bab ii dasar teori - digilib.itb.ac.id · fokus dari eap adalah pada penggunaan teknologi yang...
TRANSCRIPT
II-1
BAB II DASAR TEORI
Dasar teori digunakan sebagai landasan dalam pelaksanaan tugas akhir. Bab ini akan
membahas mengenai seluruh dasar teori yang berkaitan dengan pengerjaan tugas akhir.
Dasar-dasar teori yang akan dijelaskan adalah penjelasan mengenai definisi-definisi umum
terkait dengan EAP, metode EAP, Business Systems Planning, serta metode Value Chain
Configuration Porter.
2.1 DEFINISI UMUM
Pada subbab ini diberikan paparan mengenai definisi-definisi umum terkait arsitektur
informasi serta arsitektur enterprise.
2.1.1 Arsitektur
Arsitektur didefinisikan sebagai suatu cara bagaimana sebuah sistem (mencakup jaringan,
perangkat keras serta perangkat lunak) distrukturisasi. Arsitektur biasanya mendeskripsikan
bagaimana sistem tersebut dibangun, bagaimana komponen-komponen disusun dan protokol-
protokol serta antarmuka yang digunakan untuk mengintegrasikan komponen-komponen
tersebut. Arsitektur juga mendefinisikan fungsi-fungsi dan deskripsi dari format data dan
prosedur komunikasi antara node dengan workstation [YOS04].
Arsitektur merupakan sebuah deskripsi dari semua aktivitas fungsional yang harus dilakukan
untuk mencapai misi yang diinginkan, elemen sistem yang dibutuhkan untuk melakukan
fungsi-fungsi tersebut serta rancangan tingkatan performansi dari elemen tersebut. Sebuah
arsitektur juga mencakup informasi mengenai teknologi, antarmuka dan lokasi dari
pelaksanaan fungsi serta dianggap sebagai sebuah deskripsi yang terus berkembang dari
sebuah pendekatan untuk mencapai misi yang diinginkan.
2.1.2 Enterprise
Sebuah enterprise terdiri dari semua keberfungsian komponen yang dioperasikan di bawah
kepemilikan atau kontrol dari sebuah organisasi tunggal. Enterprise dapat berupa sebuah
bisnis, layanan (service) atau keanggotaan organisasi yang terdiri dari satu atau lebih usaha
dan dioperasikan pada sebuah atau lebih lokasi operasi. Enterprise mencakup semua cabang
II-2
organisasi serta semua usaha yang dimiliki dan dikelola oleh enterprise atau cabang
enterprise [YOS04].
2.1.3 Arsitektur Informasi
Ada beberapa definisi mengenai arsitektur informasi. Definisi pertama menyebutkan bahwa
arsitektur informasi adalah bentuk khusus yang menggunakan teknologi informasi dalam
organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan atau fungsi-fungsi yang telah dipilih. Arsitektur
informasi juga didefinisikan sebagai suatu rancangan sistem komputer secara keseluruhan
(termasuk sistem jaringan) untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi yang spesifik.
Sebuah arsitektur informasi yang mendetail berisi perencanaan yang menjawab data apa yang
dikumpulkan, dimana dan bagaimana data dikumpulkan, bagaimana cara mengirimkan data,
dimana data akan disimpan serta aplikasi-aplikasi apa yang akan menggunakan data tersebut
dan bagaimana aplikasi-aplikasi tersebut dihubungkan sebagai suatu sistem yang utuh.
2.1.4 Arsitektur Enterprise
Sebuah arsitektur enterprise adalah sebuah rancangan untuk kesepakatan dan interoperasi
dari komponen-komponen bisnis (contoh: kebijakan, operasi, infrastruktur, informasi) yang
mendukung keberjalanan dari sebuah enterprise. Arsitektur enterprise juga didefinisikan
sebagai sebuah himpunan representasi yang bersifat deskriptif dan sesuai untuk
mendeskripsikan sebuah enterprise agar kualitas dari enterprise tetap terjaga dan dapat
menyesuaikan dengan perubahan yang ada [YOS04].
2.2 ENTERPRISE ARCHITECTURE PLANNING (EAP)
Enterprise Architecture Planning is the process of defining architectures for the use of
information in support of the business and the plan for implementing those architectures
[SPE92].
Enterprise Architecture Planning (EAP) adalah sebuah proses untuk mendefinisikan
arsitektur untuk penggunaan informasi dalam mendukung bisnis serta rencana untuk
mengimplementasikan arsitektur tersebut. Ada tiga buah arsitektur yang dimaksud dalam
definisi di atas, yaitu arsitektur data, arsitektur aplikasi serta arsitektur teknologi. Dalam
EAP, arsitektur mendefinisikan dan mendeskripsikan data, aplikasi dan teknologi yang
II-3
dibutuhkan untuk mendukung berjalannya bisnis, sedangkan rencana implementasi
mendefinisikan kapan arsitektur tersebut diimplementasikan [SPE92].
EAP merupakan langkah awal untuk melaksanakan misi dari sistem informasi yang
digeneralisasi dari kebutuhan organisasi dari sudut pandang para eksekutif organisasi, yaitu
1. Terbukanya akses terhadap data yang dibutuhkan, kapan saja dan dimana saja
2. Sistem yang fleksibel dan maintainable, terutama terhadap perubahan dari
kebutuhan bisnis
3. Integritas dan standar data untuk menjaga keakuratan dan konsistensi data
4. Integrasi data dan sistem dalam mendukung data yang digunakan bersama di
organisasi
5. Efektif dalam hal biaya
Keuntungan langsung yang didapat dari penggunaan EAP :
1. Fokus dari EAP adalah pada penggunaan teknologi yang bersifat strategis untuk
mengelola data sebagai sebuah aset dari organisasi.
2. EAP memiliki kosakata standar (standard vocabulary) yang memfasillitasi
komunikasi dan mengurangi ketidakkonsistenan dan redundancy dari data.
3. Adanya dokumentasi dapat meningkatkan pemahaman terhadap bisnis.
4. Model-model dapat digunakan untuk menjelaskan bisnis yang dijalankan dan
melakukan penilaian terhadap dampak dari perubahan bisnis.
5. Kebijakan pengambilan keputusan dapat ditinjau ulang.
6. EAP mempertimbangkan integrasi dari sistem yang sudah ada saat ini dengan
sistem yang baru.
7. EAP memungkinkan sebuah pendekatan yang komprehensif, objektif dan
imparsial.
8. Perencanaan sistem jangka panjang merupakan pelengkap dari perencanaan bisnis
(business plan).
9. Solusi jangka panjang dan efektif dalam hal biaya mempertimbangkan nilai
kembali yang akan diperoleh.
10. EAP melibatkan strategi migrasi yang layak (feasible) dengan pencapaian jangka
pendek (short-term achievements)
11. EAP memudahkan penilaian terhadap keuntungan dan dampak dari implementasi
sistem dan perangkat lunak baru.
II-4
12. EAP memungkinkan akomodasi yang lebih mudah dari perubahan bisnis yang
dinamis.
13. Partisipasi dari staf manajemen menyediakan prospektif, kredibilitas dan
kepercayaan diri untuk bisnis sehingga tidak menimbulkan kendala dalam
pengembangan sistem.
EAP berbeda dengan perencanaan sistem informasi tradisional yang lain dalam empat hal :
1. Arsitektur dibuat berdasarkan model bisnis fungsional (business driven). Model
bisnis fungsional adalah sebuah basis pengetahuan mengenai apa bisnis itu dan
informasi apa yang digunakan untuk menjalankan bisnis tersebut.
2. EAP mendefinisikan data sebelum aplikasi. Dalam EAP, arsitektur pertama
mendefinisikan semua data yang dibutuhkan untuk mendukung berjalannya bisnis.
Ketika hal tersebut selesai, arsitektur berikutnya mendefinisikan aplikasi yang
dibutuhkan untuk mengelola data.
