2
2022
-Q3
2022
-Q4
Thailand Philippines
Sumber: Estimasi staf Bank Dunia.Catatan: Garis titik-titik horizontal hitam menunjukkan indeks 2019Q4.
PERKEMBANGAN EKONOMI ASIA TIMUR DAN PASIFIK, APRIL 2021
iv IkhtIsAR
Risiko: Risiko lebih seimbang dibandingkan sebelumnya. Pada sisi positif, keberhasilan kampanye vaksinasi dan pengendalian pandemi sejak dini yang disertai dengan reformasi kebijakan yang signifikan dan penyebaran teknologi baru dapat mendorong pertumbuhan dan mencegah sebagian kerugian akibat COVID-19. stimulus As yang signifikan juga dapat mendorong pertumbuhan, melalui efek pengganda domestik dan internasional, bahkan lebih besar daripada yang diperkirakan dalam estimasi dasar kami (baseline estimates) dan membuat pemulihan rata-rata seperempat lebih cepat. Namun, pada sisi negatif, keterlambatan distribusi vaksin dapat mengakibatkan berlarut-larutnya infeksi dan pembatasan-pembatasan yang diterapkan sehingga dapat mengurangi pertumbuhan sekitar 1 persen. Lambatnya penanggulangan global terhadap penyakit ini meningkatkan risiko kemunculan varian-varian baru, yang bisa jadi lebih menular, mematikan dan resistan terhadap jenis vaksin yang ada, dan menunda terbukanya kesempatan bahkan di negara-negara yang tervaksinasi dengan baik. Penderitaan ekonomi yang terus-menerus dapat semakin memperburuk kondisi neraca dan menimbulkan krisis keuangan di beberapa negara. Iklim keuangan yang kondusif, sebagian besar berkat adanya ekspansi fiskal dan moneter yang luar biasa di tingkat global, sejauh ini telah membantu negara-negara menghindari ketidakstabilan keuangan, namun pasar keuangan mungkin tidak lagi berkaitan dengan pasar riil. Dampak positif stimulus As dapat terkikis oleh dampak negatif pengetatan keuangan global. Negara-negara yang tidak dapat memanfaatkan peluang-peluang perdagangan yang ada akan lebih rentan terhadap dampak negatif tersebut.
Pertumbuhan jangka panjang lebih lambat: sebagaimana yang diperingatkan dalam Laporan Perkembangan sebelumnya, COVID-19 dapat mempunyai dampak terhadap pertumbuhan jangka panjang yang inklusif. Bertambahnya utang, yang dibarengi dengan meningkatnya ketidakpastian kemungkinan akan menghambat investasi publik dan swasta serta menimbulkan risiko bagi kestabilan ekonomi. Penyakit, kerawanan pangan, kehilangan pekerjaan dan penutupan sekolah-sekolah dapat menyebabkan berkurangnya modal manusia dan hilangnya pendapatan seumur hidup. Para siswa di kawasan EAP diperkirakan akan kehilangan 0,8 tahun Pembelajaran Berkualitas di sekolah (Learning-Adjusted Years of schooling - LAYs) antara Januari 2020 sampai Desember 2021. keengganan untuk merealokasikan sumber daya oleh perusahaan-perusahaan dan sektor-sektor yang potensinya terbatas dalam dunia pasca-COVID-19, dan penurunan investasi di bidang penelitian dan pengembangan dapat menghambat pertumbuhan produktivitas. Jika permasalahan tersebut tidak diselesaikan maka pertumbuhan pada dekade berikutnya bisa mencapai 1,8 persen lebih rendah daripada proyeksi pra-COVID-19 di kawasan EAP di luar tiongkok (Gambar O.3), sekalipun dengan memperhitungkan dampak positif dari penyebaran teknologi baru (Gambar O.4).
Gambar O.3. Dampak yang ditinggalkan COVID-19 dapat memperlambat pertumbuhan lebih lanjut selama dekade berikutnya
A. Tiongkok B. Asia Timur tidak termasuk Tiongkok
–2
0
2
4
6
8
10
2010–19 Pre-COVID Post-COVID Low case
2020–29
Capital Labor
Human capital TFP
Potential output
Perc
ent
Capital Labor
Human capital TFP
Potential output
Perc
ent
–1
0
1
2
3
4
5
2010–19 Pre-COVID Post-COVID Low case
2020–29
Sumber: tabel Dunia Penn; Estimasi oleh staf Bank Dunia. Catatan: Rata-rata tertimbang PDB dari potensi pertumbuhan berbasis fungsi produksi. tFP adalah pertumbuhan produktivitas faktor total (Total Factor Productivity).
