pemeriksaan pernafasan dengan spirometri
DESCRIPTION
pemeriksaan untuk menguju volume pernafasanTRANSCRIPT
PEMERIKSAAN PERNAFASAN DENGAN SPIROMETRI
Monica Sandra
102011329
D6
Email : [email protected]
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
_________________________________________________________________________________
Pendahuluan
Pernafasan atau respirasi sangat penting bagi tubuh mahluk hidup karena jika tanpa sistem
respirasi maka mahluk hidup tidak dapat melakukan sistem metabolisme tubuh. Dalam sistem
pernafasan diperlukan oksigen sebagi gas yang diperlukan sebagai sumber energi yang akan
diubah oleh organ tubuh menjadi gas karbondioksida dan energi. Karbondioksida yang
dihasilkan itu akan dibuang keluar tubuh dan energi dipakai untuk kepentingan tubuh. Organ
yang terpenting dalam sistem respirasi adalah paru. Disini paru perlu mendapat lingkungan
yang terbebas dari pencemaran sehingga pernafasan berjalan dengan baik. Selain itu berbagai
hormon dan sistem peredaran darah secara tidak langsung mempengaruhi proses pernafasan.
Jika terjadi gangguan pernafasan maka proses metabolisme tubuh akan terganggu. Untuk itu
dalam ilmu kedokteran kita perlu menggunakan spirometri untuk mengukur kapasitas vital
paru-paru dan memeriksa apakah paru-paru masih berfungsi dengan baik atau tidak.
Pembahasan
Pernafasan atau respirasi adalah proses pengambilan oksigen (O2) dari udara bebas
saat bernafas, dimana oksigen itu akan melewati saluran bronkus dan sampai pada dinding
alveoli (kantong udara), kemudian oksigen akan ditransfer ke pembuluh darah yang
didalamnya mengalir sel-sel darah merah untuk dibawa ke sel-sel di berbagai organ tubuh
lain sebagai energi dalam proses metabolisme, lalu sisa-sisa metabolisme yaitu
karbondioksida (Co2) akan dibawa kembali ke pembuluh darah hingga paru-paru untuk
dibuang ke udara.1 Sistem pernafasan berperan dalam homeostatis dengan pertukaran O2 dan
CO2 antara atmosfer dan darah. Darah mengangkut O2 dan CO2 antara sistem pernafasan dan
jaringan. Fungsi utama respirasi adalah memperoleh O2 untuk digunakan oleh sel tubuh dan
untuk mengeluarkan CO2 yang diproduksi oleh sel.2
Sistem respirasi dibagi atas;1,2,3
1. Respirasi internal yaitu proses pertukaran gas antara darah sirkulasi dan sel jaringan
(berlangsung diseluruh sistem tubuh). Respirasi internal disebut juga respirasi sel,
dimana prosesnya merujuk pada proses-proses metabolik intrasel didalam
mitokondria, yang menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selagi mengambil energi
dari molekul nutrien.
2. Respirasi eksternal yaitu proses pertukaran gas antara darah dan atmosfer, atau
pertukaran antara sel dengan lingkungan. Respirasi eksternal merujuk pada seluruh
rangkaian kejadian dalam pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel
tubuh.
Udara secara bergantian dimasukan ke dan dikeluarkan dari paru sehingga
udara dapat dipertukarkan antara atmosfer (lingkungan eksternal) dan
kantungg udara (alveolus) paru. Pertukaran ini dilaksanakan oleh tindakan
mekanis bernafas atau ventilasi. Kecepatan ventilasi diatur untuk
menyesuaikan aliran udara antara atmosfer dan alveolus sesuai kebutuhan
metabolik tubuh akan penyerapan O2 dan pengeluaran CO2.
Oksigen dan karbondioksida dipertukarkan antara udara di alveolus dan darah
didalam kapiler paru melalui proses difusi, dimana pertukaran itu berlangsung
dari tekanan tinggi ke tekanan yang rendah.
Darah mengangkut O2 dan CO2 antara paru dan jaringan.
