bab ii bentuk tindak tutur asertif dalam drama … · tuturan marnusy pada penggalan tuturan di...

36
29 BAB II BENTUK TINDAK TUTUR ASERTIF DALAM DRAMA AHLUL KAHFI BAGIAN PERTAMA Seperti yang dijelaskan pada bab I sub bab landasan teori, bahwa tindak tutur asertif dapat berupa tindak tutur asertif dapat berupa affirm (menguatkan)/ assert (menegaskan), allege (menduga)/ forecast (meramalkan)/ predict (memprediksi), insist (mendesak), announce (mengumumkan)/reporting (melaporkan), claiming (mengakui), concluding (menutup/mengakhiri), dan stating (menyatakan). Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, mengenai bentuk tindak tutur asertif dalam drama Ahlul Kahfi bagian pertama. Untuk mengurangi adanya pengulangan kata yang berlebihan dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan singkatan AKbg1 untuk menggantikan kepanjangan dari “drama Ahlul Kahfi bagian pertama”. Dan untuk mempermudah dalam mengenali data diperlukan adannya kartu data, oleh karena itu penulis akan menyisipkan kartu data berupa (nama drama/tahun/hal/no data) (AKbg1/1932/30/33). Ditemukan beberapa bentukyang digunakan, di antaranya: A. Affirm (menguatkan), assert (menegaskan); Menegaskan adalah memberitahukan dengan sungguh-sungguh tentang sesuatu yang sudah pasti, jadi tindak tutur menegaskan merupakan pengulangan tentang apa yang dituturkan sebelumnya (Indriastuti, 2007: 8). Affirm atau affirmation dalam “dictionary of linguistic terms” diartikan oleh Baalbaki ke dalam bahasa Arab menjadi “إثبات”„itsba>t(1990: 34). Kamus

Upload: doquynh

Post on 08-Jun-2019

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

29

BAB II

BENTUK TINDAK TUTUR ASERTIF DALAM DRAMA

AHLUL KAHFI BAGIAN PERTAMA

Seperti yang dijelaskan pada bab I sub bab landasan teori, bahwa tindak

tutur asertif dapat berupa tindak tutur asertif dapat berupa affirm (menguatkan)/

assert (menegaskan), allege (menduga)/ forecast (meramalkan)/ predict

(memprediksi), insist (mendesak), announce (mengumumkan)/reporting

(melaporkan), claiming (mengakui), concluding (menutup/mengakhiri), dan

stating (menyatakan). Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam

penelitian ini, mengenai bentuk tindak tutur asertif dalam drama Ahlul Kahfi

bagian pertama. Untuk mengurangi adanya pengulangan kata yang berlebihan

dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan singkatan AKbg1 untuk

menggantikan kepanjangan dari “drama Ahlul Kahfi bagian pertama”. Dan untuk

mempermudah dalam mengenali data diperlukan adannya kartu data, oleh karena

itu penulis akan menyisipkan kartu data berupa (nama drama/tahun/hal/no data) “

(AKbg1/1932/30/33)”. Ditemukan beberapa bentukyang digunakan, di antaranya:

A. Affirm (menguatkan), assert (menegaskan);

Menegaskan adalah memberitahukan dengan sungguh-sungguh

tentang sesuatu yang sudah pasti, jadi tindak tutur menegaskan merupakan

pengulangan tentang apa yang dituturkan sebelumnya (Indriastuti, 2007: 8).

Affirm atau affirmation dalam “dictionary of linguistic terms” diartikan oleh

Baalbaki ke dalam bahasa Arab menjadi “إثبات”„itsba>t‟ (1990: 34). Kamus

30

Bahasa Indonesia (KBI, 2008: 17) kata afirmatif bersifat menguatkan atau

mengesahkan.

Shachrawi (2005: 206) menyepadankan makna kata affirmation

dengan kata “at-ta’ki>d”. Adapun Baalbaki (1990: 58) menyepadankan kata

“at-ta’ki>d” dengan assert (menegaskan). Dapat disimpulkan bahwa

affirmation dan assert di dalam bahasa Arab mempunyai makna yang sama,

yaitu “at-ta’ki>d” yang artinya menegaskan atau menguatkan.

Ghulayaini menjelaskan pengertian at-tauki>d di dalam kitabnya

“Jami>’ud-Duru>si al-Ara>biyati”, yaitu:

. أو التأكيد(( تكرير يراد بو تثبيت أمر املكرر يف نفس السامع) ) التوكيد

At-tauki>d ( (au at-ta’ki>d)) takri>run yura>du bihi tatsbi>tu amril-mukarrari fi> nafsi’s-sa>mi’i

At-tauki>d atauat-ta’ki>d: pengulangan yang bermaksud untuk menguatkan

pernyataan pada mitra tutur (Ghulayaini, 1993: 542).

Ditemukan 94 data tuturan menegaskan dalam naskah AKbg1.

Sampel data yang akan dianalisis penulis sebanyak tujuh data. Sampel

tersebut berdasarkan beberapa jenis tuturan menegaskan yang ditemukan di

dalam AKbg1, sehingga dapat mewakili data-data lainnya. Tindak tutur

menegaskan ditemukan pada data-data berikut ini:

إيل؟ صغيتأ !مشلينيا: مرنوش نعم: مشلينيا . علينا حقو بعض عن نزل قد قلوبا لنا خلق وقد اهلل إن: مرنوشيف شك( . . . )بعد تفكن يصيح يف فرح( قد تكون صادقا يف ىذا يا مرنوش : )مشلينيا

(AKbg1/1932/30/33). . . لكن Marnu>sy: Misyli>niya>! Atushgi ilaiya? Misyli>niya>: na'am

31

Marnu>sy: inna'l-Laha waqad khalaqa lana> qulu>ban qad nazala 'an ba'dhi chaqqahu 'alaina>.

Misyli>niya>: (ba’da tafki>r yashi>chu fi> farach) qad taku>nu sha>diqan fi> hadza> ya> Marnu>sy… (fi> syak) lakin…

Marnusy : “Misyliniya! Apa kamu memperhatikanku?”

Misyliniya: “iya”

Marnusy: "sesungguhnya Allah telah menciptakan untuk kita hati, dan

telah menurunkan sebagian hakNya untuk kita"

Misyliniya: (setelah berfikir tiba-tiba berteriak) “dalam hal ini kita telah

menjadi teman wahai Marnusy…” (ragu-ragu) “tapi…” '

Tuturan Marnusy pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya

tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan menegaskan. Hal ini menyebabkan

Marnusy sebagai penutur dan Misyliniya sebagai mitra tutur. Tuturan

menegaskan tersebut dilakukan untuk menegaskan pernyataan bahwa amanat

yang disampaikan penutur itu agung (baik) ditandai dengan partikel inna ( إن) dan qad ( (قد .

Percakapan ini terjadi ketika penutur bertanya kepada mitra tutur

“Anushgi ilaiya?”. Mitra tutur menjawab “na'am”, mendengar jawaban mitra

tutur tersebut penutur melanjutkan “inna'l-Laha waqad khalaqa lana> qulu>ban

qad nazala 'an ba'dha chaqqihi 'alaina>” dengan maksud untuk menyimpulkan

pembahasan sebelumnya.

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang

dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada

data tuturan menegaskan di atas menunjukkan penuturmenggunakan intonasi

datar. Akan tetapi dengan adanya ada>tu tauki>d yang digunakan dalam tuturan

tersebut membuat intonasi naik, sehingga kadar keterdengaran yang diterima

mitra tutur menjadi bertekan.

32

Data tuturan menegaskan dalam naskah AKbg1 juga ditemukan pada

data berikut:

حواملسي باهلل األقلى عل كفرت أنك ألخربك ىنا الراعي أن لو ) هتكم يف: (مشلينيا األقل؟ى عل: مرنوش . . . آخر بأحد أذكرك أن أود ال نعم، ألين: مشلينيا . النفس ءي س لفيت إنك: مرنوش

(AKbg1/1932/34/39) أنا؟!: مشلينيا Misyli>niya>: (fi> tahkim) lau anna'r-ra>'i huna> la'ukhbiruka annaka kafarta

'ala>'l-aqal bi'l-Lahi wa'l-masi>chi. Marnu>sy: 'ala'l-aqal? Misyli>niya>: na'am, li'anni> la> awaddu an adzkuraka bi'achadin a>khar. . .

Marnu>sy: innaka lafata> saiyi'i'n-nafsi Misyli>niya>: ana>?!

„Misyliniya: (mengejek) “jika saja pengembala ini mengatakan kepadamu

bahwasanya kamu telah ingkar, paling tidak kepada Allah

dan al-Masih”

Marnusy : “paling tidak?”

