pemetaan tingkat resiko kekumuhan di kelurahan...

5
32 | Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292 Volume 3, No.4, Desember 2017 http://www.untb.ac.id/Desember-2017/ PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI KELURAHAN RENTENG KECAMATAN PRAYA KABUPATEN LOMBOK TENGAH Oleh: Indah Arry Pratama Dosen Fakultas Teknik Universitas Nusa Tenggara Barat Abstrak: Keberadaan lingkungan kawasan permukiman kumuh membawa permasalahan baru, seperti perkembangan fisik kota yang tidak baik, memberikan efek visual yang jelek, tingkat kesehatan masyarakat yang semakin rendah sebagai akibat dari kondisi permukiman yang tidak sesuai dengan standar kesehatan dan memberikan dampak sosial dan ekonomi masyarakat yang buruk. Permasalahan kawasan permukiman kumuh yang terjadi perlu segera dilakukan penanganan sehingga tercapai suatu lingkungan permukiman yang sehat dan layak huni serta berkualitas. Tingkat kepadatan di kawasan perkotaan cenderung lebih tinggi dari pada dikawasan rural karena tingkat aktivitas penduduk diperkotaan yang cenderung lebih tinggi. Perkembangan daerah urban mengubah lahan dengan tutupan vegetasi menjadi permukaan yang kedap air dengan kapasitas penyimpanan air yang kecil atau tidak ada sama sekali. Aktivitas yang paling dominan terhadap penggunaan lahan adalah aktivitas bertempat tinggal (pemukiman). Aktivitas ini memakan lebih dari 50% dari total lahan yang ada, sehingga sekarang banyak bermunculan kawasan pemukiman dengan konsep vertikal untuk mengurangi permasalahan akan keterbatasan lahan pemukiman. Sebagai Daerah yang sedang berkembang Kelurahan Renteng Kecamatan Praya Kabupaten Lombok Tengah akan menghadapi permasalahan yang umum dijumpai oleh wilayah kota/perkotaan, yaitu munculnya kawasan permukiman kumuh. Penelitian ini dilakukan dalam Tiga (3) Tahap, yaitu Identifikasi Risiko, Pembuatan Peta Risiko, Mitigasi Risiko. Berdasarkan hasil pemetaan potensi risiko permukiman kumuh Kelurahan Renteng berada pada Tingkat Kekumuhan Berat, dan pemetaaan potensi risiko diharapkan pola penanganan tingkat kekumuhan dilakukan Pemukiman kembali atau Peremajaan. Program penanganan risiko dari tingkat kekumuhan yang ada dilakukan dengan penangan fisik pada perbaikan jalan lingkungan, penyedian bak sampah dan penanganan fisik bangunan. Kata kunci : pemetaan, risiko, kumuh PENDAHULUAN Perkembangan kota sangat dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduknya. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk ini maka semakin tinggi pula kebutuhan lahan diperkotaan. Oleh karena itu, tingkat kepadatan di kawasan perkotaan cenderung lebih tinggi dari pada dikawasan rural karena tingkat aktivitas penduduk diperkotaan yang cenderung lebih tinggi. Perkembangan daerah urban mengubah lahan dengan tutupan vegetasi menjadi permukaan yang kedap air dengan kapasitas penyimpanan air yang kecil atau tidak ada sama sekali. Aktivitas yang paling dominan terhadap penggunaan lahan adalah aktivitas bertempat tinggal (pemukiman). Aktivitas ini memakan lebih dari 50% dari total lahan yang ada, sehingga sekarang banyak bermunculan kawasan pemukiman dengan konsep vertikal untuk mengurangi permasalahan akan keterbatasan lahan pemukiman. Sebagai Daerah yang sedang berkembang, Kelurahan Renteng Kecamatan Praya Kabupaten Lombok Tengah akan menghadapi permasalahan yang umum dijumpai oleh wilayah kota/perkotaan, yaitu munculnya kawasan permukiman kumuh. Keberadaan lingkungan kawasan permukiman kumuh membawa permasalahan baru, seperti perkembangan fisik kota yang tidak baik, memberikan efek visual yang jelek, tingkat kesehatan masyarakat yang semakin rendah sebagai akibat dari kondisi permukiman yang tidak sesuai dengan standar kesehatan dan memberikan dampak sosial dan ekonomi masyarakat yang buruk. Permasalahan kawasan permukiman kumuh yang terjadi perlu segera dilakukan penanganan sehingga tercapai suatu lingkungan permukiman yang sehat dan layak huni serta berkualitas. Pentingnya penanganan permasalahan permukiman kumuh ini, sejalan dengan apa yang ditegaskan dalam UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman bahwa penataan perumahan dan permukiman bertujuan untuk: (1) Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam rangka

Upload: lykhanh

Post on 03-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

32 | Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292

Volume 3, No.4, Desember 2017 http://www.untb.ac.id/Desember-2017/

PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI KELURAHAN RENTENGKECAMATAN PRAYA KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Oleh:

Indah Arry PratamaDosen Fakultas Teknik Universitas Nusa Tenggara Barat

Abstrak: Keberadaan lingkungan kawasan permukiman kumuh membawa permasalahan baru, sepertiperkembangan fisik kota yang tidak baik, memberikan efek visual yang jelek, tingkat kesehatanmasyarakat yang semakin rendah sebagai akibat dari kondisi permukiman yang tidak sesuai denganstandar kesehatan dan memberikan dampak sosial dan ekonomi masyarakat yang buruk. Permasalahankawasan permukiman kumuh yang terjadi perlu segera dilakukan penanganan sehingga tercapai suatulingkungan permukiman yang sehat dan layak huni serta berkualitas. Tingkat kepadatan di kawasanperkotaan cenderung lebih tinggi dari pada dikawasan rural karena tingkat aktivitas penduduk diperkotaanyang cenderung lebih tinggi. Perkembangan daerah urban mengubah lahan dengan tutupan vegetasimenjadi permukaan yang kedap air dengan kapasitas penyimpanan air yang kecil atau tidak ada samasekali. Aktivitas yang paling dominan terhadap penggunaan lahan adalah aktivitas bertempat tinggal(pemukiman). Aktivitas ini memakan lebih dari 50% dari total lahan yang ada, sehingga sekarang banyakbermunculan kawasan pemukiman dengan konsep vertikal untuk mengurangi permasalahan akanketerbatasan lahan pemukiman. Sebagai Daerah yang sedang berkembang Kelurahan Renteng KecamatanPraya Kabupaten Lombok Tengah akan menghadapi permasalahan yang umum dijumpai oleh wilayahkota/perkotaan, yaitu munculnya kawasan permukiman kumuh. Penelitian ini dilakukan dalam Tiga (3)Tahap, yaitu Identifikasi Risiko, Pembuatan Peta Risiko, Mitigasi Risiko. Berdasarkan hasil pemetaanpotensi risiko permukiman kumuh Kelurahan Renteng berada pada Tingkat Kekumuhan Berat, danpemetaaan potensi risiko diharapkan pola penanganan tingkat kekumuhan dilakukan Pemukiman kembaliatau Peremajaan. Program penanganan risiko dari tingkat kekumuhan yang ada dilakukan denganpenangan fisik pada perbaikan jalan lingkungan, penyedian bak sampah dan penanganan fisik bangunan.

Kata kunci : pemetaan, risiko, kumuh

PENDAHULUAN

Perkembangan kota sangat dipengaruhi olehtingkat pertumbuhan penduduknya. Dengansemakin meningkatnya pertumbuhan penduduk inimaka semakin tinggi pula kebutuhan lahandiperkotaan. Oleh karena itu, tingkat kepadatan dikawasan perkotaan cenderung lebih tinggi daripada dikawasan rural karena tingkat aktivitaspenduduk diperkotaan yang cenderung lebihtinggi. Perkembangan daerah urban mengubahlahan dengan tutupan vegetasi menjadi permukaanyang kedap air dengan kapasitas penyimpanan airyang kecil atau tidak ada sama sekali. Aktivitasyang paling dominan terhadap penggunaan lahanadalah aktivitas bertempat tinggal (pemukiman).Aktivitas ini memakan lebih dari 50% dari totallahan yang ada, sehingga sekarang banyakbermunculan kawasan pemukiman dengan konsepvertikal untuk mengurangi permasalahan akanketerbatasan lahan pemukiman. Sebagai Daerahyang sedang berkembang, Kelurahan RentengKecamatan Praya Kabupaten Lombok Tengahakan menghadapi permasalahan yang umum

dijumpai oleh wilayah kota/perkotaan, yaitumunculnya kawasan permukiman kumuh.

Keberadaan lingkungan kawasanpermukiman kumuh membawa permasalahanbaru, seperti perkembangan fisik kota yang tidakbaik, memberikan efek visual yang jelek, tingkatkesehatan masyarakat yang semakin rendahsebagai akibat dari kondisi permukiman yangtidak sesuai dengan standar kesehatan danmemberikan dampak sosial dan ekonomimasyarakat yang buruk. Permasalahan kawasanpermukiman kumuh yang terjadi perlu segeradilakukan penanganan sehingga tercapai suatulingkungan permukiman yang sehat dan layakhuni serta berkualitas.