PEMULIHAN BELUM MERATA
vIkhtIsAR
Gambar O.4. COVID-19 telah mempercepat penerapan teknologi oleh dunia usaha
–0.3
–0.2
0.0
0.2
0.3
0.5
0.6
0.8
0.9
–2
–1
0
1
2
3
4
5
6
–8 –4 0 4 8 12 16 20 24
Perc
ent
of fi
rms
Perc
ent
of fi
rms
Event weeks
Online payments (left scale)Data analytics—all (left scale)Advanced data analytics—A/B testing (right scale)
Sumber: Destefano dan timmis (akan datang) yang menggunakan data Builtwith per Januari 2021 yang dicocokkan dengan Database teknologi Aberdeen Ci 2019 (CitDB).Catatan: Dalam alur studi peristiwa, sumbu x menunjukkan waktu peristiwa dalam minggu – berdasarkan kasus-kasus COVID awal. kasus-kasus COVID diambil dari sistem Pemantau Respons Pemerintah terhadap Covid-19 Oxford. Rata-rata tak tertimbang meliputi efek tetap negara (country fixed effects), sedangkan kesalahan standar dikelompokkan di tingkat negara. Batang dalam grafik (bars) menggambarkan interval kepercayaan 95%. koefisien dinormalkan berdasarkan kategori yang dihilangkan pada minggu t-1, yaitu minggu sebelum adanya kasus-kasus COVID awal. Analisis data meliputi fungsi-fungsi lanjutan seperti pengujian A/B maupun fungsi-fungsi yang lebih mendasar, seperti pemantauan jumlah pengunjung, formulir tanggapan dan pemantauan kesalahan. Pengujian A/B menggambarkan teknologi analisis data lanjutan di mana perusahaan memperlihatkan berbagai versi websitenya kepada pengunjung secara acak, serta memantau perilaku pengunjung (seperti melakukan pembelian) sebagai hasil dari kunjungannya, dalam rangka mengoptimalkan desain website perusahaan.
Ketimpangan meningkat: Penyakit Covid-19 dan penghentian kegiatan (shutdown) yang diakibatkannya serta akses yang tidak merata terhadap bantuan sosial dan teknologi digital kemungkinan telah memperbesar ketimpangan. Memang sulit untuk menentukan persisnya berapa besar ketimpangan yang terjadi karena survei yang diadakan seringkali tidak menjabarkan secara lengkap orang-orang yang berada dalam kelompok teratas dan terbawah distribusi penghasilan dan konsumsi. tetapi, ada bukti tidak langsung yang menunjukkan semakin parahnya ketimpangan yang terjadi, sedikitnya dalam tiga dimensi. Pertama, jumlah modal fisik dan modal manusia jauh lebih menipis pada masyarakat miskin karena mereka lebih banyak mengalami kerawanan pangan dan kehilangan kesempatan belajar. Di beberapa negara, anak-anak dari rumah tangga dalam kelompok dua-per-lima terbawah distribusi 20 persen lebih kecil kemungkinannya terlibat dalam kegiatan belajar dibandingkan dengan anak-anak dari kelompok seperlima teratas (Gambar O.5). ketika dihadapkan dengan masalah kehilangan penghasilan, rumah tangga yang lebih miskin kemungkinan besar akan mengurangi konsumsi pangan mereka, berhenti bersekolah, menambah utang dan menjual aset, semuanya melemahkan kemampuan mereka untuk pulih dari krisis. kedua, perempuan lebih menderita daripada laki-laki: 25 persen responden di Laos dan 83 persen di Indonesia mengatakan bahwa kekerasan dalam rumah tangga mengalami peningkatan akibat adanya COVID-19. kerawanan pangan membuat perempuan lebih rentan terhadap kekerasan, apalagi pemberdayaan mereka secara ekonomi. ketiga, UkM dan usaha mikro mengalami penurunan penjualan yang secara proporsional lebih besar daripada perusahaan-perusahaan besar, bahkan walaupun perbedaan-perbedaan produktivitas tenaga kerja, usia dan lokasi telah disesuaikan. hasil penjualan yang dicapai usaha mikro menyusut sepertiga sedangkan hasil penjualan perusahaan-perusahaan besar hanya menyusut seperempat. Perusahaan-perusahaan yang lebih kecil juga lebih sedikit kemungkinannya memanfaatkan peluang-peluang digital baru.
PERKEMBANGAN EKONOMI ASIA TIMUR DAN PASIFIK, APRIL 2021
vi IkhtIsAR
Gambar O.5. ketimpangan meningkat dalam banyak dimensi
A. Kemungkinan siswa miskin B. Kemungkinan perempuan mengalami C. Usaha kecil menderita bersekolah lebih kecil kekerasan lebih besar lebih banyak kerugian
Perc
ent
0
20
40
60
80
100
Cam
bodi
a
Indo
nesi
a
Lao
PDR
Mon
golia
Viet
nam
Phili
ppin
es
Mya
nmar
Bottom 40 Middle 40 Top 20
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Indonesia
Lao PDR
Indonesia
Lao PDR
Indonesia
Lao PDR
Viol
ence
inth
eco
mm
unit
yag
ains
tin
tim
ate
part
ner
Viol
ence
inth
eco
mm
unit
yag
ains
tch
ildre
n
Har
assm
ent
in t
heco
mm
unit
yCommon or very common in the communityWorsened due to COVID
-50
-40
-30
-20
-10
0
Micro SME Large
Sumber: World Bank High-Frequency Household Phone surveys; EAPGIL High-Frequency Phone surveys; Business Pulse Surveys.Catatan: A. Persentase rumah tangga dengan siswa sekolah yang terlibat dalam kegiatan belajar secara virtual, mobile atau tatap muka. B. Persentase responden yang melaporkan keadaan yang lebih buruk. Data diperoleh melalui berbagai rangkaian survei. Batang dalam grafik menunjukkan persen total. Usaha Mikro, UkM dan Besar didefinisikan sebagai perusahaan yang masing-masing mempunyai karyawan kurang dari 5 orang, 5-100 orang dan 100+ orang.
