pemicu 4
TRANSCRIPT
LAPORAN HASIL DISKUSI
BLOK 3. PERILAKU DAN KOMUNIKASI
PEMICU 4
KOMUNIKASI DOKTER - PASIEN ANAK - ORANGTUA
KELOMPOK 7
DOSEN PEMBIMBING:
Prof Lina Natamiharja,drg,SKM
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2012
Ketua : Anisa 120600080
Sekretaris : Sarah Devina 120600074
Anggota Kelompok 4 :
Adrianna Annisa Thoha 120600071
Anggun Budi Utami 120600072
Novia 120600073
Rotuana Marisabeth B 120600075
Ryanri Theresia Alemina 120600076
Olivian Wijaya 120600077
Aldora Prima Putri 120600079
Yu Sy Ni 120600171
Joey Wong Joe 120600172
Koh Sheng Zhe 120600173
Aswit Kaur D/O Ajeet Singh 120600174
Surekha Trisha A/P Lingam 120600175
Nur Diana Binti Sulaiman 120600177
NATASHA AS-SAKINAH 120600178
SYED ATIFF BIN S JOHAIDY 120600179
OLIVIA CHU 120600180
KANMENI A/P ARUMUGHAM 120600208
JAYUTHRALEGA GURUMOROTHY 120600221
SHALINI A/P RAJAN 120600192
YOGYESWARY RAJOO 120600193
ANIS FATIN FARHAH BINTI AHMAD 120600194
KISHENDRAN AL R GANANDRAN 120600195
LOSHNEE A/P KARPANAM 120600196
SHANTINI A/P SHANMUGAM 120600197
DARSHENI A/P MANOKARAN 120600200
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Komunikasi merupakan sarana untuk mengetahui informasi dari narasumber agar dapat
disimpulkan suatu kesimpulan yang akurat. Demikian juga dengan Komunikasi dokter-pasien.
Penting bagi seorang dokter untuk mampu melakukan komunikasi dokter pasien dengan baik
karena untuk melakukan diagnosis suatu penyakit atau kondisi pasien haruslah mengetahui
dahulu informasi-informasi tentang pasien tersebut. Oleh karena itu, melalui komunikasi tersebut
dapat digali informasi-informasi. Namun akan terjadi kendala apabila pasien yang dihadapi
adalah anak-anak. Anak-anak memiliki pola tingkah laku yang beraneka ragam dan pada usia
yang relative muda, anak belum dapat memahami komunikasi dengan baik. Karena itu,seorang
dokter dapat menggali informasi melalui komunikasi dengan orang tua. Oleh karena itu laporan
ini dibuat dengan mencantumkan pengertian dual patient, triad of concern, teknik wawancara
dengan orang tua pasien serta kesulitan wawancara dengan orang tua. Laporan ini juga
melampirkan contoh komunikasi dokter pasien serta pembahasannya.
1.2. Deskripsi Topik
Orang Tua mengantar anak laki-laki berusia lima tahun ke dokter gigi dengan keluhan
sering sakit gigi, malas menyikat gigi dan sering mengemil makanan manis.
2.3. Learning issue
A. Dual patient/triad of concern
B. Teknik wawancara dengan orang tua
C. Kesulitan wawancara dengan orang tua
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Dual Patient / Triad of Concern
Pada saat wawancara medis pasien anak, tidak hanya anak yang memberikan informasi, tetapi
orang tuanya juga, sehingga disebut dual patient. Kedudukan anak disini sebagai individu yang
sakit sekaligus sebagai anggota keluarga. Dokter membutuhkan informasi keduanya untuk
melengkapi data yang diperlukan dan untuk memperkuat diagnosis. Dengan dual patient, dokter
dapat memperhatikan anak dan orang tuanya sekaligus. Misalnya pada saat dokter mendapat
pasien anak yang berumur tiga tahun, dokter dapat berkomunikasi dengan anak dan orang tua
untuk mengetahui akan sakitnya. Tidak hanya itu, dokter juga dapat mengetahui bagaimana
perkembangan komunikasi anak dan bagaimana kedekatan hubungan anak dengan orang tua,
sehingga dokter dapat menilai dominasi orang tua terhadap anak.
