pemicu 3

23
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Pola posisi gigi yang bervariai ditentukan oleh ukuran, bentuk, dan hubungan rahang dengan otot-otot bibir, pipi, dan lidah. Gigi-gigi yang berkembang dalam rahang dan sewaktu bererupsi kedalam rongga mulut, gigi diarahkan ke posisinya oleh otot-otot wajah dan lidah, idealnya dengan lidah bagian dalam lengkung gigi dan bibir serta pipi membentuk tekanan penunutun perifer. Detail yang halus dari posisi gigi barangkali ditentukan keidealannya oleh posisi istirahat dan fungsional dari mandibula, walaupun situasinya bisa saja terrbalik, dan posisi gigi yang tidak benar bisa mempengaruhi fungsi mandibula. Posisi dan gerak mandibula jelas sangat penting bagi oklusi gigi. Seperti yang telah kita keahui, oklusi gigi berperan penting dalam mengunyah dan menelan, dan mungkin juga pada bicara. Oklusi yang keliru bisa menimbulkan masalah lain, misalnya penyakit periodontal atau gangguan fungsi sendi temporomandibular. Ada dua tipe oklusi gigi yaitu oklusi statis dan oklusi fungsional. Gigi-geligi susu mulai bererupsi pada usia sekitar enam bulan, dan normalnya sudah oklus seluruhnya pada usia tiga tahun. Gigi pertama yang bererupsi dan membentuk kontak oklusal adalah gigi insisivus yang idealnya menduduki posisi oklusal. Sesudah insisivus bererupsi, gigi molar pertama susu akan menyusul, bererupsi sampai ke kontak oklusi. Gigi-gigi ini akan membuat kontak oklusal sehingga molar bawah sedikit lebih ke depan dalam hubungannya dengan molar atas. Lalu gigi-gigi kaninus juga akan menyusul bererupsi kekontak oklus. Pada situasi ideal akan ada celah disebelah mesial dari kaninus atas dan di sebelah distal pada kaninus bawah. 1 1

Upload: brem-afriansyah

Post on 01-Dec-2015

98 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

oijonooo

TRANSCRIPT

Page 1: PEMICU 3

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pola posisi gigi yang bervariai ditentukan oleh ukuran, bentuk, dan hubungan rahang dengan otot-otot bibir, pipi, dan lidah. Gigi-gigi yang berkembang dalam rahang dan sewaktu bererupsi kedalam rongga mulut, gigi diarahkan ke posisinya oleh otot-otot wajah dan lidah, idealnya dengan lidah bagian dalam lengkung gigi dan bibir serta pipi membentuk tekanan penunutun perifer. Detail yang halus dari posisi gigi barangkali ditentukan keidealannya oleh posisi istirahat dan fungsional dari mandibula, walaupun situasinya bisa saja terrbalik, dan posisi gigi yang tidak benar bisa mempengaruhi fungsi mandibula. Posisi dan gerak mandibula jelas sangat penting bagi oklusi gigi. Seperti yang telah kita keahui, oklusi gigi berperan penting dalam mengunyah dan menelan, dan mungkin juga pada bicara. Oklusi yang keliru bisa menimbulkan masalah lain, misalnya penyakit periodontal atau gangguan fungsi sendi temporomandibular. Ada dua tipe oklusi gigi yaitu oklusi statis dan oklusi fungsional.

Gigi-geligi susu mulai bererupsi pada usia sekitar enam bulan, dan normalnya sudah oklus seluruhnya pada usia tiga tahun. Gigi pertama yang bererupsi dan membentuk kontak oklusal adalah gigi insisivus yang idealnya menduduki posisi oklusal. Sesudah insisivus bererupsi, gigi molar pertama susu akan menyusul, bererupsi sampai ke kontak oklusi. Gigi-gigi ini akan membuat kontak oklusal sehingga molar bawah sedikit lebih ke depan dalam hubungannya dengan molar atas. Lalu gigi-gigi kaninus juga akan menyusul bererupsi kekontak oklus. Pada situasi ideal akan ada celah disebelah mesial dari kaninus atas dan di sebelah distal pada kaninus bawah.1

BATASAN MASALAH

1. Perkembangan Oklusi Gigi Bercampur dan Permanen2. Sequence Erupsi Gigi Sulung dan Permanen3. Etologi Maloklusi4. Klasifikasi Maloklusi5. Kunci Oklusi6. Cara Melihat dan Mengukur Profil Wajah7. Radiografi Sefalometri

1

Page 2: PEMICU 3

BAB II

PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN OKLUSI GIGI BERCAMPUR DAN PERMANEN

Oklusi yaitu perubahan hubungan permukaan gigi-geligi pada maksila dan mandibula yang terjadi selama pergerakan mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi-geligi pada kedua rahang. Oklusi juga bisa didefinisikan sebagai kontak antara gigi-geligi yang berantagonis dan definisi ini penting ketika membedakan kontak oklisi dari fungsi oklusal dengan artikulasi. Oklusi merupakan terus-menerus berubah-ubah dan respon terhadap perubahan, umumnya bervariasi antara adaptasi yang sehat dan kelainan.

Perkembangan Gigi Campuran

Periode gigi campuran dimulai kira-kira pada umur 6 tahun dengan erupsinya gigi M1 permanen. Selama periode gigi campuran, gigi desidui dan gigi permanen berada di rongga mulut. Periode gigi campuran diklasifikasikan dalam 3 fase:

Periode Transisional Pertama

Periode ini dikarakteristikkan dengan munculnya M1 permanen dan pergantian gigi sulung insisiv dengan insisiv permanen. Mi permanen mandibula merupakan gigi permanen pertama yang erupsi sekitar pada umur 6 tahun. Lokasi dan hubungannya M1 permanen bergantung pada relasi permukaan distal antara M2 desidui maksila dan mandibula. M1 permanen diarahkan ke lengkung gigi oleh permukaan distal gigi M2 desidui. Hubungan mesio-distal antara permukaan distal dari M2 desidui maksila dan mandibula ada 3 tipe:

a). Flush Terminal Plane

Permukaan distal M2 desidui maksila dan mandibula berada pada 1 bidang vertical. Ini merupaakn cirri normal pada periode gigi sulung. Kemudian erupsi gigi M1 permanen juga bisa memiliki relasi flush terminal plane. Untuk transisi seperti hubungan akhir molar terhadap hubungan molar class I, molar mandibula bergerak ke depan sekitar 3-5 mm relative terhadap molar maksila. Hal ini terjadi karena spasi fisiologis dan Leeway Space of Nance pada lengkung mandibula serta perkembangan mandibula.

2

Page 3: PEMICU 3

b). Mesial Step Terminal Plane

Pada tipe hubungan ini, permukaan distal M2 desidui mandibula lebih mesial daripada M2 maksila. Kemudian molar permanen erupsi secara langsung manjadi oklusi class I Angle. Tipe ini paling sering terjadi karena pertumbuhan mandibula ke depan yang cepat (awal). Jika pertumbuhan diferensial mandibula tetap kea rah depan, hal ini bisa menjadikan hubungan molar pada class III Angle. Jika pertumbuhan mandibula minimal, akan menjadikan hubungan molar class I.

c). Distal Step Termianl Plane

Permukaan distal M2 desidui mandibula lebih distal dari M2 desidui maksila. Kemudian molar permanen yang erupsi berada pada oklusi Class II Angle.

Selama perioe transisional pertama, insisiv desidui digantikan oleh insisiv permanen. I1 mandibula biasanya yang pertama erupsi. Insisiv permanen lebih besar daripada gigi sulung yang digantikan. Perbedaan diantara ruang spasi ini diperlukan untuk akomodasi (muatan) insisiv dan ruang spasi yang tersedia untuk ini disebut dengan incisal liability. Incisal liability sekitar 7 mm pada maksila dan 5 mm pada mandibula.

3

Page 4: PEMICU 3

Periode Inter-Transisional

Di antara insisiv permanen dan M1 permanen adalah molar desidui dan kaninus. Fase ini Selama periode gigi-geligi campuran relative stabil dan tidak terjadi perubahan.

Periode Transisional Kedua

Periode ini dikarakteristikkan oleh pergantian molar desidui dan kaninus oleh premolar dan kaninus permanen. Kombinasi kelebaran mesio-distal dari kaninus permanen dan premolar biasanya kurang daripada kaninus desidui dan molar. Ruang spasi berlebihan ini disebut Leeway Space of Nance. Jarak leeway space lebih besar pada lengkung mandibula daripada lengkung maksila. Kira-kira 1,8 mm pada maksila (0,9 mm pada tiap sisi lengkung) dan sekitar 3,4 mm pada lengkung mandibula (1,7 mm pada tiap sisi lengkung). Ruang spasi yang besar ini ada setelah pertukaran dari molar desidui dan kaninus dimanfaatkan untuk pergerakan ke arah mesial pada molar mandibula untuk membentuk hubungan molar class I.

Tahap Ugly Ducking

Terkadang transien atau self correcting malocclusion terlihat pada insisiv rahang atas antara usia 8-9 tahun. Keadaan ini terlihat selama erupsi kaninus permanen. Saat perkembangan eruosi kaninus permanen, gigi ini memindahkan akar insisiv lateral ke mesial, sehingga akar dari insisiv sentral juga berpindah ke mesial. Sebuah perbedaan resultan distal mahkota dua gigi insisiv sentral menyebabkan midline spacing (adanya spasi diantara kedua insisiv sentral rahang atas). Hal ini disebut ugly ducking. Keadaan ini biasanya dikoreksi dengan sendirinya ketika kaninus erupsi dan tekanan tersebut dipindahkan dari akar ke koronal gigi inisisv.

4

Page 5: PEMICU 3

Perkembangan Gigi Permanen

Gigi-geligi permanen terbentuk di dalam rahang segera setelah kelahiran, kecuali untuk cusp gigi M1 permanen, yang mana gigi tersebut sebelum kelahiran. Insisiv permanen berkembang lingual atau palatal terhadap inisisiv desidui dan bergerak ke labial ketika erupsi. Premolar berkembang di bawah belahan akar molar desidui.2,3,4

Perkembangan gigi geligi tetap bisa dianggap melalui 3 tahap yaitu :

Tahap 1

Tahap pertama dari perkembangan berhubungan dengan penggantian gigi – gigi insisivus susu dan penambahan ke empat molar tetap pada susunan gigi – geligi. Keadaan ini biasanya berlangsung pada usia 6 – 8 tahun. Insisivus tetap akan bererupsi sedikit lebih proklinasi daripada insisivus susu., dank arena itu membentuk overbite. Insisisal yang lebih kecil bila gigi – gigi tersebut berkontak oklusal. Proklinasi ini juga berperan dalam menambah ukuran lengkung rahang.

Erupsi dari molar pertama tetap berlangsung cukup cepat pada perkembangan oklusi gigi tetap, biasanya pada usia 6 tahun. Gigi gigi ini pada mulanya beroklusi pada posisi di mana permukaan

5

Page 6: PEMICU 3

distal dari molar atas berada pada bidang vertical yang sama dengan permukaan distal molar bawah. Nantinya, dengan tanggalnya gigi molar kedua susu, gigi molar pertama bawah tetap akan bergeser ke depan lebih jauh daripada molar pertama atas tetap, sehingga permukaan distal molar pertama bawah tetap sedikit lebih anterior daripada molar atas, dan tonjol antero bukal dari molar atas akan beroklusi dengan groove mesio - bukal gigi molar bawah.

Tahap 2

Tahap perkembangan oklusi gigi - geligi tetap yang kedua berkaitan dengan pergantian molar susu dan kaninus atas oleh premolar dan kaninus atas tetap, dan penambahan gigi molar kedua. Tahap ini biasanya berlangsung pada usia 10 – 13 tahun.

Gigi – gigi premolar pertama biasanya gigi yang pertama kali berupsi pada tahap ini, dan beroklusi sedemikian rupa sehingga lereng distal dari permukaan oklusal premolar bawah beroklusi dengan lereng mesial dari permukaan oklusal premolar atas. Jadi, ujung tonjol premolar atas akan berada pada bidang vertical yang sama dengan permukaan distal premolar bawah. Gigi premolar kedua selanjutnya akan bererupsi kehubungan yang sama , dan kira – kira pada waktu yang sama , gigi kaninus atas akan bererupsi kehubungan oklusi sehingga ujung tonjolnya berada pada bidang vertical yang sama dengan permukaan distal kaninus bawah.

Akhirnya, molar kedua akan bererupsi ke oklusi sama seperti molar pertama. Molar kedua atas akan bertumbuh tinggi pada prosesus alveolaris, tepat di bawah dasar antrum maksila. Pada awalnya, molar kedua biasanya sedikit miring kedistal dan mempunyai jalur erupsi yang lebih panjang daripada molar kedua bawah. Molar kedua bawah ini biasanya berkembang pada posisi tegak lurus, atatu sedikit miring ke mesial. Jadi, molar kedua atas mempunyai kecenderungan lebih besar untuk bergerak ke depan selama erupsi daripada molar kedua bawah, yang mempunyai jalur erupsi yang relative singkat dan lurus.

Tahap 3

Erupsi dari molar ketiga pada awal kehidupan dewasa melengkapi perkembangan oklusi dari gigi – geligi tetap. Usia erupsi gigi molar ketiga yang umum adalah 18 – 25 tahun. Meskipun gigi ini bias saja bererupsi lebih cepat atau lebih lambat dari batas usia ini.

Gigi molar ketiga berkembang pada posisi yang sama seperti molar kedua., dengan molar ketiga atas berkembang tinggi, di bawah sudut postero – inferior dari antrum maksila, dan biasanya dengan sedikit inklinasi distal. Molar ketiga bawah mempunyai jalur erupsi yang lebih pendek daripada molar atas, dan pada awalnya menduduki posisi lebih vertical, atau dengan sedikit inklinasi kemesial. Kedua gigi ini bererupsi ke hubungan oklusi dalam hubungan yang mirip seperti untuk molar pertama dan kedua.1

6

Page 7: PEMICU 3

SEQUENCE ERUPSI GIGI SULUNG DAN PERMANEN

Sequence Erupsi Gigi Sulung dan Permanen

Gigi Sulung :

RA : i1,i2,m1,c,m2

RB : i1,i2,m1,c,m2

Urutan keseluruhan :

i1 RB,i1 RA,i2 RB,i2 RA,m1 RB,m1 RA,c RB,c RA,m2 RB,m2 RA

Gigi Permanen :

RA : M1,I1,I2,P1,P2,C,M2,M3

RB : M1,I1,I2,C,P1,P2,M2,M3

Urutan keseluruhan :

M1 RB,M1 RA,I1 RB,I1 RA,I2 RB,I2 RA,C RB,P1 RA,P1 RB,P2 RA,P2 RB,C RA,M2 RB,M2

RB,M2 RA,M3 RB,M3 RA.

ETIOLOGI MALOKLUSI

Etiologi primer maloklusi

System neuromuscular

beberapa pola kontriksi neuromuscular adaptif terhadap ketidakseimbangan skeletal atau malposisi gigi. Pola yang tidak seimbang merupakan bagian yang signifikan dari semua maloklusi.

Tulang

karena tulang merupakan dasar lengkung gigi. Kesalahan mkorfologi atau pertumbuhan bias merubah hubungan oklusal dan fungsi. Maloklusi merupakan hasil dari ketidakseimbangan skeletal kraniofasial.

7

Page 8: PEMICU 3

Gigi

gigi bias menjadi etiologi primer pada deformitas dentofasial dalam banyak cara variasi pada ukuran,bentuk,jumlah atau posisi gigi bias menyebabkan maloklusi. Kemungkinan bahwa malposisi gigi bias menginduksi malfungsi dan melalui malfungsi. Secara tidak langsung bias mengubah pertumbuhan tulang.

Bagian lunak (tidak meliputi otot)

peran dari jaringan lunak selain neuromuscular,pada etiologi dari maloklusi tidak begitu jelas terlihat. Maloklusi bias terjadi dari penyakit periodontal dan hilangnya aparatur perlekatan dan dari bermacam-macam lesi jaringan lunak termasuk struktur TMJ.4

KLASIFIKASI MALOKLUSI

Menurut Klasifikasi Angle :

Class I (neutroclusion)

Maloklusi yang hubungan anteroposteriornya normal antara maksila dan mandibula termasuk kelas ini. Triangular ridge cusp mesiobukal pada M1 rahang atas permanen berartikulasi pada groove bukal gigi M1 permanen rahang bawah.

Maloklusi Klasifikasi dewey, yaitu Class I :

Tipe 1 : Gigi-gigi anterior berjejal, gigi molar pertama

Tipe 2 : Hubungan gigi molar normal, gigi anterior terutama gigi atas terlihat labioversi

Tipe 3 : Terdapat gigitan bersilang anterior (crossbite anterior) karena inklinasi gigi atas ke palatinal

8

Page 9: PEMICU 3

Tipe 4 : Hubungan molar normal dalam arah mesio-distal, tetapi hubungan dalam arah buko-lingual ada pada posisi gigitan bersilang (crosbite)

Tipe 5 : Hubungan molar pertama tetap normal, tetapi pada gigi posterior terjadi migrasi kea rah mesial

Class II (Distoclusion)

Maloklusi yang berhubungan distal pada mandibula terhadap maksila termasuk class II. Posisi mandibula berada distal terhadap maksila. Pada class II menunjukkan maksila yang prognati. Groove mesial M1 permanen rahang bawah berartikulasi secara posterior terhadap cusp mesiobukal M1 peramanen maksila

Angle membagi class II maloklusi dalam 2 divisi dan 1 subdivisi berdasarkan angulasi labiolingual dari maksila, yaitu ;Class II – divisi IDengan relasi Molar terlihat seperti tipe kelas II, gigi insisivus maksila labio version.Class II – divisi IIDengan relasi molar terlihat seperti tipe kelas II, Insisivus maksila mendekati normal secara anteroposterior atau secara ringan dalam linguoversion sedangakan I2 maksila tipped secara labial atau mesial.Class II – subdivisiSaat relasi kelas II molar, terjadi ada satu sisi pada lengkung dental.

Class III (mesioclusion)

Maloklusi yang berhubungan mesial pada mandibula terhadap maksila termasuk class III . groove mesial M1 permanen rahang bawah berartikulasi secara anterior terhadap cusp mesiobukal M1 permanen rahang atas

9

Page 10: PEMICU 3

Klasifikasi dewey, yaitu Modifikasi angle’s kelas III :

1.Tipe 1Suatu lengkungan saat dilihat secara individu bidang pada jajaran yang normal, tetapi oklusi di anterior terjadi edge to edge.Tipe 2I mandibula crowding dengan I maksila ( akibat I maksila yang terletak kea rah lingual ).Tipe 3Lengkung maksila belum berkembang sehingga terjadi cross bite pada I maksila yang crowding dan lengkung mandibula perkembangannya baik dan lurus

klasifikasi Lischers modifikasi dengan Klasifikasi angel : Neutroklusi

Sama halnya dengan klasifikasi Angel kelas 1 Distoklusi

Sama halnya dengan klasifikasi Angel kelas 2 Mesioklusi

Sama halnya dengan klasifikasi Angel kelas 3

Klasifikasi BennetteKlasifikasi ini berdasarkan etiologinya:

Kelas 1Abnormal lokasi dari satu atau lebih gigi sesuai faktor lokal.

Kelas IIAbnormal bentuk atau formasi dari sebagian atau keseluruhan dari salah satu lengkung sesuai kerusakan perkembangan tulang.

Kelas IIIAbnormal hubungan diantara lengkung atas dan bawah dan diantara salah satu lengkung dan kontur fasial sesuai dengan kerusakan perkembangan tulang.

10

Page 11: PEMICU 3

Klasifikasi SimonsSimons (1930) yang pertama kali menghubungkan lengkung gigi terhadap wajah dan kranial dalam tiga bidang ruang:

a. Frankfort Horizontal Plane (vertikal)Frankfort Horizontal Plane atau bidang mata- telinga ditentukan dengan menggambarkan garis lurus hingga margin tulang secara langsung di bawah pupil mata hingga ke margin atas meatus eksternal auditory (derajat di ats tragus telinga). Digunakan untuk mengklasifikasi maloklusi dalam bidang vertikal.

b. AttraksiSaat lengkung gigi atau atau bagian dari penutup bidang frankfort horizontal menunjukkan suatu attraksi (mendekati).

c. AbstraksiSaat lengkung gigi atau atau bagian dari penutup bidang frankfort horizontal menunjukkan suatu abstraksi (menjauhi).

d. Bidang Orbital (antero-posterior)Maloklusi menggambarkan penyimpangan antero-posterior berdasarkan jaraknya, adalah:rotraksiGigi, satu atau dua, lengkung dental, dan/atau rahang terlalu jauh ke depan.

e. RetraksiSatu gigi atau lebih lengkung gigi dan/atau rahang terlalu jauh ke depan.

f. Bidang Mid-Sagital (transversal)Maloklusi mengklasifikasikan berdasarkan penyimpangan garis melintang dari bidang midsagital.

g. KontraksiSebagian atau seluruh lengkung dental digerakkan menuju bidang midsagital

h. Distraksi (menjauhi)Sebagian atau seluruh lengkung gigi berada pada jarak yang lebih dari normal.1

KUNCI OKLUSI

Andrew 1972 menyeutkan ada 6 kunci oklusal normal, yang berasal dari hasil penelitian yang dilakukannya terhadap 120 subyek yang oklusi idealnya mempunyai enam ciri. Keenam ciri tersebut adalah :

Hubungan yang tepat dari gigi molar pertama yang tetap pada bagian tranversal

Angulasi Mahkota gigi insisivus yang tepat pada bidang sagital

Inklinasi mahkota gigi insisivus yang tepat pada bidang sagital

11

Page 12: PEMICU 3

Tidak adanya rotasi gigi individual

Kontak yang akurat dari gigi individual dan masing – masing lengkung gigi, tanpa celah maupun berjejal

Bidang oklusal yang datar atau sedikit melengkung.1

CARA MELIHAT DAN MENGUKUR PROFIL WAJAH

Profil Muka

Untuk menentukan profil muka digunakan 4 titik anatomis:

Glabella (Gl) : Titik terendah dari dahi terletak pada tengah-tengah diantara alis mata kanan dan kiri.

Lip contour atas (Lca) : Titik terdepan bibir atas.

Lip contour bawah (Lcb) : Titik terdepan bibir bawah

Pogonoin (Pog) : Titik terdepan dari dagu didaerah symphisis mandibula.

Serta garis referensi Gl-Pog sebagai acuan

Menurut Graber (1972) dikenal tiga tipe profil muka yaitu :

- Cembung (convex) :bila titik petemuan Lcb-Lca berada didepan garis Gl-Pog

- Lurus (straight ), bila titik petemuan Lcb-Lca berada tepat pada garis Gl-Pog

- Cekung (concave), bila titik petemuan Lcb-Lca berada dibelakang garis Gl-Pog

12

Page 13: PEMICU 3

Menurut Schwarz (Boersma,1987) Tipe profil bervariasi masing-masing menjadi :

- Cembung (Anteface )

- Lurus (Average face)

- Cekung (Retroface)

Masing-masing tipe ini masih bisa bervariasi dengan kombinasi :

- Retrognatik (Dorsaly rotated dintition )

- Ortognatik (Unrotated dentition)

- Prognatik (Ventraly rotated dentition)

Dengan demikian akan didapatkan 9 tipe muka :

- Cembung (Anteface) dengan variasi retrognatik, ortognatik dan prognatik

- Lurus (Average face) dengan variasi retrognatik, ortognatik dan prognatik

Cekung (Retroface) dengan variasi

retrognatik, ortognatik dan prognatik

13

Page 14: PEMICU 3

Bentuk muka : simetris / asimetris

Tipe muka :

Menurut Martin (Graber 1972) dikenal 3 tipe muka yaitu :

- Brahisepali : lebar, persegi

- Mesosepali : lonjong / oval

- Dolikosepali : panjang / sempit

Menurut Ricket (Graber 1972) untuk tipe muka lebih tepat menggunakan istilah fasial :

- Brahifasial

- Mesofasial

- Dolikofasial.

14

Page 15: PEMICU 3

Klasifikasi bentuk muka menurut Sukadan (1976) berdasarkan:

Indeks muka = Tinggi muka ( A) (Jarak N – Gn) x 100

Lebar muka (B) (Jarak bizigomatik)

Klasifikasi indeks muka :

- Euriprosop ( muka pendek, lebar) : 80,0 – 84,9

- Mesoprosop (muka sedang ) : 85,0 – 89,9

- Leptoprosop (muka tinggi, sempit) : 90,0 – 94,9

Jika indeks : < 80,0 : Hipo Euriprosop

> 94,9 : Hiper Leptoprosop

RADIOGRAFI SEFALOMETRI

Yaitu radiografi ekstra oral yang distandarisasi dan digunakan terutama dibidang ortodonsi (untuk menunjukkan hub. gigi dan rahang dengan rangka wajah). Orthodonsi surgery. Standarisasi diperlukan untuk memperoleh foto dengan posisi yang selalu sama, terutama untuk membandingkan foto sebelum, selama, dan sesudah perawatan.

Tipe sefalografi :

Lateral, yaitu menyediakan tampilan lateral tengkorak

15

Page 16: PEMICU 3

Frontal, menyediakan tampilan antero-posterior tengkorak

Kegunaan :

Mempelajari pertumbuhan tulang kepala

Untuk membantu mendiagnosa

Untuk riset

Untuk mengevaluasi perawatan sebelumnya

Untuk rencana perawatan ortodonsi

Untuk melihat anomali pertumbuhan

Analisis Radiografi Sefalometri

Analisis profil wajah dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai hub. Gigi dengan rahang. Radiograf sefalometri lateral dapat digunakan untuk melakukan hal itu.

Alat untuk memeriksa hubungan tulang dengan struktur gigi

Langkah – langkah analisis

Pengambilan foto radiograf Pencarian gambaran patologis

Analisis harus mengevaluasi

1. Posisi maksila dan mandibula dalam hubungan dengan basis krani2. Hubungan tulang maksila dan mandibula3. Posisi gigi pada rahang4. Hubungan gigi atas dan bawah5. Hubungan vertikal antara ketinggian wajah total,atas dan bawah 6. Profil jaringan lunak dan posisi bibir dalam hubungan dengan gigi.2

16

Page 17: PEMICU 3

BAB III

KESIMPULAN

Jabaran Kasus

Satria (9 tahun) memiliki bentuk fasial bulat dan profil lurus. Pemeriksaan intra oral terlihat adanya diastema diantara gigi insisif sentral rahang atas kiri dan kanan, serta susunan gigi insisif lateral atas agak berdesakan. Hubungan molar dua sulung flush terminal plane. Pada foto panoramic terlihat adanya gambaran radiopaque menyerupai gigi diantara insisif sentral kiri dan kanan rahang atas. Gigi insisif permanen dirahang bawah juga terlihat berdesakan. Sang kakak Yudha (17 tahun) juga mengeluhkan susunan gigi geligi rahang atas dan bawah yang tidak beraturan. Pada pemeriksaan memperlihatkan profil wajah lurus, intra oral terlihat adanya crossbite anterior serta hubungan molar tetap neutron oklusi.

Pembahasan Kasus

Pada kasus Satria merupakan adanya diastema insisvus lateral rahang atas pada kasus satria dikarenakan adanya mesiodens yang belum erupsi, sehingga mendesak insisivus lateral atas menyebabkan gigi tersebut berdesakan.

Sedangkan pada kasus Yudha, terjadinya maloklusi class I Angle tipe 3. Class I ditentukan dari adanya neutro oklusi dan tipe 3 dari crossbite anterior.

17

Page 18: PEMICU 3

DAFTAR PUSTAKA

1. Foster,T. D, Buku Ajar Ortodonsi, 3th Ed, Jakarta, EGC, 1997 :22-3, 50-9,2. S.I. Bhalajhi, Orthodontics. The Art and Science,3rd Ed. New Delhi, 2006 : 42-8, 473. Ralph E. McDonald. Dentistry For The Child and Adolescent. 7th Ed. Mosby. St .

Louis :639 4. Mayors. E Robert, Handbook of orthodontics. 4th Ed, 1988 : 149-162

18