Dilema kebijakan: krisis COVID menyebabkan para pembuat kebijakan di negara-negara EAP harus menghadapi pilihan keputusan yang sulit. Pemerintah telah berupaya keras untuk memilih antara menyelamatkan kehidupan dan menyelamatkan mata pencaharian (kotak O.1). Otoritas kesehatan harus mengalokasikan sumber dayanya yang terbatas untuk perawatan dan pencegahan. ke depannya, sedikitnya ada tiga hal utama yang perlu diselesaikan secara hati-hati. Dalam setiap kasus, kerjasama internasional yang lebih bermakna akan mendatangkan hasil-hasil yang jauh lebih baik bagi semua negara ketimbang tindakan sepihak.
Kotak O.1. Isu-isu kebijakan yang berkaitan dengan COVID ditelaah dalam Laporan-Laporan Perkembangan Ekonomi terbaru
Laporan Perkembangan Ekonomi EAP Musim semi 2021 membahas tiga dimensi kebijakan: vaksinasi untuk pengendalian COVID-19; kebijakan fiskal untuk pemberian bantuan, pemulihan dan pertumbuhan; dan kebijakan iklim untuk pembangunan kembali yang lebih baik. Laporan Perkembangan Ekonomi EAP Musim semi dan Musim Gugur 2020 berfokus pada sejumlah isu kebijakan lain, yang meliputi: (i) pengendalian cerdas COVID-19, khususnya melalui intervensi non-farmasi seperti penelusuran pengujian dan isolasi; (ii) sekolah cerdas untuk mencegah hilangnya modal manusia dalam jangka panjang, khususnya bagi rumah tangga miskin; (iii) perlindungan sosial untuk membantu melancarkan konsumsi rumah tangga dan kembalinya para pekerja ke pasar kerja setelah negara pulih; (iv) dukungan bagi dunia usaha untuk mencegah kepailitan dan pengangguran, tanpa perlu mengganggu realokasi pekerja dan sumber daya secara efisien; (v) kebijakan sektor keuangan untuk mendukung bantuan keuangan dan pemulihan tanpa melemahkan stabilitas keuangan; dan (vi) reformasi perdagangan, khususnya di sektor-sektor jasa yang masih terlindungi – keuangan, transportasi, komunikasi – untuk meningkatkan produktivitas perusahaan, mencegah tekanan guna melindungi sektor-sektor lain, dan memperlengkapi masyarakat agar dapat memanfaatkan peluang-peluang digital yang kemunculannya dipicu oleh pandemi.
PEMULIHAN BELUM MERATA
viiIkhtIsAR
Perlombaan antara infeksi dan vaksinasi
Vaksin COVID-19 saja tidak akan bisa mengakhiri pandemi dalam waktu singkat karena dua alasan. Meskipun produksi vaksin mungkin cukup untuk melindungi seluruh orang dewasa di dunia pada akhir tahun 2021, kemanjuran (efikasi) dan distribusi vaksin yang tidak merata menyiratkan bahwa kebanyakan negara masih belum dapat mencapai tingkat imunitas kelompok (herd immunity). Beberapa estimasi menunjukkan bahwa pada akhir tahun 2021, dalam skenario yang paling optimistis, cakupan vaksinasi yang disesuaikan dengan kemanjuran vaksin di negara-negara berpenghasilan tinggi akan mencapai 81 persen dan di negara-negara berkembang hanya 55 persen (Gambar O.6). Pada saat yang sama, varian-varian baru (VOCs) yang lebih menular dan mungkin bersifat resisten imun dapat memperburuk hasil yang dicapai dengan menurunkan efektivitas vaksin dan menambah tingkat cakupan yang dibutuhkan untuk imunitas kelompok. Apa saja implikasi dari perbedaan akses dan kemunculan varian-varian baru terhadap kebijakan yang dikembangkan?
• Pertama, di negara-negara di mana COVID-19 belum berhasil dikendalikan, seperti di Indonesia dan Filipina, vaksinasi yang cepat menjadi prioritas untuk mengurangi tingginya angka kematian dan tekanan atas sistem kesehatan yang sudah morat-marit. tantangan yang dihadapi negara-negara tersebut adalah membeli dan mendistribusikan vaksin yang memadai serta mengatasi keraguan dari orang-orang mengenai vaksin melalui kampanye pemberian informasi yang efektif. Negara-negara seperti tiongkok dan Vietnam, yang secara efektif sedang mengejar eliminasi COVID-19, berkesempatan untuk mengembangkan strategi vaksinasi yang lebih cocok bagi penduduk mereka yang besar (lihat tabel O.1 A-B pada bagian akhir Ikhtisar). Misalnya, meskipun mereka bergerak cepat untuk memvaksinasi kelompok yang lebih rentan, mereka dapat memilih untuk melaksanakan vaksinasi massal secara bertahap seraya mereka memperoleh bukti yang lebih baik mengenai kemanjuran vaksin melawan varian-varian baru (VOCs).
• kedua, karena vaksinasi tidak akan cukup untuk menanggulangi penularan virus dalam waktu singkat di kebanyakan negara, pemerintah harus meningkatkan intervensi non-farmasi (NPIs), khususnya melalui tes, penelusuran (tracing) dan isolasi, yang dapat memperbesar dampak dan efektivitas biaya vaksin.
• ketiga, ancaman dari varian-varian COVID-19 baru (VOCs) menciptakan kepentingan global dan ekonomi untuk menanggulangi penularan virus di mana-mana. Upaya penanggulangan mungkin juga akan mempermudah pengelolaan hasil-hasil dalam jangka yang lebih panjang di mana virus corona baru menjadi endemi seperti flu.
