menciptakan pertumbuhan yang merata di agribisnis peternakan

2
60 TROBOS Maret 2009 Oleh: Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec. Direktur Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis-IPB (MB-IPB) Sistem pertanian dan pangan di negara berkembang mengalami perubahan sangat signifikan seiring dengan peningkatan pendapatan per kapita, perubahan gaya hidup, perubahan teknologi, liberalisasi perdagangan global dan urbanisasi. Hal ini membuat peranan sektor swasta kian besar, pertanian (termasuk peternakan) skala kecil kian komersil, dan industri pertanian (agroindustry) serta jasa pertanian (agroservices) menjadi kian penting peranannya dalam pembangunan. Karena itu sistem rantai nilai (value chain system) juga menjadi kian penting terkait dalam upaya meningkatkan nilai tambah (value added) di sektor pertanian dalam arti luas. Pengolah, pengumpul, pengecer dan konsumen kian mengandalkan sistem rantai nilai yang menjamin kuantitas dan kualitas sesuai dengan permintaan konsumen, pendistribusian yang tepat waktu dan kesinambungan yang terjaga. Dari sisi penawaran, produsen dituntut agar bisa bersaing. Dari sisi permintaan, harus disadari bahwa permintaan konsumen terhadap suatu produk semakin komplek sehingga menuntut berbagai atribut atau produk yang dipersepsikan bernilai tinggi oleh konsumen (consumer’s value perception). Jika di masa lalu konsumen hanya mengevaluasi produk berdasarkan atribut utama yaitu jenis dan harga, maka sekarang ini dan di masa yang akan datang, konsumen menuntut atribut yang lebih rinci lagi seperti atribut keamanan produk (safety attributes), atribut nutrisi (nutritional attributes), atribut nilai (value attributes), atribut Menciptakan Pertumbuhan yang Merata di Agribisnis Peternakan pengepakan (package attributes), atribut lingkungan (ecolabel attributes) dan atribut kemanusiaan (humanistic attributes). Bahkan aspek animal welfare pun harus diperhatikan dan ditaati. Peternakan, Prospek Baik Bisnis peternakan ke depan mempunyai prospek yang sangat baik. Sumber-sumber pertumbuhan di bidang bisnis peternakan antara lain adalah munculnya fenomena revolusi peternakan, revolusi putih dan revolusi supermarket. Revolusi peternakan, yang ditandai dengan kian meningkatnya konsumsi daging dan susu per kapita merupakan salah satu sumber pertumbuhan peternakan yang signifikan di negara-negara berkembang. Sumber pertumbuhan lainnya adalah revolusi putih yang merupakan suatu upaya sistematis untuk meningkatkan konsumsi susu dalam negeri. Peningkatan konsumsi susu dapat terjadi jika produksi susu sapi dalam negeri meningkat pesat dan harganya terjangkau oleh masyarakat. Kedua revolusi tersebut akan semakin besar peranannya sebagai mesin pertumbuhan jika didukung oleh revolusi supermarket. Perubahan permintaan konsumen terhadap beragam produk yang bernilai tinggi mendorong terjadinya evolusi sistem pemasaran dengan masuk dan berkembang secara cepat ke jaringan supermarket. Supermarket mampu meningkatkan pasokan protein dan menyediakan menu makanan yang lebih beragam, lebih nyaman dan lebih terjamin kualitas dan dijualnya. Supermarket menjadi kian dominan dalam bisnis ritel produk peternakan domestik. Apalagi didukung dengan adanya kecenderungan konsumen yang kian meningkatkan perhatian pada kualitas dan keamanan makanan sehingga selera makanan pun mengglobal. Faktor lain yang menyebabkan pertumbuhan supermarket yang sangat cepat adalah masuknya jaringan supermarket multinasional. Pertumbuhan belum Inklusif Sayangnya, revolusi peternakan, revolusi putih dan revolusi supermarket sejauh ini dinilai belum dapat memberikan pertumbuhan yang inklusif. Yakni pertumbuhan yang tidak hanya memberikan manfaat kepada peternak atau pelaku usaha peternakan berskala besar, tetapi juga meningkatkan peran serta peternak atau pelaku usaha berskala kecil. Pertumbuhan yang inklusif merupakan pertumbuhan yang menciptakan pula pemerataan atau dalam literatur disebut sebagai fenomena “growth with equity”. Pertumbuhan yang pesat dalam bisnis peternakan sejauh ini lebih banyak dinikmati oleh perusahaan- perusahaan multinasional (MNCs) berskala besar. Digerakkan oleh keuntungan skala ekonomi (economies of scale) dan globalisasi sistem rantai nilai, MNCs semakin mendominasi sektor agribisnis di seluruh rantai nilai, dari hulu sampai hilir. MNCs yang bergerak dalam pengolahan makanan berintegrasi ke belakang untuk memproduksi bahan baku keamanan produk-produk yang (mentah) dan ke depan menangani

