pemilihan umum dan demokrasi

15
8 BAB II PEMILIHAN UMUM DAN DEMOKRASI Pengertian Demokrasi Kamu pasti sering mendengar istilah demokrasi. Masih ingatkah kamu pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di sekolah, apa yang dimaksud dengan demokrasi? Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Begitulah pemahaman yang paling sederhana tentang demokrasi, yang diketahui oleh hampir semua orang. Demokrasi menjadi salah satu sistem politik yang paling banyak dianut oleh negara- negara di dunia. Namun demikian, implementasi demokrasi di setiap negara bisa berbeda- beda. Bahkan tidak jarang, negara yang otoriter sekalipun, seperti di negara-negara komunis atau negara yang didominasi militer, juga mengklaim sebagai negara demokrasi. Secara formal, di negara tersebut memang ada ornamen demokrasi, seperti partai politik, pemilu, organisasi kemasyarakatan, media massa dan parlemen. Akan tetapi, kesemuanya itu berada di bawah kontrol kekuasaan yang sentralistik.

Upload: zainal-alimin

Post on 01-Mar-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Pemilihan Umum dan Demokrasi

8

BAB II

PEMILIHAN UMUM DAN DEMOKRASI

Pengertian Demokrasi

Kamu pasti sering mendengar istilah demokrasi. Masih ingatkah kamu pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di sekolah, apa yang dimaksud dengan demokrasi?

Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Begitulah

pemahaman yang paling sederhana tentang demokrasi, yang diketahui oleh hampir semua

orang.

Demokrasi menjadi salah satu sistem politik yang paling banyak dianut oleh negara-

negara di dunia. Namun demikian, implementasi demokrasi di setiap negara bisa berbeda-

beda. Bahkan tidak jarang, negara yang otoriter sekalipun, seperti di negara-negara komunis

atau negara yang didominasi militer, juga mengklaim sebagai negara demokrasi. Secara

formal, di negara tersebut memang ada ornamen demokrasi, seperti partai politik, pemilu,

organisasi kemasyarakatan, media massa dan parlemen. Akan tetapi, kesemuanya itu

berada di bawah kontrol kekuasaan yang sentralistik.

Page 2: Pemilihan Umum dan Demokrasi

9

Untuk menilai sebuah sistem politik demokratis atau tidak, ada sejumlah parameter

yang bisa digunakan untuk menilainya. M. Amien Rais mengajukan sepuluh kriteria demokrasi,

yaitu: adanya partisipasi masyarakat dalam pembuatan keputusan; persamaan di depan

hukum; distribusi pendapatan secara adil; kesempatan pendidikan yang sama; pengakuan dan

penghargaan terhadap empat macam kebebasan (kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan

media massa, kebebasan berkumpul, dan kebebasan beragama); ketersediaan dan keterbukaan

informasi; mengindahkan fatsoen (tata krama); kebebasan individu; semangat kerjasama; dan hak

untuk protes.

Guru Besar ilmu politik FISIP UI Prof. Miriam Budiardjo menyebutkan syarat-syarat

dasar untuk terselenggaranya pemerintahan yang demokratis adalah :

a. perlindungan konstitusional;

b. badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak;

c. pemilihan umum yang bebas;

d. kebebasan untuk menyatakan pendapat;

e. kebebasan untuk berserikat/ berorganisasi dan beroposisi; dan

f. pendidikan kewarganegaraan.

Sedangkan Hendry B. Mayo mengemukakan bebarapa nilai yang mendasari

demokrasi seperti berikut:

a. menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga;

b. menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang

sedang berubah;

c. menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur;

d. membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum;

e. mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman dalam masyarakat yang

tercermin dalam keanekaragaman pendapat, kepentingan serta tingkah laku; dan

f. menjamin tegaknya keadilan.

Ditilik dari berbagai kriteria yang dikemukakan para ahli tersebut, tidak diragukan

lagi bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang menjalankan sistem politik

demokrasi dalam proses penyelenggaraan pemerintahannya. Selain ada kebebasan dalam

beragama, berpendapat, berkumpul dan berserikat dan sebagainya, Indonesia juga

menjamin terselenggaranya pemilihan umum yang bebas, jujur dan adil. Penyelenggaraan

pemilu yang bebas dan berkala menjadi prasyarat sistem politik demokrasi, karena pemilu

Page 3: Pemilihan Umum dan Demokrasi

10

merupakan salah satu sarana kedaulatan rakyat dimana rakyat dapat memilih wakil dan

pemimpin mereka untuk menjalankan pemerintahan.

