file · web viewbagaimana parameter tatanan kehidupan demokrasi ? bagaimana pemilihan...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demokrasi merupakan salah satu bentuk atau mekanisme system pemerintahan
suatu Negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atau Negara yang
dijalankan oleh pemerintah.Semua warga Negara memiliki hak yang setara dalam
pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.Demokrasi mengizinkan
warga Negara berpartisipasi baik secara langsung atau melalui perwakilan dalam
perumusan, pengembangan dan pembuatan hukum.
Demokrasi Indonesia dipandang perlu dan sesuai dengan pribadi bangsa
Indonesia.Selain itu, yang melatar belakangi pemakaian sistem demokrasi
Indonesia.Hal itu bisa kita temukan dari banyaknya agamayang masuk dan
berkembang di Indonesia.Selain itu, banyaknya suku, budaya dan bahasa.Semuanya
merupakan karunia tuhan yang patut kita syukuri.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud demokrasi ?
b. Apa norma dan pilar demokrasi ?
c. Bagaimana sejarah demokrasi ?
d. Apa saja unsur-unsur demokrasi ?
e. Bagaimana parameter tatanan kehidupan demokrasi ?
f. Bagaimana pemilihan umum dan partai politik sistem demokrasi ?
g. Apa perbedaan islam dan demokrasi ?
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian demokrasi
b. Untuk mengetahui norma dan pilar demokrasi
c. Untuk mengetahui sejarah demokrasi
d. Untuk mengetahui unsur-unsur demokrasi
e. Untuk mengetahui parameter tatanan kehidupan demokratis
f. Untuk mengetahui Pemilihan Umum dan Partai Politik dalam sistem Demokrasi
g. Untuk mengetahui perbedaan Islam dan demokrasi
| 1
BAB II
PEMBAHASAN
DEMOKRASI
a. Pengertian Demokrasi
Secara etimologis, kata demokrasi (dari bahasa Yunani) adalah bentuk dari
dua kata demos (rakyat) dan cratein atau cratos ( kekuasaan dan kedaulatan).
Perpaduan kata demos dan cratein atau cratos membentuk kata demokrasi yang
memiliki pengertian umum sebagai bentuk pemerintahan rakyat (government of the
people) dimana kekuasaan tertinggi terl;etak ditangan rakyat dan dilakukan secara
langsung oleh rakyat atau melalui para wakil mereka melalui mekanisme pemilihan
yang berlangsung secara bebas. Seperti yang pernah dikatakan Abraham Lincoln,
demokrasi adalah suatu pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat.
Dalam sejarahnya, demokrasi sering berbanding dengan kebebasan (freedom).
Namun demikian, demokrasi dan kebebasan tidaklah identik: demokrasi merupakan
sebuah kumpulan ide dan prinsip tentang kebebasan, bahkan juga mengandung
sejumlah praktik dan kebebasan yang terbentuk melalui perjalanan yang panjang dan
berliku. Secara singkat, demokrasi merupakan bentuk institusionalisasi dari
kebebasan.Bersandar pada argument ini, untuk melihat apakah suatu pemerintahan
dapat dikatakan demokratis atau tidak terletak pada sejauh mana pemerintahan
tersebut berjalan pada prinsip konstitusi, hak asasi manusia dan persamaan warga
Negara di hadapan hukum.
Sejalan dengan perkembangannya demokrasi mengalami pemaknaan yang
berkembang di kalangan para ahli tentang demokrasi. Menurut Joseph A. Schmitter,
demokrasi adalah suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik
dimana setiap individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan
kompetitif atas suara rakyat. Dalam pengertian yang lebih luas, Philipp C. Schmitter
mendefinisikan demokrasi sebagai system pemerintahan dimana pemerintah dimintai
tanggung jawab atas tindakan- tindakannya di wilayah public oleh warga Negara,
yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerjasama dengan wakil-
wakil mereka yang telah terpilih.
| 2
Dari beberapa pendapat ahli tentang demokrasi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa hakikat demokrasi adalah proses bernegara yang bertumpu pada peran utama
rakyat sebagai pemegang tertinggi kedaulatan. Dengan kata lain, pemerintah
demokrasi adalah pemerintahan yang meliputi tiga hal mendasar: pemerintah dari
rakyat (government of the people), pemerintah oleh rakyat (government by the
people), dan pemerintahan untuk rakyat (government for the people). Ketiga prinsip
demokrasi ini dapat dilakukan, sebagai berikut:
1. Pemerintahan dari rakyat (government of the people) mengandun g pengertian
bahwa ustu pemerintahan yang sah adalah suatu pemerintahan yang mendapat
pengakuan dan dukungan mayoritas rakyat melalui mekanisme demokrasi,
pemilihan umum. Pengakuan dan dukungan rakyat bagi suatu pemerintahan
sangatlah penting, karena dengan legitimasi politik tersebut pemerintah dapat
menjalankan roda birokrasi dan program-programnya sebagai wujud dari amanat
yang diberikan oleh rakyat kepadanya.