Pentingnya penanganan permasalahanpermukiman kumuh ini, sejalan dengan apa yangditegaskan dalam UU No. 1 Tahun 2011 tentangPerumahan dan Permukiman bahwa penataanperumahan dan permukiman bertujuan untuk: (1)Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satukebutuhan dasar manusia, dalam rangka

ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram| 33

http://www.untb.ac.id/Desember-2017/ Volume 3, No. 4, Desember 2017

peningkatan dan pemerataan kesejahteraanmanusia; (2) Mewujudkan perumahan danpermukiman yang layak dalam lingkungan yangsehat, aman serasi dan teratur. Sebelummelakukan penanganan terhadap kawasanpermukiman kumuh, perlu dilakukan telaahtentang kawasan permukiman kumuh (slum).Identifikasi ini sangat penting sebagai dasar dalammenemukenali kawasan permukiman kumuh.Proses ini mencakup tiga segi: 1) kondisi fisiknya;2) kondisi sosial ekonomi budaya komunitas yangbermukim di permukiman tersebut 3) dampak olehkedua kondisi tersebut. Melalui pengidentifikasianini, akan sangat mudah menentukan bentukpenanganan pada setiap kawasan permukimankumuh di Kelurahan Renteng Kecamatan PrayaKabupaten Lombok Tengah.

METODE PENELITIAN

Penelian dilakukan di Kelurahan RentengKecamatan Praya Kabupaten Lombok Tengah.Penelitian ini dilakukan dalam Tiga (3) Tahap,yaitu :1. Identifikasi Risiko

Kegiatan identifikasi risiko ini dilakukandengan melakukan survey awal kelokasi,serta melakukan wawancara denganmasyarakat dan instansi terkait di lingkungantersebut.

2. Pembuatan Peta RisikoBerdasarkan hasil identifikasi risikodilanjutkan dengan pembuatan peta risikoberdasarkan tipologi kawasan kumuh.

3. Mitigasi RisikoKegiatan ini adalah tindak lanjut daripmbuatan peta risiko kumuh, denganmemberikan solusi penanganan kawasankumuh di Kelurahan Renteng KecamatanPraya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Definisi Kawasan Kumuh

Kawasan pemukiman kumuh adalahlingkungan hunian yang kualitasnya sangat tidaklayak huni, ciri-cirinya antara lain berada padalahan yang tidak sesuai dengan peruntukan/tataruang, kepadatan bangunan sangat tinggi dalamluasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosialdan penyakit lingkungan, serta kualitas bangunanyang sangat rendah, tidak terlayani prasaranalingkungan yang memadai dan membahayakankeberlangsungan kehidupan dan penghidupanpenghuninya (Budiharjo, 1997).

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun2011 tentang Perumahan dan KawasanPermukiman, permukiman kumuh adalahpermukiman yang tidak layak huni karenaketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatanbangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan sertasarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.

Pendapat lain tentang definisi permukimankumuh dinyatakan oleh Sadyohutomo (2008),yaitu tempat tinggal penduduk miskin di pusatkota dan permukiman padat tidak teratur dipinggiran kota yang penghuninya umumnyaberasal dari para migran luar daerah. Sebagian daripermukiman ini merupakan permukiman yangilegal pada tanah yang bukan miliknya, tanpaseijin pemegang hak tanah sehingga disebutsebagai permukiman liar (wild occupation atausquatter settlement). Tanah-tanah yang didudukisecara liar ini adalah tanah-tanah pemerintah ataunegara, misalnya sempadan sungai, sempadanpantai, dan tanah instansi yang tidak terawat.Sedangkan perumahan kumuh adalah perumahanyang mengalami penurunan kualitas fungsisebagai tempat hunian.

b. Penyebab Pemukiman Kumuh

Menurut Sadyohutomo (2008), penyebabmunculnya permukiman kumuh adalah sebagaiberikut:1. Pertumbuhan kota yang tinggi, yang tidak

diimbangi oleh tingkat pendapatan yangcukup;

2. Keterlambatan pemerintah kota dalammerencanakan dan membangun prasarana(terutama jalan) pada daerah perkembanganpermukiman baru.Seiring dengan kebutuhan perumahan yang

meningkat maka masyarakat secara swadayamemecah bidang tanah dan membangunpermukiman tanpa didasari perencanaan tapak(site plan) yang memadai. Akibatnya bentuk dantata letak kavling tanah menjadi tidak teratur dantidak dilengkapi prasarana dasar permukiman.

Menurut Sadyohutomo (2008) penghuni liardan tempat tinggal kumuh terbentuk karenaketidakmampuan pemerintah kota dalammerencanakan dan penyediaan perumahan yangterjangkau bagi kalangan yang berpendapatanrendah di suatu populasi perkotaan. Oleh karenaitu bangunan liar dan pemukiman kumuh adalahsolusi dari perumahan bagi populasi perkotaanyang berpendapatan rendah. Pada daerah megaurban atau area metropolitan, sebagian darimasalah terkait dengan koordinasi antarakekuasaan yang berbeda dalam pengelolaan

34 | Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292

Volume 3, No.4, Desember 2017 http://www.untb.ac.id/Desember-2017/

pembangunan ekonomi, perencanaan kota, danalokasi lahan. Munculnya permukiman liar danpermukiman yang tidak layak huni sebenarnyamerupakan kelemahan manajemen dalammengelola tata ruang kota. Upaya telah dilakukanuntuk mengurangi persoalan permukiman kumuhyaitu dengan perbaikan kondisi lingkungan danmembuat rumah susun yang telah melibatkanpartisipasi masyarakat (Sadyohutomo (2008).

Menurut Sadyohutomo (2008) rumah kumuhmemberikan jawaban hidup bagi orang yangtinggal di dalamnya. Tanpa bantuan sedikitpundari pemerintah, penduduk mampu membangunperekonomian secara mandiri, serta tidakmemerlukan kredit perbankan. Penduduk mampumemanfaatkan sumber daya yang amat terbatasagar dapat bertahan hidup dan umumnya mampumendaur ulang bahan-bahan yang tidak terpakaimenjadi sesuatu yang berguna. Dengan demikiansecara swadaya, kebutuhan dasar perumahan dapatdipenuhi. Secara ekonomi, permukiman ini jugamemasok barang dan tenaga kerja yang murah,terutama dalam sektor informal.

c. Karakteristik dan Ciri-ciri PemukimanKumuh

Menurut Avelar et al. (2008) karakteristikpermukiman kumuh mempunyai kondisiperumahan dengan kepadatan tinggi dan ukuranunit perumahan relatif kecil, atap rumah di daerahkumuh biasanya terbuat dari bahan yang samadengan dinding. Karakteristik pemukiman kumuhyang paling menonjol adalah kualitas bangunanrumahnya yang tidak permanen, dengan kerapatanbangunan yang tinggi dan tidak teratur, prasaranajalan yang sangat terbatas kalaupun ada berupagang-gang sempit yang berliku-liku, tidak adanyasaluran drainase dan tempat penampungansampah, sehingga terlihat kotor. Menurut hasilpenelitian Suparlan (2000) pemukiman kumuhmemiliki ciri-ciri sebagai berikut:1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau

tidak memadai.2. Kondisi hunian rumah dan permukiman serta

penggunaan ruang-ruangnya mencerminkanpenghuninya yang kurang mampu ataumiskin.

3. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatanvolume yang tinggi dalam pengunaan ruang-ruang yang ada di permukiman kumuhsehingga mencerminkan adanyakesemrawutan tata ruang danketidakberdayaan ekonomi penghuninya.

4. Permukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup secara tersendiri

dengan batas-batas kebudayaan dan sosialyang jelas, yaitu terwujud sebagai:a) Sebuah komunitas tunggal, berada di tanah

milik negara, dan karena itu dapat digolongkansebagai hunian liar.

b) Satuan komunitas tunggal yang merupakanbagian dari sebuah RT atau sebuah RW.

c) Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujudsebagai sebuah RT atau RW atau bahkanterwujud sebagai sebuah kelurahan, dan bukanhunian liar.

5. Penghuni pemukiman kumuh secara sosialdan ekonomi tidak homogen. Warganyamempunyai mata pencaharian dan tingkatpendapatan yang beranekaragam, begitu jugaasal muasalnya. Dalam masyarakatpermukiman kumuh juga dikenal adanyapelapisan sosial berdasarkan atas kemampuanekonomi mereka yang berbeda-beda tersebut.

6. Sebagian besar penghuni permukiman kumuhadalah mereka yang bekerja di sektorinformal atau mempunyai mata pencahariantambahan di sektor informal.

d. Penetapan Lokasi Kumuh

Peningkatan kualitas terhadap perumahankumuh dan permukiman kumuh didahului denganpenetapan lokasi perumahan kumuh danpermukiman kumuh dengan pola-polapenanganan, seperti pemugaran; peremajaan; ataupemukiman kembali. Penetapan lokasi perumahandan permukiman kumuh wajib memenuhipersyaratan:1. kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah

nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi,dan rencana tata ruang wilayahkabupaten/kota;

2. kesesuaian dengan rencana tata bangunan danlingkungan;

3. kondisi dan kualitas prasarana, sarana, danutilitas umum yang memenuhi persyaratandan tidak membahayakan penghuni;

4. tingkat keteraturan dan kepadatan bangunan;5. kualitas bangunan; dan6. kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.

Penetapan lokasi perumahan kumuh danpermukiman kumuh wajib didahului prosespendataan yang dilakukan oleh pemerintah daerahdengan melibatkan peran masyarakat.

e. Dimensi Pemukiman Kumuh

Pada dasarnya suatu permukiman kumuhterdiri dari beberapa aspek penting, yaitutanah/lahan, rumah/perumahan, komunitas, saranadan prasarana dasar, yang terajut dalam suatu

ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram| 35

http://www.untb.ac.id/Desember-2017/ Volume 3, No. 4, Desember 2017

sistem sosial, sistem ekonomi dan budaya baikdalam suatu ekosistem lingkungan permukimankumuh itu sendiri atau ekosistem kota. Olehkarena itu permukiman kumuh harus senantiasadipandang secara utuh dan integral dalam dimensiyang lebih luas. Beberapa dimensi permukimankumuh yang senantiasa harus mendapat perhatianserius (Suparno, 2006) adalah:1. Permasalahan lahan di perkotaan;2. Permasalahan prasarana dan sarana dasar;3. Permasalahan sosial ekonomi;4. Permasalahan sosial budaya;5. Permasalahan tata ruang kota; dan6. Permasalahan aksesibilitas.

f. Tipologi Pemukiman Kumuh

Berdasar pada kajian dan pengamatan dilapangan, secara umum lingkungan permukimankumuh dapat diklasifikasikan menjadi 7 (tujuh)tipologi permukiman kumuh (Ditjen Perumahandan Permukiman; 2002) yaitu:1. Permukiman kumuh nelayan;2. Permukiman kumuh dekat pusat kegiatan sosial

ekonomi;3. Permukiman kumuh di pusat kota;4. Permukiman kumuh di pinggiran kota;5. Permukiman kumuh di daerah pasang surut;6. Permukiman kumuh di daerah rawan bencana;

dan7. Permukiman kumuh di tepi sungai.

g. Teori Pendekatan Pembangunan Kumuh

Pendekatan yang saat ini diadopsi dalampelaksanaan peningkatan kualitas permukimankumuh antara lain adalah locally based demand,pembangunan yang berkelanjutan denganpendekatan TRIDAYA, kesetaraan gender, danpenataan ruang yang partisipatif. DiIndonesia,beberapa upaya perbaikan/peningkatan lingkunganpermukiman kumuh telahdilaksanakan baik olehpemerintah maupun oleh masyarakat lingkungansetempat.

h. Peta Potensi Risiko Kumuh

Berdasarkan hasil survey yang dilakukandengan pengamatan, wawancara, dan delianisasikawasan, kawasan kumuh maka terbentuklah“Peta Potensi Risiko Wilayah Kumuh KelurahanRenteng Kecamatan Praya Kabupaten LombokTengah” seperti dibawah ini :

1. Karakteristik Wilayah dan PermasalahanKawasan

2. Penilaian Kekumuhan (Fisik)

3. Penilaian Pertimbangan Lain (Non Fisik)

4. Penilaian Legalitas Tanah

5. Skala Prioritas dan Rekomendasi PolaPenanganan

36 | Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292

Volume 3, No.4, Desember 2017 http://www.untb.ac.id/Desember-2017/

PENUTUP

1. Berdasarkan hasil pemetaan potensi risikopermukiman kumuh Kelurahan berada padaTingkat Kekumuhan Berat

2. Pola penanganan tingkat kekumuhandilakukan Pemukiman kembali atauPeremajaan

3. Program penanganan risiko dari tingkatkekumuhan yang ada dilakukan denganperbaikan jalan lingkungan, penyediaan baksampah, dan penanganan fisik bangunan.

DAFTAR PUSTAKA

Avelar et al. (2008). Etiological treatment.

Badan Pusat Statistik Lombok Tengah. 2014.Lombok Tengah dalam Angka. LombokTengah.

Keputusan Ditjen Perumahan dan Permukiman.2002. Konsep Panduan IdentifikasiKawasan Perumahan dan PemukimanKumuh. Jakarta.

Sadyohutomo., Mulyono. 2008. Manajemen Kotadan Wilayah Realita dan Tantangan.Jakarta: Bumi Aksara.

Suparno., Sastra., Endy Marlina. 2006.Perencanaan dan PengembanganPerumahan. Yogyakarta.

UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan danKawasan Permukiman