Selain orang tua, dokter juga dapat melibatkan sanak saudara lain dari pasien anak tersebut untuk
mencari keterangan yang akurat. Hal ini disebut dengan multi patient. Kondisi tersebut biasanya
terjadi untuk anak yang memiliki orang tua yang terlalu sibuk dan menyerahkan anak
sepenuhnya pada saudaranya atau baby sitter. Situasi ini dapat terlihat saat dokter mewawancarai
orang tua anak. ia tidak mengetahui penyebab dan kapan tepatnya anaknya sakit.
2.2. Teknik wawancara dengan orang tua
Beberapa hal yang perlu ditekankan pada saat wawancara dokter dengan orang tua anak, yaitu:
1. Mendengarkan
Seorang dokter harus mampu menjadi pendengar yang baik bagi orang tua anak yang dapat
ditunjukkan melalui kata-kata ataupun bahasa tubuh, misalnya dengan cara duduk kita yang
condong ke depan, menatap mata, menunjukkan perhatian, dan merespon semua kata-kata pasien
baik yang verbal maupun nonverbal. Pada wawancara dengan orang tua dan anak, komunikasi
nonverbal harus diperlakukan sama dengan komunikasi verbal. Memberikan jeda waktu juga
diperlukan untuk orang tua agar dapat menceritakan dan memberitahukan tentang riwayat
penyakit yang diderita anaknya. Seorang dokter tidak disarankan untuk wawancara saat
pemeriksaan fisik, karena akan mengurangi kontak mata antara pasien dan dokter, kecuali jika
dokter menemukan keganjilan saat pemeriksaan fisik.
2. Memfasilitasi Dialog
Seorang dokter harus mampu mendengarkan cerita orang tua dengan penuh empati tanpa
menginterupsi, merubah pokok bahasan pembicaraan, atau langsung menghakimi pasien.
Seorang dokter juga jangan memberikan diagnosa terlalu dini sebelum orang tua selesai bercerita
agar tidak mempengaruhi orang tua. Pada saat wawancara juga tidak jarang pasien ingin
bercerita sebanyak-banyaknya tentang penyakitnya, padahal dokter ingin membuat diagnose
secepatnya. Oleh karena itu seorang dokter juga perlu mengarahkan jalannya wawancara.
Adapun strategi untuk melakukan wawancara medis dengan orang tua, yaitu :
a. Mengetahui alasan mereka pergi kedokter (untuk mencari keluhan utama).
Tanyakan mengapa mereka membawa anaknya kepada anda. Apa yang menjadi keluhan
utama mereka.Seorang dokter harus menghargai dan memperhatikan keluhan yang disampaikan
oleh orang tua, walaupun terkadang keluhan tersebut diceritakan dengan kata yang tidak umum,
dan janganlah menggunakan istilah medis karena kurang bermanfaat terhadap pemahamannya.
b. Mengetahui harapan orang tua.
Tanyakan kepada mereka tentang apa yang mereka harapkan dari kunjungan yang
dilakukan. Sehingga kita dapat mengetahui hal-hal yang menjadi harapan orang tua tersebut.
Stelah harapan orang tua diketahui, maka akan mempermudah dokter dan orang tua dalam
pengambilan keputusan untuk tindakan selanjutnya.
c. Menuntun dalam melakukan wawancara dan tidak mendominasi.
Dokter tidak dibenarkan untuk mendominasi pembicaraan saat wawancara, tapi sangat
dianjurkan untuk dapat menjadi pendengar yang baik bagi orang tua. Tuntunan dokter saat
wawancara sangat penting agar arah pembicaraan tidak keluar dari tujuan semula.
3. Sopan Santun
Seorang dokter diharapkan mampu menerapkan sikap sopan santun umum kepada pasien dan
orang tuanya, termasuk sikap peduli agar orang tua merasa senang, yaitu dengan situasi yang
bersahabat dan professional, bukan suasana yang kaku.
4. Bicara Dengan Anak
Komunikasi dengan anak dapat dilakukan diawal pertemuan. Dengan adanya komunikasi dan
interaksi awal yang baik, maka akan menciptakan hubungan yang baik pula antara pasien dan
dokter. Disamping itu, dokter juga dapat melakukan diagnosa awal melalui kontak fisik yang
dilakukan, misalnya dengan salaman atau kontak mata. Perilaku komunikasi antara dokter
dengan anak sering dijadikan contoh bagi orang tua tentang bagaimana cara berkomunikasi
dengan yang baik.
5. Bila Menghadapi Penyakit yang Akut
Saat menghadapi pasien yang memiliki penyakit yang akut, sebaiknya dokter lebih
memfokuskan wawancara pada penyakit yang dideritanya. Tidak dibenarkan seorang dokter
untuk berkomentar tentang tindakan yang dilakukan orang tua saat awal wawancara. Komentar
diberikan saat orang tua telah tenang dan diagnosa serta tindakan telah dilakukan, yaitu pada
tahap konseling. Ketika mewawancarai pasien dengan penyakit akut, sebaiknya dokter berdiri
didekat pasien agar dokter dapat lebih merasakan perasaan pasien. Setelah wawancara awal
selesai dan orang tua mulai tenang, dokter dapat memberitahukan dan menjelaskan tentang
penyakit anaknya dengan perlahan. Dokter dapat pula terus melakukan pemeriksaan fisik sambil
bertanya tentang hal-hal yang belum sempat ditanyakan. Kemudian dokter harus memjelaskan
tentang tujuan dilakukannya pemeriksaan, biaya yang diperlukan, resep dan obat yang diberikan.
6. Mengarahkan Kembali Wawancara
Dalam kondisi apapun, dokter harus dapat mengendalikan wawancara. Bila wawancara tidak
dapat dilakukan saat kunjungan tersebut, maka dokter dapat merencanakan untuk wawancara
pada kunjungan berikutnya.
7. Konseling
Memberikan nasihat dan konseling tentang penyakit yang diderita pasien merupakan kewajiban
dokter dalam melakukan tugasnya sehari-hari. Nasihat dapat diberikan saat wawancara,
pemeriksaan fisik, ataupun saat akhir kunjungan. Dan hendaknya dokter menggunakan bahasa
yang mudah dipahami oleh orang tua, karena orang tua ingin penjelasan yang mudah dimengerti
tentang diagnosa penyakit anaknya dan juga tentang hal-hal yang menyangkut tata laksanaanya.
Hindari konseling memalui telepon atau email bila dokter belum tahu benar tentang penyakit
yang diderita pasien.
8. Penutup
Dalam melakukan wawancara medis dengan orang tau, dokter harus melakukan hal-hal berikut:
a. Membuat ringkasan semua informasi yang telah diceritakan oleh orang tua pasien dan
memasukkannya kedalam rekam medis anak tersebut.
b. Jika ada, berikan materi edukasi yang terkait dengan sakit anaknya. Jelaskan karakteristik
anak yang kita tangani dan prognosisnya.
c. Tanyakan kepada anak yang sudah besar, orang tua, atau pengasuhnya tentang hal-hal
yang belum jelas. Bila waktu terbatas, kita dapat membuatkan rencana kunjungan berikutnya
2.3. Kesulitan dalam Wawancara dengan Orang Tua
Saat wawancara dokter akan mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan atau sangat lelah.
Tidak seorangpun dokter mengatakan bahwa ia menyenangi semua pasiennya atau dapat
berkomunikasi dengan baik dengan semua orang tua pasien. Adapun beberapa faktor yang sering
menyulitkan yaitu:
Hubungan pasien-dokter yang kurang baik.
Sikap dokter yang ragu-ragu.
Orang tua yang sangat khawatir.
Respons pengobatan yang lambat.
Keterbatasan dokter.
Kultur yang berbeda.
Sikap orang tua yang membebankan masalah ke dokter.
Sikap dokter yang terlalu cepat menilai orang.
Dokter yang terlalu mudah menilai diagnosis.
Masalah sistem yang berlaku di institusi kesehatan.
Waktu yang terbatas.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Komunikasi antara dokter-pasien anak-orang tua termasuk dalam triad of concern dan
sangat penting dalam penatalaksaan proses perawatan dan penyembuhan penyakit gigi anak.
Pentingnya komunikasi yang dijalin oleh dokter dengan orang tua juga harus seimbang dengan
komunikasi terhadap pasien anak sehingga anak lebih mudah menerima perawatan, tidak ragu
dan tidak takut terhadap dokter gigi mengingat banyaknya kesulitan yang ditemui selama
berkomunikasi dengan pasien anak maupun orang tua.
Kesulitan-kesulitan yang ditemui dalam kasus ini oleh kelompok 7 adalah sikap dokter
yang ragu-ragu, tidak relax,tegang, keterbatasan dokter dan sikap dokter yang terlalu cepat
memberi diagnosis. Dan dalam wawancara medis, hal-hal yang sudah dilakukan dalam the basic
four hanya present illness (riwayat penyakit sekarang) dan personal/social history.
Dengan demikian, simulasi komunikasi pasien-dokter anak-orang tua yang dilakukan
oleh kelompok 7 masih memerlukan perbaikan dimana sebagai seorang dokter yang baik, kita
sebagai dokter gigi harus mampu melakukan teknik komunikasi yang sesuai dengan the basic
four dan the sacred seven.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soetjiningsih ed. Modul komunikasi pasien-dokter. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC, 2007: 61-77.
2. Konsil Kedokteran Indonesia. Manual komunikasi efektif dokter-pasien. Jakarta:
KKI, 2006.
3. N S Blisa.Komunikasi Dokter dengan Orang Tua Pasien Anak.
<http://blisha.wordpress.com/2010/11/13/komunikasi-dokter-dengan-orang-tua-
pasien-anak/> (13November2010)
LAMPIRAN
Lembaran Penilaian
Formulir Komunikasi Dokter-Pasien
No. Simulasi Penilaian
1. Membina hubungan :
a. Memberi salam dan bersikap menunjukkan rasa tertarik pada pasien sebagai individu
b. Menggunakan kata-kata yang menunjukkan perhatian terhadap masalah yang dihadapi pasien selama wawancara
c. Menggunakan intonasi suara, jeda waktu, kontak mata, dan sikap tubuh yang menunjukkan suatu perhatian
a. Sudah diberikan dengan baik.Dokter telah menyapa pasien, menanyakanan nama pasien serta program TV favorit pasien.
b. Sudah diberikan dengan baik. Dokter ada menanyakan sudah berapa lama sakitnya,bagian mana yang sakit.
c. Perlu perbaikan.Dokternya terkesan terburu-buru,tegang dan tidak begitu relax.
2. Membuka diskusi :
a. Memberi kesempatan pada pasien untuk mengemukakan keluhannya tanpa diinterupsi
b. Menanyakan, “Apa ada lagi yang mau disampaikan ?” untuk menyatakan kita memiliki perhatian penuh
c. Menjelaskan dan / atau membuat agenda untuk kunjungannya.
a. Sudah diberikan dengan baik.Dokter dengan sabar mendengar riwayat dari pasien yang dipaparkan sang ibu.
b. Perlu perbaikan.Dalam simulasi hanya disampaikan pada bagian akhir.Seharusnya di bagian awal juga disampaikan agar mendukung saat dokter membuat diagnosis
c. Perlu perbaikan.Dalam simulasi tidak begitu jelas agenda kunjungannya. Dokter tidak membuat agenda kunjungan berikutnya hanya menyarankan pasien agar melakukan pengecekan gigi 2 kali setahun.
3. Mengumpulkan informasi (dapat juga menggunakan pedoman wawancara medik Fundamental four dan sacred seven ) :
a. Mulai dengan memberikan pertanyaan terbuka pada pasien ,“Ceritakan kepada saya tentang …“
b. Melakukan klarifikasi terhadap hal-hal yang perlu penjelasan khusus atau bisa juga dengan menggunakan pertanyaan
a. Sudah diberikan dengan baikDokter telah bertanya kepada pasien tentang riwayat dari pasien
b. Tidak diberikanDokter seharusnya memberikan pertanyaan yang mengarah pada
“ya/tidak”c. Membuat resume dan memberi pasien
kesempatan untuk mengkoreksi atau menambah informasi
d. Membuat transisi yang efektif untuk pertanyaan tambahan (data dasar / skrining)
diagnosisnyac. Tidak diberikan
Dalam simulasi,tidak tampak dokter membuat resume,dokter seharusnya mencatat riwayat dari pasien
d. Tidak diberikanDokter tidak melakukan pemeriksaan oral higiene mulut secara keseluruhan.
4. Mengerti harapan pasien
a. Menanyakan tiap peristiwa dalam hidupnya, lingkungan, serta orang lain yang mungkin mempengaruhi kesehatan pasien
b. Menanyakan kepercayaan pasien, kepedulian dan harapan terhadap penyakit dan pengobatan
c. Merespons secara eksplisit setiappernyataan yang disampaikan pasien tentang nilai, pendapat dan perasaannya.
a. Diberikan dengan baikDokter menanyakan riwayat pasien serta pola makan pasien dimana pasien suka mengomsumsi permen
b. Diberikan dengan baikDokter peduli dengan pasien dan menenangkan pasien serta menyuruhnya untuk tidak takut.
c. Tidak diberikanDokter tidak merespon secara eksplisit setiap pernyataan pasien
5. Berbagi informasi
a. Mengetahui pemahaman si pasien terhadap penyakitnya dan keinginannya terhadap informasi tambahan
b. Menjelaskan dengan menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti pasien
c. Mengetahui pemahaman pasien terhadap rencana terapi yang dilakukan
d. Menanyakan tentang hal-hal yang masih belum jelas
a. Tidak diberikanDokter seharusnya menjelaskan lebih detail tentang penyakit yang diderita
b. Diberikan dengan baikDokter menjelaskan kepada pasien anak dengan bahasa yang mudah dimengerti yaitu dengan menggunakan kata monster-monster kecil
c. Tidak diberikanDokter tidak menjelaskan secara mendetail kepada orang tuanya tentang penyakit gigi anaknya
d. Tidak diberikanDokter tidak menanyakan apakah ada lagi yang hendak disampaikan
6. Mencapai kesepakatan
a. Melibatkan pasien dalam memilih dan membuat keputusan guna untuk mengetahui sampai sejauh mana hal yang diinginkan
b. Menanyakan kesanggupan pasien untuk mengikuti rencana terapi
c. Mengidentifikasi hal-hal tambahan kalau perlu
a. Dilakukan dengan baikDokter ada menanyakan apakah pengobatan pasien mau dilakukan saat itu juga
b. Perlu perbaikanDokter dalam simulasi tidak menyinggung soal biaya,dimana seharusnya disinggung untuk
menunjukkan kesanggupan pasienc. Tidak diberikan
Dokter tidak mengidentifikasi hal-hal tambahan
7. Penutup
a. Memberi kesempatan si pasien untuk bertanya hal yang kurang jelas pada kunjungan berikutnya
b. Membuat kesimpulan atau menanyakan rencana pasien pada kunjungan berikutnya
c. Menjelaskan waktu kontrol atau bila terjadi sesuatu, dan orang yang harus dihubungi
a. Tidak diberikanDokter tidak memberitahukan detail agenda kunjungan selanjutnya dan orang tua pasien pun tidak bertanya.
b. Perlu perbaikanDokter tidak membuat agenda kunjungan berikutnya secara detail
c. Perlu perbaikanDokter tidak menjelaskan waktu kontrol,hanya menjelaskan orang yang bisa dihubungi