pemilihan alat transportasi yang paling efektif untuk presiden dalam perjalanan ke luar kota...
TRANSCRIPT
PEMILIHAN ALAT TRANSPORTASI YANG PALING
EFEKTIF UNTUK PRESIDEN DALAM PERJALANAN KE
LUAR KOTA MENGGUNAKAN METODE
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
Yuliana Rachmawaty (10522154), Sandinintyas Prasanthi (10522166) Praktikum Analisa Keputusan dan Data Mining Teknik Industri FTI UII
ABSTRACT
In traveling the state leadership (the President) out of the city is required to determine the
transportation he used to travel out of town. Moreover, due to the rise of an accident
which caused many casualties a matter of considerable influence in areas such as travel with a long time (not
timely), the lack of security and comfort level as well as expenses incurred for travel is high. The problem
is, what are the factors that led to the President of personal transportation such
as bicycles or automobile alternatives such as buses, trains, or aeroplane for the trip out of town. By
determining the factors that influence decision making and determine how much influence we can use
the method of Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP is used to solve complex problems where
data and statistical information of the problems faced very little. In this application, the user is allowed to
determine what criteria are used along with the weight of these criteria. With a blend of
criteria and weighting the data entered by users who have existing transport alternative scan then be
determined what the best transportation alternatives that have been previously determined.
Kata Kunci: Analytical Hierarchy Process (AHP), factor analysis, transportation
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan manusia, tak lepas dari suatu pikiran yang bimbang dan akhirnya manusia
akan membuat atau mengambil keputusan dan melaksanakannya, hal ini tentu dilandasi
asumsi bahwa segala tindakannya secara sadar merupakan pencerminan hasil proses
pengambilan keputusan dalam pikirannya. Pengambilan keputusan ini terjadi karena banyak
alternatif, pilihan atau tindakan sehingga manusia dipaksa untuk memilih salah satu diantara
alternatif-alternatif tersebut yang merupakan hasil keputusan yang baik.
Kepadatan lalu lintas kendaraan bermotor di jalan antar kota akhir–akhir ini telah
semakin bertambah dan padat merayap, sehingga sering menimbulkan kemacetan lalu lintas
terutama di jalan–jalan protokol dan jalan–jalan utamanya. Dengan meningkatnya jumlah alat
transportasi darat bisa disebabkan oleh beberapa hal, yaitu semakin banyaknya produksi
kendaraan bermotor (oleh industri kendaraan bermotor), dan semakin tidak mencukupi, tidak
kenyamanan, dan tidak amannya kondisi jalanan, dll. Kondisi ini mendorong Presiden yang
sangat membutuhkan pemilihan alternatif untuk melakukan tugas – tugas dalam setiap
kegiatan kePresidenan yang Ia jalankan.
Penambahan sarana tansportasi umum maupun pelebaran jalan-jalan utama bukanlah
solusi yang memadai mengingat jumlah kebutuhan masyarakat yang terus meningkat. Solusi
alternatif yang mengalihkan penggunaan kendaraan pribadi perlu dicari untuk mencapai hasil
yang optimal serta paling efektif dari alternatif alat transportasi lainnya. Permasalahannya,
faktor–faktor apa yang menyebabkan masyarakat memilih menggunakan kendaraan pribadi
daripada alternatif lainnya (bus dan kereta api). Kesalahan dalam memilih alat transportasi
yang digunakan, dapat menimbulkan dampak yang cukup fatal. Misalnya dalam segi waktu
jika seorang Presiden terlambat dalam menghadiri rapatnya di suatu kota menyebabkan
durasi waktu dalam pembahasan rapat yang sebenarnya dapat lebih lama menjadi lebih
sebentar dikarenakan adanya kegiatan Presiden lainnya.
Dengan menentukan faktor–faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan, serta
besarnya pengaruh dalam pemilihan alat transportasi Presiden yang efektif dalam melakukan
perjalanannya ke luar kota, dapat diusulkan dengan menentukan alternatif, kriteria, dan
subkriteria. Laporan ini membahas bagaimana menganalisis faktor–faktor yang dapat
ditentukan berdasarkan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) yang dikembangkan oleh
Saaty.
Melihat kondisi seperti di atas, maka kiranya diperlukan suatu alat transportasi yang
bisa sampai tepat waktu (on waktu), tidak mengeluarkan banyak biaya, fasilitas yang
memadai seperti electricity (charger) dalam menggunakan notebook atau handphone untuk
kepentingan pekerjaan, situasi yang nyaman, bersih, serta memberikan keamanan yang
terbaik untuk Presiden beserta karyawan yang terlibat di dalamnya. Sistem pendukung
keputusan akan menggunakan metode AHP agar para pengambil keputusan akan dengan
mudah menentukan alat transportasi berdasarkan nilai kriteria yang diperoleh dalam proses
seleksi. Adanya prosedur ini setidaknya dapat membantu sistem dalam memproses aktivitas
data dalam penyesuaian dengan sistem seleksi yang ada serta memperoleh informasi
mengenai proses perjalanan yang cepat, aman, tepat dan akurat sehingga tidak terjadi
pemborosan waktu, biaya, dll.
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, permasalahan yang terjadi
untuk memilih alat transportasi yang paling efektif dapat dirumuskan antara lain, apa sajakah
kriteria yang melingkupi pada permasalahan pemilihan alat transportasi yang paling efektif
digunakan untuk Presiden, bagaimana hasil analisis permasalahan dalam pengambilan
keputusan menggunakan metode AHP, dan bagaimana uji konsistensi yang didapatkan dalam
perhitungan metode AHP?
Berkaitan dengan latar belakang diatas, maka tujuan penelitian adalah membangun
sebuah Sistem Pendukung Keputusan (SPK) tujuan utama dari studi kasus ini adalah untuk
mengetahui faktor yang dominan dalam memilih alternatif transportasi Presiden yang paling
efektif dalam melakukan perjalanan ke luar kota dan mengetahui hasil analisis dalam
pengambilan keputusan dalam penggunaan metode AHP. Memperoleh bobot prioritas dari
setiap kriteria dan setiap subkriteria yang dipertimbangkan. Kriteria – kriteria tersebut antara
lain biaya, aman, kenyamanan, waktu, dan fasilitas. Menetapkan peringkat setiap alternatif
pilihan.
Rumusan masalah dalam laporan antara lain yaitu, penyelesaian permasalahan dengan
menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), menentukan kriteria berdasarkan
studi kasus dalam memilih transportasi alternatif Presiden yang efektif dalam melakukan
perjalanan ke luar kota, dan menentukan subkriteria berdasarkan kriteria yang telah dipilih.
TINJAUAN PUSTAKA
Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan teori umum mengenai pemilihan
pengambilan keputusan. Empat macam skala pengukuran yang biasanya digunakan secara
berurutan adalah skala nominal, ordinal, interval dan rasio. Skala yang lebih tinggi dapat
dikategorikan menjadi skala yang lebih rendah, namun tidak sebaliknya. Pendapatan per
bulan yang berskala rasio dapat dikategorikan menjadi tingkat pendapatan yang berskala
ordinal atau kategori (tinggi, menengah, rendah) yang berskala nominal. Sebaliknya jika pada
saat dilakukan pengukuran data yang diperoleh adalah kategori atau ordinal, data yang
berskala lebih tinggi tidak dapat diperoleh. AHP mengatasi sebagian permasalahan itu.
(Saaty,2001).
Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi
kriteria yang kompleks menjadi suatu hierarki, menurut Saaty (1993), hierarki didefinisikan
sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur
multi level dimana level pertama adalah tujuan (goal), yang diikuti level faktor, kriteria,
subkriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif.
Tahapan dalam metode AHP dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut
(Kadarsyah Suryadi dan Ali Ramdhani, 1998):
a. Menyusun hierarki dari permasalahan yang dihadapi
b. Penilaian kriteria dan alternatif
c. Penentuan prioritas
d. Konsistensi logis
Misalnya didalam memilih kriteria pada studi kasus dalam memilih transportasi
alternatif Presiden yang efektif dalam melakukan perjalanan ke luar kota. Mana yang lebih
penting antara faktor waktu dan aman? Mana yang lebih penting antara faktor aman dan
biaya, waktu dan biaya, dan seterusnya. Mengingat faktor-faktor tersebut diukur secara relatif
antara satu dengan yang lain, skala pengukuran relatif 1 hingga 9, seperti yang tertera dalam
tabel 1 , diusulkan untuk dipakai oleh Saaty.
Tabel 1. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan
Sumber: Decision Making For Leaders (Saaty,2001)
Intensitas Kepentingan Keterangan
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada
elemen yang lainnya
5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya
7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada
elemen lainnya
9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-
pertimbangan yang berdekatan
Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan menilai
tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya Proses perbandingan berpasangan,
dimulai dari level hierarki paling atas yang ditujukan untuk memilih kriteria. Untuk
menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen digunakan skala bilangan dari 1 sampai 9
seperti pada Tabel 1. Penilaian ini dilakukan oleh seorang pembuat keputusan yang ahli
dalam bidang persoalan yang sedang dianalisa. Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu
dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif
kemudian diolah untuk menentukan peringkat alternatif dari seluruh alternatif. Baik kriteria
kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah
ditentukan untuk menghasilkan bobot dan proritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan
manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik.
Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan secara konsisten sesuai
dengan suatu kriteria yang logis. Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara
berpasangan tersebut harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal. Hubungan tersebut
dapat ditunjukkan sebagai berikut (Suryadi & Ramdhani, 1998):
a. Hubungan cardinal : aij . ajk = aik
b. Hubungan ordinal : Ai > Aj, Aj > Ak maka Ai > Ak
METODE PENELITIAN
Studi kasus telah ditentukan sesuai dengan nomer asisten laboratorium data mining yang di
mana kelompok kami mendapatkan studi kasus memilih transportasi alternatif Presiden yang
efektif dalam melakukan perjalanan ke luar kota dengan ketentuan alternatif antara lain mobil
pribadi, kereta api, dan bus. Dari studi kasus tersebut, kami menentukan 5 kriteria antara lain,
biaya, aman, kenyamanan, waktu, dan fasilitas. Dan dari ke-5 kriteria tersebut kami
memberikan 3 subkriteria, masing-masing dari kriteria biaya, kenyamanan (kemampuan
untuk beristirahat, kebersihan, dan kapasitas), dan fasilitas (lampu, AC, dan televisi).
Metode yang digunakan yaitu Analytic Hierarchy Process (AHP) yang merupakan
suatu model pendukung keputusan yang didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah
permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level di mana level pertama adalah
tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, subkriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level
terakhir dari alternatif.
Gambar 1. Struktur Hierarki
HASIL
Penelitian mengenai ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Alat Transportasi
Presiden ke Luar Kota Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)” ini,
memiliki kriteria-kriteria yang sesuai tentunya dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Faktor Biaya
Meliputi biaya langsung yang dikeluarkan dalam melakukan perjalanan. Seperti biaya
bahan bakar jika menggunakan kendaraan pribadi (mobil), biaya tol, harga tiket jika
menggunakan kereta api dan bus.
2. Faktor Aman
Keamanan seperti gangguan selama perjalanan, yaitu rasa aman dari adanya tindakan
kriminalitas, keselamatan dari resiko kecelakaan dan dari lingkungan sekitar yaitu
gangguan sebelum dan sesudah melakukan perjalanan serta keadaan cuaca yang tidak
menentu.
3. Faktor Kenyamanan
Dapat ditentukan dari kebersihan kendaraan tersebut, tempat duduk yang nyaman,
serta kapasitas yang cukup luas dan memadai.
4. Faktor Waktu
Menyatakan lama waktu untuk melakukan perjalanan, yang didalamnya yang
menginginkan ketepatan waktu sampai tujuan, kelancaran selama perjalanan, dan
bebas melakukan perjalanan kapan saja.
5. Faktor Fasilitas
Dalam melakukan perjalanan, sebagai seorang Presiden pengadaan fasilitas yang
memadai juga menjadi kebutuhan. Merujuk kepada faslitas yang tersedia selama
dalam perjalanan, tersedianya fasilitas AC, lampu, dan televisi sebagai hiburan selama
perjalanan.
a. Perbandingan berpasangan
Pemilihan kriteria dan subkriteria
1. Faktor biaya tidak lebih penting dibandingkan faktor kenyamanan.
Biaya meliputi biaya langsung yang dikeluarkan dalam melakukan perjalanan.
Seperti biaya bahan bakar jika menggunakan kendaraan pribadi (mobil), biaya tol,
harga tiket jika menggunakan kereta api dan bus.
2. Faktor kenyamanan sedikit lebih penting dibandingkan faktor biaya.
Kenyamanan dapat ditentukan dari kebersihan kendaraan tersebut, tempat duduk
yang nyaman, serta kapasitas yang cukup luas dan memadai. Faktor kenyamanan
mempunya subkriteria sebagai berikut:
a. Bisa istirahat
Sebagai seorang Presiden yang memiliki banyak jadwal, menyebabkan
kurangnya waktu istirahat di rumah. Sehingga, dalam melakukan
perjalanannya Ia membutuhkan istirahat. Dan pada faktor ini, mobil pribadi
peluangnya lebih besar dibandingkan dengan kereta api dan bus.
b. Kebersihan
Kebersihan di kendaraan itu sangat penting. Karena, jika keadaan kendaraan
tidak bersih, dapat menyebabkan penyakit. Apalagi, jika penumpangnya
adalah seorang Presiden, hal itu menjadi sesuatu yang menjadi keharusan.
c. Luas Kendaraan (kapasitas)
Pada subkriteria ini, Presiden pun membutuhkannya. Terkadang Presiden
melakukan perbincangan dengan klien atau rekan – rekannya dan itu
dilakukukan di dalam kendaraan. Oleh karena itu, kapasitas kendaraan yang
cukup memadai dan luas kendaraan akan memberikan kenyamanan yang
lebih.
3. Faktor fasilitas cukup penting dibandingkan biaya. Dalam melakukan perjalanan,
sebagai seorang Presiden pengadaan fasilitas yang memadai juga menjadi
kebutuhan. Merujuk kepada faslitas yang tersedia selama dalam perjalanan,
tersedianya fasilitas AC, lampu, dan televisi sebagai hiburan selama perjalanan.
Faktor fasilitas mempunyai subkriteria sebagai berikut:
a. Air Conditioner (AC)
AC berfungsi sebagai pendingin ruangan. Sebagaimana yang kita ketahuin, di
Indonesia khusunya memiliki iklim yang cukup tropis sehingga sangat
membutuhkan fasilitas AC tersebut dalam melakukan perjalannya apalagi
pada kendaraan tertutup.
b. Lampu
Sebagai penerangan jika melakukan perjalanan malam.
c. Televisi
Sebagai pemberi informasi jika Presiden sedang melakukan perjalan ke luar
kota. Informasi tersebut baik seputar dalam maupun luar negeri.
4. Faktor aman sangat penting dibandingkan faktor biaya. Keamanan seperti
gangguan selama perjalanan, yaitu rasa aman dari adanya tindakan kriminalitas,
keselamatan dari resiko kecelakaan dan dari lingkungan sekitar yaitu gangguan
sebelum dan sesudah melakukan perjalanan serta keadaan cuaca yang tidak
menentu. Faktor aman mempunyai subkriteria sebagai berikut:
a. Resiko Kecelakaan
Presiden merupakan orang penting, sehingga bagi para pengemudi,
membutuhkan kemampuan ekstra dalam melakukan pekerjaannya. Tetapi, jika
pengemudi Presiden sudah melakukan kehati-hatian yang ekstra sedangkan
pengemudi lain tidak hati-hati akan menimbulkan kecelakaan yang fatal
tentunya.
b. Resiko Kejahatan
Disebabkan Presiden sebagai orang penting, isu-isu akan terjadinya kejahatan
sangat ada kemungkinan untuk terjadi ketika dalam perjalanan.
c. Cuaca
Keadaan cuaca yang kurang mendukung menyebabkan terhambatnya kegiatan.
Misalnya keadaan jalanan yang banjir jika menggunakan kendaraan pribadi.
5. Faktor waktu mutlak penting dibandingkan faktor biaya. Menyatakan lama waktu
untuk melakukan perjalanan, yang didalamnya yang menginginkan ketepatan
waktu sampai tujuan, kelancaran selama perjalanan, dan bebas melakukan
perjalanan kapan saja.
b. Struktur permasalahan dalam bentuk AHP
Gambar 2. Struktur Hierarki
c. Perbandingan berpasangan antara kriteria dengan tujuan
Tabel 1. Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria
Menentukan
transportasi Biaya Kenyamanan Kecepatan Keaman Fasilitas
Biaya 1,00 0,33 0.11 0.14 0.20
Kenyamanan 3,00 1,00 0.14 0.20 0.33
Kecepatan 9,00 7,00 1,00 3,00 5,00
Keamanan 7,00 5,00 0.33 1,00 3,00
Fasilitas 5,00 3,00 0.20 0.33 1,00
25,00 16,33 1.79 4.68 9.53
Tabel 2. Perbandingan Berpasangan Antar Sub-kriteria Kenyamanan
Kenyamanan
Bisa
Istirahat Kebersihan
Keluasan
Kendaraan
Bisa Istirahat 1,00 2,00 5,00
Kebersihan 0,50 1,00 3,00
Keluasan Kendaraan 0,20 0,33 1,00
1,70 3,33 9,00
Tabel 3. Perbandingan Berpasangan Antar Sub-kriteria Keamanan
Kemanan
Resiko
Kejahatan
Resiko
Kecelakaan Cuaca
Resiko Kejahatan 1,00 0,50 4,00
Resiko Kecelakaan 2,00 1,00 3,00
Cuaca 0,25 0,33 1,00
3,25 1,83 8,00
Tabel 4. Perbandingan Berpasangan Antar Sub-kriteria Fasilitas
Fasilitas AC Lampu Televisi
AC 1,00 2,00 5,00
Lampu 0,50 1,00 3,00
Televisi 0,20 0,33 1,00
1,70 3,33 9,00
d. Perbandingan berpasangan antara alternatif dengan kriteria
Tabel 5. Perbandingan Berpasangan Antar Alternatif Untuk Sub-kriteria Bisa Istirahat
Bisa Istirahat Mobil Kereta api Bus
Mobil 1,00 5,00 3,00
Kereta api 0,20 1,00 0,33
Bus 0,33 3,00 1,00
1,53 9,00 4,33
Tabel 6. Perbandingan Berpasangan Antar Alternatif Untuk Sub-kriteria Kebersihan
Kebersihan Mobil Kereta api Bus
Mobil 1,00 5,00 7,00
Kereta api 0,20 1,00 2,00
Bus 0,17 0,50 1,00
1,37 6,50 10,00
Tabel 7. Perbandingan Berpasangan Antar Alternatif
Untuk Sub-kriteria Luas Kendaraan
Luas Kendaraan Mobil kereta api bus
Mobil 1,00 0,14 0,17
Kereta api 7,00 1,00 2,00
Bus 6,00 0,50 1,00
14,00 1,64 3,17
Tabel 8. Perbandingan Berpasangan Antar Alternatif
Untuk Sub-kriteria Resiko Kejahatan
Resiko Kejahatan Mobil Kereta api Bus
Mobil 1,00 0,20 0,25
Kereta api 5,00 1,00 2,00
Bus 4,00 0,50 1,00
10,00 1,70 3,25
Tabel 9. Perbandingan Berpasangan Antar Alternatif
Untuk Sub-kriteria Resiko Kecelakaan
Resiko Kecelakaan Mobil Kereta api Bus
Mobil 1,00 2,00 0,33
kereta api 0,50 1,00 0,25
Bus 3,00 4,00 1,00
4,50 7,00 1,58
Tabel 10. Perbandingan Berpasangan Antar Alternatif Untuk Sub-kriteria Cuaca
Cuaca Mobil Kereta api Bus
Mobil 1,00 3,00 5,00
kereta api 0,33 1,00 2,00
Bus 0,20 0,50 1,00
1,53 4,50 8,00
Tabel 11. Perbandingan Berpasangan Antar Alternatif Untuk Sub-kriteria AC
AC Mobil Kereta api Bus
Mobil 1,00 5,00 4,00
kereta api 0,20 1,00 0,50
Bus 0,25 2,00 1,00
1,45 8,00 5,50
Tabel 12. Perbandingan Berpasangan Antar Alternatif Untuk Sub-kriteria Lampu
Lampu Mobil Kereta api Bus
Mobil 1,00 3,00 4,00
kereta api 0,33 1,00 2,00
Bus 0,25 0,50 1,00
1,58 4,50 7,00
Tabel 13. Perbandingan Berpasangan Antar Alternatif Untuk Sub-kriteria Televisi
Televisi Mobil Kereta api Bus
Mobil 1,00 3,00 5,00
kereta api 0,33 1,00 3,00
Bus 0,20 0,33 1,00
1,53 4,33 9,00
Tabel 14. Perbandingan Berpasangan Alternatif dengan Kriteria
Kriteria Bobot Sub-kriteria Bobot Bobot
Sesungguhnya Mobil Kereta Api Bus
Biaya 0,035 - - 0,035 0,167 0,500 0,333
Kenyamanan 0,068
Bisa Istirahat 0,581 0,039 0,633 0,106 0,260
Kebersihan 0,309 0,021 0,734 0,167 0,100
Luas kendaraan 0,110 0,007 0,070 0,580 0,350
Kecepatan 0,503 - - 0,503 0,648 0,230 0,122
Keamanan 0,260
Resiko Kejahatan 0,360 0,094 0,098 0,568 0,334
Resiko Kecelakaan 0,512 0,133 0,239 0,137 0,623
Cuaca 0,128 0,033 0,648 0,230 0,122
Fasilitas 0,134
Pendingin Udara (AC) 0,581 0,078 0,681 0,118 0,201
Lampu Penerangan 0,309 0,042 0,623 0,239 0,137
Televisi 0,110 0,015 0,633 0,260 0,106
Alternative Weight Evaluation 0,523 0,247 0,229
Berdasarkan hasil perhitungan pada table 14, maka urutan alternatif yang terpilih adalah
mobil, kereta api, dan bus.
e. Uji konsistensi perbandingan berpasangan untuk kriteria
Eigen vector = total / 3
Eigen value = perkalian matriks / eigen vector
λmaks = total eigen vector / 3
CI = (λmaks – N) / (N – 1)
CR = CI / RI
RI didapatkan dengan melihat tabel random RC
Tabel 15. Uji Konsistensi Perbandingan Antar Kriteria
Kriteria Biaya Kenyamanan Kecepatan Keamanan Fasilitas Total Eigen
Vector
Matriks
Perbandingan
Kriteria x Eigen
Vector
Eigen
Value λ maks CI CR
Biaya 0,04 0,02 0,06 0,03 0,02 0,17 0,03 0,18 5,09
5,24 0,06 0,05
Kenyamanan 0,12 0,06
0,43
0,08 0,04 0,03 0,34 0,07 0,34 5,03
Kecepatan 0,36 0,56 0,64 0,52 2,51 0,50 2,74 5,46
Keamanan 0,28 0,31 0,19 0,21 0,31 1,30 0,26 1,41 5,43
Fasilitas 0,2 0,18 0,11 0,07 0,10 0,67 0,13 0,70 5,20
1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 5,00 1,00 5,37 26,21
Tabel 16. Uji Konsistensi Antar Sub-kriteria Kenyamanan
Kenyamanan
Bisa
Istirahat Kebersihan
Keluasan
kendaraan Total
Eigen
Vector
Matriks Perbandingan
Sub-kriteria
Kenyamanan x Eigen
Vector
Eigen
Value λ maks CI CR
Bisa Istirahat 0,59 0,60 0,56 1,74 0,58 1,75 3,01
3,004 0,002 0,003 Kebersihan 0,29 0,30 0,33 0,93 0,31 0,93 3,00
Keluasan
Kendaraan 0,12 0,10 0,11 0,33 0,11 0,33 3,00
1,00 1,00 1,00 3,00 1,00 3,00 9,01
Tabel 17. Uji konsistensi Antar Sub-kriteria Keamanan
Aman Resiko
Kejahatan
Resiko
Kecelakaan Cuaca Total Eigen Vector
Matriks Perbandingan Sub-
kriteria Aman x Eigen Vector
Eigen
Value
λ
maks CI CR
Resiko
Kejahatan 0,31 0,27 0,50 1,08 0,36 1,13 3,13
3,11 0,05 0,09 Resiko
Kecelakaan 0,62 0,55 0,38 1,54 0,51 1,62 3,16
Cuaca 0,08 0,18 0,13 0,38 0,13 0,39 3,04
1,00 1,00 1,00 3,00 1,00 3,13 9,33
Tabel 18. Uji Konsistensi Antar Sub-kriteria Fasilitas
Fasilitas AC Lampu Televisi Total Eigen
Vector
Matriks Perbandingan Sub-kriteria
Fasilitas x Eigen Vector
Eigen
Value λ maks CI CR
AC 0,59 0,60 0,56 1,74 0,58 1,75 3,01
3,0037 0,0018 0,0032 Lampu 0,29 0,30 0,33 0,93 0,31 0,93 3,00
Televisi 0,12 0,10 0,11 0,33 0,11 0,33 3,00
1,00 1,00 1,00 3,00 1,00 3,00 9,01
f. Uji konsistensi perbandingan berpasangan untuk alternatif
Eigen vector = total / 3
Eigen value = perkalian matriks / eigen vector
λmaks = total eigen vector / 3
CI = (λmaks – N) / (N – 1)
CR = CI / RI
Ri didapatkan dengan melihat tabel random RC
Tabel 19. Uji Konsistensi Biaya Untuk Alternatif
Biaya Mobil Kereta Api Bus Total Eigen Vector Matriks Perbandingan
Alternatif x Eigen Vector
Eigen
Value
λ
maks CI CR
Mobil 0,17 0,17 0,17 0,50 0,17 0,50 3,00
3,00 0,00 0,00 Kereta Api 0,50 0,50 0,50 1,50 0,50 1,50 3,00
Bus 0,33 0,33 0,33 1,00 0,33 1,00 3,00
1,00 1,00 1,00 3,00 1,00 3,00 9,00
Tabel 20. Uji Konsistensi Kenyamanan Untuk Alternatif
Kenyamanan Mobil Kereta Api Bus Total Eigen Vector Matriks Perbandingan
Alternatif x Eigen Vector
Eigen
Value λ maks CI CR
Mobil 0,74 0,79 0,64 2,17 0,72 2,27 3,14
3,07 0,03 0,06 Kereta Api 0,15 0,16 0,27 0,58 0,19 0,59 3,04
Bus 0,11 0,05 0,09 0,25 0,08 0,25 3,01
1,00 1,00 1,00 3,00 1,00 3,11 9,20
Tabel 21. Uji Konsistensi Sub-kriteria Bisa Istirahat Untuk Alternatif
Bisa
Istirahat Mobil Kereta Api Bus Total Eigen Vector
Matriks Perbandingan
Alternatif x Eigen Vector
Eigen
Value λ maks
CI CR
Mobil 0,65 0,56 0,69 1,90 0,63 1,95 3,07 3,039
0,019
0,033
Kereta api 0,13 0,11 0,08 0,32 0,11 0,32 3,01
Bus 0,22 0,33 0,23 0,78 0,26 0,79 3,03
1,00 1,00 1,00 3,00 1,00 3,06 9,12
Tabel 22. Uji Konsistensi Sub-kriteria Kebersihan Untuk Alternatif
Kebersihan Mobil Kereta Api Bus Total Eigen Vector Matriks Perbandingan
Alternatif x Eigen Vector
Eigen
Value λ maks CI CR
Mobil 0,73 0,77 0,70 2,20 0,73 2,26 3,09
3,08 0,04 0,06 Kereta api 0,15 0,15 0,20 0,50 0,17 0,51 3,08
Bus 0,12 0,08 0,10 0,30 0,10 0,31 3,06
1,00 1,00 1,00 3,00 1,00 3,08 9,23
Tabel 23. Uji Konsistensi Sub-kriteria Luas Kendaraan Untuk Alternatif
Luas
kendaraan Mobil Kereta Api Bus Total Eigen vector
Matriks Perbandingan
Alternatif x Eigen Vector
Eigen
value λ maks CI CR
Mobil 0,07 0,09 0,05 0,21 0,07 0,21 3,01
3,03 0,02 0,03 Kereta api 0,50 0,61 0,63 1,74 0,58 1,77 3,05
Bus 0,43 0,30 0,32 1,05 0,35 1,06 3,04
1,00 1,00 1,00 3,00 1,00 3,04 9,10
Tabel 24. Uji Konsistensi Kecepatan Untuk Alternatif
Kecepatan Mobil Kereta Api Bus Total Eigen
Vector
Matriks Perbandingan
Alternatif x Eigen Vector
Eigen
Value λ maks CI CR
Mobil 0,65 0,67 0,63 1,94 0,65 1,95 3,01
3,00 0,002 0,003 Kereta Api 0,22 0,22 0,25 0,69 0,23 0,69 3,00
Bus 0,13 0,11 0,13 0,37 0,12 0,37 3,00
1,00 1,00 1,00 3,00 1,00 3,01 9,01
Tabel 25. Uji Konsistensi Keamanan Untuk Alternatif
Keamanan Mobil Kereta Api Bus Total Eigen
Vector
Matriks Perbandingan
Alternatif x Eigen Vector
Eigen
Value λ maks CI CR
Mobil 0,63 0,67 0,57 1,87 0,62 1,89 3,03
3,02 0,01 0,02 Kereta Api 0,21 0,22 0,29 0,72 0,24 0,72 3,01
Bus 0,16 0,11 0,14 0,41 0,14 0,41 3,01
1,00 1,00 1,00 3,00 1,00 3,03 9,06
Tabel 26. Uji Konsistensi Sub-kriteria Resiko Kejahatan Untuk Alternatif
Resiko
Kejahatan Mobil Kereta api Bus Total
Eigen
Vector
Matriks Perbandingan
Alternatif x Eigen Vector
Eigen
Value λ maks CI CR
Mobil 0,10 0,12 0,08 0,29 0,10 0,30 3,01
3,02 0,01 0,02 Kereta api 0,50 0,59 0,62 1,70 0,57 1,73 3,04
Bus 0,40 0,29 0,31 1,00 0,33 1,01 3,03
1,00 1,00 1,00 3,00 1,00 3,03 9,07
Tabel 27. Uji Konsistensi Sub-kriteria Resiko Kecelakaan Untuk Alternatif
Resiko
Kecelakaan Mobil Kereta Api Bus Total
Eigen
Vector
Matriks Perbandingan
Alternatif x Eigen Vector
Eigen
Value λ maks CI CR
Mobil 0,22 0,29 0,21 0,72 0,24 0,72 3,01
3,02 0,01 0,02 Kereta api 0,11 0,14 0,16 0,41 0,14 0,41 3,01
Bus 0,67 0,57 0,63 1,87 0,62 1,89 3,03
1,00 1,00 1,00 3,00 1,00 3,03 9,06
Tabel 28. Uji Konsistensi Sub-kriteria Cuaca Untuk Alternatif
Cuaca Mobil Kereta
api Bus Total
Eigen
Vector
Matriks Perbandingan
Alternatif x Eigen Vector
Eigen
Value λ maks CI CR
Mobil 0,65 0,67 0,63 1,94 0,65 1,95 3,01
3,004 0,002 0,003 Kereta api 0,22 0,22 0,25 0,69 0,23 0,69 3,00
Bus 0,13 0,11 0,13 0,37 0,12 0,37 3,00
1,00 1,00 1,00 3,00 1,00 3,01 9,01
Tabel 29. Uji Konsistensi Kriteria Fasilitas Untuk Alternatif
Fasilitas Mobil Kereta Api Bus Total Eigen
Vector
Matriks Perbandingan
Alternatif x Eigen Vector
Eigen
Value λ maks CI CR
Mobil 0,65 0,50 0,71 1,86 0,62 1,95 3,16
3,09 0,04 0,07 Kereta Api 0,13 0,10 0,06 0,29 0,10 0,29 3,02
Bus 0,22 0,40 0,24 0,85 0,28 0,88 3,08
1,00 1,00 1,00 3,00 1,00 3,12 9,26
Tabel 30. Uji Konsistensi Sub-kriteria AC Untuk Alternatif
AC Mobil Kereta Api Bus Total Eigen
Vector
Matriks Perbandingan
Alternatif x Eigen Vector
Eigen
Value λ maks CI CR
Mobil 0,69 0,63 0,73 2,04 0,68 2,08 3,05
3,02 0,01 0,02 Kereta api 0,14 0,13 0,09 0,35 0,12 0,35 3,01
Bus 0,17 0,25 0,18 0,60 0,20 0,61 3,02
1,00 1,00 1,00 3,00 1,00 3,04 9,07
Tabel 31. Uji Konsistensi Sub-kriteria Lampu Untuk Alternatif
Lampu Mobil Kereta Api Bus Total Eigen
Vector
Matriks Perbandingan
Alternatif x Eigen Vector
Eigen
Value λ maks CI CR
Mobil 0,63 0,67 0,57 1,87 0,62 1,89 3,03
3,02 0,01 0,02 Kereta api 0,21 0,22 0,29 0,72 0,24 0,72 3,01
Bus 0,16 0,11 0,14 0,41 0,14 0,41 3,01
1,00 1,00 1,00 3,00 1,00 3,03 9,06
Tabel 32. Uji Konsistensi Sub-kriteria televisi Untuk Alternatif
Televisi Mobil Kereta Api Bus Total Eigen
Vector
Matriks Perbandingan
Alternatif x Eigen Vector
Eigen
Value λ maks CI CR
Mobil 0,65 0,69 0,56 1,90 0,63 1,95 3,07
3,04 0,02 0,03 Kereta api 0,22 0,23 0,33 0,78 0,26 0,79 3,03
Bus 0,13 0,08 0,11 0,32 0,11 0,32 3,01
1,00 1,00 1,00 3,00 1,00 3,06 9,12
PEMBAHASAN
Dalam pemilihan kriteria dan sub-kriteria pada studi kasus ini, kami memilih sebanyak lima
kriteria yang di mana tiga dari lima kriteria tersebut dijabarkan kembali menjadi sub-kriteria.
Pada sub bab perbandingan berpasangan hasil point a merupakan penjelasan kenapa memilih
kriteria yaitu biaya, kenyamanan, fasilitas, aman, dan waktu yang alternatifnya telah
ditentukan dalam studi kasus dalam memilih transportasi alternatif Presiden yang efektif
dalam melakukan perjalanan ke luar kota menggunakan yaitu mobil pribadi, kereta api, dan
bus.
Tiga dari kriteria tersebut (aman, kenyaman, dan fasilitas) mempunyai sub-kriteria.
Kriteria aman mempunyai sub-kriteria resiko kecelakaan, resiko kejahatan, dan cuaca
sebagaimana dengan penjelasan yang ada di sub bab pembahasan. Kriteria kenyamanan
mempunyai sub-kriteria luas kendaraan, kebersihan, dan kemampuan untuk bisa beristirahat.
Dan pada kriteria fasilitas mempunyai sub-kriteria Air Conditioner (AC), lampu penerangan,
dan televisi.
Setelah kita menentukan kriteria dan sub-kriteria adalah sesuai dengan tahapan dalam
AHP, kita membuat struktur hierarki AHP dalam studi kasus ini. Struktur hierarki AHP
dalam studi kasus ini dapat dilihat pada Gambar 2, yaitu struktur hierarki AHP dalam
pemilihan alat transportasi yang paling untuk Presiden untuk dalam perjalanan keluar kota.
Pada point c, perbandingan berpasangan antara kriteria dengan tujuan dalam Tabel 1 dalam
pemberian bobot kami memberikan bobot berdasarkan tingkat kepentingan dari masing-
masing kriteria. Sedangkan urutan jika dilihat dari tingkat kepentingan pada kriteria ini
adalah waktu, aman, fasilitas, kenyamanan, dan harga. Dalam tabel 2 memberikan bobot
paling tinggi pada sub-kriteria kemampuan untuk bisa istirahat diikuti sub-kriteria lainnya
yaitu kebersihan dan luasnya kendaraan. Dalam Tabel 3, menurut kami tingkat kepentingan
dalam sub-kriteria ini adalah resiko kecelakaan, resiko kecelakaan, dan cuaca. Dalam Tabel 4
kami memberikan bobot paling tinggi sampai yang paling rendah yaitu pada sub-kriteria Air
Conditioner (AC), lampu penerangan, dan televisi.
Pada perbandingan berpasangan antara alternatif dan kriteria Pada tabel 5 dan 6,
mobil dianggap lebih bisa digunakan untuk istirahat serta lebih bersih dibandingkan kereta
api dan bus karena sifatnya yang diguakan untuk pribadi. Pada tabel 7, jelas kereta api lebih
luas dibandingkan bus dan jau lebih luas dibandingkan mobil. Pada tabel 8 alternatif kereta
api dan bus memiliki resiko kejahatan lebih besar dibandingkan mobil karena jika berpergian
dengan kereta api dan bus akan memungkinkan bertemu dengan banyak orang yang mungkin
memiiki niat buruk. Pada tabel 9, kereta api menjadi alternatif paling kecil memiliki resiko
kecelakaan dibandingkan mobil dan bus karena mobil dan bus berada di jalur jalan raya yang
lebih beresiko terjadi kecelakaan, dibandingkan kereta api yang memiliki jalur sendiri. Pada
tabel 10, mobil lebih bisa melindungi dari gangguan cuaca dibandingkan kereta api dan bus.
Pada tabel 11 sampai 13 mobil lebih unggul dalam fasilitas ac, lampu dan televisi, alasannya
jelas karena kereta api merupakan kendaraan yang sifatnya digunakan pribadi, sedangkan
kereta api merupakan kendaraan umum yang biasanya tidak memiliki fasilitas yang cukup
lengkap.
Setelah menghitung semua perbandingan berpasangan seperti pada tabel 1 sampai
tabel 13, maka pengambilan keputusan didasarkan pada perhitungan perbandingan
berpasangan bobot antar alternatif terhadap kriteria (tabel 14). Mengacu pada perhitugan
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan kriteria biaya, kenyamanan, kecepatan,
keamanan, dan fasilitas serta sub-kriteria bisa istirahat, kebersihan, luas kendaraan, resiko
kejahatan, resiko kecelakaan, cuaca, ac, lampu, dan televisi, maka transportasi yang dipilih
Presiden adalah mobil. Untuk mengetahui tingkat konsistensi dari masing masing
perbandingan berpasangan, maka dilakukan uji konsistensi dengan menggunakan rumus yang
telah disebutkan di atas. Dimana apabila CR ≤ 0,1 maka data dapat dibenarkan. Berdasarkan
tabel 15 sampai dengan tabel 32 seluruh perbandingan berpasangan memiliki nilai CR ≤ 0,1
maka dapat dinyatakan bahwa seluruh data konsisten.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dari studi kasus dalam memilih transportasi alternatif Presiden yang efektif
dalam melakukan perjalanan ke luar kota kriteria yang digunakan yaitu biaya, kenyamanan,
fasilitas, aman, dan waktu. Kriteria aman mempunyai sub-kriteria resiko kecelakaan, resiko
kejahatan, dan cuaca sebagaimana dengan penjelasan yang ada di sub bab pembahasan.
Kriteria kenyamanan mempunyai sub-kriteria luas kendaraan, kebersihan, dan kemampuan
untuk bisa beristirahat. Dan pada kriteria fasilitas mempunyai sub-kriteria Air Conditioner
(AC), lampu penerangan, dan televisi. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode
AHP ini kami dapat menganalisis bahwa alat transportasi yang paling efektif digunakan oleh
Presiden yaitu mobil pribadi. Dari hasil perhitungan rasio konsistensi dengan menggunakan
metode AHP, kami dapat menyimpulkan bahwa data yang kami gunakan semuanya konsisten
karena hasil dari rasio konsistensi kami semuanya ≤ 0,1.
Sebagai saran, sebaiknya diiperlukan pengembangan dalam pengambilan sampel yang
lebih merata, menambahkan pertimbangan-pertimbangan lain dalam memberikan penilaian
terhadap alternatif transportasi dan membangun struktur hierarki level serta membuat analisa
yang lebih baik lagi. Dalam melakukan penilaian terhadap perbandingan berpasangan harus
memperhatikan konsep-konsep AHP agar perbandingan berpasangan tersebut dapat
dilakukan lebih konsisten. Dalam memilih alat transportasi yang paling penting adalah
ketepatan waktu ketika melakukan perjalanan ke luar kota. Dalam studi kasus ini, kami
menentukan lima kriteria yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat disarankan untuk
kedepannya, dalam memilih alat transportasi dapat ditambahkan kriteria lainnya untuk
menghasilkan model yang baik dari metode AHP ini.
DAFTAR PUSTAKA
Teknomo, Kardi. 1999. “Penggunaan Metode AHP Dalam Menganalisa Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pemilihan Moda ke Kampus”, Jurnal Teknik Sipil, Volume 1 Nomor
1. Universitas Kristen Petra, Jakarta.
Wicaksono, Sabdo. “Analisa Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Moda
Transportasi Penduduk Kerja di Kecamatan Sukmajaya Depok Menuju Tempat
Kerja Dengan Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process, Skripsi,
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas
Gunadarma, Jakarta.