pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana kesusilaan … · 2020. 5. 19. · digunakan adalah bahan...
TRANSCRIPT
PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN MELALUI MEDIA
ELEKTRONIK DITINJAU DARI UNDANG UNDANG NO.11 TAHUN 2008
SEBAGAIMANA DIRUBAH UNDANG-UNDANG NO. 19 TAHUN 2016
TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
(Studi PutusanNo : 40/PID.SUS/2015 PN.MTR)
JURNAL ILMIAH
Oleh :
FITRIA APRIANI
D1A014103
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2019
HALAMAN PERSETUJUAN JURNAL ILMIAH
PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN MELALUI
MEDIA ELEKTRONIK DITINJAU DARI UNDANG UNDANG NO.11 TAHUN 2008
SEBAGAIMANA DIRUBAH UNDANG-UNDANG NO. 19 TAHUN 2016
TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
(Studi PutusanNo : 40/PID.SUS/2015 PN.MTR)
Oleh:
FITRIA APRIANI
D1A014103
Menyetujui,
Pembimbing I,
LUBIS, SH.,M.Hum
NIP. 19590828 198703 1 002
i
PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN
MELALUI MEDIA ELEKTRONIK DITINJAU DARI UNDANG UNDANG
NO.11 TAHUN 2008 SEBAGAIMANA DIRUBAH UNDANG UNDANG
NO. 19 TAHUN 2016 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI
ELEKTRONIK (Studi Putusan No : 40/PID.SUS/2015 PN.MTR)
Fitria Apriani
D1A014103
Fakultas Hukum Universitas Mataram
ABSTRAK Penelitian ini memiliki 2 tujuan yaitu untuk mengetahui Penerapan Pidana
Terhadap pelaku Tindak Pidana Kesusilaan Melalui Media Elektronik dan untuk
mengetahui pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku
Tindak Pidana Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum
normatif dengan pendekatan perundang-undangan, konseptual, dan studi kasus. Bahan
hukum yang digunakan bersumber dari kepustakaan. Jenis bahan hukum yang
digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Tekhnik pengumpulan
bahan hokum adalah dengan studi dokumen. Analisis bahan hukum menggunakan
interpretasi atau penafsiran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, penerapan
pidana terhadap pelaku Tindak Pidana Kesusilaan Melalui Media Elektronik
Putusan Nomor 40/Pid.Sus/2015/Pn.Mtr putusan pidananya jauh lebih ringan yaitu 1
(satu) tahun dari ancaman pidana 6 (enam) tahun. Kedua, pertimbangan hakim dalam
menjatuhkan sanksi terhadap pelaku Tindak Pidana Kesusilaan melalui Media
Elektronik pertimbangan yuridis melanggar pasal 27 (1) dan pertimbangan non
yuridis yang memberatkan yaitu merusak nama baik, sementara yang meringankan
yaitu terdakwa belum pernah dihukum dan mengakui kesalahannya.
Kata kunci : Kesusilaan, Media Elektronik
INFRASTRUCTURE TO ACTORS OF HUMAN RIGHTS ACTIVITIES
THROUGH ELECTRONIC MEDIA REVIEWED FROM LAW INVITATION
NO. 11 YEAR 2008 AS CHANGED IN LAW INVITATION NO. 19 YEAR 2016
ABOUT ELECTRONIC INFORMATION AND TRANSACTIONS (Study of
Decision No: 40 / PID. US / 2015 PN.MTR)
ABSTRACT
This study has two objectives, namely to find out the form of criminal application
against perpetrators of moral crimes through electronic media and to find out
what the judge's consideration in imposing a criminal offense against perpetrators
of moral crimes tmethod used is normative legal research, a statutory approach,
conceptual, and cases legal materials used are primary, seccondary, and tertiary.