2. Pemerintah oleh rakyat (government by the people) memiliki pengertian bahwa
suatu pemerintahan menjalankan kekuasaannya atas nama rakyat, bukan atas
dorongan pribadi elite Negara atau elite birokrasi. Selain pengertian ini, unsur
kedua ini mengandung pengertian bahwa dalam pengawasan rakyat (social
control). Pengawasan dapat dilakukan secara langsung oleh rakyat maupun tidak
langsung melalui para wakilnya di parlement.
3. Pemerintahan untuk rakyat (government for the people) mengandung pengertian
bahwa kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah harus dijalankan
untuk kepentingan rakyat. Kepentingan rakyat umum harus dijadikan landasan
utama kebajikan sebuah pemerintahan yang demokratis.
b. Norma dan Pilar Demokrasi
Demokrasi membutuhkan norma dan rujukan praktis serta teoritis dari
masyarakat yang telah maju dalam demokrasi. Menurut cendikiawan Muslim
Nurcholish Madjid, pandangan hidup demokratis dapat bersandar dari bahan-bahan
yang telah berkembang, baik secara teoritis maupun pengalaman praktis di negara-
negara yang demokratisnya sudah mapan. Setidaknya ada enam norma atau unsure
| 3
pokok yang dibutuhkan oleh tatanan masyarakat yang demokratis. Keenam norma itu
yaitu:
Pertama, kesadaran akan pluralisme, kesadaran akan kemajemukan tidak
sekadar pengakuan pasif akan kenyataan masyarakat yang majemuk. Kesadaran atas
kemajemukan itu sendiri secara aktif. Pengakuan atas perbedaan harus diwujudkan
dalam sikap dan perilaku menghargai dan mengakomodasi beragam pandangan dan
sikap orang dan kelompok lain, sebagai bagian dari kewajiban warga negara dan
Negara untuk menjaga dan melindungi hak orang lain untuk diakui keberadaannya.
Kedua, musyawarah.Makna dan semangat musyawarah ialah mengharuskan
adanya keinsafan dan kedewasaan warga negara untuk secara tulus menerima
kemungkinan untuk melakukan nesiasi dan kompromi-kompromi sosial dan politik
secara damaidan bebas dalam setiap keputusan bersama.Semangat musyawarah
menuntut agar setiap orang menerima kemungkinan terjadi partical functioning of
idealis, yaitu pandangan dasar bahwa belum tentu, dan tak harus keinginan atau
pikiran seseorang atau kelompok dapat diterima dan dilaksanakan sepenuhnya.
Ketiga,cara haruslah sejalan dengan tujuan. Norma ini menekankan bahwa
hidup demokratis mewajibkan adanya keyakinan bahwa cara haruslah sejalan dengan
tujuan. Dengan ungkapan lain, demokrasi pada hakikatnya tidak hanya sebatas
pelaksanaan prosedur-prosedur demokrasi (pemilu, suksesikepemimpinan, dan aturan
mainnya), tetapi harus dilakukan secara santun dan beradab, yakni melalui proses
demokrasi yang dilakukan tanpa paksaan, tekanan, dan ancaman dari dan oleh siapa
pun, tetapi dilakukan secara suka rela, dialogis, dan saling menguntungkan.
Keempat, norma kejujuran dalam kemufakatan. Suasana masyarakat
demokratis dituntut untuk menguasai dan menjalankan seni permusyawaratan yang
jujur dan sehat untuk mencapai kesepakatan yang memberi keuntungan
semuapihak.Karena itu, factor ketulusan dalam usaha bersama mewujudkan tatanan
social yang baik untuk semua warga Negara merupakan hal yang sangat penting
dalam membangun tradisi demokrasi.Prinsip ini erat kaitannya dengan paham
musyarawah seperti telah dikemukakan sebelumnya. Musyawarah yang baik dan
benar hanya akan berlangsung jika masing-masing pribadi atau kelompok memiliki
pandangan positif terhadap perbedaan pendapat dan orang lain.
