pemodelan diabetes
DESCRIPTION
Pemodelan tentang diabetesTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak
hanya dalam bidang ekonomi tetapi juga dalam bidang lainnya salah satunya
kesehatan. Info-info terkait kesehatan dapat diperoleh dari berbagai sumber
online yang beberapa merupakan sumber yang dapat dipercaya. Masyarakat
semakin sadar akan pentingnya perilaku kehidupan yang sehat. Masyarakat
semakin meningkat perhatiannya terhadap penyakit yang tidak menular. Hal
ini dikarenakan semakin meningkatnya frekuensi kejadian penyakit
tersebut di masyarakat. Dari sepuluh penyebab utama kematian salah
satunya adalah penyakit diabetes mellitus (DM) yang merupakan
jenis penyakit tidak menular, keadaan ini terjadi baik di negara maju maupun
negara berkembang maupun negara dengan ekonomi rendah. Hal ini
disebabkan adanya perkembangan sosioekonomi dan kultural bangsa sehingga
dunia dituntut untuk memberikan perhatian yang lebih kepada penyakit tidak
menular, yang sudah mulai meningkat sesuai dengan perkembangan
masyarakat. Oleh karena ini masyarakat perlu diberikan pengetahuan tentang
penyakit tidak menular dengan melihat kencenderungan semakin
meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular dalam masyarakat,
termasuk kalangan masyarakat Indonesia.
Bangsa Indonesia yang sedang mengembangkan dirinya dari suatu
negara agraris menuju masyarakat industri membawa kecenderungan baru
dalam pola penyakit dalam masyarakat. Perubahan pola struktur
masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak memberi andil terhadap
perubahan pola fertilitas, gaya hidup dan sosial ekonomi, yang pada gilirannya
dapat memicu peningkatan penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus.
1
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita
penduduk dunia termasuk Indonesia dan sampai saat ini belum ditemukan
pengobatan yang efektif untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Diabetes
mellitus merupakan suatu penyakit metabolisme yang mempunyai
karakteristik hyperglycemia akibat dari cacat pada sekresi insulin, kerja insulin
atau keduanya. Hyperglycemia pada diabetes yang berkepanjangan akan
mengakibatkan disfungsi dan kegagalan kerja dari berbagai macam organ
terutama mata, ginjal, saraf dan jaringan darah.
Diabetes merupakan kondisi di mana tubuh tidak dapat dengan tepat
menggunakan energi dari makan yang dimakan (Adewale et al. 2007).
Makanan merupakan tahapan awal masuknya glukosa ke dalam plasma darah.
Zat dari bahan makanan, yaitu karbohidrat, protein, vitamin, lemak, dan
mineral ditambahkan ke darah melalui sistem hepatik berpori (hepatic porous
system). Dalam proses metabolisme bahan karbohidrat, protein dan lemak
akan diubah menjadi glukosa dan selanjutnya dikonversi menjadi energi
(Goel & Statry dalam Rao et al. 2011).
Dalam Rao et al. (2011) dinyatakan bahwa insulin memainkan peranan
penting dalam menyebarkan glukosa ke sel-sel, merangsang sistem enzim
untuk merubah glukosa menjadi glikogen,memperlambat
prosesglukoneogenesis, mengatur proses lipogenesis, dan mendorong sintesa
protein dan pertumbuhan tubuh. Dalam Stahl & Johansson (2009)
disebutkan bahwa diabetes mellitus adalah penyakit yang dicirikan dengan
ketidakmampuan pankreas menghasilkan insulin yang cukup. Diabetes
mellitus disebabkan karena hormon insulin yang tidak mencukupi/tidak efektif
sehingga tidak dapat bekerja secara normal. Insulin mempunyai peran utama
mengatur kadar glukosa di dalam darah 60-120 mg/dl waktu puasa, dan <140
mg/ dl pada 2 jam sesudah makan. Sekali menderita diabetes mellitus seumur
hidup akan menderita penyakit tersebut, berarti jumlah penderita diabetes
mellitus tidak akan berkurang kecuali dengan kematian (WHO dalam Kaban
2007).