3. EAP menggunakan data dependency untuk menentukan rencana implementasi.
Pendekatan EAP mengatur prioritas dengan berbeda. Pada EAP, data dependency
menentukan urutan ideal untuk implementasi aplikasi. (data-driven planning)
4. EAP mempertimbangkan baik operasional jangka pendek dan strategis jangka
panjang dengan fokus pada penggunaan informasi dan teknologi untuk mendukung
keberjalanan bisnis.
2.2.1 Zachman Framework
EAP adalah sebuah proses pendefinisian dua layer teratas dari Zachman Information System
Architecture Framework. Metode Zachman dikenal lebih signifikan karena
1. Metode ini mengidentifikasi sebuah framework dari enam level arsitektur yang dimulai
dari level konseptual (ballpark view serta owner’s view), melalui detail dari desain dan
kontruksi sebuah sistem.
2. Metode ini juga menyediakan definisi serta perbedaan yang jelas dari tiga jenis
arsitektur, yang mencakup data, proses (aplikasi) serta jaringan (teknologi) [SPE92].
II-5
Berikut ini adalah gambaran lengkap Zachman Framework:
Gambar II-1 Zachman Framework
2.2.2 Tahapan pada EAP
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya pada subbab 2.2.1, EAP membangun dua lapisan
teratas dari Framework Zachman, yaitu ballpark view dan owner’s view. Framework
Zachman sangat membantu untuk menempatkan tahapan perencanaan dan pendefinisian pada
sebuah framework konseptual, namun framework ini tidak menjelaskan bagaimana
mendefinisikan dua layer teratas tersebut atau bagaimana mengimplementasi arsitektur
tersebut. Pada gambar II-2, ditunjukkan tujuh fase dari EAP yang merupakan pendefinisian
dari arsitektur dan perencanaan tersebut.
II-6
Gambar II-2 Tahapan Pembangunan Arsitektur Sistem Informasi dengan EAP
Lapisan 1
Tahap inisiasi perencanaan merupakan tahap penentuan dimulainya EAP pada jalur yang
tepat, yang mencakup metodologi yang akan digunakan, siapa saja yang harus terlibat serta
toolset yang digunakan. Pada tahap ini dihasilkan sebuah workplan untuk EAP dan jaminan
komitmen dari manajemen organisasi untuk melakukan EAP.
Lapisan 2
Pada tahap pemodelan proses bisnis, dilakukan kompilasi sebuah basis pengetahuan
mengenai proses bisnis yang berjalan serta informasi yang digunakan dalam melakukan
bisnis tersebut. Tahap selanjutnya adalah tahap pendefinisian sistem aplikasi serta platform
atau landasan teknologi yang sudah ada saat ini. Tahap ini menghasilkan sebuah daftar
inventarisasi sistem aplikasi, data dan landasan teknologi yang akan bermanfaat sebagai
dasar dari rencana migrasi jangka panjang.
Lapisan 3
Pada lapisan ini, terdapat tiga tahapan pengerjaan EAP yang terdiri dari
1. Arsitektur data, dimana didefinisikan jenis data utama yang dibutuhkan untuk
menjalankan bisnis.
2. Arsitektur aplikasi, dimana didefinisikan jenis aplikasi utama yang dibutuhkan untuk
mengelola data tersebut dan mendukung fungsi bisnis yang dijalankan.
3. Arsitektur teknologi, dimana didefinisikan landasan teknologi yang dibutuhkan untuk
menyediakan sebuah lingkungan untuk aplikasi-aplikasi yang mengelola data serta
mendukung fungsi bisnis yang dijalankan.
II-7
Seperti yang termuat pada gambar II-2, pada lapisan ini terdapat sebuah panah yang
menunjukkan bahwa arsitektur data didefinisikan terlebih dahulu, kemudian arsitektur
aplikasi dan yang terakhir didefinisikan adalah arsitektur teknologi.
Lapisan 4
Pada lapisan ke-4, terdapat tahapan rencana implementasi atau rencana migrasi, dimana
didefinisikan urutan untuk mengimplementasikan aplikasi, jadwal untuk melakukan
implementasi, analisis biaya dan keuntungan serta merencanakan sebuah jalur yang jelas
untuk migrasi dari dimana organisasi berada saat ini ke keadaan yang diinginkan.
Berikut ini adalah tahapan proyek EAP [SPE92]:
Tabel II-1 Tahapan proyek EAP
NO TAHAPAN DELIVERABLES
1
Inisiasi perencanaan Ruang lingkup, tujuan/objektif, visi, metodologi, kakas
yang digunakan, tim perencanaan, presentasi, workplan
2 Pemodelan bisnis
(proses bisnis)
Struktur organisasi, model bisnis fungsional awal
3 Survey enterprise Model bisnis fungsional yang lengkap
4 Sistem dan teknologi saat ini IRC (Information Resource Catalog), skema sistem
5 Arsitektur data Definisi entitas, diagram E-R, matriks entitas ke fungsi,
laporan arsitektur data
6 Arsitektur aplikasi Definisi aplikasi, matriks aplikasi, analisis dampak,
laporan arsitektur aplikasi
7 Arsitektur teknologi Distribusi data/aplikasi, laporan arsitektur teknologi
8 Rencana implementasi Urutan aplikasi, rencana migrasi, biaya dan keuntungan,
faktor kesuksesan dan rekomendasi
9 Kesimpulan perencanaan Laporan akhir, bahan presentasi
10 Transisi ke implementasi Perbaikan terhadap organisasi, kebijakan, standar,
prosedur dan rencana proyek mendetail
2.2.2.1 Inisiasi Perencanaan
Sejumlah besar proyek EAP mengalami kegagalan yang disebabkan oleh tujuan serta
ekspektasi yang tidak realistis dari organisasi, pemilihan pendekatan yang salah serta tidak
adanya pengalaman dan tidak terbiasa dengan metode EAP. Oleh karena itu, pada subbab ini
akan dijelaskan tahap inisiasi dari EAP agar proyek EAP terselesaikan dengan baik.
II-8
Pada tahapan ini, hal-hal yang perlu dihasilkan adalah
1. EAP project workplan, yang berisikan spesifikasi fase, langkah-langkah untuk
mengembangkan arsitektur serta rencana implementasi dari arsitektur tersebut.
2. Dukungan dan komitmen dari para eksekutif dan staf manajemen organisasi
Langkah-langkah yang perlu dilakukan pada tahapan ini adalah
1. Menentukan ruang lingkup serta tujuan dari EAP
Langkah ini perlu dilakukan agar tingkat manajemen serta peserta proyek mengerti
hasil apa yang akan diperoleh. Langkah ini menghasilkan definisi ruang lingkup dari
organisasi atau enterprise, identifikasi dan seleksi unit organisasi yang terlibat dalam
pengerjaan EAP serta rincian tujuan yang ingin diwujudkan.
Pada langkah ini dilakukan sejumlah aktivitas sebagai berikut:
a) Mendefinisikan ruang lingkup enterprise;
Enterprise harus didefinisikan dengan tepat dan mencakup seluruh area yang
membutuhkan sejumlah share data yang substansial
b) Mengevaluasi karakteristik dari organisasi
Beberapa karakteristik yang diharapkan dari sebuah enterprise, adalah
i. memiliki sebuah rencana bisnis yang strategis dan berjangka panjang
ii. terfokus pada program total quality management
iii. sistem yang ada saat ini tidak cukup atau terlalu memakan biaya
iv. ada kebutuhan untuk integrasi dan share data
v. ada proyek sistem informasi yang tidak sukses
c) Memahami enterprise
d) Membuat daftar dan mendefinisikan tujuan serta deliverables dari EAP, namun
lebih difokuskan pada keuntungan bisnis yang akan didapatkan
e) Melakukan review terhadap faktor sukses (Critical Success Factors) serta
hambatan yang ditemukan dan mengembangkan sebuah strategi untuk fase
inisiasi
f) Membuat jadwal yang feasible
2. Membuat sebuah visi
Pada tahap ini dibuat sebuah visi sistem informasi yang mendukung bisnis untuk saat
ini dan masa mendatang.