Kelima,kebebasan nurani, persamaan hak, dan kewajiban. Pengakuan akan
kebebasan nurani (freedom of science), persamaan hak dan kewajiban bagi semua
(egalitarianism) merupakan norma demokrasi yang harus diintegrasikan dengan sikap
| 4
percaya pada iktikad baik orang dan kelompok lain (trush attitude). Norma ini akan
berkembang dengan baik jika ditopang oleh pandangan positif dan optimis terhadap
manusia. Sebaliknya, pandangan negative dan pesimis terhadap manusia dengan
mudah akan melahirkan sikap dan prilaku curiga dan tidak percaya kepada orang lain.
Sikap dan perilaku ini akan sangat berpotensi melahirkan sikap enggan untuk saling
terbuka, saling berbagi untuk kemaslahatan bersama atau untuk melakukan kompromi
dengan pihak-pihak yang berbeda.
Keenam,trial and error(percobaan dan salah) dalam berdemokrasi. Demokrasi
bukanlah sesuatu yang telah selesai dan siap saji, tetapi ia merupakan sebuah proses
tanpa henti. Dalam kerangka ini, demokrasi membutuhkan percobaan-percobaan dan
kesediaan semua pihak untuk menerima kemungkinan ketidaktepatan atau kesalahan
dalam praktik berdemokrasi.
Dalam praktik pemerintahan yag dibangun nerdasarkan prinsip demokrasi,
terdapat beberapa pilar-pilar demokrasi sebagai indikator umum sebuah pemerintahan
demokrasi konstitusional. Pakar politik J. Kristiadi menyebutkan sepuluh pilar
demokrasi sebagai berikut: (1) kedaulatan rakyat; (2) pemerintah yang berdasarkan
persetujuan yang diperintah; (3) kekuasaan mayoritas (hasil pemilu); (4) jaminan hak-
hak minoritas; (5) jaminan hak-hak asasi manusia; (6) persamaan didepan hokum; (7)
Proses hokum yang berkeadilan; (8) pembatasan kekuasaan pemerintah melalui
konstitusi; (9) pluralism social,ekonomi, dan politik; dan (10) dikembangkannya nilai-
nilai toleransi, pragmatism, kerja sama dan mufakat.
c. Sekilas Sejarah Demokrasi
KONSEP demokrasi lahir dari tradisi pemikiran yunani tentang hubungan
Negara dan hukum, yang dipraktikkan antara abad ke-6 SM sampai abad ke-4 M.
Demokrasi yang dipraktikkan pad masa itu berbentuk demokrasi langsung, yaitu hak
rakyat untuk membuat keputusan polotik dijalankan secara langsung oleh seluruh
warga Negara berdasarkan prosedur mayoritas.
Demokrasi langsung tersebut berjalan secara efektif karena Negara kota (city
state) Yunani Kuno merupakan sebuah kawasan politik yang kecil, sebuah wilayah
yang jumlah penduduk tidak lebih dari 300.000 orang. Yang unik dari dari demokrasi
itu adalah ternyata dari kalangan tertentu (warga Negara resmi) yang dapat menikmati
dan menjalankan sistem demokrasi awal tersebut. Sementara masyarakat berstatus
budak, pedagang asing, perempuan, dan anak-anak tidak bias menikmati demokrasi.
| 5
Demokrasi Yunani Kuno berakhir pada abad pertengahan.Pada masa ini
masyarakat Yunani berubah menjadi masyarakat foedal yang ditandai oleh kehidupan
keagamaan terpusat pada paus dan pejabat agama dengan kehidupan politik yang
diwarnai dengan perebutan kekuasaan di kalangan para bangsawan.
Demokrasi tumbuh kembali di Eropa menjelang akhir abad
pertengahan.Ditandai oleh lahirnya Magna Charta (piagam besar) di Inggris.Magna
Charta adalah suatu piagam yang memuat perjanjian antara kaum bangsawan dan raja
Jhon.Dalam Magna Charta ditegaskan bahwa raja mengakui dan menjamin beberapa
hak dan hak khusus bawahannya. Terdapat dua hal yang sangat mendasar pada
piagam ini: pertama, adanya pembatasan kekuasaan raja; kedua, hak asasi manusia
lebih penting daripada kedaulatan raja.
Momentum lainnya yang menandai kemunculan kembali demokrasi di Eropa
adalah gerakan pencerahan (renaissance) dan reformasi.Renaissance merupakan
gerakan yang menghidupkan kembali pada minat sastra dan budaya Yunani Kuno.