Misyliniya: “benar, karena aku tidak akan mengingatmu sebagai

seseorang. . . ”

Marnusy: "sesungguhnya kamu adalah seseorang yang berhati jahat"

Misyliniya : “aku?!” '

Tuturan Marnusy pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya

tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan menegaskan. Hal ini menyebabkan

Marnusy sebagai penutur dan Misyliniya sebagai mitra tutur. Tuturan

menegaskan di atas ditandai dengan adanya partikel yaitu inna ( إن ) pada kata

innaka ( . (إنك

Percakapan ini terjadi ketika mitra tuturmenyatakan “lau anna'r-ra>'i

huna> la'akhbiruka annaka kafarta 'ala>'l-aqal bi'l-Lahi wa'l-masi>chi” yang

yang bermaksud untuk menduga sesuatu yang tidak terjadi. Mendengar hal

33

itu penutur pun terkejut dengan mengatakan “'ala'l-aqal?”, kemudian mitra

tutur menjawab “na'am, li'anni> la> awaddu an adkurka bi'achadin a>khar. . .

. . ”penutur tidak menyukai jawaban mitra tutur sehingga penutur dengan

sengaja memotong tuturan mitra tutur dengan “innaka lafata> syai'u'n-nafsi”.

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang

dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada

data tuturan menegaskan di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi

datar. Ada>tu tauki>d pada data tuturan menegaskan di atas menjadikan tuturan

tersebut sedikit bertekan, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra

tutur menjadi bertekan. Melihat respon atau jawaban yang diberikan dapat

diketahui bahwa mitra tutur memperhatikan dan terkejut dengan tuturan

penutur.

Data tuturan menegaskan pada naskah AKbg1adalah sebagai berikut:

كم حتب أىلك!: ديليخا (AKbg1/1932/22/100. . . ) إين إنا أحيا هبما وهلما: مرنوش

Yimli>kha>: kam tuchibbu ahlaka! Marnu>sy: inni> innama> achya> bihima> walahuma>

„Yimlikha: “seberapa besar kamu mencintai keluargamu!”

Marnusy: “sebenarnya diriku tiada lain hidup dengan mereka dan untuk

mereka…”

Tuturan Marnusy pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya

tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan menegaskan. Hal ini menyebabkan

Marnusy sebagai penutur dan Yimlikha sebagai mitra tutur. Tuturan

menegaskan ditandai dengan inna ( إن), innama> (إنا) dan pengulangan ism

dhamir huma> (مها).

34

Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur bertanya kepada penutur

mengenai besarnya perasaan cinta kepada keluarganya, kemudian penutur

menjawab bahwa dia hidup tiada lain adalah dengan keluarganya dan untuk

keluarganya. Tindak tutur menegaskan merupakan pengulangan tentang apa-

apa yang dituturkan sebelumnya oleh seorang penutur (Indriastuti, 2007: 8).

Begitu pula dalam bahasa Arab bahwa tuturan menegaskan dengan

mengulangi satu lafadz sebelumnya disebut “taukid lafdzi” (Shachrawi,

2005: 210).

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang

dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada

data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar. Melihat

dengan adanya ada>tu taukid pada tuturan di atas menyebabkan intonasi yang

dituturkan menjadi naik, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra

tutur adalah sedikit bertekan.

Selain data di atas tuturan menegaskan juga ditemukan dalam data

berikut:

أرأيتنا من قبل؟: مشلينيا كثنا: ديليخا أين؟: مرنوشكنتما حتوطان امللك يف شرفتو، . مبدينة طرسوس، ىف ساحة مصارعة السباع: ديليخا

. ىذا امللك، وىذان مشلينيا ومرنوش: واألنظار ترمقكم والشفاه هتمس(AKbg1/1932/16/60)

Misyli>niya>: ara’aitana> min qabl? Yimli>kha>: katsi>ran Marnu>sy: aina?

35

Yimli>kha>: bimadi>nati tharsu>s, fi> sa>chati musha>ra’ati’s-siba>’i. Kuntuma> tachu>tha>ni’l-Malika fi>syurfatihi, wal-anzha>ru tarmaqukum wa’sy-syafa>hu tahmus: hadza>’l Malik, wa hadza>ni Misyli>niya wa Marnu>sy.

„Misyliniya: “apakah sebelumnya kamu pernah melihat kita?”

Yimlikha: “sering”

Marnusy: “dimana?”

Yimlikha : “di kota Tharsus, di arena pertandingan binatang liar. Kalian

menjaga Raja di balkon, kalian menjadi pusat perhatian dan

bibir berbisik: ini Raja dan keduanya ini adalah Misyliniya

dan Marnusy”. ‟

Tuturan Yimlikha pada penggalan tuturan di atas menunjukkan

adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan menegaskan. Hal ini

menyebabkan Yimlikha sebagai penutur, Misyliniya sebagai mitra tutur

pertama dan Marnusy sebagai mitra tutur kedua. Tuturan menegaskan

ditandai dengan adanya charfu tanbih bersama ism isyarah, yaitu hadza> (ىذا) dan hadza>ni (ىذان) yang merupakan salah satu ada>tu tauki>d.

Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur pertamabertanya kepada

penutur “ara>’aitana> min qabl?”, kemudian penutur menjawab “katsi>ran”.

Mendengar jawaban penutur, mitra tutur kedua segera bertanya “aina?”, maka

penutur menjawab “bimadi>nati tharsu>s, fi> sa>chati musha>ra’ati’s-sa>bi’.

Kuntuma> tachu>tha>ni’l-Malika fi>syurfatihi, wal-anzha>ru tarmaqukum wa’sy-

syafa>hu tahmus: hadza>’l Malik, wa hadza>ni Misyli>niya wa Marnu>sy”.

kalimat yang menunjukkan adanya tuturan menegaskan terdapat pada tuturan

penutur “…hadza>’l Malik, wa hadza>ni Misyli>niya wa Marnu>sy”

Penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang dijelaskan oleh Wijana

(1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada data di atas,

36

menunjukkan bahwa penutur menggunakan intonasi datar. Melihat dengan

adanya charfu tanbi>h pada tuturan di atas menyebabkan intonasi yang

dituturkan menjadi sedikit naik, sehingga kadar keterdengaran yang diterima

mitra tutur adalah sedikit bertekan.

B. Allege (menduga), forecast (meramalkan), predict (memprediksi);

Kamus Bahasa Indonesia (KBI, 2008: 367) kata menduga diartikan

sebagai (1) mengukur dalamnya laut (sungai dsb); (2) menyangka;

memperkirakan (akan terjadi sesuatu); (3) hendak mengetahui (isi hati dsb).

Jadi tindak tutur menduga adalah tindakan yang berwujud tuturan untuk

memperkirakan atau menyangka sesuatu yang akan terjadi, memperhitungkan

sesuatu dengan adanya pengamatan sebelumnya.

Kamus Bahasa Indonesia (2008: 1160) mengartikan kata meramalkan

sebagai melihat, menduga keadaan yang akan terjadi. Memprediksi dapat

diartikan sama seperti meramal. Dalam kamus, Ba‟albaki mengartikan

prediction (memprediksi) menjadi تنبؤtanabbu’, yaitu kemampuan mitra tutur

atau penutur untuk memprediksi dengan menggunakan kalimat berimbuhan

awal atau akhir dalam suatu keadaan (1990: 392). Ba‟albaki menyebutkan

adanya prediction verb (kata kerja memprediksi), yaitu kata kerja yang

bermanfaat untuk memprediksi sesuatu seperti: “will”

„akan/mau/dapat/harus‟ atau “shall” „akan/dapat/boleh‟ dengan “fi’lu’t-ta>li”

„kata kerja yang akan datang‟ (1990: 392). Beberapa pengertian di atas dapat

diambil kesimpulan bahwa menduga, meramalkan dan memprediksi

mempunyai makna dan maksud yang sama.

37

Partikel lau (لو) dan la’alla ( لعل) merupakan salah satu partikel yang

menandakan adanya maksud untuk menduga, seperti yang dijelaskan

Ghulayaini (1993: 560) berikut:

: نوعن ))لو((تسمى حرف , فتفيد امتناع شئ المتناع غنه, أن تكون حرف شرط ملا مضي .1

. قوعغنع لو ملا كان سيق امتناع المتناع او حرفاحينئد ال تفيد االمتناع وإنا تكون : إن(()) مبعىن, أن تكون حرف شرط للمستقبل .2

. جملرد ربط اجلواب بالشرط

Lau nau’aini: 1. An taku>na charfu syarthin lima> madhi>, fatufi>du imtina>’u syai’in

li’imtina>’i gairihi, tusamma> charfa imtina>’a li’imtina>’i au charfan lima>

ka>na sayaqa’u liwuqu>’igairi,

2. An taku>na charfu syarthin lilmustaqbal, bima’na ( (in): chi>naidzin la>

tufi>du’l-imtina>’I, wa innama> taku>nu limujarradi rabthi’l-jawa>bi bisy-

syarthi

Lau mempunyai dua macam:

1. Partikel syarat untuk sesuatu yang lalu atau masa lalu: bermanfaat untuk

menghindar sesuatu yang mustahil, dinamakan partikel

imtina>’uli’imtina>’i atau partikel yang akan melakukan jika terjadi

sesuatu yang lain

2. Menjadikan partikel syarat untuk sesuatu yang akan terjadi, artinya (in)

yang kemudian tidak bermanfaat untuk menghindar. Dan menjadikan

untuk meringkas hubungan jawab dengan syarat.

مبعىن الرتاجي أو االشفاق: لعل طلب ملمكن املرغوب فيو: الرتجي والتخوف من حدوثو, توقع االمر املكروه: االشفاق

La’alla: bima’na> at-tara>ji> au al-isyfa>qi Fa’t-tara>ji>: thalabu limumkini’l-mar’ghu>bi fi>hi Al-isyfa>q: tawaqqa’u’l-amr’l-makru>hu, wa takhufu min chudu>tsihi

La’alla: berarti at-tara>ji atau al-isyfa>qi At-tara>ji: meminta sesuatu untuk mungkin dengan adanya rasa takut di

dalamnya.

38

Al-isyfa>q: berjanji mengajarkan atau memerintahkan hal yang merusak,

dan ketakutan dari apa yang terjadi (1993: 566)

Ditemukan 16 data tuturan menduga dalam naskah AKbg1. Penulis

akan menganalisis empat sampel data tuturan berdasarkan banyaknya jenis

tanda lingual tuturan menduga yang digunakan, yaitu:

أين الراعى؟ أين ثالثنا الراعى؟: مشلينيا . أتبن شبح كلبو ىنا باسطا ذراعيو: مرن وشناب ق رب ناا، أين ىو؟أال: مشلينيا ت ر ىذا الرااعى ي ت . ، شأن الراعاة الن اهار اب الكهف ي رقب طلوعب لعلاو ب : مرن وش

(AKbg1/1932/14/95) Misyli>niya >: aina’r-ra>’i>? aina tsa>litsuna>’r-ra>’i>? Marnu>sy : atabayyanu syabcha kalbihi huna> ba>sithan dzira>’i>hi Misyli>niya >: ala> tara> hadza>’r-ra>’i yatajannabu qurbanan, aina huwa?

Marnu>sy: la’allahu biba>bi’l-kahfi yarqubu thulu>’a’n-naha>ri, sya’na’r-ra’a>ti

„Misyliniya: “mana si penggembala? Mana orang ketiga di antara kita si

penggembala?”

Marnusy : “aku melihat dengan jelas anjingnya di sini sedang

merenggangkan kakinya. ”

Misyliniya: “tidakkah kamu mengetahui si penggembala ini menjauhi kita,

dimana dia?”

Marnusy: “mungkin di pintu gua menunggu datangnya siang, kebiasaan

penggembala. ” ‟

Pada penggalan tuturan di atas terdapat data yang menunjukkan

adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan meduga. Pada data ini

Marnusy sebagai penutur dan Misyliniya sebagai mitra tutur. Tuturan

menduga tersebut dilakukan penutur karena belum mengetahui apa yang

sebenarnya terjadi dan hanya berdasarkan pengamatan penutur saja. Ditandai

dengan partikel la’alla ( لعلا).

39

Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur bertanya kepada penutur

mengenai keberadaan si penggembala, akan tetapi penutur menjawabnya

dengan menunjukkan keberadaan anjing gembalanya si penggembala yang

menendakan bahwa si penggembala masih berada di sekitar. Kemudian mitra

tutur mengatakan “ala> tara> hadza>’r-ra>’i yatajannabu qurbanan, aina huwa?”.

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang

dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada

data tuturan menduga di atas, menunjukkan bahwa penutur menggunakan

intonasi datar, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah

biasa.

Data lainnya terdapat dalam naskah AKbg1 adalah sebagai berikut ini:

حياول النهوض فتؤملو عضالتو( آه!): مشلينيا إىل أين؟: مرنوش سيذىب ىذا اإلنسان كى يصلح فعلتو: مشلينيا (AKbg1/1932/23/98) ؟ذا عساك تصنعوحيك! ما: مرنوش

Misyli>niya >: (yucha>wilu’n-nahu>dha fatu’limuhu ‘adhla>tuhu) a>h! Marnu>sy: ila> aina? Misyli>niya>: sayadzhabu hadza’l-insa>nu kai-yuslich fi’latahu Marnu>sy: waichaka! Ma>dza ‘asa>ka tashna’u?

„Misyliniya : (merasakan sakit pada tulangnya) “aah!”

Marnusy: “mau kemana?”

Misyliniya: “orang ini akan pergi untuk memperbaiki perbuatannya. ”

Marnusy : “celaka kamu! Apa yang akan kamu lakukan?”. ‟

Tuturan Misyliniya pada penggalan tuturan di atas menunjukkan

adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan meduga. Pada data ini

Misyliniya sebagai penutur dan Marnusy sebagai mitra tutur. Tuturan

40

menduga tersebut dilakukan penutur untuk menduga apa yang akan mereka

lakukan. Tuturan menduga ini ditandai dengan adanya pertikel sa (س ) yang

memiliki maksud sama seperti kata “will” dalam bahasa Inggris. Will

merupakan salah satu prediction verb menurut Ba‟albaki (1990: 392).

Percakapan ini terjadi ketika penutur tiba-tiba merenggangkan

badannya yang terasa sakit, kemudian mitra tuturbertanya “ila> aina?” „mau

kemana?‟, penutur pun langsung menjawab “sayadzhabu hadza’l-insa>nu kai-

yaslich fi’latahu”. Mitra tutur langsung menanggapinya “waichaka! Ma>dza

‘asa>ka tashna’?”dengan membentak dan khawatir.

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang

dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada

data tuturan menegaskan di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi

datar, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah biasa.

Melihat respon atau jawaban yang diberikan dapat diketahui bahwa mitra

tutur memperhatikan dan menanggapi.

Data berupa tuturan menduga juga dapat ditemukan pada naskah

AKbg1 berikut:

فأة(ذىب ديليخا الراعى؟ : )مرنوش ماذا تريد منو؟: مشلينيا لو أين وجهتو إىل بييت يف طريقو ير زوجي وولدي وينبئهما خبن وبقرب أوبيت؟: مرنوش. ؟ إن مرآ وحده قد ديلؤمها اطمئنانااما تقول لو ذىبت أن. إنو اليعرف منزلك: مشلينيا

(AKbg1/1932/31/101) Marnu>sy: (faj’atan) dzahaba Yimli>kha>’r-ra>’i> Misyli>niya >: ma>dza> turi>du minhu?

41

Marnu>sy: lau anni> wajahtuhu ila> baiti> fi> thari>qihi yara> zauji> wawaladi> wayunabbi’uhuma> bikhairi> wabiqurbi aubati>?

Misyli>niya: innahu la> ya’rifu manzilaka. Ma> taqu>lu lau dzahabtu ana>? Inna mar’a> wachdahu qad yamlu’uhuma>’thmi’na>nan.

„Marnusy : (tiba-tiba) “Yimlikha penggembala sudah pergi?”

Misyliniya : “apa yang kamu inginkan darinya?”

Marnusy : “seumpama aku mengatakan kepadanya untuk ke rumahku

diperjalanannya, untuk melihat istriku dan anakku dan

mengabarkan kepada mereka berdua keadaan baikku dan akan

segera kembali?”.

Misyliniya: “sesungguhnya dia tidak tahu rumahmu. Bagaimana

pendapatmu jika aku yang pergi? Sesungguhnya itu bisa

memberikan keduanya ketenangan. ” ‟

Tuturan Marnusy pada data penggalan tuturan di atas menunjukkan

adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan meduga. Pada data ini

Marnusy sebagai penutur dan Misyliniya sebagai mitra tutur. Tuturan

menduga tersebut ditandai dengan adanya partikel lau (لو) sebagai charfu

syarat yang menandakan sesuatu akan terjadi dengan syarat tertentu.

Percakapan ini terjadi ketika penutur bertanya apakah Yimlikha sudah

pergi? Kemudian mitra tutur bertanya apa yang diinginkan penutur kepada si

penggembala?. Penutur menjawab “lau anni> wajahtuhu ila> baiti> fi> thari>qihi

yara> zauji> wawaladi> wayunabbi’uhuma> bikhairi> wabiqurbi aubati>?”.

Penggunaan tanda baca tanya (?) seperti yang dijelaskan oleh Wijana

(1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada data tuturan menduga

di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi sedikit naik, sehingga

kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah sedikit bertekan.

42

Melihat respon atau jawaban yang diberikan dapat diketahui bahwa mitra

tutur memperhatikan dan menyampaikan pendapatnya.

Data berupa tuturan menduga juga dapat ditemukan pada

naskahAKbg1 berikut:

ىو املطر والسيل؟ أم إرادة اهلل واملسيح؟ ما تقول؟ أ نصف ساخر( ويف حالتنا ىذه: )رنوشم حنوى عل الكهف عن دتيل الشمس رأيت إين أقل أمل. . . كذلك ىذه حالتنا يف: ديليخا

ىذه شاءت واملسيح اهلل ارادة ىي بداننا؟إ حرارهتا تؤذ ال كي ذلك عيب، أليس املؤمنن لتني األعوبة

معنا وجودك لوال أن أظن !ياديليخا أشكرك ملؤمنن؟ ا) خفيف هتكم يف(: مرنوش !!(AKbg1/1932/43/110) أعوبة أية لنا شاءت واملسيح اهلل إرادة ماكانت

Marnu>sy: (nishfu sa>khar) wafi> cha>latina> hadzihi> ma> taqu>lu? Ahuwa’l-matharu wa’s-sailu? Am ira>datu’l-Lahi wa’l-masi>chi?

Yimli>kha>: fi> cha>latina> hadzihi kadzalika … alam aqul inni> ra’aitu’syamsa tami>lu ‘an’l-kahfi ‘ala> nahwin ‘aji>b, alaisa dza>lika kai la> tu’dzi> chara>ratuha> ibda>nana>? Hiya ira>datu’l-Lahi wa’l-masi>chi sya>’at hadzihi’l-a’jubata litunji>’l-mu’mini>n

Marnu>sy: (fi> tahki>m khafi>f) al-mu’mini>n? asykuruka ya> Yimli>kha>! Azhunnu anna laula> wuju>duka ma’ana> ma> ka>nat ira>datu’l-Lahi wa’l-masi>chi sya>’at lana> ayyatu a’ju>bah!!

„Marnusy: (setengah mengejek) dan dengan keadaan kita ini? Apa yang

akan kamu katakan? Apakah hujan dan banjir? Apa kehendak

Allah dan al-Masih?

Yimlikha : “dalam keadaan seperti ini… bukankah aku katakan

sesungguhnya aku melihat matahari bergeser dari gua suatu

yang mengherankan, bukankah seperti itu supaya panasnya

tidak merusak jasad kita? Itu adalah kehendak Allah dan al-

Masih yang merupakan suatu keajaiban untuk menyelamatkan

orang Mukmin. ”

Marnusy : (sedikit mengejek) “seorang Mukmin? Aku berterima kasih

kepadamu wahai Yimlikha! Aku kira jika tidak ada

kehadiranmu bersama kita apa yang akan terjadi dengan

43

kehendak Allah dan al-Masih ketika kita mencari

keajaiban!!”.‟

Tuturan Marnusypada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya

tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan meduga. Pada data ini Marnusy

sebagai penutur dan Yimlikha sebagai mitra tutur. Tuturan menduga ditandai

dengan adanya partikel “azhunnu” artinya „aku kira‟ dan dilanjutkan dengan

partikel “lau”.

Percakapan ini terjadi ketika penutur bertanya kepada mitra tutur

untuk mendapatkan pendapatnya mengenai keadaan apa yang sedang mereka

hadapi. Kemudian mitra tutur memberikan pendapatnya mengenai keadaan

apa yang sedang mereka hadapi, yaitu “fi> cha>latina> hadzihi kadzalika … alam

aqul inni> ra’aitu’syamsa tami>lu ‘an’l-kahfi ‘ala> nahwin ‘aji>b, alaisa dza>lika

kai la> tu’dzi> chara>ratuha> ibda>nana>? Hiya ira>datu’l-Lahi wa’l-masi>chi sya>’at

hadzihi’l-a’jubata litunji>’l-mu’mini>n”.

Pendapat mitra tutur tersebut mendapatkan respon dari penutur

sebagai berikut “al-mu’mini>n? asykuruka ya> Yimli>kha>! Azhunnu an laula>

wuju>duka ma’ana> ma> ka>nat ira>datu’l-Lahi wa’l-masi>chi sya>’at lana> ayyatu

a’ju>bah!!”.

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca dua seru (!!) seperti yang

dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada

data tuturan menduga di atas menunjukkan penuturmenggunakan intonasi

naik, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah keras

dan bertekan.

44

C. Insist (mendesak),

Mendesak dapat diartikan sebagai mendorong dengan tubuh;

menyesak hingga mundur; meminta (menganjurkan); memaksa; penting

untuk segera dilakukan (dipenuhi, diselesaikan); sudah hampir habis

waktunya (KBI, 2008: 346). Jadi tindak tutur mendesak adalah tindakan

berupa tuturan yang dilakukan oleh penutur kepada mitra tuturnya untuk

mendesakkan sesuatu, memaksakan agar mau menerima, menganjurkan

dengan sangat atau memaksa untuk melakukan sesuatu.

Ba‟albaki menyebutkan bahwa memaksa (compellative phrase) atau

syibhu jumlata’l-muna>da>” „menyerupai kalimat seruan‟ dalam“شبو مجلة املناد

suatu susunan kalimat dapat ditunjukkan dengan adanya tanda seru (1990:

104). Tuturan „mendesak‟ disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur

bertujuan untuk memaksa atau meminta sesuatu dengan cepat terhadap suatu

hal yang diinginkan penutur.

Data yang termasuk tuturan mendesak pada naskah AKbg1 sebanyak

4 data, dan penulis akan menganalisis dua sampel, berdasarkan jumlah fi’l

amr yang digunakan. Dalam naskah AKbg1 yang menunjukkan adanya

tuturan mendesak terdapat dalam data berikut:

إين جنيت علي مرنوش ظلما، وإن امسو ىف ): )امللك توا وأقول لوإىل سأذىب : مشلينيا وىأنذا أقدم حيايت((. . . الرسالة ال يعين شيئا

. وكفى ىذراا! قل إنك ذاىب لرت حبيبتك. . . اقعد : مرنوش

(AKbg1/1932/23/111) وا أسفاه !: مشلينيا Misli>niya>: sa’adzhabu ila>’l-maliki tauwan wa’aqu>lu lahu: ( (inni> janaitu

janaitu ‘ala> Marnu>sy zhulman, wa’in’smahu fi>’r-risa>lati la> risa>lati la> ya’ni syai’an… waha’anadza> uqaddimu chaya>ti>)).

45

Marnu>sy : uq’ud… wakafa> hadzran! Qul innaka dza>hibun litara> chabi>batika.

Misyli>niya>: wa> asfa>h!

„Misyliniya: “aku akan pergi kepada Raja secepatnya dan aku katakan

padanya: ((sesungguhnya akumembuat kesalahan kepada

Marnusy secara tidak sengaja, dan sesungguhnya namanya di

dalam surat tidak memiliki maksud apapun … dan seperti itulah

saya menjalani hidup saya))”

Marnusy: “duduklah! … dan sudahi ocehanmu! Katakan saja sebenarnya

kamu akan pergi melihat kekasihmu”.

Misyliniya: “alangkah ruginya!” ‟

Tuturan Marnusy pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya

tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan mendesak. Tuturan mendesak di atas

dilakukan oleh Marnusy (penutur) untuk mendesak Misyliniya (mitra tutur)

agar segera melakukan apa yang diinginkannya.

Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur merencanakan untuk keluar

dari gua dan bertemu dengan raja untuk mengatakan bahwa sesungguhnya

penutur tidak bersalah, penutur hanyalah korban yang tidak disengaja, dan

sebenarnya nama penutur di dalam surat yang ditulisnya itu tidak memiliki

maksud apapun. Namun, setelah mendengar perkataan tersebut penutur

segera menghalangi mitra tutur yang akan melakukan rencananya untuk

keluar dari gua. Penutur meminta mitra tutur agar tetap tinggal dengan

mengatakan “uq’ud… wakafa> hadzran! Qul innaka dza>hibun litara>

chabi>batika. ”.

Tanda yang menunjukkan adanya tuturan mendesak pada data di atas,

yaitu berupa kata perintah (fi’l amr) “uq’ud” „duduklah‟ kemudian

dilanjutkan dengan kata perintah (fi’l amr) serta tanda seru “wakafa>

hadzran!” „sudahi ocehanmu!‟ dan dilanjutkan kata perintah (fi’l amr) lagi

46

“Qul” „katakan‟ dan ditandai dengan adanya tanda seru. Kalimat perintah

merupakan salah satu bagian dari kalimat bermodus imperatif. Kalimat

imperatif memiliki dua jenis, yaitu imperatif instruktif (perintah) dan

imperatif rekustif (permintaan).

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca seru (!) seperti yang

dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa,

pada data tuturan mendesak di atas menunjukkan penutur menggunakan

intonasi naik, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah

bertekan. Melihat respon atau jawaban yang diberikan dapat diketahui bahwa

mitra tutur memperhatikan dan dia dapat menyangkal.

Data lainnya terdapat dalam penggalan naskah AKbg1seperti berikut:

يف ارتباب( وىل ستعود إلينا؟: )مرنوش . إين أترك قطمنا ىنا: ديليخاعبا! أتر . ! ىا ىو ذاينهضانظر. . . انظر الكلب يف دىشة( إىل يشن : )مرنوش

شبحو كيف يتلو يف الظالم وكيف يتمطى! خييل إىل أن كل من نام يف ىذا (AKbg1/1932/28/113) . الكهف يصحو وكأن أعضاءه متكسرة

Marnu>sy : (fi>’r-tiba>bi) wahal sata’u>du ilaina>? Yimli>kha>: inni> atruku Qithmi>ran huna> Marnu>sy: (yasyi>ru ila>’l-kalbi fi> dahsyati) unzhur… unzhur! Ha> huwa dza>

yanhadhu. ‘ajban! Atara> syabchahu kaifa yatalauwa> fi>’zh-zhala>mi wa kaifa yatamaththa>! Yukhayyalu ila> anna kulla man na>ma fi> hadza>’l-kahfi yashchu> waka’anna a’dha>’ahu mutakassirah.

„Marnusy: (ragu) “apakah kamu akan kembali lagi pada kami?”

Yimlikha: “sungguh aku meninggalkan Qitmir di sini”

Marnusy: (menunjuk pada seekor anjing dengan kekaguman) “lihatlah…

lihat! Apakah dia sedang bangun. Ajaib! Apakah kamu melihat

tubuhnya bagaimana dia meliuk-liuk dikegelapan dan

bagaimana dia melebarkannya! Bayangkan bahwasanya setiap

47

orang yang telah tidur di dalam gua ini seperti itu dan seakan-

akan anggota tubuhnya retak”. ‟

Tuturan Marnusy pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya

tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan mendesak. Tuturan mendesak di atas

dilakukan oleh Marnusy untuk meminta agar mitra tutur melakukan

permintaannya. Pada data ini Marnusy sebagai penutur Yimlikha sebagai

mitra tutur pertamadan Misyliniya sebagai mitra tutur kedua.

Percakapan ini terjadi ketika penutur ragu apakah mitra tutur akan

kembali kepada mereka, kemudian mita tutur meyakinkan penutur dengan

menjawab “inni> atruku Qithmi>ran huna>” yang menunjukkan dia akan

kembali. Kemudian penutur menunjuk anjing penggembala dengan terkejut

dan meminta mitra tutur pertama dan mitra tutur kedua untuk segera melihat

Qitmir dengan tuturan “unzhur… unzhur!”. Tuturan tersebut merupakan

tuturan mendesak, ditandai dengan adanya fi’l amr (kata perintah) “unzhur”

yang diulang dua kali menandakan meminta segera untuk melakukan sesuatu.

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca seru (!) seperti yang

dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa,

pada data tuturan mendesak di atas menunjukkan penutur menggunakan

intonasi tinggi, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur

adalah menekan.

D. Announce (mengumumkan), reporting (melaporkan)

Kata mengumumkan di dalam KBI (2008: 1588) dapat diartikan

sebagai memberitahukan kepada orang banyak; memaklumkan;

menyebarluaskan. KBI (2008: 818) melaporkan diartikan dengan kata

48

memberitahukan. Memberitahukan adalah menyampaikan (kabar) supaya

diketahui; mengumumkan; menyebarluaskan (KBI, 2008: 186).

Memberitahu adalah mengatakan kepada mitra tutur mengenai suatu

kejadian yang sebenarnya. Tindak tutur memberitahu adalah tindakan yang

dilakukan penutur berupa tuturan yang ditujukan kepada mitra tutur untuk

memberitahukan sesuatu kejadian sebenarnya yang belum diketahui oleh

mitra tutur (Indriastuti, 2007: 12). Ba‟albaki (1990: 247) menyebutkan

tuturan yang mengandung informasi adalah tuturan yang mengandung pesan

yang beraturan di dalamnya.

Tanda yang menunjukkan adanya tuturan memberitahu adalah

kalimat yang mengandung unsur 5W 1H dalam suatu berita. Ditemukan 23

data tuturan memberitahu, penulis akan menganalisis tiga sampel tuturan

memberitahu berdasarkan jenis unsur 5W 1H yang ditemukan. Dalam naskah

AKbg1 tuturan memberitahu terdapat dalam data berikut:

. (. . . . يبدو شبح يتخبط ىف الظالم ) من ىذا؟: مشلينيا (AKbg1/1932/15/117) . أنا الراعى يا موال : ديليخا

(yabidu> syabchun yatakhabbathu fi’zh-zhula>mi…) Misyli>niya>: man hadza>? Yimli>kha>: ana>’r-ra>’i ya>maula>

„ (Nampak bayangan terbentuk di kegelapan …)

Misyliniya: “siapa ini?”

Yimlikha: “aku si penggembala, tuan”. ‟

Tuturan Yimlikha pada penggalan tuturan di atas menunjukkan

adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan memberitahu. Pada data ini

Yimlikha sebagai penutur dan Misyliniya sebagai mitra tutur. Tuturan

49

memberitahu di atas dilakukan penutur untuk memperkenalkan dirinya atau

untuk memberitahukan kepada mitra tutur mengenai siapa penutur.

Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur melihat bayangan terbentuk di

dalam kegelapan, kemudian mitra tutur bertanya kepada sesuatu yang

membentu bayangan tersebut “man hadza>?”. Kemudian seseorang yang

membentuk bayangan tersebut (penutur) menjawabnya “ana>’r-ra>’i ya>maula>”

dengan maksud untuk memperkenalkan diri kepadamitra tutur.

Tuturan memberitahu ditandai oleh tuturan sebelumnya berupa

pertanyaan yang merupakan salah satu dari unsur 5W 1H, yaitu who (siapa).

Unsur 5W 1H merupakan unsur yang selalu digunakan untuk mencari suatu

informasi. Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang

dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa,

pada data tuturan memberitahu di atas menunjukkan penutur menggunakan

intonasi datar, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah

biasa.

Data berupa tuturan memberitahu juga ditemukan dalam penggalan

naskah AKbg1 berikut:

. تفقدناك الساعة: مشلينيا (AKbg1/1932/15/118). قمت أتلمس الطريق إىل الباب، فلم أىتد إليو: ديليخا

Misyli>niya>: tafaqqadna>ka’s-sa>’ah. Yimli>kha>: qumtu atalammasu’th-thari>qa ila>’l-ba>bi, falam ahtadu ilaihi

Misyliniya: “kami telah mencarimu”

Yimlikha: “aku bangun meraba-raba jalan menuju pintu, tetapi aku tidak

menemukannya”. ‟

50

Tuturan Yimlikha pada penggalan tuturan di atas menunjukkan

adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan memberitahu. Pada data ini

Yimlikha sebagai penutur, Misyliniya sebagai mitra tutur pertama dan

Marnusy sebagai mitra tutur kedua. Tuturan memberitahu di atas dilakukan

penutur untuk memberikan informasi berupa hasil yang ditemukan penutur.

Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur pertama menyatakan kepada

penutur bahwa mereka (mitra tutur pertama dan kedua) telah mencarinya,

kemudian penutur menjawab “qumtu atalammasu’th-thari>qi ila>’l-ba>bi, falam

ahtadu ilaihi” dengan maksud memberitahukan kepada mitra tutur pertama

tentang apa yang telah dilakukannya dan memberitahukan hasil dari

tindakannya. Dapat diketahui bahwa data tersebut merupakan tuturan

memberitahu seperti yang dijelaskan Indriastuti (2007: 12) pada keterangan

sebelumnya.

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang

dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada

data tuturan memberitahu di atas menunjukkan penutur menggunakan

intonasi datar, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah

biasa.

Data berupa tuturan memberitahu juga ditemukan dalam penggalan

naskah AKbg1 berikut:

ما الذ حنك من أمرنا؟ : مشلينيا دقيانوس عدو املسيحية ما كان ي علمأنا وزيريو مسيحياان!: ديليخا

51

ىذا اآلمر بذبح . . . يف اندفاع مقصود( وىو ال يعلم كذالك أنا ابنتو مسيحية): مرنوش املسيحين

(AKbg1/1932/18/124) يف استغراب( ابنتو؟ األمنة بريسكا!؟: )ديليخاMisyli>niya> : ma>’l-ladzi> chayyaraka min amrina>? Yimli>kha>: Diqya>nu>s ‘aduwwu’l-masi>chi>yati ma> ka>na ya’lamu anna

wazi>raihi masi>chi>ya>ni! Marnu>sy: (fi>’-ndifa>’in maqshu>din) wahuwa la> ya’lam kadzalika anna’-

bnatahu masi>chi>yyah … hadza>’l-a>miri bidzabchi’l-masi>chi>yi>n

Yimli>kha> : (fi>’s-tigra>bi) ibnatuhu? Al-ami>ratu Bri>ska>?

„Misyliniya : “apa yang menjadikanmu bingung dari perkara kami?”

Yimlikha: “Diqyanus adalah musuh bagi orang-orang masehi, bagaimana

dia tidak tahu bahwa menterinya adalah seorang masehi!”

Marnusy: “ (menyela) dan dia juga tidak mengetahui bahwa putrinya

adalah seorang masehi”. ‟

Yimlikha: (terkejut) anaknya? Putri Priska?

Tuturan Marnusy pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya

tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan memberitahu. Pada data ini Marnusy

sebagai penutur, Misyliniya sebagai mitra tutur pertama dan Yimlikha

sebagai mitra tutur kedua. Tuturan memberitahu tersebut bertujuan untuk

memberikan informasi kepada mitra tutur.

Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur pertama melihat mitra tutur

kedua yang sedang memikirkan sesuatu, lalu menanyakan “ma>’l-ladzi>

chayyaraka min amrina>?” kemudian mitra tutur kedua menyatakan apa yang

sedang difikirkannya. penutur menyela pembicaraan mereka “wahuwa la>

ya’lam kadzalika anna’b-natahu masi>chi>yyah … hadza>’l-a>miri bidzabchi’l-

masi>chi>yi>n”. Kalimat tersebut merupakan tuturan memberitahu karena

kalimat tersebut mempunyai tujuan memberitahukan sesuatu yang belum

diketahui oleh mitra tutur kedua.

52

Tuturan memberitahu pada data di atas ditandai dengan respon yang

diberikan mitra tutur kedua, yaitu menanggapinya dengan melontarkan

pertanyaan menunjukkan bahwa sebelumnya dia belum mengetahui berita

tersebut.

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang

dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa,

pada data tuturan memberitahu di atas menunjukkan penutur menggunakan

intonasi datar, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah

biasa. Respon yang diberikan mitra tutur menunjukkan bahwa dirinya belum

mengetahui berita tersebut.

E. Claiming (mengakui),

Kamus Bahasa Indonesia (2008: 32) mengartikan kata mengaku

sebagai membenarkan (tuduhan dsb); menerima dan menyatakan (bahwa

salah, keliru, dsb); menanggung; menyanggupi; menganggap. Mengakui

dapat diartikan sebagai membenarkan dilihat dari pernyataan Indriastuti

(2007: 5) membenarkan yaitu memastikan bahwa sesuatu yang diketahui

atau dilihat adalah benar adanya, dan tindak tutur membenarkan adalah

tindakan yang berwujud tuturan untuk membenarkan suatu pendapat,

mengakui sebuah tindakan atau mengakui pendapat.

Tindak tutur mengakui atau menyetujui yakni penutur menyatakan

setuju atau sepakat dengan menerima, memperkenankan tuturan mitra

tutur (Handayani, 2012: 28). Mengakui dapat diartikan sebagai

membenarkan, partikel bala>, na’am, ajal merupakan beberapa tanda lingual

53

lingual membenarkan atau mengakui, seperti yang dinyatakan Ghulayaini

(1993: 558):

ختتص بوقوعها بعد النفي فتعلو اثباتا: بلى فأن اجلواب هبما يتبع ماقبلها يف اثباتو ونفيو: نعم وأجل

Bala>: takhtashshu biwuqu>’iha> ba’da’n-nafi> fataja’alahu itsba>tan Na’am waajal: fainna’l-jawa>b bihima> yattabi’u ma> qablaha> fi> itsba>tihi wa

naffi>hi.

Bala>: menghubungkan suatu peristiwa yang berada setelah an-nafi (partikel menolak) menjadi sah atau benar

Na’am dan ajal: sesungguhnya jawaban dari keduanya mengikuti kalimat

sebelumnya untuk membenarkan atau menolaknya.

Ada beberapa tanda lingual yang menunjukkan tuturan mengakui,

baik berupa partikel ataupun kata kerja “fi’l”. Pada naskah AKbg1 ditemukan

25 data tuturan, dalam pembahasan ini penulis akan melampirkan 5 sampel

tuturan berdasarkan macam tanda lingual yang digunakan. Tuturan mengakui

dalam naskah AKbg1 sebagai berikut:

ا؟ن ا ى ا ى ن ث ب ل م ش، ك و ن ر م …: مشلينيا . يوما أو بعض يوم: مرنوش من أدراك؟: مشلينيا وىل ننام أكثر من ىذا القدر؟: مرنوش (AKbg1/1932/14/138). …(، صمت) صدقت: مشلينيا

Misyli>niya>: … Marnu>sy, kam labitsna> ha> huna>? Marnu>sy: yauman au ba’dha yaumin Misyli>niya>: man adraka? Marnu>sy: wa hal nana>mu aktsar min hadza>’l-qadr? Misyli>niya>: shadaqta (shumt), … .

„Misyliniya : “… Marnusy, berapa lama kita tinggal di sini?”

Marnusy: “sehari atau dua hari”

Misyliniya: “siapa yang memberitahumu?”

Marnusy: “apakah kita akan tidur lebih lama dari perkiraan kita?”

Misyliniya : “kamu benar” (diam) … . ‟

54

Tuturan Misyliniya pada penggalan tuturan di atas menunjukkan

adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan mengakui. Pada data ini

Misyliniya sebagai penutur dan Marnusy sebagai mitra tutur. Tuturan

mengakui di atas bermaksud untuk mengakui pertanyaan yang disampaikan

mitra tutur itu benar.

Percakapan ini terjadi ketika penutur bertanya “Marnu>sy, kam labitsna>

ha> huna>?”, kemudian mitra tutur menjawab “yauman au ba’dha yaumin”.

Mendengar pernyataan mitra tutur tersebut lalu penutur bertanya “man

adraka?”. Mitra tutur menjawab “wa hal nana>mu aktsar min hadza>’l-qadr?”.

Mendengar pertanyaan mitra tutur tersebutpenutur menjawab “shadaqta”.

Tuturan mengakui pada data di atas ditandai dengan adanya fi’l ma>dhi

“shadaqta” yang berasal dari kata “shadaqa”, yaitu kata yang digunakan

untuk membenarkan sesuatu. Dan pada data di atas di tuturkan oleh penutur

untuk mengakui bahwa pertanyaan mitra tutur benar dan penutur mengakui

bahwa dirinya tidak tahu berapa lama mereka akan tinggal.

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca koma (,) seperti yang

dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa,

pada data tuturan mengakui di atas menunjukkan penutur menggunakan

intonasi datar, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah

biasa.

55

Data berupa tuturan mengakui lainnya dapat ditemukan pada

penggalan tuturan dama Ahlul Kahfi bagian pertama berikut:

ومل أستطيع أنا، وأنا وىل امرأة وولد أعزمها وأعبدمها؟: مرن وش

. أنت تستب قى حياتك من أجلهما: مشلينيا . . . تريد أن تستب قى حياتك من أجل ال وأنت؟ أ : مرن وش . أق و على الب عد ي وماا واحداال ، لكن ىا أنت ذا ت ران يا مرن وش ن عم : مشلينيا

(AKbg1/1932/15/139) Marnu>sy: walima> astathi>’u ana>, wa’ana> waliyyu’mra’ati wawaladin a’izzu

huma> wa a’buduhuma>? Misyli>niya>: anta tastabqa> chaya>taka min ajlihima> Marnu>sy: wa anta? Ala> turidu an tastabqa> chaya>taka min ajli … Misyli>niya>: na’am ya>Marnusy, walakin ha> anta dza> tara>ni> la> aqwa> ‘ala>

bu’di yauman wa>chidatan

„Marnusy: “dan kenapa aku bisa, dan aku adalah wakil dari istri serta

seorang anak yang aku sayangi dan aku lindungi?

Misyliniya: “kamu mempertaruhkan hidupmu demi mereka berdua”

Marnusy: “dan kamu? Tidakkah kamu ingin mempertaruhkan hidupmu

demi …”

Misyliniya: “benar wahai Marnusy, tetapi tidakkah kamu melihatku tidak

mampu berjauhan walau hanya sehari. ” ‟

Tuturan Misyliniya pada penggalan tuturan di atas menunjukkan

adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan mengakui. Pada data ini

Misyliniya sebagai penutur dan Marnusy sebagai mitra tutur. Tuturan

mengakui di atas bermaksud untuk mengakui apa keinginannya.

Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur bertanya kenapa dirinya

(mitra tutur) sanggup adapun dirinya mempunyai tanggungan sebuah

keluarga yang dicintai dan dilindunginya. Kemudian penutur mengatakan

kepada mitra tutur “anta tastabqa> chaya>taka min ajlihima>”. Mitra tutur

menanyakan hal yang serupa kepada penutur, dan penutur mengakui bahwa

dirinya juga ingin mempertaruhkan hidupnya demi seseorang.

56

Tuturan mengakui pada data di atas ditandai dengan adanya partikel

“na’am” „iya‟, yaitu kata yang dapat diartikan menyetujui, mengakui, atau

membenarkan sesuatu hal. Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca koma

(,) seperti yang dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat

disimpulkan bahwa, pada data tuturan menyetujui di atas menunjukkan

penutur menggunakan intonasi datar, sehingga kadar keterdengaran yang

diterima mitra tutur adalah biasa.

Data berupa tuturan mengakui dapat ditemukan pada penggalan

tuturan dama Ahlul Kahfi bagian pertama berikut:

ا بيد؟فما: . . . مرنوش مشلينيا ال جييب( ) ذا عليك لو أنك أعطيتها الرسالة كذلك يدانعم، كي . . . ولكنك تزعم أنك مل تستطع، فلقد كتبت ها ب عدئذ علي عل

ختربىا أنك ذاىب بصحبة مرنوش تصلى سراا صالة الفصح وتذكرىا ىف الصالة! مشلينيا ال جييب( بصحبة مرنوش!!) . . . نعم كلمة لو مل أخطها : مشلينيا لكنت جنوت جبلد : مرنوش (AKbg1/1932/21/143) . أجل كنت جنوت جبلدك: مشلينيا

Marnu>sy: … fama>dza ‘alaika lau annaka a’thaitaha>’r-risa>lata kadza>lika yadan biyadin? (Misyli>niya> la> yuji>b) walakinnaka taz’am annaka lam tastathi’, falaqad katabtaha> ba’da’idzin ‘ala> ‘ajal …na’am, kai tukhbiruha> annaka dza>hibun bishuchbati Marnu<sy tushalli siran shala>ta’l-fishchi wa tadzkurha> fi>’sh-shala>ti! (Misyli>niya> la>yuji>b) bishuchbati Marnu>sy!!

Misyli>niya>: na’am kalimatun lau lam akhuththuha> … Marnu>sy : lakuntu najautu bijildi> Misyli>niya> : ajal kunta najauta bijildika.

„Marnusy: “apa yang menghalangimu untuk memberikan surat itu secara

langsung?” (Misyliniya tidak menjawab) “akan tetapi kamu

merasa belum bisa, kamu telah menulis sebelumnya … ya,

sebagaimana kamu mengabarkan kepadanya bahwasanya

kamu pergi dengan tergesa-gesa Marnusyberdoa supaya di

57

setiap hari Paskah kamu mengingatnya di dalam shalat”

(Misyliniya tidak menjawab) sahabat Marnusy!!

Misyliniya: benar, kata itu jika saja tidak aku tulis…

Marnusy : tentu aku akan selamat

Misyliniya : ya, tentu kamu akan selamat.

Tuturan Misyliniya pada penggalan tuturan di atas menunjukkan

adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan mengakui. Pada data ini

Misyliniya sebagai penutur dan Marnusy sebagai mitra tutur. Tuturan

mengakui di atas bermaksud untuk mengakui bahwa pernyataan mitra tutur,

ditandai dengan adanya partikel ajal.

Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur bercerita tentang alasan

mengapa mereka berdua sampai bersembunyi di gua tersebut. Mitra tutur

menyatakan bahwa itu semua kesalahan penutur yang tidak mau memberikan

suratnya secara langsung dan seandainya di dalam surat tersebut penutur tidak

menyantumkan nama mitra tutur. Mendengar hal itu penututr menjawab

“na’am kalimatun lau lam akhuththuha> …”. Mitra tutur melanjutkan

“lakuntu najautu bijildi>”. Penutur menjawab “ajal kunta najauta bijildika. ”.

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang

dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa,

pada data tuturan mengakui di atas menunjukkan penutur menggunakan

intonasi datar, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah

biasa.

Data berupa tuturan mengakui lainnya dapat ditemukan pada

penggalan tuturan dama Ahlul Kahfi bagian pertama berikut:

أال تري كيف يذكره واملسيح يف كل وقت!. نبهنا إىل اهلل اآلنىذا الذ . الراعى: شلينيا م

58

. فما يضنه أن دينح قلبو كلو هلل أو للشيطان. إن صاحبك الراعى خللى: مرنوش (AKbg1/1932/31/151). . . أصبتفسو( يف تأمل أو كمن يقنع ن: )مشلينيا

Misyli>niya> : ar-ra>’i. hadza>’l-ladzi> nabbahna> ila>’l-La>hi’l-a>n. ala> tara> kaifa yadzkuruhu wa’l-masi>cha fi> kulli waqtin!

Marnu>sy: inna sha>chibaka’r-ra>’i lakhalli>. Fama> yudhi>ruhu anna yamnacha qalbahu kullahu’l-La>hi au lisy-syaitha>ni.

Misyli>niya> : (fi> ta’ammuli au Kaman yuqna’u nafsahu) ashabta …

„Misyliniya : “penggembala. Ini yang mengingatkan kita kepada Allah

sekarang ini. Tidakkah kamu menginggat bagaimana dia

mengingat al-Masih setiap waktu!”

Marnusy: “sesungguhnya temanmu penggembala tidak berfikir. Apakah

dia tidak takut memberikan seluruh hatinya kepada Allah

atau untuk syaitan”

Misyliniya : (introspeksi diri) “kamu benar”. ‟

Tuturan Misyliniya pada penggalan tuturan di atas menunjukkan

adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan mengakui. Pada data ini

Misyliniya sebagai penutur dan Marnusy sebagai mitra tutur. Tuturan

mengakui di atas bermaksud untuk mengakui bahwa pendapat mitra tutur

benar. Tuturan mengakui ditandai dengan adanya fi’l ma>dhi“ashabta” berasal

dari kata “asha>ba” „benar‟. Kata kerja tersebut digunakan penututur untuk

menyetujui, mengakui, atau membenarkan pendapat.

Percakapan ini terjadi ketika penutur menyatakan pendapatnya “ar-

ra>’i. hadza>’l-ladzi> nabbahna> ila>’l-La>hi’l-a>n. ala> tara> kaifa yadzkuruhu wa’l-

masi>cha fi> kulli waqtin!”. Mendengar pendapat tersebut mitra tutur juga

berpendapat bahwa “inna sha>chibaka’r-ra>’i lakhalli>. Fama> yudhi>ruhu anna

yamnacha qalbahu kullahu’l-La>hi au lisy-syaitha>ni. ”. Setelah mendengarnya

penutur berfikir sejenak lalu menjawab “ashabta”.

59

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang

dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa,

pada data tuturan mengakui di atas menunjukkan penutur menggunakan

intonasi datar, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah

biasa.

Data berupa tuturan mengakui lainnya dapat ditemukan pada

penggalan tuturan dama Ahlul Kahfi bagian pertama berikut:

وإذا حملك أحد وعرف من أنت؟: مرنوش . سأتسلل يف الظالم وال أر أحدا وجهى, ال حتف: لينيا مش

(AKbg1/1932/32/152). يف خروجك خطر. كال (وةيف عزم وق): مرنوش

Marnu>sy: waidza> lamachaka achadun wa ‘arafa man anta? Misylini>ya>: la>takhaf, sa’atasallalu fi>’zh-zhula>mi wala> ara> achadan wajhi>

Marnu>sy : (fi> ‘azmi wa qu>wati) kalla>. Fi> khuru>jika khathar.

„Marnusy: “bagaimana jika seseorang melihatmu dan mengenali siapa

dirimu?”

Misyliniya: “jangan takut, aku akan menyelinap di dalam kegelapan dan

tidak ada seorangpun yang dapat melihat wajahku”

Marnusy : (tegas) “tentu. Demi keluar dari bahaya”. ‟

Tuturan Marnusy pada penggalan tuturan di atas menunjukkan adanya

tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan mengakui. Pada data ini Marnusy

sebagai penutur dan Misyliniya sebagai mitra tutur. Tuturan mengakui di atas

ditandai dengan partikel “kalla>” untuk mengakui bahwa apa yang akan

dilakukan mitra tutur tersebut benar.

Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur ingin keluar dari

persembunyiannya lalu penutur bertanya kepadanya “waidza> lamachaka

achadun wa ‘arafa man anta?”. Kemudian mitra tutur menjawab “la>takhaf,

60

sa’atasallalu fi>’zh-zhala>mi wala> ara> achadan wajhi>”. Mendengar respon mitra

respon mitra tutur, penutur menjawab “kalla>. Fi> khuru>jika khathar”.

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang

dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa,

pada data tuturan mengakui di atas menunjukkan penutur menggunakan

intonasi datar, akan tetapi pada tuturan tersebut di sertai dengan keterangan

keadaan yang ditunjukkan pada dalam kurung yaitu (tegas). Sehingga kadar

keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah bertekan.

F. Stating (menyatakan)

Maksud dari kata menyatakan di dalam KBI (2008: 1011) adalah

menerangkan; menjadikan nyata; menjelaskan; menunjukkan;

memperlihatkan; menandakan; mengatakan; mengemukakan (pikiran, isi

hati). Tindak tutur menyatakan memiliki maksud bahwa penutur mengatakan

atau mengemukakan pikiran atau isi hati kepada mitra tutur (Handayani,

2012: 20).

Tuturan menyatakan adalah tuturan yang mengandung pernyataan

mengenai apa yang diinginkan atau apa yang dirasakan hati dan fikiran.

Ditemukan 26 data tuturan pada naskah AKbg1 dan penulis akan

menganalisis tiga sampel data berdasarkan tanda yang menunjukkan tuturan

menyatakan: Dalam naskah AKbg1 yang menunjukkan adanya tuturan

menyatakan terdapat dalam data berikut:

وىل ننام أكثر من ىذا القدر؟: مرنوش . أريد اخلروج من ىذا املكانوفأة يقول وىو نافد الصرب( ) صمت(،) صدقت: مشلينيا

61

(AKbg1/1932/14/164) أين؟إىل وحيك! : مرنوش

Marnu>sy: wahal nana>mu aktsaru min hadza>’l-qadri? Misyli>niya>: shadaqta (shamta), (wafaj’atan yaqu>lu wahuwa na>fadu’sh-

shabri) uri>du’l-khuru>ja min hadza>’l-maka>ni. Marnu>sy : waichaka! Ila> aina?

„Marnusy: “dan apakah kita tidur lebih lama dari perkiraan kita?”

Misyliniya: “kamu benar (diam), (tiba-tiba berkata dengan tidak sabar)

aku ingin keluar dari tempat ini”

Marnusy: ” celaka kamu? Mau kemana?”. ‟

Tuturan Misyliniya pada penggalan tuturan di atas menunjukkan

adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan menyatakan. Pada data ini

Misyliniya sebagai penutur dan Marnusy sebagai mitra tutur. Tuturan

menyatakan di atas bermaksud untuk menyatakan apa yang diinginkan.

Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur bertanya kenapa penutur

“wahal nana>mu aktsaru min hadza>’l-qadri?”, kemudian penutur menjawab

“shadaqta”. Tiba-tiba penutur berkata “uri>du’l-khuru>ja min hadza>’l-maka>ni”.

Tuturan penutur tersebut merupakan tuturan menyatakan, yaitu menyatakan

keinginannya atau isi hatinya.

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang

dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa,

pada data tuturan menyatakan di atas menunjukkan penutur menggunakan

intonasi datar, akan tetapi pada tuturan tersebut di sertai dengan keterangan

keadaan yang ditunjukkan pada dalam kurung yaitu (tiba-tiba dia berkata

dengan tidak sabar). Sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur

adalah cepat.

62

Data berupa tuturan mengakui lainnya dapat ditemukan pada

penggalan tuturan dama Ahlul Kahfi bagian pertama berikut:

ملاذا تدعونا دائما بياموال ؟: مشلينيا . ومباذا أدعو صاحب دين امللك وصاحب يساره: ديليخا (AKbg1/1932/16/168) من أنبأك أننا صاحبا امللك؟!. . . عبا! : مرنوش

Mitsli>niya>: lima>dza> tad’u>na> da>’iman biya>maula>? Yimli>kha>: wabima>dza> ad’u> sha>chiba yami>ni’l-maliki washa>chiba yasa>rihi.

Marnu>sy: ‘ajaban! … man anba’aka annana> sha>chiban’l-maliki?!

„Misyliniya: “kenapa kamu terus memanggil kami dengan sebutan tuan?”

Yimlikha: “lalu dengan apa aku memanggil tangan kanan raja dan tangan

kirinya”

Marnusy: “ aku terkejut! … siapa yang mengabarkanmu bahwa kami

adalah kepercayaan raja?”. ‟

Tuturan Yimlikha pada penggalan tuturan di atas menunjukkan

adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan menyatakan. Pada data ini

Yimlikha sebagai penutur, Misyliniya sebagai mitra tutur pertama dan

Marnusy sebagai mitra tutur kedua. Tuturan menyatakan di atas bermaksud

untuk menyatakan pendapat.

Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur pertama bertanya kenapa

penutur selalu memangil mereka dengan panggilan tuan. Kemudian penutur

menjawab“wabima>dza> ad’u> sha>chibu yami>ni’l-maliki washa>chibu yasa>rihi. ”.

Pernyataan penutur tersebut merupakan tindak tutur asertif berupa tuturan

menyatakan, yaitu menyatakan bahwa penutur berfikir bagaimana atau

dengan apa dia harus memanggil mereka.

63

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) pada data tuturan

menyatakan di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar,

sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah biasa.

Data berupa tuturan mengakui lainnya dapat ditemukan pada

penggalan tuturan drama AKbg1 berikut:

ما الذ حنك من أمرنا؟ : مشلينيا (AKbg1/1932/18/169) دقيانوس عدو املسيحية ما كان ي علمأنا وزيريو مسيحياان!: ديليخا

Mitsli>niya> : ma>’l-ladzi> chaiyaruka min amrina>? Yimli>kha>: Diqya>nu>s ‘adu>wu’l-masi>chi>yah ma> ka>na ya’lamu anna

wazi>raihi masi>chi>yan!

„Misyliniya: “apa yang menjadikanmu bingung dengan perkara kami?”

Yimlikha: “Diqyanusy adalah musuh bagi orang-orang Masehi apa yang

menjadikannya tidak tahu bahwa kedua menterinya adalah orang

Masehi!”. ‟

Tuturan Yimlikha pada penggalan tuturan di atas menunjukkan

adanya tindak tutur asertif dalam bentuk tuturan menyatakan. Pada data ini

Yimlikha sebagai penutur dan Misyliniya sebagai mitra tutur. Tuturan

menyatakan di atas bermaksud untuk menyatakan pendapat.

Percakapan ini terjadi ketika mitra tutur menyadari kegelisahan

penutur, maka mitra tutur bertanya “ma>’l-ladzi> chaiyaruka min amrina>?”.

Mengetahui bahwa dirinya dipersilahkan untuk menyatakan kegelisahannya,

maka penutur pun menyatakan bahwa “Diqya>nu>s ‘adu>wu’l-masi>chi>yah ma>

ka>na ya’lamu anna wazi>raihi masi>chi>yan!”. Sehingga dapat diketahui bahwa

pada data di atas terdapat tuturan menyatakan yang bermaksud untuk

menyatakan pendapat.

64

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca seru (!) seperti yang

dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa,

pada data tuturan menyatakan di atas menunjukkan penutur menggunakan

intonasi tinggi, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur

adalah bertekan.