Oksigen dan karbondioksida dipertukarkan antara jaringan dan darah melalui
proses difusi menembus kapiler sistemik (jaringan).
3. Respirasi Enzimatik yaitu pemanfaatan oksigen yang memerlukan enzim pernafasan
atau sitokrom.
Sistem respiratorius dibagi atas 2 bagian :
1. Bagian konduksi, berfungsi sebagai penyalur udara.
A. Hidung (Nasal).1,4
Hidung merupakan organ pertama yang dilalui pada sistem pernafasan, dimana
hidung memiliki fungsi yaitu sebagai saluran udara, menyaring udara dari partikel
debu kasar dan halus (filtrasi), menghangatkan udara pernafasan(heating),
melembabkan udara pernafasan(humidifikasi), dan alat pembau. Proses filtrasi
partikel-partikel yang ada dalam pernafasan akan disaring oleh silia khususnya
partikel-partikel yang berukuran >2mm. Proses heating terhadap udara pernafasan
dilakukan oleh pembuluh darah yang ada dilapisan mukosa hidung. Humidifikasi
udara pernafasan dilakukan oleh mukosa hidung terhadap udara yang kering dengan
tujuan agar tidak mengiritasi saluran pernafasan.
B. Faring.4
Setelah udara melewati cavum nasal, kemudian udara menuju faring. Faring
merupakan rongga dibelakang cavum nasi yang menghubungkan traktus digestivus
dengan traktus respiratorius, yang juga merupakan persimpangan antara
kerongkongan dan tenggorokan. Terdapat katup yang disebut epiglotis (anak tekak)
yang berfungsi sebagai pengatur jalan masuk ke kerongkongan dan tenggorokan.
Faring dibagi atas tiga bagian yaitu
Nasofaring, merupakan epitel bertingkat torak bersilia dan bersel goblet. Di
nasofaring terdapat osteum faringeum tuba auditiva yang merupakan muara
dari saluran yang menghubungkan rongga hidung dan telinga tengah.
Orofaring, merupakan epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, yang
terletak pada bagian belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah.
Laringofaring, sebagian besar merupakan epitel gepeng tanpa lapisan tanduk,
yang terletak dibelakang laring.
C. Laring.1,4
Laring adalah pangkal tenggorokan yang terdiri datas kepingan tulang rawan yang
membentuk jakun. Pada laring terdapat kotak suara yang mengandung pita suara.
Diantara pita suara tersebut terdapat ruang yang berbentuk segitiga dengan nama
glotis yang bermuara ke dalam trakea. Pada saat menelan, laring akan bergerak ke
atas, glotis menutup dan epiglotis yang berbentuk daun, mempunyai gerak seperti
pintu juga menutup. Proses tersebut menyebabkan tidak terjadinya apirasi. Apabila
ada benda asing yang masuk sampai diluar glotis, maka laring akan mengeluarkan
benda asing tersebut dari saluran pencernaan dengan membatukannya. Rangka laring
mempunyai 9 tulang rawan yaitu
Tulang rawan hialin : 1 tulang rawan tiroid, 1 tulang rawan trikoid, 2 tulang
rawan aritenoid (ujung tulang ini disebut tulang rawan elastis).
Tulang rawan elastin : 1 tulang rawan epiglotis, 2 tulang rawan kuneiformis, 2
tulang rawan kornikulata.
Laring memiliki dua muskulus yaitu
Muskulus intrinsik laring yang merupakan kontraksi otot skelet yang
menyebabkan perubahan bentuk sehingga menyebabkan elah puta suara.
Berperan untuk donasi
Muskulus extrinsik laring yang berhubungan dengan otot dan ligamentum
sekitarnya dan berperan untuk proses menelan.
Epiglotis merupakan katup laring dimana epiglotis selalu dalam keadaan terbuka, dan
hanya menutup jika ada makanan yang masuk ke kerongkongan. Epiglotis memiliki
dua permukaan yaitu
Permukaan lingual yang merupakan bagian anterior yang menghadap ke lidah
dan berperan pada proses menelan. Memiliki epitel berlapis gepeng tanpa
lapisan tanduk.