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Menciptakan Pertumbuhan yang Merata di Agribisnis Peternakan

60 TROBOS Maret 2009

Oleh:Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec.

Direktur ProgramPascasarjana Manajemendan Bisnis-IPB (MB-IPB)

Sistem pertanian dan pangan di

negara berkembang mengalami

perubahan sangat signifikan seiring

dengan peningkatan pendapatan

per kapita, perubahan gaya hidup,

perubahan teknologi, liberalisasi

perdagangan global dan urbanisasi.

Hal ini membuat peranan sektor

swasta kian besar, pertanian

(termasuk peternakan) skala kecil

kian komersil, dan industri

pertanian (agroindustry) serta jasa

pertanian (agroservices) menjadi kian

penting peranannya dalam

pembangunan.

Karena itu sistem rantai nilai

(value chain system) juga menjadi

kian penting terkait dalam upaya

meningkatkan nilai tambah (value

added) di sektor pertanian dalam arti

luas. Pengolah, pengumpul,

pengecer dan konsumen kian

mengandalkan sistem rantai nilai

yang menjamin kuantitas dan

kualitas sesuai dengan permintaan

konsumen, pendistribusian yang

tepat waktu dan kesinambungan

yang terjaga.

Dari sisi penawaran, produsen

dituntut agar bisa bersaing. Dari

sisi permintaan, harus disadari

bahwa permintaan konsumen

terhadap suatu produk semakin

komplek sehingga menuntut

berbagai atribut atau produk yang

dipersepsikan bernilai tinggi oleh

konsumen (consumer’s value

perception).

Jika di masa lalu konsumen

hanya mengevaluasi produk

berdasarkan atribut utama yaitu

jenis dan harga, maka sekarang ini

dan di masa yang akan datang,

konsumen menuntut atribut yang

lebih rinci lagi seperti atribut

keamanan produk (safety attributes),

atribut nutrisi (nutritional attributes),

atribut nilai (value attributes), atribut

Menciptakan Pertumbuhan yangMerata di Agribisnis Peternakan

pengepakan (package attributes),

atribut lingkungan (ecolabel

attributes) dan atribut kemanusiaan

(humanistic attributes). Bahkan aspek

animal welfare pun harus

diperhatikan dan ditaati.

Peternakan, Prospek BaikBisnis peternakan ke depan

mempunyai prospek yang sangat

baik. Sumber-sumber

pertumbuhan di bidang bisnis

peternakan antara lain adalah

munculnya fenomena revolusi

peternakan, revolusi putih dan

revolusi supermarket. Revolusi

peternakan, yang ditandai dengan

kian meningkatnya konsumsi

daging dan susu per kapita

merupakan salah satu sumber

pertumbuhan peternakan yang

signifikan di negara-negara

berkembang.

Sumber pertumbuhan lainnya

adalah revolusi putih yang

merupakan suatu upaya sistematis

untuk meningkatkan konsumsi

susu dalam negeri. Peningkatan

konsumsi susu dapat terjadi jika

produksi susu sapi dalam negeri

meningkat pesat dan harganya

terjangkau oleh masyarakat.