Tingkat demokrasi suatu negara, sering diukur dengan kualitas penyelenggaraan

pemilu di negara tersebut. Pemilu dan demokrasi memang memiliki hubungan yang amat

erat. Sulit membayangkan format politik yang demokratis tanpa penyelenggaraan pemilu

yang fair, jujur dan adil. Dan sebaliknya, sulit mengharapkan pemilu yang berkualitas

manakala sistem politiknya tidak demokratis.

Dari pengertian singkat itu, kamu tentu sudah paham apa yang dimaksud dengan

demokrasi. Nah, menurut kamu, apa kriteria sistem politik yang demokratis?

Pengertian Pemilu

Dalam demokrasi, pemilu sangat penting artinya. Tidak ada demokrasi tanpa

terselenggaranya pemilu yang jujur dan demokratis. Kalau sebuah negara mengklaim

sebagai negara demokrasi tetapi di sana tidak ada pemilu atau kalaupun ada pemilunya

tidak demokratis, pasti demokrasi di negara itu bo’ong-bo’ongan. Sebab, pemilu merupakan

sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dimana rakyat dapat memilih pemimpin politik

secara langsung. Yang dimaksud dengan pemimpin politik adalah wakil-wakil rakyat yang

duduk di lembaga perwakilan rakyat (parlemen) baik di tingkat pusat maupun daerah dan

pemimpin lembaga eksekutif atau kepala pemerintahan seperti presiden, gubernur, atau

bupati/walikota.

Page 4: Pemilihan Umum dan Demokrasi

11

Fungsi Pemilu

Dalam perspektif demokrasi, pemilu memiliki beberapa manfaat. Pertama, pemilu

merupakan implementasi perwujudan kedaulatan rakyat. Asumsi demokrasi adalah

kedaulatan terletak di tangan rakyat. Karena rakyat yang berdaulat itu tidak bisa

memerintah secara langsung maka melalui pemilu rakyat dapat menentukan wakil-wakilnya

dan para wakil rakyat tersebut akan menentukan siapa yang akan memegang tampuk

pemerintahan.

Kedua, pemilu merupakan sarana untuk membentuk perwakilan politik. Melalui

pemilu, rakyat dapat memilih wakil-wakilnya yang dipercaya dapat mengartikulasikan

aspirasi dan kepentingannya. Semakin tinggi kualitas pemilu, semakin baik pula kualitas para

wakil rakyat yang bisa terpilih dalam lembaga perwakilan rakyat.

Ketiga, pemilu merupakan sarana untuk melakukan penggantian pemimpin secara

konstitusional. Pemilu bisa mengukuhkan pemerintahan yang sedang berjalan atau untuk

mewujudkan reformasi pemerintahan. Melalui pemilu, pemerintahan yang aspiratif akan

dipercaya rakyat untuk memimpin kembali dan sebaliknya jika rakyat tidak percaya maka

pemerintahan itu akan berakhir dan diganti dengan pemerintahan baru yang didukung oleh

rakyat.

Keempat, pemilu merupakan sarana bagi pemimpin politik untuk memperoleh

legitimasi. Pemberian suara para pemilih dalam pemilu pada dasarnya merupakan

pemberian mandat rakyat kepada pemimpin yang dipilih untuk menjalankan roda

pemerintahan. Pemimpin politik yang terpilih berarti mendapatkan legitimasi (keabsahan)

politik dari rakyat.

Page 5: Pemilihan Umum dan Demokrasi

12

Kelima, pemilu merupakan sarana partisipasi politik masyarakat untuk turut serta

menetapkan kebijakan publik. Melalui pemilu rakyat secara langsung dapat menetapkan

kebijakan publik melalui dukungannya kepada kontestan yang memiliki program-program

yang dinilai aspiratif dengan kepentingan rakyat. Kontestan yang menang karena didukung

rakyat harus merealisasikan janji-janjinya itu ketika telah memegang tampuk pemerintahan.

Sistem Pemilu

Kamu mungkin bertanya, di berbagai negara kan diselenggarakan pemilu. Apakah

berbagai pemilu itu sama? Secara umum, maksud diselenggarakannya pemilu sih sama,

tetapi sistemnya berbeda-beda.

Dalam ilmu politik dikenal beberapa sistem pemilu, akan tetapi umumnya berkisar

pada prinsip pokok, antara lain:

1. Sistem Distrik

Sistem distrik bisaa disebut juga single-member constituency (tetapi ada juga yang

memakai istilah single-member-district untuk menyebut sistem ini). Pada intinya, sistem

distrik merupakan sistem pemilihan dimana suatu negara dibagi menjadi beberapa

daerah pemilihan (distrik) yang jumlahnya sama dengan jumlah wakil rakyat yang akan

dipilih dalam sebuah lembaga perwakilan. Dengan demikian, satu distrik akan

menghasilkan satu wakil rakyat. Kandidat yang memperoleh suara terbanyak di suatu

distrik akan menjadi wakil rakyat terpilih, sedangkan kandidat yang memperoleh suara

lebih sedikit, suaranya tidak akan diperhitungkan atau dianggap hilang—sekecil apapun

selisih perolehan suara yang ada—sehingga dikenal istilah the winner-takes-all.

Kelebihan sistem distrik antara lain:

a. Karena kecil atau tidak terlalu besarnya distrik maka bisaanya ada hubungan atau

kedekatan antara kandidat dengan masyarakat di distrik tersebut. Kandidat men-

genal masyarakat serta kepentingan yang mereka butuhkan.

b. Sistem ini akan mendorong partai politik untuk melakukan penyeleksian yang lebih

ketat dan kompetitif terhadap calon yang akan diajukan untuk menjadi kandidat

dalam pemilihan.

Page 6: Pemilihan Umum dan Demokrasi

13

c. Karena perolehan suara partai-partai kecil tidak diperhitungkan, maka secara tidak

langsung akan terjadi penyederhanaan partai politik. Sistem dwipartai akan lebih

berkembang dan pemerintahan dapat berjalan dengan lebih stabil.

Kekurangan sistem distrik, antara lain:

a. Sistem ini kurang representatif karena perolehan suara kandidat yang kalah tidak

diperhitungkan sama sekali atau suara tersebut dianggap hilang.

b. Partai-partai kecil atau golongan/kelompok minoritas/termarjinalkan yang mem-

peroleh suara yang lebih sedikit tidak akan terwakili (tidak memiliki wakil) karena

suara mereka tidak diperhitungkan. Dalam hal ini, kaum perempuan memiliki pelu-

ang yang kecil untuk bersaing mengingat terbatasnya kursi yang diperebutkan.

c. Wakil rakyat terpilih akan cenderung lebih memperhatikan kepentingan rakyat di

distriknya dibandingkan dengan distrik-distrik yang lain.

2. Sistem Proporsional

Sistem proporsional lahir untuk menjawab kelemahan dari sistem distrik. Sistem

proporsional merupakan sistem pemilihan yang memperhatikan proporsi atau perimbangan

antara jumlah penduduk dengan jumlah kursi di suatu daerah pemilihan. Dengan sistem ini,

maka dalam lembaga perwakilan, daerah yang memiliki penduduk lebih besar akan

memperoleh kursi yang lebih banyak di suatu daerah pemilihan, begitupun sebaliknya.

Sistem proporsional juga mengatur tentang proporsi antara jumlah suara yang diper-

oleh suatu partai politik untuk kemudian dikonversikan menjadi kursi yang diperoleh partai

politik tersebut. Karena adanya perimbangan antara jumlah suara dengan kursi, maka di

Indonesia dikenal Bilangan Pembagi Pemilih (BPP). BPP merefleksikan jumlah suara yang

menjadi batas diperolehnya kursi di suatu daerah pemilihan.

Partai politik dimungkinkan mencalonkan lebih dari satu kandidat karena kursi yang

diperebutkan di daerah pemilihan lebih dari satu.

Kelebihan sistem proporsional antara lain:

a. Menyelamatkan suara masyarakat pemilih dimana suara kandidat yang lebih kecil dari

kandidat yang lain tetap akan diperhitungkan sehingga sedikit suara yang hilang.

Page 7: Pemilihan Umum dan Demokrasi

14

b. Memungkinkan partai-partai yang memperoleh suara atau dukungan yang lebih sedikit

tetap memiliki wakil di parlemen karena suara mereka tidak otomatis hilang atau

tetap diperhitungkan.

c. Memungkinkan terpilihnya perempuan karena kursi yang diperebutkan dalam satu

daerah pemilihan lebih dari satu.