Permukaan laringeal yang merupakan bagian posterior yang menghadap ke
laring dan berkontak langsung dengan makanan.
Epiglotis juga memiliki dua lipatan mukosa yang menonjol ke lumen laring yaitu4
Plika ventrikularis, pada bagian atas epiglotis yang disebut juga pita suara
palsu.
Plika vokalis, pada bagian bawah yang disebut juga pita suara sejati.
D. Trakea.5
Trakea tersusun dari cincin tulang rawan yang terletak di depan kerongkongan dan
berbentuk pipa. Bagian dalam trakea licin dilapisi oleh selaput lendir dan mempunyai
lapisan yang terdiri dari sel-sel bersilia. Lapisan bersilia ini berfungsi untuk menahan
debu atau kotoran dalam udara agar tidak masuk ke paru-paru. Dinding trakea terdiri
dari tiga lapisan yaitu
Lapisan luar yang terdiri atas jaringan ikat
Lapisan tengah yang terdiri atas otot polos dan cincin tulang rawan, dan
Lapisan dalam terdiri atas jaringan epitelium bersilia
E. Bronkus.4
Trakea akan bercabang menjadi bronkus kanan dan bronkus kiri, tempat
percabangannya disebut karina. Karina banyak mengandung saraf serta dapat
menimbulkan bronkospasme hebat dan batuk bila saraf-saraf tersebut terangsang.
Struktur bronkus sama dengan trakea, hanya dindingnya lebih halus. Kedudukan
bronkus kiri lebih datar dibanding bronkus kanan sehingga bronkus kanan lebih
mudah terserang penyakit.
F. Bronkiolus terminalis4
Bronkus-bronkus akan bercabang lagi menjadi segmen lobus kemudian menjadi
bronkiolus. Bronkiolus dipisahkan menjadi dua yaitu bronkiolus terminalis dan
bronkiolus respiratorius. Bronkiolus terminalis merupakan bagian akhir dari saluran
udara. Semua O2 yang diangkut akan terkumpul di bronkiolus terminalis. Memiliki
epitel selapis bertorak bersilia.
2. Bagian respirasi, yang merupakan bagian paru yang berhubungan dengan proses
pertukaran gas.
A. Bronkiolus respiratorius.
Bronkiolus respiratorius merupakan lanjutan dari bronkiolus terminalis, dimana
bronkiolus respiratorius merupakan organ pertama dalam proses pertukaran gas.
Memiliki epitel selapis kubis, ada yang bersilia dan ada yang tidak bersilia. Diantara
sel kubis terdapat sel clara yang fungsinya ikut berperan dalam pembentukann cairan
bronkiolar yang mengandung protein, glikoprotein dan kolesterol.
B. Duktus alveolaris, yang merupakan pintu masuk ke sakus alveolaris.
C. Sakus alveolaris, yang terbentuk dari kantong-kantong alveolus. Terdapat serat elastin
dan serat retikulin yang melingkari muara sakus alveoli.
D. Alveolus.4
Alveolus berupa saluran udara buntu yang membentuk gelembung-gelembung udara,
dindingnya titip, yaitu setebal selapis sel, lembap, dn berlekatan dengan kapiler darah.