2
Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit keturunan, meskipun
demikian tidak berarti penyakit ini pasti menurun pada anak. Walaupun kedua
orang tuanya menderita diabetes mellitus, kadang-kadang anaknya tidak ada
yang menderita diabetes mellitus. Namun, apabila dibandingkan dengan kedua
orang tua yang tidak menderita diabetes mellitus, jelas penderita diabetes
mellitus lebih cenderung mempunyai anak yang menderita penyakit diabetes
mellitus. Selain itu penyakit diabetes mellitus juga mudah menyerang pada
individu yang berbadan besar (kegemukan) dengan gaya hidup tinggi
(Misnadiarly 2006).
Laporan terbaru yang dirilis oleh Organisasi
Kesehatan Dunia dan Federasi Diabetes Internasional sungguh
mengkhawatirkan. Pada 2003, diperkirakan bahwa 194 juta orang menderita
diabetes, mewakili prevalensi global melebihi 3% (5,1% untuk mereka yang
berusia 20 ke 79) dari total populasi dunia.Trennya meningkat dan jumlah
ini diperkirakan akan mencapai 333 juta (6,3%) pada tahun 2025. Selain itu,
diperkirakan 314 juta (8,2%) merupakan orang-orang yang berada di tahap pra
diabetes yang setidaknya sepertiga akan berkembang ke tahap diabetes
setelah 10 tahun (Boutayeb et al. 2004). Penelitian epidemiologi di Indonesia
di dapat angka prevalensi sebesar 1,5-2,3% pada penduduk usia lebih dari 15
tahun. Di Manado angka prevalensi diabetes mellitus sebesar 6,1%. Di Jakarta
tahun 1993 menunjukan prevalensi 5,7%. Menurut penelitian Ariϐin (1995)
dalam Kaban (2007) di Kecamatan Singaparna Jawa Barat didapat prevalensi
diabetes mellitus sebesar 1,1%.
Model matematika yang mengkaji perkembangan penyakit diabetes
sudah banyak diteliti oleh beberapa ahli. Beberapa artikel mengkaji
perkembangan penyakit dalam kajian mikro yaitu dalam tubuh individu
terutama dalam darah.
3
Dalam makalah ini akan dikaji model matematika perkembangan
penyakit diabetes mellitus dalam suatu populasi manusia. Dalam model ini
populasi manusia dibagi dalam 3 kelas yaitu Susceptible, Exposed, dan ILL.
Individu normal (belum terkena diabetes) dimasukkan dalam kelas
Susceptible (populasi rentan), individu yang memiliki kebiasaan buruk,
penurunan hormon insulin dan peningkatan glukosa darah dimasukan dalam
kelas Exposed (populasi laten) dan penderita penyakit diabetes mellitus
dimasukkan dalam kelas ILL (populasi sakit). Model matematika yang
dibentuk adalah SEI hal ini dikarenakan penyakit diabetes tidak dapat
disembuhkan maka tidak ada individu yang sembuh dari penyakit.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana model matematika pada perkembangan penyakit diabetes ?
1.3 Tujuan
Agar mahasiswa memahami model matematika pada perkembangan penyakit diabetes.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Diabetes muncul lantaran hormon insulin yang dikeluarkan oleh sel-sel
beta dari pulau langerhans (struktur dalam pankreas yang bertugas mengatur
kadar gula dalam darah) tidak lagi bekerja normal. Akibatnya, kadar gula
dalam darah meninggi. Bila keadaan ini berlanjut dan melewati ambang batas
ginjal, zat gula akan dikeluarkaan melalui air seni.
Sejauh ini dikenal dua kelompok penderita diabetes yakni mereka yang
terkena sejak kecil, remaja dan mereka yang terkena ketika sudah dewasa
(kebanyakan usia 40 tahun ke atas). Munculnya penyakit ini disebabkan oleh
beberapa faktor yang memicu meningkatnya kadar gula dalam darah seperti
faktor keturunan, kegemukan (obesitas) yang biasanya terjadi pada usia 40 tahun,
tekanan darah tinggi, angka triglycerid (salah satu jenis molekul lemak) yang
tinggi, level kolesterol yang tinggi, gaya hidup modern atau gaya hidup kurang
sehat yang cenderung mengkonsumsi makanan instan, merokok dan stress,
terlalu banyak mengkonsumsi karbohidrat, dan kerusakan pada sel pankreas.
Menurut Amstrong (dalam Nugraheni 2003) faktor-faktor yang mempengaruhi
gaya hidup individu ada 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal, salah
satu faktor eksternal yaitu individu yang ada di sekitar atau lingkungan sosial.
Diabetes memang penyakit yang tidak bisa disembuhkan, namun dengan
perawatan yang baik setiap penderita dapat menjalani kehidupannya secara
normal. Selain itu penyakit diabetes juga tidak dapat ditularkan kepada individu
lain karena penyakit ini merupakan jenis penyakit degenerative.
5
Dari fakta yang diperoleh selanjutnya diberikan asumsi-asumsi dalam
pembentukan model. Asumsi-asumsi digunakan untuk membatasi dan
memperjelas model yang akan dibentuk. Berikut asumsi-asumsi yang dibuat
dalam pembentukan modelnya. (1) Rekruitmen masuk kelas S dengan laju
konstan. (2) Laju kematian alami setiap kompartemen sama. (3) Terjadi
kematian karena penyakit. (4) Tidak ada proses penambahan hormon insulin. (5)
Individu yang telah sakit tidak dapat disembuhkan. (6) Faktor keturunan
diabaikan. (7) Individu yang mempunyai kebiasaan buruk, obesitas dan
penurunan hormon insulin masuk kelas E.
Model yang mendekati fakta-fakta yang ada dan asumsi yang diberikan
adalah Model SEI.
Gambar 1. Diagram transfer model matematika pada penyakit DM
6
Diagram transfernya diberikan pada Gambar 1.
Nilai-nilai (t), E(t) dan I(t) masing-masing menyatakan jumlah individu
yang rentan, laten dan sakit saat t. Dengan parameter-parameter yang digunakan
sebagai berikut. Parameter A menyatakan laju rekruitmen pada populasi. β laju
kontak infektif individu yang rentan dengan individu yang laten. μ menyatakan
laju kematian alami pada tiap kompartemen. α menyatakan laju perpindahan
yang laten menjadi sakit. δ menyatakan laju kematian karena penyakit. Semua
parameter tersebut bernilai positif.
Model matematika dari diagram transfer di atas merupakan sistem
persamaan differensial biasa dengan 4 variabel yaitu S,E,I dan N.N(t)
menyatakan jumlah populasi pada saat t. Sistem persamaan diferensial dari
gambar diagram transfer tersebut adalah :
dS (t )dt
=A−(μ−βEN )S
dE (t )dt
=βSEN
−( μ+α ) E (1 ) dI ( t )dt
=αE−( μ+δ ) I
N (t )=S ( t )+E ( t )+ I ( t)
Analisis Model
Dari sistem (1) diperoleh :
dNdt
=A−μN−δI
Karena N=S+ E+ I maka :
dNdt
=d (S+ E+ I )
dt↔
dSdt
=dNdt
−dEdt
−dIdt
Jadi Sistem (1) ekuivalen dengan Sistem (2) yang lebih sederhana karena
variabel berkurang satu dan analisa model dapat menggunakan Sistem (2) . Sistem
(2) diberikan sebagai berikut.
7
dE ( t )dt
=β ( N−E−I ) EN
−( μ+α ) E dI ( t )dt
=αE−( μ+δ ) IdN (t )
dt=A−μN−δI
Titik ekuilibrium diperoleh dengan menjadikan sistem persamaan pada sistem (2)
sama dengan nol. Diperoleh 2 titik ekuilibrium yaitu titik ekuilibrium bebas
penyakit dan tidak bebas penyakit. Dari persamaan ketiga sistem (2) diperoleh
A−μN−δI=0 ↔ N=A− δIμ
. Saat I=0 diperoleh titik ekuilibrium untuk populasi
bebas penyakit N= Aμ
dan untuk I >0 nilai N< Aμ
karena untuk t → ∞ berlaku
N (t )→ N eq ≤Aμ
. Jadi diperoleh pembatasan domain sistem pada domain
himpunan tertutup r=¿ dengan R+¿3¿ menyatakan daerah non negatif di R3.
Berikut teorema tentang eksistensi titik ekuilibrium model pada penyakit diabetes
mellitus.
Teorema 1
Diberikan R0=β
μ+α . Dari sistem persamaan (2) diatas. Berdasarkan nilai tersebut
diperoleh :
1. Jika R0 ≤1 maka sistem (2) hanya mempunyai 1 titik ekuilibrium yaitu
titik ekuilibrium bebas penyakit P0= (E , I , N )=(0,0 ,Aμ )
2. Jika R0>1 maka sistem (2) mempunyai 2 titik ekuilibrium bebas penyakit
P0= (E , I , N )=(0,0 ,Aμ ) dan titik ekuilibrium tidak bebas penyakit
P= (E¿ , I ¿ , N ¿ ) dengan E¿=
A ( μ+δ ) ( β−μ−α )βαμ+β μ2+βμδ+βαδ−μαδ−α2 δ
,
I ¿=αA (β−μ−α )
βαμ+β μ2+βμδ+ βαδ−μαδ−α 2δ ,
N ¿=αA (β−μ−α )
βαμ+β μ2+ βμδ+βαδ−μαδ−α2 δ .
Bukti :
8
Titik ekuilibrium dicari dengan membuat nol dE ( t )
dt,dI ( t )
dt,dN (t )
dt diperoleh sistem
(3) sebagai berikut.
β (N−E−I ) EN
− (μ+α ) E=0αE− (μ+δ ) I=0 A−μN−δI=0
[B1]Penentuan eksistensi titik ekuilibrium bebas penyakit tidak tergantung dari
syarat R0 sehingga dapat langsung ditentukan dari sistem (3) yaitu dengan
membuat I=0 yang disubtitusikan pada persamaan kedua dan ketiga Sistem (3),
diperoleh :
α .E−( μ+δ ) 0=0↔ E=0A−μN−δ .0=0 ↔ N= Aμ
Jadi saat I=0 diperoleh titik ekuilibrium bebas penyakit P0= (E , I , N )=(0,0 ,Aμ ).
Karena penentuan titik ekuilibrium bebas penyakit tidak tergantung dari syarat R0,
maka sistem (2) pati mempunyai titik ekuilbrium bebas penyakit untuk segala
kondisi R0.
[B2] Karena penyakit diabetes bukan merupakan penyakit menular maka
akan ditentukan titik ekuilibrium tidak bebas penyakit dengan mencari nilai E ≠ 0
dan mensyaratkan E>0. Pencarian titik ekuilibrium tidak bebas penyakit
menggunakan nilai E dikarenakan dalam model terdapat perkalian antara S
dengan E. Dalam pemodelan biologi, perkalian menyatakan interaksi antar
individu dalam populasi atau antar populasi. Di fakta juga disebutkan adanya
faktor eksternal yang mempengaruhi gaya hidup buruk salah satunya dari teman
atau lingkungan sosial yang dalam hal ini bisa dikatakan masyarakat.
Dari persamaan pertama, kedua danketiga sistem (3) akan dicari nilai E.
Karena semua persamaan memiliki variabel I maka semua persamaan
menempatkan nilai I disebelah kanan diperoleh nilai E dan N berikut ini.
E=( μ+δ ) I
α dan N=A− δI
μ ........................................ (4)
9
Subtitusikan ke persamaan ketiga sistem (3) diperoleh nilai I=0 atau
I=αA (μ−α ) ( R0−1 )
βμ (α+μ+δ )+(μ−α)¿¿ .
Untuk E ≠ 0, substitusikan nilai yang diperoleh pada Persamaan (4) maka
diperoleh nilai E dan N sebagai berikut.
E=A(μ+δ) (μ−α ) ( R0−1 )βμ ( α+μ+δ )+(μ−α)¿¿
N=Aβ (α+μ+δ)
βμ (α +μ+δ )+(μ−α )¿¿
Jelas R0>1 ↔β
μ+α>1↔ β>μ+α ↔ β−μ−α>0 . Jadi E dan N positif apabila
R0>1.
Teorema 2
Diberikan R0=β
μ+α dari Sistem (2) di atas. Berdasarkan nilai R0 tersebut
diperoleh:
1. Jika R0<1 maka titik ekuilibrium P0 tidak stabil asimtotik lokal.
2. Jika R0>1 maka titik ekuilibrium P0 tidak stabil dan titil ekuilibrium tidak
bebas penyakit P1 stabil asimtotik lokal.
Bukti :
Matriks Jacobian model penyakit diabetes mellitus non factor genetic adalah :
J=(c1−βE
Nc2
α −μ−α 00 −δ −μ
)Dengan c1=
βN−2 βE−βI−N (μ+α )N
, c2=βE(E+ I )
N , dan P=(E , I , N )ϵΓ .
