pemerintahan yang kompetitif

18
PENDAHULUAN Pelayanan publik di Indonesia masih sangat rendah. Demikian salah satu kesimpulan Bank Dunia yang dilaporkan dalam World Development Report 2004 dan hasil penelitian Governance and Desentralization Survey (GDS) 2002 1 . Buruknya pelayanan publik memang bukan hal baru, fakta di lapangan masih banyak menunjukkan hal ini. GDS 2002 menemukan tiga masalah penting yang banyak terjadi di lapangan dalam penyelenggaraan pelayanan publik, yaitu : pertama, besarnya diskriminasi pelayanan. Penyelenggaraan pelayanan masih amat dipengaruhi oleh hubungan per-konco-an, kesamaan afiliasi politik, etnis, dan agama. Fenomena semacam ini tetap marak walaupun telah diberlakukan UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dari KKN yang secara tegas menyatakan keharusan adanya kesamaan pelayanan, bukannya diskriminasi. Kedua, tidak adanya kepastian biaya dan waktu pelayanan. Ketidakpastian ini sering menjadi penyebab munculnya KKN, sebab para pengguna jasa cenderung memilih menyogok dengan biaya tinggi kepada penyelenggara 1 Agus Dwiyanto dan Bevaola Kusumasari "Reformasi Pelayanan Publik: Apa yang Harus Dilakukan?" dalam Policy Brief, No. II/PB/2003.

Upload: rajautomo

Post on 18-Jun-2015

1.407 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemerintahan Yang Kompetitif

PENDAHULUAN

Pelayanan publik di Indonesia masih sangat rendah. Demikian salah satu kesimpulan

Bank Dunia yang dilaporkan dalam World Development Report 2004 dan hasil penelitian

Governance and Desentralization Survey (GDS) 20021. Buruknya pelayanan publik memang

bukan hal baru, fakta di lapangan masih banyak menunjukkan hal ini. GDS 2002

menemukan tiga masalah penting yang banyak terjadi di lapangan dalam

penyelenggaraan pelayanan publik, yaitu :

pertama, besarnya diskriminasi pelayanan. Penyelenggaraan pelayanan masih

amat dipengaruhi oleh hubungan per-konco-an, kesamaan afiliasi politik, etnis, dan

agama. Fenomena semacam ini tetap marak walaupun telah diberlakukan UU No. 28

Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dari KKN yang secara tegas

menyatakan keharusan adanya kesamaan pelayanan, bukannya diskriminasi.

Kedua, tidak adanya kepastian biaya dan waktu pelayanan. Ketidakpastian ini

sering menjadi penyebab munculnya KKN, sebab para pengguna jasa cenderung memilih

menyogok dengan biaya tinggi kepada penyelenggara pelayanan untuk mendapatkan

kepastian dan kualitas pelayanan.

Dan ketiga, rendahnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik.

Ini merupakan konsekuensi logis dari adanya diskriminasi pelayanan dan ketidakpastian

tadi2.

Oleh karena itulah, dalam tulisan ini penulis ingin mengulas tentang teori yang

digagas oleh David Osborne dan Ted Gaebler dalam bukunya Reinventing Government

1 Agus Dwiyanto dan Bevaola Kusumasari "Reformasi Pelayanan Publik: Apa yang Harus

Dilakukan?" dalam Policy Brief, No. II/PB/2003.

2 Keterangan lebih jauh tentang hasil GDS 2002 bisa dilihat dalam Agus Dwiyanto, dkk.,

Reformasi Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Yogayakarta: PSKK-UGM, 2003.

Page 2: Pemerintahan Yang Kompetitif

untuk dijadikan sebagai solusi alternatif dalam melakukan optimalisasi pelayanan publik

birokrasi melalui 10 prinsip untuk mewirausahakan birokrasi.RUMUSAN PERMASALAHAN

1. Apakah yang dimaksud dengan Pemerintahan, Kompetitif dan Pemerintahan yang

kompetitif ?

2. Apakah hal hal yang perlu diperhatikan oleh aparatur negara dalam menjalankan

kompetisi pemberian pelayanan kepada masyarakat ?

3. Apakah jenis jenis dari kompetisi ?

4. Bagaimana memanajemenkan kompetisi ?

Pemerintahan Yang Kompetitif Page 2

Page 3: Pemerintahan Yang Kompetitif

1. Pengertian Pemerintahan, Kompetitif dan Pemerintahan yang kompetitif

Pemerintahan merupakan kegiatan memerintah yang dilakukan oleh pemerintah yang

melakukan kekuasaan memerintah atas nama negara terhadap orang yang diperintah

(masyarakat).3

Menurut Tangkilisan (dalam bukunya Strategi Keunggulan Pelayanan Publik

Manajemen SDM, 2003) bahwa Keunggulan Kompetitif adalah merujuk pada kemampuan

sebuah organisasi untuk memformulasikan strategi yang menempatkannya pada suatu

posisi yang menguntungkan berkaitan dengan perusahaan lainnya. Keunggulan Kompetitif

muncul bila pelanggan merasa bahwa mereka menerima nilai lebih dari transaksi yang

dilakukan dengan sebuah organisasi pesaingnya. Kemudian di dalam Kamus Bahasa

Indonesia oleh Badudu-Zain (1994), dinyatakan bahwa keunggulan kompetitif bersifat

kompetisi dan bersifat persaingan. Bertitik tolak dari kedua sumber diatas, kami

berpendapat bahwa keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh organisasi,

dimana keunggulannya dipergunakan untuk berkompetisi dan bersaing dengan organisasi

lainnya, untuk mendapatkan sesuatu, Contoh, perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam

bidang Perbankan, masing-masingnya bagaimana berusaha untuk menarik nasabah

sebanyak-banyaknya dengan cara berkompetisi sesuai dengan keuanggulan yang

dimilikinya4.

Pemerintahan yang kompetitif merupakan salah satu prinsip dari Reinventing

Government yang saat ini marak dibicarakan dalam system pemerintahan kita. Pemerintah

berusaha mencerminkan prinsip-prinsip bisnis yang kompetitif dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat. Hal ini dilakukan pemerintah untuk memberikan semacam

stimulus ataupun rangsangan kepada para pelayan publik untuk dapat berkompetisi dalam

memberikan pelayanan.

Menurut David Osborne (1994) bahwa salah satu implementasi “Reiventing

Goverment” adalah pemerintahan yang kompetitif harus mengutamakan masyarakat dalam

3 http://massofa.wordpress.com/2008/04/28/pengertian-dan-paradigma-pemerintahan/ 4 http://hidayaters.wordpress.com/2008/04/15/perbedaan-keunggulan-kompetitif-dengan-keunggulan-komparatif/

Pemerintahan Yang Kompetitif Page 3

Page 4: Pemerintahan Yang Kompetitif

pelayanan. Definisi kualitas layanan secara tepat dan diterima secara universal tidaklah

mudah. Konsep kualitas sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk atau

jasa yang terdiri atas kualitas desain dan kualitas kesesuaian.

Berry et al dan Gronross dalam Lewis, Barbara R (1986) mengartikan kualitas

layanan sebagai pendapat atau sikap relatif terhadap layanan dan hasil perbandingan antara

harapan dengan persepsi masyarakat terhadap layanan yang diterimanya.

Lovelock dalam Tjiptono (1996) mengartikan kualitas jasa / layanan itu sebagai

tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut

untuk memenuhi keinginan pelanggan. Hal ini berarti bahwa jika jasa/layanan yang diterima

sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa/layanan dipersepsikan baik dan

memuaskan, sebaliknya jika jasa / layanan yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan,

maka kualitas jasa / layanan akan dipersepsikan buruk.

Dalam perspektif total quality management (TQM), kualitas dipandang secara lebih

luas, yakni meliputi aspek hasil, proses, lingkungan dan manusia, sebagaimana dirumuskan

oleh Goetsh dan Davis (1994) bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang

berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau

melebihi harapan.

Pemerintahan Yang Kompetitif Page 4

Page 5: Pemerintahan Yang Kompetitif

2. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Oleh Aparatur Negara Dalam Menjalankan

Kompetisi Pemberian Pelayanan Kepada Masyarakat .

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh aparatur negara dalam menjalankan

kompetisi pemberian pelayanan kepada masyarakat :

1. Pemberian jasa/layanan harus bersaing dalam usaha berdasarkan kinerja dan harga

2. Persaingan adalah kekuatan yang fundamental yang tidak memberikan pilihan lain

yang harus dilakukan oleh organisasi publik selain perbaikan;

3. Pelayanan publik yang dilaksanakan oleh Pemerintah tidak bersifat monopoli tetapi

harus bersaing

4. Masyarakat dapat memilih pelayanan yang disukainya. Oleh sebab itu pelayanan

sebaiknya mempunyai alternatif. Kompetisi merupakan satu-satunya cara untuk

menghemat biaya sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan. Dengan kompetisi,

banyak pelayanan publik yang dapat ditingkatkan kualitasnya tanpa harus

memperbesar biaya.

5. Menumbuhkan persaingan sehat sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan

umum.

6. Meningkatkan profesionalisme aparatur dalam pelayanan kepada masyarakat dan

memberi keteladanan serta memiliki sikap dan gaya hidup yang mecerminkan

kejujuran, kesederhanaan dan kebersamaan.

3. Jenis-Jenis Kompetisi

jenis jenis dari Kompetisi dalam buku “reiventing government” mencakup 3 hal yaitu :

Kompetisi Publik melawan Swasta Contohnya, Sekolah ; Rumah sakit

Kompetisi Swasta melawan Swasta Contohnya, Penyedia jasa Cellphone

Pendekatan yang dapat dilakukan pada kompetisi jenis ini adalah:

Load Shedding

Procurement

Contracting

Pemerintahan Yang Kompetitif Page 5

Page 6: Pemerintahan Yang Kompetitif

Kompetisi Publik melawan Publik

Penguasaan informasi juga sangat cukup membantu pemerintah dalam menjalankan

kompetisi. Salah satu cara untuk menggunakan informasi sebagai senjata kompetitif adalah

dengan hanya memfokuskan pada pelanggan dan membangun sistem informasi yang bisa

meningkatkan arus informasi antara lembaga pemerintahan dan elemen lingkungannya.

Para pemimpin yang berjiwa wirausaha tahu bahwa kompetisi diantara lembaga-

lembaga politik hanya akan lebih mempersukar pemerintah untuk memainkan peran

pengarah. Dalam manajemen politik, koordinasi diantara berbagai kepentingan yang

berbeda sangatlah penting. Begitu pula, mereka tahu bahwa kompetisi dalam sebagian

besar fungsi pengaturan kurang masuk akal. Tapi mereka pun tahu bahwa bila pemberi

pelayanan harus bersaing, mereka akan berusaha menekan biaya, cepat-cepat menanggapi

permintaan yang berubah, dan berusaha keras memuaskan pelanggannya. Tak ada lembaga

yang menyambut kompetisi. Tetapi walaupun sebagian besar orang lebih menyukai

monopoli yang menyenangkan, kompetisi mendorong kami untuk menerapkan inovasi dan

berupaya mencapai kesempurnaan.

Kompetisi tidak akan memecahkan semua masalah. Tetapi mungkin lebih dari

konsep lain manapun dalam buku ini, kompetisi memegang kunci pembuka kisi-kisi birokrasi

yang melumpuhkan begitu banyak lembaga pemerintah. Ini tidak bermaksud mengesahkan

persaingan yang tajam, yang dapat berdampak buruk dan juga baik. Jika kompetisi

menghemat uang hanya dengan jalan mengurangi upah atau tunjangan, misalnya,

pemerintah harus mempersoalkan nilainya. Kami juga tidak mengesahkan kompetisi antar-

individu. Upah pelayanan untuk guru secara perorangan, umpamanya, hanya akan

menimbulkan pertentangan antarguru, dan meruntuhkan semangat. Tetapi upah pelayanan

untuk sekolah, lain lagi persoalannya. Kompetisi antar tim-antar organisasi dapat

membangun semangat dan mendorong kreativitas.

KEUNTUNGAN DARI KOMPETISI

a. Efisiensi yang lebih besar.

b. Kompetisi memaksa monopoli pemerintah (atau swasta) untuk merespon segala

kebutuhan pelanggannya.

Pemerintahan Yang Kompetitif Page 6

Page 7: Pemerintahan Yang Kompetitif

c. Kompetisi menghargai inovasi.

d. Kompetisi membangkitkan rasa harga diri dan semangat juang pegawai negeri.

BENCHMARKING PADA SEKTOR PUBLIC (STUDI KASUS)5

Menurut Gregory H. Watson, benchmarking adalah upaya yang terus-menerus

untuk mencari dan menerapkan cara kerja yang lebih baik dalam menghasilkan kinerja

yang unggul dan kompetitif. Sedangkan Roger Miliken memberikan defenisi bahwa

benchmarking sebagai tindakan mencuri tanpa rasa malu. Secara historis, benchmarking

merupakan kebiasaan sektor bisnis untuk meningkatkan kinerja dan daya saing perusahaan

sehingga lebih kompetitif dibandingkan dengan pesaingnya melalui pengukuran kinerja

pesaing, membandingkan kinerja pesaing dengan kinerja perusahaan kemudian

menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan berdasarkan plus-minus perusahaan sendiri

dan pesaing. Sehingga lembaga yang melakukan benchmark akan berada pada posisi yang

berbeda dengan mitranya dalam hal kompetisi dan tidak meniru begitu saja. Hal inilah yang

ditempuh oleh berbagai perusahaan besar seperti perusahaan pembuat mesin fotocopy

‘Xerox Corporation’, Ford Motor Companny, General Elecric, General Motors dan lain-lain.

STUDI KASUS

Pada 1980, Ford Motor Company mencatat kerugian sebesar US$1,5 milyar

(kerugian tahunan terbesar kedua dalam sejarah bisnis AS), produk Ford dianggap

membosankan, tidak menonjol dalam desain dan kinerja, mutu yang rendah. Setelah

diadakan benchmarking pada pabrik mobil Mazda dan Toyota, Ford Motor menghasilkan

produk baru yang disebut Ford Taurus. Produk baru itu telah mengangkat kembali citra Ford

Motor di pasaran, memperoleh banyak penghargaan, kualitas produk yang handal,

pemulihan keuangan perusahaan yang hampir bangkrut, permintaan yang tinggi terhadap

produk Taurus (Gregory H Watson, 1996).

Membaca pengalaman Ford Motor di atas, muncul sebuah pertanyaan bagi kita

semua khususnya bagi mereka yang berada di pemerintahan: Apakah hal itu bisa

dilaksanakan khususnya oleh lembaga pemerintah? Hal itu tidak menjadi masalah dan

penulis mengatakan ya, bisa dilaksanakan. Ide benchmarking awalnya muncul di sektor

5 http://mdopost.com/news2009/index.php?option=com_content&view=article&id=5936:membumikan-benchmarking-pada-sektor-publik-&catid=36:opini&Itemid=66

Pemerintahan Yang Kompetitif Page 7

Page 8: Pemerintahan Yang Kompetitif

swasta tetapi hal itu bisa dilaksanakan di sektor publik tergantung dari kemauan sektor

publik untuk mengadopsi gagasan benchmarking tersebut. Ide pokok benchmarking

sebenarnya sudah berlangsung di sektor publik melalui studi banding yang telah dilakukan

selama ini dengan in-efisiensi yang tinggi dan ketidakpastian untuk menerapkan hasil studi

banding tersebut seperti kisah di atas, hanya saja studi banding tersebut tidak sistematis,

kurang ilmiah, tidak ada kepastian dan kesesuaian untuk menerapkan apa yang didapat

dengan kondisi di tempat kita, tidak bisa mengukur secara pasti apa kelebihan dan

kekurangan yang ada pada organisasi lain dengan kondisi pada organisasi kita. Selanjutnya

studi banding selama ini yang kemudian menghasilkan “kantor pelayanan perizinan satu

atap” pada pemerintahan daerah merupakan hasil perbandingan dan hasil tiruan dari

daerah lain tanpa ada perbedaan dan unsur keunggulan kompetitif.

RG dan NPM di Sektor Publik

Transfer gaya dan kebiasaan di sektor publik merupakan sebuah keharusan bagi

organisasi pemerintah mengingat kinerja pemerintah selama ini dinilai sebagai sumber in-

efisiensi, sumber masalah, pelayanan yang rendah sehingga apabila hal tersebut terus

dipertahankan maka akan banyak menghabiskan financial pemerintah pada hal-hal yang

sebenarnya tidak perlu, kegagalan pemerintah dalam memberikan yang terbaik bagi

masyarakat, rendahnya kepercayaan publik pada pemerintah, penjualan aset pemerintah

karena dianggap sebagai beban, peralihan dari pelayanan oleh pemerintah ke

pelayanan oleh privat yang diserahkan pada mekanisme pasar (padahal ada bidang tertentu

yang tidak bisa diserahkan ke sektor publik).

Transfer gaya entrepreneur di sektor swasta bukan lagi hal yang tabu. Hal ini telah

dimulai David Osborne dan Ted Gaebler (1992) di AS melalui gagasannya tentang

Reinventing Government (RG) yang dalam versi Indonesia diterjemahkan menjadi

“mewirausahakan birokrasi” dan dilanjutkan oleh D Osborne dan Plastrik (1997).

Dalam bersamaan muncul ide New Public Management (NPM) di Inggris. Inti dari kedua

gagasan tersebut adalah bagaimana transfer manajemen gaya bisnis di sektor publik.

Gagasan ini kemudian menginspirasi gubernur Gorontalo untuk membangun daerahnya.

Sehingga keberhasilan di dunia bisnis dapat pula terjadi pada lembaga pemerintah.

Pemerintahan Yang Kompetitif Page 8

Page 9: Pemerintahan Yang Kompetitif

Masalah selanjutnya adalah: apakah transfer manajemen bisnis ke sektor publik

diperbolehkan dan tidak menyalahi aturan? Karena di sektor publik sangat menekankan

kepatuhan pada peraturan perundang-undangan yang hierarkis. Kita semua menyadari

bahwa birokrasi publik akhir-akhir ini sangat berhati-hati dalam bertindak karena penerapan

aturan yang ketat dan dihantui oleh perasaan takut menyalahi aturan yang berakhir pada

proses pengadilan dan berada di balik jeruji besi. Benchmarking sebagai bagian dari transfer

gaya bisnis di sektor publik berada di luar aturan tersebut. Benchmarking merupakan bagian

dari tindakan diskresi yang inovatif. Benchmarking merupakan perbaikan dari metode studi

banding yang telah dilakukan selama ini.

Apa yang Perlu Dibenchmark?

Kisah kunjungan ke luar negeri yang telah dijelaskan di atas merupakan salah satu

bagian dari materi yang dibenchmark. Banyak hal yang perlu di benchmark di

antaranya, cara pelayanan pemerintah saat ini yang tidak berfokus pada pelanggan,

prosedur yang panjang, cara pengelolaan perusahaan publik, strategi pemberdayaan

masyarakat, cara penanganan sampah, model organisasi yang berfokus pada pelanggan,

kualitas produk dan layanan dan lain-lain. Melihat kinerja beberapa perusahaan publik baik

di tingkat negara dan pada tingkatan daerah sangat memprihatinkan. Perusahaan tingkat

nasional boleh dikatakan tidak mampu bersaing dengan usaha yang bergerak dalam bidang

yang sama, sehingga tidak mampu berkompetisi dalam dunia usaha. Perusahaan tingkat

lokal juga mengalami hal yang tidak kalah parahnya, perusahaan tersebut tidak mampu

memberikan pelayanan yang terbaik dari sisi kontinuitas aliran dan kualitas air, cenderung

membebani keuangan daerah. Padahal yang harus dibiayai oleh pemerintah daerah.

Buruknya pelayanan publik enterprises menyebabkan masyarakat berpindah

pada pelayanan swasta sehingga kerugian semakin bertambah. Selanjutnya, agar dapat

memberikan hasil yang lebih baik, studi banding selama ini bisa diperbaiki lagi sehingga

memberikan hasil yang terukur.

Proses dan Cara Benchmarking

Benchmarking dapat ditempuh dengan langkah-langkah berikut : Pertama, tahap

perencanaan yaitu merencanakan proyek benchmarking meliputi identifikasi apa yang akan

dibenchmark dan perusahaan atau lembaga mana yang akan dibenchmark. Kedua, tahap

Pemerintahan Yang Kompetitif Page 9

Page 10: Pemerintahan Yang Kompetitif

melakukan yaitu mengumpulkan data yang diperlukan melalui riset primer dan sekunder.

Ketiga, tahap pemeriksaan yaitu menganalisis data tentang kesenjangan kinerja serta faktor-

faktor penentu, guna menyusun temuan studi dan rekomendasi. Keempat, tahap aksi yaitu

mengembangkan, mengadaptasikan, dan mengimplementasikan faktor-faktor penentu

proses benchmarking yang cocok (Gregory H Watson, 1996).

Proses di atas menjelaskan kepada kita bahwa benchmark itu tidak seperti studi

banding yang dilaksanakan selama ini, yang mana studi banding hanya menentukan apa

yang dilakukan dan dimana akan studi banding tapi tidak dapat mendetailkan apa yang akan

diperbaiki, tidak menggunakan metode pengumpulan data yang baik sehingga ada

kemungkinan mendapatkan informasi yang kurang. Kekurangan informasi dan pengetahuan

awal tentang sesuatu yang akan diubah, menyebabkan kita tidak mempunyai gambaran

yang jelas arah ke depannya dan apa yang diinginkan.

Pelaku dan Mitra Benchmark

Benchmarking dilaksanakan oleh tim khusus yang terdiri dari ahli benchmark,

manajemen tingkat atas, dan pemilik kegiatan. Posisi mereka saling menguatkan. Ahli

benchmark memainkan peranan penting bagi kelancaran studi terutama bagi lembaga yang

pertama kali melakukan benchmark. Ahli benchmarking dari luar diperlukan apabila di

internal lembaga tidak ada yang kompoten dalam hal benchmark. Manajemen level atas

sebagai pendukung agar benchmark dilaksanakan sesuai perencanaan, juga terkait dengan

legitimasi studi itu dan membantu mengidentifikasi problem dan arah ke depan. Sedangkan

pemilik proses berperan sebagai pihak yang banyak mengetahui hal yang akan dibenchmark,

sebagai pelaksana program dan regenerasi studi. Regenerasi studi dimaksudkan agar

benchmark tidak lagi menggunakan pihak luar untuk studi selanjutnya. Pada lembaga

pemerintah khususnya pemerintah daerah, keterlibatan anggota DPRD menjadi

pertimbangan khususnya dalam hal identifikasi masalah. Pengalaman dari Ford Motor

bahwa setelah Ford Motor berhasil menciptakan keunggulan kompetitif maka benchmark

menjadi kebutuhan perusahaan sehingga dibentuklah bagian yang menangani

benchmark. Sehingga mereka dapat melakukan benchmark sendiri dan pada waktu mereka

memerlukannya.

Pemerintahan Yang Kompetitif Page 10

Page 11: Pemerintahan Yang Kompetitif

Pihak yang akan dijadikan mitra benchmark adalah lembaga yang mempunyai kinerja

yang lebih baik. Lembaga tersebut bisa berasal dari lembaga yang bergerak dalam bidang

usaha yang sama (sepanjang hal itu diizinkan), seperti halnya benchmarking Ford Motor

terhadap pabrik Mazda dan Toyota. Dalam konteks pemerintahan, benchmarking dapat

dilakukan antar lembaga pemerintah. Selanjutnya, lembaga mitra dapat berasal dari

lembaga yang bergerak dalam bidang yang berbeda tetapi mempunyai karakteristik atau

kesamaan terkait dengan topik yang akan dibenchmark.

Pemerintahan Yang Kompetitif Page 11

Page 12: Pemerintahan Yang Kompetitif

KESIMPULAN

Perjalanan kualitas tersebut bukan hanya berlangsung dalam organisasi privat,

karena saat ini masyarakat telah menuntut kualitas pelayanan publik dari organisasi publik.

Terbentuknya organisasi publik (pemerintah) pada hakekatnya adalah untuk

memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kurangnya kualitas pelayanan publik akan

berdampak buruk pada citra organisasi publik tersebut, karena masyarakat yang menerima

pelayanan paling tidak akan menyampaikan buruknya pelayanan tersebut kepada pihak lain

dan hal ini tentunya akan membentuk pendapat umum tentang organisasi publik tersebut.

Dalam hubungan ini Osborn dan Gaebler (1996) mengemukakan bahwa salah satu

prinsip “reiventing government” yang harus diimplementasikan adalah pemerintahan yang

kompetitif harus menyuntikkan persaingan ke dalam pemberian pelayanan. Salah satu

keuntungan dari kompetisi adalah dapat membangkitkan rasa harga diri dan semangat

juang pegawai negeri. Mereka tahu bahwa jika memasuki situasi kompetisi, mereka akan

bekerja lebih keras dalam memberikan pelayanan.

Adapun pelayanan prima yang merupakan terjemahan dari excellent service secara

harfiah berarti pelayanan yang sangat baik atau pelayanan yang terbaik dan tanpa cacat

(Depag, 1999).

Memberikan layanan prima atau layanan yang berkualitas kepada semua warga

negara dengan berbagai peluang dan kesempatan yang adil untuk memikul beban dan

tanggung jawab yang sejalan dengan semangat reformasi, maka dalam menjalankan

tugasnya prinsip yang harus diperhatikan oleh aparat pemerintah antara lain :

a. Menumbuhkan persaingan sehat sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan umum.

b. Meningkatkan profesionalisme aparatur dalam pelayanan kepada masyarakat dan

memberi keteladanan serta memiliki sikap dan gaya hidup yang mecerminkan kejujuran,

kesederhanaan dan kebersamaan.

Pemerintahan Yang Kompetitif Page 12

Page 13: Pemerintahan Yang Kompetitif

DAFTAR PUSTAKA

__________. Membumikan Benchmarking pada Sektor Publik. Blog

http://mdopost.com/news2009/index.php?

option=com_content&view=article&id=5936:membumikan-benchmarking-pada-sektor-

publik-&catid=36:opini&Itemid=66

Agus Dwiyanto dan Bevaola Kusumasari "Reformasi Pelayanan Publik: Apa yang

Harus Dilakukan?" dalam Policy Brief, No. II/PB/2003.

Agus Dwiyanto, dkk., Reformasi Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Yogayakarta:

PSKK-UGM, 2003.

David Osborne, Ted Gaebler. Mewirausahakan Birokrasi, Seri Umum no.17 (hal.89-125): PT.

Pustaka Binaman Perssindo.

Hidayat. Perbedaan Keunggulan Kompetitif dengan Keunggulan Komparatif. Wordpress.

http://hidayaters.wordpress.com/2008/04/15/perbedaan-keunggulan-kompetitif-dengan-

keunggulan-komparatif/

Massofa. Pengertian dan paradigm pemerintahan. Wordpress.

http://massofa.wordpress.com/2008/04/28/pengertian-dan-paradigma-pemerintahan/

Pemerintahan Yang Kompetitif Page 13