pemilihan kode dalam tuturan lisan oleh siswa di...

128
PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI SMA AL-HUDA JAKARTA BARAT SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh NURFI LAELI AZ ZAHRA 1111013000008 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Upload: hoangtuyen

Post on 28-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH

SISWA DI SMA AL-HUDA JAKARTA BARAT

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

NURFI LAELI AZ ZAHRA

1111013000008

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI SMA

AL-HUDA JAKARTA BARAT

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Nurfi Laeli Az Zahra

1111013000008

Dibawah Bimbingan

Dr. Nuryani, M.A.

NIP.19820628 200912 2 003

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 3: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
Page 4: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
Page 5: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

i

ABSTRAK

NurfiLaeliAz Zahra, NIM: 1111013000008. “Pemilihan Kode Dalam Tuturan

Lisan Oleh Siswa di SMA Al-Huda Jakarta Barat”. Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.

Pembimbing: Dr. Nuryani, M.A.

Penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari adanya

proses komunikasi. Salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan pada

kalangan siswa jaman sekarang yaitu adanya modifikasi gaya bahasa. Modifikasi

gaya bahasa yang disebut juga dengan bahasa slang merupakan variasi ujaran

yang bercirikan dengan kosakata yang baru ditemukan dan cepat berubah yang

dipakai kaum muda dan kelompok sosial untuk berkomunikasi. Permasalahan

yang diteliti adalah bagaimana bentuk-bentuk kode dalam tuturan lisan oleh siswa

di SMA Al-Huda Jakarta Barat. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan

pemilihan kode dalam tuturan lisan oleh siswa di SMA Al-Huda Jakarta Barat.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kualitatif dengan tinjauan etnografi yaitu metode yang digunakan sebagai acuan

dasar untuk memberikan struktur konteks, metode ini mengamati bahwa bahasa,

makna, serta pemakainya, struktur, serta norma-norma sosiokultural dalam

pemakaian bahasa.

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa pada kegiatan belajar mengajar dan

kegiatan diluar kelas menggunakan pemilihan kode dan gaya bahasa yang

berbeda-beda, terlihat ketika mereka berkomunikasi dengan guru dengan adanya

rasa sopan, berbeda halnya berkomunikasi dengan teman. Adanya perbedaan

menunjukan pemilihan kode dalam berkomunikasi sudah cukup baik, namun

masih ada beberapa anak yang menggunakan kata kasar terhadap mitratutur. Hal

tersebut merupakan salah satu penanda bahwa mereka menggunakan pemilihan

kode sesuai dengan siapa mereka bertutur dan dimana lokasi mereka bertutur.

Kata kunci : modifikasi, gaya bahasa, pemilihan kode, etnografi, tuturan lisan.

Page 6: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

ii

ABSTRACT

Laeli Nurfi Az Zahra, NIM: 1111013000008. “The election code in the speech

is Spoken By students at the Al-Huda High School West Jakarta”. The

Department of education of language and literature faculty of Tarbiyah

Indonesia and teacher training, University Islamic State Jakarta, 2017.

Supervisor: Dr. Nuryani, M.A.

Language use in everyday life is inseparable from the existence of the

communication process. One of the frequently used forms of communication

among students today, namely the existence of a modified style of language.

Modify the style of the language also with language slang variation of speech

characterized by vocabulary with newly discovered and quickly changing

wornyoung people and social groups to communicate. The issues examined was

how the Forms code in speech is spoken by students at the Al-Huda high school

West Jakarta. This study aims to describe the election code in the speech is

spoken by students at the Al-Huda high school West Jakarta. Research methods

used in this research is descriptive qualitative method with preview ethnographic

method that is used as a reference basis for giving the structure the context of this

method, observed that the language, meaning, and structure of the wearer, as well

as the norms of language usage in sosiokultural.

Based on the results of the research, that on the teaching and learning activities

and activities outside the classroom use of the election code and different

language style, visible when they communicate with the teacher that looks

different is the case with courteous, communicate with friends. This showed the

election code in communicating is already quite good, but there are still some

children who used harsh words against the partner said. It is one of the markers

that they use appropriate code selection with whom they speak and where they

speak.

Keywords: style modification, election code, ethnography, oral speech.

Page 7: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dankarunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat

beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad

Saw, kepada keluarganya, para sahabatnya hingga kepada umat hingga akhir

zaman. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana pada program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Judul yang penulis ajukan

adalah“Pemilihan Kode Dalam Tuturan Lisan Oleh Siswa di SMA Al-Huda

Jakarta Barat”.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

,bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A,. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Makyun Subuki, M. Hum, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia Universitas Islam NegeriS yarif Hidayatullah Jakarta.

3. Toto Edidarmo, M.A, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia Universitas Islam NegeriSyarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Nuryani, M.A, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

mencurahkan perhatian, bimbingan, doa dan nasehat yang sangat berarti bagi

penulis.

5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan

mengajarkan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

6. Ayahanda dan Ibunda penulis, Bapak Joko Sulistiyono dan Ibu Karsiti yang

telah mendidik, memperjuangkan dan mencurahkan kasih sayangnya

terhadap penulis.

Page 8: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

iv

7. Suami yang penulis cintai Tri Bambang Pamungkas yang telah mendukung

dan mendoakan di saat penulis mengerjakan skripsi ini.

8. Sahabat yang penulis cintai Ana Pratiwi Putri, Devi Ramadhani, Siti

Nurpadillah, Syahid Maulana yang telah mendukung dan mendoakan dengan

cinta disaat penulis mengerjakan skripsi ini.

9. Sahabat seperjuangan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas A

angkatan 2011.

10. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas

dukungan dan doa dalam penyelesaian skripsi ini.

Wassalamualaikum wr. wb

Jakarta, 27 Desember2016

Penulis

Page 9: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

ABSTRACT .................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 4

C. Batasan Masalah................................................................................... 4

D. Rumusan Masalah ................................................................................ 4

E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5

F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5

BAB II KAJIAN TEORI

A. Sosiolinguistik ....................................................................................... 6

B. Pemilihan Kode ..................................................................................... 11

C. Variasi Bahasa ....................................................................................... 16

D. Bahasa Slang dan Prokem ..................................................................... 20

E. Tuturan Lisan ......................................................................................... 25

F. Penelitian yang Relevan ......................................................................... 27

Page 10: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................... 31

B. Subjek Penelitian .................................................................................. 31

C. Metode Penelitian................................................................................. 31

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 33

E. Metode Analisis Data ........................................................................... 35

F. Instrumen Analisis ............................................................................... 36

BAB IV PEMBAHASAN

A. Sejarah SMA Al-Huda Jakarta ............................................................. 39

1. Profil Sekolah ................................................................................. 39

2. Tujuan Sekolah............................................................................... 40

3. Visi ................................................................................................. 40

4. Misi ................................................................................................ 40

5. Program Pembiasaan ...................................................................... 40

6. Kegiatan Ekstrakulikuler ................................................................ 41

7. Fasilitas .......................................................................................... 41

B. Hasil Analisis ....................................................................................... 42

1. Rekaman ......................................................................................... 42

a. Rekaman 1.1 ............................................................................. 42

b. Rekaman 1.2 ............................................................................. 60

c. Rekaman 1.3 ............................................................................. 75

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ............................................................................................ 101

B. Saran ................................................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 103

UJI REFERENSI

LAMPIRAN

Page 11: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gaya bahasa saat ini sungguh memperhatikan, pemakaian bahasa

Indonesia yang baik dan benar semakin menurun di kalangan pelajar. Padahal

menggunakan bahasa Indonesia merupakan wujud dari kecintaan terhadap

tanah air Indonesia. Idealnya, bangsa Indonesia dari segala generasi harus

mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan

maupun tulisan.

Mengingat semakin berkembangnya arus komunikasi, banyak

ditemukan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia, seperti

munculnya bahasa slang, bahasa komunikasi kelompok bermain atau bahasa

prokem, dan bahasa SMS. fenomena remaja sekarang ini, biasanya saat

mereka berkomunikasi dengan teman sebayanya cenderung menggunakan

bahasa slang di setiap pemilihan kode dalam tuturan dan tidak memperhatikan

keadaan dengan siapa dan dimana mereka menggunakan bahasa tersebut.

Banyak kalangan pelajar lebih senang menggunakan bahasa slang dari

pada bahasa Indonesia. Fenomena seperti ini seharusnya tidak boleh terjadi,

karena hal ini dapat merusak kebakuan dan merancukan bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia harus tetap berkembang, seharusnya malu jika tidak dapat

menggunakan bahasa Indonesia dengan baik, karena kita pemiliknya.

Fenomena ini sering dijumpai dalam pergaulan sehari-hari, contohnya di

sekolah, saat jam pelajaran kita menggunakan bahasa Indonesia, tetapi saat

kembali bercengkrama dengan teman–teman, kita lupa akan bahasa Indonesia.

Contohnya perkataan berikut “kita cus ke kantin kuy, udah laper nih tapi mau

beli makanan yang murah jangan yang mehong, soalnya dompet lagi sekarat”

dengan arti yang dimaksud yaitu “kita pergi ke kantin yuk, udah laper nih tapi

mau beli makan yang murah jangan yang mahal, soalnya lagi gak ada uang

banyak”.

Page 12: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

2

Saat ini bahasa kaum remaja menggunakan bahasa sehari-hari, tetapi

kosakatanya sudah dimodifikasi, misal hurufnya dibolak-balik atau kata-

katanya cukup disingkat dan masih banyak cara mereka memodifikasinya.

Dari bahasa yang digunakannya ini ada sejumlah kosakata yang dapat kita

pahami tetapi ada juga sebagian kosakata yang tidak dipahami, hal ini bisa

membingungkan masyarakat ketika sedang berkomunikasi atau sebagai

pendengar yang sama sekali tidak mengetahui dan tidak memahami sedikitpun

bahasa khas remaja, hal ini menunjukan bahwa terdapat variasi bahasa yang

cukup sering digunakan, hal tersebut dapat merusak bahasa Indonesia yang

baik dan benar.

Sekarang ini muncul lah modifikasi gaya bahasa atau variasi bahasa,

bahasa slang dapat dikatakan fenomenal karena cukup menyita perhatian,

munculnya bahasa slang ini tampak jelas pada bahasa lisan yang sering

digunakan oleh masyarakat, khususnya di kalangan remaja karena bahasa

slang ini dianggap sebagai sebuah kreativitas pada kosakata, biasanya jika

tidak menggunakan bahasa tersebut mereka akan dikatakan ketinggalan

zaman.

Bahasa slang memang tidak pernah tetap, sesuai dengan remaja yang

masih berperilaku labil, perubahan bahasa slang tidak dapat diramalkan kapan

akan bergantinya dengan bahasa slang yang lain dan terbaru. Biasanya jika

kita tanyakan bahasa apa yang digunakan oleh remaja itu mereka tentunya

akan menjawab bahasa anak gaul yang tidak lain adalah bahasa prokem.

Kebanyakan dari mereka yang menggunakan pemilihan kode dengan bahasa

slang tidak begitu mengerti dan memahami pentingnya berbahasa Indonesia

dengan baik dan benar, walaupun itu dalam lingkup sekolah yang basisnya

untuk mendidik para siswa yang nantinya menjadi penerus bangsa.

Dengan adanya sarana komunikasi HP juga telah merusak bahasa

Indonesia. Salah satu fasilitasnya, yaitu SMS (Short Message Service) dengan

segala bentuk singkatannya untuk memperingan biaya. Contohnya, “Ass. Lg

ap? Aq lg bc buku, u bsk jgn maen k rmh aq y, coz ortu lg ada d rmh. Gmn klo

kita ktmu d t4 biasa jm 4an” dengan arti yang dimaksud yaitu

Page 13: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

3

“Assalamualaikum. Lagi apa? Aku lagi baca buku, kamu besok jangan main

ke rumah aku ya, soalnya orangtua lagi ada di rumah. Gimana kalau kita

ketemu di tempat biasa jam empat”. Selain fasilitas SMS, kini juga ada

fasilitas BBM (Black Berry Messeger) dan Whatsapp yang sedikit banyak

menyumbang kerusakan bahasa Indonesia, meskipun dalam penggunaan

fasilitas ini kita tidak dipungut biaya karena sudah termasuk dalam pulsa

internet.

Dari sini timbul permasalahan, karena bahasa Indonesia adalah bahasa

yang hidup dan mempunyai sebuah aturan yang baku dalam penggunaannya,

namun dari praktiknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku

tersebut. Hal ini terjadi salah satu penyebabnya adalah faktor lingkungan.

Faktor ini mengakibatkan daerah yang satu berdialek berbeda dengan dialek di

daerah yang lain.

Jika tidak ditanggulangi, hal ini akan menimbulkan kerancuan pada

bahasa Indonesia, dalam dunia pendidikan menggunakan bahasa yang baik

dan benar adalah hal yang terpenting. Berbicara merupakan salah satu alat

komunikasi paling efektif. Hal tersebut mendorong orang untuk belajar

berbicara dan membuktikan bahwa berbicara akan lebih efektif dibandingkan

dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lain. Maka bagi siswa bicara tidak

sekedar prestasi akan tetapi juga berfungsi untuk mencapai tujuannya.

Seseorang yang memiliki kemampuan berbicara akan lebih mudah

dalam menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain, keberhasilan

menggunakan ide itu sehingga dapat diterima oleh orang yang mendengarkan

atau diajak berbicara. Begitu juga pada kemampuan menulis, pemakaian

singkatan di dalam menggunakan SMS kerap kali membuat siswa menjadi

terbawa arus dalam menuliskan kata-kata baku, seperti menulis surat, catatan

dan sebagainya. Terkadang pemakaian kata yang tak baku pada layanan SMS

seringkali menimbulkan keraguan atau makna ganda bagi si penerima, tak

heran pesan yang di kirim lewat SMS bisa menghasilkan arti yang berbeda

dari yang kita maksudkan.

Page 14: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

4

Bahasa slang sebagai salah satu variasi bahasa yang digunakan di

kalangan remaja dan merupakan bahasa yang sangat unik dan has sehingga

menarik untuk diteliti dan dicermati. Oleh karena itu, untuk mengetahui

pemilihan kode tutur lisan dalam berkomunikasi dengan objek yang

digunakan pada siswa di sekolah Al-Huda, penulis akan melakukan

pengamatan dengan judul “Pemilihan Kode dalam Tuturan Lisan oleh

Siswa di SMA Al-Huda Jakarta Barat”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka, identifikasi

masalah dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kurangnya kesadaran siswa SMA Al-Huda dalam menggunakan

pemilihan kode tuturan lisan yang tepat pada saat berkomunikasi.

2. Munculnya gaya bahasa baru yang telah dimodifikasi oleh siswa SMA Al-

Huda pada saat berkomunikasi dengan lawan tutur.

3. Terdapat beberapa faktor yang menentukan pemilihan kode tuturan lisan

yang dilakukan oleh siswa di SMA Al-Huda.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, penulis hanya membatasi

permasalahan pada pemilihan kode dalam tuturan lisan oleh siswa SMA Al-

Huda Jakarta Barat.

D. Rumusan Masalah

Dengan melihat batasan masalah di atas maka permasalahan dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimana bentuk-bentuk kode dalam tuturan lisan siswa SMA Al-

Huda Jakarta Barat?

Page 15: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

5

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah disebutkan di atas, penelitian ini

bertujuan untuk:

Mendeskripsikan pemilihan kode dalam tuturan lisan oleh siswa di

SMA Al-Huda Jakarta Barat.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua manfaat yaitu manfaat

praktis dan manfaat teoretis sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

1. Manfaat praktis

a. Manfaat bagi peneliti

Sebagai uji coba dan menerapkan pengetahuan tentang

pemilihan kode dalam tuturan lisan untuk meneliti lebih lanjut.

b. Manfaat bagi guru

Untuk menambah informasi tentang pemahaman pemilihan kode

dalam tuturan lisan pada siswa yang terjadi di sekolah agar

dapat diterapkan bagaimana penggunaan pemilihan kode yang

benar.

2. Manfaat teoretis

Penelitian yang dilakukam ini diharapkan dapat bermanfaat dan

menjadi salah satu sumbangan untuk kemajuan dan perkembangan

ilmu bahasa, yakni bidang sosiolinguistik, khususnya mengenai

pemilihan kode tutur. Dengan adanya penelitian yang menunjang

konsep pemilihan kode tutur, ilmu sosiolinguistik ini dapat

berkembang. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah

satu tambahan sumber pustaka bagi penelitian selanjutnya yang

berhubungan kajian mengenai pemilihan bahasa.

Page 16: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

6

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Sosiolinguistik

Bahasa memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia yang tidak

perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan sehari-

hari. Tetapi bahasa juga diperlukan untuk menjalankan segala aktivitas hidup

manusia. Bahasa mungkin bukan satu-satunya alat komunikasi manusia, selain

juga terkenal isyarat, aneka simbol, kode, bunyi, semua itu akan bermakna setelah

diterjemahkan ke dalam bahasa manusia. Berbicara bahasa sebagai alat

komunikasi akan terkait erat dengan sosiolinguistik, yaitu cabang ilmu bahasa

yang mempelajari pemakaian bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan

kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi di dalam masyarakat.1

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan

suatu alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pikiran dan

pandangan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem

lambang, berupa bunyi, bersifat arbiter, produktif dinamis, dan beragam.

Sosiolinguistik memandang bahasa sebagai sistem sosial dan sistem

komunikasi serta merupakan dari masyarakat dan kebudayaan tertentu, sedangkan

yang dimaksud pemakaian bahasa adalah bentuk interaksi sosial yang terjadi

dalam situasi kongkret. Dengan demikian, dalam sosiolinguistik, bahasa tidak

dilihat secara internal, tetapi dilihat sebagai sarana interaksi/komunikasi didalam

masyarakat. Di dalam masyarakat, seseorang tidak lagi dipandang individu yang

terpisah, tetapi sebagai anggota dari kelompok sosial. Oleh karena, itu bahasa dan

pemakainya tidak diamati secara individual, tetapi dihubungkan dengan

kegiatnnya di dalam masyarakat atau dipandang secara sosial.2

Berdasarkan teori di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa

sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara

1I Dewa Putu Wijana, dan Muhammad Rohmadi. Sosiolinguistik, Kajian Teori dan

Analisis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 2 2Aslinda, dan Leni Syafyahya, Pengantar Sosiolinguistik, (Bandung: PT. Refika Aditama,

2007), h. 6

Page 17: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

7

bahasa dan masyarakat penuturnya. Ilmu ini merupakan kajian kontekstual

terhadap variasi penggunaan bahasa masyarakat dalam sebuah komunikasi yang

alami.

Sosiolingustik dapat didefinisikan sebagai kajian tentang bahasa dalam

hubungannya dengan masyarakat, sosiolinguistik ilmu yang interdisipliner yang

menunjukan bahwa ia terdiri atas bidang sosiologi dan linguistik. Dalam

sosiolinguistik kata sosio adalah aspek utama dalam penelitian dan merupakan ciri

umum bidang ilmu tersebut. Linguistik dalam hal ini juga berciri sosial sebab

bahasa pun berciri sosial, yaitu bahasa dan strukturnya hanya berkembang dalam

suatu masyarakat tertentu.3

Pada kutipan yang ada, maka disimpulkan bahwa sosiolinguistik

merupakan kajian mengenai bahasa dan masyarakat, karena bahasa berfungsi di

tengah mayarakat.

Sosiolinguistik memberikan pengetahuan bagaimana cara menggunakan

bahasa dalam aspek segi sosial tertentu, bahwa yang dipersoalkan dalam

sosiolinguistik adalah, who speak, what language, to whom, when, and to what

end. Pengetahuan sosiolinguitik dapat dimanfaatkan dalam berkomunikasi atau

berinteraksi. Sosiolinguistik memberikan pedoman kepada kita dalam

berkomunikasi dengan menunjukan bahasa, ragam bahasa atau gaya bahasa apa

yang harus kita gunakan jika kita berbicara dengan orang tertentu.4

Berdasarkan kutipan tersebut, penulis simpulkan sosiolinguistik

memberikan pengetahuan dalam kemampuan masyarakat menggunakan aturan-

aturan bahasa dalam situasi yang bervariasi. Selain itu sosiologi juga memberikan

pengetahuan bagaimana cara menggunakan bahasa dalam aspek segi sosial

tertentu, dan dapat juga dimanfaatkan dalam berkomunikasi dan berinteraksi.

Linguistik teoretis memandang bahwa variasi bahasa yang ada, baik yang

berstatus parole, menurut konsepsi de Saussure, etic menurut konsepsi Pike, dan

performance menurut konsepsi Chomsky dipandang sebagai perwujudan dari

language, emic, dan competence yang sama. Unsur-unsur itu bervariasi karena

3 Fathur Rokhman, SosiolinguistikSuatu Pendekatan Pembelajaran Bahasa dalam

Masyarakat Kultural, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 1-3 4Ibid, h., 4-6

Page 18: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

8

memasuki konteks yang berbeda-beda dalam sistem bahasa yang

bersangkutan.Variasi bahasa yang bersangkutan itu tidak hanya ditemukan dalam

tataran fonologi, tetapi juga didalam tataran di atasnya. Dalam tataran morfologi,

alomorf-alomorf juga merupakan variasi bahasa yang berkonteks lingual.5

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Wijana I Dewa Putu, dapat

disimpulkan bahwa pada variasi bahasa dalam linguistik teoretis memiliki unsur-

unsur language, emic, dan competence yang sama, hal ini mengemukakan bahwa

unsur-unsur itu bervariasi karena memasuki konteks yang berbeda dalam sistem

bahasa yang bersangkutan.

Dalam kaitannya dengan masyarakat, kajian bahasa dapat dikaitkan

dengan ilmu sosiologi, sehingga menghasilkan gabungan ilmu sosiolinguistik.

Sosiolinguistik merupakan ilmu interdisipliner yang menggabungkan antara ilmu

sosiologi dan linguistik. Objek kajian sosiologi adalah masyarakat, sedangkan

kajian linguistik adalah bahasa. Oleh karena itu, ilmu yang menggarap masalah-

masalah kebahasaan dalam kaitannya dengan faktor-faktor sosial, situasional, dan

kultural dinamakan sosiolinguistik.6

Pada kutipan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah

bidang ilmu yang mempelajari dan membahas aspek-aspek kebahasaan baik ciri

maupun variasinya serta hubungannya dalam masyarakat.

Bahasa adalah gejala yang sangat berubah-ubah dan bahwa hubungan sifat

berubah-ubah ini dengan masyarakat mungkin sama banyaknya dengan

hubungannya dengan bahasa. Bahasa bukanlah kode yang sederhana dan tunggal

yang digunakan dengan cara yang sama oleh semua orang dalam semua situasi.7

Bahasa mempunyai sifat yang tak menentu, karena pada setiap periode

terlahir kosakata-kosakata baru yang mewarnai bahasa, selain itu bahasa juga

dapat berubah-ubah sesui dengan situasional yang ada, misalkan dalam keadaan

formal maupun non formal penggunaan bahasa haruslah sesuai.

5I Dewa Putu Wijana, dan Muhammad Rohmadi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h.

8 6Ibid., h. 9

7Peter Trudgill, Sosiolinguistik: Suatu Pengantar, (England: Clays Ltd, 1995), h. 36

Page 19: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

9

Bahasa mempunyai dimensi kemasyarakatan yang telah disadari oleh para

ahli bahwa dimensi kemasyarakatan ini memberikan makna kepada bahasa, dan

dimensi kemasyarakatan ini menimbulkan ragam-ragam bahasa yang bukan

hanya berfungsi sebagai petunjuk perbedaan golongan kemasyarakatan

penuturnya, tetapi juga sebagai indikasi situasi berbahasa serta mencerminkan

tujuan, topik, aturan-aturan, dan modus penggunaan bahasa. Dalam kajian

sosiolinguistik, bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota

masyarakat, boleh juga dikatakan bahwa sosiolinguistik membahas aspek-aspek

kemasyarakatan bahasa, khususnya perbedaan-perbedaan (variasi) yang terdapat

dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor kemasyarakatan (sosial).8

Sebagaimana yang dikutip oleh Nababan P.W.J maka, disimpulkan bahwa

adanya dimensi kemasyarakatan menimbulkan ragam-ragam bahasa yang

berfungsi sebagai petunjuk perbedaan golongan kemasyarakatan penuturnya

dalam penggunaan bahasa, terdapat pula variasi bahasa yang berkaitan dengan

faktor kemasyarakatan (sosial), dan dalam pengertian masyarakat terdapat aspek

yang mendasar yaitu dengan adanya anggota kelompok masyarakat yang hidup

secara berkelompok, dan adanya anggota kelompok masyarakat yang hidup

bersama dengan adanya sebuah hokum dan adat dari suatu kebiasaan dalam

berbahasa.

Bahasa yang dipakai oleh manusia untuk berinteraksi satu sama lain dapat

dikaji secara internal dan eksternal. Secara internal, bahasa dikaji berdasarkan

struktur intern bahasa itu saja, seperti struktur fonologis, morfologis, dan

sintaksis.Kajian semacam ini dapat dilakukan dalam disiplin linguistik tanpa

melibatkan faktor-faktor di luar bahasa.Berbeda dengan kajian internal, kajian

bahasa secara eksternal turut melibatkan faktor-faktor lain yang berada di luar

bahasa dalam kaitannya dengan pemakaian bahasa oleh penutur dalam kelompok

sosial masyarakat.9

Jika dipahami maka, alat komunikasi dan alat interaksi dapat dikaji secara

internal dan eksternal. Kajian internal yaitu hanya meliputi struktur intern bahasa

8 P.W.J Nababan, Sosiolinguistik suatu pengantar, (Jakarta: PT. Gramedia 1984), h. 1

9Abdul Chaer, dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta 2004), h. 1

Page 20: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

10

saja, seperti struktur fonologisnya, struktur morfologisnya, dan struktur

sintaksisnya, kajian intern ini tidak ada kaitannya dengan masalah di luar bahasa,

sedangkan kajian eksternal berarti kajian itu ada kaitannya dengan factor-faktor

yang berada di luar bahasa. Seperti pemakaian bahasa oleh para penutur di dalam

kelompok sosial kemasyarakatan.

Masalah-masalah sosiolinguistik yang berkaitan dengan bahasa dan

masyarakat cukup luas, dalam konferensi sosiolinguistik pertama di University of

California, Los Angles, tahun 1964, telah merumuskan adanya tujuh dimensi

dalam penelitian sosiolinguistik. Tujuh dimensi yang dirusmuskan tersebut yaitu:

(1) identitas sosial dari penutur, (2) identitas sosial dari pendengar yang terlibat

dalam proses komunikasi, (3) lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi, (4)

analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial, (5) penilaian sosial yang

berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-bentuk ujaran, (6) tingkatan variasi

dan ragam linguistik, dan (7) penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik.

Terdapat dua manfaat kajian sosiolinguistik. Pertama, kajian sosiolinguistik

bermanfaat dalam memberikan pengetahuan bagaimana cara memakai bahasa.

Manfaat ini sejalan dengan yang dirumuskan oleh Fishman mengenai

sosiolinguistik, yakni “ who speak, what language, to whom, when, and to what

end”. Pengetahuan bahasa yang dimiliki seseorang dapat dimanfaatkan dalam

berkomunikasi atau berinteraksi.10

Berdasarkan tujuh dimensi yang dirumuskan dalam konferensi

menyatakan, bahwa masalah-masalah sosiolinguistik yang meliputi a) identitas

sosial dari penutur, jadi maksud dari dimensi tersebut yaitu identitas penutur ang

dapat berupa anggota keluarga, teman, guru, murid, tetangga, identitas penutur

dapat mempengaruhi pilihan kode tutur. b) identitas sosial dari pendengar yaitu,

harus dilihat dari pihak penutur, maka identitas pendengar dapat berupa keluarga,

guru, murid. c) lingkungan sosial yaitu tempat peristiwa tutur terjadi dapat berupa

ruang keluarga, di kelas, di kantor, di halte, tempat peristiwa tutur terjadi dapat

mempengaruhi pilihan kode dan gaya dalam bertutur. d) analisis sinkronik dan

diakronik biasanya digunakan para penutur sehubungan dengan kedudukan

10

Ibid., h. 5

Page 21: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

11

mereka sebagai anggota kelas-kelas sosial tertentu dalam masyarakat. e) penilaian

sosial, yaitu setiap penutur mempunyai kelas sosial, maka berdasarkan kelas sosial

itu mempunyai penilaian tersendiri terhadap bentuk-bentuk perilaku ujaran yang

berlangsung. f) tingkah variasi atau linguistik, yaitu adanya variasi pada bahasa

dan di dalam variasi itu dihasilkan dari dialek, varietas, dan ragam yang

mempunyai fungsi sosialnya masing-masing. g) dimensi terakhir, merupakan

topik yang membicarakan kegunaan penelitian sosiolinguistik untuk mengatasi

masalah-masalah praktis dalam masyarakat, misalnya masalah pengajaran bahasa,

pembakuan bahasa, penerjemahan dan sebagainya.

Sosiolinguistik memberikan pemahaman dengan menunjukan bahasa,

ragam bahasa, gaya bahasa apa yang harus dipakai ketika berbicara dengan orang

tertentu. Kedua, sosiolinguistik bermanfaat dalam pengajaran bahasa. Pengajaran

bahasa yang memanfaatkan buku-buku hasil kajian deskriptif dapat menimbulkan

kesulitan dalam mengajarkan ragam bahasa baku karena dalam buku tersebut juga

terdapat contoh-contoh ragam tidak baku. Dengan bantuan sosiolinguistik, para

pengajar dapat menjelaskan bahwa dalam berbahasa terdapat ragam baku dan

tidak baku.11

Dari penjelasan di atas, bahwa sosiolinguistik memberikan pemahaman

etika dalam berkomunikasi yang benar, dan dalam ilmu sosiolinguistik kita bisa

tahu contoh-contok ragam bahasa baku dan tidak baku.

B. Pemilihan Kode

Pemilihan kode tutur (speech code choice) bisa disamakan dengan

pemilihan bahasa (language choice). Pemakaian istilah “kode tutur” dilakukan

agar dapat istilah netraluntuk merujuk pada kode yang berupa bahasa, dialek, atau

ragam. Hal iu dilakukan mengingat kode-kode tutur yang diteliti dalam penelitian

ini belum dibuktikan secara ilmiah sebagai bahasa yang berbeda. Kajian

sosiolinguistik ada karena adanya pemilihan dalam pemakaian bahasa. Pemilihan

11

Ibid., h. 6

Page 22: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

12

kode tutur berkaitan dengan asumsi bahwa masyarakat yang diteliti merupakan

masyarakat bilingual atau multilingual.12

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemilihan kode

tutur meneliti masyarakat bilingual dan multilingual yang merujuk pada bahasa,

dialek, dan ragam.

Pemilihan kode tutur ini dapat dipandang sebagai perilaku kehidupan

soasial, dalam hal ini adalah perilaku berbahasa. Pemilihan kode tutur (speech

code choice) atau yang dikenal dengan pemilihan bahasa (language choice)

muncul pada situasi diglosia yang memungkinkan masyarakat menjadi

dwibahasawan, baik secara aktif maupun pasif. Kondisi ini mendukung

masyarakat secara umum atau seorang penutur secara khusus mempunyai

repertoar lebih dari satu kode tutur, sehingga dalam berkomunikasi dengan orang

lain, ia akan melakukan pemilihan kode tutur terutama pada mitra tutur yang

berbeda pada bahasa pertamanya.13

Berdasarkan pemahaman yang ada, perlu diperhatikan terdapat faktor-

faktor yang mempengaruhi pemilihan kode yaitu, situasi, kepada siapa kita

berkomunikasi, dan usia,

Mengungkapkan munculnya pemilihan kode tutur berkaitan dengan

kondisi kebahasaan yang diglosik yang memungkinkan masyarakat menjadi

dwibahasawan (bilingual) atau aneka bahasawan (multilingual). Seorang penutur

mempunyai repertoar lebih dari satu kode tutur yang ketika berkomunikasi dengan

orang lain, ia akan melakukan pemilihan kode tutur yang sesuai. Pada situasi ini

seorang penutur dapat melakukan alih kode sesuai dengan situasi saat peristiwa

tutur berlangsung.14

Penelitian terhadap pemilihan bahasa menurut Fashold dapat dilakukan

berdasarkan tiga disiplin ilmu, yaitu berdasarkan pendekatan sosiologi,

pendekatan psikologi sosial, dan pendekatan antropologi. Pendekatan sosiologi,

12

Ronald Wardhaugh, An Introduction to Sosiolinguistics, (New York: Basil Blackwell,

1998), h. 59 13

Sumarsono, dan Paina Partana, Sosiolinguistik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h.

201 14

Ibid., h. 202

Page 23: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

13

seperti yang yang telah dilakukan Fishman melihat adanya konteks institusional

tertentu yang disebut domain, di mana satu variasi bahasa cenderung lebih tepat

untuk digunakan daripada variasi lain. Domain dipandang sebagai konstelasi

faktor-faktor seperti lokasi, topik, dan partisipan; seperti keluarga, tetangga,

teman, transaksi, pemerintahan, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya.15

Dari kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa

ditentukan berdasarkan dengan siapa kita berkomunikasi, waktu, dan tempat tutur.

Dalam setiap proses komunikasi ini terjadilah apa yang disebut peristiwa

tutur, yang dimaksud dengan peristiwa tutur adalah terjadinya atau

berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang

melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan,

di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Seperti yang dikatakan oleh Dell

Hymes bahwa suatu peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen, yang bila

huruf-huruf pertamanya dirangkai menjadi akronim SPEAKING. Kedelapan

komponen itu adalah:

S = Setting and scene

P = Participants

E = Ends : puspose and goal

A = Act sequence

K = Key : tone spirit of act

I = Instrumentalities

N = Norms of interaction and interpretation

G = Genres

1. Seting and scene

Disini setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung,

sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu, atau situasi

psikologis pembicaraan. Waktu, tempat, san situasi tuturan yang

berbeda dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda.

15

Ibid., h. 153

Page 24: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

14

Contoh: ketika terdapat seorang anak yang sedang berbicara kepada

temannya di lapangan pada waktu ada pertandingan sepak bola dalam

keadaan situasi yang ramai, hal ini tentu berbeda dengan pembicaraan

sorang anak yang terdapat di ruang perpustakaan pada waktu banyak

orang membaca dalam keadaan sunyi.

2. Participants

Adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicara dan

pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima (pesan).

Dua orang yang bercakap-cakap dapat berganti peran sebagai

pembicara atau pendengar, tetapi dalam khotbah di masjid, khotib

sebagai pembicara dan jemaah sebagai pendengar tidak dapat bertukar

peran. Status sosial partisipan sangat menentukan ragam bahsa yang

digunakan.

Contoh: seorang anak akan menggunakan ragam bahasa yang berbeda

ketika berbicara kepada orang tuanya atau gurunya bila dibandingkan

kalau dia berbicara dengan teman-teman sebayanya.

3. Ends

Merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Peristiwa tutur yang

terjadi diruang pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan suatu

kasus perkara, namun, para partisipan di dalam peristiwa tutur itu

mempunyai tujuan yang berbeda. Jaksa ingin membuktikan kesalahan

si terdakwa, pembela berusaha membuktikan bahwa si terdakwa tidak

bersalah, sedangkan hakim memberikan keputusan yang adil.

Contoh: dalam peristiwa tutur di ruang kuliah, ibu dosen yang cantik

itu berusaha menjelaskan materi kuliah agar dapat dipahami

mahasiswanya, namum, barangkali di antara para mahasiswa tersebut

ada yang datang hanya untuk memandang wajah bu dosen yang

cantik.

Page 25: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

15

4. Act sequence

Mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran ini

berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana

penggunaannya, dan hubungan antra apa yang dikatakan dengan topik

pembicaraan.

Contoh: bentuk ujaran dalam kuliah umum, dalam percakapan biasa,

dan dalam pesta adalah berbeda. Begitu juga dengan isi yang

dibicarakan.

5. Key

Mengacu pada nada, cara dan semangat dimana suatu pesan

disampaikan.

Contoh: dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan

sombong, dengan mengejek, dan sebagainya.Hal ini dapat juga

ditunjukan dengan gerak tubuh dan isyarat.

6. Instrumentalities

Mengacu pada jalur bahasa yang digunakan.

Contoh: seperti lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon.

Instrumentalities ini juga mengacu pada kode ujaran yang digunakan,

seperti bahasa, dialek, ragam, atau register.

7. Norm of interaction interpretation

Mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi.

Contoh: yang berhubungan dengan cara berinterupsi, bertanya, dan

sebagainya. Juga mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran dari

lawan bicara.

8. Genre

Mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi,

pepatah, doa, dan sebagainya.

Page 26: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

16

Faktor-faktor yang yang memengaruhi pemilihan bahasa, dikatakan bahwa

ketika kita berbicara, kita harus secara konstan melakukan macam-macam

pertimbangan: dengan siapa kita berbicara, bagaimana cara menyampaikannya,

kalimat-kalimat, kata-kata dan intonasi yang seperti apa yang harus dilakukan dan

sebagainya.16

Seperti yang telah dinyatakan oleh Wardough, adanya komponen

SPEAKING maka pada setiap proses komunikasi yang terjadi terdapat beberapa

macam pertimbangan seperti dengan siapa kita berbicara dan bagaimana cara

penyampaiannya, hal ini dilakukan karena adanya faktor kesantunan.

C. Variasi Bahasa

Ragam bahasa dapat dibedakan dalam beberapa jenis. Pertama, dari segi

pemakaiannya dapat dibedakan atas ragam lisan dan ragam tulis, dalam ragam

lisan unsur-unsur bahasa yang digunakan cenderung sedikit dan sederhana.

Kedua, didasarkan pada tingkat keresmian situasi pemakaiannya, ragam bahasa

dibedakan menjadi ragam resmi (ragam resmi) dan ragam tidak resmi (ragam non

formal).17

Ragam bahasa sebagai suatu piranti untuk menyampaikan makna sosial

yang tidak biasa disampaikan melalui kata-kata dengan makna harfiah.

Variasi dalam penggunaan bahasa seringkali bersifat sistematis, namun

sekalipun bahasa bersifat sistematis, bahasa tetap bisa digunakan secara kreatif

dan inovatif. Penggunaan bahasa juga berbeda-beda tergantung pada situasi, yaitu

apakah situasi itu publik atau pribadi, formal atau informal, siapa yang diajak

bicara, dan siapa yang mungkin ikut mendengarkan kata-kata itu.18

Bahasa yang sistematis atau bisa dikatakan teratur dan logis, ternyata

bahasa juga bahasa juga bisa digunakan secara kreatif dan inovatif yaitu dengan

adanya modifikasi pada kosakata, selain itu bahasa yang kreatif da inovatif

digunakan pada situasi informal atau bahasa yang digunakan pada situasi tidak

16

Achmad HP, dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 157 17

Fathur Rokhman. op.cit., h. 14 18

Linda Thomas, dan Shan Waering, Bahasa, Masyarakat, dan Kekuasaan, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2007), h. 17

Page 27: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

17

resmi, berbeda halnya dengan situasi formal bahasa yang digunakan pada situasi

resmi, ciri dari kedua ragam ini adalah tingkat kebakuan pada bahasa yang

digunakan.

Perbedaan bahasa menghasilkan ragam-ragam bahasa yang disebut dengan

istilah-istilah yang berlainan. Ragam bahasa yang sehubungan dengan daerah atau

lokasi geografis disebut dialek, ragam bahasa yang sehubungan dengan situasi

berbahasa dan tingkat formalitas disebut fungsiolek, dan ragam bahasa yang

dihasilkan oleh perubahan bahasa yang sehubungan dengan perkembangan waktu

dan perbedaan itu masih dianggap ragam dalam suatu bahasa disebut analog

kronolek.19

Menurut P.W.J Nababan, dapat disimpulkan bahwa ragam bahasa adalah

varian dari sebuah bahasa, menurut pemakaiannya yang disebabkan berbagai

faktor yang terdapat didalam masyarakat.

Dapat juga kita membagi variasi dalam bahasa atas dua macam

berdasarkan sumber perbedaan itu, yaitu variasi internal (atau variasi sistemik),

variasai eksternal (variasi ekstra sistemik). Variasi yang berhubungan dengan

faktor-faktor di luar sistem bahasa itu sendiri kita sebut variasi eksternal. Dari

variasi tersebut yang sehubungan dengan daerah asal penutur, kelompok sosial,

situasi berbahasa, dan zaman penggunaan bahasa itu, adalah teermasuk variasi

eksternal, sebab faktor-faktor “penyebab” atau korelatif itu adalah di luar sistem

bahasa itu sendiri.20

Pembagian pada variasi yang telah dijelaskan bahwa adanya perbedaan-

perbedaan bahasa di setiap daerah, situasi, dan perubahan bahasa yang

sehubungan dengan waktu itu semua yang disebut dengan variasi bahasa.

Menurut Aslinda dan Lenisyafyahya “dalam proses komunikasi yang

sebenarnya, setiap penutur bahasa tidak pernah setia pada satu ragam/dialek

tertentu saja. Karena setiap penutur pasti mempunyai kelompok sosial dan hidup

19

P.W.J Nababan, op.cit., h. 13 20

Ibid., h. 14

Page 28: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

18

dalam tempat dan waktu tertentu. Oleh karena itu, dapat dipastikan setiap penutur

memiliki dua dialek.”21

Variasi bahasa memiliki pola yang menyerupai pola umum, yaitu pola-

pola bahasa yang sama, pola-pola bahasa yang dapat dianalisis secara deskriptif

dan pola-pola yang dibatasi oleh makna. Dapat dikatakan bahwa pada saat

terjadinya proses komunikasi, penutur tidak hanya menggunakan satu ragam

bahasa saja, tetapi setiap penutur mempunyai kelompok sosial tertentu dan hidup

di daerah tertentu, maka dari itu penutur memiliki lebih dari satu ragam bahasa.

Manusia merupakan mahluk sosial. Manusia melakukan interaksi, bekerja

sama, dan menjalin kontak sosial di dalam masyarakat. Dalam melakukan hal

tersebut, manusia membutuhkan sebuah alat komunikasi yang berupa bahasa.

Bahasa memungkinkan manusia membentuk kelompok sosial, sebagai pemenuhan

kebutuhannya untuk hidup bersama. Dalam kelompok sosial tersebut manusia

terikat secara individu. Keterikatan individu-individu dalam kelompok ini sebagai

identitas diri dalam kelompok tersebut. Setiap individu adalah anggota dari

kelompok sosial tertentu yang tunduk pada seperangkat aturan yang disepakati

dalam kelompok tersebut. Salah satu aturan yang terdapat di dalamnya adalah

seperangkat aturan bahasa.

Bahasa dalam lingkungan sosial masyarakat satu dengan yang lainnya

berbeda. Dari adanya kelompok-kelompok sosial tersebut menyebabkan bahasa

yang dipergunakan bervariasi. Kebervariasian bahasa ini timbul sebagai akibat

dari kebutuhan penutur yang memilih bahasa yang digunakan agar sesuai dengan

situasi konteks sosialnya. Oleh karena itu, variasi bahasa timbul bukan karena

kaidah-kaidah kebahasaan, melainkan disebabkan oleh kaidah-kaidah sosial yang

beraneka ragam. Lebih sederhana, mencoba mengelompokkan apakah dua bahasa

merupakan dialek atau subdialek atau hanya sekedar dua variasi saja, dapat

ditentukan dengan mencari kesamaan kosakatanya. Jika persamaannya hanya 20

% atau kurang, maka keduanya adalah dua bahasa. Tetapi kalau bisa mencapai

40%-60%, maka keduanya dua dialek, dan kalau mencapai 90% misalnya, jelas

keduanya hanyalah dua variasi dari sebuah bahasa.

21

Aslinda, dan Leni Syafyahya, op.cit., h. 17

Page 29: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

19

Dalam variasi bahasa setidaknya terdapat tiga hal, yaitu pola-pola bahasa

yang sama, pola-pola bahasa yang dapat dianalis secara deskriptif, dan pola-pola

yang dibatasi oleh makna tersebut dipergunakan oleh penuturnya untuk

berkomunikasi. Di samping itu, variasi bahasa dapat dilihat dari enam segi, yaitu

tempat, waktu, pemakai, situasi, dialek yang dihubungkan dengan sapaan, status,

dan pemakaiannya/ragam.22

Dari kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa timbul

karena adanya kebutuhan penutur yang memilih bahasa yang mereka gunakan

sesui dengan situasi konteks sosial.

Tempat dapat menjadikan sebuah bahasa bervariasi. Yang dimaksud

dengan tempat di sini adalah keadaan tempat lingkungan yang secara fisik dibatasi

oleh sungai, lautan, gunung, maupun hutan. Kebervariasian ini mengahsilkan

adanya dialek, yaitu bentuk ujaran setempat yang berbeda-beda namun masih

dipahami oleh pengguna dalam suatau masyarakat bahasa walaupun terpisah

secara geografis.

Menurut Pateda Mansoer “variasi bahasa dilihat dari segi waktu secara

diakronis (historis) disebut juga sebagai dialek temporal. Dialek tersebut adalah

dialek yang berlaku pada kurun waktu tertentu. Perbedaan waktu itu pulalah yang

menyebabkan perbedaan makna untuk kata-kata tertentu”.23

Hal ini disebabkan

oleh karena bahasa mengikuti perkembangan masyarakat pemakai bahasanya.

Itulah mengapa bahasa bersifat dinamis, tidak statis.

Penjelasan mengenai variasi dari segi waktu, maka dapat disimpulkan

bahwa secara historis bahasa mengalami perubahan yang disebabkan oleh

perkembangan masyarakat dalam pengunannya, dari tahun ke tahun variasi bahasa

mengalami perubahan pesat, perbuhan tersebut ditandai dengan adanya kosakata-

kosakata baru.

Dari segi pemakai, bahasa dapat menimbulkan kebervariasian juga. Istilah

pemakai di sini adalah orang atau penutur bahasa yang bersangkutan. Variasi

bahasa dilihat dari segi penutur dibagi menjadi tujuh, yaitu glosolalia (ujaran yang

22

Mansoer Pateda, Sosiolinguistik, ( Bandung: Angkasa, 1987), h. 90 23

Ibid., h. 57

Page 30: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

20

dituturkan ketika orang kesurupan), idiolek (berkaitan dengan aksen, intonasi,

dsb), kelamin, monolingual (penutur bahasa yang memakai satu bahsa saja), rol

(peranan yang dimainkan oleh seorang pembicara dalam interaksi sosial), status

sosial, dan umur.24

Berdasarkan pembagian dari segi penutur di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa variasi bahasa terjadi karena faktor tempat tinggal, hal ini menyebabkan

adanya dialek yang berbeda tetapi masih bisa dipahami oleh pengguna. Selain itu

juga dapat dilihat dari segi situasi yang dipakai oleh pengguna, misalnya dalam

keadaan situasi resmi atau tidak resmi.

D. Bahasa Slang dan Prokem

Dalam masyarakat kita, terutama di kalangan remaja kota terdapat gejala

penggunaan kata-kata pada anak remaja yang khas. “Kata-kata ini adalah kata-

kata slang yaitu kata-kata yang non standar yang informasi dan disusun secara

khas atau dapat juga dikatakan sebagai kata-kata biasa yang diubah secara arbiter

(semaunya) atau kata-kata kiasan yang khas, untuk bertanya atau jenaka yang

dipakai dalam percakapan”.25

Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Keraf Groys, perkembangan

bahasa dengn penggunaan kata-kata slang ini bukan merupakan suatu peristiwa

bahasa tetapi sudah menjadi gejala sosial. Karena bahasa ini tumbuh dan

berkembang di dalam masyarakat. Bahasa slang ini tampaknya semakin spontan

dan bebas, bermacam-macam istilah baru dilontarkan dalam berkomunikasi dan

bermain-main.

Sebagai pencetusan identitas diri, bahasa ini tidak dapat bertahan lama,

bahasa slang mengandung dua kekurangan, yaitu pertama hanya sedikit yang

dapat hidup terus, kedua, pada umumnya bahasa slang menimbulkan ketidak

sesuaian, bahasa slang yang satu tumbuh secara popular akan segera hilang dari

pemakaian.26

24

Ibid., h. 58 25

Groys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Nusa Indah, 1981), h. 108 26

Ibid., h. 109

Page 31: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

21

Maka penggunaan bahasa slang dalam penyampaian pesan dimaksudkan

agar dapat menciptakan suasana akrab ketika berkomunikasi sehingga bisa

menarik perhatian dan tidak membosankan lawan tutur.

Terdapat dua situasi yang menggolongkan pemakaian bahasa di dalam

masyarakat, yaitu situasi resmi dan tidak resmi. Bahasa yang digunakan pada

situasi resmi menuntut penutur untuk menggunakan bahasa baku, bahasa formal.

“Penggunaan bahasa resmi terutama disebabkan oleh keresmian suasana

pembicaraan atau komunikasi tulis yang menuntut adanya bahasa resmi. Contoh

suasana pembicaraan resmi adalah pidato, kuliah, rapat, ceramah umum, dan lain-

lain. Dalam bahasa tulis bahasa resmi banyak digunakan dalam surat dinas,

perundang-undangan, dokumentasi resmi, dan dan lain-lain”.27

Dapat disimpulkan bahwa situasi resmi akan memunculkan suasana

penggunaan bahasa resmi juga. Begitu juga dengan situasi tidak resmi, pada

situasi ini kuantitas pemakian bahasa tidak resmi banyak tergantung pada tingkat

keakraban pelaku yang terlibat dalam komunikasi. Dalam situasi tidak resmi,

penutur bahasa tidak resmi mengesampingkan pemakaian bahasa baku atau

formal. Kaidah dan aturan dalam bahasa bahasa baku tidak lagi menjadi perhatian.

Prinsip yang dipakai dalam bahasa tidak resmi adalah asal orang yang diajak

bicara bisa mengerti. Situasi semacam ini dapat terjadi pada situasi komunikasi

remaja di sebuah mal, interaksi penjual dan pembeli, dan lain-lain. Dari ragam

tidak resmi tersebut, selanjutnya memunculkan istilah yang disebut dengan istilah

bahasa gaul.

Saat ini bahasa gaul telah banyak terasimilasi dan menjadi umum. Bahasa

gaul sering digunakan sebagai bentuk percakapan sehari-hari dalam pergaulan di

lingkungan sosial bahkan dalam media-media populer serperti TV, radio, dunia

perfilman nasional, dan digunakan sebagai publikasi yang ditujukan untuk

kalangan remaja oleh majalah-majalah remaja populer.

Seperti halnya bahasa lain, bahasa gaul juga mengalami perkembangan.

Perkembangan tersebut dapat berupa penambahan dan pengurangan kosakata.

27

Made Iwan Indrawan Jendra, Sosiolinguistics : The Study of Societies’ Language,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 30

Page 32: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

22

Tidak sedikit kata-kata yang akan menjadi kuno (usang) yang disebabkan oleh

tren dan perkembangan zaman. Maka dari itu, setiap generasi akan memiliki ciri

tersendiri sebagai identitas yang membedakan dari kelompok lain. Dalam hal ini,

bahasalah sebagai representatifnya.

Dari segi fungsinya, bahasa gaul memiliki persamaan anatara slang, dan

prokem. “Kosa kata bahasa remaja banyak diwarnai oleh bahasa prokem, bahasa

slank, dan istilah yang pada tahun 1970-an banyak digunakan oleh para pemakai

narkoba (narkotika, obat-obatan dan zat adiktif). Hampir semua istilah yang

digunakan bahasa rahasia di antara mereka yang bertujuan untuk menghindari

campur tangan orang lain”. Bahasa gaul remaja merupakan bentuk bahasa tidak

resmi.28

Dari penjelasan mengenai fungsi bahasa gaul di atas, menjelaskan bahwa

bahasa slang sebagai bahasa utama yang digunakan untuk komunikasi verbal oleh

setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya bahasa gaul remaja

berkembang seiring dengan perkembangan zaman, maka bahasa gaul dari masa ke

masa berbeda. Tidak mengherankan apabila bahasa gaul remaja digunakan dalam

lingkungan dan kelompok sosial terbatas, yaitu kelompok remaja. Hal ini berarti

bahwa bahasa gaul hanya digunakan pada kelompok sosial yang menciptakannya.

Anggota di luar kelompok sosial tersebut sulit untuk memahami makna bahasa

tersebut.

Slang merupakan bahasa gaul yang hidup dalam masyarakat petutur asli

dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam obrolan antarteman,

atau dalam media seperti teve, film dan besar kemungkinan dalam novel saat

memaparkan suasana sosial tertentu.29

Berdasarkan kutipan mengenai penggunaan dari bahasa slang, maka dapat

disimpulkan bahwa perkembangan bahasa slang pada remaja pesat dan sering

sekali terdapat bahasa baru yang diciptakannya.

Selanjutnya, menyatakan bahwa penggunaan slang adalah memperkaya

kosa kata bahasa dengan mengkomunikasikan kata-kata lama dengan makna baru.

28

Ibid., h. 31 29

Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 15

Page 33: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

23

Pemakaian slang dengan kosakata yang sama sekali baru sangat jarang ditemui.

Slang merupakan kawasan kosakata, bukan gramar atau pengucapan.30

Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa slang terdapat

modifikasi pada kosakata.

Bahasa Slang dirumuskan sebagai ragam bahasa yang tidak resmi dipakai

oleh kaum remaja atau kelompok sosial tertentu untuk komunikasi intern sebagai

usaha orang di luar kelompoknya tidak mengerti, berupa kosakata yang serba baru

dan berubah-ubah31

.

Dari penjelasan di atas mengenai rumusan bahasa slang, maka dapat

disimpulkan bahwa bahasa slang selalu berubah-ubah dan selalu mempunyai

makna baru yang bertujuan rahasia. Setiap periode bahasa semakin beragam

Seperti contoh berikut “ubas” yang berarti „sabu‟ biasanya kosakata ini dipakai

untuk seorang pemakai narkotika pada tahun 1970an, contoh yang seperti itu

merupakan rangkaian kata yang dibalik, selain itu terdapat pula kata “jaim” yang

berarti jaga perilaku, “alay” yang berarti anak layangan namun banyak yang

mengartikan dengan sikap seseorang yang mempunyai gaya terlalu berlebihan,

kosakata seperti itu banyak digunakan pada kaum remaja sekarang ini.

Slang adalah variasi ujaran yang bercirikan dengan kosakata yang baru

ditemukan dan cepat berubah, dipakai oleh kaum muda atau kelompok sosial dan

profesional untuk komunikasi di dalamnya.32

Disimpulkan bahwa bahasa slang modifikasi dari kosakata yang ada untuk

menjadikannya kosakata baru. Seperti contoh berikut “kuy” yang berarti „yuk‟,

“tebir” yang berarti „ribet‟, contoh yang seperti itu merupakan rangkaian kata

yang dibalik, selain itu terdapat pula kata “kepo” yang berarti ada rasa ingin tahu,

“lebay” yang berarti sikap seseorang yang terlalu mendramatisir, kosakata seperti

itu banyak digunakan pada kaum remaja sekarang ini.

Slang digunakan sebagai bahasa pergaulan. Kosakata slang dapat berupa

pemendekan kata, penggunaan kata alam diberi arti baru atau kosakata yang serba

30

Ibid., h. 17 31

P.W.J Nababan, Sosiolinguistik Suatu Pengantar, (Cetakan ke-4), (Jakarta: PT

Gramedia Pustaka, 1993), h. 11 32

Ibid., h. 38

Page 34: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

24

baru dan berubah-ubah. Disamping itu slang juga dapat berupa pembalikan tata

bunyi, kosakata yang lazim diapakai di masyarakat menjadi aneh, lucu, bahkan

ada yang berbeda makna sebenarnya.Bahasa prokem biasa juga disebut sebagai

bahasa sandi, yaitu bahasa yang dipakai dan digemari oleh kalangan remaja

tertentu.33

Hal tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa, slang merupakan variasi

bahasa yang cepat berubah dan kosakatanya berkembang pesat di kalangan

remaja. Biasanya bahasa slang ini digunakan untuk berkomunikasi antar teman.

Sarana komunikasi seperti ini diperlukan oleh kalangan remaja untuk

menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok lain atau agar pihak

lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Bahasa prokem itu

tumbuh dan berkembang sesuai dengan latar belakang sosial budaya pemakainya.

Tumbuh kembang bahasa seperti itu selanjutnya disebut sebagai perilaku bahasa

dan bersifat universal. Artinya bahasa-bahasa seperti itu akan ada pada kurun

waktu tertentu (temporal) dan di dunia mamapun sifatnya akan sama (universal).

Bahasa prokem adalah bahasa santai para remaja, yang artinya remaja

cendrung memakai bahasa tersebut dalam peristiwa komunikasi yang santai,

khususnya yang berkaitan dengan topic pembicaraan. Bahasa prokem juga dipakai

para remaja sebagai identitas diri, khususnya oleh remaja kota.34

Sebagaimana yang telah dikutip, maka dapat disimpulkan bahwa hal

tersebut dimaksudkan agar bahasa prokem ini hanya dapat dimengerti oleh para

remaja, dengan demikian mereka dapat berkomunikasi sesame mereka secra

leluasa, tanpa dimengerti oleh orang di luar mereka.

Kosakata bahasa prokem di Indonesia diambil dari kosakata bahasa yang

hidup di lingkungan kelompok remaja tertentu.Pembentukan kata dan maknanya

sangat beragam dan bergantung pada kreativitas pemakainya.Bahasa prokem

berfungsi sebagai ekspresi rasa kebersamaan para pemakainya. Selain itu, dengan

33

Bernard Spolsky, Sociolinguistics, (Cetakan ke-4), (Oxford: Oxford University Press,

2003), h. l 40 34

Dell Hymes, Ethnography, Linguistics, Narrative Inequality, (USA: Taylor & Francis

Inc, 1996), h. 165

Page 35: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

25

menggunakan bahasa prokem, mereka ingin menyatakan diri sebagai anggota

kelompok masyarakat yang berbeda dari kelompok masyarakat yang lain.

Kehadiran bahasa prokem itu dapat dianggap wajar karena sesuai dengan

tuntutan perkembangan nurani anak usia remaja. Masa hidupnya terbatas sesuai

dengan perkembangan usia remaja. Selain itu, pemakainnya pun terbatas pula di

kalangan remaja kelompok usia tertentu dan bersifat tidak resmi. Jika berada di

luar lingkungan kelompoknya, bahasa yang digunakannya beralih ke bahasa lain

yang berlaku secara umum di lingkungan masyarakat tempat mereka berada. Jadi,

kehadirannya di dalam pertumbuhan bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah

tidak perlu dirisaukan karena bahasa itu masing-masing akan tumbuh dan

berkembang sendiri sesuai dengan fungsi dan keperluannya masing-masing.

E. Tuturan Lisan

Apabila kita berbicara pada percakapan, maka tidak terlepas dari

karakteristik bahasa lisan sebagai medium dalam percakapan. Di dalam interaksi

komunikasi, peranan bahasa lisan itu sangat penting. Ada empat alasan mengapa

lisan itu penting dalam komunikasi, yaitu faktor kejelasan karena pembicara

menambahkan unsur lain berupa tekanan dan gerak anggota badan agar pendengar

mengerti apa yang dikatakannya, faktor kecepatan, faktor efisiensi.35

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bahasa

lisan merupakan bahasa yang primer bagi linguistik, bahasa yang paling banyak di

pakai pada setiap orang saat ini, seseorang yang berinteraksi pasti akan terjalin

komunikasi satu sama lain, seperti halnya komunikasi yang terjadi pada

kehidupan sehari-hari. Bahasa lisan lebih mudah dan cepat dipahami, dapat secara

langsung apa yang ingin dibicarakan kepada orang yang kita tuju dan lebih efisin

penggunaannya, hal ini terkait karena dalam bahasa lisan sudah mengandung

intonasi, tekanan, mimik, dan gera ktubuh si pembicara.

Dalam pemakaian bahasa lisan, sarana-sarana suprasegmental memberi

sumbangan yang berarti terhadap keberhasilan suatu komunikasi (percakapan).

35

Hasan Alwi, dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003),

h. 3

Page 36: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

26

Sarana suprasegmental itu antara lain gejala intonasi yang berupa aksen, tekanan

kata, tinggi rendahnya nada, dan keras lembutnya suara.36

Dalam bahasa lisan,

meskipun kalimat yang diucapkan oleh seorang pembicara tidak begitu lengkap,

kita telah dapat menangkap maknanya dengan melihat intonasi kalimatnya, keras

lembutnya suara, tempo cepat dan lambatnya, serta gerak gerik tangan, mata, dan

anggota tubuh lainnya.37

Dapat disimpulkan bahwa, sarana suprasegmental mempengaruhi jalannya

bahasa lisan, karena pada setiap terjadinya komunkasi penggunaan intonasi,

tekanan, tinggi rendahnya nada, dan keras lembutnya suara membuat lawan tutur

mengerti dan cepat dalam merespon pada topik pembicaraan.

Terdapat beberapa hal yang terdapat pada bahasa lisan yaitu:

1) Bahasa lisan menghendaki adanya orang kedua, teman yang

berbicara yang berada di depan pembicara.

2) Di dalam bahasa lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, tidak selalu

di tanyakan, unsure-unsur itu kadang dapat di tinggalkan. Hal ini

disebabkan oleh bahasa yang digunakan itu dapat dibantu oleh

gerak, mimik, pandangan, dan intonasi.

3) Bahasa lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu.

4) Bahasa lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang

pendeknya suara.38

Dari deskriptif sejumlah pakar bahasa lisan misalnya, Labov, Sinclair dan

Coulthard, Ochs, Cicourel, Goffman, terdapat gambaran karakteristik bahasa lisan

yaitu:

1.) Kalimat bahasa lisan banyak yang kurang terstruktur ketimbang bahasa

tulis karena bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap,

bahkan sering berupa urutan frasa-frasa sederhana, bahasa lisan secara

khusus memuat lebih sedikit kalimat subordinat, dalam percakapan

36

M.A.K Halliday, Spoken and Writen Language, (New York: Oxford University Press,

1990), h. 79 37

Zaenal Arifin, dan Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Akapres,

1995), h. 15 38

Ibid., h. 16

Page 37: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

27

lisan, kalimat-kalimat pendek dapat diobservasi dan biasanya

berbentuk kalimat deklaratif aktif.

2.) Dalam bahasa tulis dapat seperangkat penanda meta bahasa untuk

menandai hubungan antar klausa (bahwa, ketika) yang disebut logical

connectors juga seperti di samping itu, biarpun, dan selain itu. Dalam

bahasa lisan, penggunaan susunan kalimat dihubungkan oleh dan,

tetapi, lalu serta jika.

3.) Kalimat bahasa tulis secara umum berstruktur S-P, sedangkan dalam

bahasa lisan umumnya berstruktur topik-komentar.

4.) Dalam tuturan informal, peristiwa konstruksi pasif relatif jarang

terjadi.

5.) Dalam obrolan suasana akrab, penutur dapat mempercayakan petunjuk

pandangan untuk membantu suatu acuan.

6.) Penutur dapat menjaring ekspresi lawan bicara.

7.) Penutur sering mengulangi beberapa bentuk kalimat.

8.) Penutur sering mengahsilkan sejumlah pengisi (filler) misalnya,

baiklah, saya pikir, engkau tahu, tentu, dan juga.39

F. Penelitian yang Relevan

Pada dasarnya bahasa selalu berkembang, tidak hanya statis melainkan

dinamis. Hal ini yaitu bahasa gaul yang menjadi gaya hidup atau life style di

kalangan siswa atau remaja saat ini dalam kehidupan sosialnya. Agar peneliti bisa

berkembang, maka adanya perlu referensi yang tekait mengenai masalah ini

diantaranya.

Studi mengenai “Pemakaian Bahasa Prokem: Studi kasus di SMA 8

Jakarta”40

. Pada studi ini, menunjukan bahwa bahasa prokem telah bertahan dari

tahun 70-an hingga saat ini, banyaknya para remaja menggunakan bahasa prokem

selain itu bahasa prokem ini telah beredar di cerita fiksi seperti dalam Ali Topan,

39

Achmad HP, dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, ( Jakarta: Erlangga, 2012), h. 155 40

Erni Catur Westi, “Pemakaian Bahasa Prokem: Studi kasus di SMA 8 Jakarta”, Skripsi,

Depok, Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Indonesia, 1991

Page 38: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

28

Detektif Partikelir, Teguh Esa dan dalam kumpulan cerpen serial “Lupus”, selain

itu bahasa prokem banyak beredar pula dalam siaran radio-radio swasta yang di

gemari para remaja seperti Prambors dan Mustang. Pemakaian bahasa prokem

para remaja dilakukan dengan menggunakan model etnografi komunikasi yang

dikemukakan oleh Dell Hymes.Dengan menyebarkan daftar pertanyaan

(kuesioner) untuk mengumpulkan data pemakaian bahasa prokem, dalam

penelitian ini penulis mengambil bahasa prokem dari Sembilan kumpulan cerpen

serial “Lupus” karya Hilman Wijaya.

Berdasarkan analisis data banyaknya pelajar yang menggunakan bahasa

prokem terdapat 70% dari 100 responden yang dipilih secara acak, mereka

menggunakan bahasa tersebut saat sedang berkumpul dengan teman-teman yang

lain, banyak yang mereka ketahui arti dari bahasa prokem yang telah disajikan

dari kumpulan cerpen serial “Lupus”. Dari metode yang digunakan dalam

penelitian ini menyimpulkan bahwa pelajar yang menggunakan bahasa perokem

biasanya saat bersama teman-teman ngumpul bareng, teman rumah, serta teman di

sekolah. Selain itu lokasi yang juga menentukan bahasa prokem itu di pakai atau

tidaknya, banyaknya bahasa prokem yang mereka ketahui 60% dari siaran radio

dan televisi, dan 40% dari buku fiksi yang beredar saat ini. Adapun kesamaan

dengan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah adanya penggunaan

bahasa slang pada siswa pada setiap komunikasi yang terjalin di lingkungan

sekolah. Pembedanya adalah pada pengumpulan data yang digunakan, pada

penelitian ini penulis menggunakan metode teknik simak bebas libat cakap lalu

dilanjutkan dengan teknik catat dan rekam di sini penulis melakukan penyadapan

terhadap siswa saat berkomunikasi yang sedang berlangsung pada saat itu, dan

untuk mengetahui hasil dari analisis data penulis menggunakan metode

SPEAKING Dell Hymes, dari metode tersebut terdapat delapan komponen

terjadinya peristiwa tutur. sedangkan penelitian tersebut menggunakan metode

penyebaran kuesioner yang berada di lingkungan sekolah, lalu pertanyaan yang

diajukan dalam kuesioner hanya sebatas kepada siapa bahasa tersebut digunakan,

pemahaman dari bahasa prokem tersebut, bahasa prokem seperti apa yang sering

digunakan.

Page 39: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

29

Penelitian sejenis kedua, “Evektifitas Bahasa Slang Dalam Iklan Radio

Terhadap Tinggkat Pengetahuan Khalayak Pendengar”.41

Penelitian ini

membahas tentang proses pembentukan kata gaul yang dipakai di dalam iklan

produk komersial radio, makna atau pesan yang terdapat di dalam iklan yang

memakai bahasa gaul serta pengaruh positif dan negatif dari pemakaian bahasa

gaul pada iklan produk komersial radio adalah berupa dampak posoitif yaitu

menambah perbendaharaan kosakata konsumen seagai pemakai bahas Indonesia

dan menciptakan suasana santai, dekat, dan akrab dalam komunikasi. Dampak

negatif yang ditimbulkan antra lain, konsumen sebagai pemakai bahasa Indonesia

akan lebih menyukai menggunakan bahas gaul dalam setiap situasi dalam

komunikasi, konsumen sebagai pemakai bahas Indonesia secara perlahan akan

melupakan bahas baku yang menjadi dasar untuk dapat berbahasa Indonesia

dengan baik dan benar.

Metode yang digunakan yaitu eksperimen untuk menyelidiki pengaruh

kondisi, selain itu dalam penelitian si penulis bertujuan untuk mengukur

hubungan sebab akibat pada dua jenis bahasa percakapan dan jenis pesan dalam

iklan terhadap khalayak pendengar.Adapun kesamaan dengan penelitian ini

dengan penelitian tersebut adalah adanya penggunaan bahasa slang. Pembedanya

adalah bahasa slang yang digunakan dalam skripsi tersebut melalui iklan di radio,

selain itu metode yang digunakan berupa eksperimen, terdapat dua jenis

ekperimen yaitu eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan dengan

subyek penelitian di ambil 60 siswa, berbeda dengan skripsi ini yang

memfokuskan pada komunikasi yang terjalin antara penutur dan lawan tutur,

sehingga dapat mengetahui tujuan dari pertuturan tersebut dngan menggunakan

delapan komponen dalam metode SPEAKING Dell Hymes.

Penelitian sejenis ketiga adalah, “Fenomena Ragam Bahasa Pergaulan

Mahasiswa FIS UNJ”.42

Penelitian ini membahas ragam bahasa gaul yang dipakai

41

Rossy Hardiningsih Hasan, “Evektifitas Bahasa Slang Dalam Iklan Radio Terhadap

Tinggkat Pengetahuan Khalayak Pendengar”, Skripsi, Depok, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,

Universitas Indonesia, 1992 42

Ivan Solihudin, “Fenomena Ragam Bahasa Pergaulan Mahasiswa FIS UNJ”, Skripsi,

Jakarta, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negri Jakarta, 2012

Page 40: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

30

oleh mahasiswa UNJ dalam berinteraksi sosial, penelitian ini fokus terhadap

bagaimana fungsi dan makna dalam menggunakan bahasa pergaulan, dengan

melihat keseharian mahasiswa UNJ dalam kehidupan sosial di lingkungan gedung

FIS dan proses penyebaran di lingkungan mahasiswa FIS UNJ, fungsi dan makna

bahasa pergaulan di artikan oleh mahasiswa berbeda-beda, karena dipengaruhi

oleh kelompok atau golongan tertentu, status sosial tertentu dan lainnya. Sehingga

bahas pergaulan tidak hanya bahasa yang digunakan untuk keseharian saja dalam

berinteraksi, namun ada sesuatu lain didalamnya.

Metode yang digunakan adalah fenomenologi, dalam skripsi tersebut si

peneliti menghimpun data berkenaan dengan pendapat, pendirian sikap, penilaian,

dan pemberian makna sebagai pengalaman dalam kehidupan sosial. Subjek

penelitannya makasiswa Fakultas Ilmu Sosial UNJ, teknik pengumpulan data

yang digunakan yaitu metode triangulasi data dengan di lanjuti tiga teknik

wawancara, yaitu wawancara terstruktur, wawancara tidak terstruktur, dan

wawancara berkelompok. Adapun kesamaan dengan penelitian ini dengan

penelitian tersebut adalah adanya penggunaan bahasa slang serta dokumentasi

penelitian tersebut sebagian dari hasil observasi. Pembedanya adalah pada skripsi

tersebut subjeknya adalah mahasiswa UNJ yang menjadi trend setter di fakultas,

metode yang digunakan yaitu triangulasi data dengan menggunakan teknik

wawancara, sedangkan data yang digunakan yaitu berupa data primer yang

diperoleh dengan melakukan wawancara dan observasi, sedangkan data sekunder

didapatkan melalui data-data statistic akademik UNJ, berupa Koran, majalah,

internet, dan pustaka.

Berdasarkan referensi-referensi tersebut tersirat suatu pengkajian studi

mengenai bahasa gaul. Dalam penelitian ini yang diangkat oleh penulis yaitu

penelitian yang berfokus pada mendeskripsikan pemilihan kode dalam tuturan

lisan dalam pemggunaan bahasa gaul, dengan melihat banyaknya siswa dan

remaja yang menggunakan bahasa gaul dalam kehidupan sosial di sekolah dan

proses penyebaran di lingkungan kelas. Pemilihan kode bahasa gaul digunakan

oleh siswa berbeda-beda, karena dipengaruhi oleh tempat tinggal dan golongan

tertentu.

Page 41: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2015 - Desember 2016.

Lokasi yang menjadi objek penelitian adalah di SMA Al-Huda Jl. Utama Raya

No. 2, Cengkareng, Jakarta Barat. Dengan jumlah siswa kseluruhan 778 siswa.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah semua siswa SMA Al-Huda tanpa dibatasi

kelas dan jurusan. Hal ini dilakukan supaya data tuturan dapat diambil pada

semua siswa yang berada di dalam maupun di luar kelas.

C. Metode Penelitian

Peneliti tertarik terhadap fenomena ini, karena melihat siswa di

sekolah SMA Al-huda sebagian besar menggunakan bahasa gaul dalam

berinteraksi sosial. Begitu pun teman-teman peneliti, yang setiap harinya

menggunakan bahasa gaul dalam berinteraksi. Oleh karena itu, peneliti

sebagai “key instrument” (instrument kunci), yaitu sebagai pengumpul data

utama penelitian melakukan “observer as participant”, yang turun langsung

ke lapangan untuk meneliti keberadaan fenomena bahasa gaul di kalangan

siswa, terutama siswa kelas SMA Al-Huda. Menurut Creswell, “peran peneliti

dalam kualitatif adalah sebagai instrument utama dalam mengumpulan data

melakukan observasi partisipasi di lapangan”.1

Pada kasus ini peneliti menggunakan metode etnografi. Etnografi

sendiri adalah kajian tentang kehidupan dan kebudayaan masyarakat suatu

1Jhon W. Creswell. Reasrch Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed

,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010). hal., 152

Page 42: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

32

etnik, misalnya tentang adat-istiadat, kebiasaan, hukum, seni, religi, dan

bahasa.2

Metode etnografi digunakan sebagai acuan dasar untuk memberikan

struktur konteks, metode ini mengamati bahwa bahasa, makna serta

pemakaiannya, struktur tuturan atau genrenya serta pilihan-pilihan fungsi

bahasa cenderung diatur norma-norma sosiokultural yang berjalan dan berlaku

dalam kelompok etnis pemakai bahasa itu.3

Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi. Studi etnografi

(ethnographic studies) mendeskripsikan dan menginterpretasikan budaya

kelompok sosial atau sistem. Etnografi sendiri adalah uraian dan penafsiran

suatu budaya atau sistem kelompok sosial. Peneliti menguji kelompok tersebut

dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup. Etnografi adalah

sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai proses etnografi

melibatkan pengamatan terhadap suatu kelompok, dimana dalam pengamatan

tersebut peneliti terlibat dalam percakapan subjek yang akan diteliti melalui

wawancara terhadap siswa yang menjadi subjek maka peneliti menggunakan

pendekatan dengan subjek penelitian dengan waktu satu bulan, hal ini untuk

mempelajari arti atau makna dengan subjek penelitian dari setiap bahasa yang

digunakan.

Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan.

Tujuan utama aktivitas ini adalah untuk memahami suatu pandangan hidup

dari sudut pandang penduduk asli, sebagaimana dikemukakan oleh Bronislaw

Malinowski.

“ Bahwa tujuan etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk

asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan

pandangannya mengenai dunianya. Oleh karena itu, penelitian

etnografi melibatkan aktivitas belajar mengenai dunia orang yang telah

belajar melihat, mendengar, berbicara, berpikir, dan bertindak dengan

2Sumarsono, dan Paina Partana. Sosiolinguistik. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) h.,

309 3 Tagor Pangaribuan. Paradigma Bahasa. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008). h., 119

Page 43: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

33

cara yang berbeda. Jadi etnografi tidak hanya mempelajari masyarakat,

tetapi lebih dari itu, etnografi belajar dari masyarakat. Hasil dari

penelitian komprehensif etnografi adalah suatu naratif deskriptif yang

bersifat menyeluruh disertai interpretasi yang menginterpretasikan

seluruh aspek-aspek kehidupan dan mendeskripsikan kompleksitas

kehidupan tersebut “.4

Meskipun keberadaan bahasa gaul terbilang sulit untuk ditemukan

secara terperinci, karena penutur atau pengguna bahasa gaul ini berbeda-beda.

Namun hal tersebut tidak mematahkan semangat peneliti untuk meneliti

keberadaan ragam bahasa gaul siswa kelas SMA Al-Huda .

D. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk pendekatan penelitian kualitatif, maka teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode simak, metode

pengumpulan data ini diberi nama metode simak karena cara yang digunakan

untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa.

Metode ini menggunakan teknik dasar yang berwujud teknik sadap.Teknik

sadap disebut dalam metode simak karena pada hakikatnya penyimakan

diwujudkan dengan penyadapan.5

Sebelum melakukan pengumpulan data langkah pertama yang penulis

lakukan adalah melakukan pendekatan dengan calon informan agar pada saat

proses pengumpulan data informan tidak merasa canggung. Dalam upaya

mendapatkan data yang dilakukan penulis yaitu dengan cara menyadap

penggunaan bahasa informan, penyadapan penggunaan bahasa dimaksudkan

agar penulis tahu bawa bahasa gaul apa saja yang digunakan informan,

penyadapan penggunaan bahasa secara lisan dengan sosoknya yang sedang

menyadap pemakaian bahasa dalam sebuah percakapan.

Peneliti menggunakan pedoman teknik simak bebas libat cakap yang

arrtinya penulis berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa dan hanya

4Spradley James P. Metode Etnografi, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 2006). hal., 5

5Mahsun. Metode Penelitian Bahasa, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cetakan -5,

2011). h., 92

Page 44: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

34

menyimak dialog dari percakapan informan. Selanjutnya pengamatan

disesuaikan dari kondisi informan itu sendiri, sehingga data yang diperoleh

terfokus. Penyesuaian ini perlu dilakukan dalam berfikir setiap inforan

berbeda-beda. Perbedaan pemikiran informan, memberikan variasi data bagi

peneliti. Jadi, teknik ini digunakan dengan dasar pemikiran bahwa perilaku

berbahasa hanya dapat benar-benar dipahami jika peristiwa berbahasa itu

sedang berlangsung dalam situasi sebenarnya yang berada dalam konteks yang

lengkap. Dalam menyadap perilaku orang-orang yang akan terlibat dalam

peristiwa tutur tersebut, penulis tidak hanya sekedar menyadap dan

menyaksikan, penulis harus mencatat hal-hal yang relevan, terutama bentuk

perilaku setiap partisipan di dalam peristiwa tutur. Dalam praktik penelitian

simak bebas libat cakap diikuti dengan teknik lanjutan yang berupa teknik

catat dan dapat dibantu dengan teknik lanjutan yang berupa teknik rekam.

A. Merekam

Dalam merekam, penulis mencatat atau mengabadikan melalui peranti

rekam, hal inidigunakan sebagai bahan bandingan, disini penulis akan

merekam aktifitas komunikasi siswa di lingkungan sekolah, seperti di

mushola, di dalam kelas, dan di kantin sekolah..

B. Mentranskripsi

Dalam mentranskripsi, penulis memindahkan apa yang telah direkam

dalam suatu komunikasi dengan mengubahnya dari data rekaman

menjadi data yang tertulis, Agar data yang diperoleh tidak keliru.

C. Mendeskripsi

Penulis akan memaparkan secara jelas komunikasi dari informan

dengan menggunakan metode SPEAKING Dell Hymes

Untuk memudahkan pencatatan, sebagai teknik lanjutan yang harus

menyertai penerapan teknik simak bebas libat cakap, penulis membuat lembar

penyimakan, yang berisi kolom-kolom tempat mencatat. Lembar penyimakan

yang akan dibuat oleh penulis berisi hal-hal berikut:

a. Tanggal penyimakan

b. Topik pembicaraan (masalah sehari-hari/bukan)

Page 45: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

35

c. Lokasi tempat penyimakan

d. Orang yang terlibat dalam peristiwa tutur (uraian tentang orang

pertama, keda, ketiga, dan seterusnya tergantung pada jumlah

yang terlibat. Uraian masing-masing berisi, status kekerabatan,

umur, bahasa yang digunakan dalam peristiwa tutur tersebut)

e. Kata atau diksi yang berupa kata slang

Lokasi penelitian yang merupakan suatu hal yang tidak asing bagi

peneliti yaitu SMA AL-Huda. Observasi yang dilakukan penulis yaitu

obsevasi partisipastif atau peneliti turun langsung kelapangan untuk

mengamati perilaku dan aktifitas individu-individu di lokasi penelitian.

E. Metode analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berupa deskripsi

mengenai aspek-aspek linguistik sebagai pengungkap kebudayaan, dalam

penelitian kualitatif yang mendasarkan diri pada paradigma metodologis

induktif. Konseptualisasi, kategorisasi, dan deskripsi dikembangkan atas dasar

kejadian yang terjadi dilapangan. Dalam penelitian kualitatif kegiatan

penyediaan data merupakan kegiatan yang berlangsung secara simultan

dengan kegiatan analisis data. Prosesnya berbentuk siklus, hal ini tentu tidak

lepas pula dari hakikat penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memahami

fenomena social teermasuk fenomena kebahasaan yang diteliti. Analisis

kualitatif fokusnya pada penunjukan makna, deskripsi, penjernihan, dan

penempatan data pada konteksnya masing-masing dan seringkali

melukiskannya pada bentuk kata-kata.6

6Ibid, hal. 256

Page 46: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

36

F. InstrumenAnalisis

No Konteks Tuturan Bentuk

Kata S P E A K I N G Bentuk

1. Guru

sedang

mengajar

pelajaran

bahasa

Arab di

kelas dan

mem

berikan

pertanyaa

n kepada

siswa

G

:mohon

perhatian

nya, ibu

ingin

bertanya

ada yang

tau

mengenai

puisi

lama dan

puisi

baru?

Coba

kamu

yang

duduk di

pinggir

kanan,

tolong

jelaskan

Tau

percakap

an ini

terjadi

pada

kegiatan

belajar

mengajar

di dalam

kelas,

dengan

situasi

yang

tenang.

Peserta

pada saat

tuturan

berlangsu

ng adalah

guru

mata

pelajaran

bahasa

Arab

dengan

siswa.

Tujuan

tuturan

adalah

untuk

menanyak

an

pemahama

n siswa

terhadap

materi

pelajaran

saat itu.

Urutan

tindakan

pada saat

tuturan

berlangsu

ng secara

verbal

dengan

menanyak

an

pemahama

n materi

pelajaran

yang

sedang di

bahas.

Tuturan

di

sampaika

n secara

serius.

Tuturan

berlangsu

ng secara

lisan.

Norma

pada saat

tuturan

berlangsu

ng siswa

memiliki

etika

dengan

adanya

rasa sopan

dan santun

saat

berbicara

dengan

seorang

guru.

Bentuk

penyampa

ian pada

tuturan

adalah

pertanyaa

n.

Tidak

baku

2. M :saya

bu?

Baku

3. G : iya Baku

Page 47: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

37

kamu

4. M : Puisi

lama

yaitu

puisi

yang

terikat

sama

aturan-

aturan,

seperti

jumlah

kata

dalam 1

baris,

rima, dan

banyakny

a suku

kata, bu.

Kalo

puisi

baru,

puisi

yang

tidak

terikat

oleh

aturan-

aturan.

Kalo Tidak

Baku

5. G : iya, Baku

Page 48: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

38

betul

sekali

penjelasa

n kamu

mengenai

puisi

lama dan

puisi

baru,

berarti

kamu

sudah

mulai

paham

Page 49: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah SMA Al-Huda Jakarta

1. Profil sekolah

Sekolah Menengah Atas (SMA) AL- Huda Cengkareng Jakarta Barat

berdiri pada tanggal 28 Agustus 1978. SMA Al-Huda Cengkareng Jakarta

Barat dibawah naungan yayasan Al-Huda Islamic Edication Center

Metropolitan (AIECM) jakarta yang sekarang ini dipimpin oleh Bapak

Drs. KH. KPA. Nukman Muhasyim.

Seiring dengan berjalannya waktu maka sudah beberapa kali mengalami

pergantian kepala sekolah. Adapun orang – orang yang pernah menduduki

jabatan kepala sekolah sebagai berikut :

1. H. Ahmad Syafi’ih (1978-1983)

2. Oding Syaripudin (1983-1984)

3. Joko Waluyo (1984-1985)

4. Sunarto (1985-1999)

5. Amsir (1999-2000)

6. H. Mursyahid Halwan (2000-2005)

7. Muhammad Umar (2005-2013)

8. Muhidin (2013-sekarang)

Saat ini SMA Al-Huda telah mendapat kepercayaan besar dari

masyarakart, hal ini dapat terlihat dari jumlah siswa yang tercatat dan aktif

pada tahun pelajaran 20014-2015 mencapai 684 (Enam ratus delapan

puluh empat) siswa. SMA Al-Huda sebagai sekolah swasta yang

berwawasan Islam, maka kami bertekat ingin menanamkan nilai – nilai

Islam agar para siswa memiliki akhlaqulkarimah, menguasai sain dan

berprestasi.

Page 50: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

40

2. Tujuan sekolah

a. Terbentuknya struktur organisasi dan mekanisme kerja yang jelas.

b. Terwujudnya pengelolaan administrasi sekolah yang trasnparan

dan akuntabel berbasis IT.

c. Meningkatnya prestasi akademik maupun non akademik di tingkat

Kabupaten, Provinsi dan Nasional.

d. Bertambahnya jumlah lulusan SMA Al- Huda diberbagai

perguruan tinggi berkualitas.

e. Terciptanya kehidupan warga SMA Al- Huda yang religius melalui

perilaku yang tawadhu dan bersahaja.

3. Visi

Berahkakul qarimah, Cerdasdan Berprestasi berdasarkan Iman dan

Taqwa

4. Misi

a. Meningkatkan pemahaman terhadap ajaran islam.

b. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama islam, budaya

dan bangsa.

c. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara aktif, kreatif,

menyenangkan, kontekstual, dan bermakna.

d. Mendorong dan membantu setiap peserta didik untuk mengenali

potensi dirinya.

5. Program Pembiasaan.

a. Tadarus dan shalat Dhuha bersama.

b. Shlata Dzuhur berjamaah.

c. Shalat Jum’at.

d. Keputrian dan keputraan.

e. Imam shalat Dzuhur berjamaah.

Page 51: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

41

6. Kegiatan Ekstrakurikuler

a. Pramuka.

b. Qiroah.

c. Teater.

d. Futsal.

e. Basket.

f. Volley.

g. Pencak Silat.

7. Fasilitas

a. Ruang kelas dilengkapi dengan LCD,

b. Lab bahasa,

c. Lab Komputer,

d. Perpustakaan,

e. Masjid,

f. Aula,

g. Lapangan futsal,

h. Lapangan volley,

i. Lapangan basket.

Page 52: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

42

B. Hasil Analisis

1. Rekaman

a. Rekaman 1.1

Tanggal : 16-02-2016

Topik : Cari tahu status teman melalui sosial media

Lokasi : Di dalam toilet perempuan

Status : Teman sekelas

Orang yang terlibat : Antar teman

Bahasa yang digunakan : Bahasa sehari-hari

No. Konteks Tuturan Bentuk

Kata S P E A K I N G Bentuk

1. Terdapat

tiga orang

anak

perempuan

yang sedang

di toilet,

Perempuan 1:

Lu kenapa? Lu

Percaka

pan ini

terjadi

pada

saat tiga

orang

peremp

uan

yang

Peserta

pada

saat

tuturan

berlangs

ung

adalah

peremp

uan 1,

Tujuan

tuturan

adalah

untuk

mencari

tahu

status

teman

melalui

Urutan

tindaka

n pada

saat

tuturan

berlangs

ung

secara

Tuturan

disampa

ikan

secara

penasar

an dan

ada rasa

ingin

Tuturan

berlangs

ung

secara

lisan

dengan

bentuk

tutur

mengacu

pada kata

Norma

pada saat

tuturan

berlangs

ung

secara

santai,

sebagaim

ana

Bentuk

penyam

paian

pada

tuturan

adalah

terdapat

nya rasa

ingin

Tidak

baku

2.

Perempuan 2:

si Zahra tuh,

ngituin gue

tadi.

Gue Tidak

baku

Page 53: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

43

mereka

bercakap-

cakap

sambil

ngaca dan

berdandan.

Emang si Misa

putus ya?

(sambil lihat

Hp)

sedang

berada

di

dalam

toilet,

ketika

masih

terdapat

jam

pelajara

n,

keadaan

di toilet

pada

saat

tuturan

berlangs

ung

menjadi

sedikit

berisik.

peremp

uan 2,

dan

permpu

an 3.

sosial

media.

verbal .

tahu.

tidak

baku.

ketika

sedang

berkomu

nikasi

dengan

teman.

tahu.

3.

Perempuan 1:

gak tau,

enggak lah..

Gak Tidak

baku

4.

Perempuan 2:

Nih dia

statusnya

sibuk (sambil

menunjukan

hp-nya)

Baku

5.

Perempuan 3:

Gak, status

doang yaelah

yaelah

Slang

6.

Perempuan 2;

Heeh, songong

bet lu

songong

Bet

Lu

Tidak

baku dan

slang

Page 54: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

44

7.

Perempuan 1:

Hehehehe

(tertawa usil)

Baku

8.

Perempuan 2:

Songong mulu,

jealous gua

liatnya

Songong

Mulu

Jealous

Gua

Tidak

baku

9.

Perempuan 1:

Coba liat

fotonya?

(dengan nada

penasaran)

Liat Tidak

baku

10. Perempuan 2:

Gak ada Gak

Tidak

baku

11.

Perempuan 3:

Coba liat DP

nya

Baku

12. Perempuan 2: Gak Tidak

Page 55: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

45

Gak ada baku

13.

Perempuan 1:

Kok, statusnya

gak ada nama

lu?

Gak

Lu

Tidak

baku

14. Perempuan 2:

Kepo lu Kepo Slang

15. Perempuan 1:

Apaan? Baku

16.

Perempuan 2:

Gue, udah liat

goblok

Gue

Goblok

Tidak

baku

17.

Perempuan 1:

Haah, apaan

sih lu

Lu Tidak

baku

18.

Perempuan 3:

Tau ah, gelap

(kesal dengan

perempuan ke

1 yang tulalit)

Baku

Page 56: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

46

19.

Perempuan 2:

Lagian alay

ngomongnya.

Kan tadi gue

udah cerita-

cerita

Alay

Gue

Udah

Slang

dan

Tidak

baku

20.

Perempuan 1:

Gak sih, tadi lu

kaga cerita

sama gua

Lu

Kaga

Gua

Tidak

baku

21.

Perempuan 3:

Emang lu gak

denger?

Lu

Gak

Tidak

baku

22. Perempuan 1:

Jiiiih, belom Belom

Tidak

baku

23.

Perempuan 2:

Rese aja lu

bocahnya

Ayo dong

(sambil

mengajak

Lu Tidak

baku

Page 57: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

47

temannya ke

kelas)

24.

Perempuan 1:

Jangan mau,

jangan mau

Baku

25.

Perempuan 3:

Enakan di sini

nih

Baku

26.

Perempuan 1:

Jangan mau

bego, jangan

mau

Bego Tidak

baku

27.

Perempuan 2:

Ayo masuk,

gue pengen ke

kelas

Gue

Pengen

Tidak

baku

28.

Perempuan 3:

Entar dulu,

gue pengen

kencing

Entar

Gue

pengen

Tidak

baku

29. Perempuan 2: Lebay Slang

Page 58: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

48

Ah, lebay lu,

bukannya dari

tadi

Lu dan tidak

baku

30.

Perempuan 3:

Tungguin

dong..

Baku

31.

Perempuan 2:

Iiiih, males

banget gue

nungguin lu

Gue Tidak

baku

32.

Perempuan 1:

Yeeeeh

(sambil

meledek )

Baku

33.

Perempuan 3:

Yaudah, gue

gak jadi lah

kalo gitu

Gue

Gak

Kalo

Tidak

baku

Page 59: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

49

Pada rekaman tersebut penulis mencatat dialog sebagai berikut:

Perempuan 1 : Lu kenapa?

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa setiap dari kata-

kata yang diucap perempuan 1 mengandung bentuk dialek

Jakarta, kalimat yang diucapkan oleh siswa merupakan kata

yang bukan sebenarnya, seperti pada kata Lu (kamu).

Perempuan 2 : si Zahra tuh, ngituin gue tadi.

Emang si Misa putus ya? (sambil lihat

Hp)

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa setiap dari kata-

kata yang diucap siswa mengandung bentuk dialek Jakarta,

kalimat yang diucapkan oleh siswa merupakan kata yang bukan

sebenarnya, seperti pada kata Gue (saya).

Perempuan 1 : gak tau, enggak lah..

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa setiap dari kata-

kata yang diucap perempuan 1 mengandung bentuk dialek

Jakarta, kalimat yang diucapkan oleh siswa merupakan kata

yang bukan sebenarnya, seperti pada kata Enggak (tidak).

Page 60: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

50

Perempuan 2 : Nih dia statusnya sibuk (sambil

menunjukan hp-nya).

Kalimat yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk

kata baku, karena kalimat yang diucap oleh perempuan 2 tidak

bersifat slang, dialek, maupun sinonim.

Perempuan 3 : Gak, status doang yaelah.

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap perempuan 3 mengandung persamaan kata

(sinonim), dan dialek di dalamnya. Seperti pada kata Yaelah

(yasudah).

Perempuan 2 : Heeh, songong bet lu .

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap perempuan 2 mengandung persamaan kata

(sinonim), dan dialek di dalamnya. Seperti pada kata Songong

(tidak sopan), Bet (kata singkatan yang berarti banget atau

sangat), dan Lu (kamu).

Perempuan 1 : Hehehehe (tertawa usil).

Kalimat yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk

kata baku, karena kalimat yang diucap oleh perempuan 1 tidak

bersifat slang, dialek, maupun sinonim.

Page 61: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

51

Perempuan 2 : Songong mulu, jealous gua liatnya .

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap perempuan 2 mengandung persamaan kata

(sinonim), dialek, dan campur kode di dalamnya. Seperti pada

kata Songong (tidak sopan), Mulu (selalu), dan Jealous

(cemburu).

Perempuan 1 : Coba liat fotonya? (dengan nada

penasaran).

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap perempuan 1 mengandung persamaan kata

(sinonim), dan dialek di dalamnya. Seperti pada kata Liat

(lihat).

Perempuan 2 : Gak ada.

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap perempuan 2 mengandung persamaan kata

(sinonim), dan dialek di dalamnya. Seperti pada kata Gak

(tidak).

Page 62: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

52

Perempuan 3 : Coba liat DP nya

Kalimat yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk

kata baku, karena kalimat yang diucap oleh perempuan 3 tidak

bersifat slang, dialek, maupun sinonim.

Perempuan 2 : Gak ada

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh perempuan 2 mengandung persamaan kata

(sinonim), dan dialek di dalamnya. Seperti pada kata Gak

(tidak).

Perempuan 1 : Kok, statusnya gak ada nama lu?

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh perempuan 1 mengandung persamaan kata

(sinonim), dan dialek di dalamnya. Seperti pada kata Gak

(tidak), dan Lu (kamu).

Perempuan 2 : Kepo lu

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh perempuan 2 mengandung kosakata slang di

dalamnya. Seperti pada kata Kepo (rasa ingin tahu).

Page 63: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

53

Perempuan 1 : Apaan?

Kalimat yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk

kata baku, karena kalimat yang diucap oleh perempuan 1 tidak

bersifat slang, dialek, maupun sinonim.

Perempuan 2 : Gue, udah liat goblok

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh perempuan 2 mengandung persamaan kata

(sinonim), dan dialek di dalamnya. Seperti pada kata Gue

(saya), Goblok (sangat bodoh) dan Liat (lihat).

Perempuan 1 : Haah, apaan sih lu

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh perempuan 1 mengandung persamaan kata

(sinonim), dan dialek di dalamnya. Seperti pada kata Lu

(kamu).

Perempuan 3 : Tau ah, gelap (kesal dengan perempuan

ke 1 yang tulalit)

Kalimat yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk

kata baku, karena kalimat yang diucap oleh perempuan 3 tidak

bersifat slang, dialek, maupun sinonim.

Page 64: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

54

Perempuan 2 : Lagian alay ngomongnya. Kan tadi gue

udah cerita-cerita

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh perempuan 2 mengandung persamaan kata

(sinonim), kosakata slang dan dialek di dalamnya. Seperti pada

kata Gue (saya), Udah (sudah), dan Alay (anak layangan).

Perempuan 1 : Gak sih, tadi lu kaga cerita sama gua

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh perempuan 1 mengandung persamaan kata

(sinonim), dan dialek di dalamnya. Seperti pada kata Lu

(kamu), Kaga (tidak), dan Gua (saya)

Perempuan 3 : Emang lu gak denger?.

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh perempuan 3 mengandung persamaan kata

(sinonim), dan dialek di dalamnya. Seperti pada kata Lu

(kamu), dan Gak (tidak).

Perempuan 1 : Jiiiih, belom

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

Page 65: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

55

yang diucap oleh perempuan 1 mengandung persamaan kata

(sinonim), dan dialek di dalamnya. Seperti pada kata Belom

(belum).

Perempuan 2 : Rese aja lu bocahnya

Ayo dong (sambil mengajak temannya ke

kelas)

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh perempuan 2 mengandung persamaan kata

(sinonim), dan dialek di dalamnya. Seperti pada kata Lu

(kamu).

Perempuan 1 : Jangan mau, jangan mau

Kalimat yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk

kata baku, karena kalimat yang diucap oleh perempuan 1 tidak

bersifat slang, dialek, maupun sinonim.

Perempuan 3 : Enakan di sini nih

Kalimat yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk

kata baku, karena kalimat yang diucap oleh perempuan 3 tidak

bersifat slang, dialek, maupun sinonim.

Page 66: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

56

Perempuan 1 : Jangan mau bego, jangan mau

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh perempuan 1 mengandung persamaan kata

(sinonim), dan dialek di dalamnya. Seperti pada kata Bego

(sangat bodoh).

Perempuan 2 : Ayo masuk, gue pengen ke kelas

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh perempuan 2 mengandung persamaan kata

(sinonim), dan dialek di dalamnya. Seperti pada kata Gue

(saya), dan Pengen (ingin).

Perempuan 3 : Entar dulu, gue pengen kencing

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh perempuan 3 mengandung persamaan kata

(sinonim), dan dialek di dalamnya. Seperti pada kata Entar

(nanti), Gue (saya), dan Pengen (ingin).

Perempuan 2 : Ah, lebay lu, bukannya dari tadi

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh perempuan 2 mengandung persamaan kata

Page 67: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

57

(sinonim), kosakata slang dan dialek di dalamnya. Seperti pada

kata Lu (kamu), dan Lebay (sesuatu yang berlebihan).

Perempuan 3 : Tungguin dong..

Kalimat yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk

kata baku, karena kalimat yang diucap oleh perempuan 3 tidak

bersifat slang, dialek, maupun sinonim.

Perempuan 2 : Iiiih, males banget gue nungguin lu

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh perempuan 2 mengandung persamaan kata

(sinonim), dan dialek di dalamnya. Seperti pada kata Gue

(saya).

Perempuan 1 : Yeeeeh (sambil meledek )

Kalimat yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk

kata baku, karena kalimat yang diucap oleh perempuan 1 tidak

bersifat slang, dialek, maupun sinonim.

Perempuan 3 : Yaudah, gue gak jadi lah kalo gitu

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh perempuan 2 mengandung persamaan kata

(sinonim), dan dialek di dalamnya. Seperti pada kata Gue

(saya), Gak (tidak), dan Kalo (kalau).

Page 68: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

58

Berdasarkan dialog di atas penulis mendeskripsikan secara jelas

mengenai hasil rekaman.

Latar dan suasana yang terjadi yaitu saat jam pelajaran namun, terdapat

3 orang perempuan yang berada di toilet sekolah, keadaan toilet pada saat

itu sunyi, terdapat percakapan antar siswa perempuan tersebut, dengan

memulai percakapan dengan adanya rasa ingin tahu dan mencari bukti

untuk mengetauhui status teman mereka yang lain melalui sosial media, di

sini siswa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa sehari-hari.

Peserta yang ada pada saat tuturan berlangsung yaitu (perempuan 2),

lawan tutur (perempuan 2, dan 1).

Tujuan penuturan pada dialog, terdapat komunikasi verbal yang terjadi

pada saat mereka mencari tahu status teman melalui sosial media.

Urutan tindakan pada saat tuturan berlangsung berupa komunikasi

verbal, dalam tuturan tersebut isi pesan yang disampaikan yaitu adanya

rasa ingin tahu yang besar terhadap status temannya yang lain melalui

sosial media yang ada.

Tuturan disampai kandengan intonasi yang santai dan disampaikan

secara sedikit adanya candaan saat di dalam toilet, pada dialog tersebut

siswa memiliki rasa simpati yang terjadi oleh temannya yang ingin tahu

status temannya yang lain, disini siswa menggunakan intonasi nada yang

santai dan tidak terdapat intonasi nada yang tinggi.

Page 69: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

59

Norma yang digunakan pada saat tuturan berlangsung siswa memiliki

etika sebagaimana adanya rasa santai pada saat berkomunikasi dengan

teman sebaya.

Tuturan yang berlangsung pada saat itu berupa lisan, karena pada

rekaman ini siswa sedang berkomunikasi dengan teman yang lainnya

dengan adanya rasa penasaran dan ingin tahu mengenai hasil dari mencari

status temannya yang lain yang mengacu pada bentuk kata tidak baku.

Bentuk tuturan yang disampaikan penutur adalah bentuk rasa ingin

tahu mengenaistatus teman yang lainnya.

Page 70: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

60

a. Rekaman 1.2

Tanggal : 27-02-2016

Topik : Razia sepatu di sekolah

Lokasi : Kantin sekolah

Status : Teman

Orang yang terlibat : Antar teman

Bahasa yang digunakan : Bahasa sehari-hari

No. Konteks Tuturan Bentuk

kata S P E A K I N G Bentuk

1. Percakapan

antar teman

yang terdiri

dari tiga

orang , pada

topik

percakapan

tersebut

Orang1: Kok,

lu gak pake

sepatu? Sepatu

lu mana deh?

Lu

Gak

Pake

Percakap

an Ini

terjadi

pada saat

jam

istirahat

di kantin

sekolah

peserta

pada

saat

tuturan

berlangs

ung

adalah

orang 1,

Tujuan

tuturan

adalah

menany

akan

dan

mengun

gkapkan

Uutan

tindaka

n pada

saat

tuturan

berlangs

ung

secara

tuturan

disampa

ikan

secara

santaina

mun

terdapat

rasa

Tuturan

berlangs

ung

secara

lisan

dengan

bentuk

tutur

norma

pada saat

tuturan

berlangs

ung

secara

santai

dan

bentuk

penyam

paian

pada

tuturan

adalah

pengadu

an atas

Tidak

baku

Page 71: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

61

mereka

membahas

mengenai

razia sepatu

yang terjadi

di dalam

kelas.

dengan

situasi

yang

riuh dan

ramai,

terdapat

tiga

orang

siswa

perempu

an yang

sedang

membah

as

mengena

i razia

yang tadi

pagi

telah

terjadi.

orang 2,

dan

orang 3,

yang

merupa

kan

siswa

peremp

uan.

rasa

kekesal

an .

verbal,

untuk

mengun

gkapkan

dan

menany

akan

mengen

ai razia

sepatu.

kesal.

menga

cu pada

penggu

naan

bahasa

tidak

baku

dan

diseling

i bahasa

slang.

menunju

kan

adanya

rasa

kekesala

n.

apa

yang

telah di

alami.

2. Orang 2:

Diambil sama

anak osis.

Baku

3. Orang 3:

Dibilangin sih

gak percaya,

mampus lu.

Lu

Gak

Tidak

baku

4. Orang 2:

Sial… Baku

5. Orang 1: Lu

kaga ditanyain

sama guru

piket?

Kaga

Lu

Tidak

baku

6. Orang 2:

Tanyain lah,

yaudah gua

bilangnya itu

diambil sama

anak osis,

hahaha bego

ya…

Gua

Bego

Tidak

baku

Page 72: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

62

7. Orang 1: Terus

kalo gue

dipanggil juga

gimana, gara-

gara itu sepatu

?

Kalo

Gue

Tidak

baku

8. Orang 2:

Yaudah biarin

aja, pusing

amat lu

Lu Baku

9. Orang 1:

Mahal bego

(dengan wajah

kesal)

Bego Tidak

baku

10. Orang 3:

Mampus lu,

makan tuh

sepatu, hahaha

(sambil

meledek)

Lagian sok-

sokan sih jadi

Mampus

Sok-

sokan

Tidak

baku

dan

slang

Page 73: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

63

orang.

11. Orang 2:

Yaelah, beli

lagi lah.

Lagian sebel

banget gue

sama anak osis

gayanya

tengil.

Yelah

Gue

Tengil

Tidak

baku

12. Orang 1: Siapa

sih, siapa

namanya?

Baku

13. Orang 3: Anak

kelas berapa? Baku

14. Orang 2: Mana

gua tau Gua

Tidak

baku

15. Orang 1:

Tandain bego,

biar gak tengil.

Bego

Tengil

Tidak

baku

Page 74: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

64

16. Orang 2; Liat

aja sih, kalo

emang itu

orang rese lagi

mah belom gue

labrak aja.

Kalo

Rese

Belom

Labrak

Tidak

baku

17. Orang 3:

Labrak aja,

labrak jangan

takut bego.

Labrak

Bego

Tidak

baku

18. Orang 1: Laper

nih, mau pesen

apa ya gua.

Lu mau apa?

(menanyakan

orang ke 2 dan

3).

Gua Tidak

baku

19. Orang 3:

Pengen yang

Baku

Page 75: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

65

pedes nih, mie

ayam apa

bakso ya?

(bingung).

20. Orang 1:

Buruan ah,

mau apa.

Baku

21. Orang 2: Gue

batagor aja lah. Gue

Tidak

baku

22. Orang 3:

Bakso lah,

sambel tiga

sendok ya.

Baku

23. Orang 1:

Makan bakso

apa sambel lu?

Mencret aja

mampus lu.

Lu

Mampus

Tidak

baku

24. Orang 3: Boam

lah, berisik lu

(kesal).

Boam

Lu

Slang

Page 76: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

66

Page 77: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

66

Pada rekaman tersebut penulis mencatat dialog sebagai berikut:

(pada saat di kantin sekolah, terdapat 3 orang yang baru saja

duduk di bangku kantin)

Orang 1 : Kok, lu gak pake sepatu? Sepatu lu mana deh?

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh orang 1 mengandung persamaan kata

(sinonim), dan slang di dalamnya. Seperti pada kata Lu (kamu),

pake (pakai), dan Gak (tidak).

Orang 2 : Diambil sama anak osis.

Kalimat yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk

kata baku, karena kalimat yang diucap oleh orang 2 tidak

bersifat slang, dialek, maupun sinonim.

Orang 3 : Dibilangin sih gak percaya, mampus lu

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh orang 3 mengandung persamaan kata

(sinonim), di dalamnya. Seperti pada kata Lu (kamu) dan Gak

(tidak).

Page 78: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

67

Orang 2 : Sial…

Kata yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk kata

baku, hal ini terlihat pada kata “Sial” yang diucap oleh orang 2

tercantum dalam kamus KBBI yang mempunyai makna “rasa

kemalangan yang tertimpa oleh seseorang”.

Orang 1 : Lu kaga ditanyain sama guru piket?

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh orang 1 mengandung persamaan kata

(sinonim) dan dialek Jakarta, di dalamnya. Seperti pada kata Lu

(kamu) dan Kagak (tidak).

Orang 2 : Tanyain lah, yaudah gua bilangnya itu diambil

sama anak osis, hahaha bego ya…

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh orang 2 mengandung persamaan kata

(sinonim) dan dialek Jakarta, di dalamnya. Seperti pada kata

Gua (saya) dan Bego (sangat bodoh).

Orang 1 : Terus kalo gue dipanggil juga gimana, gara-

gara itu sepatu ?

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

Page 79: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

68

yang diucap oleh orang 1 mengandung persamaan kata

(sinonim) dan dialek Jakarta, di dalamnya. Seperti pada kata

Gue (saya) dan Kalo (kalau).

Orang 2 : Yaudah biarin aja, pusing amat lu

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh orang 2 mengandung persamaan kata

(sinonim) dan dialek Jakarta, di dalamnya. Seperti pada kata Lu

(kamu).

Orang 1 : Mahal bego (dengan wajah kesal)

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh orang 1 mengandung persamaan kata

(sinonim) dan dialek Jakarta, di dalamnya. Seperti pada kata Lu

(kamu).

Orang 3 : Mampus lu, makan tuh sepatu, hahaha (sambil

meledek) Lagian sok-sokan sih jadi orang.

Kata yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk kata

tidak baku, hal ini terlihat pada kata “Mampus” yang diucap

oleh orang 3 tercantum dalam kamus KBBI yang mempunyai

makna “sebuah akhir dari ketiadaan ” dan kata “Sok-sokan”

yang mempunyai makna “banyak tingkah atau kelakuan”.

Page 80: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

69

Orang 2 : Yaelah, beli lagi lah.

Lagian sebel banget gue sama anak osis gayanya

tengil

. Kata yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk kata

tidak baku, hal ini terlihat pada kata “Tengil” yang diucap oleh

orang 2 tercantum dalam kamus KBBI yang mempunyai makna

“sebuah gaya yang membuat kesal” dan kata “Yaelah” yang

mempunyai makna “yasudah dalam kepasrahan” dan dialek

Jakarta seperti pada kata Gue (saya).

Orang 1 : Siapa sih, siapa namanya?

Kalimat yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk

kata baku, karena kalimat yang diucap oleh orang 1 tidak

bersifat slang, dialek, maupun sinonim.

Orang 3 : Anak kelas berapa?

Kalimat yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk

kata baku, karena kalimat yang diucap oleh orang 3 tidak

bersifat slang, dialek, maupun sinonim.

Orang 2 : Mana gua tau

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh orang 2 mengandung persamaan kata

Page 81: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

70

(sinonim) dan dialek Jakarta, di dalamnya. Seperti pada kata

Gua (saya).

Orang 1 : Tandain bego, biar gak tengil.

. Kata yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk kata

tidak baku, hal ini terlihat pada kata “Tengil” yang diucap oleh

orang 1 tercantum dalam kamus KBBI yang mempunyai makna

“sebuah gaya yang membuat kesal” dan dialek Jakarta seperti

pada kata Bego (sangat bodoh).

Orang 2 : Liat aja sih, kalo emang itu orang rese lagi mah

belom gue labrak aja.

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh orang 2 mengandung persamaan kata

(sinonim) dan dialek jakarta di dalamnya. Seperti pada kata

Gue (saya), Belom (belum), Kalo (kalau), Rese (mengganggu),

dan Labrak (memarahi) .

Orang 3 : Labrak aja, labrak jangan takut bego.

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh orang 3 mengandung persamaan kata

(sinonim) dan dialek jakarta di dalamnya. Seperti pada kata

Bego (sangat bodoh), dan Labrak (memarahi) .

Page 82: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

71

Orang 1 : Laper nih, mau pesen apa ya gua. Lu mau

apa? (menanyakan orang ke 2 dan 3).

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh orang 1 mengandung persamaan kata

(sinonim) dan dialek jakarta di dalamnya. Seperti pada kata

Gua (saya).

Orang 3 : Pengen yang pedes nih, mie ayam apa bakso

ya? (bingung).

Kalimat yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk

kata baku, karena kalimat yang diucap oleh orang 3 tidak

bersifat slang, dialek, maupun sinonim.

Orang 1 : Buruan ah, mau apa.

Kalimat yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk

kata baku, karena kalimat yang diucap oleh orang 1 tidak

bersifat slang, dialek, maupun sinonim.

Orang 2 : Gue batagor aja lah.

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh orang 2 mengandung persamaan kata

(sinonim) dan dialek jakarta di dalamnya. Seperti pada kata

Gua (saya).

Page 83: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

72

Orang 3 : Bakso lah, sambel tiga sendok ya.

Kalimat yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk

kata baku, karena kalimat yang diucap oleh orang 3 tidak

bersifat slang, dialek, maupun sinonim.

Orang 1 : Makan bakso apa sambel lu? Mencret aja

mampus lu.

Kata yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk kata

tidak baku, hal ini terlihat pada kata “Mampus” yang diucap

oleh orang 1 tercantum dalam kamus KBBI yang mempunyai

makna “sebuah akhir dari ketiadaan ” dan memiliki sinonim

kata dialek Jakarta seperti pada kata Lu (kamu).

Orang 3 : Boam lah, berisik lu (kesal).

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh orang 1 mengandung persamaan kata

(sinonim), kosakata slang dan dialek jakarta di dalamnya.

Seperti pada kata Lu (kamu) dan Boam (singkatan dari bodo

amat).

Page 84: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

73

Berdasarkan dialog di atas penulis mendeskripsikan secara jelas

mengenai hasil rekaman

Latar dan suasana yang terjadi pada saat jam istirahat sekolah pukul

09.30, tuturan berlangsung di kantin sekolah yang terdiri dari tiga orang

siswa perempuan, pada topik percakapan tersebut mereka membahas

mengenai razia sepatu yang salah seorang dari mereka alami tadi pagi.

Suasana pada saat itu amat riuh dan ramai.

Peserta yang ada saat tuturan berlangsung yaitu orang 1 (perempuan

sebagai penutur), orang 2 (perempuan lawan tutur), orang 3 (perempuan

mitra tutur).

Tujuan tuturan pada dialog terdapat komunikasi verbal yang

mengungkapkan rasa kekesalan dan pertanyaan mengenai razia sepatu.

Urutan tindakan pada saat tuturan berlangsung berupa komunikasi

verbal, isi pesan yang disampaikan yaitu mengungkapkan rasa kekesalan

dan pertanyaan mengenai razia sepatu yang telah dialami oleh seorang dari

mereka. Dialog yang terjadi sesuai sebagaimana jika berdialog dengan

teman yang merupakan percakapan biasa sehari-hari.

Tuturan yang disampaikan secara santai dengan intonasi yang agak

jengkel, kesal dan akrab.

Tuturan yang terjadi pada antar teman berupa lisan dengan adaanya

penggunaan bahasa tidak baku dan diselingi kosakata slang.

Norma pada saat tuturan berlangsung antara penutur dan lawan tutur

memiliki etika sebagaimana kita berbicara kepada teman sebaya dengan

Page 85: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

74

menggunakan bahasa tidak baku yang sedikit kasar atau menyinggung

perasaan.

Bentuk komunikasi yang terjadi yaitu bentuk pengaduan atas apa yang

telah dialami salah satu dari tiga siswa perempuan tersebut.

Page 86: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

75

a. Rekaman 1.3

Tanggal : 16-02-2016

Topik : liburan akhir semester

Lokasi : koridor sekolah

Status : Teman

Orang yang terlibat : Teman sekelas

Bahasa yang digunakan : Bahasa sehari-hari yang diselipi bahasa slang

No. Konteks Tuturan Bentuk

kata S P E A K I N G Bentuk

1. Sekumpula

n siswa

yang sedang

menikmati

jam istirahat

di koridor

kelas dan

berbincang-

bincang

mengenai

Orang 2:

eeeh, lu yang

waktu ke

puncak kaga

inget ya?

Lu

kaga

Percaka

pan ini

terjadi

saat jam

istirahat

pukul

09.30

WIB

yang

berlokas

Peserta

pada

saat

tuturan

terjadi

adalah

teman

sekelas

yang

terdiri

Tujuan

tuturan

adalah

untuk

mengaja

k teman

lain

liburan

akhir

semeste

Urutan

tindaka

n pada

saat

tuturan

berlangs

ung

secara

verbal,

untuk

Tuturan

di

sampaik

an

secara

santai,

akrab

dan

diseling

i

Tuturan

berlangs

ung

secara

lisan

dengan

bentuk

tutur

mengac

u pada

Norma

pada saat

tuturan

berlangsu

ng secara

santai,

terdapat

candaan

agar

terciptan

Bentuk

penyam

paian

pada

tuturan

adalah

ajakan

dan

pereenc

Slang

2. Orang 1:

kapan sih gue

gak inget pas

Gue

Slang

Page 87: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

76

rencana

liburan

akhir

semester

ke puncak,

tai…!

i di

koridor

kelas,

dengan

situasi

yang

ramai

dan

penuh

dengan

candaan

dari 3

orang

siswa

laki-

laki,

dan 2

orang

siswa

peremp

uan.

r.

merenca

nakan

dan

mengaja

k teman

lain

liburan

pada

akhir

smester.

candaan

dialek

betawi,

bahasa

yang

kasar

dan

bahasa

slang.

ya

suasana

keakraba

n.

anaan

3. Orang 3:

yang kapan

sih?

Baku

4. Orang 1:

yang waktu

itu

Baku

5. Orang 2:

yang dikasih

nasi basi,

kampret !

Kampret Slang

6. Orang 3:

weeeeh, mati

lu basi (sambil

tertawa)

Weeh

Lu

Slang

7. Orang 2:

apaan siiih?

Baku

8. Orang 4:

nasigoreeeeng

Baku

9. Orang 1: Goblok Tidak

Page 88: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

77

ini lagi nasi

goreng, goblok

!

baku

10. Orang 3:

bukan, nasi

uduk, nasi

uduk

Baku

11. Orang 2:

nasi biasa,

bego !

Bego Tidak

baku

12. Orang 1:

makanya kalo

orang lagi

ngobrol

dengerin

Kalo Tidak

baku

13. Orang 4:

weeeh, selow

dong

Selow Slang

14. Orang 1:

nanti liburan

semester ke

puncak yuk?

Baku

15. Orang 2:

ke Borobudur

Baku

Page 89: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

78

aja

16. Orang 1:

pada mau gak?

Baku

17. Orang 2:

naik apa?

Baku

18. Orang 1:

gampang laah,

naik hiba

utama

Baku

19. Orang 3:

naik blue bird

aja, blue bird

Baku

20. Orang 2:

ke anyer aja

Baku

21. Orang 1:

ke puncak aja

lah

Gimana, pada

mau gak?

Baku

22. Orang 5:

gak lah, nanti

Tilep Baku

Page 90: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

79

ditilep semua

duitnya

23. Orang 1:

ya kaga lah,

asalkan duit

nya kalo udah

kekumpul

bayar terus

langsung

mesen bis

Duit

Kaga

Udah

Mesen

Bis

Tidak

baku

24. Orang 5:

apaan? Apaan? Baku

25. Orang 2:

diiih, kepo

Kepo Slang

26. Orang 1:

weeh cong,

anak-anak

pada ngajakin

liburan

semester 2 ke

Cong Slang

Page 91: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

80

puncak

27. Orang 6:

ayoooo Baku

28. Orang 1:

Kikan mau

gak? Liburan

semester 2 ke

puncak

Baku

29. Orang 5:

ngapain? Baku

30. Orang 1: ke

puncak

ngapain?

Nyanyi…(sam

bil tertawa)

Baku

31. Orang 5:

naik apa?

Baku

32. Orang 3:

naik apa tuh?

Naik pesawat

apa helicopter?

Hahaha

(tertawa)

Baku

33. Orang 1: Kaga Tidak

Page 92: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

81

jadi kaga? baku

34. Orang 3:

kaga, nanti gue

diomelin emak

gue

Kaga

Gue

Slang

35. Orang 1:

yaaah, kan

anak SMA

mah udah

bebas

Gimana pada

jadi gak?

Udah

Tidak

baku

36. Orang 5:

naik mobil aja,

mobil siapa

gitu

Baku

37. Orang 4:

naik losbak

Baku

38. Orang 6:

norak lu,

norak!

Norak Tidak

baku

39. Orang 2: Baku

Page 93: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

82

naik kereta aja

40. Orang 1:

naik kereta

ribet, tolol !

Gimana? Mau

pergi pagi

pulang sore

apa pergi pagi

pulang pagi?

Apan ginep?

Nginep

Tolol

Tidak

baku

41. Orang 5:

masuk lah kuy,

masuk

(mengajak

anak-anak

masuk kelas)

Kuy Slang

Page 94: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

83

Pada rekaman tersebut penulis mencatat dialog sebagai berikut:

(pada saat dikoridor sekolah, dan waktu menunjukan jam

istirahat)

Orang 2 : eeeh, lu yang waktu ke puncak kaga inget ya?

Kalimat yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk

kata tidak baku, karena kalimat yang diucap oleh siswa bersifat

slang, dan dialek. Seperti pada kata Lu (kamu), dan Kaga

(tidak).

Orang 1 : kapan sih gue gak inget pas ke puncak, tai…!

Kalimat yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk

kata tidak baku, karena kalimat yang diucap oleh siswa bersifat

tidak formal, terdapat bentuk kata slang, dan dialek. Seperti

pada kata Gue (saya), dan Gak (tidak).

Orang 3 : yang kapan sih?

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata baku, hal ini terlihat bahwa setiap dari kata-kata

yang diucap oleh siswa tidak mengandung bentuk kata slang

dan dialek, kalimat yang diucapkan oleh siswa merupakan kata

yang sebenarnya dan tidak menggunakan persamaan kata

(sinonim).

Page 95: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

84

Orang 1 : yang waktu itu

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata baku, hal ini terlihat bahwa setiap dari kata-kata

yang diucap oleh siswa tidak mengandung bentuk kata slang

dan dialek, kalimat yang diucapkan oleh siswa merupakan kata

yang sebenarnya dan tidak menggunakan persamaan kata

(sinonim).

Orang 2 : yang dikasih nasi basi, kampret !

Kalimat yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk

kata tidak baku, karena kalimat yang diucap oleh siswa bersifat

tidak formal, terdapat kata hinaan. Seperti pada kata “Kampret”

yang mempunyai makna “Kelalawar kecil pemakan serangga”

Orang 3 : weeeeh, mati lu basi (sambil tertawa)

Kalimat yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk

kata tidak baku, karena kalimat yang diucap oleh siswa bersifat

tidak formal, terdapat bentuk kata slang. Seperti pada kata Lu

(kamu).

Orang 2 : apaan siiih?

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata baku, hal ini terlihat bahwa setiap dari kata-kata

yang diucap oleh siswa tidak mengandung bentuk kata slang

Page 96: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

85

dan dialek, kalimat yang diucapkan oleh siswa merupakan kata

yang sebenarnya dan tidak menggunakan persamaan kata

(sinonim).

Orang 4 : nasi goreeeeng…

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata baku, hal ini terlihat bahwa setiap dari kata-kata

yang diucap oleh siswa tidak mengandung bentuk kata slang

dan dialek, kalimat yang diucapkan oleh siswa merupakan kata

yang sebenarnya dan tidak menggunakan persamaan kata

(sinonim).

Orang 1 : ini lagi nasi goreng, goblok !

Kalimat yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk

kata tidak baku, karena kalimat yang diucap oleh siswa bersifat

tidak formal, terdapat kata hinaan. Seperti pada kata “Goblok”

yang mempunyai makna “Bodoh sekali”.

Orang 3 : bukan, nasi uduk, nasi uduk

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata baku, hal ini terlihat bahwa setiap dari kata-kata

yang diucap oleh siswa tidak mengandung bentuk kata slang

dan dialek, kalimat yang diucapkan oleh siswa merupakan kata

Page 97: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

86

yang sebenarnya dan tidak menggunakan persamaan kata

(sinonim).

Orang 2 : nasi biasa, bego !

Kalimat yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk

kata tidak baku, karena kalimat yang diucap oleh siswa bersifat

tidak formal, terdapat kata hinaan. Seperti pada kata “Bego”

yang mempunyai makna “Sangat bodoh”.

Orang 1 : makanya kalo orang lagi ngobrol dengerin

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh siswa mengandung persamaan kata (sinonim)

di dalamnya. Seperti pada kata Kalo (kalau), Dengerin

(mendengarkan).

Orang 4 : weeeh, selow dong

Kalimat yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk

kata tidak baku, karena kalimat yang diucap oleh siswa bersifat

tidak formal, terdapat bentuk kata slang. Seperti pada kata

Selow (santai).

lalu mereka bernyanyi-nyanyi, tidak lama kemudian salah satu

dari mereka merencanakan liburan akhir semester 2

Page 98: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

87

Orang 1 : nanti liburan semester kepuncak yuk?

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata baku, hal ini terlihat bahwa setiap dari kata-kata

yang diucap oleh siswa tidak mengandung bentuk kata slang

dan dialek, kalimat yang diucapkan oleh siswa merupakan kata

yang sebenarnya dan tidak menggunakan persamaan kata

(sinonim).

Orang 2 : ke Borobudur aja

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata baku, hal ini terlihat bahwa setiap dari kata-kata

yang diucap oleh siswa tidak mengandung bentuk kata slang

dan dialek, kalimat yang diucapkan oleh siswa merupakan kata

yang sebenarnya dan tidak menggunakan persamaan kata

(sinonim).

Orang 1 : pada mau gak?

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata baku, hal ini terlihat bahwa setiap dari kata-kata

yang diucap oleh siswa tidak mengandung bentuk kata slang

dan dialek, kalimat yang diucapkan oleh siswa merupakan kata

yang sebenarnya dan tidak menggunakan persamaan kata

(sinonim).

Page 99: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

88

Orang 2 : naik apa?

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata baku, hal ini terlihat bahwa setiap dari kata-kata

yang diucap oleh siswa tidak mengandung bentuk kata slang

dan dialek, kalimat yang diucapkan oleh siswa merupakan kata

yang sebenarnya dan tidak menggunakan persamaan kata

(sinonim).

Orang 1 : gampang laah, naik hiba utama

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata baku, hal ini terlihat bahwa setiap dari kata-kata

yang diucap oleh siswa tidak mengandung bentuk kata slang

dan dialek, kalimat yang diucapkan oleh siswa merupakan kata

yang sebenarnya dan tidak menggunakan persamaan kata

(sinonim).

Orang 3 : naik blue bird aja, blue bird

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata baku, hal ini terlihat bahwa setiap dari kata-kata

yang diucap oleh siswa tidak mengandung bentuk kata slang

dan dialek, kalimat yang diucapkan oleh siswa merupakan kata

yang sebenarnya dan tidak menggunakan persamaan kata

(sinonim).

Page 100: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

89

Orang 2 : ke anyer aja

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata baku, hal ini terlihat bahwa setiap dari kata-kata

yang diucap oleh siswa tidak mengandung bentuk kata slang

dan dialek, kalimat yang diucapkan oleh siswa merupakan kata

yang sebenarnya dan tidak menggunakan persamaan kata

(sinonim).

Orang 1 : ke puncak aja lah

Gimana, pada mau gak?

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh siswa mengandung persamaan kata (sinonim)

di dalamnya. Seperti pada kata Gak (tidak).

Orang 5 : gak lah, nanti ditilep semua duitnya

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh siswa mengandung persamaan kata (sinonim)

dan dialek di dalamnya. Seperti pada kata Gak (tidak), Tilep

(menyimpan suatu barang atau uang secara diam-diam).

Page 101: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

90

Orang 1 : ya kaga lah, asalkan duitnya kalo udah

kekumpul bayar terus langsung mesen bis

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh siswa mengandung persamaan kata (sinonim)

dan dialek di dalamnya. Seperti pada kata Kaga (tidak), Kalo

(kalau), Udah (sudah), mesen (pesan), Bis (bus).

Orang 5 : apaan? Apaan?

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata baku, hal ini terlihat bahwa setiap dari kata-kata

yang diucap oleh siswa tidak mengandung bentuk kata slang

dan dialek, kalimat yang diucapkan oleh siswa merupakan kata

yang sebenarnya dan tidak menggunakan persamaan kata

(sinonim).

Orang 2 : diiih, kepo

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh siswa mengandung bentuk kata slang di

dalamnya. Seperti pada kata Kepo (rasa ingin tahu).

Page 102: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

91

Orang 1 : weeh cong, anak-anak pada ngajakin liburan

semester 2 ke puncak

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh siswa mengandung persamaan kata (sinonim)

dan slang di dalamnya. Seperti pada kata Cong (sapaan gaul

pengganti nama).

Orang 6 : ayoooo

Kata yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan bentuk

kata baku, hal ini terlihat bahwa setiap dari kata-kata yang

diucap oleh siswa tidak mengandung bentuk kata slang dan

dialek, kata yang diucapkan oleh siswa merupakan kata yang

sebenarnya dan tidak menggunakan persamaan kata (sinonim).

Orang 1 : Kikan mau gak? Liburan semester 2 ke puncak

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh siswa mengandung persamaan kata (sinonim)

di dalamnya. Seperti pada kata Gak (tidak).

Orang 5 : ngapain?

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata baku, hal ini terlihat bahwa setiap dari kata-kata

Page 103: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

92

yang diucap oleh siswa tidak mengandung bentuk kata slang

dan dialek, kalimat yang diucapkan oleh siswa merupakan kata

yang sebenarnya dan tidak menggunakan persamaan kata

(sinonim).

Orang 1 : kepuncak ngapain? Nyanyi…(sambil tertawa)

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata baku, hal ini terlihat bahwa setiap dari kata-kata

yang diucap oleh siswa tidak mengandung bentuk kata slang

dan dialek, kalimat yang diucapkan oleh siswa merupakan kata

yang sebenarnya dan tidak menggunakan persamaan kata

(sinonim).

Disusul dengan teman-teman yang lain tertawa

Orang 5 : naik apa?

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata baku, hal ini terlihat bahwa setiap dari kata-kata

yang diucap oleh siswa tidak mengandung bentuk kata slang

dan dialek, kalimat yang diucapkan oleh siswa merupakan kata

yang sebenarnya dan tidak menggunakan persamaan kata

(sinonim).

Page 104: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

93

Orang 3 : naik apa tuh? Naik pesawat apa helikopter?

Hahaha (tertawa)

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata baku, hal ini terlihat bahwa setiap dari kata-kata

yang diucap oleh siswa tidak mengandung bentuk kata slang

dan dialek, kalimat yang diucapkan oleh siswa merupakan kata

yang sebenarnya dan tidak menggunakan persamaan kata

(sinonim).

Orang 1 : jadi kaga?

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh siswa mengandung persamaan kata (sinonim)

di dalamnya. Seperti pada kata Kaga (tidak).

Orang 3 : kaga, nanti gue diomelin emak gue

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh siswa mengandung persamaan kata (sinonim),

dialek dan slang di dalamnya. Seperti pada kata Kaga (tidak),

Emak (ibu), Gue (saya).

Page 105: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

94

Orang 1 : yaaah, kan anak SMA mah udah bebas

Gimana pada jadi gak?

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh siswa mengandung persamaan kata (sinonim)

di dalamnya. Seperti pada kata Udah (sudah) Gak (tidak).

Orang 5 : naik mobil aja, mobil siapa gitu

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh siswa mengandung persamaan kata (sinonim)

di dalamnya. Seperti pada kata Aja (saja).

Orang 4 : naik losbak

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata baku, hal ini terlihat bahwa setiap dari kata-kata

yang diucap oleh siswa tidak mengandung bentuk kata slang

dan dialek, kalimat yang diucapkan oleh siswa merupakan kata

yang sebenarnya dan tidak menggunakan persamaan kata

(sinonim).

Page 106: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

95

Orang 6 : norak lu, norak!

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata tidak baku, hal ini terlihat bahwa dari setiap kata

yang diucap oleh siswa mengandung slang di dalamnya.

Seperti pada kata Lu (kamu), dan Norak (sangat berlebihan,

kurang serasi).

Orang 2 : naik kereta aja

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata baku, hal ini terlihat bahwa setiap dari kata-kata

yang diucap oleh siswa tidak mengandung bentuk kata slang

dan dialek, kalimat yang diucapkan oleh siswa merupakan kata

yang sebenarnya dan tidak menggunakan persamaan kata

(sinonim).

Orang 1 : naik kereta ribet, tolol !

Gimana? Mau pergi pagi pulang sore apa pergi

pagi pulang pagi? Apa nginep?

Kalimat yang digunakan pada tuturan ini merupakan bentuk

kata tidak baku, karena kalimat yang diucap oleh siswa bersifat

tidak formal, terdapat kata hinaan. Seperti pada kata “Tolol”

yang mempunyai makna “sangat bodoh”.

Page 107: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

96

Orang 5 : masuk lah kuy, masuk (mengajak anak-anak

masuk kelas)

Kalimat yang digunakan pada tuturan tersebut merupakan

bentuk kata baku, hal ini terlihat bahwa setiap dari kata-kata

yang diucap oleh siswa tidak mengandung bentuk kata slang

dan dialek, kalimat yang diucapkan oleh siswa merupakan kata

yang sebenarnya dan tidak menggunakan persamaan kata

(sinonim).

Berdasarkan dialog di atas penulis mendeskripsikan secara jelas

mengenai hasil rekaman

Latar dan suasana yang terjadi pada percakapan antar teman sekelas

yang terdiri dari enam orang, pada saat jam istirahat pukul 09.30 WIB ,

mereka berkumpul di koridor sekolah, topik pada percakapan tersebut

mereka berbincang mengenai liburan akhir semester 2, pada percakapan

kali ini, di selipi bahasa slang dan tutur kata yang kasar terhadap teman

kelas.

Peserta pada saat tuturan berlangsung yaitu orang 1 (laki-laki sebagai

penutur, orang 2 (laki-laki sebagai lawan tutur), orang 3 (perempuan

sebagai lawan tutur), orang 4 (perempuan sebagai mitra tutur), orang 5

(sebagai lawan tutur), orang 6 (laki-laki sebagai mitra tutur).

Tujuan tuturan pada komunikasi tersebut berupa rencana dan ajakan

teman untuk mengisi liburan akhir smester dua.

Page 108: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

97

Urutan tindakanpada saat tuturan berlangsung disampaikan berupa

komunikasi verbal, isi pesan yang disampaikan yaitu merencanakan

liburan akhir semester serta mengajak teman-teman lain untuk ikut liburan.

Tuturan disampaikan dengan menggunakan bahasa kasar, santai,

akrab, sertaterdapat pula candaan dan gurauan.

Tuturan berlangsung berupa lisan dengan adanya dialek betawi, serta

di selingi bahasa slang dan bahasa yang kasar, kasar.

Norma yang digunakan penutur dan lawan tutur pada saat tuturan

berlangsung kurang memiliki etika, karena sebagaiman kita berbicara

kepada teman sebaya seharusnya tidak menggunakan bahasa yang kasar

untuk bahasa sehari-hari dan tidak boleh menyinggung perasaan teman.

Bentuk penyampaian pada komunikasi yang terjadi yaitu berupa suatu

rencana dan ajakan untuk mengisi liburan akhir semester bersama teman.

Page 109: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

98

Variasi Pemilihan Kode

No. Slang Tidak baku Baku

1. Lu Kamu

2. Gue Saya

3. Gak Tidak

4. Yaelah Yasudah sih

5. Songong Tidak tahu adat

6. Bet

Singkatan dari kata

“Banget”

7. Mulu Selalu

8. Liat Lihat

9. Kepo

Rasa “ingin tahu yang

berlebih/ingin mencampuri

urusan orang”

10. Goblok Sangat bodoh

11. Alay

Singkatan dari “anak

layangan”

12. Udah Sudah

13. Kaga Tidak

14. Belom Belum

15. Pengen Ingin

16. Bego Sangat bodoh

Page 110: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

99

17. Entar Nanti

18. Lebay Sesuatu yang “berlebihan”

19. Kalo Kalau

20. Pake Pakai

21. Mampus Mati

22. Sok-sokan Banyak gaya

23. Tengil menyebalkan

24. Rese Mengganggu

25. Labrak Memarahi

26. Boam

Singkatan dari “bodo amat

atau dalam arti masa

bodoh dan tidak peduli”

27. Kampret

Kelalawar kecil pemakan

serangga

28. Selow Santai

29. Tilep

“Menyimpan suatu

barang/uang secara diam-

diam”

30. Duit Uang

31. Mesen Memesan

32. Bis Bus

34. Cong

Page 111: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

100

34. Norak

Sangat berlebihan, kurang

serasi

35. Nginep Menginap

36. Tolol Sangat bodoh

37. Kuy Kata “yuk” yang di balik

Sintesis :

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai

pemilihan kode yang digunakan oleh siswa SMA Al-huda Jakarta, seperti

yang telah dikelompokan dengan menggunakan table di atas maka, dapat

disimpulkan bahwa adanya variasi pemilihan kode yang digunakan siswa

untuk berkomunikasi lebih sering menggynakan kosakata tidak baku.

Page 112: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

101

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan tentang pemilihan kode dalam tuturan

lisan di SMA Al-Huda Jakarta Barat, maka dapat disimpulkan bahwa ketika

berada di luar kelas, banyak siswa yang berkomunikasi dengan lawan tutur

dan mitra tutur dengan menggunakan kosakata tidak baku di dalamnya.

Adapun kosa kata yang digunakan sebagai berikut:

1. Kosa kata tidak baku

a. Kata gue, yaitu saya

b. Kata lu, yaitu kamu

c. Kata kaga, yaitu tidak

d. Kata emak, yaitu ibu

e. Kata tolol, yaitu sangat bodoh

2. Kosa kata slang

a. Kata kepo, yaitu rasa ingin tahu

b. Kata selow, yaitu santai

c. Kata kuy, yaitu yuk

d. Kata alay, yaitu anak layangan

B. Saran

Berdasarkan simpulan mengenai pemilihan kode dalam tuturan lisan

oleh siswa SMA Al-huda jakarta, maka dapat dikemukakan saran sebagai

berikut:

1. Untuk Guru

Kepada para pengajar bidang studi bahasa dan sastra Indonesia, penelitian

ini dapat membantu guru dalam mengajar keterampilan kebahasaan,

khususnya keterampilan berbicara.

Page 113: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

102

2. Untuk calon guru

Kepada calon mata pelajaran bahasa Indonesian di sekolah, disarankan

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta berusaha untuk

meningkatkan keterampilan menggubakan bahasa Indonesia lisan maupun

tulisan.

Page 114: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

103

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, dan Alek Abdullah. Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga, 2012.

Alwi, Hasan, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesi. Jakarta: Balai Pustaka,

2003.

Arifin, Zaenal dan Amran Tasai. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akapres,

1995.

Aslinda, dan Leni Syafyahya. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT. Refika

Aditama, 2007.

Catur Westi, Erni. “Pemakaian Bahasa Prokem: Studikasus di SMA 8 Jakarta”.

Skripsi. Depok. Jurusan Sastra Indonesia. Universitas Indonesia, 1991.

Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2004.

Halliday, M.A.K. Spoken and Writen Language. New York: Oxfrord University

Press, 1990.

Hardiningsih, Hasan Rossy. “Evektifitas Bahasa Slang Dalam Iklan Radio

Terhadap Tinggkat Pengetahuan Khalayak Pendengar”. Skripsi. Depok.

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Universitas Indonesia, 1992.

Hymes, Dell. Ethnography, Linguistics, Narrative Inequality. USA: Taylor &

Francis Ltd, 1996.

James, P. Spradley. Metode Etnografi. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 2006.

Jendra, Made IwanIndrawan. Sociolinguistics: The Study of Societies’ Language.

Yogyakarta: Graha llmu, 2010.

Jhon W. Creswell. Reasrch Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed

.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Mahsun. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cetakan -

5. 2011.

Nababan, P.W.J. Sosiolinguistik suatu pengantar. Jakarta: PT. Gramedia, 1984.

Page 115: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

104

Pateda, Mansoer. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa, 1987.

Pangaribuan, Tagor. Paradigma Bahasa. Yogyakarta: graham Ilmu, 2008.

Rokhman Fathur. Sosiolinguistik Suatu Pendekatan Pembelajaran Bahasa dalam

Masyarakat Kultural. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.

Solihudin, Ivan. “Fenomena Ragam Bahasa Pergaulan Mahasiswa FIS UNJ”.

Skripsi. Jakarta. Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negri

Jakarta, 2012.

Spolsky, Bernard. Sociolinguistics. Cetakan ke-4. Oxford: Oxford University

Press, 2003.

Sumarsono, dan Paina Partana. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2009.

Thomas Linda, dan Waering Shan. Bahasa, Masyarakat, dan Kekuasaan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Trudgill, Peter. Sosiolinguistics: An Introduction to Language and Society.

England: Penguin Books, 1995.

Wardough, Ronald. An Introduction to Sosiolinguistics. New York: Basil

Blackwell, 1988

Wijana, I Dewa Putu, Rohmadi Muhammad. Sosiolinguistik, Kajian Teoridan

Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.

Page 116: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

a. Rekaman 1.1

Tanggal : 16-02-2016

Topik : Cari tahu status teman melalui

sosial media

Lokasi : Di dalam toilet perempuan

Status : Teman sekelas

Orang yang terlibat : Antar teman

Bahasa yang digunakan : Bahasa sehari-hari

Pada rekaman tersebut penulis mencatat dialog sebagai berikut:

Perempuan 1 : Lu kenapa?

Perempuan 2 : si Zahra tuh, ngituin gue tadi.

Emang si Misa putus ya? (sambil lihat Hp)

Perempuan 1 : gak tau, enggak lah..

Perempuan 2 : Nih dia statusnya sibuk (sambil menunjukan hp-nya)

Perempuan 3 : Gak, status doang yaelah.

Perempuan 2 : Heeh, songong bet lu .

Perempuan 1 : Hehehehe (tertawa usil).

Perempuan 2 : Songong mulu, jealous gua liatnya .

Perempuan 1 : Coba liat fotonya? (dengan nada penasaran).

Page 117: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

Perempuan 2 : Gak ada.

Perempuan 3 : Coba liat DP ny

Perempuan 2 : Gak ada

Perempuan 1 : Kok, statusnya gak ada nama lu?

Perempuan 2 : Kepo lu

Perempuan 1 : Apaan?

Perempuan 2 : Gue, udah liat goblok

Perempuan 1 : Haah, apaan sih lu

Perempuan 3 : Tau ah, gelap (kesal dengan perempuan ke 1 yang tulalit)

Perempuan 2 : Lagian alay ngomongnya. Kan tadi gue udah cerita-cerita

Perempuan 1 : Gak sih, tadi lu kaga cerita sama gua

Perempuan 3 : Emang lu gak denger?.

Perempuan 1 : Jiiiih, belom

Perempuan 2 : Rese aja lu bocahnya Ayo dong (sambil mengajak temannya ke

kelas)

Perempuan 1 : Jangan mau, jangan mau

Perempuan 3 : Enakan di sini nih

Perempuan 1 : Jangan mau bego, jangan mau

Perempuan 2 : Ayo masuk, gue pengen ke kelas

Page 118: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

Perempuan 3 : Entar dulu, gue pengen kencing

Perempuan 2 : Ah, lebay lu, bukannya dari tadi

Perempuan 3 : Tungguin dong..

Perempuan 2 : Iiiih, males banget gue nungguin lu

Perempuan 1 : Yeeeeh (sambil meledek )

Perempuan 3 : Yaudah, gue gak jadi lah kalo gitu

Page 119: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

a. Rekaman 1.2

Tanggal : 27-02-2016

Topik : Razia sepatu di sekolah

Lokasi : Kantin sekolah

Status : Teman

Orang yang terlibat : Antar teman

Bahasa yang digunakan : Bahasa sehari-hari

Pada rekaman tersebut penulis mencatat dialog sebagai berikut:

(pada saat di kantin sekolah, terdapat 3 orang yang baru saja duduk di bangku

kantin)

Orang 1 : Kok, lu gak pake sepatu? Sepatu lu mana deh?

Orang 2 : Diambil sama anak osis.

Orang 3 : Dibilangin sih gak percaya, mampus lu

Orang 2 : Sial…

Orang 1 : Lu kaga ditanyain sama guru piket?

Orang 2 : Tanyain lah, yaudah gua bilangnya itu diambil sama anak osis,

hahaha bego ya…

Page 120: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

Orang 1 : Terus kalo gue dipanggil juga gimana, gara-gara itu sepatu ?

Orang 2 : Yaudah biarin aja, pusing amat lu

Orang 1 : Mahal bego (dengan wajah kesal)

Orang 3 : Mampus lu, makan tuh sepatu, hahaha (sambil meledek) Lagian

sok-sokan sih jadi orang.

Orang 2 : Yaelah, beli lagi lah. Lagian sebel banget gue sama anak osis

gayanya tengil

Orang 1 : Siapa sih, siapa namanya?

Orang 3 : Anak kelas berapa?

Orang 2 : Mana gua tau

Orang 1 : Tandain bego, biar gak tengil.

Orang 2 : Liat aja sih, kalo emang itu orang rese lagi mah belom gue labrak

aja.

Orang 3 : Labrak aja, labrak jangan takut bego.

Orang 1 : Laper nih, mau pesen apa ya gua. Lu mau apa? (menanyakan

orang ke 2 dan 3).

Orang 3 : Pengen yang pedes nih, mie ayam apa bakso ya? (bingung).

Orang 1 : Buruan ah, mau apa.

Orang 2 : Gue batagor aja lah.

Orang 3 : Bakso lah, sambel tiga sendok ya.

Page 121: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

Orang 1 : Makan bakso apa sambel lu? Mencret aja mampus lu.

Orang 3 : Boam lah, berisik lu (kesal).

Page 122: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

a. Rekaman 4.3

Tanggal : 16-02-2016

Topik : Liburan akhir semester

Lokasi : Koridor sekolah

Status : Teman

Orang yang terlibat : Teman sekelas

Bahasa yang digunakan : Bahasa sehari-hari yang

diselipi bahasa Prokem

Pada rekaman tersebut penulis mencatat dialog sebagai berikut:

(pada saat dikoridor sekolah, dan waktu menunjukan jam istirahat)

Orang 2 : eeeh, lu yang waktu ke puncak kaga inget ya?

Orang 1 : kapan sih gue gak inget pas ke puncak, tai…!

Orang 3 : yang kapan sih?

Orang 1 : yang waktu itu

Orang 2 : yang dikasih nasi basi, kampret !

Orang 3 : weeeeh, mati lu basi (sambil tertawa)

Orang 2 : apaan siiih?

Orang 4 : nasi goreeeeng…

Orang 1 : ini lagi nasi goring, goblok !

Orang 3 : bukan, nasi uduk, nasi uduk

Page 123: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

Orang 2 : nasi biasa, bego !

Orang 1 : makanya kalo orang lagi ngobrol dengerin

Orang 4 : weeeh, selow dong

lalu mereka bernyanyi-nyanyi, tidak lama kemudian salah satu dari mereka

merencanakan liburan akhir semester 2

Orang 1 : nanti liburan semester kepuncak yuk?

Orang 2 : ke Borobudur aja

Orang 1 : pada mau gak?

Orang 2 : naik apa?

Orang 1 : gampang laah, naik hiba utama

Orang 3 : naik blue bird aja, blue bird

Orang 2 : ke anyer aja

Orang 1 : ke puncak aja lah

Gimana, pada mau gak?

Orang 5 : gak lah, nanti ditilep semua duitnya

Orang 1 : ya kaga lah, asalkan duitnya kalo udah kekumpul bayar terus

langsung mesen bis

Orang 5 : apaan? Apaan?

Orang 2 : diiih, kepo

Orang 1 : weeh cong, anak-anak pada ngajakin liburan semester 2 ke

puncak

Orang 6 : ayoooo

Page 124: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

Orang 1 : Kikan mau gak? Liburan semester 2 ke puncak

Orang 5 : ngapain?

Orang 1 : kepuncak ngapain? Nyanyi…(sambil tertawa)

Disusul dengan teman-teman yang lain tertawa

Orang 5 : naik apa?

Orang 3 : naik apa tuh? Naik pesawat apa helicopter? Hahaha (tertawa)

Orang 1 : jadi kaga?

Orang 3 : kaga, nanti gue diomelin emak gue

Orang 1 : yaaah, kan anak SMA mah udah bebas

Gimana pada jadi gak?

Orang 5 : naik mobil aja, mobil siapa gitu

Orang 4 : naik losbak

Orang 6 : norak lu, norak!

Orang 2 : naik kereta aja

Orang 1 : naik kereta ribet, tolol !

Gimana? Mau pergi pagi pulang sore apa pergi

pagi pulang pagi? Apa nginep?

Orang 5 : masuk lah yuk, masuk (mengajak anak-anak masuk kelas)

Page 125: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
Page 126: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
Page 127: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
Page 128: PEMILIHAN KODE DALAM TUTURAN LISAN OLEH SISWA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35145/2/NURFI... · mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,