Sebagian ahli, salah satunya sejarawan Philip K. Hitti, menyatakan bahwa gerakan
pencerahan di Barat merupakan buah dari dunia Eropa dengan dunia Islam yang
ketika itu yang ketika itu berada pada puncak kejayaan peradaban dan ilmu
pengetahuan. Para ilmuwan Islam pada masa itu, seperti Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, Al-
Razi, Al-Kindi, Umar Khayam, Al-Khawarizmi tidak saja berhasil mengembangkan
pengetahuan Parsi Kuno dan Yunani Kuno, melainkan berhasil pula menjadikan
temuan mereka sesuai dengan alam pikiran Yunani. Pemuliaan ilmuwan muslim
terhadap kemampuan akal ternyata telah berpengaruh pada bangkitnya kembalai
tuntutan demokrasi di masyarak Barat. Dengan ungkapan lain, rasionalitas islam
memiliki sumbangsih tidak sedikit terhadap kemunculan kembali tradisi berdemokrasi
yunani.
Gerakan reformasi merupakan penyebab lain kembalinya tradisi demokrasi di
Barat, setelah sempat tenggelam pada Abad pertengahan. Gerakan reformasi adalah
gerakan revolusi agama di Eropa pada abad ke-16.Tujuan dari gerakan ini merupakan
gerakan kritis dari kebekuan doktrin gereja.Selanjutnya, gerakan reformasi ini dikenal
dengan gerakan protestanisme Amerika.Gerakan ini dimotori oleh Marthin Luther
King yang menyerukan kebebasan berpikir dan bertindak.Gerakan kritis terhadap
kejumudan gereja dan monarki absolute bertumpu pada rasionalitas yang berdasar
pada hukum alam dan kontrak social (natural law dan social contract). Salah satu
asas dalam prinsip hukum alam itu adalah pandangan bahwa dunia ini dikuasai oleh
| 6
hukum yang timbul dari alam (natural law) yang mengandung prinsip-prinsip
keadilan yang universal, berlaku untuk semua waktu dan semua orang, baik raja,
bangsawan dan rakyat jelata. Unsur unviersalitas hukum alam pada akhirnya
memengaruhi kehidupan politik di Eropa.Politik tidak lagi berdasarkan kepatuhan
absolut kepada raja, tetapi didasarkan pada perjanjian (social contract) yang mengikat
kedua belah pihak.
Lahirnya istilah kontrak sosial antara yang berkuasa dan yang dikuasai tidak
lepas dari dua filsuf Eropa, Jhon Locke (Inggris) dan Montesquieu (Perancis)
pemikiran keduanya telah berpengaruh pad aide dan gagasan pemerintah demokrasi.
Menurut Locke (1632-1704), hak-hak politik rakyat mencakup hak atas hidup,
kebebasan dan kepemilikan, sedangkan menurut Monstequiue (1689-1744), system
poko yang dapat menjamin hak-hak politik tersebut adalah melalui prinsip trias
politica. Trias politica adalah suatu system pemisahan kekuasaan dalam Negara
menjadi tiga bentuk kekuasaan: legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Masing-masing
dari ketiga unsur ini harus dipegang oleh organ tersendiri secara merdeka.
Gagasan demokrasi dari kedua filsuf Eropa itu pada akhirnya berpengaruh pada
kelahiran konsep konstitusi demokrasi Barat.Konstitusi demokrasi yang berstandar
pada trias politica ini selanjutnya berakibat pada munculnya konsep welfare state
(Negara kesejahteraan).Konsep Negara kesejahteraan pada intinya merupakan suatu
konsep pemerintahan yang memprioritaskan kinerjanya pada peningkatan
kesejahteraan warga Negara.
d. Unsur-unsur Pendukung Tegaknya Demokrasi
Tegaknya demokrasi sebuah tatanan sebuah kehidupan kenegaraan,
pemerintahan, ekonomi, sosial dan politik sangat tergantung kepada keberadaan dan
peran yang dijalankan oelh unsur-unsur penopang tegaknya demokrasi itu sendiri.
Beberapa unsur penting penopang tegaknya demokrasi antara lain: (1) negara
hukum; (2) Masyarakat Madani; dan (3) Aliansi kelompok strstegis.
1. Negara Hukum
Negara Hukum (rechtsstaat atau the rule of law) memiliki pengertian bahwa
negara memberikan perlindungan hukumbagi warga negara melalui pelembagaan
dan peradilan yang bebas dan tidak memihak serta penjaminan Hak Asasi Manusia
| 7
(HAM).Secara garis besar, negara hukum adalah sebuah negara dengan gabungan
rechsstaat dan the rule of law. Konsep rechsstaat mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut: (1) adanya perlindungan terhadap HAM; (2) adanya pemisahan dan
pembagian kekuasaan pada lembaga negara untuk menjamin perlindungan HAM;
dan (4) adanya peradilan administrasi. Adapun the rule of law dicirikan oleh adanya:
(1) supremasi aturan-aturan hukum; (2) kesamaan kedudukan di depan hukum
(equality before the law); dan (3) jaminan perlindungan HAM.
Istilah Negara hukum di Indonesia dapat ditemukan dalam penjelasan UUD
1945 yang berbunyi: “Indonesia ialah Negara yang berdasar atas hukum (rechstaat)
dan bukan berdasar atas kekuasaan belaka (machsstaat).” Penjelasan ini sekaligus
merupakan gambaran system pemerintahan Negara Indonesia.
2. Masyarakat Madani
Masyarakat madani adalah masyarakat dengan ciri-cirinya yang terbuka,
egaliter, bebas dari dominasi, dan tekanan Negara.Masyarakat madani merupakan
elemen yang sangat signifikan dalam membangun demokrasi adalah adanya
partisipasi masyarakat dam proses-proses pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh Negara atau pemerintah.
Perwujudan masyarakat madani secara konkret dilakukan oleh berbagai
organisasi-organisasi di luar Negara (nongovernment organizations) atau lembaga
swsdaya masyarakat (LSM).Dalam praktiknya, Masyarakat madani dapat
menjalankan peran dan fungsinya sebagai mitra kerja lembaga-lembaga Negara
maupun melakukan fungsi kontrol terhadap kebijakan pemerintah.Dengan demikian,
Masyarakat madani (civil society) sebagaimana Negara menjadi sangat penting
keberadaannya dalam mewujudkan demokrasi.Dalam peran demokrasinya,
masyarakat madani dapat tumpuan sebagai komponen penyeimbang kekuatan
Negara yang memiliki kecenderungan koruptif.
3. Aliansi Kelompok Strategis
Komponen berikutnya yang dapat mendukung tegaknya demokrasi adalah
adanya aliansi kelompok strategis yang terdiri dari partai politik, kelompok dan
gerakan dan kelompok penekan atau kelompok kepentingan termasuk didalamnya
pers yang bebas dan bertanggung jawab.
| 8
Partai politik merupakan struktur kelembagaan politik yang anggota-anggotanya
mempunyai tujuan yang sama, yaitu memperoleh kekuasaan dan kedudukan politik
untuk mewujudkan kebijakan-kebijikan politiknya. Adapun kelompok gerakan yang
diperankan oleh organisasi masyarakat merupakan sekumpulan orang-orang yang
berhimpun dalam satu wadah organisasi yang berorientasi pada pemberdayaan
warganya, seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Islam (Persis),
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII),
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Pergerakan Mahasiswa Kristen Indonesia
(PMKRI), Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI), dan organisasi
masyarakat lainnya.
e. Parameter Tatanan Kehidupan Demokratis
Prinsip-prinsip demokrasi itu adalah persamaan, kebebasan, dan pluralism.
Dalam pandangan Robert A. Dahl, terdapat tujuh prinsip yang harus ada dalam
system demokrasi, yaitu kontrol atas keputusan pemerintah, pemilihan umum yang
jujur, hak memilih dan dipilih, kebebasan pendapat tanpa ancaman, kebebasan
mengakses informasi, dan kebebasan berserikat.
Tiga aspek dapat dijadikan landaasn untuk mengukur sejauh mana demokrasi itu
berjalan dalam suatu Negara. Ketiga aspek tersebut antara lain:
1. Pemilihan umum sebagai proses pembentukan pemerintah, hingga saat ini
pemilihan umum diyakini oleh banyakkalang ahli demokrasi sebagai salah satu
instrument penting daalm proses pergantian pemerintahan
2. Susunan kekuasaan Negara, yakni kekuasaan Negara dijalankan secara distributif
untuk menghindari penumpukan kekuasaan dalam satu tangan atau satu wilayah.
3. Kontrol rakyat , yaitu suatu relasi kuasa yang berjalan secara simetris, memiliki
sambungan yang jelas, dan adanya mekanisme yang memungkinkan control dan
keseimbangan (check and balance) terhadap kekuasaan yang dijalankan eksekutif
dan legislatif.