Kedua revolusi tersebut akan

semakin besar peranannya sebagai

mesin pertumbuhan jika didukung

oleh revolusi supermarket.

Perubahan permintaan konsumen

terhadap beragam produk yang

bernilai tinggi mendorong

terjadinya evolusi sistem

pemasaran dengan masuk dan

berkembang secara cepat ke jaringan

supermarket. Supermarket mampu

meningkatkan pasokan protein dan

menyediakan menu makanan yang

lebih beragam, lebih nyaman dan

lebih terjamin kualitas dan

dijualnya.

Supermarket menjadi kian

dominan dalam bisnis ritel produk

peternakan domestik. Apalagi

didukung dengan adanya

kecenderungan konsumen yang

kian meningkatkan perhatian pada

kualitas dan keamanan makanan

sehingga selera makanan pun

mengglobal. Faktor lain yang

menyebabkan pertumbuhan

supermarket yang sangat cepat

adalah masuknya jaringan

supermarket multinasional.

Pertumbuhan belumInklusif

Sayangnya, revolusi peternakan,

revolusi putih dan revolusi

supermarket sejauh ini dinilai

belum dapat memberikan

pertumbuhan yang inklusif. Yakni

pertumbuhan yang tidak hanya

memberikan manfaat kepada

peternak atau pelaku usaha

peternakan berskala besar, tetapi

juga meningkatkan peran serta

peternak atau pelaku usaha berskala

kecil. Pertumbuhan yang inklusif

merupakan pertumbuhan yang

menciptakan pula pemerataan atau

dalam literatur disebut sebagai

fenomena “growth with equity”.

Pertumbuhan yang pesat dalam

bisnis peternakan sejauh ini lebih

banyak dinikmati oleh perusahaan-

perusahaan multinasional (MNCs)

berskala besar. Digerakkan oleh

keuntungan skala ekonomi

(economies of scale) dan globalisasi

sistem rantai nilai, MNCs semakin

mendominasi sektor agribisnis di

seluruh rantai nilai, dari hulu

sampai hilir. MNCs yang bergerak

dalam pengolahan makanan

berintegrasi ke belakang untuk

memproduksi bahan baku

keamanan produk-produk yang (mentah) dan ke depan menangani

Page 2: Menciptakan Pertumbuhan yang Merata di Agribisnis Peternakan

TROBOS Maret 2009 61

distribusi ritel.

Konsolidasi dalam bidang

agribisnis akan terus berlangsung.

Pada 2004, pangsa pasar empat

perusahaan terbesar (disebut

dengan CR-4, Concentration Ratio-4)

yang bergerak dalam bisnis

agrokimia mencapai 60%, CR-4

benih sebesar 33%. CR-4 yang

semakin besar artinya bahwa

konsolidasi (melalui proses merger

dan akuisisi) terus berlangsung.

Pada 1997, CR-4 untuk bisnis

agrokimia dan benih di dunia

masing-masing sebesar 47% dan

23%. Angka-angka CR-4 pada 2004

lebih tinggi dibandingkan tahun

1997. Semakin terkonsentrasi suatu

industri, maka akan menyebabkan

semakin besarnya perbedaan antara

Peranan supermarket yang

mengandalkan manajemen rantai

pasokan (supply chain management)

yang baik menjadi keniscayaan

dalam mendukung terjadinya

pertumbuhan dalam bisnis

peternakan. Namun, kualitas dan

standar yang telah ditetapkan oleh

supermarket kerap mempersulit

peternak skala kecil bertindak

sendiri-sendiri untuk mengambil

bagian di pasar ini. Dalam kaitan

inilah mereka memerlukan

pertanian kontrak (contract farming)

dan tindakan kolektif dari berbagai

organisasi produsen yang ada. Di

negara maju, penjualan komoditas

ternak dengan sistem kontrak

merupakan hal yang lazim. Bahkan

pada 2003, di AS porsi penjualan

Berpihak pada PeternakSkala Kecil

Dampak pertumbuhan dalam

bidang bisnis peternakan yang

sangat cepat terhadap peternak

skala kecil bergantung pada sejauh

mana peran serta mereka dalam

pasar peternakan yang bernilai

tinggi (high-value commodity) di

pusat produksi, yaitu di pedesaan.