• Pembatasan ekspor produk-produk medis yang berkaitan dengan COVID-19 dapat membuat akses tidak sesuai dengan kebutuhan sehingga pengendalian penyakit ini akan menjadi lebih sulit. Oleh karena itu, penting untuk menjaga agar perdagangan tetap terbuka dalam rantai nilai untuk vaksin dan produk-produk medis lainnya.
• Ancaman VOCs juga memperkuat insentif bagi negara-negara seperti tiongkok yang telah berhasil menanggulangi infeksi di dalam negeri untuk memprioritaskan alokasi vaksin ke negara-negara dengan tingkat penularan yang masih tinggi di mana VOCs kemungkinan besar muncul. Meskipun tiongkok telah mengekspor vaksin ke 22 negara, tiongkok masih dapat menambah produksinya dan mengekspor lebih banyak vaksin jika upaya untuk mendapatkan persetujuan internasional dapat dipercepat, dan jika keseimbangan yang lebih baik dapat dicapai antara keselamatan publik dan efisiensi produksi, di mana hal tersebut mengurangi pembuatan vaksin multi-vail, setidaknya untuk ekspor.
• Agar kerjasama internasional yang lebih dalam dapat dilakukan secara rasional bagi masing-masing negara, penanggulangan global harus kredibel – yang membutuhkan pasokan vaksin global dan bahan habis pakai NPI (intervensi non-farmasi) dalam jumlah yang memadai. Oleh karena itu, tiongkok, Eropa, India, Rusia, As dan negara-negara lain perlu berkolaborasi dengan lebih erat dalam meningkatkan ketersediaan vaksin dan bahan habis pakai NPI secara efektif.
PERKEMBANGAN EKONOMI ASIA TIMUR DAN PASIFIK, APRIL 2021
viii IkhtIsAR
Gambar O.6. Akses vaksin belum tersebar secara merata di setiap negara dan belum memenuhi kebutuhan untuk penanggulangan infeksi
A. Pembelian dan komitmen vaksin disesuaikan dengan B. Angka infeksi kumulatif - akhir2020 kemanjuran - akhir 2021
Sumber: A. Duke Global Health Innovation Center; COVAX; Informasi diterbitkan oleh lembaga resmi, produsen dan media berita per tanggal 19 Februari 2021. B. Estimasi dari penulis.Catatan: A. Volume vaksin yang tersedia didasarkan pada laporan produksi sampai akhir tahun 2021 dengan estimasi produksi tahun 2021 dalam hal sumber informasi tidak memberikan perincian per tahun. Alokasi didasarkan pada informasi pembelian, alokasi dan rencana negara yang diperoleh dari media berita. B. Diagram menyajikan estimasi angka infeksi COVID-19 kumulatif pada akhir tahun 2020, berdasarkan estimasi angka infeksi kumulatif berbasis mortalitas untuk kematian yang tidak dilaporkan dengan menggunakan laporan estimasi seroprevalensi. Warna hijau menunjukkan negara-negara dengan angka infeksi terendah (<2%), sebagian besar telah menjalankan strategi eliminasi.
Memberikan dukungan fiskal tanpa mengurangi stabilitas
kebijakan fiskal saat ini diharapkan akan memainkan peranan penting rangkap tiga dalam pemberian bantuan keuangan, pemulihan dan pertumbuhan. Bantuan keuangan dibutuhkan untuk membantu memperlancar konsumsi rumah tangga dan membantu dunia usaha agar terhindar dari kepailitan atau kontraksi yang merugikan. Pemulihan membutuhkan stimulus fiskal karena guncangan COVID-19 mengancam akan membelenggu perekonomian dalam ‘keseimbangan setengah pengangguran’ (underemployment equilibrium). Pertumbuhan membutuhkan investasi publik untuk infrastruktur keras maupun lunak. Bukti-bukti yang ada sejauh ini memperlihatkan bahwa di banyak negara EAP, bantuan keuangan masih lebih kecil dibandingkan dengan jumlah penghasilan yang hilang, stimulus masih belum dapat sepenuhnya mengatasi kurangnya permintaan (deficient demand), dan investasi publik belum menjadi bagian yang signifikan dari upaya-upaya pemulihan (Gambar O.7).
Gambar O.7. Di banyak negara EAP, bantuan keuangan belum sebanding dengan penghasilan yang hilang, stimulus belum bisa mengimbangi kekurangan output dan investasi publik belum ditingkatkan
A. Penghasilan yang hilang dan B. Kesenjangan ouput setelah mendapatkan C. Investasi publik dan dukungan dukungan untuk rumah tangga dukungan kebijakan penghasilan
0
2
4
6
8
Viet
nam
Mon
golia
Thai
land
Mal
aysi
a
Indo
nesi
a
Phili
ppin
es
Earnings loss
Support to households
Perc
ent
of g
ross
do
mes
tic
inco
me
–8
–6
–4
–2
0
2
4
2020
2021
2020
2021
2020
2021
2020
2021
2020
2021
2020
2021
China Vietnam Indonesia Thailand Malaysia Philippines
Perc
ent
of p
oten
tial
GD
P
Spending on income support
Public works, accelerated spending, and public investment
0
4
8
12
16
Phili
ppin
es
Indo
nesi
a
Mal
aysi
a
Mya
nmar
Cam
bodi
a
Thai
land
Chin
a
Mon
golia
Viet
nam
Perc
ent
of G
DP
Sumber: Consensus Economics; haver Analytics; International Monetary Fund; J.P. Morgan; Perhitungan staf Bank Dunia.Catatan: Penghasilan yang hilang dihitung dari pekerjaan yang hilang kali perubahan upah. kesenjangan output didasarkan pada estimasi dari modified multivariate filter model Bank Dunia (2018). Rentang kesalahan menggambarkan interval kepercayaan (confidence interval) 90 persen. “Belanja untuk dukungan penghasilan” mencakup dukungan berupa transfer langsung dan tindakan perpajakan (revenue measures) bagi rumah tangga maupun dunia usaha. Data yang tercantum adalah data tahun 2020.
IBRD 45658MARCh 2021
IBRD 45659MARCh 2021
PEMULIHAN BELUM MERATA
ixIkhtIsAR
seberapa jauh pilihan pemerintah mencerminkan pembatasan atas pinjaman dan belanja (lihat tabel O.2 di bagian akhir Ikhtisar)? karena komitmen dukungan fiskal dari pemerintah mencapai hampir 10 persen PDB tahun 2020, utang publik meningkat rata-rata sebesar lebih dari 7 persen PDB. Fakta bahwa suku bunga jauh lebih rendah daripada angka pertumbuhan ekonomi di negara-negara EAP menunjukkan bahwa bahkan defisit primer yang besar tidak dapat mengancam kesinambungan utang. Meskipun begitu, pemerintah dengan tepat tidak menganggap kesenjangan antara angka pertumbuhan dan suku bunga sebagai pembenaran untuk melakukan pinjaman yang tak terbatas. Perbedaan itu tidak stabil dan bisa menandakan kebalikannya; suku bunga tidak bersifat eksogen tetapi sensitif terhadap defisit fiskal dan utang yang tinggi; pasar mungkin takut terhadap kerentanan seperti utang valuta asing, nilai tukar yang ditetapkan terlalu tinggi, kerapuhan sistem keuangan dan ketergantungan pada komoditas tertentu; dan pelunasan utang yang lebih tinggi dan kapasitas yang rendah untuk menghasilkan pendapatan di negara-negara EAP dapat menggeser investasi publik sehingga menghambat pemulihan dan pertumbuhan.
Oleh karena itu, negara-negara menghadapi dilema ketika harus menyeimbangkan kebutuhan pemberian dukungan ekonomi secara terus-menerus dan risiko ketidakstabilan di masa depan. Dilema ini dapat dikurangi dengan cara-cara sebagai berikut.
• Pertama, pemerintah dari negara-negara di kawasan EAP dapat melakukan banyak hal untuk meningkatkan efisiensi belanja. sekarang, pemulihan sedang berlangsung, dukungan kepada rumah tangga dan dunia usaha dapat lebih tepat sasaran. Di Indonesia, Mongolia dan Filipina, rumah tangga yang penghasilannya tidak berubah selama krisis ini kemungkinan menerima bantuan hampir sama dengan mereka yang kehilangan penghasilan. Demikian pula, di kamboja, Indonesia, Malysia dan Vietnam, kemungkinan suatu perusahaan mendapatkan dukungan tidak berkaitan dengan apakah perusahaan itu terdampak oleh krisis. ke depannya, belanja investasi dapat dirampingkan dan dialokasikan di mana terdapat tingkat pengembalian sosial tertinggi. tingkat pengembalian mencapai empat kali lebih tinggi di negara-negara dengan pengelolaan investasi publik yang lebih baik.
• kedua, sebaliknya daripada mengurangi dukungan atau menaikkan pajak sebelum waktunya, pemerintah dapat memberikan komitmen yang kredibel untuk melakukan reformasi dalam rangka peningkatan disiplin dan efisiensi di masa mendatang. Beberapa negara telah mulai menyusun rencana konsolidasi fiskal, yang akhirnya akan mengurangi belanja dan/atau meningkatkan pendapatan, termasuk dengan memberlakukan kembali aturan fiskal. Mereka dapat berkomitmen untuk menghapuskan secara bertahap belanja yang boros dan regresif. Misalnya, subsidi bahan bakar mencapai 0,25persen dari PDB di tiongkok, 0,5 persen di Vietnam, dan 1,3 persen di Malaysia. Meskipun tidak mudah untuk meningkatkan pendapatan dan mengurangi belanja selama krisis, pengaturan reformasi di masa mendatang dalam peraturan perundang-undangan mungkin akan lebih mudah secara politik karena penolakan dari pihak-pihak tertentu mungkin akan lebih lemah ketika mereka menerima dukungan dan dana talangan dari pemerintah.
• ketiga, negara-negara EAP dapat tetap menggunakan kebijakan moneter untuk menanggung beban bantuan ekonomi karena suku bunganya positif, cadangan wajib minimum (reserve requirements) relatif tinggi dan tingkat inflasi masih terkendali.