Alveolus berfungsi sebagai permukaan respirasi dengan luas total mencapai 100m2
(50 x luas permukaan tubuh), yang cukup untuk melakukan pertukaran gas keseluruh
tubuh. Antara alveolus satu dan yang lain dipisahkan dinding tipis atau septa. Pada
septa terdapat lubang-lubang kecil yang disebut pori-pori Kohn. Setiap paru-paru
terdapat sekitar 300 juta alveolius. Paru-paru merupakan jaringan yang elastis yang
dibungkus oleh pleura, terdiri atas pleura viseral yang langsung melapisi paru-pari dan
pleura parietal pada bagian luarnya (melapisi rongga torak). Diantara pleura viseral
dan pleura parietal terdapat ruang (rongga pleura) yang berisi cairan pleura yang
berguna untuk mempermudah pergerakan paru selama fase respirasi. Disekitar
alveolus terdapat serat elastin yang pada proses inspirasi akan melebar dan sebaliknya
saat ekspirasi akan menciut, serat kolagen yang mencegah reganggan yang berlebihan
sehingga kapiler dan septum interalveolaris tidak rusak. Di dinding alveolus terdapat
lubang kecil yang berbentuk bulat/lonjong disebut stigma alveolaris yang penting
apabila terjadi sumbatan disalah satu abang bronkus/bronkiolus karena udara dapat
mengalir dari alveolus satu ke alveolus lain.
‘
Struktur pelengkap sistem pernafasan3
1. Dinding dada atau dinding toraks; dibentuk oleh tulang, otot, serta kulit.
2. Tulang pembentuk rongga dada
Tulang iga (12 buah)
Vertebrata torakalis (12 buah)
Sternum (1 buah)
Klavikula (2 buah)
Skapula (2 buah)
3. Otot pembatas rongga dada
a. Otot ekstremitas superior
Muskulus pektoralis mayor
Muskulus pektoralis minor
Muskulus serratus anterior
Muskulus subklavius
b. Otot antero abdominal
Muskulus abdominal oblikus eksternus
Muskulus rektus abdominis
c. Otot toraks intrinsik
Muskulus interkostalis eksterna
Muskulus interkostalis interna
Muskulus sternalis
Muskulus toraksis transversus
4. Otot pernafasan.
Otot pernafasan dibagi atas otot untuk inspirasi dimana ada otot insiprasi utama
(muskulus interkostalis eksterna, muskulus interkartilaginus parasternal, otot
diafragma), otot inspirasi tambahan yang berguna untuk membantu nafas (Muskulus
skelenus anterior, muskulus skalenus medius, muskulus skalenus posterior), dan otot
ekspirasi tambahan (Muskulius interkostalis interna, muskulus interkatilaginus
parasternal, muskulus rektus abdominis, muskulus oblikus abdominis eksternus). Saat
nafas biasa (quiet breathing), untuk ekspirasi tidak diperlukan kegiatan otot, cukup
dengan daya elastis paru saja udara didalam paru akan keluar saat ekspirasi. Namun
saat terjadi sesak nafas, sering dibutuhkan active breathing yang memerlukan
kontribusi otot-otot ekspirasi tambahan.
5. Diafragma
Diafragma merupakan suatu septum berupa jaringan muskulotendineus yang
memisahkan rongga toraks dengan rongga abdomen. Ada tiga apertura pada
diafragma, yaitu
Hiatus aortikus yang dilalui oleh aorta rongga desenden, vena azigos dan
duktus torasikus
Hiatus esofagus yang dilalui oleh esofagus
Apertura yang dilalui oleh vena kava inferior
6. Pleura
Pleura dibentuk oleh jaringan yang berasal dari mesodermal yang dibedakan menjadi
pleura viseral dan pleura parietalis.