Upaya mendorong peran serta

peternak berskala kecil tersebut

membutuhkan infrastruktur pasar,

peningkatan kemampuan teknis

peternak, instrumen manajemen

risiko dan tindakan kolektif

melalui berbagai organisasi

produsen.

Sementara itu, permintaan

produk peternakan primer dan

olahan yang bernilai tinggi

meningkat pesat didorong oleh

pendapatan yang meningkat,

liberalisasi perdagangan yang

semakin intensif, investasi asing

(foreign direct investment) dan

kemajuan teknologi. Pasar baru

tersebut menuntut kualitas,

pasokan yang tepat waktu dan skala

ekonomis tinggi. Tak hanya itu,

peningkatan nilai tambah produk

bernilai tinggi juga membutuhkan

sistem pemasaran yang berfungsi

baik sehingga dapat mengurangi

biaya pemasaran dan ketidakpastian

pasokan, memperbaiki ketahanan

pangan dan lebih mendekatkan

peternak dengan konsumennya.

Dengan cara ini, sistem pemasaran

akan menciptakan sinyal-sinyal

kepada peternak mengenai peluang-

peluang peningkatan nilai tambah.

Para peternak skala kecil jika

dibiarkan, tidak akan mampu

bersaing dengan perusahaan-

perusahaan MNCs. Maka peranan

pemerintah sangat dibutuhkan

dalam menciptakan pertumbuhan

yang bisa sekaligus menciptakan

pemerataan dalam bisnis

peternakan. Kuncinya, pemerintah

harus terus menerus

memberdayakan para peternak skala

kecil sehingga daya saing mereka

meningkat.TROBOS

yang konsumen bayarkan dan yang

produsen terima untuk produksi

barang mereka.

Industri pengolahan daging

ayam (broilers), babi (hogs) dan sapi

(cattle) di negara maju dan

berkembang juga semakin

terkonsentrasi. Sebut saja, CR-4

untuk industri pengolahan daging

ayam, babi dan sapi di AS pada

2002 masing-masing sebesar 54%,

68% dan 86%. Kesemuanya

merupakan pasar oligopoli.

Besaran CR-4 pada 2002 untuk

ketiga industri tersebut lebih besar

dibandingkan tahun 1992. Empat

perusahaan terbesar dalam bisnis

pengolahan daging sapi di Amerika

Serikat (AS) adalah Tyson,

ConAgra, Cargill dan Farmland,

sedangkan 4 perusahaan besar

dalam bisnis pengolahan broiler

mencapai 95,5% untuk broiler dan

84,8% untuk babi, sedangkan

untuk sapi mencapai 25,4% dari

total penjualan.

Pasar yang efisien

membutuhkan manajemen dan

kebijakan pemerintah yang baik

terkait dengan infrastruktur,

kelembagaan dan layanan penyedia

informasi pasar, penetapan grading

dan standar, pengelolaan risiko dan

pelaksanaan kontrak perjanjian.

Perlu dicatat bahwa pasar yang

efisien pun belum tentu menjamin

hasil akhir (keuntungan) yang adil.

Dalam hal keadilan memperoleh

marjin ini, peternak atau pelaku

usaha berskala kecil perlu

membangun daya tawar mereka

melalui berbagai organisasi

produsen yang didukung oleh

kebijakan pemerintah yang

berpihak pada mereka.adalah Tysonn Foods, Gold Kist,

Pilgrim’s Pride dan ConAgra.

Dalam hal keadilan memperoleh marjin ini,

peternak atau pelaku usaha berskala kecil

perlu membangun daya tawar mereka melalui

berbagai organisasi produsen yang didukung

oleh kebijakan pemerintah yang berpihak

pada mereka.