Parameter demokrasi juga bisa diketahui melalui adanya unsure-unsur sebagai
berikut: (a) hak dan kewajiban politik dapat dinikmati dan dilaksanakan oleh warga
Negara berdasarkan prinsip-prinsip dasar HAM yang menjamin adanya kebebasan,
kemerdekaan, dan rasa merdeka; (b) penegakan hukum yang berasaskan pada
prinsip supremasi hukum (supremay of law), dan jaminan terhadap HAM; (c)
kesamaan hak dan kewajiban anggota masyaarakat; (d) kebebasan pers dan pers
yang bertanggung jawab; (e) pengakuan terhadap minoritas; (f) pembuatan
| 9
kebijakan Negara yang berlandaskan pada asas pelayanan, pemberdayaan, and
pencerdasan; (g) sistem kerja yang kooperatif dan kolaboratif; (h) keseimbangan dan
keharmonisan; (i) tentara yang professional sebagai kekuatan pertahanan; dan (j)
lembaga peradilan yang independen.
f. Pemilihan Umum dan Partai Politik dalam sistem Demokrasi
1. Pemilu Indonesia di Era Reformasi
Pemilhan Umum (PEMILU) merupakan salah satu mekanisme demokrasi untuk
menentukan proses pemilihan wakil mereka di parlemen dan pemimpin nasional
maupun daerah yang dilakukan secara langsung, umum, bebas, rahasia,jujur, adil, dan
aman. Prinsip-prinsip ini sangatlah penting dalam proses pemilihan umum sebagai
indikator kualitas demokrasi.Berbeda dengan masa Orde Baru, sejak era reformasi
pemilu 1999 merupakan pemilu pertama yang dilakukan dengan banyak partai politik
(parpol) sebagai peserta pemilu dan diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum
(KPU) yang dibentuk oleh presiden yang beranggotakan dari unsure parpol dan wakil
pemerintah.
Perjalanan reformasi Indonesia semakin menunjukan kualitasnya pada pemilu 2004
yang dilaksanakan secara serentak pada 5 april 2004. Pada pemilu kedua era reformasi
ini, rakyat tidak hanya terlibat langsung dalam pemilihan wakil mereka yang duduk di
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), tetapi mereka juga dapaat langsung memilih
presiden dan wakil presiden Republik Indonesia masa bakti 2004-2009.Pemilu 2009
merupakan pemilihan ketiga di era Reformasi. Berbeda dengan pemilu sebelumnya,
pada pemilu 2009 sejumlah 44 partai politik menjadi kontestan yang terdiri dari 38
partai nasional dan 6 partai loakal dari daerah Nangroe Aceh Darussalam.
2. Partai Politik
Partai Politik memiliki peran yang sangat strategis terhadap proses
demokratisasi.Selain sebagai struktur kelembagaan politik yang anggotanya
bertujuan mendaaptkan kekuasaan dan kedudukan politik, partai politik adalah
wadah bagi penampungan aspirasi rakyat.
Terkait dengan partai politik adalah sistem kepartaian yang berbeda pada setiap
Negara: ada system satu partai (one party system), system dwipartai (two party
system), dan banyak partai.
| 10
a. Sistem satu partai
Sistem ini sama seperti taka ad partai politik, karena hanya ada satu partai
untuk menyalurkan aspirasi rakyat. Dalam system ini, aspirasi rakyat kurang
berkembangm segalanya ditentukan oleh satu partai tanpa adanya partai lain,
baik sebagai saingan atau sebagai mitra.Partai tunggal tersebut adalah partai
yang mengendalikan pemerintahan (the ruling party).Contohnya Partai Fasis
di Italia, Partai Komunisdi Uni Soviet, RRC, dan Vietnam.
a. Sistem Dwipartai
Sistem ini adalah system dua partai sebagai wadah penyalur aspirasi
rakyat.Seperti di AS, ada Partai Republik dan Partai Demokrat. Adakalanya
sistem kepartaian di Inggris dan Australia digolongkan sebagai sitem
dwipartai, waalupun sebenarnya terdapat lebih dari dua partai, partai-partai
lainnya bisa ikut daalm struktur pemerintahan jika berkoalisi dengan partai
besar, yaitu saalh satu dua partai yang berpengaruh dan banyak
pendukungnya.
b. Sistem Banyak (multi) partai
Sistem ini terdiri dari lebih dua partai. Negara yang menganut sistem
multipartai antara lain Jerman, Perancis, Malaysia, dan Indonesia. Dalam
sistem multi partai, jika tidak ada partai yang meraih suara mayoritas, maka
dibentuk pemerintahan koalisi yang terdiri banyak partai politik.
g. Islam dan Demokrasi
Ditengah proses demokratisasi global, banyak kalangan ahli demokrasi,
diantaranya Larry diamond, juan j. Linze , seymour martin lipset, menyimpulkan
bbahwa dunia islam tidak memiliki prospek unttuk menjadi demokratis serta tidak
memiliki pengalaman demokrasi yang cukup andal. Hal senada juga dikemukakan
oleh samuel p.huntington yang meragukan islam dapat berjalan dengan prinsip-prinsip
demokrasi yang secara kultural lahir didarat. Karena alasan inilah dunia islam
dipandang tidak menjadi bagian dari proses gelombang dengan demokratisasi dunia.