Kekurangan sistem proporsional antara lain:

a. Sistem ini cenderung menyuburkan sistem multipartai yang dapat mempersulit terwu-

judnya pemerintahan yang stabil.

b. Bisaanya antara pemilih dengan kandidat tidak ada kedekatan secara emosional. Pemi-

lih tidak atau kurang mengenal kandidat, dan kandidat juga tidak mengenal karak-

teristik daerah pemilihannya, masyarakat pemilih dan aspirasi serta kepentingan me-

reka. Kandidat lebih memiliki keterikatan dengan partai politik sebagai saluran yang

mengusulkan mereka. Pada akhirnya nanti, kandidat yang terpilih mungkin tidak akan

memperjuangkan dengan gigih kepentingan pemilih karena tidak adanya kedekatan

emosional tadi.

3. Sistem Campuran (Distrik dan Proporsional).

a. Menggabungkan 2 (dua) sistem sekaligus (distrik dan proporsional)

b. Setengah dari anggota Parlemen dipilih melalui sistem distrik dan setengahnya lagi

dipilih melalui proporsional.

c. Ada keterwakilan sekaligus ada kesatuan geografis.

Tahapan Pemilu

Masyarakat awam sering memahami pemilihan umum sebagai hari H pemungutan

suara. Padahal, pemungutan suara hanyalah salah satu rangkaian dari tahapan pemilu yang

cukup banyak. Mungkin di sekolahmu ada pemilihan Ketua OSIS secara langsung. Kalau

kamu jadi panitia, pasti jauh hari sebelumnya sudah sibuk mempersiapkan diri, bukan? Ingat

tidak, apa saja persiapan yang kamu lakukan untuk menyelenggarakan pemilihan Ketua

OSIS? Nah, begitu juga Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara pemilu, jauh-

jauh hari sebelumnya, mereka sudah sibuk banget menyiapkan segala sesuatunya untuk

Page 8: Pemilihan Umum dan Demokrasi

15

melaksanakan pemilu. KPU pasti jauh lebih sibuk daripada Panitia Pemilihan Ketua OSIS

karena lingkupnya lebih luas dan lebih rumit.

Berikut adalah tahapan pemilu legislatif yang perlu kamu ketahui:

1. Pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih;

Kegiatan awal yang perlu dilakukan untuk melaksanakan pemilu adalah pendaftaran

orang-orang yang memilki hak untuk memilih, misalnya yang sudah berusia minimal

17 tahun, bukan anggota TNI/Polri, tidak terganggu jiwanya dan sebagainya.

Pendaftaran pemilih sangat penting untuk memastikan hanya mereka yang berhak

yang bisa menggunakan hak pilihnya, juga untuk pengadaan logistik pemilu seperti

pencetakan surat suara, pembuatan Tempat Pemungutan Suara (TPS), bilik dan

kotak suara dan sebagainya.

2. Pendaftaran dan Penetapan Peserta Pemilu;

KPU juga perlu mendaftar siapa yang boleh jadi peserta pemilu? Tidak semua orang

atau partai boleh ikut pemilu, tanpa ada syarat yang harus dipenuhi. Bisa kacau bro.

Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk bisa didaftarkan sebagai peserta

pemilu. Nah, tugas KPU adalah memverifikasi (memeriksa) kelengkapan syarat-syarat

itu sehingga mereka bisa ditetapkan sebagai peserta pemilu.

3. Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan;

Page 9: Pemilihan Umum dan Demokrasi

16

Pemilu dimaksudkan untuk memperebutkan kursi di DPR, DPD atau DPRD. Berapa

jumlah kursinya? Nah, hal itu perlu diatur berdasarkan wilayah tertentu yang disebut

dengan daerah pemilihan.

4. Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota;

Tahap selanjutnya adalah pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan

DPRD kabupaten/kota. Partai politik akan mengajukan daftar calon untuk dipilih

rakyat dalam pemilu secara langsung.

5. Masa kampanye;

Nah, ini tahapan yang paling heboh. Banyak poster, spanduk, kumpulan massa dan

bahkan arak-arakan di jalan-jalan. Tujuan kampanye sebenarnya untuk

memperkenalkan visi, misi dan program partai atau calon kepada rakyat kalau

mereka terpilih sebagai wakil rakyat.

6. Masa tenang;

Masa tenang adalah masa antara berakhirnya kampanye dan pemungutan suara.

Saat itu semua bentuk kampanye harus dihentikan dan semua pihak fokus pada

persiapan pemungutan suara. Itulah yang disebut masa tenang.