Proses respirasi dapat dibagi menjadi empat mekanisme yaitu pertama ventilasi paru yang
berarti masuk dan keluarnya udara antara atmosfir dan alveoli, kedua adalah difusi dari
oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah, ketiga adalah transportasi dari oksigen
dan karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel, pengaturan ventilasi dan
hal-hal lain dari respirasi.6
Inspirasi dan Ekspirasi
1. Inspirasi2
Sebelum inspirasi dimulai, otot dalam keadaan lemas, tidak ada udara yang mengalir,
dan tekanan intra-alveolus setara dengan tekanan atmosfer. Otot inspirasi utama yang
merupakan otot yang berfungsi dalam inspirasi tenang adalah diafragma dan otot
interkostal eksternal. Ketika diafragma berkontraksi (yang distimulasi saraf frenikus),
difragma turun dan memperbesar volume rongga toraks dengan meningkatkan ukuran
vertikal (atas ke bawah). Dinding abdomen akan menonjol keluar saat inpirasi karena
diafragma yang turut menekan isi abdomen ke bawah dan ke depan. Kontraksi otot
interkostal eksternal, yang serat-seratnya berjalan kebawah dan depan antara antara
dua iga yang berdekatam, memperbesar rongga toraks dalam dimensi lateral (sisi ke
sisi) dan antero-posterior (depan-belakang). Ketika berkontraksi, otot interkostal
eksternal mengangkat iga dan sternum ke atas dan ke depan yang diaktifkan saraf
interkostal. Sebelum inspirasi, pada akhir ekspirasi sebelumnya tekanan intra-alveolus
sama dengan tekanan atmosfer, sehingga tidak ada udara mengalir masuk atau pun
keluar paru. Sewaktu rongga thoraks membesar, paru juga dipaksa mengembang
untuk mengisi rongga thoraks yang lebih besar. Sewaktu paru membesar, tekanan
intra-alveolus turun karena jumlah molekul udara yang sama kini menempati volume
paru yang lebih besar. Karena tekan intra-alveolus sekarang lebih rendah daripada
tekanan atmosfer, maka udara mengalir ke dalam paru mengikuti penurunan gradien
tekanan dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Udara akan terus masuk hingga tidak
ada lagi gradien yaitu sampai tekanan alveolus sama dengan tekanan atmosfer. Pada
otot-otot inspirasi tambahan, kontraksi otot-ototnya akan mengangkat sternum dan
dua iga pertama, memperbesar bagian thoraks. Dengan membesarnya volume rongga
thoraks dibanding saat istirahat maka paru semakin mengembang dan menyebabkan
tekanan intra-alveolus semakin turun. Akibatnya, terjadi peningkatan keseimbangan
dengan tekanan atmosfer yaitu tercapai pernafasan yang lebih dalam.
2. Ekspirasi2
Pada akhir inspirasi, otot inspirasi melemas. Dimana diafragma mengambil posisi
semula begitu juga dengan otot interkostal eksternal, sangkar iga yang sebelumnya
terangkat akan turun karena gravitasi. Terjadilah reoil dimana dinding dada dan paru
kembali pada bentuk semula. Saat paru kembali mengecil, tekanan intra-alveolus
meningkat, karena jumlah molekul udara yang lebih banyak yang semula terkandung
di dalam volume paru yang lebih besar pada akhir inspirasi temampatkan pada
volume yang lebih kecil. Udara kini meninggalkan paru menuruni gradien-gradien
tekananannya dari tekanan intra-alveolus yang lebih tinggi ke tekanan atmosfer yang
lebih rendah sehingga menyebabkan pemberhentian aliran udara keluar atmosfer.
Selain ekspirasi normal, ada juga ekspirasi paksa otot-otot ekspirasi lebihh
berkontraksi sehingga mengurangi volum rongga thoraks dan paru. Otot ekspirasi
yang terpenting adalah otot dinding abdomen, dimana saat kontraksi terjadi
peningkatan tekanan intra-abdomen yang menimbulkan gaya keatas pada diafragma
yang menyebabkan ukuran ventrikal rongga thoraks menjadi mengecil.
Transport O2 dan CO2.2
Kadar O2 dalam atmosfer kira-kira 160 mmHg dan tekanan CO2 hanya 0,23 mmHg
tekanan atmosfer berbeda dengan tekanan di paru karena bertabrakan denga udara
sebelumnya di ruang rugi pernafasan. Tekanan ini lebih besar daripada tekanan di
arteri pulmonalis yang hanya berkisar 40 mmHg. Hal ini menyebabkan O2 berpindah
dari paru ke dalam kapiler darah. Tekanan O2 dalam pembuluh darah vena
pulmonalis meningkat setelah terjadi difusi menjadi kira-kira 100 mmHg. Tekanan ini
masih lebih besar daripada tekanan O2 di jaringan sehingga O2 kembali berdifusi ke
dalam jaringan. Masuknya O2 ke jaringan menyebabkan tekanannya di darah
berkurang lagi dan kembali menjadi 40 mmHg.3
Selama terjadinya pertukaran O2, gas CO2 juga ikut berpindah hal ini dikarenakan
tekanan CO2 dalam jaringan lebih besar karena merupakan hasil dari metabolisme
dan respirasi selular. CO2 yang berlebihan ini masuk ke darah dan diangkut sampai ke
paru dimana tekanan CO2 ini lebih kecil di paru sehingga gas karbon dioksida
tersebut berpindah ke paru. Maka transport O2 dan CO2 dapat berlangsung karena
adanya sifat gas yang dapat berdifusi.
Efektivitas mekanisme ventilasi paru-paru dipengaruhi oleh bebeapa faktor antara lain4
1. Konsentrasi oksigen atmosfer.
Konsentrasi oksigen sangat menentukan terhadap fungsi pernafasan. Konsentrasi
oksigen atmosfer di dataran tinggi lebih rendah dibanding dengan konsentrasi oksigen
di bawah permukaan laut. Kurangnya konsentrasi oksigen didalam tubuh seseorang
akan memunculkan tanda-tanda hipoksia.
2. Kondisi jalan nafas.
Udara pernafasan keluar masuk tubuh melalui oragan-oragn respirasi yang merupakan
jalan nafas. Kondisi jalan napas ini sangat menentukan terhadap efektivitas ventilasi.
Jalan napas yang tidak baik dapat menyebabkan mekanisme ventilasi menjadi tidak
efektif. Hal ini disebabkan oleh obsruksi mekanik seperti benda asing pada
trakheobronkhial, mukus yang tertahan, lidah yang menutupi jalan napas, dan reaksi
alergi yang menyebabkan bronkospasme seperti pada asma.
3. Kemampuan compliance dan recoil paru-paru.
Kemampuan paru-paru mengembang disebut compliance. Kembalinya paru-paru pada
posisi semula setelah compliance disebut recoil. Kemampuan compliance dan recoil
sangat berpengaruh dalam menentukan efektif tidaknya proses ventilasi. Kemampuan
ini bisa tidak sempurna disebabkan antara lain oleh kerusakan jaringan paru seperti
edema, tumor, parase/paralise, serta kifosis.
4. Pengaturan pernafasan.
Banyak sedikitnya oksigen yang masuk dan karbindioksida yang keluar dari paru-paru
dalam proses ventilasi dipengaruhi pula oleh irama, kedalaman, dan frekuensi
pernafasan. Irama pernafasan yang teratur menyebabkan terjadinya keseimbangan
antara jumlah oksigen yang dihirup dengan karbondioksida yang dikeluarkan. Namun
sebaliknya, jika pada orang yang berlari ketakutan, irama napasnya menjadi tidak
teratur sehingga menyebabkan oksigen yang dihirup lebih sedikit. Kedalaman
pernafasan juga mempengaruhi terhadap ventilasi.
Frekuensi pernafasan merupakan jumlah complience dan recoil paru-paru dalam satu menit.
Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan sangat bergantung pada kerja pusat pengaturan
pernafasan yang terdapat pada medula dan pons. Ada tiga pusat pengaturan pernafasan yaitu:6
Pusat respirasi yaitu terletak pada formatio retikularis medula oblongata sebelah
kaudal. Pusat respirasi ini terdiri dari pusat inspirasi dan pusat ekspirasi.
Pusat apneustik yaitu terletak pada pons bagian bawah. Mempunyai pengaruh tonik
terhadap inspirasi. Pusat apneustik ini dihambat oleh pusat pneumotaksis dan impuls
aferen vagus dari reseptor paru-paru. Bila pengaruh pneumotaksis dan vagus
dihilangkan, maka terjadi apneustik.
Pusat pneumotaksis yaitu terletak pada pons bagian atas. Bersama-sama vagus
menghambat pusat apneustik secara periodik. Pada hipernea, pusat pneumotaksis ini
merangsang pusat respirasi.
Melalui proses ventilasi tersebut dapa diketahui bagaimana volume kapasitas paru-paru
dalam menerima maupun mengeluarkan udara pernafasan. Alat yang digunakan untuk
mengukur kemampuan tersebut adalah spirometer.4
Spirometer.4
Spirometer terdiri atas drum yang terbalik di atas usatu ruangan berisi air dan drum
diseimbangkan oleh suatu beban. Didalam drum terdapat campuran gas pernapasan, biasanya
udara atau oksigen, suatu pipa dihubungkan mulut dengan ruang gas. Bila seseorang menarik
napas atau meniupkan napasnya ke ruangan ini, maka drum akan turun dan naik dan
perekaman yang selayaknya dibuat di atas lembaran kertas yang bergerak. Spirometer akan
menghasilkan gambaran volume dan kapasitas paru-paru.
a. Volume paru-paru
1) Volume tidal (TV) yaitu volume udara yang diinspirasi atau diekspresi
setiak kali bernapas normal. Jumlahnya sekitar 500 ml.
2) Volume cadangan inspirasi (IRV) yaitu volume udara ekstra yang
dapat diinspirasi di atas volume tidal. Jumlahnya sekitar 3.000 ml.
3) Volume cadangan ekspirasi (ERV) yaitu volume udara ekstra yang
masih dapay dikeluarkan dengan ekspirasi kuat setelah akhir suatu
ekspirasi yang normal. Jumlahnya sekitar 1.100 ml.
4) Volume sisa (RV) yaitu volume yang masih tetap berada dalam paru-
paru setelah ekspirasi maksimal. Jumlahnya sekitar 1.200 ml.
b. Kapasitas paru-paru
1) Kapasitas inpirasi = TV + IRV, yaitu jumlah udara yang dapat
diinspirasi setelah akhir ekspirasi biasa. Jumlahnya sekitar 3.500 ml.
2) Kapasitas residu fingsional = ERV + RV, yaitu jumlah udara yang
tersisa dalam paru-paru pada akhir ekspirasi normal. Jumlahnya sekitar
2.300 ml.
3) Kapasitas vital = IRV + TV + ERV, yaitu volume udara maksimum
yang dapat dikeluarkan dengan ekspirasi maksimal setelah suatu
inspirasi maksimal. Jumlahnya sekitar 4.000 ml.
4) Kapasitas paru-paru total = VC + RV, yaitu volume udara total di
dalam paru-paru setelah inspirasi maksimal. Jumlahnya sekitar 6.000
ml.
Cara penggunaan spirometri :
a) Pakai penjepit hidung
b) Lakukan pengukuran TV (volume tidal), Op melakukan inspirasi biasa diluar dan
ekspirasi biasa ke dalam spirometer.
c) Nafas biasa, secara teratur
d) Lakukan pengukuran TV + ERV (Volume tidal + Volume cadangan respirasi), Op
melakukan inspirasi biasa diluar, kemudia ekspirasi maksimum ke dalam spirometer.
e) Nafas biasa kembali
f) Pengukuran VC = IRV + TV + ERV (Volume vital = Volume cadangan inspirasi +
Volum tidal + Volum cadangan ekspirasi)
Daftar Pustaka
1. Suryo J. Herbal penyembuhan gangguan sistem pernafasan. Yogyakarta: B First;
2010.h.3-9.
2. Sherwood L. Fisiologi Manusia. 6th Ed. Jakarta: EGC; 2011.h.497-509.
3. Djojodibroto RD. Respirologi. Jakarta: EGC; 2009.h.3-9.
4. Asmadi. Tehnik prosedural keperawatan: konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien.
Jakarta: Salemba Medika; 2008.h.16-8.
5. Aryulina. Biologi. Jakarta: Erlangga; 2006.h.190.
6. Guyton AC.Buku ajar fisiologi kedokteran. 7th Ed. Jakarta: EGC; 1994.h.149.