• keempat, koordinasi internasional dapat memperkuat dampak kolektif kebijakan fiskal karena pemerintah-pemerintah cenderung memberikan terlalu sedikit stimulus dibandingkan dengan tingkat optimal global sebagai akibat dari kebocoran permintaan (demand leakage). tiongkok, negara ekonomi terbesar di kawasan EAP, yang memiliki ruang fiskal yang cukup dan surplus neraca transaksi berjalan, dapat melakukan lebih banyak untuk meningkatkan konsumsi. komposisi dan kualitas dukungan fiskal tiongkok dapat dibentuk oleh tujuannya sendiri. Investasi infrastruktur tradisional oleh pemerintah lokal berisiko memperburuk masalah fiskal yang ada di tiongkok, tetapi peningkatan belanja sosial dan investasi hijau (ramah lingkungan) dapat berkontribusi untuk menyeimbangkan kembali pertumbuhan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
PERKEMBANGAN EKONOMI ASIA TIMUR DAN PASIFIK, APRIL 2021
x IkhtIsAR
Menjadi ‘hijau’ tanpa merugikan pertumbuhan atau masyarakat miskin
kawasan berkembang Asia timur dan Pasifik berada pada garis depan dalam mengatasi perubahan iklim global. kawasan EAP adalah penyumbang besar peningkatan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim – emisi dari kawasan ini meningkat tiga kali lipat sejak tahun 2000 dan sekarang mencapai hampir sepertiga dari emisi global. kawasan ini juga menghadapi konsekuensi perubahan iklim, mulai dari badai dan penyakit-penyakit tropis hingga gletser yang mencair dan kenaikan permukaan laut. Oleh karena itu, aksi iklim sejak dini oleh kawasan EAP harus dilakukan demi kepentingan global maupun kawasan itu sendiri. sebenarnya, tanpa tindakan yang tegas dan perubahan kebijakan di bagian dunia ini, akan sulit mewujudkan pengurangan emisi global yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan suhu 2°C dalam Perjanjian Paris.
Namun, pemisahan pertumbuhan output dari emisi membutuhkan transformasi pola konsumsi dan produksi dalam skala yang sangat besar. Penyiapan biaya yang signifikan untuk melaksanakan mitigasi dan adaptasi, potensi dampak terhadap keandalan dan harga pasokan energi, dislokasi modal dan tenaga kerja akibat tak terelakkannya penghentian industri-industri yang menimbulkan polusi, adalah hambatan-hambatan yang perlu ditanggulangi agar kawasan EAP dapat bergerak lebih cepat menuju masa depan rendah karbon. Untunglah, dilema antara ramah lingkungan dan pertumbuhan inklusif dapat menjadi masa depan karbon. Berbagai hambatan tersebut serta kesulitan ekonomi saat ini dan kekuatan dari kelompok kepentingan tertentu, dapat menjelaskan mengapa tindakan-tindakan “green” (hijau) lebih sedikit dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan “brown” (coklat) dalam paket-paket stimulus ekonomi di seluruh kawasan Asia timur dan Pasifik (Gambar O.8). ke depannya, dilema antara ramah lingkungan dan pertumbuhan inklusif akan menjadi tidak terlalu tajam berkat adanya kemajuan teknologi dan hal itu mungkin akan mengubah ekonomi politik aksi iklim.
Gambar O.8. tindakan stimulus Ekonomi terbaru di kawasan EAP Lebih Banyak Brown (Coklat) daripada Green (hijau)
–90
–60
–30
0
30
60
Sing
apor
e
Phili
ppin
es
Indo
nesi
a
Chin
a
US
Sout
h Ko
rea
Japa
n
EU
Green measures Brown measures Index
Sumber: staf Bank Dunia berdasarkan Vivid Economics 2021.Catatan: Gambar tersebut memberikan indikator yang luas mengenai tren; mungkin tidak mencakup semua green measures atau mungkin menampilkan beberapa green measures yang belum diterapkan. Indeks hanya mempertimbangkan lima sektor karena dampak historisnya pada iklim dan lingkungan: pertanian, energi, industri, pengelolaan limbah, dan transportasi. sektor yang menonjol dalam tanggapan kebijakan, seperti sektor kesehatan dan kebijakan sosial tidak dipertimbangkan. Dalam lima sektor terpilih, indeks menetapkan “faktor kehijauan” untuk langkah-langkah stimulus. Faktor kehijauan ini dibangun dengan menggabungkan: (i) penilaian tindakan spesifik yang diumumkan dalam paket menggunakan skema peringkat yang menilai unsur kehijauan / kecoklatannya; (ii) indikator kinerja lingkungan umum untuk mencerminkan sektor yang lebih luas dan konteks negara (karena faktor kehijauan langkah-langkah stimulus akan dipengaruhi oleh ketatnya peraturan lingkungan yang ada, dan faktor lain yang spesifik dengan negara tersebut). Indeks akhir untuk setiap negara (Rhs) adalah rata-rata dampak sektoral, dinormalisasi ke skala -100 hingga 100.
PEMULIHAN BELUM MERATA
xiIkhtIsAR
Apakah tujuan iklim dan ekonomi tidak sejalan atau saling memperkuat satu sama lain adalah salah satu pertanyaan dalam memilih kebijakan (lihat tabel 0.3 pada bagian akhir Ikhtisar).
• Pertama, ketika mempromosikan pembangungan rendah karbon yang lebih kuat, para pembuat kebijakan dapat mengandalkan berbagai instrumen yang dapat mendorong pengurangan emisi secara efisien di seluruh negara. Opsi-opsi kebijakan meliputi: (i) penghapusan bahan bakar fosil dan subsidi energi secara bertahap, (ii) menyesuaikan harga karbon (Gambar 0.9), (iii) mendorong investasi publik hijau untuk infrastruktur dan inovasi rendah karbon yang kuat, (iv) melaksanakan reformasi kebijakan rendah karbon di sektor-sektor utama seperti energi, transportasi, pertanian, tata guna lahan dan perencanaan perkotaan.
