pemikiran ekonomi karl marx

14
TUGAS AKHIR SEMESTER SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI Oleh DANDY DWI PUTRA 0910852032 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Upload: andhyka-ome

Post on 12-Dec-2015

28 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ekonomi

TRANSCRIPT

Page 1: Pemikiran Ekonomi Karl Marx

TUGAS AKHIR SEMESTER

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI

Oleh

DANDY DWI PUTRA

0910852032

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ANDALAS

Page 2: Pemikiran Ekonomi Karl Marx

Pemikiran Ekonomi Karl Marx

Karl Marx dikenal sebagai pengkonsep utama sistem sosial berbasiskan sosialisme komunisme.

Terminologi yang menginspirasi puluhan negara bangsa dan jutaan manusia sekaligus juga bertanggung

jawab terhadap malapetaka yang diciptakannya. Apa yang menjadikan pemikirannya banyak dianut dan

sekaligus memberikan perubahan bagi dunia mengharuskan kita untuk mengenal Marx secara lebih

mendalam.

Marx lahir pada tahun 1818 di Treves, Jerman. Setiap orang dan tidak hanya tokoh besar dibesarkan

oleh lingkungan, peristiwa, dan pemikiran disekitarnya, begitupun juga seorang Marx. Kota kelahirannya

adalah daerah yang sangat terpengaruh oleh Perancis selama revolusi era Napoleon, yang membuat

daerah ini jauh lebih kosmopolitan daripada kebanyakan wilayah Jerman lainnya.1 Kondisi sosial ini

membentuk Marx untuk berpandangan lebih terbuka dan tidak terlalu terpaku dengan budaya

pemikiran Jerman ketika itu yang sangat terpengaruh idealisme Hegel, meskipun dimasa mudanya Marx

tergabung kedalam kelompok mahasiswa Hegelian Muda.

1. Pemikiran Filsafat Marx

Pemberontakan Marx terhadap Hegel dipengaruhi oleh Feuerbach yang menentang idealisme Hegel

menuju materialisme. Pengaruh ini yang kemudian menjadi tema dari thesis doktoralnya yang berjudul

Perbedaan Filsafat Alam Demokritean dan Epikurus. Dua pemikir Yunani pra Socrates yang berhaluan

materialisme ini dikondisikan Marx berkontradiksi dengan pendapat Hegel. Marx menyatakan bahwa

tujuannya adalah untuk menemukan sumber daripada kesadaran diri manusia dan ide dari realitas

material. Singkatnya ia menyatakan bahwa filsafat harus ‘keluar menuju dunia’. Banyak yang kemudian

menyebut filsafat pemikiran Karl Marx ini sebagai Materialisme Historis atau Materialisme Dialektis.

Namun sebenarnya terminologi diatas tidak datang dari Marx dan ia tidak pernah menggunakannya.

Dalam Manuskrip tentang Ekonomi dan Filsafatnya Marx menggunakan istilahnya sendiri “naturalisme

atau humanisme” sebagai dasar pemikirannya2.

Naturalisme atau humanisme disini menjelaskan kebenaran dari kesatuan antara materialisme dan

idealisme. Naturalisme, atau istilah lainnya adalah materialisme mewakili aliran pemikiran yang

menetapkan kebenaran kepada realitas objektif yang disaksikan manusia menggunakan indranya. Pada

1 Betrand Russel, Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007, hlm .1018.2 Erich Fromm, Konsep Manusia Menurut Marx, Yogyakarta, Pustaka pelajar, 2004, hlm .14.

Page 3: Pemikiran Ekonomi Karl Marx

jamannya aliran ini banyak dianut oleh para ilmuwan alam progresif yang lebih suka menempatkan

manusia setara dengan realitas fisik di alam lainnya sebagai objek. Kritik Marx terhadap aliran ini adalah

dengan menggabungkannya dengan humanisme, aliran pemikiran yang menjadikan manusia sebagai

titik pusat dan tujuannya. Hasilnya adalah sebuah dasar pemikiran yang menyadari realitas objektif yang

didayagunakan untuk kepentingan dan pengembangan kemanusiaan. Manusia diluruskan perannya dari

sekedar objek menjadi subjek yang mampu mengubah objek material untuk kelangsungan eksistensinya.

2. Pemikiran Marx Mengenai Masyarakat dan Negara

Filsafat “naturalisme atau humanisme” membangun pemikiran Marx mengenai masyarakat dan realitas

sosial dengan bantuan metode dialetika Hegel yang ia jungkir balikkan. Marx melihat kehidupan manusia

dalam negara dan hukum-hukum yang ada didalam negara tersebut tidak dapat hanya dipahami dari

ide-ide yang hanya dibayangkan dalam pikiran, tetapi juga harus memperhatikan dengan cermat

kondisi-kondisi kehidupan material. Secara tegas Marx menyatakan eratnya hubungan antara situasi

ekonomi dan politik suatu negara dengan anatomi masyarakat yang menjadi warga negaranya.

Dasar inilah yang digunakan Marx untuk mengkritik konsep negara menurut Hegel. Dimasanya Hegel

menjadi pendukung bentuk pemerintahan otoritarian orthodok Jerman. Hegel membagi dua jenis roh

dalam negara. Roh subjektif sebagai kebutuhan masyarakat yang beragam dan roh objektif sebagai

kesatuan kebutuhan yang diakomodasi oleh institusi negara3. Namun tidak semua kebutuhan

masyarakat dapat dipenuhi oleh negara dan kehendak masyarakat tidak semuanya sejalan dengan

keputusan yang diambil oleh Negara. Karena institusi negara dijalankan oleh kaum intelektual dan

orang-orang terpelajarlah yang paling tahu dalam menentukan kebutuhan apa yang harus dipenuhi

untuk masyarakat.

Pemikiran Hegel ini ditolak oleh Marx karena selain tidak relevan dengan kondisi material, konsep

negara Hegel ini juga tidak sejalan dengan tujuan kemanusiaan. Menurut Marx, yang menjadi pondasi

struktur masyarakat atau negara adalah aktifitas ekonomi manusia dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya. Erich Fromm dalam usahanya menjelaskan Marx menyatakan bahwa “manusia

masuk kedalam hubungan-hubungan produksi yang terus berkembang mengikuti perkembangan

kekuatan produksi material. Keseluruhan hubungan produksi menunjukkan struktur ekonomi

masyarakat, dasar yang nyata tempat superstruktur yuridis dan politik berdiri, yang berkaitan dengan

3 Ahmad. Pemikiran Politik Hegel tentang Negara: Fasisme atau Demokrasi, Thesis pada Jurusan Ilmu Politik Universitas Indonesia 2004

Page 4: Pemikiran Ekonomi Karl Marx

bentuk-bentuk kesadaran sosial tertentu”4. Sebagai penjelasan dari kutipan diatas, hubungan produksi

berarti hubungan kerjasama yang terbangun antar sesama manusia dalam aktivitas ekonominya.

Sedangkan kekuatan produksi adalah keperluan manusia yang mencakup sumberdaya yang diperlukan

manusia dalam berproduksi. Penjelasan dari interpretasi Fromm ini bertolak belakang dengan

pernyataan Hegel yang menyatakan bahwa institusi negara lah yang menentukan dan membentuk

kehidupan masyarakat.

Kritik terhadap Hegel berlanjut ketika para penteori Marxist menilai pembentukan masyarakat oleh

institusi negara ini sebagai suatu kecelakaan akibat rusaknya hubungan manusia dalam berproduksi

dengan munculnya kepemilikan pribadi atas kekuatan produksi. Hubungan produksi yang baru ini

menciptakan pola hubungan hierakis. Yang mempunyai kekuatan produksi memperkerjakan yang lain

sebagai tenaga produksi yang lambat laun berkembang menjadi pembelengguan terhadap yang tidak

mempunyai kekuatan produksi. Kondisi ini kemudian menjadi dasar bagi Marx untuk menyatakan bahwa

peran sosial manusia yang menentukan kesadarannya, bukan sebaliknya dimana kesadaran yang

menentukan peran. Selajutnya perubahan yang terjadi dalam anatomi ekonomi masyarakat kemudian

memicu terjadinya perubahan dalam tataran politik dan superstruktur lainnya.

Hubungan sebab akibat diatas menjelaskan bagaimana perubahan sistem sosial tidak pernah terlepas

dari interaksi hubungan produksi dan kekuatan produksi didalam masyarakat. Sebuah sistem sosial tidak

akan lenyap sebelum kekuatan produksi berkembang secara cukup, dan pola hubungan produksi yang

baru tidak akan pernah muncul sebelum kondisi materi yang memungkinkan lahir dari masyarakat.

3. Pemikiran Ekonomi Marx sebagai Kritik terhadap Kapitalisme

Kritik Terhadap Kapitalisme

o Teori Nilai Lebih dan Akumulasi Modal

Teori nilai lebih merupakan teori yang paling banyak digunakan oleh teoritisi Marxist untuk

mengkritik sistem ekonomi kapitalisme hingga saat ini. Teori ini mengurai cara produksi dan

perkembangan kapitalis yang melibatkan penjelasan hubungan pekerja dan pemilik modal.

Secara awan nilai lebih dikenal sebagai laba, selisih antara harga yang dikeluarkan oleh pemilik

modal untuk memproduksi dengan harga jual hasil produksi tersebut.

4 Erich Fromm,Op.Cit., hlm .28.

Page 5: Pemikiran Ekonomi Karl Marx

Namun secara ekonomi nilai lebih berhubungan dengan perbedaan antara nilai yang

dihasilkan oleh pekerja dan nilai tenaga kerjanya sendiri. Pengertian ini membawa kita untuk

memahami terlebih dahulu tentang tenaga kerja dalam produksi kapitalis. Tenaga kerja dalam

sistem produksi kapitalisme menurut analisa Marx setara jika dibandingkan dengan material

produksi lain yang dibutuhkan dalam proses produksi. Seorang tenaga kerja dinilai dan

diberikan upah berdasarkan jam kerja yang berikannya selama proses produksi. Material

produksi dan perkakas produksi dinilai berdasarkan harga yang dibayar pemilik modal untuk

mendapatkannya. Karena dalam proses produksi material produksi dan perkakas produksi

tidak mengalami pertambahan nilai malahan mengalami penurunan nilai, maka satu-satunya

sumber pertambahan nilai yang bisa menjadi keuntungan atau nilai laba adalah proses kerja

yang dilakukan tenaga kerja. Dengan kata lain satu-satunya faktor produksi yang

mendatangkan keuntungan adalah tenaga kerja melalui kerjanya.

Karena status tenaga kerja disamakan dengan komoditas maka perannya dalam hubungan

ekonomi juga diperlakukan sebagai komoditas. Eksistensi para pekerja hanya dihargai sebagai

pendukung demi terwujudnya proses produksi. Upah yang diterimanya dimaknai sebagai

kebutuhan untuk mereproduksi tenaga kerja untuk produksi.

Dengan sudah jelasnya dari mana para pemilik modal mendapatkan keuntungan dalam proses

produksi mereka dalam Teori Nilai Lebih, selanjutnya Teori Akumulasi Modal akan

menjelaskan apa yang akan diperbuat para pemilik modal dengan nilai lebih yang mereka

terima.

Akumulasi modal adalah proses yang dilakukan oleh para pemilik modal dalam memperbesar

faktor produksinya. Dalam buku pertama Kapital, Marx menjelaskan terdapat tiga tahap yang

dilalui modal dalam sikuit kapital.

Tahapan pertama: Kapitalis muncul di pasar barang-dagangan dan berperan sebagai seorang

pembeli; uangnya diubah menjadi barang-dagangan, ia melalui babak peredaran M-C.

Tahapan kedua: Konsumsi produktif oleh kapitalis atas barang-dagangan yang dibeli. Ia

berfungsi sebagai kapitalis produsen barang-dagangan; kapitalnya melalui proses produksi.

Hasilnya: barang-dagangan bernilai lebih besar ketimbang unsur-unsur produksinya.

Page 6: Pemikiran Ekonomi Karl Marx

Tahapan ketiga: Kapitalis kembali ke pasar sebagai seorang penjual; barang dagangannya

ditransformasi menjadi uang, mereka melalui babakan sirkulasi CM.

Dengan demikian perumusan bagi sirkuit kapital uang adalah M–C...P...C’-M’( money-

comodity…production…commodity’-money’). Titik-titik diatas menandakan bahwa proses

peredaran (sirkulasi) telah diinterupsi, sedangkan C’ dan M’ menandakan peningkatan pada C

dan M sebagai hasil nilai-lebih5.

Nilai lebih dalam bentuk uang ini kemudian bisa dijadikan oleh pemilik modal untuk

pembiayaan faktor produksinya, keuntungan untuk konsumsi pribadinya ataupun sebagai

modal untuk pengembangan usaha sang pemiliki modal yang kemudian awam dikenal dengan

akumulasi modal. Namun apa yang menjadikan akumulasi modal lebih menjadi perhatian

dibandingkan dengan opsi lain pemilik modal menggunakan nilai lebihnya ? Jawabannya

adalah persaingan dalam sistem ekonomi kapitalis. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Adam

Smith, sistem ekonomi liberal kapitalis adalah sistem ekonomi yang terbentuk dengan

sendirinya sebagai akibat persaingan yang sehat antar individu dalam memenuhi kepentingan

ekonominya. Sebuah perusahaan akan kalah dalam persaingan apabila produk-produk yang

dihasilkannya memiliki kualitas yang kalah bagus dibanding pesaingnya, atau mereka akan

gagal mendapatkan keuntungan maksimal apabila kuantitas produksi mereka tidak mampu

memenuhi pemintaan pasar. Solusinya adalah akumulasi capital dalam bentuk teknologi

mesin dan perkakas produksi muthakir yang akan meningkatkan kapasitas produksi

perusahaan.

Dari sisi ini terlihat sebagai akumulasi modal sebagai sebuah keharusan dan resiko dalam

ekonomi kapitalis, namun disisi lain akumulasi modal tidak terlihat sebagai sebuah

konsekuensi yang menyiksa pemilik modal. Nilai lebih yang didapatkan oleh perusahaan yang

kembali diputarkan dalam bentuk faktor produksi memang secara langsung tidak dapat

memenuhi konsumsi pribadi pemilik modal. Namun pola hubungan produksi yang dikuasai

oleh sekelompok pemilik modal ini sudah terlebih dahulu menjanjikan investasi dengan

deviden yang lebih besar untuk para pemilik modal untuk dinikmati dikemudian hari.

5 Karl Marx, Capital Buku 1 E-book hlm. 4

Page 7: Pemikiran Ekonomi Karl Marx

Moralitas Marxisme juga menyoroti sistem akumulasi modal ini. Nilai lebih yang menjadi

prasyarat akumulasi sejatinya dihasilkan oleh proses kerja tenaga kerja, namun status para

pekerja yang hanya sebagai komoditas membuat para pekerja tidak dapat menikmati nilai

lebih yang mereka hasilkan mewujud keseluruhan pabrik-pabrik, mesin-mesin, jalan-jalan, rel

kereta, pelabuhan, bandara udara, dan sebagainya. Ernest Mandel dalam Pengantar Teori

Ekonomi Marxistnya mengomentari ketimpangan ini sebagai sebuah bukti kolosal eksploitasi

yang terus berlanjut yang dijalankan oleh kelas pekerja sejak asal mula masyarakat kapitalis6.

Kedua teori ekonomi Marx ini agaknya cukup untuk membayar tujuan fisafat humanisme atau

naturalisme Marx. Mewakili naturalism (materialisme) Marx mengomentari realitas sistem

sosial ekonomi yang dihasilkan oleh kapitalisme dengan empirik, rasional dan memenuhi

logika yang runtun. Dan mewakili humanisme, kritik terhadap sistem kapitalisme mempunyai

dasar ketidakadilan terhadap sebagian besar manusia yang terlibat dalam produksi sistem

ekonomi kapitalisme.

o Teori Alienasi

Teori Alienasi merupakan teori sosial yang merupakan konsekuensi dari sistem ekonomi

kapitalisme. Teori Alienasi berkaitan dengan situasi yang dijalankan oleh tenaga kerja selama

berproduksi berkaitan dengan peran yang mereka jalankan dalam sosialnya.

Teori nilai lebih diawal sudah menjelaskan bahwa tenaga kerja tidak lebih dari sekedar

komoditas dan material produksi yang dieksploitasi untuk mendapatkan nilai lebih. Upah yang

diterimanya dimaknai sebagai biaya reproduksi tenaga kerja, dengan kata lain biaya minimal

hidup tenaga kerja untuk mereproduksi tenaganya untuk dihabiskan kembali dilapangan

pekerjaan. Ketidakadilan ini ternyata tidak dimaknai hanya sekedar ketimpangan pendapatan

bagi Marx tetapi berhubungan dengan eksistensi kemanusiaan kelas pekerja. Seperti yang

dinyatakan Marx “Objek yang dihasilkan buruh, produknya, kini bertentangan dengan dirinya;

objek itu menjadi makhluk asing dan kekuasaan yang terbebas dari pembuatnya. Produk

buruh adalah buruh yang telah diwujudkan dalam sebuah objek dan berubah menjadi sebuah

benda fisik; produk ini merupakan objektifikasi buruh. Buruh teralienasi karena kerja telah

berhenti menjadi bagian dari sifat pekerja dan konsekuensinya, buruh tidak memenuhi dirinya

6 Ernest Mandel, Pengantar Teori Ekonomi Marxist, E-Book, hlm. 50

Page 8: Pemikiran Ekonomi Karl Marx

dalam pekerjaannya, tetapi menolak dirinya, memiliki perasaan sengasara daripada menjadi

mahkluk yang baik, tidak mengembangkan energi mental dan fisisknya secara bebas, tetapi

tenaganya terkuras dan mentalnya tercerabut. Oleh karena itu, pekerja merasa dirinya

nyaman hanya selama masa senggangnya, sedangkan ketika berkerja ia merasa tidak

nyaman.”7

Dari pernyataan Marx ini terdapat dua poin utama dari alienasi, pertama dalam proses kerja

manusia dibatasi kemampuan kreatifnya, manusia tidak bisa mencapai dirinya yang memiliki

kemampuan yang dapat dibedakan dari orang lain karena aktivitas yang dijalaninya sama.

Tenaga kerja juga terasing dengan lingkungan sosialnya yang seharusnya berpengaru bagi

kehidupannya. Kedua, hasil kerja akibat pembagian kerja menjadi terpisah dengannya. Tenaga

kerja tidak lagi mampu menguasai apa yang dihasilkanya.

Poin penting dari teori alienasi lainnya adalah perhatian besar Marx terhadap kemanusiaan

yang tidak lagi manusiawi dalam sistem ekonomi kapitalis. Hal inilah yang mendasari Marx

untuk menyatakan sikap ketidaksetujuan terhadap sistem ekonomi ini dan memprediksi akan

terjadi revolusi sosial dikepemimpinan kelas pekerja. Kelas yang dipercaya Marx sebagai kelas

yang paling tereksploitasi, teralienasi, dan sisi kemanusiaannya yang paling mengacam.

Revolusi dalam usaha pengembaliaan kemanusiaan dan pembebasan akan dimulai dari kelas

ini.

Konsep Sosialisme Marx

Prediksi Marx sistem kapitalisme akan menghancurkan dirinya sendiri secara perlahan, dan akan

menemukan lompatan kuantitas menuju kualitas ketika revolusi yang dipimpin tenaga kerja terjadi.

Prediski ini kemudian diikuiti oleh pandangan Marx sendiri terhadap konsep masyarakat idealnya.

Konsep Sosialisme Marx secara awam seringkali dikait-kaitkan dengan diktatur proletariat Uni Soviet

ataupun dengan bentuk negara komunis kontemporer seperti Kuba atau Cina. Hal ini tidak terlepas

dari pemikiran Marx yang menjadi landasan ideologis negara-negara tersebut namun tidak

terterapkan hingga mencapai substansinya. Hal ini membuat banyak akademisi memperdebatkan

bagaimana stuktur sosial yang sebenarnya diinginkan oleh Marx yang juga sekaligus akan menjawab

percobaan-percobaan sosialisme yang selama ini mengatas namakan Karl Marx.

7 Erich Fromm,Op.Cit., hlm .62

Page 9: Pemikiran Ekonomi Karl Marx

Berdasarkan landasan pemikiran filsafat Marx yang memiliki tujuan kemanusiaan, konsep sosialisme

yang diinginkan Marx tentunya juga tidak terlepas dari kemanusiaan. Dalam buku ketiga Kapital

Marx menerangkan tujuan dari sosialisme bahwa “ Sebagaimana manusia primitif (komunisme awal)

harus bergulat dengan alam untuk memenuhi kebutuhannya, untuk mempertahankan hidupnya dan

mereproduksinya, maka manusia yang beradap juga harus melakukannya dalam semua bentuk

masyarakat dan dibawah semua mode produksi yang mungkini ada. Seiring dengan perkembangan

dirinya, kebutuhan alamiah pun berkembang karena kebutuhannya semakin meningkat; tetapi pada

saat yang bersamaan kekuatan-kekuatan produksi juga meningkat, yang dengan kebutuhan-

kebutuhan manusia terpenuhi…Manusia menyelesaikan tugasnya dengan energy minimal dan

dibawah kondisi yang sesuai dengan watak alamiah manusia. Tetapi kekuasaan selalu tetap menjadi

sebuah kebutuhan nyata. Diluar itu, kekuasaan manusia mulai mngembangkan, yang menjadi

tujuannya sendiri, kebebasan yang sebenarnya, namun dengan demikian hanya dapat tumbuh subur

jika memang menjadi kebutuhan dasarnya”8.

4. Kesimpulan

Teori ekonomi Karl Marx yang tetap mengilhami banyak orang hingga kini sejatinya bukan hanya lahir

sebagai kritik terhadap kondisi empirik sistem sosial ekonomi yang ada saat ini. Tetapi juga diilhami oleh

filsafat pemikirannya yang mendalam dan juga tujuan filsafatnya yang konsisten, yaitu kemanusiaan.

Diawali oleh teori nilai lebih dan hubungannya dengan akumulasi kapital yang menguraikan hubungan

produksi ekonomi kapitalis yang terjebak dalam keharusan persaingan dan ekspliotasi pekerja.

Kemudian teori alienasi yang menjelaskan secara sosiologis bagaimana hubungan produksi kapitalis dan

pembagian kerja yang ada didalamnya mereduksi kemanusiaan tenaga kerja.

Pemaparan kembali teori ekonomi Marx yang disejajarkan dengan pemikiran filsafatnya diharapkan

akan mengurangi spekulasi-spekulasi yang menghubungkannya dengan percobaan-percobaan sosialisme

yang justru mengorbankan tujuan utama seorang Marx baik dalam perspektif ekonomi maupun

fisafatnya.

REFERENSI8 Karl Marx Capital buku III, hlm. 862

Page 10: Pemikiran Ekonomi Karl Marx

Betrand Russel, 2007,Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta, Pustaka Pelajar

Erich Fromm, 2004, Konsep Manusia Menurut Marx, Yogyakarta, Pustaka Pelajar

Ahmad. 2004, Pemikiran Politik Hegel tentang Negara: Fasisme atau Demokrasi, Thesis pada Jurusan

Ilmu Politik Universitas Indonesia

Karl Marx, Capital Buku I E-book

Karl Marx, Capital Buku III E-book

Ernest Mandel, Pengantar Teori Ekonomi Marxist, E-Book