Download - Pemilihan Umum dan Demokrasi
8
BAB II
PEMILIHAN UMUM DAN DEMOKRASI
Pengertian Demokrasi
Kamu pasti sering mendengar istilah demokrasi. Masih ingatkah kamu pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di sekolah, apa yang dimaksud dengan demokrasi?
Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Begitulah
pemahaman yang paling sederhana tentang demokrasi, yang diketahui oleh hampir semua
orang.
Demokrasi menjadi salah satu sistem politik yang paling banyak dianut oleh negara-
negara di dunia. Namun demikian, implementasi demokrasi di setiap negara bisa berbeda-
beda. Bahkan tidak jarang, negara yang otoriter sekalipun, seperti di negara-negara komunis
atau negara yang didominasi militer, juga mengklaim sebagai negara demokrasi. Secara
formal, di negara tersebut memang ada ornamen demokrasi, seperti partai politik, pemilu,
organisasi kemasyarakatan, media massa dan parlemen. Akan tetapi, kesemuanya itu
berada di bawah kontrol kekuasaan yang sentralistik.
9
Untuk menilai sebuah sistem politik demokratis atau tidak, ada sejumlah parameter
yang bisa digunakan untuk menilainya. M. Amien Rais mengajukan sepuluh kriteria demokrasi,
yaitu: adanya partisipasi masyarakat dalam pembuatan keputusan; persamaan di depan
hukum; distribusi pendapatan secara adil; kesempatan pendidikan yang sama; pengakuan dan
penghargaan terhadap empat macam kebebasan (kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan
media massa, kebebasan berkumpul, dan kebebasan beragama); ketersediaan dan keterbukaan
informasi; mengindahkan fatsoen (tata krama); kebebasan individu; semangat kerjasama; dan hak
untuk protes.
Guru Besar ilmu politik FISIP UI Prof. Miriam Budiardjo menyebutkan syarat-syarat
dasar untuk terselenggaranya pemerintahan yang demokratis adalah :
a. perlindungan konstitusional;
b. badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak;
c. pemilihan umum yang bebas;
d. kebebasan untuk menyatakan pendapat;
e. kebebasan untuk berserikat/ berorganisasi dan beroposisi; dan
f. pendidikan kewarganegaraan.
Sedangkan Hendry B. Mayo mengemukakan bebarapa nilai yang mendasari
demokrasi seperti berikut:
a. menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga;
b. menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang
sedang berubah;
c. menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur;
d. membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum;
e. mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman dalam masyarakat yang
tercermin dalam keanekaragaman pendapat, kepentingan serta tingkah laku; dan
f. menjamin tegaknya keadilan.
Ditilik dari berbagai kriteria yang dikemukakan para ahli tersebut, tidak diragukan
lagi bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang menjalankan sistem politik
demokrasi dalam proses penyelenggaraan pemerintahannya. Selain ada kebebasan dalam
beragama, berpendapat, berkumpul dan berserikat dan sebagainya, Indonesia juga
menjamin terselenggaranya pemilihan umum yang bebas, jujur dan adil. Penyelenggaraan
pemilu yang bebas dan berkala menjadi prasyarat sistem politik demokrasi, karena pemilu
10
merupakan salah satu sarana kedaulatan rakyat dimana rakyat dapat memilih wakil dan
pemimpin mereka untuk menjalankan pemerintahan.
Tingkat demokrasi suatu negara, sering diukur dengan kualitas penyelenggaraan
pemilu di negara tersebut. Pemilu dan demokrasi memang memiliki hubungan yang amat
erat. Sulit membayangkan format politik yang demokratis tanpa penyelenggaraan pemilu
yang fair, jujur dan adil. Dan sebaliknya, sulit mengharapkan pemilu yang berkualitas
manakala sistem politiknya tidak demokratis.
Dari pengertian singkat itu, kamu tentu sudah paham apa yang dimaksud dengan
demokrasi. Nah, menurut kamu, apa kriteria sistem politik yang demokratis?
Pengertian Pemilu
Dalam demokrasi, pemilu sangat penting artinya. Tidak ada demokrasi tanpa
terselenggaranya pemilu yang jujur dan demokratis. Kalau sebuah negara mengklaim
sebagai negara demokrasi tetapi di sana tidak ada pemilu atau kalaupun ada pemilunya
tidak demokratis, pasti demokrasi di negara itu bo’ong-bo’ongan. Sebab, pemilu merupakan
sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dimana rakyat dapat memilih pemimpin politik
secara langsung. Yang dimaksud dengan pemimpin politik adalah wakil-wakil rakyat yang
duduk di lembaga perwakilan rakyat (parlemen) baik di tingkat pusat maupun daerah dan
pemimpin lembaga eksekutif atau kepala pemerintahan seperti presiden, gubernur, atau
bupati/walikota.
11
Fungsi Pemilu
Dalam perspektif demokrasi, pemilu memiliki beberapa manfaat. Pertama, pemilu
merupakan implementasi perwujudan kedaulatan rakyat. Asumsi demokrasi adalah
kedaulatan terletak di tangan rakyat. Karena rakyat yang berdaulat itu tidak bisa
memerintah secara langsung maka melalui pemilu rakyat dapat menentukan wakil-wakilnya
dan para wakil rakyat tersebut akan menentukan siapa yang akan memegang tampuk
pemerintahan.
Kedua, pemilu merupakan sarana untuk membentuk perwakilan politik. Melalui
pemilu, rakyat dapat memilih wakil-wakilnya yang dipercaya dapat mengartikulasikan
aspirasi dan kepentingannya. Semakin tinggi kualitas pemilu, semakin baik pula kualitas para
wakil rakyat yang bisa terpilih dalam lembaga perwakilan rakyat.
Ketiga, pemilu merupakan sarana untuk melakukan penggantian pemimpin secara
konstitusional. Pemilu bisa mengukuhkan pemerintahan yang sedang berjalan atau untuk
mewujudkan reformasi pemerintahan. Melalui pemilu, pemerintahan yang aspiratif akan
dipercaya rakyat untuk memimpin kembali dan sebaliknya jika rakyat tidak percaya maka
pemerintahan itu akan berakhir dan diganti dengan pemerintahan baru yang didukung oleh
rakyat.
Keempat, pemilu merupakan sarana bagi pemimpin politik untuk memperoleh
legitimasi. Pemberian suara para pemilih dalam pemilu pada dasarnya merupakan
pemberian mandat rakyat kepada pemimpin yang dipilih untuk menjalankan roda
pemerintahan. Pemimpin politik yang terpilih berarti mendapatkan legitimasi (keabsahan)
politik dari rakyat.
12
Kelima, pemilu merupakan sarana partisipasi politik masyarakat untuk turut serta
menetapkan kebijakan publik. Melalui pemilu rakyat secara langsung dapat menetapkan
kebijakan publik melalui dukungannya kepada kontestan yang memiliki program-program
yang dinilai aspiratif dengan kepentingan rakyat. Kontestan yang menang karena didukung
rakyat harus merealisasikan janji-janjinya itu ketika telah memegang tampuk pemerintahan.
Sistem Pemilu
Kamu mungkin bertanya, di berbagai negara kan diselenggarakan pemilu. Apakah
berbagai pemilu itu sama? Secara umum, maksud diselenggarakannya pemilu sih sama,
tetapi sistemnya berbeda-beda.
Dalam ilmu politik dikenal beberapa sistem pemilu, akan tetapi umumnya berkisar
pada prinsip pokok, antara lain:
1. Sistem Distrik
Sistem distrik bisaa disebut juga single-member constituency (tetapi ada juga yang
memakai istilah single-member-district untuk menyebut sistem ini). Pada intinya, sistem
distrik merupakan sistem pemilihan dimana suatu negara dibagi menjadi beberapa
daerah pemilihan (distrik) yang jumlahnya sama dengan jumlah wakil rakyat yang akan
dipilih dalam sebuah lembaga perwakilan. Dengan demikian, satu distrik akan
menghasilkan satu wakil rakyat. Kandidat yang memperoleh suara terbanyak di suatu
distrik akan menjadi wakil rakyat terpilih, sedangkan kandidat yang memperoleh suara
lebih sedikit, suaranya tidak akan diperhitungkan atau dianggap hilang—sekecil apapun
selisih perolehan suara yang ada—sehingga dikenal istilah the winner-takes-all.
Kelebihan sistem distrik antara lain:
a. Karena kecil atau tidak terlalu besarnya distrik maka bisaanya ada hubungan atau
kedekatan antara kandidat dengan masyarakat di distrik tersebut. Kandidat men-
genal masyarakat serta kepentingan yang mereka butuhkan.
b. Sistem ini akan mendorong partai politik untuk melakukan penyeleksian yang lebih
ketat dan kompetitif terhadap calon yang akan diajukan untuk menjadi kandidat
dalam pemilihan.
13
c. Karena perolehan suara partai-partai kecil tidak diperhitungkan, maka secara tidak
langsung akan terjadi penyederhanaan partai politik. Sistem dwipartai akan lebih
berkembang dan pemerintahan dapat berjalan dengan lebih stabil.
Kekurangan sistem distrik, antara lain:
a. Sistem ini kurang representatif karena perolehan suara kandidat yang kalah tidak
diperhitungkan sama sekali atau suara tersebut dianggap hilang.
b. Partai-partai kecil atau golongan/kelompok minoritas/termarjinalkan yang mem-
peroleh suara yang lebih sedikit tidak akan terwakili (tidak memiliki wakil) karena
suara mereka tidak diperhitungkan. Dalam hal ini, kaum perempuan memiliki pelu-
ang yang kecil untuk bersaing mengingat terbatasnya kursi yang diperebutkan.
c. Wakil rakyat terpilih akan cenderung lebih memperhatikan kepentingan rakyat di
distriknya dibandingkan dengan distrik-distrik yang lain.
2. Sistem Proporsional
Sistem proporsional lahir untuk menjawab kelemahan dari sistem distrik. Sistem
proporsional merupakan sistem pemilihan yang memperhatikan proporsi atau perimbangan
antara jumlah penduduk dengan jumlah kursi di suatu daerah pemilihan. Dengan sistem ini,
maka dalam lembaga perwakilan, daerah yang memiliki penduduk lebih besar akan
memperoleh kursi yang lebih banyak di suatu daerah pemilihan, begitupun sebaliknya.
Sistem proporsional juga mengatur tentang proporsi antara jumlah suara yang diper-
oleh suatu partai politik untuk kemudian dikonversikan menjadi kursi yang diperoleh partai
politik tersebut. Karena adanya perimbangan antara jumlah suara dengan kursi, maka di
Indonesia dikenal Bilangan Pembagi Pemilih (BPP). BPP merefleksikan jumlah suara yang
menjadi batas diperolehnya kursi di suatu daerah pemilihan.
Partai politik dimungkinkan mencalonkan lebih dari satu kandidat karena kursi yang
diperebutkan di daerah pemilihan lebih dari satu.
Kelebihan sistem proporsional antara lain:
a. Menyelamatkan suara masyarakat pemilih dimana suara kandidat yang lebih kecil dari
kandidat yang lain tetap akan diperhitungkan sehingga sedikit suara yang hilang.
14
b. Memungkinkan partai-partai yang memperoleh suara atau dukungan yang lebih sedikit
tetap memiliki wakil di parlemen karena suara mereka tidak otomatis hilang atau
tetap diperhitungkan.
c. Memungkinkan terpilihnya perempuan karena kursi yang diperebutkan dalam satu
daerah pemilihan lebih dari satu.
Kekurangan sistem proporsional antara lain:
a. Sistem ini cenderung menyuburkan sistem multipartai yang dapat mempersulit terwu-
judnya pemerintahan yang stabil.
b. Bisaanya antara pemilih dengan kandidat tidak ada kedekatan secara emosional. Pemi-
lih tidak atau kurang mengenal kandidat, dan kandidat juga tidak mengenal karak-
teristik daerah pemilihannya, masyarakat pemilih dan aspirasi serta kepentingan me-
reka. Kandidat lebih memiliki keterikatan dengan partai politik sebagai saluran yang
mengusulkan mereka. Pada akhirnya nanti, kandidat yang terpilih mungkin tidak akan
memperjuangkan dengan gigih kepentingan pemilih karena tidak adanya kedekatan
emosional tadi.
3. Sistem Campuran (Distrik dan Proporsional).
a. Menggabungkan 2 (dua) sistem sekaligus (distrik dan proporsional)
b. Setengah dari anggota Parlemen dipilih melalui sistem distrik dan setengahnya lagi
dipilih melalui proporsional.
c. Ada keterwakilan sekaligus ada kesatuan geografis.
Tahapan Pemilu
Masyarakat awam sering memahami pemilihan umum sebagai hari H pemungutan
suara. Padahal, pemungutan suara hanyalah salah satu rangkaian dari tahapan pemilu yang
cukup banyak. Mungkin di sekolahmu ada pemilihan Ketua OSIS secara langsung. Kalau
kamu jadi panitia, pasti jauh hari sebelumnya sudah sibuk mempersiapkan diri, bukan? Ingat
tidak, apa saja persiapan yang kamu lakukan untuk menyelenggarakan pemilihan Ketua
OSIS? Nah, begitu juga Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara pemilu, jauh-
jauh hari sebelumnya, mereka sudah sibuk banget menyiapkan segala sesuatunya untuk
15
melaksanakan pemilu. KPU pasti jauh lebih sibuk daripada Panitia Pemilihan Ketua OSIS
karena lingkupnya lebih luas dan lebih rumit.
Berikut adalah tahapan pemilu legislatif yang perlu kamu ketahui:
1. Pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih;
Kegiatan awal yang perlu dilakukan untuk melaksanakan pemilu adalah pendaftaran
orang-orang yang memilki hak untuk memilih, misalnya yang sudah berusia minimal
17 tahun, bukan anggota TNI/Polri, tidak terganggu jiwanya dan sebagainya.
Pendaftaran pemilih sangat penting untuk memastikan hanya mereka yang berhak
yang bisa menggunakan hak pilihnya, juga untuk pengadaan logistik pemilu seperti
pencetakan surat suara, pembuatan Tempat Pemungutan Suara (TPS), bilik dan
kotak suara dan sebagainya.
2. Pendaftaran dan Penetapan Peserta Pemilu;
KPU juga perlu mendaftar siapa yang boleh jadi peserta pemilu? Tidak semua orang
atau partai boleh ikut pemilu, tanpa ada syarat yang harus dipenuhi. Bisa kacau bro.
Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk bisa didaftarkan sebagai peserta
pemilu. Nah, tugas KPU adalah memverifikasi (memeriksa) kelengkapan syarat-syarat
itu sehingga mereka bisa ditetapkan sebagai peserta pemilu.
3. Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan;
16
Pemilu dimaksudkan untuk memperebutkan kursi di DPR, DPD atau DPRD. Berapa
jumlah kursinya? Nah, hal itu perlu diatur berdasarkan wilayah tertentu yang disebut
dengan daerah pemilihan.
4. Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota;
Tahap selanjutnya adalah pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan
DPRD kabupaten/kota. Partai politik akan mengajukan daftar calon untuk dipilih
rakyat dalam pemilu secara langsung.
5. Masa kampanye;
Nah, ini tahapan yang paling heboh. Banyak poster, spanduk, kumpulan massa dan
bahkan arak-arakan di jalan-jalan. Tujuan kampanye sebenarnya untuk
memperkenalkan visi, misi dan program partai atau calon kepada rakyat kalau
mereka terpilih sebagai wakil rakyat.
6. Masa tenang;
Masa tenang adalah masa antara berakhirnya kampanye dan pemungutan suara.
Saat itu semua bentuk kampanye harus dihentikan dan semua pihak fokus pada
persiapan pemungutan suara. Itulah yang disebut masa tenang.
7. Pemungutan dan penghitungan suara;
Inilah tahapan yang dinanti-nanti semua pihak yang terlibat dalam pemilu. Saat itu
rakyat diberi kesempatan untuk mendatangi TPS guna memilih calon pemimpin atau
wakil rakyat yang mereka nilai layak mewakili mereka. Setelah pemungutan suara
usai, akan dilakukan penghitungan suara. Kamu bisa berpartisipasi secara aktif
mengawasi atau memantau pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara di
TPS.
8. Penetapan hasil Pemilu; dan
Setelah suara dihitung, barulah hasilnya ditetapkan. Saat itu akan diketahui siapa
yang keluar sebagai pemenang dalam pemilu, siapa saja yang terpilih jadi wakil
rakyat, berapa banyak jumlah suara yang diperoleh setiap peserta pemilu.
17
9. Pengucapan sumpah/janji anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD
kabupaten/kota.
Setelah KPU menetapkan hasil pemilu dan calon terpilih, para calon wakil rakyat itu
akan dilantik sebagai anggota DPR, DPD dan DPRD. Enak dong? Emang sih
kelihatannya keren banget, jadi wakil rakyat. Tapi sebenarnya sangat berat lho
amanah yang dipikul. Sebab saat dilantik sebelum menjalankan tugasnya, mereka
akan disumpah sesuai agama yang dianutnya. Berat banget bro konskwensinya kalau
mereka disumpah dengan kitab sucinya di atas kepalanya. Sebab selain disaksikan
yang hadir juga disaksikan oleh Tuhan, Allah Yang Maha Kuasa. Nah, mereka nanti
harus mempertengungjawabkan amanah itu kepada rakyat yang memilihnya dan
kepada Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Mencatat. Berat bukan ?
Pemilu Demokratis
Sebuah pemilu dikatakan demokratis jika memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:
1. Dilaksanakan oleh Lembaga Penyelenggara Pemilu yang independen, mandiri dan bebas
intervensi dari pihak manapun (pemerintah, parpol, kandidat dsb).
2. Dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
3. Adanya Lembaga Pengawas yang independen dan mandiri.
4. Semua elemen masyarakat yang berhak, memiliki akses untuk terlibat sebagai peserta
(calon), pemilih maupun pemantau.
5. Melindungi dan menjaga kesamaan hak pemilih untuk menggunakan pilihannya dengan
prinsip one man, one vote dan one value.
Tiga Jenis Pemilu
Di Indonesia, ada tiga jenis pemilihan umum (Pemilu), yakni:
A. Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD
Berdasarkan ketentuan umum pasal 1 UU Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota
DPR, DPD, dan DPRD, yang dimaksud dengan Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD adalah
pemilu untuk memilih anggota DPR, DPD dan DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota
18
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
1. Peserta Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/ Kota
adalah partai politik yang telah memenuhi persyaratan :
a. berstatus badan hukum; sesuai dengan Undang-Undang tentang Partai Politik
b. memiliki kepengurusan di 2/3 (dua pertiga) jumlah provinsi;
c. memiliki kepengurusan di 2/3 (dua pertiga) jumlah kabupaten/kota di provinsi yang
bersangkutan;
d. menyertakan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh perseratus) keterwakilan
perempuan pada kepengurusan parpol tingkat pusat;
e. memiliki anggota sekurang-kurangnya 1.000 (seribu) orang atau 1/1.000 (satu per-
seribu) dari jumlah penduduk pada setiap kepengurusan parpol yang dibuktikan
dengan kepemilikan kartu tanda anggota;
f. mempunyai kantor tetap untuk kepengurusan;
g. mengajukan nama dan tanda gambar parpol kepada KPU sesuai dengan ketentuan
Perundang-undangan (UU No.10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah);
Di tempat inilah para wakil rakyat akan berkantor
19
2. Peserta pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) adalah
perseorangan yang telah memenuhi persyaratan dan mendapat dukungan minimal dari
pemilih dari daerah pemilihan yang bersangkutan;
a. Dukungan
Penduduk Dukungan (paling sedikit)
sampai dengan 1.000.000 1.000 pemilih
lebih dari 1.000.000 - 5.000.000 2.000 pemilih
lebih dari 5.000.000 - 10.000.000 3.000 pemilih
lebih dari 10.000.000-15.000.000 4.000 pemilih
lebih dari 15.000.000 5.000 pemilih
b. Dukungan dimaksud tersebar di paling sedikit 50% dari jumlah kabupaten/kota di
provinsi yang bersangkutan.
c. Persyaratan dimaksud dibuktikan dengan daftar dukungan yang dibubuhi tanda tangan
atau cap jempol dan dilengkapi fotokopi KTP setiap pendukung.
3. Tahapan penyelenggaraan Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD;
a. Pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih;
b. Pendaftaran peserta pemilu;
c. Penetapan peserta pemilu;
d. Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan;
e. Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota;
f. Masa kampanye;
g. Masa tenang;
h. Pemungutan dan penghitungan suara;
i. Penetapan hasil Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Provinsi serta DPRD Ka-
bupaten/Kota;
j. Pengucapan sumpah/janji anggota DPR, DPD, dan DPRD Provinsi sert DPRD Ka-
bupaten/Kota terpilih.
20
B. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
Sejak Pemilu Tahun 2004, presiden atau wakil presiden dipilih secara langsung oleh
rakyat. Sebelumnya, presiden atau wakil presiden dipilih oleh anggota DPR/MPR. Pemilu
presiden dan wakil presiden adalah pemilu untuk memilih pasangan calon presiden dan
wakil presiden yang diusulkan oleh parpol atau gabungan parpol secara berpasangan :
1. Peserta pemilu presiden dan wakil presiden adalah pasangan calon yang diusulkan
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan
yang memperoleh jumlah kursi paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah
kursi di DPR atau memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari suara sah nasional
dalam pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan (UU No.42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden).
2. Penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan setelah pelaksa-
naan pemilihan umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD.
Surat suara Pemilu Presiden 2009
3. Tahapan penyelenggaraan pemilu presiden dan wakil presiden:
a. Penyusunan daftar pemilih;
b. Pendaftaran bakal pasangan calon;
c. Penetapan pasangan calon;
d. Masa kampanye;
e. Masa tenang;
f. Pemungutan dan penghitungan suara;
21
g. Penetapan hasil pemilu presiden dan wakil presiden;
h. Pengucapan sumpah/janji presiden dan wakil presiden terpilih.
C. Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah pemilu untuk memilih
pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang diusulkan oleh parpol atau
gabungan parpol dan perseorangan.
Sejak tahun 2005, telah diselenggarakan Pilkada secara langsung, baik di tingkat
provinsi maupun kabupaten/kota. Penyelenggaraan ini diatur dalam UU Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menyebutkan bahwa “Kepala daerah dan wakil
kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis
berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil”.
Pilkada masuk dalam rezim Pemilu setelah disahkannya UU Nomor 22 Tahun 2007
tentang Penyelenggara Pemilihan Umum sehingga sampai saat ini Pemilu Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah lebih dikenal dengan istilah Pemilukada. Pada tahun 2008, tepatnya
setelah diberlakukannya UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UU
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, peserta Pemilukada adalah pasangan
calon dari:
22
a. Partai politik atau gabungan partai politik yang memperoleh kursi paling rendah 15%
(lima belas perseratus) dari jumlah kursi DPRD di daerah bersangkutan atau mem-
peroleh suara sah paling rendah 15% (lima belas perseratus) dari akumulasi
perolehan suara sah dalam Pemilu Anggota DPRD di daerah bersangkutan.
b. Perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang yang telah memenuhi persyaratan
secara berpasangan sebagai satu kesatuan, dengan ketentuan sebagai berikut (UU
No.12 Tahun 2008 perubahan kedua atas UU No. 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah):
1. provinsi dengan jumlah penduduk sampai dengan 2.000.000 (dua juta) jiwa harus
didukung paling rendah 6,5% (enam koma lima per seratus);
2. provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 2.000.000 (dua juta) sampai dengan
6.000.000 (enam juta) jiwa harus didukung paling rendah 5% (lima per seratus);
3. provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 6.000.000 (enam juta) sampai
dengan 12.000.000 (dua belas juta) jiwa harus didukung paling rendah 4%
(empat per seratus);
Tahapan penyelenggaraan pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah:
a. Pemutakhiran data dan daftar pemilih;
b. Pencalonan;
c. Kampanye;
d. Masa tenang;
e. Pemungutan suara dan penghitungan suara;
f. Penetapan hasil pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah;
g. Pengucapan sumpah/janji kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih.