pemetaan rumah tinggal dosen fakultas …/pemetaa… · kata pengantar assalamu’alaikum...
TRANSCRIPT
PEMETAAN RUMAH TINGGAL DOSEN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS) SURAKARTA
TAHUN 2007
Skripsi
Oleh :
Alindasari Nurhidayah
K5404014
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
ii
PEMETAAN RUMAH TINGGAL DOSEN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS) SURAKARTA
TAHUN 2007
Oleh :
Alindasari Nurhidayah
K5404014
Skripsi
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
iii
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing II,
Rahning Utomowati, S.Si NIP. 19671114 199903 2 001
Pembimbing I,
Setya Nugraha, S.Si, M.Si NIP. 19670825 199802 1 001
iv
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : ………………
Tanggal : ………………
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Partoso Hadi, M.Si ………………
Sekretaris : Drs. Sarwono, M.Pd ………………
Anggota I : Setya Nugraha, S.Si, M.Si ………………
Anggota II : Rahning Utomowati, S.Si ………………
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP.
MOTTO
v
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya
bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari
suatu urusan) tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).”
(Q.S. Al-Insyirah 5-7)
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan
Kepada :
1. Ayah dan Ibu (yang selalu memberikan
dukungan dan semangat)
2. Adikku (yang selalu membantu)
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk memenuhi
sebagian persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Selesai penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin melaksanakan penelitian.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
ijin melaksanakan penelitian.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin melaksanakan
penelitian.
4. Bapak Setya Nugraha, S.Si, M.Si, selaku pembimbing I yang telah banyak
memberikan arahan dan masukan kepada penulis.
5. Ibu Rahning Utomowati, S.Si, selaku pembimbing II yang dengan sabar
membimbing dan memberikan motivasi serta mengarahkan pemikiran
penulis.
6. Bapak Drs. Sarwono, M.Pd, selaku pembimbing akademis yang membimbing
penulis dari awal kuliah hingga selesai.
7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan
ilmu selama penulis menempuh studi.
8. Bapak Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk membantu
penulis dalam memperoleh data.
9. Eka, Wita (teman berbagiku), Tina, Sukma, Habib, Sholeh, Arif (teman-
teman seperjuanganku), Budi, Anto, Asep, Mas Agung, Mas Eko (yang telah
viii
banyak membantuku), dan teman-teman geografi 2004 yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, semoga kita selalu bersahabat.
Menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dan penyempurnaan. Akhir kata semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Surakarta, Agustus 2009
Penulis
ix
ABSTRAK
Alindasari Nurhidayah, PEMETAAN RUMAH TINGGAL DOSEN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS) SURAKARTA TAHUN 2007. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2009.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) Memetakan rumah dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2007, (2) Mengetahui pola persebaran perumahan dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2007, (3) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola persebaran perumahan dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif geografis. Teknik sampling yang digunakan adalah populasi, dan stratified random sampling (sampel acak terstratifikasi) dengan rumus alokasi proporsional. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, observasi, dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis peta, teknik analisis parameter tetangga terdekat dan analisis tabel silang.
Hasil penelitian ini adalah : (1) Persebaran rumah dosen FKIP UNS Surakarta tahun 2007 sebagian besar tersebar di Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar sejumlah 112 rumah dosen (32%). Berturut-turut besar jumlah dosen di Kabupaten Sukoharjo sejumlah 79 rumah dosen (22%), di Kabupaten Klaten sejumlah 17 rumah dosen (5%), di Kabupaten Boyolali sejumlah 13 rumah dosen (4%), di Kabupaten Sragen sejumlah 11 rumah dosen (3%), dan di Kabupaten Wonogiri sejumlah 6 rumah dosen (2%). (2) Pola persebaran rumah dosen FKIP UNS Surakarta tahun 2007 adalah mengelompok dengan nilai T = 0,31917. Rumah dosen FKIP UNS Surakarta mengelompok di Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar. (3) Faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah dosen adalah : (a) Tingkat pendapatan, (b) Transportasi, (c) Perbedaan keinginan, (d) Hak milik pribadi, dan (e) Kedekatan dengan fasilitas/pelayanan.
x
ABSTRACT
Alindasari Nurhidayah, THE CARTOGRAPHY OF LECTURER’S HOUSING OF FACULTY OF TEACHER TRAINING AN EDUCATION (FTTE) SEBELAS MARET UNIVERSITY (UNS) SURAKARTA IN 2007. Thesis, Surakarta: Faculty Of Teacher Training An Education, Sebelas Maret University Surakarta, August 2009.
This research aims to: (1) Map the FKIP Lecturer’s housing, Sebelas Maret University Surakarta in 2007, (2) Know the distribution pattern of the Lecturer’s housing of FKIP, Sebelas Maret University Surakarta in 2007, and (3) Know the factors affecting the distribution pattern of the Lecturer’s housing of FKIP, Sebelas Maret University Surakarta.
This research used descriptive-geographic method related to the research purposes. The sampling techniques used are population technique and stratified random sampling technique with proportional allocation formula. Data collection techniques used are documentation observation, and interview. Data analysis used are map analysis, analysis technique of nearest-neighbor parameter, and cross-table analysis.
The results of this research are: (1) Most of the lecturer’s housing of FKIP Sebelas Maret University Surakarta in 2007 are in Surakarta Region and Karanganyar Regency that the total is 112 lecturer’s housing (32%). The number of lecturer’s housing in Sukoharjo regency is 79 housing (22%), in Klaten Regency is 17 housing (5%), in Boyolali Regency is 13 housing (4%), in Sragen Regency is 11 housing (3%), and in Wonogiri Regency is 6 housing (2%). (2) The distribution pattern of the lecturer’s housing of FKIP Sebelas Maret University Surakarta in 2007 is a grouping pattern with the T-value = 0,24951. The Lecturer’s housing of FKIP Sebelas Maret University Surakarta is centered in Surakarta region and Karanganyar regency. (3) The factors affecting the distribution pattern of the lecturer’s housing are: (a) the income rate, (b) the transportation, (c) a differential desirability, (d) the private ownership, and (e) the closeness with the facility or services.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ v
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR PETA ............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
BAB. I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
BAB. II. LANDASAN TEORI ....................................................................... 10
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 10
B. Penelitian yang Relevan ................................................................. 35
C. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 41
BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 44
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 44
B. Metode Penelitian .......................................................................... 45
C. Sumber Data .................................................................................. 45
D. Teknik Sampling ............................................................................ 46
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 47
F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 48
xii
G. Prosedur Penelitian ........................................................................ 59
BAB. IV. HASIL PENELITIAN .................................................................... 63
A. Deskripsi Daerah Penelitian ........................................................... 63
1. Letak, Luas dan Batas ............................................................. 63
2. Kondisi Kependudukan di Eks Karesidenan Surakarta ............. 69
3. Dosen FKIP Universitas Sebelas Maret di Eks Karesidenan
Surakarta ................................................................................. 72
4. Aksesibilitas di Eks Karesidenan Surakarta ............................ 73
B. Deskripsi Hasil Penelitian .............................................................. 76
1. Distribusi Spasial Rumah Tinggal Dosen FKIP Universitas
Sebelas Maret Surakarta di Eks Karesidenan Surakarta
Tahun 2007 ............................................................................. 76
2. Pola Persebaran Rumah Tinggal Dosen FKIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta Tahun 2007 ................................................... 85
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Persebaran Rumah
Tinggal Dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta ....... 96
BAB. V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ................................. 124
A. Kesimpulan .................................................................................... 124
B. Implikasi ........................................................................................ 124
C. Saran ............................................................................................. 125
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 126
LAMPIRAN .................................................................................................. 129
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perumahan dan permukiman adalah dua hal yang sulit dipisahkan dan
saling terkait erat dengan aktivitas ekonomi, industrialisasi dan pembangunan.
Sekarang ini kebutuhan akan perumahan semakin bertambah seiring dengan
pertumbuhan penduduk yang terus bertambah. Permukiman menurut Kurniasih
(2007 : 1) berarti sebagai perumahan atau kumpulan rumah dengan segala unsur
serta kegiatan yang berkaitan dan yang ada di dalam permukiman.
Menurut D. van der Zee dalam Ritohardoyo (1989 : 6) pengertian
pemukiman dan permukiman berbeda namun saling berkaitan. Pemukiman
merupakan proses bagaimana orang bermukim atau bertempat tinggal, sedangkan
permukiman adalah tempat tinggal yang merupakan hasil proses orang menempati
suatu wilayah. Pemukiman dan permukiman tersebut berasal dari dua arti kata
settlement.
Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam
berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan
sarana lingkungan yang terstruktur. Permukiman adalah bagian dari lingkungan
hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun
perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang
Perumahan Dan Permukiman)
Menurut Dicken dan Forrest R. Pitts dalam Dahroni (1998 : 23)
permukiman atau tempat tinggal secara khusus sering disebut perumahan yang
meliputi semua jenis tempat perlindungan (shelters) buatan manusia seperti
xiv
tempat kediaman, gudang, bengkel, sekolah, gereja, toko, depot, atau dengan kata
lain bentuk bangunan rumah secara fisik.
Menurut Pedoman Perencanaan Lingkungan Permukiman dalam
Ritohardoyo (1989 : 8) batasan permukiman secara khusus atau perumahan adalah
suatu tempat di mana terdapat rumah-rumah tempat tinggal penduduk atau salah
satu sarana hunian yang sangat erat kaitannya dengan tata kehidupan masyarakat.
Batasan itu kurang jelas karena bila terdapat salah satu saja dari sarana hunian
sudah dapat disebut perumahan. Namun batasan itu tampaknya mengacu ke
kelompok rumah beserta sarana hunian atau fasilitas perumahan. Jadi perumahan
adalah suatu tempat di mana terdapat bangunan-bangunan rumah tempat tinggal
beserta fasilitasnya.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992
Tentang Perumahan dan Permukiman, rumah adalah bangunan yang berfungsi
sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah
tinggal secara umum tidak hanya sebuah bangunan (struktural) tetapi juga tempat
kediaman yang memenuhi syarat kehidupan yang layak jika dipandang dari
berbagai segi kehidupan. Menurut Kurniasih (2007 : 4-5) ukuran atau penilaian
yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas permukiman meliputi kepadatan
penduduk, kerapatan bangunan, kondisi jalan, sanitasi dan pasokan air bersih,
serta kualitas konstruksi perumahan.
Pengertian pola dan sebaran permukiman memiliki hubungan yang
sangat erat. Sebaran permukiman menjelaskan mengenai hal di mana terdapat
permukiman dan atau tidak terdapat permukiman dalam suatu wilayah, sedangkan
pola permukiman merupakan sifat sebaran, lebih banyak berkaitan dengan akibat
faktor-faktor ekonomi, sejarah dan faktor budaya. Persebaran pemukiman bersifat
menentukan terhadap keanekaan pola permukiman. Pola permukiman menurut
Hagget dalam Ritohardoyo (1989 : 53) dibedakan menjadi 3 yaitu uniform
(seragam), random (acak), dan clustered (mengelompok). Pola permukiman
menurut Singh dalam Ritohardoyo (1989 : 54) dikelompokkan menjadi pola
mengelompok, semi mengelompok, dan menyebar. Pola persebaran permukiman
tersebut ditentukan menggunakan analisis tetangga terdekat.
xv
Dalam penentuan atau pemilihan lokasi tempat tinggal, diperlukan
pertimbangan yang baik. Pertimbangan itu yang menjadi alasan seseorang untuk
tinggal atau tidak di suatu daerah. Pertimbangan yang dipakai seseorang untuk
memilih lokasi tempat tinggal menurut Prihartini (1999 : 63-64) dapat berupa
saingan (terkait dengan tingkat pendapatan), hak milik pribadi (private
ounership), perbedaan keinginan (terkait masalah pribadi, prestise, kenyamanan,
dan sebagainya), topografi, transportasi (terkait dengan aksesibilitas), struktur asal
(inertia of carlier structure), dan tanah. Hal lain yang dapat menjadi pertimbangan
dalam menentukan lokasi tempat tinggal menurut Sastra dan Marlina (2006 : 39-
42) adalah bangunan/rumah dan networks/jaringan. Bangunan/rumah pada
prinsipnya dapat digunakan untuk kegiatan manusia yang berdasarkan fungsinya
berupa layanan masyarakat, fasilitas rekreasi/hiburan, pusat perdagangan dan
pemerintahan, industri, pusat transportasi, dan sebagainya. Networks atau jaringan
merupakan sistem buatan maupun alam yang menyediakan fasilitas untuk
kelangsungan kegiatan suatu wilayah pemukiman.
Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta merupakan fasilitas
pelayanan pendidikan yang berguna untuk memenuhi kebutuhan pendidikan
masyarakat. Dalam upaya memenuhi kebutuhan pendidikan bagi masyarakat
sekitar, UNS memerlukan tenaga pengajar atau dosen. Tenaga pengajar atau
dosen yang ada di UNS tahun 2007 sejumlah kurang lebih 1.430 dosen. Tenaga
pengajar tersebut terbagi dalam sembilan fakultas yang meliputi 168 dosen
Fakultas Pertanian, 108 dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(MIPA), 95 dosen Fakultas Kedokteran, 387 dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP), 83 dosen Fakultas Hukum, 88 dosen Fakultas Sosial dan
Politik, 110 dosen Fakultas Ekonomi, 156 dosen Fakultas Sastra dan Seni Rupa,
dan 235 dosen Fakultas Teknik. Jumlah dosen UNS tahun 2007, disajikan pada
Tabel 1.
xvi
Tabel 1. Jumlah Dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2007.
No. Fakultas Jumlah Dosen
1 Fakultas Pertanian 168
2 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(MIPA)
108
3 Fakultas Kedokteran 95
4 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) 387
5 Fakultas Hukum 83
6 Fakultas Sosial dan Politik 88
7 Fakultas Ekonomi 110
8 Fakultas Sastra dan Seni Rupa 156
9 Fakultas Teknik 235
Jumlah 1.430 Sumber: Buku Pedoman Fakultas UNS Tahun Akademik 2007-2008
Penelitian ini mengkaji tentang rumah tinggal dosen FKIP UNS, karena
rumah tinggal dosen FKIP mampu mewakili sebaran rumah tinggal dosen UNS.
Rumah tinggal dosen UNS sebagian besar berlokasi di Eks Karesidenan
Surakarta, begitu juga lokasi dosen FKIP UNS yang sebagian besar ada di Eks
Karesidenan Surakarta. Lokasi rumah tinggal dosen itu dipengaruhi oleh
pertimbangan keberadaan Universitas Sebelas Maret yang berlokasi di Kota
Surakarta. Hal itu juga yang menjadi salah satu pertimbangan pemilihan lokasi
penelitian di Eks Karisidenan Surakarta. Dasar pertimbangan lainnya adalah:
bahwa dalam pemilihan lokasi rumah tinggal ada berbagai faktor pertimbangan.
Faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi rumah tinggal
meliputi: tingkat pendapat, perbedaan keinginan, transportasi, hak milik pribadi,
dan fasilitas atau pelayanan umum.
Data tenaga pengajar atau dosen di FKIP UNS sudah ada dan disajikan
dalam bentuk data statistik. Data dosen FKIP UNS ini mengalami pertambahan
yang terlihat dari jumlah dosen pada tahun 2007. Berdasarkan data statistik
tersebut diketahui jumlah dosen dan alamat rumah dosen FKIP UNS di tiap
kabupaten. Namun, lokasi di mana rumah tinggal dosen itu berada belum
xvii
diketahui oleh karena itu perlu dibuat distribusi spasial dari rumah tinggal dosen
tersebut. Dari distribusi spasial tersebut dapat dilihat lokasi rumah tinggal dosen
tersebut berada. Untuk mengetahui distribusi spasial rumah tinggal dosen tersebut
perlu dibuat peta. Peta merupakan sarana penyajian yang paling baik untuk
mengetahui distribusi spasial atau sebaran keruangan rumah tinggal dosen. Untuk
itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui distribusi spasial rumah tinggal
dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta.
Pola persebaran rumah tinggal dosen memiliki arti terdapat rumah tinggal
dosen atau tidak terdapat rumah tinggal dosen di dalam suatu wilayah. Ada
berbagai cara untuk mengetahui pola persebaran rumah tinggal dosen, salah
satunya dengan menggunakan analisis tetangga terdekat. Pola persebaran rumah
tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta dapat diketahui apakah
mengelompok, seragam atau acak (menyebar tidak merata) dengan menggunakan
teknik analisis tetangga terdekat (T). Dalam teknis analisis tetangga terdekat
apabila T = 0 berarti mengelompok, T = 1 berarti acak (menyebar tidak merata),
dan T = 2,15 berarti seragam.
Dalam pemilihan lokasi rumah atau tempat tinggal, dosen mempunyai
berbagai pertimbangan. Pertimbangan yang dimaksud adalah alasan dosen dalam
memilih lokasi rumah atau tempat tinggal. Pertimbangan dalam pemilihan lokasi
rumah tinggal tersebut meliputi tingkat pendapatan, transportasi, hak milik
pribadi, perbedaan keinginan, dan tersedianya fasilitas/pelayanan umum.
Berdasarkan pertimbangan tersebut dapat diketahui faktor yang berpengaruh
dalam pemilihan rumah tinggal dosen. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dosen
FKIP UNS.
Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui bagaimana distribusi
spasial, pola persebaran, dan faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah
tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta tahun 2007. Berdasarkan
konteks permasalahan tersebut, penulis perlu mengadakan penelitian dalam rangka
penyusunan skripsi dengan judul : “PEMETAAN RUMAH TINGGAL DOSEN
xviii
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS) SURAKARTA TAHUN 2007”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas bisa dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana distribusi spasial rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta pada tahun 2007?
2. Bagaimana pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta di Kota Surakarta pada tahun 2007?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dosen
FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka penelitian ini mempunyai
tujuan sebagai berikut :
1. Memetakan rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
pada tahun 2007.
2. Mengetahui pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta pada tahun 2007.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal
dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini sebagai bentuk presentasi data yang berupa angka
atau tulisan-tulisan tentang informasi rumah tinggal dosen UNS pada tahun 2007
ke dalam bentuk peta, sehingga bisa digunakan sebagai studi keruangan tentang
aspek-aspek geografi yang mempelajari :
xix
a. Distribusi spasial rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta pada tahun 2007.
b. Pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta pada tahun 2007.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran rumah tinggal dosen FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
d. Sebagai acuan untuk pengembangan penelitian yang sejenis selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai langkah penerapan ilmu pengetahuan di bangku kuliah yang berupa
teori-teori dengan kenyataan sesungguhnya bagi penulis.
b. Sebagai masukan bagi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna arahan
pembangunan rumah tinggal dan fasilitas atau layanan umum atau sosial.
c. Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam materi pembelajaran geografi di
sekolah, antara lain pembelajaran Geografi SMA kelas X, kelas XI/IPS, dan
kelas XII/IPS. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat dalam Standar Kompetensi
dan Dasar Kompetensi pada Tabel 2 berikut :
xx
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
E. Latar Belakang Masalah
Perumahan dan permukiman adalah dua hal yang sulit dipisahkan dan
saling terkait erat dengan aktivitas ekonomi, industrialisasi dan pembangunan.
Sekarang ini kebutuhan akan perumahan semakin bertambah seiring dengan
pertumbuhan penduduk yang terus bertambah. Permukiman menurut Kurniasih
(2007 : 1) berarti sebagai perumahan atau kumpulan rumah dengan segala unsur
serta kegiatan yang berkaitan dan yang ada di dalam permukiman.
Menurut D. van der Zee dalam Ritohardoyo (1989 : 6) pengertian
pemukiman dan permukiman berbeda namun saling berkaitan. Pemukiman
merupakan proses bagaimana orang bermukim atau bertempat tinggal, sedangkan
permukiman adalah tempat tinggal yang merupakan hasil proses orang menempati
suatu wilayah. Pemukiman dan permukiman tersebut berasal dari dua arti kata
settlement.
Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam
berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan
sarana lingkungan yang terstruktur. Permukiman adalah bagian dari lingkungan
hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun
perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang
Perumahan Dan Permukiman)
Menurut Dicken dan Forrest R. Pitts dalam Dahroni (1998 : 23)
permukiman atau tempat tinggal secara khusus sering disebut perumahan yang
meliputi semua jenis tempat perlindungan (shelters) buatan manusia seperti
xxii
tempat kediaman, gudang, bengkel, sekolah, gereja, toko, depot, atau dengan kata
lain bentuk bangunan rumah secara fisik.
Menurut Pedoman Perencanaan Lingkungan Permukiman dalam
Ritohardoyo (1989 : 8) batasan permukiman secara khusus atau perumahan adalah
suatu tempat di mana terdapat rumah-rumah tempat tinggal penduduk atau salah
satu sarana hunian yang sangat erat kaitannya dengan tata kehidupan masyarakat.
Batasan itu kurang jelas karena bila terdapat salah satu saja dari sarana hunian
sudah dapat disebut perumahan. Namun batasan itu tampaknya mengacu ke
kelompok rumah beserta sarana hunian atau fasilitas perumahan. Jadi perumahan
adalah suatu tempat di mana terdapat bangunan-bangunan rumah tempat tinggal
beserta fasilitasnya.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992
Tentang Perumahan dan Permukiman, rumah adalah bangunan yang berfungsi
sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah
tinggal secara umum tidak hanya sebuah bangunan (struktural) tetapi juga tempat
kediaman yang memenuhi syarat kehidupan yang layak jika dipandang dari
berbagai segi kehidupan. Menurut Kurniasih (2007 : 4-5) ukuran atau penilaian
yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas permukiman meliputi kepadatan
penduduk, kerapatan bangunan, kondisi jalan, sanitasi dan pasokan air bersih,
serta kualitas konstruksi perumahan.
Pengertian pola dan sebaran permukiman memiliki hubungan yang
sangat erat. Sebaran permukiman menjelaskan mengenai hal di mana terdapat
permukiman dan atau tidak terdapat permukiman dalam suatu wilayah, sedangkan
pola permukiman merupakan sifat sebaran, lebih banyak berkaitan dengan akibat
faktor-faktor ekonomi, sejarah dan faktor budaya. Persebaran pemukiman bersifat
menentukan terhadap keanekaan pola permukiman. Pola permukiman menurut
Hagget dalam Ritohardoyo (1989 : 53) dibedakan menjadi 3 yaitu uniform
(seragam), random (acak), dan clustered (mengelompok). Pola permukiman
menurut Singh dalam Ritohardoyo (1989 : 54) dikelompokkan menjadi pola
mengelompok, semi mengelompok, dan menyebar. Pola persebaran permukiman
tersebut ditentukan menggunakan analisis tetangga terdekat.
xxiii
Dalam penentuan atau pemilihan lokasi tempat tinggal, diperlukan
pertimbangan yang baik. Pertimbangan itu yang menjadi alasan seseorang untuk
tinggal atau tidak di suatu daerah. Pertimbangan yang dipakai seseorang untuk
memilih lokasi tempat tinggal menurut Prihartini (1999 : 63-64) dapat berupa
saingan (terkait dengan tingkat pendapatan), hak milik pribadi (private
ounership), perbedaan keinginan (terkait masalah pribadi, prestise, kenyamanan,
dan sebagainya), topografi, transportasi (terkait dengan aksesibilitas), struktur asal
(inertia of carlier structure), dan tanah. Hal lain yang dapat menjadi pertimbangan
dalam menentukan lokasi tempat tinggal menurut Sastra dan Marlina (2006 : 39-
42) adalah bangunan/rumah dan networks/jaringan. Bangunan/rumah pada
prinsipnya dapat digunakan untuk kegiatan manusia yang berdasarkan fungsinya
berupa layanan masyarakat, fasilitas rekreasi/hiburan, pusat perdagangan dan
pemerintahan, industri, pusat transportasi, dan sebagainya. Networks atau jaringan
merupakan sistem buatan maupun alam yang menyediakan fasilitas untuk
kelangsungan kegiatan suatu wilayah pemukiman.
Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta merupakan fasilitas
pelayanan pendidikan yang berguna untuk memenuhi kebutuhan pendidikan
masyarakat. Dalam upaya memenuhi kebutuhan pendidikan bagi masyarakat
sekitar, UNS memerlukan tenaga pengajar atau dosen. Tenaga pengajar atau
dosen yang ada di UNS tahun 2007 sejumlah kurang lebih 1.430 dosen. Tenaga
pengajar tersebut terbagi dalam sembilan fakultas yang meliputi 168 dosen
Fakultas Pertanian, 108 dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(MIPA), 95 dosen Fakultas Kedokteran, 387 dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP), 83 dosen Fakultas Hukum, 88 dosen Fakultas Sosial dan
Politik, 110 dosen Fakultas Ekonomi, 156 dosen Fakultas Sastra dan Seni Rupa,
dan 235 dosen Fakultas Teknik. Jumlah dosen UNS tahun 2007, disajikan pada
Tabel 1.
xxiv
Tabel 1. Jumlah Dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2007.
No. Fakultas Jumlah Dosen
1 Fakultas Pertanian 168
2 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(MIPA)
108
3 Fakultas Kedokteran 95
4 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) 387
5 Fakultas Hukum 83
6 Fakultas Sosial dan Politik 88
7 Fakultas Ekonomi 110
8 Fakultas Sastra dan Seni Rupa 156
9 Fakultas Teknik 235
Jumlah 1.430 Sumber: Buku Pedoman Fakultas UNS Tahun Akademik 2007-2008
Penelitian ini mengkaji tentang rumah tinggal dosen FKIP UNS, karena
rumah tinggal dosen FKIP mampu mewakili sebaran rumah tinggal dosen UNS.
Rumah tinggal dosen UNS sebagian besar berlokasi di Eks Karesidenan
Surakarta, begitu juga lokasi dosen FKIP UNS yang sebagian besar ada di Eks
Karesidenan Surakarta. Lokasi rumah tinggal dosen itu dipengaruhi oleh
pertimbangan keberadaan Universitas Sebelas Maret yang berlokasi di Kota
Surakarta. Hal itu juga yang menjadi salah satu pertimbangan pemilihan lokasi
penelitian di Eks Karisidenan Surakarta. Dasar pertimbangan lainnya adalah:
bahwa dalam pemilihan lokasi rumah tinggal ada berbagai faktor pertimbangan.
Faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi rumah tinggal
meliputi: tingkat pendapat, perbedaan keinginan, transportasi, hak milik pribadi,
dan fasilitas atau pelayanan umum.
Data tenaga pengajar atau dosen di FKIP UNS sudah ada dan disajikan
dalam bentuk data statistik. Data dosen FKIP UNS ini mengalami pertambahan
yang terlihat dari jumlah dosen pada tahun 2007. Berdasarkan data statistik
tersebut diketahui jumlah dosen dan alamat rumah dosen FKIP UNS di tiap
kabupaten. Namun, lokasi di mana rumah tinggal dosen itu berada belum
xxv
diketahui oleh karena itu perlu dibuat distribusi spasial dari rumah tinggal dosen
tersebut. Dari distribusi spasial tersebut dapat dilihat lokasi rumah tinggal dosen
tersebut berada. Untuk mengetahui distribusi spasial rumah tinggal dosen tersebut
perlu dibuat peta. Peta merupakan sarana penyajian yang paling baik untuk
mengetahui distribusi spasial atau sebaran keruangan rumah tinggal dosen. Untuk
itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui distribusi spasial rumah tinggal
dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta.
Pola persebaran rumah tinggal dosen memiliki arti terdapat rumah tinggal
dosen atau tidak terdapat rumah tinggal dosen di dalam suatu wilayah. Ada
berbagai cara untuk mengetahui pola persebaran rumah tinggal dosen, salah
satunya dengan menggunakan analisis tetangga terdekat. Pola persebaran rumah
tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta dapat diketahui apakah
mengelompok, seragam atau acak (menyebar tidak merata) dengan menggunakan
teknik analisis tetangga terdekat (T). Dalam teknis analisis tetangga terdekat
apabila T = 0 berarti mengelompok, T = 1 berarti acak (menyebar tidak merata),
dan T = 2,15 berarti seragam.
Dalam pemilihan lokasi rumah atau tempat tinggal, dosen mempunyai
berbagai pertimbangan. Pertimbangan yang dimaksud adalah alasan dosen dalam
memilih lokasi rumah atau tempat tinggal. Pertimbangan dalam pemilihan lokasi
rumah tinggal tersebut meliputi tingkat pendapatan, transportasi, hak milik
pribadi, perbedaan keinginan, dan tersedianya fasilitas/pelayanan umum.
Berdasarkan pertimbangan tersebut dapat diketahui faktor yang berpengaruh
dalam pemilihan rumah tinggal dosen. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dosen
FKIP UNS.
Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui bagaimana distribusi
spasial, pola persebaran, dan faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah
tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta tahun 2007. Berdasarkan
konteks permasalahan tersebut, penulis perlu mengadakan penelitian dalam rangka
penyusunan skripsi dengan judul : “PEMETAAN RUMAH TINGGAL DOSEN
xxvi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS) SURAKARTA TAHUN 2007”.
F. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas bisa dirumuskan masalah
sebagai berikut :
4. Bagaimana distribusi spasial rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta pada tahun 2007?
5. Bagaimana pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta di Kota Surakarta pada tahun 2007?
6. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dosen
FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta?
G. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka penelitian ini mempunyai
tujuan sebagai berikut :
4. Memetakan rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
pada tahun 2007.
5. Mengetahui pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta pada tahun 2007.
6. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal
dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
H. Manfaat Penelitian 3. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini sebagai bentuk presentasi data yang berupa angka
atau tulisan-tulisan tentang informasi rumah tinggal dosen UNS pada tahun 2007
ke dalam bentuk peta, sehingga bisa digunakan sebagai studi keruangan tentang
aspek-aspek geografi yang mempelajari :
xxvii
e. Distribusi spasial rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta pada tahun 2007.
f. Pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta pada tahun 2007.
g. Faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran rumah tinggal dosen FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
h. Sebagai acuan untuk pengembangan penelitian yang sejenis selanjutnya.
4. Manfaat Praktis
d. Sebagai langkah penerapan ilmu pengetahuan di bangku kuliah yang berupa
teori-teori dengan kenyataan sesungguhnya bagi penulis.
e. Sebagai masukan bagi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna arahan
pembangunan rumah tinggal dan fasilitas atau layanan umum atau sosial.
f. Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam materi pembelajaran geografi di
sekolah, antara lain pembelajaran Geografi SMA kelas X, kelas XI/IPS, dan
kelas XII/IPS. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat dalam Standar Kompetensi
dan Dasar Kompetensi pada Tabel 2 berikut :
xxviii
xxix
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Kegiatan penelitian dilakukan di Eks Karesidenan Surakarta, Propinsi
Jawa Tengah. Lokasi penelitian ini mencakup Kota Surakarta, Kabupaten
Karanganyar, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Klaten,
Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Sragen. Obyek dalam penelitian ini adalah:
seluruh dosen FKIP yang bertempat tinggal di Eks Karesidenan Surakarta.
Pemilihan lokasi penelitian di Eks Karesidenan Surakarta berdasarkan
pertimbangan bahwa pada umumnya sebagian besar dosen bertempat tinggal di
Wilayah Surakarta dan sekitarnya. Hal ini disebabkan lokasi Universitas Sebelas
Maret yang berada di Surakarta. Pertimbangan lainnya bahwa dalam pemilihan
lokasi rumah, ada berbagai faktor yang dipertimbangan dosen. Faktor yang
dijadikan pertimbangan dalam pemilihan lokasi rumah tinggal meliputi: tingkat
pendapatan, perbedaan keinginan, transportasi, hak milik pribadi, dan kedekatan
dengan fasilitas atau pelayanan umum.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai dari tahap persiapan hingga penyusunan
laporan. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai dari Bulan Februari tahun
2008 sampai Bulan Juli 2009. Kegiatan penelitian disajikan pada Tabel 5:
Tabel 5. Kegiatan Penelitian.
No Kegiatan Bulan
Februari 2008
Maret 2008
Juli 2008
Agustus 2008
Sept-Jan. 2008- 2009
Februari-Mei 2009
Mei-Juli 2009
1. Persiapan 2. Penyusunan
Proposal
3. Penyusunan
xxx
Instrumen 4. Pengumpulan
Data
5. Pengolahan dan Analisis Data
6. Penyusunan Laporan
B. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah salah satu cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan penelitian yang benar-benar sesuai dengan situasi dan kemampuan guna
mengungkapkan desain penelitian. Pada penelitian ini menggunakan bentuk
metode penelitian berupa metode penelitian deskriptif geografis dengan analisis
peta, analisis data primer, data sekunder dan tetangga terdekat. Dalam penelitian
ini, analisis peta diwujudkan dalam persebaran rumah dosen, pola persebaran
rumah dosen.
C. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer menurut Tika (1997: 67) merupakan data yang diperoleh
dari responden atau obyek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang
diteliti. Data primer diperoleh dengan cara observasi dan wawancara. Data yang
diperoleh melalui observasi adalah data titik koordinat lokasi FKIP UNS dengan
menggunakan GPS (Global Positioning System). Data yang diperoleh melalui
wawancara adalah alasan dosen dalam memilih tempat tinggal/rumah. Data itu
meliputi hak milik pribadi, perbedaan keinginan, aksesibilitas (transportasi), dan
tingkat pendapatan.
2. Data Sekunder
Data sekunder menurut Tika (1997: 67) merupakan data yang telah lebih
dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi di luar diri peneliti
sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang asli. Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian adalah:
a. Data alamat rumah dosen FKIP UNS diperoleh dari Buku Pedoman
Akademik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Tahun 2007/2008.
xxxi
b. Semua Peta Rupa Bumi Indonesia untuk daerah penelitian bersumber dari
BAKOSURTANAL.
c. Data kependudukan bersumber dari Kantor Statistik.
d. Data jarak antar Kota/Kabupaten, data permukaan jalan, data kondisi jalan,
data jalan nasional dan jalan propinsi di Eks Karesidenan Surakarta yang
bersumber dari Kantor Statistik.
D. Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi menurut Tika (1997: 32) adalah himpunan individu atau obyek
yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas. Menurut Alfandi (2001: 50) populasi
adalah keseluruhan atau himpunan semua hal yang ingin diketahui atau kadang-
kadang ada yang menyebutnya sebagai universum. Populasi dalam penelitian
adalah dosen FKIP UNS yang bertempat tinggal di Eks Karesidenan Surakarta.
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 350 dosen.
2. Teknik Sampling
Menurut Tika (1997: 33) sampel adalah sebagian dari obyek atau
individu-individu yang mewakili suatu populasi. Cara pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu sampel populasi dan stratified
random sampling (sampel acak terstratifikasi).
Teknik sampling yang digunakan adalah metode stratified random
sampling (sampel acak terstratifikasi) dengan rumus alokasi proporsional.
Besarnya sampel penelitian adalah porposional 10% dari jumlah populasinya.
Berdasarkan jumlah dosen yang bertempat tinggal di Eks Karesidenan Surakarta
maka jumlah sampel yang diambil sebanyak 10% atau sebesar 35 sampel. Sampel
diambil berdasarkan daerah tempat tinggal. Jumlah sampel di Kota Surakarta 11
sampel, Kabupaten Karanganyar 11 sampel, Kabupaten Sukoharjo 8 sampel,
Kabupaten Wonogiri 1 sampel, Kabupaten Klaten 2 sampel, Kabupaten Boyolali
1 sampel, dan Kabupaten Sragen 1 sampel.
xxxii
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menurut Alfandi (2001: 48) adalah cara-cara
yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data. Dalam penelitian ini,
digunakan teknik pengumpulan data berupa teknik observasi, teknik dokumentasi,
dan wawancara.
1. Observasi
Observasi menurut Tika (1997: 67-68) adalah teknik pengumpulan data
dengan melakukan pengamatan dan pencatatan langsung secara sistematis
terhadap gejala atau fenomena yang terjadi di lapangan. Data yang diambil
melalui pengukuran di lapangan berupa data koordinat lokasi FKIP UNS.
Pengambilan data dilakukan dengan Global Positioning System (GPS).
2. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang bisa
memberikan informasi secara pasti dan cukup akurat guna dipertanggungjawab-
kan. Teknik pengumpulan data pada penelitian dilakukan dengan mengutip dari
sumber data yang telah tersedia. Data yang diperoleh dari dokumentasi ini adalah
data alamat rumah dosen FKIP UNS yang diketahui dari buku pedoman akademik
FKIP UNS tahun 2007/2008.
3. Wawancara
Wawancara atau interview menurut Sugiarto (2003: 17) adalah suatu cara
mengumpulkan data dengan menanyakan langsung kepada informan atau pihak
yang kompeten dalam suatu permasalahan. Wawancara pada penelitian ini
digunakan untuk memperoleh data alasan dosen FKIP UNS dalam memilih lokasi
rumah tinggal. Hal itu digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi
xxxiii
pola persebaran rumah yang meliputi tingkat pendapatan, hak milik pribadi,
perbedaan keinginan, alam/fisik, dan transportasi.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data primer, data sekunder dan analisis peta. Analisis data sekunder dilakukan
dengan cara mentabulasi data ke dalam tabel melalui perhitungan-perhitungan
yang sesuai dengan sifat datanya.
1. Distribusi Spatial Rumah Tinggal Dosen FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta Tahun 2007.
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis peta. Analisis peta digunakan untuk mengetahui distribusi spasial dari
rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta. Distribusi
spasialnya diketahui dengan menggunakan pemetaan choropleth. Pemetaan
choropleth dalam Sinaga (1999: 35) merupakan pemetaan dengan tujuan
untuk menunjukkan jumlah kuantitas suatu unsur yang terdapat dalam satu
unit luas/daerah administrasi.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk pembuatan peta persebaran
rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, sebagai
berikut:
a. Mempersiapkan peta dasar.
Peta Digital Rupa Bumi Indonesia yang digunakan sebagai peta
dasar, mempunyai skala yang lebih besar dari pada peta tematik yang
akan dibuat. Pada pemetaan sebaran rumah tinggal dosen FKIP
menggunakan peta rupa bumi skala 1: 25.000.
b. Membangun tipologi ke dalam peta dasar.
Detail topografi yang digunakan di dalam pembuatan peta
sebaran rumah tinggal dosen FKIP berupa:
1) Grid/UTM.
xxxiv
Pada peta dasar, grid ini merupakan garis-garis lurus yang
saling berpotongan dan membentuk sudut tegak lurus (siku-siku).
Kegunaan grid ini untuk mengetahui dan menentukan koordinat titik
di atas peta.
2) Pola Aliran.
Pola aliran adalah salah satu bagian penting dari peta dasar
untuk keperluan orientasi. Pola aliran berupa sungai (saluran yang
disebabkan oleh alam).
3) Bentuk Perhubungan.
Jalan dan jalan kereta api adalah bagian yang sangat penting
dalam peta dasar untuk keperluan orientasi. Bentuk perhubungan ini
sangat erat hubungannya dengan masalah aksesbilitas.
4) Nama-nama Geografi.
Nama-nama tempat permukiman, sungai, unit administrasi,
kantor pemerintahan, daerah-daerah geografis lainnya dicantumkan
dalam peta dasar. Sehingga dapat diambil sebagai nama bagian
untuk digunakan dalam pembuatan peta tematik.
c. Labeling (data atribut).
Dalam pemetaan sebaran rumah tinggal dosen menggunakan
simbol kualitatif dan simbol kuantitatif. Simbol kualitatif menyatakan
identitas atau melukiskan keadaan asli dari unsur, tidak menyajikan
besar/jumlah/banyaknya dari unsur yang diwakilinya. Simbol kualitatif
dalam peta sebaran rumah tinggal dosen berupa rumah tinggal. Simbol
kuantitatif di samping menyatakan identitas atau melukiskan keadaan asli
unsur-unsur juga menunjukkan besar/jumlah/banyaknya dari unsur yang
diwakilinya. Simbol kuantitatif dapat juga berbentuk titik, garis dan luas.
Simbol kuantatif berbentuk sungai, jalan, jalan kereta api, dan kantor
pemerintahan.
Desain simbol peta persebaran rumah tinggal Dosen FKIP UNS
di Eks Karesidenan Surakarta dapat dilihat pada Tabel 6:
Tabel 6. Desain Simbol Peta Persebaran Rumah Tinggal Dosen FKIP
xxxv
UNS di Eks Karesidenan Surakarta Jenis Kenampakan
(Komponen) Sifat Data
Variabel Visual
Persepsi Simbol Contoh Simbol
Persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta tahun 2007
Nominal Form (bentuk)
Assosiative perception
Titik (dot)
d. Layout peta.
Layout merupakan sebuah proses menata dan merancang
bentuk-bentuk properti peta. Layout sangat membantu pengguna peta
untuk memperoleh informasi peta.
2. Pola Persebaran Rumah Tinggal Dosen FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta Tahun 2007.
Dari data alamat rumah tinggal dosen FKIP UNS akan dicari pola
persebarannya dengan menggunakan analisis tetangga terdekat. Penentuan
pola persebaran dengan analisis tetangga terdekat dengan formula sebagai
berikut :
h
u
jj
T
Di mana :
T = indeks penyebaran tetangga terdekat.
uj = jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya
yang terdekat.
hj = jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola
random.
= p2
1
p = kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi yaitu jumlah titik (N)
dibagi dengan luas wilayah dalam kilometer persegi (A), sehingga
menjadi AN .
xxxvi
Analisis tetangga terdekat ini penerapannya mendasarkan pada
analisis jarak dengan bantuan peta. Jarak yang dimaksud dalam rumusan
tersebut adalah jarak di peta, sehingga data jarak (Ju dan Jh) diperoleh dari
pengukuran antara titik rumah dosen satu dengan rumah dosen lain di peta.
Indeks penyebaran tetangga terdekat tersebut dimasukkan dalam klasifikasi
pola persebaran. Klasifikasi pola persebaran ditentukan dengan nilai T jika
nilai T = 0 berarti memiliki pola persebaran mengelompok, T = 1 memiliki
pola persebaran random atau acak dan T = 2,15 memiliki pola persebaran
seragam.
Pada daerah penelitian yang dianalisis dengan analisis tetangga
terdekat untuk mengetahui pola persebarannya dapat diasumsikan sebagai
berikut:
a. Daerah yang dianalisis memiliki tingkat aksesibilitas yang seragam dan
tidak ada hambatan.
b. Jika ada hambatan, tidak dapat dilihat sebagai titik terdekat.
c. Objek yang diteliti memiliki kekuatan yang sama.
d. Jarak terdekat ditentukan oleh peneliti.
e. Jumlah titik yang dianalisis memenuhi persyaratan sampel besar beberapa
sumber menyebutkan minimum 30). (http://repository.ui.ac.id)
Pola persebaran rumah tinggal dosen diketahui dari analisis tetangga
terdekat dan dideskripsikan dengan analisis peta. Data diklasifikasikan sesuai
dengan sifat dan skala datanya. selanjutnya dilakukan desain peta, baik desain
isi peta maupun desain simbol peta yang telah disesuaikan dengan tujuannya,
yaitu untuk melihat pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk pembuatan peta pola
persebaran rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta,
sebagai berikut:
a. Mempersiapkan peta dasar.
Peta Digital Rupa Bumi Indonesia yang digunakan sebagai peta
dasar, mempunyai skala yang lebih besar dari pada peta tematik yang
xxxvii
akan dibuat. Pada pemetaan pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP
menggunakan peta rupa bumi skala 1: 25.000.
b. Membangun tipologi ke dalam peta dasar.
Detail topografi yang digunakan di dalam pembuatan peta pola
persebaran rumah tinggal dosen FKIP berupa:
1) Grid/UTM.
Pada peta dasar, grid ini merupakan garis-garis lurus yang
saling berpotongan dan membentuk sudut tegak lurus (siku-siku).
Kegunaan grid ini untuk mengetahui dan menentukan koordinat titik
di atas peta.
2) Pola Aliran.
Pola aliran adalah salah satu bagian penting dari peta dasar
untuk keperluan orientasi. Pola aliran berupa sungai (saluran yang
disebabkan oleh alam).
3) Bentuk Perhubungan.
Jalan dan jalan kereta api adalah bagian yang sangat penting
dalam peta dasar untuk keperluan orientasi. Bentuk perhubungan ini
sangat erat hubungannya dengan masalah aksesbilitas.
4) Nama-nama Geografi.
Nama-nama tempat permukiman, sungai, unit administrasi,
kantor pemerintahan, daerah-daerah geografis lainnya dicantumkan
dalam peta dasar. Sehingga dapat diambil sebagai nama bagian
untuk digunakan dalam pembuatan peta tematik.
c. Labeling (data atribut).
Dalam pemetaan pola persebaran rumah tinggal dosen
menggunakan simbol kualitatif dan simbol kuantitatif. Simbol kualitatif
menyatakan identitas atau melukiskan keadaan asli dari unsur, tidak
menyajikan besar/jumlah/banyaknya dari unsur yang diwakilinya. Simbol
kualitatif dalam peta sebaran rumah tinggal dosen berupa simbol titik
xxxviii
(rumah tinggal) dan simbol garis yang menghubungkan antar titik.
Simbol kuantitatif di samping menyatakan identitas atau melukiskan
keadaan asli unsur-unsur juga menunjukkan besar/jumlah/banyaknya dari
unsur yang diwakilinya. Simbol kuantitatif dapat juga berbentuk titik,
garis dan luas. Simbol kuantatif berbentuk sungai, jalan, jalan kereta api,
dan kantor pemerintahan.
Simbol yang digunakan dalam peta ini menggunakan simbol
titik (point) dengan prinsip dot dan simbol garis (line). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7:
Tabel 7. Desain Simbol Peta Pola Persebaran Rumah Tinggal Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta.
Jenis Kenampakan (Komponen)
Sifat Data
Variabel Visual
Persepsi Simbol Contoh Simbol
Persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta tahun 2007
Nominal Form (bentuk)
Assosiative perception
Titik (point)
Jarak antara titik Nominal Form (bentuk)
Assosiative perception
Titik (point)
d. Layout peta.
Layout merupakan sebuah proses menata dan merancang
bentuk-bentuk properti peta. Layout sangat membantu pengguna peta
untuk memperoleh informasi peta.
3. Faktor yang Mempengaruhi Pola Persebaran Rumah Tinggal Dosen FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dosen
FKIP UNS diketahui dari hasil wawancara. Hasil wawancara yang diperoleh
dimasukkan dalam tabel silang yang menunjukkan alasan dosen memilih
lokasi tempat tinggal. Alasan tersebut meliputi tingkat pendapatan,
transportasi, hak milik pribadi, perbedaan keinginan, dan fasilitas/pelayanan
umum. Analisis yang digunakan untuk rumusan masalah ini adalah analisis
tabulasi silang.
xxxix
Faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dosen
diketahui dari hasil wawancara dosen. Faktor itu, agar lebih mudah dalam
pemahaman keruangannya dilakukan pemetaan. Pada peta tentang faktor
yang mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dosen tersebut dianalisis
dengan analisis peta. Data diklasifikasikan sesuai dengan sifat dan skala
datanya. Selanjutnya dilakukan desain peta yaitu desain isi peta dan desain
simbol peta. Desain peta disesuaikan dengan tujuannya, yaitu untuk melihat
faktor yang mempengaruhi dosen dalam menentukan lokasi rumah tinggal.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk pembuatan peta faktor yang
mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP Universitas
Sebelas Maret Surakarta, sebagai berikut:
a. Mempersiapkan peta dasar.
Peta Digital Rupa Bumi Indonesia yang digunakan sebagai peta
dasar, mempunyai skala yang lebih besar dari pada peta tematik yang
akan dibuat. Pada pemetaan faktor yang mempengaruhi pola persebaran
rumah tinggal dosen FKIP menggunakan peta rupa bumi skala 1 : 25.000.
b. Membangun tipologi ke dalam peta dasar.
Detail topografi yang digunakan di dalam pembuatan peta faktor
yang mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP berupa:
1) Grid/UTM.
Pada peta dasar, grid ini merupakan garis-garis lurus yang
saling berpotongan dan membentuk sudut tegak lurus (siku-siku).
Kegunaan grid ini untuk mengetahui dan menentukan koordinat titik
di atas peta.
2) Pola Aliran.
Pola aliran adalah salah satu bagian penting dari peta dasar
untuk keperluan orientasi. Pola aliran berupa sungai (saluran yang
disebabkan oleh alam).
3) Bentuk Perhubungan.
xl
Jalan dan jalan kereta api adalah bagian yang sangat penting
dalam peta dasar untuk keperluan orientasi. Bentuk perhubungan ini
sangat erat hubungannya dengan masalah aksesbilitas.
4) Nama-nama Geografi.
Nama-nama tempat permukiman, sungai, unit administrasi,
kantor pemerintahan, daerah-daerah geografis lainnya dicantumkan
dalam peta dasar. Sehingga dapat diambil sebagai nama bagian
untuk digunakan dalam pembuatan peta tematik.
c. Labeling (data atribut).
Dalam pemetaan sebaran rumah tinggal dosen menggunakan
simbol kualitatif dan simbol kuantitatif. Simbol kualitatif menyatakan
identitas atau melukiskan keadaan asli dari unsur, tidak menyajikan
besar/jumlah/banyaknya dari unsur yang diwakilinya. Simbol kualitatif
dalam peta sebaran rumah tinggal dosen berupa rumah tinggal. Simbol
kuantitatif di samping menyatakan identitas atau melukiskan keadaan asli
unsur-unsur juga menunjukkan besar/jumlah/banyaknya dari unsur yang
diwakilinya. Simbol kuantitatif dapat juga berbentuk titik, garis dan luas.
Simbol kuantatif berbentuk sungai, jalan, jalan kereta api, dan kantor
pemerintahan.
Simbol yang digunakan dalam peta ini menggunakan simbol
diagram batang dan simbol area. Desain simbol faktor yang
mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dapat dilihat pada tabel-
tabel berikut:
1) Tingkat Pendapatan
Desain simbol pada peta tingkat pendapatan dosen FKIP
UNS di Eks Karesidenan Surakarta, dapat diketahui pada Tabel 8:
Tabel 8. Desain Simbol Peta Jumlah Pendapatan Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta.
Jenis Kenampaka
n (Komponen
)
Sifat Data
Variabel Visual Persepsi Simbol Contoh Simbol
xli
Jumlah pendapatan
dosen Rasio
Size (Ukuran
)
Quantitative perception
Diagram Batang
Tingkat pendapatan Ordinal Color
(Warna) Selective
perception
Area
2) Transportasi
Pada transportasi dapat diketahui dari sarana transportasi,
jarak tempuh, dan waktu tempuh. Desain simbol pada peta sarana
transportasi dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta, dapat
diketahui pada Tabel 9:
Tabel 9. Desain Simbol Peta Sarana Transportasi Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta.
Jenis Kenampakan (Komponen)
Sifat Data
Variabel Visual Persepsi Simbol Contoh Simbol
Jumlah sarana
transportasi Rasio Size
(Ukuran) Quantitative perception
Diagram Batang
Jenis sarana transportasi Nominal Color
(Warna) Selective
perception
Area
Desain simbol pada peta jarak tempuh dosen FKIP UNS di
Eks Karesidenan Surakarta, dapat diketahui pada Tabel 10:
Tabel 10. Desain Simbol Peta Jarak Tempuh Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta.
Jenis Kenampakan (Komponen)
Sifat Data
Variabel Visual Persepsi Simbol Contoh Simbol
0
5
10
0
10
< 2 juta
2-5 juta
> 5 juta
Mobil
Sepeda Motor
Angkuta Umum
Jalan Kaki
xlii
Jumlah jarak tempuh Rasio
Size (Ukuran
)
Quantitative
perception
Diagram Batang
Jarak tempuh Nominal Color (Warna)
Selective perception
Area
Desain simbol pada peta waktu tempuh dosen FKIP UNS di
Eks Karesidenan Surakarta, dapat diketahui pada Tabel 11:
Tabel 11. Desain Simbol Peta Waktu Tempuh Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta.
Jenis Kenampaka
n (Komponen
)
Sifat Data
Variabel Visual Persepsi Simbol Contoh Simbol
Jumlah waktu
tempuh Rasio
Size (Ukuran
)
Quantitative
perception
Diagram
Batang
Waktu tempuh
Nominal
Color (Warna)
Selective perception Area
3) Perbedaan Keinginan
Desain simbol pada peta perbedaan keinginan dosen FKIP
UNS di Eks Karesidenan Surakarta, dapat diketahui pada Tabel 12:
Tabel 12. Desain Simbol Peta Perbedaan Keinginan Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta
Jenis Kenampakan (Komponen)
Sifat Data
Variabel Visual Persepsi Simbol Contoh Simbol
0
10
0
10
1-7 km
8-14 km
15-21 km
22-28 km
29-35 km
36-42 km
< ½ jam
½-1 jam
> 1 jam
xliii
Jumlah perbedaan keinginan
Rasio Size (Ukuran)
Quantitative perception
Diagram Batang
Perbedaan keinginan Nominal Color
(Warna) Selective
perception Area
4) Hak Milik Pribadi
Desain simbol pada peta kepemilikan rumah tinggal dosen
FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta, dapat diketahui pada
Tabel 13:
Tabel 13. Desain Simbol Peta Kepemilikan Rumah Tinggal Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta.
Jenis Kenampakan (Komponen)
Sifat Data
Variabel Visual Persepsi Simbol Contoh Simbol
Jumlah kepemilikan
rumah tinggal
Rasio Size
(Ukuran)
Quantitative
perception
Diagram
Batang
Kepemilikan rumah tinggal
Nominal
Color (Warna)
Selective perception Area
5) Fasilitas/Pelayanan Umum
Desain simbol pada peta fasilitas/layanan umum yang dekat
dengan rumah dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta, dapat
diketahui pada Tabel 14:
Tabel 14. Desain Simbol Peta Fasilitas Umum di Dekat Rumah Tinggal Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta
Jenis Kenampaka
n (Komponen
)
Sifat Data
Variabel Visual Persepsi Simbol Contoh Simbol
0
10
0
10
Prestise
Pribadi
Prestise
Milik Sendiri
Milik Orang Tua HGB
Kontrak/Kos/ Sewa
xliv
Jumlah fasilitas umum
Rasio Size
(Ukuran)
Quantitative
perception
Diagram
Batang
Fasilitas umum
Nominal
Color (Warna)
Selective perception Area
d. Layout peta.
Layout merupakan sebuah proses menata dan merancang
bentuk-bentuk properti peta. Layout sangat membantu pengguna peta
untuk memperoleh informasi peta.
G. Prosedur Penelitian
Secara garis besar beberapa tahap yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
Pada tahap persiapan dicari semua referensi yang dapat menguatkan
penelitian. Hal ini dilakukan dengan kajian teoritik menggunakan kepustakaan
atau literatur yang relevan dengan masalah. Orientasi lapangan dilakukan untuk
mengetahui jenis dan kelengkapan data lainnya yang diperlukan dalam penelitian,
dengan jalan menghubungi atau mendatangi kantor atau instansi yang berkaitan
dengan penelitian.
2. Penyusunan Proposal
0
10
Transportasi
Kesehatan Ekonomi Hiburan
Olahraga
Pendidikan
Ibadah
xlv
Tahap penyusunan proposal merupakan tahap awal penelitian. Proposal
dibuat menurut kaidah penulisan karya ilmiah yang meliputi tiga bab yang terdiri
dari pendahuluan, landasan teori, dan metode penelitian. Ketiga bab tersebut
mencakup tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
landasan teori serta metodologi yang dipakai dalam penelitian.
3. Penyusunan Instrumen
Pada tahap penyusunan instrumen disiapkan seluruh keperluan yang
menyangkut penelitian. Pada tahap ini dilakukan penyusunan daftar pertanyaan
wawancara. Tabulasi data mengenai data alamat rumah dosen FKIP UNS agar
lebih memudahkan dalam melakukan pencatatan data yang diperlukan. Pertanyaan
yang diajukan dalam wawancara mengenai alasan dosen memilih bertempat
tinggal di rumahnya.
4. Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data dilakukan guna mengumpulan data primer dan
sekunder. Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi:
Data alamat rumah dosen FKIP UNS.
Titik koordinat lokasi FKIP UNS.
Wawancara dengan dosen FKIP UNS.
Peta rupa bumi sebagai peta dasar daerah penelitian.
Alamat rumah dosen FKIP UNS diperoleh dari data alamat dosen yang
tercantum pada buku pedoman akademik FKIP UNS tahun 2007/2008. Titik
koordinat lokasi FKIP UNS diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung ke
lapangan menggunakan Global Positioning System (GPS). Faktor yang
mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS diperolah dari
hasil wawancara kepada dosen FKIP UNS.
5. Pengolahan Data dan Analisis Data
Pada tahap analisis data dilakukan kegiatan menganalisis data dan
mengorganisasi data yang diperoleh. Pada penelitian menggunakan beberapa
xlvi
analisis data yang meliputi analisis data primer dan analisis peta. Dalam tahap ini
dilakukan pengklasifikasian data, penggambaran peta, dan analisis peta.
Pengklasifikasian data meliputi pemilahan data yang diperlukan dan
dikelompokkan sesuai dengan kegunaan data tersebut. Penggambaran data
meliputi kegiatan desain tata letak, desain peta dasar, dan dessain isi peta
berdasarkan kaidah-kaidah kartografi. Analisis peta dilakukan secara deskriptif
geografis dengan menggunakan analisis peta.
6. Penyusunan Laporan
Pada penyusunan laporan ini merupakan tahap akhir setelah tahap-tahap
terdahulu selesai dilakukan kemudian disusun dalam sebuah skripsi. Penyusunan
laporan penelitian disesuaikan dengan kaidah penulisan laporan karya ilmiah.
Laporan penelitian dibuat dalam bentuk skripsi yang dilengkapi dengan peta-peta
dan lampiran-lampiran.
Penelitian mempunyai alur prosedur yang rumit, sehingga perlu diambil
langkah-langkah agar dapat berjalan lancar, tepat waktu dan rencana yang telah
ditetapkan. Pada penelitian dibuat diagram prosedur penelitian agar dapat
mengenai tujuan dan perumusan permasalahan yang ada, seperti di bawah ini:
xlvii
Wawancara
Peta Rupabumi Skala 1 : 25.000
Alasan Pemilihan Lokasi Rumah/ Tempat Tinggal : 1. Tingkat Pendapatan 2. Transportasi 3. Hak Milik Pribadi 4. Perbedaan Keinginan 5. Fasilitas/Pelayanan Umum
Ploting ke Peta Dasar
Faktor yang Mempengaruhi Pola Persebaran Rumah Dosen FKIP UNS
Tahun 2007
Data Alamat Rumah Dosen FKIP
UNS Tahun 2007
Distribusi Spasial Rumah Dosen FKIP UNS
Analisis Tetangga Terdekat
Pola Persebaran Rumah Dosen FKIP
UNS
Lokasi
xlviii
Gambar.11. Diagram Alir Penelitian
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian
1. Letak, Luas dan Batas
a. Letak
Eks Karesidenan Surakarta meliputi tujuh kabupaten yang ada di
Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten yang terletak di Eks Karesidenan Surakarta
adalah Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sukoharjo, Kota
Surakarta, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, dan Kabupaten
Sragen. Berdasarkan Peta Rupa Bumi Lembar Kaliurang, Boyolali, Kartasura,
Surakarta, Ngablak, Ampel, Simo, Salatiga, Karanggede, Gemolong,
Ngandul, Wiru, Kedungjati, Juwangi, Timoho, Pakem, Jabung, Cawas,
Klaten, Ceper, Sukoharjo, Manyaran, Wonogiri, Jumantono, Karanganyar,
Paranggupito, Kalak, Pracimantoro, Giriwoyo, Eromoko, Bungur, Arjosari,
Pulorejo, Talun, Nawangan, Girimarto, Slogohimo, Kismantoro, Purwantoro,
Tawangmangu, Poncol, Magetan, Sragen, Ngrambe, Karangpandan, Masaran,
Sukodono, Walikukun, Gesi, Mantingan, Tanjungsari skala 1 : 25.000 secara
astronomis Eks Karesidenan Surakarta terletak di antara 110o38’00” BT
sampai dengan 111o32’00” BT dan 07o14’00” LS sampai dengan 08o21’00”
LS.
b. Luas
Luas Eks Karesidenan Surakarta secara administratif adalah 5.722,38
km2. Eks Karesidenan Surakarta terdiri dari satu kota dan enam kabupaten
yang terbagi 124 kecamatan, dan 1.565 desa/kelurahan. Hal tersebut dapat
dilihat dalam rincian pada Tabel 15 berikut:
xlix
Tabel 15. Luas Kabupaten, Jumlah Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007
No. Wilayah Luas (km2) Kecamatan Desa/Kelurahan
1. Kota Surakarta 44,03 5 51
2. Kabupaten Karanganyar 772,20 17 177
3. Kabupaten Sukoharjo 466,66 12 167
4. Kabupaten Wonogiri 1.822,37 25 294
5. Kabupaten Klaten 655,56 26 401
6. Kabupaten Boyolali 1.015,07 19 267
7. Kabupaten Sragen 946,49 20 208
Jumlah 5.722,38 124 1.565 Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka 2007 (BPS, 2008: 27).
Berdasarkan Tabel 15. diperoleh informasi tentang luas Eks
Karesidenan Surakarta dan luas kota/kabupaten yang berada di Eks
Karesidenan Surakarta. Eks Karesidenan Surakarta memiliki luas sebesar
5.722,38 Km2. Kabupaten Wonogiri luasnya 1.822,37 km2 merupakan
kabupaten terluas yang memiliki 25 kecamatan dan 294 desa atau kelurahan.
Kota yang luasnya terkecil adalah Kota Surakarta dengan luas 44,03 km2
yang memiliki 5 kecamatan dan 51 desa/kelurahan. Kabupaten Klaten
merupakan kabupaten yang memiliki jumlah kecamatan dan jumlah
desa/kelurahan paling banyak di Eks Karesidenan Surakarta yaitu 26
kecamatan dan 401 desa/kelurahan.
c. Batas
Eks Karesidenan Surakarta, secara administratif termasuk dalam
Propinsi Jawa Tengah. Batas administrasi Eks Karieidenan Surakarta adalah
sebagai berikut:
l
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Kabupaten
Grobogan.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Magelang, Kabupaten
Semarang, Kota Salatiga dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Ngawi, Kabupaten
Magetan, Kabupaten Ponorogo, dan Kabupaten Pacitan Propinsi Jawa
Timur.
Peta administratif Eks Karesidenan Surakarta ditampilkan untuk
melihat Eks Kaesidenan Surakarta secara administratif seperti letak secara
astronomis, batas propinsi, batas kabupaten, batas kecamatan, serta lokasi
Kantor Pemerintahan Kota, lokasi Kantor Pemerintahan Kabupaten, lokasi
Kantor Pemerintahan Kecamatan, sungai, jalan dan lain-lain.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk pembuatan peta administrasi
Eks Karesidenan Surakarta:
e. Mempersiapkan peta dasar.
Peta Digital Rupa Bumi Indonesia yang digunakan sebagai peta
dasar, mempunyai skala yang lebih besar dari pada peta tematik yang
akan dibuat. Pada pemetaan administrasi Eks Karesidenan Surakarta
menggunakan peta rupa bumi skala 1: 25.000.
f. Membangun tipologi ke dalam peta dasar.
Detail topografi yang digunakan di dalam pembuatan peta
administrasi Eks Karesidenan Surakarta berupa:
5) Grid/UTM.
Pada peta dasar, grid ini merupakan garis-garis lurus yang
saling berpotongan dan membentuk sudut tegak lurus (siku-siku).
Kegunaan grid ini untuk mengetahui dan menentukan koordinat titik
di atas peta.
6) Pola Aliran.
li
Pola aliran adalah salah satu bagian penting dari peta dasar
untuk keperluan orientasi. Pola aliran berupa sungai (saluran yang
disebabkan oleh alam).
7) Bentuk Perhubungan.
Jalan dan jalan kereta api adalah bagian yang sangat penting
dalam peta dasar untuk keperluan orientasi. Bentuk perhubungan ini
sangat erat hubungannya dengan masalah aksesbilitas.
8) Nama-nama Geografi.
Nama-nama tempat permukiman, sungai, unit administrasi,
kantor pemerintahan, daerah-daerah geografis lainnya dicantumkan
dalam peta dasar. Sehingga dapat diambil sebagai nama bagian
untuk digunakan dalam pembuatan peta tematik.
g. Labeling (data atribut).
Pada peta administrasi Eks Karesidenan Surakarta menggunakan
simbol kualitatif dan simbol kuantitatif. Simbol kualitatif menyatakan
identitas atau melukiskan keadaan asli dari unsur, tidak menyajikan
besar/jumlah/banyaknya dari unsur yang diwakilinya. Simbol kualitatif
dalam peta sebaran rumah tinggal dosen berupa simbol titik (rumah
tinggal) dan simbol garis yang menghubungkan antar titik. Simbol
kuantitatif di samping menyatakan identitas atau melukiskan keadaan asli
unsur-unsur juga menunjukkan besar/jumlah/banyaknya dari unsur yang
diwakilinya. Simbol kuantitatif dapat juga berbentuk titik, garis dan luas.
Simbol kuantatif berbentuk sungai, jalan, jalan kereta api, dan kantor
pemerintahan.
Desain simbol Peta Administrasi Eks Karisidenan Surakarta
dapat dilihat di Tabel 16 berikut:
Tabel 16. Desain Simbol Peta Administrasi Eks Karesidenan Surakarta Jenis Kenampakan
(Komponen) Sifat Data
Variabel Visual Persepsi Simbol Contoh Simbol
1. Kantor Pemerintahan a. Kantor
Kecamatan b. Kantor Walikota/
Kabupaten
Ordinal Size (Ukuran)
Selective perception
Titik (point)
S
G
lii
2. Batas Administrasi a. Batas Kecamatan b. Batas
Kota/Kabupaten
Ordinal Value (Nilai)
Selective perception
Garis (line)
3. Jalan a. Jalan Arteri b. Jalan Kolektor c. Jalan Kereta Api
Ordinal Size (Ukuran)
Selective perception
Garis (line)
4. Sungai Ordinal Size (Ukuran)
Ordered perception
Garis (line)
5. Waduk Nominal Color (Warna)
Selective perception
Area
h. Layout peta.
Layout merupakan sebuah proses menata dan merancang
bentuk-bentuk properti peta. Layout sangat membantu pengguna peta
untuk memperoleh informasi peta.
Daerah administratif Eks Karisidenan Surakarta dapat dilihat pada Peta 1
berikut:
liii
liv
2. Kondisi Kependudukan di Eks Karesidenan Surakarta
Berdasarkan kondisi kependudukan di Eks Karesidenan Surakarta dapat
diketahui gambaran secara umum kependudukannya. Kondisi kependudukan yang
dimaksud tersebut adalah kepadatan penduduk, komposisi penduduk menurut
umur dan jenis kelamin.
a. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk
dengan luas daerah yang diolah atau ditempatinya. Berdasarkan hasil
registrasi penduduk tahun 2007, jumlah penduduk di Eks Karesidenan
Surakarta tercatat sebesar 6.015.583 jiwa. Kepadatan Penduduk di Eks
Karesidenan Surakarta Tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 17 berikut:
Tabel 17. Kepadatan Penduduk di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007
No Kabupaten Luas (Km2)
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
1 Kota Surakarta 44,03 512.898 11.648,83
2 Kabupaten Karanganyar 772,20 799.595 1.035,48
3 Kabupaten Sukoharjo 466,66 813.657 1.743,58
4 Kabupaten Wonogiri 1.822,37 978.808 537,11
5 Kabupaten Klaten 655,56 1.126.165 1.717,87
6 Kabupaten Boyolali 1.015,07 928.164 914,38
7 Kabupaten Sragen 946,49 856.296 904,71
Jumlah 5.722,38 6.015.583 18.501,96 Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka 2007 (BPS, 2008: 57)
Berdasarkan Tabel 17. dapat diketahui bahwa kepadatan penduduk
yang paling tinggi berada di Kota Surakarta yaitu sebesar 11.648,83 jiwa/km2
lv
dengan jumlah penduduk 512.898 jiwa dan luas wilayah 44,03 km2.
Kepadatan penduduk yang paling rendah terdapat di Kabupaten Wonogiri
sebanyak 537,11 jiwa/km2 dengan jumlah penduduk 978.808 jiwa dan luas
wilayah 1.822,37 km2.
b. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin merupakan
variabel penting dalam demografi yang dapat memberikan gambaran adanya
penduduk usia produktif dan non produktif. Berdasarkan komposisi penduduk
menurut umur dan jenis kelamin dapat dihitung rasio beban tanggungan
(Dependensi Rasio). Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Eks
Karesidenan Surakarta dapat diketahui secara rinci pada Tabel 18 berikut:
Tabel 18. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007.
No Kabupaten Jenis Kelamin (Jiwa)
Jumlah Sex Rasio L P
1 Kota Surakarta 254.259 258.639 512.898 98
2 Kabupaten Karanganyar 394.425 405.170 799.595 97
3 Kabupaten Sukoharjo 403.403 410.254 813.657 98
4 Kabupaten Wonogiri 475.518 503.290 978.808 94
5 Kabupaten Klaten 552.650 573.515 1.126.165 96
6 Kabupaten Boyolali 455.832 472.332 928.164 97
7 Kabupaten Sragen 407.868 448.428 856.296 91
Jumlah 2.943.955 3.071.628 6.015.583 96 Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka 2007 (BPS, 2008: 54)
Berdasarkan Tabel 18. tersebut diketahui tentang besarnya sex rasio
atau perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk
perempuan yang berada di Eks Karesidenan Surakarta. Penduduk laki-laki di
Eks Karesidenan Surakarta memiliki jumlah sebesar 2.943.955 jiwa, dan
penduduk perempuan sebesar 3.071.628 jiwa. Berdasarkan data tersebut dapat
diketahui besarnya sex ratio di Eks Karesidenan Surakarta yang dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
Sex Ratio (SR) = 푥 100
lvi
Keterangan:
SR = rasio jenis kelamin
a = jumlah penduduk laki-laki
b = jumlah penduduk perempuan
Besarnya sex ratio penduduk di Eks Karesidenan Surakarta dapat
dihitung sebagai berikut:
Sex Ratio (SR) = . .. .
푥 100
= 96
Berdasarkan perhitungan di atas, diketahui bahwa besarnya sex rasio
di Eks Karesidenan Surakarta adalah 96. Hal itu berarti bahwa terdapat 96
penduduk laki-laki dalam setiap 100 penduduk perempuan.
Komposisi penduduk dilihat dari kelompok umur dapat digunakan
untuk mengetahui besar rasio beban tanggungan (dependensy ratio).
Komposisi penduduk di Eks Karesidenan Surakarta menurut kelompok umur
pada tahun 2007 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 19. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007
No Kabupaten Kelompok Umur (Tahun)
Jumlah Dependency
Ratio 0-14 15-64 65+
1 Kota Surakarta 116.289 369.015 27.594 512.898 39
2 Kabupaten Karanganyar 199.191 537.428 62.976 799.595 49
3 Kabupaten Sukoharjo 191.646 552.435 69.576 813.657 47
4 Kabupaten Wonogiri 208.643 652.325 117.840 978.808 50
5 Kabupaten Klaten 262.805 745.470 117.890 1.126.165 51
6 Kabupaten Boyolali 228.798 607.464 91.902 928.164 53
7 Kabupaten Sragen 215.376 561.126 79.794 856.296 53
Jumlah 1.422.748 4.025.263 567.572 6.015.583 49 Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka 2007 (BPS, 2008: 55)
Berdasarkan Tabel 19. diperoleh informasi tentang dependensi ratio
adalah perbandingan penduduk yang produktif (15-64 tahun) dan penduduk
non produktif (0-14 tahun dan ≥ 65 tahun) yang ada di Eks Karesidenan
Surakarta dan disebut juga rasio beban tanggungan. Jumlah penduduk
produktif (15-64 tahun) Eks Karesidenan Surakarta sebesar 4.025.263 jiwa,
lvii
jumlah penduduk non produktif (0-14 tahun dan ≥ 65 tahun) sebesar
1.990.320 jiwa. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui besarnya sex ratio
di Eks Karesidenan Surakarta yang dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Dependensi ratio (DR) = 푥 100
Keterangan:
DR = rasio beban tanggungan
Pnp = jumlah penduduk non produktif (0-14 tahun dan ≥ 65 tahun)
Pp = jumlah penduduk produktif (15-64 tahun)
Besarnya rasio beban tanggungan penduduk di Eks Karisidenan
Surakarta dapat dihitung sebagai berikut:
Sex Ratio (SR) = . .. .
푥 100
= 49
Berdasarkan perhitungan tersebut diketahui bahwa besarnya rasio
beban tanggungan penduduk di Eks Karesidenan Surakarta sebesar 49. Hal ini
berarti bahwa setiap 100 penduduk produktif menanggung 49 penduduk non
produktif.
3. Dosen FKIP Universitas Sebelas Maret di Eks Karisidenan Surakarta
Dosen menurut Buku Pedoman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
adalah tenaga pengajar di lingkungan fakultas yang berada di bawah program
studi dan bertanggung jawab langsung pada Dekan. Dosen terdiri atas dosen biasa,
dosen luar biasa dan dosen tamu. Jenis dan jenjang kepangkatan tenaga pengajar
diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dosen
mempunyai tugas utama mengajar, membimbing, dan melatih mahasiswa serta
melaksanakan pengabdian kepada masyarakat.
Data dosen FKIP UNS tahun 2007 diperoleh dari Buku Pedoman
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan tahun 2007/2008. Data dosen yang
lviii
berkaitan dengan judul penelitian ini adalah: data jumlah dosen dan alamat rumah
dosen FKIP UNS tahun 2007. Secara rinci data alamat dosen FKIP UNS tahun
2007 dapat dilihat pada Tabel Daftar Nama dan Alamat Dosen Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Tahun 2007 di lampiran.
Data jumlah dosen FKIP UNS tahun 2007 yang bertempat tinggal di Eks
Karesidenan Surakarta berdasarkan kabupatennya dapat dilihat pada Tabel 20
berikut:
Tabel 20. Jumlah Rumah Tinggal Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007
No Kota/Kabupaten Jumlah Dosen
1. Kota Surakarta 112
2. Kabupaten Sukoharjo 79
3. Kabupaten
Karanganyar
112
4. Kabupaten Wonogiri 6
5. Kabupaten Boyolali 13
6. Kabupaten Klaten 17
7. Kabupaten Sragen 11
TOTAL 350 Sumber: Buku Pedoman FKIP UNS Tahun Akademik 2007-2008.
Berdasarkan Tabel 20. dapat diketahui jumlah dosen FKIP UNS tahun
2007 yang bertempat tinggal di Eks Karesidenan Surakarta adalah 350 dosen.
Jumlah dosen yang paling banyak bertempat tinggal di Kota Surakarta dan
Kabupaten Karanganyar yaitu sebesar 112 dosen. Jumlah dosen yang paling
sedikit bertempat tinggal di Kabupaten Wonogiri.
4. Aksesibilitas di Eks Karesidenan Surakarta
Aksesibilitas menurut Tamin dalam Miro (2005: 18) adalah mudahnya
suatu lokasi dihubungkan dengan lokasi lainnya lewat jaringan transportasi yang
ada, berupa prasarana jalan dan alat angkut yang bergerak di atasnya.
lix
Aksesibilitas berarti kemudahan dalam melakukan pergerakan di antara dua
tempat. (Khisty dan Lall, 2002: 66)
Indeks aksesibilitas dapat ditentukan dengan model Hansen. (Khisty dan
Lall, 2002: 80) Rumusnya sebagai berikut:
Aij =
Di mana :
Aij = Indeks aksesibilitas dari zona asal i ke berbagai zona tujuan j.
Ej = Total pekerja.
dij = Jarak antara i dan j.
b = Eksponen.
Berdasarkan rumus tersebut dapat dicari nilai indeks aksesibilitas ( Aij )
kabupaten/kota di Eks Karesidenan Surakarta. Indeks aksesibilitas yang ada di
Eks Karisidenan Surakarta terhadap FKIP UNS sebagai tempat kerja dapat dilihat
pada Tabel 21 berikut:
Tabel 21. Indeks Aksesibilitas (Aij) Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Surakarta terhadap FKIP UNS.
No Kabupaten/Kota Populasi Penduduk
(Jiwa)
Jumlah
Dosen
Jarak ke UNS
(km) Aij
1 Kota Surakarta 512.898 112 0,5 * 700
2 Kabupaten Karanganyar 799.595 112 13 27
3 Kabupaten Sukoharjo 813.657 79 14 25
4 Kabupaten Wonogiri 978.808 6 31 11
5 Kabupaten Klaten 1.126.165 17 36 10
6 Kabupaten Boyolali 928.164 13 27 13
7 Kabupaten Sragen 856.296 11 27 13
Jumlah 6.015.583 350 Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka 2007(BPS, 2008: 6).
* Jarak rumah terdekat di Surakarta ke UNS.
Berdasarkan Tabel 21. dapat diketahui nilai indeks aksesibilitas (Aij)
kabupaten tempat tinggal dosen ke FKIP UNS yang paling besar adalah di Kota
Surakarta dengan indeks aksesibilitas sebesar 700. Nilai indeks aksesibilitas ( Aij)
kabupaten tempat tinggal dosen FKIP UNS paling kecil adalah di Kabupaten
Klaten yaitu sebesar 10.
lx
Aksesibilitas yang baik juga didukung oleh jaringan transportasi yang
baik pula. Kondisi jaringan transportasi yang perlu diperhatikan untuk mendukung
aksesibilitas adalah jenis permukaan jalan dan kondisi jalan yang menghubungkan
dua daerah. Kondisi jaringan jalan di Eks Karesidenan Surakarta yang berdasakan
jenis permukaan jalannya dapat dilihat pada Tabel 22:
Tabel 22. Panjang Jalan Kabupaten/Kota Menurut Jenis Permukaan di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2006 (Km)
No Kabupaten/Kota Jenis Permukaan
Jumlah Aspal Kerikil Tanah Tidak Dirinci
1 Kota Surakarta 467,93 97,55 1,37 109,01 675,86
2 Kabupaten Karanganyar 766,70 33,80 16,70 - 817,20
3 Kabupaten Sukoharjo 479,86 5,63 - - 485,49
4 Kabupaten Wonogiri 979,04 228,56 8,50 9,30 1.225,40
5 Kabupaten Klaten 691,09 - 85,91 - 777,00
6 Kabupaten Boyolali 532,08 10,05 9,70 - 551,83
7 Kabupaten Sragen 973,97 96,33 6,00 12,20 1.088,50
Jumlah 4.890,67 471,92 128,18 130,51 5.621,28 Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka 2007 (BPS, 2008: 380).
Berdasarkan Tabel 22. dapat diketahui jenis permukaan jalan yang
terdapat di Eks Karesidenan Surakarta adalah aspal, kerikil, tanah, dan tidak
dirinci. Panjang jalan dengan jenis permukaan yang diperkeras dengan aspal
adalah 4.890,67 km. Jalan dengan jenis permukaan kerikil di Eks Karesidenan
Surakarta panjangnya 471,92 km, untuk jenis permukaan jalan berupa tanah
panjangnya 128,18 km, dan jalan yang tidak dirinci jenis permukaannya ada
130,51 km.
Kondisi jalan yang terdapat di Eks Karesidenan Surakarta ini dapat
dilihat pada Tabel 23 berikut:
Tabel 23. Panjang Jalan Kabupaten/Kota Menurut Kondisi Jalan di Eks
lxi
Karesidenan Surakarta Tahun 2006 (km)
No Kabupaten/Kota Kondisi Jalan
Jumlah Baik Sedang Rusak Rusak Berat
1 Kota Surakarta 412,78 255,27 5,79 2,02 675,86
2 Kabupaten Karanganyar 359,32 325,18 65,60 67,10 817,20
3 Kabupaten Sukoharjo 126,03 192,70 119,01 50,75 488,49
4 Kabupaten Wonogiri 605,66 539,60 68,44 11,70 1.225,40
5 Kabupaten Klaten 215,17 174,82 248,84 138,17 777,00
6 Kabupaten Boyolali 120,63 158,72 89,56 182,93 551,84
7 Kabupaten Sragen 715,43 230,98 80,90 61,19 1.088,50
Jumlah 2.555,02 1.877,27 678,14 513,86 5.624,29 Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka 2007(BPS, 2008: 381).
Berdasarkan Tabel 23. dapat diketahui bahwa kondisi jalan yang ada di
Eks Karesidenan Surakarta dikelompokan menjadi empat yaitu baik, sedang,
rusak, dan rusak berat. Kondisi jalan yang masih baik di Eks Karesidenan
Surakarta panjangnya 2.555,02 km, kondisi jalan yang sedang sepanjang 1.877,27
km, kondisi jalan yang rusak sepanjang 678,14 km, dan kondisi jalan yang sudah
rusak berat ada sepanjang 513,86 km. Hal itu berarti bahwa sebagian besar
kondisi jalan di Eks Karesidenan Surakarta cukup baik.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian meliputi distribusi spasial, pola persebaran rumah tinggal
dosen FKIP UNS Surakarta pada tahun 2007, dan faktor yang mempengaruhi pola
persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS Surakarta. Hasil penelitian yang
diperoleh dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Distribusi Spasial Rumah Dosen FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007.
Analisis yang dilakukan untuk mengetahui distribusi spasial rumah
tinggal dosen yang ada di Eks Karesidenan Surakarta adalah analisis spasial
dengan menggunakan peta. Dalam penelitian ini peta digunakan sebagai media
penyaji dalam menampilkan lokasi persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS.
Rumah tinggal dosen FKIP UNS dalam penggambarannya di peta disimbolkan
lxii
menggunakan titik atau point. Pada peta persebaran rumah tinggal dosen FKIP
UNS satu titik yang terdapat di peta menunjukkan satu rumah dosen di permukaan
bumi. Lokasi titik tersebut menggambarkan kedudukannya di permukaan bumi.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk pembuatan peta jumlah dosen
FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta:
a. Mempersiapkan peta dasar.
Peta Digital Rupa Bumi Indonesia yang digunakan sebagai peta
dasar, mempunyai skala yang lebih besar dari pada peta tematik yang akan
dibuat. Pada pemetaan jumlah dosen FKIP menggunakan peta rupa bumi
skala 1: 25.000.
b. Membangun tipologi ke dalam peta dasar.
Detail topografi yang digunakan di dalam pembuatan peta jumlah
dosen FKIP berupa:
1) Grid/UTM.
Pada peta dasar, grid ini merupakan garis-garis lurus yang saling
berpotongan dan membentuk sudut tegak lurus (siku-siku). Kegunaan
grid ini untuk mengetahui dan menentukan koordinat titik di atas peta.
2) Pola Aliran.
Pola aliran adalah salah satu bagian penting dari peta dasar
untuk keperluan orientasi. Pola aliran berupa sungai (saluran yang
disebabkan oleh alam).
3) Bentuk Perhubungan.
Jalan dan jalan kereta api adalah bagian yang sangat penting
dalam peta dasar untuk keperluan orientasi. Bentuk perhubungan ini
sangat erat hubungannya dengan masalah aksesbilitas.
4) Nama-nama Geografi.
Nama-nama tempat permukiman, sungai, unit administrasi,
kantor pemerintahan, daerah-daerah geografis lainnya dicantumkan
dalam peta dasar. Sehingga dapat diambil sebagai nama bagian untuk
digunakan dalam pembuatan peta tematik.
c. Labeling (data atribut).
lxiii
Dalam pemetaan jumlah dosen menggunakan simbol kualitatif dan
simbol kuantitatif. Simbol kualitatif menyatakan identitas atau melukiskan
keadaan asli dari unsur, tidak menyajikan besar/jumlah/banyaknya dari unsur
yang diwakilinya. Simbol kualitatif dalam peta jumlah dosen berupa simbol
diagram lingkaran (pie graph). Simbol kuantitatif di samping menyatakan
identitas atau melukiskan keadaan asli unsur-unsur juga menunjukkan
besar/jumlah/banyaknya dari unsur yang diwakilinya. Simbol kuantitatif
dapat juga berbentuk titik, garis dan luas. Simbol kuantatif berbentuk sungai,
jalan, jalan kereta api, dan kantor pemerintahan.
Desain simbol peta jumlah Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan
Surakarta dapat dilihat pada Tabel 24:
Tabel 24. Desain Simbol Peta Jumlah Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta.
Jenis Kenampakan (Komponen)
Sifat Data
Variabel Visual
Persepsi Simbol Contoh Simbol
Persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta tahun 2007
Nominal Form (bentuk)
Ordered perception
Titik (dot)
d. Layout peta.
Layout merupakan sebuah proses menata dan merancang bentuk-
bentuk properti peta. Layout sangat membantu pengguna peta untuk
memperoleh informasi peta.
Desain simbol peta persebaran rumah tinggal Dosen FKIP UNS di Eks
Karesidenan Surakarta dapat dilihat pada Tabel 7. Jumlah dosen FKIP UNS di
Eks Karesidenan Surakarta tahun 2007 dapat dilihat pada Peta 2, dan persebaran
rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007 dapat
dilihat pada Peta 3:
lxiv
lxv
lxvi
Dosen FKIP UNS Surakarta pada tahun 2007 adalah sebesar 387 orang
dosen. Rumah tinggal dosen FKIP UNS tersebut berada di Eks Karesidenan
Surakarta sebesar 350 dosen, di luar Eks Karesidenan Surakarta sebesar 35 dosen,
dan belum dicantumkan alamatnya sebanyak 2 dosen. Jumlah dosen FKIP UNS
berdasarkan lokasi rumah tinggalnya dapat dilihat pada Tabel 25:
Tabel 25. Jumlah Dosen FKIP UNS Tahun 2007 Berdasarkan Lokasi Rumah Tinggalnya
No Lokasi
Jumlah Dosen
Persentase (%)
1. Eks Karesidenan Surakarta 350 90
2. Luar Eks Karesidenan Surakarta 35 9
3. Belum Dicantumkan Alamatnya 2 1
JUMLAH 387 100
Sumber: Buku Pedoman FKIP UNS Tahun Akademik 2007-2008. Dosen FKIP UNS Surakarta pada tahun 2007 yang bertempat tinggal di
Eks Karesidenan Surakarta sebanyak 350 orang dosen. Persebaran rumah tinggal
dosen FKIP UNS Surakarta pada tahun 2007 berlokasi di Kabupaten Wonogiri 6
rumah dosen, di Kabupaten Boyolali 13 rumah dosen, di Kabupaten Klaten 17
rumah dosen, di Kota Surakarta 112 rumah dosen, di Kabupaten Sukoharjo 79
rumah dosen, di Kabupaten Karanganyar 112 rumah dosen, dan di Kabupaten
Sragen 11 rumah dosen. Persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS dapat dilihat
pada Tabel 26:
Tabel 26. Data Sebaran Lokasi Rumah Tinggal Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007
No Kota/Kabupaten Jumlah % Kecamatan Jumlah 1. Surakarta 112 32 Banjarsari 36
lxvii
Laweyan 42 Serengan 5 PasarKliwon 8 Jebres 22 2. Sukoharjo 79 22 Mojolaban 24 Kartasura 30 Grogol 13 Bendosari 1 Baki 5 Tawangsari 1 Sukoharjo 3 Weru 1 Gatak 1 3. Karanganyar 112 32 Jaten 62 Colomadu 34 Tawangmangu 1 Karanganyar 7 Kebakkramat 2 Tasikmadu 4 Gondangrejo 1 4. Wonogiri 6 2 Wonogiri 3 Selogiri 2 Jatipuro 1 5. Boyolali 13 4 Boyolali 2 Teras 1 Ngemplak 5 Nogosari 1 Mojosongo 1 Banyudono 1 Andong 1 Sawit 1 6. Klaten 17 5 Delanggu 4 Wonosari 2 Jogonalan 1 Jatinom 2 Karangdowo 1 Ceper 3 Kalikotes 1 Karanganom 1 Klaten Utara 1 Ngawen 1 7. Sragen 11 3 Sidoharjo 1 Sragen 4 Masaran 3 Karangmalang 3 TOTAL 350 100 350
lxviii
Sumber: Buku Pedoman FKIP UNS Tahun Akademik 2007-2008
Penyajian data persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks
Karesidenan Surakarta menggunakan peta. Peta persebaran rumah tinggal dosen
tersebut dibuat dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG), dengan
mengolah data atribut berupa titik lokasi rumah tinggal dosen FKIP UNS
kemudian dimasukkan ke dalam peta dasar yang dikompilasikan dari Peta
Rupabumi Indonesia. Hasil akhir dari pengolahan data yang dilakukan
menggunakan SIG, berupa peta persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks
Karesidenan Surakarta. Peta Rupabumi yang digunakan sebagai peta dasar ini
adalah gabungan dari beberapa peta, dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 27:
Tabel 27. Lembar Peta Rupabumi Indonesia di Eks Karesidenan
No Peta Rupabumi Indonesia
No Peta Rupabumi Indonesia
Nama Lembar Nomor lembar Nama Lembar Nomor lembar
1 Kaliurang 1408-244 27 Kalak 1407-642
2 Boyolali 1408-333 28 Pracimantoro 1407-643
3 Kartasura 1408-334 29 Giriwoyo 1407-644
4 Surakarta 1408-343 30 Eromoko 1408-321
5 Ngablak 1408-522 31 Talun 1408-322
6 Ampel 1408-611 32 Bungur 1507-433
7 Simo 1408-612 33 Arjosari 1507-434
8 Salatiga 1408-613 34 Pulorejo 1508-111
9 Karanggede 1408-614 35 Nawangan 1508-112
10 Gemolong 1408-621 36 Girimarto 1508-113
11 Ngandul 1408-623 37 Slogohimo 1508-114
12 Wiru 1408-631 38 Kismantoro 1508-121
13 Kedungjati 1408-632 39 Purwantoro 1508-123
14 Juwangi 1408-641 40 Tawangmangu 1508-131
15 Timoho 1408-224 41 Poncol 1508-132
16 Pakem 1408-242 42 Magetan 1508-141
17 Jabung 1408-313 43 Sragen 1508-411
18 Cawas 1408-314 44 Ngrambe 1508-134
19 Klaten 1408-331 45 Karangpandan 1508-133
20 Ceper 1408-332 46 Masaran 1408-622
lxix
21 Sukoharjo 1408-341 47 Sukodono 1408-624
22 Manyaran 1408-323 48 Walikukun 1508-412
23 Wonogiri 1408-324 49 Gesi 1508-413
24 Jumantono 1408-342 50 Mantingan 1508-414
25 Karanganyar 1408-344 51 Tanjungsari 1508-432
26 Paranggupito 1407-641
Sumber: BAKOSURTANAL
Penentuan jumlah titik rumah tinggal dosen didasarkan pada jumlah
keseluruhan populasi rumah tinggal dosen FKIP UNS yang terletak di Eks
Karesidenan Surakarta. Jumlah populasi yang ada di Eks Karesidenan Surakarta
sebanyak 350 dosen yang tersebar di Kota Surakarta, Kabupaten Karanganyar,
Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Klaten, Kabupaten
Boyolali, dan Kabupaten Sragen. Persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS
tahun 2007 yang paling banyak terdapat di Kota Surakarta dan Kabupaten
Karanganyar yaitu masing-masing sebanyak 112 dosen (32%) dari jumlah dosen
FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta. Persebaran rumah tinggal dosen FKIP
UNS tahun 2007 di Kota Surakarta yang paling banyak terdapat di Kecamatan
Laweyan 42 dosen. Persebaran rumah dosen FKIP UNS tahun 2007 di Kabupaten
Karanganyar yang paling banyak terdapat di Kecamatan Jaten sebanyak 62 dosen.
Di Kabupaten Sukoharjo terdapat 79 dosen (22%), di Kabupaten Klaten sebanyak
17 dosen (5%), di Kabupaten Boyolali sebanyak 13 dosen (4%), di Kabupaten
Sragen sebanyak 11 dosen (3%), dan di Kabupaten Wonogiri sebanyak 6 dosen
(2%).
Persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS yang terbanyak ada di Kota
Surakarta dan Kabupaten Karanganyar. Hal itu disebabkan oleh pertimbangan
jarak tempuh rumah tinggal yang dekat dengan UNS sebagai tempat kerja, dan
waktu tempuh yang singkat. Waktu tempuh yang singkat dari rumah yang singkat
dipengaruh dari jarak tempuh yang dekat. Kota Surakarta dipilih responden
sebagai tempat tinggal karena dipengaruhi oleh beberapa hal. Hal-hal itu yang
dijadikan pertimbangan dosen dalam memilih lokasi tempat tinggal. Persebaran
rumah tinggal dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Tingkat pendapatan akan
berpengaruh pada besar biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya sewa atau
lxx
pembelian rumah tinggal dan biaya pengeluaran lainnya. Kota Surakarta dan
Kabupaten Karanganyar dipilih sebagai tempat tinggal karena beberapa hal. Hal
itu meliputi: jarak rumah tinggal yang dekat dengan tempat kerja, waktu tempuh
yang singkat, dekat dengan lokasi pusat fasilitas umum, mudah memperoleh
sarana tranportasi, aksesibilitas mudah, dan biaya transportasi yang lebih murah
dibandingkan di daerah lain. Jarak yang dekat menyebabkan waktu tempuh ke
tempat kerja semakin singkat. Kedekatan jarak dan singkatnya waktu tempuh jika
didukung sarana transportasi yang baik akan berpengaruh pada biaya transportasi
dan aksesibilitas. Biaya transportasi yang lebih murah, jika jaraknya dekat, waktu
tempuh singkat, dan dekat dengan layanan fasilitas umum yang diperlukan.
Kedekatan dengan fasilitas umum memberi keuntungan bagi responden.
Keuntungan itu berupa kemudahan untuk mencapai dan memperoleh layanan dari
fasilitas umum saat diperlukan. Aksesibilitas yang mudah di Kota Surakarta dan
Kabupaten Karanganyar menyebabkan semakin mudah untuk mencapai tempat
kerja ataupun tempat tujuan lainnya. Hal itu dapat dilihat pada tabel indeks
aksesibilitas pada Tabel 21. Berdasarkan pertimbangan tersebut, responden tetap
memilih Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar meskipun biaya sewa dan
harga lahannya mahal. Daya tarik lain Kabupaten Karanganyar yaitu harga sewa
atau jual lahan yang lebih murah dari Kota Surakarta, memiliki lahan yang lebih
luas, dan lingkungan masyarakat nyaman. Responden tetap tinggal di Kabupaten
Karanganyar, meskipun biaya dan waktu transportasi yang diperlukan lebih
banyak dibandingkan di Kota Surakarta.
2. Pola Persebaran Rumah Tinggal Dosen FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta Tahun 2007
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui pola persebaran rumah tinggal
dosen FKIP UNS tahun 2007 digunakan analisis tetangga terdekat. Beberapa
langkah yang harus diperhatikan dalam menggunakan analisis tetangga terdekat:
a. Menentukan batas wilayah yang diselidiki.
b. Mengubah pola persebaran objek dalam peta menjadi pola persebaran acak.
c. Memberikan nomor urut bagi tiap titik untuk mempermudah menganalisanya.
lxxi
d. Mengukur jarak yang terdekat yaitu jarak garis pada garis lurus antara satu
titik dengan titik lainnya yang merupakan tetangga terdekatnya dan mencatat
ukuran jarak tersebut.
e. Menghitung besar parameter tetangga terdekat (T) dengan menggunakan
rumus :
푇 =̅̅
Di mana:
T : indeks penyebaran tetangga terdekat.
퐽푢̅ : jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang
terdekat (Km)
퐽ℎ̅ : jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola
random
= √
p : kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi yaitu jumlah titik (N) dibagi
dengan luas wilayah dalam kilometer persegi (A) sehingga menjadi
Parameter tetangga terdekat mengukur kadar kemiripan pada titik
terhadap pola random. Untuk memperoleh 퐽푢̅ digunakan cara dengan
menjumlahkan semua jarak tetangga terdekat dan kemudian dibagi dengan jumlah
titik yang ada.
Parameter tetangga terdekat (T) dapat ditunjukkan pula dengan rangkaian
kesatuan (continuum) untuk mempermudah perbandingan antara pola titik yaitu:
T = 0 : untuk pola mengelompok
T = 1 : untuk pola acak
T = 2,15 : untuk pola seragam
Pada penelitian ini sebagai perhitungan indeks parameter tetangga
terdekat adalah peta pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS Eks
Karesidenan Surakarta. Peta tersebut merupakan hasil analisis antara Peta
persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS Eks Karesidenan Surakarta dan
perhitungan parameter tetangga terdekat.
lxxii
Peta persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS Eks Karesidenan
Surakarta dari data jumlah dosen yang bertempat tinggal di Eks Karesidenan
Surakarta tahun 2007 adalah 350 dosen. Letak rumah dosen tersebut tersebar di
Kabupaten Wonogiri 6 rumah dosen, di Kabupaten Boyolali 13 rumah dosen, di
Kabupaten Klaten 17 rumah dosen, di Kota Surakarta 112 rumah dosen, di
Kabupaten Sukoharjo 79 rumah dosen, di Kabupaten Karanganyar 112 rumah
dosen, dan di Kabupaten Sragen 11 rumah dosen. Persebaran rumah tinggal dosen
yang berdekatan memungkinkan saling bertumpuknya simbol dalam peta. Hal itu
menyebabkan perlu dilakukan perbesaran peta pada daerah yang jarak antar
rumah tinggal dosennya saling berdekatan dalam menghitung parameter tetangga
terdekat.
Dalam Peta 4. dapat dilihat jarak antar rumah dosen di Kota Surakarta,
Kabupaten Karanganyar, dan Kabupaten Sukoharjo sangat dekat sehingga saling
bertumpukan. Rumah tinggal dosen yang saling bertumpukan itu tidak dilakukan
pergesaran karena ukuran kertas dan skala peta. Dalam menentukan pola
persebaran rumah tinggal dosen salah satu penentu yang menjadi perhitungan
adalah jarak antara rumah tinggal dosen dengan rumah tinggal dosen terdekat.
Pada peta pola persebaran rumah dosen ini menggunakan skala 1: 350.000, artinya
satu satuan di peta berbanding 350.000 satuan di lapangan.
Desain simbol peta pola persebaran rumah tinggal Dosen FKIP UNS di
Eks Karesidenan Surakarta dapat dilihat pada Tabel 8.
Pada Peta 4. persebaran rumah tinggal dosen saling bertumpukan pada
beberapa tempat, maka pada tempat yang rumah tinggal dosennya saling
bertumpukan dilakukan perbesaran skala sehingga rumah tinggal dosen tersebut
tidak saling bertumpukan. Skala yang digunakan pada perbesaran tempat di Peta 5
adalah 1: 35.000.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk pembuatan peta pola persebaran
sebagian rumah tinggal dosen FKIP Kota Surakarta Tahun 2007, sebagai berikut:
a. Mempersiapkan peta dasar.
Peta Digital Rupa Bumi Indonesia yang digunakan sebagai peta
dasar, mempunyai skala yang lebih besar dari pada peta tematik yang akan
lxxiii
dibuat. Pada pemetaan pola persebaran sebagian rumah tinggal dosen FKIP
Kota Surakarta Tahun 2007 menggunakan peta rupa bumi skala 1 : 25.000.
b. Membangun tipologi ke dalam peta dasar.
Detail topografi yang digunakan di dalam pembuatan peta pola
persebaran sebagian rumah tinggal dosen FKIP Kota Surakarta Tahun 2007
berupa:
1) Grid/UTM.
Pada peta dasar, grid ini merupakan garis-garis lurus yang saling
berpotongan dan membentuk sudut tegak lurus (siku-siku). Kegunaan
grid ini untuk mengetahui dan menentukan koordinat titik di atas peta.
2) Pola Aliran.
Pola aliran adalah salah satu bagian penting dari peta dasar
untuk keperluan orientasi. Pola aliran berupa sungai (saluran yang
disebabkan oleh alam).
3) Bentuk Perhubungan.
Jalan dan jalan kereta api adalah bagian yang sangat penting
dalam peta dasar untuk keperluan orientasi. Bentuk perhubungan ini
sangat erat hubungannya dengan masalah aksesbilitas.
4) Nama-nama Geografi.
Nama-nama tempat permukiman, sungai, unit administrasi,
kantor pemerintahan, daerah-daerah geografis lainnya dicantumkan
dalam peta dasar. Sehingga dapat diambil sebagai nama bagian untuk
digunakan dalam pembuatan peta tematik.
c. Labeling (data atribut).
Dalam pemetaan pola persebaran rumah tinggal dosen menggunakan
simbol kualitatif dan simbol kuantitatif. Simbol kualitatif menyatakan
identitas atau melukiskan keadaan asli dari unsur, tidak menyajikan
besar/jumlah/banyaknya dari unsur yang diwakilinya. Simbol kualitatif dalam
lxxiv
peta pola persebaran sebagian rumah tinggal dosen FKIP Kota Surakarta
Tahun 2007 berupa simbol titik (rumah tinggal) dan simbol garis yang
menghubungkan antar titik. Simbol kuantitatif di samping menyatakan
identitas atau melukiskan keadaan asli unsur-unsur juga menunjukkan
besar/jumlah/banyaknya dari unsur yang diwakilinya. Simbol kuantitatif
dapat juga berbentuk titik, garis dan luas. Simbol kuantatif berbentuk sungai,
jalan, jalan kereta api, dan kantor pemerintahan.
Desain simbol peta pola persebaran sebagian rumah tinggal Dosen
FKIP UNS di Kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Desain Simbol Peta Pola Persebaran Sebagian Rumah Tinggal Dosen FKIP UNS Kota Surakarta Tahun 2007
Jenis Kenampakan (Komponen)
Sifat Data
Variabel Visual
Persepsi Simbol Contoh Simbol
Persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS di Kota Surakarta tahun 2007
Nominal Form (bentuk)
Assosiative perception
Titik (point)
Jarak antara titik Nominal Form (bentuk)
Assosiative perception
Titik (point)
d. Layout peta.
Layout merupakan sebuah proses menata dan merancang bentuk-
bentuk properti peta. Layout sangat membantu pengguna peta untuk
memperoleh informasi peta.
Pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan
Surakarta pada tahun 2007 dapat dilihat pada Peta 4. Perbesaran skala pada tempat
yang rumah dosennya saling bertumpukan dapat dilihat pada Peta inset di Peta 4
dan di Peta 5:
lxxv
lxxvi
lxxvii
Peta yang digunakan mempunyai skala 1: 350.000. Hal ini mengandung
pengertian bahwa setiap jarak 1 cm di dalam peta mewakili jarak 350.000 cm atau
3,5 km di lapangan. Jarak antara titik-titik yang mewakili rumah dosen FKIP UNS
pada peta tersebut dicari dengan menggunakan fungsi ArcView SIG. Satuan jarak
di peta tersebut derajat karena map units yang digunakan pada peta adalah
decimal degrees. Pada peta 1o lintang adalah 69 mil sama dengan 111,042 km.
(Villanueva, 1978: 34) Hasil jarak tersebut berupa derajat harus diubah ke dalam
satuan km dengan dikalikan 111,042 km.
Berdasarkan hasil perhitungan di ArcView yang terdapat pada lampiran
dengan menyesuaikan dengan peta di atas dapat diperoleh hasil perhitungan
sebagai berikut:
a. Jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang
terdekat (퐽푢̅) di Eks Karesidenan Surakarta.
Pada peta persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS Eks
Karesidenan Surakarta baik skala 1: 350.000 maupun perbesarannya terdapat
350 titik atau rumah tinggal dosen (N = 350) dan jarak antar titik rumah
tinggal dosen satu dengan lainnya adalah 176, 856 km (J = 176, 685).
Perhitungan jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik
tetangganya yang terdekat (퐽푢̅) di Eks Karesidenan Surakarta sebagai berikut:
퐽푢̅ =
= ,
lxxviii
= 0,505 km.
Jarak rata-rata yang diukur antara satu titik rumah tinggal dosen
deng titik rumah tinggal dosen lain yang terdekatnya di Eks Karesidenan
Surakarta adalah 0,505 km.
b. Jarak rata-rata yang diperoleh andai kata semua titik mempunyai pola random
(퐽ℎ̅).
Luas Eks Karesidenan Surakarta adalah 5.722,38 km2 (A). Jumlah
rumah tinggal dosen ada 350 titik (N). Pada perhitungan Jh harus diketahui
nilai p terlebih dahulu. Nilai p diperoleh dari perhitungan berikut:
p =
= . ,
= 0,061 titik/km2
Jh di Eks Karesidenan Surakarta dapat dihitung setelah nilai p
diketahui dengan rumus berikut:
퐽ℎ̅ = √
= √ ,
= ,
= ,
= 2,024
Nilai jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik
mempunyai pola random (Jh) di Eks Karesidenan Surakarta adalah 2,024.
c. Indeks penyebaran tetangga terdekat (T)
Indeks penyebaran tetangga terdekat (T) di Eks Karisidenan
Surakarta dapat dihitung setelah nilai Ju dan Jh-nya diketahui. Nilai T dapat
dihitung dengan rumus:
lxxix
푇 =̅̅
= ,,
= 0,24951
Maka nilai T di Eks Karesidenan Surakarta adalah 0,24951.
Berdasarkan nilai tersebut jika dicocokkan dengan pola persebaran
menurut Bintarto dan Surastopo dapat diketahui bahwa pola persebaran
rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karisidenan Surakarta adalah pola
persebaran mengelompok (cluster) atau mendekati mengelompok. Hal ini
berarti bahwa jarak rumah dosen satu dengan rumah dosen lain yang
berdekatan adalah cenderung mengelompok di tempat-tempat tertentu. Pola
persebaran rumah tinggal dosen mengelompok di tempat yaitu Kota Surakarta
dan Kabupaten Karanganyar.
Pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan
Surakarta tahun 2007 ini adalah pola persebaran mengelompok di Kota Surakarta,
Kabupaten Karanganyar, dan Kabupaten Sukoharjo. Rumah dosen FKIP UNS ini
sebagian besar mengelompok terutama di daerah Kota Surakarta dan di
Kabupaten Karanganyar yang berdekatan dengan Kota Surakarta, serta sebagian
Kabupaten Sukoharjo yang berdekatan dengan Kota Surakarta. Sebagian kecil
dari rumah tinggal dosen FKIP UNS tersebut tersebar di Kabupaten Klaten,
Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sragen, dan di daerah
timur Kabupaten Karanganyar.
Pola persebaran rumah tinggal dosen yang mengelompok di Kota
Surakarta dan Kabupaten Karanganyar karena terutama yang dekat dengan
Surakarta, sangat erat kaitannya dengan faktor lokasi dan faktor pertimbangan
yang mempengaruhi dosen dalam memilih lokasi rumah tinggal. Faktor lokasi
yang mempengaruhi itu antara lain: jarak rumah tinggal yang dekat dengan tempat
kerja, waktu tempuh yang singkat, dekat dengan lokasi pusat fasilitas umum,
mudah memperoleh sarana tranportasi, aksesibilitas mudah, dan biaya transportasi
yang lebih murah dibandingkan di daerah lain. Jarak yang dekat menyebabkan
waktu tempuh ke tempat kerja semakin singkat. Kedekatan jarak dan singkatnya
lxxx
waktu tempuh yang didukung sarana transportasi yang baik akan berpengaruh
pada biaya transportasi dan aksesibilitas. Biaya transportasi yang lebih murah, jika
jaraknya dekat, waktu tempuh singkat, dan dekat dengan layanan fasilitas umum
yang diperlukan. Kedekatan dengan fasilitas umum memberi keuntungan.
Keuntungan itu berupa kemudahan untuk mencapai dan memperoleh layanan dari
fasilitas umum saat diperlukan. Lokasi rumah tinggal dosen yang dekat dengan
UNS ini memiliki nilai indeks aksesibilitas yang lebih tinggi karena jarak tempat
kerja dosen tersebut dekat dari rumah tinggal dosen. Aksesibilitas yang mudah di
Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar menyebabkan semakin mudah untuk
mencapai tempat kerja ataupun tempat tujuan lainnya. Hal itu dapat dilihat pada
tabel indeks aksesibilitas pada Tabel 21. UNS merupakan tempat kerja bagi dosen,
sehingga dosen yang rumahnya dekat dengan UNS lebih mudah mencapai tempat
kerja dibandingkan dengan dosen yang rumahnya jauh dari UNS. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, responden tetap memilih Kota Surakarta dan Kabupaten
Karanganyar meskipun biaya sewa dan harga lahannya mahal. Daya tarik lain
Kabupaten Karanganyar yaitu harga sewa atau jual lahan yang lebih murah dari
Kota Surakarta, memiliki lahan yang lebih luas, dan lingkungan masyarakat
nyaman. Responden tetap tinggal di Kabupaten Karanganyar, meskipun biaya dan
waktu transportasi yang diperlukan lebih banyak dibandingkan di Kota Surakarta.
Selain itu adanya beberapa pertimbangan bagi dosen dalam memilih lokasi tempat
tinggalnya sehingga mendukung pengelompokan rumah tinggal dosen yang ada di
Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar.
Pertimbangan dosen yang mempengaruhi pemilihan tempat tinggalnya
ini meliputi tingkat pendapatan, transportasi, hak milik pribadi, perbedaan
keinginan, dan ketersediaan fasilitas/layanan umum. Tingkat pendapatan menjadi
pertimbangan dalam memilih rumah tinggal ini dapat dilihat pada Tabel 30. Pada
tabel tersebut dapat diketahui bahwa responden dengan pendapatan > 2 juta, 50%
memilih bertempat tinggal di Kota Surakarta. Dari segi tingkat pendapatan,
responden memilih tinggal dekat tempat kerja dengan pertimbangan, dapat
memperkecil biaya transportasi ke tempat kerja meskipun harus mengeluarkan
biaya yang lebih untuk pengadaan tempat tinggal. Sedangakan pertimbangan bagi
lxxxi
responden yang memilih tinggal jauh dari tempat kerja adalah: masalah pribadi,
misalnya pertimbangan untuk bertempat tinggal dekat keluarga, tinggal bersama
keluarga, agar dekat dengan tempat belajar anak, dan agar dekat dengan tempat
kerja keluarga. Hal itu seperti responden yang pendapatannya < 2 juta tinggal di
Kabupaten Sragen karena alasan tertentu. Alasan itu adalah belum mampu
membeli rumah sendiri. Hal itu yang menjadi alasan responden tinggal di daerah
tersebut bersama keluarga, meski harus mengeluarkan biaya transportasi yang
lebih besar.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Persebaran Rumah Dosen
FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Data alasan pemilihan lokasi tempat tinggal diperoleh dari responden
yang telah ditentukan sebelumnya sebagai sampel dan dipilih dari dosen FKIP
UNS yang bertempat tinggal di Eks Karesidenan Surakarta. Alasan pemilihan
lokasi tempat tinggal ini dapat digunakan sebagai faktor yang mempengaruhi pola
persebaran rumah dosen FKIP UNS. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
meliputi data tingkat pendapatan, transportasi, perbedaan keinginan, hak milik
pribadi, dan fasilitas/pelayanan umum. Data tersebut dicari dengan melakukan
wawancara kepada responden yang hasilnya dapat dilihat sebagai berikut:
a. Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan berpengaruh pada kemampuan ekonomi yang
akan mempengaruhi baik tidaknya lokasi tempat tinggal. Tingkat pendapatan
menjadi salah satu pertimbangan responden dalam memilih lokasi tempat
tinggal. Lokasi tempat tinggal memiliki nilai jual atau tarif-sewa lahan yang
berbeda berdasarkan letaknya dari suatu pusat. Dalam memilih tempat
tinggal, dengan pendapatan tertentu, belum tentu bisa mendapatkan semua
kepuasan yang diinginkan, ada salah satu hal yang harus dikorbankan.
Misalnya dengan pendapatan sedikit lebih memilih tinggal dekat tempat kerja
untuk memperoleh kenyamanan dari segi transportasi, meski harus
mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk mendapat tempat tinggal.
Alonso dalam Khisty dan Lall (2002 : 70) mengansumsikan bahwa
sebuah kota mempunyai satu daerah pusat bisnis (DPB) di mana seluruh
lxxxii
pekerjaan berada dan bahwa seluruh biaya transportasi berhubungan secara
linier dengan jarak dari DPB, maka kurva tarif-sewa pada daerah pemukiman
akan semakin tinggi jika jarak dengan PDB semakin dekat dan begitu pula
sebaliknya. Berdasarkan teori tersebut dapat diasumsikan tarif-sewa lahan di
Eks Karesidenan Surakarta semakin mahal jika semakin mendekati Surakarta
karena lokasi UNS sebagai tempat kerja berada di Surakarta.
Pada penelitian ini, pendapatan yang dikaji berupa pendapatan kotor
dosen berdasarkan gaji dosen setiap bulan. Tingkat pendapatan responden
bisa diketahui dari Tabel Induk Hasil Wawancara yang dapat dilihat pada
lampiran. Berdasarkan Tabel Induk tersebut pada lampiran dapat diketahui
bahwa tingkat pendapatan responden dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu
tingkat pendapatan kurang dari 2 juta, tingkat pendapatan antara 2-5 juta, dan
tingkat pendapatan lebih dari 5 juta. Untuk lebih jelasnya tingkat pendapatan
responden dapat dilihat pada Tabel 29:
Tabel 29. Tingkat Pendapatan Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007
No. Tingkat Pendapatan Jumlah Dosen Persentase (%) 1. < 2 juta 4 11 2. 2-5 juta 21 60 3. > 5 juta 10 29
Jumlah 35 100 Sumber : Hasil Data Wawancara Dosen FKIP UNS
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa tingkat pendapatan
responden yang paling banyak adalah antara 2-5 juta yaitu sebanyak 21
responden atau 60%. Berturut-turut tingkat pendapatan > 5 juta sebanyak 10
responden (29%) dan < 2 juta sebanyak 4 responden (11%). Tabel tersebut
menunjukkan bahwa dosen FKIP UNS sebagian besar berpendapatan antara
2-5 juta. Banyaknya dosen yang berpendapatan antara 2-5 juta berhubungan
dengan pemilihan lokasi tempat tinggal dosen tersebut. Hubungan antara
Tingkat pendapatan per bulan dengan pemilihan tempat tinggal dosen FKIP
UNS ini dapat dilihat pada Tabel 30:
Tabel 30. Hubungan Tingkat Pendapatan per Bulan dengan Pemilihan Lokasi Rumah Tinggal Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007
lxxxiii
Tingkat Pendapatan Dosen per Bulan (Juta)
Jumlah < 2 % 2-5 % > 5 %
Surakarta 2 50 6 28,6 3 30 11 Karanganyar - - 6 28,6 5 50 11 Sukoharjo 1 25 6 28,6 1 10 8 Wonogiri - - 1 4,8 - - 1 Klaten - - 1 4,8 1 10 2 Boyolali - - 1 4,8 - - 1 Sragen 1 25 - - - - 1
Jumlah 4 100 21 100 10 100 35 Sumber : Hasil Data Wawancara Dosen FKIP UNS
Berdasarkan Tabel 30. diketahui bahwa hubungan antara tingkat
pendapatan dosen dengan pemilihan lokasi tempat tinggal sangat erat.
Responden dengan tingkat pendapatan per bulan kurang dari 2 juta 50%
memilih bertempat tinggal di Kota Surakarta, 25% memilih bertempat tinggal
di Kabupaten Sukoharjo, dan 25% memilih bertempat tinggal di Kabupaten
Sragen. Responden dengan tingkat pendapatan per bulan antara 2-5 juta
cenderung memilih tempat tinggal di Kota Surakarta sebanyak 28,6%, di
Kabupaten Karanganyar sebanyak 28,6%, di Kabupaten Sukoharjo sebanyak
28,6%, di Kabupaten Wonogiri sebanyak 4,8%, di Kabupaten Klaten
sebanyak 4,8%, dan di Kabupaten Boyolali sebanyak 4,8%. Responden
dengan tingkat pendapatan per bulan lebih dari 5 juta cenderung memilih
tempat tinggal di Kabupaten Karanganyar masing-masing sebanyak 50%, di
Kota Surakarta sebanyak 30%, di Kabupaten Sukoharjo sebanyak 10%, dan
Kabupaten Klaten sebanyak 10%.
Pada tabel di atas, diketahui bahwa di setiap daerah memiliki
responden dengan tingkat pendapatan yang berbeda besarnya. Di Kota
Surakarta terdiri dari: 2 responden berpendapatan < 2 juta, 6 responden
berpendapatan 2-5 juta, dan 3 responden berpendapatan > 5 juta. Di
Kabupaten Karanganyar terdiri dari: 6 responden berpendapatan 2-5 juta dan
5 responden berpendatan > 5 juta. Di Kabupaten Sukoharjo terdiri dari: 1
responden berpendapatan < 2 juta, 6 responden berpendapatan 2-5 juta, dan 1
responden berpendapatan > 5 juta. Di Kabupaten Wonogiri terdiri dari: 1
responden berpendapatan 2-5 juta. Di Kabupaten Klaten terdiri dari: 1
lxxxiv
responden berpendapatan 2-5 juta dan 1 responden berpendapatan > 5 juta. Di
Kabupaten Boyolali terdiri dari: 1 responden berpendapatan 2-5 juta. Di
Kabupaten Sragen terdiri dari: 1 responden berpendapatan < 2 juta.
Tingkat pendapatan berpengaruh pada pemilihan lokasi rumah
tinggal yang bisa memberikan kepuasan bagi pemiliknya. Kepuasan tersebut
merupakan nilai lebih dari suatu lokasi tempat tinggal, seperti kenyaman
suatu tempat untuk dijadikan tempat tinggal. Berdasarkan Tabel 18.
responden dengan pendapatan < 2 juta 50% memilih bertempat tinggal di
Kota Surakarta. Hal ini disebabkan Kota Surakarta mampu memberikan
kepuasan bagi responden yang tinggal di daerah tersebut. Kepuasan atau nilai
lebih yang diberikan berupa kedekatan dengan lokasi tempat kerja, sehingga
dapat memberikan kemudahan dalam transportasi. Kemudahan melakukan
transportasi ini menyebabkan semakin mudahnya akses ke tempat kerja dari
tempat tinggal. Kota Surakarta memiliki indeks aksesibilitas yang tinggi.
Untuk lebih jelasnya besar indeks aksesibilitas Kota Surakarta dapat dilihat
pada Tabel 21. Di Kota Surakarta ini memberikan kemudahan untuk
menjangkau pusat-pusat pelayanan yang banyak tersedia. Berdasarkan
kemudahan-kemudahan itu membuat Kota Surakarta mampu memberikan
nilai lebih dan kenyamanan bagi responden yang tinggal di situ. Dibalik
kemudahan itu, ada hal yang harus dikorbankan jika tinggal di Kota
Surakarta. Hal itu berupa: polusi, lahan tempat tinggal yang sempit dengan
harga yang mahal. Lahan di Kota Surakarta selain sempit, harganya juga
cukup mahal sesuai dengan pendapat Alonso di atas.
Dari Tabel 18. dosen dengan tingkat pendapatan > 5 juta paling
banyak bertempat tinggal di Karanganyar sebesar 5 responden (50%). Pada
tingkat pendapatan ini besarnya pendapatan kurang berpengaruh dalam
pemilihan lokasi tempat tinggal dosen. Hal ini disebabkan dosen mempunyai
pertimbangan lain seperti kenyamanan, dekat atau tinggal bersama keluarga,
kemudahan bagi keluarga, lingkungan masyarakatnya. Meski begitu dosen
masih mempertimbangkan kedekatan dengan UNS sebagai tempat kerja.
Dosen yang bertempat tinggal di Kabupaten Sukoharjo dengan pendapatan >
lxxxv
5 juta juga memiliki pertimbangan yang hampir sama dengan pertimbangan
dosen yang bertempat tinggal di Kabupaten Karanganyar. Pada dosen dengan
pendapatan hampir sama yang bertempat tinggal di Kabupaten Wonogiri
lebih mempertimbangkan masalah pribadi seperti kenyamanan, dekat atau
tinggal bersama keluarga, kemudahan bagi keluarga dibandingkan masalah
kedekatan dengan tempat kerja. Untuk dosen yang bertempat tinggal di Kota
Surakarta sebesar 30% (3 responden) memiliki beberapa pertimbangan seperti
kedekatan dengan tempat kerja, tinggal bersama keluarga, dan cocok dengan
lingkungan masyarakatnya.
Desain simbol pada peta tingkat pendapatan dosen FKIP UNS di Eks
Karesidenan Surakarta, dapat diketahui pada Tabel 9. Tingkat pendapatani
dosen FKIP UNS di Eks Karisidenan Surakarta tahun 2007 dapat dilihat pada
Peta 6.
lxxxvi
lxxxvii
b. Transportasi
Transportasi berpengaruh terhadap waktu dan biaya perjalanan. Hal
ini berpengaruh terhadap lokasi dan penyebaran permukiman jika dikaitkan
dengan kesediaan dan kemampuan financial. Transportasi ini terkait dengan
sarana transportasi, waktu dan jarak tempuh yang diperlukan. Transportasi
yang digunakan responden bisa diketahui dari Tabel Induk Hasil Wawancara
yang dapat dilihat pada lampiran.
Sarana transportasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
aksesibilitas. Berdasarkan Tabel Induk pada lampiran dapat diketahui bahwa
sarana transportasi responden dibagi menjadi empat sarana yaitu: mobil,
sepeda motor, angkutan umum, dan jalan kaki. Dosen yang menggunakan
mobil sebagai sarana transportasi sebanyak 13 responden, 22 responden
memakai sepeda motor, 3 responden memakai angkutan umum, dan 0
responden untuk jalan kaki. Sarana transportasi berhubungan dengan
pemilihan lokasi tempat tinggal dosen tersebut. Hubungan antara sarana
transpotasi yang digunakan oleh responden dengan pemilihan lokasi tempat
tinggal dapat dilihat pada Tabel 31:
Tabel 31. Hubungan Sarana Transportasi dengan Pemilihan Lokasi Rumah Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007
Lokasi (Kota/Kabupaten)
Sarana Transportasi Mobil % Sepeda
Motor % Angkutan
Umum % Jalan
Kaki %
Surakarta 3 23 8 36 - - - - 11 Karanganyar 6 46 5 22 - - - - 11 Sukoharjo 2 15 6 27 2 67 - - 10 Wonogiri 1 8 - - - - - - 1 Klaten 1 8 1 5 1 33 - - 3
lxxxviii
Boyolali - - 1 5 - - - - 1 Sragen - - 1 5 - - - - 1
Jumlah 13 100 22 100 3 100 - - 38 Sumber : Hasil Data Wawancara Dosen FKIP UNS
Berdasarkan Tabel 31. diketahui bahwa hubungan antara sarana
transportasi yang digunakan dengan pemilihan lokasi tempat tinggal sangat
erat. Responden yang menggunakan mobil sebagai sarana transportasinya ini
terdiri dari: 46% bertempat tinggal di Kabupaten Karanganyar, 23% di Kota
Surakarta, 15% di Kabupaten Sukoharjo, masing-masing 8% di Kabupaten
Wonogiri dan Kabupaten Klaten. Responden yang memakai sepeda motor ini
terdiri dari: 36% bertempat tinggal di Kota Surakarta, 27% di Kabupaten
Sukoharjo, 22% di Kabupaten Karanganyar, 5% di Kabupaten Klaten, 5% di
Kabupaten Boyolali, dan 5% di Kabupaten Sragen. Responden yang memakai
angkutan umum ini terdiri dari: 67% bertempat tinggal di Kabupaten
Sukoharjo dan 33 % di Kabupaten Klaten.
Di Kota Surakarta sarana transportasi yang dipakai meliputi: mobil
(3 responden) dan sepeda motor (8 responden). Di Kabupaten Karanganyar
sarana transportasi yang dipakai meliputi: mobil (6 responden) dan sepeda
motor (5 responden). Di Kabupaten Sukoharjo sarana transportasi yang
dipakai meliputi: mobil (2 responden), sepeda motor (6 responden), dan
angkutan umum (2 responden). Di Kabupaten Wonogiri sarana transportasi
yang dipakai adalah mobil (1 responden). Di Kabupaten Klaten sarana
transportasi yang dipakai meliputi: mobil (1 responden), sepeda motor (1
responden), dan angkutan umum (1 responden). Di Kabupaten Boyolali
sarana transportasi yang dipakai adalah sepeda motor (1 responden). Di
Kabupaten Sragen sarana transportasi yang dipakai adalah sepeda motor (1
responden).
Sarana transportasi berpengaruh terhadap pemilihan lokasi tempat
tinggal responden. Semakin baik dan mudahnya sarana transportasi di suatu
tempat, maka semakin mudah aksesibilitasnya. Sarana transportasi yang
digunakan responden untuk pergi ke tempat tujuan, berpengaruh terhadap
kemudahan aksesibilitas ke tempat tujuan. Kota Surakarta dan Kabupaten
lxxxix
Karanganyar dipilih responden sebagai tempat tinggal dengan pertimbangan
sarana transportasinya. Ketersediaan sarana transportasi umum banyak
dimiliki. Meskipun demikian, responden memilih sarana transportasi pribadi
seperti: mobil dan sepeda motor, karena lebih mudah dan lebih cepat untuk
mencapai tempat tujuan dibandingkan sarana transportasi umum. Keuntungan
sarana transportasi pribadi dibandingkan dengan sarana transportasi umum
antara lain: lebih cepat, tidak perlu berganti kendaraan, dan bisa digunakan
sewaktu-waktu. Berdasarkan tabel di atas, sarana transportasi yang paling
banyak digunakan responden adalah sepeda motor.
Desain simbol pada peta sarana transportasi dosen FKIP UNS di Eks
Karesidenan Surakarta, dapat diketahui pada Tabel 9. Sarana transportasi
dosen FKIP UNS di Eks Karisidenan Surakarta tahun 2007 dapat dilihat pada
Peta 7.
xc
xci
Jarak adalah salah satu faktor yang berpengaruh pada kemudahan
dalam melakukan pergerakan di antara dua tempat. Berdasarkan tabel induk
pada lampiran dapat diketahui bahwa jarak tempuh responden untuk
mencapai tempat kerja dikelompokkan menjadi enam kelas yaitu 1-7 km, 8-
14 km, 15-21 km, 22-28 km, 29-35 km dan 36-42 km. Dosen yang jarak
tempuhnya 1-7 km sebanyak 20 responden, 10 responden menempuh jarak 8-
14 km, 23 responden menempuh jarak 15-21 km, 1 responden menempuh
jarak 22-28 km, 1 responden menempuh jarak 29-35 km, dan 1 responden
menempuh jarak 36-40 km. Jarak tempuh dosen ke tempat kerja berhubungan
dengan pemilihan lokasi tempat tinggal dosen tersebut. Hubungan antara
jarak tempuh dari rumah tinggal responden ke tempat kerja dengan pemilihan
lokasi tempat tinggal dapat dilihat pada Tabel 32:
Tabel 32. Hubungan Jarak Tempuh dari Rumah Tinggal ke Kampus dengan Pemilihan Lokasi Rumah Tinggal Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007
Lokasi (Kota/Kabupaten)
Jarak Tempuh Dari Rumah Ke Kampus (Km) 1-
7 % 8-14 % 15-
21 % 22-28 % 29-
35 % 36-42 %
Surakarta 10 50 1 10 11 Karanganyar 6 30 4 40 1 50 11 Sukoharjo 4 20 4 40 8 Wonogiri 1 100 1 Klaten 1 50 1 100 2 Boyolali 1 10 1 Sragen 1 100 1
Jumlah 20 100 10 100 2 100 1 100 1 100 1 100 35 Sumber : Hasil Data Wawancara Dosen FKIP UNS
Berdasarkan Tabel 32. diketahui bahwa hubungan antara jarak
tempuh dengan pemilihan lokasi tempat tinggal sangat erat. Responden yang
menempuh jarak 1-7 km dari rumah tinggalnya 50% (10 responden) berada di
xcii
Kota Surakarta, 30% (6 responden) di Kabupaten Karanganyar, dan 20% (4
responden) di Kabupaten Sukoharjo. Responden yang menempuh jarak 8-14
km dari rumah tinggalnya ini terdiri dari: 40% (4 responden) bertempat
tinggal di Kabupaten Karanganyar, 40% (4 responden) di Kabupaten
Sukoharjo, dan 10% (1 responden) di Kabupaten Boyolali. Responden yang
menempuh jarak 15-21 km dari rumah tinggalnya ini terdiri dari: 50% (1
responden) bertempat tinggal di Kabupaten Klaten dan 50% (1 responden) di
Kabupaten Karanganyar. Responden yang menempuh jarak 22-28 km 100%
(1 responden) bertempat tinggal Kabupaten Sragen. Responden yang
menempuh jarak 22-28 km 100% (1 responden) bertempat tinggal Kabupaten
Boyolali. Dan responden yang menempuh jarak 36-42 km sebanyak 100% (1
responden) bertempat tinggal di Kabupaten Klaten.
Jarak tempuh berpengaruh pada pemilihan lokasi tempat tinggal
responden. Semakin dekat jarak tempat tinggal ke lokasi tujuan, maka
semakin mudah aksesibilitasnya. Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar
dipilih responden sebagai tempat tinggal dengan pertimbangan kedekatan
jarak tempuh yang lebih dekat. Nilai lebih yang diperoleh dari kedekatan
jarak tempuh antara lain: waktu tempuh menjadi relatif singkat, sehingga
tempat tujuan dapat dicapai lebih cepat dan tidak tergesa-gesa. Hal lain yang
dipertimbangkan responden dalam memilih tempat tinggal antara lain:
kemudahan memperoleh sarana transportasi dan sarana pendukung lainnya.
Sarana pendukung tersebut seperti: pom bensin, bengkel dan lain-lain. Sarana
pendukung itu membuat aksesibilitas dari tempat tinggal ke tempat tujuan
semakin mudah. Pelayanan fasilitas umum dapat diperoleh responden dengan
cepat, jika tempat tinggal berdekatan dengan lokasi fasilitas umum. Jarak
tempuh yang dekat berpengaruh pula terhadap besar biaya transportasi yang
dikeluarkan responden. Berdasarkan tabel di atas, jarak tempuh yang paling
banyak pada jarak 1-7 km. Hal itu disebabkan oleh pertimbangan seperti
pertimbangan di atas.
Desain simbol pada peta jarak tempuh dosen FKIP UNS di Eks
Karesidenan Surakarta, dapat diketahui pada Tabel 10. Jarak tempuh dosen
xciii
FKIP UNS di Eks Karisidenan Surakarta tahun 2007 dapat dilihat pada Peta
8.
xciv
Waktu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemudahan
melakukan pergerakan di antara dua tempat. Berdasarkan Tabel Induk pada
lampiran dapat diketahui bahwa waktu tempuh responden untuk mencapai
tempat kerja dikelompokkan menjadi enam kelas yaitu < ½ jam, ½ - 1 jam,
dan > 1 jam. Dosen yang waktu tempuh < ½ jam sebanyak 23 responden, 9
responden memerlukan waktu tempuh > 1 jam, 3 responden memerlukan
waktu tempuh 1 jam. Waktu tempuh dosen ke tempat kerja berhubungan
dengan pemilihan lokasi tempat tinggal dosen tersebut. Hubungan antara
waktu tempuh dari rumah tinggal responden ke tempat kerja dengan
pemilihan lokasi tempat tinggal dapat dilihat pada Tabel 33:
Tabel 33. Hubungan Waktu Tempuh dari Rumah Tinggal ke Kampus dengan Pemilihan Lokasi Rumah Tinggal Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007
Lokasi (Kota/Kabupaten)
Waktu Tempuh Dari Rumah Ke Kampus (Jam) Jumlah < ½ % ½ - 1 % > 1 % Surakarta 11 48 - - - - 11
Karanganyar 8 35 3 33 - - 11
Sukoharjo 4 17 4 45 - - 8
Wonogiri - - - - 1 33 1
Klaten - - - - 2 67 2
Boyolali - - 1 11 - - 1
Sragen - - 1 11 - - 1
Jumlah 23 100 9 100 3 100 35 Sumber : Hasil Data Wawancara Dosen FKIP UNS
Berdasarkan Tabel 33. diketahui bahwa hubungan antara waktu
tempuh dengan pemilihan lokasi tempat tinggal sangat erat. Responden yang
memerlukan waktu tempuh kurang dari ½ jam ini terdiri dari 48% (11
responden) berada di Kota Surakarta, 35% (8 responden) di Kabupaten
xcv
Karanganyar, dan 17% (4 responden) di Kabupaten Sukoharjo. Responden
yang memerlukan waktu tempuh antara ½-1 jam ini terdiri dari: 45% (4
responden) berada di Kabupaten Sukoharjo, 33% (3 responden) di Kabupaten
Karanganyar, 11% (1 responden) di Kabupaten Boyolali, dan 11% (1
responden) di Kabupaten Sragen. Responden yang memerlukan waktu
tempuh lebih dari 1 jam, 67% (2 responden) bertempat tinggal di Kabupaten
Klaten dan 33% (1 responden) di Kabupaten Wonogiri.
Waktu tempuh berpengaruh pada pemilihan lokasi tempat tinggal
responden. Semakin cepat waktu tempuh dari tempat tinggal ke lokasi tujuan,
maka semakin mudah aksesibilitasnya. Kota Surakarta dan Kabupaten
Karanganyar dipilih responden sebagai tempat tinggal karena faktor waktu
tempuh yang cukup singkat atau cepat. Hal-hal yang dipertimbangkan
responden antara lain: kedekatan dengan tempat kerja, kemudahan sarana
transportasi, kedekatan dengan lokasi pusat layanan atau fasilitas umum yang
lengkap, dan biaya transportasi yang lebih murah dari daerah lain. Faktor
waktu tempuh yang relatif singkat memberi nilai lebih bagi responden seperti:
memiliki waktu yang cukup banyak untuk sampai ke tempat kerja, dapat
menghindari kemacetan, memberi waktu untuk beristirahat sebentar setelah
sampai di tempat kerja dan dapat menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan
selama bekerja. Berdasarkan tabel di atas, waktu tempuh yang paling banyak
dibutuhkan responden adalah kurang dari ½ jam.
Desain simbol pada peta waktu tempuh dosen FKIP UNS di Eks
Karesidenan Surakarta, dapat diketahui pada Tabel 11. Waktu tempuh dosen
FKIP UNS di Eks Karisidenan Surakarta tahun 2007 dapat dilihat pada Peta
9.
xcvi
xcvii
c. Perbedaan Keinginan
Perbedaan keinginan merupakan penilaian terhadap lokasi rumah
yang berbeda satu sama lainnya. Hal ini berkaitan dengan masalah pribadi,
prestise, sosial, dan sebagainya. Masalah pribadi yang dimaksud meliputi:
alasan pemilihan tempat tinggal yang terkait dengan keinginan responden
seperti keinginan untuk tinggal dekat keluarga, tinggal bersama keluarga,
memberi kemudahan bagi keluarganya, dan kenyamanan. Masalah prestise ini
maksudnya masalah yang dapat memberi nilai lebih pada responden karena
bertempat tinggal di daerah tersebut. Masalah sosial ini maksudnya adalah
masalah yang terkait dengan lingkungan masyarakatnya.
Data perbedaan keinginan ini dapat dilihat pada Tabel Induk hasil
wawancara yang terdapat di lampiran. Berdasarkan tabel tersebut diketahui
bahwa alasan pribadi menjadi alasan paling banyak berpengaruh pada
pemilihan lokasi tempat tinggal responden. Besarnya responden yang
mempertimbangkan alasan pribadi dalam menentukan lokasi tempat tinggal
sebanyak 35 responden. Hal ini berarti bahwa dalam memilih tempat tinggal
alasan pribadi menjadi salah satu pertimbangan bagi responden. Responden
yang mempertimbangkan lingkungan sosialnya sebanyak 8 responden, dan
responden yang memilih tempat tinggal berdasarkan alasan prestise sebanyak
2 responden. Banyaknya responden yang mempertimbangkan alasan pribadi
ini berhubungan dengan lokasi tempat tinggalnya sekarang. Hubungan antara
perbedaan keinginan dengan pemilihan lokasi tempat tinggal dapat dilihat
pada Tabel 34:
xcviii
Tabel 34. Hubungan Perbedaan Keinginan dengan Pemilihan Lokasi Rumah Tinggal Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007
Lokasi (Kota/Kabupaten)
Perbedaan Keinginan Jumlah Masalah
Pribadi Masalah
Sosial % Masalah Prestise %
Surakarta 10 11 1 12 - - 11 Karanganyar 10 14 2 25 2 100 14 Sukoharjo 6 9 3 38 - - 9 Wonogiri 2 2 - - - - 2 Klaten 4 6 2 25 - - 6 Boyolali 2 2 - - - - 2 Sragen 1 1 - - - - 1
Jumlah 35 45 8 100 2 100 45 Sumber : Hasil Data Wawancara Dosen FKIP UNS
Berdasarkan Tabel 34. diketahui bahwa hubungan antara perbedaan
keinginan dengan pemilihan lokasi tempat tinggal sangat erat. Hal itu
diketahui dari pembagian perbedaan keinginan menjadi tiga yaitu: masalah
prestise, masalah sosial, dan masalah pribadi. Responden dengan alasan
masalah pribadi 28,5% bertempat tinggal di Kota Surakarta, 28,5% di
Kabupaten Karanganyar, 17% di Kabupaten Sukoharjo, 11% di Kabupaten
Klaten, 6% di Kabupaten Wonogiri, 6% di Kabupaten Boyolali, dan 3%
Kabupaten Sragen. Responden dengan alasan masalah sosial terdiri dari: 38%
bertempat tinggal di Kabupaten Sukoharjo, 25% di Kabupaten Karanganyar,
25% di Kabupaten Klaten, dan 12% Kota Surakarta. Responden dengan
alasan masalah prestise terdiri dari: 100% memilih bertempat tinggal di
Kabupaten Karanganyar.
Perbedaan keinginan berpengaruh pada pemilihan lokasi tempat
tinggal responden. Berdasarkan perbedaan keinginan, Kota Surakarta dan
Kabupaten Karanganyar dipilih responden sebagai tempat tinggal. Hal itu
disebabkan keinginan responden untuk dekat dengan lokasi tempat kerja,
xcix
dekat dengan fasilitas/layanan umum, kemudahan aksesibilitas, dan biaya
transportasi yang lebih mudah dari daerah lain. Sedangkan responden lain
memilih bertempat tinggal di daerah yang jauh dari tempat kerja karena ingin
bersama atau dekat dengan keluarga, memberikan kemudahan bagi keluarga
untuk melakukan kegiatannya, kenyamanan dengan lingkungan. Kenyamanan
lingkungan tersebut seperti sedikit polusi, masyarakat yang ramah, terbuka,
dan saling bergotong royong, serta harga lahan yang lebih murah atau
terjangkau. Hal itu diperkuat dari salah satu hasil wawancara dengan
responden dari Kabupaten Klaten yang mengungkapkan alasan memilih
tinggal di Kecamatan Ceper. Alasannya karena ingin dekat dengan tempat
kerja istrinya, dan suasana lingkungan tempat tinggal. Suasana lingkungan
tempat tinggal itu seperti: masyarakatnya yang ramah, memiliki rasa saling
gotong royong, dan dapat dipercaya sehingga tidak ada kekhawatiran untuk
meninggalkan rumah untuk bekerja. Berdasarkan tabel di atas, perbedaan
keinginan yang paling banyak dijadikan pertimbangan adalah alasan pribadi.
Desain simbol pada peta perbedaan keinginan dosen FKIP UNS di
Eks Karesidenan Surakarta, dapat diketahui pada Tabel 12. Perbedaan
keinginan dosen FKIP UNS di Eks Karisidenan Surakarta tahun 2007 dapat
dilihat pada Peta 10.
c
ci
d. Hak Milik Pribadi
Hak milik pribadi yang dimaksudkan adalah kepemilikan dari tempat
tinggal responden. Kepemilikan rumah tinggal responden dikelompokkan
menjadi empat yaitu: milik sendiri atau pribadi, hak guna bangunan (HGB),
milik orang tua, dan kontrak atau sewa. Kepemilikan rumah tinggal dosen
dapat dilihat pada Tabel Induk yang terdapat di lampiran.
Berdasarkan Tabel Induk tersebut diketahui bahwa kepemilikan
rumah tinggal dosen di Eks Karesidenan Surakarta yang paling banyak adalah
milik sendiri atau pribadi sebanyak 26 rumah responden. Berturut-turut
jumlah kepemilikan rumah tinggal dosen yang berupa milik orang tua
sebanyak 4 rumah tinggal responden, berstatus hak guna bangunan sebanyak
3 rumah tinggal responden, dan berstatus kontrak atau sewa sebanyak 2
rumah tinggal dosen. Pemilihan lokasi tempat tinggal dosen terkait erat
dengan kepemilikan rumah tinggalnya. Hubungan antara kepemilikan rumah
tinggal dengan pemilihan lokasi tempat tinggal dapat dilihat pada Tabel 35:
Tabel 35. Hubungan Kepemilikan Rumah Tinggal dengan Pemilihan Lokasi Rumah Tinggal Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007
Lokasi (Kota/Kabupaten)
Kepemilikan Rumah
Jumlah Milik Sendiri %
Hak Guna
Bangunan %
Milik Orang Tua
% Kontrak/ Sewa/Kos %
Surakarta 8 31 - - 2 50 1 50 11
Karanganyar 9 34 1 33 1 25 - - 11
Sukoharjo 5 19 2 67 - - 1 50 8
Wonogiri 1 4 - - - - - - 1
Klaten 2 8 - - - - - - 2
Boyolali 1 4 - - - - - - 1
Sragen - - - - 1 25 - - 1
cii
Jumlah 26 100 3 100 4 100 2 100 35
Sumber : Hasil Data Wawancara Dosen FKIP UNS Berdasarkan Tabel 35. diketahui bahwa hubungan antara hak milik
pribadi dengan pemilihan lokasi tempat tinggal sangat erat. Hal itu terkait
dengan kepemilikan lokasi tempat tinggal yaitu: milik sendiri, hak guna
bangunan (HGB), milik orang tua, dan sewa/kos/kontrak. Responden yang
rumah tinggalnya milik sendiri atau pribadi: 34% berada di Kabupaten
Karanganyar, 31% di Kota Surakarta, 19% di Kabupaten Sukoharjo, 8% di
Kabupaten Klaten, 4% di Kabupaten Wonogiri, dan 4% di Kabupaten
Boyolali. Responden yang tempat tinggalnya memiliki ijin HGB: 33% berada
di Kabupaten Karanganyar dan 67% di Kabupaten Sukoharjo. Respoden yang
tempat tinggalnya milik orang tua: 50% berada di Kota Surakarta, 25% di
Kabupaten Karanganyar, dan 25% di Kabupaten Sragen. Responden yang
tempat tinggalnya menyewa/kontrak/kos: 50% berada di Kota Surakarta dan
50% berada di Kabupaten Sukoharjo.
Hak milik pribadi berpengaruh pada pemilihan lokasi tempat tinggal,
terutama kepemilikan rumah tinggal. Alonso dalam Khisty dan Lall (2002 :
70) berasumsi bahwa kurva tarif-sewa pada daerah pemukiman akan semakin
tinggi jika jarak dengan DPB semakin dekat dan begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan teori tersebut, diasumsikan semakin mendekati Kota Surakarta
tarif-sewa lahan semakin mahal. Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar
tetap dipilih responden sebagai tempat tinggal. Jarak kedekatan dengan lokasi
tempat kerja dijadikan responden sebagai salah satu pertimbangan dalam
memilih tempat tinggal. Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar terdapat
fasilitas umum yang baik dan memadai, sehingga kemudahan pelayanan
fasilitas umum diperoleh responden. Berdasarkan tabel di atas, kepemilikan
tempat tinggal responden yang paling banyak milik sendiri dan berada di
Kabupaten Karanganyar. Hal itu karena harga lahan di Kabupaten
Karanganyar lebih murah dari Kota Surakarta.
Desain simbol pada peta kepemilikan rumah tinggal dosen FKIP
UNS di Eks Karesidenan Surakarta, dapat diketahui pada Tabel 13.
ciii
Kepemilikan rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karisidenan Surakarta
tahun 2007 dapat dilihat pada Peta 11.
civ
e. Fasilitas/Pelayanan Umum
Fasilitas/pelayanan umum berupa bangunan yang menjadi wadah
bagi manusia yang memiliki fungsi sendiri-sendiri. Jumlah fasilitas/pelayanan
umum dapat dilihat pada Tabel Induk di lampiran. Fasilitas umum yang
tersedia di dekat tempat tinggal dosen FKIP ini dapat dilihat pada Tabel 36
berikut:
Tabel 36. Fasilitas/Pelayaan Umum yang Tersedia di Dekat Tempat Tinggal Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007
No Fasilitas/Pelayanan Umum Jumlah Persentase
1. Kesehatan 71 21
2. Pendidikan 33 10
3. Ekonomi 109 32
4. Ibadah 39 11
5. Transportasi 41 12
6. Olahraga 30 9
7. Hiburan 16 5
Jumlah 339 100 Sumber : Hasil Data Wawancara Dosen FKIP UNS
Berdasarkan Tabel 36. dapat diketahui bahwa fasilitas umum yang
paling banyak adalah fasilitas ekonomi yaitu sebanyak 109 (32%). Berturut-
turut jumlah fasilitas kesehatan sebanyak 71 (21%), fasilitas transportasi
sebanyak 41 (12%), fasilitas ibadah sebanyak 39 (11%), fasilitas pendidikan
sebanyak 33 (10%), fasilitas olahraga sebanyak 30 (9%), dan fasilitas hiburan
sebanyak 16 (5%). Fasilitas umum yang ditunjukkan tabel tersebut adalah
fasilitas ekonomi yang paling banyak. Jumlah fasilitas umum berhubungan
dengan pemilihan lokasi tempat tinggal dosen. Hubungan antara Tingkat
cv
pendapatan per bulan dengan pemilihan tempat tinggal dosen FKIP UNS ini
dapat dilihat pada Tabel 37:
Tabel 37. Hubungan Kedekatan Lokasi Fasilitas/Pelayaan Umum dengan Pemilihan Lokasi Rumah Tinggal Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007
Fasilitas/
Pelayanan
Lokasi (Kota/Kabupaten) Jumlah
Surakarta Karanganyar Sukoharjo Wonogiri Klaten Boyolali Sragen
Kesehatan 20 23 20 2 2 2 2 71
% 28 32 28 3 3 3 3 100
Pendidikan 11 10 7 1 2 1 1 33
% 33 30 22 3 6 3 3 100
Ekonomi 38 35 22 4 5 2 3 109
% 35 32 20 4 4 2 3 100
Ibadah 11 13 9 1 2 1 2 39
% 28 33 23 3 5 3 5 100
Transportasi 14 14 7 1 2 1 2 41
% 34 34 18 2 5 2 5 100
Olahraga 10 10 5 1 2 1 1 30
% 33 33 17 3 7 3 3 100
Hiburan 6 5 3 - - - 2 16
% 38 31 19 - - - 12 100
Jumlah 110 110 73 10 15 8 13
Sumber : Hasil Data Wawancara Dosen FKIP UNS Berdasarkan Tabel 37. dapat diketahui bahwa hubungan antara
kedekatan lokasi fasilitas/pelayanan umum dengan pemilihan lokasi tempat
tinggal sangat erat. Hal itu dapat diketahui dari kedekatan tempat tinggal
dengan fasilitas/pelayanan umum yang terdiri dari: fasilitas kesehatan,
pendidikan, ekonomi, transportasi, ibadah, olahraga, dan hiburan. Responden
yang tinggal didekat dengan fasilitas kesehatan meliputi: 32% berada di
Kabupaten Karanganyar, 28% di Kota Surakarta, 28% di Kabupaten
Sukoharjo, 3% di Kabupaten Wonogiri, 3% di Kabupaten Klaten, 3% di
cvi
Kabupaten Boyolali, dan 3% di Kabupaten Sragen. Responden yang tinggal
didekat dengan fasilitas pendidikan adalah: 33% berada di Kota Surakarta,
30% di Kabupaten Karanganyar, 22% di Kabupaten Sukoharjo, 6% di
Kabupaten Klaten, 3% di Kabupaten Wonogiri, 3% di Kabupaten Boyolali,
dan 3% di Kabupaten Sragen. Responden yang tinggal didekat fasilitas
ekonomi meliputi: 35% berada di Kota Surakarta, 32% di Kabupaten
Karanganyar, 20% di Kabupaten Sukoharjo, 4% di Kabupaten Klaten, 4% di
Kabupaten Wonogiri, 3% di Kabupaten Sragen, dan 2% di Kabupaten
Boyolali. Responden yang tinggal didekat fasilitas ibadah meliputi: 33%
berada di Kabupaten Karanganyar, 28% di Kota Surakarta, 23% di Kabupaten
Sukoharjo, 5% di Kabupaten Klaten, 3% di Kabupaten Wonogiri, 5% di
Kabupaten Sragen, dan 3% di Kabupaten Boyolali. Responden yang tinggal
didekat fasilitas transportasi meliputi: 34% di Kabupaten Karanganyar, 34%
di Kota Surakarta, 18% di Kabupaten Sukoharjo, 5% di Kabupaten Klaten,
2% di Kabupaten Boyolali, 2% di Kabupaten Wonogiri, dan 5% di Kabupaten
Sragen. Responden yang tinggal didekat fasilitas olahraga meliputi: 33% di
Kabupaten Karanganyar, 33% di Kota Surakarta, 16% di Kabupaten
Sukoharjo, 6% di Kabupaten Klaten, 3% di Kabupaten Boyolali, 3% di
Kabupaten Wonogiri, dan 6% di Kabupaten Sragen. Responden yang tinggal
didekat fasilitas hiburan meliputi: 38% berada di Kota Surakarta, 31% di
Kabupaten Karanganyar, 19% di Kabupaten Sukoharjo, dan 12% di
Kabupaten Sragen.
Fasilitas/layanan umum yang tersedia di suatu tempat berpengaruh
pada pemilihan lokasi tempat tinggal. Ketersediaan fasilitas/layanan yang
lengkap dan memadai menjadi pertimbangan dalam memilih tempat tinggal.
Jika dilihat dari ketersediaan fasilitas/layanan umum, seperti pada Tabel 37.
bahwa sebagian besar responden memilih bertempat tinggal di Kota Surakarta
dan Kabupaten Karanganyar.
Alonso dalam Khisty dan Kall (2002: 70) berasumsi bahwa sebuah
kota mempunyai satu daerah pusat bisnis di mana seluruh pekerjaan berada,
maka Kota Surakarta dapat dianggap sebagai daerah pusat bisnis di Eks
cvii
Karesidenan Surakarta. Fasilitas/layanan umum yang dimiliki Kota Surakarta
selaku pusat bisnis, sangat lengkap dan memadai. Itulah yang dijadikan
pertimbangan oleh responden, sehingga Kota Surakarta dipilih sebagai tempat
tinggalnya. Fasilitas umum terdiri dari: fasilitas kesehatan, pendidikan,
ekonomi, perdagangan, perhubungan, dan lain-lain. Fasilitas kesehatan yang
tersedia di Kota Surakarta seperti: rumah sakit (RS), puskesmas, poliklinik,
dokter praktik, apotik, dan sebagainya. Rumah sakit yang terdapat di Kota
Surakarta antara lain: RS. Moewardi, RS. dr. Oen, RS. Panti Waluyo, RS.
Kustati, dan lain-lain. Fasilitas ekonomi dan perdagangan terdiri dari: bank,
pusat pertokoan, pusat perbelanjaan, pasar tradisional yang lengkap, dan lain-
lain. Bank yang terdapat di Kota Surakarta antara lain: Bank Mandiri, Bank
BCA, Bank Muamalat, dan lain-lain. Pusat perbelanjaan dan pertokoan terdiri
dari Solo Gran Mall, Pasar Grosir Surakarta, BTC, Luwes Swalayan, pusat
pertokoan di daerah Coyudan, dan lain-lain. Di Kota Surakarta masih banyak
tersedia fasilitas umum yang lain. Nilai lebih yang diperoleh dari Kota
Surakarta antara lain pelayanan dari fasilitas umum dapat dicapai dan
diperoleh dengan mudah sehingga biaya transportasi bisa diminimalkan
pengeluarannya. Itulah yang dijadikan pertimbangan responden sehingga
memilih tinggal di Kota Surakarta. Faktor lain yang dipertimbangkan yaitu:
kedekatan dengan tempat kerja, tingkat pendapatan, dan transportasi.
Kabupaten Karanganyar dipertimbangkan responden sebagai tempat
tinggal karena lokasinya dekat Kota Surakarta yang merupakan lokasi tempat
kerja dan pusat bisnis. Hal itu dapat memberi kemudahan untuk mencapai
fasilitas yang ada di Kota Surakarta dibandingkan daerah lain. Seiring
perkembangan fasilitas umum di Kota Surakarta terjadi pula perkembangan
fasilitas umum di Kabupaten Karanganyar. Daya tarik lain yang dimiliki
Kabupaten Karanganyar berupa lahannya luas dan harga lahan murah. Selain
nilai lebih dan daya tarik, Kabupaten Karanganyar memiliki kekurangan
seperti masih diperlukan biaya tambahan untuk transportasi.
Desain simbol untuk peta fasilitas/layanan umum yang dekat dengan
rumah dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta, dapat diketahui pada
cviii
Tabel 14. Fasilitas/layanan umum yang dekat dengan rumah dosen FKIP
UNS di Eks Karesidenan Surakarta tahun 2007, dapat dilihat pada Peta 12.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisi data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Persebaran rumah dosen FKIP UNS Surakarta tahun 2007 sebagian besar
tersebar di Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar sejumlah 112 rumah
dosen (32%), di Kabupaten Sukoharjo sejumlah 79 rumah dosen (22%), di
Kabupaten Klaten sejumlah 17 rumah dosen (5%), di Kabupaten Boyolali
sejumlah 13 rumah dosen (4%), di Kabupaten Sragen sejumlah 11 rumah
dosen (3%), dan di Kabupaten Wonogiri sejumlah 6 rumah dosen (2%).
2. Pola persebaran rumah dosen FKIP UNS Surakarta tahun 2007 adalah
mengelompok dengan nilai T = 0,31917. Rumah dosen FKIP UNS Surakarta
mengelompok di Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar.
3. Faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah dosen adalah sebagai
berikut: tingkat pendapatan dosen, transportasi dapat dilihat dari sarana
transportasi, waktu tempuh, dan jarak tempuh, perbedaan keinginan, hak
milik pribadi, dan kedekatan dengan fasilitas/pelayanan umum.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat dijelaskan implikasinya
sebagai berikut :
1. Dengan mengetahui distribusi spasial, pola persebaran dapat dijadikan
pertimbangan dalam penentuan lokasi fasilitas/pelayanan umum yang
diperlukan.
cix
2. Dengan mengetahui faktor yang berpengaruh pada pemilihan lokasi rumah
dosen dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi pembangunan
perumahan untuk dosen.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam pembelajaran geografi di sekolah
antara lain untuk pembelajaran geografi di SMA kelas X, kelas XI, dan kelas
XII. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 2.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran-saran yang dikemukakan
adalah sebagai berikut :
1. Hendaknya pihak universitas lebih memperhatikan masalah pendirian dan
penyediaan rumah tinggal bagi tenaga pengajar maupun karyawan.
2. Perlu penelitian yang lebih mendalam lagi dan sejenis mengenai persebaran
rumah tinggal dosen di fakultas yang lain sebagai pembanding, dan kinerja
dosen dilihat dari lokasi rumah tinggal dosen.
cx
DAFTAR PUSTAKA
Alfandi, Widoyo. 2001. Epistemologi Geografi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Anonim. 2008. Tinjauan Pustaka : Pola Persebaran Permukiman. http://www.google.com/polapersebaranpermukiman/TinjauanPustakaPolaPersebaranPermukiman«Perencanaanwilayahdanpembangunanpendidikan.htm. Diakses pada Selasa 8 April 2008.
Arinto, Fendya Jauhari Budi. 2006. Pemetaan Tingkat Kriminalitas Di Kota Surakarta Tahun 1999-2003. Skripsi S1 Pendidikan Geografi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. (Tidak Dipublikasikan)
Aziz, Lukman dan Rochman, Ridwan. 1997. Peta Tematik. Bandung : Departemen Geodesi, Institut Teknologi Bandung.
Bintarto dan Hadisumarno, Surastopo. 1991. Metode Analisis Geografi. Jakarta : LP3ES.
Kantor Pusat Statistik. 2008. Jawa Tengah Dalam Angka 2007. Semarang : Kantor Pusat Statistik.
Budihardjo, Eko. 1984. Sejumlah masalah pemukiman kota. Bandung : Alumni.
Dahroni, H. Dan Sugiharto Budi Santoso. 1998. Geografi Pemukiman Buku II. Sukoharjo : Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Geografi Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta : Departeman Pendidikan Nasional.
Departemen Pekerjaan Umum. 1987. Petunjuk Perencanaan Kawasan Perumahan Kota. Jakarta : Yayasan Badan Penerbit PU.
Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah dan Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. 1983. Pedoman Perencanaan Lingkungan Pemukiman Kota. Bandung : Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2007. Pedoman Akademik Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Tahun 2007/2008. Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
cxi
Khisty, C. Jotin dan Lall, B. Kent. 2005. Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi Jilid 1 Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Kostelnick, John C., Dobson , Jerome E., Egbert, Stephen L., dan Dunbar, Matthew D. 2008. Cartographic Symbols for Humanitarian Demining. The Cartographic Journal 45 (1), 19. http://www.ingentaconect.com. Diakses tanggal 31 Agustus 2009.
Kurniasih, Sri. 2007. Usaha Perbaikan Pemukiman Kumuh Di Petukangan Utara-Jakarta Selatan. http://peneliti.bl.ac.id/wp-content/uploads/2007/06/srikurniasih-sna2007.pdf. Diakses pada Senin 7 April 2008.
Kurniawan, M. Fauzan. 2006. Pemetaan Produksi Sertifikat Tanah Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo Tahun 2000-2004. Sripsi S1 Pendidikan Geografi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. (Tidak Dipublikasikan)
Medynska-Gulij, Beata. 2008. Point Symbols: Investigating Principles and Originality in Cartographic Design. The Cartographic Journal 45 (1), 62. http://www.ingentaconect.com. Diakses tanggal 31 Agustus 2009.
Miro, Fidel. 2005. Perencanaan Transportasi Untuk Mahasiswa, Perencana, Dan Praktisi. Jakarta : Erlangga.
Nurekawati, Endah Evy. 2007. Pemetaan Tingkat Penggunaan Jalur Pelayanan Alat Kontrasepsi Dalam Keluarga Berencana (KB) Menurut Tingkat Pendidikan, Pendapatan Dan Umur Pasangan Usia Subur (PUS) Di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar Tahun 2005. Sripsi S1 Pendidikan Geografi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. (Tidak Dipublikasikan)
Prihandito, Aryono. 1989. Kartografi. Yogyakarta : PT. Mitra Gama Widya.
Prihartini, Inna. 1999. Geografi Desa/Kota. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Press.
Ritohardoyo, Su. 1989. Beberapa Dasar Klasifikasi Dan Pola Permukiman. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
Sastra M., Suparno dan Marlina, Endy. 2006. Perencanaan dan Pengembangan Perumahan Sebuah Konsep, Pedoman, dan Strategi Perencanaan dan Pengembangan Perumahan. Yogyakarta : ANDI.
Sinaga, Maruli. 1999. Pemetaan Data Statistic (Statistical Mapping). Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
cxii
--------- 1999. Pengetahuan Peta. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
Subagio. 2003. Pengetahuan Peta. Bandung : Penerbit ITB.
Sugiarto, dkk. 2003. Teknik Sampling. Jakarta : P. T. Gramedia Pustaka Umum.
Tika, Moh. Pabundu. 1997. Metode Penelitian Geografi. Jakarta : P.T. Sun Printing.
TIM. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Undang-Undang No. 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. 1992. http://www.theceli.com/dokumen/produk/1992/uu4-1992.htm. Diakses pada Rabu 12 Maret 2008.
Villanueva, K. J. 1978. Kartografi (Sejarah dan Pengantar). Bandung : Departemen Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Bandung.
Yousman, Yeyep. 2004. Sistem Informasi Geografi dengan MapInfo Professional. Yogyakarta : ANDI.
Yunus, Hadi Sabari. 2007. Subject Matter Dan Metode Penelitian Geografi Permukiman Kota. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
http://www.wikimedia/pemetaan.htm. Diakses pada Kamis 2 Juli 2009.
http://repository.ui.ac.id/ di akses pada tanggal 9 Oktober 2009.