Gambar O.9. Biaya karbon dapat mendorong pengurangan emisi yang signifikan dan menghasilkan pendapatan
A. Indeks emisi vs. 2015 NDC B. Pendapatan fiskal dari biaya karbon
2018
Inde
x (2
018
= 1
00)
2019
2020
2021
2022
2023
RMB500 ($75) carbon charge
RMB335 ($50) carbon charge
2015 NDC
100
90
110
80
70
60
50
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
Baseline
Real
201
8 U
S$, b
illio
n
Perc
ent
GD
P
2019
2021
2023
2025
2027
2029
2031
0
200
400
Fiscal revenues US$, billion (lhs)
forecast
Fiscal revenues percent of GDP (rhs)
600
800
1,000
1,200
0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
Sumber: simon Black 2020, Fiscal Foundations of Carbon Neutrality, Nota kebijakan yang disusun dengan Perangkat Penilaian Penetapan harga karbon (Carbon Pricing Assessment Tool).
• kedua, kebijakan-kebijakan untuk menghasilkan transformasi rendah karbon perlu dilengkapi dengan langkah-langkah yang dapat memastikan bahwa biaya dan manfaatnya didistribusikan secara adil di tingkat domestik maupun internasional. Langkah-langkah tersebut dibutuhkan untuk memastikan adanya dukungan politik secara luas dan untuk mengatasi penolakan dari pihak-pihak tertentu. Misalnya, pendapatan daur ulang yang diperoleh kembali oleh negara dari penetapan harga karbon dapat membantu mensubsidi biaya pengurangan emisi, mengurangi dampak sosial negatif dan mengurangi pajak yang menyimpang lainnya atas tenaga kerja, konsumsi atau laba.
• ketiga, kerjasama regional dan global penting dalam mendorong aksi iklim yang dibutuhkan. Aksi yang lebih berani oleh tiongkok dibutuhkan untuk mempercepat terwujudnya kerjasama mengingat besarnya emisi yang dihasilkan negara ini. tiongkok harus bertindak karena ancaman kepada rakyatnya dan dapat bertindak karena tiongkok mempunyai kapasitas ekonomi untuk menyesuaikan diri. Namun, negara-negara berkembang yang lebih kecil membutuhkan bantuan internasional untuk melaksanakan aksi iklim yang lebih dalam daripada tingkat optimal nasional mereka – paling tidak karena masih adanya ketimpangan global dalam emisi per kapita. Misalnya, revisi komitmen Yang Ditetapkan secara Nasional (NDC) dari Vietnam bertujuan untuk mengurangi emisi GRk pada tahun 2030 sebesar 9 persen dengan menggunakan sumber daya domestik dan sebesar 27 persen dengan dukungan internasional. Agar tujuan ini tercapai, dibutuhkan dana sedikitnya $20 miliar lebih banyak untuk investasi daripada bisnis-seperti-biasa. Bank Dunia telah menyediakan pembiayaan $5 miliar untuk pembangunan sektor energi. Bentuk aksi kolektif lain yang saling menguntungkan mulai dari penyebaran teknologi hijau sampai investasi hijau lintas batas, juga akan membantu tetapi tidak mungkin bisa menjadi pengganti yang memadai untuk bantuan yang signifikan.
PERKEMBANGAN EKONOMI ASIA TIMUR DAN PASIFIK, APRIL 2021
xii IkhtIsAR
Tabel O.1. heterogenitas penularan dan strategi vaksinasi COVID-19
Penularan domestik rendah
Tiongkok Pelaksanaan bertahap untuk mengelola risiko. kecepatannya tidak dibatasi oleh produksi.
Vietnam Pengadaan vaksin telah dilakukan dan vaksinasi baru saja dimulai.
Kamboja sudah memberikan vaksin sINOPhARM (asal tiongkok) dan vaksin AstraZeneca (asal India) kepada kelompok usia prioritas dan berisiko tinggi
Laos sudah memberikan vaksin sINOVAC (asal tiongkok) kepada tenaga kesehatan. sasarannya adalah memvaksinasi 20 persen dari jumlah penduduk pada tahun 2021 dan 70 persen pada tahun 2023.
Thailand Pengadaan vaksin masih menjadi tantangan.
Timor-Leste Dukungan dari COVAX dan Australia. Vaksin Astra-Zeneca dipilih dan tahap pertama vaksinasi direncanakan dimulai bulan April.
Penularan domestik sedang
Malaysia Mengadakan kontrak dengan 5 produsen vaksin. Vaksinasi dimulai Februari. sasaran: 80 persen dari jumlah penduduk pada bulan Feb 2022.
Mongolia telah memulai vaksinasi dan berencana menyelesaikan wilayah perkotaan pada akhir April dan mencapai vaksinasi penuh pada tanggal 1 Juli 2021. Dukungan dari COVAX
Myanmar strategi vaksinasi agresif: dimulai bulan April, sasaran: 40 persen dari jumlah penduduk tahun 2021. Dukungan dari COVAX.
PAPUA Nugini/PNG
sedang merencanakan vaksinasi sebanyak mungkin dengan dukungan dari WhO dan Australia
Transmisi domestik tinggi
Indonesia Vaksinasi tenaga kesehatan telah dilaksanakan dan vaksinasi kelompok-kelompok tertentu telah dimulai, sasaran: cakupan semua orang dewasa dalam waktu 12 bulan berikutnya.
Filipina tertinggal. kekhawatiran mengenai kemanjuran dan keamanan. satu juta dosis pertama diserahkan bulan Februari dan vaksinasi baru saja dimulai.
Bebas COVID-19
PICs Peluncuran vaksin ditunda. tiga negara telah memulai vaksinasi: Republic of the Marshall Islands, Federal states of Micronesia, and Palau
Sumber: staf Bank Dunia.Catatan: Berdasarkan informasi per 10 Maret 2021.