II-9
3. Mengadaptasi sebuah metologi perencanaan
Langkah ini menghasilkan sebuah acuan metodologi EAP (EAP methodology
guidebook). Dalam menentukan metodologi, sebaiknya memenuhi ketentuan-
ketentuan berikut:
a) Metodenya harus berbeda dengan metode perencanaan sistem informasi
tradisional dengan mendefinisikan fungsi bisnis terlebih dahulu, kemudian
mendefinisikan arsitektur enterprise untuk data, aplikasi dan teknologi, serta
menggunakan data dependency sebagai kriteria utama dalam urutan aplikasi.
b) Setiap langkah yang dilakukan harus berkontribusi pada arsitektur dan
perencanaan yang telah dibuat.
c) Metode harus mudah dipahami, fleksibel dan juga mudah diadaptasi.
d) Metode harus sesuai dengan budaya dan politik enterprise.
Pada langkah ini dilakukan aktivitas mempelajari metodologi EAP dan pendekatan
perencanaan sistem informasi lainnya. Salah satu pendekatan perencanaan yang dapat
digunakan adalah akar dari EAP, yaitu metode Business Systems Planning (BSP)
yang dipublikasikan oleh IBM dan akan dijelaskan pada subbab 2.3.
4. Menyusun sumber daya komputer yang dibutuhkan
5. Membangun sebuah tim perencanaan
6. Mempersiapkan workplan EAP
7. Mendapatkan komitmen serta pembiayaan yang dibutuhkan dari eksekutif organisasi
2.2.2.2 Pemodelan Bisnis Awal
Pemodelan bisnis merupakan proses untuk mendefinisikan bisnis yang dijalankan enterprise.
Tujuan dari pemodelan bisnis adalah untuk menyediakan sebuah basis pengetahuan yang
lengkap, menyeluruh serta konsisten yang dapat digunakan dalam mendefinisikan arsitektur
dan rencana implementasinya[SPE92].
Pada EAP, pemodelan bisnis dilakukan dalam dua tahap, yaitu pemodelan bisnis awal
(preliminary business model) dan pemodelan bisnis yang lengkap. Model bisnis awal ini
mengidentifikasikan fungsi-fungsi, menyajikan deskripsi yang jelas untuk tiap fungsi serta
mengidentifikasi unit organisasi yang melakukan setiap fungsi bisnis tersebut [SPE92].
II-10
Ada tiga langkah yang dilakukan untuk melengkapi bisnis model awal, yaitu
1. Mendokumentasikan struktur organisasi
Tujuan dari langkah ini adalah untuk mendokumentasikan struktur organisasi dan
mengidentifikasi individu serta lokasi dimana fungsi bisnis dijalankan. Informasi ini
diperlukan untuk mengidentifikasi orang-orang yang penting untuk diwawancara serta
menentukan seluas apakah sharing data dan sistem aplikasi dalam enterprise. Beberapa
hal yang dihasilkan dari langkah ini mencakup
a. chart organisasi yang terbaru
b. daftar posisi dan jabatan, lokasi bekerja serta jumlah tenaga kerja di setiap posisi
c. dokumentasi mengenai sasaran bisnis, tujuan serta rencana strategis bisnis
(strategic business plans) (opsional)
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada langkah ini, adalah
a. Mengumpulkan struktur organisasi terbaru, yang mencakup nama dan lokasi
unit organisasi (departemen), jabatan/posisi, tenaga kerja (nama dan telepon),
jalur pelaporan (langsung dan tidak langsung) serta jumlah orang di setiap
posisi atau departemen
b. Mengidentifikasi lokasi bisnis dan menghubungkannya dengan unit organisasi
c. Mendokumentasikan sasaran dan tujuan bisnis
Aktivitas ini bersifat opsional, karena aktivitas ini memakan waktu yang tidak
sebentar untuk menyelesaikannya. Analisis terhadap sasaran dan tujuan bisnis
penting dilakukan di perusahaan yang memiliki struktur yang sangat informal
atau sering terjadi perubahan dalam hal bisnis ataupun produk.
d. Membuat sebuah laporan terkait unit organisasi, struktur pelaporan, lokasi serta
sasaran bisnis (opsional)
2. Mengidentifikasi dan mendefinisikan fungsi bisnis
Langkah ini mendefinisikan struktur dari model bisnis. Pada langkah ini, setiap fungsi
yang ada diidentifikasi, mencakup nama, deskripsi fungsi atau dekomposisi fungsi, dan
fungsi ini minimal harus dijalankan oleh sebuah unit organisasi (kecuali fungsi tersebut
adalah fungsi di masa depan yang belum dijalankan).
Sebuah fungsi adalah himpunan aksi yang dilakukan dalam menjalankan bisnis. Ada
sebuah aturan yang digunakan dalam mendefinisikan fungsi bisnis, yang dikenal
dengan The Fundamental Rule of Functional Decomposition. Aturan tersebut
II-11
mengemukakan bahwa sebuah fungsi didefinisikan sepenuhnya oleh subfungsi-
subfungsi dari fungsi tersebut. [SPE92]
Aktivitas yang dilakukan pada langkah ini mencakup,
1) Mendefinisikan area fungsional utama dengan menggunakan konsep dari Michael
Porter;
Michael Porter menyatakan bahwa setiap area fungsional utama dari sebuah
enterprise memberikan kontribusi yang signifikan dan dapat diidentifikasi pada
hasil atau keuntungan dari perusahaan tersebut. Penjelasan mengenai konsep ini
akan diberikan pada subbab 2.4 dari dokumen ini.
2) Membagi setiap area fungsional menjadi subfungsi-subfungsi sesuai dengan apa
fungsinya atau arti dari nama fungsi yang diberikan, atau disebut juga dengan
proses dekomposisi fungsional;
3) Melanjutkan dekomposisi fungsi yang telah dilakukan sampai didapatkan fungsi-
fungsi yang single-action oriented, dieksekusi berulang-ulang, memiliki outcome
yang dapat diidentifikasi, atau dapat diasosiasikan dengan sebuah unit organisasi
tertentu yang telah didefinisikan pada langkah sebelumnya
4) Menyusun (ulang) semua fungsi yang ada secara hierarki untuk memperbaiki
model bisnis;
Semua subfungsi yang telah diidentifikasi harus dikelompokkan berdasarkan
objek dari aksi yang dilakukan, bukan berdasarkan aksi yang serupa dilakukan.
5) Memastikan kualitas dari model bisnis dan terus memperbaiki model bisnis
tersebut;
Ada tiga kriteria yang digunakan dalam menentukan kualitas dari sebuah model
bisnis :
a. Model bisnis harus masuk akal dan dapat dimengerti secara mudah oleh
orang-orang yang terlibat dalam enterprise.
b. Ruang lingkup dari model tersebut harus lengkap, konsisten, dimana tidak
terdapat duplikat fungsi dan definisi fungsi tidak ada yang tumpang tindih.
c. Model bisnis harus senantiasa stabil terhadap waktu, dalam pengertian
struktur dekomposisi model bisnis tidak menunjukkan hal-hal berikut :
i. Siapa yang melakukan fungsi atau yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan fungsi tersebut
ii. Bagaimana fungsi dilakukan
iii. Di mana fungsi tersebut dilakukan
II-12
iv. Kapan fungsi dilakukan
v. Prioritas keutamaan dari fungsi
vi. Teknologi atau sumber daya yang dilakukan untuk melakukan fungsi
tersebut
vii. Aliran input, output yang terlibat dalam pelaksanaan fungsi
6) Membangun kestabilan model bisnis dengan senantiasa mengevaluasi model
tersebut dan mengamati bagaimana bisnis tersebut berevolusi seiring berjalannya
waktu;
7) Menghubungkan fungsi terhadap unit organisasi yang melakukan fungsi tersebut
dan memproduksi sebuah matriks.