7. Pemungutan dan penghitungan suara;

Inilah tahapan yang dinanti-nanti semua pihak yang terlibat dalam pemilu. Saat itu

rakyat diberi kesempatan untuk mendatangi TPS guna memilih calon pemimpin atau

wakil rakyat yang mereka nilai layak mewakili mereka. Setelah pemungutan suara

usai, akan dilakukan penghitungan suara. Kamu bisa berpartisipasi secara aktif

mengawasi atau memantau pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara di

TPS.

8. Penetapan hasil Pemilu; dan

Setelah suara dihitung, barulah hasilnya ditetapkan. Saat itu akan diketahui siapa

yang keluar sebagai pemenang dalam pemilu, siapa saja yang terpilih jadi wakil

rakyat, berapa banyak jumlah suara yang diperoleh setiap peserta pemilu.

Page 10: Pemilihan Umum dan Demokrasi

17

9. Pengucapan sumpah/janji anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD

kabupaten/kota.

Setelah KPU menetapkan hasil pemilu dan calon terpilih, para calon wakil rakyat itu

akan dilantik sebagai anggota DPR, DPD dan DPRD. Enak dong? Emang sih

kelihatannya keren banget, jadi wakil rakyat. Tapi sebenarnya sangat berat lho

amanah yang dipikul. Sebab saat dilantik sebelum menjalankan tugasnya, mereka

akan disumpah sesuai agama yang dianutnya. Berat banget bro konskwensinya kalau

mereka disumpah dengan kitab sucinya di atas kepalanya. Sebab selain disaksikan

yang hadir juga disaksikan oleh Tuhan, Allah Yang Maha Kuasa. Nah, mereka nanti

harus mempertengungjawabkan amanah itu kepada rakyat yang memilihnya dan

kepada Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Mencatat. Berat bukan ?

Pemilu Demokratis

Sebuah pemilu dikatakan demokratis jika memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:

1. Dilaksanakan oleh Lembaga Penyelenggara Pemilu yang independen, mandiri dan bebas

intervensi dari pihak manapun (pemerintah, parpol, kandidat dsb).

2. Dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

3. Adanya Lembaga Pengawas yang independen dan mandiri.

4. Semua elemen masyarakat yang berhak, memiliki akses untuk terlibat sebagai peserta

(calon), pemilih maupun pemantau.

5. Melindungi dan menjaga kesamaan hak pemilih untuk menggunakan pilihannya dengan

prinsip one man, one vote dan one value.

Tiga Jenis Pemilu

Di Indonesia, ada tiga jenis pemilihan umum (Pemilu), yakni:

A. Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD

Berdasarkan ketentuan umum pasal 1 UU Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota

DPR, DPD, dan DPRD, yang dimaksud dengan Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD adalah

pemilu untuk memilih anggota DPR, DPD dan DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota

Page 11: Pemilihan Umum dan Demokrasi

18

dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

1. Peserta Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/ Kota

adalah partai politik yang telah memenuhi persyaratan :

a. berstatus badan hukum; sesuai dengan Undang-Undang tentang Partai Politik

b. memiliki kepengurusan di 2/3 (dua pertiga) jumlah provinsi;

c. memiliki kepengurusan di 2/3 (dua pertiga) jumlah kabupaten/kota di provinsi yang

bersangkutan;

d. menyertakan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh perseratus) keterwakilan

perempuan pada kepengurusan parpol tingkat pusat;

e. memiliki anggota sekurang-kurangnya 1.000 (seribu) orang atau 1/1.000 (satu per-

seribu) dari jumlah penduduk pada setiap kepengurusan parpol yang dibuktikan

dengan kepemilikan kartu tanda anggota;

f. mempunyai kantor tetap untuk kepengurusan;

g. mengajukan nama dan tanda gambar parpol kepada KPU sesuai dengan ketentuan

Perundang-undangan (UU No.10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah);

Di tempat inilah para wakil rakyat akan berkantor

Page 12: Pemilihan Umum dan Demokrasi

19

2. Peserta pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) adalah

perseorangan yang telah memenuhi persyaratan dan mendapat dukungan minimal dari

pemilih dari daerah pemilihan yang bersangkutan;

a. Dukungan

Penduduk Dukungan (paling sedikit)

sampai dengan 1.000.000 1.000 pemilih

lebih dari 1.000.000 - 5.000.000 2.000 pemilih

lebih dari 5.000.000 - 10.000.000 3.000 pemilih

lebih dari 10.000.000-15.000.000 4.000 pemilih

lebih dari 15.000.000 5.000 pemilih

b. Dukungan dimaksud tersebar di paling sedikit 50% dari jumlah kabupaten/kota di

provinsi yang bersangkutan.

c. Persyaratan dimaksud dibuktikan dengan daftar dukungan yang dibubuhi tanda tangan

atau cap jempol dan dilengkapi fotokopi KTP setiap pendukung.