Kesimpulan para ahli tersebut nampaknya tidak terbukti jika mencermati perjalanan
demokrasi di indonesia, negara muslim terbesar didunia. Beberapa kali pelaksanaan
pemilu secara langsung telah berlalu tanpa menimbulkan pertumpahan darah.
Keberhasilan pelaksanaan pemilu 2004 dan 2009 di indonesia secara aman dan damai
| 11
telah menjadi bukti dihadapan dunia bahwa demokrasi dapat dipraktikan ditengah-
tengah masyarakat muslim mayoritas.
Setidaknya terdapat tiga pandangan tentang islam dan demokrasi:
Pertama,islam dan demokrasi adalah dua sistem politik yang berbeda. Islam
tidak bisa disubordinatkan dengan demokrasi karena islam merupakan sistem politik
yang mandiri (self-sufficient). Dalam bahasa politik muslim, islam sebagai agama
yang kaffah(sempurna ) tidak saja mengatur persoalan keimanan (akidah) dan
ibadah ,melainkan mengatur segala aspek kehidupan umat manusia termasuk aspek
kehidupan bernegara. Pandangan ini didukung oleh kalangan pemikir muslim seperti
Sayyid Qutb dan Thabatthabai. Hubungan islam dan demokrasi bersifat saling
menguntungkan secara eksklusif(mutually exclusive). Bagi penganut demokrasi
sebagai satu-satunya sistem terbaik yang tersedia saat ini, dipandang sebagai sistem
politik alternatif terhadap demokrasi. Sebaliknya, bagi pandangan islam sebagai
sistem yang lengkap (kaffah), islam dan demokrasi adalah dua hal yang berbeda,
karena demokrasi sebagai konse barat tidak tepat untuk dijadikan sebagai acuan dalam
hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam masyarakat muslim, islam
tidak bisa dipadukan dengan demokrasi.
Kedua, islam berbeda dengan demokrasi jika demokrasi didefinisikan secara
prosedural seperti dipahami dan di praktikkan di negara-negara barat. Kelompok
kedua ini menyetujui adanya prinsip-prinsip demokrasi dalam islam. Tetapi,
mengakui adanya perbedaan antara islam dan demokrasi. Bagi kelompok ini, islam
merupakan sistem politik demokratis kalau demokrasi didefinisikan secara substantif,
yakni kedaulatan di tangan rakyat dan negara merupakan terjemahan dari kedaulatan
rakyat ini. dengan demikian, dalam pandangan kelompok ini, demokrasi adalah
konsep yang sejalan dengan islam setelah diadakan penyesuaian penafsiran terhadap
konsep demokrasi itu sendiri. Diantara tokoh dari kelompok ini adalah Al-maududi
dan moh.natsir.
Ketiga, islam adalah sistem nilai yang membenarkan dan medukung sistem
politik demokrasi seperti yang di praktikan negara-negara maju. Islam didalam
dirinya demokratis tidak hanya karena prnsip syura (musyawarah), tetapi juga karena
adanya konsep ijtihad dan ijma’ (konsensus). Seperti dinyatakan oleh pakar ilmu
poltik R. William lidle dan saiful mujani, diindonesia pandangan yang keiga
| 12
tampaknya yang lebih dominan karena demokrasi sudah menjadi bagian integral
sistem pemerintahan indonesia dan beberapa negara muslim lainnya. Diantara tokoh
muslim yang mendukung pandangan ini yaitu fahmi huwaidi, M. Husain haekal, dan
muhammad abduh. Di indonesia diwakili oleh Nurcholis madjid, abdurohman wahid,
amin rais, dan ahmad syafi’i ma’arif.
Penerimaan negara-negara muslim (dunia islam) terhadap demokrasi
sebagaimana yang dikemukakan oleh kelompok ketiga ini, tedak berarti bahwa
demokrasi dapat tumbuh dan berkembang di negara muslim secara otomatis. Bahkan
yang terjadi adalah sebaliknya dimana negara-negara muslim justru merupakan
negara yang tertingal dalam berdemokrasi, sementara kehadiran rezim otoriter di
sejumlah negara muslim pada umumnya menjadi kecenderungan yang dominan.
Terdapat beberapa argumen teoretis yang bisa menjelaskan lambannya
pertumbuhan dan perkembangan demokrasi di dunia islam.