3. Mendokumentasikan model bisnis awal dan mendistribusikan serta mempresentasikan
model tersebut ke komunitas bisnis untuk mendapatkan komentar;
Laporan mengenai model bisnis didistribusikan untuk memverifikasi bahwa definisi
dan hubungan antar fungsi sudah tepat. Beberapa hal yang dihasilkan dari langkah ini
adalah laporan model bisnis awal, presentasi model bisnis awal serta komentar
terhadap model bisnis tersebut.
2.2.2.3 Survey Enterprise
Tujuan dari fase ini adalah untuk mengumpulkan detail informasi mengenai bisnis untuk
menyempurnakan bisnis model awal yang sudah dibuat sebelumnya, mencakup
1. Informasi yang digunakan untuk melaksanakan sebuah fungsi
2. Kapan dan dimana fungsi tersebut dilaksanakan
3. Seberapa sering fungsi tersebut dilaksanakan
4. Kesempatan yang ada untuk memperbaiki fungsi tersebut
Ada lima tahapan untuk melakukan survey enterprise, yaitu
1. Menjadwalkan wawancara
2. Mempersiapkan wawancara yang akan dilakukan
Dalam melakukan wawancara, perlu dipersiapkan sebuah form berisikan definisi
fungsi dan definisi information source jika diperlukan.
Information source : Anything used or produced by a person or computer performing
a business function that conveys information (i.e, report, document, form, memo,
message, screen, index card, letter) [SPE92].
II-13
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa information source adalah hal-
hal yang digunakan atau diproduksi oleh seseorang atau sebuah komputer yang
melakukan sebuah fungsi bisnis yang melibatkan informasi. Dalam tahapan ini, ada
dua langkah yang perlu dilakukan, yaitu menentukan informasi apa yang ingin
didapatkan melalui wawancara, oleh karena itu, perlu juga menentukan pertanyaan
yang akan ditanyakan pada saat wawancara serta merancang form definisi fungsi dan
Information Source.
3. Melakukan wawancara
4. Melakukan entry data
5. Mendistribusikan model bisnis
Tahap pengerjaan ini menghasilkan:
a. sebuah laporan model bisnis yang lengkap, berisikan
1) diagram organisasi
2) deskripsi unit organisasi
3) function definition summary
4) deskripsi lengkap dari setiap fungsi
5) deskripsi information source (jika diperlukan)
6) information source usage summary (jika diperlukan)
7) sasaran, tujuan serta faktor sukses kritikal (critical success factors)
8) matriks hubungan
9) tabel dukungan aplikasi terhadap fungsi saat ini
b. pengenalan terhadap model bisnis
1) apa itu model bisnis
2) mengapa model bisnis penting untuk dibuat
3) bagaimana model bisnis ditentukan
4) bagaimana menginterpretasi laporan
2.2.2.4 Sistem dan Teknologi Saat Ini
Tujuan dari fase ini adalah untuk mendokumentasikan dan mendefinisikan semua sistem dan
platform teknologi yang sedang digunakan di enterprise. Fase ini harus menyelesaikan
sebuah Information Resource Catalog (IRC).
II-14
Keuntungan yang diperoleh jika sebuah enterprise memiliki sebuah IRC, mencakup
1. IRC menyediakan sebuah referensi terhadap semua sumber daya informasi
(information resources). IRC berisi definisi dan juga deskripsi dari semua sistem
aplikasi, data serta platform teknologi.
2. IRC menunjukkan distribusi dari sumber daya informasi dalam sebuah enterprise.
3. IRC dapat digunakan sebagai penunjuk letak informasi bagi staf manajemen di dalam
sebuah enterprise.
4. IRC dapat digunakan untuk memberikan arahan kepada personel baru dari enterprise
terhadap pengembangan sistem informasi yang ada.
5. IRC digunakan oleh tim EAP sebagai dasar/basis untuk perencanaan jangka panjang.
6. Keputusan terkait penganggaran dan kontrol biaya dapat didasarkan pada IRC.
7. IRC dikembangkan dengan biaya yang reasonable.
8. IRC merepresentasikan penggunaan internal dari kakas dokumentasi.
Ada delapan tahapan langkah untuk membangun sebuah IRC, yaitu
1. Menentukan lingkup, tujuan serta rencana kerja IRC (IRC workplan)
Tujuan dari tahap ini adalah menentukan lingkup dan tujuan dari IRC serta
mengembangkan sebuah rencana kerja dan jadwal untuk IRC.
2. Bersiap untuk melakukan koleksi data
Tujuan dari tahap ini adalah menentukan jenis data yang akan dikompilasi di dalam
IRC serta merancang form untuk melakukan koleksi data. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam tahap ini mencakup
a. Menentukan data yang akan dikompilasi mengenai aplikasi
Item data yang biasanya dikompilasi untuk aplikasi mencakup :
i. Nama dari aplikasi
ii. Individu yang bertanggung jawab untuk memelihara aplikasi
iii. Pemilik yang bertanggung jawab terhadap kebutuhan dan fungsi dari
aplikasi
iv. Definisi dari aplikasi dan apa yang dilakukan aplikasi
v. Status dari sistem (operational, planned atau obsolete)
vi. Isu jangka panjang, berupa perubahan yang mungkin muncul di masa
depan
vii. Unit organisasi yang terkait dengan aplikasi
viii. Fungsi bisnis yang didukung oleh aplikasi
II-15
ix. Pemeliharaan atau biaya langsung
x. Jumlah orang yang ditugaskan untuk memelihara sistem
xi. Sifat dari aplikasi (batch, online atau keduanya)
xii. Frekuensi penggunaan sistem (harian, mingguan atau bulanan)
xiii. Durasi waktu penggunaan sistem (dalam menit atau jam)
xiv. Peralatan, perangkat keras atau landasan teknologi berbentuk fisik yang
digunakan
xv. Landasan komunikasi atau jaringan yang digunakan
xvi. Landasan perangkat lunak yang digunakan
xvii. Preceding systems, sistem yang harus dieksekusi sebelum menjalankan
aplikasi
xviii. Succeeding systems, sistem yang hanya dapat diekseksui setelah aplikasi
dijalankan
xix. Catatan tambahan
xx. Siapa yang memberikan informasi
xxi. Adakah materi atau dokumentasi tambahan yang diberikan
b. Menentukan data yang perlu dikumpulkan terkait input dan output utama, file
serta basis data dari sebuah aplikasi
c. Mengidentifikasi landasan teknologi yang mendefinisikan sebuah dekomposisi
berbentuk hierarki dari jenis-jenis landasan teknologi yang digunakan
d. Membuat form untuk melakukan koleksi data
e. Mempersiapkan instruksi detail mengenai cara pengisian form
3. Mengumpulkan data IRC
Pada tahap ini, form pengisian koleksi informasi untuk IRC didistribusikan dan
dikumpulkan. Tahapan ini akan menghasilkan form yang sudah terisi lengkap, serta
teridentifikasi bahwa aplikasi terkait dengan fungsi bisnis dan landasan teknologi
yang digunakan.
4. Memasukkan informasi ke toolset yang digunakan
Pada tahap ini informasi pada form yang telah dikumpulkan dimasukkan ke dalam
toolset yang digunakan.
II-16
5. Melakukan validasi dan review terhadap draft IRC
Tahap ini akan menghasilkan
a. Draft laporan IRC lengkap, yang berisi
i. Laporan deksripsi lengkap
ii. Laporan kesimpulan, indeks dan cross-reference
iii. Matriks yang menggambarkan keterhubungan antara
Aplikasi yang ada dengan fungsi bisnis
Aplikasi yang ada dengan landasan teknologi yang digunakan
b. Perkenalan terhadap IRC (apa itu IRC, mengapa IRC penting, bagaimana IRC
ditentukan dan bagaimana interpretasi terhadap laporan)
6. Menggambarkan skema yang merupakan diagram level aplikasi yang
menggambarkan aliran dari setiap input, output dan file dari setiap sistem;
Skema ini memberikan gambaran dari IRC yang menunjukkan bagaimana aplikasi
dan enterprise saling berhubungan.
7. Mendistribusikan IRC
8. Mengatur dan memelihara IRC
9. Prosedur-prosedur tertentu perlu dikembangkan untuk menjaga agar IRC tetap up-to-
date.
2.2.2.5 Arsitektur Data
Arsitektur data mengidentifikasi dan mendefinisikan jenis data utama yang mendukung
fungsi bisnis yang telah didefinisikan pada model bisnis. Definisi dari arsitektur data ini akan
menjadi standar yang digunakan pada fase perancangan sistem, khususnya perancangan basis
data logik (logical database design), basis data fisik (physical database design) dan
pembangunan basis data. Arsitektur data terdiri dari entitas data, yang masing-masing
memiliki atribut dan hubungan (relationship) dengan entitas data lainnya.
Entity : Any person, place, concept, thing, or event that has meaning (information) in the
context of the business, and about which data may be stored [SPE92].
Entitas adalah sebuah benda, tempat, konsep, atau seseorang yang berarti atau memiliki
informasi dalam konteks bisnis dan merupakan hal yang akan disimpan dalam bentuk data.
II-17
Attribute : A named characteristic of an entity that further describes what the entity is
[SPE92].
Atribut adalah karakteristik dari sebuah entitas yang mendeskripsikan definisi dari entitas
tersebut.
Relationship or Relationship Attribute : An attribute whose value is that of another entity
(identifier), which serves to further define the business context of the entity (referred to as
foreign key in logical relational database design) [SPE92].
Keterhubungan atau atribut dari keterhubungan adalah sebuah atribut yang nilainya diambil
dari entitas lain (identifier) yang mendefinisikan lebih lanjut konteks bisnis dari entitas yang
bersangkutan.
Ada empat tahapan dalam fase arsitektur data, yaitu
1. Mendaftar kandidat entitas data
Tahapan ini dilakukan untuk mengidentifikasi semua entitas yang potensial dari data
yang dibutuhkan untuk mendukung keberjalanan bisnis. Tahapan ini akan
menghasilkan sebuah daftar nama kandidat dari entitas yang teridentifikasi. Ada
beberapa sumber informasi yang dapat dijadikan acuan ketika mencari kandidat
entitas data, yaitu :
a. Definisi fungsi
b. Form sumber informasi
c. Catatan wawancara
d. Deskripsi file dan sistem yang sudah berjalan saat ini
e. Arsitektur data atau rancangan basis data lainnya
2. Mendefinisikan entitas, atribut dan hubungan antar entitas
Tujuan dari tahapan ini adalah untuk membuat sebuah definisi dan deskripsi standar
untuk setiap entitas dalam arsitektur data dan untuk menyediakan ilustrasi grafik dari
keterhubungan antar entitas tersebut. Ketika tahapan ini terselesaikan, seluruh entitas
data sudah terdefinisi dan terdokumentasi dan dihasilkan sebuah diagram E-R (Entity-
Relationship).
II-18
Tabel berikut menjelaskan komponen dari tiap entitas, atribut dan hubungan antar
entitas yang perlu dipaparkan dalam arsitektur data.
Tabel II-2 Deskripsi Komponen Arsitektur Data
Komponen Deskripsi
ENTITAS Benda, konsep, tempat, orang atau sebuah event
Nama entitas Merepresentasikan istilah yang didefinisikan
Nama alternatif Standar nama lain yang diterima untuk sebuah entitas,
namun bukan nama yang disarankan
Identifier Setiap entitas harus memiliki sebuah identifier. Sebuah
identifier adalah sebuah atribut yang nilainya dapat
membedakan setiap kemunculan atau instans dari entitas
secara unik.
Definisi Sebuah deskripsi yang singkat dan tekstual dari entitas data
Is-a-kind-of (opsional) Sebuah entitas mungkin merupakan suatu jenis (a kind of)
dari entitas lain.
ATRIBUT Sebuah karakteristik yang sesuai untuk mendefinisikan dan
mendeskripsikan entitas
Nama atribut Sebuah nama karakteristik
Definisi Sebuah deskripsi singkat dan tekstual dari atribut
Himpunan nilai (opsional) Jangkauan nilai, domain atau jenis nilai untuk data yang
direpresentasikan oleh atribut tersebut.
Business rules (opsional) Aturan (rules) atau kondisi yang membangun nilai dari
sebuah atribut
RELATIONSHIP
(keterhubungan)
Sebuah keterhubungan antara dua entitas yang memberikan
definisi lebih jelas dari kedua entitas yang saling terhubung
Nama keterhubungan Nama ini memiliki sebuah bentuk dari sebuah kata kerja
yang mendeskripsikan keterhubungan antar dua entitas
Nama entitas yang terhubung Nama entitas kedua yang terhubung;
Contoh: Employee “works in” Organization Unit.
Organization Unit adalah nama entitas yang terhubung.
Kardinalitas Mendeskripsikan jumlah entitas yang terlibat dalam sebuah
hubungan
Definisi dan rule (opsional) Penjelasan lebih lanjut dari sebuah hubungan
II-19
Setelah didefinisikan, perlu dilakukan penyederhanaan terhadap himpunan definisi
dan keterhubungan yang rumit. Penyederhanaan yang dilakukan dapat mencakup:
a. Generalisasi : menggabungkan dua buah entitas yang serupa
b. Abstraksi : menghubungan dua buah atau lebih entitas untuk membentuk
entitas baru
c. Asimilasi : mengeliminasi sebuah entitas yang bersifat dependen
d. Separasi : memisahkan konsep gabungan menjadi konsep-konsep dasar
Untuk memberikan ilustrasi terhadap arsitektur data perlu dibuat sebuah diagram E-
R. Dalam menggambar diagram tersebut, untuk sebuah enterprise tidak mungkin
dibuat diagram E-R keseluruhan karena keterhubungan antar entitas akan terlihat
rumit, sehingga akan lebih baik jika diagram digambarkan berdasarkan area bisnis
yang berkesesuaian.
Sebuah arsitektur data yang baik memiliki kriteria sebagai berikut :
a. Mudah dipahami. Definisi dari entitas dapat dipahami oleh semua personel
yang terkait dengan keberjalanan bisnis.
b. Lengkap dan konsisten. Tidak adanya entitas data utama yang dihilangkan
dari arsitektur dan definisi dari tiap entitas tidak saling tumpang tindih.
c. Stabil. Definisi seharusnya hanya berdasarkan pada model bisnis. Stabilitas
dapat dicapai dengan mendefinisikan data tanpa terkait dengan siapa yang
menggunakan data, bagaimana data digunakan, dimana dan kapan data
digunakan, teknologi yang digunakan untuk menyimpan data serta bagaimana
data mengalir.
3. Menghubungkan entitas ke fungsi bisnis
Tahap ini dilakukan untuk menentukan entitas data yang dibuat, didapatkan,
diperbarui dan dihapus oleh fungsi bisnis yang terkait. Pada tahapan ini dihasilkan
matriks entitas terhadap fungsi bisnis . Pada matriks tersebut, terdapat simbol-simbol
sebagai berikut :
C Dibuat oleh sebuah fungsi
U Diubah (dilakukan update) oleh sebuah fungsi
R Diacu/digunakan oleh sebuah fungsi
II-20
Penanda-penanda tersebut bermakna fungsi yang bersangkutan membuat (create),
melakukan update, dan/atau menggunakan entitas data terkait. Proses yang
melakukan C mengimplikasikan U dan R, sedangkan proses yang melakukan U
mengimplikasikan R. Pada matriks, entitas memenuhi kolom dan dikelompokkan
sesuai dengan area fungsional utama dimana entitas tersebut terkait, biasanya area
fungsional yang membuat mereka. Matriks ini digunakan untuk mengembangkan
lingkup dari aplikasi pada tahap selanjutnya dari EAP, dan untuk menunjukan
jangkauan pengunaan data bersama dalam bisnis.
4. Mendistribusikan arsitektur data
Tahap ini mendistribusikan dokumentasi arsitektur data yang berisikan
a. Pendahuluan
b. Daftar nama entitas
c. Definisi entitas yang lengkap
d. Diagram E-R
e. Matriks penggunaan entitas
2.2.2.6 Arsitektur aplikasi
Pembuatan arsitektur aplikasi bertujuan untuk mendefinisikan jenis aplikasi utama yang
dibutuhkan untuk mengelola data dan mendukung fungsi bisnis dari sebuah enterprise.
Arsitektur aplikasi merupakan definisi dari aplikasi yang akan mengelola data dan
menyedikan informasi kepada orang-orang yang menjalankan fungsi bisnis yang ada dalam
enterprise [SPE92]. Aplikasi-aplikasi tersebut akan menyediakan akses pada data yang
dibutuhkan dalam format yang tepat dan efektif dengan biaya yang sesuai. Aplikasi adalah
mekanisme pengelolaan data dari sebuah enterprise, yang mencakup pemasukan data,
pengubahan data, pengurutan data, penyimpulan data, pengarsipan data, analisis data dan
pengacuan data.
Dalam metode EAP, ada lima langkah dasar dalam mengelola proses pembuatan arsitektur
aplikasi, yang mencakup
1. Mendaftar kandidat aplikasi
Langkah ini bertujuan untuk mengidentifikasi setiap aplikasi yang mungkin
dibutuhkan untuk mengelola data dan mendukung bisnis. Aktivitas pertama yang
dilakukan adalah mengidentifikasi kandidat aplikasi. Istilah umum yang digunakan
II-21
dalam penamaan aplikasi adalah sistem informasi atau sistem administrasi. Penamaan
kandidat aplikasi akan terfokus pada pengelolaan jenis data tertentu atau pada
dukungan terhadap sejumlah fungsi atau prosedur bisnis tertentu. Setelah kandidat
aplikasi teridentifikasi, dilakukan identifikasi aplikasi yang dapat memperbaiki
kinerja bisnis atau menyediakan keuntungan kompetitif (competitive advantage).
Untuk melakukan identifikasi tersebut, matriks CRUD perlu dimanfaatkan untuk
memastikan bahwa setiap jenis data dikelola, atau dibuat dan di-update oleh paling
tidak sebuah aplikasi. Selain itu, bagaimana kualitas dari fungsi bisnis akan
diperbaiki, dalam hal efisiensi, akurasi, keandalan dan biaya perlu juga diperhatikan
dalam melakukan identifikasi aplikasi tersebut.
2. Mendefinisikan aplikasi
Langkah ini menyediakan definisi standar untuk setiap aplikasi yang terdapat pada
arsitektur aplikasi. Sebuah definisi aplikasi mendeskripsikan apa yang dilakukan oleh
sebuah aplikasi, bukan bagaimana aplikasi tersebut bekerja. Definisi aplikasi yang
baik akan mencakup tujuan singkat dan jelas, deskripsi dan kapabilitas dari aplikasi
serta dampak manfaat terhadap bisnis. Ada tiga buah kriteria yang menunjukkan
kebaikan dari sebuah arsitektur aplikasi, yaitu
a. Arsitektur mudah dipahami, mencakup definisi yang logis dan dapat dengan
mudah dipahami.
b. Arsitektur aplikasi mencakup keseluruhan aplikasi dengan lengkap dan konsisten,
dimana aplikasi-aplikasi mendukung sebagian besar fungsi bisnis dan mengelola
setiap entitas data yang ada tanpa ada duplikasi kemampuan dari aplikasi yang
ada.
c. Arsitektur bersifat stabil, dalam artian setiap definisi aplikasi harus didasarkan
pada model bisnis dan arsitektur data, dan harus independen terhadap siapa yang
akan menggunakan aplikasi, bagiamana aplikasi bekerja, dimana aplikasi tersebut
ditempatkan dan kapan aplikasi dioperasikan.
3. Menghubungkan aplikasi ke fungsi bisnis yang berjalan
Tujuan dari langkah ketiga ini adalah untuk mengidentifikasi fungsi bisnis yang
secara langsung didukung atau dilakukan oleh aplikasi. Langkah ini akan
menyelesaikan sebuah matriks aplikasi-fungsi bisnis serta aplikasi-unit organisasi.
Aktivitas dari langkah ini mencakup identifikasi fungsi bisnis yang didukung untuk
setiap aplikasi serta fungsi bisnis yang tidak didukung oleh aplikasi manapun. EAP
II-22
menggunakan prinsip 80-20 untuk menentukan tingkat akurasi dari identifikasi yang
dilakukan. Identiifikasi fungsi-fungsi yang tidak didukung oleh aplikasi manapun
memerlukan penjelasan mengapa fungsi tersebut tidak didukung sama sekali. Alasan
yang mungkin muncul beragam, seperti fungsi tersebut berada di luar ruang lingkup
pengerjaan EAP, atau fungsi tersebut tidak secara langsung didukung oleh
penerimaan data dari fungsi lain, orang atau unit organisasi.
Setelah fungsi bisnis yang didukung teridentifikasi, dibuat sebuah matriks hubungan
aplikasi dengan fungsi bisnis serta hubungan aplikasi ke unit organisasi melalui
fungsi bisnis. Sebagai bagian dari model bisnis, fungsi dihubungkan ke unit
organisasi yang melakukan fungsi-fungsi tesebut. Matriks hubungan tersebut
biasanya akan menunjukkan bahwa terdapat paling tidak sebuah aplikasi yang
mendukung lebih dari satu unit organisasi. Hal ini adalah hasil yang umumnya
muncul pada EAP. Sebuah lingkungan data yang bersifat shared akan berdampak
pada lingkungan aplikasi yang bersifat shared. (A shared data environment also
implies a shared applications environment[SPE92].)
4. Menganalisis dampak dari arsitektur aplikasi terhadap aplikasi yang sudah ada
5. Mendistribusikan arsitektur aplikasi
2.2.2.7 Arsitektur Teknologi
Tujuan dari pembuatan arsitektur teknologi adalah untuk mendefinisikan jenis teknologi
utama yang dibutuhkan untuk menyediakan lingkungan teknologi yang sesuai bagi aplikasi-
aplikasi yang melakukan pengelolaan data. Arsitektur teknologi merupakan sebuah definisi
dari jenis teknologi, yang mungkin lebih dikenal dengan sebutan platform atau landasan
teknologi, yang mendukung bisnis dalam lingkungan di mana data digunakan secara
bersama-sama [SPE92]. Arsitektur teknologi didefinisikan setelah pendefinisian arsitektur
data dan aplikasi agar didapatkan landasan teknologi yang layak dan konsisten dengan
arsitektur-arsitektur lainnya.
II-23
Dalam melakukan pembangunan arsitektur teknologi dengan pendekatan EAP, terdapat
empat langkah yang perlu dilakukan, yaitu
1. Identifikasi prinsip dan landasan teknologi
Langkah ini bertujuan untuk mengidentifikasikan prinsip dasar untuk landasan
teknologi dan landasan potensial yang dibutuhkan untuk mendukung sebuah
lingkungan shared-data dalam enterprise.
2. Mendefinisikan landasan teknologi yang teridentifikasi
Tujuan dari langkah ini adalah untuk menentukan sebuah strategi dalam
mendistribusikan aplikasi dan data, dan untuk mendefinisikan landasan teknologi yang
akan menjadi lingkungan bagi aplikasi-aplikasi dan data yang mendukung bisnis.
Pada langkah ini dilakukan dokumentasi lokasi bisnis dari enterprise serta lokasi
konseptual untuk penyimpanan data dan eksekusi aplikasi. Kemudian dilakukan
pemetaan silang antara entitas data dengan lokasi bisnis dengan menghubungkan lokasi
bisnis dengan fungsi bisnis yang membuat, melakukan update serta mengacu pada
entitas terkait, untuk mendapatkan identifikasi dari lokasi yang membutuhkan data. Hal
yang serupa juga dilakukan untuk mendapatkan identifikasi lokasi yang membutuhkan
aplikasi.
Aktivitas berikutnya yang dilakukan pada langkah ini adalah pendefinisian konfigurasi
untuk landasan teknologi. Sebuah arsitektur teknologi konseptual harus menjelaskan
tiga buah level, yang terdiri dari
a. Workstation konseptual
Workstation konseptual merupakan sebuah fasilitas yang digunakan untuk
mengakses data secara langsung atau menyediakan data bagi aplikasi-aplikasi
atau pengguna lainnya. Sebuah workstation terdiri dari lokasi penyimpanan dan
kompartemen-kompartemen. Lokasi penyimpanan merupakan sebuah repository
atau fasillitas yang menyimpan aplikasi atau data, sedangkan kompartemen yang
dimaksud terdiri dari enam buah kompartemen yang terdiri dari
i. Kompartemen akses sistem bisnis
ii. Kompartemen informasi
iii. Kompartemen pesan
iv. Kompartemen pengelolaan desktop
v. Kompartemen pengelolaan kakas
vi. Kompartemen akses eksternal
II-24
b. Jaringan enterprise konseptual
Jaringan enterprise terdiri dari komputerisasi, input, output, alat penyimpanan
serta fasilitas telekomunikasi. Dalam jaringan konseptual ini, semua elemen
komputerisasi terhubungkan secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan
langsung menunjukan adanya interaksi langsung antara dua elemen jaringan,
sedangkan hubungan tidak langsung terjadi jika elemen tersebut berkomunikasi
melalui elemen jaringan yang lain.
c. Arsitektur sistem bisnis
Arsitektur sistem bisnis merupakan teknologi yang mengimplementasi dan
menjaga aplikasi dan basis data dari enterprise.
3. Menghubungkan landasan teknologi ke aplikasi dan fungsi bisnis
Untuk menyelesaikan pembangunan arsitektur teknologi, tiap-tiap landasan teknologi
dipetasilangkah dengan aplikasi serta fungsi bisnis untuk menentukan ketergantungan
terhadap landasan teknologi yang akan digunakan.
4. Mendistribusikan arsitektur teknologi
2.2.2.8 Rencana Pembangunan Sistem Informasi
Pada beberapa proyek EAP, rencana ini dinamakan strategi migrasi untuk menekankan pada
strategi perpindahan dari dimana bisnis berada saat ini ke dimana bisnis diinginkan untuk
berada di masa depan. Ada empat langkah utama yang dilakukan dalam membuat rencana
implementasi:
1. Mengurutkan aplikasi
Langkah ini menentukan prioritas dan urutan implementasi dari aplikasi. Prinsip
dasar yang digunakan dalam EAP untuk menentukan urutan aplikasi adalah bahwa
aplikasi yang membuat data harus diimplementasikan sebelum aplikasi yang
menggunakan data.
Pada metode EAP, urutan aplikasi ditentukan dengan menghubungkan aplikasi
terhadap entitas data melalui fungsi bisnis dalam bentuk matriks. Pada matriks, isi
dari setiap sel ditentukan oleh apakah sebuah aplikasi membuat, melakukan update
atau mengacu pada sebuah entitas. Oleh karena itu, baris dari matriks akan diisi oleh
aplikasi-aplikasi sedangkan entitas data diposisikan pada kolom matriks. Penentuan
urutan dilakukan dengan dorongan data, yaitu aplikasi-aplikasi yang membuat data
(dengan penanda “CUR”) disusun sedemikian rupa agar sel dengan penanda tersebut
II-25
membentuk diagonal sepanjang matriks dan seakan-akan membagi dua matriks
tersebut. Bagian kiri bawah dari matriks menunjukkan kumpulan aplikasi yang
bergantung pada data (semakin ke bawah, semakin bergantung pada data yang
dihasilkan aplikasi sebelumnya) [FAJ06].
Sesuai dengan matriks yang telah dibuat, aplikasi yang berada pada bagian teratas
dari matriks harus diimplementasikan lebih awal karena aplikasi tersebut
menyediakan data yang akan digunakan oleh aplikasi-aplikasi di bawahnya.
Selanjutnya urutan implementasi aplikasi disesuaikan dengan pertimbangan dari
dorongan bisnis, keberadaan sistem saat ini, tingkat resiko, manfaat potensial serta
dampak terhadap operasional organisasi.
2. Mengestimasi usaha, sumber daya yang dibutuhkan serta membuat sebuah jadwal
3. Mengestimasi biaya dan keuntungan dari rencana yang dibuat
4. Menentukan faktor sukses dan membuat rekomendasi
2.3 BUSINESS SYSTEMS PLANNING (BSP)
Business Systems Planning (BSP) adalah sebuah metode perencanaan sistem informasi
dengan pendekatan top-down untuk analisis bisnis dan mendorong keturutsertaan sumber
daya manusia dalam perencanaan sistem informasi serta pendekatan bottom-up untuk
implementasi dari perencanaan tersebut. BSP berkaitan dengan bagaimana sebuah sistem
informasi distrukturisasi, diintegrasi dan diimplementasikan untuk jangka waktu yang cukup
lama [IBM84].
Konsep dasar dari BSP diambil dari tujuan jangka panjang sebuah sistem informasi dalam
sebuah organisasi, yang mencakup
1) Sebuah sistem informasi harus mendukung tujuan dan sasaran dari bisnis yang
dijalankan organisasi.
2) Sebuah strategi sistem informasi harus melingkupi kebutuhan semua level manajemen
dalam bisnis
3) Sebuah sistem informasi harus menyediakan konsistensi informasi untuk organisasi
4) Sebuah sistem informasi harus dapat menyesuaikan dengan perubahan organisasi serta
manajemen yang mungkin terjadi
5) Strategi sistem informasi harus dapat diimplementasi proyek demi proyek untuk
mendukung arsitektur informasi keseluruhan.
II-26
Kunci sukses dalam merencanakan, mengembangkan serta mengimplementasikan sebuah
arsitektur informasi yang secara efektif mendukung sasaran bisnis organisasi terdiri dari
1) Perencanaan dengan pendekatan top-down serta implementasi dengan pendekatan
bottom-up
2) Data dikelola sebagai sumber daya penting organisasi
3) Orientasi dari arsitektur tersebut berdasarkan pada proses bisnis
4) Penggunaan metodologi yang komprehensif dan sudah terbukti [IBM84]
Dalam studi BSP, proses bisnis didefinisikan sebagai kelompok kebijakan dan aktivitas yang
diperlukan untuk mengelola sumber daya dari bisnis yang dijalankan. Ada empat alasan
mengapa proses bisnis harus didefinisikan, yaitu
1) Kebutuhan akan sistem informasi yang independen terhadap perubahan organisasi
2) Pentingnya kepahaman mengenai bagaimana bisnis mencapai misi dan tujuannya
3) Kebutuhan akan sebuah dasar dalam mendefinisikan arsitektur informasi yang
diperlukan, menentukan lingkupnya, membuatnya dalam bentuk modular serta
menentukan prioritas dalam pengembangan dan implementasinya
4) Kebutuhan akan sebuah dasar dalam mendefinisikan kebutuhan data utama
Untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan proses-proses digunakan sebuah pendekatan
daur hidup empat tahap atau four-stage life cycle, yang mencakup
1) Stage 1 – requirements, planning, measurement and control
Tahap ini mencakup aktivitas-aktivitas yang menentukan berapa banyak produk atau
sumber daya yang dibutuhkan, rencana untuk mendapatkan produk dan sumber daya
tersebut serta pengukuran dan kontrol terhadap rencana yang dibuat.
2) Stage 2 – acquisition or implementation
Tahap ini mencakup aktivitas yang dilakukan untuk mengembangkan sebuah produk
atau jasa atau untuk mendapatkan sumber daya yang akan digunakan dalam
pengembangan tersebut. Dalam bidang pendidikan, hal tersebut mencakup
pengembangan kurikulum serta penerimaan siswa baru.
3) Stage 3 – stewardship
Tahap ini mencakup aktivitas dalam membentuk, mendefinisikan ulang, memodifikasi
dan menjaga sumber daya pendukung dan untuk menyimpan atau memantau
produk/jasa.
II-27
4) Stage 4 - retirement or disposition
Tahap ini mencakup aktivitas dan keputusan yang memutuskan tanggung jawab dari
sebuah organisasi terhadap sebuah produk atau jasa atau menunjukan tanda penggunaan
sebuah sumber daya akan berakhir [IBM84].
Dalam mendefinisikan proses bisnis sebuah organisasi, berikut ini adalah alur langkah-
langkah yang sebaiknya dilakukan :
Gambar II-3 Alur langkah pendefinisian proses bisnis
2.4 KONFIGURASI RANTAI NILAI (VALUE CHAIN) MICHAEL PORTER
Kerangka kerja rantai nilai (value chain framework) yang dipopulerkan oleh Michael Porter
pada tahun 1985 merupakan sebuah kerangka kerja yang merepresentasikan dan
menganalisis logika dari pembangunan nilai (value) pada level perusahaan. Analisis rantai
nilai adalah sebuah metode untuk mendekomposisi sebuah perusahaan menjadi aktivitas-
aktivitas penting serta metode untuk memahami dampak dari aktivitas tersebut terhadap
biaya dan nilai.
Mengidentifikasi produk/jasadan sumber daya pendukung
Mengidentifikasi prosesperencanaan dan kontrol
Mengidentifikasi produk/jasadan sumber daya proses
Mengelompokkan/memisahkanproses-proses yang ada
Menuliskan deskripsi untuksetiap proses
Menghubungkan proses ke unit organisasi yang menggunakan
II-28
Pada metode konfigurasi rantai nilai, nilai dibuat dengan cara mengubah input menjadi
sebuah produk, produk inilah yang menjadi medium untuk mentransfer nilai dari perusahaan
ke pelanggan dari perusahaan tersebut. Konfigurasi rantai nilai merupakan taksonomi dua
level dari aktivitas pembangunan nilai. Aktivitas utama adalah aktivitas-aktivitas yang secara
langsung terkait dengan aktivitas pembangunan dan pemberian nilai kepada pelanggan,
sedangkan aktivitas pendukung adalah aktivitas-aktivitas yang bersifat memfasilitasi dan
meningkatkan kinerja dari aktivitas utama. Aktivitas-aktivitas tersebut dimodelkan menjadi
sebuah diagram rantai nilai yang dimuat pada gambar II-4.
Gambar II-4 Diagram rantai nilai Porter
Pada diagram rantai nilai, ditunjukkan bahwa aktivitas utama terdiri dari
1) Inbound logistics: aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan penerimaan,
penyimpanan dan penyebaran masukan untuk menjadi produk.
2) Operations: aktivitas-aktivitas yang terkait dengan mentransformasikan masukan
menjadi produk akhir.
3) Outbound logistics: aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan mengumpulkan,
menyimpan dan mendistribusikan produk kepada pelanggan.
4) Marketing and sales: aktivitas yang terkait dengan menyediakan sarana agar
pelanggan dapat memiliki produk serta aktvitas yang mendorong pelanggan untuk
memiliki produk tersebut.
II-29
5) Service: aktivitas-aktivitas yang terkait dengan penyediaan jasa untuk meningkatkan
atau menjaga nilai dari produk.
Sedangkan aktivitas pendukung (support activities) terdiri dari:
1) Procurement: aktivitas yang terkait dengan perolehan sumber daya atau input yang
digunakan dalam rantai nilai.
2) Technology development: aktivitas-aktivitas yang dapat dikelompokkan sebagai
usaha untuk meningkatkan produk dan proses yang berjalan.
3) Human resource management: terdiri dari aktivitas perekrutan, penyewaan, pelatihan,
pengembangan dan kompensasi tenaga kerja.
4) Firm infrastructure: aktivitas yang terkait dengan pengelolaan secara umum,
perencanaan, keuangan, hubungan dengan pemerintah serta manajemen kualitas.
Aktivitas-aktivitas pendukung yang disebutkan di atas meliputi semua fungsi yang tidak
tercakup pada kategori aktivitas utama dari konfigurasi rantai nilai. Analisis rantai nilai
Porter terdiri dari satu rangkaian aktivitas yang menciptakan dan membangun suatu nilai
yang dapat menghasilkan margin nilai tambah bagi organisasi.
2.5 PORTOFOLIO APLIKASI
Pada salah satu langkah pengerjaan EAP dalam pembangunan arsitektur aplikasi, kandidat
aplikasi diidentifikasi dan diseleksi berdasarkan perannya dalam pengelolaan data. Untuk
melengkapi proses penentuan aplikasi dalam hubungannya dengan fungsi bisnis yang
dijalankan oleh sebuah enterprise, digunakan pemodelan portofolio aplikasi. Portofolio
aplikasi dibangun berdasarkan keselarasan antara strategi bisnis dan perencanaan strategis
untuk sistem informasi.
Model portofolio aplikasi menganalisis semua aplikasi yang ada, direncanakan maupun
aplikasi yang potensial untuk dibangun dan membagi aplikasi-aplikasi tersebut ke dalam
empat kategori berdasarkan penilaian terhadap kebutuhan bisnis aplikasi saat ini dan masa
yang akan datang. Empat kategori tersebut digambarkan pada gambar II-3.
II-30
Tabel II-3 Portofolio Aplikasi
STRATEGIS BERPOTENSI TINGGI
Aplikasi yang kritikal untuk
keberlanjutan strategi bisnis di
masa depan
Aplikasi yang mungkin penting
dalam mencapai kesuksesan di
masa depan
Aplikasi yang digunakan saat
ini oleh enterprise dalam
mencapai kesuksesan
Aplikasi yang berharga tetapi
tidak bersifat kritis bagi
pencapaian kesuksesan
OPERASIONAL KUNCI PENDUKUNG
Aplikasi strategis mencakup aplikasi-aplikasi yang bersifat kritis bagi kesuksesan bisnis di
masa yang akan datang. Aplikasi-aplikasi ini menciptakan atau mendukung perubahan dalam
bagaimana sebuah organisasi menjalankan bisnisnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Aplikasi operasional kunci merupakan aplikasi-aplikasi yang diandalakan untuk menjaga
keberjalanan operasional bisnis dari enterprise untuk mencapai target yang direncanakan.
Aplikasi pendukung merupakan aplikasi-aplikasi yang meningkatkan efisiensi bisnis dan
pengelolaan keefektifan dari keberjalanan fungsi bisni enterprise namun tidak bersifat
kritikal untuk sukses. Aplikasi berpotensi tinggi merupakan aplikasi-aplikasi yang mungkin
penting dan potensial dalam menunjang kesuksesan enterprise di masa yang akan datang
[WAR03].