3. Tahapan penyelenggaraan Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD;

a. Pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih;

b. Pendaftaran peserta pemilu;

c. Penetapan peserta pemilu;

d. Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan;

e. Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota;

f. Masa kampanye;

g. Masa tenang;

h. Pemungutan dan penghitungan suara;

i. Penetapan hasil Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Provinsi serta DPRD Ka-

bupaten/Kota;

j. Pengucapan sumpah/janji anggota DPR, DPD, dan DPRD Provinsi sert DPRD Ka-

bupaten/Kota terpilih.

Page 13: Pemilihan Umum dan Demokrasi

20

B. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.

Sejak Pemilu Tahun 2004, presiden atau wakil presiden dipilih secara langsung oleh

rakyat. Sebelumnya, presiden atau wakil presiden dipilih oleh anggota DPR/MPR. Pemilu

presiden dan wakil presiden adalah pemilu untuk memilih pasangan calon presiden dan

wakil presiden yang diusulkan oleh parpol atau gabungan parpol secara berpasangan :

1. Peserta pemilu presiden dan wakil presiden adalah pasangan calon yang diusulkan

oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan

yang memperoleh jumlah kursi paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah

kursi di DPR atau memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari suara sah nasional

dalam pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan (UU No.42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil

Presiden).

2. Penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan setelah pelaksa-

naan pemilihan umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD.

Surat suara Pemilu Presiden 2009

3. Tahapan penyelenggaraan pemilu presiden dan wakil presiden:

a. Penyusunan daftar pemilih;

b. Pendaftaran bakal pasangan calon;

c. Penetapan pasangan calon;

d. Masa kampanye;

e. Masa tenang;

f. Pemungutan dan penghitungan suara;

Page 14: Pemilihan Umum dan Demokrasi

21

g. Penetapan hasil pemilu presiden dan wakil presiden;

h. Pengucapan sumpah/janji presiden dan wakil presiden terpilih.

C. Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah pemilu untuk memilih

pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang diusulkan oleh parpol atau

gabungan parpol dan perseorangan.

Sejak tahun 2005, telah diselenggarakan Pilkada secara langsung, baik di tingkat

provinsi maupun kabupaten/kota. Penyelenggaraan ini diatur dalam UU Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menyebutkan bahwa “Kepala daerah dan wakil

kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis

berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil”.

Pilkada masuk dalam rezim Pemilu setelah disahkannya UU Nomor 22 Tahun 2007

tentang Penyelenggara Pemilihan Umum sehingga sampai saat ini Pemilu Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah lebih dikenal dengan istilah Pemilukada. Pada tahun 2008, tepatnya

setelah diberlakukannya UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UU

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, peserta Pemilukada adalah pasangan

calon dari:

Page 15: Pemilihan Umum dan Demokrasi

22

a. Partai politik atau gabungan partai politik yang memperoleh kursi paling rendah 15%

(lima belas perseratus) dari jumlah kursi DPRD di daerah bersangkutan atau mem-

peroleh suara sah paling rendah 15% (lima belas perseratus) dari akumulasi

perolehan suara sah dalam Pemilu Anggota DPRD di daerah bersangkutan.

b. Perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang yang telah memenuhi persyaratan

secara berpasangan sebagai satu kesatuan, dengan ketentuan sebagai berikut (UU

No.12 Tahun 2008 perubahan kedua atas UU No. 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah):

1. provinsi dengan jumlah penduduk sampai dengan 2.000.000 (dua juta) jiwa harus

didukung paling rendah 6,5% (enam koma lima per seratus);

2. provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 2.000.000 (dua juta) sampai dengan

6.000.000 (enam juta) jiwa harus didukung paling rendah 5% (lima per seratus);

3. provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 6.000.000 (enam juta) sampai

dengan 12.000.000 (dua belas juta) jiwa harus didukung paling rendah 4%

(empat per seratus);

Tahapan penyelenggaraan pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah:

a. Pemutakhiran data dan daftar pemilih;

b. Pencalonan;

c. Kampanye;

d. Masa tenang;

e. Pemungutan suara dan penghitungan suara;

f. Penetapan hasil pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah;

g. Pengucapan sumpah/janji kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih.