pemeriksaan saraf

15
1 PEMERIKSAAN SARAF & FUNGSI MOTORIK MH IKKK_ Maret 2011 Catatan : Tidak pakai sarung tangan PEMERIKSAAN SARAF 1. Ucapkan salam dan Perkenalkan diri pada penderita 2. Jelaskan tujuan pemeriksaan : a) Untuk memastikan penyakitnya, b) Diperiksa : penebalan saraf tepi & fungsi motoris. 3. Posisi pemeriksa berhadapan dengan pasien, penerangan yang cukup (sinar matahari atau lampu) 4. Pemeriksaan N. Auricularis magnus : a) Pasien di minta menoleh maksimal ke kiri sehingga M. Sternocleidomastoideus berkontraksi dan N. Auricularis Magnus terdorong ke superfisial, b) Dilakukan perabaan dengan 3 jari pada 1/3 atas M. Sternocleidomastoideus, dicari bentukan seperti kabel yang menyilang M. Sternocleidomastoideus, c) Terdapat struktur lain yaitu : V. Jugularis yang teraba lebih lunak dan ada pulsasi, sedangkan saraf teraba seperti kabel, d) Lakukan pemeriksaan yang sama pada N. Auricularis magnus sinistra, e) Kesimpulan : - Terdapat/tidak terdapat penebalan/pembesaran N. Auricularis D/S, - Apakah ada nyeri atau tidak pada saraf. 5. Pemeriksaan N. Ulnaris (Singkap baju) a) Lengan pasien dalam posisi fleksi diletakkan di atas tangan pemeriksa, agar otot rileks sehingga saraf dapat dibedakan dengan tendon,

Upload: yudi-pratama

Post on 26-Nov-2015

186 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • 1

    PEMERIKSAAN SARAF & FUNGSI MOTORIK MH

    IKKK_ Maret 2011

    Catatan : Tidak pakai sarung tangan

    PEMERIKSAAN SARAF

    1. Ucapkan salam dan Perkenalkan diri pada penderita

    2. Jelaskan tujuan pemeriksaan :

    a) Untuk memastikan penyakitnya,

    b) Diperiksa : penebalan saraf tepi & fungsi motoris.

    3. Posisi pemeriksa berhadapan dengan pasien, penerangan yang cukup (sinar matahari atau

    lampu)

    4. Pemeriksaan N. Auricularis magnus :

    a) Pasien di minta menoleh maksimal ke kiri sehingga M. Sternocleidomastoideus

    berkontraksi dan N. Auricularis Magnus terdorong ke superfisial,

    b) Dilakukan perabaan dengan 3 jari pada 1/3 atas M. Sternocleidomastoideus, dicari

    bentukan seperti kabel yang menyilang M. Sternocleidomastoideus,

    c) Terdapat struktur lain yaitu : V. Jugularis yang teraba lebih lunak dan ada pulsasi,

    sedangkan saraf teraba seperti kabel,

    d) Lakukan pemeriksaan yang sama pada N. Auricularis magnus sinistra,

    e) Kesimpulan :

    - Terdapat/tidak terdapat penebalan/pembesaran N. Auricularis D/S,

    - Apakah ada nyeri atau tidak pada saraf.

    5. Pemeriksaan N. Ulnaris (Singkap baju)

    a) Lengan pasien dalam posisi fleksi diletakkan di atas tangan pemeriksa, agar otot rileks

    sehingga saraf dapat dibedakan dengan tendon,

  • 2

    b) Dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri pemeriksa mencari sambil meraba

    saraf Ulnaris didalam sulkus nervi ulnaris yaitu lekukan diantara tonjolang tulang siku

    olkranon dan tonjolan kecil di bagian medial (epicondilus medialis),

    c) Dibedakan dari tendon dengan cara meraba ke proksimal, jika tendon akan menjadi

    otot, namun bila saraf akan tetap teraba seperti kabel,

    d) Dengan tekanan ringan gulirkan pada saraf ulnaris, dan telusuri ke atas dengan halus

    sambil melihat mimik/reaksi penderita apakah tampak kesakitan atau tidak,

    e) Kemudian dengan prosedur yang sama untuk memriksa saraf ulnaris kiri (tangan kiri

    pemeriksa memegang lengan kiri penderita dan tangan kanan pemeriksa meraba saraf

    ulnaris kiri penderita tersebut),

    f) Kesimpulan :

    - Apakah ada penebalan/pembesaran N. Ulnaris D/S,

    - Apakah ada nyeri atau tidak pada saraf,

    - Neuritis atau tidak.

    6. Pemeriksaan N. Peroneus comunis/poplitea lateralis (bersamaan, celana di gulung ke atas)

    a) Pasien dalam posisi duduk, kedua kaki dalam keadaaan relaksassi, sebaiknya dalam

    posisi menggantung lebih rileks,

    b) Pemeriksa duduk di depan penderita, dengan tangan kanan memeriksa kaki kiri

    penderita dan tangan kiri memeriksa kaki kanan,

    c) Pemeriksa meletkkan jari telunjuk dan jari tengah pada pertengahan betis bagian luar

    penderita sambil pelan-pelan meraba ke atas samapi menemukan tonjolan tulang

    (caput fibula), setelah menemukan tulang tersebut jari pemeriksa meraba saraf

    paraneous 1 cm ke arah belakang,

    d) Dengan tekanan yang ringan saraf tersebut digulirkan bergantian ke kanan dan kiri

    sambil melihat mimik/reaksi penderita,

    e) Kesimpulan :

    - Apakah ada penebalan/pembesaran N. Peroneus communis D/S,

  • 3

    - Apakah ada nyeri atau tidak pada saraf.

    7. Pemeriksaan N. Tibialis posterior

    a) Pasien masih dalam duduk rileks,

    b) Dengan jari telunjuk dan tengah, pemeriksa meraba saraf Tibialis posterior di bagian

    belakang bawah dari mata kaki sebelah dalam (maleolus medialias) dengan tangan

    menyilang (tangan kiri pemeriksa memeriksa saraf tibialis kiri dan tangn kanan

    pemeriksa memeriksa saraf tibialis posterior kanan penderita),

    c) Dengan tekanan ringan saraf tersebut digulirkan sambil melihat mimik/reaksi dari

    penderita.

    PEMERIKSAAN MOTORIK (kekuatan otot)

    1. Pemeriksaan fungsi motoris N. Radialis (kekuatan pergelangan tangan)

    a) Tangan kiri pemeriksa memegang punggung lengan bawah tangan kanan penderita,

    b) Penderita di minta menggerakkan pergelangan tangan kanan yang terkepal ke atas

    (ekstensi),

    c) Penderita diminta bertahan pada posisi ekstensi (keatas) lalu dengan tangan kanan

    pemeriksa menekan tangan penderita ke bawah kearah fleksi,

    d) Kesimpulan : terdapat/tidak terdapat kelemahan fungsi motorik (gangguan) N.

    Radialis D/S.

    - Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti masih Kuat,

    - Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti Sedang,

    - Bila tidak ada gerakan berarti Lumpuh (pergelangan tangan tidak

    bisa digerakkan ke atas, fungsi motorik tidak berjalan).

    2. Pemeriksaan fungsi motoris N. Ulnaris (kekuatan otot jari kelingking)

    a) Tangan kiri pemeriksa memegang ujung jari manis, jari tengah dan jari telunjuk

    tangan kanan penderta, dengan telapak tangan penderita menghadap ke atas dan posisi

    ekstensi (jari kelingking bebas bergerak tidak terhalang oleh tangan pemeriksa),

  • 4

    b) Minta penderita mendekatkan (adduksi) dan menjauhkan (abduksi) kelingking dari

    jari-jari lainnya.

    Bila penderita dapat melakukannya, minta ia menahan kelingkingnya pada posisi jauh

    dari jari-jari lainnya, dan kemudian jari telunjuk pemeriksa mendorong pada bagian

    pangkal kelingking.

    c) Kesimpulan : terdapat/tidak terdapat kelemahan funsi motorik N. Ulnaris D/S.

    - Bila jari kelingking penderita dapat menahan dorong jari telunjuk

    berarti masih Kuat,

    - Bila jari kelingking penderita tidak dapat menahan dorongan

    pemeriksa berarti Sedang,

    - Bila jari kelingking pendertia tidak dapat mendekat atau menjauh dari

    jari lainnya berarti sudah lumpuh.

    Bila pemeriksaan meragukan apakah masih kuat atau sudah mengalami kelemahan,

    dapat melakukan pemeriksaan konfirmasi sebagai berikut :

    Minta penderita menjepit sehelai kertas yang diletakkan di antara jari manis

    dan jari kelingking tersebut, lalu pemeriksa menarik kertas tersebut sambil

    menilai ada tidaknya tahanan/jepitan terhadap kertas tersebut.

    Penilaian :

    Bila kertas terlepas dengan mudah berarti kekuatan otot Lemah.

    Bila ada tahanan terhadap kertas berarit otot masih Kuat.

    3. Pemeriksaan fungsi motoris N. Medianus (kekuatan otot ibu jari)

    a) Tangan kanan pemeriksa memegang jari telunjuk sampai kelingking tangan kanan

    penderita agar telapak tangan penderita menghadap ke atas, dan dalam posisi ekstensi,

  • 5

    b) Ibu jari penderita ditegakkan ke atas sehingga tegak lurus terhadap telapak tangan

    penderita (seakan-akan menunjuk ke arah didung) dan penderita di minta untuk

    mempertahankan posisi tersebut,

    c) Jari telunjuk pemeriksa menekan pangkal ibu jari penderita yaitu dari bagian batas

    antara punggung dan telapak tangan mendekati telapakk tangan.

    d) Kesimpulan : terdapat/tidak terdapat kelemahan fungsi motorik N. Medianus D/S

    - Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti masih Kuat,

    - Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti Sedang,

    - Bila tidak ada gerakan berarti Lumpuh.

    4. Pemeriksaan fungsi motoris N. Pareneus communis/poplitea lateralis

    a) Dalam keadaan duduk, penderita di inta mengangkat ujung kaki dengan tumit tetap

    terletak dilantai/ekstensi maksimal (seperti berjalan dengan tumit),

    b) Penderita di minta bertahan pada posisi ekstensi tersebut lalu pemeriksa dengan kedua

    tangna menekan punggung kaki penderita ke bawah/lantai,

    c) Kesimpulan : terdapat/tidak terdapat kelemahan funsi motorik N. Paroneus communis

    D/S.

    - Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti Kuat.

    - Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti Sedang.

    - Bila tidak ada gerakan berarti Lumpuh (ujung kaki tidak bisa digerakkan ke atas).

    PEMERIKSAAN RASA RABA TANGAN

    1. Menyapa pasien dan perkenalkan diri, sampaikan tujuan pemeriksaan,

    2. Penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa,

    3. Telapak tangan yang akan di periksa diletakkan di atas meja/paha penderita atu bertumpu

    pada tanang kiri pemeriksa sehingga semua ujung jari tersangga (tangan pemeriksa yang

  • 6

    menyesuaikan diri dengan keadaan tangan penderita) misalnya claw hand, maka tanga

    pemeriksa menyangga ujung-ujung jari tersebut sesuai lengkungan jarinya.

    4. Jelaskan pada penderita apa yang akan dilakukan padanya, sambil memperagakan dengan

    sentuhan ringan dari ujung ballpoint pada lengannya dan satau atau dua titik pada telapak

    tangannnya,

    5. Bila penderita merasakan sentuhan diminta untuk menunjuk tempat sentuhan tersebut

    dengan jari tangan yang lain,

    6. Test diulangi sampai penderita mengerti dan kooperatif,

    7. Penderita diminta menutup mata atau menoleh kearah berlawanan dari tangan yang

    diperiksa,

    8. Penderita diminta menunjuk tempat yang terasa disentuh,

    9. Usahakan pemeriksaan titik-titik tersebut tidak berurutan (secara acak),

    10. Penyimpangan letak titik yang ditolerir 1 cm.

    PEMERIKSAAN RASA RABA KAKI

    1. Menyapa pasien dan perkenalkan diri, sampaikan tujuan pemeriksaan,

    2. Penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa,

    3. Kaki kanan penderita diletakkan pada paha kiri, usahakan telapak kaki menghadap ke atas,

    4. Tangan kiri periksa menyanggah ujung kaki penderita,

    5. Berilah penjelasan apa yang akan dilakukan sambil memperagakan dengan menyentuh

    ujung ballpoint pada telapak kaki tanpa lesi (penderita membuka mata). Bila penderita

    merasakan sentuhan tersebut, diminta penderita menunjuk tempat sentuhan tersebut,

    6. Cara mengetes tersebut diulang, hingga penderita mengerti dan kooperatif,

    7. Pada daerah yang menebal boleh sedikit menekan dengan cekungan berdiameter 1 cm,

    8. Dengan ujung ballpoint pemeriksa menyentuh tangan penderita pada titik-titik tertentu di

    telapak tangan secara acek,

    9. Jarak penyimpangan yang bisa diterima maksimal 2,5 cm.

  • 7

    PEMERIKSAAN RASA SUHU

    1. Menyapa pasien dan perkenalkan diri, sampaikan tujuan pemeriksaan,

    2. Penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa,

    3. Tangan yang akan diperiksa diletakkan dia tas meja/paha pasien atau bertumpu pada

    tangan kiri pemeriksa,

    4. Berikan penjelasan apa yang akan dilakukan sambil memperagakan dengan

    menyentuhkan ujung tabung reaksi yang berisi air panas (sebaiknya 40oC) dan air dingin

    (20oC) pada daerah kulit yang normal, untuk memastikan bahwa orang yang diperiksa

    dapat membedakan panas dan dingin,

    5. Mata pasien ditutup atau menoleh ke tempat lain, lalu bergantian kedua tabung tersebut

    ditempelkan pada daerah kulit yang dicurigai,

    6. Bila pada daerah yang dicurigai tersebut beberapa kali pasien salah menyebutkan rasa

    tabung yang ditempelkan, maka disimpulkan bahwa sensasi suhu di daerah tersebut

    terganggu.

    PEMERIKSAAN RASA NYERI

    1. Menyapa pasien dan perkenalkan diri, sampaikan tujuan pemeriksaan,

    2. Penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa,

    3. Tangan yang akan diperiksa diletakkan diatas meja/paha pasien atau bertumpu pada

    tangan kiri pemeriksa,

    4. Berikan penjelasan apa yang akan dilakukan sambil memperagakan dengan menekan

    jarum dengan ujung tajam pada kulit yang normal dan dengan pangkal tangkainya yang

    tumpul, pasien harus mengatakan mana yang tajam dan mana yang tumpul. (ujung jarum

    tegak, gentle, jangan sampai berdarah),

    5. Mata pasien ditutup, lalu bergantian kedua ujung jarum tersebut ditempelkan pada daerah

    kulit yang dicurigai,

  • 8

    6. Bila pada daerah yang dicurigai tersebut beberapa kali pasien salah menyebutkan rasa

    pada ujung jarum yang ditempelkan, maka disimpulkan bahwa sensasi nyeri di daerah

    tersebut terganggu.

    TES OTONOM DENGAN PINSIL TINTA (TES GUNAWAN)

    1. Menyapa pasien dan perkenalkan diri, sampaikan tujuan pemeriksaan,

    2. Penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa,

    3. Tangan dengan lesi kulit yang dicurigai yang akan diperiksa diletakkan di atas meja/paha

    pasien atau bertumpu pada tangan kiri pemeriksa,

    4. Pinsil tinta digariskan mulai dari bagian tengah lesi yang dicurigai terus sampai ke daerah

    kulit yang normal,

    5. Pasien di minta untuk beraktifitas fisik agar berkeringat,

    6. Bila pada lesi yang dicurigai tinta pinsil masih terlihat jelas, sedangkan didaerah kulit

    normal tinta menjadi kabur karena keringat, disimpulkan terdapat gangguan fungsi

    otonom pada lesi tersebut,

    7. Bila pada lesi yang dicurigai tinta pinsil menjadi kabur karena keringat, disimpulkan tidak

    terdapat gangguan fungsi otonom pada lesi tersebut.

    PEMERIKSAAN RASA RABA DI TUBUH / KULIT

    1. Menyapa pasien dan perkenalkan diri, sampaikan tujuan pemeriksaan,

    2. Penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa,

    3. Sepotong kapas yang dilancipkan dipakai untuk memeriksa rasa raba,

    4. Periksalah dengan ujung dari kapas yang dilancipi secara tegak lurus pada kelainan kulit

    yang dicurigai (dari tengah ke tepi lesi).

  • 9

    5. Sebelumnya kita menerangkan bahwa bilamana merasa tersentuh bagian tubuhnya dengan

    kapas, ia harus menunjukkan kulit yang disentuh dengan jari telunjuknya, ini dikerjakan

    dengan mata terbuka,

    6. Bilamana hal ini telah jelas, maka pasien diminta menutup matanya , kalau perlu matanya

    ditutup dengan sepotong kain / karton,

    7. Kelainan-kelainan dikulit diperiksa secara bergantian dengan kulit yang normal

    disekitarnya untuk mengetahui ada tidaknya anestesi.

    BAKTERIAL INDEX & MORFOLOGI INDEX

    1. Pengambilan sediaan apus minimum pada 3 tempat

    a) Cuping telinga kanan dan kiri

    b) Kelainan kulit (lesi) yang paling aktif

    2. Untuk pemeriksaan hapusan kulit diperlukan alat :

    a) Kaca obyek baru dan kotak kaca obyek

    b) Scalpel (tangkai pisau ukuran no.3 dan pisau no.15)

    c) Lampu spiritus (Bunsen)

    d) Spiritus / alcohol

    e) Kapas

    f) Korek api

    g) Pensil kaca

    h) Penjepit kaca obyek

    i) Sarung tangan

    3. Cara pengambilan sediaan skin smear :

    a) Menyapa pasien dan perkenalkan diri, sampaikan tujuan pemeriksaan,

    b) Pasien duduk berhadapan dengan pemeriksa,

    c) Cucilah tangan, lalu kenakan sarung tangan,

    d) Ambil kaca obyek sediaan yang baru, bersih dan tidak tergores,

    e) Beri tanda atau nomor pada bagian bawah kaca obyek atau label kaca obyek sesuai

    nomor identitas pasien, nomor ini harus sama dengan nomor lembar permintaan

    pemeriksaan skin smear,

    f) Bersihkan lokasi kulit tempat pengambilan skin smear dengan kapas alkohol. Biarlah

    mongering,

  • 10

    g) Nayalakan api spiritus,

    h) Pasanglah bisturi (mata pisau scalpel) pada gagangya,

    i) Jepitlah kulit dengan erat menggunakan jempol dan telunjuk, tetap jepit dengan kuat

    agar darah tidak ikut keluar,

    j) Buatlah insisi (irisan) pada kulit dengan panjang 5 mm dan dalam 2 mm. Kulit ttap

    dijepit agar tidak ada darah yang keluar. Jika berdarah, bersihkan darah tersebut

    dengan kapas alkohol,

    k) Putar pisau scalpel 90o dan pertahankan pada sudut yang tepat pada irisan,

    l) Keroklah irisan tersebut sekali atau dua kali menggunakan scalpel guna

    mengumpulkan cairan dan bubur jaringan. Tidak boleh ada darah pada specimen

    tersebut karena dapat mengganggu pewarnaan dan pembacaan. Lepaslah jepitan pada

    kulit dan hapus darah dengan kapas alkohol,

    m) Buatlah apusan dari kerokan kulit tersebut di atas kaca obyek, pada sisi yang sama

    dengan letak identitas. Buatlah apusan berbentuk lingkaran dengan diammeter 8 mm,

    n) Hapus kotoran pada mata pisau scalpel menggunakan kapas alkohol. Lewatkan mata

    pisau scalpel di atas nyala api Bunsen selam 3 4 detik. Biarkan dingin tapi jangan

    sampai menyentuh sesuatu,

    o) Ulangi langkah di atas untuk lokasi apusan lain. Buat apusan di sisi dengan apusan

    sebelumnya, tapi jangan sampai bersentuhan dengan hapusan sebelumnya,

    p) Lepas pisau scalpel dengan hati-hati,

    q) Tutup luka dan ucapkan terima kasih pada penderita,

    r) Biarkan kaca obyek tersebut mongering beberapa saat dengan temperature ruangan,

    tetapi tidak di bawah cahaya matahari langsung,

    s) Fiksasi hapusan dengan melewatkan di atas apiu Bunsen 3 kali,

    t) Kaca obyek jangan sampai terlalu panas saat disentuh. Taruh kaca obyek di kotak kaca

    obyek dan kirimlah ke laboratorium disertai form permintaan pemeriksaan,

    PEWARNAAN DENGAN MENGGUNAKAN ZIEHL-NIELSEN

    Peralatan :

    Botol yang mengandung :

    Larutan karbol fuchin 0,3%

    Asam alkohol 3%

    Larutan methylene blue 0,3%

  • 11

    Lampu spiritus (Bunsen)

    Jam

    Wadah dengan air yang mengalir

    Pipet

    Besi penyangga

    Rak kaca obyek

    Kertas tissue

    Sarung tangan

    Buat register kaca obyek di register laboratorium

    1. Pewarnaan

    a) Sebelum digunakan, saringlah carbol fuchsin 0,3% menggunakan

    kertas saring biasa,

    b) Tutupi seluruh permukaan kaca obyek dengan larutan carbol fuchsin

    selama 10 menit,

    c) Panaskan kaca objek dengan hati-hati di atas lampu spiritus sampai uap

    karbol fuchsin keluar. Pastikan bahwa pewarnaan tidak sampai

    mendidih. Jika pewarnaan mongering tambahkan lagi reagens dan

    panaskan kembali,

    d) Basuh dengan hati-hati di bawah air mengalir. Keringkan air hingga

    kaca obyek tidak lagi berwarna. Meskipun apusan akan menjadi merah

    tua.

    2. Pelunturan

    a) Tetesi permukaan kaca obyek sampai tertutup dengan asam alkohol 3%

    selama 10 detik

  • 12

    b) Metode lain adalah dengan menggunakan asam sulfat 25% selama 10

    menit, bilas berlahan dengan air.

    3. Counter staining

    a) Tetesi sediaan dengan methulene blue 0,3% selama 1 menit,

    b) Bilas dengan air dan biarkan kaca obyek mongering di rak pengeringan

    dengan posisi miring dengan sisi apusan menghadap ke bawah,

    c) Apusan siap di baca.

    Nb. Baca sesuai dengan yang lama.

  • 13

    Pewarnaan Ziel Nilson

    1. Sediaan diwarnai dengan karbol fuchin sampai seluruh permukaan sediaan tertutup,

    dibiarkan selama 10 menit, dipanaskan diatas bunsen selama 5-10 menit, jangan

    sampai mendidih, keringkan,

    2. Tetesi dengan alkohol asam 10 detik lalu cuci dengan air mengalir,

    3. Tetesi methilen blue diamkan selama 5-10 menit. Cuci dibawah air mengalir.

    4. Keringkan perlahan dengan tissue,

    5. Sediaan diperiksa dengan mikroskop.

    Setelah pewarnaan, objek glass diperiksa pada mikroskop dengan pembesaran 10 kali

    pada awalnya untuk menentukan counting area, bila sudah didapatkan dilanjutkan dengan

    pembesaran 100 kali dengan ditambahkan minyak immersi. Bakteri terlihat sebagai

    bentukan batang merah dengan latar belakang biru. Densitas bakteri ditetapkan sebagai

    bacterial indeks ( BI ) :

    1. 6+ > 1000 basil pada 1 LP (banyak clumps)

    2. 5+ 100-1000 basil pada 1 LP

    3. 4+ 10-100 basil pada 1 LP

    4. 3+ 1-10 basil pada 1 LP

    5. 2+ 1-10 basil pada 10 LP

    6. 1+ 1-10 basil pada 100 LP

    Penurunan angka BI mulai didapatkan setelah 1 tahun terapi, bagian dorsal jari adalah

    lokasi terakhir untuk menjadi negatif, pemeriksaan bakteriologis ini hanya dapat

    mendeteksi basil > 104 per gram kulit, tidak dapat digunakan untuk melihat keberhasilan

    terapi.

    Indeks morfologis (MI) adalah persentase basil solid dibagi jumlah seluruh basil yang

    diperiksa dikalikan 100%. Indeks ini digunakan untuk menilai keberhasilan terapi karena

    perubahannya lebih cepat didapatkan dibandingkan BI. Pada kasus LL perubahan 5-20%

    menjadi 0 didapatkan setelah 5-6 bulan terapi dengan dapson, atau setelah 5 minggu

  • 14

    dengan rifampisin. Peningkatan MI menunjukkan penderita yang tidak minum obatnya

    dengan rutin atau obat tidak diabsorbsi sehingga bakteri menjadi resiste.

  • 15

    POD

    Prinsip pencegahan cacat dan bertambah beratnya cacat 3 M :

    1. Memeriksa mata, tangan dan kaki secara teratur,

    2. Melindungi mata, tangan dan kaki dari trauma fisik,

    3. Merawat diri.

    I. Mencegah kerusakan mata

    1. Memeriksa

    Sering bercermin : - adakah kemerahan,

    - adakah benda asing yang masuk ke mata.

    2. Melindungi

    Untuk melindungi mata dari debu dan anginyang dapat mengeringkan mata dengan

    cara :

    - Memakai kaca mata,

    - Menghindari pekerjaan yang menimbulkan debu seperti mencangkul tanah,

    menuai padi, menggiling padi, bakar sampah, dan lain-lain.

    3. Merawat diri

    - Sering mencuci tangan / membasahi mata dengan air bersih,

    - Waktu istirahat tutup mata dengan kain basah.

    II. Mencegah luka pada tangan yang mati rasa

    1. Memeriksa

    Sering berhenti dan memeriksa tangan : ada luka tidak.

    2. Melindungi

    Memakai kaos tangan tebal dan kain untuk melindungi dari panas, kasar, tajam untuk

    mencegah luka.

    Membagi tugas rumah tangga.

    3. Merawat luka

    Luka lecet, memar sekecil apapun dirawat dan diistirahatka sampai sembuh.

    III. Mencegah kekeringan pada tangan

    1. Memeriksa

    Periksa adakah kekeringan, retak dan kulit pecah-pecah yang tidak terasa.

    2. Melindungi

    Melindungi kulit tangan dari benda panas dan tajam.