Tabel O.1B. Data pemberian vaksin kumulatif
Negara Sebagai persen dari jumlah penduduk Dosis yang diberikan (ribu)
Singapura 13,54 792
Tiongkok 4,51 64.980
Mongolia 4,26 140
Indonesia 2,41 6.580
Korea, Rep. 1,25 641
Malaysia 1,13 367
Kamboja 1,02 171
Laos 0,56 41
Filipina 0,20 216
Myanmar 0,19 100
Thailand 0,08 54
Vietnam 0,02 24
Papua Nugini - -
Kepulauan Pasifik - -
Timor Leste - -
Sumber: Our World in Data; Riset pers.Catatan: Berdasarkan informasi per 17 Maret 2021. Dosis yang diberikan termasuk dosis pertama & kedua; oleh karena itu, cakupan penduduk hendaknya tidak dipahami sebagai penduduk tervaksinasi secara lengkap.
PEMULIHAN BELUM MERATA
xiiiIkhtIsAR
Tabel O.2. Pendirian dan ruang fiskal di kawasan EAP
Negara Pendirian fiskal Penilaian
Tiongkok stimulus signifikan tetapi penekanannya pada produksi.
Ruang fiskal memadai tetapi utang swasta dan BUMN tinggi.
Filipina Pendirian konservatif dan belanja masih kurang karena lemahnya pelaksanaan.
Ruang fiskal memadai tetapi ada masalah pasokan akibat COVID dan bencana alam.
Thailand Dukungan tinggi. Berisiko rehat terlalu dini karena pendirian konservatif, aturan kompleks.
Ruang fiskal memadai tetapi utang swasta besar. ketidakstabilan politik menimbulkan risiko bagi pertumbuhan.
Kamboja Dukungan signifikan. Lebih kecil dari yang direncanakan tahun 2020 tetapi belanja lebih besar tahun 2021.
Ruang fiskal memadai tetapi utang swasta tinggi dan defisit transaksi berjalan besar.
Vietnam Belanja ditingkatkan, terutama melalui percepatan investasi publik.
Ruang fiskal wajar tetapi utan swasta tinggi, menyebabkan kekhawatiran.
Indonesia stimulus signifikan tetapi dibatasi oleh masalah peringkat kredit.
Pendapatan rendah dan kebutuhan pembiayaan eksternal besar sehingga membatasi ruang fiskal.
Malaysia telah mengubah aturan fiskal. Paket bantuan besar. Lembaga pemeringkat menurunkan peringkat.
Utang publik tinggi, pendapatan rendah dan kebutuhan pembiayaan tinggi sehingga membatasi ruang fiskal.
Myanmar kenaikan belanja kecil. Pembiayaan konsesi naik, misalnya DssI.
Ada ruang fiskal tetapi pinjaman mahal.ketidakstabilan politik mengancam pertumbuhan.
Timor-Leste kenaikan belanja signifikan, terutama untuk dukungan rumah tangga.
Ruang fiskal memadai dengan adanya Petroleum Fund, tetapi pelaksanaan sulit.
Laos Dukungan tambahan terbatas. Utang pemerintah besar. Pinjaman non-konsesi. keterbatasan fiskal.
Mongolia Dukungan besar. Utang eksternal tinggi dan ketergantungan komoditas membatasi ruang fiskal.
PNG Ekspansi fiskal kecil. Defisit fiskal, utang pemerintah, utang swasta eksternal tinggi. ketidakstabilan politik.
PICs Belanja terbatas dibandingkan dengan kebutuhan. Perlindungan sosial tidak memadai.
keterbatasan fiskal. tingginya risiko kesulitan pengembalian utang. Pertumbuhan rendah.
Sumber: staf Bank Dunia.Catatan: Berdasarkan informasi per 10 Maret 2021.
PERKEMBANGAN EKONOMI ASIA TIMUR DAN PASIFIK, APRIL 2021
xiv IkhtIsAR
Tabel O.3. Pemulihan Penghijauan
Negara Pendirian kebijakan
Tiongkok Pemerintah mengakui peranan penting strategi mitigasi dan aktif membahasnya dalam perencanaan pertumbuhan di masa mendatang.
Laos Rencana 5-tahun yang baru: dari pertumbuhan yang tinggi hingga kualitas pertumbuhan. Manajemen risiko, khususnya bencana alam seperti banjir.
Mongolia Mongolia menyetujui komitmen NDC ambisius yang baru sebesar 22,7% dan menyatakan target aspiratif yang bahkan lebih ambisius sebesar 27,2%.
PICs Adaptasi menjadi prioritas. kesiapsiagaan terhadap bencana. tidak banyak pembangunan kembali yang lebih baik.
Filipina Penekanan pada adaptasi dan manajemen risiko bencana. Negara dengan biaya energi dan produksi yang tinggi, dan subsidi terbatas.
PNG Adaptasi menjadi prioritas.
Thailand Beberapa aksi nyata.
Timor-Leste
Fokus pada permasalahan iklim masih terbatas.
Kamboja Penekanan pada perubahan iklim relatif sedikit.
Indonesia tindakan dekarbonisasi masih terbatas. Pengawasan penggunaan tanah dan perlindungan lingkungan hidup lainnya masih longgar.
Malaysia sinyal positif tetapi penekanan hanya pada pertumbuhan.
Vietnam Ada kekhawatiran mengenai keberlanjutan tetapi penekanan dan kapasitas pelaksanaannya terbatas.
Sumber: staf Bank Dunia.Catatan: Berdasarkan informasi per 10 Maret 2021.