10
Untuk P0= (E , I , N )=(0,0 ,Aμ
) dan P1=(E¿ I ¿ N ¿)
Dengan N¿=
Aβ (α +μ+δ)βμ(α +μ+δ)+(μ−α)(R0−1)αδ
,
E¿=A (μ+δ)(μ−α )(R0−1)
βμ(α +μ+δ)+(μ−α)(R0−1)αδ ,
dan N¿=
αA (μ−α)(R0−1)βμ(α +μ+δ)+(μ−α)(R0−1)αδ
.
Untuk kasus P0, diperoleh semua nilai eigen negatid apabila R0<1 dan ada satu
nilai eigen yang positif apabila R>1. Dengan kata lain jika R<1 maka titik
ekuilibrium P0 stabil asimtotik lokal dan jika R>1 maka titik ekuilibrium P0 tidak
stabil. Saat R0=1, ada salah satu nilai eigen yang mempunyai bagian real sama
dengan nol, artinya titik ekuilibrium P0 tidak hiperboliks sehingga kesimpulan
yang diperoleh saat R0=1 tidak dapat menggambarkan keadaan solusi di sekitar
titik P0 pada Sistem (2).
Untuk kasus P1 , diperoleh persamaan karakteristiknya λ3+d , λ2+d , λ+d dengan :
d1=μ (α+μ ) ( R0+1 )+(2 μ+β+δ)δ
α +μ+δ
d2=1
α +μ+δ(μδ ( α+μ ) ( R0−1 )+μ2 ( α+μ ) ( R0−1 )+μ (1−α 2 )+( β−α ) ( δ2+μ2+2 μδ )−α 2δ)
.
d2=(α +μ ) ( R0−1 )
(α +μ+δ ) β¿.
Jelas nilai d1 , d2 , d3 positif, dengan menggunakan kriteria Ruth Hurwizt akan
ditunjukkan titik ekuilibrium tidak bebas penyakit P1=(S , E , I ) sebagai berikut,
Jelas d1 . d2−d3
11
d1 . d2−d3>0 jika dan hanya jika μ2 (2δ+2 μ+β )
α2 (δ+μ )>0 sehingga titik ekuilibrium
tidak bebas penyakit P1 stabil asimtotis lokal.
Simulasi Model
Simulasi dilakukan dengan memberikan nilai-nilai untuk masing-masing
parameter sesuai dengan kondisi R0 dengan teorema yang telah diberikan di atas.
Siulasi ini diberikan untuk memberikan gambaran geometris dari teorema
eksistensi dan kestabilan dari titik-titik ekuilibrium model ini. Simulasi ini
digunakan untuk mengecek keabsahan hasil analisa di atas dengan menggunakan
data-data simulasi. Simulasi menggunakan nilai-nilai parameter yang diberikan
yang mewakili parameter parameter seperti tingkat pengaruh perilaku yang tidak
sehat yang meningkatkan resiko terkena penyakit, harapan hidup individu
dan masa inkubasi penyakit serta parameter-parameter lainnya yang relevan.
Berikut ini akan diberikan makna nilai nilai parameter yaitu nilai μ menyatakan
rata rata usia hidup individu, p menyatakan rata-rata proporsi jumlah individu
yang tidak mempunyai faktor genetik, δ menyatakan rata-rata usia hidup individu
yang menderita penyakit diabetes mellitus, α menyatakan rata-rata masa laten, β
menyatakan rata-rata proporsi jumlah kontak yang menyebabkan individu renatan
menjadi laten setelah melakukan kontak dengan individu yang laten. Jadi jika
diasumsikan rata-rata usia hidup tiap individu adalah 60 tahun, maka
12
μ= 160 x365
=0,0000457 , nilai β=0,00009 artinya artinya rata-rata ada 9
individu rentan yang menjadi laten apabila ada 10000 individu rentan
yang melakukan kontak dengan individu laten. Penentuan nilai-nilai parameter
lainnya mengikuti cara yang telah dibahas diatas. Nilai parameter-parameter
dalam model dihitung dalam satuan per hari dengan asumsi 1 tahun = 365 hari.
Simulasi untuk R0<1
Simulasi untuk R0<1, diberikan nilai-nilai parameter dalam tabel :
Tabel 1. Nilai-nilai parameter untuk R0<1
Dari Tabel 1 diperoleh nilai R0=0,5795<1 . Pada teorema 1 disebutkan bahwa
saat R0<1 dipunyai titik ekuilibrium P0, pada teorema 2 disebutkan bahwa P0
stabil asimtotik lokal, berikut disajikan grafik-grafik dari nilai S ( t ) , E (t ) , I (t ) .
13
Gambar 2. Proyeksi potret fase N (t ) saat R0<1
Gambar 3. Proyeksi potret fase E( t) saat R0<1
Gambar 4. Proyeksi potret fase I ( t ) saat R0<1
Gambar 2 akan memberikan ilustrasi dari jumlah individu pada model
matematika pada penyakit diabetes mellitus tanpa adanya faktor genetik.
14
Dari gambar 2 diperoleh bahwa N ( t )= Aμ artinya dari jumlah individu yang
ada pada populasi rentan akan menuju titik ekuilbrium dari nilai N(t) sesuai
dengan bertambahnya waktu.
Pada Gambar 3 diperoleh bahwa E( t)→ 0 semakin bertambahnya waktu,
individu yang berada pada kelas laten akan semakin hilang.
Pada gambar 4 diperoleh bahwa I (t)→0 berarti individu yang menderita sakit
diabetes melitus semakin lama hilang, ini dapat terjadi ketika tidak ada individu
yang berada pada kelas laten maka semakin lama individu yang menderita sakit
berkurang dan hilang karena meninggal.
Simulasi untuk R0>1
Simulasi untuk R0>1, diberikan nilai-nilai parameter dalam Tabel 2.
Tabel 2. Nilai-nilai parameter untuk R0>1
Dari Tabel 2 diperoleh nilai R0=1,314>1. Pada teorema 1 disebutkan
bahwa saat R0>1 dipunyai 2 titik ekuilibrium yaitu titik bebas penyakit P0 dan
titik tidak bebas penyakit P1 , pada teorema 2 disebutkan
N ( t )= Aβ (α +μ+δ )βμ ( α+μ+δ )+( μ−α ) ( R0 ) αδ
.
15
0
Gambar 5. Proyeksi potret fase N ( t ) saat R0>1
Gambar 6. Proyeksi potret fase E(t) saat R >1
16
0Gambar 7. Proyeksi potret fase I(t) saat R >1
Pada gambar 5 diperoleh bahwa semakin berkurang dan semakin
bertambahnya waktu individu yang berada pada kelas rentan menuju ke kelas
laten sehinnga jumlah individu pada kelas rentan semakin berkurang.
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah individu yang berada pada kelas
laten semakin bertambah, karena pada kurun waktu tersebut telah terjad kontak
antara individu rentan dengan individu pada kelas laten yang menyebabkan
individu padakelas rentan terpengaruhi dengan pola hidup tidak sehat yang
menyebabkan banyak individu dari kelas rentan menjadi individu kelas laten.
Pada Gambar 7 terlihat bahwa pada kelas sakit terjadi peningkatan
jumlah individu itu semua terjadi karena semakin banyaknya individu yang
berada pada kelas laten, karena banyaknya individu pada kelas sakit sangat
dipengaruhi oleh banyaknya jumlah individu pada kelas laten.
17
Wabah pengaruh kebiasaan buruk yang dapat menyebabkan penyakit
diabetes mellitus akan hilang dengan jumlah orang memiliki kebiasaan buruk
pada awalnya tidak dibatasi dan saat dengan kondisi tertentu penderita diabetes
tidak akan hilang. Hal ini dikarenakan penyakit diabetes tidak bisa
disembuhkan. Orang yang memiliki kebiasaan buruk tidak akan hilang saran
yang dapat diberikan adalah adanya penelitian lanjutan tentang pendeteksian
dini kandungan darah yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit diabetes
mellitus.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasaan di atas diperoleh kesimpulan bahwa saat wabah
pengaruh kebiasaan buruk yang dapat menyebabkan penyakit diabetes
mellitus akan hilang dengan jumlah orang memiliki kebiasaan buruk pada
awalnya tidak dibatasi dan saat dengan kondisi tertentu penderita diabetes
tidak akan hilang. Hal ini dikarenakan penyakit diabetes tidak bisa
disembuhkan. Orang yang memiliki kebiasaan buruk tidak akan hilang saran
yang dapat diberikan adalah adanya penelitian lanjutan tentang pendeteksian
dini kandungan darah yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit
diabetes mellitus.
19