Pertama, pemahaman doktrinal menghambat praktik demokrasi. Teori ini
dikembangkan oleh elie khudourie bahwa gagasan demokrasi masih cukup asing
dalam tradisi pemikiran islam. Hal ini disebabkan oleh kebanyakan kaum muslim
yang cenderung memahami demokrasi sebagai sesuatu yang bertentangan dengan
islam. Untuk mengatasi hal itu perlu di kembangkan upaya liberalisasi pemahaman
keagamaan dalam rangka mencari konsensus dan sintesis antara pemahaman doktrin
islam dengan teori-teori modern seperti demokrasi dan kebebasan.
Kedua, persoalan kultur demokrasi sebenarnya telah dicoba dinegara-negara
muslim sejak paruh pertama abad 20, tetapi gagal. Tampaknya, Ia tidak akan sukses
pada masa-masa mendatang, karena warisan kultural masyarakat muslim sudah
terbiasa dengan autokrasi dan ketaatan absolut kepada pemimpin, baik pemimpin
agama maupun penguasa.Teori ini dikembangkan olah bernard lewis.
Ketiga, lambannya pertumbuhan demokrasi di dunia Islam tidak ada hubungan
dengan teologi maupun kultur, melainkan lebih terkait dengan sifat alamiyah
demokrasi itu sendiri. Untuk membangun demokrasi diperlukan kesungguhan,
kesabaran, dan diatas segalanya adalah waktu. John Esposito dan O. Voll adalah
diantara tokoh yang optimis terhadap masa depan demokrasi di dunia Islam, sekalipun
Islam tidak memiliki tradisi kuat berdemokrasi tuntutan demokrasi yang tengah terjadi
| 13
di sejumlah negara muslim, seperti Mesir, Yaman, Suriah, Irak, Libia, Sudan,
Malaysia, dan bahkan Saudi Arabia menguatkan pandangan ini.
| 14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Demokrasi adalah sebuah sistem sosial politik yang paling baik dari sekian
banyak sistem yang ada dewasa ini. Pengertian umum demokrasi adalah suatu
model pemerintahan atau sistem sosial yang bertumpu pada kepentingan rakyat
dari, oleh, dan atau rakyat.
2. Untuk mendukung terlaksananya demokrasi, perlu didukung oleh enam norma
atau unsur pokok yang dibutuhkan oleh tatanan masyarakat pluralisme, yaitu (1)
kesadaran akan adanya pluralisme;(2)Musyawarah;(3)sejalan dengan tujuan; (4)
ada norma kejujuran dan mufakat;(5)kebebasan nurani,persamaan hak dan
kewajiban;dan (6)adanya trial and error (percobaan dan salah).
3. Demokrasi tumbuh kembali di Eropa menjelang akhir abad pertengahan.Ditandai
oleh lahirnya Magna Charta (piagam besar) di Inggris.Magna Charta adalah
suatu piagam yang memuat perjanjian antara kaum bangsawan dan raja Jhon.
4. Adapun unsur-unsur penting penopang tegaknya demokrasi antara lain (1).negara
hukum;(2)masyarakat madani dan; (3)aliansi kelompok strategis.
5. Tiga aspek yang dapat dijadikan landasan untuk mengukur sejauh mana
demokrasi itu berjalan dalam suatu Negara antara lain : Pemilihan umum,
sususnan kekuasaan Negara, dan kontrol rakyat.
6. Mekanisme demokrasi antara lain meliputi: pemilu, dan partai politik
7. Wacana tentang islam dan demokrasi dapat dikelompokan menjadi tiga pemikiran
pertama, islam dan demokrasi adalah dua sistem politik berbeda. Kedua, islam
berbeda dengan demokrasi apabila demokrasi didefinisikan secara prosedural
seperti dipahami dan dipraktikan dinegara-negara barat. Ketiga, islam adalah
sitem nilai yang membenarkan dan mendukung sitem politik demokrasi seperti
yang diperatikkan di negara-negara maju.
| 15
DAFTAR PUSTAKA
Hasbi, Arinti. 2001. Musyawarah dan Demokrasi: Analisa Konseptual Aplikatif dalam
Lintasan Sejarah Pemikiran Politik Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Abdillah, Masykuri. 1999. Demokrasi di Persimpangan Makna: Respons Intelektual Muslim
Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi (1996-1993). Yogyakarta: Tiara Wacana
Budiardjo, Miriam. 1996. Demokrasi di Indonesia: Demokrasi Parlementer dan Demokrasi
Pancasila. Jakarta: Gramedia
| 16