Legal material collection techniques by studying document. Analysis of legal materials
usin interpretation. The results of the study show that: first, the criminal
application of perpetrators of Criminal Acts through Electronic Media violates
Decision Number 40 / Pid.Sus / 2015 / Pn.Mtr Article 27 paragraph (1) juncto Article
45 paragraph (1)of Law Number 11 Year 2008 concerning Information and Electronic
Transactions. Secondly, the judge's consideration in imposing sanctions on the
perpetrators of moral crimes through electronic media of juridical considerations and
non-juridical considerations. Which are burdensome, namely damage to reputation,
while mitigating is that the dependant has never been convicted and acknowledged
mistake.
Keywords : Moral crimes, Electronic Media
i
I. PENDAHULUAN
Teknologi komunikasi dan informasi melalui media elektronik dirasakan
berkembang secara luar biasa. Internet bisa dikatakan sebagai tonggak dari
penemuan terbesar perangkat teknologi komunikasi dan informasi yang
memberikan dampak terbesar bagi manusia. Situasi kekinian bisa dikatakan
masyarakat tidak bisa terlepas dari ketergantungan perangkat pada teknologi.
Istilah “hukum siber” diartikan sebagai padanan kata dari Cyber Law,
yang saat ini secara internasional digunakan untuk istilah hukum yang terkait
dengan pemanfaatan teknologi informasi. Istilah lainyang juga digunakan
adalah hukum Teknologi Informasi (Law of Information Technology) Hukum
Dunia Maya (Virtual World Law) dan Hukum Mayantara. Istilah-istilah
tersebut lahir mengingat kegiatan internet dan pemanfaatan teknologi informasi
berbasis virtual.1
Untuk mengantisipasi penyalahgunaan media elektronik, maka
pemerintah mengambil kebijakan dengan mendukung pengembangan teknologi
Informasi melalui infrastruktur hukum dan pengaturannya sehingga
pemanfaatan teknologi informasi dilakukan secara aman untuk mencegah
penyalahgunaanya dengan memperhatikan nilai-nilai agama dan sosial budaya
masyarakat Indonesia. Melihat maraknya peristiwa penyalahgunaan terhadap
media elektronik salah satunya menyangkut kesusilaan ditengah masyarakat
yang disebabkan pesatnya kemajuan perangkat tekhnologi, salah satunya
internet yang dengan mudah diakses oleh siapapun dan kapanpun yang dapat
membahayakan kehidupan sosial. Maka pemerintah mengeluarkan Undang-
Undang No. 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE)sebagaimana dirubah Undang-undang Nomor 19 tahun 2016.
1Ahmad M. Ramli, 2004, cyber law dan Haki dalam sistem hukum indonesia, Bandung,
RefikaAditama, hlm.1
ii
Dalam Undang-Undang No. 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE) sebagaimana dirubah Undang-undang Nomor 19
tahun 2016 mengatur bagaimana penggunaan media elektronik serta
pemanfaatan Tekhnologi Informasi yang dapat digunakan sebagai pembuktian
dan hal yang berkaitan dengan perbuatan hukum yang dilakukan melalui sistem
Elektronik.
Realitas sekarang banyak Tekhnologi Informasi yang digunakan untuk
kejahatan. Oleh karena itu, dalam Undang-undang ITE mengatur juga
perbuatan yang diancam dan dilarang oleh hukum pidana yaitu Salah satunya
kejahatan kesusilaan sebagaimana diatur dalam Pasal 27 (1) Undang-Undang
ITE No 11 Tahun 2008, BAB VII tentang kesusilaan, menyebutkan :
“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan / atau
mentransmisikan dan / atau membuat dapat diaksesnya Informasi
Elektronik dan / atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang
melanggar kesusilaan”2
Ancaman pidana dalam pasal 27 (1) ini diatur dalam pasal 45 (1) Undang-
Undang ITE, menyebutkan :
“Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan / atau membuat dapat diaksesnya
Informasin Elektronik yang melanggar kesusilaan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 27 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6
(enam) tahun dan / atau denda paling banyak RP. 1.000.000.00,00 (satu
miliar rupiah).”
Berdasarkan uraian diatas penyusun tertarik untuk melakukan penelitian
yang ditulis dalam karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul : Pemidanaan
Terhadap Pelaku Tindak Pidana Kesusilaan Melalui Media Elektronik Ditinjau
2Indonesia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi
Elektronik, (LNRI No. 58 tahun 2008 TLNRI No. 2823)
iii
Dari Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik No. 11 Tahun 2008
Sebagaimana Dirubah Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 Tentang ITE (Studi
Putusan No : 40/pid.sus/2015 PN.MTR)” Berdasarkan uraian latar belakang di
atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana
penerapan pidana terhadap pelaku tindak pidana kesusilaan melalui media
Elektronik dalam putusan Nomor : 40/pid.sus/2015 PN MTR ? 2. Apa dasar
pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap pelaku
kesusilaan melalui media Elektronik dalam putusan Nomor : 40/pid.sus/2015
PN MTR ?
Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui penerapan pidana
terhadap pelaku tindak pidana kesusilaan melalui media elektronik dalam
putusan Nomor : 40/pid.sus/2015 PN MTR. Serta untuk mengetahui dan
menganalisis Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan
sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana kesusilaan melalui media
Elektronik dalam putusan Nomor : 40/pid.sus/2015 PN MTR.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif
dengan pendekatan perundang-undangan (statute approach), konseptual
(conseptual approach) dan kasus (case approach). Jenis dan sumber bahan
hukum yaitu bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang diperoleh melalui
studi dokumen baik melalui studi kepustakaan maupun melalui media
elektornik (internet). ). Bahan-bahan hukum tersebut dianalisis dengan cara
menguraikan berbagai fakta hukum selanjutnya dilakukan interpretasi atau
penafsiran terkait dengan penerapan pidana dan pertimbangan hakim dalam
iv
menentukan berat ringannya pidana terhadap Pelaku Tindak Pidana Kesusilaan
Melalui Media Elektronik Ditinjau Dari Undang-undang Informasi dan Transaksi
Elektronik No. 11 Tahun 2008 Sebagaimana Dirubah Undang-Undang No. 19 Tahun
2016 Tentang ITE (Studi Putusan No : 40/pid.sus/2015 PN.MTR)
v
II. PEMBAHASAN
Penerapan Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Kesusilaan Melalui
Media Elektronik Dalam Putusan Nomor 40/Pid.Sus/2015/PN. MTR
Kasus Posisi
Berikut kasus posisi Tindak Pidana dalam Putusan No.
40/Pid.Sus/205/PN.MTR.
Kejadian berawal ketika terdakwa pada hari sabtu tanggal 28 Desember
2013 jam 20.00 wita dirumah Dewi Maulina telah menjual Handphone dengan
merk Nokia X2-01 warna hitam dengan nomor IMEI 358277043548637
kepada pelaku seharga Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah) dimana disaksikan
oleh Munadi dan Birrul Walidain. Selanjutnya terdakwa pulang kerumah
dengan membawa Handphone tersebut kemudian tanpa sepengatuan Dewi
Maulina membuka atau masuk/sign in tanpa ijin kedalam facebook milik Dewi
Maulina ([email protected] passwordnya Dewi000)
dimana dewi Maulina menyadari bahwa pada saat menjual handphone dengan
merk Nokia X2-01 warna hitam dengan nomor IMEI 358277043548637
kepada pelaku, Dewi Maulina lupa / tidak melakukan Log Out terhadap akun
facebook sehingga akun facebook tersebut dapat dibuka dari riwayat yang
masih ada di Handphone hitam dengan merk Nokia X2-01 warna hitam dengan
nomor IMEI 358277043548637 tersebut.
Pada tanggal 4 Januari 2014 dan tanggal 05 Januari 2014 pelaku tanpa
ijin membuat / memposting gambar / foto bugil / porno didalam dinding
facebook milik Dewi Maulina dengan cara pelaku menekan tombol menu yang
vi
ada pad merk dengan merk handphone Nokia X2-01 warna hitam dengan
nomor IMEI 358277043548637 kemudian terdakwa memilih aplikasi internet
dan memilih menu browser yang didalamnya terdapat alat pencarian google
selanjutnya pelaku mencari artis Desy Ratnasari dan foto artis jepang yang
tidak berbusana kemudian pelakumengunggah kedalam akun facebook milik
Dewi Maulina dan komentari / disukai (like this) diantaranya oleh Rosihan
Eros, Adin loveanisa forever, dan beberapa teman Dewi maulina.
Pada tanggal 04 Januari 2014 sekiranya pukul 15.06 Wita pelaku
menuliskan posting “kurang seru ahhhhhhhhh” dan tidak ada komentar, pada
pukul 15.16 Wita pelaku mengunggah foto / gambar bugil (porno) dengan
diberikan komentar sebanyak 1 (satu) buah, kembali pada pukul 15.36 wita
menuliskan posting “tiada hari tanpa hayalan sexxx…..waooowww” dan
mengunggah foto / atau gambar bugil porno dengan diberikan komentar
sebanyak 16 (enam belas) buah. Terakhir pada tanggal yang sama pukul 15.58
foto / atau gambar bugil porno dengan diberikan komentar sebanyak satu buah.
Pada tanggal 05 Januari 2014 sekitar pukul 04.37 Wita menuliskan
posting “dinginx hari in membuat q teringat akn ms lalu, mas yg indh pnuh
kbhgiaan dnpnh akn khngtn blaian dr seorg lelki, nmn semuax sirna bgai d tlan
kabut… kpedihan kini q rs hampa dlm ksndriandn mmpukh kni q temui smua it
pd smua lelaki??????” dan tidak diberikan komentar. Pada pukul 04.43 wita
mengunggah 3 (tiga) buah foto / gambar bugil (porno) dan tidak diberikan
komentar, pada pukul 05.53 mengunggah 2 (dua) foto / gambar bugil (porno)
dan tidak diberikan komentar, pada pukul 16.29 wita menuliskan “ kini q sndr
vii
lg, tampa ad kehangatn menemani….suxi sepi khampaan hdp ini” dengan
diberikan komentar sebanyak 2 (dua) buah, kemudian pada pukul 16.30 wita
mengganti foto profil yaitu foto wajah artis Desy Ratnasari berbusana kebaya
tanpa menggunakan BH dengan diberikan komentar sebanyak 3 (tiga) buah dan
terakhir pada tanggal yang sama pada pukul 16.52 wita membagikan sebuah
link bertuliskan “zaskia “gotik” bukian artis alim tapi boom seks – pertama dan
penting, dengan diberikan komentar sebanyak 2 (dua) buah.
Dakwaan jaksa Penuntut Umum
Dalam perkara ini, dakwaan yang didakwakan adalah dakwaan alternatif.
Terdakwa melanggar ketentuan yang ada dalam pasal 27 ayat (1) Jo Pasal 45
ayat (1). Selain pasal 27 ayat (1) jaksa juga mengalternatif dengan pasal 30
ayat (1) Jo pasal 46 ayat (1). Terdakwa didakwa oleh Penuntut Umum dengan
dakwaan yang berbentuk Alternatif sehingga majelis hakim langsung
mempertimbangkan dakwaan yang paling sesuai dengan fakta-fakta
dipersidangan, dimana majelis hakim sependapat dengan Penuntut Umum
dengan memilih dakwaan alternatif KESATU yaitu Pasal 27 (1) Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronk.
Analisis penyusun tentang Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
Dalam perkara ini, dakwaan yang didakwakan adalah dakwaan alternatif.
Dimana terdapat beberapa dakwaan, pasal yang satu merupakan alternatif dan
bersifat mengecualikan dakwaan pada pasal lainnya. Meskipun terdiri dari
beberapa dakwaan namun hanya satu dakwaan saja yang dibuktikan, atau jika
viii
salah satu telah terbukti maka dakwaan pada pasal lain tidak perlu dibuktikan
lagi.
Dalam perkara ini, terdakwa melanggar ketentuan yang ada dalam pasal 27
ayat (1) Jo Pasal 45 ayat (1). Selain pasal 27 ayat (1) jaksa juga mengalternatif
dengan pasal 30 ayat (1) Jo pasal 46 ayat (1).
Ketentuan dalam Pasal 27 ayat (1) yang dapat dijerat oleh pasal ini adalah
orang yang mendistribusikan, mentransmisikan, dan atau membuat dapat
diaksesnya dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar
kesusilaan namun dalam surat dakwaan tersebut tidak dijelaskan pengertian
dari mendistribusikan, mentransmisikan, dan membuat dapat diaksesnya
sehingga penyusun merujuk dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
Tuntutan Jaksa Penuntut Umum
Adapun tuntutan dari Jaksa Penuntut pada pokoknya Menyatakan
Sudirman Als Tuak Man secara sah dan meyakinkan terbukti bersalah
melakukan tindak pidana “dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau dapat diaksesnya Dokumen Elektronik
yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan sebagaimana Dakwaan
Kesatu Pasal 27 ayat (1) Jo Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik. Menjatuhkan pidana
terhadap terdakwa SUDIRMAN Als TUAK MAN dengan pidana penjara
selama 1 (satu) tahun dan 5 bulan dikurangi selama terdakwa berada dalam
tahanan.
ix
Analisis Penuyusun tentang Tuntutan Jaksa Penuntut Umum
Dari tuntutan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum dimana Jaksa
Penuntut Umum menuntut dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun 5
(lima) bulan, disini penuntut umum tidak menuntut terdakwa sebagamaina
yang diatur dalam pasal 45 ayat (1) yaitu pidana penjara selama 6 (enam)
tahun dan denda sebesar Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Menurut
penyusun tuntutan yang diajukan oleh penuntut umum kurang wajar dan
tuntutannya seharusnya sesuai dengan pasal 45 ayat (1) yang berbunyi
“Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”. Pasal ini tidak menyebutkan
minimum dari pidana penjara yang akan dijatuhkan kepada pelaku tindak
pidana kesusilaan melalui media elektronik. Namun Tetap saja penyusun
tidak setuju dengan tuntutan tersebut karena perbuatan terdakwa tersebut
membuat korban merasa malu dan terhina dan akibat dari perbuatan terdakwa
tersebut nama baik korban juga menjadi tercemar, karena kesusilaan jika
dilihat dari sudut moral merupakan perbuatan yang dilarang yang dapat
merendahkan nilai kemanusiaan seseorang.
Putusan Majelis Hakim
Berdasarkan surat dakwaan dan tuntutan jaksa penuntut umum serta
menimbang fakta-fakta yang terungkap selama persidangan, dengan
mengingat dan memperhatikan Pasal 27 ayat (1) Jo Pasal 45 ayat (1) Undang-
x
Undang Informasi dan Transaksi Elektronik dan ketentuan hukum lainnya
yang berkaitan dengan perkara ini dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981. Majelis Hakim Mengadili : Menyatakan terdakwa Sudirman Als Tuak
Man telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana ”dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan, mentransmisikan,
dan membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan” Menjatuhkan
pidana terhadap Terdakwa SUDIRMAN ALS TUAK MAN tersebut oleh
karena itu dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun; Menetapkan bahwa
masa penahanan yang telah dijalankan Terdakwa, dikurangkan seluruhnya
dari pidana yang dijatuhkan. Menetapkan Terdakwa tetap ditahan.
Analisis Penyusun tentang Putusan Hakim
Dalam putusannya Hakim menjatuhi pidana penjara pada Terdakwa
Sudirman Als Tuak Man selama 1 (satu) tahun menurut penyusun tidak
wajar, karena mengingat kejahatan kesusilaan merupakan kejahatan yang
menyangkut norma kesusilaan dimana norma kesusilaan merupakan norma
yang harus tetap terjaga nilainya ditengah masyarakat. Putusan yang
dijatuhkan oleh Majelis Hakim sangat jauh dari ancaman pidana yang ada
dalam Pasal 45 ayat 1(satu) Undang-Undang ITE yaitu pidana penjara
maksimal 6 (enam) tahun dan denda maksimal Rp. 1.000.000.000,00 1 (satu
milyar rupiah) Lamanya pidana penjara yang dijatuhkan Majelis Hakim lebih
ringan dari tuntutan Jaksa dimana jaksa Penuntut Umum menuntut dengan
xi
tuntutan 1 (satu) tahun 5 bulan dikurangi selama terdakwa berada dalam
tahanan.
Dalam Putusan ini Majelis Hakim menjatuhkan putusan lebih ringan
dari yang dituntut oleh jaksa penuntut umum, jaksa penuntut umum juga tidak
menuntut pidana seberat yang diatur pasal 45 ayat (1) yang berbunyi “Setiap
orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (1),
ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6
(enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah)”.
Dalam pasal 45 ayat (1) yang diancam dengan pidana penjara paling
lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah), ancaman dalam pasal 45 ayat (1) merupakan kumulatif
alternatif artinya bahwa pidana maksimum 6 (enam) tahun dengan sistem
ancaman kumulatif alternatif denda 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Dengan demikian hakim dapat menghubungkan untuk suatu putusan tersebut
dengan penjara dan denda. Karena dalam pasal 45 ayat (1) tidak ada
maksimum pidana maka berlaku Pasal yaitu dengan mengambil alternatif
hanya menjatuhkan pidana penjara.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dan disertai fakta-fakta yang
terungkap di persidangan, serta tuntutan pidana penuntut umum dan ancaman
pidana dari delik yang bersangkutan dihubungkan dengan fungsi dan tujuan
pemidanaan, maka Majelis Hakim melakukan musyawarah dan berpendapat
xii
bahwa pidana penjara selama 1 (satu) tahun yang diputuskan menurut Majelis
Hakim tersebut dipandang telah pantas dan sesuai dengan rasa keadilan.
Adapun alasan Majelis Hakim menjatuhkan pidana yang lebih ringan adalah
karena Keinginan korban yang menginginkan terdakwa dibebaskan dengan
adanya upaya damai tentu tidak dapat terjadi sebab terdakwa telah terbukti
bersalah dan pemidanaan tersebut merupakan pembalasan dari perbuatannya
yang dimaksudkan untuk memperbaiki sikap atau tingkah laku terdakwa dan
di pihak lain juga dimaksudkan untuk mencegah orang lain dari kemungkinan
melakukan perbuatan yang serupa.
Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Sanksi Pidana
Terhadap Pelaku Kesusilaan Melalui Media Elektronik Dalam Putusan
Nomor : 40/Pid.Sus/2015/PN.Mtr
Dalam putusan No.40/Pid.Sus/2015/PN MTR hal-hal yang
diperimbangkan hakim adalah sebagai berikut :
1. Pertimbangan Yuridis
Yang menjadi dasar pertimbangan yuridis oleh hakim adalah
terpenuhinya perbuatan yang didakwakan dalam pasal 27 ayat (1) jo pasal
45 ayat (1) menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana dirubah Undang-Undang
No. 11 Tahun 2008 yaitu terpenuhinya unsur Setiap Orang dengan sengaja
dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau
membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan dengan cara
13
mengunggah foto asusila ke akun Jejaring Sosial facebook milik korban
Dewi Maulina tanpa sepengetahuan Dewi Maulina sehingga perbuatan
terdakwa tersebut termasuk dalam unsur membuat dapat diaksesnya suatu
dokumen elektronik yang bermuatan kesusilaan. Berdasarkan dakwaan
jaksa penuntut umum maka hakim menemukan fakta-fakta dipersidangan
yaitu :
a) Keterangan saksi
b) Keterangan Ahli
c) Barang bukti
2. Pertimbangan Non-Yuridis
Pertimbangan Non Yuridis merupakan salah satu pertimbangan yang
perlu diperhatikan oleh Hakim, pertimbangan non yuridis ini tidak diatur
dalam peraturan per Undang-undangan. Di dalam memutus sebuah perkara
dan layak tidaknya seseorang dijatuhi pidana, seorang hakim didasarkan
oleh keyakinan hakim dan tidak hanya berasarkan bukti-bukti yang ada.
Berikut pertimbangan Non-yuridis Hakim dalam Putusan Nomor
40/Pid.Sus/2015/PN.MTR : Hal-hal yang memberatkan yaitu membuat
korban menjadi malu dan terhina serta merugikan masyarakat. Sedangkan
hal yang meringankan meringankan adalah terdakwa mengakui
perbuatannya dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatannya.
xiii
14
III. PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan uraian diatas, dapat diambil kesimpulan yang pada
pokoknya yaitu : 1. Penerapan pidana pada pelaku Kesusilaan 2melalui
Media Elektronik dalam Putusan Nomor 40/Pid.Sus/2015/PN.MTR dikenakan
Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik. Hukuman yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim
jauh lebih ringan yaitu 1 (satu) tahun penjara yang semsetinya sesuai dengan
ancaman pidana yang ada dalam Pasal 45 (1) yaitu pidana penjara selama 6
(enam) tahun dan denda Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar Rupiah). 2. Dasar
pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak
pidana Kesusilaan melalui Media Elektronik dalam Putusan Nomor
40/Pid.Sus/2015/PN.MTR yakni: Pertimbangan yuridis, perbuatan yuridis
terbukti yaitu terpenuhinya perbuatan yang didakwakan. Perbuatan terdakwa
terbukti melanggar ketentuan Pasal27 ayat (1) jo pasal 45 ayat (1) Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik terdakwa Sudirman Als Tuak Man
dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. Pertimbangan
non-yuridis, yaitu : Hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan.
xiv
15 Saran
Adapun saran yang dapatdigunakan adalah sebagai berikut : 1.
Diharapkan Majelis Hakim terutama hakim yang berwenang menjatuhkan
pidana harus benar-benar memperhatikan dengan penuh kebijaksanaan
penerapan pidana yang harus diberikan kepada pelaku kesusilaan mengingat
perbuatan tersebut dari segi keadilan besar akibatnya karena merugikan
masyarakat dan seharusnya pidana yang dijatuhkan majelis hakim
berpatokan pada ancaman pidana pada dalam Pasal 45 (1) yaitu pidana
penjara selama 6 (enam) tahun dan denda Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar
Rupiah). 2. Majelis hakim seharusnya memperhatikan pertimbangan filosofis
dan sosiologis dengan memperhatikan akibat dari perbuatan terdakwa
mengingat yang memberatkan lebih besar akibatnya terhadap masyarakat
terutama generasi muda.
xv
xiii
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ahmad M. Ramli, cyber law dan Haki dalam sistem hukum indonesia,
Bandung, RefikaAditama, 2004
Adam Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2010
, Ardi Ferdian, Tindak Pidana Informasi Dan Transaksi Elektronik
Penyerangan Terhadap Kepentingan Hukum, Pemanfaatan Tekhnologi
Informasi Dan Transaksi Elektronik, Bayumedia Publishing, Malang,
2011
Ahmad M. Ramli, cyber law dan Haki dalam sistem hukum indonesia,
Bandung, RefikaAditama, 2004
Al Wisnubroto, Strategi Penanggulangan Kejahatan Telematika, Atma Jaya
Yogyakarta, Yogyakarta, 2010
Budi Suhariyanto, Tindak Pidana Tekhnologi Dan Informasi (Cybercrime),
PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012
Djoko Prakoso, Hukum Penitensier Di Indonesia, PT. Liberty, Yogyakarta
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1988
HMA Naufal, Penerapan KUHAP dalam Praktik Hukum, UMM Press,
Malang, 2011
I Made Widnyana, Asas-Asas Hukum Pidana, PT Fikahati Aneska, Jakarta,
2010,
Leden Marpaung, Asas-Tori-Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta,
2005
Lilik Mulyadi. Kompilasi Hukum Pidana dalam Perspektif Teoritis dan
Praktek Peradilan. Mandar Maju, Bandung, 2007
Peraturan Perundang-Undangan
Indonesia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan
Transaksi Elektronik, (LNRI No. 58 tahun 2008 TLNRI No. 2823)
Indonesia, Undang-Undang nomor 19 tahun 2016 tentang tekhnologi
informasi dan transaksi elektronik, tahun 2016